efek penambahan bakteri probiotik dalam susu

advertisement
PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS
GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT
Nursiah Hasyim1, Mirawati 2, dan Sri Sulistiana 2
1
2
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Pengembangan formulasi tablet matriks gastroretentive
floating dari Amoksisilin Trihidrat. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi tablet gastroretentive
floating dari amoksisilin trihidrat yang memenuhi syarat dan memiliki waktu pengapungan yang lama di
lambung. Penelitian ini dilakukan dengan membuat tiga formula tablet non efervescent dengan
menggunakan variasi bahan pematriks yaitu HPMC dan NaCMC dengan konsentrasi masing – masing
formula 1 25% dan 3%, formula 2 30% dan 3,5% serta formula 3 35% dan 4%. Tablet dibuat dengan
metode cetak langsung yang sebelumnya dilakukan evaluasi massa serbuk yaitu uji kecepatan alir, sudut
diam dan kompresibilitas. Dan selanjutnya dilakukan evaluasi tablet akhir yaitu uji keseragaman bobot dan
ukuran, uji kekerasan, uji kerapuhan, uji disolusi dan uji keterapungan. Hasil penelitian ini yaitu formula
tablet I dan III memenuhi semua persyaratan sedangkan formula II tidak memenuhi syarat uji kerapuhan.
Sedangkan formula yang memiliki sifat keterapungan yang paling baik adalah formula III.
Kata kunci : tablet, matriks gastroretentive, amoksisilin trihidrat
PENDAHULUAN
Pada saat sediaan mengapung di lambung, obat
dilepaskan perlahan dengan kecepatan yang dapat ditentukan (3).
Berdasarkan uraian di atas, maka telah diformulasi sediaan tablet gastroretentive dari amoksisilin dengan system floating yang stabil dan memiliki sifat farmaseutik yang baik.
Amoksisilin (α-aminohidroksi benzilpenisillin) adalah antibiotik semisintetik yang termasuk
dalam golongan β-laktam, yang efektif untuk pengobatan infeksi bakteri terutama infeksi bakteri Helicobacter pylori yang merupakan bakteri penyebab
utama penyakit radang lapisan lambung (gastritis).
Secara umum, bakteri ini kebanyakan berada di
lambung, Dengan demikian, konsentrasi dan waktu tinggal amoksisilin pada lambung harus efektif
untuk memberantas secara tuntas bakteri H. pylori.
Umumnya amoksisilin memiliki waktu tinggal yang
pendek di lambung. Karena itu diperlukan waktu
tinggal yang lebih lama oleh agen antimikroba
yang diinginkan agar lebih efektif untuk memberantas bakteri Helicobacter pylori (1).
Untuk mencapai tujuan di atas, maka
amoksisilin harus diformulasi dalam suatu bentuk
sediaan yang dapat bertahan lama di lambung.
Penelitian terdahulu dan beberapa literatur menyebutkan bahwa telah dikembangkan bentuk sediaan
baru yang dipertahankan di lambung dalam waktu
yang lama dan dapat diprediksi pelepasannya.
Bentuk sediaan yang bertahan di lambung, misalnya bentuk sediaan tablet gastroretentive, merupakan pilihan terapi baru yang penting (2).
Salah satu jenis sediaan tablet gastroretentive adalah floating system, yang merupakan
sistem dengan densitas yang kecil, yang memiliki
kemampuan mengambang kemudian mengapung
dan tinggal di lambung untuk beberapa waktu.
METODE PENELITIAN
Penyiapan Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain mesin
kempa tablet single punch (Erweka), alat uji
kekerasan tablet (Moesanto), alat uji kerapuhan
tablet / friabilator, alat uji disolusi, alu, indikator pH
universal (Nesco), corong, gelas piala 50 ml
(Pyrex), gelas ukur 100 mL dan 1000 mL (Pyrex),
gelas erlenmeyer 1000 ml (Pyrex), labu ukur 25 ml
dan 100 ml (Pyrex), timbangan analitik dan spektrofotometer UV-VIS.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain
aquadest, amoksisilin trihidrat, amoksisilin trihidrat
baku, HCl, Hidroksi Propil Metil Cellulosa (HPMC),
magnesium stearat, natrium klorida, natrium CMC,
laktosa, talk.
