32 BAB in ANALISA DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Subyek Penelitian. Berdasarkan hasil pelacakan subyek penehtian, d a n dengan segala keterbatasan w a k h i d a n kendala lainnya diperoleh subyek sebanyak 51 orang. Kemudian bila d i r u n h i t berdasarkan hasil wawancara, temyata sebagjan dari mereka memang ada yang pemah mengalami kematian anak. Kematiem anak yang dialami mereka, umxminya u n h i k anak pertama dan anak kedua saja dan tidak ada dari mereka yang mengalami kematian anak ketiganya. Kemudian dari hasil introgasi dengan mereka, mengenai kematian dan penyebab kematian anaknya dip>eroleh keterangan bahwa kematian anaknya i t u lebih disebabkan karena keguguran dan diare. Dari kondisi ini juga kembaU mencerminkan bahwa, m e n u m t keteremgan bidan dan Kader Posyandu d i lapangan bahwa keguguran d a n diare, memang disebabkan oleh m u l t i faktor. Tetapi salah satu faktor yang juga cukup dominan sebagai penyebab keguguran adalah kurang gizi, anemia, dan kelelahan fisik. Sementara untuk diare banyak disebabkan oleh kebersilian lingkmigan dan makanan serta sanitasi permtikiman. Maka d a r i kondisi i n i adalah cerminan dari situasi, d i mana masyarakat Koto B a m mereka yang tergolong miskin masih mudah terkena berbagai penyakit akibat bakteri d a n parasit dijeiaskan pada bab 2 d i muka. seperti Kemudian bila dilihat d a r i status perkawinan mereka, l u n u m n y a mereka berstatus sebagai istri pertama d a n tidak d i t e m u i mereka yang berstatus janda ditinggal atau kematian suami. Selaiq'utnya sebagaimana d i a k u i oleh para kader Posyemdu, bahwa para ibu h a m i l dan pemilik baiita d i desa Koto Bam tidak sehimhnya m a u 33 bergabiing d a n memanfaatkan Posyandu yang ada. Terlebih Posyandu temyata masih kurang, j u m l a h Posyandu dan j u m l a h yang hams dilayani tidak seimbang, akibatnya tenyak i b u dan baiita hams antri menunggu giliran. Antrian yang panjang dan memakan w a k t u i n i menyebabkan keengganan ibuibu u n t u k membawa anak-anaknya ke Posyandu. Terlebih Posyandu xunumnya dilaksemakan pada pagi hari, d i mana pada pagi hari c u k u p banyak kerepotan dan tugas m t i n kerumah tanggaan yang hams dikerjakan oleh para ibu, sementara bila mereka hams berlama-lama antri menimggu giliran d i Posyandu, maka akan menerbengkalaikan tugas-tugas d a n pekerjaan lain yang hams mereka keijakan. Kualitas m m a h mereka i n i rata-rata semi permanen dengan d i n d i n g triplek dan atap seng. Mereka yang tinggal d i sini, dan yang berhasil diwawancarai vuntunnya mereka berstatus pemilik rumah (84 %), sedang sisanya 16 % berstatus mentimpang. Sumber air m i n u m mereka rata-rata adalah air tanah (sumtu* gahan) dan air hujan yang mereka tampung dengan d r m n - d m m bila hujan tiba. Sanitasi untuk d i daerah i n i cukup jelek dan banyaknva air tergenang karena saluran pembuangan tidak tertata rapi dan pembuatan r u m a h dahulimj'a terkesan semrawut. Z P e n ^ ; i m a a n A l a t Kontrasepsi dan Kualitas H i d u p . Berbicara mengenai program KB, kenyataan menunjukkan bahwa arti pentingnya keluarga kecil nampak-nampaknya sudah m u l a i melembaga pada setiap m m a h tangga pada masyarakat Indonesia. H a l i n i terbukti beihwa