BAB I PENGANTAR METABOLISME A

advertisement
BAB I
PENGANTAR METABOLISME
A. Metabolisme
Metabolisme adalah segala proses yang terjadi di mahluk hidup dan reaksinya dikatalisi
oleh enzim. Metabolisme bisa diartikan pula sebagai aktivitas sel yang terkoordinasi,
mempunyai tujuan dan melibatkan kerjasama multi enzim. Metabolisme mempunyai fungsi
bebagai berikut yaitu: 1) mengubah molekul nutrient menjadi prekusor unit pembangun atau
building blok seperti ribose, asam α-keto, gulan dan asam lemak, 2) menggabungkan unit
pembangun menjadi biomakromolekul seperti: protein, asam nukleat, lipida, polisakarida, dan
komponen sel lain, 3) membentuk dan mendegradasi biomakromolekul untuk fungsi sel.
Metabolime dibedakan menjadi dua yaitu katabolime dan anabolisme. Hubungan energi antara
katabolisme dan anabolisme sebagai berikut:
membran
makromolekul:
Protein
Lipids
Asam nukleat
A
n
a
b
o
li
s
m
e
Molekul prekursor:
Asam amino
Gula
Asam lemak
Basa nitrogen
Energi yang
mengandung nutrient
Karbohidrat
Lemak
protein
ADP+
HPO43NAD+
NADP+
ATP
FADH2
NADH
NADPH
FAD
k
a
t
a
b
o
li
s
m
e
Energi yang dibuang
dan hasil
CO2
H2O
NH3
Gambar 1. Hubungan Katabolisme dan Anabolisme
BIOKIMIA
1
Energi yang dibawa dari lintas katabolik ke lintas anabolik dalam bentuk:
1. ATP (Adenosin Tripospat) yaitu pembawa gugus pospat yang memiliki energi tinggi
2. NADH, NADPH, dan FADH2 sebagai tenaga pereduksi, pembawa elektron atau atom
H berenergi tinggi
Ada tiga pendekatan untuk mengidentifikasi urutan metabolik, yaitu pendekatan melalui:
1. Reaksi invitro
Reaksi invitro dilakukan di dalam tabung reaksi terhadap ekstrak sel atau enzim dari
sel yang mampu mengkatalis proses metabolik yang diselidiki.
2. Mutase genetik
Dengan mutase genetik organisme muatan dibuat agar tidak bisa memproduksi enzim
aktif yang diselidiki sehingga memungkinkan menyimpulkan sifat-sifat tahap tertentu
dalam metabolisme.
3. Pelacakan isotop
Metabolit tertentu dilabel dengan isotop radioaktif kemudian lintas metabolit dilacak
lewat sifat radioaktivitasnya.
Jenis reaksi yang terjadi dalam metabolisme dikelompokkan berdasarkan enzim yang
mengakatalisisnya yaitu: (1) oksidasi reduksi, (2) transfer gugus, (3) reaksi hidrolisis,
(4) reaksi pemutusan non hidrolisis, (5) reaksi isomerisasi, dan (6) reaksi pembentukan
ikatan. Sedangkan urutan reaksi dalam jalur metabolisme digolongkan berdasarkan
pola urutan reaksinya yang digambarkan sebagai: (1) linear, (2) bercabang, (3)
bercabang divergen, (4) siklik, (5) spiral, (6) lingkar 2 atau lebih, (7) tangga, dan (8)
reversible langsung. Regulasi di dalam lintas metabolik digolongkan ke dalam tiga jenis
mekanisme yaitu:
1. Regulasi allosteric
Aktivitas katalitik enzim diubah oleh modulator positif atau modulator negative
yang biasanya terdapat pada atau dekat permulaan suatu urutan multienzim.
Contohnya aspartate carbamoyltransferase.
2. Pengontrolan hormone
Jalur metabolik diatur melalui perangsangan atau hambatan beberapa aktifitas
metabolik spesifik berdasarkan isyarat yang disampaikan hormone pada bagian
dalam sel. Contohnya: epinefrin mengontrol aktivitas degradasi glikogen.
BIOKIMIA
2
3. Control sistensis enzim/ control transkripsi
Sel hati dapat menghidupkan atau mematikan biosintesis enzim tertentu tergantung
pada sifat nutrient yang masuk proses induksi enzim. Contohnya: operon laktosa.
Sel hidup bersifat isothermal, oleh karena itu energi dari reaksi katabolisme dibawa
ke reaksi anabolisme dalam bentuk energi kimia (ATP, NADH, NADPH, dan
FADH2).
1. ATP adalah pembawa gugus pospat yang kaya energi, reaksi penguraiannya:
ATP
ADP + Pi + energi
ATP merupakan sumber energi untuk melakukan: reaksi biosintesis, kontransi
dan motilitas sel, transport aktif (transport nutrient melalui membrane gradient
konsentrasi), pemindahan informasi genetic selama biosintesis DNA, RNA, dan
protein.
2. NADH, NADPH, dan FADH2
NADH, NADPH, dan FADH2 merupakan pembawa electron atau atom H yang
kaya energi untuk reaksi biosintetik reduktif.
B. METABOLISME INTERMEDIET
Metabolisme Intermediet adalah jalur pusat metabolik yang menyajikan jalur
sintesis, degradasi, interkonversi metabolit-metabolit penting serta konversi energi. Jalur
lingkar yang memainkan peranan katabolisme dan anabolisme disebut jalur amfibolik. Bagan
di bawah ini menggambarkan jalur-jalur metabolisme intermediet.
BIOKIMIA
3
Gambar 2. Bagan Metabolisme Intermediet
BIOKIMIA
4
C. LOKASI METABOLISME
Gambar 3. Lokasi Metabolisme di dalam Tubuh
1. Brain/ otak
Dalam keadaan istirahat otak memerlukan sebanyak 20% oksigen dari
seluruh kebutuhan oksigen tubuh dan 70% glukosa tubuh. Adanya
kebutuhan oksigen yang tinggi dikarenakan karena aktivitas otak yang terus
menerus sehingga otak memerlukan makanan yang cukup dan teratur. Di
otak terjadi metabolisme, otak memerlukan glukosa untuk menghasilkan
energy melalui proses glikolisis dan siklus Krebs. Metabolisme di otak
utamanya terjadi di mitokondria yang akan menghasilkan senyawa phospat
yang bernergi tinggi.
2. Mouth/ mulut : terjadi katabolisme polisakarida
Proses mencerna makanan pertama kali ada di mulut, saliva mengandung
enzim amilase untuk menghidrolisis pati dan glikogen.
3. Blood and circulatory system/ darah dan sistem peredarannya
Pembuluh darah sebagai jaringan transportasi O2 dan CO2, asam lemak,
glukosa, asam amino dan regulasi hormone yang diedarakan ke seluruh
organ dan jaringan yang bervariasi.
4. Lung/ paru-paru : tempat pertukaran gas O2 dan CO2
BIOKIMIA
5
Pertukaran gas O2 dan CO2 terjadi antara pembuluh darah dan udara. O2
diambil dari udara karena tubuh membutuhkan untuk proses oksidasi.
Sedangkan CO2 dilepaskan sebagai hasil buang katabolisme karbohidrat.
5. Heart/ Jantung : Katabolisme asam lemak
katabolisme asam lemak menghasilkan asetil Co-A yang akan masuk ke
siklus Krebs.
6. Skeletal Muscle/ jaringan otot :
Katabolisme asam lemak, mobilisasi glikogen dan sintesis glikogen terjadi
di jaringan otot.
7. Liver/ hati
Fungsi hati terutama adalah menjaga konsentrasi gula darah di dalam tubuh.
Dapat kita sebut pula hati sebagai buffer, ketika kadar gula dalam darah naik
maka hati akan menyimpan glukosa, sebaliknya ketika kadar gula turun,
maka hati akan melepaskan glukosa dalam darah. Selain itu di hati juga
sebagai tempat terjadinya gluconeogenesis, katabolisme asam amino,
sintesis glikogen, sintesis lipoprotein, katabolisme asam lemak dan jalur
phopspoglukonat.
8. Pancreas/ pancreas
Pankreas sebagai regulator metabolisme dalam tubuh. Ketika keadaan lapar,
maka pankreas akan mengeluarkan insulin, sebaliknya dalam keadaan
kenyang, pancreas akan melepaskan hormone glucagon. Sehingga kadar
gula dalam darah tetap stabil, tepatnya 90 menit setelah makan adalah 10
mmol/l atau sekitar 180 mg/dl. Pada malam hari kadar gula darah normal
manusia adalah 8 mmol/l atau 144 mg/dl. Dan ketika seseorang berpuasa,
kadar gula darah normalnya adalah 4-7 mmol/l atau sekitar 72-126 mg/dl.
9. Small intestine/ usus halus
Katabolisme protein, katablosme disakarida, dan proses penyerapan terjadi
di usus halus.
10. Adiposa Tissue/ jaringan adipose : Mobilisasi triacilgliserol, sintesis asam
lemak, penyimpanan triasilgliserol dan jalur pospoglikonat.
BIOKIMIA
6
BAB II
ENZIM
A.
Enzim
Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik yang dilakukan dalam
laboratorium memerlukan suatu kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor seperti suhu,
tekanan, waktu dan lain-lain. Apabila salah satu kondisi tidak sesuai dengan apa yang
seharusnya dibutuhkan maka reaksi tidak dapat berlangsung dengan baik. Tubuh kita
merupakan laboratorium yang sangat rumit, sebab di dalamnya terjadi reaksi kimia yang
beraneka ragam. Penguraian zat-zat yang terdapat dalam makanan kita, penggunaan hasil
uraian untuk memperoleh energi, penggabungan kembali hasil uraian untuk membentuk
persediaan makanan dalam tubuh serta banyak macam reaksi lain yang apabila dilakukan
dalam laboratorium atau in vitro membutuhkan keahlian khusus serta waktu yang lama, dapat
berlangsung dengan baik di dalam tubuh atau in vivo tanpa memerlukan suhu tinggi dan dapat
terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan
baik dalam tubuh kita ini dimungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim.
Pengetahuan tentang katalis telah dirintis oleh Berzelius pada tahun 1837. Ia
mengusulkan nama ‘katalis’ untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat itu sendiri
tidak ikut bereaksi. Proses kimia yang terjadi dengan pertolongan enzim telah dikenal sejak
zaman dahulu, misalnya pembuatan anggur dengan cara fermentasi atau peragian. Demikian
pula pembuatan asam cuka termasuk proses kimia berdasarkan aktivitas enzim. Dahulu proses
fermentasi dianggap hanya terjadi dengan adanya sel yang mengandung enzim. Pasteur adalah
salah seorang yang banyak bekerja dalam fermentasi ini. Anggapan tersebut berubah setelah
Buchner membuktikan bahwa cairan yang berasal dari ragi tanpa adanya sel hidup dapat
menyebabkan terjadinya fermentasi gula menjadi alkohol dan karbondioksida. Hingga sekrang
kata ‘enzim’ yang berarti ‘di dalam ragi’ tetap dipakai untuk nama katalis dalam proses
biokimia.
Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh Sumner pada tahun 1926
yag telah berhasil mengsolasi urease dari jack bean. Urease adalah enzim yang dapat
menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunitz dapat
mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin. Selanjutnya makin banyak enzim yang telah dapat
diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah suatu protein.
BIOKIMIA
7
Sejak tahun 1926 pengetahuan tentang enzim atau enzimologi berkembang dengan
cepat. Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata bahwa banyak enzim mempunyai gugus
bukan protein, jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini (holoenzim)
terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein (kofaktor). Sebagai contoh enzim
katalase terdiri atas protein dan ferriprotorfirin. Ada juga enzim yang terdiri dari protein dan
logam. Misalnya askorbat oksidase adalah protein yang mengikat tembaga.
Gugus bukan protein yang dinamakan kofaktor ini secara umum ada 3 yaitu Aktifator
Ion Logam, Gugus Prostetik dan Koenzim.
Ketiganya merupakan bagian enzim yang
memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat, yaitu zat-zat yang diubah atau direaksikan
oleh enzim.
Aktifator Ion Logam adalah ion-ion anorganik yg biasanya berikatan lemah dengan
apoenzim. Contoh : K+, Fe++, Fe+++, Cu++, Co++, Zn++, Mn++, Mg++, Ca++, Mo+++. Gugus
Prostetik adalah senyawa non protein yg dapat terdialisa, termostabil dan terikat kuat dengan
apoenzim. Contoh : molybdoprotein, lipoamide, dan biotin. Koenzim adalah kofaktor berupa
molekul organik kecil yang mentranspor gugus kimia atau elektron dari satu enzim ke enzim
lainnya. Contoh koenzim mencakup NADH, NADPH dan adenosin trifosfat (ATP). Gugus
kimiawi yang dibawa mencakup ion hidrida (H–) yang dibawa oleh NAD atau NADP+, gugus
asetil yang dibawa oleh koenzim A, formil, metenil, ataupun gugus metil yang dibawa oleh
asam folat, dan gugus metil yang dibawa oleh S-adenosilmetionina. Beberapa koenzim seperti
riboflavin, tiamina, dan asam folat adalah vitamin.
B. Sifat-Sifat Enzim
1. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah produk akhir
yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan laju
suatu reaksi.
2. Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat tertentu
saja.
3. Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti protein. Antara
lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar. Enzim akan kehilangan
aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat, dan pelarut organik. Selain
itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi sehingga tidak dapat
berfungsi sebagai mana mestinya.
BIOKIMIA
8
4. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai katalisator,
enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
5. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim dapat
berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya mempercepat laju
reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan suatu senyawa
menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya, menyusun senyawa-senyawa menjadi
senyawa tertentu. Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut.
6. Enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja
enzim adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor (penghambat) serta
konsentrasi substrat.
C. Fungsi dan Cara Kerja Enzim
Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel
maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat
daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai
katalis yang sangat efesien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti
juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia.
Enzim mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim meningkatkan
laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan untuk reaksi).
Penurunan energi aktivasi dilakukan dengan membentuk kompleks dengan substrat. Setelah
produk dihasilkan, kemudian enzim dilepaskan. Enzim bebas untuk membentuk kompleks baru
dengan substrat yang lain.
Gambar 4. Cara Kerja Enzim
BIOKIMIA
9
D. Kompleks Enzim-Substrat
Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah ciri
suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja terhadap
berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap urea sebagai substratnya. Ada
juga enzim yang bekerja terhadap lebih dari satu substrat namun enzim tersebut tetap
mempunyai kekhasan tertentu. Misalnya enzim esterase dapat menghidrolisir beberapa ester
asam lemak, tetapi tidak dapat menghidrolisir substrat lain yang bukan ester. Suatu contoh
tentang kekhasan ini misalnya enzim arginase bekerja terhadap L-arginin dan tidak terhadap
D-arginin. Suatu enzim dikatakan mempunyai kekahasan nisbi apabila ia dapat bekerja
terhadap beberapa substrat misalnya esterase dan D-asam amino oksidase yang dapat bekerja
D-asam amino dan L-asam amino tetapi berbeda kecepatannya. Karena adanya kekhasan ini
maka suatu enzim dapat digunakan untuk memisahkan komponen D dari L pada suatu
campuran rasemik.
Telah dijelaskan bahwa suatu enzim mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja pada
satu reaksi saja. Untuk dapat berkerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau
kontak antara enzim dengan substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar
daripada substrat. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan
substrat. Hubungan antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu
saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan substrat
dinamai bagian aktif (active site). Pada sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi
sebagai zat elektrofilik sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Hubungan hanya
mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat menampung substrat.
Apabila substrat mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada
bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim itu tidak dapat berfungsi sebagai substrat. Ini
adalah penjelasan mengapa tiap enzim mempunyai kekhasan terhadap substrat tertentu.
Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya kompleks
enzim-substrat. Kompleks ini merupakan kompleks yang aktif, yang bersifat sementara dan
akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi.
BIOKIMIA
10
Gambar 5. Kompleks Enzim-Substrat
Cara kerja enzim-substrat dapat dijelaskan dengan dua teori, yaitu teori gembok dan
anak kunci, dan teori kecocokan yang terinduksi.
1. Teori gembok dan anak kunci (Lock and key theory)
Enzim dan substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang
masuk dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi
aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan produk serta
membebaskan enzim.
2. Teori kecocokan yang terinduksi (Induced fit theory)
Menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan bentuk yang
fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif termodifikasi
melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika produk sudah terlepas dari
kompleks, enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga, substrat yang lain
kembali bereaksi dengan enzim tersebut.
Gambar 6. Teori Lock and key dan Induced fit
BIOKIMIA
11
E. Tatanama dan Klasifikasi Enzim
Satu abad yang lalu, baru ada beberapa enzim yang dikenal dan kebnyakan di antaranya
mengatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua enzim ini diidentifikasi dengan
penambahan akhiran –ase pada nama substansi atau substrat yang dihidrolisisnya (kecuali
beberapa enzim proteolitik yang diakhiri dengan -in seperti papain, bromelin, pepsin). Misal,
lipase menghidrolisis lemak (Yunani lipos), amilase menghidrolisis pati (Yunani amylon), dan
protease menghidrolisis protein. Meskipun peristilahan ini masih tetap bertahan sampai
sekarang, pemakaiannya sudah terbukti tidak memadai ketika ditemukan berbagai enzim yang
mengkatalisis reaksi yang berbeda terhadap substrat yang sama, misal, oksidasi atau reduksi
terhadap fungsi alkohol suatu gula. Sementara akhiran –ase tetap digunakan, nama enzim yang
ada sekarang ini lebih menekankan pada tipe reaksi yang dikatalisisnya. Sebagai contoh, enzim
dehidrogenase mengkatalisis pengeluaran hidrogen, sementara enzim transferase mengkatalisis
reaksi pemindahan gugus. Dengan semakin banyaknya enzim yang ditemukan, ketidakjelasan
juga semakin tidak terelakkan, dan kerap kali tidak jelas enzim mana yang tengah dibicarakan
oleh seorang peneliti. Untuk mengatasi permasalahan ini, International Union of Biochemistry
(IUB) telah mengadopsi sebuah sistem yang kompleks tetapi tidak meragukan bagi peristilahan
enzim yang didasarkan pada mekanisme reaksi. Meskipun kejelasan dan pengurangan
keraguan tersebut membuat sistem nomenklatur IUB dipakai untuk tujuan riset, nama yang
lebih pendek tetap digunakan dalam berbagai kepentingan lain. Berikut beberapa poin
penjelasan mengenai sistem nomenkltur IUB :
1. Reaksi dan enzim yang mengatalisis reaksi tersebut membentuk enam kelas, masingmasing mempunyai 4-13 subkelas. (Kelas dan penjelasannya akan dibahas di bawah).