Rancangan formula
Penelitian dilakukan dengan menggunakan amoksisilin trihidrat sebagai bahan aktif,
131
132
Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.3 – November 2012, hlm. 131 – 138
kombinasi HPMC dan natrium CMC sebagai bahan matriks, magnesium stearat dan talk sebagai
bahan pelincir dan pelicin, serta laktosa sebagai
bahan pengisi. Rancangan formula selengkapnya
pada tabel 1.
Evaluasi Tablet
Tabel 1. Rancangan formula tablet matriks gastroretentive floating dari amoksisilin trihidrat.
Uji keseragaman ukuran
Komposisi dalam formula
Bahan (satuan)
Formula 1
Formula 2
Formula 3
250
250
250
HPMC (%)
25
30
35
NaCMC (%)
3
3,5
4
Magnesium
stearat (%)
5
5
5
Talk (%)
1
1
1
30,28
24,78
19,28
Amoksisilin
Trihidrat (mg%)
Laktosa (%)
Uji keseragaman bobot
Sebanyak 20 tablet ditimbang satu per
satu, kemudian dihitung bobot rata-ratanya.
Sebanyak 10 tablet diukur diameter dan
tebalnya satu per satu dengan menggunakan
penggaris, kemudian dihitung rata-ratanya.
Uji kekerasan tablet
Sebanyak 10 tablet secara bergantian diletakkan di antara ruang penjepit kemudian dijepit
dengan memutar alat penekan, sehingga tablet
kokoh ditempatnya dan petunjuk berada pada
skala 0, melalui putaran pada sebuah sekrup,
tablet akan pecah dan dibaca penunjuk skala pada
alat tersebut.
Uji kerapuhan tablet
Pembuatan Formula Tablet
Tablet dibuat secara kempa langsung.
Untuk setiap formula, bahan-bahan ditimbang
untuk pembuatan 100 tablet dengan bobot tablet
sekitar 700 mg dengan dosis amoksisilin 250
mg/tablet. Amoksisilin dicampur dengan HPMC,
natrium CMC, laktosa, magnesium stearat, dan
talk, lalu digerus hingga homogen. Massa serbuk
yang diperoleh lalu evaluasi kemudian dikempa
menjadi tablet.
Evaluasi Massa Serbuk
Uji Sifat Alir dan sudut diam
Sejumlah gram serbuk dimasukkan ke
dalam corong uji waktu alir. Penutup corong dibuka sehingga serbuk keluar dan ditampung pada
bidang datar. Waktu alir serbuk dicatat dan sudut
diamnya dihitung dengan persamaan :
α
Sejumlah tablet yang telah dibebaskan
dari debu ditimbang dan dimasukkan ke dalam
friabilator. Mesin dijalankan dengan kecepatan 25
rpm selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dan dibebasdebukan kembali, lalu ditimbang. Persentase kehilangan bobot menunjukkan kerapuhannya.
Uji disolusi
Tablet dimasukkan ke dalam labu yang
berisi larutan lambung buatan sebagai medium.
Pengaduk dayung diputar dengan kecepatan 50
putaran per menit. Suhu medium dijaga konstan
37°C dan volume medium disolusi adalah 900 mL.
Sampel obat yang terlepas ke dalam medium
diambil pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105,
120, 180, 240, 300 dan 360. Setiap pengambilan
sampel (5 ml), diganti dengan medium yang baru
dengan volume yang sama dengan yang diambil
sehingga volume medium selalu tetap. Tiap sampel yang diambil dari medium disolusi diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-VIS pada
panjang gelombang serapan maksimum.
Uji keterapungan
Uji kompresibilitas
Sejumlah serbuk dimasukkan ke dalam
gelas ukur 100 ml dan dicatat volumenya sebagai
Vo, kemudian dilakukan pengetukan sebanyak 500
kali, lalu dicatat kembali volumenya sebagai V, dan
indeks kompresibilitas dihitung sebagai berikut:
I=
–
x 100%
Uji keterapungan dilakukan dengan mengamati secara visual. Tablet dimasukkan kedalam
gelas kimia 50 ml yang berisi larutan HCl pH 1,2
lalu lama pengapungannya dicatat.