masyarakat sudah m u l a i mengerti dan paham perlunya perencaneian keluarga. Demikian jnila vmtuk masyarakat Koto Bam, mereka meskipun h i d u p dalam kesederhanaan, tetap menganggap bahwa K B i t u periu. Berdasarkan hasil 34 wawancara dengan para subyek penelitian d i lapangan, p e n g g u m a n alat kontrasepsi yang paling u m u m digunakan adalah suntik (22 %) dan p i l (12 %) sisanya 66 % tidak menggunakan alat KB metode yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Metode Kontrasepsi Yang Banyak Digunakan D i Desa Koto Baru. • Kondom • Suntikan • lUD • Jumlah Akseptor Sumber : Puskesmas Singingi, 2002 Dari tabel d i atas terhhat bahwa alat kontrasepsi yang pahng banyak d i p i l i h oleh masyarakat adalah p i l danlUD. Ini senada dengan hasil temuan lapangan, d i mana masyarakat banyak menggunakan alat kontrasepsi seperti disebutkan tadi. Sementara sisanya sebanyak 66 % tidak menggunakannya alat KB. Tidak menggunakannya alat KB ini, dapat d i m a k l u m i karena u m u m n y a mereka tengah hamil atau baru saja melahirkan dan masih menyusui anaknya. Sementara u n t u k alasan penggunaan alat kontrasepsi smitik dan p i l , ummnnya disebabkan karena lebih mudah, murah dan gampang menghentikannya bila ada efek samping atau ada keinginan tintuk menambah anak lagi. Alasan penggxmaan alat KB seperti i t u u m m n n y a didasarkan d a r i 35 pengaiaman-pengalaman orang lain {common sense ) yang pemah menggunakannya, u n h i k kemudian dicoba dan d i i k u t i oleh mereka. 3. Riwayat Kehamilan Pertama, Jarak dan Usia Melahiiican Anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan para subyek penelitian d i lapangan, ditemui hasil bahwa d a r i 51 orang responden temyata hanya 71% yang sudah m e m i l i k i anak dan p e m a h melahirkan sisanya 29 % tengah h a m i l anak pertama dan belum pemah melahirkan. Sebagai ilustrasi mengenai hal i n i berikut disajikan datanya: Tabel 3.2 Usia H a m i l Pertama dan Jarak Kelahiran A n a k No Jarak Kelahiran Usia H a m i l Pertama Anak 18-20 thn 21-22 t h n 23-25 t h n Total/% 1. H a m i l Pertama 3 4 8 15 2. 1 - 2 tahtm 19 5 2 26 3. 2,5 t h n k e a t a s 4 6 0 10 Jumlah 26 13 10 51 Sumber : Data Primer, 2004 Untuk mereka yang pemah melahirkaiv usia rata-rata kehamilan pertama berkisar antara 21-22 tahun (25%), sedang sisanya 55 % berada dalam k u r u n wedstu 18-20 tahun, 20 % antara u m u r 23-25 tahvm. Dengan demikian usia kehamilan perteuna banyak dipengaruhi oleh usia k a w i n pertamanya. Artinya, mereka tidak ada berkeinginan u n t u k menunda-nunda kehamilan pertaman^'^a. Apalagi untuk pasangan bam, u m u m n y a mereka penasaran dan ingin segera menimang anak, t m t u k sebagai b u k t i pada keluarga dan dirinya sendiri bahwa ia m e m i l i k i kesuburan dan sebagai manusia yang normal. Jarak kelahiran yang d i t e m u i u m u m n y a berjarak 1-2 tahun i m t u k kelahiran anak berikutnya. Alasan i n i diberikan karena mengingat u m m i b u yang sudah 36 beranjak memasuki usia merqelang menganggap 30 tahun. D i atas usia 30 tahun mereka sudah terlalu tua dan fisikpim sudah lemah, selain i t u kekuatiran d a r i para suami mereka ada bila anak masih kecil sementara mereka sudah beranjak tua ditakutkan mereka tidak