251 PERILAKU KONSUMTIF PADA ANGGOTA KOMUNITAS

advertisement
PERILAKU KONSUMTIF PADA ANGGOTA KOMUNITAS
HIJABBERS SEMARANG
ANGGI MEILA SARI
Fakultas Psikologi Universitas Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran tentang perilaku konsumtif dan faktor yang memengaruhi
perilaku konsumtif anggota komunitas hijabbers Semarang.
Metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Subyek dalam
penelitian ini adalah anggota dari komunitas hijabbers Semarang yang merupakan
anggota aktif dalam komunitas tersebut dan yang selalu mengikuti acara-acara
dari komunitas hijabbers Semarang yang berjumlah tiga orang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku konsumtif yang ditunjukakan
subjek sebagai anggota komunitas hijabbers Semarang pada dasarnya memiliki
aspek-aspek pembelian berlebihan dan pembelian secara tiba-tiba. Faktor-faktor
yang memengaruhi perilaku konsumtif pada anggota komunitas hijabbers
Semarang, antara lain faktor sosial, faktor pribadi, faktor kebudayaan, dan faktor
psikologis yang mendasarinya. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh besar
terhadap perilaku konsumtif pada anggota komunitas hijabbers Semarang.
Kata Kunci : perilaku konsumtif, komunitas hijabbers Semarang
CONSUMER BEHAVIOR OF THE HIJABBERS COMUNNITY
SEMARANG
ANGGI MEILA SARI
Fakultas Psikologi Universitas Semarang
ABSTRACT
This study uses a qualitative method , which aims to find a picture of
consumer behavior and the factors that influence consumer behavior hijabbers
community Semarang members .
The methods used were interviews and observation . The subjects in this
study were hijabbers community Semarang is an active member in the community
and are always followed events from hijabbers community Semarang that
numbered three . The informant research is the subject closest friends and
community committees and as many as three people hijabbers Semarang .
The results showed that consumer behavior is subject indicated as
hijabbers community Semarang members has basically redundant aspects of
purchase and the purchase of a sudden . The factors that influence consumer
behavior in Semarang hijabbers community members , among other social
factors, namely peers, reference groups, and family, personal factors, cultural
factors, and the underlying psychological factors.
Keywords : consumer behavior , hijabbers community Semarang
251
membuat
Pendahuluan
banyak
wanita
muslim
untuk
Dewasa ini, fashion memang bukan
mencoba berbagai model busana muslim dan
hal yang tidak wajar untuk digandrungi
jilbab yang sekarang telah menjadi trend . Hal
kaum
beberapa
ini menjadikan wanita berhijab tidak akan
diantaranya beranggapan bahwa salah satu
merasa bosan dan kehabisan ide untuk
cara agar diakui dalam pergaulan adalah
berbusana muslimah.
perempuan,
karena
dengan mengikuti fashion yang sedang
trend
Sebagai fashion, jilbab berkembang
saat ini, ada juga yang mengikuti
mengikuti model dan gaya terkini. Berbagai
trend fashion karena merasa, semakin up to
model seperti abaya, gamis, kaftan, blus,
date fashion yang dikenakannya, maka
kemeja, dan batik yang selalu hadir dengan
semakin cantik penampilannya. Saat ini
gaya modern. Variasi dengan gaya feminim,
banyak orang khususnya wanita, berlomba-
elegan, glamor, santai, simpel atau trendi
lomba
sehingga
dapat dipilih sesuai konteks dan kesukaan dari
menimbulkan perasaan selalu tidak puas.
hijabbers. Penggunaan bahan kain seperti
Hardipranata, (1997: 6) mengamati bahwa
sifon, tile, sutra, katun, kaos, dan lain-lain bisa
wanita mempunyai kecenderungan lebih
membantu hijabbers agar terlihat sangat trendi
besar
dan
mempercantik
untuk
dirinya
berperilaku
konsumtif
dibandingkan pria.
lebih
berwarna.
