BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi dalam kehidupan sehari-hari memiliki pengertian yang bermacam-macam baik yang berhubungan dengan perilaku individu maupun perilaku organisasi. Akan tetapi, bagaimanapun pengertian motivasi itu adalah suatu unsur penting yang ada dalam diri manusia, yang berperan untuk mewujudkan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Pemberian motivasi merupakan salah satu tujuan agar karyawan yang diberi motivasi dapat bekerja sesuai dengan acuan kerja dan tanggung jawab yang diberikan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Dasar utama pemberian motivasi yang dilakukan seorang pemimpin terhadap karyawannya adalah sebagai bentuk pengetahuan dan perhatian terhadap karyawan yang dipimpinnya sebagai salah satu faktor penentu suatu keberhasilan. Menurut Robbins (2006:156), motivasi merupakan suatu proses yang menyebabkan intensitas individu, dalam usaha mengarahkan secara terus menerus untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Rivai (2008:455), motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Selain itu motivasi dapat juga diartikan sebagai suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan dan perusahaan Universitas Sumatera Utara agar mau bekerja baik sehingga keinginan karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus tercapai. 2.1.2 Jenis-Jenis motivasi Menurut Hasibuan (2001:99), ada beberapa jenis motivasi yaitu: 1. Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja. 2. Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman kepada mereka yang perkajaannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut hukum, tetapi untuk jangka panjang dapat berakibat kurang baik. Dalam praktek kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh manajer suatu perusahaan. Penggunaan motivasi positif dan motivasi negatif harus tepat dan seimbang, supaya dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Herzberg (dalam Luthans 2001:160), motivasi terbagi atas dua jenis yaitu: 1. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dalam diri individu tersebut yang dikenal dengan faktor motivasional. Adapun jenis-jenis motivasi intrinsik adalah sebagai berikut : a. Achievement (keberhasilan), yaitu keberhasilan seorang karyawan yang dapat dilihat dari prestasi kerja yang diraihnya. b. Recognition (pengakuan/penghargaan), merupakan lanjutan dari keberhasilan pelakasanaan, pemimpin harus memberi pernyataan pengakuan terhadap keberhasilan bawahan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu : a) Langsung menyatakan keberhasilan di tempat pekerjaannya, lebih baik dilakukan selagi ada orang lain. b) Surat penghargaan c) Memberi hadiah berupa uang tunai d) Memberi kenaikan gaji, promosi jabatan dan lain-lain. c. Work it self (pekerjaan itu sendiri), dimana pemimpin harus membuat kondisi bawahan mengerti akan pentingnya pekerjaan yang dilakukannya dan membuat bawahan menghindari kebosanan rutinitas dengan berbagai macam cara, serta dapat menempatkan orang yang tapat di waktu yang tepat. Universitas Sumatera Utara d. Responsibility (Tanggung jawab), dimana agar tanggung jawab benar menjadi faktor motivator bagi bawahan, pemimpin harus menghindari supervisi yang ketat, dengan membiarkan karyawan bekerja sendiri (otonomi) sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip partisipasi. e. Advencement (pengembangan), merupakan salah satu faktor motivasi bagi bawahan. Pengembangan dapat dilakukan dengan cara mengirim karyawan untuk melakukan pelatihan dan promosi kenaikan jabatan. 2. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang yang dikenal dengan teori hygiene factor. Adapun jenis-jenis motivasi ekstrinsik adalah sebagai berikut: a. Quality supervisor (supervisi), adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segara diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung. b. Interpersonal relation (hubungan atar pribadi), merupakan hubungan persorangan antara bawahan dengan atasannya, dimana kemungkinan bawahan merasa tidak dapat bergaul dengan atasannya. Agar tidak menimbulkan kekecewaan karyawan, maka minimal ada tiga kecakapan harus dimiliki setiap atasan yaitu: a) Technical skill (kecakapan teknis), dimana kecapan sangat penting bagi pemimpin, kecakapan ini meliputi penggunaan Universitas Sumatera Utara metode dan proses komunikasi yang pada umumnya berhubungan dengan kemampuan menggunkan alat. b) Human skill (kecakapan konsektual), yaitu kempuan memahami komitmen organisasi sehingga dalam berbagai tindakan yang diambil dibawah tekanan selalu dalam usaha untuk merealisasikan tujuan orgenisasi secara keseluruhan. c. Working conditional (kondisi kerja), dimana kondisi lingkungan yang baik dapat tercipta, prestasi yang tinggi dapat tercipta, prestasi tinggi dapat dihasilkan melalui konsentrasi pada kebutuhan – kebutuhan atas ego dan perwujudan diri yang lebih tinggi. d. Wage (gaji), merupakan salah satu unsur penting yang memiliki pengaruh besar terhadap motivator karyawan. 2.1.3 Manfaat Motivasi Terdapat beberapa manfaat motivasi menurut Hasibuan (2004:97), yaitu: 1. Dapat meningkatkan produktivas karyawan 2. Dapat mendorong semangat dan gairah kerja karyawan 3. Dapat mempertahankan kestabilan karyawan 4. Dapat meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan 5. Dapat meningkatkan suasana dan hubungan kerja karyawan 6. Dapat meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan 7. Dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan 8. Dapat meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan Universitas Sumatera Utara 9. Dapat mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugastugasnya 10. Dapat meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku. 2.1.4 Upaya-Upaya Memotivasi Karyawan Menurut Ishak (2003:13), cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi karyawan adalah sebagai berikut: 1. Rasa hormat (respect), yaitu memberikan rasa hormat dan pengahargaan secara adil. Namun adil bukan berarti sama rata, dalam hal prestasi kerja, atasan tidak mungkin memberikan penghargaan pada semua karyawan. Memberikan penghargaan berdasarkan prestasi, kepangkatan, pengalaman dan sebagianya. 2. Informasi, yaitu dengan memberikan informasi kapada karyawan mengenai aktivitas organisasi, terutama tentang apa yang dilakukan dan bagaimana melakukan. 3. Perilaku, usakanlah mengubah perilaku sesuai dengan harapan bawahan. Dengan demikian ia mampu membuat karyawan berperilaku atau berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh organisasi. 4. Hukuman, berikan hukuman kepada karyawan yang bersalah diruang yang terpisah, jangan menghukum didepan karyawan lain karena dapat menimbulkan frustasi dan merendahkan martabat. 5. Perasaan, tanpa mengetahui bagaimana karyawan dan perasaan apa yang ada dalam diri mereka, sangat sulit bagi pemimpin untuk memotivasi Universitas Sumatera Utara bawahan. Perasaan yang dimaksud seperti rasa memiliki, rasa partisipasi, rasa bersahabat, rasa diterima dalam kelompok, dan rasa mencapai prestasi. 2.1.5 Teori Motivasi 1. Teori Motivasi Abraham Maslow Menurut Abraham Maslow (dalam Robbins 2006:214), di dalam diri semua manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu: a. Kebutuhan fisiologis (physiological needs), yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar. b. Kebutuhan rasa aman (safety needs), yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup. c. Kebutuhan sosial (social needs), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai. d. Kebutuhan penghargaan (esteem needs), yaitu kebutuhan seseorang akan faktor-faktor penghargaan internal, seperti harga diri, otonomi, dan prestasi, serta faktor-faktor penghargaan eksternal, seperti status, pengakuan, dan perhatian. e. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs), yaitu kebutuhan seseorang akan pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan Universitas Sumatera Utara pemenuhan diri; dorongan untuk mampu menjadi apa yang diinginkan. 