BAB III - PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

advertisement
Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah
4.1. Pendapatan Daerah
4.1.1. Pendapatan Asli Daerah
Sejak tahun 2011 terdapat beberapa anggaran yang masuk dalam
komponen Pendapatan Asli Daerah yaitu Dana Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas), Jaminan Persalinan (Jampersal) dan Jaminan Kesehatan Daerah
(Jamkesda) yang dikategorikan dalam komponen retribusi daerah. Kenaikan yang
cukup tinggi pada Pendapatan Asli Daerah adalah sesungguhnya disumbang oleh
Dana pusat yang didaerahkan tersebut, tetapi dimasukkan dalam komponen PAD
sesuai ketentuan yang berlaku. Masuknya dalam komponen PAD, pos retribusi
daerah karena uang tersebut datang setelah dilakukan klaim oleh Rumah Sakit
dan Puskesmas berdasarkan pelayanan yang dilakukan terhadap masyarakat.
Gambaran perkembangan realisasi PAD di Kabupaten Bima dapat dilihat pada
Grafik 4.1.
Sumber: Laporan Realisasi APBD (2006-2011), diolah
Grafik 4.1
Perkembangan Realisasi Komponen Pendapatan Asli Daerah
di Kabupaten Bima Selama 2007-2011
Berdasarkan grafik 4.1 di atas komponen Pendapatan Asli Daerah yang
relatif stabil pertumbuhannya adalah Pajak Daerah dan Laba BUMD. Retribusi
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-45-
daerah mengalami pertumbuhan fluktuasi yang relatif tinggi dan cenderung
meningkat pada tahun 2011, sedangkan Lain- lain PAD mengalami fluktuatif
yang relatif tajam dengan kecenderungan menurun pada tahun 2011.
Grafik 4.2
Perkembangan Kontribusi Komponen Pendapatan Asli Daerah
Terhadap PAD di Kabupaten Bima Selama 2007 - 2011
Berdasarkan grafik 4.2 retribusi menyumbang 45,84% terhadap total PAD,
diikuti lain- lain PAD sebesar 35,52%, Pajak daerah sebesar 9,74% dan Laba
BUMD 8,91%. Dengan demikian, peningkatan PAD ke depan harus dioptimalkan
melalui retribusi daerah dan lain – lain PAD. Adapun mengenai pajak daerah
maupun Laba BUMD tampaknya belum dapat diandalkan. Oleh karena itu,
pengembangan wilayah dan fasilitas publik diarahkan pada peningkatan retribusi.
daerah mengingat relatif stabil pertumbuhannya.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-46-
Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah
Grafik 4.3
Rata- Rata Pertumbuhan Komponen PAD di Kabupaten Bima, 2007 – 2011
Dari grafik 4.3 di atas tampak bahwa komponen PAD selama 20072011 terjadi
pertumbuhan yang paling tinggi adalah Laba BUMD 37,49%,
Retribusi Daerah
(RD) 28,32%, Pajak daerah (PD) 17,10% dan yang paling
rendah pertumbuhannya adalah Lain-lain PAD 9,73%. Rendahnya pertumbuhan
lain-lain PAD disebabkan terbatasnya sumber lain-lain PAD dan sifatnya yang
tidak dapat ditargetkan secara pasti.
Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah
Grafik 4.4
Rasio PAD Terhadap Belanja di Kabupaten Bima (2007-2011)
Berdasarkan Realisasi
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-47-
Berdasarkan grafik 4.4 di atas bahwa kemampuan PAD membiayai
belanja daerah terus mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar
4,50%, dan kembali menurun menjadi 3,20 % tahun 2008, 3,08% tahun
2009 dan kemudian meningkat kembali menjadi 4,17% tahun 2010 dan
pada tahun 2011 meningkat menjadi 4,32%. Rasio tertinggi terjadi pada
tahun 2007 yang mencapai 4,50%. Adanya kenaikan rasio PAD terhadap
belanja pada tahun 2011 menunjukkan adanya peningkatan penggunaan
PAD dalam mendukung penyelenggaraaan pemerintahan, pembangunan
dan sosial kemasyarakatan di Kabupaten Bima.
Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah
Grafik 4.5
Perkembangan Realisasi PAD Kabupaten Bima Selama 2007 - 2011
(Dalam Milyar Rupiah)
Semenjak diberlakukannya otonomi daerah, Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Bima mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar Rp. 22,05
Milyar dan mengalami penurunan Rp. 18,11 Milyar tahun 2008, Rp. 19,24 milyar
tahun 2009 dan meningkat kembali pada tahun 2010 sebesar Rp. 27,88 Milyar
dan peningkatan drastis tahun 2011 sebesar 35,64 Milyar. Peningkatan tersebut
seiring terjadinya perubahan beberapa pos PAD terutama dana jamkesmas,
jampersal dan jamkesda dengan anggaran yang cukup besar dimasukkan alam
pos retribusi daerah.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-48-
4.1.2 Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah lainnya. Dana Perimbangan
merupakan komponen terbesar dalam pendapatan daerah. Dana Alokasi Umum
adalah komponen terbesar dalam Dana Perimbangan. Peningkatan Dana
Perimbangan merupakan konsekuensi logis otonomi daerah
yang disertai
pendanaannya dengan kebijakan desentralisasi fiskal melalui UU No. 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah yang kemudian
diganti dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Meningkatnya alokasi dana
perimbangan juga dipicu oleh penggabungan instansi vertikal menjadi organisasi
perangkat daerah beserta pegawainya, yang disusul dengan peningkatan gaji dan
tunjangan dalam waktu bersamaan. Selama kurun 2007-2011 terjadi peningkatan
dana perimbangan dari Rp.459,74 Milyar menjadi Rp. 604,39 milyar pada tahun
2011. Peningkatan
dana perimbangan terjadi karena adanya kenaikan gaji,
tunjangan, penambahan CPNS dan adanya perbedaan celah fiskal (fiscal gap)
dan Penerimaan Dalam Negeri sesuai formula DAU dan Dana Bagi Hasil.
Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah
Grafik 4.6
Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Bima
Selama 2007-2011 (Milyar rupiah)
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-49-
Berdasarkan grafik 4.6 realisasi dana perimbangan tertinggi mengalami
pertumbuhan linear yang relatif stabil. Komponen terbesar dalam dana
perimbangan adalah dana alokasi umum, diikuti dana alokasi khusus dan dana
bagi hasil. Di luar komponen dana perimbangan Kabupaten Bima juga
memperoleh dana penyesuaian yang diarahkan untuk program yang mendukung
pelayanan publik sesuai dengan kondisi dan permasalahan spesifik daerah di
bidang : pendidikan, kesehatan, maupun infrastruktur jalan.
Apabila diperhatikan dengan seksama pertumbuhan dana perimbangan,
kendatipun masih positif, namun trend-nya terus mengalami penurunan. Hal ini
merupakan konsekuensi dari pendapatan dalam negeri netto, semakin banyaknya
daerah pemekaran baru baik kabupaten/kota maupun provinsi. Mulai tahun 2012
terjadi perubahan variabel formula DAU dengan memasukkan wilayah laut dan
pesisir dan tidak hanya daratan. Kabupaten Bima juga telah mengalami
perubahan atau penambahan luas wilayah berdasrkan data dan teknologi terbaru
sehingga mempengaruhi alokasi DAU.
Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah
Grafik 4.7
Trend Pertumbuhan Realisasi Dana Perimbangan
di Kabupaten Bima Selama 2007 - 2011 (Persen)
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-50-
4.2. Belanja Daerah
Belanja daerah terdiri dari kelompok belanja tidak langsung dan langsung.
Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai (gaji), belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja subsidi,belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak
terduga. Komponen
belanja langsung terdiri dari tiga sub komponen belanja
yaitu: pegawai, barang dan jasa, dan belanja modal.
Belanja tidak langsung yakni belanja yang tidak terkait dengan program
dan kegiatan atau yang sifatnya rutin. Sedangkan belanja langsung adalah
belanja yang berkaitan dengan program dan kegiatan untuk mencapai visi dan
misi Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuia dengan tugas pokok dan fungsinya.
Belanja
daerah
memegang
peranan
penting
dalam
mendukung
keberhasilan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebab
peranan APBD masih sangat tinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan
memberdayakan masyarakat tidak mampu yang produktif.
