Data Kalibrasi hara K - Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo

advertisement
JURNAL AGROTEKNOS Juli 2011
Vol. 1 No. 2. Hal 96-101
ISSN: 2087-7706
OPTIMASI PEMANFAATAN IRIGASI SUMUR POMPA (STUDI KASUS
PADA SUMUR POMPA DI DESA WATULAWU KECAMATAN PONDIDAHA)
Optimization of Groundwater Irrigation Usage
DEDI ERAWAN*)
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanianunniversitas Haluoleo
Kampus bumi tridharma Jl. H.E.A.Mokodompit kendari, 93232
ABSTRACT
The operation of groundwater irrigation requires additional cost for fuel and pump
operators. This, therefore, require careful cost calculation in order to obtain expected
income. For this purpose, the research was conducted to optimize the usage of irrigation
water from one of wells at Watulawu, Pondidaha, to determine the most profitable crop
species and cropping system. The optimization was conducted using a linier program with
QSB (Quantitative System Business) software, with the objective function was the maximum
profit of farming and the limiting function was the availability of irrigation water and
planting size. Out of optimized crop species (rice, maize, groundnut, and soybean),
groundnut and rice were the profitable crops. Planting size for both species was varied
during each planting season, depending on crop water requirement and rainfall. Early
cropping on March required less irrigation water than early cropping on February
Key words: groundwater irrigation, and QBS software
7
PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan pembangunan dan kehidupan manusia, penyediaan air dirasa semakin mendesak baik
untuk pemenuhan kebutuhan hidup seharihari, industri maupun untuk usaha pertanian.
Keterbatasan air ini sering menjadi kendala
utama dalam upaya pengembangan potensi
suatu wilayah, terutama dalam bidang
pertanian.
Untuk memecahkan terbatasnya ketersediaan air di lahan kering dan rawan air permukaan, pemerintah telah mengembangkan
irigasi dengan memanfaatkan sumber airtanah
(groundwater) dengan jalan pembuatan
sumur-sumur bor. Pemanfaatan airtanah
untuk irigasi diharapkan dapat meningkatkan
frekwensi produksi, karena lahan-lahan tadah
hujan yang ditanami sekali pada saat musim
hujan menjadi dapat ditanami sepanjang
tahun.
Alamat koresponding:
E-mail:
7
Untuk
menghasilkan
suatu
sistim
pengelolaan irigasi yang sesuai dengan
kemampuan sumber air yang ada, maka perlu
dilakukan penyempurnaan cara pengaturan
dan efisiensi penggunaan air irigasi,
diantaranya melalui pengaturan pola tanam.
Dengan polatanam
yang baik, yang
memperhatikan
ketersediaan
air
dan
kebutuhan air untuk tanaman, diharapkan
efisiensi pemakaian air irigasi sumur pompa
dapat ditingkatkan. Yang dimaksudkan pola
tanam dalam tulisan ini adalah pemilihan satu
atau lebih jenis tanaman yang sesuai dengan
kondisi lahan, dan dapat meberikan
keuntungan optimal. Salah satu upaya untuk
mencapai tujuan di atas adalah melalui
simulasi beberapa jenis tanaman yang dapat
menghasilkan keuntungan maksimal pada
kondisi keterbatasan air irigasi dan luas
daerah oncoran irigasi sumur pompa.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat.
Penelitian ini
merupakan suatu studi kasus yang dilakukan
di areal persawahan yang menggunakan
Vol. 1 No.2, 2011
Optimasi Pemanfaatan Irigasi Sumur Pompa
sumber air irigasi dari air tanah, yaitu di Desa
Watuliwu
Kecamatan
Pondidaha,
dan
berlangsung dari bulan Juni sampai September
pada tahun 2008.
Kebutuhan Data. Data yang dibutuhkan
untuk menunjang penelitian ini adalah data
keadaan sumur bor (debit sumur), data iklim
(curah hujan dan suhu, minimal selama
sepuluh tahun pencatatan), data kegiatan
usaha tani yang dilakukan oleh petani
setempat meliputi polatanam, jenis tanaman
yang diusahakan, sarana dan harga produksi
yang digunakan, harga bahan bakar dan harga
hasil komoditi setempat.
