KETERAMPILAN BERTANYA GURU DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH (Penelitian kualitatif di MTS At-Taqwa 06 Bekasi) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh ZULHANI RISOVI NIM: 109011000118 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 ABSTRAK Zulhani Risovi (109011000118). Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus pada penelitian kualitatif berarti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada guru pengampu mata pelajaran fiqih serta peserta didik kelas VII-1 di MTs At-Taqwa 06 Bekasi. Setelah penelitian dilakukan, maka penulis memperoleh hasil penelitian berupa informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran fiqih dan aktivitas belajar siswa di MTs At-Taqwa 06 Bekasi. Di MTs At-Taqwa, kegiatan belajar mengajar mata pelajaran fiqih berlangsung selama 2 X 40 menit (2 jam pelajaran), dimulai pada pukul 13.15-15.00 WIB dan jumlah siswa di kelas VII-1 sebanyak 25 siswa. Guru pengampu mata pelajaran fiqih adalah Bapak Ahmad Suhaimi S. Ag. Pada setiap pertemuan siswa mendapatkan materi yang kemudian pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan dan pretest guna mengetahui sejauh mana siswa mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan diakhir pembelajaran guru memberikan posttest guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya guru merupakan aktivitas yang paling sering dan paling penting dilakukan dalam proses pembelajaran. Kemampuan bertanya merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki oleh guru karena bertanya adalah alat untuk mengajar. Karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban siswa. Pemberian pertanyaan akan membantu siswa belajar secara mental dan lebih sempurna dalam menerima informasi sehingga siswa turut aktif selama proses pembelajaran. Kata Kunci : Keterampilan bertanya guru dan aktivitas belajar siswa iv KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga dan sahabatnya. Skripsi yang berjudul ”Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih” ini merupakan salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, do’a dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua kesulitan dan hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Nurlena Rifai, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA Ketua dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. 3. Drs. Masan AF, M.Pd. Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam membagi bimbingan, waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skrpsi ini dengan sebaik-baiknya. 4. Ubaidillah, S.Ag. Kepala sekolah MTs At-taqwa 06 Bekasi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. v 5. Seluruh dewan guru dan staf tata usaha MTs At-taqwa 06 Bekasi yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian ini. 6. Siswa-siswi MTs At-taqwa 06 Bekasi khususnya kelas VII-1 yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini. 7. Orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis. 8. Kakakku Siti Riyani S.Pd.I beserta suami & anak, aaku Sofyan Yavin S.pd.I beserta istri & anak, terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini. 9. Sirru qolby (My Sun) yang selalu setia menemani, memotivasi, serta memberi keceriaan yang mampu menghibur hatiku dan memberikan arahan yang tepat untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2009, kelas C dan Fiqih A. Terimakasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan dan motivasinya. 11. Sahabat-sahabat (The Finger) yang selalu menemani penulis baik suka maupun duka. 12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta perhatian yang luar biasa. Tiada daya dan kekuatan melainkan milik Allah semata, segala kekurangan dan kesalahan yang telah penulis buat dalam penyelesaian skripsi ini, mohon di maafkan. Semoga ini semua dapat bermanfaat hingga kedepannya. Jakarta, 13 Maret 2014 Penulis vi DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... i LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................ ii SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ............................................... iii ABSTRAK ...................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................. 8 C. Pembatasan Masalah ................................................................ 9 D. Perumusan Masalah .................................................................. 10 E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 10 F. Manfaat Penelitian .................................................................... 10 KAJIAN TEORI .......................................................................... 12 A. Keterampilan Bertanya Guru .................................................... 12 1. Pengertian Keterampilan Bertanya ...................................... 12 2. Komponen Keterampilan Bertanya ..................................... 14 3. Tipe dan Syarat-syarat Bertanya ......................................... 16 4. Jenis-jenis Pertanyaan .......................................................... 17 5. Macam-macam Pertanyaan .................................................. 22 6. Teknik-teknik Bertanya ....................................................... 23 7. Fungsi Pertanyaan ................................................................ 25 8. Manfaat Mengajukan Pertanyaan ........................................ 26 B. Metode Tanya Jawab ................................................................ 27 1. Pengertian Metode Tanya Jawab ......................................... 27 BAB II vii BAB III BAB IV 2. Tujuan Metode Tanya Jawab ............................................... 30 3. Pemakaian Metode Tanya Jawab......................................... 32 4. Kebaikan dan Kelemahan Metode Tanya Jawab ................. 32 C. Aktivitas Belajar ....................................................................... 33 1. Pengertian Aktivitas Belajar ................................................ 34 2. Prinsip-prinsip Aktivitas ...................................................... 38 3. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar ..................................... 39 4. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ........................................ 44 D. Fiqih ......................................................................................... 45 1. Pengertian Fiqih.................................................................. 45 2. Dasar-dasar Fiqih................................................................ 47 E. Penelitian yang Relevan ........................................................... 48 F. Kerangka Berpikir .................................................................... 49 G. Hipotesis Penelitian .................................................................. 50 METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 51 A. Metode dan Desain Penelitian .................................................. 51 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 51 C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 52 1. Observasi ............................................................................ 53 2. Dokumentasi ....................................................................... 55 3. Wawancara ......................................................................... 56 D. Instrumen Penelitian ................................................................. 58 E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ....................... 63 F. Teknik Analisis Data ................................................................ 65 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 67 A. Deskripsi Data .......................................................................... 67 Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTS At-Taqwa 06 Bekasi ....................................................................................... viii 69 1. Pelaksaan Pembelajaran Fiqih dengan Keterampilan Bertanya guru pada Mata Pelajaran Fiqih ........................................... 69 a. Aspek Keterampilan Bertanya Umum ............................ 71 b. Komponen Keterampilan Bertanya Dasar ...................... 73 c. Komponen Keterampilan Bertanya Tingkat Lanjut ........ 74 2. Aktivitas belajar Fiqih Siswa ............................................... 74 3. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 94 PENUTUP .................................................................................... 97 A. Kesimpulan ............................................................................... 97 B. Saran ........................................................................................ 98 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99 BAB V LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 103 ix DAFTAR TABEL Tabel 1 Dokumen Penelitian ..................................................................... 56 Tabel 2 Pedoman Wawancara Guru Fiqih ............................................... 58 Tabel 3 Pedoman Wawancara Siswa kelas VII-1 ...................................... 61 Tabel 4 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-1 ......... 79 Tabel 5 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-2 ......... 83 Tabel 6 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-3 ......... 85 Tabel 7 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa ...................................... 86 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 2 Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa Lampiran 3 Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru Lampiran 4 Foto Wawancara dengan Guru Fiqih Lampiran 5 Berita Wawancara Siswa Lampiran 6 Foto Wawancara dengan Siswa Kelas VII-I Lampiran 7 Berita Wawancara Guru Lampiran 8 Lembar Instrumen Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Lampiran 9 Lembar Pengamatan (observasi) Keterampilan Bertanya Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Lampiran 10 Lembar Observasi Profil Lembaga Sekolah Lampiran 11 Foto Profil Lembaga Sekolah Lampiran 12 Lembar Uji Referensi Lampiran 13 Surat keterangan Observasi xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pembangunan yang sangat penting. Dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan masyarakatnya. Sangat wajar jika kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa besar perhatian bangsa tersebut terhadap pendidikan. Melalui pendidikan suatu masyarakat atau bangsa akan memperoleh kemuliaan. Kebenaran akan pernyataan ini sebenarnya sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai Sang Maha Pengatur, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an. Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Mujadilah: 11)1 Islam telah mewajibkan bagi setiap pengikutnya untuk menuntut ilmu seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW: 1 Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan), h.793. 1 2 Artinya: “Menuntut ilmu itu kewajiban atas setiap orang muslim laki-laki maupun muslim perempuan.” (Ibnu Abdul Bari) Adapun tujuan dari pendidikan Nasional adalah membangun bangsa dan negara Indonesia lebih baik sebagaimana yang tertulis dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan melalui proses pembelajaran, dimana setiap komponen saling berhubungan satu sama lain. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.3 Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam belajar, yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu mendapatkan hasil yang baik.4 Sebagai seorang guru hendaknya juga mampu memberikan pelayanan yang sama kepada semua siswa sehingga siswa 2 Lampiran SISDIKNAS 20 Tahun 2003, h. 3. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), Cet. I, h. 131. 4 Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet. I, h. 27. 3 3 yang menjadi tanggung jawab seorang guru di kelas merasa mendapatkan perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang sama kepada suluruh siswa tentunya kita perlu mencari solusi dan strategi yang tepat, sehingga harapan yang sudah dirumuskan secara matang dalam setiap rencana pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan sempurna. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak terlihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan, kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Misalnya, ketika seorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun sepertinya seorang siswa memperhatikan dengan seksama sambil mengangguk-angguk kepala itu bukan karena ia memperhatikan materi pelajaran dan paham apa yang dikatakan guru, akan tetapi karena ia sangat mengagumi cara guru berbicara, atau mengagumi penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya apa yang telah disampaikan guru, ia tidak mengerti apa-apa. Siswa yang demikian pada hakikatnya tidak belajar, karena tidak menampakkan gejala-gejala perubahan tingkah laku. Sebaliknya, manakala ada siswa yang seakan-akan tidak memperhatikan, misalnya ia kelihatan mengantuk dengan menundukkan kepala dan tidak pernah memandang muka guru, belum tentu mereka tidak sedang belajar. Mungkin saja otak dan pikirannya sedang mencerna apa yang dikatakan guru, sehingga ketika ditanya ia bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar. Berdasarkan adanya perubahan perilaku yang ditimbulkan, maka kita yakin bahwa sebenarnya ia sudah melakukan proses belajar.5 Di kalangan psikolog terdapat keberagaman cara dalam menjelaskan dan mendefinisikan tentang makna belajar (learning). Namun baik secara eksplisit maupun implisit, pada akhirnya memiliki kesamaan makna. Salah satu definisi yang nyaris disepakati bersama adalah bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.6 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), Cet. V, h. 112-113. 6 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju, 2004), Cet. I, h. 122. 4 Perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill (keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan), dan knowledge (pengetahuan). Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik sangat familiar dalam dunia pembelajaran kita, namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat bingung para pendidik. 7 Keterampilan dasar mengajar (teaching skills), merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan professional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan mengajar. 8 Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya mata pelajaran fiqih selama ini secara umum tidak kunjung berubah. Pembelajaran secara konvensional-tradisional dan monoton sehingga membosankan peserta didik. Siswa juga dibiasakan dengan budaya diam sejak pendidikan terendah 7 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 131. 8 Ibid., h. 80. 5 sehingga mereka tidak berani mengutarakan pendapat ataupun bertanya. Hal ini akan berdampak pada aktivitas belajar siswa. Sering sekali ditemukan siswa tidak memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap penjelasan yang diberikan guru di depan kelas, tidak konsentrasi, mengobrol, atau mengerjakan tugas pelajaran lain. Rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasinya siswa salah satu caranya dengan merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan berarti menunjukkan pola pikir yang dimiliki oleh seorang siswa. Dalam dunia pendidikan kita, siswa belum banyak terrangsang untuk mengajukan pertanyaan dari materi yang dipelajari, karena siswa tidak terlatih dalam mengajukan pertanyaan, siswa kurang percaya diri dengan konsep yang dimilikinya atau siswa tidak diberi kesempatan bertanya oleh guru. Selain itu guru juga dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memancing keaktifan siswa. Pertanyaan biasanya diajukan oleh guru pada saat awal memulai pelajaran dan akhir pelajaran. Pertanyaan biasanya dijawab oleh anak tertentu saja, tidak semua turut aktif dalam menjawab pertanyaan. Apabila guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada guru, hanya terlihat beberapa siswa saja yang aktif mengajukan pertanyaan. Dalam proses pembelajaran strategi yang ditetapkan oleh guru di kelas hendaknya memperhatikan keaktifan siswa dalam belajar. Siswa diharapkan tidak belajar hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan sekitarnya, misalnya dari teman, orang tua ataupun media. Siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan dimana pun berada. Siswa yang aktif mempunyai peluang yang besar untuk keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif dan hanya menerima saja. Di dalam kegiatan belajar mengajar guru memegang peran penting dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru diharapkan dapat mengelola kelas dengan baik dan menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan. Sayangnya sebagian besar guru hanya menggunakan metode ceramah saja, dan jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menanggapi pelajaran secara leluasa. Akibatnya peserta didik merasa jenuh 6 dalam belajar bahkan sebagian peserta didik tidak memperhatikan pelajaran ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Mereka bercanda dan mengobrol dengan teman sebangkunya bahkan ada diantara mereka yang asyik bermain dengan mainannya, seperti menggambar, gangsing, dan sebagainya. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Keutuhan delapan keterampilan mengajar tersebut di atas merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. Setiap keterampilan mengajar memilki komponen dan prinsip-prinsip dasar tersendiri. Termasuk keterampilan teknik bertanya guru atau keterampilan bertanya siswa akan berpengaruh terhadap kesegaran proses pembelajaran. Oleh karenanya siswa harus menguasai keterampilan bertanya yang mampu menggugah motivasi untuk belajar, mengembangkan ide dan gagasan yang dimiliknya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa, bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.9 Kita semua belajar dari pertanyaan-pertanyaan yang kita tanyakan dan dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada kita. Kita punya pertanyaan yang ingin ada jawabannya, kita punya pertanyaan yang terkadang takut untuk ditanyakan, dan terkadang orang menanyakan sesuatu kepada kita yang kita tidak 9 Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011), Cet. I, h. 85. 7 tahu jawabannya. Mungkin ada banyak pertanyaan yang kita harapkan tidak akan ditanyakan orang kepada kita, dan ada pertanyaan-pertanyaan yang kita tahu tidak boleh kita tanyakan kepada orang lain tapi tetap kita tanyakan karena manusia pada dasarnya inginnya selalu tahu. Orang bertanya untuk mendapatkan informasi, untuk meningkatkan pemahaman, dan bahkan untuk menarik perhatian. Sebagian pertanyaan yang ditanyakan mengagetkan, dan sebagian jelas pertanyaan ada yang salah. Terkadang guru terlalu memperhatikan jawaban sehingga mereka melewatkan pentingnya pertanyaan, menanyakan pertanyaan yang benar dan mendengarkan serta mempelajari pertanyaan yang ditanyakan para siswa mereka. 10 Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa, untuk mendorong siswa berpikir, dan untuk menyusun serta mengarahkan pembelajaran. Pertanyaan digunakan oleh guru sebagai alat diagnosa dalam menentukan tingkat pengajaran yang diperlukan siswa untuk memulai pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan untuk mengatur tingkah laku siswa atau pengaturan kelas biasanya dimaksudkan untuk membantu siswa mengingat aturan-aturan, sementara sebagian pertanyaan memungkinkan siswa untuk mengekspresikan perasaan serta pendapat mereka sendiri. Pertanyaan merupakan metode yang utama untuk mengetahui pemahaman siswa. Pertanyaan bisa diberikan dalam suatu rangkaian cepat untuk membahas ulang isi pelajaran atau digunakan sebagai evaluasi akhir dari pembelajaran siswa. Mempelajari seni bertanya pertanyaan yang tepat di waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat bisa merupakan salah satu dari aspek-aspek mengajar yang paling menantang.11 Alasan penulis mengambil pembelajaran fiqih karena pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah diarahkan untuk mengantarkan siswa dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi seorang muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna). 10 Gene E. Hall, Linda F. Quinn, Donna M. Gollnick, Mengajar dengan Senang, (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), Cet. I, h. 369. 11 Ibid,, h. 370. 8 Dalam pembelajaran fiqih di kelas VII sering kali siswa kurang memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga siswa apabila diberi kesempatan untuk bertanya oleh gurunya hanya diam saja, ketika diberikan tugas tidak dapat menjawabnya. Hal ini disebabkan karena siswa kurang memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Kurangnya minat siswa untuk bertanya biasanya karena mereka malu dan takut kalau pertanyaannya kurang enak untuk didengar, walaupun mereka mungkin mempunyai pertanyaan yang sangat penting. Ada kesan yang penting bagi mereka lulus tes. Padahal keberanian dan kemampuan bertanya sangat penting. Tanpa adanya suatu pertanyaan dalam pembelajaran maka dapat dikatakan proses pembelajaran tersebut tidak berhasil karena tidak membuat siswa aktif. Guru hendaknya tidak menganggap remeh mengenai teknik bertanya dalam proses pembelajaran. Guru perlu menyadari bahwa pertanyaan berkualitas dan berwibawa yang dilontarkan oleh guru kepada siswa atau siswa yang bertanya kepada guru dapat menuntut proses pembelajaran itu berwibawa dan membuat peserta didik menjadi lebih aktif di kelas. Peserta didik merasa nyaman, aman dan tentram sehingga menjadi lebih terarah dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut. Dari latar belakang tersebut di atas penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa 06 Bekasi” B. Identifikasi Masalah Efektif atau tidaknya suatu metode dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu tahap perencanaan dan pemilihan metode, penggunaan atau proses di kelas Proses Belajar Mengajar (PBM) meliputi penyampaian materi dan perhatian siswa serta evaluasi (mengukur keberhasilan metode yang telah digunakan dengan melihat prestasi siswa). 9 Dari uraian yang dipaparkan, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi di antaranya adalah: 1. Kurangnya perhatian siswa selama proses pembelajaran. 2. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. 3. Pada saat pelajaran berlangsung, ada beberapa siswa yang mengobrol, main hand phone dan melakukan aktivitas lain yang tidak ada hubungannnya dengan pembelajaran fiqih. 4. Kurangnya siswa dalam memberikan respon terhadap metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru fiqih. 5. Siswa cenderung tidak aktif dan kurang berani bertanya dalam mengikuti proses pembelajaran fiqih. 6. Masih rendahnya siswa yang bertanya selama proses pembelajaran yang menyebabkan masih rendahnya keterampilan bertanya siswa karena siswa tidak terlatih untuk bertanya. 7. Guru kurang terampil dalam melontarkan pertanyaan kepada siswa. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, penggunaan keterampilan bertanya sering digunakan ketika proses belajar mengajar berlangsung dan dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan lebih jelas pembahasannya, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Keterampilan guru yang diteliti pada penelitian ini adalah keterampilan bertanya, yaitu teknik keterampilan bertanya di kelas pada materi yang telah diajarkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lebih terarah yang membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Adapun keterampilan bertanya pada penelitian ini dibatasi melalui metode tanya jawab. 2. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa yang dilakukan di dalam kelas atau selama proses pembelajaran berlangsung (seperti; bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan 10 pendapat, diskusi, menanggapi pertanyaan, mencatat penjelasan guru, mengerjakan tugas, dan berani atau bersemangat). D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok permasalahan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan keterampilan bertanya dalam mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas VII di MTS At-Taqwa 06 Bekasi. 2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas VII dengan keterampilan bertanya pada mata pelajaran Fiqih di MTS at-taqwa 06 Bekasi. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana guru mendeskripsikan tekhnik keterampilan bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS at-Taqwa 06 Bekasi. 2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan keterampilan bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS atTaqwa 06 bekasi. F. Manfaat Penelitian Setiap penelitian memiliki tujuan dan manfaat baik bagi penulis sebagai mahasiswa maupun lembaga pendidikan, berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan, maka penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi: 1. Bagi penulis adalah dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan sebagai salah satu syarat dalam menyelasaikan studi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan 11 khususnya pengetahuan tentang penggunaan keterampilan bertanya serta pengaruhnya dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa. 2. Bagi siswa adalah sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar, mengembangkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran fiqih untuk mencapai prestasi yang lebih baik, meningkatkan pemahaman siswa, siswa ikut berperan aktif di dalam kelas, dan dapat memberikan arahan bimbingan kepada siswa pada proses pembelajaran di kelas dalam merespon pertanyaan serta menguasai konsep-konsep ilmu yang diajarkan. 3. Bagi guru adalah sebagai khasanah ilmu pengetahuan guru dalam penerapan keterampilan bertanya dan sebagai upaya memperkaya model pembelajaran sehingga mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran Fiqih. 4. Bagi sekolah adalah hasil penelitian ini diharapkan daapat digunakan sebagai upaya untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran serta dapat mengetahui penggunaan keterampilan meningkatkan aktivitas belajar Fiqih siswa. bertanya yang efektif dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Bertanya Guru 1. Pengertian Keterampilan Bertanya Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para pendengarnya, khususnya menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian dan perlu dipertanyakan.1 Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengajukan pertanyaan. Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi:103 Artinya: “Katakanlah, apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orangorang yang paling merugi perbuatannya?"2 Pertanyaan ini pasti menraik orang-orang yang mendengarnya untuk segera mengetahui tentang orang-orang yang rugi dalam pekerjaan mereka. Kemudian Allah SWT baru menjelaskannya dalam Q.S Al-Kahfi:104 Artinya: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya.”3 Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertanya berasal dari tanya yang berarti meminta diberikan keterangan penjelasan dan sebagainya. Sedangkan 1 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. I, h. 235. 2 Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan), h. 417. 3 Ibid, h. 417. 12 13 keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan cekatan.4 Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para pendengarnya, khususnya menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian dan perlu dipertanyakan.5 Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Keterampilan bertanya adalah ucapan herbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir.6 Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir setiap tahap pembelajaran dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik. Menurut Syaiful Bahri Dzamarah, dalam bukunya yang berjudul “Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif”, menjelaskan tujuan keterampilan bertanya antara lain: a. Untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap topik b. Memfokuskan perhatian pada suatu konsep masalah tertentu c. Mengembangkan belajar secara aktif d. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa e. Mengembangkan kemampuan berfikir siswa.7 Menurut Moh. User Usman memberikan dasar-dasar pertanyaan yang baik yang harus diperhatikan, diantaranya: a. Jelas dan mudah untuk dimengerti. b. Diberikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan. c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu. d. Membagi pertanyaan secara merata. 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya, PT. Apollo,1997). Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 284. 6 J.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. XI., h. 62. 7 Syaiful Bahri Dzamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. I, h. 107. 5 14 e. Memberikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya. f. Menuntun siswa agar dapat menemukan jawaban yang benar.8 g. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan.9 Menurut Rusman Prinsip-prinsip pokok keterampilan bertanya yang harus diperhatikan guru antara lain: a. b. c. d. Berikan pertanyaan secara hangat dan antusias kepada siswa di kelas. Berikan waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan. Berikan kesempatan kepada yang bersedia menjawab terlebih dahulu. Tunjuk peserta didik untuk menjawab setelah diberikan waktu untuk berpikir. e. Berikan penghargaan atas jawaban yang diberikan.10 2. Komponen Keterampilan Bertanya Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. a. Keterampilan Dasar Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan dasar bertanya meliputi: 1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat. 2) Pemberian acuan: supaya siswa dapat menjawab dengan tepat, dalam mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi-informasi yang menjadi acuan pertanyaan. 3) Pemusatan ke arah jawaban yang diminta: pemusatan dapat dikerjakan dengan cara memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit. 4) Pemindahan giliran menjawab; pemindahan giliran menjawab dapat dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. 8 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya 2006), cet. XI, h. 75. 9 Rusman, Model-Model Pembelajaran Menegmbangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 82. 10 Ibid, h. 83-84. 15 5) Penyebaran pertanyaan: untuk maksud tertentu guru dapat melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, kepada siswa tertentu, atau menyebarkan respons siswa kepada siswa yang lain. 6) Pemberian waktu berpikir: dalam mengajukan pertanyaan guru harus berdiam diri sesaat sebelum menunjuk siswa merespons pertanyaan. 7) Pemberian tuntunan: bagi siswa yang mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan, strategi pemberian tuntunan perlu dikerjakan. Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan dengan bentuk atau cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, atau mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.11 b. Keterampilan Lanjutan Komponen-komponen yang termasuk ke dalam keterampilan bertanya lanjut adalah: 1) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan; untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa diperlukan pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi). 2) Urutan pertanyaan: pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang logis. 3) Melacak: untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak perlu dipunyai oleh guru. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta siswa untuk memberikan penjelasan tentang jawabannya, memberikan alasan, memberikan contoh yang relevan, dan sebagainya. 4) Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antar siswa.12 11 j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. XI, h. 62. 12 XI, h. 63. j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 16 3. Tipe dan Syarat-syarat Bertanya Adapun tipe dan bentuk pertanyaan sangat beragam, penggunaan dalam bentuk setiap pertanyaan bergantung pada tujuan yang diharapkan, tipe pertanyaan yaitu: a. Pertanyaan yang menuntut fakta-fakta, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya ingat siswa terhadap sesuatu yang pernah dipelajarinya. b. Pertanyaan yang menuntut kemampuan yang membandingkan, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya pikir analisis dan sintesis. c. Pertanyaan yang menuntut kemampuan memperkirakan, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan atau membuat perkiraanperkiraan. d. Pertanyaan yang menuntut kemampuan analisis, yaitu pertanyaan mengembangkan dan melatih kemampuan daya analisis. e. Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan berfikir secara teratur. f. Pertanyaan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya, yaitu pertanyaan untuk memberikan penegasan dan meyakinkan tentang sesuatu kepada siswa, pertanyaan ini digolongkan dengan pertanyaan retorika yang tidak perlu mendapat jawabannya. Syarat pertanyaan yang harus diperhatikan agar pertanyaan yang diajukan kepada siswa mendapat respon yang baik adalah: a. Pertanyaan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah ditangkap oleh pihak yang ditanya (siswa). b. Pertanyaan diajukan secara klasikal, berikan waktu untuk berpikir kemudian baru diajukan salah seorang yang diminta untuk menjawabnya. c. Beri kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk mendapatkan pertanyaan. 17 d. Penunjukkan siswa yang diminta jawaban tidak dilakukan secara berurutan atau sistematis, akan tetapi harus diusahakan secara acak agar setiap siswa memusatkan perhatian dan memiliki kesiapan untuk menjawabnya. 4. Jenis-jenis Pertanyaan Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik dibagi menjadi dua jenis, yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom. Pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari: pertanyaan permintaan (compliance question), pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question), dan pertanyaan menggali (probing question), sedangkan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question), pemahaman (conprehention question), pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sinestis (synthesis question), dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).13 Dan jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya pertanyaan. a. Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya 1) Pertanyaan permintaan (Compliance question), pertanyaan yang mengharapkan agar orang lain mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Contoh: Dapatkah Anda tenang agar suara saya dapat didengar oleh seluruh kelas? 2) Pertanyaan Retorik (rhetorical question) Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru karena merupakan teknik penyampaian informasi kepada siswa. Contoh: Guru: “apakah yang dimaksud dengan mengajar? 13 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 286. 18 Mengajar adalah. . . . . . . “ 3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berpikir. Contoh: Guru: “Minggu yang lalu kita telah membicarakan macam-macam strategi belajar-mengajar. Coba, Halim, manakah yang lebih tinggi derajat CBSA-annya, strategi eksporsitorik atau heuristik?” Halim: Diam (sedang berpikir) Guru: “silahkan tinjau dulu dasar pengklasifikasian SBM. Nah. . . . . bagaimana. . . . . Halim?” 4) Pertanyaan menggali (probing question) Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya. Contoh: Guru: “Setelah kemarin kita bersama-sama meninjau Bendungan Karangkates, bagaimana pendapatmu tentang bendungan tersebut, Amin?” Amin: “sangat menarik, Pak.” Guru: “faktor apa yang menarik?” Dan seterusnya.14 b. Jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom 1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question) Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. Kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan ini biasanya: apa, di mana, kapan, siapa, sebutkan. 14 XI, h. 15. j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet 19 Contoh: - Apa nama ibu kota Argentina? - Siapa presiden Republik Indonesia yang ke-2? - Di mana Raden Ajeng Kartini dilahirkan? 2) Pertanyaan pemahaman (comprehension question) Pertanyaan ini menurut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan atau membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan membandingkan atau membeda-bedakan. Contoh: - Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, apakah manfaat dari pariwisata? - Informasi apa yang dapat kita peroleh dari kurva semacam ini? 3) Pertanyaan penerapan (application question) Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya. Contoh: - Berdasarkan batasan yang telah diutarakan tadi, maka persamaan mana yang memenuhi syarat? - Berdasarkan kriteria yang ada, maka organisme mana yang termasuk protozoa? 4) Pertanyaan analisis (analysis question) Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan cara: - Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan. - Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan atau generalisasi. - Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau membuat generalisasi dari atau berdasarkan informasi yang ada. 20 Contoh: - Identifikasi motif: Mengapa paruh burung gagak dan kutilang tidak sama bentuknya? - Menganalisa kesimpulan generalisasi: Kenakalan remaja di kota-kota besar dikatakan meningkat. Dapatkah saudara menunjukkan bukti-buktinya; - Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada: Setelah kita mempelajari Perang Diponegoro, Paderi, dan Trunojoyo, maka kesimpulan apa yang dapat kita buat tentang latar belakang, motif, serta sebab-musababnya? 5) Pertanyaan sintesis (synthesis question) Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis menuntut siswa untuk: - Membuat ramalan atau prediksi: Apa yang terjadi bila tanaman disiram larutan asam cuka? - Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya: Bayangkan seolah-olah Anda di tengah-tengah gerombolan serigala yang sedang kelaparan. Reaksi apakah gerangan yang Anda tampilan untuk mengatasinya; - Mencari komunikasi: Susunlah suatu karangan pendek yang menggambarkan nilai serta perasaan anda! 6) Pertanyaan evaluasi (evaluation question) Pertanyaan semacam ini menghendaki ssiwa untuk menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan. Contoh: 21 - Menurut pendapat Anda, mana yang lebih baik atau tepat dan murah dalam pemerataan kesempatan belajar, SD Inpres atau sekolah terbuka? 15 c. Jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya sasaran 1) Pertanyaan sempit (narrow question) Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tertutup, dan biasanya kunci jawabannya telah tersedia. a) Pertanyaan sempit informasi langsung: Pertanyaan semacam ini menuntut siswa untuk menghafal atau mengingat informasi yang ada. Contoh: - Berapa derajat celcius temperatur tubuh manusia yang sehat? b) Pertanyaan sempit memusat: Pertanyaan ini menurut murid agar mengembangkan ide atau jawabannya dengan cara menuntunnya menilai petunjuk tertentu. Contoh: - Dengan cara bagaimana agar konsep gotong-royong dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa? 2) Pertanyaan luas (broad question) Ciri pertanyaan ini jawabannya mungkin lebih dari satu sebab pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik sehingga masih diharapkan hasil yang terbuka. a) Pertanyaan luas terbuka (open-ended question): Pertanyaan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari jawabannya menurut cara dan gayanya masing-masing. Contoh: - Bagaimana caranya menanggulangi peningkatan kejahatan di kota ini? 15 j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet XI, h.16-18. 22 b) Pertanyaan luas menilai (evaluating question): Pertanyaan ini meminta siswa untuk mengadakan penelitian terhadap aspek kognitif maupun sikap. Pertanyaan ini lebih efektif bila guru menghendaki siswa untuk: - Merumuskan pendapat, - Menentukan sikap, - Tukar-menukar pendapat terhadap suatu issue. Contoh: - Bagaimana pendapatmu tentang film yang diputar tadi? - Mengapa kamu katakan pada waktu pagi lebih baik berjalanjalan daripada melamun? - Bagaimana pendapatmu tentang . . . . . masyarakat). (suatu issue di 16 5. Macam-Macam Pertanyaan Macam-macam pertanyaan menurut Ramayulis, “Metodologi Pendidikan Agama Islam” dibagi menjadi 2: pertanyaan dilihat dari waktu penyampaiannya dan dilihat dari sasarannya yaitu pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran: a. Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dibagi menjadi tiga: 1) Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang dimaksud untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan pengetahuan yang baru, merangsang minat belajar untuk menerima pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. 2) Pertanyaan di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar-mengajar. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian pelajaran dan menarik sebagian fakta baru. 3) Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang dimaksudkan untuk mengulang, atau menyimpulkan materi pembelajaran.17 16 j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet XI, h. 18-19. 17 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. IV, h. 306-307. 23 b. Dilihat dari sasarannya, pertanyaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pertanyan ingatan dan pertanyaan pikiran: 1) Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah dikuasai oleh siswa. Kata tanya yang digunakan ialah: apa, siapa, dimana, bilamana (kapan), dan berapa. 2) Pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauhmana cara berpikir siswa dalam menanggapi suatu persoalan. Kata tanya yang digunakan ialah: mengapa dan bagaimana.18 6. Teknik-teknik Bertanya Suatu pertanyaan yang baik ditinjau dari segi isinya, tetapi cara mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik dari pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar-mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan antara lain: a. Kejelasan dan kaitan pertanyaan Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain. Hindari kebiasaankebiasaan yang tidak bagus dalam bertanya. b. Kecepatan dan selang waktu Usahakan menyampaikan pertanyaan dengan jelas serta tidak tergesa-gesa. Begitu pertanyaan selesai diucapkan, berhentilah sejenak untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir; sementara itu, sambil memonitor kelas, apakah sudah ada yang siap menjawab. c. Arah dan distribusi penunjukkan Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. Sesudah diberi kesempatan berpikir, barulah menunjuk seseorang untuk menjawabnya. Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara merata ke seluruh kelas. 18 ibid. 24 d. Teknik reinforcement Dimaksudkan untuk menimbulkan sikap yang positif pada siswa serta meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang lebih baik. e. Teknik menuntun dan menggali (prompting and probing)19 Menurut Ramayulis, “Metodologi Pendidikan Agama Islam”, Dilihat dari segi pertanyaan teknik pertanyaan dapat dibedakan: a. The Mixed Strategy, yakni mengkombinasikan berbagai tipe dan jenis pertanyaan. b. The Speaks Strategy, yakni mengajukan pertanyaan yang saling bertalian satu sama lain. c. The Plateaus Strategy, yakni mengajukan pertanyaan yang sama jenisnya terhadap sejumlah peserta didik sebelum beralih kepada jenis pertanyaan yang lain. d. The inductive Strategy, yakni dengan berbagai pertanyaan peserta didik didorong untuk dapat menarik generalisasi dari hal-hal khusus kepada halhal yang umum atau dari berbagai fakta menuju hukum-hukum. e. The Deductive Strategy, yakni dari suatu generalisasi yang dijadikan sebagai titik tolak, peserta didik diharapkan dapat menyatakan pendapatnya tentang berbagai kasus atau data yang ditanyakan.20 Dengan berbagai variasi dan jenis teknik pertanyaan tersebut diharapkan proses belajar-mengajar menjadi hidup dan menarik bagi anak. Di sisi lain guru hendaknya selalu berusaha memberikan kesempatan dan dorongan kepada siswanya untuk mengajukan pertanyaan. 19 j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet XI, h. 19-20. 20 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. IV, h. 308. 25 7. Fungsi Pertanyaan Fungsi pertanyaan di dalam kegiatan pembelajaran menurut Turney (1979) mendefinisikan 12 fungsi pertanyaan seperti: a. Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik. b. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu. c. Menggalakkan penerapan belajar aktif. d. Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri. e. Menstruktur tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal. f. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa. g. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran. h. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya tentang informasi yang diberikan. i. Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat pertanyaan teman atau mendorong mengembangkan proses berpikir. j. Mengembangkan kebiasaan menanggapi pertanyaan guru. k. Memberi kesempatan untuk belajar diskusi. l. Menyatakan perasaan dan pikiran yang murni bagi siswa.21 Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: a. Kegiatan guru yang mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. b. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry. c. Mengecek pemahaman siswa. d. Membangkitkan respons pada siswa. 21 h. 236. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. I, 26 e. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa. f. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.22 Hampir pada semua aktivitas belajar, dapat menerapkan questioning (bertanya) antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemukan kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan pembahasan dalam bahan bacaan siswa. Dengan ide pokok ini akan memudahkan mereka memberi keseluruhan ide yang ada.23 8. Manfaat Mengajukan Pertanyaan Proses pembelajaran memungkinkan untuk dapat mengembangkan kebebasan mengeluarkan aspirasi, berupa pertanyaan atau jawaban, baik siswa maupun guru, bahkan menguji suatu ide atau teori maupun praktek penyelenggaraannya, sesuai dengan fakta atau penalaran. Hal ini dapat memungkinkan terbentuknya sikap ilmiah. Pertanyaan dapat merangsang timbulnya kegiatan belajar. Berikut ini adalah merupakan manfaat mengajukan pertanyaan: a. Memperluas wawasan berfikir. Jika seseorang selalu menerima suatu ide atau teori tanpa mempertanyakan, maka pengetahuannya terbatas pada apa yang diterima semata-mata. Tetapi jika bertanya dan mempertanyakan tentang hal itu, akan mendapat penjelasan lebih luas, dihubungkan dengan ide atau teori lain. Selanjutnya, memungkinkan siswa yang bersangkutan dapat mengasosiasikan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan ide atau teori yang sedang dibahas. b. Mengundang reinforcement (penguatan). Pada umumnya seorang siswa merasa puas, jika ia mengetahui bahwa jawaban yang dikemukakan untuk 22 Sudarmaji Lamiran, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2011), Cet. I, h. 85. 23 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. IV, h. 115-116. 27 menjawab pertanyaan guru disetujui, atau pertanyaan yang diajukan relevan dan dapat mengundang pembahasan lebih lanjut. Guru sepatutnya menunjukkan sikap setuju itu dengan ucapan, anggukan atau kerlingan mata (tindakan bersifat gestural). Hal ini dapat dirasakan sebagai suatu hadiah (reward) yang dapat menguatkan pemahaman siswa yang bersangkutan terhadap materi pembelajaran yang dibahas. c. Memberi motivasi atau mendorong siswa untuk belajar lebih jauh. Dengan mengajukan pertanyaan, mendorong siswa untuk selalu bersikap tidak menerima suatu pendapat, ide atau teori secara mentah. Ini dapat mendorong sikap selalu ingin mengetahui dan mendalami (curiosity) berbagai teori, dan dapat mendorong untuk belajar lebih jauh.24 B. Metode Tanya Jawab 1. Pengertian Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa dan dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru dan siswa.25 Metode tanya jawab merupakan suatu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari penyaji kepada peserta, tetapi dapat pula dari peserta kepada penyaji.26 Penyampaian agama yang dilakukan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW juga menggunakan metode pembelajaran dialog dan tanya jawab yang terjadi sewaktu Nabi Muhammad didatangi oleh Malaikat Jibril menjelma seperti seorang laki-laki yang berpakaian putih dan berambut hitam muncul dihadapan Nabi. Namun para sahabat yang duduk bersama Rasulullah tidak ada yang tahu dari mana munculnya seorang putih tersebut, tiba-tiba dihadapan Beliau. 24 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 58-59. 25 Masitoh dan Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. I, h. 160. 26 Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru, (Bandung : Yrama Widya, 2013), Cet I, h. 6. 28 هلل ضٍَ اهللُ عَ ُْٔ قَاهَ :بََََُْْا َّحُِْ عِ ْذَ سَسُىْهِ اهللِ صَيًَ ا ُ عَِْ عََُشَ بُِْ اىْخَّطَابِ سَ ِ جوٌ شَذَِْذُ بََُاضِ اىّثَُِابِ شَذَِْذُ سَىَادِ اىّشَعْشِ ,ىَا عَئَُِْ وَسَيٌََ رَاثَ َىٍٍْاِرْ طَيَعَ عَيََُْْا سَ ُ َُشَي عَئَُِْ أَثْشُ اىّسَفَشِ ,وَىَا َعْشِفُُٔ ٍَِْا أَحَذٌ حَخًَ جََيسَ اِىًَ اىَْ ِبٍِ صَيًَ اهللُ عَئَُِْ وَسَيٌََ فَأَسَْْذَ سُمْبَخَُِْٔ اِىًَ سُمْبَخَُِْٔ ,وَوَضَعَ مَفَُِْٔ عَيًَ فَخِزََِْٔ وَقَاهَََ :ا ٍُحَََذُ أَخْبِشٍِّْ عَِِ اىْاِسْيَاًِ, فَقَاهَ سَسُ ْىهُ اهللُ صَيًَ اهللُ عَئَُِْ وَسَيٌََ :اَىْاِسْيَاًُ أََُ حَّشْهَذَ أَُْ ىَا اِىََٔ اِىَا اهللِ وَأََُ ٍُحَََذًا سَسُىْهُ اهللِ ,وَحُقٌَُِْ اىّصَيَاةَ ,وَحُؤْحٍَِ اىّزَمَاةَ ,وَحَّصُىْ ًَ سٍََضَاَُ ,وَحَحُّجَ اىْبَُْجَ اُِِ اسْخَّطَعْجَ اِىَُِْٔ سَبُِْيًا قَاهَ صَذَقْتَ قَاهَ فَعَجِبَْْا ىَُٔ َّسْأَىُ ُٔ وََُّصَذِقُُٔ قَاهَ :فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِِ اىْاَََِْاُِ قَاهَ :أَُْ حُؤٍَِِْ بِااهللِ ,وٍََيَائِنَخِِٔ ,وَمُخُبِِٔ ,وَسُسُىْىِِٔ ,وَاىَُْىًَْ اىْأَخِشِ ,وَحُؤٍَِِْ بِاىْقَذَسِخَُْشِِٓ وَشَشِِٓ قَاهَ صَذَقْجَ قَاهَ فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِِ اىْاِحّْسَاُِ قَاهَ :أَُْ حَعْبُذَ اهللِ مَأََّلَ حَشَآُ ,فَأُِْ ىٌَْ حَنُِْ حَشَآُ فَأَُِّ َشَآُ َشَاكَ قَاهَ :فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِِ اىّسَاعَتِقَاهٍََ :ااىََّْسْؤُوْهُ عَ ْهَا بِأَعْيٌََ ٍَِِ اىّسَا ِئوِ قَاهَ :فَأَخْبِشْ ٍِّْ عَِْ أٍََاسَاحِهَا قَاهَ :أَُْ حَيِذَ اىْأٍََتُ سَبَخَهَا ,وَاَُْ حَشَي اىْحُفَاةَ اىْعُشَاةَ اىْعَاىَت َسِعَاءَ اىّشَاءَ َخَّطَاوَىُىَُْ فٍِ اىْبُ َُْاُِ ثٌَُ اّّْطَيَقَ فَيَبِّثْجُ ٍَيًُِا ثٌَُ قَاهَ ىٍََِ :اعََُشَ ,أَحَذْسٌِْ ٍَِِ اىّسَا ِئوِ؟ قُيْجُ :اهلل وَسَسُىْىُُٔ أَعْيٌَُ قَاهَ :فَأَُِّ جِبْشِ َْوُ أَحَامٌُْ َُعَيَُِنُ ٌِ دََِْْنٌُْ (سوآ ٍّسيٌ) Artinya: “Dari Umar bin Khathab r.a. berkata: Pada suatu hari ketika kami ada di samping Rasul datanglah seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak diketahui dari arah mana dia datang, dan tidak ada yang mengenalnya di antara kami seorang pun, sehingga dia duduk mendekati Nabi dan menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya ke atas kedua pahanya. Lalu berkata: “Hai Muhammad beritakan padaku tentang Islam”. Lalu Rasul bersabda: “Islam itu, kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, dan kamu menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan 29 pergi haji ke Baitullah jika kamu mampu.” Lalu orang itu berkata “Kamu benar”. Umar berkata: “Kami heran, dia bertanya dan dia membenarkannya”. Lalu dia berkata lagi “Beritakan padaku tentang Iman”. Lalu Nabi bersabda: “Kamu percaya pada Allah, para malaikatNya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan kamu percaya pada takdir baik dan buruknya”. Lalu orang itu berkata: “Kamu benar”. Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan padaku tentang Ihsan”. Lalu Rasul bersabda: “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat kamu”. Orang itu berkata lagi: “Beritakan padaku tentang hari kiamat”. Nabi bersabda: “Tidaklah orang yang ditanya tentang kiamat lebih tahu daripada yang ditanya”. Lalu dia berkata lagi: “Beritakan padaku tentang tanda-tanda hari kiamat itu”. Lalu Nabi bersabda: “Diantara tanda-tandanya jika telah muncul budak melahirkan majikannya, dan kamu melihat orang yang berjalan nyeker (tidak beralas kaki), telanjang, dan miskin berlomba membangun berbagai bangunan”. Kemudian pergilah orang tersebut, maka diamlah aku beberapa waktu. Kemudian Nabi bersabda kepadaku: “Hai Umar apakah kamu tahu siapa yang bertanya itu?” Saya menjawab “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Nabi bersabda: “Sesungguhnya dia adalah Malaikat Jibril datang kepadamu untuk mengajarkan kamu tentang agama kamu.” (HR. Muslim).27 Hadits ini menunjukkan bahwa Malaikat Jibril ketika memberikan pengajaran kepada Rasulullah SAW tentang apa itu Islam, apa itu Iman, apa itu Ihsan dan kapan datangnya hari kiamat. Metode penyampaian pelajaran melalui metode tanya jawab atau dialog antara Malaikat Jibril dengan Nabi dan antara 27 Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi Hadits-hadits Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. I, h. 45-46. 30 Nabi dengan sesama sahabat atau antara guru dengan murid dan antara murid dengan sesama murid , jadi terjadi interaktif antar beberapa arah.28 Pendidik mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan berdasarkan fakta. Dalam tanya jawab, pertanyaan adakalanya dari pihak peserta didik (dalam hal ini pendidik atau peserta didik yang menjawab). Apabila peserta didik tidak menjawabnya barulah pendidik memberikan jawabannya.29 Dalam kegiatan belajar mengajar melalui tanya jawab, guru memberikan pertanyaanpertanyaan atau siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada saat memulai pelajaran, pada saat pertengahan atau pada akhir pelajaran. Bilamana metode tanya jawab ini dilakukan secara tepat akan dapat meningkatkan perhatian siswa untuk belajar secara aktif.30 2. Tujuan Metode Tanya Jawab Tujuan metode tanya jawab adalah: a. Menciptakan suasana yang hidup (setiap peserta ikut serta dan aktif) dalam KBM. b. Menggali ide-ide peserta. c. Memberikan rangsangan pada peserta/siswa untuk merumuskan ide-ide yang tergali dengan menggunakan kalimat sendiri. d. Mengetahui posisi pemahaman siswa terhadap tema yang dibahas. e. Menciptakan kesempatan bagi peserta untuk lebih mengonsolidasikan pemahamannya. f. Memberikan kesempatan bagi peserta untuk berani berkomentar.31 28 29 ibid. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. IV, h. 305. 30 Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 43. 31 Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru, (Bandung : Yrama Widya, 2013), Cet. I, h. 6. 31 Mengajar dengan sesi tanya jawab: a. Pilihlah beberapa pertanyaan yang akan memandu pelajaran. Tulislah tiga sampai enam pertanyaan dan susunlah secara logis. b. Tulis masing-masing pertanyaan pada kartu indeks, dan tulis isyarat yang akan digunakan guru untuk mengisyaratkan pertanyaan yang disampaikan guru. c. Sebelum dimulai, pilihlah peserta didik yang akan bertanya. Berilah masing-masing sebuah kartu, dan jelaskan isyaratnya. d. Bukalah sesi tanya jawab dengan menjelaskan topik dan berikan isyarat pertama guru. Panggillah penanya pertama dan jawab, lanjutkan dengan isyarat dan pertanyaan lain. e. Lontarkan pertanyaan baru kepada peserta. Guru melihat beberapa peserta yang mengangkat tangan. Memutar peran, mengajukan pertanyaan: a. Susunlah pertanyaan yang akan guru kemukakan tentang beberapa materi pelajaran seolah-olah guru adalah peserta didik. b. Pada awal sesi pertanyaan, umumkan kepada peserta didik bahwa guru akan menjadi peserta didik dan peserta didik secara kolektif akn menjadi guru. Beralihlah lebih ke pertanyaan guru. c. Berlakulah argumentative, humoris, atau apa saja yang dapat membawa peserta didik pada perdebatan dan menyerang guru dengan jawabanjawaban. d. Memutar peranan beberapa kali akan tetap membuat peserta didik pada pendapat mereka dan mendorongnya untuk melontarkan pertanyaan sendiri.32 Metode tanya jawab digunakan sebagai pelengkap metode ceramah, metode ini dapat dipakai sebagai tolak ukur secara umum dan keseluruhan. Metode tanya jawab merupakan suatu cara interaksi edukatif dengan 32 Melvin L. Silbermen. Active Learning. (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Mandiri, 1996). h. 147-150. 32 menggunakan pertanyaan dan jawaban sebagai komunikasinya, dalam hal ini tanya jawab tersebut tidak bersifat sepihak. Artinya pertanyaan tidak selalu timbul dari guru dan sebaliknya juga dari pihak murid, sehingga tercipta suasana yang timbal balik. Dengan metode tanya jawab guru dengan peserta didik akan terasa lebih hidup dan lebih aktif lagi di dalam kelas sehingga kegiatan pembelajaran tidak membosankan. Dengan menggunakan metode tanya jawab ini guru dapat memberikan motivasi atau stimulus kepada siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam belajar yaitu guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab pertanyaan tersebut, atas arahan dari guru baik dilakukan pada waktu apersepsi maupun berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Selain dari pada itu tanya jawab biasa dilakukan pada waktu guru menjumpai materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. 3. Pemakaian Metode Tanya Jawab a. Wajar digunakan jika: 1) Meninjau pelajaran yang lalu, agar siswa memusatkan lagi, perhatian tentang jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pelajaran berikutnya. 2) Mengulangi pembicaraan untuk mendapatkan kerja sama siswa atau dengan perkataan lain untuk mengikutsertakan semua siswa. 3) Menangkap perhatian siswa. 4) Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa. b. Tidak wajar digunakan jika: 1) Menilai kemajuan siswa. 2) Mencari jawaban dari murid-murid, tetapi membatasi jawaban yang dapat diterima. 3) Memberi giliran pada siswa tertentu saja.33 33 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. V, h. 45-46. 33 4. Kebaikan dan Kelemahan Metode Tanya Jawab a. Kebaikan metode tanya jawab adalah: 1) Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan agak baik dari peserta didik dapat mendorong pendidik untuk memahami lebih mendalam dan mencari sumber-sumber lebih lanjut.34 2) Dengan tanya jawab perhatian siswa lebih terpusat bila dibandingkan dengan metode ceramah misalnya. 3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas, sehingga guru dapat menjelaskan kembali, 4) Guru dapat mengetahui perbedaan pendapat antara siswa yang satu dengan yang lain sehingga akan ditemukan pemecahannya, b. Kelemahan metode tanya jawab adalah: 1) Dengan tanya jawab kemungkinan dapat menimbulkan penyimpanganpenyimpangan, persoalan/masalah, jika salah kendalinya. 2) Bagi siswa yang lemah sulit untuk mengembangkan daya pikirannya. 3) Bagi siswa yang pandai akan mendominasi jawaban pertanyaanpertanyaan itu.35 4) Pemakaian waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah. Jalan pelajaran lebih lambat dari metode ceramah, sehingga kadang-kadang menyebabkan bahan pelajaran tak dapat dilaksanakan menurut yang ditetapkan. 5) Apabila peserta didik terlalu banyak tidak cukup waktu memberi giliran kepada setiap peserta didik.36 C. Aktivitas Belajar Di dalam teknik penggunaan keterampilan bertanya, aktivitas menjadi tujuan utama dalam penelitian peneliti. Pembelajaran harus menumbuhkan 34 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. IV, h. 312. 35 36 IV, h. 312. Subari, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994), Cet. I, h. 82. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. 34 suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya.37 Dengan bertanya siswa harus mampu menemukan ide-idenya sendiri, mengemukakan pendapatnya dan mampu berdiskusi dengan temannya jika ada pelajaran yang kurang dimengerti. 1. Pengertian Aktivitas Belajar “Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.”38 Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Dengan adanya aktivitas dapat mewujudkan siswa yang aktif dan bukan siswa yang pasif. Belajar pada hakekatnya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik itu dilakukan di sekolah secara formal maupun dilakukan di alam sekitar. Pada kenyataannya sekolah lebih dikenal sebagai pusat kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadirman A.M yang menyatakan bahwa sekolah adalah suatu pusat kegiatan belajar mengajar, karena sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.39 Lebih lanjut ia mengatakan pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk merubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.40 Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait baik yang bersifat fisik/jasmani maupun mental/rohani. Kaitan antara keduanya akan 37 Agus Supriyanto, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. x. 38 Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. XIX, h. 95. 39 Ibid, h. 100. 40 ibid, h. 95. 35 membuahkan aktivitas belajar yang optimal.41 Syaiful Bahri Djamarah berpendapat aktivitas belajar adalah interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru.42 Menurut ahli psikologi yang dikutip oleh Oemar Hamalik bahwa setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan termasuk perbuatan belajar dan bekerja.43 Menurut Rousseau yang dikutip oleh Sadirman A.M berpendapat bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.44 Aktivitas dalam belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seharihari di dalam kelas atau dalam istilah kata proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar dilakukan bila keduanya hadir, adanya guru dan siswa. Aktivitas itu sendiri berupa kehadiran, pembahasan materi pelajaran, adanya diskusi antara guru dan siswa, dan lain sebagainya. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik. Interaksi tersebut menimbulkan aktivitas. Beberapa pandangan mengenai konsep aktivitas belajar antara lain.: a. Siswa adalah suatu organism yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa. 41 Ibid, h. 100. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. IV, h. 114-115. 43 Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2001), Cet. I, h. 171. 44 Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, h. 96. 42 36 b. Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah, sehingga variasinya semakin banyak dan beraneka ragam pula.45 Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pengajar dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.46 Belajar adalah suatu proses dimana siswa harus aktif dalam pembelajaran, dengan demikian peran guru hanyalah sebagai fasilitator, merangsang keaktifan siswa dalam belajar dengan cara menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah siswa itu sendiri sesuai dengan minat, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing siswa. Dalam membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar, guru perlu: a. Mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi siswa. b. Memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah-masalah, menganalisis, mengambil keputusan. c. Menyelenggarakan berbagai percobaan dalam menyimpulkan keterangan, memberikan pendapat. Indikator tercapainya aktivitas belajar siswa selama pembelajaran adalah: a. Pada kegiatan awal pembelajaran, indikatornya adalah meningkatnya respon siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan apersepsi yang diajukan guru pada siswa diawal pembelajaran, terpusatnya perhatian siswa kepada pelajaran, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. 