LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) IbM Manajemen Usaha Tempe Ketua/ Anggota Tim : Hj. Heni Sukmawati, S.Ag.,M.Pd./ NIDN : 0405097703 Fatimah Zahra Nasution, SEI.,M.A. / NIDN : 0429108501 UNIVERSITAS SILIWANGI NOVEMBER2016 1 2 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. RINGKASAN ................................................................................................ BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1.1 .Analisis Situasi ......................................................................... 1.2. Permasalahan Mitra dan Solusi yang disepakati ....................... 2 3 4 5 5 6 BAB 2. TUJUAN TARGET DAN LUARAN ............................................... 2.1. Target ....................................................................................... 2.2. Luaran ..................................................................................... 2.3. Publikasi Hasil Kegiatan .......................................................... 9 9 9 9 BAB 3. METODE PELAKSANAAN ........................................................... 3.1. Metode Pendekatan Masalah .................................................... 3.2. Rencana Kegiatan ..................................................................... 3.3. Kontribusi dan Partisipasi Mitra ............................................... 10 10 11 11 BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ......................................... 4.1. Kinerja PT dalam Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ... 4.2. Kepakaran tim pengusul ........................................................... 12 12 13 BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI...................................... 5.1. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................... 5.2. Hasil Kegiatan ........................................................................... 15 15 16 BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ....................................... 17 BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ............................................................................... 7.2. Saran ......................................................................................... 18 18 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Wilayah Lampiran 2. Handout materi penyuluhan Lampiran 3. Target danLuaran Lampiran 4. Dokumentasi kegiatan Lampiran 5. Publikasi 3 RINGKASAN IbM Manajemen Usaha Tempe Oleh : Heni Sukmawati, Fatimah Zahra Nasution Usaha Tempe merupakan usaha mikro yang potensial karena tempe merupakan makanan substitusi yang digemari banyak orang di berbagai kalangan masyarakat. Sebagian besar pengrajin tempe di kota Tasikmalaya kurang lebih sebanyak 60 orang berada di Jl.Ampera Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya dan yang terbanyak berada di wilayah RW.016 berjumlah kurang lebih 40 orang pengrajin tempe, bahkan di wilayah tersebut, usaha tempe menjadi penghasilan utama bagi warganya, ada yang menjadi buruh pembuatan tempe, reseller tempe dan pemilik sekaligus penjual tempe. Berdasarkan survei ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi mitra yaitu : (1) tidak ada inovasi dalam proses produksi maupun pengembangan produk (2) pengrajin tempe di Jl.Ampera masih menggunakan manajemen usaha tradisional yang diwariskan turun temurun sehingga tidak mampu memecahkan masalah yang terjadi, misalnya: fluktuasinya harga bahan baku, kayu bakar ygang sudah mulai langka dan harganya mahal, banyak pesaing, tingkat penjualan menurun, tidak ada standar harga tempe di pasaran dan lain sebagainya, (3) Pengrajin belum menerapkan manajemen mutu produk, (4) pengrajin tempe belum memahami tentang strategi pemasaran, (5) pengrajin tempe belum menerapkan manajemen keuangan sehingga banyak pengrajin yang kehabisan modal, mengalami kerugian dan terlilit hutang, (6) pengrajin tempe belum ada yang mengembangkan usahanya dengan membuat produk olahan tempe (diversifikasi produk) Untuk memecahkan permasalahan di atas maka kami mengusulkan IbM Manajemen Usaha Tempe ( aspek manajemen produksi, manajemen mutu, manajemen keuangan dan manajemen pemasaran ) dengan 2 mitra pengrajin tempe, dan kegiatan yang disepakati adalah 1) Penyuluhan dan pendampingan manajemen usaha dan etika bisnis, 2) Penyuluhan dan pelatihan manajemen mutu pada produk tempe, 3) Monitoring dan pendampingan manajemen mutu tempe dalam proses pembuatan tempe, 4) Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan aplikasi manajemen keuangan pada usaha tempe, 5) Penyuluhan dan pelatihan strategi pemasaran dan 6) memfasilitasi pengurusan ijin usaha. Dengan luaran yang diharapkan : SOP pembuatan tempe, strategi pemasaran tempe, buku arus kas, iklan online produk tempe, sertifikat ijin usaha Kata kunci : “Tempe, Manajemen Usaha Tempe, Strategi Pemasaran Tempe” 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Analisis Situasi Usaha Tempe merupakan usaha mikro yang potensial karena tempe merupakan makanan substitusi yang digemari banyak orang di berbagai kalangan masyarakat. Sebagian besarpengrajin tempe