Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY YANG MENEKANKAN ASPEK ANALOGI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA (Studi Eksperimen di SMA Negeri 1 Kuala, Nagan Raya, Aceh) 1&2 Fakhrul Jamal, S. Pd 1) dan Yuli Amalia, M. Pd 2) Dosen Pendidikan Matematika STKIP Bina Bangsa Meulaboh Abstrak Proses belajar siswa berhubungan dengan hasil belajarnya, dapat mengembangkan kreatifitas, dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya, sehingga belajar menjadi lebih bermakna bagi siswa. Model pembelajaran discovery yang menekankan aspek analogi merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa dalam belajar metematika. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang objektif mengenai pemahaman matematik dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA melalui pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi. penelitian ini adalah penelitian kuantitatif bertujuan utama untuk menelaah pemahaman matematik siswa dan kemampuannya untuk berpikir kritis setelah siswa mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi. teknik pengumpulan data yaitu dengan cara tes, tes ada 2 yaitu tes pemahaman matematik dan tes berpikir kritis, kemudian observasi dan angket. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Kuala dan sampel yang diambil adalah siswa kelas X sebanyak 2 kelas. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemahaman matematik dan kemampuan berpikir kritis pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi mengalami peningkatan yang lebih baik daripada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran biasa; terdapat korelasi yang signifikan antara pemahaman matematik dan kemampuan berpikir kritis; dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan pendekatan discovery mencerminkan kegiatan yang aktif; dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran tersebut sangat baik. Kata Kunci : Pendekatan Discovery, Aspek Analogi, Kemampuan Berpikir Kritis 61 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 melakukan 1. PENDAHULUAN Matematika masih aktifitas berdasarkan merupakan ketertarikannya, dan menentukan tahapan pelajaran yang sulit dipelajari oleh siswa dan frekwensi kerjanya sendiri, dan (3) bahkan aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa merupakan pelajaran yang menakutkan bagi sebahagian besar siswa. mendorong Hal ini dikemukakan oleh Ruseffendi pengetahuan baru kedalam pengetahuan (2004: 15) bahwa matematika (ilmu pasti) siswa sebelumnya yang telah ada. bagi anak-anak pada umumnya merupakan terjadinya Dari keterangan integrasi diatas dapat mata pelajaran yang tidak disenangi, kalau disimpulkan bahwa pembelajaran dengan bukan menggunakan metode discovery lebih sebagai mata pelajaran yang dibenci. menekankan kepada cara belajar siswa Melihat tujuan pembelajaran aktif. Artinya siswa sendiri atau kelompok matematika di atas jelaslah bahwa siswa secara dituntut memiliki berdasarkan informasi yang diketahui berpikir memecahkan suatu kemampuan masalah yang mencari infromasi Hasil Salah satu model pembelajaran dianggap sejalan dengan baru sebelumnya dengan bimbingan guru. dihadapi. yang aktif penelitian menunjukkan bahwa matematik berpikir dan pemahaman kritis dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam ditingkatkan belajar model perbandingan suatu materi dengan materi ini lain dengan mencari keserupaan sifat pembelajaran diantara materi yang dibandingkan, atau matematika adalah pembelajaran discovery. dikarenakan model discovery merupakan pembelajaran suatu progressif model melakukan dengan analogi (Sastrosudirjo, 2008) serta Menurut Soekadijo (2007: 139) menitik beratkan kepada aktifitas siswa analogi adalah berbicara tentang dua hal dalam belajar (Kite CD, 2006: 1) yang berlainan, yang satu bukan yang lain, Bicknell yang Hal dengan juga Holmes & Hoffman tetapi dua hal yang berlainan itu (Castronova, 2006: 3) mengambarkan tiga dibandingkan satu dengan yang lain. sifat utama pembelajaran discovery yaitu: Dalam mengadakan perbandingan, dicari (1) persamaan dan perbedaan di antara hal-hal mengeksplorasi masalah dan memecahkan untuk membuat, yang diperbandingkan. mengintegrasikan, dan menggeneralisasi Materi matematika dan berpikir pengetahuan, (2) siswa dibimbing untuk kritis merupakan dua hal yang tidak dapat 62 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 dipisahkan, karena materi matematika aspek analogi lebih baik daripada dipahami melalui berpikir kritis, dan siswa berpikir pembelajaran biasa? kritis dilatih matematika. melalui belajar Ditinjau dari tahap yang 2. Apakah mengikuti kemampuan perkembangan kognitif siswa SMA dalam kritis tahap pembelajaran dengan pendekatan operasi formal, sangat siswa yang berpikir dimungkinkan kemampuan berpikir kritis discovery siswa dapat dikembangkan. aspek analogi lebih baik daripada Berpikir kritis menurut Ennis (2000) adalah berpikir rasional dan siswa yang mengikuti menekankan yang mengikuti pembelajaran biasa? reflektif yang difokuskan pada apa yang 3. Apakah ada, hubungan antara diyakini dan dikerjakan. proses berpikir pemahaman matematik dengan kritis dalam kemampuan berpikir kritis siswa? pembelajaran matematika, hal ini sesuai 4. Bagaimanakah sikap siswa SMA perlu dengan dikembangkan tujuan pendidikan matematika terhadap pembelajaran persekolahan yang memberi penekanan matematika dengan pendekatan pada penataan nalar anak serta pembentuk discovery pribadi anak (Soedjadi, 2009). aspek analogi? Melalui penelitian ini akan yang 5. Bagaimanakah menekankan aktifitas diungkap pemahaman matematik dan SMA kemampuan berpikir kritis siswa SMA pembelajaran dengan pendekatan melalui pembelajaran dengan pendekatan discovery discovery aspek analogi? yang menekankan aspek selama siswa yang proses menekankan analogi. Pengujian Hipotesis Berdasarkan Rumusan Masalah Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan masalah yang dikemukakan diatas, maka hipotesis penelitiannya adalah: 1. Pemahaman matematik siswa yang sebagai berikut: 1. Apakah pemahaman matematik siswa rumusan yang mengikuti memperoleh pembelajaran dengan pendekatan discovery yang pembelajaran dengan pendekatan menekankan aspek analogi lebih discovery baik yang menekankan daripada siswa yang 63 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 memperoleh pembelajaran secara 2. biasa. kemampuan berpikir kritis siswa yang 2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang Mendeskripsikan/menelaah memperoleh mengikuti dengan pembelajaran pembelajaran pendekatan discovery dengan pendekatan discovery yang yang menekankan aspek analogi menekankan aspek analogi lebih dan baik yang pembelajaran biasa. dari pada siswa memperoleh pembelajaran secara 3. siswa yang mengikuti Mengetahui hubungan/kaitan/korelasi biasa. 