akan m a m p u melihat keberhasilan anak-anaknya kelak. Dekatnya jarak kelahiran i n i sebenamya mengandung resiko, sebagaimana dijeiaskan Budi Utomo (dalam Singarimbun,1988;177), bahwa bayi y a i ^ lahir dengan kelahiran sebelumnya atau kelahiran berikutnya kurang dari 24 bulan (2 tahim) memptmyai resiko kematian yang jauh lebih tinggi dibanding apabila jarak kelahiran 24 bulan atau lebih. Resiko kematian bayi jauh lebih tinggi apabila kelahiran sebelumnya meninggal dibanding apabila kelahiran sebelumnya tidak meninggal. Karena disadari atau tidak bahwa jarak kelahiran yang pendek mempengamhi status kesehatan i b u m a u p t m anak pada kedua u j m i g interval. Selain membuat resiko kematian anak menjadi tinggi, seorang wanita yang melahirkan bertumt-tumt dalam jangka w a k t u yang pendek menjadi tidak sempat lagi memulihkan kesehatannya, serta hams membagi perhatiannya kepada dua anaknya pada'w2iktu yang bersam^lan. Lebih dari itu, ia hams segera menyapih anak yang besar u n t u k menyusui anaknya yang baru lahir. Oleh sebab i t u , anak-anak yang lahir saling berdekatan diperkirakan m e m p t m y a i resiko kematian yang tinggi. Terlebih bila kita runtut pada uraian d i m u k a bahwa mereka ada yang melakukan perkawinan dalam usia m u d a d i bawah 20 tahun dan mengalami kematian anak akibat kegugiuran. Reaksi i b u ketika merasakan adanya kehamilait biasanya mereka memeriksakan kehamilaimya pada tenggang w a k t u 3-4 m i n g g u keterlambatan 37 d a r i menstruasinya. Alasan i n i d i p i l i h u n t u k meyakinkan saja, kareiwi bila terlalu cepat difcuatirkan karena ada keterlambatan menstruasi dan bila terlalu lama mereka semakin penasaran. Maka w a k t u yang paling dianggap ideal adalah 3-4 m i n g g u keterlambatan. Tujuan pemeriksaan kehamilan pertama rata-rata ke d u k u n d a n ke Bidan/Puskesmas. Alasan u n t u k tidak pergi ke d u k u n adalah; 1. D u k u n bayi cukup banyak d i Desa Koto Baru. 2. Adanya ikatan k u l t u r a l d a n emosional antara masyarakat dengan d u l a m bayi. 3. Biaya m u r a h dan hubungan bersifat kekeluargaan 4. Dianggap sudah tradisi. 5. Masih m i n i m n y a j u m l a h Puskesmas dan jasa layanan kesehatan m o d e m lain Desa Koto B a m d a n sekitamya. Proses menyusui bayi, u m u m n y a mereka susukan selama 1- 1,5 tahxm setelah kelahiran. Pemberian A S I b u k a n sepenuhnya atas kesadaran mereka, melainkan karena faktor ekonomi, karena mereka merasa suHt untuk membeli PASI atau makanan bayi yang rata-rata mahal harganya. Pemberian makanan tambahan biasanya diberikan pisang, dan air tajin. 4. Budaya dan M o d e l Perawatan Bayi, BaUta d a n I b u H a m i l . Sebagaimana dijeiaskan sebelumnya bahwa model perawatan dan pemeriksaan i b u hamU lebih banyak dilakukan oleh d u k u n dan bidan desa. Untuk pengecekan dimanfaatkan Pada Posyandu/Puskesmas mtin hal ke Posyandu/Puskesmas diakui atau tidak belum bahwa sepenuhnya imunisasi di i n i sangat penting, bahkan dilaporkan 3,2 juta j i w a kematian anak setiap tahunnya dapat dicegah dengan jalan imunisasi. 