Edisi 22, SEPTEMBER 2011 ISSN 1412-9639 JURNAL ILMIAH KUTEI KASASI TERHADAP PUTUSAN BEBAS KAJIAN YURIDIS TENTANG PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA BIAS BESCHIKKING ATAS PEMBERHENTIAN TETAP HERLAMBANG KONVENSI KETATANEGARAAN SEBAGAI SARANA PENGUATAN FUNGSI DAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM SISTEM PARLEMEN REPUBLIK INDONESIA SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH SECARA TERTUTUP MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM E-COMMERCE JURNAL ILMIAH KUTEI Penanggung Jawab Dekan FH Universitas Bengkulu Wakil Penanggung Jawab Pembantu Dekan 1 FH Universitas Bengkulu Pimpinan Redaksi Herlita Eryke Mitra Bestari Prof. Dr. Juanda S.H.M.H Prof Dr Herawan Sauni S.H.M.Si Dr Taufiqurahman S.H.M.H Dr. Chandra Irawan,S.H.M.Hum Alamat Redaksi Fakultas Hukum Universitas Bengkulu Jalan Raya Kandang Limun Kota Bengkulu Telp 0736 20653, 21184 DITERBITKAN OLEH BADAN PENERBIT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BENGKULU Jurnal Ilmiah Kutei diterbitkan oleh Fakultas Hukum Universitas Bengkulu dimaksudkan sebagai media komunikasi dalam pengembangan ilmu hukum dan ilmu-ilmu social. Jurnal Ilmiah Kutei diterbitkan 2 (dua) kali setahun yaitu April dan September. Redaksi menerima naskah laporan penelitian dan artikel konseptual. Naskah dikirim kepada redaksI minimal 8 halaman dan maksimal 20 halaman dengan spasi 1,5 , disertai biodata penulis dan memgikuti ketentuan penulisan. Redaksi berhak mengubah naskah sepanjang tidak mengubah subtansi tulisan. PENGANTAR REDAKSI Pada edisi 21, September 2011 ini banyak penulis yang terlibat untuk mempublikasikan pemikiran konseptualnya maupun hasil penelitiannya dalam Jurnal Ilmiah Kutei tulisan yang ditampilkan lebih beragam dan variatif. Dewan redaksi akan menampilkan 6 artikel, antara lain: artikel dibidang hukum Agraia maupun ,artikel dibidang ketatanegaraan dan administrasi (kepegawaian), tulisan dibidang pidana, artikel dibidang perpajakan, 1 artikel dan artikel bidang hukum internasional mengenai E-Commerce. Masalah pidana mengenai putusan bebas akhir-akhir ini banyak dikeluarkan oleh hakim ini menjadi kajian yang menarik bagi Lidia untuk dikritisi, pendafatran tanah yang menjadi persoalan besar bagi bangsa Indonesia dikaji secara apik oleh Yustin, sedangkan artikel mengenai kepegawaian disajikan oleh Eryke . Artikel mengenai Eksistensi DPD menjadi topik tulisan dari Husni, artikel dibidang Perpajakan disajikan secara apik oleh Betra, dan perlindungan Konsumen dalam bertransaksi secara E-Commerce disajikan dengan prespektif Hukum Internasional dikaji oleh sauadara Ema Demikian pengantar redaksi, selamat membaca dan berdiskusi. REDAKSI, DAFTAR ISI REDAKSI JURNAL KUTEI DAFTAR ISI PENGANTAR REDAKSI KASASI TERHADAP PUTUSAN BEBAS Lidia Br Karo, S.H.M.H. 1 - 13 KAJIAN YURIDIS TENTANG PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA Yustin Iskandar Muda, S.H.M.H. 14 - 30 BIAS BESCHIKKING ATAS PEMBERHENTIAN TETAP HERLAMBANG Herlita Eryke, S.H.M.H. 31 - 40 KONVENSI KETATANEGARAAN SEBAGAI SARANA PENGUATAN FUNGSI DAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM SISTEM PARLEMEN REPUBLIK INDONESIA Husni Thamrin, S.H.M.H., dkk SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH SECARA TERTUTUP MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Betra Sarianti, S.H.M.H. PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM E-COMMERCE Ema Septaria,S.H.M.H. 41 - 54 55 - 70 71 - 81 KETENTUAN PENULISAN 1. Naskah belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain, diketik 1,5 spasi pada kertas kuarto, panjang tulisan 8-25 halaman, diserahkan dalam bentuk print out dan CD , diketik dengan menggunakan Ms Word 2. Artikel ditulis menggunakan Bahasa Indonesia atau Inggris dengan standar bahasa yang baik dan benar 3. Artikel berupa tulisan ilmiah hukum maupun humaniora lainnya, baik yang berasal dari hasil penelitian atau artikel ilmiah konseptual tentang hukum dan ilmu humaniora lainnya 4. Artikel yang berasal dari hasil penelitian/tesis/disertasi disajikan dengan sistematika sebagai berikut : (a) Judul, (b) Nama Penggarang, (c) Abstrak (dalam Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris), (d) Pendahuluan (berisi latar belakang, rumusan masalah), (e) Metode Penelitian, (f) Hasil Penelitian dan Pembahasan, (g) Kesimpulan dan Saran, (h) Daftar Pustaka. 5. Artikel ilmiah konseptual disajikan dengan sistematika sebagai berikut : (a) Judul, (b) Nama Penggarang, (c) Abstrak (dalam Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris), (d) Pendahuluan, (e) Pembahasan, (f) Kesimpulan, (g) Daftar Pustaka 6. Daftar Pustaka/sumber (teks books/jurnal/majalah/makalah) disajikan secara alpebatis 7. Setiap kutipan harus menyebutkan sumbernya secara lengkap dan jelas, dengan menggunkan system end note atau foot note 8. Dewan redaksi berhak menggubah naskah, sepanjang tidak mengubah subtansi tulisan, redaksi berhak menolak tulisan yang disampaikan dalam hal tulisan tidak memenuhi ketentuan penulisan 9. Tulisan/artikel untuk edisi April diserahkan pada pengelola Jurnal ilmiah kutei paling lambat tanggal 20 Maret sedangkan untuk Edisi September diterima oleh pengelola Jurnal Ilmiah Kutei paling lambat tanggal 20 Agustus. BAGI PEMBACA YANG BERMINAT BERLANGGANAN DAPAT MENGHUBUNGI TATA USAHA JURNAL ILMIAH KUTEI HARGA PER EKSEMPLAR Rp 50.000,- 31 BIAS BESCHIKKING ATAS PEMBERHENTIAN TETAP HERLAMBANG Oleh Herlita Eryke Abstrak Keputusan adminstrasi merupakan suatu pengertian yang sangat abstrak dan bersifat umum. Yang dalam praktek tampak dalam bentuk keputusan-keputusan yang sangat berbeda. Keputusan Tata Usaha Negara (Beschikking) adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat kongkret, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.Dalam memahami suatu keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang kadangkala kita menggunakan interprestasi/ penafsiran/ hermeneutika yang seharusnya interprestasi itu bagimanapun juga harus menunjukkan “maksud asli’ perumusan dibuat keputusan. A.Pendahuluan Keputusan adminstrasi merupakan suatu pengertian yang sangat abstrak dan bersifat umum. Yang dalam praktek tampak dalam bentuk keputusan-keputusan yang sangat berbeda. Keputusan Tata Usaha Negara (Beschikking) adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat kongkret, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Dalam pembuatan Keputusan tata usaha Negara haruslah memenuhi beberapa persyaratan misalnnya landasan Negara hukum, landasan demokrasi serta landasan instrumental (efisensi dan efektifitas/ doelmatigheid, doeltreffeheid)1. Dalam memahami suatu keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang kadangkala kita menggunakan interprestasi/ penafsiran/ hermeneutika yang seharusnya interprestasi itu bagimanapun juga harus menunjukkan “maksud asli’ perumusan dibuat keputusan., Dalam hal ini keputusan yang dibuat pejabat yang berwenang seperti Rektor sebuah universitas maka kesalahapahaman memaknai/ mengiterprestasi Keputusan Menteri Pendidikan 1 Safri Nugraha,Hukum Administrasi Negara,,Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2007,Hal77 32 Nasional Republik Indonesia No : 71632/A4.2/KP/2011 berakibat dikeluarkannya Keputusan Rektor UNIB No: 7415/UN.30/KP/2011 Tentang Pemberhentian Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu. Kesalahpahaman