Metode Optimasi. Pelaksanan optimasi
pemanfaatan air irigasi sumur pompa
dilakukan dengan menggunakan Program
Linier
sub Program (perangkat lunak)
Quantitative Sistem For Business (QSB).
Pencarian nilai-nilai optimum (maksimum
atau minimum), dalam program ini, akan
berkaitan dengan kendala-kendala linier yang
dihadapi, yaitu fungsi tujuan yang merupakan
fungsi linier yang
hendak dicari nilai
optimumnya dan fungsi pembatas yang
merupakan fungsi linier yang harus terpenuhi
dalam mengoptimasi fungsi tujuan. Dalam
kasus ini yang menjadi fungsi tujuannya
adalah keuntungan maksimum usaha tani,
sedangkan fungsi pembatasnya adalah debit
air irigasi (sumur pompa) dan luas areal
tanam untuk jenis tanaman tertentu. Secara
umum
persamaan
matematik
untuk
pemecahan masalah dengan menggunakan
program ini adalah sebagai berikut :
1. Fungsi tujuan (maksimasi)
Untuk memenuhi fungsi tujuan dan fungsi
pembatas
di
atas
maka
dilakukan
perhitungan-perhitungan antara lain : analisis
usahatani, penentuan pola tanam sesuai
dengan kondisi curah hujan, kebutuhan air
tanaman, kebutuhan air irigasi untuk masingmasing tanaman pada setiap bulan (fase
pertumbuhan), debit optimum sumur dan luas
areal oncoran untuk masing-masing sumur
pompa.
Kebutuhan Air Irigasi.
Perhitungan
kebutuhan air irigasi disesuaikan dengan jenis
tanaman yang akan diusahakan, secara umum
perhitungan kebutuhan air irigasi dilakukan
dengan menggunakan persamaan :
Zmax  C1 X1  C2 X 2 
2. Fungsi Pembatas
 Cn X n
a11 X 1  a12 X 2 
 a1n X n  b1
a21 X 1  a22 X 2 
 a2 n X n  b2
am1 X 1  am 2 X 2 
 amn X n  bm
3. Non negativity
X n  0; k  0
bm  0
Dimana Zmax : fungsi tujuan, Xn = luas areal
yang ditanami komoditi ke-n, Cn=
keuntungan komoditi ke-n, amn =
kebutuhan air irigasi tanaman ke-n pada
bulan ke-n, bm = debit irigasi pada bulan ke
m, dan k = luas areal irigasi.
97
DR = NFR/ef/8,64.
Dimana: NFR untuk padi = P + LP +WLR +Etc –
Re, sedangkan NFR untuk palawija = Etc – Re,
NFR = kebutuhan bersih air dilahan, P =
perkolasi, LP = kebutuhan air untuk tanaman,
WLR = kebutuhan air untuk penjenuhan dan
Re = curah hujan efektif.
Kebutuhan Air Tanaman. Kebutuhan air
tanaman adalah jumlah air persatuan waktu
yang
dibutuhkan
untuk
mencukupi
evapotranspiraasi, dinyatakan dalam mm.
hari-1.
Kebutuhan air tanaman dihitung
berdasarkan perkalian antara koefisien
tanaman (kc) dengan evapotranspirasi
potensial (Eto). Nilai Eto dihitung dengan
menggunakan metode Thornthwaith, sesuai
dengan ketersediaan data yang diperoleh dari
statsiun terdekat dengan lokasi penelitian
(statsiun klimatologi Unaaha).
Perkolasi. Pengukuran laju perkolasi
dilakukan
dengan
menggunakan
alat
lisymeter. Pengukuran dilakukan pada lima
titik untuk mewakili daerah oncoran sumur
P.83-Kdi. Hasil pengukuran diperoleh nilai
perkolasi rata-rata sebesar 1,8 mm. hari-1.
Efisiensi Penyaluran. Doorenboss dan
Fruitt (1977) menyebutkan bhwa efisiensi
penyaluran pada jaringan irigasi dengan
menggunakan pipa adalah sebesar 0,9.
Dengan demikian, karena saluran irigasi pada
sumurp P83.-Kdi menggunakan jaringan pipa
paralon maka nilai efisiensi yang digunakan
dalam perhitungan ini adalah 0,9.
