BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sarana dan Prasarana Pendidikan 2.1.1 Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana mempunyai arti yang luas. Banyak para ahli yang menjelaskan tentang definisi dari sarana dan prasarana menurut pendapatnya masig-masing. Menurut kamus besar bahasa Indonesia dikatakan perbedaan dari sarana dan prasarana yaitu sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan, sedangkan prasarana adalah penunjang terselenggarakannya suatu proses. Menurut pendapat Bafadal dan Mulyasa tentang sarana dan prasarana pendidikan. “Sarana dan prasarana pendidikan merupakan perangkat peralatan, bahari, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah”1 “Sarana adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran.”2 1 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm. 2 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002) Cet Ke-2, hlm. 49 8 Hal ini juga ditambahkan oleh Daryanto tentang pengertian tentang sarana dan prasarana pendidikan. “Secara otimologis (arti kata) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya: lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang, dan sebagainya. Sedangkan sarana seperti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.”3 Pengertian sarana prasarana pendidikan juga dikemukakan oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi. “Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar-mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sarana prasarana merupakan keseluruhan proses pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan sarana prasarana dan peralatan yang digunakan untuk menunjang pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif dan efisien.”4 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan adalah semua perangkat yang menunjang proses pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung, guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien . 2.1.2 Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana disebut juga dengan fasilitas pendidikan. Sarana dan prasarana dibedakan menjadi beberapa jenis menurut suatu sudut pandang 3 4 H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 51 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Cet. 4, hlm. 170 9 tertentu. Menurut Daryanto dan Farid (2013: 103-104) fasilitas atau sarana dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Fasilitas fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau fisik yang dapat dibedakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan sesuatu usaha. Fasilitas fisik juga disebut fasilitas materiil. Contoh dalam kegiatan pendidikan yaitu perabotan ruang kelas, perabotan kantor tata usaha, perabotan laboratorium, perabotan perpustakaan, dan ruang praktek. 2. Fasilitas uang, yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang. Menurut Daryanto dan Farid , sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu (1) habis tidaknya dipakai; (2) bergerak tidaknya pada saat digunakan; (3) hubungannya dengan proses belajar mengajar. Adapun penjelasan masing-masing yaitu sebagai berikut: 1. Dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana prasarana, yaitu sarana pendidikan yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama. a. Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Contoh; kapur tulis, beberapa bahan kimia untuk praktik guru dan siswa, dsb. Selain itu ada sarana pendidikan yang berubah bentuk, misalnya kayu, besi, kertas karton yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar. b. Sarana pendidikan tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama. 10 Contoh; bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa peralatan olah raga. 2. Ditinjau dari bergerak tidaknya saat digunakan, ada dua macam sarana prasarana, yaitu sarana pendidikan yang bergerak dan srana pendidikan yang tidak bergerak. a. Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakainya, contohnya: almari arsip sekolah, bangku sekolah, dsb. b. Sarana pendidikan yang tidak bergerak adalah semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan, misalnya saluran dari Perusahaan Air Minum (PDAM). 3. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada tiga macam sarana pendidikan, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran. a. Alar pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar, misalnya buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktik. b. Alat peraga adalah pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang mudah memberi pengertian kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak sampai dengan yang konkret. c. Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Ada tiga jenis media, yaitu: media aaudio, media visual, dan media audio visual. 11 Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: 1. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti: ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik ketrampilan, dan ruang laboratorium. 2. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, misalnya: ruang kantor, kantn sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana dibedakan menjadi dua, yaitu sarana prasarana fisik dan uang; sarana dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sarana yang habis dipakai dan tahan lama, sarana yang bergerak dan tidak bergerak saat digunakan, serta sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran meliputi alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran; sedangkan prasarana dibedakan menjadi dua macam, yaitu prasarana yang secara langsung digunakan dan prasarana yang keberadaannya tidak langsung digunakan. 2.1.3 Fungsi Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang harus dipenuhi dalam dunia pendidikan. Daryanto dan Farid mengemukakan fungsi sarana dan prasarana pendidikan. 12 “Sarana prasaran merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar.”5 Sarana prasarana pendidikan berfungsi sebagai penunjang aktivitas belajar mengajar di sekolah. Tanpa adanya sarana prasarana dalam proses pembelajaran, tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. 2.2. Standardisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dituntut adanya pemenuhan sarana prasarana yang memadai dan memenuhi standar minimum yang telah ditetapkan. Standar minimum dalam pengadaan sarana prasarana ini disebut sebagai standardisasi sarana dan prasarana. Handoko dalam Barnawi dan Arifin mengemukakan pengertian kata standardisasi. “Kata standardisasi bukan berasal dari kata standard + -isasi, tetapi merupakan sebuah kata dasar hasil serapan dari bahasa asing. Kata standardisasi mempunyai arti penyesuaian bentuk (ukuran atau kualitas) dengan pedoman/standar yang telah ditetapkan. “6 Sekolah/madrasah di Indonesia dituntut memenuhi standardisasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Barnawi dan Arifin mengemukakan 8 jenis standar yang harus dipenuhi oleh sekolah. “Terdapat 8 jenis standar yang harus dimiliki sekolah, antara lain: (1)standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidikan dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan; (8) standar penilaian pendidikan.”7 5 H. M. Daryanto dan Mohammad Arifin, op. cit. hlm 103 6 Barnawi dan M. Arifin, op. cit, hlm 86 Barnawi dan M. Arifin, loc. cit 7 13 Standardisasi yang ditentukan oleh pemerintah dicantumkan dalam PP No 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Penyusunan SNP di Indonesia bertujuan memacu sekolah/madrasah di Indonesia dalam pengelolaan sekolah/madrasah untuk meningkatkan kualitas pemberian layanan pendidikan. Standar sarana prasarana merupakan salah satu standar nasional pendidikan yang penyelenggaraan harus pendidikan dipenuhi di sekolah/madrasah sekolah/madrasah. tersebut Barnawi dan dalam Arifin mengemukakan pengertian standardisai sarana dan prasarana sekolah. “Standardisasi sarana prasarana sekolah dapat diartikan sebagai suatu penyesuaian bentuk, baik spesifikasi, kualitas, maupun kuantitas sarana dan prasarana sekolah dengan kriteria minimum yang telah ditetapkan untuk mewujudkan transparasi dan akuntabilitas publik serta meningkatkan kinerja penyelenggaraan sekolah/madrasah.”8 PP No 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) juga menjelaskan pengertian standar sarana dan prasarana. Standar sarana dan prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorim, bengkel kerja, tempat berain, tempat berkreasi, dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.”9 Jadi dapat disimpulkan bahwa standardisasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah adalah standar minimum yang telah ditetapkan mengenai sarana dan prasarana di sekolah yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. 8 Ibid., hlm 87 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013, Tentang Standar Nasional Pendidikan 9 14 Secara rinci standar sarana prasarana pendidikan sekolah dasar, menengah, dan kejuruan dapat dilihat dalam peraturan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas RI) No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan sekolah Menngah atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Permendiknas tersebut mengatur tiga pokok bahasan, yaitu lahan, bangunan, dan kelengkapan sarana prasarana sekolah. Barnawi dan Arifin menjelaskan pengertian lahan, bangunan, dan kelengkapan sarana prasarana sekolah. “Lahan adalah bidang permukaan tanah yang di atasnya terdapat prasarana sekolah/madrasah yang meliputi bangunan, lahan praktek, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan pertamanan. Bangunan adalah gedung yang digunakan untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Sementara yang dimaksud kelengkapan sarana dan prasarana memuat berbagai macam ruang dengan segala perlengkapannya.”10 Standardisasi sarana dan prasarana sekolah meliputi standar minimum tentang lahan yang merupakan tanah untuk mendirikan bangunan, bangunan sebagai tampat penunjang pembelajaran, dan kelengkapan yang terdapat di dalamnya. Adapun tentang standar sarana dan prasarana SMP/MA menurut Permendiknas No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana akan dilampirkan dalam penelitian ini. 10 Barnawi dan M. Arifin, op. cit., hlm 86 15 2.3. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan 2.3.1 Pengertian Sarana dan prasarana pendidikan dapat direalisasiakan dengan baik apabila dikelola dengan baik pula. Pemenuhan sarana prasarana pendidikan dilakukan dengan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang efektif dan efisien. Sudjana dan Hamiseno dalam Arikunto menjelaskan pengertian pengelolaan. “Pengelolaan adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Pengelolaan itu merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orangorang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.”11 “Pengelolaan adalah substansi dari mengelola, sedangkan mengelola adalah kegiatan yang dimulai dari penyusunan data, merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, sampai dengan pengawasan dan penilaian.”12 Pengelolaan adalah kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan yang meilputi penyusunan data, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaa, pengawasan, dan penilaian yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu organisasi. Daryanto dan Farid mengemukakan alasan pentingnya pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah. “Pengelolaan sarana dan prasarana dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan degan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah, karena keberadaannya akan 11 Sudjana S, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: PT. Falh Production, 2000) hlm 47 Suharsimi. Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996) Cet. 4, hlm 7-8 12 16 sangatmendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di sekolah”13 Barnawi dan Arifin mengemukakan pengertian pengelolaan sarana dan prasarana. “Pengelolaan sarana dan prasarana sekolah merupakan sumber daya manusia yang mengoptimalkan pemanfaatan berbagai jenis sarana dan prasarana untuk kepentingan pendidikan di suatu sekolah tertentu.”14 Sarana dan prasarana pendidikan di sekolah perlu dikelola secara efektif dan efisien untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Pengelolaan sarana prasarana adalah kegiatan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana di sekolah secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh anggota sekolah. 2.3.2 Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Tujuan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan secara umum adalah memberikan layanan secara profesional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien (Daryanto dan Farid, 2013: 108), sedangkan secara khusus adalah untuk mengupayakan; 1. pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, dan 2. sarana dan prasarana sekolah secara tepat keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai. 13 H. M. Daryanto dan Mohammad Arifin, op. cit. hlm 113-114 14 Barnawi dan M. Arifin, op. cit. hlm 171 17 dan efisien, sehingga Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah untuk memberikan pelayanan dalam perencanaan, pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana di sekolah secara efektif dan efisien. 2.3.3 Prosedur Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Pengelolaan sarana dan prasarana diharapkan menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa dalam belajar di sekolah. Daryanto dan Farid mengemukakan tentang pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. “Suksesnya pembelajaran di sekolah didukung oleh adanya pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah secara efektif dan efisien.” 15 Sarana prasarana di sekolah perlu dikelola secara efektif dan efisian guna mendukung keberhasilan dalam proses pembelajaran. Barnawi dan Arifin mengemukakan proses dalam pengelolaan sarana prasarana di sekolah. “Proses-proses yang dilakukan dalam upaya pengadaan dan pendayagunaan, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan penghapusan.”16 Proses dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan penghapusan. Kelima proses tersebut dapat disebut juga dengan langkah-langkah dalam pengelolaan sarana prasarana. 