PUSAT PERTANIAN ORGANIK DI GIANYAR, BALI Penerapan Konsep Permakultur pada Fungsi Bangunan Pertanian Ni Kadek Ita Purnama Dewi1), I Dewa Gede Agung Diasana Putra2), dan I Nyoman Susanta3) 1) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana [email protected] 2) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana [email protected] 3) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana [email protected] ABSTRACT The use of addictive chemicals in agriculture is the reason why Gianyar regency increases the development of organic agricultural system. One of the organic agricultural systems developed is permaculture. Permaculture is an environmentall agricultural system and based on sustainability. Therefore, permaculture is chosen as primary concept in a design of Organic Agriculture Centre in Gianyar, Bali. Organic Agriculture Centre in Gianyar is a place designed as an exemplifications, training of organic agricultural system, and also as a new tourist attraction in agricultural sector. This study is used a mixed method that combined both qualitative and quantitative methods. Through the approach between civitas, activities, and environment, the concept of permaculture is important to assist design process and manage a sustainable and environmental farmland. Moreover, this concept could also integrate all the units in this facility including civitas, buildings, and the environment in an interconnected order. Therefore all the natural and human resources can be optimally utilized. Keywords: agricultural system, permaculture, sustainability ABSTRAK Penggunaan bahan-bahan kimia adiktif di bidang pertanian merupakan salah satu alasan Kabupaten Gianyar semakin gencar dalam mengembangkan pertanian dengan sistem organik. Salah satu sistem pertanian organik yang dikembangkan adalah sistem pertanian organik permakultur. Permakultur merupakan suatu sistem pertanian yang sadar lingkungan dan berasaskan keberlanjutan. Berdasarkan pemahaman tersebut, permakultur dipilih sebagai konsep dasar dalam perancangan sebuah Pusat Pertanian Organik di Gianyar, Bali. Pusat Pertanian Organik di Gianyar dirancang sebagai sebuah percontohan, pelatihan, serta daya tarik wisata baru di bidang pertanian organik. Kajian ini menggunakan metode campuran yang memadukan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif. Melalui pendekatan antara civitas, aktivitas, dan lingkungan maka konsep permakultur menjadi penting dalam membantu merancang ataupun menata suatu lahan pertanian yang berkelanjutan dan sadar lingkungan. Lebih lanjut, konsep ini juga dapat menempatkan seluruh unit yang terlibat dalam dalam fasilitas ini seperti pelaku, bangunan, dan lingkungan dalam suatu tatanan yang saling berhubungan. Sehingga segala sumber daya alam maupun manusia yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Kata Kunci: pertanian organik, permakultur, keberlanjutan PENDAHULUAN Kabupaten Gianyar merupakan kabupaten di Bali yang memiliki berbagai macam potensi, salah satunya adalah potensi di bidang pertanian organik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2016, luas lahan pertanian di Kabupaten Gianyar baik lahan pertanian berupa sawah maupun bukan sawah adalah 14.557 hektar. Dari total luas pertanian yang ada di Kabupaten Gianyar, seluas 4.372 hektar merupakan lahan pertanian yang dikembangkan dengan sistem organik (BPS, 2013). Angka tersebut akan terus bertambah seiring dengan maraknya program pemerintah dalam mengembangkan sistem pertanian organik kepada petani setempat. Hal tersebut dilakukan karena mulai tumbuhnya kesadaran pemerintah dan masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian dan keberlangsungan lingkungan. Sistem pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang holistik yang mampu mendukung dan mempercepat kenakeragaman hayati (biodiversity), siklus biologi, dan aktivitas biologis tanah (IFOAM, Ni Kadek Ita Purnama Dewi (1304205007)1), I Dewa Gede Agung Diasana Putra2), dan I Nyoman Susanta3)–Pusat Pertanian Organik di Gianyar, Bali 51 2016). Hal tersebut berbanding terbalik dengan penerapan sistem pertanian konvensional yang masih menggunakan bahan-bahan kimia yang menjadi faktor turunnya daya dukung tanah serta mengikisnya kenakeragaman hayati yang ada. Sistem pertanian organik memiliki