tentang memaknai tentang Keputusan tersebut disebabkan perbedaan ragam alasan-alasan personal, sosial dan kultural. Jadi analisis akdemik yang paling sophisticated tentang interpretasi hukum terlihat terfokus pada pendekatan Wittgenstein-Popper analogi sepatu dan kaki . Interprestasi ibarat sepatu dan Keputusan ibarat kaki. Seseorang berusaha untuk menemukan interprestasi yang tepat atau sesuai keputusan/ aturan dengan cara membiarakan keputusan itu menafsir dirinya sendiri. Disini ‘maksud’ atau ‘pemahaman’ ditentukan oleh keputusan/ aturan itu sendiri. Pendekatan ini sepenuhnya mendukung prinsip bahwa keputusan harus dibiarkan untuk menafsir dirinya sendiri, dalam arti bahwa ketika terjadi interprestasi yang bermacam-macam atau saling bertentangan, maka masing-masing harus dikembalikan kepada keputusan untuk menemukan interprestasi yang paling tepat karena fungsi interpresatasi tidak berbeda dengan teori ilmiah yang keabsahannya didasarkan atas fakta yang hendak dijelaskan. Dalam teori ilmiah , fakta adalah satu-satunya yang memberi nilai usaha kita dalam memahaminya. Jika penafsir dalam hal ini Rektor membawa prasangkaNya (apriori-apriori, prapemahaman-prapemahaman, dan bias-bias) terhadap keputusan, tetapi keputusan jugalah yang memutuskan atau menilai prasangka tersebut. Dan makna keputusan tidaklah ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan ekstrinsik, karena hal itu akan mengakibatkan gerak mundur yang tidak berbatas. (Jika fakta atau keputusan tidak memiliki makna inhern dan seseorang harus melangkah keluar darinya untuk menentukan signifikansi yang sebenarnya, maka hal itu juga harus sesuai dengan fakta-fakta ekstrinsik yang diacu orang tersebut). Tentu saja pertimbangan ekstrisik dapat digunakan untuk mengklarifikasi ambiguitas, tetapi tidak untuk mengkontradiksi makna keputusan yang sudah jelas.2 2 Jurnal Ilmu Sosial Transformatif, Gerakan Studi Hukum Kritis, insist press,2000,Yogyakarta,hal 62 33 Yang ingin diinterprestasi/ tafsir dalam tulisan ini adalah Keputusan Rektor UNIB No : 7415/UN.30/KP/2011 Tentang Pemberhentian Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu. Didalam dictumnya memutuskan, Menetapkan : Pertama : mencabut keputusan Rektor UNIB No :6194/UN.30/KP/2011 Tentang Pemberhentian sementara Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu Kedua : memberhentikan dengan hormat Saudara Herlambang S.H. M.H: Nip : 196510161989011001 sebagai dekan Fakultas Hukum UNIB disertai ucapan terima kasih atas jasa-jasa dan pengbdiannya selama memangku jabatan tersebut; Ketiga : keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya ; Keempat : keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan keputusan ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya, tertanggal 13 Oktober 2011 Rektor Universitas Bengkulu 3 B.Pembahasan Timbulnya Keputusan Rektor ini diawali dengan pencalonan saudara Herlambang pada pemilukada sebagai Bupati Kabupaten Bengkulu Tengah 2011 yang lalu, maka berdasarkan UU Pemilihan Umum Kepala Daerah, dan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 10 Tahun 2005 tanggal 29 April 2005 Pasal 2 ayat (1) dan (4) Pagawai Negeri Sipil yang akan didaftarkan menjadi Calon Kepala Daerah atau Calon Wakil Kepala Daerah wajib mengajukan surat pernyataan mengundurkan diri. Pemberhentian dari Jabatan Negeri tersebut berlaku mulai tanggal Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan ditetapkan oleh KPUD sebagai Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah4. Maka berdasarakan hal ini sauadara Herlambang pada saat itu menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu membuat surat pernyatan pengunduran diri dari Jabatan Negeri selama proses pemilukada berlangsung dan beliau masih terlibat secara aktif sebagai pasangan calon Bupati Bengkulu Tengah. Alasan filosofi penguduran diri ini agar selama masa pencalon dan masa kampanye tugas sebagai 3 Keputusan Rektor UNIB No : 7415/UN.30/KP/2011 Tentang Pemberhentian Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu. 4 Peraturan Kepala Badan Kepegawai Daerah No 10 Tahun 2005 tentang Pegawai Negeri Sipil Yang Menjadi Calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah 34 Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu tidak terbengkalai, tetap terlaksana dengan baik serta tidak terganggu, dan tidak menggunakan fasilitas Negara dalam proses pencalonan dan masa kampanye berlangsung. Agar kinerja di Fakultas Hukum Universitas Bengkulu tetap berjalan dengan baik maka Rektor mengusulkan surat ke Mendiknas. Surat Rektor yang ditujukan kepada Menteri Pendidikan Nasional No : 6158/UN.30/KP/2011 tanggal 10 Agustus 2011 mengenai usul Pemberhentian Sementara dari Jabatan Negeri Sdr Herlambang S.H.M.H. Lalu Kemendiknas menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No:71632/A4.2/KP/2011 yang dalam diktum Memutuskan menetapkan : Kesatu : Terhitung mulai tanggal 8 Agustus 2011 memberhentikan dari Jabatan Negeri kepada : Nama : Herlambang, S.H.M.H NIP ; 196510161989011001 TTL : Lubuk Linggau, 16 Oktober 1965 Pangkat/Gol : Pembina Utama Muda, /IVc Jabatan : Lektor Kepala Unit Kerja : Fakultas Hukum Universitas Bengkulu Karena telah ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Bengkulu Tengah Tahun 2011 Kedua : Selama Pegawai Negeri Sipil dalam Diktum Kesatu diberhentikan dari jabatan negeri, tidak berkerja pada satuan organisasi di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasioanal Ketiga : Selama diberhentikan dari jabatan negeri, keapada Pegawai Negeri Sipil pada Diktum Kesatu diberikan penghasilan setiap bulan, kecuali tunjangan jabatan5 Ditetapakan di Jakarta pada tanggal 28 September 2011 an Menteri Pendidikan Nasional Sekertaris Jenderal Ainun Na’im. Salah satu dasar hukum yang digunakan Mendiknas membuat Surat Keputusan itu dibutir ke 7 adalah Peraturan Kepala Badan Kepegawai Daerah No 10 Tahun 2005 tentang Pegawai Negeri Sipil Yang Menjadi Calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah Dalam Keputusan Menteri Pendidiak Nasional Republik Indonesia tersebut jelas tersurat bahwa keputusan itu dibuat atas pengajuan Surat Rektor Universitas Bengkulu Nomor 6158/UN0/KP/2011 tanggal 10 Agustus 2011, mengenai usul Pemberhentian 5 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No:71632/A4.2/KP/2011 35 Sementara dari jabatan Negeri a.n Sdr Herlambang S.H.MH. Artinya bahwa Rektor sendiri mengajukan pemberhentian sementara waktu kepada Mendiknas untuk saudara Herlambang yang pada saat itu menjabat secara struktural sebagai Dekan Fakultas Hukum UNIB serta Jabatan Fungsional sebagai Dosen Fakultas Hukum UNIB selama proses Pemilukada berlangsung. Lalu untuk mengisi kekosongan jabatan struktural Dekan di Fakultas Hukum UNIB maka oleh Rektor Universitas Bengkulu Mengeluarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Bengkulu Nomor : 7416/UN30/KP/2011 tentang Pengangkatan Penjabat Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu yaitu saudara Andry Harijanto H ,S.H.M.Si tertanggal 13 Oktober 2011 tetapi bersamaan dengan itu juga Rektor mengeluarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Bengkulu Nomor: 7415/UN30/KP/2011 Tentang Pemberhentian Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu yang dalam diktum Memutuskan menetapkan : Pertama : mencabut