3. Terdapat korelasi positif antara pemahaman matematik dengan pemahaman matematik dengan kemampuan berpikir kritis siswa kemampuan berpikir kritis siswa yang melalui dengan pembelajaran pendekatan dengan discovery yang antara mengikuti discovery pembelajaran dengan pendekatan yang menekankan aspek analogi dan siswa yang menekankan aspek analogi. mengikuti pembelajaran biasa. 4. Mendeskripsikan/menelaah sikap Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang siswa SMA pembelajaran dengan pendekatan objektif mengenai pemahaman matematik discovery dan kemampuan berpikir kritis siswa aspek analogi. SMA melalui pembelajaran dengan terhadap yang menekankan 5. Mendeskripsikan aktifitas siswa pendekatan discovery yang menekankan SMA aspek analogi. pembelajaran dengan pendekatan Secara rinci tujuan penelitian ini yang mengikuti menekankan aspek analogi. adalah: 1. discovery yang 2. METODOLOGI PENELITIAN Mendeskripsikan/menelaah pemahaman matematik siswa Pendekatan Penelitian pembelajaran Menurut Bogman dan Taylor pendekatan discovery (Moleong, 2000: 3) penelitian kualitatif yang menekankan aspek analogi adalah sebagai prosedur penelitian yang dan menghasilkan data deskriptif berupa kata- yang mengikuti dengan siswa yang pembelajaran biasa. mengikuti kata tertulis atau lisan dari orang-orang 64 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 dan perilaku yang diamati, menurut eksperimen dalam penelitian ini dapat mereka kita tidak boleh mengisolasi digambarkan sebagai berikut: individu atau organisasi kedalam variabel R O X O atau hipotesis, tetapi perlu memandang R O - O sebagai bagian keutuhan. Keterangan: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, bertujuan utama R = Pemilihan kelas secara acak untuk O = Tes awal (pre test) menelaah pemahaman matematik siswa O = Tes akhir (post test) dan kemampuannya untuk berpikir kritis X= Pembelajaran dengan setelah siswa mendapatkan pembelajaran pendekatan discovery yang dengan menekankan aspek analogi pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi. Populasi Dan Sampel Populasi Desain Penelitian Dalam menjawab pertanyaan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 dalam penelitian ini, yaitu untuk melihat Kuala, sejauh Kabupaten Nagan Raya , Ruseffendi dengan mana pengaruh pendekatan pembelajaran Kuala Pesisir yang (2001: 74) mengatakan bahwa, dengan terhadap mengambil sampel yang dapat mewakili peningkatan pemahaman matematik dan populasi secara keseluruhan, selain dapat kemampuan berpikir kritis siswa SMA, cepat dan hemat, juga hasil penelitian maka penelitian ini didesain dalam studi akan eksperimen berbentuk populasi. sehingga dari pendapat diatas pre test-post test control maka sampel diambil secara acak menurut menekankan aspek dengan randomized discovery Kecamatan analogi desain group design. Dalam mendekati sama untuk semua kelas dari seluruh kelas X SMA Negeri 1 penelitian diambil Kuala dengan mengambil dua kelas untuk sampel dua kelas yang homogen dengan dijadikan kelas eksperimen dan kelas pembelajaran Kelompok kontrol. Sampel dipilih siswa kelas X pertama, diberikan pembelajaran dengan berdasar pertimbangan, karena mereka pendekatan discovery yang menekankan dianggap sudah bisa beradaptasi dengan aspek analogi (X), kelompok kedua pembelajaran baru yang berbeda dengan diberikan perlakuan dengan pembelajaran pembelajaran biasa dan tidak mengganggu biasa. program sekolah dalam mempersiapkan Dengan ini berbeda. demikian, desain 65 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 ujian akhir. Alasan lain yang Tes pemahaman menyebabkan pemilihan tempat penelitian matematik di ini, dimaksudkan agar hasil penelitian ini penelitian ini adalah tes dapat bermanfaat secara nyata pada tempat pilihan yang tugas peneliti. soal pilihan dalam berbentuk ganda beralasan yang terdiri dari Instrumen Penelitian 10 soal yang diberikan Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen, yaitu tes Instrumen jenis dan tes non-tes. melibatkan seperangkat tes pemahaman matematik (soal berbentuk tes beralasan), tes berbentuk tes instrumen dalam pilihan berpikir ganda kritis uraian). (soal Sedangkan bentuk non-tes melibatkan skala sikap siswa, dan lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas siswa selama proses pembelajaran discovery dengan yang pendekatan menekankan aspek analogi. akhir penelitian bagi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dimana tiap soal memuat lima pilihan jawab, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematik siswa secara menyeluruh materi terhadap yang telah disampaikan, serta siswa dapat memberikan penjelasan atau alasan dalam memilih jawaban yang tepat. Teknik Pengumpulan Data Keberhasilan dalam penelitian ini adalah bagaimana penulis menghimpun dan membuktikan data tersebut. Adapun Teknik pada awal dan pengumpulan data dalam Tes kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini terdiri tes 1. Tes dalam dari 6 soal berbentuk uraian. Dipilih penelitian ini adalah : Tes b. Tes Berpikir Kritis penelitian ini dilakukan dengan 2 cara : a. Tes Pemahaman Matematik berbentuk uraian tersebut, karena dengan tes berbentuk uraian dapat diketahui proses pengerjaan siswa dalam 66 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 menyelesaikan soal matematika, demikian dapat digunakan adalah model dengan skala sikap Likert. Sikap diharapkan siswa yang dilihat meliputi dengan tepat sikap terhadap pelajaran diidentifikasi tingkat kemampuan siswa berdasarkan jenjang pendekatan discovery yang kognitif dicapai menekankan aspek analogi, yang matematika, sikap terhadap pembelajaran dengan siswa. dan sikap terhadap soal-soal 2. Observasi yang mengukur pemahaman Lembar matematik dan kemampuan pengamatan/observasi berpikir kritis. digunakan untuk oleh pengamat menjaring informasi secara langsung mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi. Pengamatan ini berlangsung sejak dimulainya pembelajaran sampai Angket bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa pada kelas memperoleh setelah pembelajaran matematika dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi. Model angket yang dipeoleh dari pengumpulan data akan dianlisis melalui langkah-langkah berikut : 1. Menghitung Rata-rata dan Deviasi Standar Skor Pretes Skor pretes dicari rata-rata dan deviasi standarnya mengetahui untuk gambaran tentang matematik dan kemampuan berpikir kritis siswa 3. Angket (Sikap Siswa) eksperimen Data pemahaman pembelajaran berakhir. Penggunaan Teknik Analisis Data yang sebelum diberikan pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi dan pembelajaran biasa. 