UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN CABAI - USU-IR

advertisement
UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN
CABAI (Capsicum annum L.) TERHADAP SERANGAN
PENYAKIT ANTRAKNOSA DENGAN
PEMAKAIAN MULSA PLASTIK
SKRIPSI
OLEH :
ERIK MELPIN GIRSANG
030302003
HPT
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN
CABAI (Capsicum annum L.) TERHADAP SERANGAN
PENYAKIT ANTRAKNOSA DENGAN
PEMAKAIAN MULSA PLASTIK
SKRIPSI
OLEH :
ERIK MELPIN GIRSANG
030302003
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar
sarjana Di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas pertanian , Universitas Sumatera Utara, Medan.
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
( Dr. Ir. Hasanuddin, MS. )
Ketua
( Ir. Syamsinar Yusuf, MS. )
Anggota
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Erik Melpin Girsang, Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman
Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa
Dengan Pemakaian Mulsa Plastik dibawah bimbingan Dr. Ir. Hasanuddin,
MS. selaku ketua dan Ir. Syamsinar Yusuf, MS. sebagai anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahanan beberapa varietas
tanaman cabai (Capsicum annum L.) terhadap serangan penyakit
antraknosa dan untuk mengetahui pemakaian mulsa plastik terhadap
penyakit antraknosa pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).
Jenis penyakit yang merusak tanaman cabai adalah penyakit
antraknosa menyerang tanaman cabai dengan menginfeksi kulit buah
yang muda maupun tua sehingga buah akan mengerut, mengeriting,
warna buah berubah menjadi kehitaman dan membusuk dan keguguran,
akhirnya produksi menurun kalau serangannya dibiarkan maka tanaman
akan mati.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan, yaitu faktor varietas cabai
:V1 (Varitas TM-999), V2 (Varietas Hot Beauty), V3 (Varietas Laris), V4
(Varietas Lokal) dan faktor mulsa : M0 (tanpa Mulsa), M1 (Mulsa Plastik
Hitam Perak), M2 (Mulsa Plastik Hitam), dan diulang sebanyak 3 kali.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Merek, Kecamatan Merek, Kabupaten
Karo, dari bulan September 2007 sampai April 2008.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai varietas
dengan mulsa berbeda nyata dalam persentase serangan pada buah,
dimana persentase serangan terendah dengan faktor mulsa terdapat pada
M1 (Mulsa Hitam Perak) pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 33,60
% dan persentase serangan tertinggi dengan faktor mulsa terdapat pada
M0 (tanpa mulsa) pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 41,38 % dan
persentase serangan terendah pada faktor varietas pada V1 (TM-999)
sebesar 30,60 % pada pengamatan 17 MST dan persentase serangan
yang tertinggi pada faktor varietas pada V3 (Varietas Laris) yaitu sebesar
41,83 %. Sedangkan persentase serangan terendah dengan interaksi
kedua faktor adalah pada perlakuan M1V1 (Mulsa Hitam Perak dengan
Varietas TM-999) yaitu sebesar 16,97 % pada pengamatan 17 MST dan
persentase serangan tertinggi pada perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan
varietas Laris) yaitu sebesar 29,65 % pada pengamatan 17 MST.
Perlakuan berbagai varietas dengan mulsa berbeda nyata dalam produksi
buah, dimana produksi buah tertinggi dengan faktor mulsa terdapat pada
M1 (Mulsa Hitam Perak) pada pengamatan 20 MST yaitu sebesar 3,657
ton/ha dan produksi buah terendah dengan faktor mulsa terdapat pada M0
(tanpa mulsa) pada pengamatan 20 MST yaitu sebesar 2,733 ton/ha dan
produksi buah tertinggi pada faktor varietas pada V1 (TM-999) sebesar
3,605 ton/ha pada pengamatan 20 MST dan produksi buah yang terendah
pada faktor varietas pada V3 (Varietas Laris) yaitu sebesar 2,478 ton/ha.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Sedangkan produksi buah tertinggi dengan interaksi kedua faktor adalah
pada perlakuan M1V1 (Mulsa Hitam Perak dengan Varietas TM-999) yaitu
sebesar 2,627 ton/ha pada pengamatan 20 MST dan produksi buah
terendah pada perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan varietas Laris) yaitu
sebesar 1,400 ton/ha pada pengamatan 20 MST.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
Erik Melpin Girsang, Resistence Test of Chilli Varieties
(Capsicum annum L.) on Attact of Antracnosa diseases Using Plastic
Mulsa Under Supervision of Dr. Ir. Hasanuddin, MS. As Chairman and
Ir. Syamsinar Yususf, MS. as member.
This research aims to test the resistence of any varieties of chilli
(Capsicum annum L.) on the attact of Antracnosa disease on chilli
(Capsicum annum L).
The disease damage the chilli crop is antracnosa by infect the
young or od fruit of chilli that make the chilli folded in black color, demaged
and fall and the production will decrease if the disease is not eliminated.
This research applies the Faktorial Group Random Sampling (RAK)
that consists of two treatments, i.e chilli variety factor : V1 ( Variety TM999), V2 (Variety Hot Beauty), V3 ( Variety of Laris), V4 (Local Variety)
and mulsa factors : M0 (Without mulsa), M1 (Silver Black plastic mulsa),
M2 (Black plastic mulsa) and repeated for 3 times. This reseach was
conducted at village of Merek, subdistrict of Merek, regency of Karo since
September 2007 up April 2008.
The results of research indicates that the treatment on varieties with
mulsa has a significant diference in attaction percentage on fruit in which
the lower attact percentage by mulsa factor found on M1 (silver black
mulsa) on observation 17 MST i.e 33,60 % and the higehr attact
percentage with mulse factor on M0 (without mulse) on observation of 17
MST i.e 41,38 %. And the lower attact on varicety factor on V1 (TM-999)
for 40,60 % on observation of 17 MST and the higher attact on variety
factor on V3 (Variety Laris) for 41.83 %. While the lower attact with
interaction of both factors is on treatment of M1V1 (Slver blackmulsa and
variety of TM-999) i.e 26,65 % on observatio of 17 MST. The treatment on
various varieties with mulsa has a significant different on fruit production,
in which the higher fruit production with mulsa factor on M1 (Silver black
mulsa on observation of 20 MST for 3,657 ton/ha and the lower production
with mulsa factor on M0 (without mulsa) on observation 20 MST for
2,733ton/ha and the higher fruit production on variety factor on V1 (TM999) for 3,605 ton/ha on observatio of 20 MST and the lower production
with variety factor on V3 (variety of Laris) for 2,478 ton/ha. While the
higher fruit production with interaction of the both factors on the treatment
of M1V1 (Silver black plastic mulsa with variety of TM-999) for 2,627
ton/ha on observation of 20 MST and the lower fruit production on
treatment of M0V3 (without mulsa with variety of Laris) for 1,400 ton/ha on
observation of 20 MST
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Erik Melpin Girsang, lahir pada tanggal 04 april 1985 di Medan,
anak ke 4 dari 5 bersaudara. Bapak Drs. St. Apul Girsang dan Ibu
Sarianna Br. Sembiring Meliala.
Pendidikan yang ditempuh :
Tahun 1997
: Lulus dari SD Negeri 064026 Ladang Bambu,
Medan Tuntungan.
Tahun 2000
: Lulus dari SLTP Negeri 1 Pancur Batu, Deli
Serdang.
Tahun 2003
: Lulus dari SMU Negeri 1 Pancur Batu, Deli
Serdang.
Tahun 2003
: Diterima di Departemen Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan
Fakultas
Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Juni – Juli 2007
Lapangan)
: Melaksanakan PKL (Praktek Kerja
di Desa Kerasaan, Kecamatan Kerasaan
Kabupaten Simalungun.
September 2007 April 2008
: Melaksanakan praktek skripsi di Desa Merek
Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ UJI KETAHANAN
BEBERAPA VARIETAS TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)
TERHADAP
SERANGAN
PENYAKIT
ANTRAKNOSA
DENGAN
PEMAKAIAN MULSA PLASTIK ” yang disusun sebagai salah satu syarat
untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Penulis
mengucapkan
terima
kasih
kepada
bapak
Dr. Ir. Hasanuddin, MS. selaku ketua komisi pembimbing dan ibu
Ir. Syamsinar Yusuf, MS. Selaku anggota yang telah banyak memberikan
saran dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu
penulis
mengharapkan
saran
dan
kritik
yang
membangun
demi
kesempurnaannya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………...…i
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………..………iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..……vii
PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
Latar Belakang……………………………………………..……………1
Tujuan Penelitian……………………………………………………..…4
Hipotesa Penelitian..…………………………………………………….4
Kegunaan Penelitian…………………………………………………….5
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………….6
Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)………………………………..6
Botani tanaman cabai………………………………………...…6
Morfologi tanaman cabai………………………………………..7
Penyakit Antraknosa…………………………………………………….8
Penyebab Penyakit………………………………………….…..8
Gejala Serangan……………………………………………….10
Daur Penyakit…………………………………………………..11
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit……………….12
Pengendalian………………………………………………...…13
Varietas Tahan…………………………………………………………15
Pengaruh Pemberian Mulsa…………………………………………..19
BAHAN DAN METODA………………………………………………………23
Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………..23
Bahan dan Alat…………………………………………………………23
Metode Penelitian…………………………………………………...…23
Pelaksanaan Penelitian……………………………………………….25
Parameter Pengamatan………………………………………………26
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………...28
Hasil……………………………………………………………………..28
1. Persentase Serangan Buah……………………………..28
2. Produksi Buah………………………………………………31
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Pembahasan……………………………………………………………34
1. Persentase Serangan Buah……………………………….34
2. Produksi Buah……………………………………………….39
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………44
Kesimpulan……………………………………………………………..44
Saran……………………………………………………………………45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Hal
1. Persentase serangan pada buah dengan uji jarak duncan
30
dengan faktor mulsa dan varietas
2. Persentase serangan pada buah dengan uji jarak duncan
30
dengan interaksi mulsa dan varietas
3. Produksi buah dengan uji jarak duncan
dengan
faktor
33
4. Produksi buah dengan uji jarak duncan dengan interaksi
33
mulsa dan varietas
varietas dengan mulsa
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
1. Gambar 1. Histogram Persentase serangan pada buah
Hal
34
dengan faktor mulsa
2. Gambar 2. Histogram Persentase serangan pada buah
35
dengan faktor varietas
3. Gambar 3. Histogram Persentase serangan pada buah
37
dengan interaksi faktor varietas dan mulsa
4. Gambar 4. Histogram produksi buah dengan faktor mulsa
39
5. Gambar 5. Histogram produksi buah dengan faktor
41
varietas
6. Gambar 6. Histogram Produksi buah dengan interaksi
42
faktor varietas dan mulsa
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai (Capsicum spp.) merupakan sayuran dan rempah paling
penting di dunia. Genus Capsicum berasal dari dunia baru, spesies
C. annum dari Meksiko dan spesies lain (C. frustescens, C. Baccatum,
C. Chinense, dan C. Pubescens) dari Amerika Selatan. Oleh pedagang
portugis dan Spanyol, cabai diintroduksikan ke Asia pada abad ke-16, dan
spesies
cabai
pedas
tersebar
paling
luas
di
Asia
Tenggara
(Sanjaya, dkk, 2002).
Aspek penting pertanian berkelanjutan antara lain, bagaimana
sistem budidaya pertanian tetap memelihara kesehatan tanaman dengan
kapasitas produksi maksimum, serta mengurangi dampak kegiatan
pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas
lingkungan hidup. Berbagai jenis organisme pengganggu tanaman (OPT)
dapat mengganggu kesehatan tanaman, yang mengakibatkan penurunan
hasil produksi dan penurunan kualitas produk ( Siwi, 2006).
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut telah dilakukan penanaman
secara intensif maupun ekstensif, tetapi produktivitas cabai merah sampai
saat ini belum mengembirakan. Beberapa kendala yang menyebabkan
rendahnya rata-rata hasil diantaranya faktor varietas yang berdaya hasil
rendah (Wardani dan Ratnawilis, 2002).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Sekarang ini, sisa pestisida pertanian telah menjangkau air permukaan
dibanyak tempat di dunia, dan yang telah menjadi masalah internasional
sehingga memerlukan upaya detoksifikasi (penyehatan) air-air permukaan
terkontaminasi
tersebut.
Dalam
hal
ini
termasuk
teknik
yang
mengkombinasikan pengelolaan hama terpadu (PHT), praktik pengolahan
tanah sesuai kondisi, dan pengembangan tanaman lebih tahan hama
(Hanafiah, dkk, 2005).
Dewasa
ini
penggunaan
insektisida
sangat
tinggi
untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Diperkirakan 50 % dari biaya
produksi digunakan untuk membeli insektisida. Penggunaan insektisida
oleh para petani bawang-cabai dilapangan sudah sangat intensif, baik
jenis maupun dosis yang digunakan, serta interval penyemprotan yang
sudah sangat pendek tenggang waktunya. Keadaan ini akan menimbulkan
berbagai permasalahan serius karena insektisida dapat mencemari
lingkungan.
Oleh
karena
itu,
pada
sistem
pertanian
sekarang
diperkenalkan sistem PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yaitu suatu
sistem yang menggunakan berbagai cara selain insektisida agar populasi
hama/penyakit tetap berada dalam ambang toleransi (Sanjaya, 2004).
Antraknosa merupakan salah satu penyakit penting dalam produksi
cabai di daerah tropis yang panas dan lembab, dan juga dikenal sebagai
penyakit busuk buah prapanen dan pasca panen. Serangan penyakit ini
disebabkan oleh cendawan Colletotrichum spp, dan dapat menurunkan
produksi sebesar 45-60 % dan kualitas cabai (Hidayat, dkk, 2004).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Untuk mengatasi penyakit antraknosa pada tanaman cabai,
umumnya dilakukan pengendalian secara kimiawi. Cara ini memberikan
hasil yang memuaskan, tetapi akan mengakibatkan terjadinya kekebalan
penyebab penyakit terhadap fungisida. Selain itu berdampak negatif
terhadap
lingkungan,
terjadinya
resurgensi,
dan
kecenderungan
konsumen memilih produk yang bebas pestisida (Tenaya, 2001).
Tingkat keberhasilan suatu program perbenihan sangat ditentukan
oleh keunggulan benih yang tersedia bagi konsumen. Penggunaan benih
yang unggul dan bermutu tinggi merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan produksi tanaman yang menguntungkan secara ekonomis.
Sebaliknya, penggunaan benih yang bermutu rendah akan menghasilkan
persentase pemunculan bibit yang rendah dan kurang toleran terhadap
cekaman abiotik, lebih sensitif terhadap penyakit tanaman, serta
memberikan pengaruh negatif terhadap mutu dan hasil tanaman
(Syamsuddin, 2007).
Menurut Muhuria (2003) suatu varietas disebut tahan apabila :
(1) memiliki sifat-sifat yang memungkinkan tanaman itu menghindar, atau
pulih kembali dari serangan hama/penyakit pada keadaan yang akan
mengakibatkan kerusakan pada varietas lain yang tidak tahan,
(2) memiliki sifat-sifat genetik yang dapat mengurangi tingkat kerusakan
yang disebabkan oleh serangan hama,
(3) memiliki sekumpulan sifat yang dapat
mengurangi
kemungkinan
hama
untuk
diwariskan, yang dapat
menggunakan
tanaman
tersebut sebagai inang, atau
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
(4) mampu menghasilkan produk yang lebih banyak dan lebih baik
dibandingkan
dengan
varietas
lain
pada
tingkat
populasi
hama/penyakit yang sama.
Penggunaan
mulsa
ditujukan
untuk
mencegah
terjadinya
pemadatan tanah, terutama pada lapisan tanah bagian atas, mengurangi
fluktuasi suhu tanah, dan mencegah terjadinya kontak langsung antara
buah
dengan
tanah
yang
dapat
menyebabkan
busuk
buah
(Wardjito, 2001).
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ketahanan beberapa varietas tanaman cabai
(Capsicum annum L.) terhadap serangan penyakit antraknosa.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian mulsa plastik terhadap
serangan penyakit antraknosa.
3. Untuk mengetahui varietas tanaman cabai (Capsicum annum L.)
yang tahan dan pemakaian mulsa plastik yang sesuai untuk
menekan serangan penyakit antraknosa.
Hipotesa Penelitian
1. Varietas
tanaman
cabai
yang
berbeda
mempunyai
tingkat
ketahanan yang berbeda terhadap serangan penyakit antraknosa.
2. Dengan pemakaian mulsa plastik dapat mengurangi serangan
penyakit antraknosa.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
3. Dengan tingkat ketahanan varietas cabai dengan
pemakaian
mulsa plastik dapat mengurangi serangan penyakit antraknosa.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah syarat untuk dapat menempuh ujian sarjana di
Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
untuk usaha pengendalian penyakit antraknosa tanaman cabai.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
Botani Tanaman Cabai
Tanaman cabai (Capsicum annum Linn) adalah merupakan
tanaman sayuran yang tergolong tanaman setahun, berbentuk perdu, dari
suku (famili) terong-terongan (Solanaceae). Menurut Tindall (1983)
tanaman ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub-divisio
: Angiospermae
Ordo
: Polemoniales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Spesies
: Capsicum annum L.
Tanaman cabai termasuk tanaman semusim yang tergolong ke
dalam famili Solanaceae, buahnya sangat digemari, karena memiliki rasa
pedas dan merupakan perangsang bagi selera makan. Selain itu buah
cabai memiliki kandungan vitamin-vitamin, protein dan gula fruktosa. Di
Indonesia tanaman ini mempunyai arti ekonomi penting dan menduduki
tempat kedua setelah sayuran kacang-kacangan (Rusli dkk, 1997).
Cabai
(Capsicum
spp.)
merupakan
sayuran
dan
rempah
penting.Spesies C. annum berasal dari Meksiko, spesies yang lain seperti
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
spesies C. frustescens, C. baccatu, C. chinense, dan C. pubescens
berasal dari Amerika Selatan. Oleh pedagang Portugis dan spanyol, cabai
diintroduksikan ke Asia pada abad ke-16, dan spesies cabai pedas
tersebar paling luas di Asia Tenggara (Sanjaya, dkk, 2002).
Morfologi Tanaman Cabai
Secara umum cabai merah dapat di tanam di lahan basah (sawah)
dan lahan kering (tegalan) dan dapat di budidayakan di saat musim dan
kering. Cabai merah dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang
mempunyai ketinggian sampai 900 m dari permukaan laut, tanah kaya
akan bahan organik dengan pH 6-7, tekstur tanah remah (Sudiono, 2006).
