G. Peut Sagoehot!

advertisement
1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
KETERANGAN UMUM
Nama Lain
: Puet Sague, Puet Sagu atau Ampat Sagi
Lokasi
a. Geografi Puncak
: 4°55,5’ Lintang Utara dan 96°20’ Bujur Timur
b. Administrasi
: Kabupaten Pidie Meriah, Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Ketinggian
: 2780 m dpl
Kota Terdekat
: Pidie
Tipe Gunungapi
: Strato dengan kubah lava di puncak
Pos Pengamatan
: Transdespot Turucuet, Desa Mane, Kecamatan Mane,
Kabupaten Pidie.
04o 52’ 11” LU dan 96o 05’ 25,7” BT. Tinggi 444 m dpl.
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Puncak G. Peut Sague umumnya dicapai melalui sisi barat, yaitu lewat Kampung
Lutueng, Kecamatan Geumpang. Kecamatan Geumpang sendiri dapat dicapai dari Kota
Banda Aceh via Sigli dan Tangse, yang berjarak lk 232 km. Hamidi, S (1976) berhasil
mencapai puncak G. Peut Sague melalui Geumpang via Kampung Lutong dengan waktu
tempuh selama 5 hari. Farisy,S dkk dari tim Kanwil Departemen Pertambangan dan
Energi, Propinsi Daerah Istimewa Aceh, pada 12 Desember 1993 juga melakukan
pendakian lewat jalur yang sama dengan waktu tempuh 5 hari.
Gede Suantika, dkk. (1998), melakukan perjalanan melalui Kampung Lutung. lokasi
transmigrasi SP4, dengan cara merintis jalan tim ini berhasil mencapai puncak selama 2
hari atau total waktu tempuh pulang pergi selama 5 hari. Jarak Kampung Lutung ke
Puncak Lutung (salah satu puncak di G. Peut Sague) adalah sekitar 20 km.
SEJARAH KEGIATAN GUNUNGAPI
Berdasarkan catatan sejarah G. Peut Sagoue, kegiatan terakhir yang tercatat
adalah:
1918
Laporan dari tentara kompeni G. Peut Sagoue menunjukkan peningkatan.
1919
Pada Tanggal 25 September tampak asap putih mengepul dari salah satu
puncak sebelah barat G. Peut Sagoue.
1920
Pengamatan yang dilakukan oleh tentara kompeni pada bulan Maret dari
kejauhan tampak tiang asap membumbung ke angkasa disertai sinar api berasal
dari kawah sebelah barat dan bagian timur. Pada bulan Mei dari kejauhan terlihat
gumpalan asap disertai suara gemuruh dan semburan bara api.
1998
Pada tanggal 26 April, pilot Garuda Indonesia Airline melintas daerah G. Peut
Sagoue pada ketinggian 7 Km melihat adanya letusan abu dengan ketinggian
mencapai 3 Km.
2000
Pada bulan Desember terjadi letusan dan sebaran abunya mencapai Geumpang,
Lutung, Mane dan Bangke yang jaraknya lk. 20 Km dari G. Peut Sagoue.