Pembuatan medium disolusi
Sebanyak 2,0 g natrium klorida P
dilarutkan dalam 7,0 ml asam klorida P dan air
secukupnya hingga 1000 ml. Larutan mempunyai
pH lebih kurang 1,2 (4)
Nursiah Hasyim, dkk, Pengembangan Formulasi Tablet Matriks Gastroretentive Floating Dari Amoksisilin Trihidrat
Penyiapan kurva baku amoksisilin trihidrat
dalam medium cairan lambung buatan (pH 1,2)
Pembuatan larutan baku
Sebanyak 50 mg amoksisilin baku dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, lalu dilarutkan dengan medium cairan lambung buatan pH
1,2 dan dicukupkan sampai batas tanda, lalu
dikocok homogen sehingga diperoleh larutan
baku stok dengan konsentrasi 500 ppm. Selanjutnya dari larutan stok dipipet 5 ml dan dimasukkan
ke dalam labu ukur 25 ml dan ditambah dengan
medium cairan lambung buatan pH 1,2 sampai
garis tanda, maka diperoleh larutan dengan
konsentrasi 100 ppm. Selanjutnya dipipet 10 ml
dari larutan induk baku untuk larutan konsentrasi
200 ppm, 15 ml untuk larutan 300 ppm dan 20 ml
untuk konsentrasi 400 ppm.
Penentuan panjang gelombang untuk serapan
maksimum
Serapan larutan kurva baku amoksisilin
trihidrat pada konsentrasi 100, 200, 300, 400 dan
500 ppm diukur pada panjang gelombang 200400 nm, kemudian ditentukan panjang gelombang serapan maksimum yang tercatat pada 271
nm.
Pembuatan kurva baku
Serapan dari masing-masing larutan hasil
pengenceran 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm
pada panjang gelombang maksimum dicatat,
kemudian dibuat persamaan kurva baku
amoksisilin trihidrat dengan menghubungkan nilai
serapan (A) dan konsentrasi larutan baku (c)
dalam persamaan garis lurus, A = a + bc.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Banyak metode yang dapat digunakan
untuk membuat sediaan lepas lambat, salah
satunya adalah sediaan yang dirancang untuk
tetap tinggal di lambung. Bentuk sediaan yang
dapat dipertahankan di dalam lambung disebut
gastroretentive drug delivery system (GRDDS).
GRDDS dapat memperbaiki pengontrolan penghantaran obat yang memiliki jendela terapeutik
sempit, dan absorbsinya baik di lambung.
Pemberian obat gastroretentive adalah sebuah pendekatan untuk memperpanjang waktu
tinggal di lambung, sehingga menargetkan lokasi
pelepasan obat secara spesifik pada saluran
pencernaan untuk efek lokal atau sistemik. Bentuk
sediaan gastroretentive bisa tetap di wilayah
lambung dalam periode yang lama dan secara
signifikan memperpanjang waktu tinggal obat di
lambung.
Pada penelitian ini digunakan amoksisilin
trihidrat. Adapun ciri-ciri obat yang dapat dibuat
133
dalam bentuk sediaan gastroretentive adalah 1)
Obat yang secara lokal aktif di dalam lambung,
misalnya misroprostol, antasid, 2) Obat yang penyerapannya kecil pada saluran pencernaan, misalnya L-dopa, para aminobenzoic acid, furosemid,
riboflavin, 3) Obat yang tidak stabil dalam lingkungan usus atau kolon, misalnya kaptopril, ranitidin HCl, metronidazol, 4) Obat yang dapat membasmi mikroba patogen di lambung, misalnya
antibiotik yang aktif terhadap Helicobacter pylori, 5)
Obat yang menunjukkan kelarutan yang rendah
pada pH yang tinggi, misalnya diazepam, klordiazepoxid, verapamil HCl.
Pada penelitian ini, amoksisilin trihidrat
diformulasi dalam bentuk tablet matriks gastroretentive floating dengan menggunakan kombinasi
matriks HPMC dan NaCMC. Bahan matriks yang di
rekomendasikan untuk formulasi sistem floating
adalah polimer eter selulosa, khususnya hidroksi
propil metil selulosa dan turunannya (5). Sedangkan Natrium CMC digunakan untuk membantu
kerja HPMC, sehingga digunakanlah variasi bahan
matriks.
Penelitian ini dibuat dalam tiga konsentrasi
matriks yang berbeda dengan konsentrasi amoksisilin yang sama yakni 250 mg/tablet. Pada formula
1 digunakan konsentrasi HPMC 25% dan NaCMC
3%, formula 2 : HPMC 30% dan NaCMC 3,5%,
dan formula 3 : HPMC 35% dan NaCMC 4%.
