I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bermanfaat bagi manusia karena mengandung zat-zat makanan kompleks yang dibutuhkan manusia. Zat-zat makanan tersebut adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral (Desrosier, 1970). Susu mentah mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh mikrobia yang berasal dari ternak perah, manusia yang terlibat dalam pemerahan, alat-alat yang digunakan, serta sanitasi lingkungan sekitar. Kontaminasi pada susu terkait dengan keberadaan bakteri coliform sebagai organisme yang hidup dalam saluran pencernaan yang ikut keluar bersama feses sapi, sehingga resiko kontaminasi E. coli pada susu hampir tidak dapat dihindari, oleh karena itu susu mentah sangat berpeluang terkontaminasi E. coli. Ray (1996) menyatakan secara normal susu mentah mengandung mikrobia 103 cfu/ml. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini (2001), menunjukkan rata-rata cemaran coliform pada susu sapi segar di daerah DIY sebesar 8,4 x 105 cfu/ml. Bakteri asam laktat mampu memecah laktosa dalam susu menjadi glukosa dan galaktosa yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat melalui jalur glikolisis. Asam laktat yang terbentuk akan menurunkan pH sehingga kondisi medium fermentasi menjadi asam, pada kondisi keasaman tinggi dan pH rendah bakteri yang hidup pada lingkungan netral seperti E. coli kurang dapat bertahan sehingga pertumbuhan dan perkembangan bakteri ini terhambat. Penekanan pH 2 internal sel E. coli oleh asam memutuskan transport substrat melalui pengubahan permeabilitas membran sel E. coli, sehingga metabolisme sel E. coli terganggu. Bakteri asam laktat pada berbagai penelitian juga diketahui menghasilkan senyawa-senyawa seperti hydrogen peroksida (H2O2), nisin, bakteriosin, dan diasetil yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain yang pada umumnya bakteri patogen, sehingga produk fermentasi lebih aman untuk dikonsumsi. Bakteri asam laktat memproduksi senyawa antimikrobia sejenis bakteriosin yang mampu mereduksi E. coli (Rahayu et. al., 1996). Bakteriosin bersifat bakterisidal maupun bakteriostatik terhadap mikroorganisme lain dengan memecah membran sel maupun menghambat sintesa protein dan DNA (Daeschel, 1989). Hal serupa juga dilakukan oleh Rengpipat dan Kobkaiyakit (1955) dengan mengisolasi BAL yang menunjukkan adanya aktivitas antimikrobia dari makanan fermentasi di Thailand. Aktivitas antimikrobia tersebut menghambat pertumbuhan E. coli, B. subtilis dan Staphylococcus. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahayu (1996) serta Rengpipat dan Kobkaiyakit (1955) yang menunjukkan adanya interaksi antara BAL dan E. coli dimana salah satu populasi terhambat, untuk melihat seberapa besar pengaruh pertumbuhan L. bulgaricus dan S. thermophillus terhadap cemaran E. coli selama fermentasi yoghurt, maka penelitian ini dilakukan dengan cara menginokulasikan E. coli bersama-sama dengan L. bulgaricus, S. thermophillus serta campuran L. bulgaricus dan S. thermophillus ke dalam susu sapi dengan perbandingan 1:1 sebanyak 2%, kemudian dilakukan analisis mikrobiologis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan L. bulgaricus dan S. 3 thermophillus terhadap cemaran E. coli baik cemaran alami maupun yang sengaja ditambahkan, serta analisis kimiawi untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama proses fermentasi yoghurt berlangsung. B. Rumusan Masalah Bakteri asam laktat memfermentasi laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Asam yang dihasilkan menurunkan pH susu, pada kondisi asam tinggi dan pH rendah E. coli kurang dapat bertahan. Selain itu bakteri asam laktat juga menghasilkan senyawa antimikrobia seperti bakteriosin yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Kemampuan L. bulgaricus dan S. thermophillus dalam menghambat pertumbuhan E. coli membuat produk makanan fermentasi seperti yoghurt aman dikonsumsi, tetapi sampai saat ini belum diketahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan L. bulgaricus dan S. thermophillus dalam yoghurt terhadap cemaran E. coli. . C. Batasan Masalah Bakteri asam laktat yang digunakan dalam penelitian ini adalah L. bulgaricus dan S. thermophillus sedangkan wakil coliform yang diamati interaksinya adalah E. coli. Penelitian yang dilakukan dibatasi hanya selama 24 jam fermentasi yang meliputi analisis mikrobiologis yaitu total bakteri, jumlah bakteri asam laktat, dan jumlah bakteri E. coli serta analisis kimiawi yaitu kadar laktosa, kandungan protein terlarut, kadar asam total dan pH. 4 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan L. bulgaricus dan S. thermophilus dalam yoghurt terhadap cemaran E. coli baik cemaran yang ada secara alami (kontrol) maupun E. coli yang sengaja ditambahkan bersama-sama dengan L. bulgaricus dan S. thermophilus dalam medium fermentasi serta mengetahui perubahan kadar laktosa, kadar protein terlarut, asam total, serta pH selama proses fermentasi yoghurt.