Kepintaran
dalam
mengkreasikan jilbab seperti membuat jilbab
Seperti halnya dengan
fashion
berlapis atau dengan menggunakan bandana
busana muslim saat ini yang sedang trend
serta mengkombinasikan jilbab dengan jenis
dimasyarakat, dengan banyaknya model
pakaian lain, seperti corak yang berwarna agar
busana muslim dan jilbab yang kian
hijabbers
beragam, sudah menjadi trend di kalangan
model-model busana hijab yang semakin
wanita
banyak, muncul suatu komunitas baru dalam
muslimah
jaman
sekarang.
Munculnya perancang busana muslimah,
membuat model busana muslim dan jilbab
semakin
menarik
dan
digemari
oleh
terlihat
tampil
modis.
Adanya
masyarakat, yaitu komunitas Hijabbers.
Munculnya
membuat trend
komunitas
hijabbers
berbusana tersendiri yang
sebagian besar masyarakat. Seperti yang
akhirnya
diketahui
busana
berbusana para muslimah pun kini menjadi
muslim dan jilbab selalu monoton, tetapi
makin modis dan gaya, dibandingkan beberapa
tidak untuk sekarang. Model busana muslim
tahun kebelakang. Sebut saja Dian Pelangi,
dan jilbab sekarang semakin modern dan
seorang desainer muda asal Jakarta, bersama
tidak monoton seperti yang dulu, sehingga
rekan-rekannya membentuk sebuah komunitas
dulu,
bahwa
model
menjadi
sangat
menarik.
Era
252
hijab yang berfokus pada syiar melalui
orang. Kebanyakan anggota dari hijabbers
cara-cara yang lebih modern, bergaya khas
community Semarang adalah mahasiswa dan
anak muda, namun tetap patuh pada kaidah.
pelajar, dan setiap sebulan sekali mereka
Tak terlalu sulit bagi Dian Pelangi dan
mengadakan pengajian.
kawan-kawan untuk membangun image
Perilaku konsumtif sebagai sebuah
komunitas ini mengingat Dian Pelangi
gaya hidup menjadi pola kehidupan yang serba
merupakan
fashion
berlebihan. Barang yang kurang produktif dan
designer muda sekaligus pemilik Butik
mahal harganya telah menjadi sebuah simbol
Dian Pelangi. Tepatnya pada Maret 2011,
dan tanda untuk sebuah pengakuan jati diri,
komunitas ini diluncurkan.
Hijabbers
juga bagi sebuah status sosial. Keputusannya
Community ini kemudian tumbuh sebagai
bersifat kurang rasional, bersifat emotif dan
satu komunitas fashion style dalam hal
cenderung dilakukan karena “rayuan” teman-
jilbab/hijab,
teman atau kelompoknya. Lina & Rasyid
komunitas
seorang
yang
jilbab
muslim
merupakan
satu
kontemporer
yang
(dalam
Fardhani
dan
2013:
mengatakan
dengan pakaian atau jilbab yang penuh gaya
mengikuti dorongan-dorongan keinginan untuk
dan tidak biasa. Komunitas ini kemudian
memiliki
berkembang dengan nilai-nilai, identitas,
kebutuhan itulah yang disebut sebagai perilaku
dan aktivitas yang berbeda. Sekarang, ada
konsumtif. Sementara itu, Loundon dan Bitta
banyak wanita yang semakin tertarik dan
(dalam Bilson, 2000: 2) menekankan perilaku
ingin bergabung dalam komunitas ini
konsumtif sebagai suatu proses pengambilan
(Hardiyanti, 2012).
keputusan.