45 Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2003), Cet. I, h. 170. 46 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. III, h. 77. 37 b. Pada kegiatan inti pembelajaran, indikatornya adalah meningkatnya aktivitas siswa dalam menjawab, merespon, menaggapi pertanyaanpertanyaan guru, aktif mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru baik dalam bentuk inquiry, problem solving, dan mengulang membaca pelajaran, konsentrasi dan penuh perhatian dalam mengikuti penyampaian materi pelajaran, rajin mencatat pelajaran yang diberikan guru. c. Pada kegiatan akhir pembelajaran, indikatornya adalah siswa secara aktif membuat rumusan/kesimpulan pelajaran bersama-sama dengan guru, dan mencatatnya dengan bahasa sendiri. Nurdin membedakan aktivitas belajar siswa berdasarkan atas kemampuannya, yaitu siswa dengan kemampuan tinggi ditandai dengan (1) Aktif dalam mencari bahan/materi pelajaran dari sumber lain yang relevan. (2) Berkembangnya cara belajar self learning kearah diskusi dan tanya jawab dan pembahasan soal latihan/tugas. (3) Bebas dan tidak terikatnya siswa dalam memilih cara belajar yang mereka sukai, misalnya siswa belajar sambil lesehan di karpet. Sedangkan pada kelompok rendah, aktivitas belajar ditandai dengan munculnya rasa senang dan gembira dalam belajar. Indikatornya adalah: (1) Meningkatnya frekuensi keterlibatan siswa dalam merespon tanya jawab yang dikembangkan guru karena sudah memiliki rasa percaya diri. (2) Keseriusan dan kesungguhan dalam mengerjakan latihan/tugas yang diberikan. (3) Tidak canggung lagi untuk ikut bergabung dengan kelompok siswa dengan kemampuan tinggi dalam proses tanya jawab dan diskusi yang dikembangkan guru dalam pembelajaran.47 Dari pengertian aktivitas di atas dapat dismpulkan bahwa aktivitas merupakan inti dari suatu proses belajar, karena belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang. Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun mental yang dilakukan dalam proses interaksi (antara guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam 47 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Meperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), h. 182-186. 38 proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif , seperti yang dikemukakan oleh Pat Hollingsworth belajar aktif adalah “siswa belajar secara aktif ketika mereka terlibat secara terus menerus, baik mental maupun fisik. Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat berkesinambungan, kuat dan efektif.48 Aktivitas belajar juga ada kaitannya dengan mental/rohani maupun fisik/jasmani yang keduanya akan menimbulkan aktivitas belajar yang optimal. 2. Prinsip-Prinsip Aktivitas Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur kejiwaan seseorang subjek belajar/subjek didik dapatlah diketahui bagaimana prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu.49 Untuk melihat prinsip aktivitas belajar dari sudut pandang ilmu jiwa ini, secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan yakni ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. a. Menurut pandangan ilmu jiwa lama John Locke yang dikutip oleh Sadirman A.M dengan konsepnya Tabularasa mengibaratkan siswa sebagai kertas putih, sedang unsur dari luar yang menulis adalah guru. Dalam hal ini terserah kepada guru, mau dibawa kemana, mau diapakan siswa itu karena guru adalah yang memberi dan mengatur isinya, dengan demikian aktivitas didominasi oleh guru, sedang anak didik bersifat pasif dan menerima begitu saja. Guru menjadi seseorang yang adikuasa di dalam kelas.50 Selanjutnya Herbert yang dikutip oleh Sadirman A.M memberikan rumusan bahwa jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukum-hukum asosiasi, atau dengan kata lain dipengaruhi oleh unsur-unsur dari luar. Relevansinya dengan konsep John Locke bahwa guru 48 Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Buku Active Learning, Increasing Flow in the Classroom, Terj. Dari Active Learning, Increasing Flow in the Classroom, oleh Dwi Wulandari, (Jakarta: PT Index, 2008), Cet.I, h. 8. 49 Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, h. 97. 50 ibid, h. 98. 39 pulalah yang aktif, yakni menyampaikan tanggapan-tanggapan itu. Siswa dalam hal pasif, secara mekanis hanya menuruti alur dari hukum-hukum asosiasi tadi. Jadi siswa kurang memiliki aktivitas dan kreativitas.51 b. Menurut pandangan ilmu jiwa modern Aliran ilmu jiwa yang tergolong modern akan menerjemahkan jiwa manusia sebagai suatu yang dinamis, memilki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu, secara alami anak didik itu juga bisa menjadi aktif karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai organism yang mempunyai potensi untuk berkembang. Pendidik tugasnya menyediakan makanan dan minuman rohani anak, akan tetapi yang memakan serta meminumnya adalah anak didik itu sendiri. Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif.52 Piaget yang dikutip oleh Sadirman A.M menerangkan bahwa seseorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu berpikir pada taraf perbuatan.53 3. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas (Sadirman A.M, 2008:100). Oleh sebab itu, banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat kegiatan belajar dalam 8 kelompok, masing-masing adalah: 51 Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, h. 98. ibid, h. 99. 53 ibid, h. 100. 52 40 a. Kegiatan-kegiatan visual (Visual activities) Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities) Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening activities) Mendengarkan penyaji bahan, mendengarkan percakapan diskusi/kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. d. Kegiatan-kegiatan menulis (Writing activities) Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. e. Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing activities) Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f. Kegiatan metrik (Motor activities) Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari, dan berkebun. g. Kegiatan-kegiatan mental (Mental activities) Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisis faktorfaktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. h. Kegiatan-kegiatan emosional (Emotional activities) Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu sama lain.54 Menurut Getrude M. Whipple membagi kegiatan-kegiatan siswa sebagai berikut: a. Bekerja dengan alat-alat visual 1) Mengumpulkan gambar-gambar dan bahan-bahan ilustrasinya. 54 85-86. Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h. 41 2) Mempelajari gambar-gambar, stereograph slide film, khusus mendengar penjelasan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan. 3) Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang menarik minat, sambil mengamati bahan-bahan visual. 4) Memilih alat-alat visual ketika memberikan laporan lisan. 5) Menyusun pameran, menulis tabel. 6) Mengatur file material untuk digunakan kelak. b. Ekskrusi dan trip 1) Mengunjungi museum, akuarium, dan kebun binatang. 2) Mengundang lembaga-lembaga atau jawatan-jawatan yang dapat memberikan keterangan-keterangan dan bahan-bahan. 3) Menyaksikan demonstrasi, seperti proses produksi di pabrik sabun, proses penerbitan surat kabar, dan proses penyiaran televisi.55 c. Mempelajari masalah-masalah 1) Mencari informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan penting. 2) Mempelajari ensiklopedia dan referensi. 3) Membuat catatan-catatan sebagai persiapan diskusi dan laporan. 4) Melakukan eksperimen, misalnya membuat sabun. 5) Menafsirkan peta, menetukan lokasi-lokasi. 6) Membuat rangkuman, menulis laporan dengan maksud tertentu. d. Mengapresiasi literature 1) Membaca cerita-cerita menraik. 2) Mendengarkan bacaan untuk kesenangan dan informasi. e. Ilustrasi dan konstruksi 1) Membuat chart dan diagram. 2) Menggambar dan membuat peta, relief map, pictorial map. 3) Membuat poster. 4) Menyusun rencana permainan. 5) Membuat artikel untuk permainan. f. Bekerja menyajikan informasi 55 ibid, h. 86-87. 42 1) Menyarankan cara-cara penyajian informasi yang menarik. 2) Merencanakan dan melaksanakan suatu program assembly 3) Menulis dan menyajikan informasi. g. Cek dan tes 1) Mengerjakan informal dan standardized test. 2) Menyiapkan tes-tes untuk murid lain. 3) Menyusun grafik perkembangan.56 Jadi dengan klarifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan memperlancar peranannya sebagai pusat dan transformasi kebudayaan. Sedangkan secara lebih sederhana, contoh berbagai aktivitas belajar yaitu: a. Mendengarkan Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. b. Memandang Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting. c. Meraba, membau, mencicipi/mengecap Aktivitas meraba, membau, mencicipi/mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. d. Menulis atau mencatat Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. e. Membaca 56 Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar…, h. 174-175. 43 Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah. f. Memberi ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan jangan diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu yang tidak termasuk dalam penjelasan melalui tulisan. h. Menyusun paper atau kertas kerja Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis dan sistematis. i. Mengingat Mengingat merupakan gejala psikologis. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai. j. Berpikir Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu. k. Latihan atau praktek Latihan merupakan cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang optimal.57 Dari contoh-contoh di atas, perlu diperhatiakn bahwa peserta didik belajar dengan gaya mereka masing-masing. Sehingga kepekaan dan keahlian guru dalam menentukan strategi pembelajaran sangat penting agar aktivitas belajar siswa dapat optimal. Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada pandangan 57 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. IV, h. 38-45. 44 psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan pengalaman sendiri. 4. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu aspek yang penting diperhatikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada proses pembelajaran. Sehingga, suatu aktivitas memiliki nilai bagi pengajaran dikarenakan: a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral. c. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa. d. Para siswa bekerja menuntut minat dan kemampuan sendiri. e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis. f. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, hubungan antar orang tua dan guru. g. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret. h. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan masyarakat.58 Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dan bagaimana siswa memperoleh pengetahuan tersebut. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: a. Memperhatikan penjelasan guru saat proses belajar mengajar. b. Mengemukakan pendapat. c. Terlibat dalam pemecahan masalah. d. Bertanya kepada guru atau siswa yang lain apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi. e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai denga petunjuk guru. 58 175. Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2003), Cet. I, h. 45 f. Berusaha memecahkan soal atau masalah yang sejenis. Nilai-nilai aktivitas tersebut di atas menegaskan kembali bahwa pembelajaran tidak berpusat pada guru saja melainkan siswa dituntut aktif dalam proses belajar dengan menggunakan seluruh alat inderanya. Dengan demikian, pengajaran yang menjadikan aktivitas sebagai acuannya dapat berdampak positif bagi hasil belajar siswa. Dari uraian di atas, bahwa proses belajar (aktivitas belajar) ini mengacu kepada teknik penggunaan keterampilan bertanya yang memfokuskan siswa ikut secara aktif untuk bertanya jika ada pelajaran yang belum dipahami. D. Pembahasan Tentang Fiqih 1. Pengertian Fiqih Fiqih menurut bahasa berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan yang berarti “mengerti atau paham”. Dan paham yang dimaksud disini adalah kepahaman dalam masalah-masalah agama (syariat) yang sangat diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Jadi, ilmu fiqih ialah suatu ilmu yang mempelajari syariat yang bersifat amaliah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil hukum yang terinci dari ilmu tersebut.59 Sebagaimana firman Allah SWT: Artinya: “Dan tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang 59 H. A. Syafi’I Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 11. 46 agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q. S. At-Taubah : 122)60 Di dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori disebutkan yang artinya : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik disisi-Nya niscaya akan diberikan kepadanya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan agama.”61 Pengertian fiqih seperti tergambar dalam ayat di atas merupakan pengertian yang sebenarnya. Pengertian tersebut pada perkembangan selanjutnya mengalami penyempitan makna. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Quraisy Syihab bahwa fiqih yang pada mulanya dimaksudkan sebagai pengetahuan yang menyeluruh tentang agama, mencakup hukum, akhlak, al-Qur’an dan hadits, tetapi istilah itu kemudian dipakai khusus mengenai pengetahuan tentang hukum agama saja.62 Al-Jurjani mendifinisikan fiqih sebagai berikut: “Fiqih menurut bahasa berarti paham terhadap tujuan seseorang pembicara. Menurut istilah fiqih ialah mengetahui hukum syara yang amaliah (mengenai perbuatan, perilaku) dengan melalui dalil-dalilnya yang terperinci. Fiqih adalah ilmu yang dihasilkan oleh pikiran serta ijtihad (penelitian) dan memerlukan wawasan serta perenungan. Oleh sebab itu Allah tidak bisa diebut “faaqih” (ahli dalam fiqih), karena bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tidak jelas.”63 Jadi, fiqih adalah seperangkat pengetahuan tentang hukum-hukum syariah (agama) tentang perbuatan manusia yang digali atau ditentukan dari dalil-dalil terperinci. Fiqih disebut ilmu karena fiqih 60 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : CV Pustaka Agung Harapan), h. 277. 61 A. Dzajuli, Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2005), Cet. V, h. 4. 62 M. Quraisy Syihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1992), h. 383. 63 A. Dzajuli, Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2005), Cet. V, h. 5. 47 menggunakan metode ilmiah dalam perumusannya, baik pada saat penemuan maupun pada saat penampilannya. Dalam perkembangan selanjutnya fiqih dapat diartikan dengan sekumpulan hukum syara yang berhubungan dengan perbuatan yang diketahui melalui dalil-dalil yang terperinci dan dihasilkan dengan jalan ijtihad para ulama. Fiqih merupakan ilmu yang harus dipelajari agar seorang muslim dapat mengetahui dari apa yang dilakukannya, baik dalam masalah ibadah maupun dalam perbuatan sehari-hari karena dengan mempelajari fiqih, ibadah kita akan lebih sempurna dan tentu kita akan selamat dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Sedangkan yang menjadi objek pembahasan ilmu fiqih adalah aspek hukum setiap perbuatan mukallaf serta dalil dari setiap perbuatan tersebut (dalil tafsili). Sedangkan tujuan akhir ilmu fiqih adalah untuk mencapai keridhoan Allah SWT, dengan melaksanakan syariah-Nya dimuka bumi ini sebagai pedoman hidup individual, hidup berkeluarga maupun bermasyarakat. Kegunaan mempelajari ilmu fiqih bisa dirumuskan sebagai berikut: a. Mempelajari ilmu fiqih berguna dalam memberi pemahaman tentang berbagai aturan secara mendalam. b. Mempelajari ilmu fiqih berguna sebagai patokan untuk bersikap dalam menjalani hidup dan kehidupan. 2. Dasar-Dasar Fiqih Mempelajari ilmu fiqih akan membawa manusia sampai tujuan hidup yang lebih baik, diantaranya memelihara agama, memelihara diri, dan memelihara keturunan serta kehormatan. Adapun dasar-dasar fiqih antara lain : a. Al-Qur’an b. Al-Hadits c. Ijma Mujatahidin d. Qiyas64 64 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Jakarta : At-Tahiriyah, 1976), Cet. XVII, h. 19. 48 Dasar-dasar itu ditinjau dari pengambilannya terbagi menjadi empat bagian, yaitu: a. Hukum yang diambil dari nash yang jelas b. Hukum yang diambil dari nash yang tidak jelas c. Hukum yang tidak ada nashnya d. Hukum yang tidak ada nash, baik qath’i maupun zhanni dan tidak pula ada kesepakatan mujtahidin atas hukum itu.65 E. Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti mendapatkan data bahwa ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. 1. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Hulliah dengan judul “Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa dalam Pembelajaran PKN dengan Menggunakan Media Gambar di MI al-Hidayah Kembangan Jawa Barat.” Suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam keterampilan bertanya dengan menggunakan media gambar pada pretest berkisar pada niali 67,16 pada siklus I dan nilai mengalami peningkatan yaitu 78,16 pada siklus II, hal ini menunjukkan peningakatan yang baik.66 2. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Endang Sri Haryanti dengan judul “Penerapan Teknik Pengajuan Pertanyaan Accelerated Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika.” Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di MTS Negeri 1 Tangerang. Hasil penelitian penerapan teknik pengajuan pertanyaan accelerated learning meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika, hal ini terlihat pada siklus I aktivitas siswa, berkategori tinggi hanya mencapai 32.5% (13 siswa) dan hanya mencapai nilai rata-rata 69, dan masih terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 65. Sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan 65 ibid, h. 20. Hulliah, “Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa dalam Pembelajaran PKN dengan Menggunakan Media Gambar di MI Al- Hidayah Kembangan Jawa Barat”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. 66 49 yaitu 77.5% (31 siswa). Nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 85 dan terendahnya adalah 73.3, dimana semua siswa sudah melampaui KKM.67 3. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Ma’rif Syafruddin dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question and Getting Answer terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.” Studi eksperimen di SMP Negeri 1 Mancak Kab. Serang. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen yang diajarkan dengan strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer memperoleh nilai rata-rata yaitu 69,94 dari standar deviasi. Hasil belajar matematika siswa kelompok control yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional metode ekspositori memperoleh nilai rata-rata yaitu 51,37 dari standar deviasi.68 F. Kerangka Berpikir Seorang guru yang merencanakan pengajarannya, terlebih dahulu harus memikirkan dan mempersiapkan metode yang akan dipakai mengajar di kelas, setelah menemukan alternatif barulah ia menyusun rencana pengajaran atau desain instruksional. Seorang guru yang professional tidak hanya berpikir tentang apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkan, tetapi juga tentang siapa yang menerima pelajaran, apa makna belajar bagi siswa, dan kemampuan apa yang ada pada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Alasan mengapa keterampilan bertanya sangat perlu dimiliki oleh para guru dan calon guru, pertama, telah berakarnya mengajar dengan menggunakan metode ceramah yang cenderung menempatkan guru sebagai sumber infromasi sedangkan siswa hanya sebagai penerima informasi yang pasif. Kedua, latar belakang kehidupan siswa yang kurang bisa mengajukan pertanyaan dan 67 Endang Sri Haryanti, “Penerapan Teknik Pengajuan Pertanyaan Accelerated Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika di MTS Negeri 1 Tangerang”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. 68 Ma’rif Syafruddin. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question and Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Mancak Kab. Serang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. 50 menyatakan pendapat. Ketiga, penggalakan penerapan gagasan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) saat ini yang menuntut para siswa lebih banyak terlibat secara mental dalam proses belajar mengajar, seperti bertanya dan berusaha menemukan jawaban-jawaban masalah yang dihadapinya. Keempat, pandangan yang salah mengenai tujuan pertanyaan yang mengatakan bahwa pertanyaan hanya dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa di MTs At-Taqwa 06 Bekasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs At-taqwa 06 Bekasi tahun ajaran 2012/2013, yang berlokasi di Jl. KH Abdullah Karang Tengah Rt 03/01 Desa Pusaka Rakyat, Kecamatan Tarumajaya, Bekasi. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013 s/d Februari 2014. B. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan adalah studi kasus (case study). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Pendidikan, penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau, penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.1 Studi kasus (case study) sebagai jenis penelitian deskriptif yang digunakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan suatu kasus. Studi kasus diarahkan untuk mengkaji kondisi, kegiatan, perkembangan serta faktor-faktor penting yang terkait dan menunjang kondisi dan perkembangan tersebut. Penelitian kualitatif yang menggunakan desain penelitian studi kasus berarti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. sifat dari penelitian ini bersifat kualitatif yang ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang atau perspektif partisipan. Partisipan yang dimaksud adalah orang-orang yang diajak wawancara, observasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, dan persepsinya. Penelitian 1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 54. 51 52 kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi, strategi-straregi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, dokumentasi pelengkap seperti foto, rekaman, dan lainnya. Dalam proses pemilihan informan, peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu peneliti memilih orang yang dianggap mengetahui secara jelas permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini yang menurut peneliti memiliki informasi memadai yang berkenaan dengan Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs AtTaqwa 06 Bekasi adalah guru yang mengajar fiqih dan peserta didik kelas VII-1 yang bersedia diwawancarai. C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Dalam proses menemukan dan mengumpulkan data tentunya harus tercipta sebuah harmonisasi hubungan peneliti dengan informan sehingga tercipta hubungan yang baik diantara keduanya. Menurut Spardley ada beberapa tahapan untuk menciptakan harmonisasi yang baik antara peneliti dan informan, tahapantahapan itu adalah apprehenssion, ekploration, cooperation, dan participation. 1. Apprehension. Pada tahap ini antara peneliti dan objek penelitian atau informan belum saling mengenal. Untuk melewati tahap ini dengan memuaskan, maka peneliti harus melakukan upaya secara langsung atau tidak dapat mempengaruhi cara berfikir dan minat objek penelitian atau informan. Untuk selanjutnya juga selalu berupaya agar kontak personal setiap saat terjadi dengan informan. 2. Ekploration. Pada tahap ini antara peneliti dan informan lebih jauh saling melacak latar belakang keduanya, sehingga tidak jarang muncul interaksi saling uji, saling lacak kemampuan, jalan pikirran, kepercayaan, serta asalusul. Dalam menghadapi kondisi ini, peneliti harus menciptakan kondisi yang amat menguntungkan terhadap tujuan peneliti berada ditempat penelitian. 3. Cooperation. Pada tahap ini antara peneliti dan informan saling percaya, saling menerima, sehingga informan bersedia bekerja sama dengan peneliti untuk membantu jalannya tugas peneliti. 53 4. Participation. Pada tahap ini setelah informan bersedia bekerja sama biasanya dilanjutkan dengan upaya-upaya konkret untuk berpartisipasi membantu peneliti menghimpun informasi yang dibutuhkan.2 Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.3 Bermacam-macam teknik pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara, dan dokementasi. MACAM TEKNIK OBSERVASI PENGUMPULAN WAWANCARA DATA DOKUMENTASI Untuk memperoleh data dari penelitian tindakan ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Studi pustaka, yaitu dengan menelaah buku-buku yang ada kaitannya dengan masalah yang penulis bahas pada skripsi ini sebagai bahan teoritis. 2. Penelitian lapangan, yaitu peneliti melihat secara langsung kondisi yang terjadi di tempat penelitian.4 a. Observasi Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap kondisi di lapangan. 2 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 137-138. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 224. 4 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Presss Group, 2013), h. 20. 54 Observasi dapat dilakukan secara partisipatif dan non partisipatif. Dalam observasi partisipatif (partisipatory observation), pengamat ikut berperan serta pada kegiatan yang berlangsung. Sedangkan dalam observasi non partisipatif (non partisipatory observation), pengamat ikut berperan serta pada kegiatan yang berlangsung.5 Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.6 Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan (Non Partisipan Obseration), yakni peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. 7 Pengumpulan data dengan observasi non partisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.8 Peneliti juga menggunakan observasi terstruktur, yakni observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati kapan dan dimana tempatnya. Melalui observasi ini peneliti ingin memperoleh data-data yang dibutuhkan sesuai dengan kenyataan. Data observasi berupa deskripsi yang aktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta konteks dimana kegiatan itu terjadi. Data itu diperoleh berkat adanya peneliti di lapangan dengan melakukan pengamatan secara langsung.9 Adapun teknik pengolahan data, setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi dan mengklasifikasi data-data yang relevan dan yang mendukung 5 Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 220. 6 Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Jawa Timur : Bayumedia Publishing, 2004), Cet. I, h. 3. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 145. 8 Ibid, h. 146. 9 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), h. 59. 55 pokok bahasan, melalui observasi ini peneliti ingin memperoleh data-data yang dibutuhkan sesuai dengan kenyataan. b. Dokumentasi Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.10 Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dokumentasi adalah suatu usaha aktif bagi suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil pengelolaan bahan-bahan dokumen yang bermanfaat bagi badan atau lembaga yang mengadakan.11 Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian, laporan, artefak, dan foto. Sifat yang utama pada data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi pada waktu silam. Secara detail, bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu autobiografi, surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial klipping, data di server dan flashdisk, dan data yang tersimpan di web site.12 Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai profil lembaga yang memuat visi, misi, tujuan, kurikulum, sarana dan prasarana, susunan pengurus, kegiatan peserta didik, serta tata tertib peserta didik. Teknik ini juga digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar yang digambarkan melalui nilai rata-rata pelajaran fiqih. Adapun jenis dokumen yang dibutuhkan pada penelitian ini lebih rincinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 240. 11 Juhana S, Maria Dinata, dan Wiyana Mulyana, Dokumentasi dan Perpustakaan, (Bandung: CV. Armiko, 1991), Cet. II, h. 21. 12 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2011), Cet. I, h. 141. 56 Tabel 1 Dokumen Penelitian No Jenis Dokumen 1 Profil Lembaga/Sekolah Rincian Dokumen a. Identitas sekolah MTS At-Taqwa 06 Bekasi b. Visi, misi, dan tujuan c. Struktur Organisasi d. Data pendidik dan tenaga kependidikan e. Data siswa dalam tiga tahun terakhir f. Sarana dan Prasarana 2 Kegiatan Belajar a. Kegiatan intrakurikuler Mengajar (KBM) b. Kegiatan extrakurikuler c. Prestasi yang dicapai (prestasi belajar dan kegiatan sekolah) c. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.13 Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi, yaitu cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada yang diwawancarai. 14 Wawancara juga teknik pengumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan 13 Deddy Maulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Rosda, h. 180. 14 Masri Singarimbun, Sofian Efendi, (Penyunting), Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 192. 57 responden. Wawancara menggunakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah yang akan dijawab melalui proses wawancara.15 Wawancara tidak hanya sekedar percakapan biasa, dalam wawancara diperlukan kemampuan mengajukan pertanyaan yang dirumuskan secara tajam, halus, tepat, dan kemampuan untuk mendapatkan pokok pikiran orang lain dengan cepat.16 Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.17 Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur, yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.18 Lincoln dan Gurba mengemukakan bahwa tujuan wawancara antara lain mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntunan, kepedulian, dan lain-lain.19 Wawancara tidak terstruktur artinya responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiranpikirannya, pandangan, perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi kemudian, setelah peneliti memperoleh keterangan-keterangan, peneliti dapat mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden.20 Tujuan wawancara tak bersturuktur ini adalah untuk memahami, bukan hanya menjelaskan, sehingga hubungan antar manusia menjadi sangat penting. Dalam banyak hal wawancara tak berstruktur akan lebih mendekati suatu pembicaraan bebas atau free talk, bukan suatu wawancara. Sebab suatu 15 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Presss Group, 2013), h. 20. 16 . Nasution, Metode Research, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet. VI, h. 114. 17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 138. 18 Ibid, h. 140. 19 Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Jawa Timur : Bayumedia Publishing, 2004), Cet. I, h. 64. 20 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), h. 72. 58 pembicaraan tanya jawab disebut wawancara, jika hubungan pembicaraan dikuasai oleh pihak pewawancara, dalam hubungan mana arah pembicaraan sudah tegas, dan kedua belah pihak mempunyai fungsi yang berbeda, yang satu meminta keterangan, yang lain meminta keterangan.21 Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui peranan serta penggunaan keterampilan bertanya siswa pada proses pembelajaran Fiqih dari pihak yang berwenang. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun instrument yang diamati. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.22 Adapun instrument penelitian yang akan digunakan untuk memperoleh data mengenai keterampilan bertanya guru akan dibuat dalam bentuk non test yaitu dengan wawancara dan observasi. Instrumen non test dalam bentuk wawancara diperuntukkan kepada guru yang mengajar fiqih. Hasil wawancara ini digunakan untuk mendapat informasi mengenai penggunaan keterampilan bertanya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pelajaran fiqh. Adapun pedoman wawancara dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2 Pedoman Wawancara Guru Fiqih No Variabel 1 21 Pertanyaan keterampilan bertanya Metode apa saja yang pernah Bapak/Ibu guru terapkan selama mengajar fiqih di kelas VII? Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Jawa Timur : Bayumedia Publishing, 2004), Cet. I, h. 74. 22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 222. 59 Menurut Bapak/Ibu, apakah teknik keterampilan bertanya ini diterapkan dengan baik di kelas? Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut mencoba untuk berdiskusi dengan siswa lainnya? Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut bertanya kepada Bapak/Ibu? Apakah siswa mengajukan pendapatnya tentang materi yang Bapak/Ibu sampaikan? Apabila ada salah satu siswa yang bertanya atau memberi tanggapan, apakah siswa yang lain memperhatikannya? Apabila Bapak/Ibu memberikan pertanyaan, bagaimana respon terhadap pertanyaan Bapak/Ibu? Kendala apa saja yang Bapak/Ibu alami dalam mengajar fiqih? Jika ada kendala, apa solusinya? Apakah Bapak/Ibu selama pembelajaran di kelas menanyakan siswa yang belum mengerti dengan materi pelajaran? Apakah Bapak/Ibu memberikan pertanyaan kepada siswa setiap awal, pertengahan, dan akhir pelajaran? Bagaimana cara Bapak/Ibu memberi motivasi/stimulus kepada siswa agar aktif 60 bertanya? 2 Aktivitas belajar fiqih siswa Bagaimana tingakat kemampuan siswa dalam pembelajaran fiqih di kelas VII? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai peningkatan aktivitas belajar siswa? Apakah siswa memperhatikan penjelasan materi pelajaran yang Bapak/Ibu sampaikan? Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu selalu dikerjakan dengan baik oleh siswa? Apakah Bapak/Ibu memberikan catatan tertulis kepada siswa tentang materi yang Bapak/Ibu sampaikan? Dan apakah siswa pernah dilatih untuk membuat catatan dengan bahsa mereka sendiri? Bagaimana kemampuan siswa dalam hal merangkum, membuat pertanyaan, memprediksi, dan menjelaskan? Bagaimana kemampuan mengingat siswa terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya? Bagaimana kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal fiqih? Apakah siswa merasa senang selama belajar fiqih? Sebagai seorang guru bidang studi fiqih, upaya apa yang telah Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar fiqih 61 siswa? Dilihat dari aktivitas belajar siswa, apakah pengunaan teknik keterampilan bertanya sudah dapat dikatakan efektif? Tabel 3 Pedoman Wawancara Siswa Kelas VII-1 No Indikator Pertanyaan 1 Keterampilan bertanya Apa yang lakukan saat guru menjelaskan materi? Apakah kamu memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru? Apakah kamu senang dengan pelajaran fiqih dan aktif bertanya kepada guru? Apa yang menyebabkan kamu senanng/tidak senang,dan aktif/tidak aktif bertanya kepada guru selama pembelajaran fiqih di kelas? Apakah guru menerapkan fiqih pembelajaran kamu pernah dengan cara berkelompok? Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu mencoba untuk berdiskusi dengan teman yang lain? Apakah kamu mengajukan pendapat tentang materi yang disampaikan guru? Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu bertanya kepada guru atau 62 teman yang sedang menjelaskan di depan? Apabila ada salah satu teman bertanya atau memberi tanggapan, memperhatikan apakah dan kamu mencoba menanggapinya? Apabila guru memberi pertanyaan, bagaimana respon kamu terhadap pertanyaan guru? Apakah kamu menjawabnya? Bagaimana cara kamu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya? Bagaimana kemampuan kamu dalam mengerjakan soal-soal fiqih? Apa yang kamu rasakan selama belajar fiqih? Apakah kamu merasa senang selama belajar fiqih di kelas? Apakah guru memberikan kepada siswa untuk kesempatan bertanya ketika pelajaran fiiqh sedang berlangsung? Bagaimana respon guru ketiak menanggapi pertanyaan siswa? Apakah guru memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab pertanyaan? Apakah guru memberikan penghargaan kepada siswa atas jawaban yang telah diberikan? Apakah guru memberikan pertanyaan secara 63 jelas dan singkat? Apakah guru memberikan kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk mendapatkan pertanyaan? Apakah kamu bertanya kepada guru setiap awal, pertengahan, dan akhir pelajaran? Menurut kamu, apakah siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan prestasi belajar? E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Pemeriksaan atau penegecekan keabsahan data pada skripsi ini dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: 1. Pengujian Kredibilitas kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut. Starateginya meliputi perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi (mengecek keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber dari luar data sebagai bahan perbandingan), diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheking.23 2. Pengujian Transferability Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.24 Pengujian transferability dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada semua orang untuk membaca laporan penelitian sementara yang dihasilkan oleh peneliti, kemudian pembaca diminta untuk menilai subtansi penelitian tersebut dalam 23 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), cet. II, h. 79-80 24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 276. 64 kaitannyaa dengan fokus penelitian. Peneliti dapat meningkatkan transferabilitas dengan melakukan suatu pekerjaan mendeskripsikan konteks penelitian dan asumsi yang menjadi sentral pada penelitian tersebut.25 Oleh karena itu supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, maka suatu hasil penelitian ini dapat diberlakukan (transferability), dan laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas.26 3. Pengujian Depenability Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan melalukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh editor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menetukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti.27 Artinya apakah peneliti akan memperoleh hasil yang sama jika peneliti melakukan pengamatan yang sama untuk kedua kalinya.28 4. Pengujian Konfirmability Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability hampir sama dengan uji depenability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara kebersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang 25 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. II, h. 80. 26 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 276-277. 27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 277. 28 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. II, h. 80. 65 dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.29 Apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenerannya di mana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.30 F. Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul melalui observasi, wawancara, dan studi dokumenter, maka langkah berikutnya adalah pengolahan dan analisa data. Yang dimaksud analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan proses editing, yaitu dengan meneliti kembali data-data yang didapat, apakah data tersebut cukup baik dan dapat segera digunakan untuk proses berikutnya. Dalam mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian, peneliti menggunakan analisa model Miles dan Huberman yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data. Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.31 Adapun teknikteknik sebagai berikut: 1. Reduksi Data (Data Reduction) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya. 29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 277. 30 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. II, h. 81. 31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 246. 66 2. Penyajian Data (Data Display) Penyajian data adalah sejumlah informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. 3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Vervication) Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verfikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dkemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.32 32 ibid, h. 252. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penyajian hasil penelitian yang dimaksud disini adalah pengungkapan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan yang sesuai dengan masalah yang ada di pembahasan ini. Dalam bab IV ini akan dikemukakan deskripsi data hasil penelitian. Sesuai dengan data yang diperoleh penulis, maka disajikan data sebagai berikut: A. Deskripsi Data KETERAMPILAN BERTANYA GURU HASIL OBSERVASI Hasil observasi yang dilakukan peneliti terdapat tiga aspek yang dimiliki oleh guru pengampu mata pelajaran fiqih, diantara tiga aspek keterampilan bertanya yang harus dimiliki oleh setiap pendidik adalah: 1. Aspek keterampilan bertanya umum. 2. Komponen keterampilan bertanya dasar. 3. Komponen keterampilan bertanya tingkat lanjut. Dari ketiga aspek tersebut diperoleh hasil bahwa keterampilan bertanya guru dapat dikatakan baik/meningkat. HASIL WAWANCARA Hasil wawancara yang dilakukan peneliti selama penelitian kepada Bapak Ahmad Suhaimi S.Ag pada hari Selasa, tanggal 07 Januari 2014 di ruang guru MTS At-Taqwa 06 Bekasi adalah keterampilan bertanya sudah bisa dikatakan efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dipembahasan. 67 68 HASIL OBSERVASI Hasil observasi/pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati siswa selama proses pembelajaran. Pada tahap pengamatan/observasi penelitian ini berlangsung selama tiga kali pengamatan terhitung dimulai tangaal 07 Januari 2014 sampai dengan 07 Februari 2014 dengan alokasi waktu masing-masing 2 X 40 menit (2 jam pelajaran). Dari hasil observasi diperoleh hasil bahwa aktivitas belajar siswa dapat dikatakan baik/meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan. AKTIVITAS BELAJAR SISWA HASIL WAWANCARA Hasil wawancara yang dilakukan peneliti selama penelitian kepada beberapa siswa kelas VII-1 MTs AtTaqwa 06 Bekasi di ruang kelas VII-1 bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar fiqih, minat siswa terhadap pelajaran fiqih, keaktifan siswa dalam bertanya, dan permasalahan myang dihadapi siswa terkait dengan pembelajaran fiqih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan 69 A. Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTS At-Taqwa 06 Bekasi 1. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih dengan Keterampilan Bertanya Guru pada Mata Pelajaran Fiqih Hasil wawancara yang dilakukan terhadap subyek penelitian bahwa dalam aktivitas mendengarkan penjelasan siswa cenderung mendengarkan penjelasan yang disampaikan yang disampaikan oleh guru/teman dan sering meresponnya. Siswa antusias dan bersemangat dalam pembelajaran. Siswa merasa mempelajari pelajaran fiqih merupakan hal yang terpenting, karena menurut mereka dengan mempelajari pelajaran fiqih akan lebih mengetahui agama yang mereka percayai dan agar tidak salah melangkah dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta mengetahui tata cara pelaksaan ibadah, misalnya tata cara sholat, puasa, zakat, dll. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh salah satu siswa kelas VII. “Saya sangat bersemangat ketika sedang belajar fiqih, karena saya bisa mengetahui ilmu-ilmu agama yang belum saya ketahui sebelumnya, mengetahui tentang tata cara sholat. Di kelas VII ini mempelajari bab sholat jamak dan sholat qoshar, yang sebelumnya saya tidak tahu sekarang menjadi tahu. Di samping saya senang dengan pelajaran fiqih, guru yang mengajari pelajaran fiqih juga sangat menarik, sehingga saya tidak pernah bosan dan selalu antusias dalam mengikuti pembelajaran fiqih.”1 Dalam mengerjakan tugas, siswa sudah mampu mengerjakan secara individual, terkadang guru juga meminta siswa mengerjakan tugas dengan cara berkelompok karena apabila siswa belajar secara berkelompok, siswa dapat bertukar pikiran dalam mengerjakan soal dan dapat terselesaikan dengan baik, selain pembelajaran berkelompok, guru fiqih lebih sering menggunakan metode tanya jawab, menurutnya dengan menggunakan metode tanya jawab siswa lebih aktif belajar di kelas, karena kemampuan berpikir mereka terus berkembang sehingga siswa yang sebelumnya pasif, mereka jadi ikut terpancing oleh siswa yang aktif di kelas. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh guru pengampu mata pelajaran fiqih Bapak Suhaimi: 1 Wawancara dengan siswa kelas VII, Rabu 08 Januari 2014, di kelas. 70 “Metode yang digunakan juga bervariasi, metode tanya jawab, metode ceramah, dan metode-metode lain yang sekiranya mendukung kepada pengajaran fiqih, termasuk pembelajaran secara berkelompok, metode diskusi juga saya terapkan untuk pengajaran fiqih, dengan diterapkannya metode diskusi, saya perintahkan kepada siswa-siswa untuk mendiskusikan masalah pelajaran/materi yang sedang dipelajari, lalu saya beri tugas mereka untuk mencatat pertanyaan setelah itu semua pertanyaan kita diskusikan bersama di kelas. Ketika Pembelajaran berkelompok biasanya saya juga sudah mempersiapkan beberapa permasalahan yang berbentuk pertanyaan, setelah itu saya perintahkan kepada siswa untuk membuat kelompok dan menunjuk ketua kelompoknya masing-masing, setelah itu saya meminta kepada semua kelompok dengan mendiskusikan jawaban atas permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran. Setelah semua kelompok menemukan jawaban perwakilan dari ketua kelompok untuk menjelaskan jawabannya masingmasing. Tetapi selama saya mengajar fiqih, saya lebih sering menerapkan metode tanya jawab, karena dengan menggunakan metode ini siswa-siswa akan terpancing untuk lebih aktif bertanya dan meningkatkan minat serta motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam belajar, dan pembelajaran fiqih akan lebih terarah lagi, mungkin hanya beberapa siswa saja yang pasif karena biasanya mereka lebih suka diam dan mendengarkan temannya yang bertanya kepada saya.”2 Hasil wawancara yang diperoleh peneliti bahwa aktivitas siswa dalam mendengarkan penjelasan guru adalah siswa berkemampuan rendah rata-rata menjawab jarang mendengarkan. Mereka mendengarkan ketika mood mereka baik saja. Ketika moodnya sedang tidak baik mereka cenderung tidak menjelaskan penjelasan teman/guru. Siswa berkemampuan tinggi dan berkemampuan sedang mereka menjawab sering mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh temen/guru. Antusiasme mereka dalam pembelajaran fiqih rata-rata sangat antusias. Menurut pengamatan peneliti, guru selalu memberikan motivasi dan antusiasmenya dalam melontarkan pertanyaan. Guru selalu memberikan motivasi kepada siswa sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar agar siswa selalu bersemangat dan antusias dalam menjawab pertanyaan guru, sehingga siswa juga tidak malu dan tidak takut salah ketika menjawab dan melontarkan pertanyaan kepada guru. Siswa merasa mempelajari fiqih merupakan hal yang terpenting, 2 Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru. 71 karena menurut mereka dengan mempelajari ilmu fiqih akan lebih mengetahui agama yang mereka percayai dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pada pengamatan/observasi keterampilan bertanya guru dalam kegiatan pembelajaran terdapat aspek keterampilan bertanya umum, komponen keterampilan bertanya dasar, dan komponen ketarampilan bertanya lanjut. Di sini peneliti akan mendeskripsikan bagaimana keterampilan bertanya guru selama proses pembelajaran di kelas. a. Aspek keterampilan bertanya umum 1) “Pertanyaan yang diberikan guru bertujuan untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan dan memusatkan perhatian, atau mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa.” Sebelum siswa memulai pelajaran guru memberikan apersepsi kepada siswa berupa informasi dan pertanyaan dengan tujuan mengulang materi yang telah dipelajari sebelumnya, dengan memberikan informasi dan pertanyaan kepada siswa, siswa akan merespon dan menimbulkan rasa ingin tahunya terhadap suatu pokok pembahasan materi dan perhatian siswapun akan terpusat pada pertanyaan yang dilontarkan guru. 2) “Guru memberikan motivasi dan antusiasme dalam melontarkan pertanyaan.” Guru selalu memberikan motivasi kepada siswa sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar agar siswa selalu bersemangat dan antusias dalam menjawab pertanyaan guru, sehingga siswa juga tidak malu dan tidak takut salah ketika menjawab dan melontarkan pertanyaan kepada guru. 3) “Guru tidak mengulangi pertanyaan sehingga mengganggu konsentrasi siswa saat berpikir untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan.” Pada saat guru melontarkan pertanyaan kepada siswa, guru tidak mengulangi pertanyaan sehingga mengganggu konsentrasi siswa saat berpikir untuk menjawab pertanyan, dan guru yang professional tidak akan mengulangi pertanyaan pada saat siswa ingin menjawab pertanyaan, karena apabila guru tersebut mengulangi pertanyaan maka akan 72 mengganggu konsentrasi siswa saat berpikir dan akibatnya siswa tidak berkonsentrasi saat menjawab pertanyaan. 4) “Guru tidak menjawab pertanyaan sendiri.” Guru fiqih tidak menjawab pertanyaannya sendiri, kecuali pertanyaan retorik atau pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru karena merupakan teknik penyampaian informasi kepada siswa. Guru tidak diperkenankan menjawab pertanyaannya sendiri karena akan membuat perhatian siswa berkurang atau menimbulkan salah pengertian siswa. 5) “Guru tidak memberikan pertanyaan yang dapat mengundang jawaban serentak”. Guru harus menghindari memberikan pertanyaan yang mengundang siswa untuk dijawabnya secara serentak karena tidak dapat memecahkan masalah dan tidak produktif maupun efektif. 6) “Guru tidak mengajukan pertanyaan lebih dari satu buah pertanyaan sekaligus”. Guru fiqih boleh mengajukan pertanyaan lebih dari satu jika semua pertanyaan sudah dijawab dengan tepat dan benar, jika guru memberikan pertanyaan lebih dari satu sekaligus maka akan membuat siswa frustrasi karena terlalu banyak pertanyaan dan siswapun mungkin tidak akan menjawab pertanyaan dengan tepat. 7) “Guru tidak menunjuk siswa sebelum pertanyaan dilontarkan.” Setelah guru melontarkan pertanyaan kepada siswa, sebaiknya guru tidak langsung menunjuk siswa untuk langsung menjawab pertanyaan, guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir terlebih dahulu, jika guru langsung menunjuk siswa sebelum pertanyaan dilontarkan maka akan mengakibatkan siswa menjadi tegang karena siswa merasa dirinya belum siap untuk menjawab, dan akhirnya siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Tetapi guru fiqih di MTs At-Taqwa 06 Bekasi tidak menunjuk siswa terlebih dahulu sebelum melontarkan pertanyaan. 73 b. Komponen keterampilan bertanya dasar 1) “pertanyaan disampaikan dengan jelas dan singkat.” Guru harus menyampaikan pertanyaan dengan jelas, singkat dan tidak bertele-tele agar siswa dapat memahaminya, dan pergunakan bahasa yang dapat dipahami siswa. Dan guru fiqih disini selalu menyampaikan pertanyaan dengan jelas dan singkat. 2) “pertanyaan memberikan acuan.” Guru memberikan informasi sebelum membuka sesi tanya jawab kepada siswa supaya siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat, dalam mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi yang menjadi acuan pertanyaan. 3) “memusatkan perhatian sebelum pertanyaan dilontarkan.” Pemusatan perhatian siswa dapat dikerjakan dengan cara memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit. Guru fiqih pun demikian, sebelum pertanyaan dilontarkan kepada siswa, guru selalu memusatkan perhatian siswa sebelumnya. 4) “pemindahan giliran.” Pemindahan giliran menjawab dapat dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. 5) “penyebaran kesempatan menjawab pertanyaan.” Untuk penyebaran kesempatan menjawab pertanyaan, guru dapat melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, kepada siswa tertentu atau menyebarkan respon kepada siswa yang lain. 6) “pemberian waktu berpikir yang cukup.” Guru fiqih memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, karena dalam mengajukan pertanyaan guru harus berdiam diri sesaat sebelum menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan. 7) “memberikan tuntunan jika siswa kesulitan menjawab seperti memberikan pertanyaan yang lebih disederhanakan atau mengulangi kembali informasi atau penjelasan yang berhubungan dengan pertanyaan.” Bagi siswa yang mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan, strategi pemberian tuntunan perlu dikerjakan. Strategi itu meliputi pengungkapan 74 pertanyaan dengan cara yang yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana atau mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya. c. Komponen keterampilan bertanya tingkat lanjut 1) “pengubahan tuntunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.” Untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa diperlukan pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, dan evaluasi). 2) “pengaturan urutan pertanyaan untuk mengembangkan tingkat pengetahuan dari yang sifatnya rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks.” Pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang logis agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis, dapat berdiri sendiri, dan percaya diri. 3) “pengetahuan pertanyaan pelacak.” Bertanya melacak akan meningkatkan respon siswa dengan menyediakan pertanyaan yang tingkat kesukarannya lebih tinggi, cermat, membantu, dan relevan. Pada saat bertanya melacak, guru harus berkonsentrasi memperbaiki respon siswa secara individual dengan menyediakan pertanyaan yang baru. 4) “terjadi interaksi di dalam kelas.” Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan, sehingga terjadi interaksi yang baik di dalam kelas, antar guru dengan siswa, atau siswa dengan siswa. Guru juga harus memberikan koreksi terhadap respon atau jawaban yang tidak tepat sehingga siswa lebih mengerti dan memahami jawaban yang paling tepat. Guru juga menerapkan metode diskusi agar seluruh siswa dapat belajar dengan aktif sehingga terjadi interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. 2. Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Aktivitas belajar siswa dengan tahap pengamatan/observasi. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan mengamati siswa selama proses pembelajaran. 75 Pada tahap pengamatan/observasi penelitian ini berlangsung selama tiga kali pengamatan dimulai tanggal 07 Januari 2014 sampai dengan 07 Februari 2014 dengan alokasi waktu masing-masing 2 X 40 menit (2 jam pelajaran). Selama penelitian ini, peneliti mengamati aktivitas belajar fiqih siswa. Peneliti memberikan skor 1-3 terhadap aktivitas belajar fiqih siswa. Setiap pernyataan aktivitas belajar fiqih dihitung nilai persentasenya, persentase setiap pernyataan aktivitas belajar fiqih siswa merupakan rasio total skor. Persentase setiap pernyataan aktivitas belajar fiqih siswa dirata-ratakan sehingga menjadi rata-rata persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada pertemuan tersebut. Penulis menghimpun data persentase aktivitas belajar fiqih siswa selama tiga pertemuan dan menyajikannya dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah deskripsi mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan keterampilan bertanya guru melalui metode tanya jawab berdasarkan hasil pengamatan /observasi selama tiga kali pertemuan 07 Januari 2014 sampai 28 Januari 2014: 1. Pengamatan ke-1 (07 Januari 2014) Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran), dimulai pada pukul 13.15 – 15.00 WIB terdapat 25 siswa yang mengikuti pembelajaran dan semuanya hadir. Materi pembelajaran yang disampaikan pada pengamatan ke-1 adalah melaksanakan tata cara sholat jama, qoshar, dan jama qoshor serta shalat dalam keadaan darurat. Guru fiqih dalam hal ini membantu peneliti untuk mengamati aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa satu persatu kemudian dicatat pada lembar observasi aktivitas belajar fiqih siswa. Pembelajaran diawali dengan memberikan stimulus yakni memberikan pertanyaan kepada siswa atau apersepsi dengan mengulang pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Dari pengamatan peneliti, siswa belum responsif menanggapi pertanyaan yang diajukan guru karena pembahasan materi untuk hari ini siswa belum mengerti, tetapi untuk pertanyaan apersepsi sebagian siswa sudah responsive untuk menjawab. Dan perhatian siswa sebagian besar sudah memperhatikan guru ketika guru menjelaskan. Kemudian guru memberikan informasi secara umum mengenai pelajaran tentang ketentuan sholat jama, qoshor, dan jama qoshor. Siswa memperhatikan 76 penjelasan guru dan jika ada suatu permasalahan terkait pembelajaran fiqih yakni tentang ketentuan shalat jama, qashar, dan jama qashar guru meminta siswa untuk mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan terkait pembelajaran yang sedang dipelajari, siswa harus mencermati permasalahan, menyelesaikan permasalahan berdasarkan jawaban yang telah dipahaminya, menyelesaikan kemampuan minimal yang harus dijawab dengan benar oleh siswa, dan menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru terkait materi pembelajran fiqih (ketentuan shalat jama, qashar, dan jama qashar). Guru meminta semua siswa untuk memberikan pertanyaan dan menuliskan satu atau dua pertanyaan apa saja yang terkait materi yang sudah diajarkan. Setelah pertanyaan dibuat oleh siswa, kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dikumpulkan kepada guru dan guru meminta kepada ketua kelas untuk membagikan pertanyaan yang tadi telah dibuat oleh siswa secara acak. Setelah semua siswa mendapatkan petanyaan, guru memerintahkan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dengan teliti, jika ada siswa yang belum mengerti pertanyaan tersebut, siswa akan bertanya kepada guru atau temannya yang membuat pertanyaan itu. Berdasarkan data yang diperoleh dari instrument catatan observasi aktivitas belajar fiqih siswa didapati bahwa siswa masih terlihat bingung dan tidak tahu membuat pertanyaan seperti apa, mereka masih membuka buku untuk membuat pertanyaan, ada sebagian siswa yang benar menjawab pertanyaan dan aktif bertanya kepada guru ketika pembelajaran sedang berlangsung, sedangkan yang lainnya masih pasif dan hanya diam saja di kelas, tidak mau bertanya kepada guru, sehingga jawaban mereka belum terlalu tepat. Penyebab kurang aktifnya siswa dalam bertanya dikarenakan masing-masing siswa cenderung bingung apa yang harus ditanyakan kepada guru dan dalam pengunaan bahasa masih belum bisa menggunakan bahasa yang baik dan benar sedangkan siswa belum memahami pelajaran yang sedang berlangsung, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Suhaimi selaku guru mata pelajaran fiqih kepada peneliti. “Keterampilan bertanya ini diterapkan ketika pemberian materi telah disampaikan, saya juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami sambil melatih kemampuan anak, terkadang siswa dari segi bahasa ketika sedang menyampaikan 77 pertanyaan kepada saya juga ada yang kurang baik, dan pada saat itu saya selalu ajarkan siswa agar dalam menyampaikan pertanyaan bisa bertutur bahasa dengan baik dan lebih memahami apa yang sedang dipertanyakan. Sebenarnya mereka mengerti apa yang ingin mereka tanyakan kepada saya, tapi dalam penyampaian bahasa mereka masih bingung, oleh sebab itu mereka hanya diam atau bertanya kepada teman jika ada yang belum memahami pelajaran.”3 Aktivitas siswa membuat pertanyaan pada pertemuan pertama, siswa terlihat masih bingung dan tidak tahu membuat pertanyaan seperti apa, bahkan diantara siswa tersebut masih ada yang bertanya kepada teman seperti apa membuat pertanyaan. sehingga siswa juga belum tepat untuk menjawab pertanyaan yang ditulis oleh temannya. Data yang diperoleh dari daftar pertanyaan yang dibuat oleh siswa dan ketepatan menjawab pertanyaan, peneliti mendeskripsikan berdasarkan kemampuan akademik siswa sebagai berikut: a) Siswa berkemampuan tinggi Siswa berkemampuan tinggi sebagian besar dari mereka dapat membuat pertanyaan dengan baik, mereka membuat pertanyaan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, tidak mencari pertanyaan yang ada dibuku yang sudah mereka catat dan mereka rangkum, karena dari guru maupun dari pihak sekolah tidak mewajibkan siswa untuk memiliki buku paket. Guru fiqih mengatakan ini merupakan kendala yang dialaminya dalam mengajar fiqih. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Bapak Suhaimi kepada peneliti. “Kendala yang saya hadapi selama mengajar fiqih di MTS At-Taqwa 06 Bekasi adalah kurang tersedianya buku materi pelajaran fiqih, jadi hanya guru saja yang memberikan materi dan saya tidak mewajibkan siswa untuk mempunyai buku paket, sekolahpun tidak mewajibkan siswa memiliki buku, LKS pun tidak ada, makanya guru banyak memberikan catatan kepada siswa dan ini berakibat banyak waktu yang tersita, solusinya adalah saya sering memberikan tugas di rumah untuk mencari sumbersumber bahan ajar untuk hari esok, jadi ketika belajar anak sudah ada bahan untuk belajar yang mereka kerjakan karena mencari sumber bahan ajar di rumah. Saya mempersilahkan siswa mencari sumber dari mana saja, 3 Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru. 78 bisa dari internet, media televisi atau darimanapun, yang terpenting adalah siswa tersebut bisa memahami materi yang sedang saya ajarkan.”4 b) Siswa berkemampuan sedang Keterampilan membuat pertanyaan dikerjakan dengan baik, tetapi masih ada sebagian siswa yang menuliskan pertanyaan tulislah ayat atau hadits yang menjelaskan tentang sholat jama, qashar, dan jama qashar. Pertanyaan yang dibuat oleh salah satu siswa ini sudah cukup bagus, tetapi seharusnya siswa membuat pertanyaan jangan memakai kata “tulislah ayat” seharusnya “bacakan ayat” karena cara menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan cara lisan. Tetapi masih ada saja sebagian siswa yang keliru dalam hal menulis pertanyaan. Tulislah ayat yang memperbolehkan sholat qoshor?. Dalam hal ketepatan menjawab pertanyaan, siswa berkemampuan sedang sudah benar dalam menjawab pertanyaan tetapi diantara mereka masih saja ada yang takut salah untuk menjawab pertanyaan dan masih sering bertanya kepada temannya. c) Siswa berkemampuan rendah Siswa berkemampuan rendah dalam membuat pertanyaan sebagian ada yang sudah baik dan sebagian yang lain membuat pertanyaan masih melihat buku catatan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka malas untuk berpikir dan mereka hanya bisa menyalin pertanyaan yang sudah ada dibuku. Dalam hal menjawab pertanyaan, siswa berkemampuan rendah masih sibuk membuka buku catatan dan mencari jawaban, ada salah satu siswa yang pasif saja ketika di kelas, tidak bisa menjawab pertanyaan padahal ia sudah membuka buku, siswa tersebut hanya diam dengan ketidakmengertiannya dan tidak mau berusaha bertanya kepada guru. 4 Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru. 79 Siswa yang membuat pertanyaan dengan baik dan menjawab pertanyaan dengan tepat tidak terlepas dari minat, motivasi, dan antusias dalam menyimak penjelasan dari guru terkait dengan materi yang sedang berlangsung. Sementara siswa yang menyalin pertanyaan dibuku catatan mereka dan menjawab pertanyaan yang tidak tepat ini menyebabkan siswa hanya pasif saja ketika di kelas dan diantara mereka juga terkadang masih sering mengobrol dengan temannya dan tidak memperhatikan penjelasan materi yang sedang berlangsung. Penulis menghimpun data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada pertemuan pertama (Selasa, 07 Januari 2014). Berikut adalah data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada pertemuan pertama (Selasa, 07 Januari 2014) yang tersusun dalam tabel berikut ini: Tabel 4 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan Pertama (Selasa, 07 Januari 2014) No Aktivitas Belajar PAI Siswa Rata-rata (%) 1. Bertanya kepada teman/guru 54.66667 2 Menjawab pertanyaan 73.33333 3. Mengeluarkan pendapat 4. Melakukan Diskusi kelompok 66.66667 5. Menanggapi pertanyaan 42.33333 6. Mencatat materi dan Menulis pertanyaan 66.66667 7. Mengerjakan tugas 8. Berani atau bersemangat Jumlah = 48 84 62.66667 497.3333 80 Rata-rata = 62.16667 2. Pengamatan ke-2 (Selasa, 21 Januari 2014) Pada pengamatan ke-2 materi yang dipelajari adalah menjelaskan ketentuan shalat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan dikendaraan. Jumlah siswa yang hadir adalah 25 yang mengikuti pembelajaran dan semua siswa hadir. Seperti pertemuan sebelumnya guru fiqih kelas VII-1 hadir dan membantu peneliti untuk mengamati aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa satu persatu kemudian mengamati siswa dalam satu kelompok dan mencatatnya ke dalam lembar observasi aktivitas belajar fiiqh siswa. Sebelum guru memulai kegiatan belajar mengajar pada hari ini, siswa mengumpulkan PR terlebih dahulu. Selanjutnya guru menjelaskan indikator yang ingin dicapai. Guru menjelaskan garis-garis besar isi materi di papan tulis dan meminta kepada semua siswa untuk mencatatnya dan mengkondisikan tempat duduk siswa agar terlihat rapih. Pada pertemuan kedua ini guru menerapkan pembelajaran fiqih secara berkelompok. Guru meminta kepada siswa untuk mengkondisikan tempat duduk kelompoknya sehingga siswa duduk berdasarkan kelompoknya. Untuk memudahkan dalam pemahaman materi setiap siswa diberikan hand out terkait materi pelajaran. Pembelajaran diawali dengan memberikan stimulus berbentuk pertanyaan kepada siswa mengenai ketentuan shalat dalam keadaan darurat ketika sakit dan dikendaraan, kemudian guru memberikan informasi secara umum mengenai tata cara sholat jama, qashar, dan jama qashar dalam keadaan darurat dan dikendaraan, selanjutnya guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 (lima) orang. Masing-masing kelompok harus mempunyai ketua kelompok yang dipilih oleh anggota kelompok, ketua kelompok harus yang aktif ketika di kelas, agar ia bisa menjadi tutor sebaya buat teman-temannya. Guru memanggil para ketua kelompok dan menjelaskan materi yang sudah disampaikan oleh guru. Dan dari sinilah peran tutor sebaya antara siswa dan saling berdiskusi mengenai materi ketentuan sholat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan 81 dikendaraan, dalam diskusi kelompok aktivitas tutor sebaya terlihat aktif, siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi mengajarkan kepada temannya yang belum menguasai materi. Selanjutnya guru membagikan lembaran kertas yang berisi nama, asal kelompok, dan suatu permasalahan yakni pertanyaan terkait materi yang sedang diajarkan. Kertas tersebut diberikan kepada setiap individu dalam kelompok. Siswa ditugaskan untuk menuliskan jawaban yang tepat terkait materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok dan didiskusikan dengan kelompoknya. Setelah semua kelompok berdiskusi dan menemukan jawaban yang tepat, perwakilan dari ketua kelompok masing-masing menjelaskan jawabannya, jika ada jawaban yang kurang tepat, kelompok yang lain berhak mengeluarkan pendapatnya dan menyanggah jawaban dari kelompok lain. Dengan menerapkan pembelajaran secara berkelompok ini, dimaksudkan agar siswa dapat menyelesaikan masalahnya dan menemukan hubungan antara konsep dan ide yang dimilikinya sehingga siswa menjadi aktif dan bersemangat ketika proses pembelajaran. Tetapi setelah selesai pembelajaran secara berkelompok, biasanya guru menerapkan metode tanya jawab kepada siswa, jadi jika ada siswa yang belum memahami permasalahan yang didiskusikan tadi, guru mempersilahkan siswa untuk bertanya, dan sebaliknya guru juga akan memberikan pertanyaan kepada siswa. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Bapak Suhaimi selaku guru fiqih kelas VII-1. “Metode yang digunakan juga bervariasi, metode tanya jawab, metode ceramah, dan metode-metode lain yang sekiranya mendukung kepada pengajaran fiqih, termasuk pembelajaran secara berkelompok, metode diskusi juga saya pernah terapkan untuk pengajaran fiqih, dengan diterapkannya metode diskusi, saya perintahkan kepada siswa-siswa untuk mendiskusikan masalah pelajaran/materi yang sedang dipelajari, lalu saya beri tugas mereka untuk mencatat pertanyaan setelah itu semua pertanyaan kita diskusikan bersama di kelas. Ketika Pembelajaran berkelompok biasanya saya juga sudah mempersiapkan beberapa permasalahan yang berbentuk pertanyaan, setelah itu saya perintahkan kepada siswa untuk membuat kelompok dan menunjuk ketua kelompoknya masing-masing, setelah itu saya meminta kepada semua kelompok dengan mendiskusikan jawaban atas permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran. Setelah semua kelompok menemukan jawaban, perwakilan dari ketua kelompok untuk menjelaskan jawabannya masing-masing. Tetapi selama saya mengajar fiqih, saya lebih sering menerapkan metode tanya jawab, karena 82 dengan menggunakan metode ini siswa-siswa akan terpancing untuk lebih aktif bertanya dan meningkatkan minat serta motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam belajar, dan pembelajaran fiqih akan lebih terarah lagi, mungkin hanya beberapa siswa saja yang pasif karena biasanya mereka lebih suka diam dan mendengarkan temannya yang bertanya kepada saya.”5 Berdasarkan data yang diperoleh dari data instrument catatan observasi aktivitas belajar fiqih siswa bahwa kelompok yang aktif melakukan diskusi dan bersemangat dalam pembelajaran adalah kelompok 1, 3, dan 5, mereka terlihat memperhatikan ketua kelompoknya dalam menyampaikan materi dan turut aktif mendiskusikan materi dengan teman-temannya. Sedangkan kelompok lainnya kurang maksimal dalam berdiskusi dan menjawab pertanyaan. Penyebab kurang aktifnya siswa dalam berdiskusi dikarenakan masing-masing siswa cenderung kurang berkomunikasi dengan ketua kelompoknya dan tidak memperhatikan penjelasan ketua menyampaikan kelompoknya dalam menyampaikan materi, dalam materi ketua kelompok juga kurang maksimal sehingga anggotanya lebih banyak bertanya guru dari pada mendiskusikan dengan teman kelompoknya. Aktivitas membuat pertanyaan pada pertemuan kedua ini sebagian besar sudah baik, tetapi masih ada beberapa siswa masih terlihat bingung membuat pertanyaan seperti apa. Pada pertemuan ini semua siswa dalam menjawab pertanyaan sudah hampir benar walaupun masih terlihat gugup dan tutur bahasa mereka masih sedikit agak membingungkan saat menjawabnya. Siswa juga sudah mulai ada peningkatan untuk aktif bertanya kepada guru dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Tetapi dalam kekompakan kelompok masih terlihat agak rendah, siswa belum bisa terlalu menyesuaikan dengan kelompoknya, dan masih ada saja siswa yang tidak mau dengan teman satu kelompoknya. Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa keaktifan siswa dalam berdiskusi, bertanya kepada guru menjadi lebih aktif daripada pertemuan pertama. Catatan pengamatan/observasi aktivitas belajar fiqih siswa yang menyatakan bahwa 5 Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru. 83 aktivitas siswa dalam belajar fiqih sudah meningkat tetapi belum maksimal, tetapi sewaktu peneliti mengamati sebagian besar siswa sudah terlibat dalam aktivitas pembelajaran fiqih. Peneliti menghimpun data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada pengamatan kedua (Selasa, 21 Januari 2014) dan menyajikannya dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada pengamatan kedua (Selasa, 21 Januari 2014) Tabel 5 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa pengamatan kedua (Selasa, 21 Januari 2014) No Aktivitas Belajar PAI Siswa Rata-rata (%) 1. Bertanya kepada teman/guru 70.66667 2 Menjawab pertanyaan 81.33333 3. Mengeluarkan pendapat 76 4. Melakukan Diskusi kelompok 76 5. Menanggapi pertanyaan 72 6. Menulis pertanyaan 69.33333 7. Mengerjakan tugas 88 8. Berani atau bersemangat 80 Jumlah = 613.3333 Rata-rata = 76.66667 84 3. Pengamatan ketiga (Selasa, 28 Januari 2014) Pengamatan ketiga materi yang disampaikan adalah melaksanakan tata cara shalat wajib selain shalat 5 waktu. Siswa yang hadir mengikuti pembelajaran sebanyak 25 siswa, semua siswa hadir. Pembelajaran diawali dengan pengkondisian siswa sehingga siswa duduk dengan rapih. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan materi pembelajaran mengenai ketentuan shalat jum’at dan khutbah jum’at, setelah guru menjelaskan semua materi mengenai ketentuan shalat dan khutbah jum’at, selanjutnya siswa diberikan quiz dengan masing-masing siswa diberikan soal yang berbeda. Setelah itu guru meminta kepada semua siswa untuk menjawabnya. Hasil quiz yang diiisi oleh semua siswa sudah bisa dikatakan baik dan sangat maksimal. Ketika siswa menghadapi kesulitan dalam mengerjakan quiz, siswa tersebut lebih memilih bertanya kepada guru daripada bertanya dengan temannya, sehingga peran guru cenderung dominan dalam pembelajaran kali ini. Menurut catatan observasi aktivitas belajar fiqih siswa bahwa secara keseluruhan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Aktivitas pembelajaran dengan metode tanya jawab sangat menarik karena ada stimulus yang bertujuan untuk merangsang siswa. Siswa terlihat sangat antusias pada saat guru menerapkan metode tanya jawab, karena jika ada satu siswa yang aktif bertanya, maka seluruh siswa juga ikut terpancing untuk bertanya kepada guru. Bahkan, siswa yang minat belajarnya rendahpun menjadi bersemangat untuk bertanya. Dalam pembelajaran siswa dituntut secara aktif untuk memperhatikan penjelasan guru, jadi ketika ada salah satu siswa yang mengobrol di kelas pada saat guru menjelaskan materi, maka ia diperintahkan untuk membuat pertanyaan. Oleh sebab itu pada pengamatan yang ketiga ini seluruh siswa sudah aktif bertanya kepada guru, dan tidak ada yang merasa takut salah jika bertanya kepada guru. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Suhaimi guru fiqih kelas VII-1. “Jika ada salah satu siswa yang bertanya, ini cukup memancing siswa yang lainnya, ketika ada anak yang aktif bertanya satu orang akhirnya pertanyaan juga memotivasi kepada yang lain untuk bertanya “gimana pak yang ini, gimana pak yang itu” dan akhirnya siswa yang lainpun ikut berpartisipasi untuk bertanya. Jadi dalam keterampilan bertanya disini, siswa harus dipancing terlebih dahulu agar aktif bertanya di dalam kelas, 85 ketika ada siswa yang bertanya siswa yang lainpun harus memberikan tanggapan, karena saya meminta seluruh siswa untuk memperhatikan, jika ada siswa yang tidak memperhatikan, maka saya memerintahkan siswa tersebut untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa tadi, jika siswa tersebut tidak bisa menjelaskan, maka saya meminta siswa itu untuk membuat dan menulis lima pertanyaan agar pertanyaan tersebut dapat dibahas secara bersamaan di kelas.”6 Penulis menghimpun data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada pengamatan ketiga (Selasa, 28 Januari 2014) dan menyajikannya dalam bentuk tabel. Berikut adalah data persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada pengamatan ketiga (Selasa, 28 Januari 2014) yang tersusun dalam tabel berikut ini: Tabel 6 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa pengamatan ketiga (Selasa, 28 Januari 2014) No Aktivitas Belajar PAI Siswa Rata-rata (%) 1. Bertanya kepada teman/guru 82.66667 2 Menjawab pertanyaan 89.33333 3. Mengeluarkan pendapat 82.66667 4. Melakukan Diskusi kelompok 86.66667 5. Menanggapi pertanyaan 77.33333 6. Menulis pertanyaan 81.33333 7. Mengerjakan tugas 89.33333 8. Berani atau bersemangat 86.66667 6 Jumlah = 674.6667 Rata-rata = 84.33333 Wawancara dengan Bapak Ahmad Suhaimi, Selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari selasa, 07 Januari 2014, di ruang guru. 86 Aktivitas belajar siswa diamati dengan tahap pengamatan/observasi melalui lembar observasi aktivitas belajar siswa. Observasi dilakukan peneliti dengan mengamati siswa selama proses pembelajaran. Pada tahap pengamatan/observasi penelitian ini berlangsung selama tiga kali pengamatan dimulai tanggal 07-Januari 2014 sampai dengan 07 Februari 2014 dengan alokasi waktu masing-masing 2 X 40 menit (2 jam pelajaran). Selama penelitian ini, peneliti mengamati aktivitas belajar fiqih siswa. Peneliti memberikan skor 1-3 terhadap aktivitas belajar fiqih siswa. Setiap pernyataan aktivitas belajar fiqih siswa dihitung nilai persentasenya, persentase setiap pernyataan aktivitas belajar fiqih siswa dirata-ratakan sehingga menjadi rata-rata persentase aktivitas belajar fiqih siswa pada pertemuan tersebut. Penulis menghimpun data persentase aktivitas belajar fiqih siswa selama tiga pengamatan dan menyajikannya dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah data persentase aktivitas belajar fiqih siswa selama tiga kali pengamatan.: Tabel 7 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa No 1. Aktivitas Belajar PAI Siswa Bertanya kepada Rata- 1 2 3 54.66667 70.66667 82.66667 69.33333 73.33333 81.33333 89.33333 80.88889 48 76 82.66667 68.88889 66.66667 76 86.66667 76.44444 rata (%) teman/guru 2 Menjawab pertanyaan 3. Mengeluarkan pendapat 4. Melakukan Diskusi kelompok 5. Menanggapi pertanyaan 41.33333 72 77.33333 63.55556 6. Mencatat materi dan 66.66667 69.33333 81.33333 72.44444 Menulis pertanyaan 87 7. Mengerjakan tugas 84 88 89.33333 87.11111 8. Berani atau 62.66667 80 86.66667 76.44444 Jumlah = 497.3333 613.3333 674.6667 595.1111 Rata-rata = 62.16667 76.66667 84.33333 74.38889 bersemangat Aktivitas belajar fiqih siswa di kelas menggunakan metode tanya jawab, yakni keterampilan bertanya guru untuk melontarkan pertanyaan kepada siswa, dan siswa juga turut aktif untuk bertanya kepada guru. Tujuan dari mengajukannya pertanyaan antara lain adalah meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk aktif dalam belajar, mengevaluasi persiapan siswa dan mengecek pekerjaan tugas yang diberikan, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap inkuiri, memberikan arah atau petunjuk untuk menyelesaikan masalah (problem solving), merangkum pelajaran yang telah diberikan, mendorong pemahaman mendalam dengan menyajikan keterkaikan tertentu, merangsang peserta didik untuk menggali pengetahuan bagi dirinya sendiri sehingga sangat membantu siswa untuk menghubungkan antara konsep dan ide. Pada akhirnya semua siswa di kelas dapat memahami materi dengan baik. Berdasarkan pada data tabel, catatan observasi aktivitas belajar fiqih siswa, penulis mendeskripsikan masing-masing indikator aktivitas belajar fiqih siswa sebagai berikut: 1. Oral Activities Aktivitas belajar fiqih siswa dalam oral activities adalah bertanya kepada teman/guru, menanyakan materi yang belum dipahami kepada guru maupun kepada temannya, menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan guru maupun teman, terlibat dalam melakukan diskusi kelompok, dan 88 merespon/menjawab pertanyaan dari guru maupun teman.7 Deskripsi masingmasing aktivitas adalah sebagai berikut: a) Menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan guru maupun teman, merupakan aktivitas terendah dan tidak terlalu sering dilakukan oleh siswa. Hal ini dikarenakan ketika guru memerintahkan siswa untuk menjelaskan materi yang telah diajarkan dan disampaikan, siswa tidak mau melakukannya dan saling menunjuk siswa yang lain, hanya beberapa siswa saja yang mau menjelaskannya dan berani maju ke depan kelas, yang menyebabkan siswa tidak mau menjelaskan materi yang telah disampaikan adalah siswa tersebut merasa takut salah ketika menjelaskan materi dan merasa takut ditertawakan oleh temannya, padahal semua siswa pasti bisa menjelaskan materi jika siswa tersebut benar-benar memperhatikan guru ketika sedang menyampaikan materi di kelas. Berdasarkan data wawancara kepada guru fiqih diperoleh keterangan bahwa siswa dalam menjelaskan materi dimulai dari siswa berkemmapuan tinggi menjelaskan kepada siswa yang berkemampuan sedang, selanjutnya siswa berkemampuan sedang menjelaskan kepada siswa yang berkemampuan rendah. Menurut guru pengampu mata pelajaran fiqih ini, dalam segi bahasa penyampaian penjelasan materi yang disampaikan oleh siswa yang berkemampuan tinggi akan cenderung lebih mudah dipahami oleh siswa yang berkemampuan sedang daripada siswa yang berkemampuan rendah. dalam hal lain bahwa siswa yang berkemampuan sedang juga mau berusaha untuk menjelaskan materi ke temannya yang memiliki kemampuan rendah. Tetapi jika siswa berkemampuan sedang belum memahami materi pembelajaran, maka siswa yang berkemampuan sedang akan bertanya kepada siswa yang berkemampuan tinggi, setelah itu baru dijelaskan kembali kepada siswa yang berkemampuan rendah. b) Menanyakan materi yang belum dipahami kepada teman/guru cenderung lebih sering dilakukan oleh siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang. 7 85. Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h. 89 Mereka tidak segan dalam bertanya kepada teman/guru ketika menemukan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Sedangkan siswa berkemampuan rendah lebih cenderung jarang bertanya kepada teman/guru, siswa yang berkemampuan rendah lebih banyak diam dengan ketidakmengertian mereka. Sebagian dari mereka bahkan tidak peduli terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, mereka lebih asyik mengobrol, mengganggu teman-temannya yang sedang serius memperhatikan guru ketika menjelaskan materi, dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Dengan kata lain mereka tidak punya inisiatif untuk aktif bertanya dalam pembelajaran, biasanya siswa yang seperti ini siswa yang hanya pasif saja ketika di kelas. Sewaktu guru mengecek pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran, barulah mereka mau bertanya terkait materi pelajaran yang belum dipahaminya. Siswa yang berkemampuan rendah seperti ini harus guru pancing-pancing terlebih dahulu agar siswa mau turut aktif terlibat dalam belajar. Hal ini banyak terjadi pada siswa laki-laki, sedangkan pada siswa perempuan mereka lebih banyak aktif dalam bertanya selama pembelajaran berlangsung. c) Aktivitas menjawab pertanyaan, seluruh siswa hampir menjawab dengan benar, tetapi ada sebagian siswa yang menjawab pertanyaan masih terlihat takut salah dan gugup, dan ada juga yang masih sibuk membuka buku catatan dan mencari jawaban dibuku. Bagi siswa yang berkemampuan tinggi ketika menjawab pertanyaan tidak terlihat gugup dan mereka percaya diri kalau jawaban mereka itu benar tanpa harus membuka buku terlebih dahulu. d) Mengeluarkan pendapat merupakan aktivitas bertanya, sehingga sering dilakukan oleh siswa berkemampuan tinggi dan sebagian siswa yang berkemampuan sedang. Dalam aktivitas diskusi kelompok ketika siswa berkemampuan sedang atau siswa berkemampuan rendah bertanya atas materi yang belum dipahaminya, maka siswa berkemampuan tinggi yang peduli merespon atas pertanyaan dan siswa yang berkemampuan tinggi tidak sungkan untuk mengeluarkan pendapatnya ketika ada salah satu 90 siswa menanyakan materi yang belum dipahaminya. Aktivitas mengeluarkan pendapat juga dilakukan oleh siswa ketika guru menanyakan terkait materi yang sedang dipelajari, kemudian siswa menjawab dan siswa bebas mengeluarkan pendapatnya masing-masing atas jawaban tersebut, bahkan siswa boleh menyanggah jawaban siswa yang lain jika jawabannya itu kurang tepat. Jika ada siswa yang mengeluarkan pendapatnya maka akan diberikan reward oleh guru, dengan adanya reward siswa lebih bersemangat untuk mengeluarkan pendapatnya masing-masing. Bahkan, siswa yang berkemampuan rendah yang cenderung hanya diam saja dan mengobrol dengan temannya, mereka berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya. Seluruh siswa di kelas akan antusias mengeluarkan pendapatnya jika diberikan reward oleh gurunya. 2. Listening Activities Pertanyaan listening activities dalam aktivitas belajar fiqih siswa adalah melakukan diskusi kelompok.8 Lebih dari jumlah kelompok (3 dari 5 kelompok) benar-benar aktif dalam melakukan diskusi. Sementara 2 kelompok lainnya cenderung kurang aktif dalam berdiskusi. Berdasarkan catatan observasi aktivitas belajar fiqih siswa menyatakan terdapat 3 kelompok yang benar-benar aktif melakukan diskusi, yaitu kelompok 1, 3, dan 5. Sebagian besar siswa menyatakan bahwa belajar dalam suatu kelompok sangat memudahkan dan membantu mereka dalam memahami materi pembelajaran yang sedang berlangsung, dimana siswasiswa dapat saling berbagi dan peduli terhadap teman yang belum memahami materi pelajaran. Peneliti mengamati bahwa faktor-faktor yang dapat membuat siswa aktif dalam berdiskusi diantaranya adalah: a) Diskusi kelompok sangat cocok bagi siswa, karena dengan diadakannya diskusi kelompok, siswa dapat saling membantu dan peduli terhadap anggota yang lain. 8 85. Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h. 91 b) Siswa berkemampuan tinggi sangat peduli terhadap anggota yang lainnya dan menjadi tutor sebaya bagi anggota yang lain. c) Posisi duduk dalam berdiskusi ini siswa yang berkemampuan tinggi akan duduk mengapit anggota lainnya ketika menjelaskan materi pembelajaran sehingga dengan mudah dapat menjangkau anggota lainnya. 3. Mental Activities Aktivitas belajar fiqih siswa dalam mental activities adalah menanggapi pertanyaan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.9 ketika siswa diberikan pertanyaan oleh guru atau temannya, siswa harus menanggapi pertanyaan tersebut. Aktivitas menanggapi pertanyaan sering dilakukan oleh siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan sedang. Sedangkan siswa yang memilki kemampuan rendah, cenderung jarang terlihat melakukan aktivitas menanggapi pertanyaan, mereka hanya terlihat diam saja. Deskripsi masing-masing aktivitas tersebut adalah: a) Menganalisis permasalahan/persoalan. permasalahan/persoalan yang Ketika menyangkut siswa materi diberikan pembelajaran, selanjutnya siswa menganalisis permasalahan/persoalan tersebut. Aktivitas menganalisis permasalahan/persoalan sering dilakukan oleh siswa yang berkemampuan tinggi dan sebagian siswa yang berkemampuan sedang. Hal ini ditandai dengan mereka yang sering bertanya kepada guru atau hanya sekedar meluruskan hasil analisis mereka. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah umumnya jarang terlihat melakukan aktivitas ini, mereka cenderung hanya melihat hasil pekerjaan teman sekelompoknya tanpa menganalisis terlebih dahulu bagaimana menyelesaikannya. b) Memecahkan dan menjawab permasalahan/persoalan. Aktivitas ini merupakan tindak permasalahan/persoalan. lanjut dari Setelah mereka aktivitas menganalisis menganalisis bagaimana menyelesaikannya dan menggunakan konsep apa, barulah mereka 9 86. Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h. 92 memecahkan dan menjawab permasalahn/persoalan tersebut. Sehingga skor aktivitas memecahkan dan menjawab permasalahan/persoalan tidak berbeda jauh dengan aktivitas menganalisis permasalahan/persoalan dan dilakukan oleh subjek yang sama. 4. Writing Activities Pertanyaan-pertanyaan writing activities dalam aktivitas belajar fiqih adalah menyalin/mencatat materi pembelajaran, menulis pertanyaan dan mengerjakan tugas pembelajaran.10 Deskripsi masing-masing aktivitas writing activities adalah: a) Menyalin/mencatat materi pembelajaran. Sebagian besar siswa aktif dalam menyalin/mencatat materi pembelajaran. Ketika guru tidak menyediakan hand out pembelajaran, maka siswa mencatatnya. Mencatat materi pelajaran itu sudah menjadi kewajiban setiap siswa di kelas, karena siswa tidak diwajibkan mempunyai buku paket seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pengamatan peneliti bahwa ada siswa yang berkemampuan tinggi dalam menyalin/mencatat materi pembelajaran cenderung mencatat dengan caranya sendiri dan tidak sama dengan yang ditulis guru di papan tulis, mencatat materi yang dipahaminya dan hal-hal yang terpenting saja. Siswa yang berkemampuan tinggi juga lebih aktif mencatat materi pembelajaran ketika guru sedang menjelaskan materi pembelajaran, lain halnya dengan siswa yang berkemampuan sedang maupun siswa yang berkemampuan rendah, jika siswa yang berkemampuan sedang kadang-kadang mencatat ketika guru sedang menjelaskan materi, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah hanya mendengarkan guru saja tanpa mencatat materi pembelajaran yang sedang berlangsung. 10 85. Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h. 93 b) Menulis pertanyaan terkait materi pembelajaran. Pertanyaan ditulis dikertas yang disediakan oleh guru. Sebagian besar siswa aktif dalam menulis pertanyaan terkait materi pembelajaran. Pengamatan peneliti bahwa seluruh siswa dalam membuat pertanyaan tidak membuka buku catatan, mereka membuat pertanyaan sendiri berdasarkan pengetahuan yang ia miliki. c) Mengerjakan tugas pembelajaran merupakan aktivitas tertinggi dan merupakan aktivitas yang cukup sering dilakukan oleh setiap siswa. Hampir semua siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, baik dikerjakan sendiri-sendiri maupun mendiskusikannya dengan teman-teman yang lain. Faktor-faktor yang menyebabkan aktivitas yang menyebabkan aktivitas mengerjakan tugas pembelajaran sangat tinggi diantaranya adalah siswa telah memahami materi yang telah disampaikan dengan baik, arahan/petunjuk yang jelas atas apa yang harus dilakukan siswa, peran tutor sebaya yang maksimal sangat penting sekali untuk membantu siswa lainnya dalam mengerjakan tugas pembelajaran. 5. Visual activities Aktivitas belajar fiqih siswa dalam visual activities adalah memperhatikan penjelasan teman/guru.11 Secara umum, karakteristik subjek penelitian ini mudah diarahkan untuk senantiasa memperhatikan teman/guru, ketika ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan teman/guru, maka teman/guru menegurnya dan pada akhirnya siswapun fokus kembali memperhatikan penjelasan guru/teman, sekalipun siswa mengulangi kesalahan kembali dan tidak memperhatikan penjelasan guru/teman, maka guru memerintahkan siswa tersebut untuk bertukar posisi, ia yang menjelaskan materi pembelajaran, dan siswa diminta guru untuk membuat beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran yang sedang dipelajari, 11 85. Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h. 94 sehingga dapat dikatakan bahwa siswa mempunyai antusias dan semangat yang tinggi untuk memperhatikan penjelasan guru maupun temannya sendiri. 6. Emosional activities Aktivitas belajar fiqih siswa dalam emosional activities adalah berani atau bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.12 Sebagian besar siswa antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti siswa merasa bersemangat karena pada pembelajaran berlangsung sebelumnya siswa hanya mendengarkan ceramah guru, tanpa menggunakan metode tanya jawab, dan guru terkadang juga tidak memberikan siswa untuk bertanya. Setelah diterapkannya keterampilan bertanya siswa terlihat menjadi termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Mereka merasa senang dan siswa menjadi aktif saat menerima pelajaran dari guru. Data aktivitas belajar fiqih siswa dari catatan observasi aktivitas belajar fiqih siswa pada pengamatan pertama, kedua, dan ketiga cukup meningkat. Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru/teman, menjawab pertanyaan guru, mengeluarkan pendapat, melakukan diskusi kelompok, menanggapi pertanyaan, menyalin/mencatat materi pembelajaran, mengerjakan tugas, dan berani/ bersemangat mengalami kemajuan dengan sering memperhatikan dan mengerjakan tugas dengan baik, selama pembelajaran siswa sangat fokus memperhatikan guru, sebagian siswa aktif dalam bertanya dan berani mengeluarkan pendapatnya masing-masing. B. Pembahasan Hasil Penelitian Bertanya merupakan aktivitas yang paling sering dan penting dilakukan dalam proses pembelajaran. Kemampuan bertanya guru merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki oleh guru karena bertanya adalah alat untuk mengajar. Pemberian pertanyaan akan membantu peserta didik belajar secara mental dan 12 86. Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, h. 95 lebih sempurna dalam menerima informasi. Melalui proses bertanya, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk mampu mengembangkan ide/gagasan dan pengujian baru yang inovatif, mengembangkan metode dan teknik untuk bertanya, bertukar pendapat dan berinteraksi. Proses pembelajaran memungkinkan untuk dapat mengembangkan kebebasan mengeluarkan aspirasi, berupa pertanyaan atau jawaban, baik siswa maupun guru, sesuai dengan fakta dan penalaran. Pertanyaan dapat merangsang timbulnya kegiatan belajar. Setelah penelitian ini dilakukan, maka peneliti memperoleh hasil penelitian berupa informasi mengenai Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Fiqih Siswa di MTs At-Taqwa 06 Bekasi. Di MTS At-Taqwa 06 Bekasi, mata pelajaran fiqih dipelajari setiap satu Minggu sekali yaitu pada hari Selasa jam pelajaran pertama 13.15-15.00. Pada setiap pertemuan siswa mendapatkan materi yang diajarkan oleh guru. Selain itu, Keterampilan bertanya guru dapat meningkatkan keaktifan siswa, hampir semua indikator aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar seperti yang diungkapkan Paul B. Diedrich sebagaimana yang dikutip oleh Sadirman dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, di antaranya: Listening activities, pada saat siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Oral activities, saat siswa aktif bertanya. Mental activities, saat siswa aktif dalam kerja kelompok. Writing activities, saat siswa mengerjakan tugas. Emosioanal activities, saat siswa senang mengikuti pembelajaran. Pada pertanyaan di atas terlihat dari aspek-aspek yang diamati menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat. Siswa banyak yang bertanya jika mengalami kesulitan dan tampak lebih semangat dalam kegiatan pembelajaran. Setiap siswa sudah terlihat tidak kebingungan dalam memecahkan masalah, keberanian siswa di kelas juga meningkat sehingga dalam proses pembelajaran yang berlangsung guru tidak lagi mendominasi pembelajaran. Pemahaman siswapun semakin bertambah akan materi yang diajarkan oleh guru. 96 Dalam hal ini tampak jelas sekali bahwa perbedaan pembelajaran yang menggunakan tanya jawab dan dengan cara guru yang mengajarnya dengan ceramah saja siswa lebih pasif. Dengan menggunakan metode tanya jawab siswa lebih aktif dan lebih berani dalam bertanya dan menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajari. Berdasarkan hasil wawancara guru dan hasil pengamatan, dengan diadakannya reward guna untuk perbaikan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Reward ini diberikan kepada siswa yang aktif bertanya dan mengeluarkan pendapat. Reward juga diberikan kepada kelompok yang paling aktif. Dengan adanya reward ini siswa berlomba-lomba untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran fiqih. Secara keseluruhan keterampilan bertanya guru juga ikut memancing dan memotivasi siswa untuk bertanya dan mengalami peningkatan, dan keaktifan siswa kelas VII MTS At-Taqwa 06 Bekasi dalam pembelajaran fiqih juga meningkat. Dalam pembelajaran antusias siswa menjadi meningkat karena dengan keterampilan bertanya guru dan dengan menggunakan metode tanya jawab siswa dapat berlomba-lomba untuk membuat pertanyaan agar siswa lain tidak dapat menjawab pertanyaan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MTs At-Taqwa 06 Bekasi terhadap keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa yang dibatasi dengan menggunakan metode tanya jawab, maka dapat disimpulkan bahwa: Keterampilan bertanya seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih dapat dikatakan meningkat dengan menggunakan metode tanya jawab, siswa cenderung lebih aktif untuk bertanya kepada guru dan cara guru menggunakan teknik bertanya juga sudah baik. Keterampilan bertanya guru juga dapat meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa. Siswa lebih aktif dan lebih bersemangat. Siswa juga lebih banyak yang bertanya kepada guru. Penelitian mengenai pengembangan keterampilan bertanya guru dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan model pembelajaran yang konvesional yang selama ini masih dipakai oleh kebanyakan guru. Ada 2 komponen keterampilan bertanya yang harus dimiliki oleh setiap guru: komponen keterampilan bertanya dasar dan komponen keterampilan bertanya lanjut. Pertanyaan yang baik akan membuat kelas menjadi interaktif, namun kesalahan dalam bertanya dapat menyebabkan pembelajaran tidak menarik. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kekeliruan guru dalam bertanya dapat menyebabkan siswa bersikap pasif dalam belajar. Jadi bertanya mempunyai pengaruh yang sangat signifikan ketika pembelajaran di kelas. Guru yang aktif selalu mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan ini akan memancing dan merangsang siswa untuk turut aktif bertanya kepada guru sehingga guru dapat mengevaluasi kesulitan siswa dalam belajar. 97 98 B. Saran Berawal dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa, serta tujuan dan manfaat dari penelitian ini perlu kiranya penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Penelitian terhadap keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa menunjukkan pengaruhnya yang cukup signifikan terhadap peningkatan keaktifan belajar siswa, oleh karena itu hendaklah para pengajar untuk menerapkan metode tanya jawab, dan seorang guru perlu memahami bagaimana bertanya secara baik dan benar, juga mempelajari bagaimana pengaruhnya bertanya di dalam kelas agar pembelajaran di kelas menjadi menarik. 2. Untuk meningkatkan aktikvitas dan hasil belajar siswa yang maksimal, tentunya kebijakan-kebijakan dari kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kinerja guru pada mata pelajaran fiqih dan mata pelajaran yang lainnya sangat dibutuhkan dalam upaya mempermudah pelaksanaan dan pembelajaran fiqih di kelas terasa asik, menantang, dan menyenangkan. 3. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fiqih, sarana dan prasaranapun diharapkan dapat dimanfaatkan dan dipergunakan secara maksimal agar proses pembelajaran dapat tercapai secara optimal. 4. Pihak sekolah diharapkan harus lebih meningkatkan mutu agar tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai dengan maksimal. peningkatan mutu dari pelaksanaan pembelajaran fiqih bisa dilakukan dengan menyediakan buku kepada siswa. DAFTAR PUSTAKA A.M, Sadirman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Ahmadi, Iif Khoiru. Dkk. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011. Azhari, Akyas. Psikologi Umum dan Perkembangan. Bandung: Teraju, 2004. Badudu, J. S. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Kompas, 2003. Basyiruddin, Usman. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2008. Daryanto. Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru. Bandung: Yrama Widya, 2013. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Dzajuli, A. Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam. Jakarta: Prenada Media, 2005. Dzamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011. Endang Sri Haryanti, “Penerapan Teknik Pengajuan Pertanyaan Accelerated Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika di MTS Negeri 1 Tangerang,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. 99 100 Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2009. Hall, Gene E. Dkk. Mengajar dengan Senang. Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001. Hasibuan, J.j. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Hollingsworth, Pat dan Lewis, Gina. Buku Active Learning, Increasing Flow in the Classroom, Terj. Dari Active Learning, Increasing Flow in the Classroom, oleh Dwi Wulandari. Jakarta: PT Index, 2008. http://makalah-download.blogspot.com/2011/09/keterampilan-bertanya.html. diakses pada hari Kamis, 13 Maret 2014, Pukul 10.13. Hulliah, “Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa dalam Pembelajaran PKN dengan Menggunakan Media Gambar di MI Al- Hidayah Kembangan Jawa Barat”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: PT. Apollo, 1997. Karim, A. Syafi’i. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Lamiran, Sudarmaji. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2011. Lampiran SISDIKNAS 20 Tahun 2003. Ma’rif Syafruddin. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question and Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Mancak Kab. Serang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Majid, Abdul. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2012. Masitoh dan Dewi, Laksimi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009. Maulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. 101 Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Presss Group, 2013. Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1988. Nasution. Metode Research. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2011. Nurdin, Syafruddin. Model Pembelajaran yang Meperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat: Quantum Teaching, 2005. Partatnto, Pius A dan Al Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 1994. Rahayu, Iin Tri dan Tristiadi Ardi Ardani. Observasi dan Wawancara. Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2004. Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Jakarta: At-Tahiriyah, 1976. Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009. Rusman. Model-Model Pembelajaran Menegmbangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011. S, Juhana. Dkk. Dokumentasi dan Perpustakaan. Bandung: CV. Armiko, 1991. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006. Silbermen, Melvin L. Active Learning. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Mandiri, 1996. Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989. Subari. Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: CV Alfabeta, 2013. 102 Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Supriyanto, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Syihab, M. Quraisy. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1992. Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995. The Liang, Gie. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1985. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya 2006. Yamin, Martinis. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010. LAMPIRANLAMPIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : MTs At-Taqwa 06 Bekasi Mata Pelajaran : Fiqih Kelas / Semester : VII / II Standar Kompetensi : Melaksanakan tata cara shalat jama’, qashar, dan jama’ qashar serta shalat dalam keadaan darurat Kompetensi Dasar : Menjelaskan shalat jama’ dan qashar Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1x pertemuan) Indikator Kompetensi Pembelajaran: 1. Menjelaskan pengertian shalat qashar dan dasar hukumnya 2. Menjelaskan syarat-syarat melaksanakan shalat qashar 3. Menyebutkan macam-macam shalat yang bisa diqashar Tujuan Pembelajaran: 1. Siswa mampu menjelaskan pengertian shalat qashar dan dasar hukumnya. 2. Siswa mampu menjelaskan syarat-syarat melaksanakan shalat qashar. 3. Siswa mampu menyebutkan macam-macam shalat yang bisa diqashar. Materi Pembelajaran: A. Shalat Qashar 1. Pengertian Shalat Qashar Shalat qashar yaitu shalat fardhu yang jumlah rakaatnya diringkas. Shalat fardhu yang boleh diqashar yaitu shalat fardhu yang jumlahnya empat rakaat. Di antaranya shalat Zuhur, Ashar, dan Isya. Shalat qashar diperbolehkan dalam Islam berdasarkan QS. AnNisa: 101. ... Artinya: “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah berdosa kamu mengqashar shalat (mu) ...” 2. Niat Shalat Qashar Artinya: Aku berniat shalat fardhu Zuhur 2 raka’at qashar karena Allah Ta’ala Artinya: Aku berniat shalat fardhu Ashar 2 raka’at qashar karena Allah Ta’ala Artinya: Aku berniat shalat fardhu Isya 2 raka’at qashar karena Allah Ta’ala 3. Syarat Sah Shalat Qashar a. Berniat untuk mengqashar shalat. b. Shalat yang diqashar adalah shalat yang diperbolehkan untuk diqashar, yaitu Zuhur, Ashar, dan Isya. c. Dalam perjalanan jauh yang apabila ditempuh dengan jalan kaki membutuhkan waktu sehari semalam. d. Perjalanan yang dilakukan bukan untuk maksiat/hal-hal yang dilarang agama. e. Tidak bermakmum atau menjadi imam kepada orang yang melakukan shalat dengan sempurna. 4. Faktor-faktor yang memperbolehkan seseorang melaksanakan shalat dengan cara diqashar, antara lain: Apabila dalam suasana yang tidak aman, misalnya dalam keadaan perang, sakit, dan dalam perjalanan jauh (musafir). B. Shalat Jama’ Qashar Shalat jama qashar yaitu dua shalat fardhu yang dikumpulkan dalam satu waktu dengan meringkas jumlah rakaatnya, baik dengan jama‟ taqdim maupun jama‟ takhir. Mengerjakan shalat jama‟ qashar diperbolehkan apabila dalam keadaan sakit, keadaan sedang tidak aman, dan dalam perjalanan jauh (musafir). Niat shalat jama‟ qashar. 1. Shalat jama‟ qashar Zuhur dan Ashar Artinya: Aku berniat shalat fardhu Zuhur 2 raka’at dijama’ dengan shalat Ashar secara jama’ taqdim qashar karena Allah Ta’ala Artinya: Aku berniat shalat fardhu Zuhur 2 raka’at dijama’ dengan shalat Ashar secara jama’ takhir qashar karena Allah Ta’ala 2. Shalat jama‟ qashar Maghrib dan Isya Artinya: Aku berniat shalat fardhu Isya 2 raka’at dijama’ dengan shalat Maghrib secara jama’ taqdim qashar karena Allah Ta’ala Artinya: Aku berniat shalat fardhu Isya 2 raka’at dijama’ dengan shalat Maghrib secara jama’ takhir qashar karena Allah Ta’ala Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran : 1. Ceramah 2. Tanya Jawab Kegiatan Pembelajaran: Kegiatan Pendahuluan Langkah-langkah Nilai-nilai Karakter 1. Guru mengkondisikan siswa Religius untuk siap menerima materi, Disiplin memulai pembelajaran dengan Rasa ingin tahu salam dan berdoa bersama. Sikap yang baik 2. Guru bertanya pengetahuan siswa tentang shalat jama‟, qashar dan shalat jama‟ qashar 3. Guru memberitahu siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Waktu 10 menit Kegiatan Inti Eksplorasi 1. Guru menerangkan materi Disiplin tentang shalat jama‟, qashar dan Rasa ingin tahu shalat jama‟ qashar. Sikap yang baik 65 menit 2. Guru dan siswa melafalkan QS. An-Nisa: 101. 3. Guru meminta setiap siswa untuk membuat pertanyaan mengenai shalat qashar dan shalat jama‟ qashar. Kreatif Elaborasi 1. Siswa menulis pertanyaan tersebut di kertas. 2. Guru mengambil kertas tsb dari setiap siswa dan mengocoknya, Bertanggung jawab Rasa ingin tahu Menghargai Mandiri & memerintahkan ketua kelas untuk membagikan kembali kepada semua siswa. 3. Guru meminta siswa membaca dalam hati sambil memikirkan jawaban dari pertanyaan tsb. 4. Guru memanggil siswa secara bergantian untuk membaca pertanyaan dan menjawabnya. 5. Guru meminta siswa lain untuk Konfirmasi memberi tanggapan. Rasa ingin tahu Sikap yang baik Guru mengomentari jawaban siswa, dan bertanya jawab mengenai materi tersebut. Penutup 1. Guru menyimpulkan materi. Sikap yang baik 2. Guru menutup pelajaran dengan Religius membaca doa dan mengucapkan salam. 5 menit Sumber Belajar: 1. Buku Paket Pendidikan Agama Islam untuk SMP/MTs Kelas VII, oleh Ika Setiani dkk, Jakarta: Swadaya Murni, 2010. 2. Buku Paket Pendidikan Agama Islam 1 Untuk SMP Kelas VII, oleh Robingan, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009. 3. Buku Ayo Belajar Agama Islam Untuk SMP Kelas VII, oleh Muhammad Nasikin dkk, Jakarta: Erlangga, 2011. 4. Buku Paket Pendidikan Agama Islam, oleh Bachrul Ilmy, Jakarta: Grafindo Media Pratama, cet. II, 2008. 5. Buku LKS Pendidikan Agama Islam Untuk Siswa Kelas 7 Semester 2, Jakarta: PT. Multi Guna Ilmu, cet. I, 2011. Penilaian: Teknik Penilaian : Tes Tertulis Bentuk Instrumen : Uraian dan Jawaban Singkat No 1. Soal Jelaskan pengertian Skor Jawaban Shalat qashar yaitu shalat fardhu yang shalat qashar dan dasar jumlah rakaatnya diringkas. hukumnya! Dasar hukumnya QS. An-Nisa: 101. ... Artinya: “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah berdosa kamu mengqashar shalat (mu) ...” 2. Jelaskan syarat-syarat melaksanakan Syarat Sah Shalat Qashar: Berniat shalat untuk qashar! mengqashar shalat, dalam perjalanan jauh yang apabila ditempuh dengan jalan kaki membutuhkan waktu sehari semalam, perjalanan yang dilakukan bukan untuk maksiat, dan tidak bermakmum atau menjadi imam kepada orang yang shalat sempurna. 3. Sebutkan shalat-shalat Shalat fardhu yang boleh diqashar yaitu yang bisa diqashar! shalat Zuhur, Ashar, dan Isya. 100 Skor Maksimal Nilai = Jumlah skor perolehan x 100 Jumlah skor maksimal Mengetahui Bekasi, Februari 2014 Kepala Madrasah Guru Bidang Studi Fiqih UBAIDILLAH, S.Ag. AHMAD S.Ag. SUHAIMI, RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : MTs At-Taqwa 06 Bekasi Mata Pelajaran : Fiqih Kelas / Semester : VII / II Standar Kompetensi : Memahami tatacara shalat wajib selain shalat 5 waktu Kompetensi Dasar : Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat dam khutbah Jum’at Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1x pertemuan) Indikator Kompetensi Pembelajaran: 1. Menjelaskan pengertian shalat Jum‟at 2. Menjelaskan dasar hukum shalat Jum‟at 3. Menjelaskan syarat mendirikan shalat Jum‟at Tujuan Pembelajaran: 1. Siswa mampu menjelaskan pengertian shalat Jum‟at. 2. Siswa mampu menjelaskan dasar hukum shalat Jum‟at. 3. Siswa mampu menjelaskan syarat mendirikan shalat Jum‟at. Materi Pembelajaran: A. Pengertian shalat Jum’at dan hukum melaksanakannya Shalat Jum‟at adalah shalat dua rakaat pada waktu zuhur yang dikerjakan pada hari Jum‟at secara berjamaah sesudah dibacakan dua khutbah. Shalat Jum‟at dikerjakan sebagai pengganti shalat zuhur. Hukum melaksanakan shalat jum‟at adalah fardhu „ain bagi setiap laki-laki muslim yang telah baligh, merdeka, sehat, dan bertempat tinggal. Firman Allah SWT QS. Al-Jumu‟ah: 9. Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” Artinya: “Shalat Jum’at itu hak yang wajib atas tiap-tiap orang Islam dengan berjamaah, kecuali empat golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak-anak, dan orang sakit.” (HR. Abu Dawud dari Thariq bin Syahab) B. Syarat mendirikan shalat Jum’at Syarat wajib shalat Jum’at, antara lain: 1. Islam, orang yang bukan Islam tidak wajib shalat Jum‟at. 2. Baligh, orang yang telah baligh atau dewasa wajib melaksanakan shalat Jum‟at. Bagi anakanak shalat Jum‟at tidak wajib namun boleh dilakukan sebagai pengenalan dan pembiasaan. 3. Berakal sehat, orang gila tidak wajib shalat Jum‟at. 4. Laki-laki. 5. Sehat, orang yang sakit tidak wajib shalat Jum‟at. 6. Bermukim, orang yang sedang dalam perjalanan jauh tidak wajib shalat Jum‟at. Syarat sah shalat Jum’at, antara lain: 1. Shalat Jum‟at hendaknya dilaksanakan dalam wilayah yang tetap. 2. Shalat Jum‟at harus dilakukan dengan berjamaah. 3. Shalat Jum‟at harus dilakukan pada waktu shalat zuhur. 4. Shalat Jum‟at harus didahului dengan dua khutbah. C. Ketentuan Khutbah Jum’at Khutbah Jum‟at merupakan salah satu syarat sah shalat Jum‟at. Khutbah Jum‟at terdiri dari dua khutbah, dilakukan setelah masuk waktu shalat Zhuhur. 1. 2. 3. Rukun Khutbah Jum’at a. Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT. b. Membaca dua kalimat syahadat. c. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW. d. Membaca ayat al-Qur‟an. e. Berwasiat takwa kepada Allah SWT. f. Berdo‟a pada khutbah kedua untuk keselamatan seluruh kaum muslimin. Syarat Dua Khutbah a. Khutbah dimulai setelah tergelincir matahari (masuk waktu Zuhur). b. Pada waktu menyampaikan khutbah, sebaiknya dilakukan sambil berdiri jika mampu. c. Duduk di antara dua khutbah. d. Khutbah dilakukan berturut-turut. e. Khatib harus suci dari hadas dan najis. f. Khatib hendaklah menutup auratnya. Sunah-sunah Khutbah Jum’at a. Khutbah dilakukan di tempat yang lebih tinggi. b. Materi khutbah disampaikan dengan bahasa yang mudah diterima, tidak terlalu panjang atau terlalu pendek. c. Tertib dalam khutbah. d. Khatib memulai khutbahnya dengan mengucapkan salam. e. Duduk setelah memberi salam. f. Khatib membaca surat al-Ikhlas saat duduk antara dua khutbah. Saat khatib sedang berkhutbah, jamaah wajib mendengarkan. Jamaah dilarang berbicara, juga dilarang mencegah orang lain supaya tidak berbicara. D. Praktik Shalat Jum’at Cara pelaksanaan shalat Jum‟at pada dasarnya sama dengan shalat lima waktu, yang berbeda hanyalah niatnya. Shalat Jum‟at diawali dengan dua khutbah. Setelah khatib selesai berkhutbah, muazin mengumandangkan iqamat sebagai tanda shalat Jum‟at akan dimulai. Tata cara pelaksanaan shalat Jum‟at sebagai berikut. Sebelum memulai takbiratulihram, imam memperhatikan saf makmum dan memberi aba-aba untuk meluruskan barisan. Setelah safnya lurus dan rapat, imam menghadap kiblat dan berniat shalat Jum‟at sebagai imam. Niat ini ada yang dilafalkan sebagai berikut. Artinya: Aku niat shalat shalat Jum’at dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam fardhu karena Allah ta’ala. 2. Makmum mengikuti imam berniat shalat Jum‟at sebagai makmum. Niat ini ada yang melafalkan sebagai berikut. Artinya: Aku niat shalat shalat Jum’at dua rakaat menghadap kiblat sebagai ma’mum fardhu karena Allah ta’ala. 3. Imam maupun makmum bersama-sama membaca doa iftitah dengan suara sirran (lemah). 4. Imam membaca surat al-Fatihah secara jahran (keras) dan makmum cukup mendengarkan. 5. Imam membaca surat atau ayat al-Qur‟an. 6. Imam ruku‟ dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a ruku‟ dengan suara lemah, diikuti makmum. 7. Imam i‟tidal dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a i‟tidal, diikuti makmum. 8. Imam melakukan sujud dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a sujud, diikuti makmum. 9. Imam duduk di antara dua sujud dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a duduk, diikuti makmum. 10. Imam melakukan sujud kedua dengan tuma‟ninah dan membaca do‟a sujud, diikuti makmum. 11. Imam bangkit kembali untuk melakukan rakaat kedua, diikuti makmum. 12. Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, kemudian duduk tahiyat akhir dan membaca tasyahud akhir. 13. Selesai membaca tahiyat akhir, imam mengucapkan salam dan makmum mengikutinya. Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran : 1. 2. Ceramah Tanya Jawab Kegiatan Pembelajaran: Kegiatan Pendahuluan 1. Langkah-langkah Guru mengkondisikan siswa untuk Nilai-nilai Karakter Religius siap menerima materi, memulai Disiplin pembelajaran dengan salam dan Rasa ingin tahu berdoa bersama. Sikap yang baik 2. Guru mengabsen siswa. 3. Guru memberi icebreaking. 4. Guru bertanya pengetahuan siswa tentang shalat Jum‟at. 5. Guru memberitahu siswa mengenai Waktu 10 menit materi yang akan dipelajari. Kegiatan Inti 1. Eksplorasi 2. Guru menerangkan materi tentang shalat Jum‟at meliputi pengertian, Disiplin hukum melaksanakannya, syarat Rasa ingin tahu wajib, dan syarat sah. Sikap yang baik 65 menit Guru dan siswa melafalkan QS. AlJumu‟ah: 9. 3. Guru memberikan quiz kepada siswa dengan masing-masing siswa diberikan soal yang berbeda. Elaborasi Guru meminta kepada semua siswa Kreatif untuk menjawab quiz yang telah Bertanggung jawab diberikan guru tadi. Rasa ingin tahu Menghargai Mandiri Guru mengomentari jawaban siswa, Konfirmasi dan bertanya jawab mengenai materi Rasa ingin tahu Sikap yang baik tersebut. Penutup 1. 2. Guru menyimpulkan materi Sikap yang baik pelajaran. Religius Guru menutup pelajaran dengan membaca doa dan mengucapkan salam. Sumber Belajar: 1. Buku Paket Pendidikan Agama Islam untuk SMP/MTs Kelas VII, oleh Ika Setiani dkk, Jakarta: Swadaya Murni, 2010. 2. Buku Paket Pendidikan Agama Islam 1 Untuk SMP Kelas VII, oleh Robingan, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009. 3. Buku Ayo Belajar Agama Islam Untuk SMP Kelas VII, oleh Muhammad Nasikin dkk, Jakarta: Erlangga, 2011. 5 menit 4. Buku Paket Pendidikan Agama Islam, oleh Bachrul Ilmy, Jakarta: Grafindo Media Pratama, cet. II, 2008. 5. Notebook, LCD, Kertas ukuran kartu ± 7x10 cm, Karton. Penilaian: Teknik Penilaian : Tes Tertulis Bentuk Instrumen : Uraian dan Jawaban Singkat No 1. Soal Skor Jawaban pengertian Shalat Jum‟at adalah shalat dua rakaat pada Jelaskan shalat Jum‟at! 3 0 waktu zuhur yang dikerjakan pada hari jum‟at secara berjamaah sesudah dibacakan dua khutbah. 2. Jelaskan dasar hukum Firman Allah SWT QS. Al-Jumu‟ah: 9. shalat Jum‟at! 4 0 Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” 3. Jelaskan mendirikan syarat-syarat Syarat wajib shalat Jum’at: Islam, baligh, 3 0 shalat berakal sehat, laki-laki, sehat, & bermukim. Jum‟at! Syarat sah shalat Jum’at, antara lain: Dilaksanakan dalam wilayah yang tetap, berjamaah, dilakukan pada waktu shalat zuhur, dan didahului dengan dua khutbah. Skor Maksimal Nilai = Jumlah skor perolehan x 100 Jumlah skor maksimal 100 Mengetahui Bekasi, Februari 2014 Kepala Madrasah Guru Bidang Studi Fiqih UBAIDILLAH, S.Ag. AHMAD SUHAIMI, S.Ag. LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA Hari / Tanggal : Selasa, 07 Januari 2014 Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar fiqh, minat siswa terhadap pelajaran fiqh, keaktifan siswa dalam bertanya, dan permasalahan yang dihadapi siswa terkait dengan pelajaran fiqh. Daftar pertanyaan 1. Apa yang kamu lakukan saat guru menjelaskan materi? 2. Apakah kamu memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru? 3. Apakah kamu senang dengan pelajaran fiqh dan aktif bertanya kepada guru? 4. Apa yang menyebabkan kamu senang / tidak senang, dan aktif / tidak aktif bertanya kepada guru selama pembelajran fiqh di kelas? 5. Apakah guru fiqh kamu pernah menerapkan pembelajaran dengan cara berkelompok? 6. Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu mencoba untuk berdiskusi dengan teman yang lain? 7. Apakah kamu mengajukan pendapat tentang materi yang disampaikan guru? 8. Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu bertanya kepada guru atau teman yang sedang menjelaskan di depan? 9. Apabila ada salah satu teman bertanya atau memberi tanggapan, apakah kamu memperhatikan dan mencoba menanggapinya? 10. Apabila guru memberi pertanyaan, bagaimana respon kamu terhadap pertanyaan guru? Apakah kamu menjawabnya? 11. Bagaimana cara kamu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya? 12. Bagaimana kemampuan kamu dalam mengerjakan soal-soal fiqh? 13. Apa yang kamu rasakan selama belajar fiqh? 14. Apakah kamu merasa senang selama belajar fiqh di kelas? 15. Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ketika pelajaran fiqih sedang berlangsung? 16. Bagaimana respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa? 17. Apakah guru memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab pertanyaan? 18. Apakah guru memberikan penghargaan kepada siswa atas jawaban yang telah diberikan? 19. Apakah guru memberikan pertanyaan secara jelas dan singkat? 20. Apakah guru memberikan kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk mendapatkan pertanyaan? 21. Apakah kamu bertanya kepada guru di setiap awal, pertengahan, dan akhir pelajaran? 22. Menurut kamu, apakah siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan prestasi belajar yang baik? LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU Hari / Tanggal : Selasa/07 Januari 2014 Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar fiqih siswa dengan menggunakan teknik keterampilan bertanya, dan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran fiqh di kelas tersebut. Daftar Pertanyaan 1. Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran fiqih di kelas VII? 2. Metode apa saja yang pernah Bapak/Ibu terapkan selama mengajar fiqh di kelas VII? Dan apakah Bapak/Ibu pernah menerapkan pembelajaran secara berkelompok? 3. Menurut Bapak/Ibu, apakah teknik keterampilan bertanya ini diterapkan dengan baik di kelas?. 4. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai peningkatan aktivitas belajar siswa? 5. Apakah siswa memperhatikan penjelasan materi pelajaran yang Bapak/Ibu sampaikan? 6. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut mencoba untuk berdiskusi dengan siswa lainnya? 7. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut bertanya kepada Bapak/Ibu? 8. Apakah siswa mengajukan pendapatnya tentang materi yang Bapak/Ibu sampaikan? 9. Apabila ada salah satu siswa yang bertanya atau memberi tanggapan, apakah siswa yang lain memperhatikannya? 10. Apabila Bapak/Ibu memberikan pertanyaan, bagaimana respon terhadap pertanyaan Bapak/Ibu? 11. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu selalu dikerjakan dengan baik oleh siswa? 12. Apakah Bapak/Ibu memberikan catatan tertulis kepada siswa tentang materi yang Bapak/Ibu sampaikan? Dan apakah siswa pernah dilatih untuk membuat catatan dengan bahasa mereka sendiri? 13. Bagaimana kemampuan siswa dalam hal merangkum, membuat pertanyaan, memprediksi dan menjelaskan? 14. Bagaimana kemampuan mengingat siswa terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya? 15. Bagaimana kemmapuan siswa dalam mengerjakan soal-soal fiqh? 16. Apakah siswa merasa senang selama belajar fiqh? 17. Kendala apa saja yang Bapak/Ibu alami dalam mengajar fiqh? Jika ada kendala, apa solusinya? 18. Sebagai seorang guru bidang studi fiqh, upaya apa yang telah Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar fiqh siswa? 19. Apakah Bapak/Ibu selama pembelajaran di kelas menanyakan siswa yang belum mengerti dengan materi pelajaran? 20. Apakah Bapak/Ibu memberikan pertanyaan kepada siswa di setiap awal, pertengahan, dan akhir pelajaran? 21. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberi motivasi/stimulus kepada siswa agar aktif bertanya? 22. Berdasarkan aktivitas belajar siswa yang terjadi, apakah penelitian ini (dengan menggunakan teknik keterampilan bertanya) sudah dapat dikatakan berhasil? FOTO WAWANCARA DENGAN GURU FIQIH BERITA WAWANCARA SISWA Nama Siswa : Syifa Novianti (S1) Alfi Mutia Farha (S2) Dinda Rusnadia (S3) Ardhi Pradana (S4) Muhammad Khatami (S5) Alamat : Karang Tengah RT 03/01 Desa Pustaka Rakyat Tarumajaya Bekasi Jawa Barat Tempat : Kelas VII-I, MTS At-Taqwa 06 Bekasi Waktu : Selasa, 7 Januari 2014 pukul 14. 00 Tujuan : Untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar fiqih, minat siswa terhadap pelajaran fiqih, keaktifan siswa dalam bertanya, dan permasalahan yang dihadapi siswa terkait dengan pembelajaran fiqih. Daftar Pertanyaan 1. Apa yang kamu lakukan saat guru menjelaskan materi? Jawab: S1: Mendengar dan memahami pelajaran. S2: memperhatikan dan diam tidak bercanda S3: dipahami supaya mengerti apa yang disampaikan oleh guru. S4: mendengarkan saja tapi kadang-kadang mengobrol dengan teman. S5: bercanda sambil memperhatikan guru 2. Apakah kamu memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru? Jawab: S1: iya memperhatikan. S2: iya, saya memperhatikan guru yang sedang mengajar. S3: iya saya memperhatikan ketika guru sedang mengajar di kelas. S4: iya, tapi kalau saya mengantuk, biasanya saya mengobrol dengan teman sebangku. S5: kadang-kadang memperhatikan, kadang-kadang tidak 3. Apakah kamu senang dengan pelajaran fiqih? Dan aktif bertanya kepada guru? Jawab: S1: senang, kadang-kadang saya bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang belum saya pahami S2: senang tetapi jarang bertanya kepada guru S3: senang, ketika ada pelajaran yang tidak dimengerti, saya bertanya kepada guru S4: senang tapi hanya diam di kelas S5: biasa saja dengan pelajaran fiqih dan tidak bertanya kepada guru. 4. Apa yang menyebabkan kamu senang/tidak senang dan aktif/tidak aktif bertanya kepada guru selama pembelajaran fiqih di kelas? Jawab: S1: senang dengan pelajaran fiqih dan guru yang mengajar fiqih, tetapi saya malu untuk bertanya kepada guru S2: ingin mengetahui pelajaran tentang fiqih yang membahas soal agama, tetapi saya malu atau tidak tahu apa yang ingin saya tanyakan kepada guru S3: ingin mengetahui ilmu-ilmu agama dan bertanya kepada guru jika saya belum paham tentang materi yang sedang disampaikan. S4: senang dengan guru yang mengajar fiqih karena cara mengajarnya lebih santai, tetapi saya bingung apa yang ingin saya tanyakan kepada guru. S5: senang dengan pelajaran fiqih tetapi saya malu ketika ingin bertanya kepada guru, dengan alasan takut ditertawakan oleh teman-teman yang lain. 5. Apakah guru fiqih kamu pernah menerapkan pembelajaran dengan cara berkelompok? Jawab: S1: iya pernah tetapi kadang-kadang saja S2: jarang, mungkin hanya dua atau tiga kali ketika guru mengajar fiqih S3: kadang-kadang guru fiiqh menerapkan pembelajaran dengan cara berkelompok ketika ada suatu permasalahan tentang pelajaran fiqih. S4: mungkin pernah menerapkan, tetapi saya hanya ikut-ikutan saja ketika guru meminta siswa untuk belajar secara berkelompok. S5: tidak pernah, mungkin ketika guru sedang menerapkan pembelajaran dengan cara berkelompok, saya tidak masuk sekolah. 6. Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu mencoba untuk berdiskusi dengan teman yang lain? Jawab: S1: iya saya akan mendiskusikan dengan teman sebangku atau yang duduk di belakang saya S2: iya saya akan berdiskusi dengan teman sebangku saya S3: iya saya akan berdiskusi dengan teman, tetapi jika teman dan saya belum terlalu memahami pelajaran, saya akan mencoba untuk bertanya kepada guru S4: kadang-kadang iya, kadang-kadang engga. Tetapi kalau saya duduk dengan teman yang pintar saya akan berdiskusi dengannya, sebaliknya jika saya duduk dengan teman yang agak malas, mungkin saya tidak akan bertanya dan asyik mengobrol dengannya S5: bisa jadi saya berdiskusi, tetapi biasanya saya hanya diam 7. Apakah kamu mengajukan pendapat tentang materi yang disampaikan guru? Jawab: S1: jarang, hanya diam saja S2: kadang-kadang tetapi lebih banyak diam dan mendengarkan guru yang sedang mengajar S3: jarang memberi pendapat, tetapi saya mengingatkan jika guru sedang lupa dan salah, mungkin guru itu sengaja lupa dan salah karena untuk memancing siswanya untuk mengajukan pendapatnya masing-masing S4: diam saja dan mendengarkan teman yang mengajukan pendapatnya S5: seperti biasa saya hanya diam di kelas 8. Jika ada materi yang kurang kamu mengerti, apakah kamu bertanya kepada guru atau teman yang sedang menjelaskan di depan? Jawab: S1: kadang-kadang bertanya kepada guru, kadang-kadang bertanya sama teman yang sedang menjelaskan S2: jarang bertanya kepada guru, saya bertanya kepada teman saja yang sedang menjelaskan di depan S3: pasti saya akan bertanya kepada guru, saya akan selalu aktif bertanya jika ada pelajaran yang belum saya paham, tetapi jika ada teman yang sedang menjelaskan di depan, saya mencoba tanya kepada teman, jika teman itu belum bisa menjawabnya, maka saya akan bertanya kepada guru S4: saya akan bertanya kepada teman, kalau sama guru saya takut pertanyaannya salah S5: saya bertanya kepada teman, kalau sama guru saya malu dan takut salah 9. Apabila ada salah satu teman bertanya atau memberi tanggapan, apakah kamu memperhatikan dan mencoba menanggapinya? Jawab: S1: iya saya memperhatikan teman yang sedang bertanya, tetapi hanya kadang-kadang saja menanggapinya S2: iya memperhatikan tetapi jarang menanggapi pertanyaannya S3: tentu saja saya memperhatikan ketika teman sedang bertanya kepada guru, dan pasti saya menanggapi jika ada jawaban yang belum terlalu jelas, jadi ketika saya ditanya guru tentang pertanyaan yang disampaikan oleh teman tadi, saya bisa menjawabnya S4: iya memperhatikan tetapi tidak pernah menanggapi S5: kadang-kadang memperhatikan tetapi tidak pernah menanggapi, saya bingung mau menanggapi apa, karena takut salah. 