Curah Hujan Efektif. Curah hujan efektif
adalah jumlah curah hujan yang jatuh dan
meresap ke dalam tanah yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman. Jumlah
curah hujan efektif pada setiap areal tanam
tergantung pada intensitas hujan dan kondisi
98
ERAWAN
J. AGROTEKNOS
fisik tanah yang meliputi tekstur, tofografi,
system pengolahan tanah, dan tingkat
penutupan tanah.
Untuk menentukan
besarnya nilai curah hujan efektif digunakan
persamaan R80, dengan ketentuan : untuk
tanaman padi sawah : Re = 1,0 x R80 dan
untuk palawija Re = 0,75 x R80, dimana Re
:
curah hujan efektif (mm), R80 : Peluang curah
hujan terlewati 80 %
Analisa Usaha Tani. Analisis usahatani
bertujuan untuk mengetahui besarnya
keuntungan yang diperoleh dari setiap
kegiatan usaha tani yang dilakukan oleh
petani setempat. Dalam melakukan analisis
diperhitungkan semua jenis biaya masukan
(input) dan keluarannya (output), Sedangkan
keuntungan dari usahatani merupakan selisih
dari kedua komponen tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Sumur Pompa. Laporan
hasil pengeboran (Dinas Pekerjaan Umum, ),
dari hasil analisis cutting, analisis litologi, dan
logging diketahui bahwa kondisi akuifer di
daerah penelitian termasuk kedalam multi
layer akuifer, dengan kedalaman berkisar
antara 20 sampai 60 meter dari permukaan
tanah. Sedangkan screen (saringan) dipasang
pada kedalaman antara 36 sampai dengan 100
meter,
disesuaikan dengan kedalaman
akuifer. Gambaran karakteristik sumur
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik sumur pompa di Desa Wqatulawu Kecamatan Pondidaha.
No Sumur
P79.Kdi
P80.Kdi
P81.Kdi
P82.Kdi
P83.Kdi
P84.Kdi
P88.Kdi
Dalam
sumur (m)
104
104
105
104
107
112
115
Panjang
screen (m)
30
30
30
30
33
30
33
SWL (m)
1,25
1,00
1,81
3,34
4,90
2,00
4,27
Dari Tabel 1. menunjukan bahwa piezometer sumur yang ada di lokasi penelitian
semuanya negative dengan kedalaman bervariasi antara 1 hingga 4,9 m dari permukaan
tanah. Dilihat dari nilai transmisibilatnya, sumur P79-Kdi dan P84-Kdi memiliki nilai
transmisibilitas lebih besar dari 200 m2.detik1, kondisi ini menunjukan bahwa pada sumur
Debit
(l/dt)
14,46
15.14
15,00
11,17
14,68
15,37
8,47
T
(m2.dt-1)
219,82
139,98
197,63
57,85
136,52
202,50
38,36
Keterangan
- Ф sumur 20”,
17”, 14”
- Ф Casing 10”, 6”
- Litologi akuifer:
pasir
ini
memungkinkan
dihasilkan
debit
pemompaan yang besar, walau masih berada
dari nilai transmisibilitas yang di anjurkan
bagi peruntukan sebagai sumber air irigasi.
Menurut Prijowirjanto (1985), suatu sumur
yang diperuntukan sebagai sumber air irigasi
untuk persawahan, minimal mempunyai nilai
Transmisibilat 300 m2.detik-1.
Tabel 2. Nilai evapotranspirasi daerah penelitian dengan menggunakan metoda Thornthwaith.
Bulan
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
(mm. bulan-1)
167,42
156,55
168,17
163,39
179,09
151,80
153,45
146,47
155,59
173,56
166,14
158,00
Eto
(mm. hari-1)
5,40
5,05
5,42
5,27
5,78
4,90
4,95
4,72
5,02
5,60
5,36
5,10
Evapotranspirasi Tanaman dan Curah
hujan efektif. Perhitungan kebutuhan air
Curah Hujan Efektif (mm. hari-1)
Padi
Palawija
1,07
0,8
1,41
1,06
1,81
1,35
3,33
2,50
3,34
2,50
3,40
2,55
2,49
1,87
0,87
0,65
0,13
0,10
0,23
0,17
0,50
0,38
1,89
1,42
tanaman dilakukan berdasarkan perkalian
antara koefisien tanaman (kc) dengan
Vol. 1 No.2, 2011
Optimasi Pemanfaatan Irigasi Sumur Pompa
evapotranspirasi potensial (Eto). Nilai Eto
dihitung dengan menggunakan
metode
Thornthwaith, disesuaikan dengan data yang
tersedia di Statsiun Klimatologi Unaaha.