di kota Tasikmalaya kurang lebih sebanyak 80orang berada di Jl.Ampera Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya dan yang terbanyak berada di wilayah RW.016 berjumlah kurang lebih 40 orang pengrajin tempe, bahkan di wilayah tersebut, usaha tempe menjadi penghasilan utama bagi warganya, ada yang menjadi buruh pembuatan tempe, reseller tempe dan pemilik sekaligus penjual tempe. Usaha tempe di Jl.Ampera ini sudah dikenal masyarakat kota Tasikmalaya mulai tahun 1960-an dan usaha ini diteruskan oleh keturunan selanjutnya secara turun temurun. Bahkan mencapai puncak produksinya sekitar tahun 1990 - 2000 dengan jumlah pengrajin tempe kurang lebih 120 orang disertai dengan majunya KOPTI (Koperasi Tahu Tempe Indonesia) Tasikmalaya. Namun pada perkembangan selanjutnya dan sampai saat ini terjadi penurunan produksi dan beberapa pengrajin tempe mengalami kebangkrutan. Hal ini disebabkan karena; (1) tidak ada inovasi dalam proses produksi maupun pengembangan produk (2) pengrajin tempe di Jl.Ampera masih menggunakan manajemen usaha tradisional yang diwariskan turun temurun sehingga tidak mampumemecahkan masalah yang terjadi, misalnya: fluktuasinya harga bahan baku, kayu bakar yang sudah mulai langka dan harganya mahal, banyak pesaing, tingkat penjualan menurun, tidak ada standar harga tempe di pasaran dan lain sebagainya, (3) Pengrajin belum menerapkan manajemen mutu produk, (4) pengrajin tempe belum memahami tentang strategi pemasaran, (5) pengrajin tempe belum menerapkan manajemen keuangan sehingga banyak pengrajin yang kehabisan modal, mengalami kerugian dan terlilit hutang, (6) pengrajin tempe belum ada yang mengembangkan usahanya dengan membuat produk olahan tempe (diversifikasi produk). Semua permasalahan terus berlanjut belum ada upaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, disamping itubelum terdapat tranfer pengetahuan tentang bagaimana Manajemen Usaha Tempe yang baik karena setelah lebih dari 15 tahun belum ada program pemerintah atau lembaga lain yang mengatasi permasalahan tersebut.Kondisi ini diperparah dengan rendahnya tingkat pendidikan mayoritas pengrajin tempe. 5 Berdasarkan hasil survei di atas maka kami akan mengadakan Program Pengabdian Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Manajemen Usaha Tempe( aspek manajemen produksi, manajemen mutu, manajemen keuangan dan manajemen pemasaran ) dengan bekerja sama dengan 2 (dua) orang pengrajin tempe di wilayah Jl.Ampera Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya sebagai mitra. Dari hasil konsultasi yang kamilakukan dengan kedua mitra tersebutmaka kami memfokuskan permasalahan IbM pada: (1) Solusi keterbatasan pengetahuan pengrajin mengenai Manajemen dan Etika Bisnis. Hal ini akan dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan aplikasi manajemen bisnis dalam usaha tempe, (2)Solusi peningkatan mutu produk dalam proses produksi tempe.Hal ini akan dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan tentang kualitas produk kepada pengrajin tempe dan pegawai produksi, (3) Solusi keterbatasan strategi pemasaran. Hal akan dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan menggenai strategi pemasaran (Marketing Mix; Price, Product, Place, Promotion), (4) Solusi keterbatasan pengetahuan tentang manajemen keuangan. Hal akan dilaksanakan dengan memberikan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan dalam aplikasi manajemen keuangan dalam usaha tempe, (5) Hal ini akan dilaksanakan dengan memberikan masalah legalitas usaha dengan memfasilitasi ke intansi terkait 1.2. Permasalahan Mitra dan Solusi a. Permasalahan Mitra 1 dan solusi yang disepakati (pengusul dan mitra) No Permasalahan Akar masalah Solusi yang disepakati 1. Manajemen usaha Terbatasnya 1. Penyuluhan tentang masih bersifat pengetahuan manajemen bisnis tradisional tentang modern manajemen bisnis 2. Pelatihan tentang manajemen bisnis modern 3. Pendampingan manajemen usaha 2. belum adanya peningkatan kualitas produk Terbatasnya keterampilan danrendahnya inovasi dalam proses produksi tempe 1. Penyuluhan tentang manajemen mutu produk 2. Pelatihan pekerja tentang proses pembuatan tempedengan standar mutu 3. Monitoring proses pembuatan tempe 6 3. Belum melaksanakan manajemen keuangan Terbatasnya pengetahuan mengenai pencatatan laporan keuangan 1. Penyuluhan dan pelatihan pencatatan arus kas (cash flow) dan penganggaran biaya produksi 2. Penyuluhan dan pelatihan pencatatan laporan laba rugi 4. Tidak meningkatnya jumlah penjualan dan market share Terbatas pengetahuan dan pemahaman mengenai strategi pemasaran 1. Penyuluhan dan pelatihan strategi pemasaran 2. Penyuluhan tentang Marketing Mix (Price, Product, Place, Promotion) b. Permasalahan Mitra 2 dan solusi yang disepakati No Permasalahan Akar masalah Solusi yang disepakati 1. Manajemen usaha Terbatasnya 1. Penyuluhan tentang masih bersifat pengetahuan manajemen bisnis tradisional tentang modern manajemen bisnis 2. Pelatihan tentang manajemen bisnis modern 3. Pendampingan manajemen usaha 2. belum adanya peningkatan kualitas produk Terbatasnya 1. Penyuluhan tentang keterampilan dan manajemen mutu produk