II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi 1.1. Bahan Bahan yang digunakan untuk budidaya adalah rumput laut S. polycystum yang diambil dari Pantai Karangbolong (Cilacap), NaOH 0,5%, Na2CO3 5%, KOH 2 %, HCl 0,5%, HCl 5%, KOH 10%, H2O2 6%, indikator phenolptalein, kertas whatman no.1 dan seperangat reagen untuk mengukur fosfat. 1.2. Alat Alat yang diperlukan antara lain bambu, pemberat (batu), kantong plastik, baki, label, hand refraktometer, pH indikator strips merck universa, jaring tubuler, termometer, keping secchi, gunting, timbangan digital, meteran, tali rafia, tali ris, kain kassa ukuran 100 mesh, kompor, bejana, blender, kamera, beaker glass Pyrex 1000 ml, cawan, gelas ukur, pipet tetes, spektrofotometer, spatula dan alat tulis (Lampiran 3). 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi budidaya S. polycystum terletak di Pantai Tebeng, Kabupaten Cilacap. Pengambilan bibit berasal dari Pantai Karangbolong, Cilacap. Penelitian terdiri atas 2 tahap yaitu budidaya dan ekstraksi. Proses budidaya dilaksanakan pada bulan November 2013 dan proses ekstraksi dilaksanakan di Laboratorium Biologi Akuatik Fakultas Biologi UNSOED Purwokerto pada bulan Maret 2014 (Lampiran 4). B. Diagram alir Penelitian Penyediaan bibit Pembuatan rakit Penanaman dan pemeliharaan Metode apung Metode dasar Pengukuran bobot basah, pengukuran parameter pendukung dan pengambilan sampel rumput laut pada 7, 14, 21 dan 28 hst Ekstraksi sampel rumput laut yang diambil pada 7, 14, 21 dan 28 hst Alginat C. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan yaitu dengan metode eksperimental. Penelitian yang dilakukan yaitu budidaya S. polycystum dengan metode apung dan dasar (Lampiran 5), serta analisis bobot alginat dari S. polycystum yang dihasilkan dari perlakuan umur dan metode budidaya yang digunakan. 2. Rancangan Percobaan Penelitian dilaksanakan menggunakan eksperimental dilaboratorium. Rancangan dasar yang digunakan untuk kandungan alginat S. polycystum menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola Split Plot yang diulang sebanyak 3 kali. Adapun perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut : Petak utama adalah metode budidaya (A), yang terdiri atas : A1 = metode apung A2 = metode dasar Anak petak adalah umur (B) sebagai berikut : B1= 7 hari setelah tanam B2= 14 hari setelah tanam B3= 21 hari setelah tanam B4= 28 hari setelah tanam Kombinasi perlakuan : A1B1, A2B1, A1B2, A2B2, A1B3, A2B3, A1B4, A2B4 yang diulang sebanyak 3 kali. 3. Variabel dan Parameter Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebasnya adalah umur dan metode budidaya. Variabel tergantung pertumbuhan S. polycystum dan bobot alginat. Parameter yang diamati adalah parameter utama dan parameter pendukung. Parameter utama yang diukur adalah bobot basah S. polycystum (untuk mengetahui tingkat pertumbuhan S. polycystum) dan bobot alginat (untuk mengetahui alginat yang dihasilkan). Parameter pendukung untuk pertumbuhan S. polycystum adalah pH, salinitas, suhu, kecerahan, nitrat dan fosfat. 3.1. Cara kerja budidaya rumput S. polycystum : 3.1.1. Penyediaan bibit Bibit S. polycystum diperoleh dari Pantai Karangbolong, Cilacap yang terletak bersebelahan dengan Pantai Tebeng. Bibit diangkut menggunakan perahu. Bibit rumput laut S. polycystum kemudian dicuci dengan air laut di Pantai Tebeng Cilacap. 3.1.2. Pembuatan rakit Rakit dibuat dari 4 buah bambu dengan ukuran 200 x 250 cm. Masing-masing ujung bambu diikat dengan tali rafia, kemudian pada rakit tersebut diikat dengan tali ris dengan jarak antar titik tanam adalah 30 x 30 cm. Jumlah rakit yang dibuat adalah 2 buah rakit, yakni untuk penanaman pada metode apung dan dasar. 3.1.3. Penanaman S. polycystum pada metode dasar (Diambil pada 7, 14, 21 dan 28 hari setelah tanam). 1. Bibit rumput laut S. polycystum ditimbang dengan berat awal masingmasing ulangan seberat 75 gram. 2. Bibit rumput laut yang telah ditimbang seberat 75 gram kemudian diikat dengan tali rafia dan dimasukkan pada jaring tubuler, kemudian ditanam pada rakit yang telah disediakan dengan jarak tanam 30 x 30 cm. 3. Tiap sudut rakit diberi tali yang kemudian diikatkan pada tiang pancang yang sudah ditanam tenggelam didekat dasar perairan. 3.1.4. Penanaman S. polycystum pada metode apung (Diambil pada 7, 14, 21 dan 28 hari setelah tanam). 1. Rumput laut ditimbang dengan berat awal masing-masing ulangan seberat 75 gram. 2. Bibit rumput laut yang telah ditimbang seberat 75 gram kemudian diikat dengan tali rafia, dimasukkan pada jaring tubuler dan ditanam pada rakit yang telah disediakan dengan jarak tanam 30 x 30 cm. 3. Tiap sudut rakit diberi tali yang kemudian diikatkan pada tiang pancang sehingga rakit mengapung didekat permukaan perairan. 3.2. Pengukuran bobot basah S. polycystum 1. Sampel rumput laut S. polycystum diamati pada umur 7, 14, 21 dan 28 hst diambil secara destruktif untuk masing-masing perlakuan. 