Sumber: Laporan Realisasi APBD (2007-2011), diolah
Grafik 4.8
Perkembangan Realisasi Belanja dalam APBD Kabupaten Bima
Selama 2007 - 2011
Tampak bahwa selama 2007-2011 belanja total mengalami peningkatan
dari 490,09 milyar tahun 2007 menjadi 824,75 milyar tahun 2011. Demikian pula
dengan belanja tidak langsung dari 264,65 milyar tahun 2007 menjadi 515 milyar
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-51-
tahun 2011. Sementara belanja langsung mengalami penurunan dari 260,01
milyar tahun 2008 menjadi 151,12 milyar tahun 2009, kemudian meningkat
kembali pada tahun 2010 sebesar 186,71 milyar dan pada tahun 2011 sebesar
309,75 milyar..
Belanja total mengalami peningkatan yang relatif konstan, kecuali belanja
langsung yang mengalami penurunan tahun 2009 akibat semakin banyaknya
belanja aparatur terkait pengangkatan tenaga honda menjadi CPNSD yang tidak
diikuti oleh kenaikan Dana Alokasi Umum secara signifikan. Masih rendahnya
belanja langsung disebabkan karena masih tingginya komponen belanja pegawai
terhadap APBD.
4.2.1. Perkembangan Belanja Program
Belanja dalam APBD secara sederhana dapat dikelompokkan ke dalam:
belanja rutin gaji, honor, honda, belanja operasional (perjalanan, administrasi,
kebutuhan kantor), belanja sosial kemasyarakatan (bantuan sosial), belanja
pembangunan infrastruktur, belanja bantuan ekonomi produktif dan belanja
pengembangan kapasitas aparatur.
Belanja program pembangunan yang berkaitan dengan ekonomi terus
mengalami
peningkatan.
Program
–program
tersebut
diarahkan
untuk
pengembangan infrastruktur, perencanaan, pengembangan kelompok ekonomi
produktif, penguatan kelembagaan dan pemasaran hasil – hasil produksi.
Meskipun dari tahun ke tahun alokasi belanja langsung yang diarahkan
untuk pengembangan ekonomi masyarakat
upaya pemberdayaan masyarakat
masih sangat terbatas, namun
melalui peningkatan kemandiriannya untuk
mengakses modal perbankan dan lembaga keuangan semakin ditingkatkan.
Selama
periode
2007 - 2011 pertumbuhan belanja daerah mencapai
32,50% setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pendanaan
semakin meningkat seiring bertambahnya aparatur dan kebutuhan pembangunan
di berbagai bidang.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-52-
Grafik 4.9
Perkembangan Realisasi Belanja Program
dalam APBD Kabupaten Bima, 2007-2011
Rata-rata pertumbuhan belanja langsung/ program dari 2007-2011 sebesar
32,50%. Belanja program mengalami peningkatan pada tahun 2007 dengan
realisasi belanja program mencapai 236,00 milyar, mengalami penurunan pada
tahun 2008 menjadi 135,31 milyar dan dan tahun 2009 134,46 milyar. Pada tahun
2010 mengalami peningkatan kembali menjadi 186,71 milyar dan meningkat
tajam pada tahun 2011 sebesar 309,75 milyar. Meningkatnya belanja program
tahun 2007 disebabkan adanya konversi beberapa komponen belanja rutin tahuntahun sebelumnya menjadi belanja program sejak tahun 2007. Sedangkan
penurunan realisasi
pada tahun 2008 dan 2009 disebabkan
meningkatkan
realisasi belanja gaji untuk aparatur yang menyebabkan porsi belanja program
menurun, kemudian kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi 186,71 milyar
dan tahun 2011 menjadi 309,75 milyar.
Belanja program adalah belanja yang
disusun berdasarkan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan. Khusus yang berkenaan
dengan pembangunan dari inisiatif masyarakat maka manfaat dan dampaknya
akan dapat dilihat langsung terhadap peningkatan produksi, pendapatan maupun
pertumbuhan ekonomi secara umum. Program lahir dari proses perencanaan
partisipatif yang dimulai dari musyawarah pembangunan desa (musbangdes),
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-53-
Rencana Pembangunan Tingkat Kecamatan (RPTK), musrenbang kabupaten,
musrenbang provinsi dan musrenbangnas.
