KETERAMPILAN BERTANYA GURU DALAM

advertisement
KETERAMPILAN BERTANYA GURU DALAM
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN FIQIH
(Penelitian kualitatif di MTS At-Taqwa 06 Bekasi)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ZULHANI RISOVI
NIM: 109011000118
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK
Zulhani Risovi (109011000118). Keterampilan Bertanya Guru dalam
Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di
Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan bertanya guru
dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. Penelitian
ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, menggunakan metode studi
kasus. Metode studi kasus pada penelitian kualitatif berarti penelitian difokuskan
pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam,
dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Adapun teknik pengumpulan
data yaitu dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Wawancara
dilakukan kepada guru pengampu mata pelajaran fiqih serta peserta didik kelas
VII-1 di MTs At-Taqwa 06 Bekasi.
Setelah penelitian dilakukan, maka penulis memperoleh hasil penelitian
berupa informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran fiqih dan aktivitas belajar
siswa di MTs At-Taqwa 06 Bekasi. Di MTs At-Taqwa, kegiatan belajar mengajar
mata pelajaran fiqih berlangsung selama 2 X 40 menit (2 jam pelajaran), dimulai
pada pukul 13.15-15.00 WIB dan jumlah siswa di kelas VII-1 sebanyak 25 siswa.
Guru pengampu mata pelajaran fiqih adalah Bapak Ahmad Suhaimi S. Ag. Pada
setiap pertemuan siswa mendapatkan materi yang kemudian pada awal
pembelajaran guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan dan pretest guna
mengetahui sejauh mana siswa mengingat pelajaran yang telah dipelajari
sebelumnya dan diakhir pembelajaran guru memberikan posttest guna mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa.
Berdasarkan pengamatan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan bertanya guru merupakan aktivitas yang paling sering dan paling
penting dilakukan dalam proses pembelajaran. Kemampuan bertanya merupakan
kemampuan utama yang harus dimiliki oleh guru karena bertanya adalah alat
untuk mengajar. Karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut
untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan
menentukan kualitas jawaban siswa. Pemberian pertanyaan akan membantu siswa
belajar secara mental dan lebih sempurna dalam menerima informasi sehingga
siswa turut aktif selama proses pembelajaran.
Kata Kunci
: Keterampilan bertanya guru dan aktivitas belajar siswa
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga dan sahabatnya.
Skripsi yang berjudul ”Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih” ini merupakan salah satu
syarat mencapai gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang dialami. Namun berkat kerja keras, do’a dan kesungguhan hati serta
dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua kesulitan
dan hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1.
Nurlena Rifai, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA Ketua
dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap dosen
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
3.
Drs. Masan AF, M.Pd. Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam
membagi
bimbingan,
waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan
petunjuk,
serta
mengarahkan
penulis
dalam
proses
mengerjakan skrpsi ini dengan sebaik-baiknya.
4.
Ubaidillah, S.Ag. Kepala sekolah MTs At-taqwa 06 Bekasi yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
yang beliau pimpin.
v
5.
Seluruh dewan guru dan staf tata usaha MTs At-taqwa 06 Bekasi yang
telah membantu penulis melaksanakan penelitian ini.
6.
Siswa-siswi MTs At-taqwa 06 Bekasi khususnya kelas VII-1 yang telah
bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
7.
Orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan
dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.
8.
Kakakku Siti Riyani S.Pd.I beserta suami & anak, aaku Sofyan Yavin
S.pd.I beserta istri & anak, terimakasih atas doa dan dukungannya selama
ini.
9.
Sirru qolby (My Sun) yang selalu setia menemani, memotivasi, serta
memberi keceriaan yang mampu menghibur hatiku dan memberikan
arahan yang tepat untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan
2009, kelas C dan Fiqih A. Terimakasih atas kebersamaan, dukungan,
bantuan dan motivasinya.
11. Sahabat-sahabat (The Finger) yang selalu menemani penulis baik suka
maupun duka.
12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta
perhatian yang luar biasa.
Tiada daya dan kekuatan melainkan milik Allah semata, segala
kekurangan dan kesalahan yang telah penulis buat dalam penyelesaian skripsi ini,
mohon di maafkan. Semoga ini semua dapat bermanfaat hingga kedepannya.
Jakarta, 13 Maret 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...............................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................
ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...............................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................
8
C. Pembatasan Masalah ................................................................
9
D. Perumusan Masalah ..................................................................
10
E. Tujuan Penelitian ......................................................................
10
F. Manfaat Penelitian ....................................................................
10
KAJIAN TEORI ..........................................................................
12
A. Keterampilan Bertanya Guru ....................................................
12
1. Pengertian Keterampilan Bertanya ......................................
12
2. Komponen Keterampilan Bertanya .....................................
14
3. Tipe dan Syarat-syarat Bertanya .........................................
16
4. Jenis-jenis Pertanyaan ..........................................................
17
5. Macam-macam Pertanyaan ..................................................
22
6. Teknik-teknik Bertanya .......................................................
23
7. Fungsi Pertanyaan ................................................................
25
8. Manfaat Mengajukan Pertanyaan ........................................
26
B. Metode Tanya Jawab ................................................................
27
1. Pengertian Metode Tanya Jawab .........................................
27
BAB II
vii
BAB III
BAB IV
2. Tujuan Metode Tanya Jawab ...............................................
30
3. Pemakaian Metode Tanya Jawab.........................................
32
4. Kebaikan dan Kelemahan Metode Tanya Jawab .................
32
C. Aktivitas Belajar .......................................................................
33
1. Pengertian Aktivitas Belajar ................................................
34
2. Prinsip-prinsip Aktivitas ......................................................
38
3. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar .....................................
39
4. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ........................................
44
D. Fiqih .........................................................................................
45
1. Pengertian Fiqih..................................................................
45
2. Dasar-dasar Fiqih................................................................
47
E. Penelitian yang Relevan ...........................................................
48
F. Kerangka Berpikir ....................................................................
49
G. Hipotesis Penelitian ..................................................................
50
METODOLOGI PENELITIAN ................................................
51
A. Metode dan Desain Penelitian ..................................................
51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
51
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
52
1. Observasi ............................................................................
53
2. Dokumentasi .......................................................................
55
3. Wawancara .........................................................................
56
D. Instrumen Penelitian .................................................................
58
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data .......................
63
F. Teknik Analisis Data ................................................................
65
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................
67
A. Deskripsi Data ..........................................................................
67
Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas
belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTS At-Taqwa 06
Bekasi .......................................................................................
viii
69
1. Pelaksaan Pembelajaran Fiqih dengan Keterampilan Bertanya
guru pada Mata Pelajaran Fiqih ...........................................
69
a. Aspek Keterampilan Bertanya Umum ............................
71
b. Komponen Keterampilan Bertanya Dasar ......................
73
c. Komponen Keterampilan Bertanya Tingkat Lanjut ........
74
2. Aktivitas belajar Fiqih Siswa ...............................................
74
3. Pembahasan Hasil Penelitian ...............................................
94
PENUTUP ....................................................................................
97
A. Kesimpulan ...............................................................................
97
B. Saran ........................................................................................
98
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
99
BAB V
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 103
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Dokumen Penelitian .....................................................................
56
Tabel 2
Pedoman Wawancara Guru Fiqih ...............................................
58
Tabel 3
Pedoman Wawancara Siswa kelas VII-1 ......................................
61
Tabel 4
Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-1 .........
79
Tabel 5
Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-2 .........
83
Tabel 6
Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-3 .........
85
Tabel 7
Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa ......................................
86
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2
Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa
Lampiran 3
Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru
Lampiran 4
Foto Wawancara dengan Guru Fiqih
Lampiran 5
Berita Wawancara Siswa
Lampiran 6
Foto Wawancara dengan Siswa Kelas VII-I
Lampiran 7
Berita Wawancara Guru
Lampiran 8
Lembar Instrumen Aktivitas Belajar Fiqih Siswa
Lampiran 9
Lembar Pengamatan (observasi) Keterampilan Bertanya Guru
dalam Kegiatan Pembelajaran
Lampiran 10 Lembar Observasi Profil Lembaga Sekolah
Lampiran 11 Foto Profil Lembaga Sekolah
Lampiran 12 Lembar Uji Referensi
Lampiran 13 Surat keterangan Observasi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan
pembangunan yang sangat penting. Dalam sejarah pertumbuhan masyarakat,
pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan
kehidupan
generasi
demi
generasi
sejalan
dengan
tuntutan
kemajuan
masyarakatnya. Sangat wajar jika kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari
seberapa besar perhatian bangsa tersebut terhadap pendidikan.
Melalui pendidikan suatu masyarakat atau bangsa akan memperoleh
kemuliaan. Kebenaran akan pernyataan ini sebenarnya sudah ditetapkan oleh
Allah SWT sebagai Sang Maha Pengatur, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an.
           
             
      
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (Q.S. al-Mujadilah: 11)1
Islam telah mewajibkan bagi setiap pengikutnya untuk menuntut ilmu
seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW:
1
Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung
Harapan), h.793.
1
2
Artinya: “Menuntut ilmu itu kewajiban atas setiap orang muslim laki-laki maupun
muslim perempuan.” (Ibnu Abdul Bari)
Adapun tujuan dari pendidikan Nasional adalah membangun bangsa dan
negara Indonesia lebih baik sebagaimana yang tertulis dalam Undang-undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.2
Penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan melalui proses pembelajaran,
dimana setiap komponen saling berhubungan satu sama lain. Pembelajaran adalah
upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan
melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.3
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan. Dalam belajar, yang terpenting adalah proses bukan hasil
yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun
orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar
belajar itu mendapatkan hasil yang baik.4 Sebagai seorang guru hendaknya juga
mampu memberikan pelayanan yang sama kepada semua siswa sehingga siswa
2
Lampiran SISDIKNAS 20 Tahun 2003, h. 3.
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2009), Cet. I, h. 131.
4
Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet. I, h.
27.
3
3
yang menjadi tanggung jawab seorang guru di kelas merasa mendapatkan
perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang sama kepada suluruh
siswa tentunya kita perlu mencari solusi dan strategi yang tepat, sehingga harapan
yang sudah dirumuskan secara matang dalam setiap rencana pembelajaran dapat
tercapai dengan baik dan sempurna.
Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak
terlihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar
tidak dapat kita saksikan, kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya
gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Misalnya, ketika seorang guru
menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun sepertinya seorang siswa
memperhatikan dengan seksama sambil mengangguk-angguk kepala itu bukan
karena ia memperhatikan materi pelajaran dan paham apa yang dikatakan guru,
akan tetapi karena ia sangat mengagumi cara guru berbicara, atau mengagumi
penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya apa yang telah disampaikan guru, ia
tidak mengerti apa-apa. Siswa yang demikian pada hakikatnya tidak belajar,
karena tidak menampakkan gejala-gejala perubahan tingkah laku. Sebaliknya,
manakala ada siswa yang seakan-akan tidak memperhatikan, misalnya ia kelihatan
mengantuk dengan menundukkan kepala dan tidak pernah memandang muka
guru, belum tentu mereka tidak sedang belajar. Mungkin saja otak dan pikirannya
sedang mencerna apa yang dikatakan guru, sehingga ketika ditanya ia bisa
menjawab semua pertanyaan dengan benar. Berdasarkan adanya perubahan
perilaku yang ditimbulkan, maka kita yakin bahwa sebenarnya ia sudah
melakukan proses belajar.5
Di kalangan psikolog terdapat keberagaman cara dalam menjelaskan dan
mendefinisikan tentang makna belajar (learning). Namun baik secara eksplisit
maupun implisit, pada akhirnya memiliki kesamaan makna. Salah satu definisi
yang nyaris disepakati bersama adalah bahwa belajar merupakan sebuah proses
perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.6
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), Cet.
V, h. 112-113.
6
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju, 2004), Cet. I, h.
122.
4
Perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan
produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena
mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong
dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill
(keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan), dan knowledge
(pengetahuan).
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku
mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan
pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap,
dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal
banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh
guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah
model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik sangat familiar dalam
dunia pembelajaran kita, namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat
bingung para pendidik. 7
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills), merupakan suatu
karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar
(teaching skills) pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat
mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal
untuk
melaksanakan
tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan
professional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya
dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan mengajar. 8
Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya mata
pelajaran fiqih selama ini secara umum tidak kunjung berubah. Pembelajaran
secara konvensional-tradisional dan monoton sehingga membosankan peserta
didik. Siswa juga dibiasakan dengan budaya diam sejak pendidikan terendah
7
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 131.
8
Ibid., h. 80.
5
sehingga mereka tidak berani mengutarakan pendapat ataupun bertanya. Hal ini
akan berdampak pada aktivitas belajar siswa. Sering sekali ditemukan siswa tidak
memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap penjelasan yang diberikan guru di
depan kelas, tidak konsentrasi, mengobrol, atau mengerjakan tugas pelajaran lain.
Rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas untuk
menumbuhkan aktivitas dan partisipasinya siswa salah satu caranya dengan
merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan berarti
menunjukkan pola pikir yang dimiliki oleh seorang siswa. Dalam dunia
pendidikan kita, siswa belum banyak terrangsang untuk mengajukan pertanyaan
dari materi yang dipelajari, karena siswa tidak terlatih dalam mengajukan
pertanyaan, siswa kurang percaya diri dengan konsep yang dimilikinya atau siswa
tidak diberi kesempatan bertanya oleh guru. Selain itu guru juga dapat
mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memancing keaktifan siswa.
Pertanyaan biasanya diajukan oleh guru pada saat awal memulai pelajaran dan
akhir pelajaran. Pertanyaan biasanya dijawab oleh anak tertentu saja, tidak semua
turut aktif dalam menjawab pertanyaan. Apabila guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya kepada guru, hanya terlihat beberapa siswa saja yang
aktif mengajukan pertanyaan.
Dalam proses pembelajaran strategi yang ditetapkan oleh guru di kelas
hendaknya memperhatikan keaktifan siswa dalam belajar. Siswa diharapkan tidak
belajar hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan sekitarnya,
misalnya dari teman, orang tua ataupun media. Siswa dapat memperoleh ilmu
pengetahuan dimana pun berada. Siswa yang aktif mempunyai peluang yang besar
untuk keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif dan hanya
menerima saja.
Di dalam kegiatan belajar mengajar guru memegang peran penting dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru diharapkan
dapat mengelola kelas dengan baik dan menyuguhkan pembelajaran yang
menyenangkan. Sayangnya sebagian besar guru hanya menggunakan metode
ceramah saja, dan jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
dan menanggapi pelajaran secara leluasa. Akibatnya peserta didik merasa jenuh
6
dalam belajar bahkan sebagian peserta didik tidak memperhatikan pelajaran ketika
guru sedang menjelaskan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Mereka
bercanda dan mengobrol dengan teman sebangkunya bahkan ada diantara mereka
yang asyik bermain dengan mainannya, seperti menggambar, gangsing, dan
sebagainya.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup
kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan
menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang
sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan
bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan
menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta
mengajar kelompok kecil dan perorangan. Keutuhan delapan keterampilan
mengajar tersebut di atas merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.
Setiap keterampilan mengajar memilki komponen dan prinsip-prinsip
dasar tersendiri. Termasuk keterampilan teknik bertanya guru atau keterampilan
bertanya siswa akan berpengaruh terhadap kesegaran proses pembelajaran. Oleh
karenanya siswa harus menguasai keterampilan bertanya yang mampu menggugah
motivasi untuk belajar, mengembangkan ide dan gagasan yang dimiliknya.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”.
Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berpikir siswa, bagi siswa kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali
informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.9
Kita semua belajar dari pertanyaan-pertanyaan yang kita tanyakan dan dari
pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada kita. Kita punya pertanyaan yang
ingin ada jawabannya, kita punya pertanyaan yang terkadang takut untuk
ditanyakan, dan terkadang orang menanyakan sesuatu kepada kita yang kita tidak
9
Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya, 2011), Cet. I, h. 85.
7
tahu jawabannya. Mungkin ada banyak pertanyaan yang kita harapkan tidak akan
ditanyakan orang kepada kita, dan ada pertanyaan-pertanyaan yang kita tahu tidak
boleh kita tanyakan kepada orang lain tapi tetap kita tanyakan karena manusia
pada dasarnya inginnya selalu tahu. Orang bertanya untuk mendapatkan
informasi, untuk meningkatkan pemahaman, dan bahkan untuk menarik perhatian.
Sebagian pertanyaan yang ditanyakan mengagetkan, dan sebagian jelas
pertanyaan ada yang salah. Terkadang guru terlalu memperhatikan jawaban
sehingga mereka melewatkan pentingnya pertanyaan, menanyakan pertanyaan
yang benar dan mendengarkan serta mempelajari pertanyaan yang ditanyakan para
siswa mereka. 10
Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa, untuk mendorong
siswa berpikir, dan untuk menyusun serta mengarahkan pembelajaran. Pertanyaan
digunakan oleh guru sebagai alat diagnosa dalam menentukan tingkat pengajaran
yang diperlukan siswa untuk memulai pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan
untuk mengatur tingkah laku siswa atau pengaturan kelas biasanya dimaksudkan
untuk membantu siswa mengingat aturan-aturan, sementara sebagian pertanyaan
memungkinkan siswa untuk mengekspresikan perasaan serta pendapat mereka
sendiri. Pertanyaan merupakan metode yang utama untuk mengetahui pemahaman
siswa. Pertanyaan bisa diberikan dalam suatu rangkaian cepat untuk membahas
ulang isi pelajaran atau digunakan sebagai evaluasi akhir dari pembelajaran siswa.
Mempelajari seni bertanya pertanyaan yang tepat di waktu yang tepat dan dengan
cara yang tepat bisa merupakan salah satu dari aspek-aspek mengajar yang paling
menantang.11
Alasan penulis mengambil pembelajaran fiqih karena pembelajaran fiqih
di Madrasah Tsanawiyah diarahkan untuk mengantarkan siswa dapat memahami
pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan
dalam kehidupan sehingga menjadi seorang muslim yang selalu taat menjalankan
syariat Islam secara kaffah (sempurna).
10
Gene E. Hall, Linda F. Quinn, Donna M. Gollnick, Mengajar dengan Senang, (Jakarta:
PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), Cet. I, h. 369.
11
Ibid,, h. 370.
8
Dalam pembelajaran fiqih di kelas VII sering kali siswa kurang
memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga siswa apabila
diberi kesempatan untuk bertanya oleh gurunya hanya diam saja, ketika diberikan
tugas tidak dapat menjawabnya. Hal ini disebabkan karena siswa kurang
memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
Kurangnya minat siswa untuk bertanya biasanya karena mereka malu dan
takut kalau pertanyaannya kurang enak untuk didengar, walaupun mereka
mungkin mempunyai pertanyaan yang sangat penting. Ada kesan yang penting
bagi mereka lulus tes. Padahal keberanian dan kemampuan bertanya sangat
penting. Tanpa adanya suatu pertanyaan dalam pembelajaran maka dapat
dikatakan proses pembelajaran tersebut tidak berhasil karena tidak membuat siswa
aktif.
Guru hendaknya tidak menganggap remeh mengenai teknik bertanya
dalam proses pembelajaran. Guru perlu menyadari bahwa pertanyaan berkualitas
dan berwibawa yang dilontarkan oleh guru kepada siswa atau siswa yang bertanya
kepada guru dapat menuntut proses pembelajaran itu berwibawa dan membuat
peserta didik menjadi lebih aktif di kelas. Peserta didik merasa nyaman, aman dan
tentram sehingga menjadi lebih terarah dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung tersebut.
Dari latar belakang tersebut di atas penulis dalam penelitian ini mengambil
judul “Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa 06
Bekasi”
B. Identifikasi Masalah
Efektif atau tidaknya suatu metode dapat dilihat dari tiga sudut pandang,
yaitu tahap perencanaan dan pemilihan metode, penggunaan atau proses di kelas
Proses Belajar Mengajar (PBM) meliputi penyampaian materi dan perhatian siswa
serta evaluasi (mengukur keberhasilan metode yang telah digunakan dengan
melihat prestasi siswa).
9
Dari uraian yang dipaparkan, ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi di antaranya adalah:
1. Kurangnya perhatian siswa selama proses pembelajaran.
2. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
3. Pada saat pelajaran berlangsung, ada beberapa siswa yang mengobrol, main
hand phone dan melakukan aktivitas lain yang tidak ada hubungannnya
dengan pembelajaran fiqih.
4. Kurangnya siswa dalam memberikan respon terhadap metode pembelajaran
yang diterapkan oleh guru fiqih.
5. Siswa cenderung tidak aktif dan kurang berani bertanya dalam mengikuti
proses pembelajaran fiqih.
6. Masih rendahnya siswa yang bertanya selama proses pembelajaran yang
menyebabkan masih rendahnya keterampilan bertanya siswa karena siswa
tidak terlatih untuk bertanya.
7. Guru kurang terampil dalam melontarkan pertanyaan kepada siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas,
penggunaan keterampilan bertanya sering digunakan ketika proses belajar
mengajar berlangsung dan dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Agar
penulisan skripsi ini lebih terarah dan lebih jelas pembahasannya, maka penulis
membatasi masalah sebagai berikut:
1. Keterampilan guru yang diteliti pada penelitian ini adalah keterampilan
bertanya, yaitu teknik keterampilan bertanya di kelas pada materi yang telah
diajarkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan
lebih terarah yang membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Adapun
keterampilan bertanya pada penelitian ini dibatasi melalui metode tanya
jawab.
2. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar
siswa yang dilakukan di dalam kelas atau selama proses pembelajaran
berlangsung (seperti;
bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan
10
pendapat, diskusi, menanggapi pertanyaan, mencatat penjelasan guru,
mengerjakan tugas, dan berani atau bersemangat).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka pokok permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan keterampilan bertanya
dalam mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas VII di MTS At-Taqwa 06 Bekasi.
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas VII dengan keterampilan bertanya
pada mata pelajaran Fiqih di MTS at-taqwa 06 Bekasi.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana guru mendeskripsikan tekhnik keterampilan
bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS at-Taqwa 06
Bekasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
keterampilan bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS atTaqwa 06 bekasi.
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian memiliki tujuan dan manfaat baik bagi penulis sebagai
mahasiswa maupun lembaga pendidikan, berdasarkan tujuan penelitian yang telah
disebutkan, maka penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Bagi penulis adalah dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan sebagai
salah satu syarat dalam menyelasaikan studi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan
11
khususnya pengetahuan tentang penggunaan keterampilan bertanya serta
pengaruhnya dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa.
2. Bagi siswa adalah sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar,
mengembangkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran fiqih untuk
mencapai prestasi yang lebih baik, meningkatkan pemahaman siswa, siswa
ikut berperan aktif di dalam kelas, dan dapat memberikan arahan bimbingan
kepada siswa pada proses pembelajaran di kelas dalam merespon pertanyaan
serta menguasai konsep-konsep ilmu yang diajarkan.
3. Bagi guru adalah sebagai khasanah ilmu pengetahuan guru dalam penerapan
keterampilan bertanya dan sebagai upaya memperkaya model pembelajaran
sehingga mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII
pada mata pelajaran Fiqih.
4. Bagi sekolah adalah hasil penelitian ini diharapkan daapat digunakan sebagai
upaya untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran serta dapat
mengetahui
penggunaan
keterampilan
meningkatkan aktivitas belajar Fiqih siswa.
bertanya
yang
efektif
dalam
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Bertanya Guru
1. Pengertian Keterampilan Bertanya
Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para
pendengarnya, khususnya menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian
dan perlu dipertanyakan.1 Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam
mengajukan pertanyaan. Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi:103
     
Artinya: “Katakanlah, apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orangorang yang paling merugi perbuatannya?"2
Pertanyaan ini pasti menraik orang-orang yang mendengarnya untuk
segera mengetahui tentang orang-orang yang rugi dalam pekerjaan mereka.
Kemudian Allah SWT baru menjelaskannya dalam Q.S Al-Kahfi:104
          
Artinya: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan
dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya.”3
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertanya berasal dari tanya
yang berarti meminta diberikan keterangan penjelasan dan sebagainya. Sedangkan
1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. I,
h. 235.
2
Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung
Harapan), h. 417.
3
Ibid, h. 417.
12
13
keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti kemampuan dalam
menyelesaikan tugas dan cekatan.4
Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para
pendengarnya, khususnya menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian
dan perlu dipertanyakan.5
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”.
Keterampilan bertanya adalah ucapan herbal yang meminta respon dari seseorang
yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan
hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus
efektif yang mendorong kemampuan berfikir.6
Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir setiap tahap
pembelajaran dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan
yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.
Menurut Syaiful Bahri Dzamarah, dalam bukunya yang berjudul “Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif”, menjelaskan tujuan keterampilan
bertanya antara lain:
a. Untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap topik
b. Memfokuskan perhatian pada suatu konsep masalah tertentu
c. Mengembangkan belajar secara aktif
d. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
e. Mengembangkan kemampuan berfikir siswa.7
Menurut Moh. User Usman memberikan dasar-dasar pertanyaan yang
baik yang harus diperhatikan, diantaranya:
a. Jelas dan mudah untuk dimengerti.
b. Diberikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
d. Membagi pertanyaan secara merata.
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya, PT. Apollo,1997).
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT
Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 284.
6
J.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet.
XI., h. 62.
7
Syaiful Bahri Dzamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaaksi Edukatif, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2000), Cet. I, h. 107.
5
14
e. Memberikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul
keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya.
f. Menuntun siswa agar dapat menemukan jawaban yang benar.8
g. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum
menjawab pertanyaan.9
Menurut Rusman Prinsip-prinsip pokok keterampilan bertanya yang harus
diperhatikan guru antara lain:
a.
b.
c.
d.
Berikan pertanyaan secara hangat dan antusias kepada siswa di kelas.
Berikan waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan.
Berikan kesempatan kepada yang bersedia menjawab terlebih dahulu.
Tunjuk peserta didik untuk menjawab setelah diberikan waktu untuk
berpikir.
e. Berikan penghargaan atas jawaban yang diberikan.10
2. Komponen Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi keterampilan
bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.
a. Keterampilan Dasar
Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan dasar
bertanya meliputi:
1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.
2) Pemberian acuan: supaya siswa dapat menjawab dengan tepat, dalam
mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi-informasi
yang menjadi acuan pertanyaan.
3) Pemusatan ke arah jawaban yang diminta: pemusatan dapat dikerjakan
dengan cara memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang
kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.
4) Pemindahan giliran menjawab; pemindahan giliran menjawab dapat
dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab
pertanyaan yang sama.
8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya 2006),
cet. XI, h. 75.
9
Rusman, Model-Model Pembelajaran Menegmbangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 82.
10
Ibid, h. 83-84.
15
5) Penyebaran
pertanyaan:
untuk
maksud
tertentu
guru
dapat
melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, kepada siswa tertentu, atau
menyebarkan respons siswa kepada siswa yang lain.
6) Pemberian waktu berpikir: dalam mengajukan pertanyaan guru harus
berdiam diri sesaat sebelum menunjuk siswa merespons pertanyaan.
7) Pemberian tuntunan: bagi siswa yang mengalami kesukaran dalam
menjawab pertanyaan, strategi pemberian tuntunan perlu dikerjakan.
Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan dengan bentuk atau
cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, atau
mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.11
b. Keterampilan Lanjutan
Komponen-komponen yang termasuk ke dalam keterampilan bertanya
lanjut adalah:
1) Pengubahan
tuntutan
tingkat
kognitif
pertanyaan;
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa diperlukan pengubahan
tuntutan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi).
2) Urutan pertanyaan: pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai
urutan yang logis.
3) Melacak: untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang
berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak
perlu dipunyai oleh guru. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta
siswa untuk memberikan penjelasan tentang jawabannya, memberikan
alasan, memberikan contoh yang relevan, dan sebagainya.
4) Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antar siswa.12
11
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet.
XI, h. 62.
12
XI, h. 63.
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet.
16
3. Tipe dan Syarat-syarat Bertanya
Adapun tipe dan bentuk pertanyaan sangat beragam, penggunaan dalam
bentuk setiap pertanyaan bergantung pada tujuan yang diharapkan, tipe
pertanyaan yaitu:
a. Pertanyaan
yang
menuntut
fakta-fakta,
yaitu
pertanyaan
untuk
mengembangkan atau melatih daya ingat siswa terhadap sesuatu yang
pernah dipelajarinya.
b. Pertanyaan yang menuntut kemampuan yang membandingkan, yaitu
pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya pikir analisis dan
sintesis.
c. Pertanyaan yang menuntut kemampuan memperkirakan, yaitu pertanyaan
untuk mengembangkan atau melatih kemampuan atau membuat perkiraanperkiraan.
d. Pertanyaan yang menuntut kemampuan analisis, yaitu pertanyaan
mengembangkan dan melatih kemampuan daya analisis.
e. Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian, yaitu pertanyaan untuk
mengembangkan atau melatih kemampuan berfikir secara teratur.
f. Pertanyaan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya, yaitu pertanyaan
untuk memberikan penegasan dan meyakinkan tentang sesuatu kepada
siswa, pertanyaan ini digolongkan dengan pertanyaan retorika yang tidak
perlu mendapat jawabannya.
Syarat pertanyaan yang harus diperhatikan agar pertanyaan yang diajukan
kepada siswa mendapat respon yang baik adalah:
a. Pertanyaan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat atau bahasa
yang mudah ditangkap oleh pihak yang ditanya (siswa).
b. Pertanyaan diajukan secara klasikal, berikan waktu untuk berpikir
kemudian baru diajukan salah seorang yang diminta untuk menjawabnya.
c. Beri kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk
mendapatkan pertanyaan.
17
d. Penunjukkan siswa yang diminta jawaban tidak dilakukan secara berurutan
atau sistematis, akan tetapi harus diusahakan secara acak agar setiap siswa
memusatkan perhatian dan memiliki kesiapan untuk menjawabnya.
4. Jenis-jenis Pertanyaan
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting
sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat
akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik dibagi menjadi dua jenis,
yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom.
Pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari: pertanyaan permintaan (compliance
question), pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau
menuntun (prompting question), dan pertanyaan menggali (probing question),
sedangkan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan
(recall question atau knowledge question), pemahaman (conprehention question),
pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sinestis (synthesis
question), dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).13
Dan jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya pertanyaan.
a. Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya
1) Pertanyaan permintaan (Compliance question), pertanyaan yang
mengharapkan agar orang lain mematuhi perintah yang diucapkan
dalam bentuk pertanyaan.
Contoh: Dapatkah Anda tenang agar suara saya dapat didengar oleh
seluruh kelas?
2) Pertanyaan Retorik (rhetorical question)
Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab
sendiri oleh guru karena merupakan teknik penyampaian informasi
kepada siswa.
Contoh:
Guru: “apakah yang dimaksud dengan mengajar?
13
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT
Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 286.
18
Mengajar adalah. . . . . . . “
3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question)
Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam
proses berpikir.
Contoh:
Guru: “Minggu yang lalu kita telah membicarakan macam-macam
strategi belajar-mengajar. Coba, Halim, manakah yang lebih
tinggi
derajat
CBSA-annya,
strategi
eksporsitorik
atau
heuristik?”
Halim: Diam (sedang berpikir)
Guru: “silahkan tinjau dulu dasar pengklasifikasian SBM. Nah. . . . .
bagaimana. . . . . Halim?”
4) Pertanyaan menggali (probing question)
Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih
mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.
Contoh:
Guru: “Setelah kemarin kita bersama-sama meninjau Bendungan
Karangkates, bagaimana pendapatmu tentang bendungan
tersebut, Amin?”
Amin: “sangat menarik, Pak.”
Guru: “faktor apa yang menarik?”
Dan seterusnya.14
b. Jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question)
Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan
atau ingatan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. Kata-kata
yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan ini
biasanya: apa, di mana, kapan, siapa, sebutkan.
14
XI, h. 15.
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet
19
Contoh:
-
Apa nama ibu kota Argentina?
-
Siapa presiden Republik Indonesia yang ke-2?
-
Di mana Raden Ajeng Kartini dilahirkan?
2) Pertanyaan pemahaman (comprehension question)
Pertanyaan ini menurut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan
jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah diterimanya
dengan kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan atau membaca
informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan
membandingkan atau membeda-bedakan.
Contoh:
-
Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, apakah manfaat dari
pariwisata?
-
Informasi apa yang dapat kita peroleh dari kurva semacam ini?
3) Pertanyaan penerapan (application question)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal
dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan,
kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya.
Contoh:
-
Berdasarkan batasan yang telah diutarakan tadi, maka persamaan
mana yang memenuhi syarat?
-
Berdasarkan kriteria yang ada, maka organisme mana yang
termasuk protozoa?
4) Pertanyaan analisis (analysis question)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan
cara:
-
Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan.
-
Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu
kesimpulan atau generalisasi.
-
Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau
membuat generalisasi dari atau berdasarkan informasi yang ada.
20
Contoh:
-
Identifikasi motif:
Mengapa paruh burung gagak dan kutilang tidak sama bentuknya?
-
Menganalisa kesimpulan generalisasi:
Kenakalan remaja di kota-kota besar dikatakan meningkat.
Dapatkah saudara menunjukkan bukti-buktinya;
-
Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada:
Setelah kita mempelajari Perang Diponegoro, Paderi, dan
Trunojoyo, maka kesimpulan apa yang dapat kita buat tentang latar
belakang, motif, serta sebab-musababnya?
5) Pertanyaan sintesis (synthesis question)
Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak tunggal,
melainkan
lebih
dari
satu
dan
menghendaki
siswa
untuk
mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis
menuntut siswa untuk:
-
Membuat ramalan atau prediksi:
Apa yang terjadi bila tanaman disiram larutan asam cuka?