Keputusan Rektor Universitas Bengkulu Nomor 6194/UN30/KP/2011 tentang Pemberhentian Sementara Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu Kedua : memberhentikan dengan hormat saudara Herlambang S.H.M.H; NIP 196510161989011001 Sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu disertai ucapan terimakasih atas jasa-jasa dan pengabdiannya selama memangku jabatan tersebut; Hal ini membuat kebinggungan dikalangan civitas akademika (dosen, mahasiswa dan karyawan) di Fakultas Hukum UNIB dan mungkin juga masyarakat tentunya juga bertanya mengapa Surat Keputusan Rektor itu diluar kebiasaan yang terjadi dilingkup kepegawaian, atas dasar filosofi apa Rektor membuat Surat Keputusan Memberhentikan untuk selamanya Saudara Herlambang S,.H.M.H sebagai Dekan dan memerintahkan pada pejabat dekan untuk mengadakan pemilihan dekan defenitive di Fakultas Hukum UNIB, padahal usul suratnya Rektor Kepada Mendiknas adalah pemberhentian sementara waktu saudara Herlambang S.H.M.H dan didalam Surat Mendiknas itupun tersurat kata-kata selama (ini berarti mengandung jangka waktu), Selama Pegawai Negeri Sipil dalam Diktum Kesatu diberhentikan dari jabatan negeri, tidak berkerja pada satuan organisasi di lingkungan 36 Kementerian Pendidikan Nasioanal, dan diktum Ketiga Selama diberhentikan dari jabatan negeri, keapada Pegawai Negeri Sipil pada Diktum Kesatu diberikan penghasilan setiap bulan, kecuali tunjangan jabatan. Hal ini berarti apabila sudara Herlambang mengajukan pengaktifan kembali dirinya untuk menduduki jabatan struktural maupun jabatan fungsional maka saudara Herlambang berhak untuk dipulihkan kembali jabatan kepada jabatan semula hal ini juga yang terdapat dipasal 5 Peraturan Kepala badan Kepegawain Negara Nomor 10 Tahun 2005 tentang Pegawai Negeri Sipil Yang Menjadi Calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah, yang dijadikan rujukan Rektor dalam mengeluarkan surat yang berhubungan dengan kepegawaian, tetapi bagaima mungkin Surat Keputusan yang Rektor buat sendiri mengangkangi peraturan yang lebih tinggi diatasnya yang dapat menyebabkan abuse of power. Ataupun misalnya Rektor mengambil sumber hukum pada pembuatan Surat Keputusannya seperti Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Pengangakatan dan Pemberhentian Rektor/ Ketua/ Direktur Pada Perguruan Tinggi Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah, untuk memilih Dekan baru difakultas hukum UNIB, jika mengacu pada Pasal 7 baru bisa dilaksanakan apabila Rektor/ Ketua/ Direktur berhalangan tetap. Berhalangan tetap sebagaima dimaksud pada ayat (1) peratutan ini adalah : (a) meninggal dunia, (b) sakit yang tidak dapat disembuhkan dibuktikan dengan berita acara Majelis Pemeriksa Kesehatan pegawai Negeri Sipil; dan/ atau (c) dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan perbuatan yang diancam pidana kurungan. Jelas saudara Herlambang tidak termasuk dalam kategori berhalangan tetap, maka keabsahan Rektor untuk memerintahkan kepada pejabat dekan untuk melakukan pemilihan dekan definitive yang baru menyalahi aturan yang menjadi acuannnya. Ataupun melihat sumber lain yang dijadikan rektor dalam membuat Surat Keputusan Rektor UNIB No : 7415/UN30/KP/2011 Tentang Pemberhentian Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No: 67 Tahun 2008 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Dosen Sebagai Pimpinan Perguruan Tinggi dan Pimpinan Fakultas pada Pasal 14 berbunyi : apabila terjadi pemberhentian pimpinan tinggi atau pimpinan fakultas sebelum masa jabatan berakhir, dilakukan 37 pengangkatan penjabat pimpinan perguruan tinggi atau pimpinan fakultas untuk meneruskan sisa masa jabatannya, ini