Cabai merupakan salah satu komoditi hortikultura yang mempunyai
peranan penting dalam kehidupan manusia, karena selain sebagai
penghasil gizi, juga sebagai bahan campuran makanan dan obat-obatan.
Daerah pertanaman cabai di Indonesia tersebar di Pulau Jawa seperti
Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah, sedangkan kawasan luar
Jawa meliputi Lampung, Sumatera Barat dan Aceh bagian Timur
(Rompas, 2001).
Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya mencapai 1,5 – 2 m
dan lebar tajuk tanaman dapat mencapai 1,2 m. Daun cabai pada
umumnya berwarna hijau cerah pada saat masih muda dan akan berubah
menjadi hijau gelap bila daun sudah tua. Daun cabai ditopang oleh tangkai
daun yang mempunyai tulang menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur,
lonjong dan oval dengan ujung runcing, tergantung pada jenis dan
varietasnya. Bunga cabai berbentuk terompet atau campanulate, sama
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
dengan bentuk bunga keluarga solanaceae lainnya. Bunga cabai
merupakan bunga sempurna dan berwarna putih bersih, bentuk buahnya
berbeda-beda menurut jenis dan varietasnya (Tindall, 1983).
Buahnya bulat sampai bulat panjang, mempunyai 2-3 ruang yang
berbiji banyak. Letak buah cabai besar pada umumnya adalah bergantung
pada varietasnya. Tetapi buah yang telah tua (matang) umumnya kuning
sampai merah dengan aroma yang berbeda sesuai dengan varietasnya.
Bijinya kecil, bulat pipih seperti ginjal (buah pinggang) yang warnanya
kuning kecoklatan. Berat 1000 biji kering berkisar antara 3-6 gram. Proses
penuaan buah berlangsung antara 50-60 hari sejak bunga mekar
(Sunaryono, 1996).
Penyakit Antraknosa
Penyebab Penyakit
Menurut
Alexopoulus
(1952)
jamur
yang
disebut
Colletotrichum capsici dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Phylum
: Eumycophyta
Class
: Deuteromycetes (Fungi Imperfecti)
Ordo
: Melanconiales
Family
: Melanconiales
Genus
: Colletotrichum
Spesies
: Colletotrichum capsici (Sydow Butler dan Disbey)
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Salah satu kendala rendahnya produksi adalah adanya gangguan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), satu diantaranya penyakit
antraknosa. Penyebab penyakit antraknosa pada cabai adalah jamur
Colletotrichum capsici. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit
penting pada tanaman cabai karena dapat menyebabkan kerugian antara
20 – 50 % (Rompas, 2001).
Rendahnya
tingkat
produksi
diberbagai
daerah
disamping
disebabkan oleh faktor-faktor agronomis juga oleh adanya serangan
penyakit. Kerusakan oleh penyakit seringkali mencapai 80 % hingga 100
%. Dari hasil inventarisasi didapatkan bahwa antraknosa merupakan
penyakit yang sering menimbulkan kerugian. Penyakit disebabkan oleh
jamur Colletotrichum sp (Wiratma, dkk, 1983).
Serangan
antraknosa
ini
disebabkan
cendawan
genus
Colletotrichum. Cendawan ini mempunyai enam spesies utama yaitu C.
gloeosporiodes, C.acutatum, C.dematium, C.capsici dan C.acutatum.
Colletotrichum
gloeosporiodes
dan
C.acutatum
mengakibatkan
kerusakan buah dan kehilangan hasil paling besar. Lebih dari 90 persen
antraknosa
yang
gloeosporiodes.
menginfeksi
Namun
cabai
akhir-akhir
ini,
diakibatkan
Colletotrichum
Colletotrichum
acutatum
menggantikan 'posisi' gloeosporiodes (Syukur, 2007).
Ordo ini terdiri dari satu family khusus, yaitu Melanconiaceae.
Banyak spesies yang masuk family khusus ini merupakan parasit yang
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
menyebabkan penyakit tumbuhan yang dikenal dengan antraknosa
(Dwidjoseputro, 1978).
Ordo dari class Deuteromycetes ini mempunyai konidiofor yang
pendek dan beragrasi pada permukaan yang tipis dari parenkimoid dan
stroma (suatu aservulus) konidia dibentuk dalam aservulus (Djas, 1980).
Acervulus tersusun di bawah epidermis tumbuhan inang. Epidermis
pecah apabila konidia telah dewasa. Konidia keluar sebagai percikan
berwarna putih , kuning, jingga, hitam atau warna lain sesuai dengan
pigmen yang dikandung konidia. Diantara melanconiales yang konidianya
cerah
(hialin)
adalah
gleosporium
dan
colletrotichum,
keduanya
mempunyai konidia yang memanjang dengan penciutan di tengah
(Dwidjoseputro, 1978).
Colletotrichum mempunyai stroma yang terdiri dari massa miselium
yang berbentuk aservulus, bersepta, panjang antara 30-90 µm , umumnya
berkembang merupakan perpanjangan dari setiap aservulus. Konidia
berwarna hialin, bersel tunggal dan berukuran 5-15 µm (Daniel, 1972).
Gejala Serangan
Kehilangan hasil buah cabai merah yang disebabkan penyakit
antraknosa ini bervariasi antara 21 % - 65 %. Terdapat dua jamur yang
dapat
menyebabkan
penyakit
antraknosa
pada
tanaman
cabai
merah. Kedua patogen termasuk dalam ordo Melanconiales, yaitu :
Colletotrchum gloeosporioides dan Colletotrichum capsici (Pranoto, 2005).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Penyakit antraknosa pada tanaman mudah kelihatan oleh ciri becak
yaitu bulat panjang, berwarna merah kecoklatan, dengan meninggalkan
sepanjang becak luka. Infeksi ini terjadi dalam lokasi potongan kecil
tersebar kemana-mana dan menyerang daun (Dehne, et all, 1997).
Gejala penyakit ini berupa bercak kecil pada buah cabai. Selama
musim hujan bercak ini berkembang cepat. Bahkan pada lingkungan
kondusif penyakit ini dapat menghancurkan seluruh areal pertanaman
cabai (Syukur, 2007).
Serangan terjadi pada buah muda maupun yang sudah masak.
Gejala segera nampak berupa titik gelap, sedikit cekung dan bergaris
tengah 1 mm. Bercak akan segera berkembang hingga mencapai seluruh
permukaan buah. Patogen dapat masuk menginfeksi buah melalui luka
maupun secara langsung. Sedangkan keadaan yang basah dan adanya
air hujan sangat berperanan dalam penyebaran spora dari satu tanaman
ke tanaman lain (Wiratma, dkk, 1983).
Penyakit antraknosa ini menyerang buah cabai yang masih muda
melalui luka akibat lalat buah. Gejalanya ialah noda lekukan berwarna
hitam kelam pada buahnya, dan dapat pula pada batang serta rantingrantingnya. Penyakit ini dapat ditularkan melalui benih (biji) yang ditanam
(Seed borne). Pada serangan hebat dapat merusakkan tanaman sehingga
tidak dapat dipanen karena buahnya tidak dapat dijual. Biji cabai yang
terserang penyakit ini biasanya berkerut dan berwarna kehitaman hitaman
(Sunaryono, 1992).
Daur Penyakit
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buahbuah. Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji.
Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah sakit. Jamur
hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi
memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau.
Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman
sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Semangun, 2004).
Jamur Colletotrichum dapat menginfeksi, cabang ranting, daun dan
buah. Infeksi pada buah terjadi biasanya pada buah menjelang tua dan
sudah tua. Gejala diawali berupa bintik-bintik kecil yang berwarna
kehitam-hitaman
dan
sedikit
melekuk.
Serangan
lebih
lanjut
mengakibatkan buah mengerut, kering, membusuk dan jatuh. Jamur dapat
terbawa biji dari buah sakit dan menginfeksi tanaman di persemaian
(Rusli, dkk, 1997).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit
Antraknosa adalah penyakit terpenting yang menyerang cabai di
Indonesia. Penyakit ini distimulir oleh kondisi lembab dan suhu relatif
tinggi. Penyakit antraknosa dapat menyebabkan kerusakan sejak dari
persemaian sampai sampai tanaman cabai berbuah, dan merupakan
masalah utama pada buah masak, serta berakibat serius terhadap
penurunan hasil dan penyebaran penyakit (Syamsuddin, 2007).
Penyakit kurang terdapat pada musim kemarau, di lahan yang
mempunyai drainase baik, dan gulmanya terkendali dengan baik.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Perkembangan becak dari kedua penyakit tersebut paling baik terjadi
pada suhu 30 o C, sedang sporulasi jamur G. piperatum pada suhu 23 o C,
dan C. capsici pada suhu 30 o C. Buah yang muda cenderung lebih rentan
dari pada yang setengah masak. Tetapi perkembangan becak karena
C. capsici lebih cepat terjadi pada buah yang lebih tua, meskipun buah
muda lebih cepat gugur karena infeksi ini (Semangun, 2004).
Serangan penyakit antraknosa pada buah masak lebih parah
dibandingkan dengan buah yang belum masak (masih hijau). Buah cabai
yang masak, selain mengandung glukosa dan sukrosa, juga mengandung
fruktosa, sedangkan buah yang hijau hanya mengandung sukrosa dan
glukosa. Dengan demikian, diduga fruktosa merupakan jenis gula
mempunyai korelasi dengan penyakit antraknosa, sehingga fruktosa
dalam buah dapat dijadikan karakter seleksi ketahanan tanaman cabai
terhadap serangan antraknosa (Tenaya, 2001).
Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan tidak menanam
biji yang terinfeksi. Buah-buah yang terinfeksi jangan diambil bijinya. Biji
dapat diobati dengan thiram 0,2 %. Jika diperlukan, penyakit dapat
dikendalikan
dengan
menggunakan
fungisida.
Bermacam-macam
fungisida dapat dipakai untuk keperluan ini, antara lain Antracol
(propineb), Velimek (maneb dan zineb), Delsene MX-200 (karbendazim
dan mankozeb), Benlate dan Manzate (benomyl dan maneb), DithaneZ-78
(zineb), dan fungisida tembaga (Semangun, 2004).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Pada tanaman cabai secara in-vitro dan in-vivo menunjukkan
bahwa penggunaan ekstrak daun nimba dapat digunakan untuk
mengendalikan
patogen
Gloeosporium
piperatum
yang
juga
menyebabkan penyakit antraknosa pada cabai. Beberapa jenis tanaman
lain yang dapat menghasilkan produk baik dalam bentuk tepung, ekstrak
atau minyak atsiri yang memiliki potensi sebagai pengendali patogen
tanaman
(Kaempferia
adalah
cengkeh
galanga)
dan
(Syzgium
kunyit
aromaticum),
(Curcuma
kencur
domestica)
(Syamsuddin, 2007).
Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici
dan Gloeosporium piperatum merupakan penyakit penting pada tanaman
cabai merah. Usaha pengendalian penyakit antraknosa salah satunya
adalah dengan menginduksi ketahanan tanaman cabai. Pengendalian
yang sering digunakan oleh petani adalah dengan menggunakan
fungisida. Prinsip penggunaan fungisida didasarkan pada prinsip antibiotik
terhadap tanaman. Prinsip lainnya yang berpotensi untuk mengendalikan
penyakit yaitu penggunaan bahan kimia sintetik yang mampu memicu
ketahanan tanaman (Hersanti, dkk, 2001).
Penyakit antraknosa buah cabai ditemukan menginfeksi buah cabai
diseluruh pertanaman cabai di Sumatera Barat. Penyebab penyakit
antraknosa buah cabai adalah jamur Colletotrichum capsici. Dengan
ditemukannya penyakit ini diseluruh pertanaman cabe Sumatera Barat,
maka usaha pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan
yang digemari konsumen perlu dikembangkan (Rusli, dkk, 1997).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Usaha pengendalian penyakit antraknosa dengan cara biologis
adalah paling ekonomis yaitu dengan penanaman kultivar yang tahan.
Usaha pemuliaan untuk mendapatkan varietas cabai yang tahan dapat
dilakukan dengan cara persilangan antarspesies antara cabai rawit
dengan cabai merah (Tenaya, 2001).
Menurut Muhuria (2003) menggunakan varietas resisten dalam
pengendalian hama/penyakit antara lain :
(1) mengendalikan populasi hama/penyakit tetap di bawah ambang
kerusakan dalam jangka panjang,
(2) tidak berdampak negative,
(3) tidak membutuhkan alat dan teknik aplikasi tertentu, dan
(4) tidak membutuhkan biaya tambahan.
Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) bertujuan untuk memperbaiki
pertumbuhan tanaman dan mengurangi masalah-masalah hama dan
penyakit. Mulsa dapat menjadi salah satu komponen PTT. Penggunaan
mulsa sintetis dapat menjadi salah satu metode untuk menolak serangga
tertentu, untuk mengendalikan beberapa patogen yang ditularkan melalui
tanah dan rumput-rumputan, untuk memodifikasi suhu tanah, mengurangi
penguapan, mengendalikan pencucian unsur hara, untuk meningkatkan
hasil pane dan memperbaiki kualitas produk panen (Vos, 1994)
Varietas Tahan
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Banyak kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi
cabai di Indonesia, kendala produksi yang paling penting yaitu sebagai
berikut :
a. kurangnya kuantitas benih cabai yang tersedia dan bermutu tinggi
b. kehilangan hasil yang tinggi karena serangan hama penyakit di
pertanaman dan kehilangan hasil karena penanganan pasca panen
c. menurunnya tingkat kesuburan tanah karena penanaman cabai dan
sayuran lainnya secara terus menerus
(Duriat dan Sastrosiswojo, 1995).
Produksi cabai yang dipanen umumnya hasilnya rendah, ini
dikarenakan pertumbuhan tanaman kurang baik, kualitas benih rendah
dan pengetahuan petani yang kurang tentang aspek budidaya. Teknik
pembudidayaan
menurunkan
akan
dapt
kemampuan
mengubah
hidup
dan
lingkungan
virulensi
tanaman
jasad
dan
pengganggu
(Vos, 1994)
Peningkatan produksi cabai dapat dilakukan dengan menggunakan
varietas yang berdaya hasil tinggi. Varietas yang berdaya hasil tinggi yang
ditanam pada kondisi lingkungan yang sesuai, tentunya perlu didukung
dengan teknologi kultur teknis yang memadai (Hayati, 2001).
Jika kita membandingkan serangan suatu patogen terhadap
beberapa kultivar (varietas, klon) satu jenis tumbuhan tertentu, sering
tampak adanya reaksi yang berbeda-beda dari kultivar-kultivar itu, yang
berkisar antara sangat rentan, dan sangat tahan. Ketahanan dan
kerentanan adalah pengertian yang relatif, dengan tidak ada batasErik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
batasnya yang tajam. Jika suatu kultivar tumbuhan disebut tahan terhadap
serangan patogen tertentu, sedangkan kultivar lainnya dikatakan rentan,
maka ini berarti bahwa kultivar yang pertama mempunyai ketahanan lebih
tinggi dari pada kultivar kedua. Bahkan ketahanan dan kerentanan ini
dapat
bervariasi
karena
pengaruh
lingkungan
dan
ras
patogen
(Semangun, 1996).
Setiap spesies tanaman diganggu oleh hampir seratus jenis
cendawan, bakteri, molikut, virus dan nematoda yang berbeda-beda.
Seringkali, satu tanaman diserang oleh ratusan bahkan ribuan patogen.
Walaupun tanaman
mungkin menderita kerusakan ringan atau berat,
tetapi banyak diantaranya yang tetap dapat bertahan hidup dari semua
serangan itu, bahkan bukan tidak mungkin dapat membuatnya untuk
tumbuh
lebih
baik
dan
memberikan
hasil
yang
memuaskan
(Lisnawita, 2003).
Jenis ketahanan tanaman yang bersifat palsu atau sering disebut
dengan ketahanan fungsional, dimana tanaman akan terbebas dari
patogen karena pengaruh lingkungan yang belum mendukung patogen
tersebut melakukan infeksi terhadap tanaman tersebut (Fry, 1982).
Mekanisme resistensi pada tanaman yang resisten cepat terjadi
setelah patogen muncul, sehingga dapat menghambat atau mencegah
perkembangan
patogen,
sebaliknya
pada
tanaman
yang
rentan,
mekanisme tersebut lebih lambat terjadi sehingga patogen telah
berkembang terlebih dahulu. Keberhasilan patogen berkembang di dalam
inang sangat tergantung dari pengenalan inang terhadap patogen suatu
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
interaksi yang kompatibel antara inang dan patogen akan menyebabkan
patogen mampu menekan kemampuan tanaman untuk menghambat
inokulasi berikutnya dari patogen yang tidak kompatibel dan sebaliknya
interaksi yang tidak kompatibel dapat melidungi tanaman dari infeksi
patogen yang kompatibel
(Lisnawita, 2003).
Ketahanan suatu varietas tahan tidak berlangsung lama, karena
satu varietas yang semula tahan, kemudian menjadi rentan setelah
ditanam 2-3 musim berturut-turut. Dominasi populasi ras di suatu daerah
berbeda pada lokasi dan musim yang berbeda sehingga varietas yang
tahan disuatu daerah, di daerah lain rentan (Sudir, dkk, 1999).
Setiap varietas cabai memiliki ketahanan yang berbeda dengan
varietas lainnya terhadap penyakit. Ketahanan tanaman mempunyai
beberapa macam ketahanan tanaman terhadap penyakit yaitu ketahanan
mekanis, ketahanan kimiawi dan ketahanan fungsional. Ketahanan
mekanis dan ketahanan kimiawi dapat terdiri atas ketahanan pasif dan
ketahanan aktif. Pada ketahanan pasif atau statis sifat-sifat tersebut baru
terjadi setelah tumbuhan terinfeksi (Semangun, 1996).
Ketahanan mekanis pasif, yaitu ketahanan yang dimiliki oleh
tanaman karena memiliki suatu struktur-struktur morfologis yang sukar
diinfeksi oleh patogen, misalnya tanaman yang memiliki epidermis yang
tebal, adanya lapisan lilin, mempunyai mulut kulit yang sempit dan sedikit,
adanya bulu-bulu di permukaan daun dan sebagainya. Sedangkan
ketahanan mekanis aktif adalah ketahanan tumbuhan yang bekerja
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
setelah inang mengalami invasi patogen. Mekanisme ketahanan aktif
merupakan hasil interaksi antara sistem-sistem genetik tumbuhan inang
dengan patogen. Pertahanan mekanis yang aktif terutama terdiri atas
reaksi ketahanan yang bersifat histologis. Ini terjadi dengan pembentukan
lapisan sel yang membatasi bagian tumbuhan yang terinfeksi dan
terbentuknya bengkakan mirip kalus (kalosit) pada dinding sel. Di sekitar
bagian yang terinfeksi dapat terbentuk lapisan pemisah yang terdiri atas
lapisan gabus, sel-sel yang terisi gom (blendok), sel-sel absisi dan tilosis
(Semangun, 1996).