-
Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya:
Bayangkan seolah-olah Anda di tengah-tengah gerombolan
serigala yang sedang kelaparan. Reaksi apakah gerangan yang
Anda tampilan untuk mengatasinya;
-
Mencari komunikasi:
Susunlah suatu karangan pendek yang menggambarkan nilai serta
perasaan anda!
6) Pertanyaan evaluasi (evaluation question)
Pertanyaan semacam ini menghendaki ssiwa untuk menjawabnya
dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu
issue yang ditampilkan.
Contoh:
21
-
Menurut pendapat Anda, mana yang lebih baik atau tepat dan
murah dalam pemerataan kesempatan belajar, SD Inpres atau
sekolah terbuka? 15
c. Jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya sasaran
1) Pertanyaan sempit (narrow question)
Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tertutup, dan biasanya
kunci jawabannya telah tersedia.
a) Pertanyaan sempit informasi langsung:
Pertanyaan semacam ini menuntut siswa untuk menghafal atau
mengingat informasi yang ada.
Contoh:
-
Berapa derajat celcius temperatur tubuh manusia yang sehat?
b) Pertanyaan sempit memusat:
Pertanyaan ini menurut murid agar mengembangkan ide atau
jawabannya dengan cara menuntunnya menilai petunjuk tertentu.
Contoh:
-
Dengan cara bagaimana agar konsep gotong-royong dapat
dengan mudah dimengerti oleh siswa?
2) Pertanyaan luas (broad question)
Ciri pertanyaan ini jawabannya mungkin lebih dari satu sebab
pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik sehingga
masih diharapkan hasil yang terbuka.
a) Pertanyaan luas terbuka (open-ended question):
Pertanyaan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencari jawabannya menurut cara dan gayanya masing-masing.
Contoh:
-
Bagaimana caranya menanggulangi peningkatan kejahatan di
kota ini?
15
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet
XI, h.16-18.
22
b) Pertanyaan luas menilai (evaluating question):
Pertanyaan ini meminta siswa untuk mengadakan penelitian
terhadap aspek kognitif maupun sikap. Pertanyaan ini lebih efektif
bila guru menghendaki siswa untuk:
-
Merumuskan pendapat,
-
Menentukan sikap,
-
Tukar-menukar pendapat terhadap suatu issue.
Contoh:
-
Bagaimana pendapatmu tentang film yang diputar tadi?
-
Mengapa kamu katakan pada waktu pagi lebih baik berjalanjalan daripada melamun?
-
Bagaimana pendapatmu tentang . . . . .
masyarakat).
(suatu issue di
16
5. Macam-Macam Pertanyaan
Macam-macam pertanyaan menurut Ramayulis, “Metodologi Pendidikan
Agama Islam” dibagi menjadi 2: pertanyaan dilihat dari waktu penyampaiannya
dan dilihat dari sasarannya yaitu pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran:
a. Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dibagi menjadi tiga:
1) Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang
dimaksud untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan
pengetahuan yang baru, merangsang minat belajar untuk menerima
pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.
2) Pertanyaan di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian
pelajaran dan menarik sebagian fakta baru.
3) Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang dimaksudkan
untuk mengulang, atau menyimpulkan materi pembelajaran.17
16
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet
XI, h. 18-19.
17
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
IV, h. 306-307.
23
b. Dilihat dari sasarannya, pertanyaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu pertanyan ingatan dan pertanyaan pikiran:
1) Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana pengetahuan sudah dikuasai oleh siswa. Kata tanya yang
digunakan ialah: apa, siapa, dimana, bilamana (kapan), dan berapa.
2) Pertanyaan
pikiran
dimaksudkan
untuk
mengetahui
sampai
sejauhmana cara berpikir siswa dalam menanggapi suatu persoalan.
Kata tanya yang digunakan ialah: mengapa dan bagaimana.18
6. Teknik-teknik Bertanya
Suatu pertanyaan yang baik ditinjau dari segi isinya, tetapi cara
mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapai tujuan yang
dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik dari pertanyaan harus pula dipakai dan
dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses
belajar-mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan
pertanyaan antara lain:
a. Kejelasan dan kaitan pertanyaan
Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak kaitannya
antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain. Hindari kebiasaankebiasaan yang tidak bagus dalam bertanya.
b. Kecepatan dan selang waktu
Usahakan menyampaikan pertanyaan dengan jelas serta tidak tergesa-gesa.
Begitu pertanyaan selesai diucapkan, berhentilah sejenak untuk memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpikir; sementara itu, sambil memonitor
kelas, apakah sudah ada yang siap menjawab.
c. Arah dan distribusi penunjukkan
Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. Sesudah diberi
kesempatan berpikir, barulah menunjuk seseorang untuk menjawabnya.
Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara merata ke seluruh
kelas.
18
ibid.
24
d. Teknik reinforcement
Dimaksudkan untuk menimbulkan sikap yang positif pada siswa serta
meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang lebih baik.
e. Teknik menuntun dan menggali (prompting and probing)19
Menurut Ramayulis, “Metodologi Pendidikan Agama Islam”, Dilihat dari
segi pertanyaan teknik pertanyaan dapat dibedakan:
a. The Mixed Strategy, yakni mengkombinasikan berbagai tipe dan jenis
pertanyaan.
b. The Speaks Strategy, yakni mengajukan pertanyaan yang saling bertalian
satu sama lain.
c. The Plateaus Strategy, yakni mengajukan pertanyaan yang sama jenisnya
terhadap sejumlah peserta didik sebelum beralih kepada jenis pertanyaan
yang lain.
d. The inductive Strategy, yakni dengan berbagai pertanyaan peserta didik
didorong untuk dapat menarik generalisasi dari hal-hal khusus kepada halhal yang umum atau dari berbagai fakta menuju hukum-hukum.
e. The Deductive Strategy, yakni dari suatu generalisasi yang dijadikan
sebagai titik tolak, peserta didik diharapkan dapat menyatakan
pendapatnya tentang berbagai kasus atau data yang ditanyakan.20
Dengan berbagai variasi dan jenis teknik pertanyaan tersebut diharapkan
proses belajar-mengajar menjadi hidup dan menarik bagi anak. Di sisi lain guru
hendaknya selalu berusaha memberikan kesempatan dan dorongan kepada
siswanya untuk mengajukan pertanyaan.
19
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet
XI, h. 19-20.
20
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
IV, h. 308.
25
7. Fungsi Pertanyaan
Fungsi pertanyaan di dalam kegiatan pembelajaran menurut Turney (1979)
mendefinisikan 12 fungsi pertanyaan seperti:
a. Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik.
b. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
c. Menggalakkan penerapan belajar aktif.
d. Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
e. Menstruktur tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara
maksimal.
f. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
g. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat
secara aktif dalam pembelajaran.
h. Menyediakan
kesempatan
bagi
siswa
untuk
mendemonstrasikan
pemahamannya tentang informasi yang diberikan.
i. Melibatkan
siswa
dalam
memanfaatkan
kesimpulan
yang
dapat
pertanyaan
teman
atau
mendorong mengembangkan proses berpikir.
j. Mengembangkan
kebiasaan
menanggapi
pertanyaan guru.
k. Memberi kesempatan untuk belajar diskusi.
l. Menyatakan perasaan dan pikiran yang murni bagi siswa.21
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk:
a. Kegiatan guru yang mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berpikir siswa.
b. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang
berbasis inquiry.
c. Mengecek pemahaman siswa.
d. Membangkitkan respons pada siswa.
21
h. 236.
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. I,
26
e. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
f. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.22
Hampir pada semua aktivitas belajar, dapat menerapkan questioning
(bertanya) antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa
dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya
juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika
menemukan kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga
ditemukan pembahasan dalam bahan bacaan siswa. Dengan ide pokok ini akan
memudahkan mereka memberi keseluruhan ide yang ada.23
8. Manfaat Mengajukan Pertanyaan
Proses pembelajaran memungkinkan untuk dapat mengembangkan
kebebasan mengeluarkan aspirasi, berupa pertanyaan atau jawaban, baik siswa
maupun guru, bahkan menguji suatu ide atau teori maupun praktek
penyelenggaraannya, sesuai dengan fakta atau penalaran. Hal ini dapat
memungkinkan terbentuknya sikap ilmiah. Pertanyaan dapat merangsang
timbulnya kegiatan belajar. Berikut ini adalah merupakan manfaat mengajukan
pertanyaan:
a. Memperluas wawasan berfikir. Jika seseorang selalu menerima suatu ide
atau teori tanpa mempertanyakan, maka pengetahuannya terbatas pada apa
yang diterima semata-mata. Tetapi jika bertanya dan mempertanyakan
tentang hal itu, akan mendapat penjelasan lebih luas, dihubungkan dengan
ide atau teori lain. Selanjutnya, memungkinkan siswa yang bersangkutan
dapat mengasosiasikan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan ide
atau teori yang sedang dibahas.
b. Mengundang reinforcement (penguatan). Pada umumnya seorang siswa
merasa puas, jika ia mengetahui bahwa jawaban yang dikemukakan untuk
22
Sudarmaji Lamiran, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi
Pustaka, 2011), Cet. I, h. 85.
23
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), Cet. IV, h. 115-116.
27
menjawab pertanyaan guru disetujui, atau pertanyaan yang diajukan
relevan dan dapat mengundang pembahasan lebih lanjut. Guru sepatutnya
menunjukkan sikap setuju itu dengan ucapan, anggukan atau kerlingan
mata (tindakan bersifat gestural). Hal ini dapat dirasakan sebagai suatu
hadiah (reward) yang dapat menguatkan pemahaman siswa yang
bersangkutan terhadap materi pembelajaran yang dibahas.
c. Memberi motivasi atau mendorong siswa untuk belajar lebih jauh. Dengan
mengajukan pertanyaan, mendorong siswa untuk selalu bersikap tidak
menerima suatu pendapat, ide atau teori secara mentah. Ini dapat
mendorong sikap selalu ingin mengetahui dan mendalami (curiosity)
berbagai teori, dan dapat mendorong untuk belajar lebih jauh.24
B. Metode Tanya Jawab
1. Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui
interaksi dua arah dari guru kepada siswa dan dari siswa kepada guru agar
diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru dan siswa.25
Metode tanya jawab merupakan suatu cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari penyaji kepada peserta, tetapi dapat
pula dari peserta kepada penyaji.26
Penyampaian agama yang dilakukan Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW juga menggunakan metode pembelajaran dialog dan tanya
jawab yang terjadi sewaktu Nabi Muhammad didatangi oleh Malaikat Jibril
menjelma seperti seorang laki-laki yang berpakaian putih dan berambut hitam
muncul dihadapan Nabi. Namun para sahabat yang duduk bersama Rasulullah
tidak ada yang tahu dari mana munculnya seorang putih tersebut, tiba-tiba
dihadapan Beliau.
24
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),
h. 58-59.
25
Masitoh dan Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. I, h. 160.
26
Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru,
(Bandung : Yrama Widya, 2013), Cet I, h. 6.
‫‪28‬‬
‫هلل‬
‫ضٍَ اهللُ عَ ُْٔ قَاهَ‪ :‬بََََُْْا َّحُِْ عِ ْذَ سَسُىْهِ اهللِ صَيًَ ا ُ‬
‫عَِْ عََُشَ بُِْ اىْخَّطَابِ سَ ِ‬
‫جوٌ شَذَِْذُ بََُاضِ اىّثَُِابِ شَذَِْذُ سَىَادِ اىّشَعْشِ‪ ,‬ىَا‬
‫عَئَُِْ وَسَيٌََ رَاثَ َىٍٍْاِرْ طَيَعَ عَيََُْْا سَ ُ‬
‫َُشَي عَئَُِْ أَثْشُ اىّسَفَشِ‪ ,‬وَىَا َعْشِفُُٔ ٍَِْا أَحَذٌ حَخًَ جََيسَ اِىًَ اىَْ ِبٍِ صَيًَ اهللُ عَئَُِْ وَسَيٌََ‬
‫فَأَسَْْذَ سُمْبَخَُِْٔ اِىًَ سُمْبَخَُِْٔ‪ ,‬وَوَضَعَ مَفَُِْٔ عَيًَ فَخِزََِْٔ وَقَاهَ‪ََ :‬ا ٍُحَََذُ أَخْبِشٍِّْ عَِِ‬
‫اىْاِسْيَاًِ‪,‬‬
‫فَقَاهَ سَسُ ْىهُ اهللُ صَيًَ اهللُ عَئَُِْ وَسَيٌََ‪ :‬اَىْاِسْيَاًُ أََُ حَّشْهَذَ أَُْ ىَا اِىََٔ اِىَا اهللِ وَأََُ ٍُحَََذًا‬
‫سَسُىْهُ اهللِ‪ ,‬وَحُقٌَُِْ اىّصَيَاةَ‪ ,‬وَحُؤْحٍَِ اىّزَمَاةَ‪ ,‬وَحَّصُىْ ًَ سٍََضَاَُ‪ ,‬وَحَحُّجَ اىْبَُْجَ اُِِ‬
‫اسْخَّطَعْجَ اِىَُِْٔ سَبُِْيًا قَاهَ صَذَقْتَ قَاهَ فَعَجِبَْْا ىَُٔ َّسْأَىُ ُٔ وََُّصَذِقُُٔ قَاهَ‪ :‬فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِِ‬
‫اىْاَََِْاُِ قَاهَ‪ :‬أَُْ حُؤٍَِِْ بِااهللِ‪ ,‬وٍََيَائِنَخِِٔ‪ ,‬وَمُخُبِِٔ‪ ,‬وَسُسُىْىِِٔ‪ ,‬وَاىَُْىًَْ اىْأَخِشِ‪ ,‬وَحُؤٍَِِْ‬
‫بِاىْقَذَسِخَُْشِِٓ وَشَشِِٓ قَاهَ صَذَقْجَ قَاهَ فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِِ اىْاِحّْسَاُِ قَاهَ‪ :‬أَُْ حَعْبُذَ اهللِ مَأََّلَ‬
‫حَشَآُ‪ ,‬فَأُِْ ىٌَْ حَنُِْ حَشَآُ فَأَُِّ َشَآُ َشَاكَ قَاهَ‪ :‬فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِِ اىّسَاعَتِقَاهَ‪ٍَ :‬ااىََّْسْؤُوْهُ‬
‫عَ ْهَا بِأَعْيٌََ ٍَِِ اىّسَا ِئوِ قَاهَ‪ :‬فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِْ أٍََاسَاحِهَا قَاهَ‪ :‬أَُْ حَيِذَ اىْأٍََتُ سَبَخَهَا‪ ,‬وَاَُْ‬
‫حَشَي اىْحُفَاةَ اىْعُشَاةَ اىْعَاىَت َسِعَاءَ اىّشَاءَ َخَّطَاوَىُىَُْ فٍِ اىْبُ َُْاُِ ثٌَُ اّّْطَيَقَ فَيَبِّثْجُ ٍَيًُِا ثٌَُ‬
‫قَاهَ ىٍِ‪ََ :‬اعََُشَ‪ ,‬أَحَذْسٌِْ ٍَِِ اىّسَا ِئوِ؟ قُيْجُ‪ :‬اهلل وَسَسُىْىُُٔ أَعْيٌَُ قَاهَ‪ :‬فَأَُِّ جِبْشِ َْوُ أَحَامٌُْ‬
‫َُعَيَُِنُ ٌِ دََِْْنٌُْ (سوآ ٍّسيٌ)‬
‫‪Artinya: “Dari Umar bin Khathab r.a. berkata: Pada suatu hari ketika kami ada‬‬
‫‪di samping Rasul datanglah seorang laki-laki yang berpakaian sangat‬‬
‫‪putih, berambut sangat hitam, tidak diketahui dari arah mana dia datang,‬‬
‫‪dan tidak ada yang mengenalnya di antara kami seorang pun, sehingga‬‬
‫‪dia duduk mendekati Nabi dan menyandarkan kedua lututnya pada kedua‬‬
‫‪lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya ke atas kedua‬‬
‫‪pahanya. Lalu berkata: “Hai Muhammad beritakan padaku tentang‬‬
‫‪Islam”. Lalu Rasul bersabda: “Islam itu, kamu bersaksi bahwa tidak ada‬‬
‫‪Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, dan‬‬
‫‪kamu menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan‬‬
29
pergi haji ke Baitullah jika kamu mampu.” Lalu orang itu berkata “Kamu
benar”.
Umar
berkata:
“Kami
heran,
dia
bertanya
dan
dia
membenarkannya”. Lalu dia berkata lagi “Beritakan padaku tentang
Iman”. Lalu Nabi bersabda: “Kamu percaya pada Allah, para malaikatNya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan kamu percaya pada
takdir baik dan buruknya”. Lalu orang itu berkata: “Kamu benar”.
Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan padaku tentang Ihsan”. Lalu Rasul
bersabda: “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan
jika kamu tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat
kamu”. Orang itu berkata lagi: “Beritakan padaku tentang hari kiamat”.
Nabi bersabda: “Tidaklah orang yang ditanya tentang kiamat lebih tahu
daripada yang ditanya”. Lalu dia berkata lagi: “Beritakan padaku
tentang tanda-tanda hari kiamat itu”. Lalu Nabi bersabda: “Diantara
tanda-tandanya jika telah muncul budak melahirkan majikannya, dan
kamu melihat orang yang berjalan nyeker (tidak beralas kaki), telanjang,
dan miskin berlomba membangun berbagai bangunan”. Kemudian
pergilah orang tersebut, maka diamlah aku beberapa waktu. Kemudian
Nabi bersabda kepadaku: “Hai Umar apakah kamu tahu siapa yang
bertanya itu?” Saya menjawab “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang
mengetahui”. Nabi bersabda: “Sesungguhnya dia adalah Malaikat Jibril
datang kepadamu untuk mengajarkan kamu tentang agama kamu.” (HR.
Muslim).27
Hadits ini menunjukkan bahwa Malaikat Jibril ketika memberikan
pengajaran kepada Rasulullah SAW tentang apa itu Islam, apa itu Iman, apa itu
Ihsan dan kapan datangnya hari kiamat. Metode penyampaian pelajaran melalui
metode tanya jawab atau dialog antara Malaikat Jibril dengan Nabi dan antara
27
Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi Hadits-hadits Pendidikan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), Cet. I, h. 45-46.
30
Nabi dengan sesama sahabat atau antara guru dengan murid dan antara murid
dengan sesama murid , jadi terjadi interaktif antar beberapa arah.28
Pendidik mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan
berdasarkan fakta. Dalam tanya jawab, pertanyaan adakalanya dari pihak peserta
didik (dalam hal ini pendidik atau peserta didik yang menjawab). Apabila peserta
didik tidak menjawabnya barulah pendidik memberikan jawabannya.29 Dalam
kegiatan belajar mengajar melalui tanya jawab, guru memberikan pertanyaanpertanyaan atau siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada
saat memulai pelajaran, pada saat pertengahan atau pada akhir pelajaran.
Bilamana metode tanya jawab ini dilakukan secara tepat akan dapat meningkatkan
perhatian siswa untuk belajar secara aktif.30
2. Tujuan Metode Tanya Jawab
Tujuan metode tanya jawab adalah:
a. Menciptakan suasana yang hidup (setiap peserta ikut serta dan aktif) dalam
KBM.
b. Menggali ide-ide peserta.
c. Memberikan rangsangan pada peserta/siswa untuk merumuskan ide-ide
yang tergali dengan menggunakan kalimat sendiri.
d. Mengetahui posisi pemahaman siswa terhadap tema yang dibahas.
e. Menciptakan kesempatan bagi peserta untuk lebih mengonsolidasikan
pemahamannya.
f. Memberikan kesempatan bagi peserta untuk berani berkomentar.31
28
29
ibid.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
IV, h. 305.
30
Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), Cet. I, h. 43.
31
Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru,
(Bandung : Yrama Widya, 2013), Cet. I, h. 6.
31
Mengajar dengan sesi tanya jawab:
a. Pilihlah beberapa pertanyaan yang akan memandu pelajaran. Tulislah tiga
sampai enam pertanyaan dan susunlah secara logis.
b. Tulis masing-masing pertanyaan pada kartu indeks, dan tulis isyarat yang
akan digunakan guru untuk mengisyaratkan pertanyaan yang disampaikan
guru.
c. Sebelum dimulai, pilihlah peserta didik yang akan bertanya. Berilah
masing-masing sebuah kartu, dan jelaskan isyaratnya.
d. Bukalah sesi tanya jawab dengan menjelaskan topik dan berikan isyarat
pertama guru. Panggillah penanya pertama dan jawab, lanjutkan dengan
isyarat dan pertanyaan lain.
e. Lontarkan pertanyaan baru kepada peserta. Guru melihat beberapa peserta
yang mengangkat tangan.
Memutar peran, mengajukan pertanyaan:
a. Susunlah pertanyaan yang akan guru kemukakan tentang beberapa materi
pelajaran seolah-olah guru adalah peserta didik.
b. Pada awal sesi pertanyaan, umumkan kepada peserta didik bahwa guru
akan menjadi peserta didik dan peserta didik secara kolektif akn menjadi
guru. Beralihlah lebih ke pertanyaan guru.
c. Berlakulah argumentative, humoris, atau apa saja yang dapat membawa
peserta didik pada perdebatan dan menyerang guru dengan jawabanjawaban.
d. Memutar peranan beberapa kali akan tetap membuat peserta didik pada
pendapat mereka dan mendorongnya untuk melontarkan pertanyaan
sendiri.32
Metode tanya jawab digunakan sebagai pelengkap metode ceramah,
metode ini dapat dipakai sebagai tolak ukur secara umum dan keseluruhan.
Metode tanya jawab merupakan suatu cara interaksi edukatif dengan
32
Melvin L. Silbermen. Active Learning. (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Mandiri, 1996).
h. 147-150.
32
menggunakan pertanyaan dan jawaban sebagai komunikasinya, dalam hal ini
tanya jawab tersebut tidak bersifat sepihak. Artinya pertanyaan tidak selalu timbul
dari guru dan sebaliknya juga dari pihak murid, sehingga tercipta suasana yang
timbal balik. Dengan metode tanya jawab guru dengan peserta didik akan terasa
lebih hidup dan lebih aktif lagi di dalam kelas sehingga kegiatan pembelajaran
tidak membosankan.
Dengan menggunakan metode tanya jawab ini guru dapat memberikan
motivasi atau stimulus kepada siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam belajar
yaitu guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab pertanyaan
tersebut, atas arahan dari guru baik dilakukan pada waktu apersepsi maupun
berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Selain dari pada itu tanya jawab biasa
dilakukan pada waktu guru menjumpai materi pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa.
3. Pemakaian Metode Tanya Jawab
a. Wajar digunakan jika:
1) Meninjau pelajaran yang lalu, agar siswa memusatkan lagi, perhatian
tentang jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat
melanjutkan pelajaran berikutnya.
2) Mengulangi pembicaraan untuk mendapatkan kerja sama siswa atau
dengan perkataan lain untuk mengikutsertakan semua siswa.
3) Menangkap perhatian siswa.
4) Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa.
b. Tidak wajar digunakan jika:
1) Menilai kemajuan siswa.
2) Mencari jawaban dari murid-murid, tetapi membatasi jawaban yang
dapat diterima.
3) Memberi giliran pada siswa tertentu saja.33
33
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. V, h. 45-46.
33
4. Kebaikan dan Kelemahan Metode Tanya Jawab
a. Kebaikan metode tanya jawab adalah:
1) Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan agak baik dari peserta didik
dapat mendorong pendidik untuk memahami lebih mendalam dan
mencari sumber-sumber lebih lanjut.34
2) Dengan tanya jawab perhatian siswa lebih terpusat bila dibandingkan
dengan metode ceramah misalnya.
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal
yang belum jelas, sehingga guru dapat menjelaskan kembali,
4) Guru dapat mengetahui perbedaan pendapat antara siswa yang satu
dengan yang lain sehingga akan ditemukan pemecahannya,
b. Kelemahan metode tanya jawab adalah:
1) Dengan tanya jawab kemungkinan dapat menimbulkan penyimpanganpenyimpangan, persoalan/masalah, jika salah kendalinya.
2) Bagi siswa yang lemah sulit untuk mengembangkan daya pikirannya.
3) Bagi siswa yang pandai akan mendominasi jawaban pertanyaanpertanyaan itu.35
4) Pemakaian waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan metode
ceramah. Jalan pelajaran lebih lambat dari metode ceramah, sehingga
kadang-kadang menyebabkan bahan pelajaran tak dapat dilaksanakan
menurut yang ditetapkan.
5) Apabila peserta didik terlalu banyak tidak cukup waktu memberi
giliran kepada setiap peserta didik.36
C. Aktivitas Belajar
Di dalam teknik penggunaan keterampilan bertanya, aktivitas menjadi
tujuan utama dalam penelitian peneliti. Pembelajaran harus menumbuhkan
34
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
IV, h. 312.
35
36
IV, h. 312.
Subari, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994), Cet. I, h. 82.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
34
suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan,
dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya
menerima ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses
belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk
mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas
yang dihadapinya.37 Dengan bertanya siswa harus mampu menemukan ide-idenya
sendiri, mengemukakan pendapatnya dan mampu berdiskusi dengan temannya
jika ada pelajaran yang kurang dimengerti.
1. Pengertian Aktivitas Belajar
“Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah
laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.”38
Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di
dalam interaksi belajar-mengajar. Dengan adanya aktivitas dapat mewujudkan
siswa yang aktif dan bukan siswa yang pasif.
Belajar pada hakekatnya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik
itu dilakukan di sekolah secara formal maupun dilakukan di alam sekitar. Pada
kenyataannya sekolah lebih dikenal sebagai pusat kegiatan belajar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sadirman A.M yang menyatakan bahwa sekolah adalah suatu
pusat kegiatan belajar mengajar, karena sekolah merupakan arena untuk
mengembangkan aktivitas.39 Lebih lanjut ia mengatakan pada prinsipnya belajar
adalah berbuat, berbuat untuk merubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.40
Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait baik yang
bersifat fisik/jasmani maupun mental/rohani. Kaitan antara keduanya akan
37
Agus Supriyanto, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), h. x.
38
Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), Cet. XIX, h. 95.
39
Ibid, h. 100.
40
ibid, h. 95.
35
membuahkan aktivitas belajar yang optimal.41 Syaiful Bahri Djamarah
berpendapat aktivitas belajar adalah interaksi antara guru dengan anak didik
dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar.
Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan
belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan
belajar yang telah diciptakan oleh guru.42
Menurut ahli psikologi yang dikutip oleh Oemar Hamalik bahwa setiap
manusia memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan
sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan
yang dilakukan termasuk perbuatan belajar dan bekerja.43 Menurut Rousseau yang
dikutip oleh Sadirman A.M berpendapat bahwa segala pengetahuan itu harus
diperoleh dengan pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja
sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun
teknis.44
Aktivitas dalam belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seharihari di dalam kelas atau dalam istilah kata proses belajar mengajar. Aktivitas
dalam belajar dilakukan bila keduanya hadir, adanya guru dan siswa. Aktivitas itu
sendiri berupa kehadiran, pembahasan materi pelajaran, adanya diskusi antara
guru dan siswa, dan lain sebagainya.
Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan peserta
didik. Interaksi tersebut menimbulkan aktivitas. Beberapa pandangan mengenai
konsep aktivitas belajar antara lain.:
a. Siswa adalah suatu organism yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam
kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam
dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri.
Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa.
41
Ibid, h. 100.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet. IV, h. 114-115.
43
Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2001), Cet. I, h.
171.
44
Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, h. 96.
42
36
b. Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani,
rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat.
Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah, sehingga variasinya
semakin banyak dan beraneka ragam pula.45
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecah
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu
pengajar dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis sehingga
merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.46
Belajar adalah suatu proses dimana siswa harus aktif dalam pembelajaran,
dengan demikian peran guru hanyalah sebagai fasilitator, merangsang keaktifan
siswa dalam belajar dengan cara menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang
mengolah dan mencerna adalah siswa itu sendiri sesuai dengan minat,
kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing siswa.
Dalam membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar, guru perlu:
a. Mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi siswa.
b. Memberikan
tugas-tugas
untuk
memecahkan
masalah-masalah,
menganalisis, mengambil keputusan.
c. Menyelenggarakan berbagai percobaan dalam menyimpulkan keterangan,
memberikan pendapat.
Indikator tercapainya aktivitas belajar siswa selama pembelajaran adalah:
a. Pada kegiatan awal pembelajaran, indikatornya adalah meningkatnya
respon siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan apersepsi yang
diajukan guru pada siswa diawal pembelajaran, terpusatnya perhatian
siswa kepada pelajaran, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang
tujuan pembelajaran.
45
Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2003), Cet. I, h.
170.
46
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010),
Cet. III, h. 77.
37
b. Pada kegiatan inti pembelajaran, indikatornya adalah meningkatnya
aktivitas siswa dalam menjawab, merespon, menaggapi pertanyaanpertanyaan guru, aktif mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru baik
dalam bentuk inquiry, problem solving, dan mengulang membaca
pelajaran, konsentrasi dan penuh perhatian dalam mengikuti penyampaian
materi pelajaran, rajin mencatat pelajaran yang diberikan guru.
c. Pada kegiatan akhir pembelajaran, indikatornya adalah siswa secara aktif
membuat rumusan/kesimpulan pelajaran bersama-sama dengan guru, dan
mencatatnya dengan bahasa sendiri.
Nurdin
membedakan
aktivitas
belajar
siswa
berdasarkan
atas
kemampuannya, yaitu siswa dengan kemampuan tinggi ditandai dengan (1) Aktif
dalam mencari bahan/materi pelajaran dari sumber lain yang relevan. (2)
Berkembangnya cara belajar self learning kearah diskusi dan tanya jawab dan
pembahasan soal latihan/tugas. (3) Bebas dan tidak terikatnya siswa dalam
memilih cara belajar yang mereka sukai, misalnya siswa belajar sambil lesehan di
karpet. Sedangkan pada kelompok rendah, aktivitas belajar ditandai dengan
munculnya rasa senang dan gembira dalam belajar. Indikatornya adalah: (1)
Meningkatnya frekuensi keterlibatan siswa dalam merespon tanya jawab yang
dikembangkan guru karena sudah memiliki rasa percaya diri. (2) Keseriusan dan
kesungguhan dalam mengerjakan latihan/tugas yang diberikan. (3) Tidak
canggung lagi untuk ikut bergabung dengan kelompok siswa dengan kemampuan
tinggi dalam proses tanya jawab dan diskusi yang dikembangkan guru dalam
pembelajaran.47
Dari pengertian aktivitas di atas dapat dismpulkan bahwa aktivitas
merupakan inti dari suatu proses belajar, karena belajar merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang. Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang
bersifat fisik maupun mental yang dilakukan dalam proses interaksi (antara guru
dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan
disini penekanannya pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam
47
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Meperhatikan Keragaman Individu
Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), h. 182-186.
38
proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif , seperti yang dikemukakan
oleh Pat Hollingsworth belajar aktif adalah “siswa belajar secara aktif ketika
mereka terlibat secara terus menerus, baik mental maupun fisik. Pembelajaran
aktif itu penuh semangat, hidup, giat berkesinambungan, kuat dan efektif.48
Aktivitas belajar juga ada kaitannya dengan mental/rohani maupun fisik/jasmani
yang keduanya akan menimbulkan aktivitas belajar yang optimal.
2. Prinsip-Prinsip Aktivitas
Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut
pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur
kejiwaan seseorang subjek belajar/subjek didik dapatlah diketahui bagaimana
prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu.49
Untuk melihat prinsip aktivitas belajar dari sudut pandang ilmu jiwa ini,
secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan yakni ilmu jiwa lama dan ilmu
jiwa modern.
a. Menurut pandangan ilmu jiwa lama
John Locke yang dikutip oleh Sadirman A.M dengan konsepnya
Tabularasa mengibaratkan siswa sebagai kertas putih, sedang unsur dari luar
yang menulis adalah guru. Dalam hal ini terserah kepada guru, mau dibawa
kemana, mau diapakan siswa itu karena guru adalah yang memberi dan
mengatur isinya, dengan demikian aktivitas didominasi oleh guru, sedang anak
didik bersifat pasif dan menerima begitu saja. Guru menjadi seseorang yang
adikuasa di dalam kelas.50
Selanjutnya Herbert yang dikutip oleh Sadirman A.M memberikan
rumusan bahwa jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanis
dikuasai oleh hukum-hukum asosiasi, atau dengan kata lain dipengaruhi oleh
unsur-unsur dari luar. Relevansinya dengan konsep John Locke bahwa guru
48
Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Buku Active Learning, Increasing Flow in the
Classroom, Terj. Dari Active Learning, Increasing Flow in the Classroom, oleh Dwi Wulandari,
(Jakarta: PT Index, 2008), Cet.I, h. 8.
49
Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, h. 97.
50
ibid, h. 98.
39
pulalah yang aktif, yakni menyampaikan tanggapan-tanggapan itu. Siswa
dalam hal pasif, secara mekanis hanya menuruti alur dari hukum-hukum
asosiasi tadi. Jadi siswa kurang memiliki aktivitas dan kreativitas.51
b. Menurut pandangan ilmu jiwa modern
Aliran ilmu jiwa yang tergolong modern akan menerjemahkan jiwa
manusia sebagai suatu yang dinamis, memilki potensi dan energi sendiri. Oleh
karena itu, secara alami anak didik itu juga bisa menjadi aktif karena adanya
motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Anak didik
dipandang sebagai organism yang mempunyai potensi untuk berkembang.
Pendidik tugasnya menyediakan makanan dan minuman rohani anak,
akan tetapi yang memakan serta meminumnya adalah anak didik itu sendiri.
Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang mengolah dan
mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan latar
belakang masing-masing. Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan
proses yang membuat anak didik harus aktif.52
Piaget yang dikutip oleh Sadirman A.M menerangkan bahwa
seseorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak
itu tidak berpikir. Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi
kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul
setelah anak itu berpikir pada taraf perbuatan.53
3. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di
sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas (Sadirman A.M,
2008:100). Oleh sebab itu, banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa
di sekolah. Aktivitas siswa tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti
yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat
kegiatan belajar dalam 8 kelompok, masing-masing adalah:
51
Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, h. 98.
ibid, h. 99.
53
ibid, h. 100.
52
40
a. Kegiatan-kegiatan visual (Visual activities)
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi,
pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan,
mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi, dan instrupsi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening activities)
Mendengarkan
penyaji
bahan,
mendengarkan
percakapan
diskusi/kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis (Writing activities)
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,
membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing activities)
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
f. Kegiatan metrik (Motor activities)
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari,
dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental (Mental activities)
Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisis faktorfaktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional (Emotional activities)
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan
dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu
sama lain.54
Menurut Getrude M. Whipple membagi kegiatan-kegiatan siswa sebagai
berikut:
a. Bekerja dengan alat-alat visual
1) Mengumpulkan gambar-gambar dan bahan-bahan ilustrasinya.
54
85-86.
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
41
2) Mempelajari
gambar-gambar,
stereograph
slide
film,
khusus
mendengar penjelasan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
3) Mencatat
pertanyaan-pertanyaan
yang
menarik
minat,
sambil
mengamati bahan-bahan visual.
4) Memilih alat-alat visual ketika memberikan laporan lisan.
5) Menyusun pameran, menulis tabel.
6) Mengatur file material untuk digunakan kelak.
b. Ekskrusi dan trip
1) Mengunjungi museum, akuarium, dan kebun binatang.
2) Mengundang lembaga-lembaga atau jawatan-jawatan yang dapat
memberikan keterangan-keterangan dan bahan-bahan.
3) Menyaksikan demonstrasi, seperti proses produksi di pabrik sabun,
proses penerbitan surat kabar, dan proses penyiaran televisi.55
c. Mempelajari masalah-masalah
1) Mencari informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan penting.
2) Mempelajari ensiklopedia dan referensi.
3) Membuat catatan-catatan sebagai persiapan diskusi dan laporan.
4) Melakukan eksperimen, misalnya membuat sabun.
5) Menafsirkan peta, menetukan lokasi-lokasi.
6) Membuat rangkuman, menulis laporan dengan maksud tertentu.
d. Mengapresiasi literature
1) Membaca cerita-cerita menraik.
2) Mendengarkan bacaan untuk kesenangan dan informasi.
e. Ilustrasi dan konstruksi
1) Membuat chart dan diagram.
2) Menggambar dan membuat peta, relief map, pictorial map.
3) Membuat poster.
4) Menyusun rencana permainan.
5) Membuat artikel untuk permainan.
f. Bekerja menyajikan informasi
55
ibid, h. 86-87.
42
1) Menyarankan cara-cara penyajian informasi yang menarik.
2) Merencanakan dan melaksanakan suatu program assembly
3) Menulis dan menyajikan informasi.
g. Cek dan tes
1) Mengerjakan informal dan standardized test.
2) Menyiapkan tes-tes untuk murid lain.
3) Menyusun grafik perkembangan.56
Jadi dengan klarifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukkan
bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam
kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih
dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal dan memperlancar peranannya sebagai pusat dan transformasi
kebudayaan.
Sedangkan secara lebih sederhana, contoh berbagai aktivitas belajar yaitu:
a. Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di
sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.
b. Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas
memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu
matalah yang memegang peranan penting.
c. Meraba, membau, mencicipi/mengecap
Aktivitas meraba, membau, mencicipi/mengecap adalah indra manusia yang
dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar.
d. Menulis atau mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari
aktivitas belajar.
e. Membaca
56
Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar…, h. 174-175.
43
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama
belajar di sekolah.
f. Memberi ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi
Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal mengingat atau
mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang.
g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan
Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan jangan
diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu yang tidak termasuk
dalam penjelasan melalui tulisan.
h. Menyusun paper atau kertas kerja
Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis
dan sistematis.
i. Mengingat
Mengingat merupakan gejala psikologis. Perbuatan mengingat dilakukan bila
seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai.
j. Berpikir
Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh
penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antara
sesuatu.
k. Latihan atau praktek
Latihan merupakan cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Dengan banyak
latihan kesan-kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan demikian,
aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang optimal.57
Dari contoh-contoh di atas, perlu diperhatiakn bahwa peserta didik belajar
dengan gaya mereka masing-masing. Sehingga kepekaan dan keahlian guru dalam
menentukan strategi pembelajaran sangat penting agar aktivitas belajar siswa
dapat optimal. Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada pandangan
57
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet. IV, h. 38-45.
44
psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan
(mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan pengalaman sendiri.
4. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran
Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu aspek yang penting
diperhatikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada proses pembelajaran.
Sehingga, suatu aktivitas memiliki nilai bagi pengajaran dikarenakan:
a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral.
c. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa.
d. Para siswa bekerja menuntut minat dan kemampuan sendiri.
e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
f. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, hubungan antar orang tua
dan guru.
g. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret.
h. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan masyarakat.58
Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dan bagaimana siswa
memperoleh pengetahuan tersebut. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
a. Memperhatikan penjelasan guru saat proses belajar mengajar.
b. Mengemukakan pendapat.
c. Terlibat dalam pemecahan masalah.
d. Bertanya kepada guru atau siswa yang lain apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapi.
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai denga petunjuk guru.
58
175.
Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2003), Cet. I, h.
45
f. Berusaha memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
Nilai-nilai aktivitas tersebut di atas menegaskan kembali bahwa
pembelajaran tidak berpusat pada guru saja melainkan siswa dituntut aktif dalam
proses belajar dengan menggunakan seluruh alat inderanya. Dengan demikian,
pengajaran yang menjadikan aktivitas sebagai acuannya dapat berdampak positif
bagi hasil belajar siswa.
Dari uraian di atas, bahwa proses belajar (aktivitas belajar) ini mengacu
kepada teknik penggunaan keterampilan bertanya yang memfokuskan siswa ikut
secara aktif untuk bertanya jika ada pelajaran yang belum dipahami.
D. Pembahasan Tentang Fiqih
1. Pengertian Fiqih
Fiqih menurut bahasa berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan yang berarti
“mengerti atau paham”. Dan paham yang dimaksud disini adalah kepahaman
dalam masalah-masalah agama (syariat) yang sangat diajarkan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Jadi, ilmu fiqih ialah suatu ilmu yang mempelajari syariat yang
bersifat amaliah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil hukum yang terinci
dari ilmu tersebut.59 Sebagaimana firman Allah SWT:
            
         
 
Artinya: “Dan tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
59
H. A. Syafi’I Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 11.
46
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
(Q. S. At-Taubah : 122)60
Di dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori disebutkan
yang artinya : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik
disisi-Nya niscaya akan diberikan kepadanya pemahaman (yang mendalam)
dalam pengetahuan agama.”61
Pengertian fiqih seperti tergambar dalam ayat di atas merupakan
pengertian yang sebenarnya. Pengertian tersebut pada perkembangan selanjutnya
mengalami penyempitan makna.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Quraisy Syihab bahwa fiqih yang
pada mulanya dimaksudkan sebagai pengetahuan yang menyeluruh tentang
agama, mencakup hukum, akhlak, al-Qur’an dan hadits, tetapi istilah itu kemudian
dipakai khusus mengenai pengetahuan tentang hukum agama saja.62
Al-Jurjani mendifinisikan fiqih sebagai berikut: “Fiqih menurut bahasa
berarti paham terhadap tujuan seseorang pembicara. Menurut istilah fiqih ialah
mengetahui hukum syara yang amaliah (mengenai perbuatan, perilaku) dengan
melalui dalil-dalilnya yang terperinci. Fiqih adalah ilmu yang dihasilkan oleh
pikiran serta ijtihad (penelitian) dan memerlukan wawasan serta perenungan. Oleh
sebab itu Allah tidak bisa diebut “faaqih” (ahli dalam fiqih), karena bagi-Nya
tidak ada sesuatu yang tidak jelas.”63 Jadi, fiqih adalah seperangkat pengetahuan
tentang hukum-hukum syariah (agama) tentang perbuatan manusia yang digali
atau ditentukan dari dalil-dalil terperinci. Fiqih disebut ilmu karena fiqih
60
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : CV Pustaka Agung
Harapan), h. 277.
61
A. Dzajuli, Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam,
(Jakarta : Prenada Media, 2005), Cet. V, h. 4.
62
M. Quraisy Syihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1992), h. 383.
63
A. Dzajuli, Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam,
(Jakarta : Prenada Media, 2005), Cet. V, h. 5.
47
menggunakan metode ilmiah dalam perumusannya, baik pada saat penemuan
maupun pada saat penampilannya.
Dalam
perkembangan
selanjutnya
fiqih
dapat
diartikan
dengan
sekumpulan hukum syara yang berhubungan dengan perbuatan yang diketahui
melalui dalil-dalil yang terperinci dan dihasilkan dengan jalan ijtihad para ulama.
Fiqih merupakan ilmu yang harus dipelajari agar seorang muslim dapat
mengetahui dari apa yang dilakukannya, baik dalam masalah ibadah maupun
dalam perbuatan sehari-hari karena dengan mempelajari fiqih, ibadah kita akan
lebih sempurna dan tentu kita akan selamat dari perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh Allah SWT.
Sedangkan yang menjadi objek pembahasan ilmu fiqih adalah aspek
hukum setiap perbuatan mukallaf serta dalil dari setiap perbuatan tersebut (dalil
tafsili). Sedangkan tujuan akhir ilmu fiqih adalah untuk mencapai keridhoan Allah
SWT, dengan melaksanakan syariah-Nya dimuka bumi ini sebagai pedoman
hidup
individual,
hidup
berkeluarga
maupun
bermasyarakat.
Kegunaan
mempelajari ilmu fiqih bisa dirumuskan sebagai berikut:
a. Mempelajari ilmu fiqih berguna dalam memberi pemahaman tentang
berbagai aturan secara mendalam.
b. Mempelajari ilmu fiqih berguna sebagai patokan untuk bersikap dalam
menjalani hidup dan kehidupan.
2. Dasar-Dasar Fiqih
Mempelajari ilmu fiqih akan membawa manusia sampai tujuan hidup yang
lebih baik, diantaranya memelihara agama, memelihara diri, dan memelihara
keturunan serta kehormatan. Adapun dasar-dasar fiqih antara lain :
a. Al-Qur’an
b. Al-Hadits
c. Ijma Mujatahidin
d. Qiyas64
64
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Jakarta : At-Tahiriyah, 1976), Cet. XVII, h. 19.
48
Dasar-dasar itu ditinjau dari pengambilannya terbagi menjadi empat
bagian, yaitu:
a. Hukum yang diambil dari nash yang jelas
b. Hukum yang diambil dari nash yang tidak jelas
c. Hukum yang tidak ada nashnya
d. Hukum yang tidak ada nash, baik qath’i maupun zhanni dan tidak pula ada
kesepakatan mujtahidin atas hukum itu.65
E. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti mendapatkan data bahwa ada
beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
1. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Hulliah dengan judul “Peningkatan
Keterampilan
Bertanya
Siswa
dalam
Pembelajaran
PKN
dengan
Menggunakan Media Gambar di MI al-Hidayah Kembangan Jawa Barat.”
Suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan nilai
rata-rata
kemampuan
siswa
dalam
keterampilan
bertanya
dengan
menggunakan media gambar pada pretest berkisar pada niali 67,16 pada siklus
I dan nilai mengalami peningkatan yaitu 78,16 pada siklus II, hal ini
menunjukkan peningakatan yang baik.66
2. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Endang Sri Haryanti dengan judul
“Penerapan Teknik Pengajuan Pertanyaan Accelerated Learning untuk
Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika.” Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) di MTS Negeri 1 Tangerang. Hasil penelitian
penerapan teknik pengajuan pertanyaan accelerated learning meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika, hal ini terlihat pada siklus I
aktivitas siswa, berkategori tinggi hanya mencapai 32.5% (13 siswa) dan
hanya mencapai nilai rata-rata 69, dan masih terdapat siswa yang mendapat
nilai di bawah KKM yaitu 65. Sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan
65
ibid, h. 20.
Hulliah, “Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa dalam Pembelajaran PKN
dengan Menggunakan Media Gambar di MI Al- Hidayah Kembangan Jawa Barat”, Skripsi S1
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
66
49
yaitu 77.5% (31 siswa). Nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 85 dan
terendahnya adalah 73.3, dimana semua siswa sudah melampaui KKM.67
3. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Ma’rif Syafruddin dengan judul
“Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question and Getting
Answer terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.” Studi eksperimen di SMP
Negeri 1 Mancak Kab. Serang. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa hasil
belajar matematika siswa kelompok eksperimen yang diajarkan dengan
strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer
memperoleh nilai rata-rata yaitu 69,94 dari standar deviasi. Hasil belajar
matematika siswa kelompok control yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensional metode ekspositori memperoleh nilai rata-rata yaitu 51,37 dari
standar deviasi.68
F. Kerangka Berpikir
Seorang guru yang merencanakan pengajarannya, terlebih dahulu harus
memikirkan dan mempersiapkan metode yang akan dipakai mengajar di kelas,
setelah menemukan alternatif barulah ia menyusun rencana pengajaran atau desain
instruksional. Seorang guru yang professional tidak hanya berpikir tentang apa
yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkan, tetapi juga tentang siapa yang
menerima pelajaran, apa makna belajar bagi siswa, dan kemampuan apa yang ada
pada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Alasan mengapa keterampilan bertanya sangat perlu dimiliki oleh para
guru dan calon guru, pertama, telah berakarnya mengajar dengan menggunakan
metode ceramah yang cenderung menempatkan guru sebagai sumber infromasi
sedangkan siswa hanya sebagai penerima informasi yang pasif. Kedua, latar
belakang kehidupan siswa yang kurang bisa mengajukan pertanyaan dan
67
Endang Sri Haryanti, “Penerapan Teknik Pengajuan Pertanyaan Accelerated Learning
untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika di MTS Negeri 1
Tangerang”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009.
68
Ma’rif Syafruddin. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question
and Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Mancak Kab.
Serang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009.
50
menyatakan pendapat. Ketiga, penggalakan penerapan gagasan Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA) saat ini yang menuntut para siswa lebih banyak terlibat
secara mental dalam proses belajar mengajar, seperti bertanya dan berusaha
menemukan jawaban-jawaban masalah yang dihadapinya. Keempat, pandangan
yang salah mengenai tujuan pertanyaan yang mengatakan bahwa pertanyaan
hanya dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah keterampilan bertanya guru dalam
meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa di MTs At-Taqwa 06 Bekasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
MTs At-taqwa 06 Bekasi tahun ajaran
2012/2013, yang berlokasi di Jl. KH Abdullah Karang Tengah Rt 03/01 Desa
Pusaka Rakyat, Kecamatan Tarumajaya, Bekasi. Sedangkan waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Desember 2013 s/d Februari 2014.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yang bersifat kualitatif. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan adalah studi
kasus (case study). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya yang
berjudul Metode Penelitian Pendidikan, penelitian deskriptif (descriptive
research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang
lampau, penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada
variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.1
Studi kasus (case study) sebagai jenis penelitian deskriptif yang digunakan
metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan suatu kasus.
Studi kasus diarahkan untuk mengkaji kondisi, kegiatan, perkembangan serta
faktor-faktor penting yang terkait dan menunjang kondisi dan perkembangan
tersebut. Penelitian kualitatif yang menggunakan desain penelitian studi kasus
berarti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin
dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.
sifat dari penelitian ini bersifat kualitatif yang ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang atau perspektif partisipan.
Partisipan yang dimaksud adalah orang-orang yang diajak wawancara, observasi,
diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, dan persepsinya. Penelitian
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 54.
51
52
kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi, strategi-straregi
yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, wawancara mendalam,
dokumen-dokumen, dokumentasi pelengkap seperti foto, rekaman, dan lainnya.
Dalam proses pemilihan informan, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu peneliti memilih orang yang dianggap mengetahui secara jelas
permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini yang menurut peneliti memiliki
informasi memadai yang berkenaan dengan Keterampilan Bertanya Guru dalam
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs AtTaqwa 06 Bekasi adalah guru yang mengajar fiqih dan peserta didik kelas VII-1
yang bersedia diwawancarai.
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam proses menemukan dan mengumpulkan data tentunya harus tercipta
sebuah harmonisasi hubungan peneliti dengan informan sehingga tercipta
hubungan yang baik diantara keduanya. Menurut Spardley ada beberapa tahapan
untuk menciptakan harmonisasi yang baik antara peneliti dan informan, tahapantahapan itu adalah apprehenssion, ekploration, cooperation, dan participation.
1. Apprehension. Pada tahap ini antara peneliti dan objek penelitian atau
informan belum saling mengenal. Untuk melewati tahap ini dengan
memuaskan, maka peneliti harus melakukan upaya secara langsung atau tidak
dapat mempengaruhi cara berfikir dan minat objek penelitian atau informan.
Untuk selanjutnya juga selalu berupaya agar kontak personal setiap saat terjadi
dengan informan.
2. Ekploration. Pada tahap ini antara peneliti dan informan lebih jauh saling
melacak latar belakang keduanya, sehingga tidak jarang muncul interaksi
saling uji, saling lacak kemampuan, jalan pikirran, kepercayaan, serta asalusul. Dalam menghadapi kondisi ini, peneliti harus menciptakan kondisi yang
amat menguntungkan terhadap tujuan peneliti berada ditempat penelitian.
3. Cooperation. Pada tahap ini antara peneliti dan informan saling percaya,
saling menerima, sehingga informan bersedia bekerja sama dengan peneliti
untuk membantu jalannya tugas peneliti.
53
4. Participation. Pada tahap ini setelah informan bersedia bekerja sama biasanya
dilanjutkan dengan upaya-upaya konkret untuk berpartisipasi membantu
peneliti menghimpun informasi yang dibutuhkan.2
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.3
Bermacam-macam teknik pengumpulan data diantaranya observasi,
wawancara, dan dokementasi.
MACAM TEKNIK
OBSERVASI
PENGUMPULAN
WAWANCARA
DATA
DOKUMENTASI
Untuk memperoleh data dari penelitian tindakan ini, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi pustaka, yaitu dengan menelaah buku-buku yang ada kaitannya dengan
masalah yang penulis bahas pada skripsi ini sebagai bahan teoritis.
2. Penelitian lapangan, yaitu peneliti melihat secara langsung kondisi yang
terjadi di tempat penelitian.4
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
cara mengadakan pengamatan langsung terhadap kondisi di lapangan.
2
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 137-138.
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 224.
4
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Presss Group,
2013), h. 20.
54
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif dan non partisipatif. Dalam
observasi partisipatif (partisipatory observation), pengamat ikut berperan serta
pada kegiatan yang berlangsung. Sedangkan dalam observasi non partisipatif
(non partisipatory observation), pengamat ikut berperan serta pada kegiatan
yang berlangsung.5
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang
dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat
dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat
dalam kejadian yang diamati tersebut.6 Pada penelitian ini peneliti
menggunakan observasi non partisipan (Non Partisipan Obseration), yakni
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. 7 Pengumpulan
data dengan observasi non partisipan ini tidak akan mendapatkan data yang
mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai di
balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.8 Peneliti juga
menggunakan observasi terstruktur, yakni observasi yang telah dirancang
secara sistematis, tentang apa yang akan diamati kapan dan dimana tempatnya.
Melalui observasi ini peneliti ingin memperoleh data-data yang dibutuhkan
sesuai dengan kenyataan.
Data observasi berupa deskripsi yang aktual, cermat dan terinci mengenai
keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta konteks dimana
kegiatan itu terjadi. Data itu diperoleh berkat adanya peneliti di lapangan
dengan melakukan pengamatan secara langsung.9
Adapun teknik pengolahan data, setelah data-data terkumpul lengkap,
berikutnya yang penulis lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti,
menyeleksi dan mengklasifikasi data-data yang relevan dan yang mendukung
5
Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 220.
6
Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Jawa Timur :
Bayumedia Publishing, 2004), Cet. I, h. 3.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 145.
8
Ibid, h. 146.
9
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), h. 59.
55
pokok bahasan, melalui observasi ini peneliti ingin memperoleh data-data
yang dibutuhkan sesuai dengan kenyataan.
b. Dokumentasi
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif.10 Dokumentasi berasal dari kata
dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dokumentasi adalah suatu usaha
aktif bagi suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil pengelolaan
bahan-bahan dokumen yang bermanfaat bagi badan atau lembaga yang
mengadakan.11
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bentuk dokumentasi.
Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian,
laporan, artefak, dan foto. Sifat yang utama pada data ini tidak terbatas pada
ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui
hal-hal yang pernah terjadi pada waktu silam. Secara detail, bahan dokumenter
terbagi beberapa macam, yaitu autobiografi, surat pribadi, buku atau catatan
harian, memorial klipping, data di server dan flashdisk, dan data yang
tersimpan di web site.12
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
profil lembaga yang memuat visi, misi, tujuan, kurikulum, sarana dan
prasarana, susunan pengurus, kegiatan peserta didik, serta tata tertib peserta
didik. Teknik ini juga digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai
aktivitas belajar yang digambarkan melalui nilai rata-rata pelajaran fiqih.
Adapun jenis dokumen yang dibutuhkan pada penelitian ini lebih rincinya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 240.
11
Juhana S, Maria Dinata, dan Wiyana Mulyana, Dokumentasi dan Perpustakaan,
(Bandung: CV. Armiko, 1991), Cet. II, h. 21.
12
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2011), Cet. I, h. 141.
56
Tabel 1
Dokumen Penelitian
No
Jenis Dokumen
1
Profil
Lembaga/Sekolah
Rincian Dokumen
a. Identitas sekolah MTS At-Taqwa
06 Bekasi
b. Visi, misi, dan tujuan
c. Struktur Organisasi
d. Data
pendidik
dan
tenaga
kependidikan
e. Data siswa dalam tiga tahun
terakhir
f. Sarana dan Prasarana
2
Kegiatan Belajar
a. Kegiatan intrakurikuler
Mengajar (KBM)
b. Kegiatan extrakurikuler
c. Prestasi yang dicapai (prestasi
belajar dan kegiatan sekolah)
c. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.13 Wawancara
merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi, yaitu cara untuk memperoleh
informasi dengan bertanya langsung pada yang diwawancarai. 14 Wawancara juga
teknik pengumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan
13
Deddy Maulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya, Rosda, h. 180.
14
Masri Singarimbun, Sofian Efendi, (Penyunting), Metode Penelitian Survai, (Jakarta:
LP3ES, 1989), h. 192.
57
responden. Wawancara menggunakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah
disiapkan oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah yang akan dijawab
melalui proses wawancara.15
Wawancara tidak hanya sekedar percakapan biasa, dalam wawancara
diperlukan kemampuan mengajukan pertanyaan yang dirumuskan secara tajam,
halus, tepat, dan kemampuan untuk mendapatkan pokok pikiran orang lain dengan
cepat.16 Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,
dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telepon.17 Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara tidak terstruktur, yakni wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.18
Lincoln dan Gurba mengemukakan bahwa tujuan wawancara antara lain
mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntunan, kepedulian, dan lain-lain.19 Wawancara tidak terstruktur artinya
responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiranpikirannya, pandangan, perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi
kemudian, setelah peneliti memperoleh keterangan-keterangan, peneliti dapat
mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa
yang telah disampaikan oleh responden.20
Tujuan wawancara tak bersturuktur ini adalah untuk memahami, bukan
hanya menjelaskan, sehingga hubungan antar manusia menjadi sangat penting.
Dalam banyak hal wawancara tak berstruktur akan lebih mendekati suatu
pembicaraan bebas atau free talk, bukan suatu wawancara. Sebab suatu
15
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Presss Group,
2013), h. 20.
16
. Nasution, Metode Research, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet. VI, h. 114.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 138.
18
Ibid, h. 140.
19
Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Jawa Timur :
Bayumedia Publishing, 2004), Cet. I, h. 64.
20
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), h.
72.
58
pembicaraan tanya jawab disebut wawancara, jika hubungan pembicaraan
dikuasai oleh pihak pewawancara, dalam hubungan mana arah pembicaraan sudah
tegas, dan kedua belah pihak mempunyai fungsi yang berbeda, yang satu meminta
keterangan, yang lain meminta keterangan.21
Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui peranan
serta penggunaan keterampilan bertanya siswa pada proses pembelajaran Fiqih
dari pihak yang berwenang.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun instrument yang diamati. Dalam penelitian kualitatif,
yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.22 Adapun
instrument penelitian yang akan digunakan untuk memperoleh data mengenai
keterampilan bertanya guru akan dibuat dalam bentuk non test yaitu dengan
wawancara dan observasi.
Instrumen non test dalam bentuk wawancara diperuntukkan kepada guru
yang mengajar fiqih. Hasil wawancara ini digunakan untuk mendapat informasi
mengenai penggunaan keterampilan bertanya untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada pelajaran fiqh. Adapun pedoman wawancara dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 2
Pedoman Wawancara Guru Fiqih
No
Variabel
1
21
Pertanyaan
keterampilan bertanya
Metode apa saja yang pernah Bapak/Ibu
guru
terapkan selama mengajar fiqih di kelas VII?
Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Jawa Timur :
Bayumedia Publishing, 2004), Cet. I, h. 74.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 222.
59
Menurut
Bapak/Ibu,
apakah
teknik
keterampilan bertanya ini diterapkan dengan
baik di kelas?
Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh
siswa, apakah siswa tersebut mencoba untuk
berdiskusi dengan siswa lainnya?
Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh
siswa, apakah siswa tersebut bertanya kepada
Bapak/Ibu?
Apakah
siswa
mengajukan
pendapatnya
tentang materi yang Bapak/Ibu sampaikan?
Apabila ada salah satu siswa yang bertanya
atau memberi tanggapan, apakah siswa yang
lain memperhatikannya?
Apabila Bapak/Ibu memberikan pertanyaan,
bagaimana
respon
terhadap
pertanyaan
Bapak/Ibu?
Kendala apa saja yang Bapak/Ibu alami
dalam mengajar fiqih? Jika ada kendala, apa
solusinya?
Apakah Bapak/Ibu selama pembelajaran di
kelas
menanyakan
siswa
yang
belum
mengerti dengan materi pelajaran?
Apakah Bapak/Ibu memberikan pertanyaan
kepada siswa setiap awal, pertengahan, dan
akhir pelajaran?
Bagaimana cara Bapak/Ibu memberi
motivasi/stimulus kepada siswa agar aktif
60
bertanya?
2
Aktivitas belajar fiqih
siswa
Bagaimana tingakat kemampuan siswa dalam
pembelajaran fiqih di kelas VII?
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai
peningkatan aktivitas belajar siswa?
Apakah siswa memperhatikan penjelasan
materi pelajaran yang Bapak/Ibu sampaikan?
Apakah setiap tugas yang diberikan oleh
Bapak/Ibu selalu dikerjakan dengan baik oleh
siswa?
Apakah
Bapak/Ibu
memberikan
catatan
tertulis kepada siswa tentang materi yang
Bapak/Ibu sampaikan? Dan apakah siswa
pernah dilatih untuk membuat catatan dengan
bahsa mereka sendiri?
Bagaimana kemampuan siswa dalam hal
merangkum,
membuat
pertanyaan,
memprediksi, dan menjelaskan?
Bagaimana kemampuan mengingat siswa
terhadap
materi
yang
telah
dipelajari
sebelumnya?
Bagaimana
kemampuan
siswa
dalam
mengerjakan soal-soal fiqih?
Apakah siswa merasa senang selama belajar
fiqih?
Sebagai seorang guru bidang studi fiqih,
upaya apa yang telah Bapak/Ibu lakukan
untuk meningkatkan aktivitas belajar fiqih
61
siswa?
Dilihat dari aktivitas belajar siswa, apakah
pengunaan teknik keterampilan bertanya
sudah dapat dikatakan efektif?
Tabel 3
Pedoman Wawancara Siswa Kelas VII-1
No
Indikator
Pertanyaan
1
Keterampilan bertanya
Apa yang lakukan saat guru menjelaskan
materi?
Apakah kamu memperhatikan penjelasan
materi yang disampaikan guru?
Apakah kamu senang dengan pelajaran fiqih
dan aktif bertanya kepada guru?
Apa
yang
menyebabkan
kamu
senanng/tidak senang,dan aktif/tidak aktif
bertanya kepada guru selama pembelajaran
fiqih di kelas?
Apakah
guru
menerapkan
fiqih
pembelajaran
kamu
pernah
dengan
cara
berkelompok?
Jika ada materi yang kurang kamu mengerti,
apakah kamu mencoba untuk berdiskusi
dengan teman yang lain?
Apakah kamu mengajukan pendapat tentang
materi yang disampaikan guru?
Jika ada materi yang kurang kamu mengerti,
apakah kamu bertanya kepada guru atau
62
teman yang sedang menjelaskan di depan?
Apabila ada salah satu teman bertanya atau
memberi
tanggapan,
memperhatikan
apakah
dan
kamu
mencoba
menanggapinya?
Apabila
guru
memberi
pertanyaan,
bagaimana
respon
kamu
terhadap
pertanyaan
guru?
Apakah
kamu
menjawabnya?
Bagaimana cara kamu mengingat materi
yang telah dipelajari sebelumnya?
Bagaimana
kemampuan
kamu
dalam
mengerjakan soal-soal fiqih?
Apa yang kamu rasakan selama belajar
fiqih?
Apakah kamu merasa senang selama belajar
fiqih di kelas?
Apakah
guru
memberikan
kepada
siswa
untuk
kesempatan
bertanya
ketika
pelajaran fiiqh sedang berlangsung?
Bagaimana respon guru ketiak menanggapi
pertanyaan siswa?
Apakah guru memberikan waktu berpikir
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan?
Apakah guru memberikan penghargaan
kepada siswa atas jawaban yang telah
diberikan?
Apakah guru memberikan pertanyaan secara
63
jelas dan singkat?
Apakah
guru
memberikan
kesempatan
secara adil dan merata kepada setiap siswa
untuk mendapatkan pertanyaan?
Apakah kamu bertanya kepada guru setiap
awal, pertengahan, dan akhir pelajaran?
Menurut kamu, apakah siswa yang aktif
bertanya di kelas dapat meningkatkan
prestasi belajar?
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan atau penegecekan keabsahan data pada skripsi ini dapat
dilakukan dengan empat cara, yaitu:
1. Pengujian Kredibilitas
kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif atau
dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut. Starateginya
meliputi perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
triangulasi (mengecek keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber
dari luar data sebagai bahan perbandingan), diskusi teman sejawat, analisis kasus
negatif, dan membercheking.23
2. Pengujian Transferability
Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.24 Pengujian
transferability dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada semua
orang untuk membaca laporan penelitian sementara yang dihasilkan oleh peneliti,
kemudian pembaca diminta untuk menilai subtansi penelitian tersebut dalam
23
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), cet. II, h. 79-80
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 276.
64
kaitannyaa dengan fokus penelitian. Peneliti dapat meningkatkan transferabilitas
dengan melakukan suatu pekerjaan mendeskripsikan konteks penelitian dan
asumsi yang menjadi sentral pada penelitian tersebut.25 Oleh karena itu supaya
orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan
untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat
laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat
dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian
tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan
hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian
memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, maka suatu hasil penelitian ini
dapat diberlakukan (transferability), dan laporan tersebut memenuhi standar
transferabilitas.26
3. Pengujian Depenability
Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan melalukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh editor yang
independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti
dalam
melakukan
penelitian.
Bagaimana
peneliti
mulai
menentukan
masalah/fokus, memasuki lapangan, menetukan sumber data, melakukan analisis
data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat
ditunjukkan oleh peneliti.27 Artinya apakah peneliti akan memperoleh hasil yang
sama jika peneliti melakukan pengamatan yang sama untuk kedua kalinya.28
4. Pengujian Konfirmability
Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability hampir sama dengan uji
depenability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara kebersamaan.
Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses
yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
25
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), Cet. II, h. 80.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 276-277.
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 277.
28
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), Cet. II, h. 80.
65
dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.29
Apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenerannya di mana hasil penelitian
sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan.
Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak
ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat
lebih objektif.30
F. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul melalui observasi, wawancara, dan studi
dokumenter, maka langkah berikutnya adalah pengolahan dan analisa data. Yang
dimaksud analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah itu
dilakukan pengolahan data dengan proses editing, yaitu dengan meneliti kembali
data-data yang didapat, apakah data tersebut cukup baik dan dapat segera
digunakan untuk proses berikutnya. Dalam mengolah dan menganalisis data yang
diperoleh dari penelitian, peneliti menggunakan analisa model Miles dan
Huberman yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah
selesai pengumpulan data. Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.31 Adapun teknikteknik sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
memudahkan peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya.
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 277.
30
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), Cet. II, h. 81.
31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta,
2013), Cet. XVIII, h. 246.
66
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data adalah sejumlah informasi yang tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah
data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Vervication)
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verfikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dkemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.32
32
ibid, h. 252.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penyajian hasil penelitian yang dimaksud disini adalah pengungkapan data
yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan yang sesuai dengan masalah yang
ada di pembahasan ini. Dalam bab IV ini akan dikemukakan deskripsi data hasil
penelitian. Sesuai dengan data yang diperoleh penulis, maka disajikan data
sebagai berikut:
A. Deskripsi Data
KETERAMPILAN
BERTANYA GURU
HASIL OBSERVASI
Hasil observasi yang dilakukan
peneliti terdapat tiga aspek yang
dimiliki oleh guru pengampu mata
pelajaran fiqih, diantara tiga aspek
keterampilan bertanya yang harus
dimiliki oleh setiap pendidik adalah:
1. Aspek
keterampilan
bertanya
umum.
2. Komponen keterampilan bertanya
dasar.