artinya Rektor bisa mengangkat Penjabat Dekan untuk sementara waktu untuk menghindari vacum of power di Fakultas Hukum bukan dengan menerbitkan surat Keputusan : 7415/UN30/KP/2011 Tentang Pemberhentian Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu untuk selamanya. Surat keputusan Rektor Unib ini jelas menyalahi/ mengangkangi aturan/ perundangan yang ada diatasnya dan jika terjadi hal ini akan berakibat fatal mengakibat Surat Keputusan cacat hukum dan dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara. Menjadi pertanyaan yang besar tidak hanya bagi civitas akademika mungkin juga masyarakat apa yang terjadi dalam kasus Herlambang jika melihat pada banyak kasus yang terjadi dilingkup pemerintah daerah seperti pada kasus Rohidin calon Wakil Bupati Manna dan Reskan Effendi Bupati Manna sebelum ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi menjadi Bupati dan wakil Bupati Kabupaten Bengkulu Selatan difungsikan kembali oleh pemerintah daerah pada kekedudukan semula atau dalam kasus Dani Hamdani yang menjadi calon Wakil Gubernur yang juga nota benenya sebagai pegawai Negeri Sipil dikembalikan kepada kedudukan semula setelah tidak terpilih menjadi Wakil Gubernur. padahal tentu saja acuan norma yang dipakai oleh Rektor dan pemerintah daerah tentu saja sama dalam melakukan pembinaan terhadap sumberdaya manusiannya, tetapi perlakuan berbeda terlihat jelas dalam kasus Herlambang setelah tidak terpilih menjadi Bupati Benteng, beliau mengajukan permohonan pengaktifan kembali dirinya (seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 10 Tahun 2005) berbunyi : Pasal 4 Pegawai negeri sebagai mana dimaksud Pasal 2 ayat (3) sebagaimana dimaksud, apabila: (b) tidak terpilih menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah,dipekerjakan kembali di instansi semula (2) Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,dipekerjakan kembali ke instansi setelah yang bersangkutan mengajukan permohonan untuk kembali berkerja kembali kepada pejabat pembina kepegawaian yang bersangkutan melalui saluran hirarkie, dibuat menurut contoh sebagaimana tersebut lampiran III peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini . 38 (4) Pejabat Pembina Kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), setelah menerima permohonan, menetapkan keputusan untuk memperkerjakan kembali Pegawai Negeri Yang bersangkutan, dibuat menurut contoh sebagaimana tersebut lampiran IV Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini Pasal 5 Pegawai Negeri yang telah dipekerjakan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat(4), dapat diangkat kembali dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional sesuai peraturan perundang-undangan. Mestinya saudara Herlambang berhak kembali menduduki jabatan sebagai struktural maupun fungsional, seperti yang tertera dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara, malah yang diterima Herlambang harus menerima Surat Keputusan Rektor untuk diberhentikan selamanya dari jabatan struktural/ Dekan dan didalam Surat keputusan Rektor tersebut juga memerintahkan agar Pejabat dekan Andry Harijanto di tugaskan untuk melaksanakan pemilihan dekan baru. Padahal esensinya yang terjadi di Fakultas Hukum, bukan hanya masalah suksesi kepemimpinan/ pergantian kepemimpinan kemudian masalah menjadi selesai. Karena ini dunia kampus dimana ilmu, rasionalitas, logika berjalan ideal pada rel yang tepat maka keputusan ini menjadi sangat kontradiktif dan cendrung menjadi polemik serta menarik untuk diperdebatkan secara akademik dan terjadi di Fakultas Hukum pula dimana norma, etika, nilai menjadi bahasan rasional setiap harinya. Dengan adanya