Hijabbers
dan
pembelian
01)
berisikan wanita-wanita muslimah cantik
Perkembangan
bahwa,
Izzati,
bukan
Mereka
karena
didasarkan
mengatakan
pada
bahwa
perilaku konsumtif adalah proses pengambilan
Community sangat cepat, dengan adanya
keputusan
Hijabbers Community yang dibentuk oleh
individu untuk mengevaluasi, memperoleh,
desainer muda Dian Pelangi di Jakarta
menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.
langsung
diikuti
Sumartono (dalam Fardhani dan Izzati, 2013:
berbagai
hijabbers community lainnya
dengan
munculnya
10)
juga
yang
mensyaratkan
menambahkan
bahwa
aktivitas
perilaku
diberbagai kota besar, salah satunya di kota
konsumtif ditandai dengan adanya kehidupan
Semarang. Komunitas Hijabbers Semarang
mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal
di bentuk oleh salah satu mahasiswa Fisip
yang dianggap paling mahal yang memberikan
Undip sekitar awal tahun 2011, yang
kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-
sekarang beranggotakan lebih dari 250
besarnya serta adanya pola hidup manusia
253
yang dikendalikan dan didorong oleh semua
dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber
keinginan
lainnya, (Mangkunegara, 2002 : 4).
untuk
memenuhi
hasrat
kesenangan semata-mata.
Komunitas Hijabbers
Kata “konsumtif” sering diartikan
sama
dengan
berbagai macam gaya unik yang ahkirnya
“konsumerisme”.
banyak kaum hawa terinspirasi oleh adanya
Padahal kata yang terahkir ini mengacu
komunitas hijabbers ini dan ahkirnya mereka
pada segala sesuatu yang berhubungan
memutuskan
dengan konsumen. Konsumtif lebih khusus
komunitas hijabbers. Adanya berbagai macam
menjelaskan
keinginan
untuk
gaya berbusana dan berjilbab, begitu juga
mengkonsumsi
barang-barang
yang
butik-butik yang menyediakan busana hijab
secara
modern akan menyebabkan para anggota dari
sebenarnya
kata
hadir dengan
kurang
diperlukan
untuk
bergabung
berlebihan untuk mencapai kepuasan yang
komunitas
maksimal (Tambunan, 2001).
membeli apa yang sedang menjadi trend saat
Simamora
(2004:3)
hijabbers
ini
selalu
dalam
berusaha
mengatakan
itu juga. Akhirnya memunculkan perilaku yang
bahwa perilaku konsumtif yaitu suatu
berlebihan dalam membeli suatu produk
proses keputusan sebelum pembelian serta
dengan alasan agar tidak ketinggalan jaman.
tindakan dalam memperoleh, memakai,
Padahal
Jilbab
pada
masa
Nabi
mengkonsumsi dan menghabiskan produk.
Muhammad SAW ialah pakaian luar yang
Penyebab
adalah
menutupi segenap anggota badan dari kepala
sosial
hingga kaki perempuan dewasa. Terbuat dari
perilaku
konsumtif
semakin
membaiknya
ekonomi
sebagai
membanjirnya
barang-barang
efektifnya
sarana
keadaan
masyarakat,
periklanan
kain
dengan
potongan
sederhana.
Serta
produksi,
diupayakan untuk tidak berlebihan dalam
termasuk
memakai
aksesoris
atau
perhiasan
yang
didalamnya media massa berkembangnya
mengundang perhatian orang lain. Pengaturan
gaya hidup, mode, masih tebalnya sikap
Allah ada dalam segala hal, termasuk cara
gengsi dalam suatu komunitas dan status
berpakaian bagi kaum wanita.
sosial. Perilaku konsumen adalah tindakantindakan, proses, dan hubungan sosial yang
dilakukan
organisasi
individu,
dalam
kelompok,
dan
mendapatkan,
menggunakan suatu produk atau lainnya
sebagai suatu akibat dari pengalamannya
”hai nabi, katakanlah kepada istriistrimu, anak-anak perempuanmu, dan
istri-istri orang mukmin,’ hendaklah
mereka mengulurkan hijabnya ke
seluruh tubuh mereka, ‘ hal itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal dan
karena itu mereka tidak diganggu”,
(QS. Al- ahzab, 33;59).