2. Nama enzim terdiri dari 2 bagian. Nama pertama menunjukkan substrat. Nama kedua,
yang berakhiran -ase, menyatakan tipe reaksi yang dikatalisis.
3. Informasi tambahan, bila diperlukan untuk menjelaskan reaksi, dapat dituliskan dalam
tanda kurung pada bagian akhir; misal, enzim yang mengkatalisis reaksi L-malat +
NAD+ ↔ piruvat + CO2 + NADH + H+ diberi nama 1.1.1.37
+
L-malat:NAD
oksidoreduktase (dekarboksilasi).
4. Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang mencirikan tipe reaksi ke dlam kelas
(gidit pertama), subkelas (digit kedua), dan subsubkelas (digit ketiga). Digit keempat
adalah untuk enzim spesifik. Jadi, EC 2.7.1.1 menyatakan kelas 2 (transferase),
subkelas 7 (transfer fosfat), subsubkelas 1 (alkohol merupakan akseptor fosfat). Digit
BIOKIMIA
12
terakhir menyatakan heksokinase atau ATP:D-heksosa 6-fosfotransferase, sebuah
enzim yang mengatalisis pemindahan fosfat dari ATP ke gugus hidroksil pada atom
karbon keenam molekul glukosa.
Enam kelompok enzim menurut Commision on Enzymes of the International Union of
Biochemistry adalah sebagai berikut :
1. Oksidureduktase
Enzim-enzim yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian
yaitu dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi
dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa (donor).
Hidrogen yang dilepas diterima oleh senyawa lain (akseptor). Reaksi pembentukan
aldehida dari alkohol adalah contoh reaksi dehidrogenase. Enzim yang bekerja pada
reaksi ini ialah alkohol dehidrogenase. Di sini alkohol adalah donor hidrogen,
sedangkan
senyawa
yang
menerima
hidrogen
adalah
suatu
koenzim
nikotinadenindinukleotida.
Enzim-enzim oksidase juga bekerja sebagai katalis pada reaksi pengambilan
hidrogen dari suatu substrat. Dalam reaksi ini yang bertindak selaku akseptor hidrogen
adalah oksigen. Sebagai contoh enzim glukosa oksidase bekerja sebagai katalis pada
reaksi oksidasi glukosa menjadi asam glukonat.
2. Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh
enzim yang termasuk golongan ini ialah metiltransferase, hidroksimetiltransferase,
karboksiltransferase,
asiltransferase,
dan
aminotransferase
atau
disebut
uga
transaminase.
3. Hidrolase
Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ikatan ester, memecah
glikosida dan yang memecah ikatan peptida. Beberapa enzim sebagai contoh ialah
esterase, lipase, fosfatase, amilase, amino peptidase, karboksi peptidse, pepsin, tripsin,
kimotripsin.
4. Liase
BIOKIMIA
13
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi
pemisahan suatu gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya.
Contoh enzim golongan ini antara lain dekarboksilase, aldolase, hidratase.
5. Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan
intramolekuler, misalnya reaksi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan
senyawa L menjadi senyawa D,senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain.
Contoh enzim yang termasuk dalam golongan ini antara lain ribulosafosfat epimerase
dan glukosafosfat isomerase.
6. Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua
molekul. Oleh karenanya enzim-enzim tersebut juga dinamakan sintetase. Ikatan yang
terbentuk dari penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N, atau C-C. Contoh
enzim golongan ini antara lain ialah glutamin sintetase dan piruvat karboksilase.
F. Kinetika Enzim
Persamaan Henri dan Michaelis-Menten
Hubungan antara [S] dengan Vo untuk reaksi substrat tunggal atau tunggal semu
(pseudo) berupa grafik hiperbola.
Gambar 7. Grafik Michaelis-Menten
Vo = k2 [Eo] = Vmax [S]
[S] + b
BIOKIMIA
14
Model kinetika untuk persamaan tersebut dikemukakan oleh Henri (1903) serta Leonor
Michaelis dan Maud Menten (Michaelis-Menten). Kedua persamaan mirip, tetapi MichaelisMenten lebih lengkap dan menekankan pentingnya Vo dibandingkan V lainnya.
Reaksi antara E dan S dinyatakan sebagai :
K1
K2
k-1
 Laju pembentukan ES pada waktu t = k1 [E][S] dimana [E] adalah konsentrasi E bebas dan
[S] adalah konsentrasi substrat bebas.
 Asumsi Michaelis-Menten terdapat kesetimbangan antara E,S dan ES, maka :
k1 [E][S] = k-1 [ES]
[E][S] = k-1 = Ks
[ES]
k1
Ks = konstanta disosiasi ES
 Jika [E] = [Eo] - [ES] maka ([Eo] - [ES]) [S] = Ks
[ES]
Ks[ES] = ([Eo] - [ES]) [S] = [Eo][S] - [ES][S]
[ES][S] + Ks[ES] = [Eo][S]
 [ES] ([S] + Ks) = [Eo][S]
Atau [ES] = [Eo][S]
[S]+Ks
 Karena Vo = k2 [ES] = k2[Eo][S] dan Vmax = k2 [Eo], maka :
[S] + Ks
Vo = k2 [Eo] = Vmax[S]
[S]+Ks
 Karena [S] >>> [E]  [S] ≈ [So], maka pada [Eo] kostan, persamaan Michaelis-Menten
ditulis sebagai :
Vo = Vmax[So]
[So]+Ks
Persamaan Briggs-Haldan
 Briggs-Haldan (1925) memodifikasi persamaan Michaelis-Menten dengan asumsi umum
transition-state, dengan menganggap [E] dan [ES] <<< [S].
 Laju perubahan [ES] diabaikan terhadap laju perubahan [P], dan dalam kesetimbangan
harga [ES] tetap konstan.
 Karena k1[E][S] = k-1[ES] + k2[ES] = [ES][k2+k-1]
[E][S] = k-1+k2 = Km
BIOKIMIA
15





[ES]
k1
Jika [E] = [Eo] - [ES] maka :
([Eo] - [ES])[S] = Km atau [ES] = [Eo][S]
[ES]
[S] + Km
Vo = k2[ES] = k2[Eo][S]
[S]+Km
Vmax = k2[Eo] = Vmax[S]
[S] + Km
Karena [S] >>> [E]  [S] ≈ [So], maka pada [Eo] konstan, persamaan Michaelis-Menten
ditulis sebagai :
Vo = Vmax[So]
[So] + Km
Km (konstanta Michaelis-Menten) dapat dinyatakan sebagai [So] yang memberikan laju =
½ Vmax
Plot Lineweaver-Burk
 Grafik Michaelis-Menten berbentuk parabola, secara teknis kurang praktis, maka oleh
Lineweaver-Burk, dibuat reciprocal sehingga diperoleh persamaan garis lurus.
1 = [So] + Km = [So]
+ Km
Vo Vmax[So] Vmax[So]
Vmax[So]
 Maka persamaan Lineweaver-Burk dapat ditulis sebagai :
1 = Km
1 + 1
Vo Vmax [So]
Vmax
Atau Y = a X + b  merupakan persamaan garis lurus.
 Persamaan Lineweaver-Burk (Double Reciprocal Plot) dapat digunakan untuk menentukan
Km dan Vmax.
Gambar 8. Grafik Lineweaver-Burk
G. Zat Aktivator dan Inhibitor pada Enzim
Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim dengan
substratnya, misalnya ion klorida yang bekerja pada enzim amilase. Inhibitor merupakan suatu
BIOKIMIA
16
molekul yang menghambat ikatan enzim dengan substratnya. Inhibitor akan berikatan dengan
enzim membentuk kompleks enzim-inhibitor. Oleh karena inhibitor menghambat fungsi
enzim, inhibitor sering digunakan sebagai obat. Contohnya adalah inhibitor yang digunakan
sebagai obat aspirin. Aspirin menginhibisi enzim COX-1 dan COX-2 yang memproduksi
pembawa pesan peradangan prostaglandin, sehingga ia dapat menekan peradangan dan rasa
sakit.
Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak reversibel dan
hambatan reversibel.
Hambatan tidak reversibel pada umumnya disebabkan oleh terjadinya proses destruksi
atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau lebih yang terdapat pada molekul enzim. Dengan
demikian mengurangi aktivitas katalitik enzim tersebut. Sebagai contoh inhibitor dalam hal ini
ialah molekul iodoase-tamida yang dapat bereaksi dengan gugus –SH suatu enzim tertentu.
Reaksi ini berlangsung tidak reversibel sehingga menghasilkan produk reaksi dengan
sempurna. Inhibitor lain ialah diisopropil fosfofluoridat. Inhibitor ini termasuk senyawa fosfor
organik yang bersifat racun, karena dapat berikatan dengan asetilkolin esterase yang terdapat
dan berfungsi pada sistem syaraf pusat. Dengan terbentuknya ester ini maka enzim tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga dapat mengganggu kerja sel syaraf pusat. Ester
yang terbentuk berifat stabil dan tidak mudah terhidrolisis. Dengan demikian hambatan yang
diakibatkan oleh diisopropilfosfofluoridat ini merupakan hambatan tidak reversibel.
Hambatan reversibel terdiri dari 2 macam yaitu Inhibitor kompetitif dan nonkompetitif :
1. Inhibitor kompetitif : Molekul penghambat yang strukturnya mirip substrat, sehingga
molekul tersebut berkompetisi dengan substrat untuk bergabung pada sisi aktif enzim.
Contoh : sianida bersaing dengan oksigen untuk mendapatkan Hemoglobin pada rantai
akhir respirasi. Inhibitor kompetititif dapat diatasi dengan penambahan konsentrasi
substrat.
2. Inhibitor nonkompetitif : Molekul penghambat yang bekerja dengan cara melekatkan
diri pada bagian bukan sisi aktif enzim. Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif berubah
sehingga tidak dapat berikatan dengan substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak dapat
dipengaruhi oleh konsentrasi substrat. Penggabungan antara inhibitor dengan enzim ini
terjadi pada enzim bebas, atau pada enzim yang telah mengikat substrat (kompleks
enzim-substrat). Keduanya, baik kompleks EI maupun EIS bersifat inaktif karena tidak
menghasilkan reaksi yang diharapkan. Contoh inhibitor nonkompetitif yang banyak
dikenal ialah ion-ion logam berat (Cu2+, Hg2+ dan Ag+) yang dapat berhubungan dengan
BIOKIMIA
17
gugus –SH yang terdapat pada sistein dalam enzim. Dengan cara berikatan dengan
logam berat maka gugus –SH tidak lagi mempunyai aktivitas katalitik bagi enzim
tersebut. Beberapa jenis enzim yang membutuhkan ion logam berat sebagai aktivator
dapat pula mengalami hambatan tidak bersaing dengan ion yang dapat mengikat
aktivator tersebut. Ion CN- dapat menghambat enzim yang menggunakan ion Fe2+ atau
Fe3+, karena terbentuknya ion kompleks ferosianida atau ferisianida yang bersifat
inaktif. Demikian pula etilen diamida tetra asetat (EDTA) dapat mengikat ion-ion
bervalensi dua misalnya Mg2+ sehingga dapat pula menghambat enzim yang
menggunakan ion tersebut sebagai aktivatornya.
Gambar 9. Inhibitor Kompetitif dan Nonkompetitif
Ketika dilihat dari tempat berikatan inhibitor, berbagai sumber menyebutkan ada 3 jenis
pembagian hambatan reversibel, yaitu : Hambatan Kompetitif, Hambatan Unkompetitif
dan Hambatan Campuran atau yang telah dibahas di atas sebagai Hambatan Nonkompetitif.
Pada Hambatan Kompetitif, inhibitor berikatan dengan enzim pada sisi aktifnya. Pada
Hambatan Unkompetitif , inhibitor hanya dapat berikatan dengan kompleks enzim-substrat.
Pada Hambatan Campuran, inhibitor dapat berikatan dengan enzim maupun dengan
kompleks enzim-substrat. Berikut adalah gambar penjelasannya :
BIOKIMIA
18
Gambar 10. Tiga Macam Hambatan Reversibel
(sumber : Lehninger, 2004)
Hambatan Umpan Balik / Feed-back inhibition
Gambar 11. Hambatan Umpan Balik
BIOKIMIA
19
Pada contoh di atas, reaksi A B dapat mengalami hambatan oleh E yang merupakan
hasil akhir serangkaian reaksi. Hambatan semacam ini disebut hambatan umpan balik / feedback inhibition dan berfungsi sebagai mekanisme pengatur reaksi-reaksi kimia dalam tubuh,
misalnya reaksi pembentukan asam-asam amino. Isoleusin dapat dihasilkan dari treonin
melalui lima tahapan reaksi. Enzim treonin deaminase yang bekerja pada tahap pertama
dihambat oleh isoleusin yang terjadi pada tahap akhir apabila konsentrasi isoleusin cukup
besar. Oleh karena reaksi ini merupakan reaksi reversibel, maka apabila konsentrasi isoleusin
berkurang, treonin deaminase menjadi aktif kembali dan dengan demikian, isoleusin terbentuk
lagi.
BIOKIMIA
20
BAB III
KARBOHIDRAT
A.
Struktur dan Klasifikasi Karbohidrat
Karbohidrat memiliki nama lain sakharida yang berarti manis/ gula. Sukrosa dari tebu,
laktosa dari susu dan selulosa pada tumbuhan memiliki unsur karbon (C), hidrogen (H) dan
oksigen (O), sehingga karbohidrat berdasarkan ilmu kimia juga dapat diartikan sebagai
polihidroksi-aldehid ataupun polihidroksi-keton beserta turunannya. Karbohidrat dihasilkan
oleh tumbuhan melalui anabolisme pada proses fotosintesis. Contoh zat yang dihasilkan dari
proses fotosintesis adalah glukosa. Glukosa disintesis tumbuhan dengan reaksi sebagai berikut:
6 CO2 (karbondioksida) + 6 H2O (air)  C6H12O6 (glukosa) + 6 O2 (oksigen)
Sedangkan glukosa dalam jaringan tubuh manusia akan dioksidasi melalui proses
respirasi sehingga melepaskan energi kimia guna melakukan kerja dalam sel, gas sisa CO2 dan
H2O yang dihasilkan akan dilepaskan ke lingkungan.
Gambar 12. Reaksi Fotosintesis
Proses fotosintesis dan respirasi inilah yang dikenal sebagai metabolisme (siklus
karbon). Berdasarkan jumlah unitnya, maka karbohidrat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Monosakarida
Karbohidrat sederhana yang tidak dapat diuraikan atau pun dihidrolisis menjadi
karbohidrat yang lebih kecil lagi dikenal sebagai monosakarida. Pada umumnya
monosakarida tersusun dari 3-6 atom C, gugus karbonil berupa aldehid atau keton dan
beberapa gugus hidroksil. Berdasarkan struktur kimia, atom C monosakarida berupa rantai
lurus tak bercabang, salah satu atom C-nya adalah gugus karbonil dan atom C lainnya
BIOKIMIA
21
mengikat gugus hidroksil. Adanya gugus karbonil pada monosakarida menyebabkan
adanya 2 tipe, yaitu aldosa dan ketosa.
Aldosa adalah monosakarida dengan gugus aldehid (-COH) yang terletak pada
atom C nomor satu. Apabila 3 atom C dengan gugus aldehid pada monosakarida disebut
aldo-triosa, jika 4 atom C dengan gugus aldehid pada monosakarida disebut aldo-tetrosa,
5 atom C dengan gugus aldehid pada monosakarida disebut aldo-pentosa dan 6 atom C
dengan gugus aldehid pada monosakarida disebut aldo-heksosa.
Sedangkan ketosa adalah monosakarida dengan gugus keton (-CO-) yang terletak
pada atom C nomor dua. Sama halnya dengan aldosa, penyebutan 3 atom C dengan gugus
keton pada monosakarida disebut keto-triosa, begitu pun seterusnya hingga 6 atom C.
Gambar 12. Struktur Senyawa Aldosa dan Ketosa
Struktur monosakarida dapat berupa rantai terbuka (asiklik) dan rantai tertutup
(siklik). Untuk rantai terbuka mempergunakan proyeksi Fisher, pada bagian atas struktur
merupakan lokasi gugus yang mudah teroksidasi dan atom C kiral digambarkan sebagai
perpotongan garis vertikal-horizontal. Pada proyeksi Fisher, gugus –OH pada atom C kiral
terjauh dari gugus karbonil menentukan suatu isomer L (Levo/ kiri) dan D (Dekstro/
kanan).
