Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 4.1. Pendapatan Daerah 4.1.1. Pendapatan Asli Daerah Sejak tahun 2011 terdapat beberapa anggaran yang masuk dalam komponen Pendapatan Asli Daerah yaitu Dana Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Persalinan (Jampersal) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang dikategorikan dalam komponen retribusi daerah. Kenaikan yang cukup tinggi pada Pendapatan Asli Daerah adalah sesungguhnya disumbang oleh Dana pusat yang didaerahkan tersebut, tetapi dimasukkan dalam komponen PAD sesuai ketentuan yang berlaku. Masuknya dalam komponen PAD, pos retribusi daerah karena uang tersebut datang setelah dilakukan klaim oleh Rumah Sakit dan Puskesmas berdasarkan pelayanan yang dilakukan terhadap masyarakat. Gambaran perkembangan realisasi PAD di Kabupaten Bima dapat dilihat pada Grafik 4.1. Sumber: Laporan Realisasi APBD (2006-2011), diolah Grafik 4.1 Perkembangan Realisasi Komponen Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bima Selama 2007-2011 Berdasarkan grafik 4.1 di atas komponen Pendapatan Asli Daerah yang relatif stabil pertumbuhannya adalah Pajak Daerah dan Laba BUMD. Retribusi Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -45- daerah mengalami pertumbuhan fluktuasi yang relatif tinggi dan cenderung meningkat pada tahun 2011, sedangkan Lain- lain PAD mengalami fluktuatif yang relatif tajam dengan kecenderungan menurun pada tahun 2011. Grafik 4.2 Perkembangan Kontribusi Komponen Pendapatan Asli Daerah Terhadap PAD di Kabupaten Bima Selama 2007 - 2011 Berdasarkan grafik 4.2 retribusi menyumbang 45,84% terhadap total PAD, diikuti lain- lain PAD sebesar 35,52%, Pajak daerah sebesar 9,74% dan Laba BUMD 8,91%. Dengan demikian, peningkatan PAD ke depan harus dioptimalkan melalui retribusi daerah dan lain – lain PAD. Adapun mengenai pajak daerah maupun Laba BUMD tampaknya belum dapat diandalkan. Oleh karena itu, pengembangan wilayah dan fasilitas publik diarahkan pada peningkatan retribusi. daerah mengingat relatif stabil pertumbuhannya. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -46- Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah Grafik 4.3 Rata- Rata Pertumbuhan Komponen PAD di Kabupaten Bima, 2007 – 2011 Dari grafik 4.3 di atas tampak bahwa komponen PAD selama 20072011 terjadi pertumbuhan yang paling tinggi adalah Laba BUMD 37,49%, Retribusi Daerah (RD) 28,32%, Pajak daerah (PD) 17,10% dan yang paling rendah pertumbuhannya adalah Lain-lain PAD 9,73%. Rendahnya pertumbuhan lain-lain PAD disebabkan terbatasnya sumber lain-lain PAD dan sifatnya yang tidak dapat ditargetkan secara pasti. Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah Grafik 4.4 Rasio PAD Terhadap Belanja di Kabupaten Bima (2007-2011) Berdasarkan Realisasi Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -47- Berdasarkan grafik 4.4 di atas bahwa kemampuan PAD membiayai belanja daerah terus mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 4,50%, dan kembali menurun menjadi 3,20 % tahun 2008, 3,08% tahun 2009 dan kemudian meningkat kembali menjadi 4,17% tahun 2010 dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 4,32%. Rasio tertinggi terjadi pada tahun 2007 yang mencapai 4,50%. Adanya kenaikan rasio PAD terhadap belanja pada tahun 2011 menunjukkan adanya peningkatan penggunaan PAD dalam mendukung penyelenggaraaan pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakatan di Kabupaten Bima. Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah Grafik 4.5 Perkembangan Realisasi PAD Kabupaten Bima Selama 2007 - 2011 (Dalam Milyar Rupiah) Semenjak diberlakukannya otonomi daerah, Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bima mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar Rp. 22,05 Milyar dan mengalami penurunan Rp. 18,11 Milyar tahun 2008, Rp. 19,24 milyar tahun 2009 dan meningkat kembali pada tahun 2010 sebesar Rp. 27,88 Milyar dan peningkatan drastis tahun 2011 sebesar 35,64 Milyar. Peningkatan tersebut seiring terjadinya perubahan beberapa pos PAD terutama dana jamkesmas, jampersal dan jamkesda dengan anggaran yang cukup besar dimasukkan alam pos retribusi daerah. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -48- 4.1.2 Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah lainnya. Dana Perimbangan merupakan komponen terbesar dalam pendapatan daerah. Dana Alokasi Umum adalah komponen terbesar dalam Dana Perimbangan. Peningkatan Dana Perimbangan merupakan konsekuensi logis otonomi daerah yang disertai pendanaannya dengan kebijakan desentralisasi fiskal melalui UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah yang kemudian diganti dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Meningkatnya alokasi dana perimbangan juga dipicu oleh penggabungan instansi vertikal menjadi organisasi perangkat daerah beserta pegawainya, yang disusul dengan peningkatan gaji dan tunjangan dalam waktu bersamaan. Selama kurun 2007-2011 terjadi peningkatan dana perimbangan dari Rp.459,74 Milyar menjadi Rp. 604,39 milyar pada tahun 2011. Peningkatan dana perimbangan terjadi karena adanya kenaikan gaji, tunjangan, penambahan CPNS dan adanya perbedaan celah fiskal (fiscal gap) dan Penerimaan Dalam Negeri sesuai formula DAU dan Dana Bagi Hasil. Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah Grafik 4.6 Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Bima Selama 2007-2011 (Milyar rupiah) Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -49- Berdasarkan grafik 4.6 realisasi dana perimbangan tertinggi mengalami pertumbuhan linear yang relatif stabil. Komponen terbesar dalam dana perimbangan adalah dana alokasi umum, diikuti dana alokasi khusus dan dana bagi hasil. Di luar komponen dana perimbangan Kabupaten Bima juga memperoleh dana penyesuaian yang diarahkan untuk program yang mendukung pelayanan publik sesuai dengan kondisi dan permasalahan spesifik daerah di bidang : pendidikan, kesehatan, maupun infrastruktur jalan. Apabila diperhatikan dengan seksama pertumbuhan dana perimbangan, kendatipun masih positif, namun trend-nya terus mengalami penurunan. Hal ini merupakan konsekuensi dari pendapatan dalam negeri netto, semakin banyaknya daerah pemekaran baru baik kabupaten/kota maupun provinsi. Mulai tahun 2012 terjadi perubahan variabel formula DAU dengan memasukkan wilayah laut dan pesisir dan tidak hanya daratan. Kabupaten Bima juga telah mengalami perubahan atau penambahan luas wilayah berdasrkan data dan teknologi terbaru sehingga mempengaruhi alokasi DAU. Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah Grafik 4.7 Trend Pertumbuhan Realisasi Dana Perimbangan di Kabupaten Bima Selama 2007 - 2011 (Persen) Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -50- 4.2. Belanja Daerah Belanja daerah terdiri dari kelompok belanja tidak langsung dan langsung. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai (gaji), belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja subsidi,belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Komponen belanja langsung terdiri dari tiga sub komponen belanja yaitu: pegawai, barang dan jasa, dan belanja modal. Belanja tidak langsung yakni belanja yang tidak terkait dengan program dan kegiatan atau yang sifatnya rutin. Sedangkan belanja langsung adalah belanja yang berkaitan dengan program dan kegiatan untuk mencapai visi dan misi Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuia dengan tugas pokok dan fungsinya. Belanja daerah memegang peranan penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebab peranan APBD masih sangat tinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberdayakan masyarakat tidak mampu yang produktif. Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah Grafik 4.8 Perkembangan Realisasi Belanja dalam APBD Kabupaten Bima Selama 2007 - 2011 Tampak bahwa selama 2007-2011 belanja total mengalami peningkatan dari 490,09 milyar tahun 2007 menjadi 824,75 milyar tahun 2011. Demikian pula dengan belanja tidak langsung dari 264,65 milyar tahun 2007 menjadi 515 milyar Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -51- tahun 2011. Sementara belanja langsung mengalami penurunan dari 260,01 milyar tahun 2008 menjadi 151,12 milyar tahun 2009, kemudian meningkat kembali pada tahun 2010 sebesar 186,71 milyar dan pada tahun 2011 sebesar 309,75 milyar.. Belanja total mengalami peningkatan yang relatif konstan, kecuali belanja langsung yang mengalami penurunan tahun 2009 akibat semakin banyaknya belanja aparatur terkait pengangkatan tenaga honda menjadi CPNSD yang tidak diikuti oleh kenaikan Dana Alokasi Umum secara signifikan. Masih rendahnya belanja langsung disebabkan karena masih tingginya komponen belanja pegawai terhadap APBD. 4.2.1. Perkembangan Belanja Program Belanja dalam APBD secara sederhana dapat dikelompokkan ke dalam: belanja rutin gaji, honor, honda, belanja operasional (perjalanan, administrasi, kebutuhan kantor), belanja sosial kemasyarakatan (bantuan sosial), belanja pembangunan infrastruktur, belanja bantuan ekonomi produktif dan belanja pengembangan kapasitas aparatur. Belanja program pembangunan yang berkaitan dengan ekonomi terus mengalami peningkatan. Program –program tersebut diarahkan untuk pengembangan infrastruktur, perencanaan, pengembangan kelompok ekonomi produktif, penguatan kelembagaan dan pemasaran hasil – hasil produksi. Meskipun dari tahun ke tahun alokasi belanja langsung yang diarahkan untuk pengembangan ekonomi masyarakat upaya pemberdayaan masyarakat masih sangat terbatas, namun melalui peningkatan kemandiriannya untuk mengakses modal perbankan dan lembaga keuangan semakin ditingkatkan. Selama periode 2007 - 2011 pertumbuhan belanja daerah mencapai 32,50% setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pendanaan semakin meningkat seiring bertambahnya aparatur dan kebutuhan pembangunan di berbagai bidang. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -52- Grafik 4.9 Perkembangan Realisasi Belanja Program dalam APBD Kabupaten Bima, 2007-2011 Rata-rata pertumbuhan belanja langsung/ program dari 2007-2011 sebesar 32,50%. Belanja program mengalami peningkatan pada tahun 2007 dengan realisasi belanja program mencapai 236,00 milyar, mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 135,31 milyar dan dan tahun 2009 134,46 milyar. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan kembali menjadi 186,71 milyar dan meningkat tajam pada tahun 2011 sebesar 309,75 milyar. Meningkatnya belanja program tahun 2007 disebabkan adanya konversi beberapa komponen belanja rutin tahuntahun sebelumnya menjadi belanja program sejak tahun 2007. Sedangkan penurunan realisasi pada tahun 2008 dan 2009 disebabkan meningkatkan realisasi belanja gaji untuk aparatur yang menyebabkan porsi belanja program menurun, kemudian kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi 186,71 milyar dan tahun 2011 menjadi 309,75 milyar. Belanja program adalah belanja yang disusun berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan. Khusus yang berkenaan dengan pembangunan dari inisiatif masyarakat maka manfaat dan dampaknya akan dapat dilihat langsung terhadap peningkatan produksi, pendapatan maupun pertumbuhan ekonomi secara umum. Program lahir dari proses perencanaan partisipatif yang dimulai dari musyawarah pembangunan desa (musbangdes), Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -53- Rencana Pembangunan Tingkat Kecamatan (RPTK), musrenbang kabupaten, musrenbang provinsi dan musrenbangnas. Dari aspek fungsinya, sebagian besar anggaran diarahkan untuk pendidikan, penyelenggaraan pemerintahan umum, kesehatan