254
Berhijab pun harus sesuai dengan
yang penulis lakukan dalam acara pengajian
syariat Islam, yaitu menutup dada, tidak
bulanan
ketat, tidak transparan dan ciput untuk
hijabbers Semarang.
kerudung tidak terlalu tinggi, serta assesoris
TINJAUAN PUSTAKA
yang
Perilaku Konsumtif
digunakan
Sesungguhnya
tidak
Allah
berlebihan.
tidak
menyukai
sesuatu yang berlebihan.
kini, persepsi jilbab itu sendiri tidak lagi
Komunitas
memperkenalkan
gaya
Arti
adalah
“hai anak Adam, sesungguhnya
kami telah menurunkan kepadamu
pakaian
yang
indah
untuk
perhiasan, dan pakaian taqwa
itulah yang paling baik, yang
demikian adalah bagian dari tanda
kekuasaan Allah, agar mereka
selalu ingat” (QS. Al- a’raf, 7;26)
Seiring
pada perkembangannya
sederhana.
yang dilakukan
Hijabbers
terbaru
yang
selanjutnya untuk mengubah pola pikir
perempuan berjilbab bahwa merekapun
mampu tampil modis dan stylish dan
menjadi tidak sesederhana lagi seperti
konsep sebelumnya.
Menggunakan jilbab yang harusnya
didasari dengan syariat Islam yang telah
ditentukan dan tidak secara berlebihan,
menjadi sangat berbeda di jaman sekarang.
Hadirnya sebuah komunitas hijabbers yang
menggunakan fashion hijab yang lebih
modern membuat para anggota hijabbers
ini mengikuti gaya-gaya yang bermunculan
sehingga menimbulkan adanya perilaku
konsumtif di diri penguna hijab atau yang
sering disebut dengan hijabbers. Hal ini
dikuatkan dengan observasi dan wawancara
kata
boros
mengkonsumsi
oleh
konsumtif
atau
komunitas
(consumtive)
perilaku
barang
atau
jasa
yang
secara
berlebihan. Dalam arti luas konsumtif adalah
berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang
lebih
mendahulukan
keinginan
daripada
kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau
juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang
bermewah-
mewah
(Albarry,
1994).
Machfoedz (2005: 37) mengatakan bahwa
perilaku konsumtif adalah tindakan yang
dilakukan seseorang dalam pembelian dan
pemanfaatan suatu produk.
Loudon
dan
Bitta
(dalam
Mangkunegara 1998: 3) mengatakan bahwa
perilaku
konsumtif
didefinisikan
sebagai
proses pengambilan keputusan dan aktivitas
individu secara fisik yang dilibatkan dalam
mengevaluasi,
memperoleh,
menggunakan
atau dapat mempergunakan barang-barang dan
jasa. Perilaku konsumtif mempelajari cara
individu, kelompok, dan organisasi memilih,
membeli,
memakai,
serta
memanfaatkan
barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam
rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat
mereka (Kotler, 2005: 201).
Engel, (1995: 3) mengemukakan bahwa
perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai
255
tindakan-tindakan individu yang secara
didasarkan
langsung terlibat dalam usaha memperoleh
memuaskan kebutuhan semata.
dan
Engel, (1955: 37) mengatakan bahwa aspek
menggunakan
barang-barang
jasa
pada
pengalaman
ekonomis termasuk proses pengambilan
dari perilaku konsumtif adalah:
keputusan yang medahului dan menentukan
a. Pembelian Berlebihan
tindakan-
tindakan
tersebut.
untuk
Menurut
Perilaku yang dilakukan oleh konsumen
Mowen (2001: 6) perilaku konsumtif
dalam mencukupi kebutuhan secara berlebih
didefinisikan sebagai studi tentang unit
hanya untuk mencapai faktor keinginan atau
pembelian dan proses pertukaran yang
keputusan saja, seperti: motivasi dan harga diri
melibatkan
pada konsumen atau hanya konsumen membeli
perolehan,
konsumsi,
dan
pembuangan barang, jasa, pengalaman serta
karena adanya potongan harga.
