BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara asean. Berdasarkan Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Kematian ibu juga sering dipakai sebagai kualitas pembangunan manusia, hal ini didasarkan angka kematian ibu sangat erat kaitannya dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sesuai Data Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) 2007 yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan 28%, eklamsi 13%, aborsi tidak aman 11% serta sepsis 10%. Penyebab tidak langsung, resiko kematian ibu makin besar dengan adanya anemia 51%, nifas 45%. Menurut WHO, kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20% dan 89% dengan menetapkan Hb < 11 g% ( g/dl) sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Tjiong dalam Manuaba (2010) menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% trimester II, dan 24,8% pada trimester III ( Manuaba, 2010 ). Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di Negara maju maupun di negara berkembang. Badan Kesehatan Dunia atau Word 1 Health Organization ( WHO ) memperkirakan bahwa 35-75% ibu hamil di Negara berkembang dan 18% ibu hamil di Negara maju mengalami anemia. Namun, banyak diantara mereka yang telah menderita anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan prevalensi sebesar 43% pada perempuan yang tidak hamil di negara berkembang dan 12% di Negara yang lebih maju ( Sarwono, 2008). Di Indonesia prevalensi anemia di kalangan pekerja memang masih tinggi. Studi mengenai anemia pada pekerja wanita yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, Jambi, dan Kudus – Jawa Tengah membuktikan hal itu. Dilaporkan, anemia menurunkan produktivitas 5 – 10% dan kapasitas kerjanya 6,5 jam per minggu. Anemia yang menyebabkan turunnya daya tahan juga membuat penderita rentan terhadap penyakit, sehingga frekuensi tidak masuk kerja meningkat. Maka benarlah bila disimpulkan, anemia defisiensi zat besi (Fe) sangat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. Namun, menurut penelitian lain, produktivitas dapat ditingkatkan 10 – 20% setelah pekerja mendapat suplemen zat besi (Fe). Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet besi (Fe) meminumnya secara rutin. Hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet besi (Fe) untuk kehamilannya. Banyak wanita Indonesia tidak mempedulikan ataupun kurang memahami aspek kekurangan zat besi terhadap tingkat kecerdasan. Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi (Fe), frekuensi tablet perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet zat besi (Fe) merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia khususnya zat besi (Fe). (Depkes, 2006). 2 Untuk itu penurunan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan yang mengacu pada Indonesia Sehat 2010. (SDKI, 2007). Yang dilakukan dengan cara memberi pengetahuan kepada semua lapisan masyarakat untuk memahami “Empat Terlalu”(terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak). Seperti program yang telah dicanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) yang terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan sistem kesehatan. Salah satu dari beberapa faktor tidak langsung penyebab kematian ibu adalah anemia. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi terjadinya komplikasi pada kehamilan persalinan, resiko kematian maternal, prematuritas, BBLR, dan kematian perinatal. Disamping itu perdarahan antepartum dan post partum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal. Sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul asuhan keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan anemia. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Memberikan gambaran asuhan keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan anemia 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan dan mendokumentasikan pengkajian asuhan keperawatan keluarga ibu hamil dengan anemia 3 b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga dengan masalah pada ibu hamil dengan anemia c. Mampu menentukan tujuan dan membuat rencana tindakan keperawatan keluarga pada masalah ibu hamil dengan anemia d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan anemia e. Mampu melakukan evaluasi pada keluarga ibu hamil dengan anemia C. Pengumpulan Data Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis dalam mengumpulkan data menggunakan metode : 1. Observasi partisipatif : Penulis melakukan pengamatan dan turut serta dalam melakukan tindakan pelayanan keperawatan 2. Interview : Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara tanya jawab tentang masalah-masalah yang dihadapi klien dan keluarga 3. Studi literature : Penulis melakukan pengumpulan data melalui sumbersumber yang autentik yang bersangkutan dengan masalah untuk mendapatkan gambaran ilmiah yang bersifat teoritis tentang asuhan keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan anemia 4 D. Sistematika Penulisan BAB I : Merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, pengumpulan data serta sistematika penulisan BAB II : Berisi konsep dasar tentang keluarga dan anemia kehamilan BAB III : Berisi tentang tinjauan kasus yang meliputi pengkajian keluarga, diagnosa keperawtan keluarga, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan pada klien dan keluarga BAB IV : Pembahasan BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA 5