GEOFISIKA
Seismik
Grafik Gempa Vulkanik Dangkal G. Peut Sagou
2008 - 2009
4
3
2
13-Nov
14-Dec
13-Oct
12-Sep
12-Jul
12-Aug
11-Jun
11-May
10-Apr
10-Mar
7-Jan
7-Feb
6-Nov
7-Dec
6-Oct
5-Sep
5-Jul
5-Aug
4-Jun
3-Apr
3-Mar
1-Jan
0
4-May
1
1-Feb
Jumlah Gempa
5
Grafik Gempa Vulkanik Dalam G. Peut Sagou
2008 - 2009
4
3
2
14-Dec
13-Oct
13-Nov
12-Aug
12-Sep
12-Jul
11-Jun
10-Apr
11-May
10-Mar
7-Jan
7-Feb
6-Nov
7-Dec
6-Oct
5-Sep
5-Jul
4
3
2
12-Jul
12-Aug
12-Sep
13-Oct
13-Nov
14-Dec
12-Jul
12-Aug
12-Sep
13-Oct
13-Nov
14-Dec
11-Jun
11-May
10-Apr
7-Feb
10-Mar
7-Jan
7-Dec
6-Nov
6-Oct
5-Sep
5-Jul
5-Aug
3-Apr
3-Mar
1-Jan
1-Feb
0
4-Jun
1
4-May
Grafik Gempa Tektonik Jauh G. Peut Sagou
2008 -2009
4
3
2
11-Jun
11-May
10-Apr
7-Feb
10-Mar
7-Jan
7-Dec
6-Nov
6-Oct
5-Aug
5-Sep
3-Apr
3-Mar
1-Feb
1-Jan
0
5-Jul
1
4-Jun
Jumlah Gempa
5-Aug
Grafik Gempa Tektonik Lokal G. Peut Sagou
2008 -2009
5
Jumlah Gempa
4-Jun
3-Apr
3-Mar
1-Feb
1-Jan
0
4-May
1
4-May
Jumlah Gempa
5
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Untuk memantau kegiatan G. Peut Sagoue secara terus menerus, maka sejak 18
Agustus 1998 dibangun Pos Pengamatan Gunungapi di Desa Mane, Kecamatan Mane
yang mulai dioperasikan pada 15 Oktober 1998. Kegiatan G. Puet Sagoe dipantau secara
menerus baik secara visual dan kegempaan dari pos Pengamatan.
Visual
Pengamatan visual kawah G. Peut Sagoue dari Pos PGA G. Peut Sagoue tidak
berjalan maksimal, karena sering tertutup kabut dan jarak antara kawah dan Pos PGA ±
22 Km. Untuk mendapatkan data pengamatan visual yang lebih baik dapat dilakukan
pemantauan dari SP-5 dimana jarak dari SP-5 ke Pos PGA ± 13 Km dan jarak datar
antara SP-5 ke kawah ±10 km.
Posisi kawah G. Peut Sagoue berada di sebelah utara, pengamatan visual dari
kaki gunungapi ke kawah dengan jarak ± 1 Km dari kawahPosisi kawah berada pada
tebing/lereng sehingga tidak memungkinan untuk melakukan pemeriksaan yang lebih
seksama.
Seismik
Pemantauan yang dilakukan menggunakan alat seismograf dengan sistem RTS
yaitu alat perekam gempa (seismometer L4 C) yang dipasang di bagian baratdaya tubuh
G. Peut Sagoue pada posisi 04o 54’ 13,6” LU dan 96o 17’ 01,1” BT, ketinggian 2150 m
dpl, kemudian dipancarkan menggunakan gelombang radio dan di rekam dalam bentuk
data analog di Pos PGA menggunakan Seismograf Kinemetric PS-2.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Jenis bahaya yang berpotensi mengancam jiwa dan harta benda bila gunungapi ini
meletus adalah terdiri atas aliran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu (lebat), dan
kemungkinan awan panas, dan lahar. Bedasarkan potensi bahaya yang mungkin terjadi,
kawasan rawan bencana G. Peut Sague dapat dibagi menjadi tiga tingkat kerawanan dari
rendah ke tinggi yaitu: Kawasan Rawan Bencana I, Kawasan Rawan Bencana II, dan
Kawasan Rawan Bencana III.
KAWASAN RAWAN BENCANA III (KRB-III).
Kawasan rawan bencana III adalah kawasan yang sering terlanda material letusan
berupa aliran lava, hujan abu lebat, lontaran batu (pijar), kemungkinan awan panas dan
gas racun.
Kawasan rawan bencana III dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Kawasan yang sering terlanda aliran massa terdiri atas aliran lava, kemungkinan awan
panas dan gas racun, dan
b. Kawasan yang sering terlanda material lontaran, berupa: lontaran batu (pijar), dan
hujan abu (lebat).