Selain itu bahan lain yang juga digunakan adalah
magnesium stearat dan talk sebagai pelincir dan
pelicin serta laktosa sebagai bahan pengisi. Semua bahan untuk masing-masing formula dicampur hingga menjadi massa serbuk yang homogen.
Setelah semua bahan tercampur dan menjadi
massa serbuk yang baik, dilakukan evaluasi
massa serbuk yaitu kecepatan alir, sudut diam,
dan kompresibilitas.
Dari uji kecepatan alir diperoleh nilai ratarata untuk masing-masing formula 1, 2 dan 3 yaitu
4,46 g/detik, 4,56 g/detik dan 4,69 g/detik, seperti
yang disajikan dalam tabel 2. Ini menunjukkan
bahwa ketiga formula memiliki kecepatan alir yang
baik dan termasuk ke dalam kategori bebas mengalir. Kecepatan alir granul mempengaruhi proses
pengempaan, yaitu kecepatan alir yang baik dapat
menghasilkan tablet dengan bobot yang seragam
sehingga keseragaman dosis akan tercapai.
Tabel 2. Hasil uji kecepatan alir serbuk formula tablet
gastroretentive amoksisilin.
Kecepatan Alir (g/det)
Replikasi
Formula 1
Formula 2
Formula 3
1
4,86
4,54
4,85
2
3,57
5,00
4,46
3
4,96
4,16
4,76
Total
13,39
13,70
14,07
Rata-Rata
4,46
4,56
4,69
134
Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.3 – November 2012, hlm. 131 – 138
Selanjutnya sudut diam diperoleh 17,42°
untuk formula 1; 16,71° untuk formula 2 dan 17,02°
untuk formula 3 (tabel 3). Besarnya sudut diam dipengaruhi oleh kecepatan alir. Sudut diam merupakan hasil tangensial dari sudut yang dibentuk
oleh aliran serbuk. Secara teoritis, nilai sudut diam
yang didapatkan merupakan nilai yang memenuhi
syarat granul/serbuk yang baik, sebagaimana
dipaparkan bahwa nilai sudut diam yang baik yaitu
kurang dari 20° – 40°, di atas 50° serbuk akan sulit
mengalir (6).
Tabel 3. Hasil pengukuran sudut diam serbuk formula
tablet gastroretentive amoksisilin.
o
Sudut Diam ( )
Replikasi
Formula 1
Formula 2
Formula 3
1
16,17
15,64
15,10
2
17,53
19,39
19,79
3
18,57
15,10
16,17
Total
52,27
50,13
51,06
Rata-Rata
17,42
16,71
17,02
Pada pengujian kompresibilitas diperoleh
kompresibilitas untuk formula 1 adalah 19,25%,
formula 2 sebesar 19,96% dan formula 3 sebesar
18,5% (tabel 4). Uji kompresibilitas dilakukan untuk
melihat bagaimana ikatan antar serbuk. Nilai kompresibilitas yang besar menunjukan ikatan antar
massa serbuk yang buruk. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa formula 2 memiliki indeks kompresibilitas yang paling besar di antara formula
yang lain. Dengan demikian, meskipun dikempa
dengan kekuatan pencetakan yang sama dengan
formula lain, namun tablet yang dihasilkan dari
formula 2 bersifat kurang mampat sehingga tidak
sekeras tablet formula yang lain.
Tabel 4. Hasil uji kompresibilitas serbuk formula tablet
gastroretentive amoksisilin.
Kompresibilitas (%)
dapat menghasilkan tablet yang terbaik. Dalam
metode kempa langsung dihasilkan tablet dengan
ukuran dan bobot yang seragam dan juga karena
sifat alir dari massa serbuk ketiga formula tersebut
telah memenuhi persyaratan sehingga metode
kempa langsung di anggap metode cetak tablet
yang terbaik dalam penelitian ini.
Hasil uji keseragaman bobot menunjukkan
pada formula 1 bobot rata-rata tablet 0,693 g,
formula 2 sebesar 0,682 g dan formula 3 sebesar
0,686 g (tabel 5). Ketiga formula tablet memenuhi
syarat keseragaman bobot menurut Farmakope
Indonesia yakni tidak boleh lebih dari dua tablet
yang bobot rata-ratanya lebih besar dari 5 % dan
tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang
lebih dari 10 %.
