BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang umum terjadi di negara maju dan berkembang. Jumlah penderita DM setiap tahunnya terus meningkat dan menjadi satu dari lima penyebab utama kematian di dunia. Penderita DM di dunia pada tahun 2025 diperkirakan dapat mencapai 300 juta (Elekofehinti, 2015). Berdasarkan laporan International Diabetes Federation tahun 2015, jumlah populasi Indonesia yang terkena diabetes mencapai 10,02 juta orang dan 53% penderita diabetes tidak menyadari bahwa dirinya terkena diabetes. Indonesia menduduki peringkat kesepuluh untuk kasus diabetes tertinggi di dunia dengan jumlah penderita 7,2 juta jiwa pada tahun 2011 dan pada tahun 2013 naik menjadi peringkat ketujuh dengan jumlah penderita sebanyak 8,5 juta jiwa. Tahun 2014, Indonesia berada pada peringkat kelima jumlah penyandang diabetes tertinggi di dunia (Anonim, 2015). Penyakit diabetes tidak hanya menyerang orang tua saja bahkan dapat menyerang anak-anak. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme akibat kekurangan insulin sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa di dalam darah secara tidak normal. Diabetes melitus dibagi menjadi 2 jenis yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Penyakit DM tipe 1 sering dikenal sebagai Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). IDDM diakibatkan adanya gangguan hormonal seperti insulin yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pankreas. Insulin merupakan hormon yang berperan dalam metabolisme glukosa khususnya sebagai perantara masuknya glukosa di dalam darah ke sel-sel jaringan tubuh lainnya seperti otot dan jaringan lemak. Kerusakan sel beta menyebabkan jumlah insulin yang disekresikan oleh kelenjar pankreas menurun. Akibatnya glukosa yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat diproses secara sempurna sehingga kadar glukosa di dalam darah meningkat. Penyakit DM tipe 2 sering disebut dengan Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). NIDDM disebabkan oleh faktor keturunan/genetik, pola makan, obesitas, dan obat-obatan toksik yang 1 2 mampu merusak sel beta (Surya dkk., 2014). Jumlah total penderita diabetes pada tahun 2010 sebesar 280 juta orang dan sekitar 90% dari semua kasus diabetes tersebut merupakan penderita NIDDM. Diperkirakan jumlah kasus diabetes akan menjadi dua kali lipat dan terus meningkat dengan cepat hingga pada akhir tahun 2030 (Wild dkk., 2004). Pengobatan DM dilakukan dengan penyuntikan insulin ataupun mengkonsumsi obat-obatan oral sintetis. Penggunaan obat-obatan tersebut memberikan efek hipoglikemik sehingga mencegah kadar glukosa dalam darah meningkat. Ada berbagai jenis obat oral sintetis yang biasanya dikonsumsi oleh penderita DM yaitu golongan sulfonilurea, biguanide metformin, tiazolidinedione, dan obat yang menghambat enzimα-glukosidase. Harga pengobatan tersebut masih relatif mahal dan memberikan beberapa efek samping seperti sakit kepala, mual, alergi, serangan jatung, serta liver (Samson dan Garber, 2016). Golongan obat oral yang menghambat enzim α-glukosidase merupakan obat yang banyak dikonsumsi oleh penderita DM untuk mencegah naiknya kadar glukosa darah setelah makan. Enzim α-glukosidase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan α-glukosida pada suatu substrat oligosakarida atau polisakarida dengan disertai pembebasan α-D-glukosa. Enzim α-glukosidase diklasifikasikan menjadi 3 jenis berdasarkan substratnya. Enzim α-glukosidase dapat diisolasi dari tanaman, mamalia, dan mikroorganisme (Nakai dkk., 2007). Sumber α-glukosidase dari tanaman telah banyak diteliti terutama dari golongan Poaceae atau Gramineae. Isolasi dan pemurnian enzim α-glukosidase