38 Sejumlah rintangan budaya masyarakat memang yaitg kurang kondusif, juga j u m l a h layanan kesehatan masih kurang memadai, Rintangan i h i muncul terkadang karena kelengkapan bahan hnunisasi, atau vaksin yang diproduksi berkuaUtas rendah. Fasihtas penyimpanan dan transportasi tidak memadat akibatnya ' rantai d i n g i n ' {cold chmn) vaksin merqadi rusak, maka hal i n i p u n dapat menurunkan efektifitas vaksin. Apabila seorang anak demam, maka petugas kesehatan atau para orang tua sering menolak melakukan imunisasi(JucUth Graeff d k k , 1996,11). Terkadang efek samping yang d i t i m b u l k a n akibat imimisasi dapat mengedlkan hati para orang tua pula u n t u k terus melanjutkan seri vaksinasi berikutnya. Selain i t u juga sebagainuma dilaporkan oleh Kader Posyandu dan Ketua ibu PKK, fasiUtas Posyandu seringkaU seringkali suht dijangkau dan penuh sesak, yang menyebabkan para i b u meninggalkan r u m a h untuk w a k t u yang agak lama d i pagi / sore hari; sehingga anak-anak dan tugas kermnah tanggaaii lainnya tidak terurus. Kondisi i n i menjemukan dan membosankan bagi para ibu vang m e m i l i k i bahta, apalagi setiap baHta terkadang m e m i l i k i sikap kerewelan, cepat lapar, cepat ngantuk, dan cepat bosan. Sehingga kondisi i n i turut menurunkan ax-iimo masyarakat u n t u k pergi ke Posyandu. Budaya i n i tampaknya tidak kondusif u n t u k h i d u p sehat, w a l a u p i m d i a k u i kesalahan i n i tidak semata-mata dari masyarakatnya, tetapi juga dari pemerintah yang kurang memperhatikan layanan kesehatan primer samapi ke desa-desa. Budaya yang kurang kondusif u n h i k perilaku h i d u p sehat dalam pemerlililaraan anak, terbukti masih banyaknya penyakit menurut keterangan Bidan desa, diare dan sembeht, Penyakit i n i tidak hanya disebabkan oleh faeco-oral dan 39 mikro-organisme, juga karena gangguan pencemaan akibat pemberian makanan terlalu dini, d i samping karena k u r a n g gizi. Maka menjadi wajarlah bila kita lihat pada tabel sebelumnya d i depan, bahwa salah satu penyakit penderita rawat jalan d i Puskesmas Koto Baru i m t u k umm 28 h a r i hingga 1 tahun salah sattmya adalah infeksi dan penyakit usus. Maka menurut infonnasi d a r i pihak petugas kesehatanpxm, penyebab penyakit i n i dapat disebabkan karena terlalu dininya anak diberikan makai\an tambahan, sementara usus mereka belmn kuat d a n masih sangat lemah u n t u k mencema makanan padat. Cenninan i n i merupakan w u j u d dari situasi d i mana masyarakat masih rendah kepeduUannya terhadap kesehatan anak, anak dianggapnya seperti orang dewasa yang bila nangis selalu dianggap lapar, maka pemberian makanan tambahan sejak d i n i sering dilaktikan, Pada hal idealnya pemberian makanan tambahan dapat d i l a k u k a n sejak usia anak bayi 4 bulan ke atas. Tzunbahan Ungktmgan dan budaya hidup bersih masih kurang dilaksaiwkan oleh masyarakat. Selain i t u , kurangnya kepedulian d a r i para orang tua, tercennin dari kurang mengerti dan kurang perdulinya pada situasi d i mana anak masih dianggap wajar bila sudah mengalami penurunan berat badan, kurang nafsu makan, demam dan sebagainya. Sebagai ilustrasi, ketika d i Posyandu ditanyakan pada salah seorang i b u ; kenapa anaknya tidak mengalami kenaikan berat badan setelah beberapa bulan penimbangan ?. Atas pertanyaan seperti i t u , biasanya mereka menjawab dengan beberapa alasan seperti; anak yang sulit makan, sering demam, atau