ide-ide.
b. Pembelian Berulang-ulang
Sumarwan (2004: 26) mengatakan
Perilaku konsumen dimana pembelian
bahwa perilaku konsumtif pada hakikatnya
mensyaratkan
untuk memahami “why do consummer what
karena kekecewaan dengan alternatif yang
they do”, bahwa perilaku konsumtif adalah
dibeli sebelumnya, seperti: perilaku membeli
semua kegiatan, tindakan serta proses
untuk
psikologis
memberikan
tersebut
pada
membeli,
produk
yang
saat
jasa.
perilaku
tindakan
membeli,
menggunakan,
dan
(2002:3)
mendorong
ketika
menghabiskan
Menurut
Amirullah
mengurangi
kepuasan
yang
berlanjut
ketidakcocokan,
pada
konsumen,
pengamatan dari proses belajar, keputusan
dalam membeli barang.
c. Pembelian berdasarkan kebiasaan
adalah
Pembelian dilakukan berdasarkan pada
sejumlah tindakan nyata individu yang
loyalitas merk dan kebiasaan yang didasarkan
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan dan faktor
pada motivasi yang menyebabkan pengambilan
luar lainnya yang mengarahkan mereka
keputusan, yang disebabkan tidak adanya
untuk
insentif
memilih
konsumtif
pemecahan
dan
mempergunakan
barang-barang yang diinginkannya.
yang
memadai
mempertimbangkan merk alternatif lainnya,
Berdasarkan uraian di atas dapat
seperti: loyalitas merk, produk-produk yang
disimpulkan bahwa perilaku konsumtif
sering dibeli, harga yang lebih rendah.
adalah tindakan individu yang dipengaruhi
d. Pembelian karena impulsif ( tiba-tiba)
oleh faktor sosial dan faktor psikologis
dalam
usaha
memperoleh
menggunakan barang serta
jasa
untuk
Pembelian yang dilakukan secara tiba-
dan
tiba yang dicetuskan oleh peragaan produk
yang
atau promosi di tempat jualan, seperti :
256
pengaruh
iklan
melalui
media
cetak
yang juga merupakan anggota dari komunitas
maupun elektronik , pengaruh mode saat
hijabbers (Adlina, 2013).
ini,
Adapun tujuan dari terbentuknya komunitas
pengaruh
tersebut,
tampilan
peragaan
atau
fisik
produk
promosi,
dan
potongan harga.
a. Memberikan informasi akan pentingnya
Menurut Kotler, (2005: 204) faktorfaktor
yang
hijabbers Semarang (Simpang5: 27) :
memengaruhi
perilaku
konsumtif adalah faktor kebudayaan, terdiri
dari budaya dan kelas sosial, faktor sosial
terdiri dari kelompok referensi, keluarga,
peran dan status, faktor pribadi terdiri dari
menutup aurat, menambah pengetahuan,
dan ilmu tentang Islam
b. Memperkenalkan
Hijabers
Semarang
kepada masyarakat umum.
c. Menjadi wadah berkumpul dan berbagi
informasi seputar muslimah dan hijab.
usia, dan tahap siklus hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep
Metode Penelitian
diri, faktor psikologis terdiri dari motivasi,
Berdasarkan pendekatan dan jenis data
persepsi, pembelajaran, keyakinan, dan
yang digunakan, penelitian ini termasuk
sikap
penelitian
adalah
Komunitas Hijabbers Semarang
Komunitas
hijabbers
kualitatif.