Gambar 13. Proyeksi Fisher dari Gugus Karbonil
BIOKIMIA
22
Bila jumlah atom C kiral (asimetris) meningkat, maka jumlah isomer optik pun
meningkat. Jumlah total dari isomer dapat ditentukan dengan menggunakan aturan Van’t
Hoff yang menyatakan bahwa suatu senyawa yang mempunyai n atom C kiral, maksimum
mempunyai 2n stereoisomer. Contoh: n = 3, maka terdapat 23 atau 8 stereoisomer (4 buah
konfigurasi D dan 4 buah konfigurasi L).
Gambar 14. Struktur Stereoisomer Glukosa
Struktur siklik dari monosakarida dapat dibuat melalui proyeksi Haworth,
dengan langkah sebagai berikut:
1. Beri nomor rantai karbon dan putar searah jarum jam ke bentuk linier rantai terbuka.
2. Lipat menjadi heksagon dengan ikatan pada atom C-5 dan C-1 terhadap –O--,
tempatkan lokasi gugus C-6 berada di atas cincin, untuk yang lainnya melengkapi
sesuai lipatan.
3. Tulis gugus –OH pada C-1. Di atas untuk bentuk β dan di bawah untuk bentuk α.
Gambar 15. Proyeksi Haworth dari Glukosa
BIOKIMIA
23
Ketika terdapat dalam larutan, struktur siklik terbuka dan tertutup, α-D-glukosa
berubah ke β-D-glukosa, begitupun sebaliknya. Hal tersebut menyebabkan pada setiap
saat, hanya sebagian kecil ditemui rantai terbuka/ asiklik. Berikut ini adalah beberapa
monosakarida yang penting bagi manusia.
Gambar 16. Struktur Monosakarida
a. D-glukosa/ dekstrosa, terdapat pada buah, sayur, sirup jagung dan madu. D-glukosa
merupakan bahan bakar utama pada makhluk hidup. Pada manusia normal kadar
glukosa darah bernilai 70-90 mg/dL.
b. D-galaktosa, tidak terdapat bebas di alam karena didapatkan dari hasil hidrolisis
laktosa dan berperan sebagai epimer.
c. D-fruktosa adalah ketoheksosa yang berasa manis, kemanisannya 2x lebih manis dari
sukrosa.
Oligosakarida/ Disakarida
Oligosakarida adalah polimer dengan berat molekul rendah, umumnya banyak
terikat pada polipeptida dalam glikoprotein dan beberapa glikolipid atau secara struktur
menyatakan bahwa oligosakarida berupa gabungan dari 2-8 unit/ monomer monosakarida.
Monomer-monomer tersebut dapat bergabung disebabkan adanya ikatan glikosidik
(dijelaskan dalam MK Kimia Dasar 2) di antara monomer gula sederhana. Penamaan
disakarida didasari karena adanya minimal 2 monomer gula sederhana yang terikat.
Berikut adalah beberapa disakarida:
BIOKIMIA
24
1. Maltosa/ gula malt adalah disakarida yang jika dihirolisis akan menghasilkan glukosa
dan glukosa. Maltosa terikat oleh ikatan α-1,4-glikosidik yg dibentuk dari α−OH pd C1
glukosa pertama dan −OH pd C4 glukosa ke dua. Ikatan glikosidik mengikat 2 molekul
glukosa dengan melepaskan satu molekul air. Maltosa memiliki 2 anomer yaitu anomer
α dan β. Karbon anomerik ini juga terbuka membentuk gugus aldehida bebas yang dapat
dioksida sehingga maltosa adalah gula pereduksi.
Free α-OH
Gambar 17. Struktur Haworth Maltosa
2. Laktosa/ gula susu adalah disakarida yang jika dihidrolisis menghasilkan glukosa dan
galaktosa. Laktosa terdapat dalam air susu dan produk susu olahan. Ikatan dalam
laktosa adalah ikatan β-1,4 glikosidik karena anomer β dari galaktosa membentuk asetal
dengan gugus –OH pada atom C-4 dari glukosa. Dalam molekul laktosa, asetal dari
galaktosa tidak dapat dibuka, namun karbon hemiasetal dalam glukosa dapat
mengalami mutarotasi membentuk α dan β-laktosa. Rantai terbuka membunyai aldehid
bebas, maka dapat mengoksidasi sehingga laktosa adalah gula pereduksi.
BIOKIMIA
25
rm
αα-f-ofo
rm
Gambar 18. Struktur Haworth Laktosa
3. Sukrosa/ gula meja adalah disakarida terbanyak di alam. Pada umumnya sukrosa untuk
gula meja berasal dari gula tebu dan gula bit. Sukrosa terdiri atas molekul α-D-glukosa
dan β-fruktosa yang berikatan dengan ikatan α,β-1,2 glikosidik. Struktur sukrosa
berbeda dengan disakarida lainnya karena ikatan glikosida terjadi antara atom Canomerik dari kedua monosakarida pembentuknya, sehingga tidak terdapat isomer
sukrosa. Tanpa gugus aldehid bebas, maka sukrosa tidak terjadi mutarotasi dan sukrosa
bukan gula pereduksi.
α-D-glucose
β -D-fructose
Gambar 19. Struktur Haworth Sukrosa
BIOKIMIA
26
4. Selobiosa adalah produk degradasi selulosa yang mengandung 2 molekul glukosa yang
terikat dengan ikatan β-1,4 glikosidik. Struktur kimianya identik dengan maltosa,
kecuali ikatan glikosidiknya dan selobiasa tidak terdapat di bebas di alam.
Polisakarida
Polisakarida adalah polimer dari banyak monosakarida yang berikatan satu sama
lain,
terdapat
2
polisakarida
yaitu
homopolisakarida
dan
heteropolisakarida.
Homopolisakarida tersusun dari satu jenis monosakarida dan terdapat banyak di alam,
yaitu pati/ amilum, glikogen, selulosa dan kitin yang jika dihidrolisis akan menghasilkan
D-glukosa, kecuali kitin. Kitin akan menghasilkan turunan glukosa berupa N-asetil
glukosamina jika dihidrolisis.
Kitin yang diperkeras dengan kalsium karbonat
Gambar 20. Struktur Haworth Kitin
BIOKIMIA
27
Sedangkan heteropolisakarida tersusun dari dua atau lebih monosakarida, sehingga
heteropolisakarida merupakan polimer karbohidrat dengan bobot molekul tinggi. Yang
termasuk heteropolisakarida adalah glikosaminoglikan dan murein/ peptidoglikan.
B. Metabolisme Karbohidrat
Kegiatan metabolisme karbohidrat berupa penguraian polisakarida dan oligosakarida
menjadi monosakarida/ gula sederhana untuk diubah menjadi energi kimia melalui beberapa
tahap, yang sering dikenal dengan istilah katabolisme. Penguraian karbohidrat terlaksana mulai
dari cavum oris dengan bantuan enzim amilase/ ptialin, yang selanjutnya melewati esofagus
menuju gaster untuk selanjutnya dilakukan pencernaan secara kimiawi dan mekanik hingga
terjadi penyerapan gula sederhana berupa glukosa. Glukosa yang diserap intestinum-illeum
masih terjadi proses/ tahapan untuk menjadi energi yang dibutuhkan tubuh. Tahapan tersebut
adalah glikolisis, siklus krebs dan tranportasi elektron.
Pada peristiwa glikolisis, glukosa (gula yang mempunyai 6 atom karbon) dibagi
menjadi dua molekul gula yang mempunyai 3 atom karbon. Glikolisis menghasilkan 2 molekul
ATP (energi bebas molekul), 2 molekul asam piruvat dan 2 elektron energi tinggi pembawa
molekul NADH. Glikolisis dapat terjadi dengan atau tanpa oksigen. Jika terdapat oksigen,
glikolisis ini adalah tahapan pertama dari respirasi seluler (aerob). Namun jika tidak terdapat
oksigen/ anaerob, pada glikolisis hanya dihasilkan sedikit ATP dibandingkan yang aerob.
Langkah pertama pada glikolisis adalah penambahan gugus fosfat oleh heksokinase fosforilat
pada glukosa di sitoplasma. Dalam proses ini, gugus fosfat dari ATP ditransfer ke glukosa
menghasilkan glukosa 6-fosfat. Reaksi ini tidak dapat kembali (irreversible).
Glukosa (C6H12O6) + heksokinase + ATP → ADP + Glukosa 6-fosfat (C6H11O6P1)
Selanjutnya enzim fosfoglukoisomerase mengubah glukosa 6-fosfat menjadi
isomernya, yaitu fruktosa 6-fosfat. Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus molekul sama,
tetapi berbeda susunan atom-atomnya. Reaksi pada langkah ini bersifat reversible.
Glukosa 6-fosfat (C6H11O6P1) + Fosfoglukoisomerase → Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1)
Berikutnya adalah peran enzim fosfofruktokinase dalam menggunakan molekul ATP
lain untuk mentransfer gugus fosfat menjadi fruktosa 6-fosfat untuk membentuk fruktosa 1, 6bisfosfat.
Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1) + fosfofruktokinase + ATP → ADP + Fruktosa 1,6bisfosfat (C6H10O6P2)
BIOKIMIA
28
Enzim aldolase membagi fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi dua gula yang berisomerisasi
satu sama lain. Kedua gula tersebut adalah fosfat dihidroksiaseton dan fosfat gliseraldehida.
Fruktosa 1, 6-bisfosfat (C6H10O6P2) + aldolase → dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1) +
gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)
Gambar 21. Jalur Glikolisis
Enzim triose fosfat isomerase mengubah molekul dihidroksiaseton fosfat dan
gliseraldehida fosfat. Gliseraldehida fosfat dihapus setelah dibentuk untuk digunakan pada
langkah glikolisis berikutnya.
Dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1) → gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)
Hasil dari dua langkah sebelumnya adalah fruktosa 1, 6-bisfosfat (C3H5O3P1) ⇌ 2 molekul
gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)
BIOKIMIA
29
Enzim triose fosfat dehidrogenase memiliki dua fungsi dalam langkah ini. Pertama
transfer enzim hidrogen (H-) dari gliseraldehida fosfat ke oksidator nikotinamida adenin
dinukleotida (NAD+) untuk membentuk NADH. Selanjutnya menambahkan fosfat (P) dari
sitosol ke gliseraldehida fosfat teroksidasi untuk membentuk 1, 3-bisfosfogliserat. Proses ini
melibatkan dua molekul gliseraldehida fosfat yang dihasilkan pada langkah di atas.
1. Triose fosfat dehidrogenase + 2 H- + 2 NAD+ → 2 NADH + 2 H+
2. Triose fosfat dehidrogenase + 2 P + 2 gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1) → 2 molekul dari
1,3-bisfosfogliserat (C3H4O4P2)
Enzim fosfogliserokinase memindahkan P dari 1,3-bissfosfogliserat ke molekul ADP
untuk membentuk ATP, yang terjadi untuk setiap molekul dari 1,3-bisfosfogliserat. Proses ini
menghasilkan 2 molekul 3-fosfogliserat dan 2 molekul ATP.
2 molekul 1,3-bisfosfogliserat (C3H4O4P2) + fosfogliserokinase + 2 ADP → 2 molekul 3fosfogliserat (C3H5O4P1) + 2 ATP
Enzim fosfogliseromutase memindahkan P dari 3-fosfogliserat dari karbon ketiga
menuju karbon kedua untuk membentuk 2-fosfogliserat.
2 molekul 3-fosfogliserat (C3H5O4P1) + fosfogliseromutase → 2 molekul 2-fosfogliserat
(C3H5O4P1)
Enzim enolase melepas molekul air dari 2-fosfogliserat untuk membentuk asam
fosfoenolpiruvat (PEP). Hal ini terjadi untuk setiap molekul 2-fosfogliserat.
2 molekul 2-fosfogliserat (C3H5O4P1) + enolase → 2 molekul asam fosfoenolpiruvat (PEP)
(C3H3O3P1)
Enzim piruvat kinase memindahkan P dari PEP ke ADP untuk membentuk asam piruvat
dan ATP. Hal ini terjadi untuk setiap molekul PEP. Reaksi ini menghasilkan 2 molekul asam
piruvat dan 2 molekul ATP.
2 molekul PEP (C3H3O3P1) + piruvat kinase + 2 ADP → 2 molekul asam piruvat (C3H4O3)
+ 2 ATP
Piruvat hasil glikolisis selanjutnya akan diubah menjadi asetil ko-A dalam keadaan
oksigen. Reaksi ini merupakan reaksi penghubung antara glikolisis dengan jalur metabolisme
siklus krebs. Reaksi ini terjadi di mitokondria yang dikatalisis oleh kompleks enzim piruvat
dehidrogenase yang melibatkan 3 jenis enzim (piruvat dehidrogenase, dihidrolipoli
transasetilase dan dihidrolipoli dehidrogenase) dan 5 jenis koenzim (tiaminpirofosfat, asam
BIOKIMIA
30
lipoat, koenzim-A, flavin adenin dinukleotida dan nikotinamid adenin dinukleotida). Asetil koA yang terbentuk akan masuk ke siklus krebs.
Siklus Krebs/ siklus trikarboksilat (asam sitrat) yang merupakan pembongkaran asam
piruvat secara aerob menjadi CO2, H2O dan energi kimia (ATP). Siklus krebs terdapat dalam
sel hewan, tumbuhan dan jasad renik aerob, serta merupakan salah satu tahap dari respirasi.
Siklus krebs terjadi di dalam mitokondria dan dikatalisis oleh enzim yang terdapat dalam
matriks mitokondria, yang memudahkan pemindahan ekuivalen pereduksi ke enzim-enzim
respirasi yang letaknya dekat membran mitokondria.
Gambar 22. Siklus TCA (Tricaboxylic Acid)
Tahapan terakhir dari metabolisme adalah transportasi elektron. Imbasan dari siklus
krebs keluarnya elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai NADH2 dan FADH2 sehingga di
dalam mitokondria akan terbentuk air H2O sebagai hasil sampingan dari respirasi.
Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses pembentukan molekul glukosa baru dari prekusor nonkarbohidrat yang terjadi di dalam hati. Prekursor tersebut antara lain laktat, piruvat, gliserol
dan asam-asam α-keto tertentu yang diturunkan dari asam-asam amino. Pada situasi tertentu
BIOKIMIA
31
(seperti asidosis/ kelaparan), ginjal mampu membuat glukosa baru. Pada kondisi kecukupan
makanan, kadar glukosa darah dipertahankan oleh hidrolisis glikogen di hati. Namun, ketika
glikogen di hati habis, alur glukoneogenesis yang akan mengambil peranan sehingga tubuh
mendapat kadar glukosa yang cukup. Otak dan sel darah mengandalkan glukosa sebagai
sumber energi, namun pada keadaan luar biasa, sel otak mampu menggunakan turunan asamasam lemak tertentu untuk menghasilkan energi.
Urutan reaksi dalam glukoneogenesis merupakan reaksi kebalikan dari glikolisis.
Namun, terdapat 3 reaksi glikolisis yang tidak dapat balik (irreversible), yaitu reaksi yang
dikatalisis glukokinase, reaksi yang dikatalisis oleh fosfofruktokinase dan reaksi yang
dikatalisis oleh piruvat kinase. Substrat utama untuk glukoneogenesis adalah asam-asam amino
yang diturunkan dari otot, laktat yang dibentuk di otot dan sel darah merah, dan gliserol yang
diproduksi dari degradasi triasilgliserol.
Selain itu, reaksi glikolisis terjadi di sitoplasma sedangkan beberapa reaksi
glukoneogenesis terjadi di dalam mitokondria (reaksi yang dikatalisis oleh piruvat karboksilase
dan dalam beberapa spesies dikatalisis oleh fosfoenol piruvat karboksikinase) dan dalam
retikulum endoplasma (reaksi dikatalisis oleh glukosa-6-fosfotase).
Gambar 23. Jalur Glikoneogenesis
BIOKIMIA
32
Gambar 24. Hubungan Jalur Glikolisis dan Glukoneogenesis
Glikogenesis dan Glikogenolisis
Sintesis glikogen (glikogenesis) dan katabolisme glikogen (glikogenolisis) diatur
secara detail sehingga kecukupan glukosa untuk tubuh dapat menghasilkan energi dapat
dipertahankan. Kedua proses tersebut dipengaruhi oleh hormon insulin, glukagon dan
epinefrin. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas berfungsi menurunkan kadar glukosa
dengan menaikkan pembentukan glikogen dari glukosa. Sedangkan epinefrin (adrenalin) dan
glukagon berperan dalam menaikkan kadar glukosa dalam darah. Bila kadar glukosa darah
tinggi, maka sintesis glikogen terjadi setelah makan, yaitu glukosa-6-fosfat dan glukosa-1-
BIOKIMIA
33
fosfat sebagai senyawa antara. Kebalikannya adalah glikogenolisis, yaitu penguraian glikogen
menjadi glukosa, yang sama-sama mempergunakan senyawa antara tersebut.
Siklus Pentosa Fosfat (SPF)
Siklus pentosa fosfat merupakan alur metabolik alternatif untuk oksidasi glukosa yang
tidak menghasilkan ATP. Siklus ini berlangsung dalam cairan sitoplasma. SPF terjadi dalam 2
fase, yaitu oksidatif dan non-oksidatif. Fase oksidatif mengubah glukosa-6-fosfat menjadi
ribulosa-5-fosfat yang diikuti oleh produksi 2 molekul NADPH. Sedangkan fase non-oksidatif
melibatkan proses isomerasi dan kondensasi dari sejumlah molekul karbohidrat berbeda. SPF
bertugas menghasilkan bentuk energi di luar mitokondria, selain NADH yaitu NADPH
(nikotinamid adenin dinukleotida fosfat). Bentuk energi tersebut digunakan untuk proses
biosintesis. Tugas lainnya adalah sebagai penghasil senyawa antara pentosa (ribosa-5-fosfat)
untuk biosintesis asam nukleat, untuk masuk ke glikolisis dan terjadilah metabolisme
fotosintesis.
