539 KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
SISWA KELAS X SMA
Critical Thinking Skills In Biology Learning Class X Senior High School
Putri Nuur Masita1), Susriyati Mahanal2) dan Hadi Suwono2)
1)
Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
2)
Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5, Malang, HP 085731074147; email: [email protected]
Abstrak
Pembelajaran masih didominasi oleh pembelajaran yang bersifat teacher-oriented dan
siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Salah satu
keterampilan berpikir adalah keterampilan berpikir kritis yang perlu dikembangkan sejak
dini. Berpikir kritis sangat penting dikembangkan dan dimiliki oleh setiap siswa, agar
siswa mampu menghadapi setiap permasalahan di dalam hidupnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui besarnya hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa. Populasi pada
penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Hang Tuah 4 Surabaya tahun ajaran 2015/2016.
Pengambilan sampel melalui teknik simple random sampling. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah tes keterampilan berpikir kritis yang telah valid dan reliable untuk
digunakan. Data hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa memperoleh pencapaian skor
tertinggi 62,5 dan skor terendah 6,3 yang menunjukkan bahwa siswa belum memperoleh
ketuntasan keterampilan berpikir kritis.
Kata kunci: pembelajaran, berpikir, kritis
Abstract
Learning is still dominated by the teacher-oriented learning and less students are given the
opportunity to develop thinking skills. One of the thinking skills is critical thinking skills,
which need to be developed early on. Critical thinking is very important to be developed
and owned by each student, so that students are able to face any problems in life. This
research aims to determine the test results of students' critical thinking skills. The
population in this research are students of class X Senior High School Hang Tuah 4
Surabaya 2015/2016 school year. The sampling through simple random sampling
technique. The research instrument used was a test of critical thinking skills that have valid
and reliable to use. Data from the test of student‘s critical thinking skills acquire
achievement the highest scores of 62,5 and the lowest score of 6,3 indicating that the
student has not gained mastery of critical thinking skills.
Key words: learning, thinking, critical
PENDAHULUAN
Keterampilan yang harus dimiliki siswa SMA adalah memiliki kemampuan
berpikir dan tindakan yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai
pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Permendikbud, 2013). Salah
satu bentuk kemampuan berpikir adalah kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah
sebuah proses sistematis saat siswa membuat suatu keputusan tentang apa yang ia percaya
dan kerjakan (Ennis, 1996). Berpikir kritis juga memungkinkan siswa untuk merumuskan
dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri (Fachrurazi, 2011). Berpikir
kritis merupakan salah satu ciri manusia yang cerdas serta salah satu modal dasar atau
modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang dan menunjukkan tingkat
539
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
kematangan seseorang (Mahanal, 2009). Berpikir kritis melibatkan proses mental atau
strategi untuk menganalisis atau mengeveluasi ide, konsep, atau pilihan yang ada.
Kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah mampu menyiapkan siswa untuk
menjalani karir dan kehidupan nyatanya (Ramdani, 2012).
Pembelajaran yang lebih mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang
termasuk dalam high order thinking sangat diperlukan siswa untuk menghadapi tantangan
masa depan. High order thinking merupakan salah satu komponen dalam isu kecerdasan
abad ke 21 (The issue of 21st century literacy). Pendidikan formal yang berlangsung kini
cenderung terjebak pada mengasah aspek mengingat (remembering), dan memahami
(understanding), yang merupakan low order of thinking (Widowati, 2009). Mulbar (2008)
menyatakan bahwa dalam pembelajaran guru juga cenderung untuk menjelaskan atau
memberikan segala sesuatu kepada siswa. Guru kurang memberi tugas berupa pemecahan
masalah baik secara individual maupun kelompok, sehingga ketika siswa dihadapkan
dengan masalah, siswa mengalami kesulitan untuk memecahkannya. Pembelajaran yang
seperti ini dapat menyebabkan kurang atau tidak berkembangnya pemikiran kritis siswa.