hambis mencret. Tampak d a r i jawaban i n i ada gejala kin-ang 40 kekuatiran d a r i para orang tua (terutama ibu) atas situasi anak y a i ^ tidak m a u makem. Pada hal akibat kekurangan makan akan terjadi malnutrisi. Lebih lanjut akibat malrmbasi akan berlanjut pada kerentanan anak terhadap berbagai penyakit seperti diare, ISPA , campak, dan sebagainya. Selain i t u juga perhatian dan pendidikan i b u sebenamya sangat berpengaruh terhadap kualitas h i d u p anak, d i mana bila si i b u cukup p e r d u l i d a n menaruh perhatian pada perkembangan anak, maka anak akan menjadi sehat. Sementara bila si i b u sendiri kurang perdidi atau k u r a n g mengerti akzm perkembangan anaknya, maka gejala sekecii apapun dcui kelainan dan kesakitem anak akan selalu diemggapnya sebagai sesuatu yang wajar-wajar saja. Sementara untuk penyakit malaria, m e n u m t informan dari Dinas Kesehatan menjelaskan bahwa tingginya prevalensi malaria, karena banyak d i daercih Koto Bam lahan-lahan yang b a m dibuka sehingga banyak air yang tergenang karena banyaknva kayu sisa tebangan mehntang sehingga air tidak mengalir dan menjadi sarang nyamuk, selain i t u semeik belukar dan hutan yang b a m dibuka sudah semakin meluas. Akibatnya, nyemiuk yang semula banyak hidup d i daerah semak belukar dan daerah pinggiran Desa, sekarang terbang dan menyebar ke p e r m u k i m a n penduduk yang dekat dengan sekitamya. Temibeihan lagi pendudukpun Idni sudah m u l a i merambah ke daerah-daerah yang d u l u belum dihuni, Dengan demikian penyakit ISPA , malaria dan diare masih mempeikan nominasi untuk kasus Koto Bam. H a l sempa seperti apa yang dilaporkan oleh Budiarso (dedam Singarimbun, 1998;169) bahwa penyebab kematian bayi d i 41 Indonesia mengindikasikan diare, malnutrisi, campak, ISP A dan tetanus masih penyebab kematian terbesar. Sementara Hansluwka dan Rtizicka (dalam Singarimbun, 1988; 170) melaporkan bahwa penyebab kematian bayi d i Asia Tenggara (termasuk Indoiiesia) masih d i w a m a i oleh jenis penyakit kolera, malaria, diare, tuberkolosis, dan penyakit infeksi lainnya. Demikian pula i m t u k kasus diare, masih ada anggapan penyakit semacam i t u disebabkan oleh palasik (penyakit akibat gzmgguan r o h halus). Oleh karena i t u pola penanganan yang muncul biasanya mereka mencari pengobatan secara tradisional. Pada h a l mereka tidak tahu, bahwa akibatnya diare yang terus menerus, akan terjadi dehidrasi yang berakibat pada kematian. Bila kematian terjadi, mereka meyakini kematian i t u akibat dimakan palasik (mahluk halus yang hanya m e m i l i k i kepala d a n leher dengan usus, hati dan lambung terjurai). Keyakinan mereka palasik i n i sering memakan daging d a n darali bayi atau wanita hamil, oleh karena i t u bayi d a n wanita hamil ke manamana hams membawa gunting, pisau dan sejenisnya. Demikian pula anak ba\a, bayi tidak boleh tidur d i bawah bantalnya tanpa gunting, pisau atau A l Qur'an. Semuanya i n i u n t u k menghindari palasik t a d i Selanjutnya mengenai pola kesakitan i b u h a m i l m e n u m t informasi data dari Puskesmas Koto B a m banyak disebabkan oleh eklampsi, pre eklampsi dan infeksi lainnya. Berdasarkan hasil laporan Ekspos Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi, 