3. Komponen keterampilan bertanya
tingkat lanjut.
Dari ketiga aspek tersebut diperoleh
hasil bahwa keterampilan bertanya
guru dapat dikatakan baik/meningkat.
HASIL WAWANCARA
Hasil wawancara yang dilakukan
peneliti selama penelitian kepada
Bapak Ahmad Suhaimi S.Ag pada hari
Selasa, tanggal 07 Januari 2014 di
ruang guru MTS At-Taqwa 06 Bekasi
adalah keterampilan bertanya sudah
bisa
dikatakan
efektif
dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa,
karena dapat meningkatkan minat dan
motivasi siswa untuk aktif terlibat
dalam belajar. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dipembahasan.
67
68
HASIL OBSERVASI
Hasil observasi/pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti dengan
mengamati siswa selama proses
pembelajaran.
Pada
tahap
pengamatan/observasi penelitian ini
berlangsung
selama
tiga
kali
pengamatan terhitung dimulai tangaal
07 Januari 2014 sampai dengan 07
Februari 2014 dengan alokasi waktu
masing-masing 2 X 40 menit (2 jam
pelajaran). Dari hasil observasi
diperoleh hasil bahwa aktivitas belajar
siswa
dapat
dikatakan
baik/meningkat. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada pembahasan.
AKTIVITAS
BELAJAR SISWA
HASIL WAWANCARA
Hasil wawancara yang dilakukan
peneliti selama penelitian kepada
beberapa siswa kelas VII-1 MTs AtTaqwa 06 Bekasi di ruang kelas VII-1
bertujuan untuk mengetahui tingkat
aktivitas belajar fiqih, minat siswa
terhadap pelajaran fiqih, keaktifan siswa
dalam bertanya, dan permasalahan
myang dihadapi siswa terkait dengan
pembelajaran fiqih. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada pembahasan
69
A. Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTS At-Taqwa 06 Bekasi
1. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih dengan Keterampilan Bertanya Guru
pada Mata Pelajaran Fiqih
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap subyek penelitian bahwa dalam
aktivitas mendengarkan penjelasan siswa cenderung mendengarkan penjelasan
yang disampaikan yang disampaikan oleh guru/teman dan sering meresponnya.
Siswa antusias dan bersemangat dalam pembelajaran. Siswa merasa mempelajari
pelajaran fiqih merupakan hal yang terpenting, karena menurut mereka dengan
mempelajari pelajaran fiqih akan lebih mengetahui agama yang mereka percayai
dan agar tidak salah melangkah dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta
mengetahui tata cara pelaksaan ibadah, misalnya tata cara sholat, puasa, zakat, dll.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh salah satu siswa kelas VII.
“Saya sangat bersemangat ketika sedang belajar fiqih, karena saya bisa
mengetahui ilmu-ilmu agama yang belum saya ketahui sebelumnya,
mengetahui tentang tata cara sholat. Di kelas VII ini mempelajari bab
sholat jamak dan sholat qoshar, yang sebelumnya saya tidak tahu sekarang
menjadi tahu. Di samping saya senang dengan pelajaran fiqih, guru yang
mengajari pelajaran fiqih juga sangat menarik, sehingga saya tidak pernah
bosan dan selalu antusias dalam mengikuti pembelajaran fiqih.”1
Dalam mengerjakan tugas, siswa sudah mampu mengerjakan secara
individual, terkadang guru juga meminta siswa mengerjakan tugas dengan cara
berkelompok karena apabila siswa belajar secara berkelompok, siswa dapat
bertukar pikiran dalam mengerjakan soal dan dapat terselesaikan dengan baik,
selain pembelajaran berkelompok, guru fiqih lebih sering menggunakan metode
tanya jawab, menurutnya dengan menggunakan metode tanya jawab siswa lebih
aktif belajar di kelas, karena kemampuan berpikir mereka terus berkembang
sehingga siswa yang sebelumnya pasif, mereka jadi ikut terpancing oleh siswa
yang aktif di kelas. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh guru pengampu
mata pelajaran fiqih Bapak Suhaimi:
1
Wawancara dengan siswa kelas VII, Rabu 08 Januari 2014, di kelas.
70
“Metode yang digunakan juga bervariasi, metode tanya jawab, metode
ceramah, dan metode-metode lain yang sekiranya mendukung kepada
pengajaran fiqih, termasuk pembelajaran secara berkelompok, metode diskusi
juga saya terapkan untuk pengajaran fiqih, dengan diterapkannya metode
diskusi, saya perintahkan kepada siswa-siswa untuk mendiskusikan masalah
pelajaran/materi yang sedang dipelajari, lalu saya beri tugas mereka untuk
mencatat pertanyaan setelah itu semua pertanyaan kita diskusikan bersama di
kelas. Ketika Pembelajaran berkelompok biasanya saya juga sudah
mempersiapkan beberapa permasalahan yang berbentuk pertanyaan, setelah
itu saya perintahkan kepada siswa untuk membuat kelompok dan menunjuk
ketua kelompoknya masing-masing, setelah itu saya meminta kepada semua
kelompok dengan mendiskusikan jawaban atas permasalahan yang terkait
dengan materi pelajaran. Setelah semua kelompok menemukan jawaban
perwakilan dari ketua kelompok untuk menjelaskan jawabannya masingmasing. Tetapi selama saya mengajar fiqih, saya lebih sering menerapkan
metode tanya jawab, karena dengan menggunakan metode ini siswa-siswa
akan terpancing untuk lebih aktif bertanya dan meningkatkan minat serta
motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam belajar, dan pembelajaran fiqih akan
lebih terarah lagi, mungkin hanya beberapa siswa saja yang pasif karena
biasanya mereka lebih suka diam dan mendengarkan temannya yang bertanya
kepada saya.”2
Hasil wawancara yang diperoleh peneliti bahwa aktivitas siswa dalam
mendengarkan penjelasan guru adalah siswa berkemampuan rendah rata-rata
menjawab jarang mendengarkan. Mereka mendengarkan ketika mood mereka baik
saja. Ketika moodnya sedang tidak baik mereka cenderung tidak menjelaskan
penjelasan teman/guru. Siswa berkemampuan tinggi dan berkemampuan sedang
mereka menjawab sering mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh
temen/guru. Antusiasme mereka dalam pembelajaran fiqih rata-rata sangat
antusias. Menurut pengamatan peneliti, guru selalu memberikan motivasi dan
antusiasmenya dalam melontarkan pertanyaan. Guru selalu memberikan motivasi
kepada siswa sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar agar siswa selalu
bersemangat dan antusias dalam menjawab pertanyaan guru, sehingga siswa juga
tidak malu dan tidak takut salah ketika menjawab dan melontarkan pertanyaan
kepada guru. Siswa merasa mempelajari fiqih merupakan hal yang terpenting,
2
Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari
selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru.
71
karena menurut mereka dengan mempelajari ilmu fiqih akan lebih mengetahui
agama yang mereka percayai dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pada pengamatan/observasi keterampilan bertanya guru dalam kegiatan
pembelajaran
terdapat
aspek
keterampilan
bertanya
umum,
komponen
keterampilan bertanya dasar, dan komponen ketarampilan bertanya lanjut. Di sini
peneliti akan mendeskripsikan bagaimana keterampilan bertanya guru selama
proses pembelajaran di kelas.
a. Aspek keterampilan bertanya umum
1) “Pertanyaan yang diberikan guru bertujuan untuk membangkitkan minat
dan rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan dan memusatkan perhatian,
atau mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa.” Sebelum
siswa memulai pelajaran guru memberikan apersepsi kepada siswa berupa
informasi dan pertanyaan dengan tujuan mengulang materi yang telah
dipelajari sebelumnya, dengan memberikan informasi dan pertanyaan
kepada siswa, siswa akan merespon dan menimbulkan rasa ingin tahunya
terhadap suatu pokok pembahasan materi dan perhatian siswapun akan
terpusat pada pertanyaan yang dilontarkan guru.
2) “Guru memberikan motivasi dan antusiasme dalam melontarkan
pertanyaan.” Guru selalu memberikan motivasi kepada siswa sebelum dan
sesudah kegiatan belajar mengajar agar siswa selalu bersemangat dan
antusias dalam menjawab pertanyaan guru, sehingga siswa juga tidak malu
dan tidak takut salah ketika menjawab dan melontarkan pertanyaan kepada
guru.
3) “Guru tidak mengulangi pertanyaan sehingga mengganggu konsentrasi
siswa saat berpikir untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan.”
Pada saat guru melontarkan pertanyaan kepada siswa, guru tidak
mengulangi pertanyaan sehingga mengganggu konsentrasi siswa saat
berpikir untuk menjawab pertanyan, dan guru yang professional tidak akan
mengulangi pertanyaan pada saat siswa ingin menjawab pertanyaan,
karena apabila guru tersebut mengulangi pertanyaan maka akan
72
mengganggu konsentrasi siswa saat berpikir dan akibatnya siswa tidak
berkonsentrasi saat menjawab pertanyaan.
4) “Guru tidak menjawab pertanyaan sendiri.” Guru fiqih tidak menjawab
pertanyaannya sendiri, kecuali pertanyaan retorik atau pertanyaan yang
tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru
karena merupakan teknik penyampaian informasi kepada siswa. Guru
tidak diperkenankan menjawab pertanyaannya sendiri karena akan
membuat perhatian siswa berkurang atau menimbulkan salah pengertian
siswa.
5) “Guru tidak memberikan pertanyaan yang dapat mengundang jawaban
serentak”. Guru harus menghindari memberikan pertanyaan yang
mengundang siswa untuk dijawabnya secara serentak karena tidak dapat
memecahkan masalah dan tidak produktif maupun efektif.
6) “Guru tidak mengajukan pertanyaan lebih dari satu buah pertanyaan
sekaligus”. Guru fiqih boleh mengajukan pertanyaan lebih dari satu jika
semua pertanyaan sudah dijawab dengan tepat dan benar, jika guru
memberikan pertanyaan lebih dari satu sekaligus maka akan membuat
siswa frustrasi karena terlalu banyak pertanyaan dan siswapun mungkin
tidak akan menjawab pertanyaan dengan tepat.
7) “Guru tidak menunjuk siswa sebelum pertanyaan dilontarkan.” Setelah
guru melontarkan pertanyaan kepada siswa, sebaiknya guru tidak langsung
menunjuk siswa untuk langsung menjawab pertanyaan, guru harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir terlebih dahulu, jika
guru langsung menunjuk siswa sebelum pertanyaan dilontarkan maka akan
mengakibatkan siswa menjadi tegang karena siswa merasa dirinya belum
siap untuk menjawab, dan akhirnya siswa tidak bisa menjawab pertanyaan
dengan baik. Tetapi guru fiqih di MTs At-Taqwa 06 Bekasi tidak
menunjuk siswa terlebih dahulu sebelum melontarkan pertanyaan.
73
b. Komponen keterampilan bertanya dasar
1) “pertanyaan disampaikan dengan jelas dan singkat.” Guru harus
menyampaikan pertanyaan dengan jelas, singkat dan tidak bertele-tele agar
siswa dapat memahaminya, dan pergunakan bahasa yang dapat dipahami
siswa. Dan guru fiqih disini selalu menyampaikan pertanyaan dengan jelas
dan singkat.
2) “pertanyaan memberikan acuan.” Guru memberikan informasi sebelum
membuka sesi tanya jawab kepada siswa supaya siswa dapat menjawab
pertanyaan guru dengan tepat, dalam mengajukan pertanyaan guru perlu
memberikan informasi yang menjadi acuan pertanyaan.
3) “memusatkan perhatian sebelum pertanyaan dilontarkan.” Pemusatan
perhatian siswa dapat dikerjakan dengan cara memberikan pertanyaan
yang luas (terbuka) yang mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.
Guru fiqih pun demikian, sebelum pertanyaan dilontarkan kepada siswa,
guru selalu memusatkan perhatian siswa sebelumnya.
4) “pemindahan giliran.” Pemindahan giliran menjawab dapat dikerjakan
dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab pertanyaan
yang sama.
5) “penyebaran kesempatan menjawab pertanyaan.” Untuk penyebaran
kesempatan menjawab pertanyaan, guru dapat melemparkan pertanyaan ke
seluruh kelas, kepada siswa tertentu atau menyebarkan respon kepada
siswa yang lain.
6) “pemberian waktu berpikir yang cukup.” Guru fiqih memberikan waktu
berpikir kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, karena dalam
mengajukan pertanyaan guru harus berdiam diri sesaat sebelum menunjuk
siswa untuk menjawab pertanyaan.
7) “memberikan tuntunan jika siswa kesulitan menjawab seperti memberikan
pertanyaan yang lebih disederhanakan atau mengulangi kembali
informasi atau penjelasan yang berhubungan dengan pertanyaan.” Bagi
siswa yang mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan, strategi
pemberian tuntunan perlu dikerjakan. Strategi itu meliputi pengungkapan
74
pertanyaan dengan cara yang yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang
lebih sederhana atau mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.
c. Komponen keterampilan bertanya tingkat lanjut
1) “pengubahan tuntunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.”
Untuk
mengembangkan
kemampuan
berpikir
siswa
diperlukan
pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman,
penerapan, analisis, dan evaluasi).
2) “pengaturan
urutan
pertanyaan
untuk
mengembangkan
tingkat
pengetahuan dari yang sifatnya rendah ke yang lebih tinggi dan
kompleks.” Pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang
logis agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis,
dapat berdiri sendiri, dan percaya diri.
3) “pengetahuan
pertanyaan
pelacak.”
Bertanya
melacak
akan
meningkatkan respon siswa dengan menyediakan pertanyaan yang tingkat
kesukarannya lebih tinggi, cermat, membantu, dan relevan. Pada saat
bertanya melacak, guru harus berkonsentrasi memperbaiki respon siswa
secara individual dengan menyediakan pertanyaan yang baru.
4) “terjadi interaksi di dalam kelas.” Dalam kegiatan belajar mengajar, guru
harus pandai menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan tidak
membosankan, sehingga terjadi interaksi yang baik di dalam kelas, antar
guru dengan siswa, atau siswa dengan siswa. Guru juga harus memberikan
koreksi terhadap respon atau jawaban yang tidak tepat sehingga siswa
lebih mengerti dan memahami jawaban yang paling tepat. Guru juga
menerapkan metode diskusi agar seluruh siswa dapat belajar dengan aktif
sehingga terjadi interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya.
2. Aktivitas Belajar Fiqih Siswa
Aktivitas belajar siswa dengan tahap pengamatan/observasi. Observasi
dilakukan oleh peneliti dengan mengamati siswa selama proses pembelajaran.
75
Pada tahap pengamatan/observasi penelitian ini berlangsung selama tiga kali
pengamatan dimulai tanggal 07 Januari 2014 sampai dengan 07 Februari 2014
dengan alokasi waktu masing-masing 2 X 40 menit (2 jam pelajaran). Selama
penelitian ini, peneliti mengamati aktivitas belajar fiqih siswa. Peneliti
memberikan skor 1-3 terhadap aktivitas belajar fiqih siswa. Setiap pernyataan
aktivitas belajar fiqih dihitung nilai persentasenya, persentase setiap pernyataan
aktivitas belajar fiqih siswa merupakan rasio total skor. Persentase setiap
pernyataan aktivitas belajar fiqih siswa dirata-ratakan sehingga menjadi rata-rata
persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada pertemuan tersebut. Penulis
menghimpun data persentase aktivitas belajar fiqih siswa selama tiga pertemuan
dan menyajikannya dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah deskripsi mengenai
pelaksanaan pembelajaran dengan keterampilan bertanya guru melalui metode
tanya jawab berdasarkan hasil pengamatan /observasi selama tiga kali pertemuan
07 Januari 2014 sampai 28 Januari 2014:
1. Pengamatan ke-1 (07 Januari 2014)
Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran),
dimulai pada pukul 13.15 – 15.00 WIB terdapat 25 siswa yang mengikuti
pembelajaran dan semuanya hadir. Materi pembelajaran yang disampaikan pada
pengamatan ke-1 adalah melaksanakan tata cara sholat jama, qoshar, dan jama
qoshor serta shalat dalam keadaan darurat. Guru fiqih dalam hal ini membantu
peneliti untuk mengamati aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa satu persatu
kemudian dicatat pada lembar observasi aktivitas belajar fiqih siswa.
Pembelajaran diawali dengan memberikan stimulus yakni memberikan
pertanyaan kepada siswa atau apersepsi dengan mengulang pelajaran yang telah
dipelajari sebelumnya. Dari pengamatan peneliti, siswa belum responsif
menanggapi pertanyaan yang diajukan guru karena pembahasan materi untuk hari
ini siswa belum mengerti, tetapi untuk pertanyaan apersepsi sebagian siswa sudah
responsive untuk menjawab. Dan perhatian siswa sebagian besar sudah
memperhatikan guru ketika guru menjelaskan.
Kemudian guru memberikan informasi secara umum mengenai pelajaran
tentang ketentuan sholat jama, qoshor, dan jama qoshor. Siswa memperhatikan
76
penjelasan guru dan jika ada suatu permasalahan terkait pembelajaran fiqih yakni
tentang ketentuan shalat jama, qashar, dan jama qashar guru meminta siswa untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan terkait pembelajaran yang
sedang dipelajari, siswa harus mencermati permasalahan, menyelesaikan
permasalahan berdasarkan jawaban yang telah dipahaminya, menyelesaikan
kemampuan minimal yang harus dijawab dengan benar oleh siswa, dan
menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru terkait materi pembelajran fiqih
(ketentuan shalat jama, qashar, dan jama qashar). Guru meminta semua siswa
untuk memberikan pertanyaan dan menuliskan satu atau dua pertanyaan apa saja
yang terkait materi yang sudah diajarkan. Setelah pertanyaan dibuat oleh siswa,
kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dikumpulkan kepada guru dan
guru meminta kepada ketua kelas untuk membagikan pertanyaan yang tadi telah
dibuat oleh siswa secara acak. Setelah semua siswa mendapatkan petanyaan, guru
memerintahkan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dengan teliti, jika ada
siswa yang belum mengerti pertanyaan tersebut, siswa akan bertanya kepada guru
atau temannya yang membuat pertanyaan itu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari instrument catatan observasi aktivitas
belajar fiqih siswa didapati bahwa siswa masih terlihat bingung dan tidak tahu
membuat pertanyaan seperti apa, mereka masih membuka buku untuk membuat
pertanyaan, ada sebagian siswa yang benar menjawab pertanyaan dan aktif
bertanya kepada guru ketika pembelajaran sedang berlangsung, sedangkan yang
lainnya masih pasif dan hanya diam saja di kelas, tidak mau bertanya kepada guru,
sehingga jawaban mereka belum terlalu tepat. Penyebab kurang aktifnya siswa
dalam bertanya dikarenakan masing-masing siswa cenderung bingung apa yang
harus ditanyakan kepada guru dan dalam pengunaan bahasa masih belum bisa
menggunakan bahasa yang baik dan benar sedangkan siswa belum memahami
pelajaran yang sedang berlangsung, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Bapak
Suhaimi selaku guru mata pelajaran fiqih kepada peneliti.
“Keterampilan bertanya ini diterapkan ketika pemberian materi telah
disampaikan, saya juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum dipahami sambil melatih kemampuan
anak, terkadang siswa dari segi bahasa ketika sedang menyampaikan
77
pertanyaan kepada saya juga ada yang kurang baik, dan pada saat itu saya
selalu ajarkan siswa agar dalam menyampaikan pertanyaan bisa bertutur
bahasa dengan baik dan lebih memahami apa yang sedang dipertanyakan.
Sebenarnya mereka mengerti apa yang ingin mereka tanyakan kepada
saya, tapi dalam penyampaian bahasa mereka masih bingung, oleh sebab
itu mereka hanya diam atau bertanya kepada teman jika ada yang belum
memahami pelajaran.”3
Aktivitas siswa membuat pertanyaan pada pertemuan pertama, siswa
terlihat masih bingung dan tidak tahu membuat pertanyaan seperti apa, bahkan
diantara siswa tersebut masih ada yang bertanya kepada teman seperti apa
membuat pertanyaan. sehingga siswa juga belum tepat untuk menjawab
pertanyaan yang ditulis oleh temannya.
Data yang diperoleh dari daftar pertanyaan yang dibuat oleh siswa dan
ketepatan
menjawab
pertanyaan,
peneliti
mendeskripsikan
berdasarkan
kemampuan akademik siswa sebagai berikut:
a) Siswa berkemampuan tinggi
Siswa berkemampuan tinggi sebagian besar dari mereka dapat membuat
pertanyaan dengan baik, mereka membuat pertanyaan berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki, tidak mencari pertanyaan yang ada dibuku
yang sudah mereka catat dan mereka rangkum, karena dari guru maupun
dari pihak sekolah tidak mewajibkan siswa untuk memiliki buku paket.
Guru fiqih mengatakan ini merupakan kendala yang dialaminya dalam
mengajar fiqih. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Bapak Suhaimi
kepada peneliti.
“Kendala yang saya hadapi selama mengajar fiqih di MTS At-Taqwa 06
Bekasi adalah kurang tersedianya buku materi pelajaran fiqih, jadi hanya
guru saja yang memberikan materi dan saya tidak mewajibkan siswa untuk
mempunyai buku paket, sekolahpun tidak mewajibkan siswa memiliki
buku, LKS pun tidak ada, makanya guru banyak memberikan catatan
kepada siswa dan ini berakibat banyak waktu yang tersita, solusinya
adalah saya sering memberikan tugas di rumah untuk mencari sumbersumber bahan ajar untuk hari esok, jadi ketika belajar anak sudah ada
bahan untuk belajar yang mereka kerjakan karena mencari sumber bahan
ajar di rumah. Saya mempersilahkan siswa mencari sumber dari mana saja,
3
Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari
selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru.
78
bisa dari internet, media televisi atau darimanapun, yang terpenting adalah
siswa tersebut bisa memahami materi yang sedang saya ajarkan.”4
b) Siswa berkemampuan sedang
Keterampilan membuat pertanyaan dikerjakan dengan baik, tetapi masih
ada sebagian siswa yang menuliskan pertanyaan tulislah ayat atau hadits
yang menjelaskan tentang sholat jama, qashar, dan jama qashar.
Pertanyaan yang dibuat oleh salah satu siswa ini sudah cukup bagus, tetapi
seharusnya siswa membuat pertanyaan jangan memakai kata “tulislah
ayat” seharusnya “bacakan ayat” karena cara menjawab pertanyaan
tersebut adalah dengan cara lisan. Tetapi masih ada saja sebagian siswa
yang keliru dalam hal menulis pertanyaan. Tulislah ayat yang
memperbolehkan sholat qoshor?.
Dalam hal ketepatan menjawab pertanyaan, siswa berkemampuan sedang
sudah benar dalam menjawab pertanyaan tetapi diantara mereka masih saja
ada yang takut salah untuk menjawab pertanyaan dan masih sering
bertanya kepada temannya.
c) Siswa berkemampuan rendah
Siswa berkemampuan rendah dalam membuat pertanyaan sebagian ada
yang sudah baik dan sebagian yang lain membuat pertanyaan masih
melihat buku catatan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka malas untuk
berpikir dan mereka hanya bisa menyalin pertanyaan yang sudah ada
dibuku.
Dalam hal menjawab pertanyaan, siswa berkemampuan rendah masih
sibuk membuka buku catatan dan mencari jawaban, ada salah satu siswa
yang pasif saja ketika di kelas, tidak bisa menjawab pertanyaan padahal ia
sudah
membuka
buku,
siswa
tersebut
hanya
diam
dengan
ketidakmengertiannya dan tidak mau berusaha bertanya kepada guru.
4
Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari
selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru.
79
Siswa yang membuat pertanyaan dengan baik dan menjawab pertanyaan
dengan tepat tidak terlepas dari minat, motivasi, dan antusias dalam menyimak
penjelasan dari guru terkait dengan materi yang sedang berlangsung. Sementara
siswa yang menyalin pertanyaan dibuku catatan mereka dan menjawab pertanyaan
yang tidak tepat ini menyebabkan siswa hanya pasif saja ketika di kelas dan
diantara mereka juga terkadang masih sering mengobrol dengan temannya dan
tidak memperhatikan penjelasan materi yang sedang berlangsung.
Penulis menghimpun data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada
pertemuan pertama (Selasa, 07 Januari 2014). Berikut adalah data persentase
aktivitas belajar fiqih siswa pada pertemuan pertama (Selasa, 07 Januari 2014)
yang tersusun dalam tabel berikut ini:
Tabel 4
Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan Pertama (Selasa, 07
Januari 2014)
No
Aktivitas Belajar PAI Siswa
Rata-rata (%)
1.
Bertanya kepada teman/guru
54.66667
2
Menjawab pertanyaan
73.33333
3.
Mengeluarkan pendapat
4.
Melakukan Diskusi kelompok
66.66667
5.
Menanggapi pertanyaan
42.33333
6.
Mencatat materi dan Menulis pertanyaan
66.66667
7.
Mengerjakan tugas
8.
Berani atau bersemangat
Jumlah =
48
84
62.66667
497.3333
80
Rata-rata =
62.16667
2. Pengamatan ke-2 (Selasa, 21 Januari 2014)
Pada pengamatan ke-2 materi yang dipelajari adalah menjelaskan
ketentuan shalat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan dikendaraan.
Jumlah siswa yang hadir adalah 25 yang mengikuti pembelajaran dan semua siswa
hadir. Seperti pertemuan sebelumnya guru fiqih kelas VII-1 hadir dan membantu
peneliti untuk mengamati aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa satu persatu
kemudian mengamati siswa dalam satu kelompok dan mencatatnya ke dalam
lembar observasi aktivitas belajar fiiqh siswa.
Sebelum guru memulai kegiatan belajar mengajar pada hari ini, siswa
mengumpulkan PR terlebih dahulu. Selanjutnya guru menjelaskan indikator yang
ingin dicapai. Guru menjelaskan garis-garis besar isi materi di papan tulis dan
meminta kepada semua siswa untuk mencatatnya dan mengkondisikan tempat
duduk siswa agar terlihat rapih. Pada pertemuan kedua ini guru menerapkan
pembelajaran fiqih secara berkelompok. Guru meminta kepada siswa untuk
mengkondisikan tempat duduk kelompoknya sehingga siswa duduk berdasarkan
kelompoknya. Untuk memudahkan dalam pemahaman materi setiap siswa
diberikan hand out terkait materi pelajaran.
Pembelajaran diawali dengan memberikan stimulus berbentuk pertanyaan
kepada siswa mengenai ketentuan shalat dalam keadaan darurat ketika sakit dan
dikendaraan, kemudian guru memberikan informasi secara umum mengenai tata
cara sholat jama, qashar, dan jama qashar dalam keadaan darurat dan dikendaraan,
selanjutnya guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari 5 (lima) orang. Masing-masing kelompok harus mempunyai
ketua kelompok yang dipilih oleh anggota kelompok, ketua kelompok harus yang
aktif ketika di kelas, agar ia bisa menjadi tutor sebaya buat teman-temannya. Guru
memanggil para ketua kelompok dan menjelaskan materi yang sudah disampaikan
oleh guru. Dan dari sinilah peran tutor sebaya antara siswa dan saling berdiskusi
mengenai materi ketentuan sholat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan
81
dikendaraan, dalam diskusi kelompok aktivitas tutor sebaya terlihat aktif, siswa
yang memiliki kemampuan akademik tinggi mengajarkan kepada temannya yang
belum menguasai materi. Selanjutnya guru membagikan lembaran kertas yang
berisi nama, asal kelompok, dan suatu permasalahan yakni pertanyaan terkait
materi yang sedang diajarkan. Kertas tersebut diberikan kepada setiap individu
dalam kelompok. Siswa ditugaskan untuk menuliskan jawaban yang tepat terkait
materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok dan didiskusikan dengan
kelompoknya. Setelah semua kelompok berdiskusi dan menemukan jawaban yang
tepat, perwakilan dari ketua kelompok masing-masing menjelaskan jawabannya,
jika ada jawaban yang kurang tepat, kelompok yang lain berhak mengeluarkan
pendapatnya dan menyanggah jawaban dari kelompok lain. Dengan menerapkan
pembelajaran
secara
berkelompok
ini,
dimaksudkan
agar
siswa
dapat
menyelesaikan masalahnya dan menemukan hubungan antara konsep dan ide yang
dimilikinya sehingga siswa menjadi aktif dan bersemangat ketika proses
pembelajaran. Tetapi setelah selesai pembelajaran secara berkelompok, biasanya
guru menerapkan metode tanya jawab kepada siswa, jadi jika ada siswa yang
belum memahami permasalahan yang didiskusikan tadi, guru mempersilahkan
siswa untuk bertanya, dan sebaliknya guru juga akan memberikan pertanyaan
kepada siswa. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Bapak Suhaimi selaku guru
fiqih kelas VII-1.
“Metode yang digunakan juga bervariasi, metode tanya jawab, metode
ceramah, dan metode-metode lain yang sekiranya mendukung kepada
pengajaran fiqih, termasuk pembelajaran secara berkelompok, metode
diskusi juga saya pernah terapkan untuk pengajaran fiqih, dengan
diterapkannya metode diskusi, saya perintahkan kepada siswa-siswa untuk
mendiskusikan masalah pelajaran/materi yang sedang dipelajari, lalu saya
beri tugas mereka untuk mencatat pertanyaan setelah itu semua pertanyaan
kita diskusikan bersama di kelas. Ketika Pembelajaran berkelompok
biasanya saya juga sudah mempersiapkan beberapa permasalahan yang
berbentuk pertanyaan, setelah itu saya perintahkan kepada siswa untuk
membuat kelompok dan menunjuk ketua kelompoknya masing-masing,
setelah itu saya meminta kepada semua kelompok dengan mendiskusikan
jawaban atas permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran. Setelah
semua kelompok menemukan jawaban, perwakilan dari ketua kelompok
untuk menjelaskan jawabannya masing-masing. Tetapi selama saya
mengajar fiqih, saya lebih sering menerapkan metode tanya jawab, karena
82
dengan menggunakan metode ini siswa-siswa akan terpancing untuk lebih
aktif bertanya dan meningkatkan minat serta motivasi siswa untuk aktif
terlibat dalam belajar, dan pembelajaran fiqih akan lebih terarah lagi,
mungkin hanya beberapa siswa saja yang pasif karena biasanya mereka
lebih suka diam dan mendengarkan temannya yang bertanya kepada
saya.”5
Berdasarkan data yang diperoleh dari data instrument catatan observasi
aktivitas belajar fiqih siswa bahwa kelompok yang aktif melakukan diskusi dan
bersemangat dalam pembelajaran adalah kelompok 1, 3, dan 5, mereka terlihat
memperhatikan ketua kelompoknya dalam menyampaikan materi dan turut aktif
mendiskusikan materi dengan teman-temannya. Sedangkan kelompok lainnya
kurang maksimal dalam berdiskusi dan menjawab pertanyaan. Penyebab kurang
aktifnya siswa dalam berdiskusi dikarenakan masing-masing siswa cenderung
kurang berkomunikasi dengan ketua kelompoknya dan tidak memperhatikan
penjelasan
ketua
menyampaikan
kelompoknya
dalam
menyampaikan
materi,
dalam
materi ketua kelompok juga kurang maksimal sehingga
anggotanya lebih banyak bertanya guru dari pada mendiskusikan dengan teman
kelompoknya. Aktivitas membuat pertanyaan pada pertemuan kedua ini sebagian
besar sudah baik, tetapi masih ada beberapa siswa masih terlihat bingung
membuat pertanyaan seperti apa. Pada pertemuan ini semua siswa dalam
menjawab pertanyaan sudah hampir benar walaupun masih terlihat gugup dan
tutur bahasa mereka masih sedikit agak membingungkan saat menjawabnya.
Siswa juga sudah mulai ada peningkatan untuk aktif bertanya kepada guru
dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Tetapi dalam kekompakan
kelompok masih terlihat agak rendah, siswa belum bisa terlalu menyesuaikan
dengan kelompoknya, dan masih ada saja siswa yang tidak mau dengan teman
satu kelompoknya.
Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa keaktifan siswa dalam berdiskusi,
bertanya kepada guru menjadi lebih aktif daripada pertemuan pertama. Catatan
pengamatan/observasi aktivitas belajar fiqih siswa yang menyatakan bahwa
5
Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari
selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru.
83
aktivitas siswa dalam belajar fiqih sudah meningkat tetapi belum maksimal, tetapi
sewaktu peneliti mengamati sebagian besar siswa sudah terlibat dalam aktivitas
pembelajaran fiqih.
Peneliti menghimpun data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada
pengamatan kedua (Selasa, 21 Januari 2014) dan menyajikannya dalam bentuk
tabel. Berikut ini adalah data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada
pengamatan kedua (Selasa, 21 Januari 2014)
Tabel 5
Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa pengamatan kedua (Selasa, 21
Januari 2014)
No
Aktivitas Belajar PAI Siswa
Rata-rata (%)
1.
Bertanya kepada teman/guru
70.66667
2
Menjawab pertanyaan
81.33333
3.
Mengeluarkan pendapat
76
4.
Melakukan Diskusi kelompok
76
5.
Menanggapi pertanyaan
72
6.
Menulis pertanyaan
69.33333
7.
Mengerjakan tugas
88
8.
Berani atau bersemangat
80
Jumlah =
613.3333
Rata-rata =
76.66667
84
3. Pengamatan ketiga (Selasa, 28 Januari 2014)
Pengamatan ketiga materi yang disampaikan adalah melaksanakan tata
cara shalat wajib selain shalat 5 waktu. Siswa yang hadir mengikuti pembelajaran
sebanyak 25 siswa, semua siswa hadir.