BIOKIMIA
34
Gambar 25. Jalur Pentosa Pospat
BIOKIMIA
35
BAB IV
PROTEIN
A. Asam Amino dan Protein
Asam amino adalah senyawa penyusun protein. Asam amino mempunyai satu gugus
karboksil dan satu gugus amino. Pada umumnya gugus amino terikat pada posisi α dari gugus
karboksil.
basa
asam
NH3
NH2
R
CH

COOH
asam -amino
R
CH
COO-
ion switter pH : 7,4
(Amfoter)
Gambar 26. Struktur Asam Amino
Protein tersusun atas asam amino (Amino Acids) berantai panjang dan setiap Protein-nya
menjadi berbeda karena tersusun atas 20 Asam Amino yang urutan-nya unik. Protein adalah
biomolekul yang sangat penting. Berdasarkan jumlahnya, protein hampir sepertujuh dari berat
orang. Misalkan saja berat orang 70 kg maka jumlah proteinnya adalah 10 kg. Sebagian besar
protein berada di otot. Metabolisme protein menentukan kesimbangan nitrogen. Keseimbangan
nitrogen dinyatakan sebagai banyaknya nitrogen yang masuk dan yang keluar. Kebutuhan
protein ditentukan dari keseimbangan nitrogen. Masa hidup protein sangat singkat yaitu 2-8
hari. Didalam tubuh protein dipecah menjadi asam amino tetapi dalam waktu bersamaan
protein baru juga diresintesis untuk mengganti yang lama. Proses ini disebut Turn Over.
Proteolisis adalah penguraian protein menjadi asam amino.
B. Metabolisme Protein
Transaminasi dan Deaminasi
Selama degradasi protein, nitrogen amino terakumulasi dan tidak dapat digunakan untuk
produksi energi oksidatif. Gugus amino yang tidak dapat digunakan lagi untuk biosintesis
digabungkan dengan urea dan diekskresi. Reaksi transfer gugus-NH2 yang penting adalah
transaminase dan deaminasi.
BIOKIMIA
36
Transaminasi
Proses transaminase dikatalis oleh enzim transaminase yang terlibat dalam katabolitik dan
anabolitik asam amino. Proses kombinasi deaminasi dan aminasi sebagai berikut:
Asam amino 1 + α keto glutarat
asam amino 2 + L-glutamat
Contoh reaksi transaminase yang penting:
L-aspartat + α keto glutarat
oksaloasetat + L glutamate
L-alanin + α keto glutarat
piruvat + L glutamate
L-leusin + α keto glutarat
α ketoisokaproat + L glutamate
L-tirosin + α keto glutarat
p hidroksifenilpiruvat + L glutamate
OH
HO
P
O
N
O
O
OH
pyridoxal phosphate
OH
O
HO
NH2
N
P
OH
OH
OH
pyridoxamine phosphate
Gambar 27. Proses transaminase
BIOKIMIA
37
Enzim transaminase mempunyai dua subunit dengan kofaktor piridoksal phospat (PLP). PLP
diikat oleh enzim melalui interaksi nonkovalen dan ikatan basa Schiff pada residu lysin disisi
aktifnya.
Deaminasi
Deaminasi adalah reaksi pelepasan asam amino sebagai ammonia. Deaminasi hidrolitik adalah
pelepasan NH3 dari gugus amida. Contohnya pada reaksi glutaminase. Deaminasi eliminasi
adalah proses eliminasi gugus NH3. Sedangkan deaminasi oksidatif adalah gugus amino
dioksidasi menjadi gugus imino oleh NAD+ atau NADP+, kemudian gugus imino dilepaskan
dengan hidrolisis. Contohnya pada reaksi glutamate dehydrogenase.
Degradasi Asam Amino
Asam amino walaupun berfungsi utama sebagai unit pembangun bagi biosintesisis protein,
asam amino dapat mengalami degradasi oksidatif dalam keadaan 3 metabolik, yaitu:
 Selama siklus normal protein, jika sam amino dibebaskan tidak diperlukan untuk sintesis
protein tubuh yang baru.
 Asam amino tidak dapat disimpan, jika yang masuk dari diet makanan jumlahnya melebihi
kebutuhan untuk untuk sintesis protein maka kelebihannya di degradasi.
 Selama puasa atau penderita DM, jika karbohidrat tiak tersedia atau tidak dapat
dimanfaatkan maka asam amino dari protein didegradasi untuk menghasilkan glukosa yang
akan masuk ke siklus TCA.
Diagram Katabolisme Asam Amino pada Mamalia
Degradasi asam amino di hati melepaskan ammonia (NH3) baik langsung maupun tidak
langsung. Ammonia adalah basa kuat, racun bagi sel. Pada konsentrasi tinggi dapat merusak
saraf sel. Karenanya NH3 harus segera di sekresi. Berdasarkan bentuk eksresi ammonia, hewan
dibedakan menjadi:
1. Ammonotelik : ammonia disekresi secara langsung
2. Ureotelik : ammonia dieksresi dalam bentuk urea
3. Uricotelik : ammonia disekresi dalam bentuk asam urat
BIOKIMIA
38
O
H
N
NH2
O
H2N
NH3
N
H
O
ammonia
NH
urea
N
H
O
uric acid
Gambar 28. Struktur ammonia, urea dan asam urat
Siklus Glukosa Alanin
muscle protein
asam amino
NH4+
Glukosa
Piruvat
glikolisis
Alanin
Blood glucose
glutamat
alpha-ketoglutarat
Blood alanin
Alanin
alpha-ketoglutarat
glutamat
Glukosa
piruvat
glukoneogenesis
Gambar 29. Siklus Glukosa-Alanin
 Alanin mentransport asam amino ke hati dalam bentuk non toksik melalui jalur
siklus glukosa-alanin
 Glutamate diubah menjadi glutamin untuk ditransport ke hati
 Atau glutamate mentransfer gugus α-aminonya ke piruvat hasil glikolisis otot
 Alanine yang terbentuk di bawa ke hati melalui darah
BIOKIMIA
39
 Di hati, gugus amino dari alanine di transfer ke- α -ketoglutarat membentuk
piruvat dan asam glutamate kembali.
Katabolisme Kerangka Karbon
Kerangka karbon dari 20 jenis asam amino hanya menghasilkan 7 hasil degradasi yang
berbeda, yang semuanya dapat masuk ke dalam siklus kreb untuk dioksidasi sempurna
menghasilkan CO2 dan H2O, yaitu sectyl Co-A, Acetoacetyl Co-A, pyruvate, oxaloacetate,
fumarat, succinyl Co-A, dan α-ketoglutarat. Ringkasan katabolisme asam amino sebagai
berikut:
leusin
lysin
phenilalanin
triptopan
tirosin
arginin
histisin
prolin
glutamin
glutamat
isoleusin
methionin
threonin
valin
isositrat
aacetoacetyl Co-A
alpha-ketoglutarat
citrate
succinyl Co-AS
acetyl Co-A
CITRIC ACID CYCLE
succinat
oxaloasetat
isoleusin
leusin
phenilalanin
tirosin
fumarat
malat
piruvat
triptopan
alanin
sistein
glysin
serin
triptopan
asparagina
aspartat
Gambar 30. Rangkuman katabolisme kerangka karbon
BIOKIMIA
40
BIOSINTESIS ASAM AMINO
Semua kerangka karbon asam amino diturunkan dari kerangka intermediet yang berasal
dari tiga sumber yaitu: glikolisis, TCA dan jalur pentose phospat.
BIOSINTESIS PROTEIN
Ada 5 tahap sintesis protein yaitu: 1) aktivasi asam amino, 2) inisiasi rantai polipeptida, 3)
pemanjangan, 4) terminasi, dan 5) pelipatan dan pengolahan.
Tahap 1: Aktivasi asam amino
 Terjadi di dalam sitosol, bukan pada ribosom
 Masing-masing dari 10 asam amino ini diikat secara kovalen dengan suatu RNA,
dengan memanfaatkan energi ATP
 Dikatalis oleh enzim pengaktif dengan Mg2+ sebagai kofaktor
 Masing-masing spesifik bagi satu asam amino dan bagi t-RNA nya
Tahap 2: Inisiasi Rantai Polipeptida





RNA pembawa sandi bagi polipeptida yang akan diikat oleh
Sub unit ribosom yang berukuran lebih kecil, diikuti oleh inisiasi asam amino yang
diikat oleh t-RNA nya membentuk suatu kompleks inisiasi t-RNA
Asam amino penginisiasi berpasangan dengan triplet nukleotida spesifik/ kodon mRNA yang menyandi permulaan rantai polipeptida
Proses diatas memerlukan GTP
Dilangsungkan oleh tiga faktor inisiasi (proses sitosol)
Tahap 3: Pemanjangan



Asam amino diangkut menuju ribosom dan diletakan ke tempatnya secara benar oleh
t-RNA masing-masing yang berapasangan dengan kodonnya pada molekul RNA
pembawa pesan
Pemanjangan digiatkan oleh protein sitosol
Energi untuk mengikat setiap aminoasil t-RNA yang datang dan untuk pergerakan
ribosom disepanjang m RNA satu kodon hidrolisis dua molekul GTP
Tahap 4: Terminasi dan Pembebasan


Penyempurnaan rantai polipeptida, yang dicirikan oleh suatu kodon terminasi m-RNA
Diikuti oleh pembebasannya dari ribosom, yang dilangsungkan oleh faktor pembebas
Tahap 5: Pelipatan dan Pengolahan


Untuk memperoleh bentuk aktifnya secara biologis polipeptida baru mengalami
pelipatan menjadi konformasi 3D yang benar
Sebelum atau setelah pelipatan, polipeptida baru dapat mengalami pengolahan oleh
kerja enzimatik untuk melepaskan asam amino penginisiasi, mengikat gugus phospat,
metil, karboksil dan gugus lainnya.
BIOKIMIA
41
GLUKOSA
GLUKOSA-6-PHOSPAT
RIBOSE-6-PHOSPAT
4-step
HYSTIDINE
ERITROS
6-PHOSPAT
SERIN
3-PHOSPOGLISERAT
PHOSPOENOL PIRUVAT
TRIPTOPAN
PHENILALANIN
TYROSIN
GLYSIN
SISTEINA
ALANIN
VALIN
LEUSIN
ISOLEUSIN
PIRUVAT
CITRAT
ALPHA-KETOGLUTARAT
OXALOACETAT
GLUTAMAT
ASPARAGIN
TYROSIN
LYSIN
METHIONIN
GLUTAMIN
PROLIN
ARGININ
Gambar 31. Kerangka intermediet glikolisis, TCA dan jalur pentose phospat.
BIOKIMIA
42
BAB V
LIPID
A.
Lipid
Lipid merupakan ester dari asam karboksilat rantai panjang dengan alkohol (gliserol).
Dilihat dari susunan asam lemaknya, lipid diklasifikasikan menjadi dua yaitu lipid sederhana
dan lipid campuran. Lipid sederhana tersusun dari asam lemak sejenis sedangkan lipid
campuran tersusun dari asam lemak yang tidak sejenis.
O
OH2C
H HO
C
O
C17H35
H2C
O
H HO
C
C17H35
HC
O
C
O
C17H35
C17H35
H2C
O
C
C17H35
O
OH2C
H HO
Gliserol +
C
C17H35
O
O
HC
C
Asam stearat
Tristearin
Gambar 32. Struktur Lipid Sederhana dari Asam Stearat
B.
Metabolisme Lipid
Trigliserida adalah senyawa lipid utama yang terkandung dalam bahan makanan dan
sebagai energi yang penting, khusunya bagi hewan. Sebagian besar triasilgliserol disimpan
dalam sel-sel jaringan adipose. Triasilgliserol secara konstans didegradasi dan diresintesis.
Pemrosesan dan distribusi lipid dijelaskan dalam 8 tahap yaitu:
1. Triasilgliserl yang berasal dari diet makanan tidak larut dalam air. Untuk mengangkutnya
menuju usu halus dan agar dapat diakses oleh enzim yang dapat larut di air seperti lipase,
triasilgliserol tersebut disolvasi oleh garam empedu seprti kholast dan glikolat membentuk
misel.
2. Di usus halus enzim pancreas lipase mendegradasikan triasilgliserol menjadi asam lemak
dan gliserol. Asam lemak dan gliserol diabsorbsi ke dalam mukosa usus.
3. Di dalam mukosa usus asam lemak dan gliserol diresintesis kembali menjadi triasilgliserol.
4. Triasilgliserol tersebut kemudian digabungkan dengan kolesterol dari diet makanan dan
protein khusus membentuk agregat yang disebut kilomikron.
5. Kilomikron bergerak melalui system limpa dan aliran darah ke jaringan-jaringan.
BIOKIMIA
43
6. Triasilgliserol diputus pada dinding pembuluh darah oleh lipoprotein lipase menjadi asam
lemak dan gliserol.
7. Komponen ini kemudian diangkut menuju sel-sel target.
8. Di dalam sel otot asam lemak dioksidasi untuk energi dan di dalam sel adipose asam lemak
diesterifikasi untuk disimpan sebagai triasilgliserol.
Selama olahraga otot membutuhkan dengan cepat sejumlah energi simpanan. Asam lemak
yang disimpan dalam asiposit dapat dilepaskan dan ditransport ke sel otot oleh serum albumin
untuk didegradasi menghasilkan energi. Ada 3 sumber asam lemak untuk metabolisme energi
pada hewan, yaitu: 1) suplai triasilgliserol dari makanan, 2) sintesis triasilgliserol dalam hati
jika sumber energi internal melimpah, 3) simpanan triasilgliserol dalam adiposite.
Gambar 33. Pemrosesan dan distribusi lipid pada vertebrata
BIOKIMIA
44
Metabolisme Lipid Pada Jaringan Adiposa
Untuk proses lipogenesis (sintesis lipid) pada jaringan adipose, triasil gliserol disuplai
dari hati ke hati dan usus dalam bentuk lipoprotein, VLDL, dan kilomikron. Asam lemak dari
lipoprotein dilepaskan oleh lipoprotein lipase yang berlokasi pada permukaan sel-sel
endothelial pembuluh kapiler darah. Asam lemak kemudian diubah menjadi triasilgliserol.
Proses liposis (degradasi lipid) pada jaringan adiosa dikatalisis oleh hormone sensitif lipase
yang dikontrol oleh hormone, dengan mobilisasi sebagai berikut:
1.
Jika glukosa dalam darah rendah akan memicu pelepasan epinefrin atau glukagon. Kedua
hormone menginggalkan aliran darah dan mengikat molekul reseptor yang ditemui di
dalam membrane adiposit atau sel lemak.
2.
Hal ini menyebabkan adenilat siklase melalui protein G mengubah ATP menjadi Camp.
3.
CAMP kemudian mengaktifkan protein kinase. Protein kinase aktif mengaktifkan
triasilgliserol lipase melalui posporilase.
4.
Protein kinase aktif juga mengkatalisis posporilasi molekul perilipin pada permukaan
butiran lemak (lipid droplet) sehingga triasilgliserol lipase dapat mengakses permukaan
butiran lemak.
5.
Selanjutnya triasilgliserol diuraikan menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh
triasilgliserol lipase
6.
Molekul asam lemak yang dihasilkan dilepaskan dari adiposity dan diikat oleh protein
serum albumin dalam darah untuk diangkut melalui pembuluh darah menuju myocyte
(sel otot) jika dibutuhkan. Jumlah asam lemak yang dilepaskan oleh jaringan adipose ini
tergantung pada aktivitas triasilgliserol lipase. Hanya asam lemak rantai pendek yang
dapat larut dalam air, sedangkan asam lemak rantai panjang tidak. Oleh karena itu untuk
pengangkutan asam lemak rantai panjang diikatkan pada serum albumin.
7.
Asam lemak tersebut dilepaskan dari albumin dan masuk ke sel otot mellaui transport
khusus.
8.
Di sel otot asam lemak mengalami β-oksidasi yang menghasilkan CO2 dan energi ATP.
DEGRADASI ASAM LEMAK DI HATI
Jaringan menangkap asam lemak dari aliran darah untuk dibangun kembali menjadi
lipid atau untuk memperoleh energi dari oksidasinya. Metabolisme asam lemak intensif
khususnya di dalam sel hati (hepatocyte).
BIOKIMIA
45
Proses terpenting dari degradasi asam lemak adalah β-oksidasi yang terjadi di dalam
mitokondria. Asam lemak dalam sitoplasama diaktifkan dengan mengikatkannya pada
coenzyme A, kemudian dengan sistem transport karnitin masuk ke mitokondria untuk
didegradasi menjadi acetyl Co-A melalui β-oksidasi. Residu acetyl Co-A dapat dioksidasi
lanjut menjadi CO2 melalui siklus Krebs atau TCA dan rantai respirasi dengan menghasilkan
ATP. Jika produksi acetyl Co-A melebihi kebutuhan energi sel hepatocyte akan diubah menjadi
keton body untuk mensuplai energi pada jaringan lain. Hal ini terjadi jika suplai asam lemak
dalam plasama darah tinggi, missal dalam kondisi kelaparan atau diabetes mellitus.
Biosintesis lipid dalam hati
Biosintesis asam lemak dalam hati terjadi di sitoplasma, khususnya di hati, jaringan
adipose, ginjal, paru-paru dan kelenjar mamae. Pensuplai karbon yang paling penting adalah
glukosa. Akan tetapi prekusor acetyl Co-A yang lain seperti asam amino ketogenik dapat
digunakan. Mula-mula asetyl Co-A dikarboksilasi menjadi malonyl Co-A, kemudian
dipolimerisasi menjadi asam lemak. Asam lemak selanjutnya diaktivasi dan disintesis menjadi
lipid (triasilgliserol) dengan gliserol 3-pospat. Untuk mensuplai jaringan lain, lipid tersebut
dipak kedalam kompleks lipoprotein (VLDL) oleh hepatocyte dan dilepaskan ke dalam darah.
