Desain Pembelajaran Menghapal di Madrasah Ibtidaiyah berdasarkan Desain Pembelajaran Dick and Carey oleh Nurul Malikah 1 Abstrak : Memorizing hadith is one that is specified in the standards of competence and basic competences competencies subjects al quran hadith. Memorize a skill for constant practice raises damapk positive. A frequent problem is that students easily memorize and easily lost, it is difficult to memorize because of fear and difficult to memorize because it uses a foreign language. Such problems make it difficult for students to retain rote in a long time. The tendency of teachers to teach rote repetition hadith is continuously independently and students imitate. Conventional memorize tedious process and the learning outcomes of students memorizing low. This article designing instructional design to memorize in Madrasah Ibtidaiyah to add references teach rote memorizing structured to gain experience can be stored for long periods. A. Latar Belakang Perbaikan Desain. Metode yang dikembangkan bertujuan meningkatkan kwalitas pembelajaran. hasil pembelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai pencapaian kemampuan. Dalam pembelajaran hadist sering mengunakan metode menghapal karena hasil yang diharapkan adalah kemampuan menghapal. Peraturan Permenag No 2 tentang Standar Kompetensi Lulusan mencantumkan kemampuan siswa diantaranya adalah menghafal, memahami arti, dan mengamalkan hadis-hadis pilihan tentang akhlak dan amal salih dalam mata pelajaran al Quran Hadist. Persiapan pembelajaran dan proses pembelajaran menghapal belum menunjukan tujuan menghapal secara maksimal. Guru kesulitan merealisasikan proses menghapal karena langkah – langkah konvensional menghapal monoton yang menyebabkan semangat menghapal rendah. Rendahnya bantuan guru terhadap siswa berakibat pada kesulitan untuk kesegeraan menghapal. Guru jarang memperhatikan kecemasan siswa ketika proses menghalangi siswa untuk segera berkonsentrasi menghapal hadist. 1 Dosen Tetap INSURI Ponorogo Pengelolaan persiapan pembelajaran guru masih mengutip perencanaan sebelumnya. Perbaikan perencanaan pembelajaran setiap semester belum maksimal karena guru merasa kesulitan akhirnya mengunakan perencanaan semester sebelumnya yang sama. Sebagian guru menganggap mudah membuat rencana pembelajaran akan tetapi sulit merealisasikan di kelas pembelajaran. Kesulitan ini berdampak pada hasil pembelajaran pada setiap peserta didik yang tidak mencapai tujuan pembelajaran. ketidakcapaian ini terjadi karena proses pembelajaran menghapal tidak sesuai dengan perencanaan yang dibuat guru sehingga menghapal merupakan pembelajaran yang tidak menyenangkan. Pengendalian meminimalisir kesulitan pembelajaran menghapal perlu pemantaban desain pembelajaran sebagai landasan kegiatan pembelajaran. Desain pembelajaran bertujuan agar langkah kegiatan pembelajaran secara sistematis dengan langkah langkah yang testruktur. B. Pembelajaran Menghapal Hadist Dale S Schunk (2012:41) menjelaskan tentang pengolahan informasi yang diterima tidak sama dengan informasi yang akan dikirim. Berdasarkan hal ini Romiszowski (1981:226) mengamati bahwa reaksi memanggil kembali informasi merupakan bagian ketrampilan untuk mengenali stimulus, memiliki kemampuan mengali informasi dalam ingatan dan memilki konsep dan prinsip yang relevan dalam ingatan. Realisasi konsep memanggil informasi menurut Sandra Bochner (2003:51) sebagai komponen penting harus mengintegrasikan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan sosial, wawasan siswa tentang dunia nyata dan kemampuannya menghubungkan anatara dunia object dan peristiwa serta kemampuan siswa mengaquisisi simbol- simbol