PERILAKU KONSUMTIF PADA ANGGOTA KOMUNITAS HIJABBERS SEMARANG ANGGI MEILA SARI Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang perilaku konsumtif dan faktor yang memengaruhi perilaku konsumtif anggota komunitas hijabbers Semarang. Metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Subyek dalam penelitian ini adalah anggota dari komunitas hijabbers Semarang yang merupakan anggota aktif dalam komunitas tersebut dan yang selalu mengikuti acara-acara dari komunitas hijabbers Semarang yang berjumlah tiga orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku konsumtif yang ditunjukakan subjek sebagai anggota komunitas hijabbers Semarang pada dasarnya memiliki aspek-aspek pembelian berlebihan dan pembelian secara tiba-tiba. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumtif pada anggota komunitas hijabbers Semarang, antara lain faktor sosial, faktor pribadi, faktor kebudayaan, dan faktor psikologis yang mendasarinya. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh besar terhadap perilaku konsumtif pada anggota komunitas hijabbers Semarang. Kata Kunci : perilaku konsumtif, komunitas hijabbers Semarang CONSUMER BEHAVIOR OF THE HIJABBERS COMUNNITY SEMARANG ANGGI MEILA SARI Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRACT This study uses a qualitative method , which aims to find a picture of consumer behavior and the factors that influence consumer behavior hijabbers community Semarang members . The methods used were interviews and observation . The subjects in this study were hijabbers community Semarang is an active member in the community and are always followed events from hijabbers community Semarang that numbered three . The informant research is the subject closest friends and community committees and as many as three people hijabbers Semarang . The results showed that consumer behavior is subject indicated as hijabbers community Semarang members has basically redundant aspects of purchase and the purchase of a sudden . The factors that influence consumer behavior in Semarang hijabbers community members , among other social factors, namely peers, reference groups, and family, personal factors, cultural factors, and the underlying psychological factors. Keywords : consumer behavior , hijabbers community Semarang 251 membuat Pendahuluan banyak wanita muslim untuk Dewasa ini, fashion memang bukan mencoba berbagai model busana muslim dan hal yang tidak wajar untuk digandrungi jilbab yang sekarang telah menjadi trend . Hal kaum beberapa ini menjadikan wanita berhijab tidak akan diantaranya beranggapan bahwa salah satu merasa bosan dan kehabisan ide untuk cara agar diakui dalam pergaulan adalah berbusana muslimah. perempuan, karena dengan mengikuti fashion yang sedang trend Sebagai fashion, jilbab berkembang saat ini, ada juga yang mengikuti mengikuti model dan gaya terkini. Berbagai trend fashion karena merasa, semakin up to model seperti abaya, gamis, kaftan, blus, date fashion yang dikenakannya, maka kemeja, dan batik yang selalu hadir dengan semakin cantik penampilannya. Saat ini gaya modern. Variasi dengan gaya feminim, banyak orang khususnya wanita, berlomba- elegan, glamor, santai, simpel atau trendi lomba sehingga dapat dipilih sesuai konteks dan kesukaan dari menimbulkan perasaan selalu tidak puas. hijabbers. Penggunaan bahan kain seperti Hardipranata, (1997: 6) mengamati bahwa sifon, tile, sutra, katun, kaos, dan lain-lain bisa wanita mempunyai kecenderungan lebih membantu hijabbers agar terlihat sangat trendi besar dan mempercantik untuk dirinya berperilaku konsumtif dibandingkan pria. lebih berwarna. Kepintaran dalam mengkreasikan jilbab seperti membuat jilbab Seperti halnya dengan fashion berlapis atau dengan menggunakan bandana busana muslim saat ini yang sedang trend serta mengkombinasikan jilbab dengan jenis dimasyarakat, dengan banyaknya model pakaian lain, seperti corak yang berwarna agar busana muslim dan jilbab yang kian hijabbers beragam, sudah menjadi trend di kalangan model-model busana hijab yang semakin wanita banyak, muncul suatu komunitas baru dalam muslimah jaman sekarang. Munculnya perancang busana muslimah, membuat model