Kawasan Rawan Bencana III Peut Sague yang terlanda lava atau kemungkinan
awan panas adalah daerah puncak dan mengikuti lembah hulu sungai di lereng atas dan
sekitarnya. Kawasan rawan bencana III dalam peta digambarkan dalam peta dengan
warna merah tua tegas.
Kawasan Rawan Bencana III Peut Sague yang sering terlanda lontaran batu dan
hujan abu lebat mencakup daerah puncak dan kerucut gunungapi lain di sekitarnya dalam
kaldera dengan radius 2 km dari pusat erupsi. Batas Kawasan Rawan Bencana III Peut
Sague terhadap bahaya lontaran batu dalam peta digambarkan dalam bentuk lingkaran
putus-putus warna merah. Kawasan Rawan Bencana III Peut Sague baik yang sering
terlanda bahaya aliran massa maupun bahaya lontaran batu (pijar) merupakan kawasan
tidak berpenduduk dan terdiri atas hutan alam yang lebat.
Kawasan rawan bencana III terhadap bahaya lontaran yang berada dalam radius 2
km dari pusat erupsi dan kawasan rawan terhadap bahaya aliran massa mengikuti lembah
hulu sungai Simpang lee Cuko yang mengalir ke arah baratdaya-barat (SWW) merupakan
hutan lebat dan daerah kosong yang tidak berpenduduk.
KAWASAN RAWAN BENCANA II (KRB-II).
Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lava,
lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, kemungkinan awan panas/aliran piroklastik dan gas
racun.
Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa aliran lava, kemungkinan
awan panas, gas beracun, dan lahar.
b.
Kawasan rawan bencana terhadap lontaran dan jatuhan piroklastik seperti lontaran
batu (pijar), dan hujan abu lebat.
Di Kawasan Rawan Bencana II masyarakat diharuskan mengungsi jika terjadi
peningkatan kegiatan gunungapi sesuai dengan saran Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi sampai daerah ini dinyatakan aman kembali. Pernyataan bahwa harus
mengungsi, tetap tingal di tempat, dan keadaan sudah aman kembali diputuskan oleh
pimpinan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penarikan batas Kawasan Rawan Bencana II didasarkan pada morfologi gunungapi
terutama di daerah sekitar puncak dan lereng, geologi, serta sejarah kegiatan gunungapi
tersebut.
Kawasan rawan bencana terhadap awan panas.
Bila terjadi letusan yang menghasilkan awan panas, berdasarkan morfologi daerah
kawah aktif saat ini diperkirakan sebagian besar awan panas akan masuk lembah hulu Air
Simpanglee Cuko dan Air Simpang Lee Jeuceungeh yang mengalir ke baratdaya-barat
dan Air Simpang Lee Mirah dan Air Simpang Laut yang mengalir ke baratlaut, dan sisanya
masuk ke dasar kaldera komplek Peut Sague. Bila awan panas yang terjadi sebarannya
mencapai belasan kilometer, kawasan rawan bencana II masih terdiri atas hutan dan tidak
terdapat pemukiman yang terancam bahaya awan panas.
Kawasan rawan bencana terhadap lahar
Bahan utama pembentuk lahar adalah awan panas yang terendapkan di hulu
sungai yang berasal dari daerah puncak dan kawah G. Peut Sague. Bila awan panas
terjadi pada letusan yang akan datang daerah yang berpotensi dilanda lahar adalah
daerah hilir yang masuk dalam kawasan rawan bencana I yang berada pada jarak ± 25 km
di sebelah baratbaratdaya (SSW).
b. Kawasan Rawan Bencana II terhadap bahaya lontaran dan hujan abu lebat
Berdasarkan letusan terakhir pada tahun 2000, bahaya lontaran ukuran kecil
mencapai 5 km dari pusat letusan, sedangkan hujan abu mencapai >7 km dari kawah aktif.