yang dapat dikomunikasikan maknanya dengan siswa lainnya. Setidaknya Winfreed (1990 :286) mengungkap tiga tempat penyimpanan pertama, yaitu register sensorik, dimana dapat menyimpan respon semua indra respon yang menyimpan sangat singat kurang dari seperduapuluh detik per duabelas huruf, kedua memori jangka pendek, atau memori kerja yang hanya lebih lama beberapa detik dari sensor register yang keluar masuk data yang di inggat bukan karena pengulangan atau rehearseal akan tetapi karena data lama yang digantikan dengan data yang baru, ketiga penyimpanan jangka panjang, merupakan tempat yang memilki kapsitas yang luas tanpa batas yang dapat dipanggil ulang sewaktu waktu. Jika ada informasi yang tidak dapat di panggil, data itu tidak hilang akan tetapi tidak dapat ditemukan sehingga memerlukan strategi untuk memanggil data yang hilang di penyimpanan jangka panjang. Collen Rose dan Malcom (1997:73) ada lima tipe kerja memori yang mengambarkan tentang kerja otak diantaranya adalah pertama work kedua implisit memori implisit, ketiga remote atau jangka panjang keempat Episodic terletak kelima semantic ingatan. Anas al Khasanul Wajhi (2009:43) Pertama, metode Muroja’ah yaitu hapalan dilakukan dengan mengulang ayat sesering mungkin yang dibantu dengan teks tulisan sampai siswa dapat mengulang tanpa bantuan teks. Kedua, metode sorongan bil ghaib adalah hapalan yang dilakukan dengan menshahihkan hapalan yang telah diperoleh siswa dengan menghapalkan sendiri sedangkan guru mengarahkan hapalannya dan menshahihkan hapalan yang tartil saja. Jihad Sabili ( 2011 ) menjelaskan, Ketiga, metode isyarat tangan merupakan hapalan yang memerlukan isyarat tangan untuk mempermudah hapalan, dengan mengerakkan tangan yang dianggap memiliki makna. Pengembangan metode ini salah satunya adalah metode menghapal dengan tersenyum. Memori adalah pola yang dibekukan yang menunggu sebuah sinyal yang beresonansi untuk membangunkannya sehingga dapat menciptakan pola yang penting yang dibutuhkan untuk mengases data. Proses berulang dan berkelanjutan yang diarahkan selama pembelajaran dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang yang merupakan kegiatan mengingat untuk menghapalkan sesuatu. Hapalan merupakan kemampuan mengingat yang diapresiasikan melalui ungkapan dalam bentuk kata maupun kalimat. Hapalan mengukur sensibilitas kekuatan intelektual dengan meningkatkan kesadaran tentang kemampuan pikiran dan perhatian. Diantaranya dengan kemampuan memperhatikan peristiwa yang terjadi di sekitar lingkungan yang kemudian dicatat dan diberi nama. Pencatatan mempermudah proses keterkaitan antara prinsip, objek, kejadian dan tingkah laku. Bagian dari proses menghapal yang bertujuan menghubungkan konsep yang yang dijadiakan perhatian utama. Upaya memperbaiki proses hapalan hadist maka perbaikan langkah pembelajaran menghapal melalui penegasan langkah desain pembelajaran menghapal hadist. C. Analisis Temuan Data Guru cenderung melakukan pengulangan berkali – kali dan siswa menirukannya harus sama dengan hadist yang diredaksikan. Hal ini dilakukan agar kemampuan siswa dalam menghapal dapat dicapai sesuai dengan tujuan . Berdasarkan survey di Madrasah Ibtidaiyah tentang belajar Menghapal hadist menemukan data yang mengunakan cara menghapal konvensional. Temuan di kelas ini menunjukan adanya upaya guru mengarahkan pembelajaran menghapal hadis secara individu dengan berbagai macam respon dari peserta didik. Kondisi ini ditengarahi menghambat proses menghapal karena komponen pembelajaran tidak diaktifkan keseluruhan. Guru tidak melibatkan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran. Temuan Pembelajaran Hapalan melalui instrumen