Ketahanan fungsional terjadi karena pertumbuhan tanaman yang
sedemikian
rupa
sehingga
tanaman
dapat
menghindari
penyakit,
meskipun tanaman itu sendiri rentan. Tumbuhan melewati fase rentannya
pada saat tidak ada patogen atau pada waktu lingkungan tidak cocok
untuk infeksinya. Karena itu ketahanan ini sering disebut ketahanan palsu
(Semangun, 1996).
Menurut Muhuria (2003) pemanfaatan varietas unggul dengan tipe
ketahanan vertikal hanya akan efektif bila :
(1) hama/penyakit yang dikendalikan merupakan satu-satunya hama yang
menyebabkan turunnya produksi (tidak ada hama lain)
(2) varietas ini tidak ditanam secara terus menerus tetapi harus
dirotasikan dengan tanaman lain
(3) tidak diusahakan secara besar-besaran dalam hamparan yang luas
(4). ditanam dengan sistem tumpang sari (multiple cropping).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Penyerangan suatu penyakit meliputi tahapan inokulasi, penetrasi,
infeksi
sampai
berkembang
menjadi
penyakit
sehingga
tanaman
digolongkan sebagai tanaman peka (Utami, 1999).
Pengaruh Pemberian Mulsa
Mulsa adalah setiap bahan yang dapat diaplikasikan ke permukaan
tanah, terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik. Mulsa anorganik
(sintetis) misalnya plastik hitam perak digunakan untuk memodifikasi suhu
tanah, mengurangi penguapan, mengendalikan pencucian hara, memacu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk meningkatkan hasil
panen serta memperbaiki kualitas produk (Vos, 1994).
Berdasarkan
bahan
dan
cara
pembuatan,
mulsa
dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu mulsa organik, mulsa anorganik, dan
mulsa sintetis. Mulsa organik berasal dari bahan sisa pertanian seperti
jerami dan daun-daunan. Mulsa anorganik berasal dari bahan batu-batuan
dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti batu kerikil, dan mulsa kimia
sintetis berasal dari bahan plastik seperti mulsa plastik hitam perak mulsa
jerami dapat dimanfaatkan untuk tiap jenis tanah dan tanaman. Karena
sifatnya yang mudah lapuk, mulsa jerami banyak diaplikasikan pada tanah
yang telah dieksploitasi berat agar kesuburan tanah pada jangka waktu
tertentu dapat dikembalikan melalui pelapukan mulsa jerami tersebut.
Dewasa ini mulsa plastik hitam perak telah diterapkan secara luas, karena
warna perak dapat memantulkan cahaya matahari sehingga energi
cahaya matahari yang diterima oleh tanaman lebih besar Energi matahari
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
yang diterima tanaman akan mempengaruhi aktivitas fotosintesis; makin
besar energi yang diterima tanamanmakin tinggi aktivitas fotosintesisnya
(Abdurahman, 2004).
Pengaruh mulsa organik dan mulsa sintetis terhadap beberapa
hama dan penyakit utama pada tanaman cabai diantaranya adalah busuk
buah antraknosa, bercak daun cercospora, lalat buah, trips, virus dan
tungau (Vos, 1994).
Untuk keberhasilan tanaman sayuran selain perlu dipenuhi
persyaratan tumbuh pokok, diperlukan teknik budidaya yang tepat.
Penggunaan
mulsa
sudah
dianggap
kebutuhan
karena
banyak
manfaatnya antara lain dapat meningkatkan produksi. Beberapa hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
mulsa
berperan
baik
dalam
mempertahankan suhu optimum dan kandungan air dalam tanah
sehingga tercipta kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman
(Asnawi dan Dwiwarni, 2000).
Penggunaan mulsa merupakan salah satu alternatif atau cara untuk
mengendalikan gulma dalam upaya peningkatan produksi. Pemulsaan
sangat berfaedah dalam hal mempertahankan kondisi lingkungan tanah
yang dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal.
Adanya mulsa pada permukaan tanah dapat mengubah iklim mikroklimat
disekitar tanaman sehingga dapat memperbaiki perkembangan tanaman
pokok. Mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma, mereduksi penguapan,
dan kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah dan
persediaan air dapat terjaga (Wardjito, 2001).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Pemberian
mulsa
pada
tanaman,
selain
ditujukan
untuk
mempertahankan kelengasan tanah, menekan pertumbuhan gulma,
memantapkan agregat tanah, menekan terjadinya erosi juga untuk
menambahkan unsur hara kedalam tanah untuk dimanfaatkan oleh
tanaman (Priyambada, 2005).
Produksi cabai merah di Indonesia belum mencukupi kebutuhan
nasional,
karena
produktivitasnya
ditingkat
petani
masih
rendah.
Teknologi penggunaan mulsa dan pola tanam telah diuji untuk melihat
pengaruhnya terhadap produksi cabai merah. Lokasi percobaan terletak di
Kecamatan
Sumber
jaya,
kabupaten
Majalengka.
Percobaan
ini
menggunakan rancangan petak terpisah dengan ulangan empat kali.
Petak utama adalah perlakuan penggunaan mulsa plastik hitam perak
(MPHP)
dengan
anak
petak
perlakuan
pola
tanam.
Perlakuan
penggunaan MPHP menunjukkan tinggi tanaman, diameter kanopi dan
produksi lebih tinggi daripada tanpa MPHP. (Kusbiantoro, dkk, 2007).
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Merek. Kecamatan Merek,
Kabupaten Karo. Dengan ketinggian 1350 m dpl. Dimulai dari bulan
September 2007 sampai dengan April 2008.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
mulsa plastik , bibit dari 4 varietas cabai merah, pupuk kandang, pupuk
urea, SP-36 dan KCL.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, gembor,
plakat nama, timbangan, tali, pacak, gembor, label, alat tulis dan
kalkulator.
Metoda Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan, yaitu :
I. Varietas cabai, yaitu :
V1 = varietas TM-999
V2= Varietas Hot Beauty
V3 = Varietas Laris
V4 = Varietas Lokal
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
II. Jenis Mulsa, yaitu :
M0 = Tanpa mulsa
M1 = Mulsa plastik hitam perak
M2 = Mulsa plastik hitam
Sehingga didapat 12 kombinasi perlakuan, yaitu :
M0V1
M1V1
M2V1
M0V2
M1V2
M2V2
M0V3
M1V3
M2V3
M0V4
M1V4
M2V4
Jumlah ulangan
:3
Jumlah plot
: 36
Jarak tanam
: 55 cm x 60 cm
Jumlah tanaman per plot
: 20 tanaman
Jumlah tanaman sampel
: 3 tanaman
Jarak antar plot
: 1 meter
Ukuran Plot
: 2 x 3 meter
Dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan
model linier sebagai berikut :
Yiijk = µ +
i
+ αj + βk + (αβ)jk + εjk
dimana :
Yiijk
:
Hasil pengamatan dari plot yang mendapat perlakuan varietas
cabai taraf ke-j dan jenis mulsa taraf ke-k pada blok ke-i
µ
:
Rataan atau nilai tengah umum
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Pengaruh blok taraf ke-i
i
:
αj
:
Pengaruh varietas cabai taraf ke-j
βk
:
Pengaruh jenis mulsa taraf ke-k
(αβ)jk :
Pengaruh interaksi antara varietas cabai taraf ke-j dan jenis
mulsa taraf ke-k
εjk
:
Pengaruh eror dari blok ke-i yang mendapat perlakuan varietas
cabai taraf ke-j dan jenis mulsa taraf ke-k
Bila dalam pengujian sidik ragam diperoleh pengaruh perlakuan
berbeda nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak
Duncan.
Pelaksanaan Penelitian
Pembibitan
Benih cabai disemaikan dalam media campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1 : 1 dan tempat persemaian diberi
naungan. Persemaian disiram tiap hari pada pagi dan sore hari.
Persiapan lahan
Pengolahan lahan dilakukan 2 minggu sebelum tanam. Lahan yang
akan ditanam diolah sebanyak 2 kali, kemudian tanah dihaluskan. Tanah
dibagi menjadi 3 blok sebagai ulangan. Dalam setiap plot 2 x 3 m, jarak
antar blok 100 cm. Jumlah plot sebanyak 36 plot. Dalam setiap plot dibuat
lubang untuk memberi pupuk kandang atau kompos 1-1,5 kg/tanaman.
Penanaman
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Setelah bibit berumur 14 hari, bibit cabai dapat dipindahkan
kepertanaman. Penanaman dilakukan pada sore hari.
Perawatan Tanaman
Perawatan yang dilakukan terhadap tanaman meliputi penyiraman,
pemupukan dan pengendalian gulma atau penyulaman. Penyulaman
dilakukan dua minggu setelah tanam. Bila terdapat tanaman yang mati
atau menunjukkan pertumbuhan yang kurang baik.
Pemupukan dilakukan pada saat tanaman cabai ditanam, saat
berumur 30 hari dan 60 hari dengan menggunakan pupuk urea, SP-36,
KCL masing-masing 10 gram : 13,5 gram : 10 gram. Pemupukan kedua,
yaitu urea : SP-36 : KCL masing-masing 10 gram : 6,5 gram : 13,5 gram.
Pemupukan dilakukan dengan jarak 10-15 cm dari tanaman.
Pemasangan Mulsa
Cara pemasangan mulsa plastik yaitu dengan menarik kedua
ujungmulsa ke masing-masing ujung bedengan dengan arah memanjang,
kemudian dikuatkan dengan jepitan yang terbuat dari bilah bambu yang
berbentuk “V”, yang ditancapkan di setiap sisi bedengan, kemudian mulsa
plastik tersebut ditarik ke bagian sisi kanan bedengan hingga tampak rata
menutupi seluruh permukaan bedengan.
Parameter Pengamatan
Persentase Serangan Buah
Pengamatan persentase serangan buah antraknosa yaitu dengan
mengamati gejala busuk pada buah. Pengamatan dilakukan pada saat 12
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
MST (Minggu Setelah Tanam). Pengamatan dilakukan sebanyak 10 kali
pengamatan dengan interval 1 minggu sekali dengan rumus sebagai
berikut :
P=
a
b
x 100 %
keterangan :
P
: Persentase serangan buah
a
: Jumlah buah yang terserang / sampel
b
: Jumlah buah / sampel
(Moekasan, dkk, 2000).
Produksi Cabai
Produksi dihitung mulai dari cabai siap panen yaitu pada saat 15
MST (Minggu Setelah Tanam), dilakukan sebanyak 10 kali pemanenan
dengan interval 1 minggu sekali, dengan menimbang berat cabai yang
dipanen dari setiap plot perlakuan (Kg/plot) dari 3 tanaman sampel,
kemudian dikonversikan kedalam ton/Ha dengan menggunakan rumus :
Produksi
Ton/Ha =
Data Pendukung
Luas areal dalam 1 ha (10.000 m2) X Produksi per plot
Luas plot
Data pendukung yang digunakan adalah data curah hujan dan
kelembaban selama musim tanam.
Kategori ketahanan cabai terhadap antraknosa berdasarkan kriteria
Intensitas Serangan adalah :
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
0 – 20 %
= tahan
41 – 50 %
= sedang
21 – 40 %
= agak tahan
> 50 %
= peka
(Wardani dan Ratnawilis, 2002).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Persentase Serangan Buah
Hasil
pengamatan
pengamatan
persentase
serangan
12,13,14,15,16,17,18,19,20,21
MST
pada
buah
(Minggu
pada
Setelah
Tanam) dapat dilihat pada lampiran 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa mulsa
berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 17,18,19,20,21 MST
terhadap persentase serangan pada buah. Demikian juga pengaruh
varietas terhadap persentase serangan pada buah berpegaruh sangat
nyata pada pengamatan 18,19,20,21 MST. Tetapi interaksi varietas
dengan mulsa tidak nyata pada pengamatan 12,13 MST.
Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata dan
sangat nyata maka dilakuakan Uji Jarak Duncan dengan faktor varietas
dan mulsa dapat dilihat pada tabel 1.
Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata dan
sangat nyata maka dilakuakan Uji Jarak Duncan dengan interaksi kedua
faktor varietas dengan mulsa yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.
Dari tabel 1 diperoleh bahwa persentase serangan pada buah yang
terendah dengan faktor mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Perak Hitam)
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 33,60 % dan yang tertinggi
dengan faktor mulsa terdapat pada M0 (tanpa mulsa) pada pengamatan
17 MST yaitu sebesar 41,38 %.
Dari tabel 1 diperoleh bahwa persentase serangan pada buah yang
terendah pada faktor varietas pada V1 (TM-999) yaitu sebesar 30,60 %
pada pengamatan 17 MST dan yang tertinggi pada V3 (varietas laris)
yaitu sebesar 41,83 % pada pengamatan 17 MST.
Dari tabel 2 diperoleh persentase serangan pada buah yang
terendah dengan interaksi kedua faktor tersebut pada perlakuan M1V1
(Mulsa hitam perak dengan varietas TM-999) yaitu sebesar 16,97 % pada
pengamatan 17 MST dan yang tertinggi pada perlakuan M0V3 (tanpa
mulsa dengan varietas laris) yaitu sebesar 29,65 % pada pengamatan 17
MST.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 1. Persentase serangan pada buah dengan uji jarak duncan dengan faktor mulsa dan varietas
Perlakuan
12
Persentase serangan (%) / Pengamatan Minggu Setelah Tanam
14
15
16
17
18
19
13
20
21
Faktor Mulsa
M0
0.00
M1
0.00
M2
0.00
tn
tn
tn
2.18
0.00
0.00
tn
tn
tn
11.3
6.78
11
tn
tn
tn
17
9.23
12.3
tn
tn
tn
30.37
19.41
25.27
a
b
ab
41.38
33.69
37.67
A
B
AB
21.27
18.99
20.96
A
B
C
18.6
16.5
16
A
C
B
16.65
14.63
15.85
A
C
B
17.4
14.2
15.8
A
C
B
Faktor Varietas
V1
0.00
V2
0.00
V3
0.00
V4
0.00
tn
tn
tn
tn
0.00
0.93
1.81
0.00
tn
tn
tn
tn
5.17
9.57
13
8.62
tn
tn
tn
tn
9.29
12.7
15.30
10.9
b
ab
a
ab
17.54
26.03
28.37
21.87
b
ab
ab
ab
30.61
34.24
41.84
34.14
c
b
a
b
17.18
19.92
20.86
18.57
D
B
A
C
14.5
17.1
16.2
32.2
D
A
B
C
12.38
15.45
17.11
13.98
D
B
A
C
12.9
14.7
17.3
14.4
C
B
A
B
20
8.62
10.76
12.42
9.82
7.77
9.72
10.33
8.76
8.37
10.42
11.47
9.36
DE
BC
A
CD
E
CD
BC
DE
DE
BC
AB
CD
ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 % dan 5 %
Tabel 2. Persentase serangan pada buah dengan uji jarak duncan dengan interaksi mulsa dengan varietas
Perlakuan
M0V1
M0V2
M0V3
M0V4
M1V1
M1V2
M1V3
M1V4
M2V1
M2V2
M2V3
M2V4
12
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
13
0.00
1.85
3.61
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
14
4.15
7.59
10.38
6.13
1.70
4.78
6.28
4.19
4.49
6.76
9.31
6.92
Persentase Serangan (%) / Pengamatan Minggu Setelah Tanam
15
16
17
18
19
D
8.27 ABC 15.29 AB 23.05 AB 11.85 DE 10.31
B 11.16 ABC 21.15 AB 24.33 AB 13.96 AB 12.32
A 14.11 ABC 22.16 A
29.66 A
14.61 AB 12.59
C
9.07 ABC 17.34 AB 26.42 AB 12.77 CD 11.34
F
4.38 C
7.23 B
16.97 A
10.53 F
8.83
E
6.14 BC
13.58 AB 20.62 AB 12.44 DE 10.79
D
7.45 BC
14.87 AB 26.89 AB 12.83 CD 11.60
E
5.08 C
12.84 AB 19.54 AB 11.67 E
10.08
E
5.94 BC
12.59 AB 21.18 AB 11.98 DE
9.85
D
8.00 BC
17.33 AB 23.54 AB 13.44 BC 11.14
B
9.05 ABC 19.70 AB 27.13 AB 14.28 AB
8.28
D
7.67 BC
13.55 AB 22.32 AB 12.70 CD 10.82
DEF
AB
AB
C
G
CDE
BC
EF
F
CDE
G
CDE
21
9.64
11.04
12.34
10.35
7.48
8.54
10.78
8.78
8.73
9.72
11.55
9.61
CD
ABC
A
BC
E
DE
BC
DE
DE
CD
ABC
CD
ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 %
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 3. Produksi buah dengan uji jarak duncan dengan faktor mulsa dan varietas
Perlakuan
15
Produksi buah (ton/ha) / Pengamatan Minggu Setelah Tanam
17
18
19
20
21
16
22
23
24
Faktor Mulsa
M0
0.38
M1
0.55
M2
0.44
B
A
AB
0.56
0.84
0.70
C
A
B
0.80
1.09
1.02
B
A
A
1.21
1.92
1.47
tn
tn
tn
1.91
2.51
2.30
b
a
a
2.73
3.66
3.42
C
A
B
0.70
1.02
0.90
C
A
B
0.43
0.78
0.65
tn
tn
tn
0.38
0.54
0.44
B
A
B
0.02
0.03
0.04
tn
tn
tn
Faktor Varietas
V1
0.56
V2
0.43
V3
0.33
V4
0.40
A
AB
B
AB
0.77
0.66
0.53
0.67
A
AB
B
AB
1.02
0.91
0.78
0.99
a
ab
b
ab
1.97
1.38
1.08
1.32
a
b
b
b
2.52
2.13
1.68
2.07
tn
tn
tn
tn
3.61
3.02
2.48
3.15
A
B
C
B
0.95
0.82
0.70
0.79
A
A
B
A
0.77
0.55
0.38
0.63
tn
tn
tn
tn
0.56
0.41
0.34
0.38
A
AB
B
AB
0.07
0.01
0.00
0.04
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
23
0.33
0.23
0.19
0.21
0.42
0.33
0.28
0.31
0.37
0.26
0.22
AB
AB
B
B
AB
AB
AB
AB
AB
AB
B
24
0.02
0.01
0.00
0.01
0.03
0.01
0.00
0.01
0.08
0.01
0.00
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 % dan 5 %
Tabel 4. Produksi buah dengan uji jarak duncan dengan interaksi kedua faktor mulsa dan varietas
Perlakuan
M0V1
M0V2
M0V3
M0V4
M1V1
M1V2
M1V3
M1V4
M2V1
M2V2
M2V3
15
0.34
0.23
0.18
0.21
0.42
0.35
0.27
0.34
0.37
0.23
0.20
abc
de
e
de
abc
abc
bcd
abc
abc
bcd
de
16
0.41
0.37
0.29
0.35
0.80
0.54
0.40
0.55
0.54
0.41
0.37
cd
d
e
d
a
ab
cd
b
ab
cd
d
17
0.56
0.50
0.42
0.51
0.77
0.67
0.60
0.67
0.71
0.65
0.53
produksi buah (ton/ha) / Pengamatan Minggu Setelah Tanam
18
19
20
21
22
CDE
1.15 abc 1.55 bc 2.07 DEF 0.51 BCD 0.11
EF
0.65 bc
1.24 e
1.59 GH
0.45 CDE 0.09
F
0.57 c
0.90 g
1.40 H
0.37 E
0.06
EF
0.65 bc
1.08 f
1.78 FG
0.40 DE
0.10
A
1.51 a
1.84 a
2.63 A
0.73 A
0.22
ABC
1.18 ab
1.58 bc 2.26 BCD 0.61 AB
0.15
BCDE 0.93 abc 1.28 e
1.87 EFG 0.55 BC
0.11
BCDE 1.18 ab
1.59 bc 2.38 ABC 0.65 AB
0.17
ABC
1.28 ab
1.65 b
2.52 AB
0.65 AB
0.18
ABCD 0.93 abc 1.44 d
2.19 CD
0.58 AB
0.12
DE
0.65 bc
1.18 e
1.69 GH
0.47 CDE 0.09
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
M2V4
0.26
cde
0.43
c
0.66
ABC
0.81
bc
1.48
cd
2.14
CDE
0.53
BC
0.15
tn
0.25
AB
0.00
tn
Ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% dan 5 %
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
2. Produksi Buah
Hasil
pengamatan
produksi
buah
pada
pengamatan
15,16,17,18,19,20,21,22,23,24 MST (Minggu Setelah Tanam) dan sidik
ragamnya dapat dilihat pada lampiran 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20.
Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa mulsa berpengaruh
sangat nyata pada pengamatan 15,16,17,20,21,23 MST terhadap
produksi buah. Demikian juga pengaruh varietas terhadap produksi buah
berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 15,16,20,21,23 MST. Tetapi
interaksi varietas dengan mulsa tidak nyata pada pengamatan 22 dan 24
MST.
Untuk mengetahui
perlakuan mana yang berbeda nyata dan
sangat nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan dengan faktor varietas dan
mulsa yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.
Untuk mengetahui
perlakuan mana yang berbeda nyata dan
sangat nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan dengan interaksi kedua
faktor varietas dan mulsa yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.
Dari tabel 3 diperoleh produksi buah yang tertinggi dengan faktor
mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Perak Hitam) pada pengamatan 20 MST
yaitu sebesar 3,66 ton/ha dan yang terendah terdapat pada M0 (tanpa
mulsa) pada pengamatan 20 MST yaitu sebesar 2,73 ton/ha
Dari tabel 3 diperoleh produksi buah yang tertinggi dengan faktor
varietas terdapat pada V1(TM-999) yaitu sebesar 3,61 ton/ha pada
pengamatan 20 MST dan yang terendah pada V3 (Varietas laris) yaitu
sebesar 2,73 ton/ha pada pengamatan 20 MST.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Produksi buah yang tertinggi dengan interaksi kedua faktor tersebut
dapat dilihat pada tabel 4 yaitu pada perlakuan M1V1 (Mulsa hitam perak
dengan varietas TM-999) yaitu sebesar 2,63 ton/ha pada pengamatan 20
MST dan yang terendah pada M0V3 (tanpa mulsa dengan varietas laris)
yaitu sebesar 1,40 ton/ha pada pengamatan 20 MST.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Pembahasan
1. Persentase serangan buah
Dari tabel 1 diperoleh bahwa persentase serangan pada buah yang
terendah dengan faktor mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Hitam Perak)
pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 33,60 % dan yang tertinggi pada
M0 (tanpa mulsa) pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 41,38 %.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. histogram persentase
serangan pada buah dengan faktor mulsa sebagai berikut :
persentase serangan
buah (%)
Gambar 1. Histogram persentase serangan pada buah
dengan faktor mulsa
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
pengamatan Minggu Setelah Tanam (MST)
M0
M1
M2
Rendahnya persentase serangan buah pada M1 yang ditunjukkan
pada gambar 1, disebabkan karena M1 memakai mulsa plastik hitam
perak yang dapat menekan pertumbuhan gulma, meeduksi penguapan
dan kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah dan
pesediaan air terjaga sehingga mengurangi sumber inokulum (sumber
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
penyakit) antraknosa pada tanaman cabai. Hal ini sesuai dengan literatur
yang dikemukakan oleh Wardjito (2001) yang menyatakan bahwa mulsa
dapat
menekan
pertumbuhan
gulma,
mereduksi
penguapan
dan
kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah dan persediaan
air dapat dapat terjaga.
Dari tabel 1 diperoleh bahwa persentase serangan pada buah yang
terendah dengan faktor varietas terdapat pada V1 (varietas TM-999) pada
pengamatan 17 MST yaitu sebesar 30,60 % dan yang tertinggi pada V3
(varietas laris) pada pengamata 17 MST yaitu sebesar 41,83 % yang
dapat dilihat pada gambar 2. histogram persentase serangan pada buah
dengan faktor varietas sebagai berikut :
Gambar 2. Histogram persentase serangan pada buah
dengan faktor varietas
persentase serangan
(%)
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
pengamatan Minggu Setelah Tanam (MST)
V1
V2
V3
V4
Faktor varietas yang ditunjukkan pada gambar 2 menandakan
bahwa perlakuan dengan faktor varietas V1 (varietas TM-999) dapat
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
menurunkan persentase serangan pada buah hal ini disebabkan karena
varietas TM-999 memiliki morfologi yang strukturnya menyebabkan
varietas TM-999 tahan terhadap serangan penyakit antraknosa, yaitu
adanya lapisan kutikula pada kulit buah yang tebal dibandingkan dengan
varietas lain. Ketahanan yang dimiliki tanaman cabai yang mekanismenya
seperti ini disebut dengan ketahanan mekanis pasif. Hal ini sesuai dengan
literatur yang dikemukakan oleh Semangun (1996) yang menyatakan
bahwa Ketahanan mekanis pasif, yaitu ketahanan yang dimiliki oleh
tanaman karena memiliki suatu struktur-struktur morfologis yang sukar
diinfeksi oleh patogen, misalnya tanaman yang memiliki epidermis yang
tebal, adanya lapisan lilin, mempunyai mulut kulit yang sempit dan sedikit,
adanya bulu-bulu di permukaan daun dan sebagainya.
Dari tabel 2 diperoleh bahwa persentase serangan buah yang
terendah dengan interaksi kedua faktor varietas dengan mulsa terdapat
pada M1V1 (Mulsa plastik hitam perak dengan varietas TM-999) pada
pengamatan 17 MST yaitu sebesar 16,97 % dan yang tertinggi pada
perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan varietas Laris) sebesar 29,65 %
pada pengamatan 17 MST yang dapat dilihat pada gambar 3. histogram
rata-rata jumlah persentase serangan pada buah dengan interaksi kedua
faktor varietas dengan mulsa sebagai berikut :
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 3. Histogram persentase serangan pada buah dengan interaksi kedua faktor
varietas dengan mulsa
35.000
30.000
25.000
perentase serangan (%)
20.000
15.000
10.000
5.000
0.000
M0V1
M0V2
12
13
14
M0V3
M0V4
M1V1
15
M1V2
16
M1V3
17
M1V4
18
M2V1
19
20
M2V2
pengamatan Minggu Setelah Tanam (MST)
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
M2V3
21
M2V4
Interaksi kedua faktor mulsa dan varietas yang ditunjukkan pada
gambar
3
menandakan
bahwa
perlakuan
dengan
M1V1
dapat
menurunkan persentase serangan pada buah hal ini disebabkan oleh
karena varietas V1 (TM-999) perlakuan M1V1 yang digunakan dalam
penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan lain,
karena penggunaan varietas unggul sangat mendukung penekanan
persentase serangan pada buah dan merupakan varietas yang berdaya
hasil tinggi karena memiliki karakteristik yang cukup baik seperti ketebalan
kulit buah dan kerapatan kanopi yang kompak sehingga kelembaban
dapat terjaga dan perkembangan penyakit dapat ditekan pertumbuhannya
demikian juga penggunaan mulsa hitam perak (M1) dengan warna perak
diatasnya
sehingga
dapat
memantulkan
cahaya
matahari
yang
mengakibatkan berkurangnya serangan penyakit karena permukaan
mulsa perak dapat memantulkan cahaya matahari yang diterima oleh
tanaman lebih besar yang akan mempengaruhi aktivitas fotosintesis
sehingga membantu ketahanan tanaman terhadap serangan antraknosa.
Demikian juga warna hitam pada bagian bawah menimbulkan kesan gelap
sehingga dapat menekan pertumbuhan rumput-rumput liar atau gulma
yang
merupakan
host
alternatif
bagi
patogen
dan
hama
yang
menyebarkan penyakit antraknosa. Hal ini sesuai dengan literatur yang
dikemukakan oleh Vos (1994) yang menyatakan bahwa pengaruh mulsa
organik dan mulsa sintetis terhadap beberapa hama dan penyakit utama
pada tanaman cabai diantaranya adalah busuk buah antraknosa, bercak
daun cercospora, lalat buah, trips, virus dan tungau.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
2. Produksi
Dari tabel 3 diperoleh bahwa produksi buah yang tertinggi dengan
faktor mulsa terdapat pada M1 (Mulsa hitam perak) pada pengamatan 20
MST yaitu sebesar 3,66 ton/ha
dan yang terendah pada M0 (tanpa
mulsa) pada pengamatan 21 MST yaitu sebesar 2,73 ton/ha yang dapat
dilihat pada gambar 4. histogram produksi buah dengan faktor mulsa
sebagai berikut :
produksi buah (ton/ha)
Gambar 4. Histogram produksi buah dengan faktor mulsa
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
pengamatan Minggu Setelah Tanam (MST)
M0
M1
M2
Faktor mulsa yang ditunjukkan pada gambar 4. menandakan
bahwa perlakuan dengan mulsa perak hitam (M1) dapat menaikkan
produksi
buah
hal
ini
disebabkan
penggunaan
mulsa
dapat
mengendalikan gulma dan mempertahankan kondisi lingkungan tanah
yang dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal,
karena dapat mengubah iklim mikroklimat disekitar tanaman sehingga
dapat memperbaiki perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan
literatur yang dikemukakan oleh Wardjito (2001) yang menyatakan bahwa
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
penggunaan mulsa merupakan slah satu alternatif atau cara untuk
mengendalikan gulma dalam upaya untuk peningkatan produksi.
Rendahnya produksi pada M0 sebesar 2,733 ton/ha pada
pengamatan 20 MST juga disebabkan oleh persentase serangan buah
oleh antraknosa dengan faktor mulsa M0 cukup tinggi dengan persentase
serangan tertinggi mencapai 41,38 % pada pengamatan 17 MST . hal ini
disebabkan karena pada bulan desember (16,17,18 MST) menunjukkan
curah hujan yang cukup tinggi mencapai rata-rata 7,7 mm dengan
kelembaban 89,1 % sehingga membantu perkembangan penyakit
antraknosa karena dengan kelembaban relatif antara 80-92 % merupakan
saat yang tepat untuk periode inkubasi antraknosa. Hal ini sesuai dengan
literatur yang dikemukakan oleh Syamsuddin (2007) yang menyatakan
bahwa antraknosa adalah penyakit terpenting yang menyerang cabai di
Indonesia. Penyakit ini distimulir oleh kondisi lembab dan suhu relatif
tinggi. Penyakit antraknosa dapat menyebabkan kerusakan sejak dari
persemaian sampai sampai tanaman cabai berbuah, dan merupakan
masalah utama pada buah masak, serta berakibat serius terhadap
penurunan hasil dan penyebaran penyakit.
Dari tabel 3 diperoleh bahwa produksi buah yang tertinggi dengan
faktor varietas terdapat pada V1 pada pengamatan 20 MST yaitu sebesar
3,61 ton/ha dan yang terendah pada V3 pada pengamatan 20 MST yaitu
sebesar 2,48 ton/ha yang dapat dilihat pada gambar 5. histogram
produksi buah dengan faktor varietas sebagai berikut :
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
produksi buah (ton/ha)
Gambar 5. Histogram produksi buah dengan faktor varietas
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
pengamatan Minggu Setelah Tanam (MST)
V1
V2
V3
V4
Faktor varietas yang ditunjukkan pada gambar 5 menandakan
bahwa perlakuan dengan varietas V1 (TM-999) dapat menaikkan jumlah
produksi buah. Hal ini disebabkan karena varietas V1 (TM-999) memiliki
ukuran buah yang lebih besar dibandingkan dengan varietas lainnya.
Selain itu juga varietas TM-999 merupakan varietas yang super tahan
terhadap penyakit antraknosa. Hal ini sesuai dengan literatur yang
dikemukakan oleh Hayati (2001) yang menyatakan bahwa peningkatan
produksi cabai dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang
berdaya hasil tinggi.
Dari tabel 4 diperoleh bahwa produksi buah yang tertinggi dengan
interaksi kedua faktor varietas dengan mulsa terdapat pada M1V1 pada
pengamatan 20 MST yaitu sebesar 2,63 ton/ha dan yang terendah pada
perlakuan M0V3 sebesar 1,40 ton/ha pada pengamatan 20 MST yang
dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini :
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 6. Histogram produksi buah dengan interaksi kedua faktor varietas dengan mulsa
3.000
produksi buah (ton/ha)
2.500
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
15
16
17
18
19
20
21
22
23
pengamatan Minggu Setelah Tanam
M0V1
M0V2
M0V3
M0V4
M1V1
M1V2
M1V3
M1V4
M2V1
M2V2
M2V3
M2V4
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
24
Interaksi kedua faktor mulsa dan varietas yang ditunjukkan pada
gambar 6 menandakan bahwa perlakuan dengan M1V1 dapat menaikkan
produksi buah, hal ini disebabkan oleh karena varietas V1 (TM-999)
perlakuan
M1V1
yang
digunakan
dalam
penelitian
menunjukkan
perbedaan yang nyata terhadap perlakuan lain, karena penggunaan
varietas unggul sangat mendukung penekanan persentase serangan pada
buah dan karena varietas V1 (TM-999) merupakan varietas yang berdaya
hasil tinggi demikian juga halnya dengan penggunaan mulsa plastik hitam
perak
yang
sangat mempengaruhi
produksi
tanaman
cabai
dan
mengurangi persentase serangan antraknosa. Hal ini sesuai dengan
literatur yang dikemukakan oleh Tenaya (2001) yang menyatakan bahwa
usaha pengendalian penyakit antraknosa dengan cara biologis adalah
paling ekonomis yaitu dengan penanaman kultivar yang tahan. Serta
literatur yang dikemukakan Wardjito (2001) yang menyatakan bahwa
penggunaan mulsa merupakan salah satu alternatif atau cara untuk
mengendalikan gulma dalam upaya peningkatan produksi. Pemulsaan
sangat berfaedah dalam hal mempertahankan kondisi lingkungan tanah
yang dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal.
Adanya mulsa pada permukaan tanah dapat mengubah iklim mikroklimat
disekitar tanaman sehingga dapat memperbaiki perkembangan tanaman
pokok. Mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma, mereduksi penguapan,
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
dan kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah dan
persediaan air dapat terjaga
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Persentase serangan pada buah yang terendah dengan faktor
mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Hitam Perak) pada pengamatan 17
MST yaitu sebesar 33,60 % dan yang tertinggi pada M0 yaitu
sebesar 41,38 % pada 17 MST sedangkan persentase serangan
pada buah yang terendah dengan faktor varietas pada V1 (TM999) sebesar 30,60 % pada pengamatan 17 MST dan yang
tertinggi pada V3 yaitu sebesar 41,83 % pada pengamatan 17
MST.
2. Persentase serangan buah yang terendah dengan interaksi kedua
faktor adalah pada perlakuan M1V1 (Mulsa hitam perak dengan
varietas TM-999) yaitu sebesar 16,97 % pada pengamatan 17 MST
dan yang tertinggi pada perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan
varietas laris) yaitu sebesar 29,65 % pada pengamatan 17 MST.
3. Produksi pada buah yang tertinggi dengan faktor mulsa terdapat
pada M1 (Mulsa Hitam Perak) pada pengamatan 20 MST yaitu
sebesar 3,66 ton/ha dan yang terendah pada M0 yaitu sebesar
2,73 ton/ha pada 20 MST sedangkan produksi pada buah yang
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
tertinggi dengan faktor varietas pada V1 (TM-999) sebesar 3,61
ton/ha pada pengamatan 20 MST dan yang terendah pada V3 yaitu
sebesar 2,73 ton/ha pada pengamatan 20 MST.
4. Produksi buah yang tertinggi dengan interaksi kedua faktor adalah
pada perlakuan M1V1 (Mulsa hitam perak dengan varietas TM-999)
yaitu sebesar 2,63 ton/ha pada pengamatan 20 MST dan yang
terendah pada perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan varietas laris)
yaitu sebesar 1,40 ton/ha pada pengamatan 20 MST.
5. Dengan perlakuan M1V1 (Mulsa Hitam Perak dengan Varietas
TM-999) dapat menekan perkembangan penyakit antraknosa.
Saran
Cabai varietas TM-999 dengan mulsa plastik hitam perak sebaiknya
digunakan oleh para petani dalam hal mengurangi serangan penyakit
antraknosa pada cabai
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, 2004. Teknik Pemberian Pupuk Organik dan Mulsa
Pada Budidaya Mentimun Jepang., Buletin Teknik Pertanian Vol.
10 No.2, 20005 diakses dari http://www.pustaka .deptan .go.id
/publication/bt102054,pdf pada tanggal 5 maret 2007.
Asnawi, R. dan
Dwiwarni, I., 2000. Pengaruh Mulsa Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Enam Varietas Cabai (Capsicum
annum Liin). Jurnal Agrotropika Vol. V No. 1 Juni 2000 : 5-8.
Alexopolus, C. J., 1952. Introductory Mycology. Jhon Willey and Son. New
York. Chapman and Hall. Limited . London. Page :324-332.