Sedangkan curah hujan efektif dihitung
dengan menggunakan pendekatan nila Re80.
Hasil perhitungan Eto disajikan pada Tabel 2.
penyaluran, efisiensi pemberian dan efisiensi
penggunaan,
sedangkan Doorenboss dan
Fruitt (1977) menyebutkan bahwa efisiensi
penyaluran pada jaringan irigasi dengan
menggunakan pipa adalah sebesar 0,9.
dengan demikian oleh karena saluran irigasi
pada sumur P83.-Kdi menggunakan jaringan
pipa paralon maka nilai efisiensi yang
digunakan dalam perhitungan ini adalah 0,9.
Kebutuhan Air Irigasi. Sesuai dengan
tanaman alternative yang dipilih yaitu padi,
kacang tanah, jagung, dan kedele, maka
dihitung kebutuhan air irigasi untuk masingmasing tanaman yang akan diairi dari sumber
irigasi sumur pompa, dan hasil perhitungan
disajikan pada Tabel 3.
Kebutuhan air irigasi untuk padi sawah
lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan
air irigasi untuk palawija, terutama saat
dilakukan pengolahan tanah. Oleh karena
pada padi sawah, dibutuhkan adanya
genangan air, dan sering terjadi kehilangan
akibat perkolasi dan kehilangan pada saluran
irigasi.
Tabel 2. menunjukan bahwa nilai
evapotranspirasi di lokasi penelitian relatif
sama, berkisar antara 5,78 mm. hari-1 (bulan
mei) dan 4,72 mm. hari-1 (bulan Agustus).
Sedangkan musim kering terjadi antara
bulan Agustus sampai dengan bulan
Nopember. Curah hujan efektif minimum
terkecil untuk padi 0,13 mm. hari-1 dan
palawija 0,10 mm. hari-1.
Perkolasi.
Pengukuran laju perkolasi
dilakukan
dengan
menggunakan
alat
lysimeter. Pengukuran dilakukan pada lima
titik untuk mewakili daerah oncoran untuk
sumur P.83-Kdi. Hasil pengukuran diperoleh
nilai perkolasi rata-rata sebesar 1,8 mm. hari-1.
Efisiensi Penyaluran. Scwab et all (1981)
dalam Santoso (1993) menyebutkan bahwa
konsep dasar efisiensi irigasi meliputi efisiensi
99
Tebel 3. Kebutuhan Air Irigasi Untuk Tanaman Padi dan Palawija Di Desa Watulawu Kecamatan
Pondidaha
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Padi
0,85
2,58
1,05
0,96
0,59
2,20
0,89
1,17
0,95
2,76
1,25
1,10
Kebutuhan air irigasi (mm/hari)
Jagung
Kedele
0,63
0,56
0,64
0,57
0,70
0,62
0,48
0,41
0,09
0,01
0,39
0,35
0,56
0,50
0,63
0,55
0,37
0,27
0,79
0,71
0,85
0,75
0,58
0,50
Analisa Usaha Tani. Berdasarkan data
dari P2AT (proyek Pengembangan Air Tanah
Prop Sultra) dan hasil survey dilapangan
menunjukan bahwa masing-masing sumur bor
dilokasi penelitian memiliki debit dan luas
daerah oncoran yang berbeda sehingga
diperoleh harga air yang berbeda pula untuk
setiap unitnya. Oleh karena itu analisa usaha
tani harus dilakukan pada masing-masing
sumur bor.
Kacang tanah
0,56
0,57
0,62
0,48
0,36
0,35
0,50
0,61
0,59
0,71
0,76
0,56
Pada saat dilakukan penelitian, sumur yang
masih beroperasi adalah sumur P.83-Kdi,
maka perhitungan harga air per unit volume,
hanya dilakukan pada sumur ini. Dengan
memperhitungkan biaya bahan bakar yang
digunakan (solar, oli, dan gemuk), biaya
pemeliharaan mesin pompa dan jaringan
irigasi, biaya operator, jam operasi pompa
pertahun (dihitung 1800 jam) dan debit air
yang dikeluarkan, maka diperoleh harga air
sebesar Rp 110, 62,-. m-3.
