Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X SMA Critical Thinking Skills In Biology Learning Class X Senior High School Putri Nuur Masita1), Susriyati Mahanal2) dan Hadi Suwono2) 1) Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang 2) Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5, Malang, HP 085731074147; email: [email protected] Abstrak Pembelajaran masih didominasi oleh pembelajaran yang bersifat teacher-oriented dan siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Salah satu keterampilan berpikir adalah keterampilan berpikir kritis yang perlu dikembangkan sejak dini. Berpikir kritis sangat penting dikembangkan dan dimiliki oleh setiap siswa, agar siswa mampu menghadapi setiap permasalahan di dalam hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Hang Tuah 4 Surabaya tahun ajaran 2015/2016. Pengambilan sampel melalui teknik simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes keterampilan berpikir kritis yang telah valid dan reliable untuk digunakan. Data hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa memperoleh pencapaian skor tertinggi 62,5 dan skor terendah 6,3 yang menunjukkan bahwa siswa belum memperoleh ketuntasan keterampilan berpikir kritis. Kata kunci: pembelajaran, berpikir, kritis Abstract Learning is still dominated by the teacher-oriented learning and less students are given the opportunity to develop thinking skills. One of the thinking skills is critical thinking skills, which need to be developed early on. Critical thinking is very important to be developed and owned by each student, so that students are able to face any problems in life. This research aims to determine the test results of students' critical thinking skills. The population in this research are students of class X Senior High School Hang Tuah 4 Surabaya 2015/2016 school year. The sampling through simple random sampling technique. The research instrument used was a test of critical thinking skills that have valid and reliable to use. Data from the test of student‘s critical thinking skills acquire achievement the highest scores of 62,5 and the lowest score of 6,3 indicating that the student has not gained mastery of critical thinking skills. Key words: learning, thinking, critical PENDAHULUAN Keterampilan yang harus dimiliki siswa SMA adalah memiliki kemampuan berpikir dan tindakan yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Permendikbud, 2013). Salah satu bentuk kemampuan berpikir adalah kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis saat siswa membuat suatu keputusan tentang apa yang ia percaya dan kerjakan (Ennis, 1996). Berpikir kritis juga memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri (Fachrurazi, 2011). Berpikir kritis merupakan salah satu ciri manusia yang cerdas serta salah satu modal dasar atau modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang dan menunjukkan tingkat 539 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 kematangan seseorang (Mahanal, 2009). Berpikir kritis melibatkan proses mental atau strategi untuk menganalisis atau mengeveluasi ide, konsep, atau pilihan yang ada. Kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah mampu menyiapkan siswa untuk menjalani karir dan kehidupan nyatanya (Ramdani, 2012). Pembelajaran yang lebih mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang termasuk dalam high order thinking sangat diperlukan siswa untuk menghadapi tantangan masa depan. High order thinking merupakan salah satu komponen dalam isu kecerdasan abad ke 21 (The issue of 21st century literacy). Pendidikan formal yang berlangsung kini cenderung terjebak pada mengasah aspek mengingat (remembering), dan memahami (understanding), yang merupakan low order of thinking (Widowati, 2009). Mulbar (2008) menyatakan bahwa dalam pembelajaran guru juga cenderung untuk menjelaskan atau memberikan segala sesuatu kepada siswa. Guru kurang memberi tugas berupa pemecahan masalah baik secara individual maupun kelompok, sehingga ketika siswa dihadapkan dengan masalah, siswa mengalami kesulitan untuk memecahkannya. Pembelajaran yang seperti ini dapat menyebabkan kurang atau tidak berkembangnya pemikiran kritis siswa. Masalah yang berhubungan dengan pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran biologi sering luput dari perhatian guru. Pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran hanya diharapkan muncul sebagai dampak pengiring semata (Ramdani, 2012). Lai (2011) juga mengungkapkan bahwa guru sebaiknya sering mengajarkan kemampuan berpikir kritis kepada siswa di dalam proses pembelajaran dan memberikan contoh nyata untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak sehingga siswa siap ketika dihadapkan dengan permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan melatihkan keterampilan berpikir kritis akan membuat siswa terbiasa untuk mengembangkan atau menemukan ide-ide asli (orisinil), estetis, konstruktif yang berhubungan langsung dengan pandangan konsep dan menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional (Krulik and Rudnick, 1996), dengan demikian siswa akan selalu berusaha menemukan solusi setiap permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Indarti dkk. (2013) mengungkapkan bahwa apabila siswa terbiasa memilih dan berusaha mengolah informasi yang telah diperoleh, maka mereka akan terlatih