hubungan antara pre eklamsia dengan bayi berat lahir rendah (bblr)

advertisement
HUBUNGAN ANTARA PRE EKLAMSIA DENGAN BAYI BERAT
LAHIR RENDAH (BBLR)
Kun Ika N.R1
Abstract:Low birth weight (LBW) was a problem that give huge contribution
on perinatal mortality. LBW has 40 times higher on neonatal mortality. Once
of a LBW factor was pre eclamp. This research objective was determining
the correlation between pre eclamp with LBW in Gambiran Hospital City of
Kediri 2009. This was an analytic correlation research. The population was all
partum mothers in the Gambiran Hospital City of Kediri 2009 amount 412
people, with purposive sampling to get 137 person as research sample. The
instrument was check list an the result was analyzed by spearman rank.
The research result shown almost all of respondents in Gambiran Hospital
City of Kediri 2009 haven’t pre eclamp amount 116 persons and almost all of
respondents in Gambiran Hospital City of Kediri 2009 have normal birth
weight (without LBW), amount 115 person. There was correlation between
pre eclamp with LBW in Gambiran Hospital City of Kediri 2009. Base on
those results it was suggested to the correlation between pre eclamp with
LBW in Gambiran Hospital City of Kediri for counseling and health
education giving about preventing the pre eclamp on pregnancy.
Keywords : LBW, Pre Eclamp
Latar Belakang
Badan kesehatan dunia (WHO)
sangat
mendukung
negara-negara
anggota untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal. Sesuai dengan komitmen
global Indonesia menetapkan target
penurunan AKI menjadi 75% dari
kondisi tahun 1990 sebesar 390/100.000
menjadi 125/100.000 kelahiran hidup
pada 2015 (BPS, 2003)
Kematian
perinatal
akibat
komplikasi pre eklampsia di negara
maju lebih rendah dibandingkan dengan
negara
berkembang.
Di
negara
berkembang dilaporkan bahwa berkisar
antara 42,2 % sampai dengan 50 %
sebab kematian perinatal karena
komplikasi pre eklampsia dikarenakan
terjadinya hipoksia intra interin dan
prematuritas.
Penyebab
kematian
perinatal paling utama adalah karena
trias asfiksia 49% - 69%,infeksi 24%34%,prematuritas dan Bayi Berat Lahir
Rendah
(BBLR)
15%-20%
(Manuaba,1998).
Hasil studi pendahuluan insiden
terjadinya BBLR dari 10 bayi yang lahir
di RSUD Gambiran Kediri didapatkan 6
bayi (60%) karena pre eklampsia, 2 bayi
(20%) karena status sosial ekonomi
rendah,1 bayi (10%) karena usia ibu
kurang dari 20 tahun,dan 1 bayi (10%)
karena perdarahan. Sedangkan insiden
terjadinya ibu bersalin dengan pre
eklampsia di RSUD Gambiran Kediri
pada bulan Januari s/d Juni 2009
Jurnal Ilmiah Perawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
sebesar 23,3 % dari seluruh ibu bersalin
di RSUD Gambiran Kediri.
Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
menurut
World Health
Organization (WHO) adalah bayi lahir
dengan berat kurang dari 2500
gram,yang diukur dalam 24 jam
pertama kelahiran (WHO, 2006).
Berdasarkan
Pregnancy
Nutrition
Surveillance System (PNSS) BBLR
atau Low Birth Weight (LBW)
dikategorikan Moderately Low Birth
Weight (MLBW) apabila berat lahir
antara 1500 - < 2500 gram dan Very
Low Birth Weight (VLBW) apabila
berat lahir < 1500 gram (CDC,1995).