Daniel, A., 1972. Fundameantal Of Plant Pathology. W.H.Reemen and
Company. San Fransisco. Toppan Limited Tokyo. Japan. P:409.
Dehne, W.H., Adam, G., Diekmann, M., Frahm, J., Machnik, M.A., and
Halteren, V.P., 1997. Diagnosis and Identification of Plant
Pathogens, Kluwer Academic Publishers, London.
Duriat, A.S., dan S., Sastrosiswojo, 1995. Pengendalian Hama Penyakit
Terpadu Pada Agribisnis Cabai. Dalam Santika A., (1995)
Agribisnis Cabai : Penebar Swadaya , Jakarta. Hal : 98-99.
Djas, F., 1980. Classification Of Fungi and Spesific Characteristic of Each
Class. Fakultas Pertanian USU. Medan. Hal:29.
Dwidjoseputro, 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni Bandung. Hal :
123.
Fry, W.W., 1982. Principles of Plant Diseases Management, Academic
Press. New York.
Hanafiah, A. K., Anas, I., Napoleon, A., dan Ghoffar, N., 2005. Biologi
Tanah Ekologi dan Mikrobiologi Tanah, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hersanti, Ling, F., dan Zulkarnaen, I., 2001. Pengujian Kemampuan
Campuran Senyawa benzothiadiazole 1%-mankozeb 48% Dalam
Meningkatkan Ketahanan Tanaman Cabai Merah Terhadap
Penyakit Antraknosa. Prosiding Kongres Nasional XVI dan
Seminar Ilmiah, Bogor, 22-24 Agustus 2001. Perhimpunan
Fitopatologi Indonesia. 160,162.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Hayati, M., 2001. Pengujian Pertumbuhan, Hasil dan Rendemen Oleoresin
Pada Dua Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) Dengan
Pemberian Dekamon. Jurnal Agrista Vol. 5 No. 3, 2001:266.
Hidayat, I. M., Sulastrini, I., Kusandriani, Y. dan Permadi, A. H., 2004.
Lesio Sebagai Komponen Tanggap Buah 20 Galur dan atau
Varietas Cabai Terhadap Inokulasi Colletotrichum capsici dan
Colletotrichum gloeosporioides. Jurnal Hortikultura Vol. 14 No. 3
2004: 161-162.
Kusbiantoro,
B.,
Sukarna,
E.
dan
Djakaria,
M.,
2007.
Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik Hitam dan Pola
Tanam Pada Produksi Cabe Merah., Seminar hasil pengkajian
dan
desiminasi
12
januari
2007.
Diakses
dari
http://jabar.litbang.deptan.go.id/html/tp-023html. Pada tanggal
5 maret 2007.
Lisnawita, 2003. Penggunaan Tanaman Resisten: Suatu Strategi
Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman. Laporan Penelitian
2003 Digitized by USU digital library. Diakses dari
http://www.library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Do
wnloads&file=index&req=getit&lid=742. Pada tanggal 10 maret
2007.
Muhuria, L., 2003. Strategi Perakitan Gen-Gen Ketahanan Terhadap
Hama. Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca
sarjana/S3 Institut Pertanian Bogor November 2003. diakses dari
http://tumoutou.net/702_07134/la_muhuria.pdf. Pada Tanggal 10
Maret 2007.
Priyambada, 2005. Pengaruh Pengolahan Tanah Latosol & Penggunaan
Mulsa Alang-Alang Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.). Buletin Ilmiah Instiper Vol. 12 No. 12, oktober 2005,
17-25.
Pranoto, I., 2005. Pengujian Khamir Untuk Menghambat Patogen Penyakit
Antraknosa Pada Buah Cabai Merah ((Capsicum annnum L.) di
Laboratorium. Undergraduate Theses dari JIPTUMMPP/2005.
Diakses dari http://digilib.umm.ac.id/go.php?id=jiptimmpp-gdl-s12005-idiansiswo-3303. pada tanggal 3 maret 2007.
Rompas, J.P., 2001. Efek Isolasi Bertingkat Colletotrichum capsici
Terhadap Penyakit Antraknosa Pada Cabai. Prosiding Kongres
Nasional XVI dan Seminar Ilmiah, Bogor, 22-24 Agustus 2001.
Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. 163.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Rusli, I., Mardinus dan Zulpadli, 1997. Penyakit Antraknosa Pada Buah
Cabai Di Sumatera Barat. Prosiding Kongres Nasional XIV dan
Seminar Ilmiah, Palembang, 27-29 Oktober 1997. Perhimpunan
Fitopatologi Indonesia. 187,190.
Sanjaya, Y., 2004. Perbandingan Penggunaan Insektisida dan Sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Terhadap Kelimpahan
Plankton. Journal of Biological Science, Biosmart. Volume 6,
nomor 2., 135.
Sanjaya, L. Wattimena , G.A., Guharja, E., Yusuf, M., Aswidinnoor, H. dan
Stam,
P.,
2002.
Keragaman
Ketahanan
Aksesi
Capsicum Terhadap Antraknosa (Colletotrichum capsici)
Berdasarkan Penanda RAPD. Jurnal Bioteknologi Pertanian. Vol.
7.No. 2. 2002. pp 37-42.
Siwi,
S. S., 2006. Peran Ilmu Biotaksonomi Serangga Dalam
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Di Era Globalisasi. Berita
Biologi Vol. 8, No. 1. April 2006:1.
Sudir, Wahyuni, T., Suparyono, dan Amir, M., 1999. Pengaruh Varietas,
Pupuk dan Cara Bertanam Terhadap Penyakit Blas Leher Padi.
Prosiding Kongres Nasional XV dan Seminar Ilmiah PFI
Purwokerto, 16-18 September 1999: 140.
Sudiono., 2006. Pengaruh Fungisida dan Waktu Aplikasi Terhadap
Penyakit Antraknosa Buah Cabai, LAPTUNILAPP, diakses dari
http://digilib.unila.ac.id/go.php?id=laptunilapp-gdl-res-2006-sudiono127&node=19&start=185.
Sumaryono, H., 1992. Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum L.). Sinar
Baru Algesindo. Bandung. Hal :27-28.
____________, 1996. Budidaya Cabai Merah, Sinar Baru Algesindo,
Bandung. Hal : 9-10.
Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, Universitas
Gajah Mada Press, Yogyakarta.
___________, 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura
Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
di
Syukur, M., 2007. Mencari Genotip Cabai Tahan Antraknosa, diakses dari
http://ipb.bogor.Agricultural.university/mencari.genotip.cabai.tahan.
antraknosa.htm.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Tenaya, I. M. N., 2001. Pewarisan Kandungan Fruktosa dan Kapsaisin
Serta Aktivitas Enzim Peroksidase Pada Tanaman Hasil
Persilangan Cabai Rawit Dengan Cabai Merah. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian Agritop Vol 20, No. 2, Juni 2001:80.
Tindall, H.D., 1983. Vegetable in the Tropics. Mac Milan Press Ltd.,
London.
Syamsudin, 2007. Pengendalian Penyakit Terbawa Benih (Seed Born
Diseases) pada Tanaman Cabai (Capsicum annnum
Liin).menggunakan agen Biokontrol dan Ekstrak Botani, diakses
darihttp://www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio/abstrak/agrobiovol2-no2-1999-dwinita.php. Pada tanggal 10 maret 2007.
Utami, D. W., 1999. Interaksi Poligenik Ketahanan Tanaman Padi
Terhadap Patogen Blas. Buletin Agrobio, Jurnal Tinjauan Ilmiah
Riset Biologi dan Bioteknologi Pertanian Vol. 2 No. 2. Tahun
1999. diakses dari http://www.indobiogen.or.id/ terbitan /agrobio
/abstrak/agrobio_vol2_no2_1999_Dwinita.php. Pada tanggal 10
maret 2007.
Vos, J.G.M., 1994. Pengolahan Tanaman Terpadu Pada Tanaman Cabai
(Capsicum spp) Dataran Rendah Tropic. Balai Penelitian
Hortikultura. Lembang.
Wardjito, 2001. Pengaruh Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Zuchini (Cucurbitae pepo L.). Jurnal Hortikultura. Vol. 11
No. 4:244, 2001.
Wardani, N. dan
Ratnawilis, 2002. Ketahanan Beberapa Varietas
Tanaman Cabai Terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum
sp). Jurnal Agrotropika, Vol. VII No. 1. Juni 2002: 25.
Wiratma, D. A., Murwani, E. R. dan Sastrahidayat, I. R., 1983. Pengaruh
Komponen Cuaca Terhadap Tingkat Serangan Jamur
Colletotrichum sp. Penyebab Antraknose Pada Cabe Rawit di
Laboratorium. Kongres Nasional PFI Ke VII Medan, 21-23
September 1983.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 1.
Intensitas serangan pengamatan 1
Perlakuan
M0V1
M0V2
M0V3
M0V4
M1V1
M1V2
M1V3
M1V4
M2V1
M2V2
M2V3
M2V4
Total
Rataan
1
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Ulangan
2
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Total
3
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Rataan
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Transformasi Arcsin Vp Data pengamatan presentase Pengamatan 1
Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
1
2
3
M0V1
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M0V2
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M0V3
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M0V4
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M1V1
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M1V2
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M1V3
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M1V4
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M2V1
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M2V2
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M2V3
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M2V4
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
Total
60.360
60.360
60.360 181.080
Rataan
5.030
5.030
5.030
5.030
Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 1
Mulsa
Varietas
Total
Rataan
V1
V2
V3
V4
M0
15.090
15.090
15.090
15.090
60.360
24.144
M1
15.090
15.090
15.090
15.090
60.360
24.144
M2
15.090
15.090
15.090
15.090
60.360
24.144
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Total
Rataan
45.270
22.635
45.270
22.635
45.270
22.635
45.270
22.635
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 1
SK
db
JK
KT
Fh
Ulangan
2.000
0.000
0.000
Perlakuan
11.000
0.000
0.000
M
2.000
0.000
0.000
V
3.000
0.000
0.000
MxV
5.000
0.000
0.000
Galat
23.000
Total
Keterangan : FK =
KK =
910.832
0.000 tn
0.000 tn
0.000 tn
0.000 tn
0.000 tn
Ket :
181.080
24.144
F0.05
F0.01
3.420
5.660
2.240
3.140
3.420
5.660
3.030
4.760
2.640
3.940
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 2.
Intensitas serangan pengamatan 2
Perlakuan
M0V1
M0V2
M0V3
M0V4
M1V1
M1V2
M1V3
M1V4
M2V1
M2V2
M2V3
M2V4
Total
Rataan
1
0.000
5.550
10.830
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
16.380
1.365
Ulangan
2
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Total
3
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
5.550
10.830
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
16.380
Rataan
0.000
1.850
3.610
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.455
Transformasi Arcsin Vp Data pengamatan presentase Pengamatan 2
Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
1
2
3
M0V1
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M0V2
13.690
5.030
5.030
23.750
7.917
M0V3
19.190
5.030
5.030
29.250
9.750
M0V4
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M1V1
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M1V2
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M1V3
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M1V4
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M2V1
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M2V2
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M2V3
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
M2V4
5.030
5.030
5.030
15.090
5.030
Total
83.180
60.360
60.360 203.900
Rataan
6.932
5.030
5.030
5.664
Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 2
Mulsa
Varietas
Total
Rataan
V1
V2
V3
V4
M0
15.090
23.750
29.250
15.090
83.180
33.272
M1
15.090
15.090
15.090
15.090
60.360
24.144
M2
15.090
15.090
15.090
15.090
60.360
24.144
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Total
Rataan
45.270
22.635
53.930
26.965
59.430
29.715
45.270
22.635
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 2
SK
db
JK
KT
Fh
Ulangan
2
28.931
14.465
Perlakuan
11
77.368
7.033
M
2
28.931
14.465
V
3
16.146
5.382
MxV
5
32.292
9.766
Galat
23
76.053
3.307
Total
46 259.721
Keterangan : FK =
KK =
1154.867
4.218 %
1.094 tn
5.349 **
4.375 *
1.628 tn
2.311 tn
Ket :
203.900
27.187
F0.05
F0.01
3.420
5.660
2.240
3.140
3.420
5.660
3.030
4.760
2.640
3.940
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 3.
Intensitas serangan pengamatan 3
Perlakuan
M0V1
M0V2
M0V3
M0V4
M1V1
M1V2
M1V3
M1V4
M2V1
M2V2
M2V3
M2V4
Total
Rataan
1
4.600
10.520
12.370
8.180
2.380
5.710
6.860
4.440
7.900
9.290
13.450
7.900
93.600
7.800
Ulangan
2
4.160
6.950
11.380
4.760
0.000
5.120
6.660
4.860
2.560
6.740
8.900
8.370
70.460
5.872
Total
3
3.700
5.310
7.390
5.450
2.720
3.510
5.310
3.260
3.000
4.240
5.570
4.480
53.940
4.495
12.460
22.780
31.140
18.390
5.100
14.340
18.830
12.560
13.460
20.270
27.920
20.750
218.000
Rataan
4.153
7.593
10.380
6.130
1.700
4.780
6.277
4.187
4.487
6.757
9.307
6.917
6.056
Transformasi Arcsin Vp Data pengamatan presentase Pengamatan 3
Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
1
2
3
M0V1
12.390
19.820
11.090
43.300
14.433
M0V2
18.910
23.030
13.310
55.250
18.417
M0V3
20.620
26.350
15.790
62.760
20.920
M0V4
16.640
20.880
13.560
51.080
17.027
M1V1
8.910
5.030
9.460
23.400
7.800
M1V2
13.810
13.050
10.780
37.640
12.547
M1V3
15.230
15.000
13.310
43.540
14.513
M1V4
12.250
12.790
10.470
35.510
11.837
M2V1
16.320
8.720
9.980
35.020
11.673
M2V2
17.760
15.000
11.970
44.730
14.910
M2V3
21.560
17.360
13.690
52.610
17.537
M2V4
16.320
16.850
12.250
45.420
15.140
Total
190.720 193.880 145.660 530.260
Rataan
15.893
16.157
12.138
14.729
Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 3
Mulsa
Varietas
Total
Rataan
V1
V2
V3
V4
M0
43.300
55.250
62.760
51.080
212.390
84.956
M1
23.400
37.640
43.540
35.510
140.090
56.036
M2
35.020
44.730
52.610
45.420
177.780
71.112
Total
101.720 137.620 158.910 132.010
530.260
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Rataan
50.860
68.810
79.455
66.005
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 3
SK
db
JK
KT
Fh
Ulangan
2 121.265
60.633
Perlakuan
11 407.705
37.064
M
2 217.936 108.968
V
3 185.704
61.901
MxV
5
4.065
1.675
Galat
23
55.815
2.427
Total
46 992.490
Keterangan : FK =
KK =
7810.435
61.174 %
70.701
F0.05
F0.01
3.420
5.660
2.240
3.140
3.420
5.660
3.030
4.760
2.640
3.940
2.499 tn
6.724 **
4.490 *
5.102 **
3.690 *
Ket :
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan
3
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0.405
0.405 0.405 0.405
0.405 0.405 0.405
0.405 0.405
0.405
0.405 0.405
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2.93
3.08
3.17
3.24
3.29
3.32
3.35
3.37
3.39
3.42
3.44
1.185 1.246 1.282
1.311 1.331 1.343
1.355 1.363
1.371
1.383 1.391
M1V1 M2V1 M1V4 M1V2 M0V1 M1V3 M2V2 M2V4 M0V4 M2V3 M0V2 M0V3
6.277 9.307 6.757 4.187 10.380 4.487 6.917
6.056 4.780 72.667
6.130 1.700
a
b
c
d
e
. f
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 4.
Intensitas serangan pengamatan 4
Perlakuan
Ulangan
Total
1
2
3
M0V1
4.790
10.690
9.330
24.810
M0V2
8.700
14.700
10.070
33.470
M0V3
10.760
18.940
12.620
42.320
M0V4
6.670
10.900
9.630
27.200
M1V1
3.460
5.120
4.550
13.130
M1V2
4.600
6.820
7.100
18.520
M1V3
5.310
8.570
8.480
22.360
M1V4
4.300
5.380
5.550
15.230
M2V1
4.100
7.220
6.500
17.820
M2V2
6.400
9.530
8.080
24.010
M2V3
6.820
10.990
9.330
27.140
M2V4
6.740
8.900
7.360
23.000
Total
72.650 117.760
98.600 289.010
Rataan
6.054
9.813
8.217
Rataan
8.270
11.157
14.107
9.067
4.377
6.173
7.453
5.077
5.940
8.003
9.047
7.667
8.028
Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 4
Mulsa
Varietas
Total
Rataan
V1
V2
V3
V4
M0
24.810
33.470
42.320
27.200
127.800
51.120
M1
13.130
18.520
22.360
15.230
69.240
27.696
M2
17.820
24.010
27.140
23.000
91.970
36.788
Total
55.760
76.000
91.820
65.430
289.010
Rataan
27.880
38.000
45.910
32.715
38.535
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 4
SK
db
JK
KT
Fh
Ulangan
2
85.428
42.714
Perlakuan
11 237.652
21.605
M
2 145.270
72.635
V
3
79.498
26.499
MxV
5
12.884
1.236
Galat
23 239.677
10.421
Total
46 800.409
Keterangan : FK =
KK =
2320.188
5.114 %
1.025 tn
5.564 **
6.970 **
3.543 *
3.119 *
Ket :
F0.05
F0.01
3.420
5.660
2.240
3.140
3.420
5.660
3.030
4.760
2.640
3.940
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici
Pengamatan 4
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
1,737
M1V1
4,377
1,737
2
2,93
5,089
M1V4
5,007
1,737
3
3,08
5,349
M2V1
5,940
1,737
4
3,17
5,506
M1V2
6,173
1,737
5
3,24
5,627
M1V3
7,453
1,737
6
3,29
5,714
M2V4
7,667
1,737
7
3,32
5,766
M2V2
8,003
1,737
8
3,35
5,818
M0V1
8,207
1,737
9
3,37
5,853
M2V3
9,047
1,737
10
3,39
5,888
M0V4
9,067
1,737
11
3,42
5,940
M0V2
11,157
1,737
12
3,44
5,975
M0V3
14,107
B
C
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan
C.capsici
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
1,737
V1
9,293
1,737
2
2,93
5,089
V4
10,905
1,737
3
3,08
5,349
V2
12,667
1,737
4
3,17
5,506
V3
15,303
a
b
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 5.
