naskah publikasi penyesuaian diri pada pensiunan program studi

advertisement
NASKAH PUBLIKASI
PENYESUAIAN DIRI PADA PENSIUNAN
Studi Kasus Pada Empat Pensiunan
Oleh :
MUTIA AGUSTINA
SONNY ANDRIANTO
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2006
NASKAH PUBLIKASI
PENYESUAIAN DIRI PADA PENSIUNAN
Studi Kasus Pada Para Pensiunan
Telah Disetujui Pada Tanggal
_______________________________
Dosen Pembimbing
( Sonny Andrianto, S.Psi., M.Si )
PENYESUAIAN DIRI PADA PENSIUNAN
Studi Kasus Pada Para Pensiunan
Mutia Agustina
Sonny Andrianto
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyesuaian diri seseorang
setelah memasuki masa pensiun.
Responden dalam penelitian ini adalah pensiunan yang baru menjalani masa
pensiunnya berkisar antara satu tahun sampai dua tahun, keempat pensiunan sebelumnya
menduduki posisi yang berkualitas di instansi tempat mereka bekerja, dengan jumlah
responden sebanyak empat orang, dan berjenis kelamin laki – laki.
Reichard, Livson, dan Peterson (Kimmel, 1990) menyatakan ada lima kelompok reaksi
terhadap pensiun, tiga kelompok reaksi positif dan dua kelompok reaksi negatif. Tiga kelompok
reaksi positif adalah mature, rocking – chair men, dan armored. Sedangkan kelompok reaksi
negatif adalah angry man dan self – haters.
Desain penelitian ini menggunakan metode wawancara. Studi kasus sangat bermanfaat
ketika peneliti perlu memahami suatu kasus spesifik, orang – orang tertentu ataupun situasi
unik secara mendalam. Berdasarkan hasil wawancara, keempat responden termasuk dalam
kelompok reaksi positif yaitu armored dan mature. Keempat responden tidak mengalami
hambatan dalam penyesuaian dengan masa – masa pensiun. Anggapan bahwa masa masa
pensiun merupakan masa – masa yang menggetirkan dan tidak menyenangkan tidak terjadi
pada keempat responden. Masing – masing responden tetap melakukan aktivitas sesuai
dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Selain armored dan mature, responden empat
termasuk dalam salah satu contoh dari dimensi pengalaman. Penyesuaian diri yang terjadi
pada keempat pensiunan dapat dipengaruhi cara mereka beradaptasi dengan kehidupan
barunya. Diawali dengan pemikiran yang matang tentang langkah apa selanjutnya yang akan
mereka tempuh disertai dengan bekal yang ada, maka penyesuaian diri pada empat pensiunan
ini pun akan berhasil.
Kata kunci : Penyesuaian diri pada pensiunan.
PENGANTAR
Latar Belakang Permasalahan
Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan
sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak
tahu kehidupan seperti apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern seperti
sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa
mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan dan memperkuat harga diri). Oleh
karenanya, sering terjadi orang yang pensiun tidak bisa menikmati masa tua dengan
hidup santai, sebaliknya ada yang mengalami problem serius (kejiwaan atau pun fisik).
Fakta sekitar pensiun :
1. Penurunan kesehatan tidak disebabkan secara langsung oleh pensiun,
melainkan oleh problem kesehatan yang sebelumnya (sudah) dialami
2. Pensiun sebaliknya dapat meningkatkan kesehatan dengan berkurangnya
beban tekanan yang harus dihadapi.
3. Masyarakat mulai memandang bahwa masa pensiun sebenarnya masa yang
penuh kesempatan menarik
4. Kemungkinan untuk bersantai berkurang karena waktu cenderung tersita
untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga
5. Kepuasan perkawinan tidak secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi pensiun
yang dialami
6. Akan
lebih
banyak
keluarga/pasangan
waktu
dan
kesempatan
kebersamaan
bagi
7. Pengalokasian ke rumah jompo, meninggalnya pasangan, penyakit serius
serta
adanya cacat tertentu biasanya menyebabkan perubahan gaya hidup yang drastis
(www.e-psikologi.com, 2 Oktober 2001).
Tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau
jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena
pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran,
kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih
tergantung dari model kepribadiannya. Dalam kenyataannya ada yang dapat
menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari
tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Dampak positif
dari sikap-sikap tersebut adalah lebih menenteramkan diri lansia dan dampak
negatifnya adalah akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih
berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi
dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri. Persiapan tersebut dilakukan
secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan
pensiun. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia
dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing.
Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang banyak jenis dan
macamnya (www.e-psiikologi.com, 16 April 2002).
Salah satu contoh kondisi dampak negatif dari pensiun adalah Post Power
Syndrome. Sindrome itu merupakan kumpulan gejala. Power adalah kekuasaan, jadi
apabila diterjemahkan maka akan berarti sindrome paska kekuasaan. Gejala ini
umumnya terjadi pada orang-orang yang semula mempunyai kekuasaan atau
menjabat satu jabatan. Ketika tidak menjabat lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala
kejiwaan atau emosi yang kurang stabil. Hal tersebut bersifat negatif, dan itu yang
diartikan sebagai Post Power Syndrome. Istilah tersebut muncul untuk mereka yang
mengalami gangguan psikologis saat memasuki waktu pensiun. Stres, depresi,
unhappy, merasa kehilangan harga diri dan kehormatan adalah beberapa hal yang
dialami oleh mereka yang terkena post power syndrome. (www.tradepointindonesia.com, 28 Agustus 2004).
Pada akhirnya nanti dari penelitian ini dapat mengetahui bagaimana
penyesuaian diri pada pensiunan yang dipandang sebagi titik tolak baru dalam
menyiapkan kehidupan yang lebih baik lagi di masa depan.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah studi kasus, di mana yang
diangkat merupakan fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi
(bounded context). Menurut peneliti design inilah yang pantas dipergunakan untuk
menjelaskan hasil penelitian ini tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan konsepkonsep atau teori ataupun tanpa upaya menggeneralisasikan.
Sumber data utama pada penelitian ini adalah para pensiunan. Karakteristik
responden adalah pensiunan yang baru menjalani masa pensiunnya berkisar antara
satu tahun sampai dua tahun, baik pria maupun wanita dan mereka sebelumnya
menduduki posisi berkualitas di instansi tempat mereka bekerja, dengan jumlah subjek
empat orang.
Fokus penelitian ini adalah penyesuaian diri seseorang pada berbagai kondisi
yang ditimbulkan setelah masa pensiun. Definisi operasional penyesuaian diri adalah
seberapa baik pekerja menyesuaikan diri terhadap masa wajib pensiun secara reguler
sangat bergantung pada seberapa baik persiapan mereka dalam menghadapinya.
Teknik pengambilan datanya menggunakan purposive sampling, agar bisa
memperoleh data sesuai dengan fokus penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi
dan wawancara. Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur
dengan menggunakan pedoman (guide) umum.
Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi covert, nonpartisipant dan
alamiah agar responden dalam proses yang diammati betul-betul terungkap. Pada
teknik pencatatan data menggunakan system verbal yaitu dilakukan secara deskriptif,
menggunakan tulisan verbal, menangkap gejala atau ciri tingkah laku yang diutarakan
dalam struktur kalimat. Metode pencatatannya menggunakan diary record
atau
anecdotal record yaitu dengan cara mencatat segala tingkah laku atau kejadian ditulis
dengan lengkap dapat mengenai diri sendiri atau orang lain.
Analisis data yang dilakukan, antara lain dengan mengumpulkan seluruh data
dari
wawancara
mendalam
dan
observasi,
menyusun
data
tersebut
dan
mengklasifikasikannya dan melakukan pengeditan sehingga data tersusun rapi,
kemudian langkah berikutnya menulis studi kasus ini secara naratif. Analisis diawali
dengan membuat koding, membuat tema, dilanjutkan dengan membuat kategori.
Menurut Strauss dan Corbin (Poerwandari, 1998) membagi langkah koding menjadi
tiga, yaitu koding terbuka, koding aksial, dan koding selektif.
HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Hasil Penelitian Wawancara Mendalam Dengan Responden
Berdasarkan hasil wawancara didapat dua tema yaitu kondisi yang dihadapi
setelah pensiun dan penyesuaian diri pensiunan pada kondisi tersebut. Faktor – faktor
yang mempengaruhi penyesuaian diri pada pensiunan yaitu asal pensiunan, jabatan
terakhir, pensiun sejak kapan, jenis pensiun, latar belakang keluarga, persiapan
sebelum pensiun. Sedangkan kondisi yang dihadapi setelah pensiun meliputi perasaan
setelah pensiun, aktivitas setelah pensiun, keuntungan dari aktivitas setelah pensiun,
dukungan keluarga, tanggapan responden mengenai post power sydrome, dan
kesimpulan responden mengenai masa pensiun.
2. Deskripsi Hasil Penelitian Observasi
a. Observasi Pada saat Wawancara Dengan Subjek
Semua responden penelitian terlihat serius dan antusias dalam menjawab
setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
b. Observasi Interaksi Sosial
Setiap wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilakukan di kantor atau di
rumah masing – masing responden. Ruangan kantor Bapak P berada di lantai 1
setelah bagian receptionist
dan bersebelahan dengan ruang aerobic. Walaupun
ruangan Bapak P terletak di sudut gedung, namun tetap terasa nyaman karena ruang
kantor tersebut tertata dengan rapi dan wangi.
Suasana rumah Bapak S yang terletak di dalam gang terasa nyaman dan sejuk,
karena di bagian teras rumahnya terdapat banyak pohon yang rimbun. Walaupun
rumah Bapak S ada kost – kostannya, hal itu tidaklah mengganggu ketenangan untuk
keluarga Bapak S.
Suasana ruang praktek Bapak B berada di barisan depan Rumah Sakit DKT
Yogya. Di dalam ruang praktek itu dilengkapi juga dengan 1 tempat tidur untuk
periksa pasien, 1 unit THT sit beserta peralatannya, 1 meja tulis, 2 kursi, dan 1 meja
untuk suster.
Suasana rumah Bapak SB yang berada di kawasan perumahan di bagian Yogya
utara, terasa agak sejuk karena adanya pepohonan di bagian teras rumahnya.
Walaupun wawancara dengan Bapak SB ini berlangsung setelah peristiwa gempa yang
melanda Yogya dan ada kerusakan pada rumahnya, Bapak S tetap terlihat tenang dan
santai selama wawancara berlangsung.
PEMBAHASAN
Masa pensiun yang terjadi pada orang – orang yang telah bekerja di suatu
kantor dalam kurun waktu yang lama pasti memberikan efek yang beragam. Ada efek
yang baik, yaitu kesenangan akan masa pensiun; dan ada juga efek yang buruk, yaitu
ketakutan akan masa pensiun. Seperti pengertian pensiun yang disebutkan oleh
Maddox (Kimmel, 1990) bahwa hal ini harus dipahami sebagai tatanan kehidupan
sosial dari individu, masa pensiun ini bisa memberi dua macam pengaruh terhadap
seseorang. Yaitu, kesenangan dan ketakutan. Kebanyakan, pensiun memiliki arti
kebebasan untuk menjemput dan memilih bagaimana caranya seseorang tersebut
ingin menghabiskan sisa waktu dalam hidupnya.
Terdapat tiga kelompok reaksi positif pada masa pesiun. Dari ketiga responden
dalam penelitian ini, mereka tergolong dalam kelompok armored, yaitu kelompok yang
dapat mempertahankan sistem kompleks untuk melawan pasivitas dan persaan tidak
berdaya. Setelah masa pensiun, masing – masing responden tetap melakukan aktivitas
mereka sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Berbeda dengan ketiga
responden tersebut diatas yang termasuk dalam kelompok armored, subjek SB
termasuk dalam salah satu contoh dari dimensi pengalaman (Ancok dan Suroso,
2005). Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama
mengandung pengharapan – pengharapan tertentu. Dimensi ini berkaitan dengan
pengalaman keagamaan, perasaan – perasaan, persepsi – persepsi, dan sensasi –
sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan
(atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi
ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transedental.
Kenyataan terakhir disini maksudnya bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan
kekuatan supranatural.