Menurut Berhman (1998) ada
hubungan yang kuat antara kelahiran
bayi prematur maupun IUGR dengan
status sosial ekonomi rendah, kurang
gizi, anemia, penyakit ibu, toksemia
gravidarum, perawatan antenatal yang
kurang adekuat, adiksi obat, komplikasi
obstetri dan riwayat insufisiensi
reproduksi ibu. Menurut Dowshens
(2000) kondisi yang memungkinkan
kelahiran prematur dan keterlambatan
pertumbuhan janin antara lain karena
anaya kehamilan ganda, kelainan
struktur mulut rahim dan rahim,
pendarahan,
hipertensi
karena
kehamilan
ibu
baik
karena
preeklampsiaa maupun eklamsi dan
faktor usia ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 40 tahun. Menurut BenZion (1994) komplikasi potensial
preklamsi yang dapat terjadi pada janin
meliputi prematuritas, insufisiensi utero
plasenta, retardasi pertumbuhan intra
uterin (IUGR) dan kematian janin intra
uterin.
BBLR
masih
merupakan
masalah karena memberikan kontribusi
untuk kematian perinatal, (76%)
meninggal pada jam pertama kelahiran
dan lebih dari dua pertiga meninggal
pada minggu pertama kehidupan .BBLR
memiliki risiko 40 kali lebih tinggi
untuk kematian neonatal di bandingkan
bayi yang lahir dengan berat normal,5
kali memiliki risiko kematian pada
masa postneonatal dan kecenderungan
risiko
akan
menetap
seperti
keterlambatan pada perkembangan
kognitif,
mengalami
masalah
perkembangan dan kecenderungan sakit
pada masa anak-anak (Depkes,2003).
Berdasarkan konseptual framework
penyebab kematian janin neonatal (4080%) disebabkan oleh BBLR dan
merupakan determinan kematian pada
kondisi bayi asfikasi dan trauma
lahir,infeksi,cacat lahir dan lainnya
(Aulia, 2004)
Upaya
yang
dilakukan
pelayanan kesehatan ibu dan anak untuk
menghadapi
masalah
tersebut,
khususnya
ibu
hamil
untuk
memeriksakan keadaan ibu dan janin
secara rutin yang diikuti dengan
pendeteksian secara dini masalahmasalah
selama
kehamilan,
pemeriksaan kehamilan untuk menjaga
agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilan, persalinan dan nifas dengan
baik dan selamat serta menghasilkan
bayi yang sehat (Depkes RI, 2003).
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara pre
eklampsia dengan bayi berat lahir
rendah (BBLR) di RSUD Gambiran
Kota Kediri.
Bahan Dan Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan
dalam penelitian ini berdasarkan
lingkup penelitian termasuk jenis
penelitian inferensial. Berdasarkan cara
pengumpulan data termasuk jenis
penelitian survey. Berdasarkan ada atau
tidak ada perlakuan teramasuk jenis
penelitian expost facto (mengungkap
fakta). Berdasarkan waktu pengumpulan
data termasuk jenis penelitian case
control. Berdasarkan sumber data
9
Hubungan Antara Pre Eklampsia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(Kun Ika)
termasuk jenis penelitian analitik
korelasional dengan pendekatan cross
sectional (Notoadmodjo, 2002).
Besar sampel untuk penelitian
ini adalah 137. Pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan
purposive
sampling
dimana
pengambilan sampel didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri
atau sifat-sifat populasi yang diketahui
sebelumnya.
Instrumen
penelitian
yang
digunakan adalah dengan menggunakan
catatan medik rumah sakit secara
retroperspektif dan LPD.
Analisa data menggunakan
metode signifikasi dengan spearman
rank. Rho xy hitung dibandingkan
dengan rho tabel maka H0 ditolak dan
H1 diterima. Analisa yang digunakan
menggunakan
program
komputer
sehingga pengambilan kesimpulan
analisa adalah jika P-Value ≤ α maka
H0 ditolak dan H1 diterima dan untuk
P-Value > α maka H0 diterima dan H1
ditolak. Pada penelitian ini nilai α
adalah 5%.
Hasil Penelitian
1. Data Umum
a. Usia
14
10%
20 – 35
tahun
16
12%
Kurang
dari 20
tahun
Lebih dari
35 tahun
107
78%
Berdasarkan diagram diatas
diketahui bahwa hampir seluruh
responden berusia antara 20-35 tahun
yaitu sebanyak 107 responden (78%).