100
ERAWAN
J. AGROTEKNOS
Analisis usahatani dilakukan dengan
memperhitungkan harga setiap unit masukan
dan keluaran berdasarkan atas harga rata-rata
ditingkat
petani.
Masukan
yang
diperhitungkan adalah tenaga kerja mulai dari
persemaian sampai panen, sarana produksi
pertanian meliputi benih, pupuk, dan
pestisida/herbisida, dan harga air irigasi
sesuai dengan jumlai air yang digunakan
perkomoditi per musim tanam, dan hasil
analisisnya disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Keuntungan usahatanai padi dan palawija di desa Watulawu kecamatan pondidaha
Komoditi
Padi
Jagung
Kac. Tanah
Kedele
Keluaran (Rp)
Produksi (Rp)
2.005,773.10,1.311.023.40,1.4401.652,80
1.226.603,40,-
2.700.000.00,1.062.500.00,1.960.000.00,1.485.000.00,-
Tabel 4. menunjukan bahwa hasil usaha
tani komoditi padi memberikan hasil lebih
tinggi dibanding palawija dengan keuntungan
mencapai sekitar Rp 700.000,-, sedang untuk
palawija, kacang tanah memberikan hasil
paling tinggi dibanding jagung dan kedele. Hal
ini disebabkan selain karena faktor kondisi
tanah yang kurang mendukung, akibat
kerusakan tanah pada saat percetakan sawah,
dimana lapisan tanah yang relative subur
digunakan untuk menimbun lahan-lahan yang
dalam sehingga yang tertinggal adalah lapisan
subsoil, juga karena pengelolaan yang di
Keuntungan
(Rp/ha/musim)
694.226,87,248.523,37,558.347,21,258.396,57,-
lakukan oleh petani belum maksimal,
terutama dalam pemakaian pupuk masih
sangat rendah.
Optimasi Pemanfaatan air tanah. Dalam
melakukan optimasi irigasi sumur pompa,
dipilih dua alternatif awal musim tanam yang
berbeda disesuaikan dengan pola sebaran air
hujan sebagai pemasok utama kebutuhan air.
Berdasarkan data curah hujan, bulan Pebruari
dan bulan Maret dipilih sebagai aternatif awal
musim tanam. Hasil optimasi dengan
menggunakan software QSB disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Optimasi Pemanfaatan Irigasi Sumur Pompa P83.Kdi Desa Watulawu Kecamatan Pondidaha
Awal
Musim
Tanam
Waktu
Tanam
Padi
K. Tanah
Padi
Juni - Sept
K. Tanah
Okt – Jan
K. Tanah
Total keuntungan pertahun
Padi
Mart - Juni
K. Tanah
Padi
Juli - Okt
K. Tanah
Padi
Nop – Peb
K. Tanah
Total keuntungan pertahun
Peb-Mei
Pebruari
Maret
Pola
Tanam
Luas
Tanam
(ha)
1.63
18,37
4,15
15,84
19,32
6,0
13,9
3,7
16,39
7.79
15,21
Tabel 5 diketahui bahwa keuntungan yang
diperoleh antara awal musim tanam tahunan
bulan Pebruari dan Maret relatif sama yaitu
sekitar Rp 40.000.000,- pertahun. Komoditi
yang diusahakan adalah padi dan kacang
tanah dengan luas tanam yang bervariasi
untuk setiap musim tanamnya. Pada awal
Jum. Air
terpakai
(l/dt)
Keuntungan
(Rp/mt)
Keuntungan
(Rp/ha/mt)
31,06
11.388.670,-
569.433,-
39,44
11.731.020,-
586.551,-
35,66
106,5
27,31
17.084.910,40.024.600,-
539.245,1.673.600,-
13.472.360,-
673.618,00
33,52
13.216.420,-
673.618,00
36,29
13.337.630,-
666.881,50
97,12
40.026.410,-
2.014.117,-
musim tanam bulan Pebruari tanaman padi
bisa diusahakan pada MT Pebruari-Mei
dengan luas tanam 1,63 ha dan MT JuniSeptember dengan luas tanam 4,15 ha,
sedangkan total penggunaan air 105,86 l.dt-1.