Pembelajaran diawali dengan pengkondisian siswa sehingga siswa duduk
dengan rapih. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan
materi pembelajaran mengenai ketentuan shalat jum’at dan khutbah jum’at,
setelah guru menjelaskan semua materi mengenai ketentuan shalat dan khutbah
jum’at, selanjutnya siswa diberikan quiz dengan masing-masing siswa diberikan
soal yang berbeda. Setelah itu guru meminta kepada semua siswa untuk
menjawabnya. Hasil quiz yang diiisi oleh semua siswa sudah bisa dikatakan baik
dan sangat maksimal. Ketika siswa menghadapi kesulitan dalam mengerjakan
quiz, siswa tersebut lebih memilih bertanya kepada guru daripada bertanya dengan
temannya, sehingga peran guru cenderung dominan dalam pembelajaran kali ini.
Menurut catatan observasi aktivitas belajar fiqih siswa bahwa secara
keseluruhan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Aktivitas pembelajaran
dengan metode tanya jawab sangat menarik karena ada stimulus yang bertujuan
untuk merangsang siswa. Siswa terlihat sangat antusias pada saat guru
menerapkan metode tanya jawab, karena jika ada satu siswa yang aktif bertanya,
maka seluruh siswa juga ikut terpancing untuk bertanya kepada guru. Bahkan,
siswa yang minat belajarnya rendahpun menjadi bersemangat untuk bertanya.
Dalam pembelajaran siswa dituntut secara aktif untuk memperhatikan penjelasan
guru, jadi ketika ada salah satu siswa yang mengobrol di kelas pada saat guru
menjelaskan materi, maka ia diperintahkan untuk membuat pertanyaan. Oleh
sebab itu pada pengamatan yang ketiga ini seluruh siswa sudah aktif bertanya
kepada guru, dan tidak ada yang merasa takut salah jika bertanya kepada guru.
Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Suhaimi guru fiqih kelas VII-1.
“Jika ada salah satu siswa yang bertanya, ini cukup memancing siswa yang
lainnya, ketika ada anak yang aktif bertanya satu orang akhirnya
pertanyaan juga memotivasi kepada yang lain untuk bertanya “gimana pak
yang ini, gimana pak yang itu” dan akhirnya siswa yang lainpun ikut
berpartisipasi untuk bertanya. Jadi dalam keterampilan bertanya disini,
siswa harus dipancing terlebih dahulu agar aktif bertanya di dalam kelas,
85
ketika ada siswa yang bertanya siswa yang lainpun harus memberikan
tanggapan, karena saya meminta seluruh siswa untuk memperhatikan, jika
ada siswa yang tidak memperhatikan, maka saya memerintahkan siswa
tersebut untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh
siswa tadi, jika siswa tersebut tidak bisa menjelaskan, maka saya meminta
siswa itu untuk membuat dan menulis lima pertanyaan agar pertanyaan
tersebut dapat dibahas secara bersamaan di kelas.”6
Penulis menghimpun data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada
pengamatan ketiga (Selasa, 28 Januari 2014) dan menyajikannya dalam bentuk
tabel. Berikut adalah data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada pengamatan
ketiga (Selasa, 28 Januari 2014) yang tersusun dalam tabel berikut ini:
Tabel 6
Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa pengamatan ketiga (Selasa, 28
Januari 2014)
No
Aktivitas Belajar PAI Siswa
Rata-rata (%)
1.
Bertanya kepada teman/guru
82.66667
2
Menjawab pertanyaan
89.33333
3.
Mengeluarkan pendapat
82.66667
4.
Melakukan Diskusi kelompok
86.66667
5.
Menanggapi pertanyaan
77.33333
6.
Menulis pertanyaan
81.33333
7.
Mengerjakan tugas
89.33333
8.
Berani atau bersemangat
86.66667
6
Jumlah =
674.6667
Rata-rata =
84.33333
Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari
selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru.
86
Aktivitas belajar siswa diamati dengan tahap pengamatan/observasi
melalui lembar observasi aktivitas belajar siswa. Observasi dilakukan peneliti
dengan
mengamati
siswa
selama
proses
pembelajaran.
Pada
tahap
pengamatan/observasi penelitian ini berlangsung selama tiga kali pengamatan
dimulai tanggal 07-Januari 2014 sampai dengan 07 Februari 2014 dengan alokasi
waktu masing-masing 2 X 40 menit (2 jam pelajaran). Selama penelitian ini,
peneliti mengamati aktivitas belajar fiqih siswa. Peneliti memberikan skor 1-3
terhadap aktivitas belajar fiqih siswa. Setiap pernyataan aktivitas belajar fiqih
siswa dihitung nilai persentasenya, persentase setiap pernyataan aktivitas belajar
fiqih siswa dirata-ratakan sehingga menjadi rata-rata persentase aktivitas belajar
fiqih siswa pada pertemuan tersebut. Penulis menghimpun data persentase
aktivitas belajar fiqih siswa selama tiga pengamatan dan menyajikannya dalam
bentuk tabel. Berikut ini adalah data persentase aktivitas belajar fiqih siswa
selama tiga kali pengamatan.:
Tabel 7
Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa
No
1.
Aktivitas Belajar PAI
Siswa
Bertanya kepada
Rata-
1
2
3
54.66667
70.66667
82.66667
69.33333
73.33333
81.33333
89.33333
80.88889
48
76
82.66667
68.88889
66.66667
76
86.66667
76.44444
rata (%)
teman/guru
2
Menjawab pertanyaan
3.
Mengeluarkan pendapat
4.
Melakukan Diskusi
kelompok
5.
Menanggapi pertanyaan
41.33333
72
77.33333
63.55556
6.
Mencatat materi dan
66.66667
69.33333
81.33333
72.44444
Menulis pertanyaan
87
7.
Mengerjakan tugas
84
88
89.33333
87.11111
8.
Berani atau
62.66667
80
86.66667
76.44444
Jumlah =
497.3333
613.3333
674.6667
595.1111
Rata-rata =
62.16667
76.66667
84.33333
74.38889
bersemangat
Aktivitas belajar fiqih siswa di kelas menggunakan metode tanya jawab,
yakni keterampilan bertanya guru untuk melontarkan pertanyaan kepada siswa,
dan siswa juga turut aktif untuk bertanya kepada guru. Tujuan dari
mengajukannya pertanyaan antara lain adalah meningkatkan minat dan motivasi
siswa untuk aktif dalam belajar, mengevaluasi persiapan siswa dan mengecek
pekerjaan tugas yang diberikan, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
sikap inkuiri, memberikan arah atau petunjuk untuk menyelesaikan masalah
(problem solving), merangkum pelajaran yang telah diberikan, mendorong
pemahaman mendalam dengan menyajikan keterkaikan tertentu, merangsang
peserta didik untuk menggali pengetahuan bagi dirinya sendiri sehingga sangat
membantu siswa untuk menghubungkan antara konsep dan ide. Pada akhirnya
semua siswa di kelas dapat memahami materi dengan baik.
Berdasarkan
pada data tabel, catatan observasi aktivitas belajar fiqih
siswa, penulis mendeskripsikan masing-masing indikator aktivitas belajar fiqih
siswa sebagai berikut:
1. Oral Activities
Aktivitas belajar fiqih siswa dalam oral activities adalah bertanya kepada
teman/guru, menanyakan materi yang belum dipahami kepada guru maupun
kepada temannya, menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan guru
maupun
teman,
terlibat
dalam
melakukan
diskusi
kelompok,
dan
88
merespon/menjawab pertanyaan dari guru maupun teman.7 Deskripsi masingmasing aktivitas adalah sebagai berikut:
a) Menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan guru maupun teman,
merupakan aktivitas terendah dan tidak terlalu sering dilakukan oleh
siswa. Hal ini dikarenakan ketika guru memerintahkan siswa untuk
menjelaskan materi yang telah diajarkan dan disampaikan, siswa tidak
mau melakukannya dan saling menunjuk siswa yang lain, hanya beberapa
siswa saja yang mau menjelaskannya dan berani maju ke depan kelas,
yang menyebabkan siswa tidak mau menjelaskan materi yang telah
disampaikan adalah siswa tersebut merasa takut salah ketika menjelaskan
materi dan merasa takut ditertawakan oleh temannya, padahal semua siswa
pasti
bisa
menjelaskan
materi
jika
siswa
tersebut
benar-benar
memperhatikan guru ketika sedang menyampaikan materi di kelas.
Berdasarkan data wawancara kepada guru fiqih diperoleh keterangan
bahwa siswa dalam menjelaskan materi dimulai dari siswa berkemmapuan
tinggi menjelaskan kepada siswa yang berkemampuan sedang, selanjutnya
siswa
berkemampuan
sedang
menjelaskan
kepada
siswa
yang
berkemampuan rendah. Menurut guru pengampu mata pelajaran fiqih ini,
dalam segi bahasa penyampaian penjelasan materi yang disampaikan oleh
siswa yang berkemampuan tinggi akan cenderung lebih mudah dipahami
oleh
siswa
yang
berkemampuan
sedang
daripada
siswa
yang
berkemampuan rendah. dalam hal lain bahwa siswa yang berkemampuan
sedang juga mau berusaha untuk menjelaskan materi ke temannya yang
memiliki kemampuan rendah. Tetapi jika siswa berkemampuan sedang
belum memahami materi pembelajaran, maka siswa yang berkemampuan
sedang akan bertanya kepada siswa yang berkemampuan tinggi, setelah itu
baru dijelaskan kembali kepada siswa yang berkemampuan rendah.
b) Menanyakan materi yang belum dipahami kepada teman/guru cenderung
lebih sering dilakukan oleh siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang.
7
85.
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
89
Mereka tidak segan dalam bertanya kepada teman/guru ketika menemukan
kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Sedangkan siswa
berkemampuan
rendah
lebih
cenderung
jarang
bertanya
kepada
teman/guru, siswa yang berkemampuan rendah lebih banyak diam dengan
ketidakmengertian mereka. Sebagian dari mereka bahkan tidak peduli
terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, mereka lebih
asyik mengobrol, mengganggu teman-temannya yang sedang serius
memperhatikan guru ketika menjelaskan materi, dan tidak tahu apa yang
harus mereka lakukan. Dengan kata lain mereka tidak punya inisiatif untuk
aktif bertanya dalam pembelajaran, biasanya siswa yang seperti ini siswa
yang hanya pasif saja ketika di kelas. Sewaktu guru mengecek pemahaman
mereka terhadap materi pembelajaran, barulah mereka mau bertanya
terkait
materi
pelajaran
yang
belum
dipahaminya.
Siswa
yang
berkemampuan rendah seperti ini harus guru pancing-pancing terlebih
dahulu agar siswa mau turut aktif terlibat dalam belajar. Hal ini banyak
terjadi pada siswa laki-laki, sedangkan pada siswa perempuan mereka
lebih banyak aktif dalam bertanya selama pembelajaran berlangsung.
c) Aktivitas menjawab pertanyaan, seluruh siswa hampir menjawab dengan
benar, tetapi ada sebagian siswa yang menjawab pertanyaan masih terlihat
takut salah dan gugup, dan ada juga yang masih sibuk membuka buku
catatan dan mencari jawaban dibuku. Bagi siswa yang berkemampuan
tinggi ketika menjawab pertanyaan tidak terlihat gugup dan mereka
percaya diri kalau jawaban mereka itu benar tanpa harus membuka buku
terlebih dahulu.
d) Mengeluarkan pendapat merupakan aktivitas bertanya, sehingga sering
dilakukan oleh siswa berkemampuan tinggi dan sebagian siswa yang
berkemampuan sedang. Dalam aktivitas diskusi kelompok ketika siswa
berkemampuan sedang atau siswa berkemampuan rendah bertanya atas
materi yang belum dipahaminya, maka siswa berkemampuan tinggi yang
peduli merespon atas pertanyaan dan siswa yang berkemampuan tinggi
tidak sungkan untuk mengeluarkan pendapatnya ketika ada salah satu
90
siswa
menanyakan
materi
yang
belum
dipahaminya.
Aktivitas
mengeluarkan pendapat juga dilakukan oleh siswa ketika guru
menanyakan terkait materi yang sedang dipelajari, kemudian siswa
menjawab dan siswa bebas mengeluarkan pendapatnya masing-masing
atas jawaban tersebut, bahkan siswa boleh menyanggah jawaban siswa
yang lain jika jawabannya itu kurang tepat. Jika ada siswa yang
mengeluarkan pendapatnya maka akan diberikan reward oleh guru,
dengan adanya reward siswa lebih bersemangat untuk mengeluarkan
pendapatnya masing-masing. Bahkan, siswa yang berkemampuan rendah
yang cenderung hanya diam saja dan mengobrol dengan temannya, mereka
berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya. Seluruh siswa di kelas akan
antusias mengeluarkan pendapatnya jika diberikan reward oleh gurunya.
2. Listening Activities
Pertanyaan listening activities dalam aktivitas belajar fiqih siswa adalah
melakukan diskusi kelompok.8 Lebih dari jumlah kelompok (3 dari 5 kelompok)
benar-benar aktif dalam melakukan diskusi. Sementara 2 kelompok lainnya
cenderung kurang aktif dalam berdiskusi. Berdasarkan catatan observasi aktivitas
belajar fiqih siswa menyatakan terdapat 3 kelompok yang benar-benar aktif
melakukan diskusi, yaitu kelompok 1, 3, dan 5. Sebagian besar siswa menyatakan
bahwa belajar dalam suatu kelompok sangat memudahkan dan membantu mereka
dalam memahami materi pembelajaran yang sedang berlangsung, dimana siswasiswa dapat saling berbagi dan peduli terhadap teman yang belum memahami
materi pelajaran. Peneliti mengamati bahwa faktor-faktor yang dapat membuat
siswa aktif dalam berdiskusi diantaranya adalah:
a) Diskusi kelompok sangat cocok bagi siswa, karena dengan diadakannya
diskusi kelompok, siswa dapat saling membantu dan peduli terhadap
anggota yang lain.
8
85.
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
91
b) Siswa berkemampuan tinggi sangat peduli terhadap anggota yang lainnya
dan menjadi tutor sebaya bagi anggota yang lain.
c) Posisi duduk dalam berdiskusi ini siswa yang berkemampuan tinggi akan
duduk mengapit anggota lainnya ketika menjelaskan materi pembelajaran
sehingga dengan mudah dapat menjangkau anggota lainnya.
3. Mental Activities
Aktivitas belajar fiqih siswa dalam mental activities adalah menanggapi
pertanyaan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.9 ketika siswa
diberikan pertanyaan oleh guru atau temannya, siswa harus menanggapi
pertanyaan tersebut. Aktivitas menanggapi pertanyaan sering dilakukan oleh siswa
yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan sedang. Sedangkan
siswa yang memilki kemampuan rendah, cenderung jarang terlihat melakukan
aktivitas menanggapi pertanyaan, mereka hanya terlihat diam saja. Deskripsi
masing-masing aktivitas tersebut adalah:
a) Menganalisis
permasalahan/persoalan.
permasalahan/persoalan
yang
Ketika
menyangkut
siswa
materi
diberikan
pembelajaran,
selanjutnya siswa menganalisis permasalahan/persoalan tersebut. Aktivitas
menganalisis permasalahan/persoalan sering dilakukan oleh siswa yang
berkemampuan tinggi dan sebagian siswa yang berkemampuan sedang.
Hal ini ditandai dengan mereka yang sering bertanya kepada guru atau
hanya sekedar meluruskan hasil analisis mereka. Sedangkan siswa yang
berkemampuan rendah umumnya jarang terlihat melakukan aktivitas ini,
mereka cenderung hanya melihat hasil pekerjaan teman sekelompoknya
tanpa menganalisis terlebih dahulu bagaimana menyelesaikannya.
b) Memecahkan dan menjawab permasalahan/persoalan. Aktivitas ini
merupakan
tindak
permasalahan/persoalan.
lanjut
dari
Setelah
mereka
aktivitas
menganalisis
menganalisis
bagaimana
menyelesaikannya dan menggunakan konsep apa, barulah mereka
9
86.
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
92
memecahkan dan menjawab permasalahn/persoalan tersebut. Sehingga
skor aktivitas memecahkan dan menjawab permasalahan/persoalan tidak
berbeda jauh dengan aktivitas menganalisis permasalahan/persoalan dan
dilakukan oleh subjek yang sama.
4. Writing Activities
Pertanyaan-pertanyaan writing activities dalam aktivitas belajar fiqih
adalah
menyalin/mencatat materi pembelajaran, menulis pertanyaan dan
mengerjakan tugas pembelajaran.10 Deskripsi masing-masing aktivitas writing
activities adalah:
a) Menyalin/mencatat materi pembelajaran. Sebagian besar siswa aktif
dalam menyalin/mencatat materi pembelajaran. Ketika guru tidak
menyediakan hand out pembelajaran, maka siswa mencatatnya.
Mencatat materi pelajaran itu sudah menjadi kewajiban setiap siswa di
kelas, karena siswa tidak diwajibkan mempunyai buku paket seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pengamatan peneliti bahwa ada
siswa yang berkemampuan tinggi dalam menyalin/mencatat materi
pembelajaran cenderung mencatat dengan caranya sendiri dan tidak
sama dengan yang ditulis guru di papan tulis, mencatat materi yang
dipahaminya
dan
hal-hal
yang terpenting
saja.
Siswa
yang
berkemampuan tinggi juga lebih aktif mencatat materi pembelajaran
ketika guru sedang menjelaskan materi pembelajaran, lain halnya
dengan siswa yang berkemampuan sedang maupun siswa yang
berkemampuan rendah,
jika siswa yang berkemampuan sedang
kadang-kadang mencatat ketika guru sedang menjelaskan materi,
sedangkan siswa yang berkemampuan rendah hanya mendengarkan
guru saja tanpa mencatat materi pembelajaran yang sedang
berlangsung.
10
85.
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
93
b) Menulis pertanyaan terkait materi pembelajaran. Pertanyaan ditulis
dikertas yang disediakan oleh guru. Sebagian besar siswa aktif dalam
menulis pertanyaan terkait materi pembelajaran. Pengamatan peneliti
bahwa seluruh siswa dalam membuat pertanyaan tidak membuka buku
catatan, mereka membuat pertanyaan sendiri berdasarkan pengetahuan
yang ia miliki.
c) Mengerjakan tugas pembelajaran merupakan aktivitas tertinggi dan
merupakan aktivitas yang cukup sering dilakukan oleh setiap siswa.
Hampir semua siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, baik dikerjakan sendiri-sendiri maupun mendiskusikannya
dengan teman-teman yang lain. Faktor-faktor yang menyebabkan
aktivitas yang menyebabkan aktivitas mengerjakan tugas pembelajaran
sangat tinggi diantaranya adalah siswa telah memahami materi yang
telah disampaikan dengan baik, arahan/petunjuk yang jelas atas apa
yang harus dilakukan siswa, peran tutor sebaya yang maksimal sangat
penting sekali untuk membantu siswa lainnya dalam mengerjakan
tugas pembelajaran.
5. Visual activities
Aktivitas belajar fiqih siswa dalam visual activities adalah memperhatikan
penjelasan teman/guru.11 Secara umum, karakteristik subjek penelitian ini mudah
diarahkan untuk senantiasa memperhatikan teman/guru, ketika ada siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan teman/guru, maka teman/guru menegurnya dan
pada akhirnya siswapun fokus kembali memperhatikan penjelasan guru/teman,
sekalipun siswa mengulangi kesalahan kembali dan tidak memperhatikan
penjelasan guru/teman, maka guru memerintahkan siswa tersebut untuk bertukar
posisi, ia yang menjelaskan materi pembelajaran, dan siswa diminta guru untuk
membuat beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran yang sedang dipelajari,
11
85.
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
94
sehingga dapat dikatakan bahwa siswa mempunyai antusias dan semangat yang
tinggi untuk memperhatikan penjelasan guru maupun temannya sendiri.
6. Emosional activities
Aktivitas belajar fiqih siswa dalam emosional activities adalah berani atau
bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.12 Sebagian besar siswa
antusias
dan
bersemangat
dalam
mengikuti
pembelajaran.
Berdasarkan
pengamatan peneliti siswa merasa bersemangat karena pada pembelajaran
berlangsung sebelumnya siswa hanya mendengarkan ceramah guru, tanpa
menggunakan metode tanya jawab, dan guru terkadang juga tidak memberikan
siswa untuk bertanya. Setelah diterapkannya keterampilan bertanya siswa terlihat
menjadi termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Mereka merasa senang dan
siswa menjadi aktif saat menerima pelajaran dari guru.
Data aktivitas belajar fiqih siswa dari catatan observasi aktivitas belajar
fiqih siswa pada pengamatan pertama, kedua, dan ketiga cukup meningkat.
Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru/teman, menjawab pertanyaan guru,
mengeluarkan pendapat, melakukan diskusi kelompok, menanggapi pertanyaan,
menyalin/mencatat materi pembelajaran, mengerjakan tugas, dan berani/
bersemangat
mengalami
kemajuan
dengan
sering
memperhatikan
dan
mengerjakan tugas dengan baik, selama pembelajaran siswa sangat fokus
memperhatikan guru, sebagian siswa aktif dalam bertanya dan berani
mengeluarkan pendapatnya masing-masing.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Bertanya merupakan aktivitas yang paling sering dan penting dilakukan
dalam proses pembelajaran. Kemampuan bertanya guru merupakan kemampuan
utama yang harus dimiliki oleh guru karena bertanya adalah alat untuk mengajar.
Pemberian pertanyaan akan membantu peserta didik belajar secara mental dan
12
86.
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h.
95
lebih sempurna dalam menerima informasi. Melalui proses bertanya, siswa akan
mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk
mampu mengembangkan ide/gagasan dan pengujian baru yang inovatif,
mengembangkan metode dan teknik untuk bertanya, bertukar pendapat dan
berinteraksi. Proses pembelajaran memungkinkan untuk dapat mengembangkan
kebebasan mengeluarkan aspirasi, berupa pertanyaan atau jawaban, baik siswa
maupun guru, sesuai dengan fakta dan penalaran. Pertanyaan dapat merangsang
timbulnya kegiatan belajar.
Setelah penelitian ini dilakukan, maka peneliti memperoleh hasil
penelitian berupa informasi mengenai Keterampilan Bertanya Guru dalam
Meningkatkan Aktivitas Belajar Fiqih Siswa di MTs At-Taqwa 06 Bekasi. Di
MTS At-Taqwa 06 Bekasi, mata pelajaran fiqih dipelajari setiap satu Minggu
sekali yaitu pada hari Selasa jam pelajaran pertama 13.15-15.00. Pada setiap
pertemuan siswa mendapatkan materi yang diajarkan oleh guru.
Selain itu, Keterampilan bertanya guru dapat meningkatkan keaktifan
siswa, hampir semua indikator aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
seperti yang diungkapkan Paul B. Diedrich sebagaimana yang dikutip oleh
Sadirman dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, di antaranya:
Listening activities, pada saat siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Oral
activities, saat siswa aktif bertanya. Mental activities, saat siswa aktif dalam kerja
kelompok. Writing activities, saat siswa mengerjakan tugas. Emosioanal
activities, saat siswa senang mengikuti pembelajaran.
Pada pertanyaan di atas terlihat dari aspek-aspek yang diamati
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat. Siswa
banyak yang bertanya jika mengalami kesulitan dan tampak lebih semangat dalam
kegiatan pembelajaran. Setiap siswa sudah terlihat tidak kebingungan dalam
memecahkan masalah, keberanian siswa di kelas juga meningkat sehingga dalam
proses
pembelajaran
yang
berlangsung
guru
tidak
lagi
mendominasi
pembelajaran. Pemahaman siswapun semakin bertambah akan materi yang
diajarkan oleh guru.
96
Dalam hal ini tampak jelas sekali bahwa perbedaan pembelajaran yang
menggunakan tanya jawab dan dengan cara guru yang mengajarnya dengan
ceramah saja siswa lebih pasif. Dengan menggunakan metode tanya jawab siswa
lebih aktif dan lebih berani dalam bertanya dan menyimpulkan pembelajaran yang
telah dipelajari.
Berdasarkan hasil wawancara guru dan hasil pengamatan, dengan
diadakannya reward guna untuk perbaikan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Reward ini diberikan kepada siswa yang aktif bertanya dan mengeluarkan
pendapat. Reward juga diberikan kepada kelompok yang paling aktif. Dengan
adanya reward ini siswa berlomba-lomba untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran fiqih.
Secara keseluruhan keterampilan bertanya guru juga ikut memancing dan
memotivasi siswa untuk bertanya dan mengalami peningkatan, dan keaktifan
siswa kelas VII MTS At-Taqwa 06 Bekasi dalam pembelajaran fiqih juga
meningkat. Dalam pembelajaran antusias siswa menjadi meningkat karena dengan
keterampilan bertanya guru dan dengan menggunakan metode tanya jawab siswa
dapat berlomba-lomba untuk membuat pertanyaan agar siswa lain tidak dapat
menjawab pertanyaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MTs At-Taqwa 06 Bekasi
terhadap keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih
siswa yang dibatasi dengan menggunakan metode tanya jawab, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Keterampilan bertanya seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran
fiqih dapat dikatakan meningkat dengan menggunakan metode tanya jawab, siswa
cenderung lebih aktif untuk bertanya kepada guru dan cara guru menggunakan
teknik bertanya juga sudah baik. Keterampilan bertanya guru juga dapat
meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa. Siswa lebih aktif dan lebih
bersemangat. Siswa juga lebih banyak yang bertanya kepada guru. Penelitian
mengenai pengembangan keterampilan bertanya guru dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan model
pembelajaran yang konvesional yang selama ini masih dipakai oleh kebanyakan
guru. Ada 2 komponen keterampilan bertanya yang harus dimiliki oleh setiap
guru: komponen keterampilan bertanya dasar dan komponen keterampilan
bertanya lanjut. Pertanyaan yang baik akan membuat kelas menjadi interaktif,
namun kesalahan dalam bertanya dapat menyebabkan pembelajaran tidak
menarik. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kekeliruan guru dalam
bertanya dapat menyebabkan siswa bersikap pasif dalam belajar. Jadi bertanya
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan ketika pembelajaran di kelas. Guru
yang aktif selalu mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan ini akan memancing
dan merangsang siswa untuk turut aktif bertanya kepada guru sehingga guru dapat
mengevaluasi kesulitan siswa dalam belajar.
97
98
B. Saran
Berawal dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap keterampilan
bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa, serta tujuan dan
manfaat dari penelitian ini perlu kiranya penulis mengemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Penelitian terhadap keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas
belajar fiqih siswa menunjukkan pengaruhnya yang cukup signifikan terhadap
peningkatan keaktifan belajar siswa, oleh karena itu hendaklah para pengajar
untuk menerapkan metode tanya jawab, dan seorang guru perlu memahami
bagaimana bertanya secara baik dan benar, juga mempelajari bagaimana
pengaruhnya bertanya di dalam kelas agar pembelajaran di kelas menjadi
menarik.
2. Untuk meningkatkan aktikvitas dan hasil belajar siswa yang maksimal,
tentunya kebijakan-kebijakan dari kepala sekolah dalam meningkatkan
kualitas kinerja guru pada mata pelajaran fiqih dan mata pelajaran yang
lainnya sangat dibutuhkan dalam upaya mempermudah pelaksanaan dan
pembelajaran fiqih di kelas terasa asik, menantang, dan menyenangkan.
3. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fiqih, sarana dan prasaranapun
diharapkan dapat dimanfaatkan dan dipergunakan secara maksimal agar
proses pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
4. Pihak sekolah diharapkan harus lebih meningkatkan mutu agar tujuan yang
dicita-citakan dapat tercapai dengan maksimal. peningkatan mutu dari
pelaksanaan pembelajaran fiqih bisa dilakukan dengan menyediakan buku
kepada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sadirman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
Ahmadi, Iif Khoiru. Dkk. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: PT
Prestasi Pustakaraya, 2011.
Azhari, Akyas. Psikologi Umum dan Perkembangan. Bandung: Teraju, 2004.
Badudu, J. S. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Kompas, 2003.
Basyiruddin, Usman. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2008.
Daryanto. Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru.
Bandung: Yrama Widya, 2013.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: CV Pustaka
Agung Harapan.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Dzajuli, A. Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam.
Jakarta: Prenada Media, 2005.
Dzamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011.
Endang Sri Haryanti, “Penerapan Teknik Pengajuan Pertanyaan Accelerated
Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Matematika di MTS Negeri 1 Tangerang,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
99
100
Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima,
2009.
Hall, Gene E. Dkk. Mengajar dengan Senang. Jakarta: PT Macanan Jaya
Cemerlang, 2008.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001.
Hasibuan, J.j. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Hollingsworth, Pat dan Lewis, Gina. Buku Active Learning, Increasing Flow in
the Classroom, Terj. Dari Active Learning, Increasing Flow in the
Classroom, oleh Dwi Wulandari. Jakarta: PT Index, 2008.
http://makalah-download.blogspot.com/2011/09/keterampilan-bertanya.html.
diakses pada hari Kamis, 13 Maret 2014, Pukul 10.13.
Hulliah, “Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa dalam Pembelajaran PKN
dengan Menggunakan Media Gambar di MI Al- Hidayah Kembangan
Jawa Barat”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: PT. Apollo, 1997.
Karim, A. Syafi’i. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Lamiran, Sudarmaji. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: PT Prestasi
Pustaka, 2011.
Lampiran SISDIKNAS 20 Tahun 2003.
Ma’rif Syafruddin. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving
Question and Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
di SMP Negeri 1 Mancak Kab. Serang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Majid, Abdul. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung; PT
Remaja Rosdakarya, 2012.
Masitoh dan Dewi, Laksimi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Maulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.
101
Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Presss
Group, 2013.
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1988.
Nasution. Metode Research. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2011.
Nurdin, Syafruddin. Model Pembelajaran yang Meperhatikan Keragaman
Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat: Quantum
Teaching, 2005.
Partatnto, Pius A dan Al Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola, 1994.
Rahayu, Iin Tri dan Tristiadi Ardi Ardani. Observasi dan Wawancara. Jawa
Timur: Bayumedia Publishing, 2004.
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Jakarta: At-Tahiriyah, 1976.
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif Berkualitas. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2009.
Rusman. Model-Model Pembelajaran Menegmbangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.
S, Juhana. Dkk. Dokumentasi dan Perpustakaan. Bandung: CV. Armiko, 1991.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006.
Silbermen, Melvin L. Active Learning. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Mandiri,
1996.
Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989.
Subari. Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: CV Alfabeta,
2013.
102
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010.
Supriyanto, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Syihab, M. Quraisy. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1992.
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995.
The Liang, Gie. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1985.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan,
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya
2006.
Yamin, Martinis. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010.
LAMPIRANLAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah
: MTs At-Taqwa 06 Bekasi
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas / Semester
: VII / II
Standar Kompetensi
: Melaksanakan tata cara shalat jama’, qashar, dan jama’
qashar serta shalat dalam keadaan darurat
Kompetensi Dasar
: Menjelaskan shalat jama’ dan qashar
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit (1x pertemuan)
Indikator Kompetensi Pembelajaran:
1. Menjelaskan pengertian shalat qashar dan dasar hukumnya
2. Menjelaskan syarat-syarat melaksanakan shalat qashar
3. Menyebutkan macam-macam shalat yang bisa diqashar
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu menjelaskan pengertian shalat qashar dan dasar hukumnya.
2. Siswa mampu menjelaskan syarat-syarat melaksanakan shalat qashar.
3. Siswa mampu menyebutkan macam-macam shalat yang bisa diqashar.
Materi Pembelajaran:
A. Shalat Qashar
1.
Pengertian Shalat Qashar
Shalat qashar yaitu shalat fardhu yang jumlah rakaatnya diringkas. Shalat fardhu
yang boleh diqashar yaitu shalat fardhu yang jumlahnya empat rakaat. Di antaranya shalat
Zuhur, Ashar, dan Isya. Shalat qashar diperbolehkan dalam Islam berdasarkan QS. AnNisa: 101.
...           
Artinya: “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah berdosa kamu
mengqashar shalat (mu) ...”
2.
Niat Shalat Qashar
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Zuhur 2 raka’at qashar karena Allah Ta’ala
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Ashar 2 raka’at qashar karena Allah Ta’ala
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Isya 2 raka’at qashar karena Allah Ta’ala
3.
Syarat Sah Shalat Qashar
a. Berniat untuk mengqashar shalat.
b. Shalat yang diqashar adalah shalat yang diperbolehkan untuk diqashar, yaitu
Zuhur, Ashar, dan Isya.
c. Dalam perjalanan jauh yang apabila ditempuh dengan jalan kaki membutuhkan
waktu sehari semalam.
d. Perjalanan yang dilakukan bukan untuk maksiat/hal-hal yang dilarang agama.
e. Tidak bermakmum atau menjadi imam kepada orang yang melakukan shalat
dengan sempurna.
4. Faktor-faktor yang memperbolehkan seseorang melaksanakan shalat dengan
cara diqashar, antara lain: Apabila dalam suasana yang tidak aman, misalnya dalam
keadaan perang, sakit, dan dalam perjalanan jauh (musafir).
B. Shalat Jama’ Qashar
Shalat jama qashar yaitu dua shalat fardhu yang dikumpulkan dalam satu
waktu dengan meringkas jumlah rakaatnya, baik dengan jama‟ taqdim maupun
jama‟ takhir. Mengerjakan shalat jama‟ qashar diperbolehkan apabila dalam
keadaan sakit, keadaan sedang tidak aman, dan dalam perjalanan jauh (musafir).
Niat shalat jama‟ qashar.
1.
Shalat jama‟ qashar Zuhur dan Ashar
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Zuhur 2 raka’at dijama’ dengan shalat Ashar secara
jama’ taqdim qashar karena Allah Ta’ala
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Zuhur 2 raka’at dijama’ dengan shalat Ashar secara
jama’ takhir qashar karena Allah Ta’ala
2.