2. Teori Motivasi Douglas Murray Mc Gregor Menurut Douglas Murray Mc Gregor (dalam Robbins 2006:216), ada dua teori tentang manajemen dan implikasinya bagi motivasi yaitu teori X dan teori Y. Menurut teori X, empat asumsi yang dipegang para manajer adalah sebagai berikut: a. Karyawan secara interen tidak suka bekerja, bila dimungkinkan akan menghindarinya. b. Kerena karyawan tidak menyukai kerja, mereka harus dipaksa, diawasi, diancam dengan hukuman untuk mencapai sasarn. c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan formal bila mungkin. d. Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan diatas semua faktor lain yang terkait dengan karja dan akan menunjukkan ambisi yang rendah. Dalam teori Y, ada empat asumsi positif yaitu: Karyawan dapat memandang kerja sebagai kegiatan alami yang sama dengan istirahat dan bermain. a. Orang-orang akan melakukan mengarahan sendiri dan pengawasan diri jika mereka memiliki komitmen pada sasaran. b. Rata-rata orang dapat berkerja untuk menerima bahkan mengusahakan tanggung jawab. Universitas Sumatera Utara c. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif menyebar luas ke semua orang tidak hanya milik mereka yang berada dalam posisi manajemen. 3. Teori motivasi Fredrick Herzberg Menurut Herzberg (dalam Sudarwan 2004:32), ada beberapa faktor intrinsik dan faktor ekstrensik yang mempengaruhi seseorang dalam bekerja yaitu: a. Faktor intrinsik : partisipasi yang dicapai, pengakuan, dunia kerja, tanggung jawab dan kemajuan. b. Faktor ekstrinsik : hubungan interpersonal antara atasan dan bawahan, teknik supervisi, kebijakan administratif, kondisi kerja dan kehidupan pribadi. 4. Teori Kebutuhan McClelland Teori ini menganalisis tentang tiga kebutuhan manusia yanag sangat penting dalam perusahaan. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan (Rivai 2008:459), yaitu: a. Kebutuhan pencapaian (need for achievement): dorongan untuk berprestasi dan mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil. b. Kebutuhan akan kekuatan (need for power): kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya. Universitas Sumatera Utara c. Kebutuhan hubungan (need for affiliation): hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. 5. Teori Pengharapan Victor Vroom Menurut Victor Vroom (dalam Robbins 2006:238), menjelaskan tiga teori harapan berfokus pada tiga hubungan yaitu: a. Hubungan upaya-kerja, probabiltas yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja. b. Hubungan kerja-imbalan, sampai sejauh mana itu karyawan itu menyakini bahwa berkinerja pada tingkat tertentu akan medorong tercapainya output yang diinginkan. c. Hubungan imbalan-sasaran pribadi, sampai sejauh mana imbalanimbalan organisasi memenuhi sasaran atau kebutuhan pribadi serta potensi daya tarik imbalan tersebut bagi karyawan tersebut. 2.2 Komitmen Karyawan 2.2.1 Pengertian Komitmen Karyawan Menurut Robbins (2008:99), komitmen karyawan terhadap organisasi yaitu sampai tingkat mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tertentu. Menurut Panggabean (2004:132), komitmen adalah kuatnya pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi tertentu. Menurut Alwi (2001:49), komitmen diartikan sebagai sikap karyawan untuk tetap berada dalam organisasi dan terlibat dalam upaya-upaya pencapaian misi, nilai-nilai dan tujuan Universitas Sumatera Utara perusahaan. Selain itu menurut Sunarto (2005:25), komitmen adalah kecintaan dan kesetiaan yang terdiri dari: a. Penyatuan dengan tujuan dan nilai-nilai perusahaan b. Keinginan untuk tetap berada dalam organisasi c. Kesediaan untuk tetap bekerja keras atas nama organisasi Sedangkan menurut Mowdy, Porter & Steer dalam Munandar (2004:75), komitmen adalah sifat hubungan seorang individu dengan organisasi dengan memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi 2. Mempunyai keinginan berbuat untuk organisasinya 3. Mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap bersama dengan organisasinya 2.2.2 