Awal musim tanam bulam Maret padi bisa
ditanam pada setiap musim tanam dengan
Vol. 1 No.2, 2011
Optimasi Pemanfaatan Irigasi Sumur Pompa
luas tanam bervariasi sesuai dengan
ketersediaan air, dengan total penggunaan air
adalah 97,62 l.dt-1.
Hasil optimasi nampak bahwa luas areal
tanam padi pada setiap periode tanam jauh
lebih kecil dibanding dengan luas areal tanam
kacang tanah, bahkan pada periode tertentu
padi tidak bisa diusahakan. Hal ini terjadi
berkaitan dengan ketersediaan air, terutama
air hujan. Dengan kurangnya air hujan maka
kebutuhan air dari irigasi akan semakin
meningkat, sehingga tidak lagi mampu
melayani kebutuhan air sesuai yang di
butuhkan untuk tanaman padi yang
memerlukan air banyak.
2. Oleh karena analisis Optimasi ini
didasarkan atas kegiatan usahatani yang
dilakukan oleh petani setempat dimana
kondisi dan tingkat pengelolaannya yang
kurang terkontrol, maka perlu dilakukan
pengujian lapang melalui penanam
lasngsung dengan kondisi yang lebih
terkontrol sebagai validasi dari hasil
optimasi yang diperoleh.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil optimasi dan analisis,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Komoditi kacang tanah dan padi sawah
merupakan komoditi yang memungkinkan
untuk diusahakan pada lahan irigasi
sumur P83-Kdi di desa Watulawu
Kecamatan Pondidaha.
2. Awal musim tanam bulan Maret
membutuhkan total jumlah air irigasi
selama setahun lebih kecil dari pada awal
musim tanam bulan Pebruari.
3. Keuntungan hasil usahatani per ha
pertahun, lebih besar diperoleh pada awal
musim tanam bulan Maret dibanding awal
musim tanam bulan Pebruari.
Saran
1. Melihat sebagian besar kondisi sumur
sudah banyak yang tidak berfungsi, perlu
ada
pembinaan pemeliharaan dan
pengelolaan fasilitas irigasi sumur pompa
bagi petani pengguna irigasi tersebut.
Selain itu, oleh karena biaya operasional
irigasi sumur pompa relative mahal maka
perlu pembinaan terhadap kelompok tani
pemakai irigasi air tanah.
101
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1882. Laporan Akhir Studi Pendahuluan
Pengembangan Air Tanah Daerah Sulawesi
Tenggara. Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Pengairan Irigasi II. PT. Wahana
Saptaprakarsa, Bandung.
Danaryanto. 1991. Evaluasi Potensi Airtanah,
Diklatsar Hidrologi, Kanwil Pertambangan dan
Energi,
Direktorat
Geologi
dan
Tata
Lingkungan, Bandung.
Doorenbos, J. W.O. Pruitt. 1977. Guidelines for
Predicting Crop Water Recruitments, FAO,
Rome.
Prijowirjanto, G.H.,1985. Gerakan Air Tanah,
Hidrolika Sumur dan Kualitas Air. Jurusan
Teknik Pertambangan , ITB, Bandung.
Sihwanto, Arismunandar, Suroto, 1991. Evaluasi
Potensi Air Tanah Daerah Kendari Sulawesi
Tenggara. Departemen Pertambangan dan
Energi Direktorat Jendral Geologi dan
Sumberdaya Mineral Direktorat Geologi Tata
Lingkungan, Bandung.
Suharyadi. 1984. Geohidrologi, Jurusan Teknik
Geologi. Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta.
Soekarno, I., 1994. Hidrologi Untuk Pengairan.
Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Waspodo, R. S. B., 1993. Pengelolaan Sumberdaya
Airtanah Dalam Untuk Irigasi Dalam
Perencanaan Pola tanam dengan Program
Linier Programing di Desa Cipicung
Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut
Propinsi Jawa Barat, Bandung. (Tesis, Tidak
dipublikasikan)
Download