Masalah yang berhubungan dengan pengembangan keterampilan berpikir kritis
dalam pembelajaran biologi sering luput dari perhatian guru. Pengembangan keterampilan
berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran hanya diharapkan muncul sebagai dampak
pengiring semata (Ramdani, 2012). Lai (2011) juga mengungkapkan bahwa guru
sebaiknya sering mengajarkan kemampuan berpikir kritis kepada siswa di dalam proses
pembelajaran dan memberikan contoh nyata untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak
sehingga siswa siap ketika dihadapkan dengan permasalahan yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran dengan melatihkan keterampilan berpikir kritis akan membuat siswa
terbiasa untuk mengembangkan atau menemukan ide-ide asli (orisinil), estetis, konstruktif
yang berhubungan langsung dengan pandangan konsep dan menekankan pada aspek
berpikir intuitif dan rasional (Krulik and Rudnick, 1996), dengan demikian siswa akan
selalu berusaha menemukan solusi setiap permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Indarti dkk. (2013) mengungkapkan bahwa apabila siswa terbiasa memilih dan berusaha
mengolah informasi yang telah diperoleh, maka mereka akan terlatih untuk memecahkan
masalah, berpikir kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Filsaime (2008) menguraikan
pentingnya berpikir kritis di dalam aktivitas-aktivitas harian manusia dan menyatakan
bahwa hanya pribadi-pribadi yang cakap yang memiliki kemampuan untuk terus
berkembang.
Menurut pandangan para filosofis, berpikir kritis merupakan gabungan sikap,
pengetahuan, dan kecakapan. Penggabungan tersebut mencakup kecakapan untuk
mengidentifikasi masalah, menemukan, dan menerapkan sikap dan pengetahuan (Filsaime,
2008). Baker dan Rudd (2001) mengungkapkan bahwa pemikir kritis memiliki sifat-sifat
yaitu berpikiran independen, memiliki empati intelektual, kerendahan hati, keberanian,
integritas, ketekunan, rasa ingin tahu, pintar mengungkapkan alasan, sopan, dan
bertanggungjawab. Penelitian ini mengukur empat aspek kemampuan berpikir kritis, yaitu:
1) memfokuskan pertanyaan pada sub-indikator mengidentifikasi atau merumuskan
pertanyaan, 2) bertanya dan/atau menjawab pertanyaan suatu penjelasan dan atau
tantangan pada sub-indikator memberikan penjelasan sederhana, 3) mempertimbangkan
540
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
kredibilitas suatu sumber pada sub-indikator memberikan alasan atau pendapat, dan 4)
mendefinisikan istilah pada sub-indikator membuat isi definisi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik. Penelitian
deskriptif analitik ini bertujuan untuk mendeskripsikan data secara sistematis dan faktual
sehingga dapat menggambarkan keadaan subjek pada saat itu. Menurut Arikunto (2010)
penelitan deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan yang kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA Hang Tuah 4 Surabaya yang
terdiri dari 5 kelas dengan jumlah 175 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
tes keterampilan berpikir kritis yang berisi delapan butir soal uraian yang mengukur empat
indikator kemampuan berpikir kritis, serta telah valid dan reliable untuk digunakan. Nilai
masing-masing siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai yang sudah dihitung kemudian dikonversikan dalam skala 1-4 sesuai dengan
penilaian Kurikulum 2013.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data ketuntasan kemampuan berpikir kritis siswa di uraikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Data Ketuntasan Individual Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No. Siswa
Skor
Nilai Konversi Predikat Ketuntasan
1.
A1
30
62,5
2,00
C
TT
2.
A2
30
62,5
2,00
C
TT
3.
A3
26
54,2
1.33
D+
TT
4.
A4
18
37,5
1,00
D
TT
5.
A5
20
41,7
1,00
D
TT
6.
A6
19
39,6
1,00
D
TT
7.
A7
22
45,8
1,00
D
TT
8.
A8
9
18,8
1,00
D
TT
9.
A9
13
27,1
1,00
D
TT
10.
A10
13
27,1
1,00
D
TT
11.
A11
3
6,3
1,00
D
TT
12.
A12
24
50,0
1.33
D+
TT
13.
A13
15
31,3
1,00
D
TT
14.