Bentuk-Bentuk Komitmen Karyawan Allen dan Meyer (dalam Luthans, 2006:249) menjelaskan terdapat tiga dimensi dalam komitmen karyawan yaitu: 1. Komitmen afektif adalah keterkaitan emosional karyawan, identifikasi dan keterlibatan dalam organisasi 2. Komitmen normatif adalah seberapa jauh seorang karyawan secara psikilogis atau kejiwaan untuk menjadi karyawan dari seluruh organisasi yang didasarkan kepada perasaan seperti kesetiaan, kehangatan, pemilikan, kebanggaan, kesenangan, kebahagiaan dan lain-lain. 3. Komitmen kelanjutan adalah komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Motif yang Mendasari Komitmen Karyawan Menurut Reichers dalam Munandar, (2004:79), ada dua motif yang mendasarkan seseorang untuk berkomitmen pada organisasi atau unit kerjanya yaitu: 1. Side-best orientation Hal ini memfokuskan pada akumulasi dari kerugian yang dialami atas segala sesuatu yang telah diberikan oleh individu kepada organisasi apabila meninggalkan organisasi tersebut. Dasar pemikiran ini adalah bahwa meninggalkan organisasi akan merugikan karena takut kehilangan hasil kerja kerasnya yang tidak bisa diperoleh dari tempat lain. 2. Goal-congruance orientation Hal ini memfokuskan pada tingkat kesesuaian antara tujuan personal individu dan organisasi sebagai hal yang menentukan komitmen pada organisasi. Pendekatan ini menyatakan bahwa komitmen karyawan pada organisasi dengan goal-congruance orientation akan menghasilkan karyawan yang memiliki penerimaan atas tujuan dan nilai-nilai organisasi, keinginan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan, serta hasrat untuk menjadi anggota organisasi. 2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Karyawan Menurut Steers dalam Sopiah (2008:164), ada tiga faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan yaitu: 1. Ciri pribadi pekerja, termasuk juga masa jabatannya dalam organisasi dan variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan Universitas Sumatera Utara 2. Ciri pekerjaan, seperti: identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan sekerja. 3. Pengalaman kerja, seperti: keteladanan organisasi dimasa lampau dan cara pekerja-pekerja lainnya memperbincangkan dan mengutarakan perasaan mereka mengenai organisasi. Sedangkan menurut Minner dalam Sopiah (2008:165), ada empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan yaitu: 1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kepribadian 2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan. 3. Karakteristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi, kehadiran serikat pekerjaan, dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan. 4. Pengalaman kerja, pengalaman kerja seorang karyawan sangat berpengaruh terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerjadalam organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan. 2.2.5 Meningkatkan Komitmen Universitas Sumatera Utara Menurut Sunarto (2005:26), ada beberapa langkah untuk meningkatkan komitmen yaitu: 1. Libatkan karyawan dalam mendiskusikan tujuan dan nilai-nilai organisasi. Dengarkan kontribusi mereka dan sampaikanlah kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi agar dapat dimasukkan kedalam pernyataan tujuan dan nilai-nilai organisasi. 2. Berbicara kepada para anggota tim secara informal dan formal mengenai apa yang sedang terjadi di dalam departemen dan rencanakan masa depan yang akan mempengaruhi mereka. 3. Libatkan anggota tim dalam menetapkan harapan bersama sehingga mereka merasa “memiliki” dan melaksanakan tujuan tersebut. 4. Apabila langkah untuk meningkatkan kualitas kerja dalam departemen harus dilihat dengan berbagai cara misalnya cara mereka bekerja, cara mengelola pekerjaan, gaya manajemen serta lingkup partisipas. Bangunlah budaya “ambil keputusan sendiri”, jangan budayakan “perintah dan awasi”. 5. Bantulah karyawan mengembangkan keterampilan dan kompetensinya untuk meningkatkan “kemampuan kerja” mereka baik di dalam maupun di luar perusahaan. 