2. Menghitung Rata-rata dan Deviasi Standar Skor Postes Skor postes dicari rata-rata dan deviasi mengetahui standarnya gambaran untuk tentang 67 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 pemahaman dan yang dilakukan pada awal dan kemampuan berpikir kritis siswa akhir pembelajaran terdistribusi sesudah diberikan pembelajaran secara normal dengan matematik pendekatan discovery 5. Uji homogenitas varians yang menekankan aspek analogi Uji dan pembelajaran biasa. Data skor dengan postes homogenitas juga digunakan untuk homogenitas dilakukan tujuan melihat atau kesamaan melihat ketuntasan belajar siswa beberapa secara seragam tidaknya variansi sampel- klasikal. Suatu kelas bagian sampel 85% siswa telah menguasai materi berasal dari populasi yang sama. melihat pemahaman Penelitian ini ditujukan untuk peningkatan matematik dan kemampuan berpikir kritis siswa setelah mendapat pembelajaran, maka mereka 6. Uji hipotesis 3. Menghitung Skor Gain Untuk apakah atau disebut tuntas apabila lebih dari lebih dari 65%. yaitu sampel dilakukan perhitungan menguji perbedaan rata-rata dua variabel yang berhubungan (dependent mean). 7. Mengetahui antara hubungan/kaitan pemahaman matematik terhadap skor gain. Richard Hake dengan kemampuan berikir kritis (Meltzer, 2002) membuat formula siswa untuk menjelaskan gain secara rumus korelasi product moment proporsional, yang disebut sebagai normalized gain ternormalisasi). dengan menggunakan 8. Menganalisis dan (gain mendeskripsikan sikap siswa Gain 9. Penentuan skor skala sikap dalam ternormalisasi (g) adalah proporsi penelititan ini dilakukan secara antara gain aktual (postes – pretes) aposteriori, dimana kemungkinan dengan gain maksimal yang dapat skor bagi setiap kemungkinan dicapai. jawaban itu didasarkan atas hasil 4. Uji Normalitas uji coba. Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah data tes matematik dan Pada bab ini akan disajikan hasil kemampuan berpikir kritis siswa penelitian yang terhimpun dalam bentuk pemahaman 3.HASIL DAN PEMBAHASAN 68 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 analisis/pengolahan data yang diperoleh Bentuk Akar dan Pangkat Pecahan, dan tentang Pembelajaran Dengan Pendekatan diminta untuk mempersiapkannya. Discovery Aspek Data hasil tes matematika terdiri Analogi Untuk Meningkatkan Pemahaman dari pretes dan postes pembelajaran Matematik Dan Kemampuan Berpikir diperoleh melalui tes tertulis berbentuk Kritis Siswa SMA Negeri 1 Kuala, pilihan ganda beralasan sebanyak 10 butir Kabupaten Nagan Raya. Analisis yang soal pemahaman matematik dan 6 butir dimaksud di dalam penelitian ini meliputi soal uraian soal kemampuan berpikir kritis deskripsi pemahaman dalam satu paket, dengan skor maksimum matematik, kemampuan berpikir kritis, masing-masing 20 dan 24. Soal tes kaitan antara pemahaman matematik dan tersebut diujikan pada kedua kelas ( kelas berpikir kritis, mendeskripsikan sikap dan eksperimen dan kelas kontrol), kemudian aktivitas data tersebut dianalisis. Setelah lembar dengan Yang Menekankan mengenai siswa selama pendekatan pembelajaran discovery yang menekankan aspek analogi. jawaban diperiksa, maka diperoleh skor terendah (Xmin), skor tertinggi (Xmaks), skor rata-rata (Xrata-rata) dan deviasi standar (s) A.Hasil Analisis Data dari kelas ekperimen dan kelas kontrol 1.Data Pretes Pretes Skor pemahaman terhadap matematik dan kemampuan berpikir kritis siswa dari dua kelas yang dipilih secara kelas eksperimen masing-masing adalah acak sebagai sampel penelitian. Kedua 6,55 atau 32,75% dari skor ideal dan 6,00 kelas dianggap homogen, sebab dari hasil atau 25% dari skor ideal. Sedangkan skor nilai ujian masuk yang berkisar antara rata-rata 32,63 sampai 69,41 (skala 0 – 80), sesuai kemampuan berpikir kritis kelas kontrol dengan aturan di sekolah setiap kelas masing-masing adalah 6,68 atau 33,40% umumnya terdiri dari 25% siswa yang dari skor ideal dan 4,78 atau 19,91% dari bernilai baik, 50% bernilai sedang, dan skor ideal. Skor terendah kedua kelas 25% Pretes untuk aspek pemahaman matematik sama dilaksanakan pada jam 1-2 di kelas kontrol yaitu 4 atau 20% dari skor ideal, sedang dan jam 3-4 di kelas eksperimen (masing- aspek kemampuan berpikir kritis yaitu 4 masing lamanya 90 menit). Siswa telah dan 3 atau sekitar 14,58% dari skor ideal. diberitahu sebelumnya bahwa mereka Skor tetinggi kedua kelas untuk aspek akan mendapatkan tes dengan materi pemahaman matematik adalah 10 dan 11 bernilai dilaksanakan rata-rata kecil/rendah. pemahaman matematik dan 69 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 atau sekitar 52,50% dari skor ideal, sedang Setelah dilakukan uji homogenitas aspek kemampuan berpikir kritis yaitu 9 terhadap data pretes kelas ekperimen dan dan 10 atau sekitar 39,58% dari skor ideal. kelas Untuk menguji apakah ada kontrol, homogen, ternyata baik kedua aspek kelas pemahaman perbedaan dari dua rata-rata antara kelas matematik maupun aspek berpikir kritis. kontrol dan kelas eksperimen, terlebih Kemudian dahulu dan perbedaan rata-rata data hasil pretes kesesuaian dengan menggunakan statistik parametrik data diuji kehomogenannya. normalitas Kriteria dilanjutkan dihitung dengan menggunakan distribusi yaitu Chi-Kuadrat ( 2 ). Kriteria pengujiannya 0,05 (uji dua pihak, dinyatakan dengan membandingkan 2 dengan kriteria pengujian : H0 diterima, yang diperoleh dari perhitungan dengan 2 dari tabel distribusi 2 dengan menggunakan taraf keberartian 0,05 dan derajat kebebasan dk. uji-t pada pengujian taraf signifikansi 1 2 = 0,025) jika –ttabel < thitung < + ttabel , sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh untuk aspek pemahaman matematik thitung = -0, 381 dan ttabel = 1,990, karena –ttabel < thitung < + ttabel Karena data pada kedua kelas maka H0 diterima. Sedangkan untuk aspek (kontrol dan eksperimen) berdistribusi kemampuan berpikir kritis diperoleh hasil normal, dengan thitung = 3,599 karena –thitung < -ttabel atau melakukan pengujian homogenitas varians thitung > ttabel maka H0 ditolak atau HA pada taraf signifikansi 0,05 dengan diterima. maka dilanjutkan kriteria pengujian : jika Fhitung Ftabel perbedaan Hasil perhitungan rata-rata pretes uji kelas maka disimpulkan bahwa varians kedua eksperimen dan kelas kontrol disajikan kelas homogen; sedangkan jika Fhitung > pada Tabel berikut, Ftabel maka disimpulkan bahwa varians kedua kelas tidak homogen. Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Aspek Kelas eksperimen Se S e2 xe Pemahaman 6,55 Berpikri Kritis 6,00 Kelas kontrol Sk xk thitung ttabel Kesimpulan S k2 1,52 2,31 6,68 1,53 2,34 0,38 1,99 1,45 2,10 4,78 1,59 2,53 3,60 1,99 Tidak ada perbedaan Terdapat perbedaan 70 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 Dari tabel terlihat bahwa pada kontrol dengan pembelajaran pendekatan aspek pemahaman thitung < ttabel, sedang biasa, siswa diberi kesempatan untuk pada aspek berpikir kritis thitung > ttabel, menjawab soal tes akhir (postes). Seperti dengan demikian disimpulkan bahwa data halnya data pretes, data postes pun terdiri pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dari data pemahaman matematik dan untuk aspek pemahaman matematik tidak kemampuan berpikir kritis, yang juga diuji terdapat kenormalannya, homogenitasnya, sebelum perbedaan signifikan, rata-rata yang untuk aspek sedangkan menguji perbedaan rata-ratanya. berpikir kritis terdapat perbedaan rata-rata a. yang signifikan. Matematika Pemahaman Siswa dalam Berdasarkan data postes diperoleh 2.Data Postes skor terendah (Xmin), skor tertinggi (Xmaks), Setelah diberikan pembelajaran pada kelas eksperimen skor rata-rata (Xrata-rata) dan deviasi standar dengan ( s ) untuk kelas eksperimen dan kelas pembelajaran pendekatan discovery yang kontrol seperti tampak pada tabel di menekankan aspek analogi dan kelas bawah, Skor Terendah, Skor Tertinggi, Rata-rata dan Deviasi standar Tes Pemahaman Matematik Kelas Kontrol Eksperimen Skor Ideal 20 20 Xmin 9 12 Xmaks 16 17 Xrata-rata 13,33 (66,65% ) 14,63 (73,15%) Pada tabel tampak bahwa skor rata-rata tes pemahaman tersebut selanjutnya dilakukan analisis eksperimen tidak jauh berbeda dengan perbedaan rata-rata terhadap kelompok skor pada kelas kontrol. Tetapi apabila siswa yang memperoleh pembelajaran kita biasa (kelas kontrol) dan kelompok siswa skor pada Berdasarkan data yang diperoleh kelas melihat matematik S 1,65 1,25 pencapaian kelas eksperimen sebesar 73,15% dari skor ideal yang memperoleh pembelajaran lebih besar daripada kelas kontrol dengan pendekatan discovery yang menekankan pencapaian sebesar 66,65% dari skor aspek analogi (kelas eksperimen). ideal. 71 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 Sebelum dilakukan uji perbedaan rata-rata skor pemahaman matematik siswa pada kelas kontrol dan kelas lain tolak H0. Hipotesis yang diuji pada penelitian ini adalah, H0 eksperimen perlu dilakukan uji normalitas Tidak terhadap data yang telah terkumpul. siswa dengan menggunakan uji Chi Kuadrat ( terdapat perbedaan pemahaman matematik antara Berdasarkan pengujian normalitas data 2 : e k yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan ) pada taraf signifikansi 0,05 discovery yang menekankan diperoleh kesimpulan bahwa pemahaman aspek analogi (kelas eksperimen) matematik dengan siswa yang memperoleh kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal. pembelajaran Karena data pada kedua kelas terhadap kelas eksperimen kontrol dengan taraf dan HA dengan daripada memiliki varians yang tidak sama. antara siswa yang memperoleh pembelajaran biasa uji (kelas kontrol). kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan ’ discovery (kelas eksperimen) lebih baik menunjukkan bahwa varians kedua kelas rata-rata pendekatan yang menekankan aspek analogi pemahaman matematik pada kedua kelas perbedaan siswa yang memperoleh pembelajaran signifikansi dilakukan matematik : e k Pemahaman kelas 0,05 . Hasil perhitungan terhadap tes Selanjutnya (kelas kontrol). berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians biasa Hasil perhitungan uji perbedaan menggunakan uji-t (uji t aksen) pada taraf rata-rata pemahaman matematik antara sinifikansi 0,05 dengan kriteria : kelas eksperimen dengan kelas kontrol terima H0, jika thitung ttabel,, pada keadaan seperti tampak pada Tabel 4. 8 berikut, Uji Perbedaan Rata-rata Tes Pemahaman matematik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Aspek Pemahaman Matematik Kelas eksperimen Se S e2 xe 14,63 1,25 1,562 Kelas kontrol Sk S k2 xk 13,33 1,65 2,722 thitung ttabel Kesimpulan 3,975 1,99 Lebih baik 72 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 Dari Tabel 4.8 diatas terlihat thitung = 3,975 Skor gain ternormalisasi > ttabel = 1,99, dengan demikian H0 ditolak berdistribusi normal, maka dilanjutkan atau HA diterima, sehingga disimpulkan dengan melakukan pengujian homogenitas bahwa varians pemahaman matematik siswa terhadap gain ternormalisasi yang memperoleh pembelajaran dengan pemahaman matematik siswa antara kelas pendekatan discovery yang menekankan eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf aspek analogi lebih baik dari siswa yang signifikansi 0,05 . Hasil perhitungan memperoleh pembelajaran biasa. terhadap b. Peningkatan Pemahaman Siswa dalam Matematika Gain ternormalisasi pemahaman matematik siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, namun gain kedua kelas tersebut berada pada kategori sedang. Untuk melihat apakah gain ternormalisasi kelas eksperimen memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan dengan gain ternormalisasi kelas kontrol maka dilakukan analisis perbedaan ratarata. Sebelum dilakukan uji perbedaan rata-rata perlu dilakukan uji normalitas terhadap data yang ada. Berdasarkan pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Chi kuadrat ( 2 ) pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh gain pemahaman ternormalisasi matematik kedua tes kelas menunjukkan bahwa varians kedua kelas