A14
11
22,9
1,00
D
TT
15.
A15
9
18,8
1,00
D
TT
16.
A16
12
25,0
1,00
D
TT
17.
A17
12
25,0
1,00
D
TT
541
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
18.
A18
14
29,2
1,00
D
TT
19.
A19
13
27,1
1,00
D
TT
20.
A20
11
22,9
1,00
D
TT
21.
A21
13
27,1
1,00
D
TT
22.
A22
14
29,2
1,00
D
TT
23.
A23
16
33,3
1,00
D
TT
24.
A24
14
29,2
1,00
D
TT
25.
A25
30
62,5
2,00
C
TT
Rerata
16
34,2
1,15
Keterangan: TT = Tidak Tuntas
T = Tuntas
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa semua siswa tidak tuntas dalam tes
kemampuan berpikir kritis siswa. Rerata skor 25 siswa adalah sebesar 16 dengan rerata
nilai sebesar 34,2 dan rerata konversi 1,15. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah
62,5, bila dikonversikan sebesar 2,00 dengan predikat C. Nilai terendah yang diperoleh
siswa adalah 6,3, bila dikonversikan sebesar 1,00 dengan predikat D. Adapun data
persentase ketuntasan aspek kemampuan berikir kritis siswa disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan Persentase Ketuntasan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa
Keterangan:
Indikator 1: Memfokuskan pertanyaan
Indikator 2: Bertanya dan/atau menjawab pertanyaan suatu penjelasan dan/atau tantangan
Indikator 3: Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber
Indikator 4: Mendefinisikan istilah
Gambar 1 menunjukkan bahwa semua indikator kemampuan berpikir kritis tidak
tuntas. Indikator 1 memperoleh presentase ketuntasan sebesar 45,6%, indikator 2 sebesar
13,7%, indikator 3 sebesar 18,5%, dan indikator 4 sebesar 6,9%.
Hasil penilaian kemampuan berpikir kritis siswa menunjukkan bahwa semua siswa
tidak memperoleh ketuntasan individual kemampuan berpikir kritis. Siswa dikatakan
memperoleh ketuntasan kemampuan berpikir kritis apabila mencapai nilai minimal 75 atau
3,00 dengan predikat B. Penetapan ketuntasan tersebut disesuaikan dengan KKM di SMA
Hang Tuah 4 Surabaya. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa masih terkategorikan rendah yang ditunjukkan dengan rerata nilai tes
kemampuan berpikir kritis sebesar 34,2.
542
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Berpikir kritis adalah proses yang aktif dan hal yang paling penting dari berpikir
kritis adalah suatu proses berpikir yang aktif untuk mengkritisi, memilih, memecahkan
masalah, dan membuat keputusan dengan alas an-alasan rasional yang dapat
dipertanggungjawabkan (Spronken-smith, 2005). Alter (2009) menyatakan bahwa berpikir
kritis adalah berpikir konvergen, proses menilai validitas atau nilai pada suatu hal yang
muncul, dan dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip. Baker dan Rudd (2001)
menambahkan bahwa berpikir kritis sebagai kegiatan berpikir tingkat tinggi yang
membutuhkan seperangkat keterampilan kognitif.