10
b. Karakteristik ANC
29
21%
Teratur
Tidak
Teratur
108
79%
Berdasarkan diagram diatas
diketahui bahwa keteraturan dalam
pelaksanaan ANC responden hampir
seluruhnya
adalah teratur
yaitu
sebanyak 108 responden (79%).
c. Pekerjaan
16
12%
6
4%
Ibu Rumah
Tangga
Petani
19
14%
96
70%
Swasta
Pegawai Negeri
atau TNI
Berdasarkan
diagram
diatas
diketahui bahwa pekerjaan responden
sebagian besar adalah ibu rumah tangga
yaitu sebanyak 96 responden (70%).
Jurnal Ilmiah Perawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
d. Status Gravida
b. Terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
6
4%
1
1%
50
37%
Tabel 2
Distribusi
Frekuensi
Terjadinya Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di RSUD
Gambiran
Kota Kediri
Tahun 2009
1
80
58%
2
3
No.
4
Berdasarkan diagram diatas
diketahui
bahwa
status
gravida
responden sebagian besar adalah 1
yaitu sebanyak 80 responden (58%).
Kategori
F
%
1
Normal
115
83,94
2
BBLR
22
16,06
Jumlah
137 100,00
Sumber : Data Primer Penelitian 2009
2. Data Khusus
a. ASI
Tabel 1
No.
1
2
3
Distribusi
Frekuensi
Pengetahuan tentang ASI di
RSUD Gambiran Kota Kediri
Tahun 2009
Kategori
Tidak Pre
Eklamsi
Pre Eklamsi
Ringan
Pre Eklamsi
Berat
Jumlah
f
%
116
84,67
11
8,03
10
7,30
137
100,00
Berdasarkan Tabel 2 nampak
bahwa hampir seluruhnya responden di
RSUD Gambiran Kota Kediri tahun
2009 adalah normal (tidak terjadi
BBLR), yaitu 115 orang (83,94%) dan
22 responden (16,06%) BBLR.
c. Hubungan Antara Pre Eklampsia
Dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
Tabel 3
Sumber : Data Primer Penelitian 2009
Berdasarkan Tabel 1 nampak
bahwa hampir seluruhnya responden di
RSUD Gambiran Kota Kediri tahun
2009 tidak ada kejadian pre eklamsi,
yaitu 116 orang (84,67 %).
Tabulasi Silang Antara
Pre Eklampsia Dengan
Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
Kejadian Pre Eklampsi
Pre
Ekl
amp
si
Tid
ak
Pre
Ekl
amp
si
Pre
Ekl
amp
si
BBLR
BBLR
Normal
n
%
n
%
Total
n
%
8
5,8
108
78,8
116
84,7
5
3,6
6
4,4
11
8,0
11
Hubungan Antara Pre Eklampsia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(Kun Ika)
Rin
gan
Pre
9
6,6
1
0,7
10
7,3
Ekl
amp
si
Ber
at
Tot
22 16,1 115 83,9 137 100,
al
0
Z-hitung = 0,583 P-Value = 0,000  = 5%
Sumber : Data Primer Penelitian 2009
Berdasarkan tabel 3 nampak
bahwa untuk responden yang tidak
mengalami pre eklamsi, sebagian besar
berat badan lahirnya normal, yaitu 108
orang (78,8%), sedangkan pada
responden yang mengalami pre eklamsi
ringan, berat badan lahir normal, yaitu 6
orang (4,4%) dan responden yang
mengalami pre eklamsi sedang, berat
badan lahirnya rendah, yaitu 9 orang
(6,6%).
Hasil analisa data dengan
menggunakan spearman rank diperoleh
hasil nilai rho hitung hitung adalah
0,583 dengan P-Value = 0,000 pada
taraf signifikan () 5%. Karena P-Value
< , maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti ada hubungan antara pre
eklampsia dengan bayi berat lahir
rendah (BBLR) di RSUD Gambiran
Kota Kediri Tahun 2009 dengan kuat
hubungan sedang.
Pembahasan
1. Kejadian Pre Eklampsia di RSUD
Gambiran Kota Kediri Tahun
2009
Berdasarkan hasil penelitian di
atas menunjukkan bahwa hampir
seluruhnya responden di RSUD
Gambiran Kota Kediri tahun 2009 tidak
ada kejadian pre eklamsi, yaitu 116
12
orang (84,67 %) dan sebagian kecil
diantaranya mengalami pre eklampsi
ringan yaitu 11 responden (8,0%) dan
preeklampsi berat 10 responden (7,3%).