definisi lain yaitu sebagai suatu sistem yang bebas dari bahan-bahan kimia sehingga mampu menjadi suatu sistem yang berkelanjutan (Pracarya, 2002; Salikin, 2003). Sistem ini sangat baik untuk diterapkan, tidak hanya baik untuk menjaga kelestarian lingkungan, namun juga dalam menghasilkan pangan yang menyehatkan dan berkualitas tinggi. Adapun prinsip-prinsip yang termuat dalam sistem pertanian organik yaitu prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan, serta prinsip perlindungan (IFOAM, 2005). Dalam mengembangkan suatu sistem yang belum banyak diterapkan oleh petani setempat tentu terdapat permasalahan yang harus dihadapi. Permasalahan yang muncul adalah minimnya sarana penyampaian informasi, pengetahuan, serta keterampilan petani dalam menerapkan sistem pertanian organik. Maka dari itu, fasilitas pertanian organik yang bersifat edukatif, informatif, serta rekreatif sangat diperlukan untuk menarik minat petani setempat khususnya agar beralih ke sistem pertanian organik. Perancangan Pusat Pertanian Organik di Gianyar mampu menjadi salah satu solusi dari permasalahan tersebut. Kata pusat dalam kalimat pusat pertanian organik didefinisikan sebagai suatu tempat atau sekelompok bangunan dimana suatu kegiatan tertentu dikonsentrasikan (Oxford, 2016). Pusat Pertanian Organik di Gianyar apabila dikembangkan dengan baik akan mampu menjadi suatu pilot penggerak perkembangan pertanian organik di Gianyar dan menjembatani petani lokal dalam mengenal lebih dalam mengenai sistem pertanian yang berkelanjutan. Pada beberapa kajian sejenis, konsep permakultur telah banyak diterapkan diberbagai fasilitas rancangan. Namun fasilitas-fasilitas rancangan dalam kajian tersebut lebih banyak membahas mengenai penerapan konsep permakultur pada bidang pariwisata. Sangat minim yang menerangkan bagaimana penerapan konsep permakultur pada bidang pertanian. Yang mana pada dasarnya konsep permakultur merupakan konsep yang lahir dari sistem pertanian itu sendiri. Maka daripada itu, pada rancangan kali ini konsep permakultur diterapkan pada pusat pertanian organik yang merupakan tempat percontohan, pelatihan, serta daya tarik wisata baru di bidang pertanian. Perancangan suatu pusat pertanian organik tidak hanya membahas mengenai bagaimana menata lahan pertanian yang akan dikembangkan saja, namun juga bagaimana menempatkan bangunan-bangunan pertanian yang diperlukan pada fasilitas tersebut agar mampu menjadi satu kesatuan yang saling terhubung satu sama lain. Perancangan bangunan-bangunan pada lahan pertanian ini pun harus meminimalisir perusakan kondisi eksisting tapak yang dipilik, sehingga keaslian dari wajah lingkungan terbangun tetap terjaga. Hal tersebut senada dengan pernyataan Bill Mollison (1979) pada bukunya mengenai desain penerapan konsep permakultur. Oleh karena itu, konsep permakultur diperlukan dalam mempedomi perancangan fasilitas ini baik itu dalam penataan tapak maupun bangunan. Konsep permakultur ini tentu akan sangat memudahkan dalam perancangan fasilitas Pusat Pertanian Organik di Gianyar. Dalam konsep permakultur terdapat dua hal yang dijadikan sebagai dasar yaitu apa yang ingin dicapai atau diwujudkan dan bagaimana cara mewujudkannya. Terkait dengan kedua dasar tersebut maka dalam mewujudkan rancangan pusat pertanian organik metode yang digunakan adalah metode campuran. Yang mana metode campuran tersebut merupakan perpaduan antara metode kualitatif yang menekankan pada penalaran dengan metode kuantitatif yang menekankan pada hasil kajian data statistik yang telah terukur (Laksito, 2014). Pengumpulan data untuk memenuhi kedua metode tersebut dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui observasi serta pengumpulan data sekunder melalui buku maupun internet. Yang mana pada jurnal ini data-data tersebut akan disusun mulai dari pendahuluan, isi, serta simpulan. Dalam isi yang akan dibahas adalah mengenai bagaimana konsep permakultur diterapkan dalam pembagian zona di fasilitas rancangan yang selanjutnya terkait pula dengan desain fasilitas rancangan. PENERAPAN KONSEP PERMAKULTUR Permakultur yang merupakan singkatan dari permanen agrikultur merupakan sebuah desain yang sadar lingkungan mengenai pemeliharaan ekosistem pertanian yang produktif yang memiliki keberagaman, keseimbangan, dan ketahanan terhadap ekosistem alami (Mollison, 1988). Penerapan konsep permakultur pada rancangan Pusat Pertanian Organik di Gianyar akan lebih menekankan pada zonasi. Selanjutnya dari zonasi tersebut akan dikaitkan dengan penerapan konsep pada ruang luar serta tampilan bangunan pada fungsi rancangan. Sehingga, akan tampak bahwa baik ruang luar serta fasilitas berupa bangunan dapat saling terhubung melalui penerapan konsep permakultur. Zonasi merupakan kunci utama dalam penerapan konsep permakultur. Hal tersebut dikarenakan dalam teori permakultur zonasi tersebut telah dibagi kedalam beberapa bagian yang dapat memudahkan proses perancangan maupun penataan. 