Siswa diharapkan mengikuti pembelajaran biologi dengan pembelajaran yang
bermakna dan permasalahan yang autentik sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat
meningkat. Siswa dilatihkan dalam memfokuskan pertanyaan, bertanya dan/atau menjawab
pertanyaan suatu penjelasan dan atau tantangan, mempertimbangkan kredibilitas suatu
sumber, dan mendefinisikan istilah. Ke-empat indikator berpikir kritis tersebut perlu
dilatihkan guru selama kegiatan pembelajaran. Curto dan Bayer (2005) telah membuktikan
bahwa berpikir kritis dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman siswa yang
bermakna. Indarti dkk (2013) juga mengungkapkan bahwa apabila siswa terbiasa memilih
dan berusaha mengolah informasi yang telah diperoleh, maka siswa akan terlatih untuk
memecahkan masalah, berpikir kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Hasil observasi
menunjukkan bahwa rendahnya nilai tes kemampuan berpikir kritis siswa dikarenakan
siswa tidak terbiasa mengikuti pembelajaran dengan kegiatan yang dapat melatihkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Lembar penilaian kemampuan berpikir kritis siswa mengukur empat indikator
berpikir kritis, yaitu memfokuskan pertanyaan, bertanya dan/atau menjawab pertanyaan
suatu penjelasan dan atau tantangan, mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, dan
mendefinisikan istilah. Gambar 1 menunjukkan bahwa indikator 1 memperoleh presentase
tertinggi dibandingkan indikator 2, 3, dan 4. Hal ini disebabkan oleh jawaban dari siswa
yang tidak maksimal pada butir soal nomor 3 hingga 8 sedangkan pada butir soal nomor 1
dan 2 (indikator 1) hampir separuh siswa menjawab dengan benar.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa yang diungkap melalui tes keterampilan berpikir kritis
siswa secara keseluruhan berada pada kategori kemampuan rendah dengan rerata nilai 34,2
dimana semua indikator kemampuan berpikir kritis tidak tuntas dengan presentase
ketuntasan indikator 1 sebesar 45,6%, indikator 2 sebesar 13,7%, indikator 3 sebesar
18,5%, dan indikator 4 sebesar 6,9%.
Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan disarankan agar guru dapat/sering
mengajarkan kemampuan berpikir kritis kepada siswa di dalam proses pembelajaran
biologi dengan memberikan contoh nyata untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak
sehingga siswa siap ketika dihadapkan dengan permasalahan yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari.
543
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
DAFTAR PUSTAKA
Alter, F. 2009). Understanding the role of critical and creative thinking in Australian
primary school visual arts education. International Art in Early Childhood
Research Journal, Vol. 1, Number 1, 09, pp. 1-12.
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Baker, M. And Rudd, R. 2001. Relationships between critical and creative thinking.
Journal of Southern Agricultural Education Research, Vol. 51, Number 1, 01, pp.
173-188.
Bayer, Trudy, Curto, Karen, & Kriley, Charity. 2005. Acquiring expertise in disciplinespecific discourse: An interdisciplinary exercise in learning to speak
biology. Across the Disciplines, 2. Retrieved March 7, 2016, from
http://wac.colostate.edu/atd/articles/bayer_curto_kriley2005.cfm
Ennis, R.H. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking
Dispositions and Abilities. Prentice Hall: University of Illinois.
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan, (Online), 10 (1): 76-89, (http://jurnal.upi.edu/file/8Fachrurazi.pdf), diakses 20 Januari 2016.
Filsaime, D.K. 2008. Menguak rahasia berpikir kritis dan kreatif. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Indarti, M., Soekamto, H., dan Soelistijo, D. 2013. Pengaruh penerapan model
pembelajaran group investigation terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMA.
Universitas Negeri Malang.
Krulik, S. and Rudnik, J. A. 1996. The New Source Book Teaching Reasoning and
Problem Solving In Junior and Senior High School. Massachusets: Allyn & Bacon.
Lai, E. R. 2011. Critical thinking: a literature view. Pearson Group.
Mahanal, S. 2009. Pengaruh Penerapan Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas Sungai
Dengan Indikator Biologi Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA di
Kota Malang. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPS UM.
Permendikbud. 2013. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ramdani, A. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Melalui Kegiatan
Lesson Study dan Pengaruh Implementasinya Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi
dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Berkemampuan Akademik Berbeda di
SMP Negeri Kota Mataram. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPS UM.
Spronken-Smith, R. 2005. Experiencing the process of knowledge creation: the nature and
use of inquiry-based learning in higher education. New Zealand: University of
Otago.
Usman Mulbar. (2008). Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika.
Makalah Pendidikan. FMIPA UNM Makasar.
Widowati, Asri. 2009. Pengembangan Critical Thinking Melalui Penerapan Model PBL
(Problem Based Learning) Dalam Pembelajaran Sains. Prosiding Seminar Nasional
544
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta, 16 Mei 2009: 84-89.
545
Download