busana muslim dan jilbab semakin menarik dan digemari oleh terlihat tampil modis. Adanya masyarakat, yaitu komunitas Hijabbers. Munculnya membuat trend komunitas hijabbers berbusana tersendiri yang sebagian besar masyarakat. Seperti yang akhirnya diketahui busana berbusana para muslimah pun kini menjadi muslim dan jilbab selalu monoton, tetapi makin modis dan gaya, dibandingkan beberapa tidak untuk sekarang. Model busana muslim tahun kebelakang. Sebut saja Dian Pelangi, dan jilbab sekarang semakin modern dan seorang desainer muda asal Jakarta, bersama tidak monoton seperti yang dulu, sehingga rekan-rekannya membentuk sebuah komunitas dulu, bahwa model menjadi sangat menarik. Era 252 hijab yang berfokus pada syiar melalui orang. Kebanyakan anggota dari hijabbers cara-cara yang lebih modern, bergaya khas community Semarang adalah mahasiswa dan anak muda, namun tetap patuh pada kaidah. pelajar, dan setiap sebulan sekali mereka Tak terlalu sulit bagi Dian Pelangi dan mengadakan pengajian. kawan-kawan untuk membangun image Perilaku konsumtif sebagai sebuah komunitas ini mengingat Dian Pelangi gaya hidup menjadi pola kehidupan yang serba merupakan fashion berlebihan. Barang yang kurang produktif dan designer muda sekaligus pemilik Butik mahal harganya telah menjadi sebuah simbol Dian Pelangi. Tepatnya pada Maret 2011, dan tanda untuk sebuah pengakuan jati diri, komunitas ini diluncurkan. Hijabbers juga bagi sebuah status sosial. Keputusannya Community ini kemudian tumbuh sebagai bersifat kurang rasional, bersifat emotif dan satu komunitas fashion style dalam hal cenderung dilakukan karena “rayuan” teman- jilbab/hijab, teman atau kelompoknya. Lina & Rasyid komunitas seorang yang jilbab muslim merupakan satu kontemporer yang (dalam Fardhani dan 2013: mengatakan dengan pakaian atau jilbab yang penuh gaya mengikuti dorongan-dorongan keinginan untuk dan tidak biasa. Komunitas ini kemudian memiliki berkembang dengan nilai-nilai, identitas, kebutuhan itulah yang disebut sebagai perilaku dan aktivitas yang berbeda. Sekarang, ada konsumtif. Sementara itu, Loundon dan Bitta banyak wanita yang semakin tertarik dan (dalam Bilson, 2000: 2) menekankan perilaku ingin bergabung dalam komunitas ini konsumtif sebagai suatu proses pengambilan (Hardiyanti, 2012). keputusan. Hijabbers dan pembelian 01) berisikan wanita-wanita muslimah cantik Perkembangan bahwa, Izzati, bukan Mereka karena didasarkan mengatakan pada bahwa perilaku konsumtif adalah proses pengambilan Community sangat cepat, dengan adanya keputusan Hijabbers Community yang dibentuk oleh individu untuk mengevaluasi, memperoleh, desainer muda Dian Pelangi di Jakarta menggunakan, atau mengatur barang dan jasa. langsung diikuti Sumartono (dalam Fardhani dan Izzati, 2013: berbagai hijabbers community lainnya dengan munculnya 10) juga yang mensyaratkan menambahkan bahwa aktivitas perilaku diberbagai kota besar, salah satunya di kota konsumtif ditandai dengan adanya kehidupan Semarang. Komunitas Hijabbers Semarang mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal di bentuk oleh salah satu mahasiswa Fisip yang dianggap paling mahal yang memberikan Undip sekitar awal tahun 2011, yang kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar- sekarang beranggotakan lebih dari 250 besarnya serta adanya pola hidup manusia 253 yang dikendalikan dan didorong oleh semua dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber keinginan lainnya, (Mangkunegara, 2002 : 4). untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata. Komunitas Hijabbers Kata “konsumtif” sering diartikan sama dengan berbagai macam gaya unik yang ahkirnya “konsumerisme”. banyak kaum hawa terinspirasi oleh adanya Padahal kata yang terahkir ini mengacu komunitas hijabbers ini dan ahkirnya mereka pada segala sesuatu yang berhubungan memutuskan dengan konsumen. Konsumtif lebih khusus komunitas hijabbers. Adanya berbagai macam menjelaskan keinginan untuk gaya berbusana dan berjilbab, begitu juga mengkonsumsi barang-barang yang butik-butik yang menyediakan busana hijab secara modern akan menyebabkan para anggota dari sebenarnya kata hadir dengan kurang diperlukan untuk bergabung