Intensitas serangan pengamatan 5
Perlakuan
Ulangan
Total
1
2
3
M0V1
16.520
14.760
14.500
45.780
M0V2
21.950
20.580
20.920
63.450
M0V3
23.520
20.99
21.980
66.490
M0V4
18.850
16.930
16.250
52.030
M1V1
7.550
7.050
7.100
21.700
M1V2
14.780
12.710
13.250
40.740
M1V3
15.680
14.490
14.450
44.620
M1V4
12.830
14.490
11.210
38.530
M2V1
12.580
14.490
10.710
37.780
M2V2
17.680
17.210
17.100
51.990
M2V3
20.320
19.440
19.330
59.090
M2V4
14.280
13.460
12.900
40.640
Total
196.540 186.600 179.700 562.840
Rataan
16.378
15.550
14.975
Rataan
15.260
21.150
22.163
17.343
7.233
13.580
14.873
12.843
12.593
17.330
19.697
13.547
15.634
Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 5
Mulsa
Varietas
Total
Rataan
V1
V2
V3
V4
M0
45.780
63.450
66.490
52.030
227.750
91.100
M1
21.700
40.740
44.620
38.530
145.590
58.236
M2
37.780
51.990
59.090
40.640
189.500
75.800
Total
105.260 156.180 170.200 131.200
562.840
Rataan
52.630
78.090
85.100
65.600
75.045
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 5
SK
db
JK
KT
Fh
Ulangan
2
11.944
5.972
Perlakuan
11 576.783
52.435
M
2 281.706 140.853
V
3 272.903
90.968
MxV
5
22.174
0.902
Galat
23 565.315
24.579
Total
46 1730.825
Keterangan : FK =
KK =
8799.691
0.982 %
0.243 tn
9.658 **
5.731 **
3.701 *
3.037 *
Ket :
F0.05
F0.01
3.420
5.660
2.240
3.140
3.420
5.660
3.030
4.760
2.640
3.940
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan 5
Sy =
4.097
4.097
4.097
4.097 4.097
4.097 4.097
4.097
4.097
4.097
4.097 4.097
P
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
SSR0.05
2.93
3.08
3.17 3.24
3.29
3.32
3.35
3.37
3.39
3.42
3.44
LSR0.05
12.003 12.617 12.986 13.273
13.477 13.600 13.723
13.805 13.887 14.010 14.092
Perlakuan M1V1 M2V1
M1V4
M2V4 M1V2 M1V3
M0V1 M2V2 M0V4
M2V3 M0V2 M0V3
Rataan
7.233 12.593 12.843 13.547 13.580 14.873
15.260 17.330 17.343
19.697 21.150 22.153
A
B
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan C.capsici
Sy =
4.097
4.097
4.097
4.097
P
2
3
4
SSR0.05
2.93
3.08
3.17
LSR0.05
12.003 12.617 12.986
Perlakuan V1
V4
V2
V3
Rataan 17.543 21.867 26.030 28.367
a
b
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Intensitas Serangan C.capsici
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
3,110
M1
3,110
2
2,93
9,112
M2
19,412
3,110
3
3,08
9,579
M0
25,267
30,367
a
b
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 7.
Intensitas serangan pengamatan 7
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
11,820
12,140
11,580
M0V2
14,270
13,840
13,760
M0V3
14,980
14,560
14,280
M0V4
12,800
12,850
12,670
M1V1
10,520
10,460
10,610
M1V2
12,660
12,090
12,580
M1V3
13,680
12,890
11,920
M1V4
11,920
11,920
11,160
M2V1
11,360
11,150
13,430
M2V2
13,580
13,300
13,430
M2V3
14,590
14,380
13,870
M2V4
12,760
13,050
12,300
Total
154,940 152,630 151,590
Rataan
12,912
12,719
12,633
Total
Rataan
35,540
41,870
43,820
38,320
31,590
37,330
38,490
35,000
35,940
40,310
42,840
38,110
459,160
11,847
13,957
14,607
12,773
10,530
12,443
12,830
11,667
11,980
13,437
14,280
12,703
12,754
Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 7
Mulsa
Varietas
V1
V2
V3
V4
M0
35,540
41,870
43,820
38,320
M1
31,590
37,330
38,490
35,000
M2
35,940
40,310
42,840
38,110
Total
103,070 119,510 125,150 111,430
Rataan
51,535
59,755
62,575
55,715
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 7
SK
db
JK
KT
Ulangan
2
0,490
0,245
Perlakuan
11
45,989
4,181
M
2
14,390
7,195
V
3
30,917
10,306
MxV
5
0,681
0,392
Galat
23
40,011
1,740
Total
46 132,478
Keterangan
:
FK =
5856,331
KK =
0,244 %
Fh
0,141
18,771
4,136
5,924
3,225
Ket :
tn
**
*
**
*
Total
159,550
142,410
157,200
459,160
Rataan
63,820
56,964
62,880
61,221
F0.05
3,420
2,240
3,420
3,030
2,640
F0.01
5,660
3,140
5,660
4,760
3,940
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan 7
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,290
M1V1
16,973
0,290
2
2,93
0,850
M1V4
19,543
0,290
3
3,08
0,893
M0V1
20,167
0,290
4
3,17
0,919
M2V1
21,183
0,290
5
3,24
0,940
M1V2
22,317
0,290
6
3,29
0,954
M2V4
23,053
0,290
7
3,32
0,963
M0V4
23,540
0,290
8
3,35
0,972
M1V3
24,327
0,290
9
3,37
0,977
M2V2
26,442
0,290
10
3,39
0,983
M0V2
26,887
0,290
11
3,42
0,992
M2V3
27,127
0,290
12
3,44
0,998
M0V3
29,657
A
B
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan C.capsici
Sy =
0,290
0,290
0,290
0,290
P
2
3
4
SSR0.05
2,93
3,08
3,17
LSR0.05
0,850
0,893
0,919
Perlakuan V1
V4
V2
V3
Rataan
51,535 55,715 59,755 62,575
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Intensitas Serangan C.capsici
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,290
M1
56,964
0,290
2
2,93
0,850
M2
62,880
0,290
3
3,08
0,893
M0
63,820
a
b
c
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 8.
Intensitas serangan pengamatan 8
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
9,950
10,610
10,380
M0V2
12,270
12,390
12,310
M0V3
12,520
12,730
12,520
M0V4
10,940
11,310
11,770
M1V1
8,270
8,550
9,660
M1V2
10,810
11,030
10,520
M1V3
11,870
11,080
11,840
M1V4
9,800
10,020
10,420
M2V1
9,130
10,310
10,100
M2V2
11,290
11,310
10,810
M2V3
12,220
0,420
12,200
M2V4
10,660
10,810
10,990
Total
129,730 120,570 133,520
Rataan
10,811
10,048
11,127
Total
Rataan
30,940
36,970
37,770
34,020
26,480
32,360
34,790
30,240
29,540
33,410
24,840
32,460
383,820
10,313
12,323
12,590
11,340
8,827
10,787
11,597
10,080
9,847
11,137
8,280
10,820
10,662
Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 8
Mulsa
Varietas
V1
V2
V3
V4
M0
30,940
36,970
37,770
34,020
M1
26,480
32,360
34,790
30,240
M2
29,540
33,410
24,840
32,460
Total
86,960 102,740
97,400
96,720
Rataan
43,480
51,370
48,700
48,360
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 8
SK
db
JK
KT
Ulangan
2
7,388
3,694
Perlakuan
11
54,731
4,976
M
2
17,833
8,917
V
3
14,402
4,801
MxV
5
22,496
15,381
Galat
23
33,639
1,463
Total
46 150,490
Keterangan
:
FK =
4092,161
KK =
1,132 %
Fh
2,526
14,816
6,097
3,282
10,516
Ket :
tn
**
**
*
**
Total
139,700
123,870
120,250
383,820
Rataan
55,880
49,548
48,100
51,176
F0.05
3,420
2,240
3,420
3,030
2,640
F0.01
5,660
3,140
5,660
4,760
3,940
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan 8
Sy =
0,244
0,244
0,244
0,244
0,244
0,244
P
2
3
4
5
6
SSR0.05
2,93
3,08
3,17
3,24
3,29
LSR0.05
0,714
0,751
0,773
0,790
0,802
Perlakuan M2V3
M1V1 M2V1
M1V4 M0V1
M1V2
Rataan
10,530 11,667 11,847 11,880 12,443 12,703
0,244
7
3,32
0,810
M2V4
12,773
0,244
8
3,35
0,817
M2V2
12,830
0,244
9
3,37
0,822
M0V4
13,347
0,244
10
3,39
0,827
M1V3
13,957
0,244
11
3,42
0,834
M0V2
14,280
0,244
12
3,44
0,839
M0V3
14,607
a
b
c
d
e
f
g
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan C.capsici
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,244
V1
43,480
0,244
2
2,93
0,714
V4
48,360
0,244
3
3,08
0,751
V3
48,700
0,244
4
3,17
0,773
V2
51,370
a
b
c
d
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Intensitas Serangan C.capsici
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
0,244
M1
0,244
2
2,93
0,714
M2
0,244
3
3,08
0,751
M0
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Rataan
48,100
49,548
55,880
a
b
c
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 9.
Intensitas serangan pengamatan 9
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
8,290
8,490
9,090
M0V2
10,520
10,450
11,300
M0V3
12,080
12,340
12,850
M0V4
9,460
9,780
10,220
M1V1
7,630
7,260
8,410
M1V2
9,360
9,620
10,180
M1V3
9,910
9,970
11,100
M1V4
8,420
8,690
9,190
M2V1
8,050
8,220
8,840
M2V2
10,190
9,960
11,100
M2V3
11,290
11,120
12,000
M2V4
9,110
8,920
10,060
Total
114,310 114,820 124,340
Rataan
9,526
9,568
10,362
Total
Rataan
25,870
32,270
37,270
29,460
23,300
29,160
30,980
26,300
25,110
31,250
34,410
28,090
353,470
8,623
10,757
12,423
9,820
7,767
9,720
10,327
8,767
8,370
10,417
11,470
9,363
9,819
Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 9
Mulsa
Varietas
V1
V2
V3
V4
M0
25,870
32,270
37,270
29,460
M1
23,300
29,160
30,980
26,300
M2
25,110
31,250
34,410
28,090
Total
74,280
92,680 102,660
83,850
Rataan
37,140
46,340
51,330
41,925
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 9
SK
db
JK
KT
Ulangan
2
5,319
2,660
Perlakuan
11
60,206
5,473
M
2
9,673
4,836
V
3
49,082
16,361
MxV
5
1,451
0,557
Galat
23
59,878
2,603
Total
46 185,609
Keterangan
:
FK =
3470,584
KK =
1,043 %
Fh
1,022
22,637
1,858
6,284
3,214
Ket :
tn
**
tn
**
*
Total
124,870
109,740
118,860
353,470
Rataan
49,948
43,896
47,544
47,129
F0.05
3,420
2,240
3,420
3,030
2,640
F0.01
5,660
3,140
5,660
4,760
3,940
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan 9
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,434
M1V1
10,553
0,434
2
2,93
1,271
M2V1
10,553
0,434
3
3,08
1,336
M0V1
11,667
0,434
4
3,17
1,375
M1V4
11,847
0,434
5
3,24
1,406
M2V4
11,980
0,434
6
3,29
1,427
M1V2
12,443
0,434
7
3,32
1,440
M0V4
12,703
0,434
8
3,35
1,453
M1V3
12,773
0,434
9
3,37
1,462
M2V2
12,830
0,434
10
3,39
1,471
M0V2
13,437
0,434
11
3,42
1,484
M2V3
14,280
0,434
12
3,44
1,492
M0V3
14,607
a
b
c
d
e
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan C.capsici
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,434
V1
37,140
0,434
2
2,93
1,271
V4
41,925
0,434
3
3,08
1,336
V2
46,340
0,434
4
3,17
1,375
V3
51,330
a
b
c
d
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Intensitas Serangan C.capsici
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,434
M1
43,896
0,434
2
2,93
1,271
M2
47,544
0,434
3
3,08
1,336
M0
49,948
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
a
b
c
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 10.
Intensitas serangan pengamatan 10
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
9,300
9,470
10,160
M0V2
10,700
10,420
11,990
M0V3
12,110
12,820
12,090
M0V4
10,140
9,800
11,100
M1V1
7,230
7,080
8,120
M1V2
9,090
7,500
9,030
M1V3
11,280
9,760
11,300
M1V4
8,800
8,870
8,660
M2V1
8,330
8,870
9,000
M2V2
9,420
9,420
10,330
M2V3
11,480
11,440
11,720
M2V4
9,560
9,440
9,820
Total
117,440 114,890 123,320
Rataan
9,787
9,574
10,277
Total
Rataan
28,930
33,110
37,020
31,040
22,430
25,620
32,340
26,330
26,200
29,170
34,640
28,820
355,650
9,643
11,037
12,340
10,347
7,477
8,540
10,780
8,777
8,733
9,723
11,547
9,607
9,879
Dwikasta Total Serangan C.capsici Pada Pengamatan 10
Mulsa
Varietas
Total
V1
V2
V3
V4
M0
28,930
33,110
37,020
31,040
130,100
M1
22,430
25,620
32,340
26,330
106,720
M2
26,200
29,170
34,640
28,820
118,830
Total
77,560
87,900 104,000
86,190
355,650
Rataan
38,780
43,950
52,000
43,095
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 10
SK
db
JK
KT
Ulangan
2
3,115
1,558
Perlakuan
11
64,362
5,851
M
2
22,786
11,393
V
3
40,550
13,517
MxV
5
1,027
0,395
Galat
23
59,781
2,599
Total
46 191,621
Keterangan
:
FK =
3513,526
KK =
0,794 %
Fh
0,599
41,323
4,383
5,200
3,152
Ket :
tn
**
*
**
*
Rataan
52,040
42,688
47,532
47,420
F0.05
3,420
2,240
3,420
3,030
2,640
F0.01
5,660
3,140
5,660
4,760
3,940
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan C.Capsici Pengamatan
10
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,433
M1V1
7,767
0,433
2
2,93
1,269
M1V2
8,370
0,433
3
3,08
1,334
M2V1
8,370
0,433
4
3,17
1,373
M1V4
8,623
0,433
5
3,24
1,403
M2V4
8,767
0,433
6
3,29
1,425
M0V1
9,363
0,433
7
3,32
1,438
M2V2
9,720
0,433
8
3,35
1,451
M0V4
9,820
0,433
9
3,37
1,460
M1V3
10,327
0,433
10
3,39
1,468
M0V2
10,417
0,433
11
3,42
1,481
M2V3
11,470
0,433
12
3,44
1,490
M0V3
12,423
a
b
c
d
e
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan C.capsici
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,433
V1
38,780
0,433
2
2,93
1,269
V4
43,095
0,433
3
3,08
1,334
V3
43,950
0,433
4
3,17
1,373
V2
52,000
a
b
c
d
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Intensitas Serangan C.capsici
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,433
M1
42,688
0,433
2
2,93
1,269
M2
47,532
0,433
3
3,08
1,334
M0
52,040
a
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
b
c
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 11.
Data Produksi pengamatan 15 MST
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
0,330
0,340
0,350
M0V2
0,220
0,230
0,230
M0V3
0,180
0,170
0,190
M0V4
0,200
0,210
0,210
M1V1
0,410
0,420
0,420
M1V2
0,340
0,350
0,350
M1V3
0,260
0,270
0,270
M1V4
0,320
0,340
0,350
M2V1
0,360
0,370
0,370
M2V2
0,270
0,270
0,290
M2V3
0,200
0,200
0,210
M2V4
0,250
0,260
0,270
Total
3,340
3,430
3,510
Rataan
0,278
0,286
0,293
Total
1,020
0,680
0,540
0,620
1,250
1,040
0,800
1,010
1,100
0,830
0,610
0,780
10,280
Rataan
0,340
0,227
0,180
0,207
0,417
0,347
0,267
0,337
0,367
0,277
0,203
0,260
0,286
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 15 MST
Mulsa
M0
M1
M2
Total
Rataan
Varietas
V1
0,340
0,417
0,367
1,123
0,562
V2
0,227
0,347
0,277
0,850
0,425
V3
0,180
0,267
0,203
0,650
0,325
Total
V4
0,207
0,337
0,260
0,803
0,402
Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 15 MST
Perlakuan
Ulangan
Total
1
2
3
M0V1
3,290
3,340
3,390
10,020
M0V2
2,690
2,750
2,750
8,190
M0V3
2,430
2,360
2,500
7,290
M0V4
2,560
2,630
2,630
7,820
M1V1
3,670
3,720
3,720
11,110
M1V2
3,340
3,390
3,390
10,120
M1V3
2,920
2,980
2,980
8,880
M1V4
3,240
3,340
3,390
9,970
M2V1
3,440
3,490
3,490
10,420
M2V2
2,980
2,980
3,090
9,050
M2V3
2,560
2,560
2,630
7,750
M2V4
2,870
2,920
2,980
8,770
Total
35,990
36,460
36,940 109,390
Rataan
2,999
3,038
3,078
0,953
1,367
1,107
3,427
Rataan
0,381
0,547
0,443
0,457
Rataan
3,340
2,730
2,430
2,607
3,703
3,373
2,960
3,323
3,473
3,017
2,583
2,923
3,039
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 15 MST
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Mulsa
M0
M1
M2
Total
Rataan
Varietas
V1
3,340
3,703
3,473
10,517
5,258
V2
2,730
3,373
3,017
9,120
4,560
V3
2,430
2,960
2,583
7,973
3,987
Total
Rataan
V4
2,607
3,323
2,923
8,853
4,427
11,107
13,360
11,997
36,463
Fh
F0.05
F0.01
3,420
3,030
2,640
5,660
4,760
3,940
4,443
5,344
4,799
4,862
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 15 MST
SK
Ulangan
M
V
MxV
Galat
Total
Keterangan
:
db
2
2
3
11
18
36
FK =
KK =
JK
25,733
9,917
7,356
18,287
8,459
69,753
1,970
62,043
KT
12,866
4,959
2,452
1,662
0,470
10,551
5,217
3,537
Ket :
%
**
**
*
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 15 MST
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,167
M0V3
2,430
0,167
2
2,93
0,488
M2V3
2,583
0,167
3
3,08
0,513
M0V4
2,607
0,167
4
3,17
0,528
M0V2
2,730
0,167
5
3,24
0,540
M2V4
2,923
0,167
6
3,29
0,548
M1V3
2,960
0,167
7
3,32
0,553
M2V2
3,017
0,167
8
3,35
0,558
M1V4
3,323
0,167
9
3,37
0,562
M0V1
3,340
0,167
10
3,39
0,565
M1V2
3,373
0,167
11
3,42
0,570
M2V1
3,473
0,167
12
3,44
0,573
M1V1
3,703
A
B
C
D
E
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi
Sy =
0,167 0,167 0,167 0,167
P
2
3
4
SSR0.01
2,93
3,08
3,17
LSR0.01
0,488 0,513 0,528
Perlakuan
V3
V4
V2
V1
Rataan
3,987 4,427 4,560 5,258
A
B
UJD Pengaruh Mulsa TerhadapProduksi
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,167
M0
4,443
0,167
2
2,93
0,488
M2
4,799
0,167
3
3,08
0,513
M1
5,344
A
B
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 12.