Tabel 5. Hasil uji keseragaman bobot tablet gastroretentive amoksisilin.
Bobot tablet (gram)
Tablet
Formula 1
Formula 2
Formula 3
1
0,68
0,66
0,71
2
0,73
0,65
0,65
3
0,75
0,66
0,71
4
0,76
0,63
0,65
5
0,68
0,67
0,62
6
0,69
0,68
0,68
7
0,70
0,67
0,68
8
0,72
0,68
0,70
9
0,70
0,68
0,68
10
0,73
0,68
0,72
11
0,66
0,70
0,67
12
0,68
0,73
0,73
13
0,67
0,68
0,72
14
0,68
0,67
0,73
15
0,68
0,70
0,68
16
0,71
0,72
0,67
17
0,68
0,67
0,70
18
0,66
0,70
0,65
19
0,65
0,68
0,72
20
0,65
0,73
0,66
TOTAL
13,86
13,64
13,73
Rata-rata
Replikasi
Formula 1
Formula 2
Formula 3
1
19,75
20,9
19
2
18
19
18,5
3
20
20
18
Total
57,75
59,9
55,5
Rata-Rata
19,25
19,96
18,5
Setelah dilakukan evaluasi, massa serbuk
kemudian dikempa menjadi tablet. Metode yang
digunakan yaitu metode kempa langsung. Karena
metode kempa langsung merupakan metode yang
Syarat
0,693
0,682
0,686
Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
bobotnya lebih besar 5% dari bobot ratarata dan tidak boleh ada satu tablet yang
bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari
bobot rata-rata
Uji keseragaman ukuran tablet menunjukkan bahwa formula 1 memiliki diameter rata-rata
1,2 cm dan tebal 0,4 cm. Begitu pula dengan
formula 2 dan 3 (tabel 6). Ketiga formula tablet
memenuhi persyaratan keseragaman ukuran yakni
kecuali dinyatakan diameter tablet tidak lebih dari
3 kali dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet (7).
Nursiah Hasyim, dkk, Pengembangan Formulasi Tablet Matriks Gastroretentive Floating Dari Amoksisilin Trihidrat
Kecepatan alir massa serbuk yang baik berperan
dalam keseragaman ukuran karena memungkinkan pengisian serbuk yang seragam ke dalam
ruang pencetakan.
Tabel 6. Hasil uji keseragaman ukuran diameter (D) dan
tebal (T) tablet gastroretentive amoksisilin
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Tablet
D
(cm)
T
(cm)
D
(cm)
T
(cm)
D
(cm)
T
(cm)
1
1,2
0,4
1,2
0,4
1,2
0,4
2
1,2
0,4
1,2
0,4
1,2
0,4
3
1,2
0,4
1,2
0,4
1,2
0,4
4
1,2
0,4
1,2
0,4
1,2
0,4
5
1,2
0,4
1,2
0,4
1,2
0,4
6
1,2
0,4
1,2
0,4
1,2
0,4
7
1,2
0,4
1,2
0,4
1,2
0,4
8
1,2
0,4
1,2
0,4
1,2
0,4
9
1,2
0,4
1,2
0,4
1,2
0,4
10
1,2
0,4
1,2
0,4
1,2
0,4
TOTAL
12
4
12
4
12
4
Rata-rata
1,2
0,4
1,2
0,4
1,2
0,4
Syarat
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan
1
tidak kurang dari 1 /3 tebal tablet
Hasil uji kekerasan tablet menunjukkan
rata-rata untuk formula 1 sebesar 6 kgf, formula 2
sebesar 5,75 kgf dan formula 3 sebesar 6,8 kgf
(tabel 7). Kekerasan tablet berbeda-beda antar
formula, hal ini menunjukkan bahwa masingmasing formula memiliki sifat kompaktibilitas yang
berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan
konsentrasi bahan matriks yang digunakan untuk
tiap formula. Umumnya tablet tanpa salut mempunyai daya kekerasan sekitar 4 – 7 kgf. Jadi,
ketiga formula tablet memiliki kekerasan yang memenuhi syarat.