rendahnya inovasi 2. Pelatihan pekerja tentang dalam proses proses pembuatan tempe produksi tempe dengan standar mutu 3. Monitoring proses pembuatan tempe 3. Belum melaksanakan manajemen keuangan Terbatasnya pengetahuan mengenai pencatatan laporan keuangan 1. Penyuluhan dan pelatihan pencatatan arus kas (cash flow) dan penganggaran biaya produksi 2. Penyuluhan dan pelatihan pencatatan laporan laba rugi 7 4. Tidak meningkatnya jumlah penjualan dan market share Terbatas pengetahuan dan pemahaman mengenai strategi pemasaran 1. Penyuluhan dan pelatihan strategi pemasaran 2. Pelatihan tentang Marketing Mix (Price, Product, Place, Promotion) 5. Belum memiliki ijin usaha Tidak adanya fasilitator 1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya legalitas dan prosedur pengurusan izin usaha 2. Memfasilitasi pengurusan ijin usaha ke intansi terkait 8 BAB II TARGET DAN LUARAN 2.1. Target Target yang ditetapkan dalam Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Manajemen Usaha Tempe adalah : 1. Mitra mampu memahami dan mengaplikasikan manajemen bisnis dalam usahanya. 2. Mitra mampu meningkatkan kualitas produk tempe. 3. Mitra mampu menyusun pencatatan laporan keuangan. 4. Mitra mampu memahami dan mengaplikasikan strategi pemasaran tempe. 5. Mitra mampu memahami dan mengaplikasikan Marketing Mix dalam menjalankan usahanya. 6. Mitra mampu memahami pentingnya legalitas usaha dan mengurus izin usahanya. 2.2. Luaran 1. 2. 3. 4. Standar Operasional (SOP) Produksi Tempe untuk tempe berkualitas Buku pencacatan arus kas (cash flow) Strategi pemasaran produk tempe Iklan online produk tempe 2.3. Publikasi Hasil Kegiatan Kegiatan IbM Manajemen Usaha Tempe akan dipublikasikan melalui : 1. Publikasi Ilmiah di jurnal nasional, jurnal masih berupa draft karena kegiatan pelatihan dan pendampingan Manajemen Usaha Tempe masih berlangsung. 2. Publikasi Media Massa yaitu media cetak, saat ini masih dalam penyusunan materi berita dan akan dikirimkan ke redaktur Tasik Plus, Radar Tasik dan Kabar Priangan. 9 BAB III METODE KEGIATAN 3.1.Metode Pendekatan Masalah Transfer IPTekS yang akan dilaksanakan oleh Tim Pelaksana IbM dilakukan pada tiap tahapan dengan menggunakan prinsip learning by doingdengan melalui tahapan mendengar, memahami, mencoba mempraktekkan, evaluasi, perbaikan, melaksanakan, membiasakan dengan bahasa sederhana. Melalui proses-proses tersebut diharapkan inovasi dapat diadopsi secara berkesinambungan, serta mitra IbM mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis terhadap perkembangan usahanya, serta mampu mengembangkan inovasi yang telah dikuasainya. Hal ini bertujuan agar setiap proses berlangsung dengan baik, maka penyampaian inovasi kepada mitra ditempuh melalui tahapan penjelasan/penyuluhan, diskusi, praktek melalui pelatihan serta dilakukan tahapan pendampingan. Secara umum proses pendekatan untuk membantu Mitra (1) dan Mitra (2) untuk pengembangan usaha tempe dapat digambarkan sebagai berikut : Mitra 1 1. 2. 3. 4. Mitra 2 MANAJEMEN USAHA Manajemen Bisnis Manajemen Keuangan Manajemen Mutu Produk Manajemen Pemasaran MASALAH SOLUSI 1. Penyuluhan 2. Pelatihan 3. Pendampingan MANAJEMEN USAHA 1. Manajemen Bisnis 2. Manajemen Keuangan 3. Manajemen Mutu Produk 4. Manajemen Pemasaran 5. Legalitas Usaha OUTPUT Peningkatan dan pengembangan usaha tempe Gambar 1. Kerangka Pendekatan Masalah 10 3.2.Rencana Kegiatan a. Survey pendahuluan b. Sosialisasi Program dan Penyusunan Rencana Kegiatan c. Penyuluhan dan pendampingan manajemen dan etika bisnis d. Penyuluhan dan pelatihan manajemen mutu pada produk tempe e. Monitoring dan pendampingan manajemen mutu tempe dalam proses pembuatan tempe f. Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan aplikasi manajemen keuangan pada usaha tempe g. Penyuluhan dan pelatihan strategi pemasaran h. Pelatihan aplikasi Marketing Mix (Price, Product, Place, Promotion) i. Penyuluhan tentang pentingya legalitas usaha dan prosedur pengurusan ijin usaha j. Evaluasi penerapan manajemen usaha tempe pada kedua mitra 3.3.Kontribusi dan Partisipasi Mitra Mitra 1 dan Mitra 2 saat ini masih aktif melakukan usaha tempe, maka fasilitas/sarana/prasarana usaha sebenarnya sudah tersedia, seperti tempat produksi, peralatan produksi manual, bahan baku dan tenaga kerja. Modal operasional antara lain untuk pengadaan bahan baku, upah tenaga kerja dan biaya distribusi sebagian besar sudah tersedia, namun demikian saat ini pengelolaannyabelum optimal sehingga belum mampu menghasilkan produksi dan pendapatan yang maksimal. 