memiliki varians yang tidak sama, artinya kedua kelas tidak homogen. Variansi gain ternormalisasi pemahaman matematik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama (tidak homogen). Selanjutnya dilakukan uji perbedaan rata-rata data gain ternormalisasi terhadap pemahaman matematik siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dengan menggunakan uji-t’ (uji t aksen) pada taraf signifikansi 0,05 . Berdasarkan hasil pengujian diperoleh thitung = 5,30 ttabel = 1,99, dengan demikian H0 ditolak atau HA diterima sehingga disimpulkan bahwa gain kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol atau pada siswa yang mengikuti kesimpulan bahwa gain ternormalisasi pembelajaran kelas discovery yang menekankan aspek analogi eksperimen berdistribusi normal. dan kelas kontrol dengan pendekatan terjadi peningkatan yang lebih baik pada 73 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 pemahaman matematik daripada siswa berpikir kritis kelas kontrol dan kelas yang mengikuti pembelajaran biasa. eksperimen berdistribusi normal. Karena data pada kedua kelas c. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Matematika dengan pengujian homogenitas varians Hasil pengolahan data terhadap skor tes kemampuan berpikri kritis dalam matematik dalam bentuk soal uraian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran E. Berdasarkan data postes diperoleh skor terendah (Xmin), skor tertinggi (Xmaks), skor rata-rata (Xrata-rata) dan deviasi standar ( s ) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, skor rata-rata tes kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen jauh berbeda dengan skor pada berdistribusi normal, maka dilanjutkan kelas kontrol,dan apabila kita melihat skor pencapaian kelas eksperimen sebesar 71,75% dari skor ideal lebih besar daripada kelas kontrol dengan pencapaian sebesar 40,41% dari skor ideal. Berdasarkan data yang diperoleh terhadap kelas eksperimen kontrol dengan taraf dan kelas signifikansi 0,05 . Hasil perhitungan terhadap tes kemampuan berpikir kritis pada kedua kelas menunjukkan bahwa varians kedua kelas memiliki varians yang tidak sama. Selanjutnya perbedaan dilakukan rata-rata antara uji kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji-t’ (uji t aksen) pada taraf sinifikansi 0,05 dengan kriteria : terima H0, jika thitung ttabel,, pada keadaan lain tolak H0. Hipotesis yang diuji pada penelitian ini adalah, H0 : e k tersebut selanjutnya dilakukan analisis Tidak terdapat perbedaan rata-rata. kemampuan perbedaan berpikir kritis antara siswa yang memperoleh Sebelum dilakukan uji perbedaan pembelajaran dengan pendekatan rata-rata skor dari kemampuan berpikir discovery kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas menekankan aspek analogi (kelas eksperimen) eksperimen perlu dilakukan uji normalitas dengan siswa yang memperoleh terhadap data yang telah terkumpul. pembelajaran Berdasarkan pengujian normalitas data biasa (kelas kontrol). dengan menggunakan uji Chi Kuadrat ( 2 ) pada taraf siignifikansi 0,05 yang HA : e k Kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan yang memperoleh pembelajaran 74 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 dengan pendekatan discovery Selanjutnya untuk melihat apakah yang menekankan aspek analogi gain (kelas eksperimen) lebih baik memiliki daripada yang signifikan dengan gain ternormalisasi memperoleh pembelajaran biasa kelas kontrol maka dilakukan analisis (kelas kontrol). perbedaan rata-rata. Sebelum dilakukan siswa Hasil perhitungan uji perbedaan ternormalisasi kelas perbedaan eksperimen rata-rata yang uji perbedaan rata-rata perlu dilakukan uji rata-rata kemampuan berpikir kritis antara normalitas kelas eksperimen dengan kelas kontrol Berdasarkan pengujian normalitas data didapat thitung = 9,72 > ttabel = 1,99, dengan dengan menggunakan uji Chi kuadrat ( 2 demikian H0 ditolak atau HA diterima, disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pembelajaran yang memperoleh dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. ) pada terhadap taraf diperoleh data yang 0,05 signifikansi kesimpulan ada. bahwa gain ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Setelah skor gain berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan melakukan pengujian homogenitas varians d. Peningkatan Kemampuan Berpikir terhadap gain ternormalisasi kemampuan Kritis Siswa dalam Matematika berpikir kritis siswa antara kelas peningkatan eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kemampuan berpikir kritis siswa dalam signifikansi 0,05 . Hasil perhitungan matematika yang mengikuti pembelajaran terhadap dengan yang kemampuan berpikir kritis kedua kelas menekankan aspek analogi dan siswa yang menunjukkan bahwa varians kedua kelas mengikuti memiliki varians yang sama, artinya kedua Untuk melihat pendekatan discovery pembelajaran biasa adalah gain ternormalisasi dengan menghitung gain kedua kelas kelas dengan gain ternormalisasi kemampuan berpikir kritis ternormalisasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan ternormalisasi. Gain kemampuan berpikir kritis rumus siswa kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. homogen. Variansi tes gain sama (homogen). Selanjutnya perbedaan ternormalisasi dilakukan rata-rata terhadap data uji gain kemampuan 75 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 berpikir kritis siswa antara kelas pada siswa yang memperoleh dengan pendekatan eksperimen dengan kelas kontrol dengan pembelajaran menggunakan uji-t pada taraf signifikansi discovery yang menekankan aspek analogi 0,05 . diperoleh rhitung = 0,475 > rtabel = 0,257. Berdasarkan hasil pengujian Dengan demikian dapat disimpulkan diperoleh thitung = 8,80 ttabel = 1,90, bahwa terdapat korelasi signifikan antara dengan demikian H0 ditolak atau HA pemahaman matematik dan kemampuan diterima sehingga disimpulkan bahwa gain berpikir kritis siswa baik dalam kelas yang kelas eksperimen lebih baik daripada kelas memperoleh pembelajaran biasa maupun kontrol atau pada siswa yang mengikuti pada pembelajaran pembelajaran dengan pendekatan kelas yang memperoleh dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi discovery yang menekankan terjadi peningkatan yang lebih baik pada analogi. Berdasarkan penemuan tersebut, kemampuan berpikir kritis daripada siswa dapat yang mengikuti