2002, diperoleh data sebagai b e r i k u t : 42 Tabel 3.3 Pola Penyakit Persalinan d i Desa Koto Baru,2002 Jtmidah Kasus Pola Kesakitan No. 1. Ekslampsi 12 2. Pre ekslampsi 92 3. Infeksi 5 4. Irfiinnya 34 143 Total Sumber: Data Puskesmas Koto Baru Singingi, 2003 Dari sajian data d i atas terlUiat bahwa u n t u k kasus persalinaii dengan komplikasi ekslampsi 12 kasus (5,0 %), pre ekslampsi 92 kasus (38,0 %), infeksi 5 kasus (2,1%) dan lainnya adalah 34 kasus (34%) d a r i jumlah persalinan selama tahim 1999-2000 yang berjumlah 2.550 kasus. Sedangkan t m t u k kematian i b u hamil sebanyak 3 kasus, yang disebabkan oleh ekslampsia 2 kasus (66,7 %) dan lainnya 1 kasus (33,3 %). 5. Mitos, Tabu dan Kepercayaan Masyarakat Dalam khasanah budaya kita yang masih banyak percaya terhadap kejadian alam gaib dan sinkronisasi antara kehidupan mistis dengan kehidupan nyata tampaknya masih d i y a k i n i secara kuat. Demikiem pula dalam siklus kehidupan (life circle) d i mana d i y a k i n i pada masa kehidupan setiap oraiig i t u terjadinya berbagai masa kristis. Berbagai masa kritis i t u periu dilakukan berbagai upacara inisiasi sebagai bargaining dan negosiasi dengan mahluk atau alam gaib yang mengantarainya. Demikian pula dalam proses kehamilan, kelahiran dan kematian manusia, ketiganya i t u masih dianggap sebagai kejadian yang penuh misteri dan mistis. Oleh karena kejadian-kejadian i t u dianggap masih penuh misteri, maka tabu dan mitos yang melatarbelakangi k q a d i a n i t u p u n semakin menjadi dan menguat saja 43 bagi sebagian masyarakat kita — m e s k i p i m mereka telah tersentuh kehidupan m o d e m — sebagaimana layaknya d i Desa Koto B a m . Mitos yang paling d i y a k i n i oleh sebagian masyarakat Koto B a m antara lain, masih adanya kepercayaan terhadap air svisu pertama i t u yang berwama kuning dan agak sedikit berbau. A i r stisu i n i dianggap adalah air susu yang basi d a n kotor, maka banyak d i kalangan ibu-ibu membuang air susu i n i ( yang nota bene sebenamya banyak mengandung kolostrum ) dibuang secara percuma. Alasan pembuangan air susu i n i diyakiru, bila anak m e m i n i u n air susu i t u akan berakibat > Anak akan sakit, karena air susu i t u basi. > A i r susu i t u miMk kakaknya (placenta yang dikuburkan), maka bagi si i b u berkewajiban u n t u k memberikan air susu pertamanya i t u i m t u k kakaknya lebih dahulu, sang adik kemudian. > A d a kebiasaan bagi ibu-ibu menjelang kelahiran anaknya membersihkan payudaranya lebih d u l u dengan daun-daunan tertentu dengan cara melulurkannya u n t u k memperbesar dcm memperbanyak air susu, sambil memijit-mijit payudara dan mengeluarkan adr susunya untuk supaya lancar. Satu kepercayaan yang masih t u m b u h d i kalangan mereka bahwa anak kecil/bayi yang sering menangis adalah karena diganggu oleh r o h halus atau karena kelaparan. Maka bila situasi i t u m u n c u l mereka sering memberinya makan bayinya dengan pisang, w a l a u p u n belum bemsia 4 bulan. Tampaknya mereka tidak tahu akibat pemberian makanan padat terlalu d i n i , sebagai contoh, malah ada yang diberi makan bakso. Sebelum bakso diberikan — terlebih dahulu 44 dikunyahkan hingga lembut d i m u l u t ibunya - - u n t u k kemudian baru disuapkan