berlebihan untuk mencapai kepuasan yang komunitas maksimal (Tambunan, 2001). membeli apa yang sedang menjadi trend saat Simamora (2004:3) hijabbers ini selalu dalam berusaha mengatakan itu juga. Akhirnya memunculkan perilaku yang bahwa perilaku konsumtif yaitu suatu berlebihan dalam membeli suatu produk proses keputusan sebelum pembelian serta dengan alasan agar tidak ketinggalan jaman. tindakan dalam memperoleh, memakai, Padahal Jilbab pada masa Nabi mengkonsumsi dan menghabiskan produk. Muhammad SAW ialah pakaian luar yang Penyebab adalah menutupi segenap anggota badan dari kepala sosial hingga kaki perempuan dewasa. Terbuat dari perilaku konsumtif semakin membaiknya ekonomi sebagai membanjirnya barang-barang efektifnya sarana keadaan masyarakat, periklanan kain dengan potongan sederhana. Serta produksi, diupayakan untuk tidak berlebihan dalam termasuk memakai aksesoris atau perhiasan yang didalamnya media massa berkembangnya mengundang perhatian orang lain. Pengaturan gaya hidup, mode, masih tebalnya sikap Allah ada dalam segala hal, termasuk cara gengsi dalam suatu komunitas dan status berpakaian bagi kaum wanita. sosial. Perilaku konsumen adalah tindakantindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan organisasi individu, dalam kelompok, dan mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya ”hai nabi, katakanlah kepada istriistrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin,’ hendaklah mereka mengulurkan hijabnya ke seluruh tubuh mereka, ‘ hal itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan karena itu mereka tidak diganggu”, (QS. Al- ahzab, 33;59). 254 Berhijab pun harus sesuai dengan yang penulis lakukan dalam acara pengajian syariat Islam, yaitu menutup dada, tidak bulanan ketat, tidak transparan dan ciput untuk hijabbers Semarang. kerudung tidak terlalu tinggi, serta assesoris TINJAUAN PUSTAKA yang Perilaku Konsumtif digunakan Sesungguhnya tidak Allah berlebihan. tidak menyukai sesuatu yang berlebihan. kini, persepsi jilbab itu sendiri tidak lagi Komunitas memperkenalkan gaya Arti adalah “hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian yang indah untuk perhiasan, dan pakaian taqwa itulah yang paling baik, yang demikian adalah bagian dari tanda kekuasaan Allah, agar mereka selalu ingat” (QS. Al- a’raf, 7;26) Seiring pada perkembangannya sederhana. yang dilakukan Hijabbers terbaru yang selanjutnya untuk mengubah pola pikir perempuan berjilbab bahwa merekapun mampu tampil modis dan stylish dan menjadi tidak sesederhana lagi seperti konsep sebelumnya. Menggunakan jilbab yang harusnya didasari dengan syariat Islam yang telah ditentukan dan tidak secara berlebihan, menjadi sangat berbeda di jaman sekarang. Hadirnya sebuah komunitas hijabbers yang menggunakan fashion hijab yang lebih modern membuat para anggota hijabbers ini mengikuti gaya-gaya yang bermunculan sehingga menimbulkan adanya perilaku konsumtif di diri penguna hijab atau yang sering disebut dengan hijabbers. Hal ini dikuatkan dengan observasi dan wawancara kata boros mengkonsumsi oleh konsumtif atau komunitas (consumtive) perilaku barang atau jasa yang secara berlebihan. Dalam arti luas konsumtif adalah berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah- mewah (Albarry, 1994). Machfoedz (2005: 37) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam pembelian dan pemanfaatan suatu produk. Loudon dan Bitta (dalam Mangkunegara 1998: 3) mengatakan bahwa perilaku konsumtif didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa. Perilaku konsumtif mempelajari cara individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka (Kotler, 2005: 201). Engel, (1995: 3) mengemukakan bahwa perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai 255 tindakan-tindakan individu yang secara didasarkan langsung terlibat dalam usaha memperoleh memuaskan kebutuhan semata. dan Engel, (1955: 37) mengatakan bahwa aspek menggunakan barang-barang jasa pada pengalaman ekonomis termasuk proses pengambilan dari perilaku konsumtif adalah: keputusan yang medahului dan menentukan a. Pembelian Berlebihan tindakan- tindakan tersebut. untuk Menurut Perilaku yang dilakukan oleh konsumen