6. Jangan memberi janji-janji untuk memberi “kerja seumur hidup”, katakan perusahaan akan berusaha semampunya untuk memberi kesempatan kerja dan berkembang. Universitas Sumatera Utara 7. Kerangka berfikir mereka tidak selalu sama dengan kerangka berfikir anda. Kemungkinan pandangan anda akan diterima dengan sepenuh keraguan, sinisme atau bahkan permusuhan, baik secara terang-terangan atau tersembunyi. Agar pandangan anda bisa diterima oleh karyawan, anda harus menjadi orang yang bisa dipercaya. Dan untuk menjadi orang yang bisa dipercaya, perbuatan anda lebih penting dari pada katakata anda. 2.3 Kinerja Karyawan 2.3.1 Pengertian Kinerja Karaywan Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan mempunyai tingkatan yang berbeda-beda dalam mengerjakan tugasnya. Pihak manajemen dapat mengukur tingkat kinerja karyawan berdasarkan kinerja dari masing-masing karyawan. Pada dasarnya karyawan bisa saja mengetahui seberapa besar kinerja mereka melalui sarana informal, seperti komentar atau penilaian yang baik atau buruk dari atasan, mitra kerja, bahkan bawahan tetapi seharusnya penilaian kinerja juga harus diukur melalui penilain formal dan terstuktur. Kinerja tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh. Dalam hal ini kinerja adalah suatu hasil dari kinerja karyawan dalam bekerja dalam periode tertentu. Mangkunegara (2009:3), menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada karyawan tersebut. Menurut Tika (2006:18), kinerja sebagai hasil-hasil fungsi Universitas Sumatera Utara pekerjaan/ kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Kinerja yang tinggi dapat dicapai oleh karena kepercayaan (trust) timbal balik yang tinggi di antara anggota atau karyawan dengan kata lain para anggota mempercayai integritas, karakteristik, dan kemampuan setiap anggota lain. Untuk mencapai kinerja yang tinggi memerlukan waktu yang lama. Menurut Moeheriono (2009:60), kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan organisasi. Menurut Gomes (2003:39), menyatakan kinerja karyawan sebagai catatan hasil produksi pada fungsi pekerjaan yang spesifik atau aktivitas selama periode waktu tertentu. Sehingga kinerja merupakan tingkat keberhasilan yang diraih oleh karyawan dalam melakukan suatu aktivitas kerja dengan merujuk pada tugas yang harus dilakukan. 2.3.2 Penilaian Kinerja Menurut Moeheriono (2009:106), ada empat aspek penilaian kinerja, yaitu: 1. Hasil kerja, yaitu keberhasilan karyawan dalam pelaksanaan kerja (output) biasanya terukur, seberapa besar yang telah dihasilkan, berapa jumlahnya Universitas Sumatera Utara dan berapa besar kenaikannya, misalkan, omset pemasaran, jumlah keuntungan dan total perputaran asset, dan lain-lain. 2. Perilaku, yaitu aspek tindak tanduk karyawan dalam melaksanakan pekerjaan, pelayanan, kesopanan, sikap, dan perilakunya, baik terhadap sesama karyawan maupun kepada pelanggan. 3. Atribut dan kompetensi, yaitu kemahiran dan penguasaan karyawan sesuai tuntutan jabatan, pengetahuan, ketrampilan dan keahliannya, seperti kepemimpinan, inisiatif dan komitmen. 4. Komparatif, yaitu membandingkan hasil kinerja karyawan dengan pegawai lainnya yang selevel dengan yang bersangkutan, misalnya sesama sales berapa besar omset penjualannya selama satu bulan. Selain itu menurut Moeheriono (2009:107), ada beberapa prinsip dalam penilaian kinerja diantaranya: 1) Relevance, yaitu harus ada kesesuaian faktor penilaian dengan tujuan sistem penilaian. 2) Acceptability, yaitu dapat diterima atau disepakati karyawan 3) Realibility, yaitu faktor penilaian harus dapat dipercaya dan diukur karyawan secara nyata 4) Sensitivity, yaitu dapat membedakan kinerja yang baik atau yang buruk 5) Practicality, yaitu mudah dipahami dan dapat diterapkan secara praktis 2.3.3 Metode Penilaian Kinerja Universitas Sumatera Utara Menurut Moeheriono (2009:108), beberapa metode penilaian kinerja karyawan yang dapat diterapkan adalah: 1. Metode Skala Peringkat Sistem ini terdiri atas dua bagian yaitu: pertama, bagian suatu daftar karakteristik dan kedua, bidang ataupun perilaku yang akan dinilai dan bagian skala. Kekuatan sistem ini adalah dapat diselesaikan dengan cepat dan dengan upaya sesering mungkin. Kelemahan dari sistem ini adalah subjektif karena kriteria penilaian yang digunakan amat samar dan kurang tepat, khususnya pada skala yang digunakan. 