2. kemudian ditimbang berat basahnya. Pengambilan sampel ini diulang sebanyak 3 kali. 3. Data hasil penimbangan dimasukkan ke dalam rumus pertumbuhan : G= (gram.hari-1) (Heddy, 2001) Keterangan : -1 G = Pertumbuhan (gram.hari ) Wt1 = Berat rumput laut umur t1 (g) Wt2 = Berat rumput laut t2 (g) t1 = Waktu pengambilan sampel ke-1 t2 = Waktu pengambilan sampel ke-2 3.3. Pengukuran parameter pendukung (Lampiran 6) a. Pengukuran Suhu (oC) Suhu diukur dengan cara mencelupkan termometer celcius kedalam air laut selama 5 menit, kemudian suhu yang teramati dicatat menurut skala. Pengukuran suhu perairan diulang sebanyak 3 kali. b. Pengukuran salinitas (o/oo) Pengukuran salinitas dilakukan dengan cara mengambil 1 tetes sampel air laut menggunakan pipet tetes kemudian diteteskan pada kaca hand refraktometer kemudian kaca hand refraktometer ditutup. Skala yang ditunjuk pada garis batas antara zona terang dan zona gelap diamati dan dicatat hasilnya. Pengukuran salinitas diulang sebanyak 3 kali. c. Pengukuran derajat keasaman (pH) Pengukuran derajat keasaman (pH) dilakukan dengan menggunakan pH indikator universal ke dalam air, warna yang timbul kemudian dicocokkan dengan warna pada petunjuk penggunaan yang menunjukan besarnya pH air tersebut. d. Pengukuran Penetrasi Cahaya Alat yang digunakan untuk mengukur penetrasi cahaya adalah keping secchi. Pengukuran dilakukan dengan cara mencelupkan keping secchi ke dalam perairan sampai tepat keping secchi tidak terlihat lagi. Keping secchi tersebut diangkat perlahan-lahan sampai tepat kelihatan, kemudian diberi tanda dan diukur jaraknya. e. Pengukuran nitrat Pengukuran kandungan nitrat dilakukan dengan menggunakan metode spektofotometri yakni dengan sampel air sebanyak 50 ml disaring menggunakan kertas Whatman No. 1. Setelah disaring dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 ml. Sampel air 50 ml ditambahkan 1 ml HCl 1 N kemudian dihomogenkan. Kandungan nitrat air sampel diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 220 nm, sehingga diperoleh absorbansinya. Hasil yang diperoleh kemudian dicatat. f. Pengukuran fosfat Pengukuran fosfat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri yakni dengan sampel air sebanyak 50 ml disaring menggunakan kertas Whatman No. 1. Setelah disaring dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 ml. Setelah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml lalu ditambahkan 1 tetes indikator Phenolpthalein dan ½ tetes NaOH sampai berwarna merah muda kemudian ditambahkan 8 ml reagen untuk menganalisis kadar fosfat, ditunggu hingga 5 menit. Kandungan fosfat air sampel diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 880 nm sehingga diperoleh absorbansinya. Hasil yang diperoleh kemudian dicatat. 3.4. Ekstraksi alginat S. polycystum hasil budidaya yang diambil pada umur pada 7, 14, 21 dan 28 hst akan menggunakan metode ekstraksi Kelco co yang telah dimodifikasi menurut Rasyid (2001) dengan langkah-langkah (Lampiran 7): 1. Rumput laut dicuci dengan air berulang kali agar bersih dari kotoran, kemudian ditiriskan dan dijemur selama 2-3 hari sehingga kadar air 30-40%. 2. Rumput laut yang sudah kering ditimbang ± 20 gram dan ditempatkan dalam beaker glass, direndam dalam larutan 200 ml KOH 2% selama 30 menit. 3. Rumput laut diangkat kemudian dicuci dengan air bersih dan dibilas sebanyak 2 kali selanjutnya ditiriskan. 4. Setelah bersih dan ditiris, kemudian direndam dalam 200 ml larutan NaOH 0,5% selama 30 menit. 5. Rumput laut diangkat kemudian dicuci dengan air bersih dan dibilas sebanyak 2 kali selanjutnya ditiriskan. 6. Rumput laut setelah ditiriskan, direndam kembali dalam 200 ml larutan HCl 0,5% selama 30 menit. 7. Rumput laut diangkat kemudian dicuci dengan air bersih dan dibilas sebanyak 2 kali selanjutnya ditiriskan. 8. Kemudian ditambahkan larutan Na2CO3 5% sebanyak 200 ml dan dipanaskan pada suhu 80oC selama 3 jam kemudian disaring. 9. Filtrat diasamkan dengan menambah larutan HCl 5% hingga pH 2,8-3,2 selama 15 menit. 10. Pemucatan dilakukan selama 15 menit dengan menambahkan H2O2 6% dengan perbandingan 1:1. 11. Pengendapan asam alginat dilakukan dengan menambahkan larutan KOH 10 % hingga pH 8,5-9,0. Perlakuan tersebut dilakukan selama 15 menit. Hasil yang diperoleh adalah kalium alginat. 12. Kalium alginat dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60oC atau dijemur dibawah sinar matahari selama 5-6 hari, kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender untuk memperoleh tepung alginat. 13. Perhitungan Bobot Alginat Bobot alginat yang diperoleh dihitung dengan metode Glicksman (1969), dengan rumus sebagai berikut : Rendemen alginat (%) = D. Metode Analisis Data hasil pertumbuhan S. polycystum dianalisis secara deskriptif, sedangkan data kandungan alginat dianalisis dengan menggunakan uji F dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang dicobakan. Hasil analisis yang diperoleh adalah berpengaruh nyata. Hasil tersebut kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan (Sastrosupadi, 2000).