TECHNICAL NOTE No : TN 1 – 01 - 2009 WBS: 11.5.1. WP: 11.5.11. Minggu Ke: 3 Tanggal: 17 Februari 2009 ESTIMASI STOK KARBON MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH Melalui proses fotosintesis CO2 diserap dari atmosfer dan diubah oleh tumbuhan menjadi karbon organik dalam bentuk biomassa pada waktu tertentu. Simpanan karbon inilah yang dikenal dengan istilah stok karbon (Apps et al., 2003). Fungsi hutan sebagai penyerap karbon membuat informasi mengenai jumlah karbon yang tertahan pada suatu kawasan hutan (stok karbon) menjadi penting. Salah satu cara menghitung kuantitas kandungan karbon tersimpan dalam biomassa hutan diatas permukaan tanah didasarkan pada pengukuran lapangan di tingkat plot. Kemudian nilai biomassa ini dikonversi menjadi kandungan karbon. Metode diatas memberikan nilai yang cukup akurat. Namun jika diterapkan pada wilayah yang cukup luas menjadi kurang efisien karena membutuhkan waktu yang lama dengan biaya yang besar. Karenanya perlu dikembangkan metoda estimasi dan monitoring perubahan stok karbon yang lebih efisien. Salah satunya dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh, misalnya citra Landsat, SPOT maupun Aster, bersama dengan data lapangan, memiliki potensi yang baik dalam pengembangan model estimasi cadangan karbon hutan. Secara garis besar, tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pengolahan awal data satelit; mencakup koreksi atmosfer, koreksi radiometri, dan koreksi geometri. Klasifikasi data satelit berdasarkan tutupan lahannya; memilih sistem klasifikasi tutupan lahan yang sesuai dengan kondisi studi area. Kelas tutupan lahan yang umum digunakan adalah hutan primer, hutan sekunder, perkebunan/semak/ belukar, dan lahan terbuka. Perhitungan indeks vegetasi dari citra untuk menganalisa kondisi vegetasi, misalnya NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan EVI (Enhanced Vegetation Index). Survei vegetasi untuk mengetahui jumlah biomasa di lapangan berdasarkan kelas hasil klasifikasi tutupan lahan. Inventarisasi biasanya dilakukan pada plot-plot pengukuran lapangan untuk mendapatkan jumlah biomassa diatas dan dibawah permukaan tanah. Umumnya pendugaan biomassa di lapangan dilakukan dengan menggunakan persamaan alometrik. Biomassa yang diukur umumnya berupa biomassa pohon tegakan (diatas permukaan tanah) yang dihitung berdasarkan penjumlahan biomassa batang, cabang dan daun. Biomassa per hektar dihitung dengan persamaan sebagai berikut: n W Wpi i 1 A x10 .000 Keterangan : W : Total biomassa (ton/ha) Wpi : Biomassa pohon (ton) A : Luas plot (m2) n : Jumlah pohon Analisa data survei vegetasi untuk mendapatkan rata-rata biomasa berbagai jenis tutupan lahan Penghitungan karbon untuk seluruh jenis tutupan lahan (berdasarkan hasil klasifikasi data satelit) dan analisa potensi biomasa. Kandungan karbon dalam vegetasi hutan dapat diduga dari biomassa hutan, dengan persamaan : Y = W * 0.5 (Brown and Gaston, 1996). Keterangan : Y : Kandungan karbon diatas permukaan tanah (ton/ha) W : Total biomassa per hektar (ton/ha) Korelasi antara NDVI dan data survei vegetasi. Referensi Orbita Roswiniarti, Solichin, dan Suwarsono. 2008. Potensi Pemanfaatan Data SPOT untuk Estimasi Cadangan dan Emisi Karbon di Hutan Rawa Gambut Merang, Sumatera Selatan. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XVII, Bandung 10 Desember 2008. Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor, 2007. Dibuat Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Nama : Damayanti Sarodja Peran : Staf Engineer TT Nama : Seno Adi Peran : Leader TT Nama : Wahyu P. Peran : Group Leader TT