Shalat jama‟ qashar Maghrib dan Isya
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Isya 2 raka’at dijama’ dengan shalat Maghrib secara
jama’ taqdim qashar karena Allah Ta’ala
Artinya: Aku berniat shalat fardhu Isya 2 raka’at dijama’ dengan shalat Maghrib secara
jama’ takhir qashar karena Allah Ta’ala
Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
Kegiatan Pembelajaran:
Kegiatan
Pendahuluan
Langkah-langkah
Nilai-nilai Karakter
1. Guru mengkondisikan siswa
Religius
untuk siap menerima materi,
Disiplin
memulai pembelajaran dengan
Rasa ingin tahu
salam dan berdoa bersama.
Sikap yang baik
2. Guru bertanya pengetahuan
siswa tentang shalat jama‟,
qashar dan shalat jama‟ qashar
3. Guru memberitahu siswa
mengenai materi yang akan
dipelajari.
Waktu
10 menit
Kegiatan Inti
Eksplorasi
1. Guru menerangkan materi
Disiplin
tentang shalat jama‟, qashar dan
Rasa ingin tahu
shalat jama‟ qashar.
Sikap yang baik
65 menit
2. Guru dan siswa melafalkan QS.
An-Nisa: 101.
3. Guru meminta setiap siswa untuk
membuat pertanyaan mengenai
shalat qashar dan shalat jama‟
qashar.
Kreatif
Elaborasi
1. Siswa menulis pertanyaan
tersebut di kertas.
2. Guru mengambil kertas tsb dari
setiap siswa dan mengocoknya,
Bertanggung jawab
Rasa ingin tahu
Menghargai
Mandiri
& memerintahkan ketua kelas
untuk membagikan kembali
kepada semua siswa.
3. Guru meminta siswa membaca
dalam hati sambil memikirkan
jawaban dari pertanyaan tsb.
4.
Guru memanggil siswa secara
bergantian untuk membaca
pertanyaan dan menjawabnya.
5. Guru meminta siswa lain untuk
Konfirmasi
memberi tanggapan.
Rasa ingin tahu
Sikap yang baik
Guru mengomentari jawaban
siswa, dan bertanya jawab
mengenai materi tersebut.
Penutup
1. Guru menyimpulkan materi.
Sikap yang baik
2. Guru menutup pelajaran dengan
Religius
membaca doa dan mengucapkan
salam.
5 menit
Sumber Belajar:
1. Buku Paket Pendidikan Agama Islam untuk SMP/MTs Kelas VII, oleh Ika Setiani
dkk, Jakarta: Swadaya Murni, 2010.
2. Buku Paket Pendidikan Agama Islam 1 Untuk SMP Kelas VII, oleh Robingan, PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
3. Buku Ayo Belajar Agama Islam Untuk SMP Kelas VII, oleh Muhammad Nasikin
dkk, Jakarta: Erlangga, 2011.
4. Buku Paket Pendidikan Agama Islam, oleh Bachrul Ilmy, Jakarta: Grafindo Media
Pratama, cet. II, 2008.
5. Buku LKS Pendidikan Agama Islam Untuk Siswa Kelas 7 Semester 2, Jakarta: PT.
Multi Guna Ilmu, cet. I, 2011.
Penilaian:
Teknik Penilaian
: Tes Tertulis
Bentuk Instrumen
: Uraian dan Jawaban Singkat
No
1.
Soal
Jelaskan
pengertian
Skor
Jawaban
Shalat qashar yaitu shalat fardhu yang
shalat qashar dan dasar
jumlah rakaatnya diringkas.
hukumnya!
Dasar hukumnya QS. An-Nisa: 101.
     
    
...
Artinya: “Dan apabila kamu bepergian di muka
bumi, maka tidaklah berdosa kamu
mengqashar shalat (mu) ...”
2.
Jelaskan
syarat-syarat
melaksanakan
Syarat Sah Shalat Qashar: Berniat
shalat
untuk
qashar!
mengqashar
shalat,
dalam
perjalanan jauh yang apabila ditempuh
dengan jalan kaki membutuhkan waktu
sehari
semalam,
perjalanan
yang
dilakukan bukan untuk maksiat, dan
tidak bermakmum atau menjadi imam
kepada orang yang shalat sempurna.
3.
Sebutkan
shalat-shalat
Shalat fardhu yang boleh diqashar yaitu
yang bisa diqashar!
shalat Zuhur, Ashar, dan Isya.
100
Skor Maksimal
Nilai = Jumlah skor perolehan x 100
Jumlah skor maksimal
Mengetahui
Bekasi, Februari 2014
Kepala Madrasah
Guru
Bidang
Studi
Fiqih
UBAIDILLAH, S.Ag.
AHMAD
S.Ag.
SUHAIMI,
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah
: MTs At-Taqwa 06 Bekasi
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas / Semester
: VII / II
Standar Kompetensi
: Memahami tatacara shalat wajib selain shalat 5 waktu
Kompetensi Dasar
: Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat dam khutbah
Jum’at
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit (1x pertemuan)
Indikator Kompetensi Pembelajaran:
1. Menjelaskan pengertian shalat Jum‟at
2. Menjelaskan dasar hukum shalat Jum‟at
3. Menjelaskan syarat mendirikan shalat Jum‟at
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu menjelaskan pengertian shalat Jum‟at.
2. Siswa mampu menjelaskan dasar hukum shalat Jum‟at.
3. Siswa mampu menjelaskan syarat mendirikan shalat Jum‟at.
Materi Pembelajaran:
A. Pengertian shalat Jum’at dan hukum melaksanakannya
Shalat Jum‟at adalah shalat dua rakaat pada waktu zuhur yang dikerjakan pada
hari Jum‟at secara berjamaah sesudah dibacakan dua khutbah. Shalat Jum‟at dikerjakan
sebagai pengganti shalat zuhur.
Hukum melaksanakan shalat jum‟at adalah fardhu „ain bagi setiap laki-laki
muslim yang telah baligh, merdeka, sehat, dan bertempat tinggal. Firman Allah SWT
QS. Al-Jumu‟ah: 9.
             
        
Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Artinya: “Shalat Jum’at itu hak yang wajib atas tiap-tiap orang Islam dengan berjamaah,
kecuali empat golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak-anak, dan
orang sakit.” (HR. Abu Dawud dari Thariq bin Syahab)
B. Syarat mendirikan shalat Jum’at
Syarat wajib shalat Jum’at, antara lain:
1.
Islam, orang yang bukan Islam tidak wajib shalat Jum‟at.
2.
Baligh, orang yang telah baligh atau dewasa wajib melaksanakan shalat Jum‟at. Bagi anakanak shalat Jum‟at tidak wajib namun boleh dilakukan sebagai pengenalan dan pembiasaan.
3.
Berakal sehat, orang gila tidak wajib shalat Jum‟at.
4.
Laki-laki.
5.
Sehat, orang yang sakit tidak wajib shalat Jum‟at.
6.
Bermukim, orang yang sedang dalam perjalanan jauh tidak wajib shalat Jum‟at.
Syarat sah shalat Jum’at, antara lain:
1.
Shalat Jum‟at hendaknya dilaksanakan dalam wilayah yang tetap.
2.
Shalat Jum‟at harus dilakukan dengan berjamaah.
3.
Shalat Jum‟at harus dilakukan pada waktu shalat zuhur.
4.
Shalat Jum‟at harus didahului dengan dua khutbah.
C. Ketentuan Khutbah Jum’at
Khutbah Jum‟at merupakan salah satu syarat sah shalat Jum‟at. Khutbah Jum‟at
terdiri dari dua khutbah, dilakukan setelah masuk waktu shalat Zhuhur.
1.
2.
3.
Rukun Khutbah Jum’at
a.
Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT.
b.
Membaca dua kalimat syahadat.
c.
Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
d.
Membaca ayat al-Qur‟an.
e.
Berwasiat takwa kepada Allah SWT.
f.
Berdo‟a pada khutbah kedua untuk keselamatan seluruh kaum muslimin.
Syarat Dua Khutbah
a.
Khutbah dimulai setelah tergelincir matahari (masuk waktu Zuhur).
b.
Pada waktu menyampaikan khutbah, sebaiknya dilakukan sambil berdiri jika mampu.
c.
Duduk di antara dua khutbah.
d.
Khutbah dilakukan berturut-turut.
e.
Khatib harus suci dari hadas dan najis.
f.
Khatib hendaklah menutup auratnya.
Sunah-sunah Khutbah Jum’at
a.
Khutbah dilakukan di tempat yang lebih tinggi.
b.
Materi khutbah disampaikan dengan bahasa yang mudah diterima, tidak terlalu panjang
atau terlalu pendek.
c.
Tertib dalam khutbah.
d.
Khatib memulai khutbahnya dengan mengucapkan salam.
e.
Duduk setelah memberi salam.
f.
Khatib membaca surat al-Ikhlas saat duduk antara dua khutbah.
Saat khatib sedang berkhutbah, jamaah wajib mendengarkan. Jamaah dilarang
berbicara, juga dilarang mencegah orang lain supaya tidak berbicara.
D. Praktik Shalat Jum’at
Cara pelaksanaan shalat Jum‟at pada dasarnya sama dengan shalat lima waktu,
yang berbeda hanyalah niatnya. Shalat Jum‟at diawali dengan dua khutbah. Setelah
khatib selesai berkhutbah, muazin mengumandangkan iqamat sebagai tanda shalat Jum‟at
akan dimulai. Tata cara pelaksanaan shalat Jum‟at sebagai berikut.
Sebelum memulai takbiratulihram, imam memperhatikan saf makmum dan memberi aba-aba
untuk meluruskan barisan. Setelah safnya lurus dan rapat, imam menghadap kiblat dan berniat
shalat Jum‟at sebagai imam. Niat ini ada yang dilafalkan sebagai berikut.
Artinya: Aku niat shalat shalat Jum’at dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam fardhu karena
Allah ta’ala.
2.
Makmum mengikuti imam berniat shalat Jum‟at sebagai makmum. Niat ini ada yang
melafalkan sebagai berikut.
Artinya: Aku niat shalat shalat Jum’at dua rakaat menghadap kiblat sebagai ma’mum fardhu
karena Allah ta’ala.
3.
Imam maupun makmum bersama-sama membaca doa iftitah dengan suara sirran (lemah).
4.
Imam membaca surat al-Fatihah secara jahran (keras) dan makmum cukup mendengarkan.
5.
Imam membaca surat atau ayat al-Qur‟an.
6.
Imam ruku‟ dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a ruku‟ dengan suara lemah, diikuti
makmum.
7.
Imam i‟tidal dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a i‟tidal, diikuti makmum.
8.
Imam melakukan sujud dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a sujud, diikuti makmum.
9.
Imam duduk di antara dua sujud dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a duduk, diikuti
makmum.
10. Imam melakukan sujud kedua dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a sujud, diikuti makmum.
11. Imam bangkit kembali untuk melakukan rakaat kedua, diikuti makmum.
12. Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, kemudian duduk tahiyat akhir dan membaca tasyahud
akhir.
13. Selesai membaca tahiyat akhir, imam mengucapkan salam dan makmum mengikutinya.
Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran :
1.
2.
Ceramah
Tanya Jawab
Kegiatan Pembelajaran:
Kegiatan
Pendahuluan
1.
Langkah-langkah
Guru mengkondisikan siswa untuk
Nilai-nilai Karakter
Religius
siap menerima materi, memulai
Disiplin
pembelajaran dengan salam dan
Rasa ingin tahu
berdoa bersama.
Sikap yang baik
2.
Guru mengabsen siswa.
3.
Guru memberi icebreaking.
4.
Guru bertanya pengetahuan siswa
tentang shalat Jum‟at.
5.
Guru memberitahu siswa mengenai
Waktu
10 menit
materi yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti
1.
Eksplorasi
2.
Guru menerangkan materi tentang
shalat Jum‟at meliputi pengertian,
Disiplin
hukum melaksanakannya, syarat
Rasa ingin tahu
wajib, dan syarat sah.
Sikap yang baik
65 menit
Guru dan siswa melafalkan QS. AlJumu‟ah: 9.
3.
Guru memberikan quiz kepada siswa
dengan masing-masing siswa
diberikan soal yang berbeda.
Elaborasi
Guru meminta kepada semua siswa Kreatif
untuk menjawab quiz yang telah Bertanggung jawab
diberikan guru tadi.
Rasa ingin tahu
Menghargai
Mandiri
Guru mengomentari jawaban siswa,
Konfirmasi
dan bertanya jawab mengenai materi
Rasa ingin tahu
Sikap yang baik
tersebut.
Penutup
1.
2.
Guru menyimpulkan materi
Sikap yang baik
pelajaran.
Religius
Guru menutup pelajaran dengan
membaca doa dan mengucapkan
salam.
Sumber Belajar:
1.
Buku Paket Pendidikan Agama Islam untuk SMP/MTs Kelas VII, oleh Ika Setiani dkk,
Jakarta: Swadaya Murni, 2010.
2.
Buku Paket Pendidikan Agama Islam 1 Untuk SMP Kelas VII, oleh Robingan, PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
3.
Buku Ayo Belajar Agama Islam Untuk SMP Kelas VII, oleh Muhammad Nasikin dkk,
Jakarta: Erlangga, 2011.
5 menit
4.
Buku Paket Pendidikan Agama Islam, oleh Bachrul Ilmy, Jakarta: Grafindo Media Pratama,
cet. II, 2008.
5.
Notebook, LCD, Kertas ukuran kartu ± 7x10 cm, Karton.
Penilaian:
Teknik Penilaian
: Tes Tertulis
Bentuk Instrumen
: Uraian dan Jawaban Singkat
No
1.
Soal
Skor
Jawaban
pengertian Shalat Jum‟at adalah shalat dua rakaat pada
Jelaskan
shalat Jum‟at!
3
0
waktu zuhur yang dikerjakan pada hari jum‟at
secara
berjamaah
sesudah
dibacakan
dua
khutbah.
2.
Jelaskan dasar hukum Firman Allah SWT QS. Al-Jumu‟ah: 9.
shalat Jum‟at!
4
0
      
        
      
Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila
diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui.”
3.
Jelaskan
mendirikan
syarat-syarat Syarat wajib shalat Jum’at: Islam, baligh,
3
0
shalat berakal sehat, laki-laki, sehat, & bermukim.
Jum‟at!
Syarat
sah
shalat
Jum’at,
antara
lain:
Dilaksanakan
dalam
wilayah
yang
tetap,
berjamaah, dilakukan pada waktu shalat zuhur,
dan didahului dengan dua khutbah.
Skor Maksimal
Nilai = Jumlah skor perolehan x 100
Jumlah skor maksimal
100
Mengetahui
Bekasi, Februari 2014
Kepala Madrasah
Guru Bidang Studi Fiqih
UBAIDILLAH, S.Ag.
AHMAD SUHAIMI, S.Ag.
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA
Hari / Tanggal
: Selasa, 07 Januari 2014
Tujuan Wawancara
: Untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar fiqh,
minat siswa terhadap pelajaran fiqh, keaktifan
siswa dalam bertanya, dan permasalahan yang
dihadapi siswa terkait dengan pelajaran fiqh.
Daftar pertanyaan
1. Apa yang kamu lakukan saat guru menjelaskan materi?
2. Apakah kamu memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru?
3. Apakah kamu senang dengan pelajaran fiqh dan aktif bertanya kepada guru?
4. Apa yang menyebabkan kamu senang / tidak senang, dan aktif / tidak aktif
bertanya kepada guru selama pembelajran fiqh di kelas?
5. Apakah guru fiqh kamu pernah menerapkan pembelajaran dengan cara
berkelompok?
6. Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu mencoba untuk
berdiskusi dengan teman yang lain?
7. Apakah kamu mengajukan pendapat tentang materi yang disampaikan guru?
8. Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu bertanya kepada
guru atau teman yang sedang menjelaskan di depan?
9. Apabila ada salah satu teman bertanya atau memberi tanggapan, apakah kamu
memperhatikan dan mencoba menanggapinya?
10. Apabila guru memberi pertanyaan, bagaimana respon kamu terhadap
pertanyaan guru? Apakah kamu menjawabnya?
11. Bagaimana cara kamu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya?
12. Bagaimana kemampuan kamu dalam mengerjakan soal-soal fiqh?
13. Apa yang kamu rasakan selama belajar fiqh?
14. Apakah kamu merasa senang selama belajar fiqh di kelas?
15. Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ketika
pelajaran fiqih sedang berlangsung?
16. Bagaimana respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa?
17. Apakah guru memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan?
18. Apakah guru memberikan penghargaan kepada siswa atas jawaban yang telah
diberikan?
19. Apakah guru memberikan pertanyaan secara jelas dan singkat?
20. Apakah guru memberikan kesempatan secara adil dan merata kepada setiap
siswa untuk mendapatkan pertanyaan?
21. Apakah kamu bertanya kepada guru di setiap awal, pertengahan, dan akhir
pelajaran?
22. Menurut kamu, apakah siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan
prestasi belajar yang baik?
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU
Hari / Tanggal
: Selasa/07 Januari 2014
Tujuan Wawancara
: Untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar fiqih
siswa dengan menggunakan teknik keterampilan
bertanya, dan permasalahan yang terjadi pada
pembelajaran fiqh di kelas tersebut.
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran fiqih di kelas VII?
2. Metode apa saja yang pernah Bapak/Ibu terapkan selama mengajar fiqh di
kelas VII? Dan apakah Bapak/Ibu pernah menerapkan pembelajaran secara
berkelompok?
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah teknik keterampilan bertanya ini diterapkan
dengan baik di kelas?.
4. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai peningkatan aktivitas belajar
siswa?
5. Apakah siswa memperhatikan penjelasan materi pelajaran yang Bapak/Ibu
sampaikan?
6. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut
mencoba untuk berdiskusi dengan siswa lainnya?
7. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut
bertanya kepada Bapak/Ibu?
8. Apakah siswa mengajukan pendapatnya tentang materi yang Bapak/Ibu
sampaikan?
9. Apabila ada salah satu siswa yang bertanya atau memberi tanggapan, apakah
siswa yang lain memperhatikannya?
10. Apabila Bapak/Ibu memberikan pertanyaan, bagaimana respon terhadap
pertanyaan Bapak/Ibu?
11. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu selalu dikerjakan dengan
baik oleh siswa?
12. Apakah Bapak/Ibu memberikan catatan tertulis kepada siswa tentang materi
yang Bapak/Ibu sampaikan? Dan apakah siswa pernah dilatih untuk membuat
catatan dengan bahasa mereka sendiri?
13. Bagaimana kemampuan siswa dalam hal merangkum, membuat pertanyaan,
memprediksi dan menjelaskan?
14. Bagaimana kemampuan mengingat siswa terhadap materi yang telah dipelajari
sebelumnya?
15. Bagaimana kemmapuan siswa dalam mengerjakan soal-soal fiqh?
16. Apakah siswa merasa senang selama belajar fiqh?
17. Kendala apa saja yang Bapak/Ibu alami dalam mengajar fiqh? Jika ada
kendala, apa solusinya?
18. Sebagai seorang guru bidang studi fiqh, upaya apa yang telah Bapak/Ibu
lakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar fiqh siswa?
19. Apakah Bapak/Ibu selama pembelajaran di kelas menanyakan siswa yang
belum mengerti dengan materi pelajaran?
20. Apakah Bapak/Ibu memberikan pertanyaan kepada siswa di setiap awal,
pertengahan, dan akhir pelajaran?
21. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberi motivasi/stimulus kepada siswa agar
aktif bertanya?
22. Berdasarkan aktivitas belajar siswa yang terjadi, apakah penelitian ini (dengan
menggunakan teknik keterampilan bertanya) sudah dapat dikatakan berhasil?
FOTO WAWANCARA DENGAN GURU FIQIH
BERITA WAWANCARA SISWA
Nama Siswa
: Syifa Novianti (S1)
Alfi Mutia Farha (S2)
Dinda Rusnadia (S3)
Ardhi Pradana (S4)
Muhammad Khatami (S5)
Alamat
: Karang Tengah RT 03/01 Desa Pustaka Rakyat
Tarumajaya Bekasi Jawa Barat
Tempat
: Kelas VII-I, MTS At-Taqwa 06 Bekasi
Waktu
: Selasa, 7 Januari 2014 pukul 14. 00
Tujuan
: Untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar fiqih,
minat siswa terhadap pelajaran fiqih, keaktifan siswa
dalam bertanya, dan permasalahan yang dihadapi
siswa terkait dengan pembelajaran fiqih.
Daftar Pertanyaan
1. Apa yang kamu lakukan saat guru menjelaskan materi?
Jawab:
S1: Mendengar dan memahami pelajaran.
S2: memperhatikan dan diam tidak bercanda
S3: dipahami supaya mengerti apa yang disampaikan oleh guru.
S4: mendengarkan saja tapi kadang-kadang mengobrol dengan teman.
S5: bercanda sambil memperhatikan guru
2. Apakah kamu memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru?
Jawab:
S1: iya memperhatikan.
S2: iya, saya memperhatikan guru yang sedang mengajar.
S3: iya saya memperhatikan ketika guru sedang mengajar di kelas.
S4: iya, tapi kalau saya mengantuk, biasanya saya mengobrol dengan teman
sebangku.
S5: kadang-kadang memperhatikan, kadang-kadang tidak
3. Apakah kamu senang dengan pelajaran fiqih? Dan aktif bertanya kepada guru?
Jawab:
S1: senang, kadang-kadang saya bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang
belum saya pahami
S2: senang tetapi jarang bertanya kepada guru
S3: senang, ketika ada pelajaran yang tidak dimengerti, saya bertanya kepada
guru
S4: senang tapi hanya diam di kelas
S5: biasa saja dengan pelajaran fiqih dan tidak bertanya kepada guru.
4. Apa yang menyebabkan kamu senang/tidak senang dan aktif/tidak aktif
bertanya kepada guru selama pembelajaran fiqih di kelas?
Jawab:
S1: senang dengan pelajaran fiqih dan guru yang mengajar fiqih, tetapi saya
malu untuk bertanya kepada guru
S2: ingin mengetahui pelajaran tentang fiqih yang membahas soal agama,
tetapi saya malu atau tidak tahu apa yang ingin saya tanyakan kepada guru
S3: ingin mengetahui ilmu-ilmu agama dan bertanya kepada guru jika saya
belum paham tentang materi yang sedang disampaikan.
S4: senang dengan guru yang mengajar fiqih karena cara mengajarnya lebih
santai, tetapi saya bingung apa yang ingin saya tanyakan kepada guru.
S5: senang dengan pelajaran fiqih tetapi saya malu ketika ingin bertanya
kepada guru, dengan alasan takut ditertawakan oleh teman-teman yang
lain.
5. Apakah guru fiqih kamu pernah menerapkan pembelajaran dengan cara
berkelompok?
Jawab:
S1: iya pernah tetapi kadang-kadang saja
S2: jarang, mungkin hanya dua atau tiga kali ketika guru mengajar fiqih
S3: kadang-kadang guru fiiqh menerapkan pembelajaran dengan cara
berkelompok ketika ada suatu permasalahan tentang pelajaran fiqih.
S4: mungkin pernah menerapkan, tetapi saya hanya ikut-ikutan saja ketika guru
meminta siswa untuk belajar secara berkelompok.
S5: tidak pernah, mungkin ketika guru sedang menerapkan pembelajaran
dengan cara berkelompok, saya tidak masuk sekolah.
6. Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu mencoba untuk
berdiskusi dengan teman yang lain?
Jawab:
S1: iya saya akan mendiskusikan dengan teman sebangku atau yang duduk di
belakang saya
S2: iya saya akan berdiskusi dengan teman sebangku saya
S3: iya saya akan berdiskusi dengan teman, tetapi jika teman dan saya belum
terlalu memahami pelajaran, saya akan mencoba untuk bertanya kepada
guru
S4: kadang-kadang iya, kadang-kadang engga. Tetapi kalau saya duduk
dengan teman yang pintar saya akan berdiskusi dengannya, sebaliknya jika
saya duduk dengan teman yang agak malas, mungkin saya tidak akan
bertanya dan asyik mengobrol dengannya
S5: bisa jadi saya berdiskusi, tetapi biasanya saya hanya diam
7. Apakah kamu mengajukan pendapat tentang materi yang disampaikan guru?
Jawab:
S1: jarang, hanya diam saja
S2: kadang-kadang tetapi lebih banyak diam dan mendengarkan guru yang
sedang mengajar
S3: jarang memberi pendapat, tetapi saya mengingatkan jika guru sedang lupa
dan salah, mungkin guru itu sengaja lupa dan salah karena untuk
memancing siswanya untuk mengajukan pendapatnya masing-masing
S4: diam saja dan mendengarkan teman yang mengajukan pendapatnya
S5: seperti biasa saya hanya diam di kelas
8. Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu bertanya kepada
guru atau teman yang sedang menjelaskan di depan?
Jawab:
S1: kadang-kadang bertanya kepada guru, kadang-kadang bertanya sama
teman yang sedang menjelaskan
S2: jarang bertanya kepada guru, saya bertanya kepada teman saja yang
sedang menjelaskan di depan
S3: pasti saya akan bertanya kepada guru, saya akan selalu aktif bertanya jika
ada pelajaran yang belum saya paham, tetapi jika ada teman yang sedang
menjelaskan di depan, saya mencoba tanya kepada teman, jika teman itu
belum bisa menjawabnya, maka saya akan bertanya kepada guru
S4: saya akan bertanya kepada teman, kalau sama guru saya takut
pertanyaannya salah
S5: saya bertanya kepada teman, kalau sama guru saya malu dan takut salah
9. Apabila ada salah satu teman bertanya atau memberi tanggapan, apakah kamu
memperhatikan dan mencoba menanggapinya?
Jawab:
S1: iya saya memperhatikan teman yang sedang bertanya, tetapi hanya
kadang-kadang saja menanggapinya
S2: iya memperhatikan tetapi jarang menanggapi pertanyaannya
S3: tentu saja saya memperhatikan ketika teman sedang bertanya kepada guru,
dan pasti saya menanggapi jika ada jawaban yang belum terlalu jelas, jadi
ketika saya ditanya guru tentang pertanyaan yang disampaikan oleh teman
tadi, saya bisa menjawabnya
S4: iya memperhatikan tetapi tidak pernah menanggapi
S5: kadang-kadang memperhatikan tetapi tidak pernah menanggapi, saya
bingung mau menanggapi apa, karena takut salah.
10. Apabila guru memberi pertanyaan, bagaimana respon kamu terhadap
pertanyaan guru? Apakah kamu menjawabnya?
Jawab:
S1: insya Allah saya akan menjawab pertanyaan dari guru jika saya bisa dan
mengerti pertanyaannya, tetapi kalau saya tidak tahu, saya hanya diam saja
S2: saya akan menjawabnya ketika guru memberikan pertanyaan kepada saya,
karena selama kegiatan belajar mengajar berlangsung saya memperhatikan
penjelasan dari guru dan tidak mengobrol
S3: pasti saya akan menjawab semua pertanyaan dari guru, karena ketika guru
sedang menjelaskan materi saya tekun memperhatikannya, jadi kalau guru
memberikan pertanyaan kepada saya, saya bisa menjawabnya
S4: kadang-kadang saya menjawab kalau saya tahu, tetapi kalau saya tidak
tahu saya hanya diam
S5: saya akan menjawab kalau saya tahu, tetapi kalau saya tidak tahu saya
hanya diam saja.
11. Bagaimana cara kamu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya?
Jawab:
S1: cara saya mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya adalah
membaca buku dan mengulang-ngulang pelajaran yang lalu sewaktu di
rumah dan memahami pelajaran fiqih
S2: cara saya mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya adalah
mendengarkan guru ketika guru menjelaskan pelajaran dan mengingat
pelajaran-pelajaran yang sudah dipelajari dengan cara menulisnya dibuku.
S3: cara saya mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya adalah
belajar di rumah sewaktu malam, saya membuka dan membaca-baca apa
yang telah saya pelajari hari ini, di sekolah saya selalu memperhatikan
ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, dan mencatat apa yang guru
sampaikan kepada siswa, jadi ketika esok hari guru bertanya tentang
pelajaran yang telah dipelajari saya masih ingat, dan saya bisa menjawab
semua pertanyaan-pertanyaan dari guru. Jadi kunci keberhasilan menurut
saya supaya tidak lupa dengan pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya
adalah ditulis, didengar, dan dipaham apa yang sedang disampaikan oleh
guru.
S4: cara mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya adalah ditulis
ketika guru sedang menjelaskan, lalu mengulang-ngulang pelajaran di
rumah
S5: saya pribadi cara mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya
adalah dihafal jika saya bisa menghafalnya, dan diingat jika saya tidak
lupa dengan pelajaran yang lalu
12. Bagaimana kemampuan kamu dalam mengerjakan soal-soal fiqih?
Jawab:
S1: insya Allah saya bisa menjawabnya karena pelajaran fiqih adalah
pelajaran yang saya suka
S2: kemampuan saya dalam mengerjakan soal-soal fiqih biasa saja, tetapi
Alhamdulillah nilai saya selalu baik
S3: kemampuan saya dalam mengerjakan soal-soal fiqih adalah saya bisa
menjawabnya, Alhamdulillah selama saya belajar fiqih, nilai saya selalu
lebih dari KKM
S4: soal-soal fiqih itu kadang-kadang mudah, kadang-kadang susah, tetapi
nilai saya selalu cukup dan tidak pernah kurang dari KKM
S5: menurut saya pribadi, soal-soal fiqih yang diberikan oleh guru sangat
susah, jika saya tidak bisa mengerjakannnya, maka saya akan bertanya
kepada teman sebangku dengan saya, jika saya tidak bertanya kepada
teman, maka nilai saya kurang dari KKM, tetapi biasanya guru
memberikan remedial dengan memberikan tugas-tugas
13. Apa yang kamu rasakan selama belajar fiqih?
Jawab:
S1: senang dengan pelajaran fiqih dan guru yang mengajar
S2: ketika belajar fiqih saya bersemangat karena pelajarannya saya suka dan
cara guru mengajar juga asik
S3: senang bisa belajar fiqih karena kita bisa mengetahui tentang agama,
misalnya cara berthoharoh, tata cara sholat, dsb
S4: kadang-kadang saya bersemangat ketika belajar fiqih, tetapi jika saya
mulai bosan biasanya saya mengobrol dengan teman
S5: biasa saja dengan pelajaran fiqih
14. Apakah kamu merasa senang selama belajar fiqih di kelas?
Jawab:
S1: iya saya senang selama belajar fiqih
S2: senang dengan pelajarannya dan gurunya
S3: saya senang dan bersemangat ketika belajar fiqih
S4: kadang-kadang senang, kadang-kadang engga selama belajar fiqih
S5: biasa saja dengan pelajaran fiqih
15. Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ketika
pelajaran sedang berlangsung?
Jawab:
S1: iya pasti guru fiqih ketika sedang belajar selalu memberikan kepada siswa
untuk bertanya
S2: iya, guru sering memberikan kesempatan kepada muridnya untuk bertanya
S3: iya, guru selalu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk bertanya
ketika pelajaran sedang berlangsung
S4: iya, itu sudah pasti, guru fiqih selalu memberikan kesempatan kepada
siswanya untuk bertanya
S5: iya guru selalu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk bertanya,
dan pasti saya selalu ditanya oleh guru, karena guru fiqih tahu saya sering
mengobrol di dalam kelas, dan ketika guru tahu saya sedang mengobrol di
dalam kelas, sedangkan guru sedang menjelaskan di depan, maka saya
dipanggil ke depan untuk menjelaskan, dan guru duduk dibangku saya
16. Bagaimana respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa?
Jawab:
S1: respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa sangat baik, tidak pernah
marah walaupun saya salah ketika bertanya kepada guru, pokoknya saya
sangat senang sama guru fiqih, karena baik sekali tidak pernah marah
ketika siswa ada yang salah melontarkan pertanyaan
S2: respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa sangat baik, dan
langsung menjawab semua pertanyaan siswa hingga tuntas
S3: respon guru ketika menanggapi pertanyaan adalah guru hanya bersikap
biasa saja ketika siswa bertanya, jika siswa tersebut salah dalam bertanya
maka guru tidak pernah marah tetapi membenarkan pertanyaan siswa,
sebenarnya siswa tidak salah ketika bertanya, hanya saja terkadang siswa
itu bertanya sambil bercanda dan main-main, siswa juga masih sering
bingung apa yang harus ditanyakan dan diucapkan, padahal sebenarnya ia
tahu apa yang ingin ditanyakan, tapi dalam tutur bahasa mereka kurang
bisa dan masih salah sehingga sulit dimengerti oleh siswa lain, tapi buat
guru itu sendiri pasti bisa mengerti maksud pertanyaan yang ditanyakan
oleh siswa.