Katabolisme Asam Lemak
Degradasi Asam Lemak : β-oksidasi
Degradasi asam lemak terjadi di mitokondria dalam beberapa tahap:
Tahap 1. Aktivasi asam lemak di sitoplasma. Asam lemak difosforilasi dengan menggunakan
satu molekul ATP dan diaktifkan dengan asetil Co-A menghasilkan asam lemak Co-A,
AMP, dan piropospat inorganic.
BIOKIMIA
46
Gambar 34. Aktivasi Asam Lemak
Tahap 2. Pengangkutan asam lemak Co-A dari sitoplasma ke mitokondria dengan
bantuan molekul pembawa carnitine, yang terdapat dalam membrane mitokondria.
Gambar 35. Masuknya asam lemak ke mitokondria melalui transport acyl-carnitine
BIOKIMIA
47
Tahap 3. Reaksi β-oksidasi berlangsung dalam 4 tahap yaitu: 1) dehidrogenasi I, 2) hidratasi,
3) dehidrogenasi II, dan 4) tiolasi (tahap pemotongan) (gambar 7).
1. Dehidrogenasi I, yaitu dehidrogenasi asam lemak Co-A yang
sudah berada dalam mitokondria oleh enzim acyl Co-A
dehydrogenase, menghasilkan senyawa enoyl Co-A. Pada
reaksi ini, FAD (Flavim adein dinukleotida) yang bertindak
sebagai koenzim direduksi menjadi FADH2. Dengan
mekanisme posporilasi bersifat oksidati melalui rantai
pernafasan, suat molekul FADH2 dapat mengahsilkan 2
molekul ATP.
2. Hidratasi, yaitu ikatan rangkap pada enoyl-Co-A dihidratasi
menjadi 3-hidroxylacyl-Co-A oleh enzim enoyl-Co-A
hydratase.
3. Dehidrogenasi II, yaitu dehidrogenasi 3-hidroxyacyl-CoA oleh
enzim β -hydroxyacyl-CoA dehydrogenase dengan NAD+
sebagai koenzimnya menjadi β-ketoacyl-CoA. NADH yang
terbentuk dari NAD+ dapat dioksidasi kembali melalui
mekanisme posporilasi oksidatif yang dirangkaiakan dengan
rantai pernafasan menghasilkan 3 molekul ATP.
4. Thiolasi, yaitu pemecahan molekul dengan enzim β-ketoacylCo-A thiolase. Pada reaksi ini satu molekul ketoacyl-CoA
menghasilkan satu molekul asetyl-Co-A dan sisa rantai lemak
dalam bentuk Co-A nya, yang mempunyai rantai dua atom
karbon lebih pendek dari semula.
Gambar 36. Tahapan Reaksi β -Oksidasi
Proses degradasi asam lemak selanjutnya adalah pengulangan mekanisme β -oksidasi secara
berurutan sampai panjang rantai asam lemak tersebut habis dipecah menjadi molekul acetylCoA. Dengan demikian satu molekul asam miristat (C14) menghasilkan 7 molekul acetyl CoA (C2) dengan melalui 6 siklus β-oksidasi.
BIOKIMIA
48
C14 asam lemak menghasilkan 7 acetyl Co-A dan
6 siklus β oksidasi.
Tiap satu siklus β oksidasi dihasilkan energi
sebesar:
1 FADH2 = 2 ATP
1 NADH = 3 ATP
Dan 1 acetyl Co-A yang akan masuk ke siklus
TCA menghasilkan = 12 ATP
Gambar 37. Siklus β oksidasi C-14
Jadi jumlah ATP yang dihasilkan satu siklus β
oksidasi = 17 ATP
β oksidasi Asam Lemak atom C ganjil
Pada asam lemak dengan jumlah atom C
ganjil, setelah pengambilan acetyl Co-A
(2C) maka sisanya adalah residu propionil
Co-A (3C). propionil Co-A ini masuk ke
siklus Krebs lewat succinyl Co-A. Dalam
hal ini propionil Co-A dikarboksilasi
menjadi
D-metylmalonyl-Co-A,
kemudian diubah menjadi succinyl Co-A
melalui intermediet L-methylmalonylCo-A. Jumlah energi yang dihasilkan
dalam 1 siklus Krebs jika masuk lewat
succinyl Co-A hanya sebesar 6 ATP.
Karena
masuk
siklus
Krebs
lewat
succinyl Co-A maka degradasi asam
lemak dengan atom C ganjil lebih cepat
dibandingkan dengan degradasi asam
lemak C genap. Hal ini penting untuk
memberikan konsumsi pada orang yang
membutuhkan energi cepat missal orang
Eskimo. Bagi penderita anemia perniosa
BIOKIMIA
49
sebagai akibat kekurangan vitamin B, kerja enzim methylmalonyl-CoA mtase terganggu,
sehingga L-methylmalonil CoA tidak bisa diubah menjadi succinyl Co-A. dalam urin penderita
ini ditemukan L-methylamlonyl Co-A maupun propionyl Co-A dalam jumlah besar.
ANABOLISME LIPID
Hati adalah tempat penting untuk pembentukan asam lemak, lemak, keton bodi, dan
kolesterol. Meskipun jaringan adipose juga mensintesis lemak, tetapi fungsi utamanya adalah
menyimpan lipid. Metabolisme lipid di dalam hati berkaitan erat dengan karbohidrat dan asam
amino. Dalam keadaan absorpsi, hati mengubah glukosa mejadi asam lemak melalui asetyl CoA. Hati dapat juga mendapatkan kembali asam lemak dari suplai lipid dengan kilomikron dari
usus. Asam lemak dari kedua sumber tersebut kemudian dikonversi menjadi lemak netral dan
fosfolipid.
BIOSINTESIS KETON BODIES
Tujuan pembentukan keton bodies adalah: 1) untuk mengalihkan sebagian acetyl Co-A
yang terbentuk dari asam lemak di dalam hati dari oksidasi menjadi CO2 dan H2O (salah satu
cara distribusi bahan bakar ke bagian lain dalam tubuh). Dalam keadaan paska absorpsi,
khususnya selama puasa atau kondisi lapar, atau menderita diabetes mellitus (DM) ada
pergeseran dalam metabolisme lipid. Pada penderita DM jaringan tidak dapat memanfaatkan
glukosa dari darah, akibatnya hati lebih banyak menguraikan asam lemak yang diperolehnya
dari jaringan adiposa sebagai bahan bakar.
Acetyl Co-A hasil degradasi asam lemak jika konsentrasinya dalam mitokondria hati
tinggi, maka dua molekul asetyl Co-A akan berkondensasi membentuk acetoacetyl- Co-A,
penambahan satu gugus acetyl selanjutnya menghasilkan 3-hydroxy-β-methylglutyryl-CoA(HMG-CoA), dan pelesapasan satu acetyl Co-A dan acetoacetate disebut keton bodies.
Senyawa acetoacetate dapat direduksi menjadi 3-hydroxybutirat atau diurai menjadi aceton.
Keton bodies selanjutnya dilepaskan hati ke darah. Dalam kondisi lapar, keton bodies dalam
darah naik. Acetoacetate dan 3-hydroxybutirate bersama asam lemak digunakan sebagai
sumber energi untuk hati, otot skeletal, ginjal dan otak. Sedangkan aceton yang tidak
diperlukan dikeluarakan melalui paru-paru. Jika produksi keton bodi melebihi penggunaannya
di luar sel hati, maka keton bodies ini akan terakumulasi dalam plasama darah (ketonemia),
dan diekskresikan bersama urin (ketonuria). Karena keton bodies adalah asam kuat moderat
dengan pKa sekitar 4, maka dapat menurunkan pH plasam darah (ketoacidosis).
BIOKIMIA
50
Gambar 38. Reaksi-reaksi pembentukan keton bodies. Reaksi 1: pembentukan
acetoacetyl-Co-A. Reaksi 2: pembentukan HMG-CoA. Reaksi 3: Pembentukan
acetoacetate. Reaksi 4. Pengubahan acetoacetate menjadi aceton dan β-hydroxybutirat.
BIOSINTESIS ASAM LEMAK
Biosisntesis asam lemak sangat penting, khususnya dalam jaringan hewan, karena
mempunyai kemampuan terbatas untuk menyimpan energi dalam bentuk karbohidrat. Proses
ini dikatalisis oleh asam lemak synthase, suatu multienzim yang berlokasi di sitoplasma.
Biosintesis Asam Lemak Jenuh
Biosintesis asam lemka jenuh dimulai dari acetyl-CoA menjadi starter. Acetyl Co-A ini
dapat berasal dari β-oksidasi asam lemak maupun dari pyruvate hasil glikolisis atau degradasi
BIOKIMIA
51
asam amino melalui reaksi pyruvate dehydrogenase. Acetyl Co-A tersebut kemudian
ditransport dari mitokondria ke sitoplasama melalui system citrate shuttle untuk disintesis
menjadi asam lemak. Reduktan NADPH + H+disuplai dari jalur hexose monophosphate.
Asam lemak synthase disusun oleh dua rantai peptide yang identic yang disebut
homodimer yang dapat dilihat pada gambar 11. Masing-masing dari 2 rantai peptide yang
digambarkan sebagai hemispheres tersebut, mengkatalis 7 bagian reaksi yang berbeda yang
dibutuhkan dalam sintesis asam palmitat. Katalisis reaksi multi urutan dengan satu protein
mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan beberapa enzim yang terpisah.
Keuntungan tersebut antara lain: 1) reaksi-rekasi kompetitif dapat dicegah, 2) reaksi terjadi
dalam satu garis koordinasi, dan 3) lebih efisien karena konsentrasi substrat local yang tinggi,
kehilangan karena difusi rendah.
Enzim kompleks asam lemak synthase bekerja dalam bentuk dimer. Tiap monomernya
secara kovalen dapat mengikat substrat sebagai tioester pada bagian gugus-SH. Ada dua gugus
SH yang masing-masing terikat residu Cysteine (Cys-SH) pada β-ketoacyl-ACP-Synthase dan
4-phospopantethine (Pan-SH). Pan-SH, yang mirip dengan koenzim A (CoA-SH), diikat dalam
suatu domain enzim yang disebut acyl-carrierprotein (ACP).
Aktivitas yang terlibat dalam system enzim kompleks asam lemak synthase dilokasikan
dalam 3 domain protein yang berbeda. Domain 1 bertanggungjawab pada katalisis reaksi 2a,
2b, dan 3 yaitu masuknya sustrat asetyl-Co-A atau acyl-CoA dalam malonyl-CoA yang diikuti
dengan kondensasi kedua substrat tersebut. Domain 2 mengkatalisis reaksi 4,5, dna 6 yaitu
reaksi reduksi pertama rantai perpanjangan asam lemak, dehydratase dan reduksi kedua.
Sedangkan domain 3 atau domain tiolase mengkatalisis pelepasan produk akhir asam lemak
setelah 7 tahap perpanjangan (reaksi 7).
Reaksi Biosintesis asam lemak Jenuh (Asam Palmitat)
Biosintesis asam lemak jenuh, dalam hal ini sebagai pokok bahasan adalah biosintesis asam
plamitat, karena proses metabolisme sudah banyak diketahui. Reaksi ini dibagai dalam tiga
tahap, yaitu tahap aktivasi, tahap elongasi, tahap tiolasi atau pelepasan produk akhir.
Tahap aktivasi
Reaksi 1. Acetyl Co-A + Oksaloacetat
Reaksi 2. Sitrat + ATP+ KoASH
sitrat + KOA-SH.
Asetyl-KoA + Oksaloasetat + ADP+Pi
BIOKIMIA
52
Reaksi 3. Acetyl-CoA + CO2+ ATP
malonyl Co-A + ADP+ Pi
Tahap elongasi
Reaksi 1: Pembentukan acetyl-ACP sebagai starter atau molekul pemula
Transfer residu acetyl dari acetyl Co-A ke gugus SH dari molekul ACP pada enzim kompleks
asam lemak synthase merupakan reaksi pemula dalam mekanisme biosintesis lemak. Kedua
atom karbon ini akan menjadi atom karbon ujung (atom karbon nomor 15 dan 16) dari asam
palmitat yang terbentuk. Reaksi ini dikatalis oleh salah satu dari enam enzim kompleks asam
lemak synthase, acetyl-CoA-ACP transacylase.
Reaksi 2: transfer residu acetyl ke Cys-SH dari enzim dan residu malonyl ke Pan-SH dari ACP
Residu acetyl dari molekul ACP kemudian ditransfer (translokasi) ke gugus-SH dari residu
cysteine pada β-ketoacyl-ACP-Synthase. Secara bersamaan gugus malonyl dari malonyl- CoA
dipindah ke Pan-SH dari ACP membentuk malonyl-ACP oleh enzim malonyl-CoA-ACPtransferase.
Reaksi 3: Reaksi kondensasi pembentukan acetoacetyl-S-ACP
Gugus acetyl yang diesterkan pada enzim β-ketoacyl-ACP-Synthase ditransfer ke atom C
nomer 2 pada malonyl ACP dengan pelepasan CO2 yang berasal dari HCO3- oleh enzim βketoacyl-ACP-Synthase membentuk acetoacetyl-S-ACP. Dengan demikian dalam reaksi
karboksilasi acetyl-Co-A, CO2, dari HCO3- tersebut memegang peran katalitik karena
dilepaskan kembali sebagai CO2.
Reaksi 4: Reaksi residu pertama
Malonyl Co-A
Acetoacetyl-S-ACP direduksi oleh NADPH membentuk
D-β-hydroxybutyryl-ACP, yang
dikatalis oleh β-ketoacyl-ACP redukatse. Struktur intermediet yang dihasilkan oleh D bukan
L.
Reaksi 5: Reaksi dehidratasi
D-β-hydroxybutyryl-ACP selanjutnya didehidratasi oleh enoyl-ACP hydratase menjadi α,βtransbutenoyl-ACP.
Reaksi 6:
α,β-transbutenoyl-ACP direduksi oleh enoyl ACP reductase menghasilkan butyryl-ACP.
NADPH digunakan sebagai reduktor pada E coli dan jaringan hewan.
Pembentukan butyryl-ACP berarti menyempurnakan satu siklus dari 7 siklus dalam
pembentukan palmitoyl-ACP. Untuk memulai siklus berikutnya, dilakukan proses translokasi,
yaitu gugus butyryl dari butyril-ACP- ditransfer ke gugus SH dari enzim β-ketoacyl-ACP
synthase. ACP kemudian diesterkan dengan gugus malonyl dari molekul-molekul malonylBIOKIMIA
53
CoA lain oleh malonyl-CoA-ACP transferase. Kemudian siklus diulang, yang mana pada tahap
berikutnya kondensasi malonyl-ACP dengan butyryl-β-ketoacyl-ACP synthase menghasilkan
β-ketohexanoyl-ACP dan CO2. Setelah 7 siklus dihasilkan palmitoyl-ACP sebagai produk
akhir dari system enzim kompleks asam lemak synthase.
Tahap Tiolasi
Reaksi 7: Pelepasan asam palmitat
Palmitoyl-ACP dapat dilepaskan menjadi asam palmitat bebas oleh kerja enzim palmitoyl
thioesterase atau ditransfer dari ACP ke CoA atau digabungkan secara langsung ke asam
fosfatidat dalam jalur yang menuju fospolipid dan triasilgliserol.
Pada kebanyakan organisme, system enzim kompleks asam lemak synthase berhenti pada
produk asam palmitat dan tidak menghasilkan asam stearate. Hal ini karena: (1) spesifitas
panjang rantai maksimum yang dapat diakomodasi oleh enzim kompleks asam lemak synthase
adalah gugus tetradecanoyl, gugus hexadecanoyl tidak diterima oleh system ini, palmitoyl-CoA
merupakan penghambat feedback system enzim kompleks asam lemak synthase.
Reaksi keseluruhan dari reaksi biosintesa asam palmitat yang dimulai dari asetil-CoA adalah:
8 asetyl CoA
14 NADPH
14 H+
7 ATP
H2O
asam palmitat
8CoA
14NADP+
7ADP
7Pi
Bandingkan dengan reaksi β-oksidasi asam palmitat adalah:
asam palmitat
8CoA
14NAD+
7 FAD
7H2O
8 asetyl CoA
7 NADPH
7H+
7 FADH2
14 Molekul NADPH+ + 14 H+ diperlukan pada biosintesis asam palmitat bersumber dari:
a. System malat yang ditemukan di hati dan jaringan hewan lainnya
BIOKIMIA
54
-O
NADP+ NADPH H+
O
C
O-
O
C
CH
CO2
CH2
HO
malic enzim
C
H3C
C
O
O-
O
piruvat
malate
b. Jalur pentose phosphate
NADP+ NADPH NADP+
glucose 6-phospate
NADPH
ribulose 5-phospate
pentose phospate pathway
c. Fotosintesis
light
H2O + NADP+
½ O2+ NADPH + H+
Biosintesis Asam Lemak Jenuh dengan jumlah atom C ganjil
Asam lemak dengan jumlah atom C ganjil banyak terdapat pada organisme laut. Asam
lemak ini juga disintesis oleh system enzim kompleks asam lemak synthase. Sintesisnya
dimulai dari molekul propionyl-ACP bukan acetyl-ACP. Penambahan 2 atom C
dilakukan melalui kondensasi dengan malonyl-ACP melalui kondensasi dengan
malonyl-ACP, sama pada biosintesis asam lemak jenuh beratom C genap.