2. Metode Daftar Pertanyaan (checklist) Hasil metode ini adalah bobot nilai pada lembar Checklist, tetapi checklist dapat dijadikan sebagai gambaran hasil kerja karyawan yang akurat. Keuntungannya adalah biaya yang murah, pengurusannya mudah, penilai hanya membutuhkan waktu pelatihan yang sederhana dan distandarisasi. Kelemahannya terletak pada penyimpangan penilai yang lebih mengedepankan kriteria pribadi karyawan dalam menentukan kriteria hasil kerja, kesalahan menafsir materi-materi checklist, dan penentuan bobot nilai tidak seharusnya dilakukan oleh departemen Sumber Daya Manusia. 3. Metode pilihan terarah (Forced Choice Method) Sistem ini menggunakan evaluasi dalam lima skala yaitu, a. Berkinerja sangat tinggi. b. Berkinerja rata-rata tinggi. c. Berkinerja rata-rata. Universitas Sumatera Utara d. Berkinerja rata-rata rendah. e. Berkinerja sangat rendah Kekuatan sistem ini adalah dapat mengidentifikasikan karyawan yang memiliki prestasi tinggi dan luar biasa serta dapat mengurangi penyimpangan penilaian. Kelemahannya adalah tidak realistis mendorong pimpinan yang memiliki hanya empat atau lima karyawan untuk mendistribusikannya ke lima level. 4. Metode peristiwa kritis (Critical Incident Method) Pada sistem ini dilaksanakan dengan membuat catatan-catatan contoh yang luar biasa baik atau tidak diinginkan dari perilaku yang berhubungan dengan kerja seorang karyawan dan meninjaunya bersama karyawan lain pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Keuntungan metode ini adalah menyajikan fakta-fakta keras yang spesifik untuk menjelaskan evaluasi dan memastikan bahwa pimpinan berfikir tentang evaluasi , serta mengidentifikasikan contoh-contoh khusus tentang kinerja yang baik dan jelek dan merencanakan perbaikan terhadap kemerosotan. Kelemahannya adalah sulit untuk menilai atau memeringkatkan karyawan yang berhubungan dengan satu sama lain. Universitas Sumatera Utara 2.3.4 Tujuan Penilaian Kinerja Menurut Dessler (2006:325) penilaian kinerja dilakukan untuk: 1. Evaluasi hasil kerja setelah melakukan pelatihan Penilaian harus memberikan peran yang terintegrasi dalam proses manajemen kinerja pengusaha, penilaian kinerja memberikan manfaat setelah melakukan pelatihan. 2. Perencanaan perbaikan jika tujuan belum tercapai Penilaian memungkinkan atasan dan bawahan menyusun sebuah rencana untuk mengoreksi semua kekurangan yang ditemukan dalam penilaian dan untuk menegaskan hal-hal yang telah dilakukan dengan benar oleh bawahan. 3. Penunjang perencanaan karier Penilaian harus melayani tujuan perencanaan karier dengan memberikan kesempatan meninjau rencana karier karyawan dengan memerhatikan kekuatan dan kelemahannya secara spesifik. 2.4 Penelitian Terdahulu Asril (2012) meneliti “Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Reza Friska Pratama Medan”. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan meteode kualitatif dengan menggunakan analisis linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Reza Friska Pratama Medan. Dari hasil pengujian koefisian determinasi (r2) menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi dan disiplin kerja Universitas Sumatera Utara terhadap kinerja karyawan sebesar 65,4%, yang artinya ada hubungan yang erat, dan sisanya tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Amalia (2012) melakukan penelitian “Pengaruh Budaya Kerja dan Komitmen terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Jenis penelitian ini adalah asosiatif dengan menggunakan analisis linier berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara budaya kerja dan komitmen terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Dari hasil pengujian