dipersiapkan untuk mengali data yang berkaitan dengan metode menghapal yang dimanfaatkan guru. Instrumen tersebut mewakili sebagian kegiatan pembelajaran menghapal konvensional. Adapaun hasil lapangan pembelajaran menghapal Konvensional adalah sebaga berikut : Bagan Pelaksanaan Menghapal Konvensional NO INTRUMEN TES Ya Tidak Ket 1 2 3 4 Mengajar mata pelajaran hadist merupakan tanggung jawab saya Saya merupakan lulusan s1 pgmi Pembelajaran hadist yang sering saya gunakan adalah menghapal Saya perlu persiapan lama agar mengkondisikan siswa untuk segera menghapal hadist 13 0 1 12 12 1 100 7,692 92,31 5 8 38,46 5 6 7 8 9 10 Saya memerlukan bantuan siswa yang telah hapal dalam 8 membimbing sejumlah siswa di kelas untuk cepat menghapal 5 Guru adalah satu satunya orang yang dapat 5 membimbing siswa menghapal Dalam pembelajaran menghapal hadist , siswa yang 8 telah hapal dikondisikan untuk dapat membantu siswa yang belum hapal 8 Guru perlu bantuan untuk mempercepat hapalan hadist 11 siswa Siswa memerlukan waktu yang lama dalam menghapal 11 hadist 2 Saya merasa memerlukan metode atau model lain 12 dalam pembelajaran menghapal hadist 1 61,54 38,46 5 61,54 84,62 2 84,62 92,31 11 12 Siswa sulit memiliki konsentrasi lama ketika 12 menghapal hadist Pada jadwal yang sama, banyaknya jumlah siswa yang 1 memiliki kecepatan menghapal hadist mencapai 50 % dari jumlah siswa dikelas 1 92,31 12 7,6 13 Jika siswa segera hapal maka hapalan tersebut juga segera hilang 11 2 84,62 Adapun kelengkapan data prosentasi dari 13 guru al Quran Hadis menyatakan bahwa proses pembelajarannya adalah sebagai berikut. Hasil angket di Bagan 1 (satu) menunjukan semua guru memilki 100 % tanggungjawab mengajar hadist artinya semua resiko proses pembelajaran diupayakan solusi yang paling disesuaikan dengan kondisi anak. Akan tetapi 7,6 % saja yang benar – benar lulusan Sarjana Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah. Pada saat mengajar hapalan hadist 92% guru mengunakan cara menghapal agar siswa menirukan gurunya secara berulang – ulang. Jarang guru mengalami kesulitan dalam mempersiapkan cara mengajar menghapal hanya 38 % guru yang mempersiapkan kegiatan pembelajarannya lebih lama dari guru lainnya. Guru yang melibatkan siswa berpartisipasi untuk membantu teman yang belum menghapal dengan mengulang–ulang materi 61% dan hanya 61 % guru mempersiapkan anak yang telah hapal untuk menjadi teman yang belum menghapal. Guru yang menganggap dirinya sebagai sumber belajar dan mampu membimbing dalam menghapal 38 % tanpa bantuan orang lain. 84 % memerlukan bantuan dalam pembelajaran menghapal termasuk 84 % juga memerlukan waktu yang lama ketika membantu siswa menghapal hadist. 92 % guru merasa kesulitan mempersiapkan agar siswa memiliki konsentrasi ketika menghapal hadist. Maka dari itu hanya 7,6 % guru saja yang mampu mencapai prestasi menghapal sejumlah 50 % sejumlah anak di kelas. 92 % guru memerlukan model menghapal lainnya yang baru, termasuk 84 % guru menyatakan bahwa metode konvensional jika mudah dihapalkan maka hapalan siswa juga akan segera hilang. Dari tabel pelaksanaan Metode menghapal konvensional diabtraksikan bahwa instrumen dikategorikan input, proses dan output. Pada kategori input guru memiliki sikap pedagogik dengan melaksanakan tanggungjawabnya sebagai guru. Tanggungjawab yang dilakukan adalah datang tepat waktu, memiliki RPP, memberikan motivasi, pembelajaran menghapal hadist dengan mengulang dan melakukan penilaian. Sedikit guru yang tidak lulus Sarjana sebagai syarat guru profesional dan layak mendapat tunjangan profesional. Asumsinya setiap guru menguasai banyak metode pembelajaran untuk menghapal hadis. Banyaknya metode