Mowen (2001: 6) perilaku konsumtif dalam mencukupi kebutuhan secara berlebih didefinisikan sebagai studi tentang unit hanya untuk mencapai faktor keinginan atau pembelian dan proses pertukaran yang keputusan saja, seperti: motivasi dan harga diri melibatkan pada konsumen atau hanya konsumen membeli perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta karena adanya potongan harga. ide-ide. b. Pembelian Berulang-ulang Sumarwan (2004: 26) mengatakan Perilaku konsumen dimana pembelian bahwa perilaku konsumtif pada hakikatnya mensyaratkan untuk memahami “why do consummer what karena kekecewaan dengan alternatif yang they do”, bahwa perilaku konsumtif adalah dibeli sebelumnya, seperti: perilaku membeli semua kegiatan, tindakan serta proses untuk psikologis memberikan tersebut pada membeli, produk yang saat jasa. perilaku tindakan membeli, menggunakan, dan (2002:3) mendorong ketika menghabiskan Menurut Amirullah mengurangi kepuasan yang berlanjut ketidakcocokan, pada konsumen, pengamatan dari proses belajar, keputusan dalam membeli barang. c. Pembelian berdasarkan kebiasaan adalah Pembelian dilakukan berdasarkan pada sejumlah tindakan nyata individu yang loyalitas merk dan kebiasaan yang didasarkan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan dan faktor pada motivasi yang menyebabkan pengambilan luar lainnya yang mengarahkan mereka keputusan, yang disebabkan tidak adanya untuk insentif memilih konsumtif pemecahan dan mempergunakan barang-barang yang diinginkannya. yang memadai mempertimbangkan merk alternatif lainnya, Berdasarkan uraian di atas dapat seperti: loyalitas merk, produk-produk yang disimpulkan bahwa perilaku konsumtif sering dibeli, harga yang lebih rendah. adalah tindakan individu yang dipengaruhi d. Pembelian karena impulsif ( tiba-tiba) oleh faktor sosial dan faktor psikologis dalam usaha memperoleh menggunakan barang serta jasa untuk Pembelian yang dilakukan secara tiba- dan tiba yang dicetuskan oleh peragaan produk yang atau promosi di tempat jualan, seperti : 256 pengaruh iklan melalui media cetak yang juga merupakan anggota dari komunitas maupun elektronik , pengaruh mode saat hijabbers (Adlina, 2013). ini, Adapun tujuan dari terbentuknya komunitas pengaruh tersebut, tampilan peragaan atau fisik produk promosi, dan potongan harga. a. Memberikan informasi akan pentingnya Menurut Kotler, (2005: 204) faktorfaktor yang hijabbers Semarang (Simpang5: 27) : memengaruhi perilaku konsumtif adalah faktor kebudayaan, terdiri dari budaya dan kelas sosial, faktor sosial terdiri dari kelompok referensi, keluarga, peran dan status, faktor pribadi terdiri dari menutup aurat, menambah pengetahuan, dan ilmu tentang Islam b. Memperkenalkan Hijabers Semarang kepada masyarakat umum. c. Menjadi wadah berkumpul dan berbagi informasi seputar muslimah dan hijab. usia, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep Metode Penelitian diri, faktor psikologis terdiri dari motivasi, Berdasarkan pendekatan dan jenis data persepsi, pembelajaran, keyakinan, dan yang digunakan, penelitian ini termasuk sikap penelitian adalah Komunitas Hijabbers Semarang Komunitas hijabbers kualitatif. penelitian Penelitian yang kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosial melalui gambaran Semarang holistik dan memperbanyak pemahaman pertama kali dibentuk di Semarang sejak mendalam (Moleong, 2005: 31). Penelitian ini awal 2011 yang terispirasi dari komunitas termasuk penelitian kualitatif dikarenakan hijabbers Jakarta. Hijabbers Semarang peneliti ingin mengetahui gambaran mengenai beranggotakan para remaja muslim yang perilaku konsumtif pada komunitas hijabbers sudah mengenakan jilab maupun yang Semarang dan faktor yang memengaruhi masih belajar mengenakan jilbab. Kini perilaku konsumtif pada anggota hijabbers anggotanya sudah mencapai lebih dari 1000 Semarang. orang yang tercatat di media jejaring sosial Subjek dalam penelitian ini adalah seperti twiter dan facebook. Anggota dari perempuan berjilbab yang mengikuti kegiatan komunitas hijabbers Semarang ini selalu yang dilaksanakan oleh komunitas hijabbers menunjukkan melalui Semarang. Dalam hal ini subjek yang dipilih