11 BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 4.1. Kinerja LPPM Universitas Siliwangi dalam PPM Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) sebagai salah satu bagian dari roda penggerak keilmuan pada Universitas Siliwangi berkewajiban melaksanakan, memperkaya khazanah keilmuan dan meningkatkan kualitas dharma perguruan tinggi dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. LPPM Universitas Siliwangi telah berhasil meningkatkan kinerjanya yang dibuktikan dengan bertambah dan semakin beragamnya judul penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para akademisi kampus. Dalam kurun waktu 2013-2014, LPPM Universitas Siliwangi telah mengelola 15 judul pengabdian masyarakat; dimana 10 judul didanai oleh Universitas Siliwangi dan selebihnya didanai oleh DIKTI. Hal ini menunjukkan keseriusan LPPM dalam mengakselerasi dan mendorong para akademisi untuk terus melakukan sumbang karya bagi masyarakat. Selain itu, peran dan bantuan yang diberikan DIKTI kepada para akademisi Universitas Siliwangi menunjukkan pengakuan atas karya pengabdian masyarakat yang diusulkan oleh LPPM Universitas Siliwangi. Berikut ini disajikan sebagian kinerja LPPM Universitas Siliwangi dalam satu tahun terakhir. Tabel 4.1. Kinerja periode 2013-2014 No. 1 2 3 4 Kinerja Pembinaan tentang Model-Model Pembelajaran dan Kurikulum 2013 bagi Guru –Guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Tasikmalaya Peningkatan Kompetisi dan Kinerja Guru melalui Sosialisasi Implementasi Kurikulum 2013 dan Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ( PKM di Kabupaten Pangandaran ) Peningkatan Kualitas SDM melalui Pelatihan ManajemenUsaha mikro di Desa Wonoharjo Kec. Pangandaran Kab. Pangandaran Sosialisasi Kurikulum 2013 ( Mata pelajaran Sumber Dana UNSIL UNSIL UNSIL UNSIL 12 Penjasorkes ) Sosialisasi Kurikulum 2013 bagi Guru-guru SMP/MTs se-Kec. Tamansari Kota Tasikmalaya 5 UNSIL Peningkatan Kualitas SDM melalui Pemberdayaan Usaha Mikro di Desa Margalaksana Kec. Salawu Kab. Tasikmalaya 6 UNSIL Penyuluhan Entrepreneurship terhadap Kelompok Usaha Komoditas Ikan Segar “KUB MARGA MINA” di dusun Bojong Salawe Desa Karang Jagladri Kec. UNSIL Parigi Kab. Pangandaran 7 Meningkatkan Peran Pemilih Pemula pada Pemilu 2014 di Pondok Pesantren Miftahul Khoer Cintapada Tasikmalaya 8 Pemanfaatan Alam dan Lingkungan Sekitar sebagai Media Pengajaran Biologi untuk Guru-Guru SMP Kec. Cipatujah Kab. Tasikmalaya 9 10 11 12 13 14 15 Progam Pembelajaran dan Pemberdayaan Guru dan Siswa dalam Konsep Sekolah Berwawasan Lingkungan di SMAN 2 Cipatujah (Boarding School Nernasis Kelautan) IbM ( Ipteks bagi Masyarakat ) UNSIL UNSIL UNSIL DIKTI IbM ( Ipteks bagi Masyarakat ) DIKTI Pendampingan PKBM (LPPM-DIRJEN PAUD) IbM untuk Pengrajin Mendong di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Ib-IKK Agribisnis Tanaman Hias DIRJEN PAUD IbM DIKTI (pendanaan 2014) IbIKK DIKTI (pendanaan 2014) 4.2. Kepakaran Pengusul Pengalaman ketua tim dan anggotanya cukup baik dalam kualifikasinya, Ketua Tim (Hj.Heni Sukmawati,S.Ag.,M.Pd.) aktif dalam pengembangan usaha tempe diantaranya menjadi intruktur pada pelatihan 13 pembuatan tempe pada kegiatan KKN UNIDA Bogor dan membentuk kelompok usaha tempe di Bogor Selatan dengan bekerja sama dengan KOPTIBogor , disamping itu Ketua Tim juga lahir dan besar di daerah pusat pengrajin tempe. Sedangkan Anggota Tim (Fatimah Zahra Nasution, SEI.,MA.) merupakan dosen yang aktif dalam kegiatan kewirausahaan dan program pemberdayaan ekonomi. Kemudian kami Tim pelaksana IbM ini membagi tugas sesuai dengan kualifikasi masing-masing, pembagian tugas tersebut disajikan pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2. Rincian Tugas Tim Pelaksana IbM No Nama Pelaksana Keahlian Manajemen Produksi 1. Hj. Heni Sukmawati, S.Ag., M.Pd (Ketua Pelaksana) Manajemen Mutu Manajemen Pemasaran 2. Tugas yang ditangani Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi produksi tempe Dimensi kualitas produk tempe Strategi pemasaran dan Marketing mix Manajemen Keuangan Legalitas usaha Analisis keuangan pada usaha teme (lana rugi) Pencatatan keuangan usaha tempe Penyusunan cash flow Kelayakan bisnis Manajemen bisnis dan etika bisnis Kedudukan legalitas usaha dan prosedur pengurusan ijin usaha Fatimah Zahra Nasution (Anggota Pelaksana) Legalitas usaha 14 BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 5.1. Deskripsi Awal Sebagian besarpengrajin tempe di kota Tasikmalaya kurang lebih sebanyak 80orang berada di Jl.Ampera Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya dan yang terbanyak berada di wilayah RW.016 berjumlah kurang lebih 40 orang pengrajin tempe, bahkan di wilayah tersebut, usaha tempe menjadi penghasilan utama bagi warganya, ada yang menjadi buruh pembuatan tempe, reseller tempe dan pemilik sekaligus penjual tempe. Usaha tempe di Jl.Ampera ini sudah dikenal masyarakat kota Tasikmalaya mulai tahun 1960-an dan usaha ini diteruskan oleh keturunan selanjutnya secara turun temurun. Bahkan mencapai puncak produksinya sekitar tahun 1990 - 2000 dengan jumlah pengrajin tempe kurang lebih 120 orang disertai dengan majunya KOPTI (Koperasi Tahu Tempe Indonesia) Tasikmalaya. Namun pada perkembangan selanjutnya dan sampai saat ini terjadi penurunan produksi dan kualitas tempe dan beberapa pengrajin tempe mengalami kebangkrutan. Hal ini disebabkan karena; (1) tidak ada inovasi dalam proses produksi maupun pengembangan produk (2) pengrajin tempe di Jl.Ampera masih menggunakan manajemen usaha tradisional yang diwariskan turun temurun sehingga tidak mampumemecahkan masalah yang terjadi, misalnya: fluktuasinya harga bahan baku, kayu bakar yang sudah mulai langka dan harganya mahal, banyak pesaing, tingkat penjualan menurun, tidak