penelitian
Penelitian
yang
kualitatif
bertujuan
untuk
memahami fenomena sosial melalui gambaran
Semarang
holistik
dan
memperbanyak
pemahaman
pertama kali dibentuk di Semarang sejak
mendalam (Moleong, 2005: 31). Penelitian ini
awal 2011 yang terispirasi dari komunitas
termasuk penelitian kualitatif dikarenakan
hijabbers Jakarta. Hijabbers Semarang
peneliti ingin mengetahui gambaran mengenai
beranggotakan para remaja muslim yang
perilaku konsumtif pada komunitas hijabbers
sudah
mengenakan jilab maupun yang
Semarang dan faktor yang memengaruhi
masih belajar mengenakan jilbab. Kini
perilaku konsumtif pada anggota hijabbers
anggotanya sudah mencapai lebih dari 1000
Semarang.
orang yang tercatat di media jejaring sosial
Subjek
dalam
penelitian
ini
adalah
seperti twiter dan facebook. Anggota dari
perempuan berjilbab yang mengikuti kegiatan
komunitas hijabbers Semarang ini selalu
yang dilaksanakan oleh komunitas hijabbers
menunjukkan
melalui
Semarang. Dalam hal ini subjek yang dipilih
kegiatan-kegiatan positif sesuai dengan
terlihat lebih modis dengan gaya berbusana
eksistensinya
ajaran Islam yang selalu didukung oleh
pengusaha muda busana muslim modern,
hijab yang modern dibanding dengan lainnya.
Subjek yang akan diambil sebanyak 3 orang,
257
dengan
pertimbangan
khusus
untuk
dan
jasa
yang
mereka
harapkan
akan
mewakili jumlah data yang diperoleh di
memuaskan kebutuhan seseorang (Schiffman
dalam analisis penelitian kualitatif. Dalam
dan Kanuk, 1994: 25). Dalam penelitian ini
penelitian ini teknik pengambilan sampel
perilaku konsumtif sangat berkaitan dengan
menggunakan teknik purposive sampling.
komunitas hijabbers Semarang yang saat ini
Sugiyono, (2011: 85) mengatakan bahwa
komunitas tersebut sedang menjadi
purposive
dikalangan masyarakat Indonesia. Komunitas
sampling
adalah
teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan
hijabbers
adalah
tertentu. Sampel ini lebih cocok digunakan
beranggotakan
untuk penelitian kualitatif.
Komunitas
komunitas
para
tersebut
trend
yang
wanita
berjilbab.
membawa
perubahan
Pada penelitian ini, proses analis
sekaligus pandangan baru mengenai wanita
menggunakan
tematik.
yang menggunakan jilbab. Saat ini fashion
Boyatzis, (dalam Poerwandari, 2011: 173)
jilbab sangat berkembang mengikuti model
mengatakan bahwa analisis tematik adalah
dan gaya terkini. Berbagai model baju muslim
proses yang dapat digunakan dalam hampir
bermunculan ditengah masyarakat seperti,
semua
abaya, gamis, blus, kaftan, dan lainnya.
data
metode
analisis
kualitatif,
dan
Pada
memungkinkan penerjemahan gejala atau
dasarnya
perilaku
konsumtif
informasi kualitatif menjadi data kualitatif
memiliki aspek-aspek, antara lain pembelian
seperlu kebutuhan peneliti. Analisis tematik
berlebihan,
merupakan proses mengkode informasi,
pembelian kebiasaan, dan pembelian secara
yang dapat menghasilkan daftar tema,
tiba-tiba. Subjek mempunyai kebiasaan dalam
model tema atau indikator yang kompleks,
melakukan pembelian, karena label sebagai
kualifikasi yang biasanya terkait dengan
anggota hijabbers membuat para anggota
tema itu. Tema tersebut secara minimal
selalu ingin tampil cantik dalam setiap
dapat
penampilannya.
secara
mendeskripsikan
maksimal
fenomena,
dan
berulang-ulang,
Aspek-aspek perilaku konsumtif seperti
memungkinkan
interpretasi fenomena.