Surat Keputusan Rektor yang seperti ini akan menjadi preseden buruk serta warning bagi para dosen selingkung UNIB apabila dikemudian hari akan mencalon menjadi Gubernur/ wakil Gubernur atau Walikota/ Wakil Walikota, Bupati/ Wakil Bupati. Apalagi pada saat mencalon sedang menduduki jabatan struktural (Semisal Dekan, Pembantu Rektor, atau Ketua Program Pasca Sarjana) maka harus bersiap apabila tidak terpilih dalam Pemilukada setelah kembali ke Unib akan diberhentikan untuk selamamnya dari jabatan struktural karena menilik pada kasus Herlambang harus ada prinsip equality before the law serta prinsip persamaam perlakuan dan pembinaan yang dilakukan oleh pimpinan tertinggi kampus ini. Seperti apabila semisal Hutapia Wazir akan mencalon pada Pemilukada sebagai Calon Wakil Walikota dan sekarang sedang menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang 3 maka harus bersiap apabila tidak terpilih setelah 39 kembali ke UNIB tidak menduduki jabatan sebagai Pembantu Rektor Bidang 3 lagi berdasarkan logika hukum yang dibangun Rektor dalam kasus Herlambang. Jika hal ini terus menerus terjadi Di Universitas Bengkulu maka jelas terlihat Universitas Bengkulu tidak mendukung sumber daya manusianya menjadi besar serta menjadi pemimpin dikemudian hari karena resiko yang ditanggung terlalu berat. Dalam membuat Surat Keputusan hendaknya Rektor tidak bertentangan dengan asas-asas materil pembuatan Surat Keputusan, khususnya asas larangan penyalahgunaan wewenang (detounement de pouvoir), pelanggaran terhadap hak subjektif seseorang hanya dapat dibenarkan menurut hukum (rechmatig) kalau pelanggaran itu dilindungi oleh wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi wewenang tidak boleh digunakan untuk tujuan lain daripada maksud diberikan wewenang itu. Suatu wewenang administrasi dibuat dan dijalankan ”secara masuk akal” dan orang umumnya setuju dengan ini. Tidak perlu diulangi lagi bahwa mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Setiap kali Pejabat membuat keputusan, ia harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, jika ia tidak ingin menanggung resiko berhadapan dengan orang banyak atau pengadilan dalam proses menguji keabsahan keputusan tersebut. Tidak ada alasan terlambat untuk menganulir suatu keputusan yang cacat hukum untuk kebaikan bersama. C.Kesimpulan Surat Keputusan hendaknya dibuat tidak bertentangan dengan asas-asas materil pembuatan Surat Keputusan, khususnya asas larangan penyalahgunaan wewenang (detounement de pouvoir), pelanggaran terhadap hak subjektif seseorang hanya dapat dibenarkan menurut hukum (rechmatig) kalau pelanggaran itu dilindungi oleh wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi wewenang tidak boleh digunakan untuk tujuan lain daripada maksud diberikan wewenang itu. DAFTAR PUSTAKA 40 Asshiddiqie Jimly,Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,Bhuana Populer, Jakarta, 2007. Jurnal Ilmu Sosial Transformatif, Gerakan Studi Hukum Kritis,Insist Press,Yogyakarta,2000. Jeremy Pope,Strategis Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional,Yayasan Obor Indonesia,Jakarta,2007 Nugraha Safri, Dkk,Hukum Administrasi Negara (Edisi Revisi) ,Fakultas Hukum Universitas Indonesia,Depok,2007 Peraturan-peraturan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 10 Tahun 2005 Tentang Pegawai Negeri Sipil Yang Menjadi Calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Pengangakatan dan Pemberhentian Rektor/ Ketua/ Direktur Pada Perguruan Tinggi Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No: 67 Tahun 2008 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Dosen Sebagai Pimpinan Perguruan Tinggi dan Pimpinan Fakultas