1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah cara

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui
adalah
cara
yang
paling
efektif
dan
murah
untuk
menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di
bawah enam bulan mendapat manfaat dari ASI eksklusif. Sebelum
tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk
memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001,
setelah
melakukan
telaah
artikel
penelitian
secara
sistematik
dan
berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif
tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan (WHO, 2002). Anak-anak yang
mendapat ASI eksklusif 14 kali lebih mungkin untuk bertahan hidup dalam
enam bulan pertama kehidupan dibandingkan anak yang tidak disusui. Mulai
menyusui pada hari pertama setelah lahir dapat mengurangi risiko kematian
baru lahir hingga 45 persen (Unicef, 2013).
Untuk mencapai tumbuh kembang bayi secara optimal, WHO/UNICEF
menetapkan Global Strategy for Infant and Young Child Feeding yang di
Indonesia ditindaklanjuti dengan Penyusunan Strategi Nasional Pemberian
Makanan Bayi dan Anak. Strategi tersebut diantaranya memberikan ASI
dalam 30 menit setelah kelahiran, memberikan hanya ASI saja atau ASI
Eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, memberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dan bermutu sejak bayi umur 6 bulan
commit to user
1
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun (Depkes,
2006).
Angka kematian bayi di Indonesia
menurut SDKI tahun 2012 masih
mencapai 32 / 1000 kelahiran hidup, meski angka kematian bayi di Indonesia
terus menurun tiap tahun, namun tingkat kematian bayi di Indonesia masih
tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN,
yaitu 4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2 kali lebih tinggi dari Filipina, dan
2,2 kali lebih tinggi dari Thailand. Menurut SDKI 2012, angka kematian bayi
di Jawa Timur mencapai 30 / 1000 kelahiran hidup dan di Kabupaten
Lamongan
masih mencapai
2,8 / 1000 kelahiran hidup, sehingga bisa
disimpulkan jumlah bayi meninggal mencapai 1800 bayi, yang artinya di
Jawa Timur setiap hari terdapat 5 bayi yang meninggal. Menurut data World
Health Organization (WHO) 2003, Angka Kematian Bayi di Indonesia
sebagian besar terkait dengan faktor nutrisi yaitu sebesar 53%. Beberapa
penyakit yang timbul akibat malnutrisi antara lain pneumonia (20%), diare
(15%), dan perinatal (23%). (Kemenkes, 2013).
Pemberian ASI secara ekslusif merupakan salah satu upaya kesehatan
pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita untuk
mencapai MDG’s 2015. Pengaturan mengenai pemberian air susu ibu (ASI)
eksklusif diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor
33 tahun 2012 mengenai Pemberian ASI Eksklusif. ASI menurut penelitian
yang dilakukan oleh Robert et al (2013) yang dilakukan di sejumlah negara
berkembang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diare dan pneumonia. Pemberian ASI pada satu jam pertama kehidupan atau
IMD (Inisiasi Menyusui Dini) terbukti dapat menurunkan angka kematian
neonatus (Boccolini et al, 2013).
Di Indonesia, pencapaian target Air Susu Ibu (ASI) eksklusif 80% terlihat
terlalu tinggi karena tren ASI eksklusif justru menurun (Syafiq dan Fikawati,
2010). Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia menunjukkan
pencapaian ASI ekslusif sebesar 32% pada tahun 2007 dan menurut hasil
Riskesdas 30,2% pada tahun 2013. Menurut data Riskesdas tahun 2013
persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir semakin menurun
seiring meningkatnya umur bayi dengan persentase tertinggi pada anak
usia 0 bulan (52,7%), pada anak usia 1 bulan (48,7%) pada anak usia 2 bulan
(46%), pada anak usia 3 bulan (42,2%), pada anak usia 4 bulan (41,9%), pada
anak usia 5 bulan (36,6%) dan terendah pada anak umur 6 bulan (30,2%).
Angka keberhasilan ASI ekslusif di Jawa Timur sebesar 58,2%,
Kabupaten Lamongan sebesar 35,7% dan wilayah kerja Puskesmas
Moropelang sebesar 47%, masih jauh dari target nasional sebesar 80%.
Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat pemberian ASI
eksklusif
adalah
diantaranya ibu
bekerja
merupakan alasan untuk
menghentikan pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
(Roesli, 2005). Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik
karena faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang
mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu demikian juga ibu
yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASI dalam jumlah yang relativ
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4
digilib.uns.ac.id
lebih sedikit dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya baik. Faktor psikologi
ibu, ibu merasa takut terhadap bentuk payudaranya yang rusak apabila
menyusui dan kecantikannya akan hilang (Siregar, 2004). Adanya pengaruh
melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin. Belum semua petugas
paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap
ibu untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru dengan
memberikan susu formula botol kepada bayi yang baru lahir. Hal yang
menghambat penggunaan ASI Eksklusif yaitu
gencarnya promosi susu
formula, baik melalui pendekatan kelambagaan maupun melalui media
massa. Bahkan saat ini secara langsung melalui ibu-ibu di mana mereka
tinggal.
Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu melakukan konsultasi
ke klinik laktasi, yaitu produksi ASI kurang, ibu kurang memahami tata
laksana laktasi yang benar, ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi
formula (relaktasi), bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian
air gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran), kelainan
ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement,
mastitis dan abses, ibu hamil lagi padahal masih menyusui, ibu bekerja serta
kelainan bayi: bayi sakit, abnormalitas bayi (IDAI, 2013). Penelitian yang
dilakukan Kurniawan (2013) di RS Muhammadiyah Lamongan menunjukkan
usia ibu, status pekerjaan ibu dan pemberian susu formula sebagai makanan
pralaktal memilki hubungan negatif dengan keberhasilan ibu memberikan
ASI eksklusif. Kegagalan memberikan ASI ekslusif dipengaruhi oleh banyak
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
faktor, dan hambatan yang dihadapi oleh ibu menyusui tidak berlaku sama
terhadap setiap ibu menyusui.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Moropelang termasuk
kedalam wilayah kecamatan Babat, sudah memiliki fasilitas rujukan ibu
bersalin yang lengkap, tenaga kesehatan terdiri dari bidan, perawat, dokter
dan dokter spesialis. Angka keteraturan periksa ibu hamil sudah termasuk
bagus pada tahun 2013 sebesar 87%, kelahiran di tenaga kesehatan dan
pelayanan nifas 96%, dengan periksa hamil dan nifas yang teratur diharapkan
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif semakin bagus, tetapi angka
pencapaian ASI ekslusif masih kurang dari target pemerintah, yaitu hanya
sebesar 47%.
B. Rumusan Masalah
Beradasarkan uraian di atas dapat di rumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana pola menyusui bayi di wilayah kerja Puskesmas Moropelang?
2. Apa faktor penghambat dalam proses pemberian ASI eksklusif ?
3. Apa faktor pendorong dalam proses pemberian ASI eksklusif ?
4. Bagaimana kebutuhan dan harapan ibu dalam proses menyusui ?
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui faktor yang berperan dalam kegagalan pemberian ASI
ekslusif.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pola menyusui bayi yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Moropelang.
b. Mengetahui faktor penghambat dalam proses pemberian ASI
eksklusif.
c. Mengetahui faktor pendorong dalam proses pemberian ASI eksklusif.
d. Mengetahui kebutuhan dan harapan dalam proses menyusui.
D. Manfaat Penelitian
1. Praktis
a. Memberikan informasi atau pemahaman pada petugas kesehatan
tentang pentingnya konseling atau penyuluhan tentang menyusui dan
ASI ekslusif
b. Memberikan gambaran pada ibu menyusui untuk meningkatkan
motivasi memberikan ASI ekslusif pada bayi sehingga angka
kesakitan dan angka kematian bisa menurun.
c. Memberikan gambaran dukungan yang dibutuhkan ibu dalam proses
memberikan ASI ekslusif.
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Teoritis
a. Meningkatkan pengkayaan ilmu dalam hal praktek pemberian ASI
ekslusif.
b. Sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya tentang praktek
pemberian ASI ekslusif.
commit to user
Download