Tabel 7. Hasil uji kekerasan tablet gastroretentive
amoksisilin
Kekerasan tablet (kgf)
Tablet
Formula 1
Formula 2
Formula 3
1
6
4,5
8
2
11
6
8
3
5
6,5
4,5
4
6
6
6,5
5
8
4,5
6
6
3,5
10
8
7
6
4,5
6,5
8
6
6
8
9
4,5
4,5
5
10
4
5
7,5
TOTAL
60
57,5
68
rata-rata
6
5,75
6,8
135
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet terhadap pengikisan dan goncangan. Tablet yang mudah rapuh dan pecah pada
pengemasan dan transportasi akan kehilangan keindahan dalam penampilannya. Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin
besar persentase kerapuhan, maka makin besar
massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi
akan mempengaruhi kadar zat aktif yang terdapat
di dalam tablet. Uji kerapuhan terhadap ketiga
formula tablet yang diproduksi menunjukkan formula 1 memiliki kerapuhan 0,82%, formula 2 sebesar 1,32% dan formula 3 sebesar 0,43% (tabel 8).
Syarat kerapuhan tablet tidak lebih dari 1 % (6).
Berdasarkan hasil ini hanya formula 2 yang tidak
memenuhi syarat karena memiliki kerapuhan di
atas 1%. Hal ini disebabkan karena formula 2 memiliki kompresibilitas yang lebih tinggi dari formula
1 dan 3 sehingga menyebabkan formula 2 bersifat
lebih rapuh dibandingkan dengan formula lainnya.
Tabel 8. Hasil uji kerapuhan tablet gastroretentive
amoksisilin
Formula
Kerapuhan (%)
F1
0,82
F2
1,32
F3
0,43
Syarat
Kurang dari 1%
Uji keterapungan merupakan evaluasi penting dari sediaan sistem mengapung. Sediaan
harus dapat mengapung secepat mungkin setelah
sediaan dimasukkan ke dalam medium dan harus
dapat tetap mengapung selama mungkin di dalamnya. Pada saat uji keterapungan diamati floating
lag time, yaitu periode waktu antara masuknya
tablet ke dalam medium sampai mengapungnya
tablet. Selain itu diamati pula lamanya tablet mengapung di dalam medium. Tablet mengapung yang
dibuat pada penelitian ini menggunakan sistem
noneffervescent. Mekanisme keterapungan tablet
disebabkan karena mengembangnya lapisan matriks ketika berkontak dengan cairan lambung setelah pemberian oral, lapisan matriks ini akan membentuk lapisan gel di sekitar tablet. Struktur gel
bertindak sebagai reservoir untuk obat yang akan
dilepaskan perlahan dan dikontrol oleh difusi melalui lapisan gel. Hasil dari uji keterapungan adalah
formula 1 memiliki floating lag time selama 27 detik
dan dapat mengapung selama 12 jam 10 menit,
formula 2 selama 13 detik dan dapat mengapung
selama 15 jam, dan formula 3 selama 13 detik dan
dapat mengapung selama 20 jam (tabel 9). Menurut teori keterapungan, tablet yang baik yang dihasilkan dari metode sistem mengapung adalah
apabila tablet tersebut memiliki floating lag time
yang cepat dan mempunyai waktu mengapung
Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.3 – November 2012, hlm. 131 – 138
yang lebih lama. Berdasarkan hal tersebut maka
formula 3 merupakan formula paling lebih baik dibandingkan dengan formula lainnya karena memiliki floating lag time yang baik di dalam medium
dan lama mengapung yang cukup lama.
Tabel 9. Hasil uji keterapungan tablet gastroretentive
amoksisilin pada medium cairan lambung buatan
dengan pH 1,2
Formula
Floating lag
time
Lama sediaan
mengapung
F1
27 detik
13 jam 10 menit
F2
13 detik
15 jam
F3
13 detik
20 jam
Uji disolusi yang dilakukan pada penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan alat disolusi
tipe 2 (Tipe dayung) dengan kecepatan 50 rpm. Uji
disolusi menggunakan medium cairan lambung
buatan dengan pH 1,2 dengan volume 900 ml dan
temperatur dijaga konstan pada 37oC. Pengujian
dilakukan selama 6 jam dengan pengambilan sampel cairan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 75, 90,
105, 120, 180 240, 300 dan 360. Setiap pengambilan, medium diganti sebanyak medium yang diambil. Hasil uji disolusi dari ketiga formula menunjukkan bahwa ketiganya melepaskan obat dengan
kadar 67,26 – 85,17% selama 6 jam. Laju pelepasan obat paling lambat terjadi pada formula 3, yaitu
selama 6 jam amoksisilin yang dilepaskan mencapai 67,26%, sedangkan laju pelepasan obat paling cepat terjadi pada formula 1, yaitu selama 6
jam amoksisilin yang dilepaskan mencapai 85,17%
(tabel 10). Hal ini berarti formula 3 (matriks HPMC
35% dan Natrium CMC 4%) merupakan formula
yang dapat menahan pelepasan obat lebih lama
dibandingkan dengan formula yang lain.