ada standar harga tempe di pasaran dan lain sebagainya, (3) Pengrajin belum menerapkan manajemen mutu produk, (4) pengrajin tempe belum memahami tentang strategi pemasaran, (5) pengrajin tempe belum menerapkan manajemen keuangan sehingga banyak pengrajin yang kehabisan modal, mengalami kerugian dan terlilit hutang, (6) pengrajin tempe belum ada yang mengembangkan usahanya dengan membuat produk olahan tempe (diversifikasi produk). Semua permasalahan terus berlanjut belum ada upaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, disamping itubelum terdapat tranfer pengetahuan tentang bagaimana Manajemen Usaha Tempe yang baik karena setelah lebih dari 15 tahun belum ada program pemerintah atau lembaga lain yang mengatasi permasalahan tersebut.Kondisi ini diperparah dengan rendahnya tingkat pendidikan mayoritas pengrajin tempe. Berdasarkan permasalahan di atas maka kami mengadakan Program Pengabdian Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Manajemen Usaha Tempe( aspek 15 manajemen produksi, manajemen mutu, manajemen keuangan dan manajemen pemasaran )dengan bekerja sama dengan 2 (dua) orang pengrajin tempe di wilayah Jl.Ampera Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya sebagai mitra. Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat yang dilaksanakan adalah dengan memberikan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan aplikasi manajemen bisnis dalam usaha tempe, penyuluhan dan pelatihan tentang kualitas produk kepada pengrajin tempe dan pegawai produksi, memberikan penyuluhan dan pelatihan menggenai strategi pemasaran (Marketing Mix; Price, Product, Place, Promotion), memberikan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan dalam aplikasi manajemen keuangan dalam usaha tempe, penyuluhan tentang pentingnya legalitas usaha dengan memfasilitasi ke intansi terkait 5.2. Luaran dan Hasil Kegiatan a. Target yang dicapai Kegiatan IbM Manajemen Usaha Tempe yang sudah dilaksanakan dengan mitra adalah : 1. Penyuluhan dan pendampingan Manajemen Bisnis/usaha 2. Penyuluhan dan pendampingan studi kelayakan usaha 3. Penyuluhan, pelatihan da pendampingan manajemen mutu 4. Penyuluhan dan pendampingan strategi pemasaran 5. Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan manajemen keuangan usaha (arus kas) Kegiatan tersebut sudah dilaksanakan dengan rincian dapat dilihat pada tabel 5.1 No. 1 Waktu 09-04-2016 2. 17-04-2016 3. 23-04-2016 4. 14-05-2016 Tabel 5.1 Hasil kegiatan yang telah dicapai Uraian Kegiatan Capaian Penyuluhan manajemen Bisnis, Pemahaman menjelaskan bagaimana membuat pentingnya perencanaan, pelaksanaan dan perencanaan dan evaluasi usaha evaluasi usaha Penyuluhan Studi Kelayakan Pemahaman Bisnis menjelaskan standar- kelayakan sebuah standar/ uji kelayakan sebuah usaha/bisnis usaha Pendampingan manajemen bisnis Pembuatan profil dan kelayakan usaha perusahaan dan merek produk Penyuluhan manajemen keuangan, Pengetahuan dan menjelaskan tentang pengelolaan pemahaman tentang keuangan usaha pengelolaan 16 keuangan 5. 21-05-2016 6. 29-05-2016 7. 18-06-2016 8. 22-06-2016 9. 16-07-2016 10. 24-07-2016 11. 21-08-2016 Penyuluhan pembuatan (Standar Operating Procedure) SOP pembuatan Tempe 12. 04-09-2016 13. 15-10-2016 Pendampingan pembuatan (Standar Operating Procedure) SOP pembuatan Tempe Monitoring dan evaluasi kemajuan usaha tempe Monitoring dan evaluasi proses produksi berdasarkan SOP Monitoring dan evaluasi pencatatan arus kas dan peningkatan laba Monitoring dan Evaluasi kegiatan promosi 23-10-2016 14. 29-10-2016 15. 05-11-2016 Penyuluhan mutu produk, menjelaskan tentang kualitas/mutu, dimensi mutu produk dan pentingnya mutu produk Pendampingan pencatatan arus kas harian Pendampingan penyusunan tahapan produksi tempe untuk bahan SOP Produksi Tempe Penyuluhan strategi pemasaran, menjelaskan konsep pemasaran dan bauran pemasaran (produk, price, promotion, place, people) Pendampingan pencatatan arus kas harian ke-2 Pendampingan promosi produk Pengetahuan dan pemahaman tentang kualitas produk Pencatatan arus kas harian Rancangan SOP Produksi Tempe Pengetahuan dan pemahaman tentang pemasaran dan bauran pemasaran (produk, price, promotion, place, people Realisasi pencatatan arus kas harian Kegiatan promosi;tagline produk, spanduk dan media sosial Pengetahuan dan pemahaman tentang penyusunan SOP proses produksi tempe (Standar Operating Procedure) SOP produksi Tempe Peningkatan manajemen usaha Perbaikan proses dan mutu produk Efesiensi biaya Produk dan lokasi usaha dikenal oleh sasaran pasar Materi penyuluhan, dokumentasi kegiatan dan luaran yang sudah tercapai terlampir 17 b. Luaran Luaran kegiatan IbM manajemen Usaha Tempe : 1. Standart Operating Procedure (SOP) proses produksi tempe 2. Profil Iklan usaha tempe 3. Buku kas harian (arus kas) 18 BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Pada Kegiatan IbM(Ipteks bagi Masyarakat) Manajemen UsahaTempe tahun 2016 ini kami akan terus melakukan monitoring dan evaluasi pada perkembangan usaha mitra dan mempunyai rancangan kegiatan pengabdian kepada masyarakat selanjutnya. karena dalam pelaksanaan kegiatan IbM Manajemen Usaha Tempe