Dari uraian tentang jalur β-oksidasi asam lemak (katabolisme) dan biosintesis asam
lemak (anabolisme) terdapat lima perbedaan yang dapat diamati yaitu:
1. Lokasi intraseluler: β-oksidasi terjadi di mitokondria, biosintsis di sitoplasma
2. Tipe pembawa gugus acyl: dalam β-oksidasi adalah Co-A, dalam biosintesis adalah
ACP.
3. Dalam β-oksidasi asam lemak sebaga akseptor electron (oksidator) adalah FAD,
sedangkan dalam biosintesis asam lemak NADPH sebagaai donor electron
(Reduktor)
4. Senyawa intermediet yang terbentuk pada reaksi hidratasi mempunyai konfigurasi
L, pada reaksi hidratasi dalam biosintesis asam lemak senyawa intermedietnya
mempunyai konfigurasi D
BIOKIMIA
55
5. Malonyl Co-A berperan sebagai prekusor penambahan unit C2 dalam biosintesis
asam lemak, sedangkan dalam β-oksidasi pengurangan unit C2 dalam bentuk acetyl
Co-A.
Selain kelima perbedaan di atas, pada β-oksidasi dihasilkan energi sedangkan pada
biosintesis asam lemak diperlukan energi.
BIOKIMIA
56
BAB VI
ASAM NUKLEAT
A. Asam Nukleat
Terdapat dua jenis asam nukleat, yaitu : Ribonucleic Acid (RNA) atau Asam
Ribonukleat dan Deoxyribonecleic Acid (DNA) atau Asam Dioksiribonukleat.
DNA pertama kali ditemukan oleh seorang dokter muda bernama Friedrich Miescher
pada tahun 1869. Ia meneliti sel pada nanah yang ia peroleh dari pembalut luka di ruang bedah.
Sel-sel tersebut dilarutkan dalam asam encer dan dengan cara ini diperolehnya inti sel yang
masih terikat pada sejumlah protein. Kemudian dengan menambahkan enzim pemecah protein
ia dapat memperoleh inti sel saja dan dengan cara ekstraksi terhadap inti sel ini ia memperoleh
satu zat yang larut dalam basa tetapi tidak larut dalam asam. Pada waktu itu ia belum dapat
menentukan rumus kimia zat tersebut, sehingga ia menamakannya nuclein. Sebenarnya apa
yang ia peroleh dari ekstrak inti sel tersebut adalah campuran senyawa-senyawa yang
mengandung 30% DNA.
Sejak tahun 1940 studi tentang genetika telah berkembang pesat dan orang telah
mengetahui bahwa kromosom dalam sel adalah pembawa sifat-sifat keturunan pada seseorang.
Pada tahun 1951 seorang ahli genetika Amerika, James Watson, bekerja sama dengan dua
orang sarjana fisika dari Inggris Francis Crick dan Maurice Wilkins yang telah melakukan
penelitian terhadap kromosom ini. Atas ketekunan mereka, telah dapat dijelaskan bentuk model
DNA dengan sebuah model, dan untuk itu pada tahun 1962 mereka memperoleh hadiah Nobel.
Asam nukleat terdapat dalam semua sel dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
biosintesis protein (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Basa Nitrogen
Basa nitrogen pada asam nukleat merupakan turunan dari pirimidin dan purin. Basabasa yang merupakan turunan pirimidin adalah: Cytosine (C), Uracil (U), and Thymine (T).
Cytosine dan Thymine terdapat pada DNA, sedangkan Cytosine dan Uracil terdapat pada RNA.
Basa dengan cincin purin adalah Guanine (G) dan Adenine (A). Keduanya digunakan pada
DNA dan RNA.
BIOKIMIA
57
6
4
5
3 N
7
5
1 N
N
8
2
6
2
N
N
1
3
4
N9
H
Purin
Pirimidin
Gambar 39. Struktur Pirimidin dan Purin
DNA
O
NH2
HN
O
O
N
N
H
Uracil
O
N
H
Cytosine
HN
O
CH3
N
H
Thymine
RNA
Gambar 40. Struktur Uracil, Cytosine dan Thymine
Gambar 41. Struktur Adenine dan Guanine
Sifat-sifat purine and pyrimidine :
 Cincin pyrimidine berbentuk planar, sedangkan cincin purine sedikit membengkok.
 Molekul purine and pyrimidine memiliki kelarutan yang rendah, tetapi basa G, A, T, C
and U kelarutannya lebih tinggi karena adanya gugus polar
 Purine dan pyrimidine dapat mengalami tautomerisasi keto-enol. Tautomer Keto
disebut laktam, sedangkan tautomer enol disebut laktim. Tautomer laktam (keto)
merupakan bentuk yang dominan pada pH netral.
 Dalam bentuk laktam, atom nitrogen berperan sebagai donor ikatan-H, dan oksigen keto
berperan sebagai akseptor ikatan-H, ketika berinteraksi dengan molekul lain.
BIOKIMIA
58
 Semua basa pirimidin dan purin menyerap sinar U.V. (akibat dari cincin aromatik).
Sehingga, konsentrasi DNA atau RNA dalam sample dapat ditentukan dengan
mengukur absorbansi UV-nya.
Gambar 42. Cincin Lactam dan Lactim
Nukleosida dan Nukleotida
Selain basa purin dan pirimidin, RNA dan DNA mempunyai gugus ribosa yaitu gula
dengan 5 atom karbon. RNA mengandung molekul ribosa sedangkan DNA mengandung
molekul deoksi-ribosa (2'-deoksi-ribosa).
5 CH OH
2
OH
H
4
H
5 CH OH
2
O
H
1
3
2
OH
OH
H
4
H
H
OH
O
3
OH
D-Ribosa
H
2
1
H
H
D-2-Deoksiribosa
Gambar 43. Struktur Gula Ribosa dan Deoksiribosa
Molekul ribosa berikatan secara kovalen dengan basa nitrogen melalui ikatan glikosida
membentuk molekul nukleosida.
NH2
4
5
N3
2
6
CH2OH
5'
N1
O
O
ikatan glikosida
4'
1'
3'
OH
2'
OH
Nukleosida
ikatan-glikosida menghubungkan
antara D-ribosa dengan cytosin
Gambar 44. Struktur Nukleosida
BIOKIMIA
59
Ikatan glikosida pada nukleosida selalu bentuk b-glikosida. Nukleosida diberi nama
dengan menambahkan akhiran"-idine" pada pirimidin atau "-osine" pada nama purin.
Nukleosida Pirimidin : Cytidine, Thymidine, dan Uridine; Nukleosida Purin : Adenosine dan
Guanosine.
O
NH2
NH
N
CH2OH
O
OH
N
CH2OH
O
O
N
OH
OH
O
OH
NH2
Uridine
Cytidine
N
CH2OH
O
OH
O
N
N
N
CH2OH
O
N
OH
OH
Adenosine
NH
N
N
NH2
OH
Guanosine
Gambar 45. Struktur Cytidine, Uridine, Adenosine, Guanosine
Nukleosida di atas semuanya ribonukleosida yang terdapat pada RNA. Untuk
deoksiribonukleosida yang terdapat pada DNA, Uridine diganti dengan deoxyThymidine.
O
O
H3C
N
NH
CH2OH
O
N
OH
CH2OH
O
O
OH
H
N
NH
N
NH2
H
deoksiGuanosine
deoksiThymidine
Gambar 46. deoksiThymidine dan deoksiGuanosine
Nukleotida adalah nukleosida yang mengandung gugus fosfat. Nukleotida terbentuk
bila gugus hidroksil pada C-5’ bergabung dengan asam fosfat membentuk nukleotida
monofosfat (suatu ester).
NH2
ikatan fosfoester
N
O
-
O
O
N
O
P
O
(deoksi-)Cytidine
O
-
H
H
OH
H
H
H
(Deoksi-)Cytidine-5'-monofosfat
(5'-dCMP)
(deoxy-)cytidylic acid
Gambar 47. Struktur Nukleotida
BIOKIMIA
60
Nukleotida monofosfat umumnya disingkat menjadi NTP atau dNTP, dimana dNTP
menunjukkan adanya gugus deoxyribose (spt pada DNA). Asam fosfat mempunyai pKa1 ~1.0
dan pKa2 ~6.0 Sehingga, pada pH neutral nukleotida akan memiliki muatan antara -1 and -2,
dan nukleotida bersifat asam. Nama dari nukleotida menunjukkan sifat asam dari gugus fosfat
seperti tabel di bawah :
Basa
Nukleosida
Nukleotida
Adenine
(deoxy-)
Adenosine
(deoxy-) Adenylic acid
Guanine
(deoxy-)
Guanosine
(deoxy-) Guanylic acid
Cytosine
(deoxy-)
Cytidine
(deoxy-) Cytidylic acid
Thymine
Thymidine
Uracil
Uridine
RNA
DNA
(mono-Pi) (mono-Pi)
AMP
Kode
dAMP
A
dGMP
G
CMP
dCMP
C
Thymidylic acid
-
dTMP
T
Uridylic acid
UMP
-
U
GMP
Nukleosida monofosfat dapat membentuk dua ikatan ester dengan asam fosfat, dan
ini dapat terjadi pada satu molekul melalui gugus 5' dan 3' hidroksil dari gula ribosa. cAMP,
dan cGMP adalah regulator yang penting pada metabolisme sel dan terdapat pada hampir
semua sel.
Nukleotide monofosfat dapat mengikat gugus asam fosfat lainnya yang akan terikat
pada gugus fosfat yang ada, sehingga membentuk di- dan tri-fosfat. Ikatan antara gugus fosfat
merupakan ikatan anhidrida fosfat yang berenergi tinggi . Fosfat pada carbon 5' diberi tanda
"α", dan phosphate selanjutnya diberi label "β" dan “g" .
NDP, dan NTP (dimana N adalah basa) menandakan perbedaan struktur nukleosida
difosfat dan trifosfat. dNDP dan dNTP menunjukkan deoksinukleosida di- dan tri-fosfat.
Nukleosida di- dan tri- fosfat ditemukan sebagai molekul-molekul bebas di dalam sel.
Masing-masing NTP memiliki peran yang unik sebagai molekul berenergi tinggi :
 ATP: "energi currency" untuk sel
 GTP: sumber energi utama pada sintesis protein
 CTP: metabolit penting dalam sintesis fosfolipid
BIOKIMIA
61
 UTP: digunakan dalam pembentukan “activated intermediates” dalam
biosintesis karbohidrat
Karena perbedaan pada molekul-molekul ini hanya pada perbedaan basa-basa yang
terikat pada ribosa trifosfat, maka basa-basa tersebut mengandung informasi yang mengatur
fungsi dari molekul-molekul tersebut.
Asam Nukleat
Asam Nukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas banyak molekul nukleotida.
Telah disinggung di atas bahwa asam nukleat ada dua macam, yaitu DNA dan RNA. Asamasam nukleat terdapat pada jaringan-jaringan tubuh sebagai nukleoprotein, yaitu gabungan
antara asam nukleat dengan protein. Untuk memperoleh asam nukleat dari jaringan-jaringan
tersebut, dapat dilakukan ekstraksi terhadap nukleoprotein terlebih dahulu menggunkn larutan
garam 1 M. Setelah nukleoprotein terlarut, dapat diuraikan atau dipecah menjadi proteinprotein dan asam nukleat dengan menambah asam-asam lemah atau alkali secara hati-hati, atau
dengan menambah NaCl hingga larutan menjadi jenuh. Setelah terpisah dari protein yang
mengikatnya, asam nukleat dapat diendapkan dengan penambahan alkohol perlahan-lahan.
Disamping itu penambahan NaCl hingga jenuh akan mengendapkan protein.
Cara lain untuk memisahkan asam nukleat dari protein ialah menggunakan enzim
pemecah protein, misalnya tripsin. Ekstraksi terhadap jaringan-jaringan dengan asam
triklorasetat, dapat pula memisahkan asam nukleat. Denaturasi protein dalam campuran dengan
asam nukleat ini dapat pula menyebabkan terjadinya denaturasi asam nukleat itu sendiri. Oleh
karena asam nukleat itu mengandung pentosa, maka bila dipanasi dengan asam sulfat akan
terbentuk furfural. Furfural ini akan memberikan warna merah dengan anilina asetat atau warna
kuning dengan p-bromfenilhidrazina. Apabila dipanasi dengan difenilamina dalam suasana
asam, DNA akan memberikan warna biru. Pada dasarnya reaksi-reaksi warna untuk ribosa dan
deoksiribosa dapat digunakan untuk keperluan identifikasi asam nukleat.
Struktur Asam Deoksiribonukleat (DNA)
Asam ini adalah polimer yang terdiri atas molekul-molekul deoksiribonukleotida yang
terikat satu dengan lain, sehingga membentuk rantai polinukleotida yang panjang. Basa purin
yang terdapat pada DNA ialah adenin dan guanin. Sitosin dan timin adalah basa pirimidin yang
terdapat pada asam nukleat ini. Molekul DNA yng panjang ini terbentuk oleh ikatan antara
atom C nomor 3 dengan atom C nomor 5 pada molekul deoksiribosa dengan perantaraan gugus
fosfat, sebagaimana terlihat pada struktur sebagian dari molekul DNA (gambar 10). Dari
gambar tersebut terlihat bahwa basa yang mengandung oksigen ditulis dalam bentuk keto atau
BIOKIMIA
62
laktam. Sebenarnya terdapat keseimbangan antara bentuk keto (laktam) dengan bentuk enol
(laktim). Keseimbangan ini dipengaruhi oleh pH di lingkungannya. Dalam tubuh, bentuk
laktam terdapat lebih banyak daripada bentuk laktim, oleh karena itu basa tersebut ditulis dalam
bentuk laktam. Dari struktur DNA tersebut dapat pula dilihat bahwa karakteristik atau ciri khas
suatu asam nukleat terletak pada urutan basa purin dan pirimidin yang terdapat pada molekul
asam nukleat tersebut.
Gambar 48. Struktur Sebagian dari Molekul DNA
Disamping itu, hasil penelitian dengan sinar X menunjukkan bahwa molekul DNA
dari bebagai sumber mempunyai pola difraksi sinar X yang serupa. Dari hasil-hasil peneitian
tersebut, Watson dan Crick menyusun model bentuk molekul DNA pada tahun 1953. Model
ini menunjukkan bahwa dua buah rantai polideokiribonukleotida ini membentuk heliks ganda
(double helix). Model ini membawa beberapa arti penting dalam informasi genetik, yaitu :
1. G selalu berpasangan dengan C, dan T selalu berpasangan dengan A. Sehingga, bila
DNA double helix dipisahkan menjadi dua utas tunggal, masing-masing utas dapat
bertindak sebagai “template” untuk pembentukan rantai baru
2. Dasar dari kecocokan pasangan adalah ikatan hidrogen, sehingga interaksi non-kovalen
dapat dengan mudah diputuskan dan digabung kembali.
3. Pasangan basa G-C distabilkan oleh tiga ikatan hidrogen, sedangkan pasangan basa
A-T distabilkan oleh dua. Berarti bahwa interaksi G-C lebih kuat daripada interaksi AT
4. Informasi yang dibawa DNA terletak pada keunikan susunan basa pada DNA.
BIOKIMIA
63
5. Kedudukan non-equatorial dari gugus gula menunjukkan bahwa DNA helix akan
mempunyai major groove dan minor groove.
6. Muatan yang sama akan tolak menolak, sehingga gugus fosfat berada pada bagian luar
(terpisah satu sama lain sejauh mungkin).
Gambar 49. Struktur Heliks Ganda
Informasi genetik yang tersimpan di dalam rangkaian nukleotida DNA mempunyi dua
fungsi. Informasi genetik tersebut merupakan sumber informasi bagi sintesis semua molekul
protein sel serta organisme, dan juga menyediakan informasi yang diwarisi oleh sel anak atau
sel generasi berikutnya. Kedua fungsi ini mensyaratkan molekul DNA untuk berfungsi sebagai
cetakan-dalam hal pertama untuk transkripsi informasi ke dalam RNA, dan dalam hal kedua,
untuk replikasi informasi ke dalam molekul DNA turunannya.
Sifat komplementer (komplementaritas) pada model DNA unti ganda dari Watson dan
Crick sangat memberi kesan bahwa replikasi molekul DNA terjadi secara semikonservatif.
Dengan demikian, jika masing-masing untai pada molekul induk DNA untai ganda terpisah
daro komlementernya saat replikasi, setiap bagian tersebut akan berfungsi sebagai cetakan,
yang dengan cetakan ini , disintesis sebuah untai komplementer baru. Kedua molekul DNA
turunan beruntai ganda yang baru terbentuk, masing-masing mengandung satu untai (tetapi
bersifat komplementer, bukan identik) yang berasal dari molekul DNA induk beruntai ganda,
kemudian dikelompokkan di antara kedua sel turunan. Setiap sel turunan mengandung molekul
BIOKIMIA
64
DNA yang berisikan informasi identik dengan yang dimiliki sel induk; namun, dalam setiap
sel turunan, molekul DNA sel induk hanya dilestarikan sebagian (semikonservatif).
Struktur Asam Ribonukleat (RNA)
Asam Ribonukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas molekul-molekul
ribonukleotida. Seperti DNA, asam ribonukleat ini terbentuk oleh adanya ikatan antara atom C
nomor 3 dengan atom C nomor 5 pada molekul ribosa dengan perantaraan gugus fosfat.
Meskipun banyak persamaannya dengan DNA, RNA mempunyai beberapa perbedaan
dengan DNA yaitu :
1. Bagian gula pentosa RNA adalah ribosa, sedangkan bagian gula pentosa DNA adalah
deoksiribosa.