Tabel 10. Hasil uji disolusi tablet gastroretentive amoksisilin pada medium cairan lambung buatan pH 1,2
Waktu
Rata-rata % terdisolusi
sampling,
Formula 1
Formula 2
Formula 3
t (menit)
15
29,40
27,27
16,67
30
31,82
29,42
18,36
45
32,04
30,02
19,92
60
41,81
34,58
22,03
75
49,68
38,89
23,31
90
49,95
40,31
26,64
105
52,63
45,32
27,19
120
52,92
52,76
33,33
180
61,66
53,27
40,09
240
66,80
61,96
48,70
300
76,76
68,69
56,56
360
85,17
81,46
67,26
Pada penentuan panjang gelombang
untuk serapan maksimum, tercatat panjang
gelombang 271 nm yang menghasilkan serapan
maksimum dari larutan baku amoksisilin yang diukur. Selanjutnya serapan dari masing-masing larutan hasil pengenceran 100, 200, 300, 400, dan
500 ppm pada panjang gelombang maksimum
dicatat, kemudian dibuat persamaan kurva baku
amoksisilin trihidrat dengan menghubungkan nilai
serapan (A) dan konsentrasi larutan baku (c), dan
diperoleh persamaan A = 0,003c + 0,003, dengan
koefisien regresi (R) = 0,998 (Tabel 11 dan
gambar 1).
Tabel 11. Hubungan konsentrasi larutan baku amoksisilin dengan serapan yang diukur pada panjang
gelombang 271 nm.
Konsentrasi (c)
Serapan (A)
100 ppm
0,29454
200 ppm
0,56661
300 ppm
0,81912
400 ppm
1,10750
500 ppm
1,42200
1,6
1,4
Serapan, A
136
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
A = 0,003c + 0,003
R² = 0,998
0,2
0,0
0
100
200
300
400
500
Konsentrasi, c (ppm)
Gambar 1. Kurva baku hubungan konsentrasi larutan
baku amoksisilin dengan serapannya pada panjang
gelombang 271 nm
KESIMPULAN
1. Tablet yang memiliki sifat keterapungan yang
paling baik adalah formula 3 dengan Floating
lag time 13 detik dan mengapung selama 20
jam.
2. Formula tablet 1 dan 3 memenuhi syarat berdasarkan uji keseragaman bobot, ukuran, uji kekerasan dan kerapuhan sedangkan formula 3
memenuhi syarat uji keseragaman bobot,
ukuran, uji kekerasan tetapi tidak memenuhi
syarat uji kerapuhan.
Nursiah Hasyim, dkk, Pengembangan Formulasi Tablet Matriks Gastroretentive Floating Dari Amoksisilin Trihidrat
DAFTAR PUSTAKA
1. Vinay, P., Sarasija,S.C., and Hemanth, J. 2010.
Gastroretentive Drug Delivery System in vitro
evaluation. International Journal of Pharma and
Bio Sciences, 2-6.
2. Garg, R., and Gupta, G.D. 2008. Progress in
controlled gastroretentive delivery systems.
Trop. J Pharm Res, 7, 2-3.
3. Gohel, M.C. 2004. A more relevant dissolution
method for evaluation of floating drug delivery
system. www.dissolutiontech.com/200411Article/A03.pdf, diakses tanggal 6 maret 2012.
137
4. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan. 1995. Farmakope Indonesia, ed.4.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
5. Saifullah, S. 2008. Eksipient untuk sediaan
tablet. www.saifullah.staff.ugm.ac.id/?p=37, diakses tanggal 6 Maret 2012..
6. Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kaning,
J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Ed.3, Univesitas Indonesia Press. Jakarta.
7. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan. 1995. Farmakope Indonesia, ed.3.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
138
Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.3 – November 2012, hlm. 131 – 138
Download