ditemukan masalah-masalah terkait dengan usaha tempe yang berpusat di Jl.Ampera Kel.Panglayungan Kec.Cipedes Kota Tasikmalaya, diantaranya ; (1). Perkembangan usaha tempe stagnan dan cenderung menurun karena tempe merupakan konsumsi substitusi maka diperlukan diversifikasi produk, (2). Masalah lingkungan terkait produksi tempe seperti berkurangnya ketersediaan air bersih, limbah produksi, penggunaan kayu bakar dalam jumlah banyak dengan kurun waktu yang kontinue dan masalah sanitasi lingkungan, (3). Beberapa pengrajin tempe bangkrut karena terlibat hutang dengan rentenir, (4) belum adanya kelompok usaha pengrajin tempe, (5). KOPTI (Koperasi Tahu Tempe Indonesia) dalam keadaan kolaps karena mismanagemen. Melihat permasalahan-permasalahan di atas maka perlu diadakan beberapa kegiatan pengabdian kepada masyarakat pada tahun-tahun berikutnya dengan bekerja sama dengan dosen-dosen dari Program studi atau fakultas atau bahkan perguruan tinggi lain yang kepakarannya sesuai dengan solusi permasalahan di atas. Rencana kegiatan pengabdian kepada masyarakat selanjutnya diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5. IbM Produk Olahan Tempe (diversifikasi produk) IbM Olahan Nata de Soya dari limbah cair tempe IbM Usaha tanpa Riba IbM Sanitasi Lingkungan IbM Manajemen Usaha dengan sasaran kelompok usaha pada UMKM di Kota Tasikmalaya 6. IbW Rumah Tempe Terpadu di Kota Tasikmalaya 7. IbW Sentra Tempe; Pusat produksi, oleh-oleh dan kuliner berbahan dasar tempe di Jl. Ampera Kel.Panglayungan Kec.Cipedes Kota Tasikmalaya 19 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Manajemen Usaha Tempe terlaksana dengan baik dan mitra berperan aktif dalam usaha melaksanakan Ipteks yang kami berikan sehingga target yang kami rencanakan tercapai diantarannya; meningkatnya pengetahuan dan pemahaman mitra tentang manajemen bisnis, etika bisnis Islam, Studi Kelayakan bisnis, manajemen mutu, strategi pemasaran dengan promosi, manajemen keuangan usaha. Dan luaran yang tercapai adalah perbaikan proses produksi lebih higienis dan efisien, pencatatan arus kas, kegiatan promosi, dan SOP proses produksi tempe. 7.2. Saran Rekomendasi untuk kegiatan pengabdian selanjutnya : a. Akademisi Para akademisi berperan aktif untuk memberikan kontribusi sesuai dengan kepakaran dalam upaya tumbuh kembang usaha kecil dan menengah dan melakukan kegiatan pengabdian yang berkesinambungan serta melakukan perbaikan program secara terus menerus. b. Pelaku usaha Pelaku usaha bersedia dan berusaha berkontribusi aktif dalam mengembangkan usahanya c. Pemerintah Pemerintah hendaknya bersinergi dengan akademisi dalam program pembangunan daerah. 20 DAFTAR PUSTAKA Anak, Surya. (2006). Akuntansi untuk UKM; Metode Sederhana untuk UKM. Yogyakarta: Media Presinda Brigham & Houston, (2006). Jakarta: Salemba Empat Fahmi, Irham. Alfabeta. Fandy Tjiptono, Anastasia Diana Management, Andi Offset Yogyakarta (2011). Analisis Hermawan Kartajaya, M.Syakir Jakarta: MIZAN. Kottler, Dasar-dasar Keuangan. Keuangan. Bandung: (2001). Total (2006). Philip. dan Kevin Lane Pemasaran, Jakarta : ERLANGGA dan Manajemen Kinerja Syula. Praktis Keller. Quality Syariah Marketing, (2006). Manajemen Lubis, Nur Ahmad Fadhil dan Azhari Akmal Tarigan. (2001). Etika Bisni dalam Islam. Jakarta: Hijri Pustaka Utama Nasution (2001). Manajemen Ghalia Indonesia Mutu Qardhawi, Yusuf. (1997). Norma Jakarta: Gema Insani Press. Terpadu dan (TQM), Etika Ekonomi Jakarta: Islam. Sarwoto. (1991). Pembuatan Tempe. Jakarta: Penebar Swadaya Sofjan Assauri. (2004). Manajemen PT.RajaGrafindo Persada Pemasaran, Supranto, Nandan Limakrisna. (2011). Perilaku Strategi Pemasaran. Jakarta: Mitra Wacana Media Yayat M.Herujito, 2001. RajaGrapindo Persada Dasar-dasar Jakarta Konsumen Manajemen. : Dan Jakarta; 21 LAMPIRAN 22 Lampiran 1. Peta Lokasi Mitra Peta Lokasi Mitra IbM Manajemen Usaha Tempe Jl.Ampera Kel.Panglayungan Kec.Cipedes Kota Tasikmalaya PETA KELURAHAN PANGLAYUNGAN 23 Lampiran 2. Materi Penyuluhan MATERI PENYULUHANMANAJEMEN BISNIS IbM MANAJEMEN USAHA TEMPE Oleh: Heni Sukmawati Fatimah Zahra Nasution Pengertian Bisnis Bisnis merupakan kegiatan yang dijalankan oleh sekelompok orang dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen) untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan Kegiatan Bisnis 1. memperoleh laba (keuntungan material/finansial) 2. memberikan bantuan/manfaat bagi sesama (bisnis nirlaba bersifat sosial) Pengertian Etika Bisnis dan Etika Bisnis Islam: Etika bisnis adalah studi tentang aspek-aspek moral dari kegiatan ekonomi dan bisnis. Etika bisnis menjelaskan bahwa seseorang harus bertindak dan menerapkan nilai dan etika dalam kegiatan bisnisnya. Adapun etika bisnis Islam adalah studi tentang baik buruknya perilaku bisnis menurut ajaran Islam. Asas-asas Ekonomi dan Bisnis Islam: 1. Tauhid 2. Kekhalifahan Manusia 3. Ta’awun 4. Mashlahat 5. Keseimbangan dan Keadilan Hubungan Kontraktual Pengusaha-Pekerja 1. Pengakuan harkat dan martabat pekerja sebagai manusia 2. Sistem penggajian yang adil, wajar dan setara 3. Pemberian tugas sesuai skill dan kemampuan 4. Lingkungan kerja yang sehat dan