S4: respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa kadang-kadang senyum,
kadang-kadang sedikit mukanya agak tidak enak, tetapi guru fiqih itu
sangat baik sekali tidak pernah marah walaupun kadang-kadang saya
selalu salah ketika memberikan pertanyaan
S5: respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa adalah senyum, mungkin
karena saya tidak tahu apa yang ingin ditanyakan, dan mungkin juga
pertanyaan yang saya tanyakan sedikit agak membingungkan guru, tapi
guru tidak pernah memarahi saya, malah sebaliknya guru selalu
membenarkan pertanyaan saya walaupun saya jarang sekali bertanya
ketika di kelas
17. Apakah guru memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan?
Jawab:
S1: iya, guru fiqih selalu memberikan waktu berpikir kepada siswanya untuk
menjawab, sekitar 2-3 menit waktu yang diberikan untuk berpikir, karena guru
fiqih itu guru yang baik, guru tidak pernah memarahi siswanya ketika tidak
bisa menjawab, melainkan memberikan kesempatan kepada siswa yang lain,
jika siswa-siswa belum ada yang bisa menjawabnya, maka guru akan
menjelaskan jawaban atas pertanyaan tadi
S2: iya guru fiqih selalu memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan, karena guru fiqih itu sangat baik, tidak pernah marah
jika ada siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan
S3: guru selalu memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan, selama siswa itu mengerti dengan pertanyaan yang ditanyakan
guru, pasti guru tersebut selalu memberikan waktu untuk berpikir, sekalipun
saya ataupun siswa lainnya tidak bisa menjawab pertanyaan atau bertanya
terlebih dahulu kepada teman sebangku, guru selalu memberikan waktunya
untuk siswa berpikir, tetapi ketika siswa itu diam saja tidak bisa menjawab
pertanyaan, lalu guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menjawabnya
S4: guru fiqih selalu sabar untuk menunggu siswanya menjawab pertanyaan,
dan guru fiqihpun selalu memberikan waktu berpikir kepada siswanya untuk
menjawab pertanyaan, dan tidak pernah marah jika ada siswa yang belum bisa
menjawab pertanyaan dari guru
S5: iya, guru selalu memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan, menurut saya pribadi, ketika guru bertanya kepada saya, biasanya
saya tidak bisa menjawab pertanyaannya, guru juga tidak memarahi saya
karena saya tidak bisa menjawabnya, melainkan memberikan kesempatan
kepada siswa lain untuk menjawabnya
18. Apakah guru memberikan penghargaan kepada siswa atas jawaban yang telah
diberikan?
Jawab:
S1: guru fiqih tidak pernah memberikan suatu barang, tetapi jika ada siswa
yang bisa menjawab pertanyaan, guru akan menambakan nilai siswa
S2: guru tidak pernah memberikan suatu barang, tetapi hanya memberikan
penghargaan nilai saja
S3: biasanya guru memberikan penghargaan kepada siswa atas jawaban yang
telah diberikan itu menambahkan nilai pelajaran fiqih, tetapi kalau
memberikan suatu barang tidak pernah
S4: guru hanya menambahkan nilai jika ada siswa yang telah menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru
S5: guru fiqih hanya menambahkan nilai siswa jika siswa dapat menjawab
pertanyaan guru
19. Apakah guru memberikan pertanyaan secara jelas dan singkat?
Jawab:
S1: iya, guru fiqih selalu memberikan pertanyaan yang jelas dan singkat
S2: pasti, guru fiqih itu jika memberikan pertanyaan kepada siswanya tidak
pernah susah, selalu jelas dan singkat
S3: guru selalu memberikan pertanyaan secara jelas, singkat, dan terarah
kepada siswanya
S4: menurut saya, kalau saya bisa menjawab pertanyaan dari guru, berarti
pertanyaan itu mudah, jelas, dan singkat. Tetapi jika saya tidak bisa
menjawabnya mungkin pertanyaan itu terlalu rumit buat saya pribadi
S5: menurut saya pribadi, guru fiqih memberikan pertanyaan yang rumit dan
susah, mungkin karena saya tidak pernah mengulang pertanyaan, jadi
saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
20. Apakah guru memberikan kesempatan secara adil dan merata kepada setiap
siswa untuk mendapatkan pertanyaan?
Jawab:
S1: guru fiqih itu guru yang baik, jadi guru fiqih tidak pernah pilih kasih
kepada siswanya, jika ia memberikan kesempatan kepada siswanya untuk
mendapatkan pertanyaan, maka guru fiqih akan memberikan secara adil
dan merata kepada semua siswa di kelas
S2: guru fiqih tidak pernah membedakan setiap siswanya, baik yang pintar,
kurang pintar, dan malas, ia selalu memberikan kesempatan kepada
semua siswa untuk mendapatkan pertanyaan secara adil dan merata
S3: iya. Guru fiqih selalu memberikan kesempatan secara adil dan merata
kepada setiap siswa untuk mendapatkan pertanyaan, tidak hanya siswa
yang pintar saja yang selalu ditanya oleh guru, tapi siswa yang kurang
pintar dan malas bertanya kepada guru, pasti juga akan diberikan
kesempatan untuk mendapatkan pertanyaan
S4: guru fiqih itu selalu adil dan merata jika memberikan pertanyaan kepada
siswa jika di kelas, tidak hanya yang pintar saja yang ditanya, tetapi
semua siswa hampir mendapatkan pertanyaan untuk dijawab
S5: jika siswa yang malas dan jarang memperhatikan guru ketika sedang
menjelaskan, pasti guru itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendapatkan pertanyaan, bahkan tidak jarang guru fiqih selalu
memberikan banyak pertanyaan jika ada siswa yang suka mengobrol di
kelas
21. Apakah kamu bertanya kepada guru di setiap awal, pertengahan, dan akhir
pelajaran?
Jawab:
S1: saya akan bertanya kepada guru di setiap pertengahan dan akhir pelajaran
saja. Karena jika di awal pelajaran, saya
bingung apa yang harus
ditanyakan kepada guru
S2: saya akan bertanya kepada guru jika ada materi yang belum saya mengerti
dan saya pahami, baik itu di setiap awal, pertengahan, maupun pada akhir
pelajaran
S3: iya, saya pasti selalu bertanya kepada guru di setiap awal, pertengahan,
dan akhir pelajaran ketika guru memberikan kesempatan bertanya kepada
siswanya. Di awal pelajaran saya akan bertanya kepada guru jika ada
pelajaran yang telah lalu saya belum memahaminya, dan di setiap
pertengahan dan di akhir pelajaran saya selalu bertanya tentang materi
yang sedang diajarkan oleh guru
S4: kadang-kadang saya bertanya, kadang-kadang tidak, tetapi saya lebih
sering diam di kelas, dan mendengarkan teman yang bertanya
S5: saya jarang bertanya kepada guru, baik di setiap awal, pertengahan,
maupun pada akhir pelajaran, dengan alasan takut ditertawakan teman
dan bingung apa yang harus saya tanyakan, tetapi jika guru tersebut
bertanya kepada saya, maka saya akan menjawabnya sesuai dengan
kemampuan, jika saya tidak bisa menjawab, saya hanya diam
22. Menurut kamu, apakah siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan
prestasi belajar?
Jawab:
S1: iya, siswa yang aktif bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar, tetapi
jika siswa itu hanya diam saja di kelas dan tidak aktif bertanya kepada
guru, mungkin saja prestasinya tidak sebaik siswa yang aktif bukan yang
pasif
S2: iya, menurut saya siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan
prestasi belajar, tetapi bukan karena siswa aktif bertanya saja yang dapat
meningkatkan prestasi belajar, siswa yang pintar dan rajinpun dapat
meningkatkan prestasi belajarnya
S3: iya, siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan prestasi
belajar, Alhamdulillah saya pribadi selalu aktif bertanya kepada guru
ketika belajar, dan hasilnya saya mendapatkan peringkat satu di kelas,
karena dengan bertanya itu yang sebelumnya kita tidak tahu menjadi tahu,
yang sebelumnya kita tidak mengerti menjadi mengerti, yang sebelumnya
kita tidak paham menjadi paham, maka siswa yang aktif bertanya itu
insya Allah akan dapat meningkatkan prestasi belajar, tidak hanya
prestasi belajar, tetapi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, siswa
menjadi aktif bukan pasif
S4: iya siswa yang aktif bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar mereka,
jadi bukan siswa yang pintar saja yang aktif bertanya dapat meningkatkan
prestasi belajar, jika ada siswa yang kurang pintar dan dia aktif bertanya,
maka siswa itupun dapat meningkatkan prestasi belajarnya, tetapi saya di
kelas jarang bertanya karena malu dan takut ditertawakan oleh temanteman
S5: iya itu sudah pasti jika ada siswa yang aktif bertanya di kelas dapat
meningkatkan prestasi belajar, tetapi saya pribadi sangat pasif berada di
kelas, tidak mau bertanya kepada guru, bahkan ketika guru sedang
menyampaikan materi, kadang-kadang saya malah asik mengobrol
dengan teman, jadi prestasi saya di sekolah tidak memuaskan
FOTO WAWANCARA DENGAN SISWA KELAS VII-I
BERITA WAWANCARA
Nama Responden
: Ahmad Suhaimi S. Ag
Tempat/ Tanggal Lahir
: Jakarta, 22 Juli 1972
Alamat
: Karang Tengah RT 03/01 Desa Pustaka Rakyat
Tarumajaya Bekasi Jawa Barat
Jabatan
: Guru Fiqih
Hari/Tanggal
: Selasa, 07 Januari 2014
Tempat
: Ruang guru, MTs At-taqwa 06 Bekasi
Tujuan Wawancara
: Untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar
fiqih
siswa
dengan
menggunakan
teknik
keterampilan bertanya dan permasalahan yang
terjadi pada pembelajaran fiqih di kelas
tersebut.
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran fiqih di kelas VII?
Jawab:
Tingkat kemampuan siswa bervariasi, karena sekolah mengelompokkan siswa
dengan kelas-kelas tertentu seperti 7.1, 8.1, dan 9.1. Di sekolah MTS AtTaqwa 06 Bekasi ini setiap kelasnya terbagi menjadi dua, yaitu 7.1 dan 7.2,
8.1 dan 8.2, 9.1 dan 9.2. Di kelas 7.1, 8.1, dan 9.1 hanya siswa yang masuk ke
dalam sepuluh besar, jadi memang dalam hal belajar dan mengajar lebih
enak dan lebih terarah kepada siswa-siswa yang berada di kelas 7.1, 8.1, dan
9.1.
2. Metode apa saja yang pernah Bapak/Ibu terapkan selama mengajar fiqih di
kelas VII? Dan apakah Bapak/Ibu pernah menerapkan pembelajaran fiiqh
secara berkelompok?
Jawab:
Metode yang digunakan juga bervariasi, metode tanya jawab, metode
ceramah, dan metode-metode lain yang sekiranya mendukung kepada
pengajaran fiqih, termasuk pembelajaran secara berkelompok, metode diskusi
juga saya pernah terapkan untuk pengajaran fiqih, dengan diterapkannya
metode diskusi, saya perintahkan kepada siswa-siswa untuk mendiskusikan
masalah pelajaran/materi yang sedang dipelajari, lalu saya beri tugas mereka
untuk mencatat pertanyaan setelah itu semua pertanyaan kita diskusikan
bersama di kelas. Ketika Pembelajaran berkelompok biasanya saya juga
sudah mempersiapkan beberapa permasalahan yang berbentuk pertanyaan,
setelah itu saya perintahkan kepada siswa untuk membuat kelompok dan
menunjuk ketua kelompoknya masing-masing, setelah itu saya meminta
kepada semua kelompok dengan mendiskusikan jawavban atas permasalahan
yang terkait dengan materi pelajaran. Setelah semua kelompok menemukan
jawaban perwakilan dari ketua kelompok untuk menjelaskan jawabannya
masing-masing. Tetapi selama saya mengajar fiqih, saya lebih sering
menerapkan metode tanya jawab, karena dengan menggunakan metode ini
siswa-siswa akan terpancing untuk lebih aktif bertanya dan meningkatkan
minat serta motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam belajar, dan
pembelajaran fiqih akan lebih terarah lagi, mungkin hanya beberapa siswa
saja yang pasif karena biasanya mereka lebih suka diam dan mendengarkan
temannya yang bertanya kepada saya.
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah teknik keterampilan bertanya ini diterapkan
dengan baik di kelas?
Jawab:
Keterampilan bertanya ini diterapkan ketika pemberian materi telah
disampaikan, saya juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum dipahami sambil melatih kemampuan anak,
terkadang siswa dari segi bahasa ketika sedang menyampaikan pertanyaan
kepada saya juga ada yang kurang baik, dan pada saat itu saya selalu ajarkan
siswa agar dalam menyampaikan pertanyaan bisa bertutur bahasa dengan
baik dan lebih memahami apa yang sedang dipertanyakan. Sebenarnya
mereka mengerti apa yang ingin mereka tanyakan kepada saya, tapi dalam
penyampaian bahasa mereka masih bingung, oleh sebab itu mereka hanya
diam atau bertanya kepada teman jika ada yang belum memahami pelajaran.
4. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai peningkatan aktivitas belajar
siswa?
Jawab:
Peningkatan aktivitas belajar siswa itu di samping memberikan tugas-tugas
mandiri, tugas kelompok, juga memberikan pekerjaan rumah yang diberikan
untuk meningkatkan aktivitas belajar mereka, sebab jika saya tidak berikan
tugas, sesampainya di rumah tasnya langsung disimpan, apalagi anak-anak
masuk sekolahnya siang, ba’da sholat maghrib mereka mengaji, sehabis
mereka mengaji mereka menonton sinetron, ba’da sholat shubuh mereka
mengaji lagi, dan setiap pagi diadakan pengajian takhossus, berangkat ke
sekolah tinggal membawa tas mereka kembali. Oleh sebab itu saya lebih
sering memberikan pekerjaan rumah (PR) agar anak membuka dan membaca
kembali buku mereka di rumah. Sedangkan ketika saya mengajar di kelas
siswa sudah cukup memahami materi pelajaran yang saya ajarkan, walaupun
masih ada beberapa anak yang saya tanyakan terkait materi pembelajaran
masih ada yang belum bisa menjawabnya.
5. Apakah siswa memperhatikan penjelasan materi pelajaran yang Bapak/Ibu
sampaikan?
Jawab:
Siswa memperhatikan penjelasan materi pelajaran kembali, terkadang siswa
ketika saya sedang menyampaikan materi, sama seperti mahasiswa ada yang
mengobrol bahkan ada yang bermain telpon genggam dikolong mejanya, saya
pribadi ketika saya sedang menjelaskan materi tetapi ada anak yang asik
mengobrol dengan temannya saya mencoba memanggil siswa ke depan, saya
duduk dibangkunya dan saya meminta untuk menjelaskan materi yang sedang
ajarkan. Saya pribadi ingin tahu sampai mana kemampuan siswa tersebut
menjelaskan materi yang saya jelaskan tadi, apakah siswa tersebut
mempunyai kemampuan untuk menjelaskan atau tidak, jika siswa tersebut
tidak mampu menjelaskan, saya meminta siswa itu untuk membuat pertanyaan
tentang materi yang sedang dipelajari.
6. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut
mencoba untuk berdiskusi dengan siswa lainnya?
Jawab:
Ketika materi ada yang kurang dimengerti oleh siswa, jika siswa itu aktif
mereka akan berdiskusi dengan teman sebangkunya, tetapi untuk siswa yang
pasif mereka hanya diam dengan ketidakmengertian mereka. Ketika ada suatu
permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa, saya meminta siswa terbagi
menjadi beberapa kelompok, lalu mendiskusikan masalah yang sedang
terjadi,
setelah
masalah
itu
terpecahkan,
untuk
ketua
kelompok
mempersentasikan permasalahan yang terjadi.
7. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut
bertanya kepada Bapak/Ibu?
Jawab:
Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika ada materi yang kurang
dimengerti oleh siswa, biasanya untuk siswa yang aktif mereka akan bertanya
kepada saya, tetapi jika siswa itu hanya pasif, maka mereka akan diam
dengan ketidakmengertian mereka, sekalipun mereka paham apa yang ingin
ditanyakan, tetapi tutur bahasa mereka kurang bisa dimengerti, oleh sebab itu
mereka hanya diam dan hanya mendengarka siswa yang aktif bertanya.
8. Apakah siswa mengajukan pendapatnya tentang materi yang Bapak/Ibu
sampaikan?
Jawab:
Siswa mengajukan pendapatnya tentang materi yang saya sampaikan ini
terjadi pada saat forum diskusi, dimana saya adakan forum diskusi kelas
mereka baru mencoba untuk menanyakan, tetapi kalau dalam pengajaran
keseharian siswa jarang bertanya kecuali siswa tersebut benar-benar aktif.
9. Apabila salah satu siswa yang bertanya atau memberi tanggapan, apakah
siswa yang lain memperhatikannya?
Jawab:
Jika ada salah satu siswa yang bertanya, ini cukup memancing siswa yang
lainnya, ketika ada anak yang aktif bertanya satu orang akhirnya pertanyaan
juga memotivasi kepada yang lain untuk bertanya “gimana pak yang ini,
gimana pak yang itu” dan akhirnya siswa yang lainpun ikut berpartisipasi
untuk bertanya. Jadi dalam keterampilan bertanya disini, siswa harus
dipancing terlebih dahulu agar aktif bertanya di dalam kelas, ketika ada siswa
yang bertanya siswa yang lainpun harus memberikan tanggapan, karena saya
meminta seluruh siswa untuk memperhatikan, jika ada siswa yang tidak
memperhatikan, maka saya memerintahkan siswa tersebut untuk menjelaskan
jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa tadi, jika siswa tersebut
tidak bisa menjelaskan, maka saya meminta siswa itu untuk membuat dan
menulis lima pertanyaan agar pertanyaan tersebut dapat dibahas secara
bersamaan di kelas.
10. Apabila Bapak/Ibu memberikan pertanyaan, bagaimana respon terhadap
pertanyaan Bapak/Ibu?
Jawab:
Respon siswa terhadap pertanyaan seperti yang sudah saya jelaskan tadi,
siswa memang sudah dikelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu, (7.1, 8.1,
dan 9.1). Anak ini memang responsive, jika saya memberikan pertanyaan,
mereka juga bisa komunikatif sehingga terjadi dialog dengan gurunya. Tetapi
berbeda dengan kelas sebelahnya (7.2, 8.2, dan 9.2) kebanyakan dari siswa
tersebut adalah pasif, bahkan ketika saya bertanya kepada mereka, mereka
lebih banyak diamnya dan tidak jarang juga ketika ada satu orang yang
menjawab, yang lainnya hanya bisa mengikuti jawaban siswa yang ditanya
sebelumnya, tetapi jika belum ada yang memulai menjawab mereka biasanya
hanya, pasif saja.
11. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu selalu dikerjakan dengan
baik oleh siswa?
Jawab:
Berkaitan dengan tugas yang diberikan oleh saya, ini dilihat dari tingkat
kerajinan siswa, meskipun hampir bisa dibilang 75% anak mengerjakan tugas
di rumahnya masing-masing, kecuali memang anak yang malas yang tidak
mau mengerjakan tugas, mereka biasanya mengerjakan tugasnya sebelum bel
masuk sekolah, mereka meminjam buku temannya lalu mencontek, jika hal ini
saya ketahui maka saya akan menambahkan beberapa soal untuk dikerjakan
kembali di rumahnya, hal ini saya tegaskan supaya anak bisa selalu disiplin
dalam mengerjakan tugas dan tidak mencontek, dan selebihnya siswa-siswa
yang lain mengerjakan tugas dengan baik. Tetapi kalau untuk mengerjakan
tugas di sekolah, Alhamdulillah siswa dapat mengerjakan semua tugasnya
dengan baik, dan ketika mereka tidak paham maka mereka berdiskusi dengan
temannya atau bertanya kepada saya, sehingga siswa bersemangat ketika
mengerjakan tugasnya.
12. Apakah Bapak/Ibu memberikan catatan tertulis kepada siswa tentang materi
yang Bapak/Ibu sampaikan? Dan apakah siswa pernah dilatih untuk membuat
catatan dengan bahasa mereka sendiri?
Jawab:
Saya memberikan materi dalam bentuk catatan tertulis di papan tulis dan
menjelang ujian semester, biasanya saya mengumpulkan catatan-catatan
mereka, selanjutnya saya memeriksa apakah siswa ini termasuk rajin
mencatat rangkuman pelajaran atau tidak, selain itu juga saya mengecek
buku-buku catatan siswa, kadang-kadang ada siswa yang jahil menulis
catatan-catatan pribadi dibuku mereka, curahan hati kepada teman, sahabat,
bahkan kepada orang yang ia lagi sukai. oleh sebab itu di setiap akhir
semester saya akan memeriksa dan menilai semua catatan siswa, hal ini
berguna untuk menambah nilai pelajaran fiqih siswa. Selanjutnya untuk
membuat catatan dengan bahasa mereka sendiri ini saya terapkan ketika
materi sudah saya sampaikan, sebelumnya saya memberi kesempatan
bertanya kepada siswa jika belum ada materi yang dipahami, setelah mereka
bertanya lalu saya meminta kepada semua siswa untuk membuat catatan
tentang materi yang telah dipelajari hari ini, saya tidak menuntut siswa untuk
membuat catatan terlalu banyak, tetapi yang saya inginkan itu siswa hanya
membuat catatan mereka sendiri tidak lebih dari satu halaman, paling tidak
hanya dua paragrap, hal ini saya terapkan agar siswa tidak lupa dengan
materi yang saya sampaikan hari ini dan saya ingin tahu sampai sejauh mana
siswa memahami materi yang telah saya ajarkan apakah siswa sudah paham
ataukah belum, catatan-catatan siswa saya periksa kemudian saya
kembalikan lagi kepada mereka untuk mereka baca di rumah. Membuat
catatan dengan bahasa mereka sendiri ini juga berguna untuk menambahkan
nilai pelajaran fiqih siswa.
13. Bagaimana kemampuan siswa dalam hal merangkum, membuat pertanyaan,
memprediksi dan menjelaskan?
Jawab:
Kemampuan
merangkum,
membuat
pertanyaan,
memprediksi
dan
menjelaskan. Dalam hal merangkum kemampuan siswa masih bisa dikatakan
lemah, karena seperti yang sudah saya jelaskan tadi dan membuat
pertanyaanpun hanya beberapa anak, itupun anak-anak yang bisa dibilang
aktif, tetapi untuk kelas 7.1, 8,1, dan 9.1 mereka biasanya lebih aktif bertanya
kepada gurunya. Kalau dalam kemamapuan memnjelaskan, kemampuan siswa
dalam menyampaikan mereka sebenarnya memahami apa yang ingin mereka
sampaikan tetapi dalam bahasa penyampaiannya bahasa mereka masih
bingung untuk menyampaikannya.
14. Bagaimana kemampuan mengingat siswa terhadap materi yang telah dipelajari
sebelumnya?
Jawab:
Kemampuan siswa dalam mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya
adalah sebelum memulai pelajaran saya biasanya memberikan apersepsi
dengan mengkaitkan pelajaran-pelajaran yang lalu yang telah saya ajarkan,
kemudian juga saya kaitkan dengan pelajaran-pelajaran lain dan saya
hubungkan supaya ada korelasi dengan pelajaran-pelajaran yang lain yang
tujuannya memancing anak tidak hanya mempelajari yang baru saja, tetapi
pelajaran-pelajaran yang lalupun agar mereka mengingat kembali.
15. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal fiqih?
Jawab:
Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal fiqih pada saat saya
memberikan ulangan/latihan harian atau ulangan/ujian akhir semester atau
dalam mengerjakan tugas-tugas lainnya yang saya berikan di sekolah sudah
sangat baik, memang maasih ada saja anak yang suka mencontek dsb, tetapi
dalam secara umum nilai itu memang tuntas di atas KKM (kriteria ketuntasan
minimum), hampir 80% nilai anak tuntas di atas KKM. Tetapi jika ada siswa
yang kurang nilainya dari KKM, maka saya memberikan remedial agar siswa
tersebut bisa memperbaiki nilainya. Remedial itu bisa berupa mengulang
menjawab soal-soal ulangan atau saya meminta kepada siswa tersebut untuk
membuat makalah tentang pelajaran fiqih.
16. Apakah siswa merasa senang selama belajar fiqih?
Jawab:
Alhamdulillah hampir semua siswa merasa senang selama belajar fiqih
suasana kelas lebih hidup, saya bercerita diselingi humoris, ditengah-tengah
pelajaran saya membuka sesi tanya jawab agar anak tidak merasa jenuh
ketika berada di kelas, Di samping itu juga saya memberikan informasi yang
terbaru ketika siswa belum mengetahuinya, agar menyegarkan kembali
pengetahuan siswa, yang sebelumnya tidak tahu sekarang menjadi tahu.
Setelah
itu
saya
menyediakan
kesempatan
bagi
siswa
untuk
mendemonstrasikan pemahamannya tentang informasi yang telah diberikan.
17. Kendala apa saja yang Bapak/Ibu alami dalam mengajar fiqih? Jika ada
kendala, apa solusinya?
Jawab:
Kendala yang saya hadapi selama mengajar fiqih di MTS At-Taqwa 06 Bekasi
adalah kurang tersedianya buku materi pelajaran fiqih, jadi hanya guru saja
yang memberikan materi dan saya tidak mewajibkan siswa untuk mempunyai
buku paket, sekolahpun tidak mewajibkan siswa memiliki buku, LKS pun tidak
ada, makanya guru banyak memberikan catatan kepada siswa dan ini
berakibat banyak waktu yang tersita, solusinya adalah saya sering
memberikan tugas di rumah untuk mencari sumber-sumber bahan ajar untuk
hari esok, jadi ketika belajar anak sudah ada bahan untuk belajar yang
mereka kerjakan karena mencari sumber bahan ajar di rumah. Saya
mempersilahkan siswa mencari sumber dari mana saja, bisa dari internet,
media televisi atau darimanapun, yang terpenting adalah siswa tersebut bisa
memahami materi yang sedang diajarkan.
18. Sebagai seorang guru bidang studi fiqih, upaya apa yang telah Bapak/Ibu
lakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa?
Jawab:
Meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa, saya memberikan satu kelompok
belajar kepada anak. Saya berikan tugas dengan baru anak merasa
termotivasi untuk belajar.
19. Apakah Bapak/Ibu selama pembelajaran di kelas menanyakan siswa yang
belum mengerti dengan materi pelajaran?
Jawab:
Di akhir pelajaran saya memberikan satu posttest kepada anak kemudian dari
posttest kita bisa mengetahui apakah anak sudah mengerti pelajaran atau
belum materi yang telah kita sampaikan. Saya juga selalu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum
dipahami.
20. Apakah Bapak/Ibu memberikan pertanyaan kepada siswa setiap awal,
pertengahan, dan akhir pelajaran?
Jawab:
Sesuai dengan rencana pengajaran yang telah saya buat ada yang namanya
pretest dan posttest yang dilakukan, dipertengahan pengajaran ketika
menggunakan metode tanya jawab materi yang telah saya berikan sambil
mengkorelasikan pelajaran yang lainnya.
21. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberi motivasi atau stimulus kepada siswa agar
aktif bertanya?
Jawab:
Motivasi tetap saya berikan, saya rangsang siswa dengan satu pertanyaan,
satu persoalan, atau satu permasalahan yang mereka harus diskusikan, yang
tidak aktif akan terpancing kepada anak-anak yang aktif, ketika saya bawa
siswa-siswa dalam forum diskusi seperti saya pernah mengajak anak ke
perpustakaan, saya kasih satu persoalan dan permasalahan, silahkan kalian
pecahkan permasalahan tersebut, cari bukunya di perpustakaan, kemudian
setelah kalian selesai memecahkan persoalan dan permasalahan tadi kembali
ke kelas, saya buka forum diskusi sehingga yang tadinya anak pasif akan
terpancing untuk aktif bertanya.
22. Dilihat dari aktivitas belajar siswa, apakah pengunaan teknik keterampilan
bertanya sudah dapat dikatakan efektif?
Jawab:
Penggunaan keterampilan bertanya sudah bisa dikatakan efektif untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena dapat meningkatkan minat dan
motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam belajar, merangsang siswa untuk
menggali pengetahuan bagi dirinya. Siswa juga dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan bisa merangkum pelajaran yang telah
diberikan, mendorong pemahaman mendalam dengan materi yang telah
disampaikan, keterampilan bertanya juga akan membantu siswa menemukan
hubungan antara konsep dan ide serta selalu mengevaluasi kesulitan siswa
dalam kegiatan belajar.
Bekasi, 07 Januari 2014
Responden
Ahmad Suhaimi S. Ag
LEMBAR INSTRUMEN AKTIVITAS BELAJAR FIQIH SISWA
Petunjuk
: Berilah skor 1-3 (1: Tidak pernah 2: Kadang-kadang
3:
Sering) pada kolom aktivitas belajar fiqih berikut, sesuai dengan
pengamatan anda!
Hari/tanggal
:
Pertemuan ke- :................................................................
Nama siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Ahmad Sodikin
Alfi Mutia Farhah
Alfi Sahri
Alfin Rizal
Ardi Pradana
Ayu Lestari
Cintia Chandra Dewi
Dewi Safitri
Dinda Rusnadia
Endar Pradana
Ermawan
Eva Fauziah
Muhammad Haikal
Muhammad Khatami
Muhammad Suparman
Nadia Wulandari
Nur padliatunnisa
Rini Nurfajar
Rizky Fahlevy
Silviyah
Syifa Noviyanti
Tarisa Putri
wahyu Chaidar
Windi Adiyanti
Rata-rata (%)
Jumlah
Berani/bersemangat
Mengerjakan tugas
Menyalin/mencatat
materi pembelajaran
Menanggapi pertanyaan
Melakukan diskusi
kelompok
Mengeluarkan pendapat
Menjawab pertanyaan
Aktivitas Belajar fiqih Siswa
Bertanya kepada
teman/guru
No
25
Nurhayati
Rata-rata persentase aktivitas belajar PAI siswa :
Kehadiran
%
Jumlah
Siswa hadir
Siswa tidak hadir
1.
2.
Bekasi,……………………………..
Pengamat
Zulhani Risovi
LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI)
KETERAMPILAN BERTANYA GURU DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Nama Guru
: Ahmad Suhaimi S. Ag
Kelas
: VII-1
Jam Pelajaran ke
: 1 (satu)
Mata Pelajaran
: Fiqih
Hari / Tanggal
: Selasa/07 Januari 2014
Sekolah
: MTs At-Taqwa 06 Bekasi
No
A
1
ASPEK KETERAMPILAN
BERTANYA
DESKRIPTIF
ASPEK UMUM
Pertanyaan diberikan dengan tujuan Sebelum memulai pelajaran
membangkitkan
minat
dan
rasa guru memberikan apersepsi
ingin tahu terhadap pokok bahasan kepada
siswa
berupa
atau memusatkan perhatian, atau informasi dan pertanyaan
mengembangkan pembelajaran yang dengan
berpusat pada siswa.
tujuan
mengulang
materi
untuk
yang
telah dipelajari sebelumnya,
dengan
memberikan
informasi dan pertanyaan
kepada siswa, siswa akan
merespon,
berminat,
menimbulkan
tahunya
dan
rasa
ingin
terhadap
suatu
pokok pembahasan materi,
dan perhatian siswa akan
terpusat pada pertanyaan
yang dilontarkan oleh guru.
2
Memberikan
motivasi
dan Guru
selalu
memberikan
antusiasme
dalam
melontarkan motivasi
pertanyaan
kepada
sebelum
dan
siswa
sesudah
kegiatan belajar mengajar
agar
siswa
selalu
bersemangat dan antusias
dalam
menjawab
pertanyaan guru, sehingga
siswa juga tidak malu dan
tidak takut salah ketika
menjawab dan melontarkan
pertanyaan kepada guru.
3
Tidak
sehingga
mengulangi
mengganggu
pertanyaan Guru yang profesional tidak
kosentrasi akan
mengulangi
siswa saat berpikir untuk menjawab pertanyaan pada saat siswa
pertanyaan yang telah diberikan
ingin menjawab pertanyaan,
karena apabila guru tersebut
mengulangi
pertanyaan
maka
menganggu
akan
konsentrasi
berpikir
siswa
dan
saat
akibatnya
siswa tidak berkonsentrasi
saat menjawab pertanyaan.
4
Tidak menjawab pertanyaan sendiri
Guru tidak diperkenankan
menjawab
sendiri
pertanyaannya
karena
akan
membuat perhatian siswa
berkurang
atau
menimbulkan
salah
pengertian siswa.
5
Tidak memberikan pertanyaan yang Guru
harus
menghindari
dapat mengundang jawaban serentak memberikan
pertanyaan
yang
mengundang
siswa
untuk
dijawabnya
secara
serentak karena tidak dapat
memecahkan masalah dan
tidak produktif.
6
Tidak mengajukan pertanyaan lebih Guru
dari satu buah pertanyaan sekaligus
boleh
mengajukan
pertanyaan lebih jika semua
pertanyaan sudah dijawab
dengan tepat dan benar,
7
Tidak menunjuk siswa sebelum Setelah guru melontarkan
pertanyaan dilontarkan
pertanyaan kepada siswa,
sebaiknya
guru
tidak
langsung menunjuk siswa
untuk langsung menjawab,
guru
harus
memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk
berpikir
terlebih
dahulu, jika guru menunjuk
siswa sebelum pertanyaan
dilontarkan,
maka
akan
mengakibatkan
siswa
frustrasi
siswa
karena
merasa dirinya belum siap
untuk
menjawab
pertanyaan.
B
1
KOMPONEN KETERAMPILAN
BERTANYA DASAR
Pertanyaan disampaikan dengan Guru harus menyampaikan
jelas dan singkat
pertanyaan
dengan
jelas,
singkat, tidak bertele-tele
agar
siswa
dapat
memahaminya,
dan
gunakan bahasa yang dapat
dipahami siswa.
2
Pertanyaan memberikan acuan
Supaya
siswa
dapat
menjawab pertanyaan guru
dengan
tepat,
mengajukan
guru
pertanyaan
perlu
informasi
dalam
memberikan
yang
menjadi
acuan pertanyaan.
3
Memusatkan
perhatian
pertanyaan dilontarkan
sebelum Pemusatan perhatian siswa
dapat
dikerjakan
dengan
cara
memberikan
pertanyaan
yang
luas
(terbuka)
yang
mengubahnya
menjadi
pertanyaan yang sempit.
4
Pemindahan giliran
Pemilihan giliran menjawab
dapat
dikerjakan
dengan
cara meminta siswa yang
berbeda untuk menjawab
pertanyaan yang sama.
5
Penyebaran kesempatan menjawab Untuk
pertanyaan
kesempatan
pertanyaan,
penyebaran
menjawab
guru
dapat
melemparkan pertanyaan ke
seluruh kelas, kepada siswa
tertentu atau menyebarkan
respon kepada siswa yang
lain.