pembelajaran biasa. matematik dipahami bahwa siswa aspek pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kritisnya, begitu pula 3.Korelasi antara Pemahaman sebaliknya bahwa kemampuan berpikir Matematik dan Kemampuan Berpikir kritis siswa dipengaruhi oleh pemahaman Kritis matematiknya. Dengan kata lain apabila Untuk atau pemahaman matematiknya baik maka pemahaman kemampuan berpikir kritisnya juga akan matematik dan kemampuan berpikir kritis baik pula, begitu pula apabila kemampuan siswa, dalam penelitian ini digunakan berpikir kritisnya baik maka pemahaman korelasi product moment dengan taraf matematiknya akan baik pula. Apabila signifkansi 0,05 diperoleh rtabel = pemahaman matematiknya kurang baik 0,257. Jika harga rhitung lebih besar dari maka harga rtabel maka disimpulkan kurang baik, demikian juga sebaliknya. tidaknya mengetahui kaitan kaitan yang antara ada terdapat signifikan, sebaliknya jika harga rhitung lebih kecil dari harga rtabel maka disimpulkan tidak terdapat kaitan yang signifikan, dari hasil terlihat siswa yang memperoleh pembelajaran biasa memiliki rhitung = 0,301 > rtabel =0,257, dan kemampuan berpikir kritisnya 4.Deskripsi dan Analisis Skala Sikap Skala sikap tersebut yang terdiri dari 25 kepada pertanyaan siswa pembelajaran hanya yang dengan diberikan mengikuti pendekatan 76 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 discovery yang menekankan aspek analogi (90%) dari 40 siswa mengungkapkan yang terdiri dari 40 siswa. Sikap siswa bahwa yang dianalisis yaitu, a) sikap siswa menyenangkan, dan hanya 4 siswa (10%) terhadap pelajaran matematika, b) sikap saja yang menyatakan tidak menyukai siswa terhadap pembelajaran discovery pelajaran matematika. Ini menunjukkan yang menekankan aspek analogi, c) sikap bahwa siswa mempunyai minat yang siswa terhadap soal-soal yang diberikan. cukup Rekapitulasi skala sikap yang berisikan matematika walaupun ada beberapa siswa pernyataan yang tidak menyukai matematika. tentang terhadap pandangan pelajaran siswa pembelajaran tinggi matematika terhadap pelajaran matematika, Untuk mengetahui apakah siswa pandangan siswa terhadap pembelajaran mempunyai motivasi yang baik dalam dengan pendekatan pelajaran matematika, dapat dilihat. menekankan discovery aspek yang analogi, dan Jawaban siswa terhadap 4 pandangan siswa terhadap soal-soal yang pernyataan yakni, pernyataan nomor 3, 4, diberikan dapat dilihat dalam penjelasan 8 dan 9, ternyata sebanyak 36 siswa (90%) berikut. menyatakan bahwa motivasi mereka terhadap pembelajaran matematika sangat a. Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Matematika model matematika dalam mengerjakan Secara kesuluruhan sikap siswa terhadap pelajaran matematika menunjukkan sikap yang positif, hal ini ditunjukkan hasil penyebaran pada skor skala sikap. Berdasarkan data hasil skor sikap siswa, skor rata-rata sikap siswa lebih besar daripada skor netral, yaitu 3,33 > 2,77 hal ini menunjukkan bahwa sikap siswa tinggi yaitu sering menggunakan model- terhadap pelajaran matematika adalah positif. Siswa mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran matematika. Dari jawaban siswa terhadap 4 pernyataan di atas, terlihat bahwa sebanyak 36 siswa suatu persoalan, berusaha mengerjakan tugas matematika sebaik-baiknya, dan tidak takut apabila menyelesaikan soal walaupun 2 ada disuruh guru dipapan tulis, siswa (5%) yang menyatakan bahwa mengerjakan tugas matematika tidak dengan sungguh- sungguh. Bahwa ada 25 siswa (62,5%) yang bersifat positip untuk jawaban soal no 5 yakni guru sering tampak gugup dan kurang menguasai bahan, ada 15 siswa (37,5%) yang bersikap baik untuk soal nomor 14 senang bila guru memberikan 77 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 banyak contoh soal, dan tidak ada (0%) aspek analogi. Secara keseluruhan siswa siswa yang menyatakan sangat tidak menunjukkan setuju pada jawaban soal nomor 15 cara pembelajaran mengajar guru yang menarik dan nomor discovery 16 model mengajar yang diterapkan guru analogi. Sikap positif tersebut terlihat dari membuat lebih skor rata-rata sikap siswa lebih besar Sehingga daripada skor sikap netral yaitu 3,61 > secara keseluruhan dapat disimpulkan 2,80 dan juga dinyatakan oleh kesetujuan bahwa tertarik memperdalam guru menumbuhkan untuk matematika. sangat positif dengan yang terhadap pendekatan menekankan aspek berperan dalam mereka terhadap pernyataan-pernyataan positip siswa positif dalam pembelajaran matematika sikap terhadap pelajaran matematika. Untuk sikap dengan mengetahui apakah pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi, siswa sangat manfaat matematika dalam matematika senang sendiri dan dalam kehidupan sehari- discovery yang digunakan guru, dan lebih hari,Matematika sangat bermanfaat baik membantu untuk ilmu-ilmu lain (pernyataan no 2) matematika. Hal ini dinyatakan oleh 34 yang diapresiasi positip oleh 27 siswa siswa (67,5%) maupun dalam kehidupan sehari- ditanyakan, walupun masih ada 2 siswa hari (pernyataan no 13) yang juga (5%) yang menyatakan sebaliknya. diapresiasi positip oleh 37 siswa (92,5%), dengan model mereka (85%) Guna dari pembelajaran dalam 40 memahami siswa mengetahui yang manfaat sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa mengikuti model pembelajaran dengan sangat pendekatan discovery yang menekankan merasakan manfaat belajar matematika. aspek analogi, maka dapat dilihat melalui pernyataan nomor 19 dan 21. Pada b. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Discovery yang Menekankan Aspek Analogi. Sikap pembelajaran siswa dengan pernyataan nomor 19 yang menyatakan pembelajaran dengan pendekatan discovery membuat mengevaluasi diri, terhadap pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi yang dianalisis adalah yang menunjukkan kesukaan siswa terhadap pembelajaran pendekatan discovery yang menekankan ternyata direspon positip oleh siswa yakni dengan 36 siswa (90%) menjawab SS dan S. Sedangkan pada pernyataan nomor 21 yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan discovery hanya menghambur-hamburkan waktu ternyata 78 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 36 siswa (90%) menjawab TS dan STS. Pada umumnya mereka sukar memberikan Dari alasan yang berkenaan dengan soal-soal dua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan yang berkaitan pendekatan discovery sangat dirasakan matematik, manfaatnya bagi siswa. analogi dan dengan pemahaman memberikan matematik. Walaupun contoh ada kesulitan dalam menjawab soal-soal yang c. Sikap Siswa Terhadap Soal-soal yang Diberikan yang diberikan dalam kehidupan sehari- Pada umumnya siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap soal-soal matematika yang diberikan guru.. Sedang manfaat soal-soal yang diberikan dalam belajar matematika dan kehidupan sehari-hari dapat diketahui dengan mengapresiasikan jawaban siswa terhadap pernyataan-pernyataan no 23 dan 24. hari terlukis dari jawaban masing-masing 19 siswa (47,5%) yang menyatakan sangat setuju dan setuju terhadap soal tersebut, hanya 4 siswa (10%) yang menyatakan sebaliknya. Dan soal-soal yang diberikan ternyata juga membantu mereka untuk berpikir kritis, imi dinyatakan oleh 23 siswa (57,5%) yang menyatakan sangat setuju dan setuju, hanya 4 siswa (10%) Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa skor rata-rata sikap siswa terhadap soal-soal yang diberikan lebih besar daripada skor netral, yaitu 3,38 > 2,75. Hal ini menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap soal-soal yang diberikan positif. Sebahagian besar siswa (37 siswa atau 92,5% menyatakan sangat setuju dan 39 siswa atau 97,5% menyatakan setuju berpendapat bahwa soal-soal yang diberikan sangat disukai oleh siswa dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap matematika, walaupun masih ada 3 siswa (7,5%) siswa yang berpendapat bahwa diberikan, tetapi kemanfaatan soal-soal soal-soal yang diberikan membosankan dan membuat bingung. yang menyetakan sangat tidak setuju. Dari hasil-hasil temuan tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa soal-soal yang diberikan menimbulkan rasa suka mereka terhadap matematika dan bermanfaat dalam belajar matematika dan dalam kehidupan sehari-hari. 5.Data Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Pada dilakukan waktu observasi, pembelajaran lalu dilakukan penilaian dengan empat kategori penilaian yaitu, baik (B), cukup (C), kurang (K) dan buruk (E). Data dari hasil pengamatan dianalisis, dengan cara mengkonversikan kategori baik (B) ke skor 3, kategori 79 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 cukup (C) ke skor 2, kategori kurang (K) pendekatan discovery yang menekankan ke skor 1, dan kategori buruk (E) ke skor 0 aspek . Selanjutnya mencari nilai rata-rata dan diperoleh rata-rata skor pretes pemahaman persentase aktivitas belajar siswa. matematik sebesar 6,55, dengan deviasi analogi (kelas eksperimen) Rata-rata aktivitas siswa yang standar 1,51, kemampuan berpikir kritis paling dominan adalah berdiskusi antara sebesar 6,00, dengan deviasi standar 1,45. sesama Sedangkan pada kelompok siswa yang siswa/kelompok selanjutnya adalah sebelum (94%), kesiapan pelajaran memperhatikan siswa dimulai, dan memperoleh pembelajaran biasa/konvensional (kelas kontrol) mendengarkan diperoleh skor rata-rata pretes pemahaman penjelasan guru, menulis hal-hal yang matematik sebesar 6,68, dengan deviasi relevan pembelajaran, standar 1,53, kemampuan berpikir kritis mengerjakan tugas/LKS yang diberikan, sebesar 4,78, dengan deviasi standar 1,58. dan bersama guru menyimpulkan materi Dari hasil pengujian data rata-rata skor yang pretes terhadap kedua kelompok dapat dengan diajarkan (91,6%), mengajukan pertanyaan yang relevan (90%), membaca disimpulkan buku memiliki kemampuan awal yang sama dan mempelajari pembelajaran dan pendapat/gagasan materi menyampaikan matematik atau bahwa tidak terdapat kedua kelompok perbedaan yang (86,6%), signifikan. Hal ini sesuai dengan salah serta berperilaku yang tidak relevan satu karakteristik penelitian eksperimen dengan KBM dalam arti perilaku siswa yang dikemukakan oleh Ruseffendi (2001: yang tidak positif sebesar 0%. peningkatan 39), bahwa eqivalensi subjek dalam persentase yang kelompok-kelompok yang berbeda perlu dengan ada, agar bila ada hasil berbeda yang pendekatan discovery yang menekankan diperoleh kelompok, itu bukan disebabkan aspek analogi. karena PEMBAHASAN kelompok aktivitas memperoleh siswa pembelajaran tidak itu, eqivalennya tetapi kelompok- karena adanya perlakuan. Sehingga dapat disimpulkan 1.Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan analisis terhadap skor rata-rata pretes pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran dengan bahwa kedua kelompok siap untuk menerima materi baru. Setelah dilakukan pembelajaran sebanyak enam kali pertemuan pada kedua kelompok dengan pendekatan yang berbeda, selanjutnya 80 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 diberikan postes mengetahui kontrol pada taraf signifikansi 5%. Begitu pemahaman matematik dan kemampuan pula hasil analisis terhadap perbedaan berpikir kritis siswa. Kemudian dilakukan rata-rata skor tes kemampuan berpikir analisis terhadap data postes dan data gain kritis, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kedua kelompok (kelas eksperimen dan skor tes kemampuan berpikir kritis kelas kelas kontrol). Skor postes pemahaman eksperimen lebih baik dari pada rata-rata matematik pada kelas eksperimen atau skor tes kemampuan berpikir kritis kelas pada kontrol. Kedua kelas ternyata mengalami kelas pembelajaran untuk yang menggunakan dengan pendekatan peningkatan kemampuan dalam discovery yang menekankan aspek analogi menyelesaikan soal-soal yang diberikan, diperoleh rata-rata 14,63 (73,15%) dengan baik pada pemahaman matematik maupun deviasi standar 1,25, dan kemampuan kemampuan berpikir kritis diperoleh rata-rata 17,23 peningkatan yang terjadi pada kelas (71,79%) dengan deviasi standar 2,98. eksperimen lebih besar daripada kelas Sedang pada kelas kontrol diperoleh skor kontrol. Hal ini rata-rata pemahaman matematik 13,32 kelompok (66,60%) dengan deviasi standar 1,65 dan kemampuan kemampuan berpikir kritis 9.7 (40,41%) menyelesaikan soal yang diberikan. dengan deviasi standar 3,89. Dari rata-rata skor yang pemahaman diperoleh tersebut, matematik kedua berpikir kritis. Namun menunjukan bahwa eksperimen yang memiliki lebih baik Selanjutnya, dilakukan dalam analisis untuk yang sama terhadap data gain, diperoleh kelas pemahaman matematik 60%, kemampuan dikalsifikasikan sedang karena rata-rata berpikir masing-masing kelas di atas 60% dari skor terhadap data postes dan data gain, maka ideal, untuk kemampuan