2. Bentuk molekul DNA adalah heliks ganda sedangkan RNA berupa untai tunggal.
Meskipun demikian, mengingat rangkaian basa komplementer yang sesuai yang
mempunyai olaritas berlawanan, untai tunggal RNA dapat melipat dirinya sendiri
seperti penjepit rambut sehingga mendapatkan sifat untai ganda.
3. RNA mengandung basa adenin, guanin dan sitosin seperti DNA, tetapi tidak
mengandung timin. Sebagai gantinya, RNA mengandung urasil. Dengan demikian
bagian basa pirimidin RNA berbeda dengan bagian pirimidin DNA.
4. Karena molekul RNA merupakan untai tunggal yang komlementer terhadap hanya
salah satu dari kedua untai gen, kandungan guaninnya tidak harus sama dengan
kandungan sitosin, dan kandungan adeninnya juga tidak harus sama dengan kandungan
urasilnya.
5. RNA dapat dihidrolisis oleh alkali menjadi senyawa siklik 2’,3’-diester dari
mononukleotida, senyawa yang tidak bisa dibentuk dari DNA yang diproses dengan
larutan alkali karena tidak memiliki gugus 2’hidroksil. Ketidakstabilan RNA terhadap
larutan alkali memberikn manfaat diagnostik dan analitik.
BIOKIMIA
65
Gambar 50. Struktur Sebagian dari Molekul RNA
Ada tiga macam RNA, yaitu tRNA (transfer RNA), mRNA (messenger RNA), dan
rRNA (ribosomal RNA). Ketiga macam RNA ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda, tetapi
ketiganya secara bersama-sama mempunyai peranan penting dalam sintesis protein. RNA
messenger (mRNA) terutama berfungsi dalam sintesis protein, berperan dalam kapasitasnya
sebagai pembawa pesan yg membawa informasi berupa instruksi-instruksi yg dikodekan oleh
DNA, menuju situs-situs sintesis protein di ribosom dalam sel. Ribosom mengandung sebuah
kelas khusus RNA yg disebut RNA ribosomal (rRNA) yg menyusun sebagian besar RNA
selular. RNA transfer (tRNA), melekat ke asam-asam amino dan saat sintesis protein membawa
molekul-molekul tersebut ke posisi yg tepat bersama asam-asam amino lainnya menggunakan
kompleks m-RNA-ribosom sebagai cetakan (template).
Dalam sel manusia, terdapat jenis RNA nukler kecil (SnRNA, small nuclear RNA)
yang tidak terlibat langsung di dalam sintesis protein, tetapi mungkin berperan dala pemrosesan
RNA serta arsitektur sel. Molekul yang relatif kecil ini mempunyai ukuran bervariasi, dari 90
hingga sekitar 300 nukleotida).
Materi genetik sebagian virus hewan dan tumbuhan adalah RNA, bukan DNA.
Meskipun informasi pada beberapa virus RNA tidak pernah ditranskripsikan ke dalam molekul
DNA, banyak virus RNA hewan-khususnya retrovirus (sebagai contoh HIV)-ditranskripsi oleh
suatu polimerase DNA bergantung-RNA, disebut reverse transcriptase, untuk menghasilkan
salinan DNA untai ganda dari genom RNAnya. Pada banyak kejadian, transkip DNA untai
ganda yang dihasilkan diintegrasikan ke dalam genom pejamu dan kemudian bertindak sebagai
cetakan bagi ekspresi gen, dan yang darinya dapat ditranskripsikan suatu genom RNA virus
baru.
BIOKIMIA
66
B. Metabolisme Purin dan Pirimidin
Purin dan pirimidin bukan merupakan unsur esensial di dalam diet manusia, dan
defisiensi purin pada manusia jarang dijumpai. Asam nukleat pada makanan akan diurai di
dalam traktus gastrointestinalis menjadi purin dan pirimidin. Meskipun reaksi “penyelamatan”
mengubah purin dan ribo- serta deoksiribonukleosidanya langsung menjadi mononukleotida
yang sesuai, sebagian besar purin, pirimidin, dan derivatnya yang ada di dalam tubuh akan
terbentuk lewat biosintesis dari intermediat amfibolik. Biosintesis senyawa-induk nukleotida
purin, inosin monofosfat (IMP), melibatkan rangkaian panjang sejumlah reaksi dan sebagian
di antaranya dikatalisis oleh katalisator multifungsional. Karena derivat folat serta glutamin
turut berpartisipasi di dalam rangkaian reaksi ini, obat-obat antifolat serta preparat analog
glutamin akan menghambat biosintesis purin. Oksidasi dan aminasi IMP akan membentuk
AMP serta GMP, dan reaksi berikutnya yang berupa pemindahan gugus fosfat dari ATP akan
membentuk ADP serta GDP. Pemindahan gugus fosforil lebih lanjut dari ATP ke GDP
membentuk GTP. ADP diubah menjadi ATP melalui fosforilasi oksidatif. Biosintesis
nukleotida purin di dalam hati diatur secara ketat terutama melalui ukuran depot fosforibosil
pirofosfat (PRPP) dan inhibisi-umpan balik PRPP-glutamil amidotransferase oleh produk akhir
AMP serta GMP. Reduksi NDP membentuk deoksiribonukleotida difosfat (dNDP).
Sementara uridin dan sitidin diselamatkan, nukleotida pirimidin terutama dibentuk
melalui biosintesis dari intermediat amfibolik. Biosintesis ini melibatkan suatu rangkaian
reaksi panjang yang berbeda dari rangkaian reaksi pada biosintesis purin, tetapi melibatkan
reaksi yang analog begitu sebuah mononukleotida terbentuk. Beberapa analog pirimidin
tertentu merupakan substrat bagi enzim pada biosintesis nukleotida pirimidin, dan dengan
demikian, menghambat proses ini. Regulasi biosintesis nukleotida pirimidin melibatkan
kontrol, baik terhadap ekspresi gen maupun aktivitas enzimatiknya. Regulasi biosintesis purin
dan pirimidin yang terkoordinasi menjamin keberadaan kedua basa ini dalam proporsi yang
tepat bagi biosintesis asam nukleat serta kebutuhan metabolik lain.
Sementara reaksi dan senyawa intermediat pada biosintesis purin dan pirimidinn di
dalam bakteri sama dengan yang terdapat di dalam tubuh manusia, enzim yang mengkatalisis
reaksi in dikelola secara berbeda. Pada bakteri, setiap reaksi dikatalisis oleh protein yang
berbeda. Sebaliknya, sebagian enzim dalam biosintesis de novo purin dan pirimidin pada
manusia merupakan polipeptida multifungsional yang mengkatalisis sejumlah reaksi yang
berkeinambungan. Keuntungan nyata dari polipeptida multifungsional mencakup ekspresi
BIOKIMIA
67
berbagai aktivitas katalitik secara terkoordinasi serta penyaluran produk reaksi yang satu ke
reaksi berikutnya dalam rangkaian reaksi tanpa memerlukan disosiasi dari sebuah enzim.
Pada manusia, purin dikatabolisasi menjadi asam urat yang merupakan asam lemah
(pK 5,8) dan, bergantung pada pH, terdapat sebagai asam yang relatif tidak larut (pada pH
asam) atau sebagai garam natrium urat yang lebih larut (pada pH mendekati netral). Kristal urat
merupakan petunjuk diagnostik untuk penyakit gout, suatu kelainan matabolik pada
katabolisme purin. Kelainan lain pada katabolisme purin adalah sindrom Lesch-Nyhan,
penyakit von Gierke, dan hipourisemia.
Berbeda dengan asam urat dan garam urat yang merupakan produk katabolisme purin
yang relatif tidak larut, produk akhir hasil katabolisme pirimidin bersifat sangat larut dalam air
; CO2, NH3, dan β-aminoisobutirat. Meskipun demikian, pseudouridin dieksresikan dalam
keadaan tidak berubah. Overproduksi hasil katabolisme pirimidin umumnya tidak disertai
dengan kelainan klinis bermakna. Penderita asiduria orotat berespons terhadap nukleosida
pirimidin diet. Obat –obat tertentu juga dapat mencetuskan asiduria orotat. Meskipun demikian,
ekskresi prekursor pirimidin dapat terjadi akibat defisiensi enzim ornitin transkarbamoilase
yang terdapat di dalam siklus urea , mengingat senyawa karbomil fosfat yang terhindar dari
reaksi oleh enzim tersebut akan dapat dimanfaatkan bagi biosintesis pirimidin.
BIOKIMIA
68
BAB VII
VITAMIN DAN MINERAL
A.
VITAMIN
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil
dalam diet seseorang namun esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk
melangsungkan pertubuhan normal serta memelihara kesehatan.
Kebanyakan vitamin tidak dapat disintesis oleh tubuh. Beberapa diantaranya masih
dapat dibentuk oleh tubuh, namun kecepatan pembentukannya sangat kecil sehingga jumlah
yang terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Oleh karenanya tubuh harus
memperoleh vitamin dari makanan sehari-hari. Jadi vitamin mengatur metabolisme, mengubah
lemak dan karbohidrat menjadi energi, dan ikut mengatur pembentukan tulang dan jaringan.
Sejarah penemuan vitamin dimulai oleh Eijkman yang pertama kali mengemukakan
adanya zat yang bertindak sebagai faktor diet esensial dalam kasus penyakit beri-beri. Pada
tahun 1897 ia memberikan gambaran adanya suatu penyakit yang diderita oleh anak ayam yang
serupa dengan beri-beri pada manusia. Gejala penyakit tersebut terjadi setelah binatang diberi
makanan yang terdiri atas beras giling murni. Ternyata penyakit ini dapat disembuhkan dengan
memberi makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk. Hasil penemuan yang menyatakan
bahwa dalam makanan ada faktor lain yang penting selain karbohidrat, lemak, dan protein
sebagai energi, mendorong para ahli untuk meneliti lebih lanjut tentang vitamin, sehingga
diperoleh konsep tentang vitamin yang kita kenal sekarang. Polish kemudian memberi nama
faktor diet esensial ini dengan vitamin. Selanjutnya hasil pekerjaan Warburg tentang koenzim
(1932-1935) dan kemudian penyelidikan R Kuhn dan P Kerrer menunjukkan adnya hubungan
antara struktur kimia vitamin dengan koenzim.
Vitamin dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicek (1971) disebut
prakoenzim (procoenzyme), dan bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak
beracun, diekskresi dalam urin. Yang termasuk golongan ini adalah : Tiamin, Riboflavin, Asam
Nikotinat, Piridoksin, Asam Kolat, Biotin, golongan Vitamin B, Vitamin C dll. Golongan
kedua yang larut dalam lemak disebut alosterin, dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila
vitamin ini dikonsumsi berlebihan makan akan menumpuk dalam tubuh dan menimbulkan
gejala penyakit tertentu (hipervitaminosis). Kekurangan vitamin juga mengakibatkan
terjadinya penyakit defisiensi, tetapi biasanya akan hilang apabila kebutuhan vitamin kembali
terpenuhi. Vitamin larut lemak mempunyai berbagai fungsi, misal, Vitamin A : pengelihatan;
BIOKIMIA
69
Vitamin D : metabolisme kalsium dan fosfat; Vitamin E : antioksidan; Vitamin E : pembekuan
darah. Dibawah ini hanya akan dibahas beberapa contoh vitamin.
Niasin
Niasin merupakan nama generik asam nikotinat dan nikotinamida, yang keduanya
dapat berfungsi sebagai sumber vitamin tersebut di dalam makanan. Asam nikotinat merupakan
derivat asam monokarboksilat dari piridin.
Nikotinat merupakan bentuk niasin yang diperlukan bagi sintesis Nikotinamida Adenin
Dinukleotida (NAD+) dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP+) oleh enzim
yang terdapat di dalam sitosol sebagian besar sel. Oleh karena itu, setiap nikotiamida di dalam
makanan pertama-tama harus mengalami deamidasi menjadi nikotinat. Di dalam sitosol,
nikotinat diubah menjadi senyawa desamido-NAD+ melalui reaksi yang mula-mula
berlangsung dengan 5-fosforibosil 1-pirofosfat (PRPP), dan kemudian melalui adenilasi
dengan ATP. Gugus amido pada glutamin kemudian turut membentuk koenzim NAD+.
Koenzim ini bisa mengalami fosforilasi lebih lanjut membentuk NADP+.
Nukleotida nikotinamida memainkan peran luas sebagai koenzim banyak enzim
dehidrogenase yang terdapat baik di dalam sitosol (misal, laktat dehidrogenase) maupun di
dalam mitokondria (misal, malat dehidrogenase). Oleh karena itu, vitamin ini merupakan
komponen kunci pada banyak lintasan metabolik yang mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, lipid, serta asam amino. Enzim dehidrogenase terkait-NAD umumnya
mengatalisis reaksi oksidoreduksi pada lintasan oksidatif (misal, siklus asam sitrat), sedangkan
enzim reduktase atau dehidrogenase terkait-NADP kerap kali ditemukan dalam lintasan yang
berhubungan dengan sintesis reduktif (misal, lintasan pentosa fosfat).
Kekurangan niasin menyebabkan sindrom defisiensi pelagra (pele =kulit, agra=kasar).
Penyakit ini dapat mengenai usus, kulit dan sistem syaraf. Kulit misalnya pada muka, leher,
dada, lengan menjadi kemerah-merahan, kemudian menjadi coklat mengeras. Gejala sindrom
ini mencakup penurunan berat badan, berbagai gangguan pencernaan, dermatitis, depresi, serta
demensia.
Niasin ditemukan secara luas di dalam sebagian besar makanan hewani dan nabati.
Meskipun demikian, penilaian kandungan niasin suatu makanan harus mempertimbangkan
kenyataan bahwa asam amino esensial triptofan dapat diubah menjadi NAD+. Dari setiap 60
mg triptofan dapat dihasilkan 1 mg ekuivalen niasin. Jadi, untuk terjadinya defisiensi niasin,
makanan harus kekurangan kandungan niasin sekaligus triptofan. Kriteria semacam ini terjadi
BIOKIMIA
70
dalam populasi yang bergantung pada jagung sebagai makanan pokoknya, sehingga
menyebabkan pelagra.
Niasin sebenarnya ada di dalam jagung, tetapi dalam bentuk terikat yang tidak dapat
digunakan : niasitin. Dari niasitin ini dapat dilepaskan niasin setelah niasitin diproses terlebih
dahulu dengan senyawa alkali. Kebergantungan pada sorghum (cantel) juga bersifat
pelagragenik, bukan karena rendahnya kadar triptofan melainkan karena kandungan leusin
yang tinggi. Kelebihan leusin di dalam diet tampaknya dapat menimbulkan defisiensi niasin
melalui penghambatan enzim kuinolinat fosforibosil transferase, suatu enzim penting dalam
proses konversi triptofan menjadi NAD+. Perlu diperhatikan pula bahwa piridoksal fosfat,
bentuk aktif vitamin B6, turut berperan sebagai kofaktor pada lintasan sintesis NAD+ dari
triptofan, dan dengan demikian, defesiensi vitamin B6 dapat mendorong timbulnya defisiensi
niasin. Sumber vitamin ini diantaranya adalah makanan yang kaya akan protein seperti telur,
daging, dan susu. Sumber vitamin nabati misalnya biji-bijian (beras dan sebangsanya), sayuran
hijau, kentang, dan beberapa jenis kacang-kacangan.
BIOKIMIA
71
Gambar 51. Biosintesis dan pemecahan NAD+
Tiamin
Tiamin telah lama dikenal sebagai antineuritik karena digunakan untuk membuat
normal kembali susunan syaraf. Koenzim yang berasal dari vitamin ini adalah tiamin pirofosfat
(TPP) yang berfungsi dalam reaksi-reaksi dekarboksilasi asam α-keto, oksidasi asam α-keto,
transketolasi. Adapun bagian aktif koenzim TPP adalah gugus tiazolnya.
Kekurangan tiamin menyebabkan penyakit beri-beri. Tiamin terdapat pada hampir
semua tanaman dan jaringan tubuh hewan yang lazim digunakan sebagai makanan, tetapi
BIOKIMIA
72
kandungan vitamin ini biasanya kecil. Biji-bijian yang tidak digiling sempurna dan daging
merupakan sumber tiamin yang baik.
Gambar 52. Struktur Tiamin
Biotin
Biotin merupakan derivat imidazol yang tersebar luas di dalam berbagai makanan
alami. Biotin sebagai kofaktor terikat kuat pada bagian protein enzim. Ada tiga jenis reaksi
yang dapat dilangsungkan oleh biotin yaitu : (a) reaksi karboksilasi pada karbon dari asil KoA,
(b) reaksi karboksilasi pada atom karbon yang berikatan ganda dari rantai karbon senyawa asil
KoA, (c) reaksi transkarboksilasi pada senyawa asil KoA.
Sumber yang baik untuk vitamin ini ialah daging, kuning telur, kacang polong, kemiri,
kenari. Mengingat proporsi kebutuhan tubuh yang besar akan biotin sudah dipenuhi oleh
sintesis dari bakteri usus, defisiensi biotin disebabkan bukan oleh defisiensi diet sederhana,
melainkan akibat gangguan pada penggunaannya.
Gambar 53. Struktur Biotin
Vitamin B6
Vitamin B6 terdiri atas tiga derivat piridin yang berhubungan erat : piridoksin,
piridoksal, dan piridoksamin (gambar 54), serta derivat fosfatnya yang bersesuaian. Dari semua
derivat ini, piridoksin, piridoksal fosfat, dann piridoksamin fosfat merupakan wakil utama
BIOKIMIA
73
vitamin tersebut di dalam makanan. Ketiga bentuk ini memiliki aktivitas vitamin yang sama
karena dapat melakukan interkonversi satu sama lain di dalam tubuh.