Dari aspek fungsinya, sebagian besar anggaran diarahkan untuk
pendidikan,
penyelenggaraan
pemerintahan
umum,
kesehatan
dan
pengembangan infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Tingginya
porsi anggaran untuk pendidikan disebabkan besarnya kebutuhan pelayanan
maupun gaji guru, demikian pula dengan penyelenggaraan pemerintahan yang
membutuhkan koordinasi, fasilitasi dan tugas- tugas umum yang bersifat rutin.
Belanja kesehatan didominasi oleh belanja pembangunan dan program yang
diarahkan
untuk
mencegah
kesakitan
maupun
mengobati
masyarakat.
Sedangkan belanja program yang diarahkan untuk kegiatan ekonomi dalam
bentuk pemberdayaan masyarakat masih relatif kecil, mengingat tingginya
kebutuhan anggaran untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur baik
jalan, jembatan, bendungan, saluran irigasi, listrik, telekomunikasi dan pelabuhan.
4.3. Pembiayaan
4.3.1.Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Struktur APBD
sekarang
telah menempatkan SiLPA
pada pos
pembiayaan, yang sebelumnya termasuk pos pendapatan. Perubahan pos
tersebut disesuaikan dengan definisi dari pembiayaan
dan pendapatan yang
sesungguhnya. Pendapatan adalah penerimaan dari kegiatan utama/produktif
dan bukan diperoleh melalui penjualan asset. Mengingat SiLPA merupakan sisa
dari realisasi pendapatan yang tidak dibelanjakan dan sisa belanja yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan,
maka
sesungguhnya
SiLPA
bukan
tambahan
pendapatan. SiLPA digunakan untuk menutupi defisit APBD.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-54-
Grafik 4.10
Perkembangan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Kabupaten Bima, 2007 - 2011
SiLPA dalam APBD Kabupaten Bima sebagaimana terlihat pada grafik 4.10
mengalami fluktuasi
tertinggi yang cukup tajam terutama pada tahun 2007
sebesar 14,098 milyar dan tahun 2010 merupakan SilPA tertinggi yaitu sebesar
45,789 milyar. Tingginya SiLPA tahun 2010 disebabkan adanya penundaan
pelaksanaan dan belum selesainya beberapa program pada tahun 2010 yang
kemudian diluncurkan kembali pada tahun 2011 sementara tahun 2011 sebesar
45,579 milyar.
Bila dievaluasi tampaknya selama 2007-2011 SilPA terus mengalami
peningkatan, hal ini perla dicermati terutama terkait dengan penjadwalan
pelaksanaan beberapa program yang didanai dari dana pusat yang sifatnya
khusus, seperti DAK dan dana penyesuaian. Disamping itu, perla dilakukan
percepatan penyelesaian administrasi dan keuangan yang selama ini selalu
menjadi masalah dalam pelaksanaan program di Kabupaten Bima.
SilPA yang tinggi dalam derajat tertentu tidak baik bagi perekonomian,
apalagi sampai tidak digunakan untuk melaksanakan beberapa program prioritas,
kecuali ada hambatan-hambatan tertentu yang tidak memungkinkan program
tidak dilaksanakan meskipun mencukupi anggarannya, seperti: bencana alam,
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-55-
bencana sosial, perubahan aturan, batas waktu yang tidak mencukupi maupun
hal- hal lainnya.
4.3.2. Penyertaan Modal
Perkembangan penyertaan modal yang dilakukan pemerintah Kabupaten
Bima tahun 2007-2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Perkembangan Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Bima
No
Tahun
Jumlah
(jutaan rupiah)
1
2007
10.075
2
2008
5.450
3
2009
187,5
4
2010
812,19
5
2011
1,395
6
2012
Sumber : Realisasi APBD Kab. Bima (2007-2012)
2,445
Berdasarkan tabel 4.1 di atas tampak bahwa selama 2007-2012 besarnya
penyertaan modal PEMDA mengalami fluktuasi dari 10,07 milyar tahun 2007
menjadi 812,19 juta tahun 2010 sementara tahun 2011 mencapai 1,395 milyar.
Penyertaan modal tahun 2009 mengalami penurunan disebabkan adanya fokus
pemanfaatan dana untuk belanja langsung (program). Besarnya penyertaan
modal sangat tergantung pada kondisi keuangan pemerintah. Semakin banyak
dana yang tersisa yang belum dialokasikan pada belanja, maka dapat diarahkan
pada penyertaan modal untuk beberapa Perusahaan Milik Daerah
seperti
PT. Bank NTB, PD.BPR, LKP, PD. Wawo, PDAM dan PT. Bank Pesisir AKbar.