6
Pemberian waktu
berpikir
cukup
yang Dalam
mengajukan
pertanyaan
guru
harus
berdiam diri sesaat sebelum
menunjuk
siswa
untuk
menjawab pertanyaan.
7
Memberika tuntunan
kesulitan
jika siswa Bagi siswa yang mengalami
menjawab
seperti kesukaran dalam menjawab
memberikan pertanyaan yang lebih pertanyaan,
disederhanakan
atau
strategi
mengulangi pemberian tuntunan perlu
kembali informasi atau penjelasan dikerjakan.
Strategi
yang
pengungkapan
berhubungan
pertanyaan
dengan meliputi
itu
pertanyaan dengan bentuk
atau
cara
yang
lain,
mengajukan pertanyaan lain
yang lebih sederhana atau
mengulangi
penjelasan-
penjelasan sebelumnya.
C
1
KOMPONEN KETERAMPILAN
BERTANYA
TINGKAT
LANJUT
Pengubahan
tuntunan
tingkat Untuk
kognitif
dalam
pertanyaan
mengembangkan
menjawab kemampuan berpikir siswa
diperlukan
tuntutan
pengubahan
tingkat
pertanyaan
pemahaman,
kognitif
(ingatan,
penerapan,
analisis, dan evaluasi).
2
Pengaturan urutan pertanyaan untuk Pertanyaan yang diajukan
mengembangkan
tingkat
kognitif haruslah mempunyai urutan
dari yang sifatnya rendah ke yang yang logis agar siswa dapat
lebih tinggi dan kompleks
mengembangkan
kemampuan berpikir secara
kritis, dapat berdiri sendiri,
dan percaya diri.
3
Penggunaan pertanyaan pelacak
Bertanya
melacak
akan
meningkatkan respon siswa
dengan
menyediakan
pertanyaan
yang
tingkat
kesukarannya lebih tinggi,
cermat,
membantu,
dan
relevan. Pada saat bertanya
melacak,
guru
harus
berkonsentrasi memperbaiki
respon
siswa
secara
individual
dengan
menyediakan
pertanyaan
yang baru.
4
Terjadi interaksi di dalam kelas
Dalam
kegiatan
belajar
mengajar, guru harus pandai
menciptakan suasana kelas
yang menyenangkan dan
tidak
membosankan,
sehingga terjadi interkasi
yang baik di dalam kelas,
antar guru dengan siswa,
atau siswa dengan siswa.
Guru
juga
memberikan
terhadap
harus
koreksi
respon
atau
jawaban yang tidak tepat
sehingga
siswa
lebih
mengerti dan memahami
jawaban yang paling tepat.
Bekasi, 07 Januari 2014
Pengamat
Zulhani Risovi
LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI)
KETERAMPILAN BERTANYA GURU DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Nama Guru
: Ahmad Suhaimi S. Ag
Kelas
: VII-1
Jam Pelajaran ke
: 1 (satu)
Mata Pelajaran
: Fiqih
Hari / Tanggal
: Selasa/21 Januari 2014
Sekolah
: MTs At-Taqwa 06 Bekasi
No
A
1
ASPEK KETERAMPILAN
BERTANYA
DESKRIPTIF
ASPEK UMUM
Pertanyaan diberikan dengan tujuan Guru
membangkitkan
minat
dan
rasa peserta
harus
merangsang
didik
untuk
ingin tahu terhadap pokok bahasan menggali pengetahuan bagi
atau memusatkan perhatian, atau dirinya agar siswa tersebut
mengembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan minat
berpusat pada siswa.
dan motivasinya untuk aktif
terlibat dalam belajar. Guru
perlu memahami bagaimana
bertanya secara baik dan
benar. Pertanyaan yang baik
akan
membuat
kelas
menjadi interaktif, namun
kesalahan dalam bertanya
juga dapat menyebabkan
pembelajaran
yang
tidak
menarik, dari sinilah guru
harus
mengetahui
agar
siswa selalu memusatkan
perhatiannya ketika guru
sedang mengajar.
2
Memberikan
motivasi
dan Guru
antusiasme melontarkan pertanyaan
aktif
memberikan
motivasi
sebelum
dan
sesudah
pelajaran
agar
siswa tidak malu dalam
bertanya.
3
Tidak
sehingga
mengulangi
mengganggu
pertanyaan Guru
menghindari
kosentrasi pertanyaan
yang
sama
siswa saat berpikir untuk menjawab sehingga pertanyaan yang
pertanyaan yang telah diberikan
lain dapat disampaikan guru
dan
tidak
waktu
menghabiskan
belajar
dengan
pertanyaan yang sama, guru
aktif
akan
memberikan
pertanyaan yang berbeda.
Pada
saat
siswa
menjawab
pertanyaan,
sebaiknya
guru
mengulangi
secara
ingin
tidak
pertanyaan
berulang
kali
sehingga
siswa
menjadi
terganggu
dan
akibatnya
siswa
tidak
dapat
berkonsentrasi
pertanyaan
dengan
yang
telah
diberikan.
4
Tidak menjawab pertanyaan sendiri
Jika
guru
menjawab
pertanyaannya sendiri, bisa
menyebabkan
siswa
frustrasi
dan
membuat
perhatian siswa berkurang
dan
menimbulkan
salah
pengertian dari siswa.
5
Tidak memberikan pertanyaan yang Hindari
pertanyaan
yang
dapat mengundang jawaban serentak mengundang siswa untuk
menjawab secara serentak,
atau
lebih
baik
guru
mempersilahkan salah satu
siswa untuk menjawab dan
jika tidak ada yang mau
menjawab,
guru
boleh
menunjuk siswa yang lain.
6
Tidak mengajukan pertanyaan lebih Agar siswa tidak merasa
dari satu buah pertanyaan sekaligus
tertekan,
guru
mengajukan
lebih
dari
tidak
pertanyaan
satu
pertanyaan
buah
sekaligus,
gunakan pertanyaan secara
bergilir
sesuai
pertanyaan
yang
urutan
lebih
mudah lalu pertanyaan yang
lebih sulit.
7
Tidak menunjuk siswa sebelum Guru
pertanyaan dilontarkan
memberikan
kesempatan kepada siswa
yang
sudah
siap
untuk
menjawab pertanyaan. Jika
sebelum
melontarkan
pertanyaan
guru
sudah
menunjuk
siswa,
maka
siswa akan merasa tertekan
dan merasa belum siap,
akibatnya siswa tidak bisa
menjawab pertanyaan yang
dilontarkan oleh guru.
B
1
KOMPONEN KETEAMPILAN
BERTANYA DASAR
Pertanyaan disampaikan dengan Pertanyaan yang jelas dan
jelas dan singkat
singkat
akan
mudah
dimengerti siswa sehingga
siswa
merasa
paham
pertanyaan dari guru
2
Pertanyaan memberikan acuan
Agar siswa dapat menjawab
pertanyaan, sebaiknya guru
memberikan informasi yang
konkrit dengan bahasa yang
tidak
bertele-tele
dan
mudah dipahami oleh siswa
agar informasi tersebut bisa
menjadi acuan pertanyaan.
3
Memusatkan
perhatian
pertanyaan dilontarkan
sebelum Sebelum
pertanyaan
dilontarkan
oleh
guru,
sebaiknya guru memusatkan
perhatian
belajar
siswa
sebelum
misalnya
dengan
menggunakan ice breaking,
agar perhatian siswa lebih
terarah
dan
lebih
memperhatiakn penjelasan
guru
sehingga
menjawab pertanyaan.
bisa
4
Pemindahan giliran
Berikanlah
kesempatan
kepada seluruh siswa yang
ada
di
kelas
untuk
menjawab pertanyaan yang
sama, jangan sampai ada
kesan
guru
hanya
memberikan kepada siswa
yang aktif saja, sehingga
siswa yang pasif hanya
diam
dengan
ketidakmengertian mereka.
5
Penyebaran kesempatan menjawab Penyebaran
pertanyaan
kesempatan
menjawab pertanyaan pada
siswa
berguna
untuk
merefleksi informasi agar
dapat
mengembangkan
kemampuan berpikir siswa.
6
Pemberian waktu
berpikir
cukup
yang Guru
harus
memberikan
waktu kepada siswa yang
cukup untuk berpikir ketika
siswa
diminta
untuk
menjawab pertanyaan, agar
siswa tersebut siap dalam
menjawab pertanyaan dari
guru dan siswa tidak merasa
tegang.
7
Memberika tuntunan
kesulitan
menjawab
jika siswa Ketika
siswa
sulit
seperti menjawab pertanyaan guru,
memberikan pertanyaan yang lebih sebaiknya guru mengulang
disederhanakan
atau
mengulangi kembali
informasi
atau
kembali informasi atau penjelasan materi
yang
berhubungan
pertanyaan
yang
sedang
dengan diajarkan, agar siswa bisa
menjawab
pertanyaan
dengan benar. Ketika guru
memberikan
harus
jelas
pertanyaan
dan
tidak
bertele-tele sehingga murid
tidak merasa bingung ketika
ingin menjawab pertanyaan.
C
1
KOMPONEN KETERAMPILAN
BERTANYA
TINGKAT
LANJUT
Pengubahan
tuntunan
tingkat Dalam
kognitif
dalam
pertanyaan
mengajukan
menjawab pertanyaan, seorang guru
harus
mempunyai
kemampuan
untuk
mengembangkan
dan
meningkatkan kemampuan
berpikir
kognitif
dan
mengevaluasinya.
2
Pengaturan urutan pertanyaan untuk Struktur
mengembangkan
tingkat
kognitif diajukan
dari yang sifatnya rendah ke yang yang
lebih tinggi dan kompleks
pertanyaan
dengan
sesuai.
memberikan
yang
mudah
dahulu,
dilanjutkan
urutan
Guru
pertanyaan
terlebih
kemudian
dengan
pertanyaan yang lebih sulit.
Guru memberi informasi
yang relevan dengan tugas
siswa sesudah dan sebelum
mengajukan pertanyaan.
3
Penggunaan pertanyaan pelacak
Penggunaan
pertanyaan
pelacak
ini
untuk
mengetahui
sejauh
mana
kemampuan
siswa
yang
berkaitan dengan jawaban
yang
dikemukakan.
Melacak dapat dikerjakan
dengan
meminta
untuk
siswa
memberikan
penjelasan
tentang
jawabannya,
contoh
memberikan
yang
relevan,
memberikan alasan, dsb.
4
Terjadi interaksi di dalam kelas
Guru
harus
pandai
menciptakan suasana kelas
yang
menyenangkan
sehingga
menciptakan
interaksi yang baik antar
guru
dengan
siswa
dan
siswa dengan siswa. Jika di
kelas tidak terjadi interaksi,
maka
siswa
yang
pasif
bertambah pasif, sedangkan
untuk
guru
hanya
berinteraksi satu arah yakni
dengan siswa yang aktif
saja. Untuk itu guru harus
bisa memberikan motivasi
kepada siswa agar selalu
bersemangat
ketika
pembelajaran
sedang
berlangsung.
Bekasi, 21 Januari 2014
Pengamat
Zulhani Risovi
LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI)
KETERAMPILAN BERTANYA GURU DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Nama Guru
: Ahmad Suhaimi S. Ag
Kelas
: VII-1
Jam Pelajaran ke
: 1 (satu)
Mata Pelajaran
: Fiqih
Hari / Tanggal
: Selasa/28 Januari 2014
Sekolah
: MTs At-Taqwa 06 Bekasi
No
A
1
ASPEK KETERAMPILAN
BERTANYA
DESKRIPTIF
ASPEK UMUM
Pertanyaan diberikan dengan tujuan Guru
membangkitkan
minat
dan
memberikan
suatu
rasa masalah dan informasi yang
ingin tahu terhadap pokok bahasan memancing
siswa
untuk
atau memusatkan perhatian, atau mencari tahu terhadap suatu
mengembangkan pembelajaran yang pokok pembahasan, untuk
berpusat pada siswa.
memusatkan
siswa
perhatian
biasanya
guru
menggunakan ice breaking
sebelum
siswa
pelajaran
agar
bersemangat
dan
antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Guru juga
bisa
menstimulasi
siswa
untuk bertanya pada diri
sendiri
ataupun
dengan
teman sehingga siswa dapat
mengembangkan
kemampuan
berpikirnya
dengan baik.
2
Memberikan
antusiasme
motivasi
dalam
dan Ketika
guru
melontarkan melontarkan
pertanyaan
guru
ingin
pertanyaan,
harus
memberikan
motivasi
kepada
siswa
agar
seluruh
siswa
bersemangat dan antusias
dalam
menjawab
pertanyaan dengan tepat.
Guru memberikan arahan
dan
siswa
penjelasan
dan
yang
kepada
paling
terpenting adalah guru tidak
menyalahkan siswa ketika
siswa menjawab pertanyaan
tidak
tepat.
Guru
terus
membimbing siswa hingga
pertanyaan siswa tepat.
3
Tidak
sehingga
mengulangi
mengganggu
pertanyaan Ketika
guru
kosentrasi melontarkan
sedang
pertanyaan
siswa saat berpikir untuk menjawab kepada siswa, hal
pertanyaan yang telah diberikan
yang
perlu dihindari guru adalah
tidak
mengulangi
pertanyaan
menerus
menganggu
secara
terus
karena
bisa
konsentrasi
siswa saat berpikir, kecuali
jika siswa tersebut kurang
paham
dan
pertanyaan
tidak
yang
ingat
telah
dilontarkan oleh guru, guru
boleh
mengulangi
pertanyaan tersebut.
4
Tidak menjawab pertanyaan sendiri
Hal yang perlu dihindari
oleh seorang guru adalah
menjawab
pertanyaan
sendiri
karena
bisa
membuat perhatian peserta
didik
berkurang
atau
menimbulkan
pengertian
salah
dari
peserta
didik. Jika semua siswa
tidak
bisa
menjawab
pertanyaan guru, pertanyaan
tersebut
bisa
dijadikan
pekerjaan rumah (PR).
5
Tidak memberikan pertanyaan yang Guru
sebaiknya
dapat mengundang jawaban serentak memberikan
yang
dapat
tidak
pertanyaan
mengundang
jawaban serentak seluruh
siswa karena tidak dapat
memecahkan masalah dan
sangat tidak produktif.
6
Tidak mengajukan pertanyaan lebih Siswa akan tertekan dan
dari satu buah pertanyaan sekaligus
frustrasi
mengajukan
jika
guru
pertanyaan
lebih dari satu pertanyaan,
gunakanlah
pertanyaan
sesuai urutan, dari urutan
pertanyaan
yang
paling
mudah hingga pertanyaaan
yang lebih sulit.
7
Tidak menunjuk siswa sebelum Jika seorang guru menunjuk
pertanyaan dilontarkan
siswa sebelum pertanyaan
dilontarkan,
ini
bisa
mengakibatkan siswa tidak
siap
untuk
menjawab,
kecuali jika siswa tersebut
benar-benar aktif di kelas.
Sebaiknya
guru
melontarkan
terdahulu
siswa
pertanyaan
lalu
untuk
pertanyaan,
menunjuk
menjawab
dan
berilah
siswa sedikit waktu untuk
berpikir.
B
1
KOMPONEN KETEAMPILAN
BERTANYA DASAR
Pertanyaan disampaikan dengan Mengajukan
jelas dan singkat
pertanyaan
harus jelas, singkat, dan
tidak bertele-tele sehingga
siswa
dapat
memahami
yang dilontarkan oleh guru.
2
Pertanyaan memberikan acuan
Guru memberikan informasi
yang
jelas
menjadi
supaya
acuan
bisa
untuk
memberikan pertanyaan.
3
Memusatkan
perhatian
pertanyaan dilontarkan
sebelum Memusatkan
sebelum
perhatian
pertanyaan
dilontarkan
dikerjakan
dapat
dengan
cara
memberikan
yang
pertanyaan
terbuka
kemudian
mengubahnya
pertanyaan
menjadi
yang
lebih
sempit.
4
Pemindahan giliran
Pemindahan giliran untuk
menjawab pertanyaan dapat
dikerjakan
dengan
cara
meminta siswa yang beda
untuk menjawab pertanyaan
yang sama.
5
Penyebaran kesempatan menjawab Guru yang profesional akan
pertanyaan
memberikan
kesempatan
kepada semua siswa untuk
menjawab pertanyaan, tidak
membedakan antara siswa
yang aktif dan siswa yang
pasif
6
Pemberian waktu
berpikir
cukup
yang Berikan
waktu
berpikir
yang cukup karena setiap
siswa memiliki kemampuan
berbicara dan berpikir yang
berbeda.
7
Memberikan tuntunan jika siswa Guru memberikan tuntunan
kesulitan
menjawab
seperti kepada
siswa
memberikan pertanyaan yang lebih mendapatkan
disederhanakan
atau
mengulangi dalam
kembali informasi atau penjelasan pertanyaan,
yang
berhubungan
pertanyaan
kesulitan
menjawab
guru
dengan membimbing
menuntun
jika
perlu
atau
siswa
dalam
memberikan jawaban yang
tepat,
terkadang
siswa
masih kurang bisa bertutur
bahasa dengan tepat dan
benar.
C
1
KOMPONEN KETERAMPILAN
BERTANYA
TINGKAT
LANJUT
Pengubahan
tuntunan
tingkat Pertanyaan yang diajukan
kognitif
dalam
pertanyaan
menjawab hendaknya
mampu
mengubah pertanyaan dari
tingkat kognitif yang hanya
sekedar
mengingat
fakta
menuju pertanyaan aspek
kognitif
lain,
pemahaman,
analisis,
seperti
penerapan,
sistesis,
evaluasi.
Jadi
pertanyaan
disesuaikan
dan
setiap
perlu
dengan
taraf
kemampuan berpikir siswa.
2
Pengaturan urutan pertanyaan untuk Pertanyaan yang diajukan
mengembangkan
tingkat
kognitif hendaknya mulai dari yang
dari yang sifatnya rendah ke yang sedrehana
lebih tinggi dan kompleks
paling
menuju
kompleks
berurutan,
dan
sampai
yang
secara
jangan
mengajukan
pertanyaan bolak balik dari
yang
mudah
atau
yang
sederhana kepada yang sulit
kemudian yang sulit lagi.
3
Penggunaan pertanyaan pelacak
Pertanyaan
pelacak
diberikan jika jawaban yang
diberikan
siswa
masih
kurang tepat. Sedikitnya ada
tujuh
teknik
pertanyaan
pelacak, yaitu klarifikasi,
meminta siswa memberikan
alasan,
meminta
kesepakatan
pandangan,
meminta
kesepakatan
jawaban, meminta jawaban
yang
relevan,
contoh,
meminta
dan
jawaban
meminta
yang
lebih
kompleks.
4
Terjadi interaksi di dalam kelas
Pertanyaan
hendaknya
dijawab oleh seorang siswa,
tetapi seluruh siswa diberi
kesempatan singkat untuk
mendiskusikan
jawaban
bersama temannya, dan jika
ada siswa yang bertanya,
hendaknya
guru
jangan
menjawab langsung tetapi
dilontarkan kembali kepada
seluruh
siswa
untuk
didiskusikan. Dengan cara
ini
para
siswa
dapat
mempelajari
cara
memberikan
komentar
terhadap
pertanyaan
temannya.
Bekasi, 28 Januari 2014
Pengamat
Zulhani Risovi
LEMBAR OBSERVASI PROFIL LEMBAGA SEKOLAH
Profil Sekolah Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi
Madrasah
Tsanawiyah
At-taqwa 06
merupakan sebuah lembaga
pendidikan swasta yang bernaung di bawah sebuah yayasan At-taqwa 08 yang
terletak di Jl. Karang Tengah RT 03/01 desa Pusaka Rakyat kecamatan
Tarumajaya kabupaten Bekasi provinsi Jawa Barat.
1. Tujuan, Visi dan Misi MTs At-taqwa 06
Tujuan yang ingin dicapai MTs At-taqwa 06 Bekasi adalah sebagai
berikut:
a. Membekali siswa dengan pelajaran agama dan umum serta akhlaqul
karimah.
b. Madrasah memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional.
c. Madrasah memiiki sarana prasarana yag dapat menunjang proses KBM.
d. Madrasah mencapai nilai rata- rata UN 7.00.
e. Terwujudnya kemandirian madrasah sebagai lembaga kebanggaan
masyarakat.
Visi dari MTs At-taqwa 06 adalah “terwujudnya madrasah yang
berkualitas dan mandiri.”
Adapun misi dari MTs At-taqwa 06 adalah:
a. Bidang Akademik
1) Melaksanakan
pembelajaran
dengan
sistem
mastery
learning
(pembelajaran tuntas).
2) Menggunakan pendekatan, metodologi serta strategi pembelajaran yang
bervariasi
yaitu
pembelajaran
Aktif,
Inovatif,
Kreatif
dan
Menyenangkan (PAIKEM).
3) Mengaitkan nilai-nilai Islam pada setiap mata pelajaran dan
mengaplikasikannya dalam sikap hidup dan perilaku sehari- hari.
4) Melaksanakan evaluasi belajar secara berkala, teratur, efektif, dan
efisien serta mandiri.
5) Tercapainya kelulusan 100% out put dan come yang berkualitas.
b. Bidang non Akademik
1) Menanamkan keimanan yang kokoh serta melahirkan kesadaran
beribadah serta akhlaq mulia dalam seluruh aspek kehidupannya.
2) Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan minat dan
bakat siswa untuk mencapai kejuaraan dan kebanggaan madrasah.
3) Melaksanakan pengelolaan madrasah yang akuntabel, professional dan
demokratis.
2. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Dalam kegiatan belajar mengajar di MTs At-taqwa 06, terbagi menjadi
dua, yaitu:
a. Kegiatan Intrakurikuler
Kegiatan Intrakurikuler dilaksanakan siang mulai pukul 12.30 s/d 17.30
sementara mengacu pada kurikulum.
b. Kegiatan Extrakurikuler
1) Pramuka
2) Marching band
3) Pencak silat
4) Takhassus
5) Paskibra
c. Prestasi yang dicapai (Prestasi Belajar dan Kegiatan Sekolah)
1) Juara terbaik I Putra se-Kec.Taruma Jaya (Pramuka)
2) Juara terbaik II Putri se-Kec.Taruma Jaya (Pramuka)
3. Struktur Organisasi MTs At-taqwa 06 Bekasi
STRUKTUR ORGANISASI
MTS ATTAQWA 06 TARUMAJAYA BEKASI
KETUA YAYASAN
Drs. Rofiudin Abdullah
MAJLIS
MADRASAH
H. M. Bakri
KEPALA MADRASAH
Ubaidillah, S.Ag
BENDAHARA
Syakirotul Faqiro, SE
TATA USAHA
Hasbiyallah, S.Pd.I
WK. BID.
KESISWAAN
Maulana, S.Pd.I
WK. BID.
KURIKULUM
Ahmad Humairo, S.EI
WALI KELAS
TENAGA PENDIDIK
GURU BK
Miftahul
Jannah
PENGURUS OSIS
SISWA
KETERANGAN :
Garis Komando/Pembinaan
Garis Koordinasi
4. Identitas Sekolah
a. Nama Madrasah
: Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 06
b. Nomor Statistik Madrasah
: 121232160005
c. Akreditasi Madrasah
: Terakreditasi “A”
d. Alamat Lengkap Madrasah
: Karang Tengah RT. 03/01
Desa Pusaka Rakyat
Kecamatan Tarumajaya
Kabupaten Bekasi
Provinsi Jawa Barat
e. NPWP
: 00.367.066.8-413.000
f. Nama Kepala
: Ubaidillah, S.Ag
a. No. Telp. HP
: 085777772332
b. Nama Yayasan
: Yayasan Attaqwa 08
c. Alamat Yayasan
: Karang Tengah RT. 03/01
Desa Pusaka Rakyat
Kecamatan Tarumajaya
Kabupaten Bekasi
Provinsi Jawa Barat
d. Telp. Yayasan
: 081319979764
e. Kepemilikan Tanah
: a. Wakaf
b. Luas Tanah 2441 m2
f. Status Bangunan
: Yayasan
g. Luas Bangunan
: 1.000 m2
5. Data Siswa
Tahun
Ajaran
Kelas 7
Kelas 8
Jml.
Jml.
Jml.
Jml.
Siswa
Rombel Siswa Rombel
Kelas 9
Jml.
Siswa
Jumlah
Jml.
Jml.
Jml.
Rombel Siswa Rombel
2010/2011
65
2
45
2
45
2
155
6
2011/2012
48
2
66
2
40
2
154
6
2012/2013
64
2
48
2
62
2
174
6
6. Data Guru
No
Keterangan
Jumlah
Pendidik
1
2
Guru PNS diperbantukan
Tetap
Guru Tetap Yayasan
1
6
3
Guru Honorer
4
Guru Tidak Tetap
17
Tenaga Kependidikan
1
Tata Usaha
1
2
Penjaga Sekolah
1
7. Sarana dan Prasarana
Jenis
Jumlah
Prasarana
Ruang
Ruang Kelas
6
Perpustakaan
1
R. Lab. IPA
1
R. Lab. Biologi
-
R. Lab Fisika
-
R. Lab. Kimia
-
R. Lab. Komputer
1
R. Lab. Bahasa
-
R. Pimpinan
1
R. Guru
1
R. Tata Usaha
1
R. Konseling
1
Tempat Beribadah
1
R. UKS
1
Toilet
5
Gudang
1
Tempat Olahraga
1
R. OSIS
1
R. Lainnya
FOTO PROFIL LEMBAGA SEKOLAH
r
I
LEMBAR UJI REITERENSI
Nama
: Zulhani Risovi
NIM
:1090110001i8
Judul Skripsi
: Keterampiian Bertanya Guru dalam Meningkatkan
Aktivitas Pembelajaran Siswa pada Mata Pelajaran
Fiqih @i Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi).
No
Referensi
I
A. Dzajuli, Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan
dan Penerapan Hulatm Islam, (Jakarta : Prenada
Media, 2005), Cet. V.
2
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya,
Paraf
I
I
zOIz),Cet.
1.
,t
Agus Supriyanto, Cooperative Leaming Teori dan
Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010).
4
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan,
Bandung:Teraju,2004.
5
Burhan Bungin, Penelidan Kualitatif: Komunilmsi,
Ekonomi, Kebljakon Publik, dan llmu Sosial Lainnya,
(Jakarta:Kencana,2008).Cet.3.
6
Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal
Keterantpilan Dasar bagi Guru, (Bandung : Yrama
W i d v a , 2 0 1 3C
) .e t l .
7
Deddy Maulyana, tr[etodologi Penelitian Kualitatif
Paradigma Baru Ilmu Kontttnikasi dan llmu Sosial
Lainnya, Rosda.
\
I
tl
t:'/
t
j
8
dan
AI-Qur'an
RI,
Departemen Agama
Terjemahannya, (Jakarta : CV Pustaka Agung
Harapan).
9
Emzir, trfetodologiPenelitianKualttatif: Anolisis Data
(Jakarta:RajaGrafindoPersada,20ll), cet.2.
l0
Endang Sri Haryanti, "Penerapan Teknik Pengaiuan
P ertanyaan Accelarated Learning untuk M eningkatkan
Ahivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika",
Skripsi Sl Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta:2009.
l1
Gene E. Hall, Linda F. Quinn, Donna M. Gollnick,
Mengajar dengan Senang, Jakarta: PT Macanan Jaya
\,'
Cemerlang,2008
13
H. A. Syafi'I Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung :
PustakaSetia,1997).
t4
http://makalahdownload.blogspot.com/2CI I /09/keterampilanbertanva.html. diakses pada tanggal hari Kamis, 13
Maret 2014.Pukul 10.13.
15
Hulliah, "Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa
I
dalam Pembelajaran PKN dengan Menggunakan
Media Gambar di MI Al-Hidayah KembanganJaknrta
Baret", Skripsi S I
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan,UIN Syarif HidayatullahJakarta:2012.
ta
lo
Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran
Sekolah Terpadu, Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya,
2011.
Iin Tri Rahayu,Tristiadi Ardi Ardani, Observasidan
Wawancara, (Jarva Timur : Bayumedia Publishing,
240q, Cet.I.
I
F
I
i8
j j, Hasibi,:;m,ProsesBelajar Mengajar, Bandung: PT
RemajaRosdakarya,
2006.
t9
Jnhana S, Maria Dinata, dan Wiyana Mulyana,
Dokumentasi dan Perpustakaan, (Bandung: CV.
Armiko. 1991),cet2.
20
Juliarrsyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi,
Tesis, Disertasi, dan Karya llmiah, (Jakana: Kecana
PrenadaMedia Group,201l), Cet. 1.
21
Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya,
PT. Apollo,1997.
22
LampiranSISDIKNAS2CTahun2003.
23
Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: PT RemajaRosdakarya" 200q.
24
Lukmanul liakim,
Perencanaan Pembelajaran,
(Bandung: CV WacanaPrima, 2009).
25
M. Quraisy Syihab, Membumikan Al-Qur'an,
(Bandung: Mizan, 1992).
26
Ma'rif Syafruddin, "Pengartrh Strategi Pembelajaran
Aktif T'ehik Giving Question and Getting Answer
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa", Skripsi
Sl Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
HidayatullahJakarta:2013.
2l
Martinis Yarnin, Kiat l,fembelajarkan Siswa,(Jakarta:
GaungPersadaPress,2010),Cet. III.
28
Masitoh dan Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran,
(Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
DepartemenAgama Republik Indonesia,2009),Cet. l.
29
Masri Singarimbun, Sofian Efendi, (Penyunting),
Metode PenelitianSur'tai,(Jakarta:LP3ES, 1989).
>/s
I
1..
30
Melvin L. Silbermen.Active Learning. (-1'ogyakarta:
PT. PustakaInsanMandiri. 1996).
3l
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,
(Bandung:RemajaRosdaKarya 2006),cet. 11.
32
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif
Kualitatif (Jakarta:GP PresssGroup, 2013).
JJ
Nana Syaodih Sukmadinata, Meiode Penelitian
Pendidikan,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2010).
34
Nasution, Metode Research, (Jakarta: PT Burni
Aksara,2003),Cet. 6.
35
Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT
Bumi Aksara,2001.
36
Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Bulat Active
Learning, Increasing Flow in the Classroom, Terj.
Dari Active l.earnlng, Increasing Flow in the
Classroom, oleh Dwi Wulandari, (Jakarta: PT Index,
2008),Cet.I.
)I
Ramayulis, Metodologi Pendidikon Agama Islam,
l
I
l
I|-
(Jakarta:Kalam Mulia" 2005), Cet.4.
t2
Ridwan, Abdullah
Sani, Inovasi
Pembelajaran,
(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2013). Cet. 1.
38
Rusman"
Model-Model
Pembelajaran
MengembungkanProfesionalisme Guru, Jakarta: PT
Raja GrafindoPersada,2011.
39
S. Nasution,Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif
(Bandung:Tarsito,1988).
40
Sadirman A.M, Interaksi dan Motit,asi Belajar
Mengajar, (Jakarta:PT RajaGrafindoPersada,20ll),
Cet.XIX,
4I
Subari, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi
I
r
Aksara, 1994),Cet. I.
Sudarmaji Lamiran, Strategi Pembelajaran Sekolah
Terpadu,(Jakarta:PT PrestasiPustaka,2011), Cet. l.
Sugiyono, Itfetode Penelitian Kuantitati"f Kualitati,f
R&D, (Bandung:CV Alfabeta,2013),Cet. 18.
SulaimanRasjid,Fiqih Islam,(Jakaria: At-Tahiriyah,
1976),Cet.I7.
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang
Meperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam
Kurilaium Berbasis Kompetensr, (Ciputat: euantum
Teaching,2005).
46
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar,(Jakarta:Rineka Cipta 2010),Cet.
IV.
Syaiful Bahri Dzamarah, Guru dan Anak Didik dalam
InteraalrsiEdukatif Jakarta:PT RinekaCipta,2000.
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya,
Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum pBM,
(Jakarta:PT RajaGrafindoPersada,l99S),Cet.5.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya
pada Kurilatlum Tingkat Satuan Pendidikan (KTS?),
(Jakarta:KencanaPrenadaMedia Group,2010), Cet.4.
Usman, Basflruddin, Metodologi Pembelajaran
Agama Islam, (Jakarta:Ciputat Perc,2002), Cet. l.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Iakarta: Fajar
InterpratarnaOffset, 2006.
Yatim
Riyanto, Paradigma Baru
Pembelajaran
Sebagai Referensi bagi Penrlidik dalam Implementasi
Pembelajaran yang
Efektif Berkualitas, Jakarta:
'{
I
KencanaPrenadaMedia Grup, 2009.
Menyerujui,
DosenPembimbine
Drq, ivlasanAtr'. M. Pd
Nr P.195107161
98103
1005
t#.
{
I
l
YAYASANATTAQWA 08
i
MADRASAH
TSNAWIYAH
ATTAQWA
06
TERAKREDITASI A
l{O . : 02.0A
n07 B AP-SM/SK/X/2012
Il.Karang
- Bekasi17214
Tengah
RT.03/01Pusaka
Rakyat
Tarumajaya
:085777772332B-rirail:
Phone
[email protected]
SURAT KETERANGAIT
Nomorz
/MTs. A 06 fE.7/ll2014
Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 06
Kabupaten Bekasi menerangkanbahwa :
Nama
ZULHANI RISOVI
NIM
1 0 9 0110 0 0118
Jrrmsan
PendidikanAgamaIslam ( PAI )
Semester
D( ( Sembilan)
Alamat rumah
Jl. Golf. RT.04/10PancoranMasRangkapan
Jaya
BaruDepok
Telah melakukanobservasipenelitian di MTs. Attaqwa 06 TarumajayaBekasi,
sebagaisyaratuntukmenempuh
jenjangS1di UIN SyarifHidayatullahJakarta.
Demikiansuratketerangan
ini dibuat untukdapatdigunakansebagaimana
mestinya.
Bekasi,07 ianuari 2014
aidillah, S.Ag
Download