pada anaknya yang baru berumur 6 bulan. Sedangkan kepercayaan untuk memperbanyak ASI, masyarakat meyakininya dengan cara memakan rebusan jantung pisang, rebusan tulang d a n sumsum sapi, atau dengan memakan sayur datm k a t u k atau d a i m mangkuk. Selain i t u mengkonsxmisi makanan yang banyak mengandung kacang juga sangat diaiqurkan d a r i anggapan mereka. Mitos lain selama proses kehamilan, si i b u tidak boleh banyak makan nexias, banyak m i n u m es, d a n tidak boleh berbuat yang tidak-tidak serta harus senantiasa berbuat baik. A d a satu kearifan tradisional d i sini nampaknya tentang perilaku i b u harus berbuat baik selama hamil, bahwa si i b u (orang tua) harus senantiasa berbuat baik yang sebenamya intinya u n t u k memberi contoh pada si calon bayi u n t u k senantiasa berbuat baik bila kelak dewasa. Prosesi pengubtiran ari-ari diyakira t m t u k yang wanita h a m s disebelah k i r i , dan laki-Iaki disebelah kanan. Dengan diberi garam, cabe, dan btnnbu masak lainnya serta j a m m dan benang dibungkus kain p u t i h . Maknanya bila sudah besar si anak wanita akan pandai memasak dan menjaliit, sedangksm t m t u k yang anak laki-Iaki diberikan kertas, pinsU, dan alat-alat tuiis lainnya dan disertai juga garam maknanya t m t u k supaya besar nanti pandai mencari i l m u d a n pandai bekeija. Makna pemberian garam pada ari-ari t m t u k jangan melupakan tugas r u m a h tangga (bagi wanita) dan kepala n u n a h tangga (bagi laki-laki) serta jangan lupa pada asal kqadiannya sehingga bila sudah berhasil tidak j a d i orang yang sombong, sebagaimana dilambangkan dengan garam yang m u r a h dan tidak berharga i t u . Selain i t u juga makna pemberian garam m e n u m t hemat peneliti 45 adalah bermanfaat juga u n h i k penguburan ari-ari, supaya janga berbau d a n juga mengandung antiseptik. A d a kepercayaan lain, bahwa bila anak nangis terus-menerus malam-malam (tanpa dilihat sebab menai^isnya entah i t u karerw sakit atau kehausan) mereka mengwsostosikaimya dengan ari-ari yang d i k e m b u n g i semut, M a k a bila m a l a m anak bayi nangis terus, dapat dipastikan oleh mereka ari-ari (kakaknya itu) d i k e m b u n g i semut, maka perlu diberi l a m p u u n t u k menghindari semut d a n dikorek oleh binatang seperti anjing. Potongan tali ari-ari bajd biasanya disimpan oleh ibunya, gunanya i m t u k menolong anak/bayinya bila sakit demam. Bila sakit demam potongan eiri-ari yang sudah mengering i t u direndam dengan air p u t i h u n t u k kemudian d i m i n u m k a n pada sang bayi. BUa anaknya kembar taU ari-ari i t u keduanya direndam dengan air putih, kemudian d i m i n u m k a n pada kedua anakn^'^a yang kembar, agar bila sudaii besar mereka akur dan tidak berkelahi terns. Untuk obat panas bayi/baiita biasanya masyarakat memberikan luluran dengan campuran minyak goreng dengan jeruk nipis atau asam jawa d i atas kepalanya. Gunanya imtuk menurunkan suhu badan. Sementara untuk pengobatan sakit mata, mata bayi biasanya diberi tetesan ASI pada w a k t u pagi hari. Untuk sakit mencret diberikan air rebusan daun jambu bijL Mitos tentang kehamilan, yang masih diyakini oleh mereka adalah kepercayaan pada m a h l u k halus, si i b u bila tengah h a m i l kalau bepergian hams