52 e-Jurnal Arsitektur Universitas Udayana Volume (5) Nomor (2) Edisi Juli 2017-ISSN No. 9 772338 505787 Zonasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi beberapa bagian, sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan. Pada umumnya zona pada konsep permakultur ini dibagi kedalam lima zona ataupun lebih tergantung dengan luas lahan yang dikelola. Bill Mollison (1988) juga menjelaskan pembagian zona permakultur yang dibagi kedalam lima zonasi yaitu: (1) Zona 0, yang merupakan zona bangunan dengan desain ramah lingkungan; (2) Zona 1, yang merupakan zona utama dalam kegiatan pertanian; (3) Zona 2, yang merupakan zona yang berhubungan dengan zona 1; (4) Zona 3, yang merupakan zona pertanian atau perkebunan komersial dan hewan; dan (5) Zona 4, merupakan area perbatasan tapak dengan daerah disekitarnya. Pada perancangan Pusat Pertanian Organik di Gianyar zona 0 merupakan zona yang terdapat bangunan dengan desain ramah lingkungan yang menggunakan material bambu sebagai konstruksi utamanya. Adapun bangunan-bangunan yang terdapat pada zona 0 ini antara lain bangunan lobby, cafe, museum pertanian, laboratorium, ruang pelatihan, gudang hasil panen, kantor pengelola, ruang kompos, ruang fermentasi kompos, serta kandang ternak. Zona 1 merupakan zona yang berada dekat atau disekitar zona 0, pada zona ini aktivitas civitas banyak terjadi. Zona 2 merupakan zona peristirahatan yang dimana pada rancangan ini dijadikan sebagai sebuah view point untuk melihat bebas ke arah zona-zona lainnya. Zona 3 merupakan zona pertanian atau perkebunan komersial berupa area sawah dan kebun holtikultura. Pada zona ini pengunjung dapat melihat bagaimana proses penerapan sistem pertanian organik dilakukan. Dan yang terakhir adalah zona 4 yang merupakan zona perbatasan tapak dengan area disekitarnya. Zona 4 juga merupakan daerah aliran air ke dalam tapak maupun keluar tapak (Gambar 1). KETERANGAN : A – Lobby B – Museum C – Cafe D – Ruang Pelatihan E – Laboratorium F – Gudang Hasil Panen G – Kantor Pengelola H – Ruang Kompos I – Ruang Fermentasi Kompos J – Kandang Ternak K – View Point Zona 4 J G E F I HI B D K Zona 1 A C Zona 0 Zona 2 Zona 3 Gambar 1. Penataan Zonasi pada Fungsi Rancangan Pusat Pertanian Organik di Gianyar Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai zona 3 yang dapat dikatakan sebagai zona utama pada rancangan Pusat Pertanian Organik di Gianyar. Zona 3 pada rancangan merupakan ruang luar yang ditata berdasarkan konsep permakultur. Yang mana artinya keberadaan satu tanaman dengan tanaman yang lainnya harus saling menguntungkan dalam ekosistem yang telah dibentuk. Dalam ilmu arsitektur ruang luar adalah arsitektur tanpa atap yang merupakan lingkungan luar buatan manusia yang mempunyai arti tertentu sebagai bagian dari alam (Anonim, 2016). Ruang luar pada Pusat Pertanian Organik di Gianyar dibagi kedalam dua jenis yaitu berupa sawah dan kebun holtikultura. Terdapat dua jenis pertanian yang dijadikan sebagai percontohan. Hal tersebut untuk membuka wawasan petani setempat maupun pengunjung mengenai sistem-sistem pertanian yang sedang berkembang khususnya yang terkait dengan sistem pertanian organik. Gambar 2. Ruang Luar yang Dimanfaatkan sebagai Area Budidaya Padi dengan Sistem Pertanian Organik Ruang luar yang berupa area budidaya tanaman padi pada Pusat Pertanian Organik di Gianyar memiliki luas kurang lebih dua hektar (Gambar 2). Area ini ditanami dengan tanaman padi organik yang mampu menghasilkan padi-padi berkualitas tinggi. Air irigasi yang berasal dari area sawah disekitarnya tidak langsung dipergunakan begitu saja, namun harus melalui proses filterisasi terlebih