10. Apabila guru memberi pertanyaan, bagaimana respon kamu terhadap pertanyaan guru? Apakah kamu menjawabnya? Jawab: S1: insya Allah saya akan menjawab pertanyaan dari guru jika saya bisa dan mengerti pertanyaannya, tetapi kalau saya tidak tahu, saya hanya diam saja S2: saya akan menjawabnya ketika guru memberikan pertanyaan kepada saya, karena selama kegiatan belajar mengajar berlangsung saya memperhatikan penjelasan dari guru dan tidak mengobrol S3: pasti saya akan menjawab semua pertanyaan dari guru, karena ketika guru sedang menjelaskan materi saya tekun memperhatikannya, jadi kalau guru memberikan pertanyaan kepada saya, saya bisa menjawabnya S4: kadang-kadang saya menjawab kalau saya tahu, tetapi kalau saya tidak tahu saya hanya diam S5: saya akan menjawab kalau saya tahu, tetapi kalau saya tidak tahu saya hanya diam saja. 11. Bagaimana cara kamu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya? Jawab: S1: cara saya mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya adalah membaca buku dan mengulang-ngulang pelajaran yang lalu sewaktu di rumah dan memahami pelajaran fiqih S2: cara saya mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya adalah mendengarkan guru ketika guru menjelaskan pelajaran dan mengingat pelajaran-pelajaran yang sudah dipelajari dengan cara menulisnya dibuku. S3: cara saya mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya adalah belajar di rumah sewaktu malam, saya membuka dan membaca-baca apa yang telah saya pelajari hari ini, di sekolah saya selalu memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, dan mencatat apa yang guru sampaikan kepada siswa, jadi ketika esok hari guru bertanya tentang pelajaran yang telah dipelajari saya masih ingat, dan saya bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dari guru. Jadi kunci keberhasilan menurut saya supaya tidak lupa dengan pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya adalah ditulis, didengar, dan dipaham apa yang sedang disampaikan oleh guru. S4: cara mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya adalah ditulis ketika guru sedang menjelaskan, lalu mengulang-ngulang pelajaran di rumah S5: saya pribadi cara mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya adalah dihafal jika saya bisa menghafalnya, dan diingat jika saya tidak lupa dengan pelajaran yang lalu 12. Bagaimana kemampuan kamu dalam mengerjakan soal-soal fiqih? Jawab: S1: insya Allah saya bisa menjawabnya karena pelajaran fiqih adalah pelajaran yang saya suka S2: kemampuan saya dalam mengerjakan soal-soal fiqih biasa saja, tetapi Alhamdulillah nilai saya selalu baik S3: kemampuan saya dalam mengerjakan soal-soal fiqih adalah saya bisa menjawabnya, Alhamdulillah selama saya belajar fiqih, nilai saya selalu lebih dari KKM S4: soal-soal fiqih itu kadang-kadang mudah, kadang-kadang susah, tetapi nilai saya selalu cukup dan tidak pernah kurang dari KKM S5: menurut saya pribadi, soal-soal fiqih yang diberikan oleh guru sangat susah, jika saya tidak bisa mengerjakannnya, maka saya akan bertanya kepada teman sebangku dengan saya, jika saya tidak bertanya kepada teman, maka nilai saya kurang dari KKM, tetapi biasanya guru memberikan remedial dengan memberikan tugas-tugas 13. Apa yang kamu rasakan selama belajar fiqih? Jawab: S1: senang dengan pelajaran fiqih dan guru yang mengajar S2: ketika belajar fiqih saya bersemangat karena pelajarannya saya suka dan cara guru mengajar juga asik S3: senang bisa belajar fiqih karena kita bisa mengetahui tentang agama, misalnya cara berthoharoh, tata cara sholat, dsb S4: kadang-kadang saya bersemangat ketika belajar fiqih, tetapi jika saya mulai bosan biasanya saya mengobrol dengan teman S5: biasa saja dengan pelajaran fiqih 14. Apakah kamu merasa senang selama belajar fiqih di kelas? Jawab: S1: iya saya senang selama belajar fiqih S2: senang dengan pelajarannya dan gurunya S3: saya senang dan bersemangat ketika belajar fiqih S4: kadang-kadang senang, kadang-kadang engga selama belajar fiqih S5: biasa saja dengan pelajaran fiqih 15. Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ketika pelajaran sedang berlangsung? Jawab: S1: iya pasti guru fiqih ketika sedang belajar selalu memberikan kepada siswa untuk bertanya S2: iya, guru sering memberikan kesempatan kepada muridnya untuk bertanya S3: iya, guru selalu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk bertanya ketika pelajaran sedang berlangsung S4: iya, itu sudah pasti, guru fiqih selalu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk bertanya S5: iya guru selalu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk bertanya, dan pasti saya selalu ditanya oleh guru, karena guru fiqih tahu saya sering mengobrol di dalam kelas, dan ketika guru tahu saya sedang mengobrol di dalam kelas, sedangkan guru sedang menjelaskan di depan, maka saya dipanggil ke depan untuk menjelaskan, dan guru duduk dibangku saya 16. Bagaimana respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa? Jawab: S1: respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa sangat baik, tidak pernah marah walaupun saya salah ketika bertanya kepada guru, pokoknya saya sangat senang sama guru fiqih, karena baik sekali tidak pernah marah ketika siswa ada yang salah melontarkan pertanyaan S2: respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa sangat baik, dan langsung menjawab semua pertanyaan siswa hingga tuntas S3: respon guru ketika menanggapi pertanyaan adalah guru hanya bersikap biasa saja ketika siswa bertanya, jika siswa tersebut salah dalam bertanya maka guru tidak pernah marah tetapi membenarkan pertanyaan siswa, sebenarnya siswa tidak salah ketika bertanya, hanya saja terkadang siswa itu bertanya sambil bercanda dan main-main, siswa juga masih sering bingung apa yang harus ditanyakan dan diucapkan, padahal sebenarnya ia tahu apa yang ingin ditanyakan, tapi dalam tutur bahasa mereka kurang bisa dan masih salah sehingga sulit dimengerti oleh siswa lain, tapi buat guru itu sendiri pasti bisa mengerti maksud pertanyaan yang ditanyakan oleh siswa. S4: respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa kadang-kadang senyum, kadang-kadang sedikit mukanya agak tidak enak, tetapi guru fiqih itu sangat baik sekali tidak pernah marah walaupun kadang-kadang saya selalu salah ketika memberikan pertanyaan S5: respon guru ketika menanggapi pertanyaan siswa adalah senyum, mungkin karena saya tidak tahu apa yang ingin ditanyakan, dan mungkin juga pertanyaan yang saya tanyakan sedikit agak membingungkan guru, tapi guru tidak pernah memarahi saya, malah sebaliknya guru selalu membenarkan pertanyaan saya walaupun saya jarang sekali bertanya ketika di kelas 17. Apakah guru memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab pertanyaan? Jawab: S1: iya, guru fiqih selalu memberikan waktu berpikir kepada siswanya untuk menjawab, sekitar 2-3 menit waktu yang diberikan untuk berpikir, karena guru fiqih itu guru yang baik, guru tidak pernah memarahi siswanya ketika tidak bisa menjawab, melainkan memberikan kesempatan kepada siswa yang lain, jika siswa-siswa belum ada yang bisa menjawabnya, maka guru akan menjelaskan jawaban atas pertanyaan tadi S2: iya guru fiqih selalu memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, karena guru fiqih itu sangat baik, tidak pernah marah jika ada siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan S3: guru selalu memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, selama siswa itu mengerti dengan pertanyaan yang ditanyakan guru, pasti guru tersebut selalu memberikan waktu untuk berpikir, sekalipun saya ataupun siswa lainnya tidak bisa menjawab pertanyaan atau bertanya terlebih dahulu kepada teman sebangku, guru selalu memberikan waktunya untuk siswa berpikir, tetapi ketika siswa itu diam saja tidak bisa menjawab pertanyaan, lalu guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawabnya S4: guru fiqih selalu sabar untuk menunggu siswanya menjawab pertanyaan, dan guru fiqihpun selalu memberikan waktu berpikir kepada siswanya untuk menjawab pertanyaan, dan tidak pernah marah jika ada siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan dari guru S5: iya, guru selalu memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, menurut saya pribadi, ketika guru bertanya kepada saya, biasanya saya tidak bisa menjawab pertanyaannya, guru juga tidak memarahi saya karena saya tidak bisa menjawabnya, melainkan memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawabnya 18. Apakah guru memberikan penghargaan kepada siswa atas jawaban yang telah diberikan? Jawab: S1: guru fiqih tidak pernah memberikan suatu barang, tetapi jika ada siswa yang bisa menjawab pertanyaan, guru akan menambakan nilai siswa S2: guru tidak pernah memberikan suatu barang, tetapi hanya memberikan penghargaan nilai saja S3: biasanya guru memberikan penghargaan kepada siswa atas jawaban yang telah diberikan itu menambahkan nilai pelajaran fiqih, tetapi kalau memberikan suatu barang tidak pernah S4: guru hanya menambahkan nilai jika ada siswa yang telah menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru S5: guru fiqih hanya menambahkan nilai siswa jika siswa dapat menjawab pertanyaan guru 19. Apakah guru memberikan pertanyaan secara jelas dan singkat? Jawab: S1: iya, guru fiqih selalu memberikan pertanyaan yang jelas dan singkat S2: pasti, guru fiqih itu jika memberikan pertanyaan kepada siswanya tidak pernah susah, selalu jelas dan singkat S3: guru selalu memberikan pertanyaan secara jelas, singkat, dan terarah kepada siswanya S4: menurut saya, kalau saya bisa menjawab pertanyaan dari guru, berarti pertanyaan itu mudah, jelas, dan singkat. Tetapi jika saya tidak bisa menjawabnya mungkin pertanyaan itu terlalu rumit buat saya pribadi S5: menurut saya pribadi, guru fiqih memberikan pertanyaan yang rumit dan susah, mungkin karena saya tidak pernah mengulang pertanyaan, jadi saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru 20. Apakah guru memberikan kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk mendapatkan pertanyaan? Jawab: S1: guru fiqih itu guru yang baik, jadi guru fiqih tidak pernah pilih kasih kepada siswanya, jika ia memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mendapatkan pertanyaan, maka guru fiqih akan memberikan secara adil dan merata kepada semua siswa di kelas S2: guru fiqih tidak pernah membedakan setiap siswanya, baik yang pintar, kurang pintar, dan malas, ia selalu memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mendapatkan pertanyaan secara adil dan merata S3: iya. Guru fiqih selalu memberikan kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk mendapatkan pertanyaan, tidak hanya siswa yang pintar saja yang selalu ditanya oleh guru, tapi siswa yang kurang pintar dan malas bertanya kepada guru, pasti juga akan diberikan kesempatan untuk mendapatkan pertanyaan S4: guru fiqih itu selalu adil dan merata jika memberikan pertanyaan kepada siswa jika di kelas, tidak hanya yang pintar saja yang ditanya, tetapi semua siswa hampir mendapatkan pertanyaan untuk dijawab S5: jika siswa yang malas dan jarang memperhatikan guru ketika sedang menjelaskan, pasti guru itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pertanyaan, bahkan tidak jarang guru fiqih selalu memberikan banyak pertanyaan jika ada siswa yang suka mengobrol di kelas 21. Apakah kamu bertanya kepada guru di setiap awal, pertengahan, dan akhir pelajaran? Jawab: S1: saya akan bertanya kepada guru di setiap pertengahan dan akhir pelajaran saja. Karena jika di awal pelajaran, saya bingung apa yang harus ditanyakan kepada guru S2: saya akan bertanya kepada guru jika ada materi yang belum saya mengerti dan saya pahami, baik itu di setiap awal, pertengahan, maupun pada akhir pelajaran S3: iya, saya pasti selalu bertanya kepada guru di setiap awal, pertengahan, dan akhir pelajaran ketika guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswanya. Di awal pelajaran saya akan bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang telah lalu saya belum memahaminya, dan di setiap pertengahan dan di akhir pelajaran saya selalu bertanya tentang materi yang sedang diajarkan oleh guru S4: kadang-kadang saya bertanya, kadang-kadang tidak, tetapi saya lebih sering diam di kelas, dan mendengarkan teman yang bertanya S5: saya jarang bertanya kepada guru, baik di setiap awal, pertengahan, maupun pada akhir pelajaran, dengan alasan takut ditertawakan teman dan bingung apa yang harus saya tanyakan, tetapi jika guru tersebut bertanya kepada saya, maka saya akan menjawabnya sesuai dengan kemampuan, jika saya tidak bisa menjawab, saya hanya diam 22. Menurut kamu, apakah siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan prestasi belajar? Jawab: S1: iya, siswa yang aktif bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar, tetapi jika siswa itu hanya diam saja di kelas dan tidak aktif bertanya kepada guru, mungkin saja prestasinya tidak sebaik siswa yang aktif bukan yang pasif S2: iya, menurut saya siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan prestasi belajar, tetapi bukan karena siswa aktif bertanya saja yang dapat meningkatkan prestasi belajar, siswa yang pintar dan rajinpun dapat meningkatkan prestasi belajarnya S3: iya, siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan prestasi belajar, Alhamdulillah saya pribadi selalu aktif bertanya kepada guru ketika belajar, dan hasilnya saya mendapatkan peringkat satu di kelas, karena dengan bertanya itu yang sebelumnya kita tidak tahu menjadi tahu, yang sebelumnya kita tidak mengerti menjadi mengerti, yang sebelumnya kita tidak paham menjadi paham, maka siswa yang aktif bertanya itu insya Allah akan dapat meningkatkan prestasi belajar, tidak hanya prestasi belajar, tetapi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, siswa menjadi aktif bukan pasif S4: iya siswa yang aktif bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar mereka, jadi bukan siswa yang pintar saja yang aktif bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar, jika ada siswa yang kurang pintar dan dia aktif bertanya, maka siswa itupun dapat meningkatkan prestasi belajarnya, tetapi saya di kelas jarang bertanya karena malu dan takut ditertawakan oleh temanteman S5: iya itu sudah pasti jika ada siswa yang aktif bertanya di kelas dapat meningkatkan prestasi belajar, tetapi saya pribadi sangat pasif berada di kelas, tidak mau bertanya kepada guru, bahkan ketika guru sedang menyampaikan materi, kadang-kadang saya malah asik mengobrol dengan teman, jadi prestasi saya di sekolah tidak memuaskan FOTO WAWANCARA DENGAN SISWA KELAS VII-I BERITA WAWANCARA Nama Responden : Ahmad Suhaimi S. Ag Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Juli 1972 Alamat : Karang Tengah RT 03/01 Desa Pustaka Rakyat Tarumajaya Bekasi Jawa Barat Jabatan : Guru Fiqih Hari/Tanggal : Selasa, 07 Januari 2014 Tempat : Ruang guru, MTs At-taqwa 06 Bekasi Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar fiqih siswa dengan menggunakan teknik keterampilan bertanya dan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran fiqih di kelas tersebut. Daftar Pertanyaan 1. Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran fiqih di kelas VII? Jawab: Tingkat kemampuan siswa bervariasi, karena sekolah mengelompokkan siswa dengan kelas-kelas tertentu seperti 7.1, 8.1, dan 9.1. Di sekolah MTS AtTaqwa 06 Bekasi ini setiap kelasnya terbagi menjadi dua, yaitu 7.1 dan 7.2, 8.1 dan 8.2, 9.1 dan 9.2. Di kelas 7.1, 8.1, dan 9.1 hanya siswa yang masuk ke dalam sepuluh besar, jadi memang dalam hal belajar dan mengajar lebih enak dan lebih terarah kepada siswa-siswa yang berada di kelas 7.1, 8.1, dan 9.1. 2. Metode apa saja yang pernah Bapak/Ibu terapkan selama mengajar fiqih di kelas VII? Dan apakah Bapak/Ibu pernah menerapkan pembelajaran fiiqh secara berkelompok? Jawab: Metode yang digunakan juga bervariasi, metode tanya jawab, metode ceramah, dan metode-metode lain yang sekiranya mendukung kepada pengajaran fiqih, termasuk pembelajaran secara berkelompok, metode diskusi juga saya pernah terapkan untuk pengajaran fiqih, dengan diterapkannya metode diskusi, saya perintahkan kepada siswa-siswa untuk mendiskusikan masalah pelajaran/materi yang sedang dipelajari, lalu saya beri tugas mereka untuk mencatat pertanyaan setelah itu semua pertanyaan kita diskusikan bersama di kelas. Ketika Pembelajaran berkelompok biasanya saya juga sudah mempersiapkan beberapa permasalahan yang berbentuk pertanyaan, setelah itu saya perintahkan kepada siswa untuk membuat kelompok dan menunjuk ketua kelompoknya masing-masing, setelah itu saya meminta kepada semua kelompok dengan mendiskusikan jawavban atas permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran. Setelah semua kelompok menemukan jawaban perwakilan dari ketua kelompok untuk menjelaskan jawabannya masing-masing. Tetapi selama saya mengajar fiqih, saya lebih sering menerapkan metode tanya jawab, karena dengan menggunakan metode ini siswa-siswa akan terpancing untuk lebih aktif bertanya dan meningkatkan minat serta motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam belajar, dan pembelajaran fiqih akan lebih terarah lagi, mungkin hanya beberapa siswa saja yang pasif karena biasanya mereka lebih suka diam dan mendengarkan temannya yang bertanya kepada saya. 3. Menurut Bapak/Ibu, apakah teknik keterampilan bertanya ini diterapkan dengan baik di kelas? Jawab: Keterampilan bertanya ini diterapkan ketika pemberian materi telah disampaikan, saya juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami sambil melatih kemampuan anak, terkadang siswa dari segi bahasa ketika sedang menyampaikan pertanyaan kepada saya juga ada yang kurang baik, dan pada saat itu saya selalu ajarkan siswa agar dalam menyampaikan pertanyaan bisa bertutur bahasa dengan baik dan lebih memahami apa yang sedang dipertanyakan. Sebenarnya mereka mengerti apa yang ingin mereka tanyakan kepada saya, tapi dalam penyampaian bahasa mereka masih bingung, oleh sebab itu mereka hanya diam atau bertanya kepada teman jika ada yang belum memahami pelajaran. 4. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai peningkatan aktivitas belajar siswa? Jawab: Peningkatan aktivitas belajar siswa itu di samping memberikan tugas-tugas mandiri, tugas kelompok, juga memberikan pekerjaan rumah yang diberikan untuk meningkatkan aktivitas belajar mereka, sebab jika saya tidak berikan tugas, sesampainya di rumah tasnya langsung disimpan, apalagi anak-anak masuk sekolahnya siang, ba’da sholat maghrib mereka mengaji, sehabis mereka mengaji mereka menonton sinetron, ba’da sholat shubuh mereka mengaji lagi, dan setiap pagi diadakan pengajian takhossus, berangkat ke sekolah tinggal membawa tas mereka kembali. Oleh sebab itu saya lebih sering memberikan pekerjaan rumah (PR) agar anak membuka dan membaca kembali buku mereka di rumah. Sedangkan ketika saya mengajar di kelas siswa sudah cukup memahami materi pelajaran yang saya ajarkan, walaupun masih ada beberapa anak yang saya tanyakan terkait materi pembelajaran masih ada yang belum bisa menjawabnya. 5. Apakah siswa memperhatikan penjelasan materi pelajaran yang Bapak/Ibu sampaikan? Jawab: Siswa memperhatikan penjelasan materi pelajaran kembali, terkadang siswa ketika saya sedang menyampaikan materi, sama seperti mahasiswa ada yang mengobrol bahkan ada yang bermain telpon genggam dikolong mejanya, saya pribadi ketika saya sedang menjelaskan materi tetapi ada anak yang asik mengobrol dengan temannya saya mencoba memanggil siswa ke depan, saya duduk dibangkunya dan saya meminta untuk menjelaskan materi yang sedang ajarkan. Saya pribadi ingin tahu sampai mana kemampuan siswa tersebut menjelaskan materi yang saya jelaskan tadi, apakah siswa tersebut mempunyai kemampuan untuk menjelaskan atau tidak, jika siswa tersebut tidak mampu menjelaskan, saya meminta siswa itu untuk membuat pertanyaan tentang materi yang sedang dipelajari. 6. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut mencoba untuk berdiskusi dengan siswa lainnya? Jawab: Ketika materi ada yang kurang dimengerti oleh siswa, jika siswa itu aktif mereka akan berdiskusi dengan teman sebangkunya, tetapi untuk siswa yang pasif mereka hanya diam dengan ketidakmengertian mereka. Ketika ada suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa, saya meminta siswa terbagi menjadi beberapa kelompok, lalu mendiskusikan masalah yang sedang terjadi, setelah masalah itu terpecahkan, untuk ketua kelompok mempersentasikan permasalahan yang terjadi. 7. Jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, apakah siswa tersebut bertanya kepada Bapak/Ibu? Jawab: Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika ada materi yang kurang dimengerti oleh siswa, biasanya untuk siswa yang aktif mereka akan bertanya kepada saya, tetapi jika siswa itu hanya pasif, maka mereka akan diam dengan ketidakmengertian mereka, sekalipun mereka paham apa yang ingin ditanyakan, tetapi tutur bahasa mereka kurang bisa dimengerti, oleh sebab itu mereka hanya diam dan hanya mendengarka siswa yang aktif bertanya. 8. Apakah siswa mengajukan pendapatnya tentang materi yang Bapak/Ibu sampaikan? Jawab: Siswa mengajukan pendapatnya tentang materi yang saya sampaikan ini terjadi pada saat forum diskusi, dimana saya adakan forum diskusi kelas mereka baru mencoba untuk menanyakan, tetapi kalau dalam pengajaran keseharian siswa jarang bertanya kecuali siswa tersebut benar-benar aktif. 9. Apabila salah satu siswa yang bertanya atau memberi tanggapan, apakah siswa yang lain memperhatikannya? Jawab: Jika ada salah satu siswa yang bertanya, ini cukup memancing siswa yang lainnya, ketika ada anak yang aktif bertanya satu orang akhirnya pertanyaan juga memotivasi kepada yang lain untuk bertanya “gimana pak yang ini, gimana pak yang itu” dan akhirnya siswa yang lainpun ikut berpartisipasi untuk bertanya. Jadi dalam keterampilan bertanya disini, siswa harus dipancing terlebih dahulu agar aktif bertanya di dalam kelas, ketika ada siswa yang bertanya siswa yang lainpun harus memberikan tanggapan, karena saya meminta seluruh siswa untuk memperhatikan, jika ada siswa yang tidak memperhatikan, maka saya memerintahkan siswa tersebut untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa tadi, jika siswa tersebut tidak bisa menjelaskan, maka saya meminta siswa itu untuk membuat dan menulis lima pertanyaan agar pertanyaan tersebut dapat dibahas secara bersamaan di kelas. 10. Apabila Bapak/Ibu memberikan pertanyaan, bagaimana respon terhadap pertanyaan Bapak/Ibu? Jawab: Respon siswa terhadap pertanyaan seperti yang sudah saya jelaskan tadi, siswa memang sudah dikelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu, (7.1, 8.1, dan 9.1). Anak ini memang responsive, jika saya memberikan pertanyaan, mereka juga bisa komunikatif sehingga terjadi dialog dengan gurunya. Tetapi berbeda dengan kelas sebelahnya (7.2, 8.2, dan 9.2) kebanyakan dari siswa tersebut adalah pasif, bahkan ketika saya bertanya kepada mereka, mereka lebih banyak diamnya dan tidak jarang juga ketika ada satu orang yang menjawab, yang lainnya hanya bisa mengikuti jawaban siswa yang ditanya sebelumnya, tetapi jika belum ada yang memulai menjawab mereka biasanya hanya, pasif saja. 11. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu selalu dikerjakan dengan baik oleh siswa? Jawab: Berkaitan dengan tugas yang diberikan oleh saya, ini dilihat dari tingkat kerajinan siswa, meskipun hampir bisa dibilang 75% anak mengerjakan tugas di rumahnya masing-masing, kecuali memang anak yang malas yang tidak mau mengerjakan tugas, mereka biasanya mengerjakan tugasnya sebelum bel masuk sekolah, mereka meminjam buku temannya lalu mencontek, jika hal ini saya ketahui maka saya akan menambahkan beberapa soal untuk dikerjakan kembali di rumahnya, hal ini saya tegaskan supaya anak bisa selalu disiplin dalam mengerjakan tugas dan tidak mencontek, dan selebihnya siswa-siswa yang lain mengerjakan tugas dengan baik. Tetapi kalau untuk mengerjakan tugas di sekolah, Alhamdulillah siswa dapat mengerjakan semua tugasnya dengan baik, dan ketika mereka tidak paham maka mereka berdiskusi dengan temannya atau bertanya kepada saya, sehingga siswa bersemangat ketika mengerjakan tugasnya. 12. Apakah Bapak/Ibu memberikan catatan tertulis kepada siswa tentang materi yang Bapak/Ibu sampaikan? Dan apakah siswa pernah dilatih untuk membuat catatan dengan bahasa mereka sendiri? Jawab: Saya memberikan materi dalam bentuk catatan tertulis di papan tulis dan menjelang ujian semester, biasanya saya mengumpulkan catatan-catatan mereka, selanjutnya saya memeriksa apakah siswa ini termasuk rajin mencatat rangkuman pelajaran atau tidak, selain itu juga saya mengecek buku-buku catatan siswa, kadang-kadang ada siswa yang jahil menulis catatan-catatan pribadi dibuku mereka, curahan hati kepada teman, sahabat, bahkan kepada orang yang ia lagi sukai. oleh sebab itu di setiap akhir semester saya akan memeriksa dan menilai semua catatan siswa, hal ini berguna untuk menambah nilai pelajaran fiqih siswa. Selanjutnya untuk membuat catatan dengan bahasa mereka sendiri ini saya terapkan ketika materi sudah saya sampaikan, sebelumnya saya memberi kesempatan bertanya kepada siswa jika belum ada materi yang dipahami, setelah mereka bertanya lalu saya meminta kepada semua siswa untuk membuat catatan tentang materi yang telah dipelajari hari ini, saya tidak menuntut siswa untuk membuat catatan terlalu banyak, tetapi yang saya inginkan itu siswa hanya membuat catatan mereka sendiri tidak lebih dari satu halaman, paling tidak hanya dua paragrap, hal ini saya terapkan agar siswa tidak lupa dengan materi yang saya sampaikan hari ini dan saya ingin tahu sampai sejauh mana siswa memahami materi yang telah saya ajarkan apakah siswa sudah paham ataukah belum, catatan-catatan siswa saya periksa kemudian saya kembalikan lagi kepada mereka untuk mereka baca di rumah. Membuat catatan dengan bahasa mereka sendiri ini juga berguna untuk menambahkan nilai pelajaran fiqih siswa. 13. Bagaimana kemampuan siswa dalam hal merangkum, membuat pertanyaan, memprediksi dan menjelaskan? Jawab: Kemampuan merangkum, membuat pertanyaan, memprediksi dan menjelaskan. Dalam hal merangkum kemampuan siswa masih bisa dikatakan lemah, karena seperti yang sudah saya jelaskan tadi dan membuat pertanyaanpun hanya beberapa anak, itupun anak-anak yang bisa dibilang aktif, tetapi untuk kelas 7.1, 8,1, dan 9.1 mereka biasanya lebih aktif bertanya kepada gurunya. Kalau dalam kemamapuan memnjelaskan, kemampuan siswa dalam menyampaikan mereka sebenarnya memahami apa yang ingin mereka sampaikan tetapi dalam bahasa penyampaiannya bahasa mereka masih bingung untuk menyampaikannya. 14. Bagaimana kemampuan mengingat siswa terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya? Jawab: Kemampuan siswa dalam mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya adalah sebelum memulai pelajaran saya biasanya memberikan apersepsi dengan mengkaitkan pelajaran-pelajaran yang lalu yang telah saya ajarkan, kemudian juga saya kaitkan dengan pelajaran-pelajaran lain dan saya hubungkan supaya ada korelasi dengan pelajaran-pelajaran yang lain yang tujuannya memancing anak tidak hanya mempelajari yang baru saja, tetapi pelajaran-pelajaran yang lalupun agar mereka mengingat kembali. 15. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal fiqih? Jawab: Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal fiqih pada saat saya memberikan ulangan/latihan harian atau ulangan/ujian akhir semester atau dalam mengerjakan tugas-tugas lainnya yang saya berikan di sekolah sudah sangat baik, memang maasih ada saja anak yang suka mencontek dsb, tetapi dalam secara umum nilai itu memang tuntas di atas KKM (kriteria ketuntasan minimum), hampir 80% nilai anak tuntas di atas KKM. Tetapi jika ada siswa yang kurang nilainya dari KKM, maka saya memberikan remedial agar siswa tersebut bisa memperbaiki nilainya. Remedial itu bisa berupa mengulang menjawab soal-soal ulangan atau saya meminta kepada siswa tersebut untuk membuat makalah tentang pelajaran fiqih. 16. Apakah siswa merasa senang selama belajar fiqih? Jawab: Alhamdulillah hampir semua siswa merasa senang selama belajar fiqih suasana kelas lebih hidup, saya bercerita diselingi humoris, ditengah-tengah pelajaran saya membuka sesi tanya jawab agar anak tidak merasa jenuh ketika berada di kelas, Di samping itu juga saya memberikan informasi yang terbaru ketika siswa belum mengetahuinya, agar menyegarkan kembali pengetahuan siswa, yang sebelumnya tidak tahu sekarang menjadi tahu. Setelah itu saya menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya tentang informasi yang telah diberikan. 17. Kendala apa saja yang Bapak/Ibu alami dalam mengajar fiqih? Jika ada kendala, apa solusinya? Jawab: Kendala yang saya hadapi selama mengajar fiqih di MTS At-Taqwa 06 Bekasi adalah kurang tersedianya buku materi pelajaran fiqih, jadi hanya guru saja yang memberikan materi dan saya tidak mewajibkan siswa untuk mempunyai buku paket, sekolahpun tidak mewajibkan siswa memiliki buku, LKS pun tidak ada, makanya guru banyak memberikan catatan kepada siswa dan ini berakibat banyak waktu yang tersita, solusinya adalah saya sering memberikan tugas di rumah untuk mencari sumber-sumber bahan ajar untuk hari esok, jadi ketika belajar anak sudah ada bahan untuk belajar yang mereka kerjakan karena mencari sumber bahan ajar di rumah. Saya mempersilahkan siswa mencari sumber dari mana saja, bisa dari internet, media televisi atau darimanapun, yang terpenting adalah siswa tersebut bisa memahami materi yang sedang diajarkan. 18. Sebagai seorang guru bidang studi fiqih, upaya apa yang telah Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa? Jawab: Meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa, saya memberikan satu kelompok belajar kepada anak. Saya berikan tugas dengan baru anak merasa termotivasi untuk belajar. 19. Apakah Bapak/Ibu selama pembelajaran di kelas menanyakan siswa yang belum mengerti dengan materi pelajaran? Jawab: Di akhir pelajaran saya memberikan satu posttest kepada anak kemudian dari posttest kita bisa mengetahui apakah anak sudah mengerti pelajaran atau belum materi yang telah kita sampaikan. Saya juga selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami. 20. Apakah Bapak/Ibu memberikan pertanyaan kepada siswa setiap awal, pertengahan, dan akhir pelajaran? Jawab: Sesuai dengan rencana pengajaran yang telah saya buat ada yang namanya pretest dan posttest yang dilakukan, dipertengahan pengajaran ketika menggunakan metode tanya jawab materi yang telah saya berikan sambil mengkorelasikan pelajaran yang lainnya. 21. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberi motivasi atau stimulus kepada siswa agar aktif bertanya? Jawab: Motivasi tetap saya berikan, saya rangsang siswa dengan satu pertanyaan, satu persoalan, atau satu permasalahan yang mereka harus diskusikan, yang tidak aktif akan terpancing kepada anak-anak yang aktif, ketika saya bawa siswa-siswa dalam forum diskusi seperti saya pernah mengajak anak ke perpustakaan, saya kasih satu persoalan dan permasalahan, silahkan kalian pecahkan permasalahan tersebut, cari bukunya di perpustakaan, kemudian setelah kalian selesai memecahkan persoalan dan permasalahan tadi kembali ke kelas, saya buka forum diskusi sehingga yang tadinya anak pasif akan terpancing untuk aktif bertanya. 22. Dilihat dari aktivitas belajar siswa, apakah pengunaan teknik keterampilan bertanya sudah dapat dikatakan efektif? Jawab: Penggunaan keterampilan bertanya sudah bisa dikatakan efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam belajar, merangsang siswa untuk menggali pengetahuan bagi dirinya. Siswa juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan bisa merangkum pelajaran yang telah diberikan, mendorong pemahaman mendalam dengan materi yang telah disampaikan, keterampilan bertanya juga akan membantu siswa menemukan hubungan antara konsep dan ide serta selalu mengevaluasi kesulitan siswa dalam kegiatan belajar. Bekasi, 07 Januari 2014 Responden Ahmad Suhaimi S. Ag LEMBAR INSTRUMEN AKTIVITAS BELAJAR FIQIH SISWA Petunjuk : Berilah skor 1-3 (1: Tidak pernah 2: Kadang-kadang 3: Sering) pada kolom aktivitas belajar fiqih berikut, sesuai dengan pengamatan anda! Hari/tanggal : Pertemuan ke- :................................................................ Nama siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Ahmad Sodikin Alfi Mutia Farhah Alfi Sahri Alfin Rizal Ardi Pradana Ayu Lestari Cintia Chandra Dewi Dewi Safitri Dinda Rusnadia Endar Pradana Ermawan Eva Fauziah Muhammad Haikal Muhammad Khatami Muhammad Suparman Nadia Wulandari Nur padliatunnisa Rini Nurfajar Rizky Fahlevy Silviyah Syifa Noviyanti Tarisa Putri wahyu Chaidar Windi Adiyanti Rata-rata (%) Jumlah Berani/bersemangat Mengerjakan tugas Menyalin/mencatat materi pembelajaran Menanggapi pertanyaan Melakukan diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat Menjawab pertanyaan Aktivitas Belajar fiqih Siswa Bertanya kepada teman/guru No 25 Nurhayati Rata-rata persentase aktivitas belajar PAI siswa : Kehadiran % Jumlah Siswa hadir Siswa tidak hadir 1. 2. Bekasi,…………………………….. Pengamat Zulhani Risovi LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI) KETERAMPILAN BERTANYA GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN Nama Guru : Ahmad Suhaimi S. Ag Kelas : VII-1 Jam Pelajaran ke : 1 (satu) Mata Pelajaran : Fiqih Hari / Tanggal : Selasa/07 Januari 2014 Sekolah : MTs At-Taqwa 06 Bekasi No A 1 ASPEK KETERAMPILAN BERTANYA DESKRIPTIF ASPEK UMUM Pertanyaan diberikan dengan tujuan Sebelum memulai pelajaran membangkitkan minat dan rasa guru memberikan apersepsi ingin tahu terhadap pokok bahasan kepada siswa berupa atau memusatkan perhatian, atau informasi dan pertanyaan mengembangkan pembelajaran yang dengan berpusat pada siswa. tujuan mengulang materi untuk yang telah dipelajari sebelumnya, dengan memberikan informasi dan pertanyaan kepada siswa, siswa akan merespon, berminat, menimbulkan tahunya dan rasa ingin terhadap suatu pokok pembahasan materi, dan perhatian siswa akan terpusat pada pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. 2 Memberikan motivasi dan Guru selalu memberikan antusiasme dalam melontarkan motivasi pertanyaan kepada sebelum dan siswa sesudah kegiatan belajar mengajar agar siswa selalu bersemangat dan antusias dalam menjawab pertanyaan guru, sehingga siswa juga tidak malu dan tidak takut salah ketika menjawab dan melontarkan pertanyaan kepada guru. 3 Tidak sehingga mengulangi mengganggu pertanyaan Guru yang profesional tidak kosentrasi akan mengulangi siswa saat berpikir untuk menjawab pertanyaan pada saat siswa pertanyaan yang telah diberikan ingin menjawab pertanyaan, karena apabila guru tersebut mengulangi pertanyaan maka menganggu akan konsentrasi berpikir siswa dan saat akibatnya siswa tidak berkonsentrasi saat menjawab pertanyaan. 4 Tidak menjawab pertanyaan sendiri Guru tidak diperkenankan menjawab sendiri pertanyaannya karena akan membuat perhatian siswa berkurang atau menimbulkan salah pengertian siswa. 5 Tidak memberikan pertanyaan yang Guru harus menghindari dapat mengundang jawaban serentak memberikan pertanyaan yang mengundang siswa untuk dijawabnya secara serentak karena tidak dapat memecahkan masalah dan tidak produktif. 6 Tidak mengajukan pertanyaan lebih Guru dari satu buah pertanyaan sekaligus boleh mengajukan pertanyaan lebih jika semua pertanyaan sudah dijawab dengan tepat dan benar, 7 Tidak menunjuk siswa sebelum Setelah guru melontarkan pertanyaan dilontarkan pertanyaan kepada siswa, sebaiknya guru tidak langsung menunjuk siswa untuk langsung menjawab, guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir terlebih dahulu, jika guru menunjuk siswa sebelum pertanyaan dilontarkan, maka akan mengakibatkan siswa frustrasi siswa karena merasa dirinya belum siap untuk menjawab pertanyaan. B 1 KOMPONEN KETERAMPILAN BERTANYA DASAR Pertanyaan disampaikan dengan Guru harus menyampaikan jelas dan singkat pertanyaan dengan jelas, singkat, tidak bertele-tele agar siswa dapat memahaminya, dan gunakan bahasa yang dapat dipahami siswa. 2 Pertanyaan memberikan acuan Supaya siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat, mengajukan guru pertanyaan perlu informasi dalam memberikan yang menjadi acuan pertanyaan. 3 Memusatkan perhatian pertanyaan dilontarkan sebelum Pemusatan perhatian siswa dapat dikerjakan dengan cara memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit. 4 Pemindahan giliran Pemilihan giliran menjawab dapat dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. 5 Penyebaran kesempatan menjawab Untuk pertanyaan kesempatan pertanyaan, penyebaran menjawab guru dapat melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, kepada siswa tertentu atau menyebarkan respon kepada siswa yang lain. 6 Pemberian waktu berpikir cukup yang Dalam mengajukan pertanyaan guru harus berdiam diri sesaat sebelum menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan. 7 Memberika tuntunan kesulitan jika siswa Bagi siswa yang mengalami menjawab seperti kesukaran dalam menjawab memberikan pertanyaan yang lebih pertanyaan, disederhanakan atau strategi mengulangi pemberian tuntunan perlu kembali informasi atau penjelasan dikerjakan. Strategi yang pengungkapan berhubungan pertanyaan dengan meliputi itu pertanyaan dengan bentuk atau cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana atau mengulangi penjelasan- penjelasan sebelumnya. C 1 KOMPONEN KETERAMPILAN BERTANYA TINGKAT LANJUT Pengubahan tuntunan tingkat Untuk kognitif dalam pertanyaan mengembangkan menjawab kemampuan berpikir siswa diperlukan tuntutan pengubahan tingkat pertanyaan pemahaman, kognitif (ingatan, penerapan, analisis, dan evaluasi). 2 Pengaturan urutan pertanyaan untuk Pertanyaan yang diajukan mengembangkan tingkat kognitif haruslah mempunyai urutan dari yang sifatnya rendah ke yang yang logis agar siswa dapat lebih tinggi dan kompleks mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis, dapat berdiri sendiri, dan percaya diri. 3 Penggunaan pertanyaan pelacak Bertanya melacak akan meningkatkan respon siswa dengan menyediakan pertanyaan yang tingkat kesukarannya lebih tinggi, cermat, membantu, dan relevan. Pada saat bertanya melacak, guru harus berkonsentrasi memperbaiki respon siswa secara individual dengan menyediakan pertanyaan yang baru. 4 Terjadi interaksi di dalam kelas Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan, sehingga terjadi interkasi yang baik di dalam kelas, antar guru dengan siswa, atau siswa dengan siswa. Guru juga memberikan terhadap harus koreksi respon atau jawaban yang tidak tepat sehingga siswa lebih mengerti dan memahami jawaban yang paling tepat. Bekasi, 07 Januari 2014 Pengamat Zulhani Risovi LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI) KETERAMPILAN BERTANYA GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN Nama Guru : Ahmad Suhaimi S. Ag Kelas : VII-1 Jam Pelajaran ke : 1 (satu) Mata Pelajaran : Fiqih Hari / Tanggal : Selasa/21 Januari 2014 Sekolah : MTs At-Taqwa 06 Bekasi No A 1 ASPEK KETERAMPILAN BERTANYA DESKRIPTIF ASPEK UMUM Pertanyaan diberikan dengan tujuan Guru membangkitkan minat dan rasa peserta harus merangsang didik untuk ingin tahu terhadap pokok bahasan menggali pengetahuan bagi atau memusatkan perhatian, atau dirinya agar siswa tersebut mengembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan minat berpusat pada siswa. dan motivasinya untuk aktif terlibat dalam belajar. Guru perlu memahami bagaimana bertanya secara baik dan benar. Pertanyaan yang baik akan membuat kelas menjadi interaktif, namun kesalahan dalam bertanya juga dapat menyebabkan pembelajaran yang tidak menarik, dari sinilah guru harus mengetahui agar siswa selalu memusatkan perhatiannya ketika guru sedang mengajar. 2 Memberikan motivasi dan Guru antusiasme melontarkan pertanyaan aktif memberikan motivasi sebelum dan sesudah pelajaran agar siswa tidak malu dalam bertanya. 3 Tidak sehingga mengulangi mengganggu pertanyaan Guru menghindari kosentrasi pertanyaan yang sama siswa saat berpikir untuk menjawab sehingga pertanyaan yang pertanyaan yang telah diberikan lain dapat disampaikan guru dan tidak waktu menghabiskan belajar dengan pertanyaan yang sama, guru aktif akan memberikan pertanyaan yang berbeda. Pada saat siswa menjawab pertanyaan, sebaiknya guru mengulangi secara ingin tidak pertanyaan berulang kali sehingga siswa menjadi terganggu dan akibatnya siswa tidak dapat berkonsentrasi pertanyaan dengan yang telah diberikan. 4 Tidak menjawab pertanyaan sendiri Jika guru menjawab pertanyaannya sendiri, bisa menyebabkan siswa frustrasi dan membuat perhatian siswa berkurang dan menimbulkan salah pengertian dari siswa. 5 Tidak memberikan pertanyaan yang Hindari pertanyaan yang dapat mengundang jawaban serentak mengundang siswa untuk menjawab secara serentak, atau lebih baik guru mempersilahkan salah satu siswa untuk menjawab dan jika tidak ada yang mau menjawab, guru boleh menunjuk siswa yang lain. 6 Tidak mengajukan pertanyaan lebih Agar siswa tidak merasa dari satu buah pertanyaan sekaligus tertekan, guru mengajukan lebih dari tidak pertanyaan satu pertanyaan buah sekaligus, gunakan pertanyaan secara bergilir sesuai pertanyaan yang urutan lebih mudah lalu pertanyaan yang lebih sulit. 7 Tidak menunjuk siswa sebelum Guru pertanyaan dilontarkan memberikan kesempatan kepada siswa yang sudah siap untuk menjawab pertanyaan. Jika sebelum melontarkan pertanyaan guru sudah menunjuk siswa, maka siswa akan merasa tertekan dan merasa belum siap, akibatnya siswa tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. B 1 KOMPONEN KETEAMPILAN BERTANYA DASAR Pertanyaan disampaikan dengan Pertanyaan yang jelas dan jelas dan singkat singkat akan mudah dimengerti siswa sehingga siswa merasa paham pertanyaan dari guru 2 Pertanyaan memberikan acuan Agar siswa dapat menjawab pertanyaan, sebaiknya guru memberikan informasi yang konkrit dengan bahasa yang tidak bertele-tele dan mudah dipahami oleh siswa agar informasi tersebut bisa menjadi acuan pertanyaan. 3 Memusatkan perhatian pertanyaan dilontarkan sebelum Sebelum pertanyaan dilontarkan oleh guru, sebaiknya guru memusatkan perhatian belajar siswa sebelum misalnya dengan menggunakan ice breaking, agar perhatian siswa lebih terarah dan lebih memperhatiakn penjelasan guru sehingga menjawab pertanyaan. bisa 4 Pemindahan giliran Berikanlah kesempatan kepada seluruh siswa yang ada di kelas untuk menjawab pertanyaan yang sama, jangan sampai ada kesan guru hanya memberikan kepada siswa yang aktif saja, sehingga siswa yang pasif hanya diam dengan ketidakmengertian mereka. 5 Penyebaran kesempatan menjawab Penyebaran pertanyaan kesempatan menjawab pertanyaan pada siswa berguna untuk merefleksi informasi agar dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. 6 Pemberian waktu berpikir cukup yang Guru harus memberikan waktu kepada siswa yang cukup untuk berpikir ketika siswa diminta untuk menjawab pertanyaan, agar siswa tersebut siap dalam menjawab pertanyaan dari guru dan siswa tidak merasa tegang. 7 Memberika tuntunan kesulitan menjawab jika siswa Ketika siswa sulit seperti menjawab pertanyaan guru, memberikan pertanyaan yang lebih sebaiknya guru mengulang disederhanakan atau mengulangi kembali informasi atau kembali informasi atau penjelasan materi yang berhubungan pertanyaan yang sedang dengan diajarkan, agar siswa bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Ketika guru memberikan harus jelas pertanyaan dan tidak bertele-tele sehingga murid tidak merasa bingung ketika ingin menjawab pertanyaan. C 1 KOMPONEN KETERAMPILAN BERTANYA TINGKAT LANJUT Pengubahan tuntunan tingkat Dalam kognitif dalam pertanyaan mengajukan menjawab pertanyaan, seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kognitif dan mengevaluasinya. 2 Pengaturan urutan pertanyaan untuk Struktur mengembangkan tingkat kognitif diajukan dari yang sifatnya rendah ke yang yang lebih tinggi dan kompleks pertanyaan dengan sesuai. memberikan yang mudah dahulu, dilanjutkan urutan Guru pertanyaan terlebih kemudian dengan pertanyaan yang lebih sulit. Guru memberi informasi yang relevan dengan tugas siswa sesudah dan sebelum mengajukan pertanyaan. 3 Penggunaan pertanyaan pelacak Penggunaan pertanyaan pelacak ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta untuk siswa memberikan penjelasan tentang jawabannya, contoh memberikan yang relevan, memberikan alasan, dsb. 4 Terjadi interaksi di dalam kelas Guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga menciptakan interaksi yang baik antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Jika di kelas tidak terjadi interaksi, maka siswa yang pasif bertambah pasif, sedangkan untuk guru hanya berinteraksi satu arah yakni dengan siswa yang aktif saja. Untuk itu guru harus bisa memberikan motivasi kepada siswa agar selalu bersemangat ketika pembelajaran sedang berlangsung. Bekasi, 21 Januari 2014 Pengamat Zulhani Risovi LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI) KETERAMPILAN BERTANYA GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN Nama Guru : Ahmad Suhaimi S. Ag Kelas : VII-1 Jam Pelajaran ke : 1 (satu) Mata Pelajaran : Fiqih Hari / Tanggal : Selasa/28 Januari 2014 Sekolah : MTs At-Taqwa 06 Bekasi No A 1 ASPEK KETERAMPILAN BERTANYA DESKRIPTIF ASPEK UMUM Pertanyaan diberikan dengan tujuan Guru membangkitkan minat dan memberikan suatu rasa masalah dan informasi yang ingin tahu terhadap pokok bahasan memancing siswa untuk atau memusatkan perhatian, atau mencari tahu terhadap suatu mengembangkan pembelajaran yang pokok pembahasan, untuk berpusat pada siswa. memusatkan siswa perhatian biasanya guru menggunakan ice breaking sebelum siswa pelajaran agar bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Guru juga bisa menstimulasi siswa untuk bertanya pada diri sendiri ataupun dengan teman sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan baik. 2 Memberikan antusiasme motivasi dalam dan Ketika guru melontarkan melontarkan pertanyaan guru ingin pertanyaan, harus memberikan motivasi kepada siswa agar seluruh siswa bersemangat dan antusias dalam menjawab pertanyaan dengan tepat. Guru memberikan arahan dan siswa penjelasan dan yang kepada paling terpenting adalah guru tidak menyalahkan siswa ketika siswa menjawab pertanyaan tidak tepat. Guru terus membimbing siswa hingga pertanyaan siswa tepat. 3 Tidak sehingga mengulangi mengganggu pertanyaan Ketika guru kosentrasi melontarkan sedang pertanyaan siswa saat berpikir untuk menjawab kepada siswa, hal pertanyaan yang telah diberikan yang perlu dihindari guru adalah tidak mengulangi pertanyaan menerus menganggu secara terus karena bisa konsentrasi siswa saat berpikir, kecuali jika siswa tersebut kurang paham dan pertanyaan tidak yang ingat telah dilontarkan oleh guru, guru boleh mengulangi pertanyaan tersebut. 4 Tidak menjawab pertanyaan sendiri Hal yang perlu dihindari oleh seorang guru adalah menjawab pertanyaan sendiri karena bisa membuat perhatian peserta didik berkurang atau menimbulkan pengertian salah dari peserta didik. Jika semua siswa tidak bisa menjawab pertanyaan guru, pertanyaan tersebut bisa dijadikan pekerjaan rumah (PR). 5 Tidak memberikan pertanyaan yang Guru sebaiknya dapat mengundang jawaban serentak memberikan yang dapat tidak pertanyaan mengundang jawaban serentak seluruh siswa karena tidak dapat memecahkan masalah dan sangat tidak produktif. 6 Tidak mengajukan pertanyaan lebih Siswa akan tertekan dan dari satu buah pertanyaan sekaligus frustrasi mengajukan jika guru pertanyaan lebih dari satu pertanyaan, gunakanlah pertanyaan sesuai urutan, dari urutan pertanyaan yang paling mudah hingga pertanyaaan yang lebih sulit. 7 Tidak menunjuk siswa sebelum Jika seorang guru menunjuk pertanyaan dilontarkan siswa sebelum pertanyaan dilontarkan, ini bisa mengakibatkan siswa tidak siap untuk menjawab, kecuali jika siswa tersebut benar-benar aktif di kelas. Sebaiknya guru melontarkan terdahulu siswa pertanyaan lalu untuk pertanyaan, menunjuk menjawab dan berilah siswa sedikit waktu untuk berpikir. B 1 KOMPONEN KETEAMPILAN BERTANYA DASAR Pertanyaan disampaikan dengan Mengajukan jelas dan singkat pertanyaan harus jelas, singkat, dan tidak bertele-tele sehingga siswa dapat memahami yang dilontarkan oleh guru. 2 Pertanyaan memberikan acuan Guru memberikan informasi yang jelas menjadi supaya acuan bisa untuk memberikan pertanyaan. 3 Memusatkan perhatian pertanyaan dilontarkan sebelum Memusatkan sebelum perhatian pertanyaan dilontarkan dikerjakan dapat dengan cara memberikan yang pertanyaan terbuka kemudian mengubahnya pertanyaan menjadi yang lebih sempit. 4 Pemindahan giliran Pemindahan giliran untuk menjawab pertanyaan dapat dikerjakan dengan cara meminta siswa yang beda untuk menjawab pertanyaan yang sama. 5 Penyebaran kesempatan menjawab Guru yang profesional akan pertanyaan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menjawab pertanyaan, tidak membedakan antara siswa yang aktif dan siswa yang pasif 6 Pemberian waktu berpikir cukup yang Berikan waktu berpikir yang cukup karena setiap siswa memiliki kemampuan berbicara dan berpikir yang berbeda. 7 Memberikan tuntunan jika siswa Guru memberikan tuntunan kesulitan menjawab seperti kepada siswa memberikan pertanyaan yang lebih mendapatkan disederhanakan atau mengulangi dalam kembali informasi atau penjelasan pertanyaan, yang berhubungan pertanyaan kesulitan menjawab guru dengan membimbing menuntun jika perlu atau siswa dalam memberikan jawaban yang tepat, terkadang siswa masih kurang bisa bertutur bahasa dengan tepat dan benar. C 1 KOMPONEN KETERAMPILAN BERTANYA TINGKAT LANJUT Pengubahan tuntunan tingkat Pertanyaan yang diajukan kognitif dalam pertanyaan menjawab hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari tingkat kognitif yang hanya sekedar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain, pemahaman, analisis, seperti penerapan, sistesis, evaluasi. Jadi pertanyaan disesuaikan dan setiap perlu dengan taraf kemampuan berpikir siswa. 2 Pengaturan urutan pertanyaan untuk Pertanyaan yang diajukan mengembangkan tingkat kognitif hendaknya mulai dari yang dari yang sifatnya rendah ke yang sedrehana lebih tinggi dan kompleks paling menuju kompleks berurutan, dan sampai yang secara jangan mengajukan pertanyaan bolak balik dari yang mudah atau yang sederhana kepada yang sulit kemudian yang sulit lagi. 3 Penggunaan pertanyaan pelacak Pertanyaan pelacak diberikan jika jawaban yang diberikan siswa masih kurang tepat. Sedikitnya ada tujuh teknik pertanyaan pelacak, yaitu klarifikasi, meminta siswa memberikan alasan, meminta kesepakatan pandangan, meminta kesepakatan jawaban, meminta jawaban yang relevan, contoh, meminta dan jawaban meminta yang lebih kompleks. 4 Terjadi interaksi di dalam kelas Pertanyaan hendaknya dijawab oleh seorang siswa, tetapi seluruh siswa diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawaban bersama temannya, dan jika ada siswa yang bertanya, hendaknya guru jangan menjawab langsung tetapi dilontarkan kembali kepada seluruh siswa untuk didiskusikan. Dengan cara ini para siswa dapat mempelajari cara memberikan komentar terhadap pertanyaan temannya. Bekasi, 28 Januari 2014 Pengamat Zulhani Risovi LEMBAR OBSERVASI PROFIL LEMBAGA SEKOLAH Profil Sekolah Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 merupakan sebuah lembaga pendidikan swasta yang bernaung di bawah sebuah yayasan At-taqwa 08 yang terletak di Jl. Karang Tengah RT 03/01 desa Pusaka Rakyat kecamatan Tarumajaya kabupaten Bekasi provinsi Jawa Barat. 1. Tujuan, Visi dan Misi MTs At-taqwa 06 Tujuan yang ingin dicapai MTs At-taqwa 06 Bekasi adalah sebagai berikut: a. Membekali siswa dengan pelajaran agama dan umum serta akhlaqul karimah. b. Madrasah memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional. c. Madrasah memiiki sarana prasarana yag dapat menunjang proses KBM. d. Madrasah mencapai nilai rata- rata UN 7.00. e. Terwujudnya kemandirian madrasah sebagai lembaga kebanggaan masyarakat. Visi dari MTs At-taqwa 06 adalah “terwujudnya madrasah yang berkualitas dan mandiri.” Adapun misi dari MTs At-taqwa 06 adalah: a. Bidang Akademik 1) Melaksanakan pembelajaran dengan sistem mastery learning (pembelajaran tuntas). 2) Menggunakan pendekatan, metodologi serta strategi pembelajaran yang bervariasi yaitu pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM). 3) Mengaitkan nilai-nilai Islam pada setiap mata pelajaran dan mengaplikasikannya dalam sikap hidup dan perilaku sehari- hari. 4) Melaksanakan evaluasi belajar secara berkala, teratur, efektif, dan efisien serta mandiri. 5) Tercapainya kelulusan 100% out put dan come yang berkualitas. b. Bidang non Akademik 1) Menanamkan keimanan yang kokoh serta melahirkan kesadaran beribadah serta akhlaq mulia dalam seluruh aspek kehidupannya. 2) Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat siswa untuk mencapai kejuaraan dan kebanggaan madrasah. 3) Melaksanakan pengelolaan madrasah yang akuntabel, professional dan demokratis. 2. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Dalam kegiatan belajar mengajar di MTs At-taqwa 06, terbagi menjadi dua, yaitu: a. Kegiatan Intrakurikuler Kegiatan Intrakurikuler dilaksanakan siang mulai pukul 12.30 s/d 17.30 sementara mengacu pada kurikulum. b. Kegiatan Extrakurikuler 1) Pramuka 2) Marching band 3) Pencak silat 4) Takhassus 5) Paskibra c. Prestasi yang dicapai (Prestasi Belajar dan Kegiatan Sekolah) 1) Juara terbaik I Putra se-Kec.Taruma Jaya (Pramuka) 2) Juara terbaik II Putri se-Kec.Taruma Jaya (Pramuka) 3. Struktur Organisasi MTs At-taqwa 06 Bekasi STRUKTUR ORGANISASI MTS ATTAQWA 06 TARUMAJAYA BEKASI KETUA YAYASAN Drs. Rofiudin Abdullah MAJLIS MADRASAH H. M. Bakri KEPALA MADRASAH Ubaidillah, S.Ag BENDAHARA Syakirotul Faqiro, SE TATA USAHA Hasbiyallah, S.Pd.I WK. BID. KESISWAAN Maulana, S.Pd.I WK. BID. KURIKULUM Ahmad Humairo, S.EI WALI KELAS TENAGA PENDIDIK GURU BK Miftahul Jannah PENGURUS OSIS SISWA KETERANGAN : Garis Komando/Pembinaan Garis Koordinasi 4. Identitas Sekolah a. Nama Madrasah : Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 06 b. Nomor Statistik Madrasah : 121232160005 c. Akreditasi Madrasah : Terakreditasi “A” d. Alamat Lengkap Madrasah : Karang Tengah RT. 03/01 Desa Pusaka Rakyat Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat e. NPWP : 00.367.066.8-413.000 f. Nama Kepala : Ubaidillah, S.Ag a. No. Telp. HP : 085777772332 b. Nama Yayasan : Yayasan Attaqwa 08 c. Alamat Yayasan : Karang Tengah RT. 03/01 Desa Pusaka Rakyat Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat d. Telp. Yayasan : 081319979764 e. Kepemilikan Tanah : a. Wakaf b. Luas Tanah 2441 m2 f. Status Bangunan : Yayasan g. Luas Bangunan : 1.000 m2 5. Data Siswa Tahun Ajaran Kelas 7 Kelas 8 Jml. Jml. Jml. Jml. Siswa Rombel Siswa Rombel Kelas 9 Jml. Siswa Jumlah Jml. Jml. Jml. Rombel Siswa Rombel 2010/2011 65 2 45 2 45 2 155 6 2011/2012 48 2 66 2 40 2 154 6 2012/2013 64 2 48 2 62 2 174 6 6. Data Guru No Keterangan Jumlah Pendidik 1 2 Guru PNS diperbantukan Tetap Guru Tetap Yayasan 1 6 3 Guru Honorer 4 Guru Tidak Tetap 17 Tenaga Kependidikan 1 Tata Usaha 1 2 Penjaga Sekolah 1 7. Sarana dan Prasarana Jenis Jumlah Prasarana Ruang Ruang Kelas 6 Perpustakaan 1 R. Lab. IPA 1 R. Lab. Biologi - R. Lab Fisika - R. Lab. Kimia - R. Lab. Komputer 1 R. Lab. Bahasa - R. Pimpinan 1 R. Guru 1 R. Tata Usaha 1 R. Konseling 1 Tempat Beribadah 1 R. UKS 1 Toilet 5 Gudang 1 Tempat Olahraga 1 R. OSIS 1 R. Lainnya FOTO PROFIL LEMBAGA SEKOLAH r I LEMBAR UJI REITERENSI Nama : Zulhani Risovi NIM :1090110001i8 Judul Skripsi : Keterampiian Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih @i Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi). No Referensi I A. Dzajuli, Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hulatm Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2005), Cet. V. 2 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, Paraf I I zOIz),Cet. 1. ,t Agus Supriyanto, Cooperative Leaming Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). 4 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, Bandung:Teraju,2004. 5 Burhan Bungin, Penelidan Kualitatif: Komunilmsi, Ekonomi, Kebljakon Publik, dan llmu Sosial Lainnya, (Jakarta:Kencana,2008).Cet.3. 6 Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterantpilan Dasar bagi Guru, (Bandung : Yrama W i d v a , 2 0 1 3C ) .e t l . 7 Deddy Maulyana, tr[etodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Kontttnikasi dan llmu Sosial Lainnya, Rosda. \ I tl t:'/ t j 8 dan AI-Qur'an RI, Departemen Agama Terjemahannya, (Jakarta : CV Pustaka Agung Harapan). 9 Emzir, trfetodologiPenelitianKualttatif: Anolisis Data (Jakarta:RajaGrafindoPersada,20ll), cet.2. l0 Endang Sri Haryanti, "Penerapan Teknik Pengaiuan P ertanyaan Accelarated Learning untuk M eningkatkan Ahivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika", Skripsi Sl Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:2009. l1 Gene E. Hall, Linda F. Quinn, Donna M. Gollnick, Mengajar dengan Senang, Jakarta: PT Macanan Jaya \,' Cemerlang,2008 13 H. A. Syafi'I Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung : PustakaSetia,1997). t4 http://makalahdownload.blogspot.com/2CI I /09/keterampilanbertanva.html. diakses pada tanggal hari Kamis, 13 Maret 2014.Pukul 10.13. 15 Hulliah, "Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa I dalam Pembelajaran PKN dengan Menggunakan Media Gambar di MI Al-Hidayah KembanganJaknrta Baret", Skripsi S I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,UIN Syarif HidayatullahJakarta:2012. ta lo Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011. Iin Tri Rahayu,Tristiadi Ardi Ardani, Observasidan Wawancara, (Jarva Timur : Bayumedia Publishing, 240q, Cet.I. I F I i8 j j, Hasibi,:;m,ProsesBelajar Mengajar, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2006. t9 Jnhana S, Maria Dinata, dan Wiyana Mulyana, Dokumentasi dan Perpustakaan, (Bandung: CV. Armiko. 1991),cet2. 20 Juliarrsyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya llmiah, (Jakana: Kecana PrenadaMedia Group,201l), Cet. 1. 21 Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya, PT. Apollo,1997. 22 LampiranSISDIKNAS2CTahun2003. 23 Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT RemajaRosdakarya" 200q. 24 Lukmanul liakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV WacanaPrima, 2009). 25 M. Quraisy Syihab, Membumikan Al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 1992). 26 Ma'rif Syafruddin, "Pengartrh Strategi Pembelajaran Aktif T'ehik Giving Question and Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa", Skripsi Sl Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif HidayatullahJakarta:2013. 2l Martinis Yarnin, Kiat l,fembelajarkan Siswa,(Jakarta: GaungPersadaPress,2010),Cet. III. 28 Masitoh dan Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam DepartemenAgama Republik Indonesia,2009),Cet. l. 29 Masri Singarimbun, Sofian Efendi, (Penyunting), Metode PenelitianSur'tai,(Jakarta:LP3ES, 1989). >/s I 1.. 30 Melvin L. Silbermen.Active Learning. (-1'ogyakarta: PT. PustakaInsanMandiri. 1996). 3l Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:RemajaRosdaKarya 2006),cet. 11. 32 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta:GP PresssGroup, 2013). JJ Nana Syaodih Sukmadinata, Meiode Penelitian Pendidikan,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2010). 34 Nasution, Metode Research, (Jakarta: PT Burni Aksara,2003),Cet. 6. 35 Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara,2001. 36 Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Bulat Active Learning, Increasing Flow in the Classroom, Terj. Dari Active l.earnlng, Increasing Flow in the Classroom, oleh Dwi Wulandari, (Jakarta: PT Index, 2008),Cet.I. )I Ramayulis, Metodologi Pendidikon Agama Islam, l I l I|- (Jakarta:Kalam Mulia" 2005), Cet.4. t2 Ridwan, Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2013). Cet. 1. 38 Rusman" Model-Model Pembelajaran MengembungkanProfesionalisme Guru, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada,2011. 39 S. Nasution,Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung:Tarsito,1988). 40 Sadirman A.M, Interaksi dan Motit,asi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT RajaGrafindoPersada,20ll), Cet.XIX, 4I Subari, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi I r Aksara, 1994),Cet. I. Sudarmaji Lamiran, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu,(Jakarta:PT PrestasiPustaka,2011), Cet. l. Sugiyono, Itfetode Penelitian Kuantitati"f Kualitati,f R&D, (Bandung:CV Alfabeta,2013),Cet. 18. SulaimanRasjid,Fiqih Islam,(Jakaria: At-Tahiriyah, 1976),Cet.I7. Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Meperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurilaium Berbasis Kompetensr, (Ciputat: euantum Teaching,2005). 46 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta:Rineka Cipta 2010),Cet. IV. Syaiful Bahri Dzamarah, Guru dan Anak Didik dalam InteraalrsiEdukatif Jakarta:PT RinekaCipta,2000. Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum pBM, (Jakarta:PT RajaGrafindoPersada,l99S),Cet.5. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurilatlum Tingkat Satuan Pendidikan (KTS?), (Jakarta:KencanaPrenadaMedia Group,2010), Cet.4. Usman, Basflruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta:Ciputat Perc,2002), Cet. l. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Iakarta: Fajar InterpratarnaOffset, 2006. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Penrlidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif Berkualitas, Jakarta: '{ I KencanaPrenadaMedia Grup, 2009. Menyerujui, DosenPembimbine Drq, ivlasanAtr'. M. Pd Nr P.195107161 98103 1005 t#. { I l YAYASANATTAQWA 08 i MADRASAH TSNAWIYAH ATTAQWA 06 TERAKREDITASI A l{O . : 02.0A n07 B AP-SM/SK/X/2012 Il.Karang - Bekasi17214 Tengah RT.03/01Pusaka Rakyat Tarumajaya :085777772332B-rirail: Phone [email protected] SURAT KETERANGAIT Nomorz /MTs. A 06 fE.7/ll2014 Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 06 Kabupaten Bekasi menerangkanbahwa : Nama ZULHANI RISOVI NIM 1 0 9 0110 0 0118 Jrrmsan PendidikanAgamaIslam ( PAI ) Semester D( ( Sembilan) Alamat rumah Jl. Golf. RT.04/10PancoranMasRangkapan Jaya BaruDepok Telah melakukanobservasipenelitian di MTs. Attaqwa 06 TarumajayaBekasi, sebagaisyaratuntukmenempuh jenjangS1di UIN SyarifHidayatullahJakarta. Demikiansuratketerangan ini dibuat untukdapatdigunakansebagaimana mestinya. Bekasi,07 ianuari 2014 aidillah, S.Ag