untuk memecahkan masalah, berpikir kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Filsaime (2008) menguraikan pentingnya berpikir kritis di dalam aktivitas-aktivitas harian manusia dan menyatakan bahwa hanya pribadi-pribadi yang cakap yang memiliki kemampuan untuk terus berkembang. Menurut pandangan para filosofis, berpikir kritis merupakan gabungan sikap, pengetahuan, dan kecakapan. Penggabungan tersebut mencakup kecakapan untuk mengidentifikasi masalah, menemukan, dan menerapkan sikap dan pengetahuan (Filsaime, 2008). Baker dan Rudd (2001) mengungkapkan bahwa pemikir kritis memiliki sifat-sifat yaitu berpikiran independen, memiliki empati intelektual, kerendahan hati, keberanian, integritas, ketekunan, rasa ingin tahu, pintar mengungkapkan alasan, sopan, dan bertanggungjawab. Penelitian ini mengukur empat aspek kemampuan berpikir kritis, yaitu: 1) memfokuskan pertanyaan pada sub-indikator mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, 2) bertanya dan/atau menjawab pertanyaan suatu penjelasan dan atau tantangan pada sub-indikator memberikan penjelasan sederhana, 3) mempertimbangkan 540 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 kredibilitas suatu sumber pada sub-indikator memberikan alasan atau pendapat, dan 4) mendefinisikan istilah pada sub-indikator membuat isi definisi. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik. Penelitian deskriptif analitik ini bertujuan untuk mendeskripsikan data secara sistematis dan faktual sehingga dapat menggambarkan keadaan subjek pada saat itu. Menurut Arikunto (2010) penelitan deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan yang kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA Hang Tuah 4 Surabaya yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah 175 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes keterampilan berpikir kritis yang berisi delapan butir soal uraian yang mengukur empat indikator kemampuan berpikir kritis, serta telah valid dan reliable untuk digunakan. Nilai masing-masing siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai yang sudah dihitung kemudian dikonversikan dalam skala 1-4 sesuai dengan penilaian Kurikulum 2013. HASIL DAN PEMBAHASAN Data ketuntasan kemampuan berpikir kritis siswa di uraikan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Rekapitulasi Data Ketuntasan Individual Kemampuan Berpikir Kritis Siswa No. Siswa Skor Nilai Konversi Predikat Ketuntasan 1. A1 30 62,5 2,00 C TT 2. A2 30 62,5 2,00 C TT 3. A3 26 54,2 1.33 D+ TT 4. A4 18 37,5 1,00 D TT 5. A5 20 41,7 1,00 D TT 6. A6 19 39,6 1,00 D TT 7. A7 22 45,8 1,00 D TT 8. A8 9 18,8 1,00 D TT 9. A9 13 27,1 1,00 D TT 10. A10 13 27,1 1,00 D TT 11. A11 3 6,3 1,00 D TT 12. A12 24 50,0 1.33 D+ TT 13. A13 15 31,3 1,00 D TT 14. A14 11 22,9 1,00 D TT 15. A15 9 18,8 1,00 D TT 16. A16 12 25,0 1,00 D TT 17. A17 12 25,0 1,00 D TT 541 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 18. A18 14 29,2 1,00 D TT 19. A19 13 27,1 1,00 D TT 20. A20 11 22,9 1,00 D TT 21. A21 13 27,1 1,00 D TT 22. A22 14 29,2 1,00 D TT 23. A23 16 33,3 1,00 D TT 24. A24 14 29,2 1,00 D TT 25. A25 30 62,5 2,00 C TT Rerata 16 34,2 1,15 Keterangan: TT = Tidak Tuntas T = Tuntas Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa semua siswa tidak tuntas dalam tes kemampuan berpikir kritis siswa. Rerata skor 25 siswa adalah sebesar 16 dengan rerata nilai sebesar 34,2 dan rerata konversi 1,15. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 62,5, bila dikonversikan sebesar 2,00 dengan predikat C. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 6,3, bila dikonversikan sebesar 1,00 dengan predikat D. Adapun data persentase ketuntasan aspek kemampuan berikir kritis siswa disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Perbandingan Persentase Ketuntasan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Keterangan: Indikator 1: Memfokuskan pertanyaan Indikator 2: Bertanya dan/atau menjawab pertanyaan suatu penjelasan dan/atau tantangan Indikator 3: Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber Indikator 4: Mendefinisikan istilah Gambar 1 menunjukkan bahwa semua indikator kemampuan berpikir kritis tidak tuntas. Indikator 1 memperoleh presentase ketuntasan sebesar 45,6%, indikator 2 sebesar 13,7%, indikator 3 sebesar 18,5%, dan indikator 4 sebesar 6,9%. Hasil penilaian kemampuan berpikir kritis siswa menunjukkan bahwa semua siswa tidak memperoleh ketuntasan individual kemampuan berpikir kritis. Siswa dikatakan memperoleh ketuntasan kemampuan berpikir kritis apabila mencapai nilai minimal 75 atau 3,00 dengan predikat B. Penetapan ketuntasan tersebut disesuaikan dengan KKM di SMA Hang Tuah 4 Surabaya. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih terkategorikan rendah yang ditunjukkan dengan rerata nilai tes kemampuan berpikir kritis sebesar 34,2. 