15 16 Daryanto dan Farid, op. cit. hlm 113 Barnawi dan M. Arifin, op. cit. hlm 48 18 1. Perencanaan Kegiatan akan dilaksanakan dengan menentukan perencanaan terlebih dahulu. Tanpa adanya suatu perencanaan, maka kegiatan tersebut tidak akan terlaksana dengan baik. Pengelolaan sarana prasarana di sekolah harus diawali dengan proses perencanaan. Sa’ud, dkk serta Barnawi dan Arifin mengemukakan pengertian perencanaan pendidikan. “Perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asasi) internal dan berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batasan waktu untuk satu jenis keiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.”17 “Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses perancangan upaya pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang, rekondisi/rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.”18 Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan adalah proses perancangan yang dilakukan secara berkesinambungan dalam pengadaan sarana dan prasarana di sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah. Perencanaan sarana dan prasarana di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah dan wakasek sarana prasarana dengan melibatkan seluruh pihak sekolah. Menurut Bafadal (2003: 27), perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus memenuhi prinsip-prinsip: 17 18 Udin Syaefudin Sa’ud, dkk, Perencanaan Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hlm 12 Barnawi dan M. Arifin, op. cit. hlm 51 19 a. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus betul-betul merupakan proses intelektual. b. Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan. c. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus realistis, sesuai dengan kenyataan anggaran. d. Visualisasi hasil perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya. Prinsip-prinsip dalam perencanaan sarana dan prasarana yaitu perencanaan sarana dan prasarana merupakan proses yang intelektual, berdasarkan kebutuhan, harus direalisasikan dan perencanaan dilakukan secara rinci dan jelas. Gunawan (1996: 117) menyebutkan fungsi pokok dari perencanaan yaitu: a. Suatu rencana/perencanaan dapat digunakan untuk mengontrol setiap langkah kegiatan pekerjaan. b. Bila terpaksa terjadi hambatan/kendala, demi tetap tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, maka rencana/perencanaan dapat digunakan untuk memberi arah perubahan seperlunya. Fungsi pokok dari perencanaan yaitu untuk mengontrol dan sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana. Menurut Arikunto dan Yuliana (2008: 275-276), untuk mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran dilalui tahap-tahap tertentu: 20 a. Mengadakan analisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau media dalam penyampaiannya. Dari analisis materi ini dapat didaftar alat-alat/media apa yang dibutuhkan. Ini dilakukan oleh guruguru bidang studi. b. Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru-guru ternyata melampaui kemampuan daya beli atau daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat-alat yang mendesak pengadaannya. Kebutuhan lain dapat dipenuhi pada kesempatan lain. c. Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada. Alat yang sudah ada ini perlu dilihat kembali, lalu mengadakan reinventarisasi. Alat yang perlu diperbaiki atau diubah disendirikan untuk diserahkan kepada orang yang dapat memperbaiki. d. Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran/media yang masih dapat dimanfaatkan, baik dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak. e. Mencari dana (bila belum ada). Kegiatan dalam tahap ini adalah mengadakan tentang perencanaan bagaimana caranya memperoleh dana, baik dari dana rutin maupun non rutin. Jika suatu sekolah sudah mengajukan usul kepada pemerintah dan ska-nya sudah keluar, maka prosedur ini tinggal menyelesaikan pengadaan macam alat/media yang dibutuhkan sesuai dengan besarnya pembiayaan yang disetujui. f. Menunjuk seseorang untuk melaksanakan pengadaan alat. Penunjukan sebaiknya mengingat beberapa hal: keahlian, kelincahan, berkomunikasi, kejujuran dan tidak hanya seorang. 21 Perencanaan alat penunjang pembelajaran diawali dengan analisis kebutuhan oleh guru-guru bidang studi, kemudian berdasarkan kebutuhan yang diajukan tersebut akan ditentukan skala prioritasnya, mengadakan inventarisasi dan reinventarisasi untuk menentukan barang yang masih bisa dipakai atau harus diperbaiki, mencari dana untuk pengadaan, dan menunjuk seseorang/panitia untuk melaksanakan pengadaan. 2. Pengadaan Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan upaya untuk merealisasikan perencanaan yang telah disusun. Pengadaan sarana prasarana dalam setiap sekolah dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait di sekolah, yaitu kepala sekolah, bendahara, wakil kepala sekolah khususnya wakil kepala sekolah (wakasek) sarana prasrana, kepala setiap bagian tertentu di sekolah, dan guru. Penanggungjawab tertinggi dalam pengadaan sarana prasarana adalah kepala sekolah dan wakasek sarana prasarana. Gunawan serta Barnawi dan Arifin mengemukakan pengertian pengadaan. “Pengadaan merupakan segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang/benda/jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas.”19 “Pengadaan merupakan serangkaian kegiatan menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan.”20 Daryanto dan Farid (2013: 112), mengemukakan, pengadaan sarana