pembelian
pembelian berlebihan dan pembelian kebiasaan
banyak dilakukan oleh para subjek. Hal ini
Pembahasan
dapat dilihat dari perilaku-perilaku yang
dilakukan oleh subjek seperti, ketika para
Perilaku konsumtif diartikan sebagai
perilaku yang diperlihatkan oleh seseorang
dalam mencari, membeli, menggunakan,
subjek
melihat baju disalah satu butik atau
online shop, subjek merasa tertarik dan
akhirnya memutuskan untuk membeli baju
mengevaluasi, dan menghabiskan produk
258
tersebut, padahal sebelumnya subjek baru
diinginkan oleh anggota hijabbers¸dukungan
saja membeli baju hijab disalah satu mall.
dari teman membuat para anggota hijabbers
Anggota hijabbers memiliki selera
lebih percaya dalam pengambilan keputusan
berpakaian masing-masing, ketiga subjek
saat melakukan pembelian karena teman
mempunyai
sebaya
fashion
style
tersendiri,
yang
juga
mengetahui
tentang
sehingga ketiga subjek memiliki butik yang
perkembangan fashion hijab yang sedang
sudah menjadi langganan subjek. Tidak
menjadi bahan perbincangan masyarakat luas.
hanya berdasarkan merk, tetapi masing-
Selain itu, dengan melihat fashion-fashion dari
masing subjek lebih memperhatikan bahan
teman
dari baju tersebut sehingga subjek merasa
hijabbers terinspirasi sehingga ingin membeli
nyaman
Engel
ketika melihat teman menggunakan baju hijab
(1994: 37) mengatakan bahwa pembelian
yang menarik dan sedang trend-nya di
kebiasaan adalah berdasarkan pada loyalitas
masyarakat.
dalam
mengenakannya.
merk. Pada penelitian ini juga terdapat
sebaya
yang
Faktor
membuat
psikologis
anggota
juga
sangat
faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
berpengaruh
konsumtif, salah satunya yang paling
terhadap
berpengaruh adalah faktor sosial. Seperti
Adanya pengaruh faktor sosial tidak lepas dari
halnya yang diungkapkan oleh Kotler
pengaruh
(2011: 203) bahwa perilaku konsumtif
Amirullah, (2002: 03) mengatakan bahwa
adalah tindakan individu yang dipengaruhi
perilaku konsumtif adalah sejumlah tindakan
oleh faktor-faktor sosial dan psikologis
nyata individu yang dipengaruhi oleh faktor
dalam
kejiawaan (psikologis) yang mengarahkan
usaha
menggunakan
memperoleh
barang
dan
jasa
dan
yang
individu
dalam
perilaku
konsumtif
komunitas
hijabbers
Semarang.
faktor
tersebut
psikologis
untuk
didalamnya.
memilih
didasarkan pada pengalaman dalam rangka
mempergunakan
memuaskan kebutuhan. Pada penelitian ini
diinginkannya.
faktor sosial seperti teman sebaya dan
motivasi membeli dan persepsi terhadap
kelompok referensi atau konformitas sangat
fashion hijab yang sedang menjadi trend
berpengaruh terhadap perilaku konsumtif
menjdi
anggota komunitas hijabbers Semarang.
berpengaruh
Pengaruh faktor sosial lainnya adalah faktor
anggota komunitas hijabbers Semarang.
teman sebaya dan keluarga, secara umum
salah
barang-barang
dan
Secara
satu
terhadap
yang
psikologis,
faktor
yang
perilaku
seperti
mampu
konsumtif
Dari hal diatas, oleh karena itu anggota
teman sebaya merupakan faktor pengaruh
hijabbers
harus
lebih
mampu
pertama dalam setiap pembelian yang
mempertimbangkan dalam berbagai hal dalam
259
melakukan pembelian agar tidak terkesan
jilbab yang sedang menjadi trend, tidak peduli
boros dan dipandang oleh masyarakat
meskipun subjek sudah mempunyai ketika ada
sebagai komunitas hijabbers yang tidak
baju yang keluar dengan model terbaru subjek
glamour.
langsung ingin membelinya.