Pola konsumsi yang tidak
dikendalikan merupakan salah satu
penyebab terjadinya pre eklampsi,
menurut
Suririnah
(2007),
pola
konsumsi yang tidak terkendali pada ibu
hamil
menyebabkan
terjadinya
peningkatan tekanan darah yang dapat
menyebabkan terjadinya pre eklampsi
maupun eklampsi.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden adalah
ibu rumah tangga, yaitu 96 responden
(70%), sebagai ibu rumah tangga
kesibukan ibu cukup padat untuk
mengurus keluarganya sehingga pola
konsumsi ibu jarang yang berlebih
akibatnya kejadian pre eklampsi jarang
terjadi. Selain karena pekerjaan ibu,
keteraturan ibu dalam melaksanakan
ANC menyebabkan kondisi kesehatan
ibu selalu terpantau sehingga terjadinya
pre eklampsi dapat dicegah.
Menurut Saifuddin (2006), faktor
utama yang menyebabkan terjadinya pre
eklampsi adalah usia ibu, terutama pada
ibu yang berusia > 35 tahun. Ibu hamil
usia > 35 tahun rentan mengalami
penyulit kehamilan terutama terkait
dengan kenaikan tekanan darahnya yang
merupakan penyebab terjadinya pre
eklampsi.
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berusia antara 20 – 35 tahun
sehingga kecil kemungkinan ibu
menderita pre eklampsi.
Jurnal Ilmiah Perawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
2.
Terjadinya Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) Di RSUD
Gambiran Kota Kediri Tahun
2009
Berdasarkan hasil penelitian di
atas menunjukkan bahwa hampir
seluruhnya responden di RSUD
Gambiran Kota Kediri tahun 2009
adalah normal (tidak terjadi BBLR),
yaitu 115 orang (83,94%).
Kejadian
BBLR
sangat
tergantung
dengan
kondisi
ibu
diantaranya adalah usia ibu. Salah satu
penyebabnya adalah usia ibu yaitu pada
usia diluar masa reprodukstif aktif (20 –
35 tahun), pada masa usia < 20 tahun
atau > 35 tahun kemungkinan terjadinya
BBLR cukup besar (Mochtar, 1998).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden berusia
antara 20 – 35 tahun atau dalam masa
reproduktif aktif sehingga kemungkinan
ibu mengalami terjadinya BBLR
menjadi kecil. Hal ini menyebabkan
sebagian
besar
responden tidak
mengalami BBLR, selain itu posisi ibu
sebagai ibu rumah tangga menyebabkan
ibu memiliki waktu yang cukup banyak
untuk memperhatikan kehamilannya
sehingga
kemungkinan
terjadinya
penyulit kehamilan dapat diminimalkan,
termasuk diantaranya terjadinya BBLR.
3.
Hubungan Antara Pre Eklampsia
Dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di RSUD Gambiran
Kota Kediri Tahun 2009
Hasil analisa data dengan
menggunakan spearman rank diperoleh
hasil nilai rho hitung hitung adalah
0,583 dengan P-Value = 0,000 pada
taraf signifikan () 5%. Karena P-Value
< , maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti ada hubungan antara pre
eklampsia dengan bayi berat lahir
rendah (BBLR) di RSUD Gambiran
Kota Kediri Tahun 2009 dengan kuat
hubungan sedang.
Pada ibu dengan preeklampsia
terjadi perubahan fisiologi patologi
diantarnya perubahan pada plasenta dan
uterus yaitu menurunnya aliran darah ke
plasenta yang mengakibatkan gangguan
fungsi plasenta. Pada hipertensi yang
agak
lama
pertumbuhan
janin
terganggu. Pada hipertensi yang lebih
pendek bisa terjadi gawat janin sampai
mati janin karena kekurangan oksigen.
Sedangkan tonus uterus dan kepekaan
terhadap rangsangan pada preeklampsia
dan eklamsi mudah terjadi partus
prematurus (Prawirohardjo, 2002).