menghapal dapat di gunakan agar terjadi variasi menghapal hadist. Termasuk munculnya kesadaran guru memerlukan bantuan orang lain dalam mempercepat hapalan siswa mulai dari teman dan orang tua dengan persiapan pembelajaan menghapal tidak memerlukan waktu yang lama. Klasifikasi output Pembelajaran menghapal bertujuan agar siswa mampu menghapal. Pengulangan memiliki kelebihan sebagai metode yang sering dimanfaatkan. Metode menghapal dengan mengulang agar mempercepat hapalan hadist. Guru mengaktifkan anggota kelas untuk berpatisipasi supaya menghindari kebosanan. Pengelompokan siswa yang hapal dilakukan untuk membantu siswa yang kesulitan menghapal. Bantuan dilakukan agar siswa yang kesulitan merasa diperhatikan oleh guru dan tidak terasing di kelasnya sendiri. Tujuan pemberian bantuan adalah mempercepat hapalan sehingga siswa mampu meminimalisir hambatan menghapal hadist. Hambatan Pembelajaran menghapal adalah 1) kemampuan siswa mempertahankan hapalan lebih lama 2) siswa memerlukan waktu yang lama ketika menghapal 3) siswa kesulitan berkonsentrasi lebih lama dalam menghapal. Klasifikasi output berangkat dari hambatan pembelajaran menghapal, guru menyarankan adanya model atau metode pembelajaran yang mempermudah siswa menghapal hadist. Sebagian besar guru mengharapkan adanya modifikasi cara pembelajaran menghapal. Hasil pembelajar menghapal konvensional hanya mencapai kurang dari 50 % jumlah siswa di kelas yang segera menghapal. Jangka panjang mempertahankan hasil menghapal juga menjadi temuan data dalam menghapal. Tabel : Hasil Pembelajaran Menghapal di sekolah 120 100 80 60 Series1 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Berdasarkan analisis Tabel hasil Pembelajaran menunjukan jawaban ‘YA’ memiliki prosentase tinggi baik pertanyaan dengan positif maupun negatif . Deskripsi jawaban tersebut adalah guru memiliki tanggungjawab untuk menuntaskan mencapai tujuan yang direncanakan ketika kegiatan pembelajaran menghapal konvensional. Akan tetapi guru di Madrasah Ibtidaiyah yang memiliki latar belakang yang sesuai dengan profesionalnya hanya 7,6 % yang sisanya merupakan guru yang berlatar belakang pendidikan bukan PGMI. Sebagian besar guru mengajar hapalan hadist dengan menghapal individu tanpa mengunakan strategi kelompok antar siswa. Sebagian kecil guru yang melibatkan peserta didik untuk membantu temannya yang belum hapal yang sifatnya membimbing temannya untuk segera hapal. Adapun kesulitan guru untuk mengarahkan siswa berkonsentrasi dalam kegiatan menghapal maka bantuan diupayakan bagi siswa yang mengalami rendahnya konsentrasi menghapal. Rendahnya konsentrasi siswa menghapal konvensional berdampak pada capaian tujuan hasil menghapal dengan data siswa yang tidak hapal lebih banyak daripada siswa yang hapal, artinya siswa yang hapal kurang dari 50% siswa yang tidak hapal. Guru memerlukan sumber belajar atau lingkungan belajar yang mampu mendukung ketercapaian proses menghapal konvensional. Tidak ada masalah dalam kegiatan merencanakan kegiatan pembelajaran, sebagian besar perencanaan pembelajaran tidak memerlukan waktu yang lama karena proses pembelajaran hanya sekedar mengulang – ulang dan dianggap mudah bagi guru. Akan tetapi mudahnya merencanakan berdampak langkah – langkah proses pembelajaran yang melemahkna konsentrasi siswa. Guru mengharapkan adanya sebuah model menghapal yang mampu membantu siswa mempercepat hapalannya sehingga guru dapat menumbuhkan konsentrasi siswa untuk mempercepat hapalan dan dapat disimpan dalam waktu yang lama. Dampak model pembelajaran menghapal konvensional belum mengarahkan pada hasil yang tuntas karena peserta didik yang cepat hapal belum dijamin untuk hapal