prasarana pendidikan merupakan upaya merealisasikan rencana kebutuhan 19 20 Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), Cet. 1, hlm 135 Barnawi dan M. Arifin, op. cit. hlm 60 22 pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya, antara lain sebagai berikut: a. Pengadaan buku, alat, dan perabotan dilakukan dengan cara membeli, menerbitkan sendiri, dan menerima bantuan/hadiah/hibah. b. Pengadaan bangunan, dapat dilaksanakan dengan cara; membangun bangunan baru, membeli bangunan, menyewa bangunan, menerima hibah bangunan, dan menukar bangunan. c. Pengadaan tanah, dapat dilakukan dengan cara membeli, menerima bahan, menerima hak pakai, dan menukar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengadaan sarana dan prasarana adalah upaya menyediakan segala kebutuhan sekolah untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah sebagai wujud dari perencanaan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan menurut Barnawi dan Arifin (2012: 60-63). a. Pembelian, adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara sekolah menyerahkan sejumlah uang kepada penjual untuk memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pembelian dapat dilakukan jika kondisi keuangan sekolah memang memungkinkan. b. Produk sendiri, merupakan cara pemenuhan kebutuhan sekolah melalui pembuatan sendiri baik oleh guru, siswa ataupun karyawan. Contohnya 23 pembuatan alat peraga, media pembelajaran, hiasan sekolah, buku sekolah, dan lain-lain. c. Penerimaan hibah, merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan menerima pembelian sukarela dari pihak lain. d. Penyewaan, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan sekolah dan sekolah membayar nya berdasarkan perjanjian sewa-menyewa. e. Peminjaman, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang pihak lain untuk kepentingan sekolah secara sukarela sesuai dengan perjanjian pinjam meminjam. f. Pendaurulangan, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barangbekas agar dapat digunakan untuk kepentingan sekolah. g. Penukaran, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan orasarana pendidika dengan jalan menukarkan barang yang dimiliki sekolah dengan barang yang dimiliki pihak lain. h. Rekondisi/Rehabilitasi, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan yang telah mengalami kerusakan. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan cara pembelian, produk sendiri, penerimaan hibah, 24 penyewaan, peminjaman, pendaurulangan, penukaran, dan rekondisi/rehabilitasi. 3. Pengaturan Sarana dan prasarana yang telah tersedia tidak serta merta digunakan begitu saja. Penggunaan sarana dan prasarana perlu diatur agar sarana dan prasarana tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya. Menurut Barnawi dan Arifin (2012: 67), menyebutkan ada tiga kegiatan yang dilakukan dalam proses pengaturan yaitu inventarisasi, penyimpanan, dan pemeliharaan. a. Inventarisasi Bafadal serta Barnawi dan Arifin mengemukakan pengertian inventarisasi. “Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku.”21 “Inventarisasi merupakan kegiatan mencatat dan menyusun sarana dan prasarana yang ada secara teratur, tertib, dan lengkap berdasarkan ketentuan yang berlaku.”22 Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar sarana dan prasarana secara sistematis, teratur, tertib, dan lengkap sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan inventarisasi meliputi pencatatan pembuatan kode barang, dan pelaporan barang. a). Pencataan perlengkapan 21 22 Ibrahim Bafadal, op. cit. hlm 61 Barnawi dan M. Arifin, op. cit. hlm 67 25 perlengkapan, Pengelola bertugas mencatat semua barang-barang perlengkapan sekolah, baik barang inventaris dan barang bukan inventaris. Daryanto dan Farid menjelaskan pengertian barang inventaris dan barang bukan inventaris. “Barang inventaris adalah keseluruhan perlengkapan sekolah yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama, seperti; meja, bangku, papan tulis, buku perpustakaan sekolah, dan perabitan-perabotan lainnya. Sedangkan barang yang bukan inventaris adalah semua barang semua barang habis dipakai, seperti; kapur tulis, kertas, dan barangbarang yang statusnya tidak jelas.”23 Barang inventaris adalah barang yang dipakai relatif lama, sedangkan barang bukan inventaris adalah barang yang habis jika digunakan dalam waktu yang relatif singkat. b). Pembuatan kode barang Gunawan mengemukakan tentang pengertian kode barang. “Kode barang merupakan sebuah tanda yang menunjukkan pemilikan barang., bertujuan untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan, baik dilihat dari segi kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis dan golongannya.”24 Jadi kode barang adalah tanda yang diberikan pada suatu barang untuk memudahkan dalam mengenal barang tersebut. c). Pelaporan barang Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada 23 24 H. M Daryanto dan