kegiatan-kegiatan positif sesuai dengan terlihat lebih modis dengan gaya berbusana eksistensinya ajaran Islam yang selalu didukung oleh pengusaha muda busana muslim modern, hijab yang modern dibanding dengan lainnya. Subjek yang akan diambil sebanyak 3 orang, 257 dengan pertimbangan khusus untuk dan jasa yang mereka harapkan akan mewakili jumlah data yang diperoleh di memuaskan kebutuhan seseorang (Schiffman dalam analisis penelitian kualitatif. Dalam dan Kanuk, 1994: 25). Dalam penelitian ini penelitian ini teknik pengambilan sampel perilaku konsumtif sangat berkaitan dengan menggunakan teknik purposive sampling. komunitas hijabbers Semarang yang saat ini Sugiyono, (2011: 85) mengatakan bahwa komunitas tersebut sedang menjadi purposive dikalangan masyarakat Indonesia. Komunitas sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan hijabbers adalah tertentu. Sampel ini lebih cocok digunakan beranggotakan untuk penelitian kualitatif. Komunitas komunitas para tersebut trend yang wanita berjilbab. membawa perubahan Pada penelitian ini, proses analis sekaligus pandangan baru mengenai wanita menggunakan tematik. yang menggunakan jilbab. Saat ini fashion Boyatzis, (dalam Poerwandari, 2011: 173) jilbab sangat berkembang mengikuti model mengatakan bahwa analisis tematik adalah dan gaya terkini. Berbagai model baju muslim proses yang dapat digunakan dalam hampir bermunculan ditengah masyarakat seperti, semua abaya, gamis, blus, kaftan, dan lainnya. data metode analisis kualitatif, dan Pada memungkinkan penerjemahan gejala atau dasarnya perilaku konsumtif informasi kualitatif menjadi data kualitatif memiliki aspek-aspek, antara lain pembelian seperlu kebutuhan peneliti. Analisis tematik berlebihan, merupakan proses mengkode informasi, pembelian kebiasaan, dan pembelian secara yang dapat menghasilkan daftar tema, tiba-tiba. Subjek mempunyai kebiasaan dalam model tema atau indikator yang kompleks, melakukan pembelian, karena label sebagai kualifikasi yang biasanya terkait dengan anggota hijabbers membuat para anggota tema itu. Tema tersebut secara minimal selalu ingin tampil cantik dalam setiap dapat penampilannya. secara mendeskripsikan maksimal fenomena, dan berulang-ulang, Aspek-aspek perilaku konsumtif seperti memungkinkan interpretasi fenomena. pembelian pembelian berlebihan dan pembelian kebiasaan banyak dilakukan oleh para subjek. Hal ini Pembahasan dapat dilihat dari perilaku-perilaku yang dilakukan oleh subjek seperti, ketika para Perilaku konsumtif diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, subjek melihat baju disalah satu butik atau online shop, subjek merasa tertarik dan akhirnya memutuskan untuk membeli baju mengevaluasi, dan menghabiskan produk 258 tersebut, padahal sebelumnya subjek baru diinginkan oleh anggota hijabbers¸dukungan saja membeli baju hijab disalah satu mall. dari teman membuat para anggota hijabbers Anggota hijabbers memiliki selera lebih percaya dalam pengambilan keputusan berpakaian masing-masing, ketiga subjek saat melakukan pembelian karena teman mempunyai sebaya fashion style tersendiri, yang juga mengetahui tentang sehingga ketiga subjek memiliki butik yang perkembangan fashion hijab yang sedang sudah menjadi langganan subjek. Tidak menjadi bahan perbincangan masyarakat luas. hanya berdasarkan merk, tetapi masing- Selain itu, dengan melihat fashion-fashion dari masing subjek lebih memperhatikan bahan teman dari baju tersebut sehingga subjek merasa hijabbers terinspirasi sehingga ingin membeli nyaman Engel ketika melihat teman menggunakan baju hijab (1994: 37) mengatakan bahwa pembelian yang menarik dan sedang trend-nya di kebiasaan adalah berdasarkan pada loyalitas masyarakat. dalam mengenakannya. merk. Pada penelitian ini juga terdapat sebaya yang Faktor membuat psikologis anggota juga sangat faktor-faktor yang memengaruhi perilaku berpengaruh konsumtif, salah satunya yang paling terhadap berpengaruh adalah faktor sosial. Seperti Adanya pengaruh faktor sosial tidak lepas dari halnya yang diungkapkan oleh Kotler pengaruh (2011: 203) bahwa perilaku konsumtif Amirullah, (2002: 03) mengatakan bahwa adalah tindakan individu yang dipengaruhi perilaku