membawa gunting, pisau, atau bawang yang ditusuk dengan j a m m atau peniti. Diyakini bahwa benda-benda tersebut m e m p u n y a i manm yang dapat meUndungi si ibu dari pengaruh jahat r o h halus. Selain i h i orang h a m i l tidak boleh menggali 46 lubang, karena diaixggap pantang dan tidak boleh melukai binatang, karena diasosiasikan bayinya akan cedera dan luka. Para suami tidak boleh mengasung mayat/keranda, karena dikuatirkan bayinya akan meninggal. A d a keyakinan lain, bagi si i b u yang tengah h a m i l diwajibkan u n t u k bekerja yang agak berat terutama menjelang hari H-nya. N a m u n kepercayaan i n i disalahartikan oleh sebagian masyarakat , banyak k a u m i b u bekerja i m t u k pekerjaan yang agak berat d a n kurang istirahat dalam masa h a m i l muda, sehingga menurut hemat peneliti akan sangat berbahaya bila mereka bekerja yang cukup berat karena akan berakibat pada kelelahan fisik dan keguguran. Mitos sekitar masa nifas, adalah banyaknya pantangan bagi si i b u u n t u k makan makanan yang pedas, karena diasosiasikan juga akan berpengaruh pada kondisi bayinya yang akan sakit mencret. Makanan lain yang dipantang adalah makan nangka/gulai nangka karena anak perutnya akan kembung. Si i b u tidak boleh bemyak makan telur, anak akan bisul (hal i n i nampaknya ada benamya karena telur banyak mengandmig albumen). Sedapatnya-dapatn^^a si i b u tidur d i ranjang yang d i bawahnya d i simpan arang panas, supaya si i b u pinggangnya menjadi kuat. Kepercayaan lain, adcdali para i b u wajib menggunakan pilis yang dioleskan d i keningnya, gunanya supaya tidak pusing dan deirah p u t i h tideik naik ke atas, demikian menurut keycddnan mereka. Bila si i b u mengalami keputihan atau gatal-gatal akibat jahitan d i alat kelaminnya, dianjurkan merendamkan dirinya (terutama alat kelaminnya) dengan rendaman daun sirih. Mitos dan tabu sekitar kehidupan anak/bayi adalah antara lain, bayi yang baru lahir pantang d i bawa jalan magrib (senja) karena akan diganggu r o h jahat. 47 Makna dibalik i t u sebenamya m e n u m t hemat peneliti, karena pada w a k t u i t u tidak etis bagi seorang yang memiUki ba}d berkeharan d i jalan sementara orang lain sembahyang atau dikuatirkan bayi akan masuk angin. Bayi bila kejang-kejang ada anggapan ia diganggu r o h jahat (kepercayaan seperti i n i perlu dilacak kebenarannya lebih lanjut, karena d i k u a t i r k a n ba5ri terkena step d a n panas yang tinggi), sebaliknya bila ia tertawa sendiri ia tengah bermain dengan kakaknya, Mitos dan tabu sekitar kematian i b u h a m i l sangat d i p e i ^ ^ r u h i dengan ajaran Islam, bahwa bila si i b u meninggal dalam proses melahirkan dianggap m a t i sahid dan akan masuk surga, Sementara bila meninggal dalam masa kehamilan, mereka meyakininya dengan kepercayaan akan menjadi kuntilanak bila si i b u ketika meninggalnya dalam keadaan tidak baik, tetapi bila dalam keadeian baik d a n tengah sakit sama dengan kepercayaan d i atas, yaitu akan masuk surga. Sedangkan kepercayaan i m t u k a n a k / b a y i yang mengalami kematian, mereka menganggap bahwa bayinya belum p i m y a dosa dan tidak bersalah, maka kematian i t u dianggap sebagai musibah dan cobaan bagi mereka dan tideik ada kepercayaan taha\ail lain.