dahulu. Filterisasi tersebut dilakukan pada kolam treatment yang ditanami dengan tanaman teratai dan eceng gondok yang berguna untuk menyerap zat-zat kimia melalui akarnya. Sehingga air yang mengalir di area sawah pada pusat pertanian organik terjamin bebas dari zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Penerapan konsep permakultur tampak pula pada tampilan dan material bangunan yang digunakan dalam rancangan yang diterapkan pada zona 0 yang merupakan zona peletakan bangunan. Baik tampilan maupun Ni Kadek Ita Purnama Dewi (1304205007)1), I Dewa Gede Agung Diasana Putra2), dan I Nyoman Susanta3)–Pusat Pertanian Organik di Gianyar, Bali 53 material bangunan yang digunakan haruslah bersifat ramah lingkungan. Pada rancangan ini hal tersebut diterapkan melalui penggunaan material bambu sebagai konstruksi utama bangunan serta penerapan konstruksi menyerupai rumah panggung untuk meminimalisir penggunaan beton. Tampilan bangunan dibuat berdasarkan masing-masing fungsi dan kegiatan yang diwadahinya. Misalnya saja pada bangunanbangunan dengan fungsi publik seperti lobby, cafe, dan museum pertanian massa bangunan dibuat lebih menarik dengan pemanfaatan bangunan semi terbuka dengan bentuk segi delapan dan segi enam. Hal tersebut untuk menjadikan bangunan pada area penerimaan ini sebagai focal point (Gambar 3). Gambar 3. Desain Bangunan Semi Terbuka dengan Material Bambu sebagai Penerapan Konsep Permakultur pada Zona 0 Pada gambar 3 yang ditampilkan merupakan bangunan lobby dan cafe dibuat lebih dinamis dengan pengaplikasian kolom-kolom bambu sebagai struktur penopangnya. Kedua bangunan pada gambar tersebut merupakan bangunan semi terbuka sehingga dari bangunan tersebut civitas yang berada di dalamnya dapat dengan leluasa melihat hijaunya kebun dan sawah yang berada disekitarnya. Hal tersebut, memberikan kesan bahwa antara ruang luar dan dalam tidak memiliki batas. SIMPULAN Berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan pada sub pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep permakultur sangat penting dalam menjadi dasar perancangan suatu lahan dengan fungsi bangunan pertanian yang berkelanjutan. Konsep permakultur memuat berbagai hal yang dapat membantu dalam perancangan termasuk dalam bagaimana menata zonasi yang sesuai pada lahan yang akan terbangun dan menentukan material bangunan apa yang sesuai untuk digunakan. Konsep permakultur tidak hanya mengenai suatu sistem pertanian organik, namun konsep ini juga merupakan suatu konsep arsitektur yang mengatur bagaimana desain yang baik dapat terwujud dan sesuai dengan sistem pertanian organik. Dalam perancangan Pusat Pertanian Organik di Gianyar tentu konsep permakultur merupakan konsep yang tepat untuk diterapkan. Melalui konsep ini, bangunan dan ruang luar yang dirancang pada tapak pun akan mampu berintegrasi. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2016. Konsep Dasar Ruang Luar. Universitas Gunadarma. elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/tata_ruang_luar_1/bab2-konsep_dasar_ruang_luar.pdf. 14 Juni 2017. 15.17 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar. 2016. Statistik Daerah Kabupaten Gianyar. BPS. Gianyar Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar. 2013. Potret Usaha Pertanian Kabupaten Gianyar Menurut Subsektor. BPS. Gianyar IFOAM. 2005. Prinsip-Prinsip Pertanian Organik. Medienhaus Plump. Germany IFOAM. 2016. The World of Organic Agriculture: Statistics and Emerging Trends 2016. Medienhaus Plump: Germany Balai Pustaka. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Laksito, Boedhi. 2014. Metode Perencanaan dan Perancangan Arsitektur. Jakarta: Griya Kreasi Mollison, Bill. 1979. Permaculture II: Practical Design and Further Theory in Permanent Agriculture. Tagari: Australia Mollison, Bill. 1988. Permaculture: A Designers’ Manual Second Edition. Tagari: Australia Oxford. 2016. English Oxford Living Dictionaries. Oxford University Press. http://www.oxforddictionaries.com/definition/centre. 14 Juni 2017. 13.15 Pracarya. 2002. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polibag. Jakarta: PT Penebar Swadaya Salikin, A. Karwan. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius 54 e-Jurnal Arsitektur Universitas Udayana Volume (5) Nomor (2) Edisi Juli 2017-ISSN No. 9 772338 505787