Pada kejadian di RSUD
Gambiran Kota Kediri, Pre eklampsi
seringkali menyebabkan terjadinya
BBLR karena menyebabkan persalinan
yang prematur. Kejadian pre eklampsi
akan mendorong terjadinya disfungsi
pada plasenta maupun pada uterus
sehingga dapat mendorong terjadinya
persalinan prematur, selain itu diet pada
ibu hamil yang menderita pre eklampsi
akan menurunkan jumlah konsumsi
makanan akibatnya asupan nutrisi janin
juga berkurang. Kombinasi antara
menurunnya
fungsi
uterus
dan
penurunan jumlah konsumsi nutrisi
inilah yang memicu terjadinya BBLR
pada ibu hamil penderita pre eklampsi.
Hasil penelitian menungjukkan
bahwa status gravida responden
sebagian besar adalah 1 yaitu sebanyak
80 responden (58%) dengan usia saat
hamil pada masa reproduktif aktif yaitu
20 – 35 tahun (78%).
Menurut Mochtar (1998), pada
masa
reproduktif
aktif
maka
kemungkinan terjadinya pre eklampsi
kecil, karena pre eklampsi sering
disebabkan karena peningkatan tekanan
darah yang diakibatkan oleh penurunan
fungsi degeneratif tubuh.
Pada usia reproduktif aktif ini
13
Hubungan Antara Pre Eklampsia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(Kun Ika)
maka sebagian besar responden tidak
mengalami pre eklampsi akibatnya
terjadinya efek ikutan dari pre eklampsi
misalnya IUGR tidak terjadi, namun
sebaliknya pada respnden
yang
mengalami pre eklampsi kemungkinan
akan mengalami efek ikutan pre
eklampsi misalnya terjadinya gangguan
pada pertumbuhan janin sehingga
terjadinya peningkatan resiko terjadinya
BBLR. Sedangkan ditinjau dari gravida
responden,
kehamilannya
adalah
kehamilan pertama sehingga dalam
melakukan pemeriksaan ANC biasanya
rutin dan setiap keluhan karena ANC
yang dilakukan adalah teratur maka
akan segera tertangani (Budiarto, 2002)
Simpulan
Adanya Preeklampsia dapat
menyebabkan
terjadinya
kejadian
BBLR, hal ini di akibatkan oleh karena
adanya disfungsi plasenta dan uterus
faktor lain yang mempengaruhi juga
adalah kurangnya asupan diet pada ibu
yang
pre
eklampsia
sehingga
berkontribusi terjadinya BBLR.
Aulia, A. 2004. Hubungan Antara
Preeklamsi Dengan Bayi Berat
Lahir Rendah Di Unit Swadana
Daerah Gihabat-Cimahi Tahun
2002-2003. Bandung laporan Tugas
Akhir Program DIV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran.
Bagian
Staf
Pengajar
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2001. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Info Medika.
Biro Pusat Statistik. 2003. Indonesia
Demographic and Health Survey
2002-2003. Jakarta: Biro Pusat
Statistik.
Cunningham, Mac Donald, Gant. 1995.
Obstetric Williams. Jakarta: EGC.
Depkes. 2003. Standart Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Departamen
Kesehatan.
Dowshens, S; Dkk. 2000. Panduan
Kesehalan Balita: Petunjuk Lengkap
Untuk Orangtua. Jakarta: Erlangga.
Hamilton, M. 1995. Dasar-dasar
Keperawatan Maternitas. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Manuaba, I, B, G. 1998. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan,
dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Saran
Bagi ibu-ibu supaya pergi
konsul,
terutama
yang
beresiko
mengalami Eklampsia di harapkan juga
para petugas kesehatan
mampu
memberikan gambaran yang jelas pada
pasien yaitu tentang dampak bila ada
ibu yang mengalami Eklampsia.
DAFTAR PUSTAKA
14
Mochtar,
R.
1998.
Synopsis
Obstetric.Jilid 1. Jakarta: EGC.
Jurnal Ilmiah Perawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
Notoadmodjo, S. 2002. Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku
Petunkuk Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono. Prawirohardjo.
1
1
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Kadiri Kediri
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Kadiri Kediri
15
Download