Selain kelompok armored, responden P, responden S, responden B, dan
responden SB juga termasuk dalam kelompok mature, yaitu mereka tidak mengalami
hambatan dalam penyesuaian dengan masa-masa pensiun, mereka terbebas dari
konflik dan dapat menerima kondisi pensiun secara realistik, mereka mendapatkan
kepuasan mengenai aktivitas dan hubungan antar personal, sehingga hidup ini
menyenangkan dan bermakna. Untuk responden SB tidak hanya hubungan antar
personal yang terjadi, tetapi juga hubungan dengan Tuhan. Sebagai takmir masjid,
aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual
(beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan
supranatural. Maksudnya, aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang
(Ancok dan Soroso, 2005). Dengan adanya berbagai aktivitas dari keempat responden
setelah masa pensiun, dapat membuktikan bahwa mereka masih memiliki semangat
untuk melanjutkan hidup. Keempat responden ini menyadari bahwa mereka masih
memiliki kemampuan yang bisa dikembangkan meskipun tidak lagi bekerja di
kantoran. Disertai dengan adanya dukungan keluarga dan lingkungan sekitar,
membuat keempat responden ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi baru dalam
kehidupannya setelah pensiun.
Ada dua kelompok reaksi negatif pada masa pensiun, yaitu kelompok angry
man, dan self haters.
Kelompok angry man adalah kelompok yang menganggap
bahwa pensiun sebagai masa-masa yang menggetirkan, masa-masa yang tidak
menyenangkan, dan masa-masa pahit. Kelompok self haters adalah kelompok yang
merasa bahwa hidup ini mengecewakan dan gagal. Namun, mereka lebih
mengarahkan perasaan kecewa tersebut kepada diri sendiri, marah kepada diri sendiri,
dan menyalahkan diri. Mereka rentan terhadap gejala depresi. Keempat subjek dalam
penelitian ini tidak termasuk dalam dua kelompok tersebut diatas, karena mereka
memiliki pola fikir yang lebih positif terhadap kondisi pensiun yang dijalaninya. Hal ini
dibuktikan dengan adanya kegiatan yang mereka lakukan setelah masa pensiun
tersebut.
Kemampuan keempat responden dalam menyesuaikan diri setelah masa
pensiun dipengaruhi oleh perubahan cara fikir dan cara bersikap mereka. Perubahan
cara fikir ini sangat diperlukan untuk menghindari stress yang bisa saja melanda para
pensiunan tersebut. Perubahan cara fikir ini juga dapat melahirkan ide – ide baru
untuk mensiasati masa pensiun yang terjadi. Para pensiunan dapat mulai
berkonsentrasi dengan aktivitasnya yang baru. Dengan adanya perubahan cara fikir ini
juga dapat membantu proses penyesuaian diri pada para pensiunan. Peppers (Rybash,
J.W., dkk, 1985) pun menyebutkan para pensiunan banyak terlibat dalam berbagai
aktivitas – aktivitas untuk meningkatkan kualitas waktu luangnya.
Perubahan cara bersikap juga memiliki peran yang penting bagi para
pensiunan. Karena secara otomatis aktivitas mereka berubah total. Dari aktivitas
perkantoran yang terjadwal menjadi aktivitas luar kantor yang jauh lebih longgar
tenggang waktunya. Eisdofer (Santrock, 1999) mengatakan pada saat seseorang
pensiun, mereka tidak lagi memiliki lingkungan yang terstruktur dimana mereka
memilikinya pada saat mereka bekerja, jadi mereka perlu untuk menjadi fleksibel dan
menelusuri dan mengikuti ketertarikan mereka sendiri. Begitu juga Zarit dan Knight
(Santrock, 1999) menyatakan bahwa memiliki ketertarikan terhadap sesuatu dan
teman – teman yang tidak terkait dengan pekerjaan dapat memperlancar adaptasi
dalam pensiun.
Penyesuaian diri yang terjadi pada keempat pensiunan ini berdasarkan hasil
dari wawancara, dapat dipengaruhi cara mereka beradaptasi dengan kehidupan
barunya. Diawali dengan pemikiran yang matang tentang langkah apa selanjutnya
yang akan mereka tempuh disertai dengan bekal yang ada, maka penyesuaian diri
pada empat pensiunan ini pun berhasil.