Data Produksi pengamatan 16 MST
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
0,410
0,400
0,420
M0V2
0,370
0,350
0,380
M0V3
0,290
0,280
0,290
M0V4
0,350
0,350
0,340
M1V1
0,600
0,600
0,600
M1V2
0,550
0,530
0,550
M1V3
0,400
0,400
0,410
M1V4
0,560
0,530
0,570
M2V1
0,530
0,550
0,530
M2V2
0,420
0,410
0,410
M2V3
0,370
0,380
0,350
M2V4
0,430
0,450
0,420
Total
5,280
5,230
5,270
Rataan
0,440
0,436
0,439
Total
1,230
1,100
0,860
1,040
1,800
1,630
1,210
1,660
1,610
1,240
1,100
1,300
15,780
M0
M1
M2
Total
Rataan
V2
0,367
0,543
0,413
1,323
0,662
V3
0,287
0,403
0,367
1,057
0,528
0,410
0,367
0,287
0,347
0,600
0,543
0,403
0,553
0,537
0,413
0,367
0,433
0,438
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 16 MST
Mulsa
Varietas
V1
0,410
0,600
0,537
1,547
0,773
Rataan
V4
0,347
0,553
0,433
1,333
0,667
Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 16 MST
Perlakuan
Ulangan
Total
1
2
3
M0V1
3,670
3,630
3,720
11,020
M0V2
3,490
3,390
3,530
10,410
M0V3
3,090
3,030
3,090
9,210
M0V4
3,390
3,390
3,340
10,120
M1V1
4,440
4,440
4,440
13,320
M1V2
4,250
4,170
4,250
12,670
M1V3
3,630
3,630
3,670
10,930
M1V4
4,290
4,170
4,000
12,460
M2V1
4,170
4,250
4,330
12,750
M2V2
3,720
3,670
3,670
11,060
M2V3
3,490
3,530
3,390
10,410
M2V4
3,760
3,850
3,720
11,330
Total
45,390
45,150
45,150 135,690
Rataan
3,783
3,763
3,763
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 16 MST
Mulsa
Varietas
V2
V3
V4
Total
1,410
2,100
1,750
5,260
Rataan
0,564
0,840
0,700
0,701
Rataan
3,673
3,470
3,070
3,373
4,440
4,223
3,643
4,153
4,250
3,687
3,470
3,777
3,769
Total
Rataan
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
M0
M1
M2
Total
Rataan
V1
3,673
4,440
4,250
12,363
6,182
3,470
4,223
3,687
11,380
5,690
3,070
3,643
3,470
10,183
5,092
3,373
4,153
3,777
11,303
5,652
13,587
16,460
15,183
45,230
5,435
6,584
6,073
6,031
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 16 MST
SK
Ulangan
M
V
MxV
Galat
Total
Keterangan
:
db
2
2
3
11
18
36
FK =
KK =
JK
39,589
15,264
11,242
27,920
13,083
107,099
3,031
69,096
KT
19,795
7,632
3,747
2,538
0,727
Fh
10,501
5,156
3,492
Ket :
%
F0.05
**
**
*
3,420
3,030
2,640
tn :
* :
** :
F0.01
5,660
4,760
3,940
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 16 MST
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,067
M0V3
3,070
0,067
2
2,93
0,195
M0V4
3,373
0,067
3
3,08
0,205
M2V3
3,470
0,067
4
3,17
0,211
M0V2
3,470
0,067
5
3,24
0,216
M1V3
3,643
0,067
6
3,29
0,219
M0V1
3,673
0,067
7
3,32
0,221
M2V2
3,687
0,067
8
3,35
0,223
M2V4
3,777
0,067
9
3,37
0,225
M1V4
4,153
0,067
10
3,39
0,226
M1V2
4,223
0,067
11
3,42
0,228
M2V1
4,250
0,067
12
3,44
0,229
M1V1
4,440
A
B
C
D
.E
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,067
V3
5,092
0,067
2
2,93
0,195
V2
5,690
0,067
3
3,08
0,205
V4
5,652
0,067
4
3,17
0,211
V1
6,182
A
B
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,067
M0
5,435
0,067
2
2,93
0,195
M2
6,073
0,067
3
3,08
0,205
M1
6,584
A
B
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
C
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 13.
Data Produksi pengamatan 17 MST
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
0,550
0,570
0,560
M0V2
0,500
0,500
0,510
M0V3
0,420
0,430
0,420
M0V4
0,500
0,520
0,500
M1V1
0,780
0,770
0,760
M1V2
0,680
0,680
0,650
M1V3
0,600
0,610
0,600
M1V4
0,670
0,680
0,670
M2V1
0,700
0,710
0,710
M2V2
0,650
0,660
0,630
M2V3
0,530
0,540
0,530
M2V4
0,660
0,670
0,640
Total
7,240
7,340
7,180
Rataan
0,603
0,612
0,598
Total
1,680
1,510
1,270
1,520
2,310
2,010
1,810
2,020
2,120
1,940
1,600
1,970
21,760
M0
M1
M2
Total
Rataan
V2
0,503
0,670
0,647
1,820
0,910
V3
0,423
0,603
0,533
1,560
0,780
0,560
0,503
0,423
0,507
0,770
0,670
0,603
0,673
0,707
0,647
0,533
0,657
0,604
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 17 MST
Mulsa
Varietas
V1
0,560
0,770
0,707
2,037
1,018
Rataan
V4
0,507
0,673
0,657
1,837
0,918
Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 17 MST
Perlakuan
Ulangan
Total
1
2
3
M0V1
4,250
4,330
4,290
12,870
M0V2
4,050
4,050
4,090
12,190
M0V3
3,720
3,760
3,720
11,200
M0V4
4,050
4,130
4,050
12,230
M1V1
5,070
5,030
5,000
15,100
M1V2
4,730
4,730
4,620
14,080
M1V3
4,440
4,480
4,440
13,360
M1V4
4,690
4,730
4,090
13,510
M2V1
4,800
4,830
4,830
14,460
M2V2
4,620
4,660
4,550
13,830
M2V3
4,170
4,210
4,170
12,550
M2V4
4,660
4,690
4,590
13,940
Total
53,250
53,630
52,440 159,320
Rataan
4,438
4,469
4,370
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 17 MST
Mulsa
Varietas
V1
V2
V3
V4
Total
1,993
2,717
2,543
7,253
Rataan
0,797
1,087
1,017
0,967
Rataan
4,290
4,063
3,733
4,077
5,033
4,693
4,453
4,503
4,820
4,610
4,183
4,647
4,426
Total
Rataan
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
M0
M1
M2
Total
Rataan
4,290
5,033
4,820
14,143
7,072
4,063
4,693
4,610
13,367
6,683
3,733
4,453
4,183
12,370
6,185
4,077
4,503
4,647
13,227
6,613
16,163
18,683
18,260
53,107
6,465
7,473
7,304
7,081
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 17 MST
SK
Ulangan
M
V
MxV
Galat
Total
Keterangan
:
db
2
2
3
11
18
36
FK =
KK =
JK
54,584
20,988
15,451
38,223
1,783
131,029
KT
27,292
10,494
5,150
3,475
0,099
Fh
10,593
5,199
35,076
**
*
**
Ket :
4,178
69,056
F0.05
F0.01
3,420
3,030
2,640
5,660
4,760
3,940
tn :
* :
** :
%
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 17 MST
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,167
M0V3
3,733
0,167
2
2,93
0,488
M0V2
4,063
0,167
3
3,08
0,513
M0V4
4,077
0,167
4
3,17
0,528
M2V3
4,183
0,167
5
3,24
0,540
M0V1
4,290
0,167
6
3,29
0,548
M1V3
4,453
0,167
7
3,32
0,553
M1V4
4,503
0,167
8
3,35
0,558
M2V2
4,610
0,167
9
3,37
0,562
M2V4
4,647
0,167
10
3,39
0,565
M1V2
4,693
0,167
11
3,42
0,570
M2V1
4,820
0,167
12
3,44
0,573
M1V1
5,033
A
B
C
D
E
F
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
0,167
0,167
2
2,93
0,488
0,167
3
3,08
0,513
0,167
4
3,17
0,528
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Perlakuan
Rataan
V3
6,185
V4
6,613
V2
6,683
V1
7,072
A
B
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
Rataan
0,167
M0
6,465
0,167
2
2,93
0,488
M2
7,304
0,167
3
3,08
0,513
M1
7,473
0,167
A
B
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 14.
Data Produksi pengamatan 18 MST
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
1,150
1,150
1,150
M0V2
0,570
0,810
0,570
M0V3
0,570
0,570
0,570
M0V4
0,570
0,810
0,570
M1V1
1,520
1,400
1,620
M1V2
1,280
0,990
1,280
M1V3
0,990
0,810
0,990
M1V4
1,280
0,990
1,280
M2V1
1,280
1,280
1,280
M2V2
0,990
0,810
0,990
M2V3
0,810
0,570
0,570
M2V4
0,810
0,810
0,810
Total
11,820
11,000
11,680
Rataan
0,985
0,917
0,973
Total
Rataan
3,450
1,950
1,710
1,950
4,540
3,550
2,790
3,550
3,840
2,790
1,950
2,430
34,500
1,150
0,650
0,570
0,650
1,513
1,183
0,930
1,183
1,280
0,930
0,650
0,810
0,958
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 18 MST
Mulsa
M0
M1
M2
Total
Rataan
Varietas
V1
1,150
1,513
1,280
3,943
1,972
V2
0,650
1,183
0,930
2,763
1,382
V3
0,570
0,930
0,650
2,150
1,075
Total
V4
0,650
1,183
0,810
2,643
1,322
3,020
4,810
3,670
11,500
Fh
F0.05
Rataan
1,208
1,924
1,468
1,533
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 18 MST
SK
Ulangan
M
V
MxV
Galat
Total
Keterangan
:
db
2
2
3
11
18
36
FK =
KK =
JK
32,899
0,414
0,771
2,630
1,445
38,158
0,196
124,916
KT
16,449
0,207
0,257
0,239
0,080
2,576
3,199
2,977
Ket :
%
tn
*
*
3,420
3,030
2,640
tn :
* :
** :
F0.01
5,660
4,760
3,940
tidak nyata
nyata
sangat nyata
\
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 18 MST
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,183
M0V3
0,570
0,183
2
2,93
0,537
M2V3
0,650
0,183
3
3,08
0,565
M0V4
0,650
0,183
4
3,17
0,581
M0V2
0,650
0,183
5
3,24
0,594
M2V4
0,810
0,183
6
3,29
0,603
M2V2
0,930
0,183
7
3,32
0,609
M1V3
0,930
0,183
8
3,35
0,614
M0V1
1,150
0,183
9
3,37
0,618
M1V4
1,183
0,183
10
3,39
0,622
M1V2
1,183
0,183
11
3,42
0,627
M2V1
1,280
0,183
12
3,44
0,631
M1V1
1,513
A
B
C
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,183
V3
1,073
0,183
2
2,93
0,537
V4
1,322
0,183
3
3,08
0,565
V2
1,382
0,183
4
3,17
0,581
V1
1,972
A
B
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,183
M0
1,208
0,183
2
2,93
0,537
M2
1,468
0,183
3
3,08
0,565
M1
1,924
tn
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 15.
Data Produksi pengamatan 19 MST
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
1,520
1,620
1,520
M0V2
1,280
1,150
1,280
M0V3
0,990
0,570
1,150
M0V4
1,150
1,280
0,810
M1V1
1,810
1,990
1,720
M1V2
1,620
1,720
1,400
M1V3
1,280
1,400
1,150
M1V4
1,620
1,620
1,520
M2V1
1,720
1,620
1,620
M2V2
1,520
1,400
1,400
M2V3
1,280
1,280
0,990
M2V4
1,520
1,520
1,400
Total
17,310
17,170
15,960
Rataan
1,443
1,431
1,330
Total
Rataan
4,660
3,710
2,710
3,240
5,520
4,740
3,830
4,760
4,960
4,320
3,550
4,440
50,440
1,553
1,237
0,903
1,080
1,840
1,580
1,277
1,587
1,653
1,440
1,183
1,480
1,401
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 19 MST
Mulsa
M0
M1
M2
Total
Rataan
Varietas
V1
1,553
1,840
1,653
5,047
2,523
V2
1,237
1,580
1,440
4,257
2,128
V3
0,903
1,277
1,183
3,363
1,682
Total
V4
1,080
1,587
1,480
4,147
2,073
4,773
6,283
5,757
16,813
Fh
F0.05
Rataan
1,909
2,513
2,303
2,242
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 19 MST
SK
Ulangan
M
V
MxV
Galat
Total
Keterangan
:
db
2
2
3
11
18
36
FK =
KK =
JK
0,073
2,125
1,584
9,632
5,504
18,917
0,419
1,659
KT
0,036
1,063
0,528
0,876
0,306
3,475
1,727
2,864
Ket :
%
*
tn
*
3,420
3,030
2,640
tn :
* :
** :
F0.01
5,660
4,760
3,940
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 19 MST
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,032
M0V3
0,903
0,032
2
2,93
0,093
M0V4
1,080
0,032
3
3,08
0,098
M2V3
1,183
0,032
4
3,17
0,100
M0V2
1,237
0,032
5
3,24
0,103
M1V3
1,277
0,032
6
3,29
0,104
M2V2
1,440
0,032
7
3,32
0,105
M2V4
1,480
0,032
8
3,35
0,106
M0V1
1,553
0,032
9
3,37
0,107
M1V2
1,580
0,032
10
3,39
0,107
M1V4
1,587
0,032
11
3,42
0,108
M2V1
1,653
0,032
12
3,44
0,109
M1V1
1,840
A
B
C
D
E
F
. G
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,032
V3
1,682
0,032
2
2,93
0,093
V4
2,073
0,032
3
3,08
0,098
V2
2,128
0,032
4
3,17
0,100
V1
2,523
A
B
C
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,032
M0
1,909
0,032
2
2,93
0,093
M2
2,303
0,032
3
3,08
0,098
M1
2,513
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
A
B
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 16.
Data Produksi pengamatan 20 MST
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
2,070
1,990
2,140
M0V2
1,620
1,520
1,620
M0V3
1,400
1,280
1,520
M0V4
1,810
1,720
1,810
M1V1
2,690
2,560
2,630
M1V2
2,290
2,140
2,360
M1V3
1,900
1,810
1,900
M1V4
2,430
2,290
2,430
M2V1
2,560
2,430
2,560
M2V2
2,430
2,070
2,070
M2V3
1,620
1,720
1,720
M2V4
2,220
2,070
2,140
Total
25,040
23,600
24,900
Rataan
2,087
1,967
2,075
Total
Rataan
6,200
4,760
4,200
5,340
7,880
6,790
5,610
7,150
7,550
6,570
5,060
6,430
73,540
2,067
1,587
1,400
1,780
2,627
2,263
1,870
2,383
2,517
2,190
1,687
2,143
2,043
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 20 MST
Mulsa
M0
M1
M2
Total
Rataan
Varietas
V1
2,067
2,627
2,517
7,210
3,605
V2
1,587
2,263
2,190
6,040
3,020
V3
1,400
1,870
1,687
4,957
2,478
Total
Rataan
V4
1,780
2,383
2,143
6,307
3,153
6,833
9,143
8,537
24,513
Fh
F0.05
F0.01
3,420
3,030
2,640
5,660
4,760
3,940
2,733
3,657
3,415
3,268
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 20 MST
SK
Ulangan
M
V
MxV
Galat
Total
Keterangan
:
db
2
2
3
11
18
36
FK =
KK =
JK
11,637
4,528
3,354
8,456
0,574
28,549
0,890
33,688
KT
5,819
2,264
1,118
0,769
0,032
71,010
35,073
24,113
Ket :
%
**
**
**
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 20 MST
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,083
M0V3
1,400
0,083
2
2,93
0,244
M0V2
1,587
0,083
3
3,08
0,257
M2V3
1,687
0,083
4
3,17
0,264
M0V4
1,780
0,083
5
3,24
0,270
M1V3
1,870
0,083
6
3,29
0,274
M0V1
2,067
0,083
7
3,32
0,277
M2V4
2,143
0,083
8
3,35
0,279
M2V2
2,190
0,083
9
3,37
0,281
M1V2
2,263
0,083
10
3,39
0,283
M1V4
2,383
0,083
11
3,42
0,285
M2V1
2,517
0,083
12
3,44
0,287
M1V1
2,627
0,083
A
B
C
D
E
F
G
H
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,083
V3
2,478
0,083
2
2,93
0,244
V2
3,020
0,083
3
3,08
0,257
V4
3,153
0,083
4
3,17
0,264
V1
3,605
A
B
C
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.01
0,083
0,083
2
2,93
0,083
3
3,08
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
M0
2,733
0,244
M2
3,415
0,257
M1
3,657
A
B
C
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 17.