dan pengembangan infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Tingginya porsi anggaran untuk pendidikan disebabkan besarnya kebutuhan pelayanan maupun gaji guru, demikian pula dengan penyelenggaraan pemerintahan yang membutuhkan koordinasi, fasilitasi dan tugas- tugas umum yang bersifat rutin. Belanja kesehatan didominasi oleh belanja pembangunan dan program yang diarahkan untuk mencegah kesakitan maupun mengobati masyarakat. Sedangkan belanja program yang diarahkan untuk kegiatan ekonomi dalam bentuk pemberdayaan masyarakat masih relatif kecil, mengingat tingginya kebutuhan anggaran untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur baik jalan, jembatan, bendungan, saluran irigasi, listrik, telekomunikasi dan pelabuhan. 4.3. Pembiayaan 4.3.1.Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Struktur APBD sekarang telah menempatkan SiLPA pada pos pembiayaan, yang sebelumnya termasuk pos pendapatan. Perubahan pos tersebut disesuaikan dengan definisi dari pembiayaan dan pendapatan yang sesungguhnya. Pendapatan adalah penerimaan dari kegiatan utama/produktif dan bukan diperoleh melalui penjualan asset. Mengingat SiLPA merupakan sisa dari realisasi pendapatan yang tidak dibelanjakan dan sisa belanja yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, maka sesungguhnya SiLPA bukan tambahan pendapatan. SiLPA digunakan untuk menutupi defisit APBD. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -54- Grafik 4.10 Perkembangan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten Bima, 2007 - 2011 SiLPA dalam APBD Kabupaten Bima sebagaimana terlihat pada grafik 4.10 mengalami fluktuasi tertinggi yang cukup tajam terutama pada tahun 2007 sebesar 14,098 milyar dan tahun 2010 merupakan SilPA tertinggi yaitu sebesar 45,789 milyar. Tingginya SiLPA tahun 2010 disebabkan adanya penundaan pelaksanaan dan belum selesainya beberapa program pada tahun 2010 yang kemudian diluncurkan kembali pada tahun 2011 sementara tahun 2011 sebesar 45,579 milyar. Bila dievaluasi tampaknya selama 2007-2011 SilPA terus mengalami peningkatan, hal ini perla dicermati terutama terkait dengan penjadwalan pelaksanaan beberapa program yang didanai dari dana pusat yang sifatnya khusus, seperti DAK dan dana penyesuaian. Disamping itu, perla dilakukan percepatan penyelesaian administrasi dan keuangan yang selama ini selalu menjadi masalah dalam pelaksanaan program di Kabupaten Bima. SilPA yang tinggi dalam derajat tertentu tidak baik bagi perekonomian, apalagi sampai tidak digunakan untuk melaksanakan beberapa program prioritas, kecuali ada hambatan-hambatan tertentu yang tidak memungkinkan program tidak dilaksanakan meskipun mencukupi anggarannya, seperti: bencana alam, Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -55- bencana sosial, perubahan aturan, batas waktu yang tidak mencukupi maupun hal- hal lainnya. 4.3.2. Penyertaan Modal Perkembangan penyertaan modal yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bima tahun 2007-2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Perkembangan Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Bima No Tahun Jumlah (jutaan rupiah) 1 2007 10.075 2 2008 5.450 3 2009 187,5 4 2010 812,19 5 2011 1,395 6 2012 Sumber : Realisasi APBD Kab. Bima (2007-2012) 2,445 Berdasarkan tabel 4.1 di atas tampak bahwa selama 2007-2012 besarnya penyertaan modal PEMDA mengalami fluktuasi dari 10,07 milyar tahun 2007 menjadi 812,19 juta tahun 2010 sementara tahun 2011 mencapai 1,395 milyar. Penyertaan modal tahun 2009 mengalami penurunan disebabkan adanya fokus pemanfaatan dana untuk belanja langsung (program). Besarnya penyertaan modal sangat tergantung pada kondisi keuangan pemerintah. Semakin banyak dana yang tersisa yang belum dialokasikan pada belanja, maka dapat diarahkan pada penyertaan modal untuk beberapa Perusahaan Milik Daerah seperti PT. Bank NTB, PD.BPR, LKP, PD. Wawo, PDAM dan PT. Bank Pesisir AKbar. Sementara Pada tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Bima mengarahkan pentertaan modal pada PT. JAMKRIDA sebesar Rp. 1,00 Miliyar. Penyertaan modal ini mempunyai arti penting dalam rangka pemberdayaan Perusahaan Milik Daerah yang sekaligus diharapkan menjadi penggerak ekonomi masyarakat sekaligus sumber Pendapatan Asli Daerah. 