berpikir kritis dapat disimpulkan bahwa beda prestasi kelas eksperimen diklasifikasikan sedang pemahaman dan kelas kontrol diklasifikasikan rendah. daripada kemampuan berpikir kritis dan Dari hasil analisis terhadap beda kritis 62,2%. matematik prestasi Dari analisis lebih pemahaman tinggi matematik perbedaan rata-rata skor tes pemahamn berpengaruh besar terhadap beda prestasi matematik pada kelas eksperimen dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa menyelesaikan soal yang diberikan. rata-rata skor tes pemahaman matematik Berdasarkan hasil analisis secara kelas eksperimen lebih baik daripada rata- kuantitatif terlihat bahwa adanya rata skor tes pemahaman matematik kelas keterkaitan antara pemahaman matematik 81 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 dengan kemampuan berpikir kritis baik soal-soal yang diberikan oleh guru, pada kelas kontrol maupun pada kelas walaupun mereka belum mencapai hasil eksperimen. Besarnya koefisien korelasi yang diharapkan. pada kelas kontrol sebesar 0,301 sedang pada kelas eksperimen 0,475. Apabila dibandingkan dengan rtabel dengan n = 40 dengan taraf 0,05 signifikansi diperoleh rtabel = 0,257, maka disimpulkan bahwa terdapat pemahaman korelasi matematik antara dengan kemampuan berpikir kritis siswa. 3.Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran dengan Pendekatan Discovery yang Menekankan Aspek Analogi. Diperoleh temuan bahwa sikap siswa lebih aktif. Aktivitas siswa membuat siswa menjadi lebih kreatif dan memiliki semangat yang tinggi dalam memecahkan masalah yang diberikan. Sejalan dengan 2.Sikap Siswa terhadap Pembelajaran hal dengan Pendekatan Discovery yang mengemukakan Menekankan Aspek Analogi. menumbuhkan secara umum respon siswa ini Ruseffendi (1988 belajar : 283) aktif sikap dapat kreatifnya dikemudian hari lebih berhasil.. matematika Hasil observasi juga menemukan memiliki sikap yang positif. Hal ini secara bahwa peranan guru mulai berkurang jelas dapat dilihat dari skor sikap yaitu dalam pembelajaran. sekitar 3,44 lebih besar dari skor sikap sebagai fasilitator, netral yaitu 2,77, ini tidak terlepas dari memotivasi teknik dan cara guru dalam menyajikan Peningkatan ini menunjukkan bahwa jika serta mengemas materi pelajaran kepada kepada siswa diberikan kesempatan untuk siswa. Demikian juga sikap siswa terhadap lebih aktif dalam belajar maka siswa pembelajaran mempunyai terhadap pembelajaran dengan pendekatan Guru berfungsi mengarahkan siswa dalam kesempatan dan belajar. untuk aspek mengembangkan pengetahuannya. Hal ini analogi, terhadap pelajaran matematika, sejalan dengan pernyataan Horsley (Bahri, dan soal-soal yang diberikan. 2003) discovery yang menekankan siswa memiliki antusiasme dan semangat pembelajaran yang yang tinggi terhadap dikembangkan. Sehingga para siswa lebih rajin dalam bahwa pemberian kesempatan kepada siswa yang lebih luas akan lebih bermanfaat karena mereka senantiasa membangun pengetahuan dan kemampuannya sendiri. belajar dan mau bekerja keras terhadap 82 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 belajarnya meningkat, tumbuhnya 4.KESIMPULAN Diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : sikap percaya diri dan keberanian dalam berkomunikasi. 1. Siswa yang memperoleh 5. Aktivitas siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek discovery analogi menunjukan pemahaman aspek analogi lebih aktif dalam matematik relasional belajar, signifikan lebih secara yang menekankan terutama berdiskusi baik dengan temannya, dan juga siswa dibandingkan dengan siswa yang lebih berani mengemukakan atau memperoleh pembelajaran secara mengajukan pertanyaaan kepada biasa. guru, serta lebih kreatif dalam 2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi menunjukan secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara biasa. pemahaman matematik dengan kemampuan berpikir kritis siswa. pelajaran matematika, pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi dan matematik berpikir 6. REFERENSI Amin, Moh. (2008). Buku Pedoman Laboratorium Praktikum dan Petunjuk Pendidikan IPA Umum (General Science) untuk Depdikbud. Bloom, B.S. (2001). Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning. 4. Sikap siswa terhadap terhadap diberikan. Lembaga Pendidikan. Jakarta: 3. Terdapat korelasi yang positif antara menyelesaikan permasalahan yang soal pemahaman dan kemampuan kritis adalah positif. Pembelajaran ini juga membuat New York: Mc. Graw Hill Book Company. Castronova, J. (2005). Discovery Learning for the 21st Century: What is it and how does it compare to traditional effectiveness learning in in the 21stCentury. [online]. Tersedia: siswa lebih antusias dan semangat 83 Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, Nomor 1, Maret-Agustus 2015, hlm 61- 85 http://www.chiron.valdosta.edu /are/litreviews/vol1 no1/ Ruseffendi, E.T. (2004). Dasar-Dasar Matematika castronova_litr/pdf. [10 Pebruari 2006]. Modern Komputer untuk dan Guru. Bandung: Tarsito. Dahar, R.W. (2006). Teori-Teori Belajar. Ruseffendi, E.T. (2001). Dasar-Dasar Jakarta: Erlangga. Penelitian Ennis, R.H. (2000). A Super-Streamlined Bidang Non-Eksakta Lainnya. Conception of Critical Thinking. [online]. Tersedia: Pendidikan dan Semarang: IKIP Semarang Pres. Sastrosudirjo Samekto, S. (1988). http://www.ed.uiue.edu/EPS/P “Hubungan ES- Penalaran dan Prestasi Belajar Yearbook/92_docs/Ennis.htm. untuk Siswa [19 Maret 2006]. Pendidikan. No. 1 tahun ke 18. Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hudoyo, H. (2000). Strategi Belajar Kemampuan SMP”. Jurnal IKIP Yogyakarta. Soedjadi, R. (2009). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Mengajar Matematika. Malang: Jakarta: Direktorat Pendidikan IKIP Malang. Tinggi Departemen Pendidikan Indrawati. (2007). Penggunaan Bridging Analogi (Analogi Penghubung) Nasional. Surya, M. (2002). Psikologi Pendidikan. dalam Miskonsepsi Beberapa Bandung: Konsep Fisika Siswa. Tesis Pendidikan dan Bimbingan FIP Magister IKIP Bandung. pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Kite, C.D. (2005). Discovery Learning, Lesson Planning. [online]. Jurusan Psikologi Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tersedia: http://www.members.aol.com/ki te CD2/artcl-disclearn.html. [10Maret 2006]. Mundiri. (2000). Logika. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 84