Gambar 54. Bentuk Alami Vitamin B6
Semua bentuk vitamin B6 diabsorpsi dari usus, tetapi selama proses pencernaan, terjadi
sejumlah hidrolisis tertentu terhadap senyawa ester fosfatnya. Piridoksal fosfat merupakan
bentuk utama yang diangkut di dalam plasma. Sebagian besar jaringan mengandung enzim
piridoksal kinase yang dapat mengatalisis reaksi fosforilasi oleh ATP terhadap bentuk vitamin
yang belum terfosforilasi menjadi masing-masing derivat ester fosfatnya (Gambar 55).
Sementara piridoksal fosfat merupakan koenzim utama yang mengekspresikan aktivitas B6,
piridoksamin fosfat juga dapat bertindak sebagai sebuah koenzim aktif.
Gambar 55. Reaksi oleh Enzim Piridoksal Kinase
BIOKIMIA
74
Dengan memasuki kombinasi basa Schiff di antara gugus aldehid dan gugus amino
asam α-aminonya, piridoksal fosfat dapat memfasilitasi perubahan pada ketiga ikatan karbon
α-amino yang tersisa, masing-masing secara berurutan untuk memungkinkan reaksi
transminasi, dekarboksilasi, atau aktifitas treonin aldolase. Peran piridoksal fosfat di dalam
transaminasi digambarkan pada gambar 56.
Gambar 56. Peran Koenzim Piridoksal Fosfat di dalam Transaminasi Asam α-Amino
BIOKIMIA
75
Defisiensi akibat kekurangan vitamin B6 biasanya jarang terjadi, dan defisiensi apapun
merupakan bagian dari defisiensi umum vitamin B kompleks. Hati, ikan makarel, alpukat,
pisang, daging, sayuran dan telur merupakan sumber vitamin B6 yang baik. Para peminum
alkohol juga bisa mengalami defesiensi akibat metabolisme etanol menjadi asetaldehid, yang
merangsang hidrolisis gugus fosfat koenzim tersebut.
Asam Askorbat (Vitamin C)
Struktur asam askorbat sangat mirip dengan glukosa; dari glukosa inilah asam askorbat
diturunkan pada sebagian besar mamalia. Meskipun demikian, pada primata, termasuk manusia
dan sejumlah hewan lain-misal, marmut, sebagian kelelawar, burung, ikan, serta invertebratatidak adanya enzim L-gulonolakton oksidase akan mencegah sintesis tersebut.
Gambar 57. Struktur Asam Askorbat
Mekanisme kerja berbagai aktivitas asam askorbt masih belum jelas sama sekali, tetapi
berikut ini adalah sejumlah proses yang tercatat membutuhkan asam askorbat. Dalam banyak
proses ini, asam askorbat tidak berpartisipasi langsung, tetapi
diperlukan untuk
mempertahankan agar kofaktor logam tetap berada dalam keadaan tereduksi. Kofaktor logam
ini mencakup Cu+ pada mono oksigenase dan Fe2+ pada enzim dioksigenase.
1. Pada sintesis kolagen, asam askorbat diperlukan bagi hidroksilasi prolin.
2. Pada penguraian tirosin, oksidasi p-hidroksifenilpiruvat menjadi homogentisat
membutuhkan vitamin C, yang bisa mempertahankan tereduksinya ion tembaga untuk
memberikan aktivitas maksimal. Tahap selanjutnya dikatalisis oleh homogentisat
dioksigenase yang merupakan enzim dengan kandungan besi fero yang juga
membutuhkan asam askorbat.
3. Pada sintesis epinefrin dari tirosin, asam askorbat diperlukan dalam tahap dopamin βhidroksilase.
4. Pada pembentukan asam empedu, asam askorbat diperlukan dalam tahap awal reaksi
7α-hidroksilase.
BIOKIMIA
76
5. Korteks adrenal mengandung vitamin C dalam jumlah besar, yang dengan cepat akan
habis terpakai jika kelenjar tersebut dirangsang oleh hormon adrenokortikotroik.
Penyebab peristiwa ini masih belum jelas, tetapi steroidogenesis melibatkan berbagai
reaksi sintesis yang bersifat reduktif.
6. Penyerapan besi meningkat bermakna oleh Vitamin C.
7. Asam askorbat dapat bertindak sebagai antioksidan umum yang larut air, misalnya
dalam mereduksi tokoferol-teroksidasi di dalam membran, dan dapat menghambat
pembentukan nitrosamin selama berlangsungnya proses pencernaan.
Skorbut adalah sindrom klasik defesiensi vitamin C. Keadaan ini berhubungan dengan
gangguan sintesis kolagen yang diperlihatkan dalam bentuk pendarahan subkutan serta
pendarahan lain, kelemahan otot, gusi yang membengkak dan menjadi lunak, serta tanggalnya
gigi. Skorbut dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi buah serta sayuran segar. Cadangan
normal vitamin C cukup untuk waktu 3-4 bulan sebelum tanda-tanda skorbut muncul.
Vitamin A (Retinol)
Vitamin A adalah suatu alkohol. Di dalam tumbuhan vitamin A terdapat sebagai
provitamin A, yaitu senyawa karoten. Pada hidrolisis karoten terjadi vitamin A.
Gambar 58. Struktur Vitamin A dan Beta-Karoten
Vitamin A berperan dalam proses melihat, yaitu pada proses fotokimia pada retina.
Pada retina mata terdapat pigmen yang sensitif terhadap cahaya, yaitu rodopsin, suatu protein
gabungan yang dapat berdisosiasi menjadi protein opsin dan retinen trans (vitamin A dalam
bentuk aldehida). Disosiasi ini terjadi apabila rodopsin terkena cahaya.
Trans retinen selanjutnya dapat direduksi oleh NADH dan enzim dehidrogenase
alkohol membentuk trans vitamin A1. Peran lain dari cahaya pada siklus rodopsin adalah
menghambat pembentukan rodosin dari protein opsin dan sis retinen. Melalui isomerisasi sis
BIOKIMIA
77
retinen menjadi trans retinen. Sebaliknya, dalam keadaan gelap, sis retinen membentuk
rodopsn kembali dengan opsin. Sis retinen juga dapat terbentuk kembali melalui isomerasi
trans resinen atau melalui oksidasi sis vitamin A.
Defesiensi vitamin A akan menyebabkan seseorang tidak dapat melihat dengan jelas
dalam cahaya redup (rabun senja). Dalam proses reproduksi, vitamin A berfungsi sebagai salah
satu faktor pertumbuhan. Tikus yang kekurangan vitamin A ternyata sering kurang subur, dan
mengalami gangguan dalam sintesis androgen.
Gambar 59. Proses Fotokimia pada Retina
Vitamin E
Vitamin E ditemukan pada tahun 1922, oleh Evans dan Bishop, dengan istilah tokoferol
(dari bahasa Yunani, tocos berarti kelahiran anak dan phero berarti mengasuh). Terdapat enam
jenis tokoferol, α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ (zeta). Tokoferol yang terbesar
aktivitasnya adalah tokoferol alfa.
Gambar 60. Struktur Vitamin E
Vitamin E lebih mudah diserap usus, apabila terdapat lemak dan dalam kondisi tubuh yang
mempermudah penyerapan lemak. Tokoferol dari makanan diserap oleh usus digabungkan
BIOKIMIA
78
dengan kilomikron dan ditransportasikan ke hati melalui sistim limfatik dan saluran darah. Di
hati, tokoferol disebarkan ke sel-sel jaringan tubuh melalui saluran darah. Di dalam plasma
darah, tokoferol bergabung dengan lipoprotein, terutama VLDL ( Very Low Density
Lipoprotein).
Asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA/ Poly Unsaturated Fatty Acid), dapat menurunkan
penyerapan dan penggunaan vitamin E. Hal ini berkaitan kemungkinan dengan kecenderungan
vitamin E bersifat mudah teroksidasi. Oleh karena itu kebutuhan vitamin E akan bertambah
seiring dengan semakin bertambahnya konsumsi PUFA.
Di dalam hati, α-tokoferol diikat oleh α-TPP (α-tokoferol transfer protein). Setelah
menjalankan fungsinya sebagai antioksidan, tokoferol dapat teroksidasi menjadi tokoferil
(tokoferol bentuk radikal) bentuk radikal ini dapat direduksi kembali menjadi tokoferol oleh
kerja sinergi dari antioksidan yang lain, misalnya vitamin C dan glutation.
Kelebihan vitamin E dalam tubuh akan disimpan dalam beberapa organ, antara lain hati,
jaringan adiposa, otak dan lipoprotein. Vitamin E diekskresikan dari tubuh bersama dengan
empedu melalui feses, sebagian lagi melalui urin setelah diubah lebih dahulu menjadi asam
tokoferonat dan tokoferonalakton yang dapat berkonjugasi dengan glukoronat.
B. Mineral
Mineral merupakan kebutuhan tubuh manusia yang mempunyai peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, seperti untuk pengaturan kerja enzim, pemeliharaan keseimbangan
asam-basa, membantu pembentukan ikatan yang memerlukan mineral seperti hemoglobin dan
Adenosin Tri Phospat (ATP). Mineral digolongkan menjadi mineral makro dan mikro. Mineral
makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh sebanyak lebih 100 gram sehari. Sedangkan
mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh kurang dari 100 gram sehari. Yang
termasuk mineral makro antara lain: Natrium, Phospor, Klorida, Kalium, Kalsium,
Magnesium, dan Sulfur.
Phospor (P) merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh sebanyak 22% dari sejumlah mineral
yang ada dalam tubuh atau setara dengan 0, 9 gram sehari. Di dalam tubuh phosphor ada dalam
bentuk kalsium phospat, sehingga penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Phospor
memiliki peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Sebagai contoh,
phopsor memegang peranan penting dalam reaksi ikatan yang berkaitan dengan pelepasan dan
penyimpanan energi dalam bentuk ATP. Bentuk lain phopor adalah sebagai phopolipid. Phopor
BIOKIMIA
79
juga komponen essensial bagi banyak sel dan alat transport asam lemak. Selain itu, phopor juga
berperan dalam keseimbangan asam basa.
Natrium (Na) adalah kation utama dalam cairan ekstraselular. Sebanyak 30-40% natrium ada
di dalam kerangka tubuh. Di dalam tubuh, Na terdapat di dalam sel (intraseluler) dan terutama
terdapat dalam cairan di luar sel (cairan extraseluler). Kebutuhan tubuh akan natrium sebanyak
1 gram sehari. Nilai normal dalam tubuh 136-145 mEq/L darah. Natrium berfungsi: 1) Menjaga
keseimbangan cairan dalam tubuh (ekstrasel), 2) Menjaga keseimbangan asam basa di dalam
tubuh, 3) Berperan dalam pengaturan kepekaan otot dan saraf, 4) Berperan dalam transmisi
saraf yang menghasilkan terjadinya kontaksi otot, 5) Berperan dalam absorpsi glukosa dan 6)
Berperan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui membran, terutama melalui dinding usus.
Kalium (K) memiliki fungsi menjaga keseimbangan asam basa dan keseimbangan air dalam
tubuh. Kalium dibutuhkan tubuh sejumlah 2 gram sehari. Kalium merupakan ion bermuatan
positif, kalium terutama terdapat di dalam sel. Perbandingan natrium dan kalium di dalam
cairan intraselular adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan ekstraselular 28:1. Sebanyak 95%
kalium tubuh berada di dalam cairan intaselular. Fungsi kalium yaitu: 1) Bersama Natrium
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa, 2) Bersama
Kalsium: berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot, 3) di dalam sel: katalisator dalam
banyak reaksi biologik (metabolisme energi, sintesis glikogen, dan protein), 4) terutama
metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein, dan 5) Berperan dalam pertumbuhan sel.
Jika kadar kalium dalam darah rendah dapat menyebabkan kelumpuhan dan gangguan jantung.
Kalsium (Ca) memiliki fungsi utama dalam pembentukan tulang dan gigi, pembekuan darah,
fungsi saraf dan otot. Kekurangan kalsium dalam darah dapat menyebabkan kejang otot.
Jumlah kalsium yang dibutuhkan tubuh adalah 1 gram. Konsumsi Ca yang berlebihan dapat
menyebabkan sulit buang air besar dan mengganggu penyerapan mineral seperti zat besi, seng,
dan tembaga. Kelebihan Ca dalam jangka panjang akan meningkatkan risiko terkena
hiperkalsemia.
Magnesium (Mg) merupakan bagian komponen senyawa kimia Adenosin Tri phospat (ATP)
dan kation terbanyak setelah natrium di dalam cairan interselular. Fungsi magnesium adalah
sebagai pengaktif enzim, pembentukan tulang dan gigi. Jumlah magnesium yang dibutuhkan
tubuh adalah 0.3 gram. Kekurangan magnesium dapat menyebabkan fungsi saraf menjadi
abnormal dan menyebabkan gangguan absorpsi atau penurunan fungsi ginjal dan endokrin.
BIOKIMIA
80
Kelebihan magnesium dapat menyebabkan tekanan darah rendah, kegagalan pernafasan, dan
ganggungan irama jantung.
Zat Besi (Fe) mempunyai peranan sangat penting yaitu mengubah reaksi kimia di dalam tubuh
seperti pembentukan enzim, pembentukan sel darah merah dan sel-sel otot. Kebutuhan tubuh
akan zat besi adalah 12 miligram sehari. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia,
kesulitan menelan, kuku berbentuk sendok, kelainan usus, berkurangnya kinerja, dan gangguan
kemampuan belajar. Kelebihan zat besi dapat menyebabkan sirosis hati, diabetes mellitus dan
pewarnaan kulit.
Zeng (Zn) memiliki peranan yang penting yaitu sebagai komponen enzim, pembentukan sel
darah merah, pembentukan enzim dan pembentukan tulang. Kebutuhan tubuh akan seng dalam
sehari adalah 15 miligram. Kekurangan zeng dapat menyebabkan pertumbuhan yang lambat
dan tertunda kematangan seksual.
Tembaga (Cu) dibutuhkan tubuh sebanyak 2 miligram. Fungsi tembaga paling utama adalah
sebagai salah satu komponen enzim. Selain itu tembaga juga berperan dalam pembentukan sel
darah merah dan tulang. Kekurangan tembaga dapat menyebabkan anemia.
Mangan (Mn) diperlukan tubuh sebanyak 3,5 miligram. Fungsi utama mangan adalah sebagai
komponen enzim, Kekurangan mangan bisa menyebabkan berkurangnya berat badan,
perubahan warna rambut, iritasi warna kulit, mual dan muntah serta dapat menyebabkan
pertumbuhan rambut yang lambat.
Molibdenum (Mo) dibutuhkan tubuh sebanyak 150 mikrogram dan memiliki fungsi utama
sebagai pengaktif enzim. Kekurangan mineral ini bisa menyebabkan asidosis, denyut jantung
cepat, bitnik buta, rabun senja dan mudah tersinggung.
Selenium (Se) dibutuhkan tubuh 60 mikrogram dan fungsi utamanya adalah berperan dalam
sintesis enzim antioksidan.
Iodium (I) berfungsi untuk membentuk hormone tiroid yang berperan mengkontrol
mekanisme energi tubuh. Tubuh membutuhkan 150 mikrogram mineral ini. Jika kekurangan
iodium dapat menyebabkan kreatinisme, pembesaran kelenjar tiroid, pertumbuhan janin dan
otak abnormal dan bisa mengakibatkan bisu-tuli.
Fluor (F) dibutuhkan tubuh sebanyak 2,5 miligram. Fungsi utamanya adalah pembentukan
tulang dan gigi. Kekurangan mineral ini dapat menyebabkan kavitasi gigi atau yang sering
BIOKIMIA
81
dikenal karies, dan penipisan tulang. Namun jika kebihan fluor dapat menyebabkan fluorosis
gigi maupun tulang yaitu salah satu gejala yang muncul apabila seseorang mendapat asupan
fluor secara berlebih. Fluorosis gigi merupakan indikasi yang jelas dari kelebihan fluor pada
masa kanak – kanak ketika mineralisasi sedag berlangsung dan efek ini tidak tampak jika
kelebihan fluor terjadi ketika gigi sudah tumbuh sepenuhnya.
Klorida (Cl) merupakan anion utama cairan ekstraselular. Klorin merupakan 0,15% berat
badan. Konsentrasi klorida tertinggi adalah dalam cairan serebrospinal (otak dan sumsum
tulang belakang), lambung dan pancreas. Fungsi Cl anatara lain: 1) Mengatur keseimbangan
asam basa di dalam plasma, 2) Merangsang produksi asam lambung yang diperlukan untuk
mencerna protein dan makanan berserat, 3) Merangsang hati berfungsi lebih baik sebagai alat
penyaring, 4) Menolong membersihkan zat-zat beracun dari dalam tubuh, dan 5) Memelihara
kesehatan sendi dan menolong mengatur distribusi hormon.
BIOKIMIA
82
DAFTAR PUSTAKA
Brody, Tom. 1994. Nutritional Biochemistry. United Kingdom: Academic Press.
Linder, MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Parakkasi Aminuddin, penerjemah.
Jakarta : Universitas Indonesia press. Terjemahan dari : Nutritional Biochemistry and
Metabolism
Martoharsono Soeharsono. 1978. Biokimia jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.
Mulyani, Sri. 2010. Pengantar Biokimia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Page David S. 1989. Prinsip-prinsip Biokimia. Soendoro R, penerjemah. Jakarta : Erlangga..
Terjemahan dari : Principles of Biological Chemistry.
Timberlake KC. 2002. Organic and Biological Chemistry: Structures of Life. San Fransisco.
Benjamin Cumings
BIOKIMIA
83
Download