4.4. Hubungan APBD dan Pertumbuhan Ekonomi Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -56- 4.4.1. Belanja APBD dan Pembentukan PDRB Secara teoritis APBD memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui proses peningkatan permintaan agregat daerah sehingga menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan. Meningkatnya permintaan tersebut dapat terjadi bilamana terjadi peningkatan belanja pemerintah, baik belanja yang sifatnya rutin maupun belanja program. Dengan stabilnya harga maka pertumbuhan ekonomi atau output daerah akan meningkat pada tingkat belanja yang sama. Grafik 4.11 Diagram Sebar (Scatter Diagram) Hubungan Antara Realisasi APBD dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bima, 2005 - 2011 Berdasarkan grafik 4.11 di atas terlihat ada kecenderungan hubungan positif antara realisasi APBD dan pertumbuhan ekonomi. Semakin besar realisasi APBD maka pertumbuhan ekonomi juga mengalami peningkatan. Dengan demikian, ada indikasi meskipun belum melalui uji statistik, bahwa selama periode 2005-2011 APBD memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bima. Realisasi APBD dinilai sebagai pemicu atau variabel bebas (sumbu horisontal), sedangkan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terikat (sumbu vertikal). Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -57- Grafik 4.12 Perkembangan Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap Pembentukan PDRB Kabupaten Bima, Selama 2006 - 2011 Berdasarkan grafik 4.12 tampak bahwa selama 2006-2011 rasio realisasi belanja APBD terhadap PDRB relatif stabil dengan rata- rata 22,41% yang mana rasio tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 25,51% dan terendah pada tahun 2006 sebesar 21,76%. Rasio belanja terhadap PDRB mencerminkan besaran dan ukuran (size) pemerintah. Semakin besar rasio belanja terhadap PDRB maka secara teori akan menekan pertumbuhan ekonomi, apabila sumber penerimaan ditarik dari dalam daerah. Namun Kabupaten Bima mengandalkan penerimaan dari pemerintah pusat, maka akan meningkatkan aktivitas ekonomi sejalan dengan meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -58- Dilihat dari indikator elastisitas APBD terhadap pertumbuhan ekonomi selama 2006-2011 secara rata-rata sebesar 1,25 % yang berarti bahwa dampak APBD terhadap pertumbuhan ekonomi masih perlu dipacu lagi melalui penajaman program dan kegiatan dalam APBD. Ke depan peningkatan belanja pemerintah harus lebih banyak diarahkan pada program yang berkaitan langsung dengan pertumbuhan sektoral yang selanjutnya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, sektor yang berkembang tersebut menjadi sumber penerimaan daerah dari pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk mendukung pendanaan pembangunan yang dibutuhkan masyarakat. Selama ini harus diakui bahwa sumber pendanaan pembangunan di Kabupaten Bima bertumpu sepenuhnya pada dana perimbangan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Padahal, dalam jangka panjang seiring semakin baiknya kondisi daerah, indeks pembangunan manusia, maka dengan sendirinya dana perimbangan, khususnya Dana Alokasi Umum (DAU) akan mengalami penurunan secara berarti. Upaya –upaya yang sistematis, terencana dan berkelanjutan bagi peningkatan kapasitas fiskal daerah harus dilakukan dalam rangka mengantisipasi kebijakan nasional yang mengalami perubahan sewaktu-waktu. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 -59-