dalam jangka panjang. Model pembelajaran yang baru berdampak positif kepada siswa dan diharapkan memabantu meningkatkan konsentrasi menghapal secara kelompok yang melibatkan siswa hubungan interaksi dikelas. Dukungan Model pembelajaran menghapal baru yang memihak peserta didik untuk melihat seberapa pentingnya model perlu dimodifikasi untuk mempercepat menghapal dan menyimpan hasil hapal dalam waktu yang lebih lama. Instrumen dibawah diharapkan dapat mengali data tentang kelemahan pembelajaran sebelumnya. Data tersebut menunjukan bahwa kemampuan guru mengajar, rasa tertarik siswa terhadap mata pelajaran dan kehangatan teman yang sanggup membantu ternyata masih belum cukup untuk mempercepat hapalan hadis yang direncanakan. Selama pengamatan di Madrasah Ibtidaiyah, peneliti menemui cara pembelajaran menghapal Hadist secara konvensional, tenaga ekstra yang menguras energi guru tidak sebanding dengan hasil yang dicapai. Kegiatan pembelajaran konvensional dalam mata pelajaran Hadist di Madrasah Ibtidaiyah, melalui langkah kegiatan sebagai berikut yaitu : 1) Kegiatan yang dilakukan guru dengan cara mengulang mengulang hadis dengan suara keras agar dapat didengar oleh peserta didik dalam satu kelas. Cara ini dilakukan untuk membenarkan mahhroj al huruf nya dan tajwidnya. 2) Peserta didik menirukan Hadist yang dilafalkan guru secara bersama sama dengan suara keras, yang dibantu dengan melihat tulisannya. 3) Tulisan ayat dan matan tersebut sebagai panduan hapalan dengan bacaan benar dan tepat bagi yang sudah dapat membaca tulisan arab sedangkan yang belum dapat membaca bacaan adalah dengan mendengarkan ayat dan matan dari guru , 4) Tulisan ini disampaikan dengan cara berurutan dari awal sampai akhir dan ada pula yang memotong setiap kata (mufrod) yang ditulis di kertas dan diacak. 5) Siswa diminta untuk mengabungkan kata (mufrod) yang ditulis secara urut dan benar baru kemudian dihapalkan bersama – sama, 6) Jika telah diulang beberapa kali dan memenuhi aspek kecukupan maka siswa mengulang kembali tanpa harus melihat tulisannya atau potongan kertas, 7) Pembelajaran ini berhenti jika sudah ada beberapa peserta didik yang hafal dan peserta didik yang sudah hapal jarang membantu peserta didik yang belum hapal. Kelemahan yang ada pada guru diantaranya adalah 1) Guru merasa kesulitan untuk memberikan perhatian keseluruh peserta didik yang memilki kemampuan beragama. 2) Guru yang bersemangat dalam mengajar tidak selalu diimbangi dengan motivasi peserta didik, 3) Rendahnya kemampuan guru untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran. Guru hanya memanfaatkan metode individual dan belum mencoba dengan metode kerjasama dan partisipasif dalam menghapal. 4) persepsi guru dalam mengasumsikan mata pelajaran al Quran hadist sebagai mata pelajaran yang harus diajarkan dengan menirukan dengan mengulang – ulang. D. Penerapan Desain Pembelajaran Dick and Carey untuk Pembelajaran Menghapal. Pembelajaran Menghapal dikembangkan berdasarkan desain Dick and Carey sebagai berikut 1) Identifikasi tujuan khusus, 2) Analisis pembelajaran, 3) Menentukan karakter peserta didik, penilaian, 4) Menentukan performance khusus, 5) Mengembangkan instrumen 6) Mengembangkan strategi pembelajaran melalui a) langkah – langkah pembelajaran menghapal, b) Tujuan dari pembelajaran menghapal , c) Instrumen penilaian. 7) Memilih bahan ajar 8) Mengevaluasi evaluasi formativ 9) Revisi pembelajaran, 10 ) Merancang pola evaluasi sumatif untuk memperhatikan. Maka muncul desain menghapal hadist yang dikembangkan untuk kelas rendah di Madrash Ibtidaiyah. Tahapa Desain Dick and Carey Langkah Pembelajaran Menghapal n 1 Identifikasi tujuan Identfikasi tujuan siswa dapat menghapal 2 Analisis tujuan pembelajaran Menentukan tujuan menghapal sebagai aspek ketrampilan berarti ada nilai melatih diri mempercepat hapalan. 