nyaman 24 5. Peningkatan mutu hidup pekerja 6. Perlindungan keamanan dan kesehatan pekerja MANFAAT BISNIS Memperoleh keuntungan material dan non material Membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat Menambah jumlah barang dan jasa kebutuhan masyarakat Menambah ketersediaan sarana dan prasarana Membuka isolasi wilayah Membantu pemerataan pembangunan JENIS-JENIS BISNIS Bisnis Manufaktur Bisnis Retail Bisnis Jasa FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN USAHA Data dan Informasi tidak lengkap Tidak teliti Salah perhitungan Pelaksanaan pekerjaan secara salah Kondisi lingkungan (politik, ekonomi, hukum, bencana alam dll.) Unsur kesengajaan STUDI KELAYAKAN BISNIS Studi Kelayakan Bisnis merupakan kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, yang bertujuan untuk menentukan layak atau tidak suatu bisnis tersebut dijalankan. ASPEK-ASPEK PENILAIAN BISNIS Aspek Hukum Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Keuangan Aspek Teknis/Operasi Aspek Manajemen/Organisasi Aspek Ekonomi dan Sosial 25 Aspek Dampak Lingkungan MATERI PENYULUHAN MANAJEMEN MUTU PRODUK MANAGEMENT ? QUALITY ? KUALITAS Kualitas/mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi/melebihi harapan pelanggan. (Goetsch dan Davis) Kualitas/mutu Penting ; a. Dilihat dari sudut manajemen operasional ; merupakan salah satu kebijakan untuk meningkatkan daya saing produk. b. Dilihat dari sudut manajemen pemasaran; merupakan salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran (marketing mix) yang dapat meningkatkan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar. Dimensi Kualitas (Garvin) 1. Performa 2. features 3. Reliabilityi / Keandalan 4. Conform / Konformitas 5. Durability/ Daya Tahan 6. Service Ability / Kemampuan Pelayanan 7. Estetika 8. Kualitas yang dipersepsikan 26 Sistem Kualitas Modern (Bounds) PERMINTAAN PASAR KUALITAS DESAIN DESAIN PRODUK SERTIFIKASI PRODUK PRODUKSI PEMASARAN & PELAYANAN PURNA JUAL KUALITAS KONFORMITAS MUTU PEMASARAN & PELAYANAN PURNA JUAL PRODUK DALAM MASA PEMAKAIAN TOTAL QUALITY MANAJEMEN PENGERTIAN TQM merupakan perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. (Ishikawa) TQM adalah sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (santosa) TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. (Fandy) 27 Unsur Utama Komponen Bagaimana dalam TQM : 1. Fokus pada pelanggan 2. Obsesi terhadap kualitas 3. Pendekatan Ilmiah 4. Komitmen Jangka Panjang 5. Kerja Sama Tim (Team Work) 6. Perbaikan Sistem secara berkesinambungan 7. Pendidikan dan pelatihan 8. Kebebasan yang terkendali 9. Kesatuan tujuan 10. Ketelibatan dan pemberdayaan karyawan PRINSIP TQM (Hensler dan Brunell) 1. 2. 3. 4. Kepuasan pelanggan Respek terhadap setiap orang Manajemen berdasarkan fakta Perbaikan berkesinambungan; siklus PDCAA METODE TQM Metode W.Edwards Deming a. Siklus Deming (Deming Cycle) Plan Do Analyze The Deming Cycle Act Check MANFAAT TQM 1. Mengurangi biaya operasi 2. Meningkatkan penghasilan 3. Meningkatkan laba 28 MATERI PENYULUHAN MANAJEMEN PEMASARAN Definisi Pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan atau dapat di simpulkan bahwa pemasaran adalah adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Fungsi-Fungsi Pemasaran 1. Fungsi Pertukaran Dengan pemasaran pembeli dapat membeli produk dari produsen baik dengan menukar uang dengan produk maupun pertukaran produk dengan produk (barter) untuk dipakai sendiri atau untuk dijual kembali. 2. Fungsi Distribusi Fisik Distribusi fisik suatu produk dilakukan dengan cara mengangkut serta menyimpan produk. Produk diangkut dari produsen mendekati kebutuhan konsumen dengan banyak cara baik melalui air, darat, udara, dsb. Penyimpanan produk mengedepankan menjaga pasokan produk agar tidak kekurangan saat dibutuhkan. 3. Fungsi Perantara Untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen dapat dilakukan pelalui perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas pertukaran dengan distribusi fisik. Aktivitas fungsi perantara antara lain seperti pengurangan resiko, pembiayaan, pencarian informasi serta standarisasi / penggolongan produk. 29 Implementasi syariah pada bidang ini dapat berupa penetapan segmentasi pasar, targeting dan positioning, juga termasuk promosi. Dalam dunia pendidikan, mislanya, segmen yang dibidik adalah SDM muslim. Target yang ingin dicapai adalah output didik (SDM) yang profesional. Sedangkan posisi yang ditetapkan adalah lembaga yang memiliki unique position sebagai lembaga pendidikan manajemen syariah. Dalam promosi tidak melakukan kebohongan, penipuan ataupun penggunaan wanita tanpa menutup aurat sempurna. Pasar Konsumen I. Pengertian Pasar Konsumen Pengertian pasar secara sempit adalah suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan jasa. Sedangkan pengertian pasar secara luas adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang atau jasa dan pembeli yang mengeluarkan uang untuk membeli barang dengan harga tertentu. Pengertian pasar secara khusus adalah : 1. Sebagai sarana distribusi 2. Sebagai sarana harga 3. Sebagai sarana promosi Pasar konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau mendapatkan barang atau jasa untuk konsumen pribadi. II. Perilaku Pembelian Konsumen 1. Perilaku Pembelian Konsumen Perilaku pembelian konsumen akhir (individu dan rumah tangga) yang membeli barang atau jasa untuk konsumsi pribadi 2. Tipe Perilaku Pembelian Konsumen a. Perilaku pembelian kompleks b. Perilaku pembelian pengurangan disonasi 30 3. c. Perilaku pembelian kebiasaan d. Perilaku pembelian pencarian variasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen a. Faktor kebudayaan b. Faktor sosial c. Faktor pribadi d. Faktor psikologi Proses pengambilan keputusan (untuk membeli atau tidak membeli) oleh konsumen meliputi kegiatan : a. Pengenalan kebutuhan b. Pencarian informasi c. Pengevaluasi alternatif d. Keputusan pembelian e. Perilaku setelah pembelian Proses Keputusan Pembelian Produk Baru Produk baru adalah barang, jasa atau ide yang dianggap oleh sebagai calon konsumen sebagai hal yang baru. Dalam pengambilan keputusan produk baru ini melalui proses adopsi yaitu proses mental yang dijalani oleh individu melewati dari pertama mempelajari inovasi tertentu hingga ke adopsi akhir. Tahap-tahap Proses Adopsi 1. Kesadaran 2. Ketertarikan 3. Pengevaluasian 4. Percobaan 5. Pengadopsiaan Pengaruh Karakteristik Produk terhadap Tingkat Pengadopsian 1. Keunggulan relatif 2. Kompatibilitas 31 3. Kompleksitas 4. Divisibilitas 5. Komunikabilitas Peranan masing-masing pelaku ekonomi yaitu sebagai berikut : a. Rumah Tangga Konsumen b. Rumah Tangga Produsen c. Pemerintah d. Rumah Tangga Luar Negeri PEMASARAN LANGSUNG Pemasaran Langsung 1. Pengertian Pemasaran Langsung Pemasaran langsung atau Direct Marketing adalah metode penjualan dimana pengiklan atau penjual mendekati pelanggan potensial secara langsung dengan produk atau jasa yang ditawarkan. Contoh dari pemasaran langsung ialah penjualan lewat telepon, email diminta atau tidak diminta, dan katalog mail, leaflet, iklan outdoor, brosur dan kupon. 2. Manfaat Pemasaran Langsung Pemasaran langsung memberikan manfaat bagi pelanggan dalam banyak hal seperti : a. Rasa senang, nyaman, dan bebas dari pertengkaran b. Menghemat waktu c. Pemilihan barang dagangan tang lebih banyak Pemasaran langsung juga memberikan manfaat untuk penjual seperti : a. Menekan biaya dan meningkatkan kecepatan dan efisiensi b. Dapat ditentukan waktunya agar menjangkau calon pelanggan pada saat yang paling tepat 32 3. Basis Data Pelanggan dan Pemasaran Langsung Basis data pelanggan adalah kumpulan yang terorganisir atas data yang menyeluruh tentang pelanggan atau calon pelanggan individu, yang meliputi data geografis, demografis, psikografis dan perilaku. 4. Saluran-Saluran dalam Pemasaran Langsung Surat Langsung Pemasaran Katalog SEGMENTASI PASAR 1. Pengertian Segmentasi Pasar Segmentasi pasar itu adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda 2. Langkah-langkah Membidik Pasar a. Segmentasi Pasar Ada empat kriteria yang harus dipenuhi segmen pasar agar proses segmentasi pasar dapat dijalankan dengan efektif dan bermanfaat bagi perusahaan, yaitu : Measurable Accessible Substantial Actjonable b. Penetapan Pasar Sasaran (Target Market) c. Bauran Pemasaran Keempat unsur atau variabel bauran pemasaran (Marketing Mix) tersebut atau yang disebut 4P adalah sebagai berikut : Strategi Product (Produk) Strategi Price (Harga) Strategi Penyaluran/Distribusi Strategi Promotion 33 3. Memposisikan Produk dalam Jangka Medapatkan Keunggulan Bersaing yang Maksimum a) Potensi Keunggulan Bersaing b) Posisi Keunggulan Bersaing c) Kinerja yang dihasilkan atau perfomance outcomes 4. Mengidentifikasi Segmen-Segmen Pasar yang Menarik Perhatian dan Memiliki Strategi Strategi Geografis Strategi Demografis Strategi Psikografis 34 Lampiran 3. Target dan Luaran SOP PROSES PRODUKSI TEMPE SOP PRODUKSI TEMPE HARI I TAHAPAN 1. Kacang Kedelai ditimbang 2. Dicuci bersih 3. Kacang kedelai direbus selama 3 jam 4. Setelah matang kacang kedelai direndam selama 1 malam SOP KACANG KEDELAI DITIMBANG PENCUCIAN KEDELAI BERSIH/TIDAK KACANG KEDELAI DIREBUS 3 JAM KEDELAI MATANG DIRENDAM SELAMA 1 MALAM 35 SOP PRODUKSI TEMPE HARI II TAHAPAN 1. Kacang kedelai yang telah direndam dipecahkan 2. Dicuci bersih dipisahkan dengan SOP PEMECAHAN KACANG KEDELAI kulit ari 3. Kacang kedelai disiram dengan air panas 4. Kacang kedelai ditiriskan selama 1 jam PENCUCIAN DAN PEMISAHAN KULIT ARI KEDELAI BERSIH/TIDAK KACANG KEDELAI DISIRAM AIR PANAS KACANG KEDELAI DITIRISKAN SELAMA 1 JAM 36 SOP PRODUKSI TEMPE HARI II TAHAPAN 5. Kacang Kedelai yang telah tiris disimpan di bak besar 6. Dicampur ragi 7. Pengemasan dan pencetakan 8. Tempe diperam 2 malam 9. Tempe siap jual SOP KACANG KEDELAI YANG SUDAH TIRIS PENCAMPURAN DENGAN RAGI RATA/TIDAK DIKEMAS DAN DICETAK TEMPE DIPERAM 2 MALAM 37 PROMOSI 38 BUKU KAS 39 Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan KEGIATAN PENYULUHAN 40 41 42 KEGIATAN PENDAMPINGAN 43 PERBAIKAN PROSES PRODUKSI Keterangan : Proses Pemecahan Kedelai asalnya dengan diinjak sekarang menggunakan mesin. Keterangan : menggunakan sealer asalnya menggunakan lentera/lilin 44 Lampiran 5. Publikasi MEDIA CETAK POSTER PROGRAM IbM 45