Selama
ini
kebanyakan
masyarakat yang tidak tahu mengenai
informasi
komunitas
hijabbers
hanya
memandang komunitas hijabbers sebagai
2. Faktor-faktor
perilaku
yang
konsumtif
memengaruhi
pada
anggota
komunitas hijabbers Semarang
komunitas yang hanya mementingkan soal
Faktor-
faktor
yang
memengaruhi
fashion yang bermewah-mewahan. Menurut
perilaku konsumtif pada komunitas hijabbers
anggota
sendiri,
Semarang, antara lain faktor sosial, pribadi,
fashion bagi komunitas hijabbers hanyalah
kebudayaan, dan psikologis. Masing-masing
sebuah
faktor seperti sosial, pribadi, kebudayaan, dan
komunitas
hijabbers
pendukung,
hijabbers
ketika
mampu
komunitas
menciptakan
karya
psikologis
sangat
berpengaruh
konsumtif
anggota
terhadap
berbusana muslim yang baik, modis, tanpa
perilaku
meninggakan syariat Islam diharapkan bisa
hijabbers Semarang. Faktor-faktor tersebut
menginspirasi
memiliki pengaruh tersendiri bagi setiap
para
wanita
untuk
yang dilakukan
komunitas
menggunakan jilbab, karena dengan melihat
pembelian
komunitas hijabbers Semarang. Berhijab
komunitas hijabbers Semarang pada setiap
secara syariat Islam tetapi tidak terkesan
barang
kuno.
sehingga
atau
produk
mampu
yang
oleh anggota
diinginkannya
menonjolkan
perilaku
konsumtifnya. Terutama adalah faktor sosial
seperti dukungan teman sebaga dan kelompok
Penutup
referensi.
Simpulan
Daftar Pustaka
1. Gambaran perilaku konsumtif pada
anggota
komunitas
hijabbers
Amirullah. 2002.
Perilaku
Yogyakarta: Graha Ilmu
Konsumen.
Semarang
Perilaku konsumtif yang ditunjukan
subjek sebagai anggota komunitas hijabbers
Semarang pada dasarnya memiliki berbagai
aspek pembelian secara berlebihan dan
pembelian
secara
tiba-tiba.
Pembelian
Engel, J, F dan Blacwell, R,D. 1994. Perilaku
Konsumen Jilid 1. Alih Bahasa
F
X. Budiyanto. Jakarta: Binarupa
Aksara
Kotler, P. 2011. Manajemen Pemasaran jilid 1.
Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia
secara berlebihan dilakukan subjek karena
keinginan subjek ketika melihat baju atau
260
2005. Manajemen Pemasaran jilid
1. Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia
Kusumawardhani, R, D. 2012. Evektivitas
Strategi Komunitas Hijabbers
Semarang
Terhadap
Sikap
Mahasiswi Fisip Undip Untuk
Menggunakan Jilbab.Universitas
Diponegoro
Machfoedz,
M.
2005.
Pengantar
Pemasaran Modern. Yogyakarta:
Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN
Moleong, L. 2011. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Poerwandari, K. 2011.
Pendekatan
Kualitatif
Untuk
Penelitian
Perilaku
Manusia.
Depok:
Lembaga Pengembangan Sarana
Pengukuran
dan
Pendidikan
Psikologi Universitas Indonesia
Simamora, B. 2004. Panduan Riset
Perilaku Konsumen. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Sudiantoro, 2003. Hedonisme, gaya hidup
konsumtif mencari bentuk. Jurnal
psikodimensia. Volume 3
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen:
Teori dan Penerapannya Dalam
Pemasaran. Bogor Selatan: Ghalia
Indonesia
Tambunan, R. 2001. Remaja dan Perilaku
Konsumtif. Jakarta: artikel
261
Download