KESIMPULAN
Hasil analisis yang didapat menunjukkan, antara lain:
?
Ketiga responden dalam penelitian ini (responden P, responden S, dan responden
B) tergolong dalam kelompok reaksi positif, yaitu armored. Kelompok armored
adalah kelompok yang dapat mempertahankan sistem kompleks untuk melawan
pasivitas dan perasaan tidak berdaya. Setelah masa pensiun, masing – masing
responden tetap melakukan aktivitas mereka sesuai dengan yang telah
direncanakan sebelumnya.
?
Berbeda dengan ketiga responden tersebut diatas yang termasuk dalam kelompok
armored, responden SB termasuk dalam salah satu contoh dari dimensi
pengalaman (Ancok dan Suroso, 2005). Dimensi ini berisikan dan memperhatikan
fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan – pengharapan tertentu.
Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan – perasaan,
persepsi – persepsi, dan sensasi – sensasi yang dialami seseorang atau
didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang
melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan
Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transedental. Kenyataan terakhir disini
maksudnya bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural.
?
Selain kelompok armored, responden P, responden S, responden B, dan responden
SB juga termasuk dalam kelompok mature, yaitu mereka tidak mengalami
hambatan dalam penyesuaian dengan masa-masa pensiun, mereka terbebas dari
konflik dan dapat menerima kondisi pensiun secara realistik, mereka mendapatkan
kepuasan mengenai aktivitas dan hubungan antar personal, sehingga hidup ini
menyenangkan dan bermakna.
?
Kemampuan keempat responden dalam menyesuaikan diri setelah masa pensiun
dipengaruhi oleh perubahan cara fikir, cara bersikap mereka, dan cara mereka
beradaptasi dengan kehidupan barunya. Perubahan cara fikir ini sangat diperlukan
untuk menghindari stress yang bisa saja melanda para pensiunan tersebut.
Perubahan cara fikir ini juga dapat melahirkan ide – ide baru untuk mensiasati
masa pensiun yang terjadi. Diawali dengan pemikiran yang matang tentang
langkah apa selanjutnya yang akan mereka tempuh disertai dengan bekal yang
ada, maka penyesuaian diri pada empat pensiunan ini pun akan berhasil.
SARAN – SARAN
Beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti dari hasil penelitian,
antara lain:
1. Bagi Para Pensiunan
Para pensiunan harus dapat mempertahankan cara berfikir mereka yang positif
dan lebih komunikatif lagi kepada Tuhan. Ini semua supaya kondisi mental para
pensiunan tetap tenang. Dengan tenangnya kondisi mental para pensiunan tersebut,
maka suasana keseharian mereka pun dapat berjalan dengan lancar.
2. Bagi Keluarga
Keluarga supaya dapat tetap mendukung penuh semua aktivitas yang
dilakukan oleh pensiunan tersebut. Dukungan tersebut memiliki arti yang sangat
dalam bagi diri pensiunan. Hal itu juga dapat menambah rasa percaya diri mereka di
tengah – tengah lingkungannya atau masyarakat.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Yang ingin meneliti topik yang sama disarankan untuk meneliti lebih lanjut
dengan subjek penelitian yang lain, seperti pensiunan dengan latar belakang yang
berbeda dan jumlah subjek berbeda, mungkin akan memberikan hasil yang berbeda
pula dengan hasil penelitian ini.
Sebaiknya hasil wawancara direkam menggunakan tape recorder, untuk
memberikan hasil analisa yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D., dan Suroso, F.N., 2005. Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http : // www.e-psikologi.com.2/10/2001
http : // www.e-psikologi.com.16/04/2002
http : // www. tradepoint-indonesia.com.28/08/2004
Kimmel, Douglas C. 1990. Adulthood and Aging. Edisi ketiga. Canada: John Wiley and
Sons, Inc.
Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3)
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Rybash, J.W., Roodin, P.A. dan Santrock, J.W. 1991. Adult Development and Aging.
Edisi kedua. New York: Wm. C. Brown Publisher.
Santrock, John W. 1999. Life Span Development. Edisi ketujuh. United State of
America: McGraw-Hill College.
Download