dari biji gandum pernah dilakukan oleh Kanaya dkk. (1976) sedangkan Chiba dan Shimomura (1975) dan Matsui dkk. (1981) melakukan isolasi enzim α-glukosidase bersumber dari jagung. Murata dkk., (1979) dan Ito dkk. (1989) memurnikan enzim αglukosidase bersumber dari beras. Enzim α-glukosidase yang diperoleh dari tanaman termasuk dalam α-glukosidase tipe II yang mempunyai aktivitas yang tinggi terhadap substrat berupa maltosa dan isomaltosa. Enzim α-glukosidase terdapat pada dinding sel biji bersama dengan substrat karbohidratnya dan enzimenzim lain yang berperan pada metabolisme karbohidrat. Saat masa 3 perkecambahan biji, enzim ini berperan menghidrolisis pati dan oligosakarida (Kita dkk, 1991). Enzim α-glukosidase terdapat pada membran lisosom dari sel epitel usus halus manusia yang berperan dalam proses pencernaan makanan terutama karbohidrat. Enzim α-glukosidase dapat memutuskan ikatan α-1,6-glikosida pada titik percabangan pati dan glikogen menghasilkan glukosa. Pada penderita DM tipe 2, inhibisi terhadap enzim α-glukosidase menyebabkan penghambatan absorbsi glukosa sehingga dapat mengurangi keadaan hiperglikemia setelah makan. Saat ini ada 2 jenis inhibitor α-glukosidase yang digunakan dalam pengobatan DM tipe 2 yaitu acarbose, miglitol dan quersetin. Penggunaan obat sintetis ini memberikan efek samping seperti alergi, kerusakan ginjal dan hepatitis akut (Samson dan Garber, 2016). Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mencari senyawa yang mampu berperan sebagai inhibitor α-glukosidase dari berbagai sumber bahan alam, seperti tanaman dan mikroorganisme (Ren dkk, 2011). Menurut Bnouham dkk. (2006) bahwa sekitar 176 spesies 84 famili tanaman mempunyai tingkat aktivitas hipoglikemik dan senyawa bioaktif yang baik untuk pengobatan diabetes. Famili dari tanaman yang paling banyak dipelajari dan terbukti memiliki efek hipoglikemik meliputi Leguminoseae, Lamiaceae, Liliaceae, Cucurbitaceae, Asteraceae, Moraceae, Rosaceae, Euphorbiaceae, dan Araliaceae. Tanaman tersebut memberikan efek samping dan toksisitas yang lebih rendah dibandingkan obat sintetis sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan bagi penderita DM. Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Iklim tropis dan kandungan unsur hara dalam tanah yang cukup subur membuat berbagai tumbuhan dapat hidup dan berkembang di Indonesia. Setiap tumbuhan mengandung senyawa-senyawa bioaktif yang secara alamiah mampu mengobati penyakit sehingga dapat berpotensi sebagai obat. Tanaman paitan (Tithonia diversifolia) adalah tanaman semak famili Asteraceae yang berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah. Spesies ini telah diidentifikasi sebagai tanaman invasif di beberapa negara Asia dan Afrika (Passoni dkk., 2013). Umumnya tanaman ini 4 tumbuh liar dan masih jarang dibudidayakan melainkan hanya digunakan sebagai tanaman pagar. Ekstrak batang dan daun T. diversifolia dikonsumsi sebagai obat tradisional oleh masyarakat Amerika untuk mengobati abses dan dioleskan untuk mengobati hematoma serta kram otot. Masyarakat Kenya dan Nigeria mengkonsumsi T. diversifolia untuk mengobati infeksi, antimikroba, gigitan ular, dan malaria. Paula dkk. (2011) mengkonfirmasi tentang efektivitas ekstrak daun T. diversifolia dengan pelarut MeOH:H2O (7:3) sebagai antiinflamasi dan analgesik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Owoyele dkk. (2004) menunjukkan bahwa ekstrak metanol dari daun T. diversifolia efektif mengurangi peradangan baik kronis maupun akut. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Elufioye dan Agbedahunsi (2004) dan Oyewole dkk. (2008) menunjukan aktivitas antimalaria dari T. diversifolia diuji secara in vitro dan in vivo terhadap Plasmodium falciparum yang berbeda strain. Paula dkk. (2012) melaporkan bahwa ekstrak etanol 80% dan air dari T. diversifolia memberikan aktivitas antidiabetes yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Penelitian tentang antidiabetes dari ekstrak T. diversifolia dengan pelarut etanol 80% juga pernah dilakukan oleh Miura dkk. (2005). Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak T. diversifolia memberikan efek hipoglikemik terhadap tikus yang menderita DM tipe II. Senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antihiperglikemik yaitu alkaloid, flavonoid, dan terpenoid (Ghani, 2015). Selain itu, Elekofehinti (2015) melaporkan bahwa saponin yang terdapat pada bagian tanaman mempunyai aktivitas antidiabetes. Senyawa bioaktif yang memberikan efek hipoglikemik meliputi alkaloid, flavonoid, steroid, dan glikosida (Surya dkk., 2014). Ketersedian enzim α-glukosidase dalam jumlah dan kadar kemurnian yang tinggi diperlukan dalam kegiatan penelitian pencarian senyawa bioaktif sebagai inhibitor α-glukosidase. Enzim ini tersedia di pasaran, tetapi harganya relatif mahal, sehingga perlu dilakukan isolasi dan pemurnian enzim α-glukosidase yang bersumber dari bahan alam yang terdapat di Indonesia. Oleh karena itu, pada penelitian ini juga dilakukan isolasi dan pemurnian parsial enzim α-glukosidase 5 dari beras lapuk. Beras lapuk merupakan limbah yang sudah tidak digunakan lagi oleh masyarakat. Permasalahan yang akan diteliti di antaranya adalah 1. Apakah golongan metabolit sekunder yang bersifat polar dan/atau non polar daun T. diversifolia yang dapat berfungsi sebagai antidiabetes? 2. Apakah aktivitas enzim α-glukosidase yang tinggi dapat diperoleh dengan melakukan pemurnian parsial terhadap enzim α-glukosidase yang diisolasi dari beras lapuk? 3. Apakah enzim α-glukosidase hasil pemurnian dapat dikarakterisasi? 4. Apakah metabolit sekunder daun T. diversifolia efektif dalam menghambat aktivitas enzim α-glukosidase? 5. Apakah tipe inhibitor ekstrak metabolit sekunder daun T. diversifolia yang menghambat aktivitas enzim α-glukosidase. I.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengetahui golongan metabolit sekunder yang bersifat polar dan/atau non polar daun T. diversifolia yang mampu berperan sebagai inhibitor enzim α-glukosidase. 2. Memperoleh aktivitas enzim α-glukosidase yang tinggi dengan melakukan pemurnian parsial terhadap enzim α-glukosidase yang diisolasi dari beras lapuk. 3. Mengetahui parameter kinetika enzimatis dari enzim α-glukosidase. 4. Menentukan besarnya penghambatan metabolit sekunder ekstrak daun T. diversifolia terhadap aktivitas enzim α-glukosidase. 5. Mengetahui tipe inhibitor ekstrak metabolit sekunder daun T. diversifolia yang menghambat aktivitas enzim α-glukosidase. I.3 Manfaat penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 6 1. Memperoleh informasi tentang golongan metabolit sekunder yang bersifat polar dan/atau non polar daun T. diversifolia yang mampu berperan sebagai inhibitor enzim α-glukosidase. 2. Memperoleh informasi tentang metode untuk mendapatkan enzim αglukosidase dari beras lapuk dengan aktivitas enzim yang tinggi. 3. Memperoleh informasi tentang besarnya aktivitas penghambatan oleh metabolit sekunder yang terkandung dalam daun T. diversifolia terhadap aktivitas enzim α-glukosidase. 4. Memperoleh informasi tentang tipe inhibitor ekstrak metabolit sekunder daun T. diversifolia yang menghambat aktivitas enzim α-glukosidase. 5. Memberikan alternatif pengobatan antidiabetes yang alami dengan efek samping rendah sebagai inhibitor α-glukosidase sehingga mampu mencegah kadar glukosa dalam darah meningkat.