3 Analisis karakter peserta didik. Mengidentifikasi Kemampuan keterampilan melalui Bekerjasama. 4 Menetapkan tujuan khusus Siswa dapat menghapalkan hadist lebih cepat dengan penyusunan penggalan ayat.. 5 Pengembangan instrumen Siswa lebih cepat menghapal melalui lisan penilaian 6 Mengembangkan pembelajaran, strategi Strategi menghapal melalui : a. Guru menetapkan semua siswa dapat menghapal. b. Guru mengajar dengan mengulangmengulang hadist. c. Guru membuat kelompok belajar untuk menghapal. d. Guru menilai anak yang menghapal cepat membantu siswa yang belum menghapal. 7 Mengembangkan dan memilih Guru memilih hadist yang dihapalkan sesuai penyampaian materi ajar dengan pedoman kurikulum yaitu hadist tentang tema silaturahmi dan tanda orang yang munafik. 8 Mendesain pembelajaran formatif. evaluasi Siswa berani menghapal didepan kelas dengam lancar. 9 Revise Instruction. Revisi dilakukan berdasarkan kondisi dan tuntutan lapangan. 10 Merancang sumatif. pola evaluasi Evaluasi formatif dalam bentuk instrumen tes uraian dan lisan. Tabel : Desain Pembelajaran Menghapal Tujuan a. Siswa mempercepat hapal b. Mempertahanan hapalan c. Berani menghapal Treatment (tercapainya tujuan ) Siswa mengulang-ulang materi. Hasil Siswa dapat menghapal dengan cepat. Siswa memperhatikan orang yang telah hapal. Siswa mengajak teman untuk menghapal bersama – sama. Siswa mendengarkan hapalan teman – temannya. Siswa mampu menunjukan hapalannya di depan orang lain. E. Kesimpulan Kesulitan pembelajaran menghapal hadist tidak hanya terletak pada proses pembelajaran akan tetapi tahapan langkah pembelajaran yang diperhatikan untuk mempermudah menghapal hadist. Hal ini didukung input pembelajaran yang memiliki kekuatan untuk dimanfaatkan dan mengikuti langkah pembelajaran secara sistematis. Dalam proses pembelajaran menghapal hadist bukan hanya dengan cara mengulangulang hadist akan tetapi diupayakan tahapan struktur yang meningkatkan kekuatan hapalan agar tidak segera hilang. Desain yang tepat berangkat dari tujuan hapalan yang dicapai, proses menghapal menerapkan keterampilan berlatih kerjasama dalam kelompok untuk menghindari kecemasan dan kesulitan menghapal. Bentuk kerjasamanya adalah lafadz yang dihapalkan di penggal kemudian dibagi dengan anggota kelompk lainnya. Anggota kelompok bergantian (lukiran) menyebutkan penggalan lafadz. Bila setiap anak telah mendapatkan penggalan ayat maka tugas selanjutnya adalah siswa mengurutkan penggalan ayat yang telah diperoleh. Urutan hadist yang diperoleh disajikan siswa didepan kelas. Setiap siswa tampil mempresentasikan hasil hapalannya secara mandiri di hadapan para teman – temannya karena dilakukan dengan senang hati dan berkelompok. Proses pembelajaran menghapal tersebut diharapkan dapat mempertahankan hapalan lebih lama daripada proses pembelajaran konvensional. Daftar Pustaka Anas al Khasanul Wajhi 2009 https://jihadsabili.wordpress.com/2011/06/04/metode- hafalanuntuk-balita/ Bochner, Sandra. 2003. Child Laguage Development Learning to Talk. London. Whoors Publisers Collen Rose dan Malcom 1997 Colin rose dan malcolm J Nicholl, 1997 Accelerated learning for 21st Century Judy Piatkus london Carey, Lou. Dick, Walter. Carey, James. 2009. The Systemics design of Instructional. Ohio : Pearson Schunk, Dale. 2012. Learning Theories an Educational Perspective. New York, Allyn Bacon Naim, Ngainun. 2010. Rekontruksi Pendidikan Nasional. Teras Yogjakarta: Winfreed F Hill 1990 Learning : A Survey Of Psychology Interpretations Harpers Collin