Data Produksi pengamatan 21 MST
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
0,500
0,510
0,510
M0V2
0,450
0,460
0,450
M0V3
0,380
0,370
0,370
M0V4
0,400
0,410
0,400
M1V1
0,720
0,750
0,730
M1V2
0,600
0,620
0,600
M1V3
0,550
0,550
0,550
M1V4
0,650
0,660
0,650
M2V1
0,650
0,700
0,600
M2V2
0,600
0,620
0,530
M2V3
0,480
0,490
0,450
M2V4
0,610
0,610
0,370
Total
6,590
6,750
6,210
Rataan
0,549
0,563
0,518
Total
1,520
1,360
1,120
1,210
2,200
1,820
1,650
1,960
1,950
1,750
1,420
1,590
19,550
Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 21 MST
Perlakuan
Ulangan
Total
1
2
3
M0V1
4,250
4,090
4,090
12,430
M0V2
3,850
3,890
3,850
11,590
M0V3
3,530
3,490
3,490
10,510
M0V4
3,630
3,670
3,630
10,930
M1V1
4,870
4,970
4,900
14,740
M1V2
4,440
4,520
4,440
13,400
M1V3
4,250
4,250
4,250
12,750
M1V4
4,620
4,660
4,620
13,900
M2V1
4,620
4,800
4,440
13,860
M2V2
4,440
4,520
4,170
13,130
M2V3
3,970
4,010
3,850
11,830
M2V4
4,480
4,480
3,490
12,450
Total
50,950
51,350
49,220 151,520
Rataan
4,246
4,279
4,102
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 21 MST
Mulsa
Varietas
V2
V3
0,507
0,453
0,373
0,403
0,733
0,607
0,550
0,653
0,650
0,583
0,473
0,530
0,543
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 21 MST
Mulsa
Varietas
V1
V2
V3
V4
M0
0,507
0,453
0,373
0,403
M1
0,733
0,607
0,550
0,653
M2
0,650
0,583
0,473
0,530
Total
1,890
1,643
1,397
1,587
Rataan
0,945
0,822
0,698
0,793
V1
Rataan
Total
1,737
2,543
2,237
6,517
Rataan
0,695
1,017
0,895
0,869
Rataan
4,143
3,863
3,503
3,643
4,913
4,467
4,250
4,633
4,620
4,377
3,943
4,150
4,209
Total
Rataan
V4
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
M0
M1
M2
Total
Rataan
4,143
4,913
4,620
13,677
6,838
3,863
4,467
4,377
12,707
6,353
3,503
4,250
3,943
11,697
5,848
3,643
4,633
4,150
12,427
6,213
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 21 MST
SK
db
JK
KT
Fh
Ulangan
2
49,383
24,691
M
2
19,027
9,514
10,106
V
3
13,992
4,664
49,541
MxV
11
34,713
3,156
33,521
Galat
18
1,695
0,094
Total
36
118,810
Keterangan
Ket :
:
FK =
3,779
KK =
73,029 %
15,153
18,263
17,090
50,507
6,061
7,305
6,836
6,734
**
**
**
F0.05
F0.01
3,420
3,030
2,640
5,660
4,760
3,940
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 21 MST
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,177
M0V3
3,503
0,043
2
2,93
0,519
M0V4
3,643
0,043
3
3,08
0,546
M0V2
3,863
0,043
4
3,17
0,562
M2V3
3,943
0,043
5
3,24
0,574
M0V1
4,143
0,043
6
3,29
0,583
M2V4
4,150
0,043
7
3,32
0,588
M1V3
4,250
0,043
8
3,35
0,593
M2V2
4,377
0,043
9
3,37
0,597
M1V2
4,467
0,043
10
3,39
0,601
M2V1
4,620
0,043
11
3,42
0,606
M1V4
4,633
0,043
12
3,44
0,609
M1V1
4,913
A
B
C
D
E
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.05
LSR0.05
Perlakuan
0,177
V3
0,043
2
2,93
0,519
V4
0,043
3
3,08
0,545
V2
0,043
4
3,17
0,561
V1
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Rataan
5,848
6,213
6,353
6,838
A
B
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,177
M0
6,061
0,043
2
2,93
0,519
M2
6,836
0,043
3
3,08
0,545
M1
7,305
A
B
C
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 18.
Data Produksi pengamatan 22 MST
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
0,120
0,110
0,110
M0V2
0,090
0,085
0,090
M0V3
0,060
0,060
0,065
M0V4
0,100
0,090
0,100
M1V1
0,210
0,220
0,220
M1V2
0,150
0,160
0,150
M1V3
0,100
0,110
0,110
M1V4
0,170
0,170
0,180
M2V1
0,180
0,180
0,190
M2V2
0,120
0,140
0,110
M2V3
0,090
0,090
0,080
M2V4
0,150
0,150
0,150
Total
1,540
1,565
1,555
Rataan
0,128
0,130
0,130
Total
0,340
0,265
0,185
0,290
0,650
0,460
0,320
0,520
0,550
0,370
0,260
0,450
4,660
M0
M1
M2
Total
Rataan
V2
0,265
0,460
0,370
1,095
0,548
V3
0,185
0,320
0,260
0,765
0,383
0,113
0,088
0,062
0,097
0,217
0,153
0,107
0,173
0,183
0,123
0,087
0,150
0,129
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 22 MST
Mulsa
Varietas
V1
0,340
0,650
0,550
1,540
0,770
Rataan
V4
0,290
0,520
0,450
1,260
0,630
Transformasi Arcsin Vp Data Produksi pengamatan 22 MST
Perlakuan
Ulangan
Total
1
2
3
M0V1
1,990
1,900
1,900
5,790
M0V2
1,720
1,720
1,720
5,160
M0V3
1,400
1,400
1,520
4,320
M0V4
1,810
1,720
1,810
5,340
M1V1
2,630
2,690
2,690
8,010
M1V2
2,220
2,290
2,220
6,730
M1V3
1,810
1,900
2,220
5,930
M1V4
2,360
2,360
2,430
7,150
M2V1
2,430
2,430
2,500
7,360
M2V2
1,990
2,140
1,900
6,030
M2V3
1,720
1,720
1,620
5,060
M2V4
2,220
2,220
2,220
6,660
Total
24,300
24,490
24,750
73,540
Rataan
2,025
2,041
2,063
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 22 MST
Mulsa
Varietas
Total
1,080
1,950
1,630
4,660
Rataan
0,432
0,780
0,652
0,621
Rataan
1,930
1,720
1,440
1,780
2,670
2,243
1,977
2,383
2,453
2,010
1,687
2,220
2,043
Total
Rataan
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
M0
M1
M2
Total
Rataan
V1
1,930
2,670
2,453
7,053
3,527
V2
1,720
2,243
2,010
5,973
2,987
V3
1,440
1,977
1,687
5,103
2,552
V4
1,780
2,383
2,220
6,383
3,192
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 22 MST
SK
db
JK
KT
Fh
Ulangan
2
11,629
5,815
M
2
4,530
2,265
1,420
V
3
3,338
1,113
0,698
MxV
11
8,411
52,728
3,306
Galat
18
2,871
0,160
Total
36
30,779
Keterangan
Ket :
:
FK =
0,890
KK =
50,869 %
Lampiran 19.
Data Produksi pengamatan 23 MST
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
0,320
0,350
0,330
M0V2
0,210
0,250
0,220
M0V3
0,180
0,200
0,190
M0V4
0,195
0,220
0,200
M1V1
0,400
0,450
0,410
M1V2
0,330
0,350
0,300
M1V3
0,270
0,300
0,270
M1V4
0,300
0,360
0,280
M2V1
0,350
0,380
0,370
M2V2
0,250
0,270
0,250
M2V3
0,200
0,230
0,220
M2V4
0,230
0,280
0,230
Total
3,235
3,640
3,270
Rataan
0,270
0,303
0,273
6,870
9,273
8,370
24,513
3,268
tn
tn
tn
Total
1,000
0,680
0,570
0,615
1,260
0,980
0,840
0,940
1,100
0,770
0,650
0,740
10,145
M0
M1
M2
Total
Rataan
V2
0,227
0,327
0,257
0,810
0,405
V3
0,190
0,280
0,217
0,687
0,343
F0.05
F0.01
3,420
3,030
2,640
5,660
4,760
3,940
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Rataan
0,333
0,227
0,190
0,205
0,420
0,327
0,280
0,313
0,367
0,257
0,217
0,247
0,282
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 23 MST
Mulsa
Varietas
V1
0,333
0,420
0,367
1,120
0,560
2,748
3,709
3,348
V4
0,205
0,313
0,247
0,765
0,383
Total
0,955
1,340
1,087
3,382
Rataan
0,382
0,536
0,435
0,451
Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 23 MST
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Perlakuan
M0V1
M0V2
M0V3
M0V4
M1V1
M1V2
M1V3
M1V4
M2V1
M2V2
M2V3
M2V4
Total
Rataan
1
3,240
2,630
2,430
2,560
3,630
3,290
2,980
3,140
3,390
2,870
2,560
2,750
35,470
2,956
Ulangan
2
3,390
2,870
2,560
2,690
3,850
3,390
3,140
3,440
3,530
2,980
2,750
3,030
37,620
3,135
Total
3
3,290
2,690
2,500
2,560
3,670
3,140
2,980
3,030
3,490
2,870
2,090
2,750
35,060
2,922
Rataan
9,920
8,190
7,490
7,810
11,150
9,820
9,100
9,610
10,410
8,720
7,400
8,530
108,150
3,307
2,730
2,497
2,603
3,717
3,273
3,033
3,203
3,470
2,907
2,467
2,843
3,004
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 23 MST
Mulsa
Varietas
M0
M1
M2
Total
Rataan
V1
3,307
3,717
3,470
10,493
5,247
V2
2,730
3,273
2,907
8,910
4,455
V3
2,497
3,033
2,467
7,997
3,998
Total
V4
2,603
3,203
2,843
8,650
4,325
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 23 MST
SK
db
JK
KT
Fh
Ulangan
2
25,176
12,588
M
2
9,689
4,845
16,937
V
3
5,115
1,705
5,960
MxV
11
19,953
1,814
6,341
Galat
18
5,149
0,286
Total
36
65,082
Keterangan
Ket :
:
FK =
1,925
KK =
61,719 %
11,137
13,227
11,687
36,050
Rataan
4,455
5,291
4,675
4,807
**
**
**
F0.05
F0.01
3,420
3,030
2,640
5,660
4,760
3,940
tn :
* :
** :
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Uji Jarak Duncan Data Produksi Pengamatan 23 MST
Sy =
P
SSR0.01
LSR0.01
Perlakuan
Rataan
0,309
M2V3
2,467
2
2,93
0,905
M0V3
2,497
3
3,08
0,951
M0V4
2,603
4
3,17
0,979
M0V2
2,730
5
3,24
1,000
M2V4
2,843
6
3,29
1,016
M2V2
2,907
7
3,32
1,025
M1V3
3,033
8
3,35
1,034
M1V4
3,203
9
3,37
1,041
M1V2
3,273
10
3,39
1,047
M0V1
3,307
11
3,42
1,056
M2V1
3,470
12
3,44
1,062
M1V1
3,717
A
B
UJD Pengaruh Varietas Terhadap Produksi
Sy =
0,309 0,150 0,150 0,150
P
2
3
4
SSR0.01
2,93
3,08
3,17
LSR0.01
0,905 0,952 0,980
Perlakuan V3
V4
V2
V1
Rataan
3,998 4,325 4,455 5,247
A
B
UJD Pengaruh Mulsa Terhadap Produksi
Sy =
0,309 0,150 0,150
P
2
3
SSR0.01
2,93
3,08
LSR0.01
0,905 0,952
Perlakuan
M0
M2
M1
Rataan
4,455 4,675 5,291
A
B
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 20.
Data Produksi pengamatan 24 MST
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
M0V1
0,020
0,030
0,020
M0V2
0,010
0,010
0,000
M0V3
0,000
0,000
0,000
M0V4
0,010
0,020
0,000
M1V1
0,030
0,040
0,030
M1V2
0,000
0,020
0,000
M1V3
0,010
0,000
0,000
M1V4
0,030
0,010
0,000
M2V1
0,200
0,030
0,020
M2V2
0,010
0,020
0,000
M2V3
0,000
0,000
0,000
M2V4
0,000
0,010
0,000
Total
0,320
0,190
0,070
Rataan
0,027
0,016
0,006
Total
0,070
0,020
0,000
0,030
0,100
0,020
0,010
0,040
0,250
0,030
0,000
0,010
0,580
Rataan
0,023
0,007
0,000
0,010
0,033
0,007
0,003
0,013
0,083
0,010
0,000
0,003
0,016
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 24 MST
Mulsa
M0
M1
M2
Total
Rataan
Varietas
V1
0,023
0,033
0,083
0,140
0,070
V2
0,007
0,007
0,010
0,023
0,012
V3
0,000
0,003
0,000
0,003
0,002
Total
V4
0,030
0,040
0,010
0,080
0,040
Transformasi Arcsin Vp Data Produksi Pengamatan 24 MST
Perlakuan
Ulangan
Total
1
2
3
M0V1
0,810
0,990
0,810
2,610
M0V2
0,570
0,570
0,070
1,210
M0V3
0,070
0,070
0,070
0,210
M0V4
0,570
0,810
0,070
1,450
M1V1
0,990
1,150
0,990
3,130
M1V2
0,070
0,810
0,070
0,950
M1V3
0,570
0,070
0,070
0,710
M1V4
0,990
0,570
0,070
1,630
M2V1
0,810
0,990
0,810
2,610
M2V2
0,570
0,810
0,070
1,450
M2V3
0,070
0,070
0,070
0,210
M2V4
0,070
0,570
0,070
0,710
Total
6,160
7,480
3,240
16,880
Rataan
0,513
0,623
0,270
0,060
0,083
0,103
0,247
Rataan
0,024
0,033
0,041
0,033
Rataan
0,870
0,403
0,070
0,483
1,043
0,317
0,237
0,543
0,870
0,483
0,070
0,237
0,469
Dwikasta Rataan Produksi Pada Pengamatan 24 MST
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Mulsa
M0
M1
M2
Total
Rataan
Varietas
V1
0,870
1,043
0,870
2,783
1,392
V2
0,403
0,317
0,483
1,203
0,602
V3
0,070
0,237
0,070
0,377
0,188
Total
V4
0,483
0,543
0,237
1,263
0,632
1,827
2,140
1,660
5,627
Rataan
0,731
0,856
0,664
0,750
Analisis Sidik Ragam Pengamatan 24 MST
SK
Ulangan
M
V
MxV
Galat
Total
Keterangan
:
db
2
2
3
11
18
36
FK =
KK =
JK
0,045
0,269
0,288
0,677
0,120
1,399
0,016
6,589
KT
0,022
0,134
0,096
0,062
0,007
Fh
0,500
0,333
0,091
Ket :
%
F0.05
tn
tn
tn
3,420
3,030
2,640
tn :
* :
** :
F0.01
5,660
4,760
3,940
tidak nyata
nyata
sangat nyata
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 21
Deskripsi tanaman cabai
1. Varietas TM-999
Tinggi tanaman
: ± 110 cm
Umur berbunga
: ± 35 hari
Umur panen
: ± 90 hari
Kerapatan kanopi
: ± sangat kompak
Warna batang
: hijau dengan garis ungu tua pada ruasruas batang
Ukuran daun
: panjang : ± 7 cm, lebar : ± 3 cm
Warna daun
: hijau
Warna kelopak bunga
: hiaju muda
Warna tangkai bunga
: hijau
Warna mahkota bunga
: putih
Warna kotak sari
: ungu
Jumlah kotak sari
: 6-7
Warna kepala putik
: kuning
Jumlah helai mahkota
: 5-6
Bentuk buah
: bulat panjang dengan ujung lancip
Ukuran buah
: panjang ± 20 cm, diameter ± 0,8 cm
Permukaan kulit buah
: halus mengkilap dan lapisan kutikula
tebal dan kriting
Tebal kulit buah
: ± 0,09 cm
Warna buah muda
: hiaju muda
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Warna buah tua
: merah cerah
Berat/buah
: ± 8 gr
Rasa
: pedas
Berat/tanaman
: ± 2 kg
Hasil
: ± 25 ton/ha
Ket
: beradaptasi baik di dataran sedang dan
tinggi dengan elevasi 500-1500 m.dpl.
Sumber
: Center of Plant Variety ProtectionMinistry
of Agriculture of The Repoblic of
Indonesia
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 22
2. Varietas Hot beuty
Batang
: Batang utama berwarna coklat hiaju, berkayu, panjang
antara 20-28 cm dengan diameter 1,5 – 2,5 cm
Daun
: berwarna hijau, tulang daun menyirip dilengkapi urat
daun, helaian daun bagian bawah berwarna hijau terang,
sedangkan permukaan atasnya berwarna hijau tua
Bunga
: tanaman terus-menerus berbunga, bunga
menggantung. Panjang bunga 1-1,5 cm pada saat
diameter mencapai 2 cm . panjang tangkai bunga 1-2
cm. mahkota bunga berwarna putih dan memiliki 6
kelopak bunga
Buah
: rasa pedas, panjang buah berkisar antara 9-15 cm,
diameter 1-1,75 cm
Pertumbuhan
: merupakan cabai yang memiliki kemampuan dalam
beradaptasi dengan lingkungan tumbuh cukup tinggi.
Dapat dipanen 75-80 HST dengan interval panen 1-3
hari sekali
Produksi
: berat buah/pohon : 1,6-2 kg/tanaman
Berat/buah
Sumber
: 7,5-15 g/buah
: Nawangsih, AA., HP. Imdad dan A. Wahyuni, 1995.
Cabai Hot Beuty. Penebar Swadaya, Jakarta.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 23
3. varietas Laris
Adaptasi lingkungan
: beradaptasi baik pada dataran rendah
sampai tinggi
Kerebahan
: tanaman tegar dan tahan rebah
Kemurnian
: 99 %
Daya tumbuh
: 85 %
Tinggi tanaman
: mencapai 100-140 cm
Tipe buah
: kriting
Diameter buah
: 0,9 cm
Panjang buah
: 14,5 cm
Potensi hasil
: 0,6 – 0,8 Kg/tanaman
Warna buah
: Buah muda berwarna hijau dan matang
merah menyala kelihatan selalu segar
Umur panen
: 110-115 HST
Umur berbunga
: 60-75 HST
Ketahanan terhadap OPT
: Toleran sampai tahan
Daya simpan
: lama dan tahan transportasi jauh
Rasa
: pedas
Sumber
: cap panah merah. PT. East West
Indonesia. PO.BOX.1. Cempaka.
Purwakarta 41181 Indonesia.
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
4. Varietas Lokal (Kriting)
Batang
: Batang utama berwarna coklat hiaju, berkayu, panjang
antara 25-32 cm dengan diameter 1,5 – 3 cm
Daun
: berwarna hijau, tulang daun menyirip dilengkapi urat
daun, helaian daun bagian bawah berwarna hijau terang,
sedangkan permukaan atasnya berwarna terang.
Bunga
: tanaman terus-menerus berbunga, bunga
menggantung. Panjang bunga 1-2 cm pada saat
diameter mencapai 2 cm . panjang tangkai bunga 1-2
cm. mahkota bunga berwarna putih dan memiliki 6
kelopak bunga
Buah
: rasa pedas, panjang, kecil dan keriting. Panjang buah
berkisar antara 9-15 cm, diameter 1-1,5 cm
Pertumbuhan
: merupakan cabai yang memiliki kemampuan dalam
beradaptasi dengan lingkungan tumbuh cukup tinggi.
Dapat dipanen 75-85 HST dengan interval panen 10-13
kali
Produksi
: berat buah/pohon : 1-1,5 kg/tanaman
Berat/buah
Sumber
: 4-4,5 g/buah
: Soetrisno, 1992 dalam Santhika, 1995
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap
Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Erik Melpin Girsang : Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan
Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik, 2008.
USU Repository © 2009
Download