koefisien determinan (r2) diperoleh nilai 0,662, yang artinya ada hubungan yang erat antara budaya kerja dan komitmen terhadap kinerja karyawan sebesar 66,2%, dan sisanya tidak diteliti dalam penelitian ini. 2.5 Kerangka Konseptual Motivasi yang diberikan kepada karyawan diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan yang akan berdampak positif terhadap kemajuan perusahaan. Sedangkan Komitmen karyawan sangat penting bagi perusahaan untuk mengukur sejauh mana tingkat kesetiaan dan kecintaan setiap karyawan untuk menjalankan dan mentaati setiap kebijakan dan ketentuan yang di tetapkan oleh perusahaan. Kinerja merupakan acuan akhir untuk mengetahui sejauh mana pemberian motivasi dan komitmen karyawan dapat terlaksana dan memberikan hasil yang baik dari sebelumnya. a. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Karyawan. Teori motivasi merupakan suatu pandangan yang dapat digunakan dan sebagai acuan untuk memberikan motivasi kepada setiap karyawan yang ada Universitas Sumatera Utara didalam perusahaan tersebut. Motivasi dapat mempengaruhi karyawan untuk berperilaku baik, oleh karena itu motivasi yang tinggi akan memberikan kinerja yang baik bagi perusahaan. Seorang karyawan yang termotivasi akan bersemangat dalam mengerjakan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Sebaliknya karyawan yang memilki motivasi rendah akan merasa tidak nyaman dan merasa tidak senang dengan pekerjaannya. Menurut Rivai (2008:455), motivasi adalah serangkaian sikap dan nilainilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sedangkan menurut Robbins (2006:156), motivasi merupakan suatu proses yang menyebabkan intensitas individu, dalam usaha mengarahkan secara terus menerus untuk mencapai tujuan. Dengan motivasi yang dimiliki oleh setiap karyawan diharapkan bersama-sama dapat mewujudkan tujuan perusahan. b. Hubungan Komitmen Karyawan dengan Kinerja Karyawan Komitmen karyawan dapat dilihat dari tanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan serta konsistensi karyawan tersebut untuk tetap berada dalam perusahaan. Komitmen karyawan sangat dekat hubunganya dengan kehadiran atau absensi karyawan. Komitmen yang profesional akan mempengaruhi kinerja pekerjaan, sebaliknya komitmen yang rendah akan berakibat pada kurangnya produktifitas ataupun kreatifitas dalam bekerja. Karyawan yang terpuaskan oleh pekerjaannya cenderung untuk memenuhi tanggung jawabnya terhap perusahaan. Menurut Robbins (2008:99), komitmen karyawan terhadap organisasi yaitu sampai tingkat mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu Universitas Sumatera Utara dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tertentu. Untuk medapatkan hasil yang baik dibutuhkan karyawan yang berkomitmen penuh terhadap peraturan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan agar dapat menghasilkan tujuan perusahaan. Mangkunegara (2009:3), menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada karyawan tersebut. Menurut Moeheriono (2009:60), kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi Berdasarkan teori-teori dan penjelasan yang telah dituliskan sebelumnya, maka dibentuklah kerangka konseptual yang menunjukkan gambaran hubungan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y, yakni: Motivasi (X1) Kinerja Karyawan (Y) Komitmen Karyawan (X2) Sumber: Rivai (2005:455, Robbins (2008:99), Moeheriono (2009:60). data diolah Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Universitas Sumatera Utara 2.6 Hipotesis Hipotesis dapat didefenisinikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2009:135). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang sudah diuraikan maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Motivasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja karyawan pada PT. Permata Hijau Group (PHG) Cabang Sosa. 2. Komitmen karyawan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja karyawan pada PT. Permata Hijau Group (PHG) Cabang Sosa. Universitas Sumatera Utara