konsumtif adalah sejumlah tindakan oleh faktor-faktor sosial dan psikologis nyata individu yang dipengaruhi oleh faktor dalam kejiawaan (psikologis) yang mengarahkan usaha menggunakan memperoleh barang dan jasa dan yang individu dalam perilaku konsumtif komunitas hijabbers Semarang. faktor tersebut psikologis untuk didalamnya. memilih didasarkan pada pengalaman dalam rangka mempergunakan memuaskan kebutuhan. Pada penelitian ini diinginkannya. faktor sosial seperti teman sebaya dan motivasi membeli dan persepsi terhadap kelompok referensi atau konformitas sangat fashion hijab yang sedang menjadi trend berpengaruh terhadap perilaku konsumtif menjdi anggota komunitas hijabbers Semarang. berpengaruh Pengaruh faktor sosial lainnya adalah faktor anggota komunitas hijabbers Semarang. teman sebaya dan keluarga, secara umum salah barang-barang dan Secara satu terhadap yang psikologis, faktor yang perilaku seperti mampu konsumtif Dari hal diatas, oleh karena itu anggota teman sebaya merupakan faktor pengaruh hijabbers harus lebih mampu pertama dalam setiap pembelian yang mempertimbangkan dalam berbagai hal dalam 259 melakukan pembelian agar tidak terkesan jilbab yang sedang menjadi trend, tidak peduli boros dan dipandang oleh masyarakat meskipun subjek sudah mempunyai ketika ada sebagai komunitas hijabbers yang tidak baju yang keluar dengan model terbaru subjek glamour. langsung ingin membelinya. Selama ini kebanyakan masyarakat yang tidak tahu mengenai informasi komunitas hijabbers hanya memandang komunitas hijabbers sebagai 2. Faktor-faktor perilaku yang konsumtif memengaruhi pada anggota komunitas hijabbers Semarang komunitas yang hanya mementingkan soal Faktor- faktor yang memengaruhi fashion yang bermewah-mewahan. Menurut perilaku konsumtif pada komunitas hijabbers anggota sendiri, Semarang, antara lain faktor sosial, pribadi, fashion bagi komunitas hijabbers hanyalah kebudayaan, dan psikologis. Masing-masing sebuah faktor seperti sosial, pribadi, kebudayaan, dan komunitas hijabbers pendukung, hijabbers ketika mampu komunitas menciptakan karya psikologis sangat berpengaruh konsumtif anggota terhadap berbusana muslim yang baik, modis, tanpa perilaku meninggakan syariat Islam diharapkan bisa hijabbers Semarang. Faktor-faktor tersebut menginspirasi memiliki pengaruh tersendiri bagi setiap para wanita untuk yang dilakukan komunitas menggunakan jilbab, karena dengan melihat pembelian komunitas hijabbers Semarang. Berhijab komunitas hijabbers Semarang pada setiap secara syariat Islam tetapi tidak terkesan barang kuno. sehingga atau produk mampu yang oleh anggota diinginkannya menonjolkan perilaku konsumtifnya. Terutama adalah faktor sosial seperti dukungan teman sebaga dan kelompok Penutup referensi. Simpulan Daftar Pustaka 1. Gambaran perilaku konsumtif pada anggota komunitas hijabbers Amirullah. 2002. Perilaku Yogyakarta: Graha Ilmu Konsumen. Semarang Perilaku konsumtif yang ditunjukan subjek sebagai anggota komunitas hijabbers Semarang pada dasarnya memiliki berbagai aspek pembelian secara berlebihan dan pembelian secara tiba-tiba. Pembelian Engel, J, F dan Blacwell, R,D. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1. Alih Bahasa F X. Budiyanto. Jakarta: Binarupa Aksara Kotler, P. 2011. Manajemen Pemasaran jilid 1. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia secara berlebihan dilakukan subjek karena keinginan subjek ketika melihat baju atau 260 2005. Manajemen Pemasaran jilid 1. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia Kusumawardhani, R, D. 2012. Evektivitas Strategi Komunitas Hijabbers Semarang Terhadap Sikap Mahasiswi Fisip Undip Untuk Menggunakan Jilbab.Universitas Diponegoro Machfoedz, M. 2005. Pengantar Pemasaran Modern. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN Moleong, L. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Poerwandari, K. 2011. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Sudiantoro, 2003. Hedonisme, gaya hidup konsumtif mencari bentuk. Jurnal psikodimensia. Volume 3 Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia Tambunan, R. 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. Jakarta: artikel 261