542 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Berpikir kritis adalah proses yang aktif dan hal yang paling penting dari berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang aktif untuk mengkritisi, memilih, memecahkan masalah, dan membuat keputusan dengan alas an-alasan rasional yang dapat dipertanggungjawabkan (Spronken-smith, 2005). Alter (2009) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah berpikir konvergen, proses menilai validitas atau nilai pada suatu hal yang muncul, dan dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip. Baker dan Rudd (2001) menambahkan bahwa berpikir kritis sebagai kegiatan berpikir tingkat tinggi yang membutuhkan seperangkat keterampilan kognitif. Siswa diharapkan mengikuti pembelajaran biologi dengan pembelajaran yang bermakna dan permasalahan yang autentik sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat. Siswa dilatihkan dalam memfokuskan pertanyaan, bertanya dan/atau menjawab pertanyaan suatu penjelasan dan atau tantangan, mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, dan mendefinisikan istilah. Ke-empat indikator berpikir kritis tersebut perlu dilatihkan guru selama kegiatan pembelajaran. Curto dan Bayer (2005) telah membuktikan bahwa berpikir kritis dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman siswa yang bermakna. Indarti dkk (2013) juga mengungkapkan bahwa apabila siswa terbiasa memilih dan berusaha mengolah informasi yang telah diperoleh, maka siswa akan terlatih untuk memecahkan masalah, berpikir kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Hasil observasi menunjukkan bahwa rendahnya nilai tes kemampuan berpikir kritis siswa dikarenakan siswa tidak terbiasa mengikuti pembelajaran dengan kegiatan yang dapat melatihkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Lembar penilaian kemampuan berpikir kritis siswa mengukur empat indikator berpikir kritis, yaitu memfokuskan pertanyaan, bertanya dan/atau menjawab pertanyaan suatu penjelasan dan atau tantangan, mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, dan mendefinisikan istilah. Gambar 1 menunjukkan bahwa indikator 1 memperoleh presentase tertinggi dibandingkan indikator 2, 3, dan 4. Hal ini disebabkan oleh jawaban dari siswa yang tidak maksimal pada butir soal nomor 3 hingga 8 sedangkan pada butir soal nomor 1 dan 2 (indikator 1) hampir separuh siswa menjawab dengan benar. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang diungkap melalui tes keterampilan berpikir kritis siswa secara keseluruhan berada pada kategori kemampuan rendah dengan rerata nilai 34,2 dimana semua indikator kemampuan berpikir kritis tidak tuntas dengan presentase ketuntasan indikator 1 sebesar 45,6%, indikator 2 sebesar 13,7%, indikator 3 sebesar 18,5%, dan indikator 4 sebesar 6,9%. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan disarankan agar guru dapat/sering mengajarkan kemampuan berpikir kritis kepada siswa di dalam proses pembelajaran biologi dengan memberikan contoh nyata untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak sehingga siswa siap ketika dihadapkan dengan permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. 543 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 DAFTAR PUSTAKA Alter, F. 2009). Understanding the role of critical and creative thinking in Australian primary school visual arts education. International Art in Early Childhood Research Journal, Vol. 1, Number 1, 09, pp. 1-12. Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Baker, M. And Rudd, R. 2001. Relationships between critical and creative thinking. Journal of Southern Agricultural Education Research, Vol. 51, Number 1, 01, pp. 173-188. Bayer, Trudy, Curto, Karen, & Kriley, Charity. 2005. Acquiring expertise in disciplinespecific discourse: An interdisciplinary exercise in learning to speak biology. Across the Disciplines, 2. Retrieved March 7, 2016, from http://wac.colostate.edu/atd/articles/bayer_curto_kriley2005.cfm Ennis, R.H. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. Prentice Hall: University of Illinois. Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, (Online), 10 (1): 76-89, (http://jurnal.upi.edu/file/8Fachrurazi.pdf), diakses 20 Januari 2016. Filsaime, D.K. 2008. Menguak rahasia berpikir kritis dan kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka. Indarti, M., Soekamto, H., dan Soelistijo, D. 2013. Pengaruh penerapan model pembelajaran group investigation terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMA. Universitas Negeri Malang. Krulik, S. and Rudnik, J. A. 1996. The New Source Book Teaching Reasoning and Problem Solving In Junior and Senior High School. Massachusets: Allyn & Bacon. Lai, E. R. 2011. Critical thinking: a literature view. Pearson Group. Mahanal, S. 2009. Pengaruh Penerapan Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas Sungai Dengan Indikator Biologi Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA di Kota Malang. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPS UM. Permendikbud. 2013. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Ramdani, A. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Melalui Kegiatan Lesson Study dan Pengaruh Implementasinya Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Berkemampuan Akademik Berbeda di SMP Negeri Kota Mataram. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPS UM. Spronken-Smith, R. 2005. Experiencing the process of knowledge creation: the nature and use of inquiry-based learning in higher education. New Zealand: University of Otago. Usman Mulbar. (2008). Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Makalah Pendidikan. FMIPA UNM Makasar. Widowati, Asri. 2009. Pengembangan Critical Thinking Melalui Penerapan Model PBL (Problem Based Learning) Dalam Pembelajaran Sains. Prosiding Seminar Nasional 544 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009: 84-89. 545