Sementara Pada tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Bima mengarahkan
pentertaan modal pada PT. JAMKRIDA sebesar Rp. 1,00 Miliyar. Penyertaan
modal ini mempunyai arti penting dalam rangka pemberdayaan Perusahaan Milik
Daerah yang sekaligus diharapkan menjadi penggerak ekonomi masyarakat
sekaligus sumber Pendapatan Asli Daerah.
4.4. Hubungan APBD dan Pertumbuhan Ekonomi
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-56-
4.4.1. Belanja APBD dan Pembentukan PDRB
Secara teoritis
APBD
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui proses peningkatan permintaan agregat daerah sehingga
menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan. Meningkatnya
permintaan
tersebut
dapat
terjadi
bilamana
terjadi
peningkatan
belanja
pemerintah, baik belanja yang sifatnya rutin maupun belanja program. Dengan
stabilnya harga maka pertumbuhan ekonomi atau output daerah akan meningkat
pada tingkat belanja yang sama.
Grafik 4.11
Diagram Sebar (Scatter Diagram) Hubungan Antara Realisasi APBD dan
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bima, 2005 - 2011
Berdasarkan grafik 4.11 di atas terlihat ada kecenderungan hubungan
positif antara realisasi APBD dan pertumbuhan ekonomi. Semakin besar realisasi
APBD
maka pertumbuhan ekonomi juga mengalami peningkatan. Dengan
demikian, ada indikasi meskipun belum melalui uji statistik, bahwa selama periode
2005-2011 APBD memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Bima. Realisasi APBD dinilai sebagai pemicu atau variabel bebas
(sumbu horisontal), sedangkan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terikat
(sumbu vertikal).
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-57-
Grafik 4.12
Perkembangan Rasio Realisasi Belanja APBD
Terhadap Pembentukan PDRB Kabupaten Bima, Selama 2006 - 2011
Berdasarkan grafik 4.12 tampak bahwa selama 2006-2011 rasio realisasi
belanja APBD terhadap PDRB relatif stabil dengan rata- rata 22,41% yang
mana rasio tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 25,51% dan terendah pada
tahun 2006 sebesar 21,76%. Rasio belanja terhadap PDRB mencerminkan
besaran dan ukuran (size) pemerintah. Semakin besar rasio belanja terhadap
PDRB maka secara teori akan menekan pertumbuhan ekonomi, apabila sumber
penerimaan ditarik dari dalam daerah. Namun Kabupaten Bima mengandalkan
penerimaan dari pemerintah pusat, maka akan meningkatkan aktivitas ekonomi
sejalan dengan meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-58-
Dilihat dari indikator
elastisitas APBD terhadap pertumbuhan ekonomi
selama 2006-2011 secara rata-rata sebesar 1,25 % yang berarti bahwa dampak
APBD terhadap pertumbuhan ekonomi masih perlu dipacu lagi melalui
penajaman program dan kegiatan dalam APBD.
Ke
depan
peningkatan
belanja
pemerintah
harus
lebih banyak
diarahkan pada program yang berkaitan langsung dengan pertumbuhan sektoral
yang selanjutnya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Dengan
demikian, sektor yang berkembang tersebut menjadi sumber penerimaan daerah
dari pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk mendukung pendanaan
pembangunan yang dibutuhkan masyarakat.
Selama
ini harus diakui
bahwa sumber pendanaan pembangunan di
Kabupaten Bima bertumpu sepenuhnya pada dana perimbangan yang diberikan
oleh pemerintah pusat. Padahal, dalam jangka panjang seiring semakin baiknya
kondisi daerah, indeks pembangunan manusia, maka dengan sendirinya dana
perimbangan, khususnya Dana Alokasi Umum (DAU) akan mengalami penurunan
secara berarti. Upaya –upaya yang sistematis, terencana dan berkelanjutan
bagi peningkatan kapasitas fiskal daerah harus dilakukan dalam rangka
mengantisipasi kebijakan nasional yang mengalami perubahan sewaktu-waktu.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012
-59-
Download