Mohammad Farid, op. cit. hlm 127 Ary H Gunawan, op. cit. hlm 141 26 pemerintah, yaitu departemennya, sekolah swasta wajib melaporkannya kepada yayasannya (Bafadal, 2003:61). Sekolah negeri melaporkan sarana dan prasarana yang dimilikinya kepada pemerintah, sedangkan sekolah swasta melaporkan sarana dan prasarana yang dimilikinya kepada yayasan. b. Penyimpanan Barnawi dan Arifin menjelaskan tentang penyimpanan sarana dan prasarana. “Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan sarana dan prasarana pendidikan di suatu tempat agar kualitas dan kuantitasnya terjamin…….. Untuk mempersiapkan gudang perlu diperhatikan beberapa faktor pendukungnya, seperti denah gudang, sarana pendukung gudang, dan keamanan.”25 Penyimpanan sarana dan prasarana adalah meletakan suatu benda di tempat tertentu agar kualitas dan kuantitasnya terjamin dengan memperhatikan beberapa faktor pendukung. Prinsip yang harus diperhatikan dalam penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah menurut Daryanto (2005:52-53), yaitu: a). Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas dari faktor-faktor perusak seperti: panas, lembab, lapuk, dan serangga. b). Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar alat. 25 Barnawi dan M. Arifin, op. cit. hlm 73 27 c). Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan. d). Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dulu dipergunakan. e). Harus diadakan inventarisasi secara berkala. f). Tanggung jawab untuk pelaksanaan yang tepat dan tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci dan dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan. Penyimpanan sarana dan prasarana harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu aman dari kerusakan; mudah untuk mengambil dan mengembalikan; harus diadministrasikan dan diinventarisasikan; serta tanggungjawab untuk pelaksanaan yang tepat. c. Pemeliharaan Program pemeliharaan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan, dan menetapkan biaya efektif pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah melestarikan kerapian dan keindahan, serta menghindarkan dari kehilangan atau setidaknya meminimalisasi kehilangan. Barnawi dan Arifin mengemukakan pengertian pemeliharaan sarana dan prasarana. “Pemeliharaan sarana dan prasarana adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan.”26 26 Barnawi dan M. Arifin, op. cit. hlm 74 28 Pemeliharaan sarana dan prasarana adalah kegiatan merawat dan mengatur sarana dan prasarana yang telah tersedia agar kondisinya tetap baik, tidak mudah rusak, dapat digunakan dalam jangka yang relatif lama guna mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pemeliharaan menurut Depdiknas (2007: 31-32) yaitu: a). Mengoptimalkan usia pakai peralatan. b). Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal. c). Untuk menjamin ketersediaan peralatan peralatan yang diperlukan melalui pengecekan secara rutin dan teratur. d). Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa saat menggunakan alat tersebut. Tujuan pemeliharaan sarana dan prasarana adalah untuk mengoptimalkan usia pakai, siap pakai, menjamin ketersediaan, dan menjamin keamanan dalam penggunaan. Menurut Qomar (2007: 175) program pemeliharaan/perawatan ini dapat ditempuh melalui langkah-langkah berikut ini: a). Membentuk tim pelaksana perawatan di sekolah. b). Membuat daftar sarana dan prasarana, termasuk seluruh perawatan yang ada di sekolah. c). Menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap perawatan dan fasilitas sekolah. 29 d). Menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian di sekolah. e). Memberi penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran dalam merawat sarana dan prasarana sekolah. Pemeliharaan sarana dan prasarana dapat dilakukan dengan membentuk tim pelaksana, membuat daftar inventarisasi, membuat jadwal perawatan secara berkala, dan memberi penghargaan bagi yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah. 4. Penggunaan Barnawi dan Arifin mengemukakan pengertian penggunaan. “Penggunaan dapat dikatakan sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan prasrana pendidikan untuk mendukung proses pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan.”27 Penggunaan sarana dan prasarana adalah kegiatan memanfaatkan sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Daryanto dan Farid (2013: 123), ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengapan pendidikan yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisien. Selanjutnya Daryanto dan Farid menjelaskan “prinsip efektivitas berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditunjukan semata-mata dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan prinsip efisien berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan di sekolah secara hemat dan dengan hati-hati.”28 27 28 Barnawi dan M. Arifin, op. cit. hlm 77 Daryanto dan Farid, Op.cit. hlm 123 30 Pemakaian sarana dan prasarana harus berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan serta digunakan secara hemat dan hati-hati. Menurut Herawan dan Nasihin (2001: 123) dalam Barnawi dan Arifin (2012: 78), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarana dan prasarana, yaitu: a. Penyusunan jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan kelompok lain. b. Hendaknya kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan prioritas pertama. c. Waktu/jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun ajaran. d. Penugasan/penunjukan personel sesuai dengan keahlian pada bidangnya, misalnya petugas laboratorium, perpustakaan, operator komputer, dan sebagainya. e. Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antara kegiatan intrakurikuler dengan ekstrakurikuler harus jelas. Sarana dan prasarana di sekolah digunakan oleh seluruh pihak sekolah, untuk itu dalam penggunaannya harus dilakukan secara bergilir dengan menentukan jadwal penggunaan yang disusun pada awal tahun ajaran. Penggunaan sarana dan prasarana sekolah dibawah koordinasi dan bimbingan dari petugas ahli dalam bidang tertentu. 5. Penghapusan Barnawi dan Arifin mengemukakan pengertian penghapusan. “Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari 31 pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.”29 Penghapusan sarana dan prasarana adalah kegiatan meniadakan sarana dan prasarana berdasarkan pertimbangan tertentu. Menurut Depdiknas (2007: 52-53), penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk: a. Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian/pemboro-san biaya pemeliharaan sarana dan prasarana yang kondisinya semakin buruk, berlebihan atau rusak, dan sudah tidak dapat digunakan lagi. b. Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris. c. Membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang tidak dipergunakan lagi. d. Membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja. Tujuan dari penghapusan sarana dan prasarana adalah untuk meniadakan barang yang sudah tidak dipakai karena rusak atau sudah tidak bermanfaat; menghemat tempat dan biaya penyimpanan maupun perawatan; serta meringankan beban kerja pihak pengurusnya. Barang-barang yang dapat dihapuskan dari daftar inventaris harus memenuhi salah satu atau lebih syarat-syarat berikut ini (Arikunto dan Yuliana, 2008: 281-282) 29 a. Dalam keadaan rusak berat, yang tidak mungkin diperbaiki lagi. b. Perbaikan akan menelan biaya besar. Barnawi dan Arifin, op. cit. hlm 79 32 c. Secara teknis dan ekonomis kegunaan tidak seimbang dengan biaya pemeliharaan. d. Tidak sesuai dengan kebutuhan sekarang. e. Barang kelebihan, jika disimpan dalam jangka yang lama akan rusak. Ada penurunan efektivitas kerja. f. Dicuri, terbakar atau musnah akibat bencana alam. Barang yang akan dihapus merupakan barang yang sudah rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi, boros dalam perbaikan ataupun perawatan, tidak sesuai kebutuhan sekarang, penurunan efektivitas kerja, atau karena dicuri, terbakar, maupun musnah. Langkah-langkah penghapusan perlengkapan pendidikan di sekolah menurut Arikunto dan Yuliana (2009: 281-282) dalam Barnawi dan Arifin (2012: 80), meliputi: a. Pemilihan barang yang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan kebutuhan. b. Memperhitungkan faktor-faktor penyingkiran dan penghapusan ditinjau dari segi nilai uang. c. Membuat perencanaan. d. Membuat surat pemberitahuan kepada yang akan diadakan penyingkiran dengan menyebutkan barang-barang yang akan disingkirkan. e. Melaksanakan penyingkiran dengan cara mengadakan lelang, menghibah kepada badan/orang lain, membakar, atau peningkiran disaksikan oleh atasan. 33 f. Membuat berita acara tentang pelaksanaan penyingkiran. Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan dengan pemilihan barang berdasarkan kebutuhan, pertimbangan biaya penghapusan, perencanaan, pembuatan surat pemberitahuan penghapusan, melaksanakan penghapusan, dan pembuatan berita acara. 2.4. Kerangka Berpikir Penelitian Ketersediaan Sarana dan Prasarana Belum Sesuai Standar Minimum Sudah Sesuai Standar Minimum Pengelolaan Sarana dan Prasarna Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian “Ketersediaan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana pada SMA Swasta di Kabupaten Temanggung”. Ketersediaan sarana dan Prasarana yang dimaksud adalah kesesuaian antara sarana dan prasarana yang ada pada SMA Swasta di Kabupaten Temanggung dengan standar minimum yang ada dalam lampiran Permendiknas No.24 Tahun 2007 tentang standar sarana prasarana untuk sekolah dasar dan menengah atas. 34 Ketersediaan sarana dan prasarana yang ada tersebut nantinya akan digambarkan pengelolaan untuk sarana prasarana yang telah dilaksanakan pada SMA Swasta di Kabupaten Temanggung dengan mengacu pada lima aspek yaitu perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan penghapusan. 35