Sementara dari produk letusan terdahulu ditemukan fragmen lontaran batu dengan
diameter 5-7cm pada jarak ± 5 km.
Arah bukaan kawah dapat mempengaruhi arah dominan material lontaran, terutama
bila lubang letusan (diatrema) tidak tegak lurus tapi miring (agak ke lereng). Kawah Peut
Sague saat ini terletak agak di lereng, namun lubang kawahnya relatif lurus maka fragmen
lontaran batu mengarah ke segala jurusan. Sebaran lontaran batu dan hujan abu lebat
biasanya sangat tebal di dekat sumber erupsi dan makin jauh makin tipis dengan ukuran
butir makin halus.
Mengacu pada endapan hasil erupsi terdahulu, batas sebaran hujan abu lebat
mencapai radius 5 km dari kawah, namun pada jarak tersebut merupakan hutan lebat tidak
berpenduduk.
KAWASAN RAWAN BENCANA I (KRB-I)
Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan
tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan atau aliran lava.
Selama letusan membesar, kawasan ini berpotensi terlanda material jatuhan berupa hujan
abu dan kemungkinan terkena lontaran batu (pijar).
Kawasan ini dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar. Kawasan ini terletak di
dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai bertebing rendah yang berhulu di
daerah puncak.
b. Kawasan rawan bencana terhadap hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan angin
dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar).
Dalam Kawasan Rawan Bencana I masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan
jika terjadi erupsi/kegiatan gunungapi dan atau hujan lebat, dengan memperhatikan
perkembangan kegiatan gunungapi yang dinyatakan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi.
a. Kawasan Rawan Bencana I Yang Berpotensi Terlanda Lahar
Beberapa sungai yang berhulu di daerah puncak dan berpotensi dilalui lahar dapat
dilihat pada Tabel berikut:
Desa/Dusun di Kawasan Rawan Bencana (KRB) I yang berpotensi dilanda lahar.
Air Simpang Lee Cuko yang berasal dari komplek G. Peut Sague merupakan sungai
yang paling potensial dilalui lahar, namun sebagian besar penduduk bermukim relatif jauh
dari alur sungai kecuali Ajoe Krut yang letaknya cukup dekat sungai tersebut. Ke arah
baratlaut kemungkinan sebagian besar terdiri atas endapan jatuhan piroklastik/abu dan
terjadinya lahar relatif kecil, disamping itu di sebelah baratlaut hanya terdiri atas hutan jadi
tidak berpenduduk.
b. Kawasan Rawan Bencana I yang berpotensi terlanda hujan abu dan kemungkinan
terkena lontaran batu (pijar).
Berdasarkan pengamatan di lapangan sebaran abu dan lontaran batu ukuran kerikil
dari letusan terdahulu mencapai jarak 8 km dari pusat erupsi. Dari beberapa letusan yang
pernah terjadi, korban akibat langsung dari hujan abu relatif jarang kecuali akibat tidak
langsung seperti atap roboh akibat timbunan abu yang tebal karena lereng atap rumah
kurang terjal.
Pada saat ini tidak ada satupun pemukiman yang berpotensi dilanda hujan abu dan
lontaran batu, karena dalam radius 8 kilometer dari pusat kegiatan Peut Sague tidak ada
penduduk.
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Peut Sagoue
DAFTAR PUSTAKA
Farisy, S. , Katriatmojo S., 1994, Laporan Pemeriksaan Puncak (visual) G. Peut
Sague, Kecamatan Geumpang, Kabupaten Pidie, Departemen
Pertambangan dan Energi, Kantor Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh.
Kusumadinata, K.,1979,
Vulkanologi.
Data
Dasar Gunungapi Indonesia,
Direktorat
Murdiono, M., 1988, Laporan Peninjauan G. Peut Sague, Kecamatan
Geumpang, Kabupaten Pidie, Departemen Pertambangan dan Energi,
Kantor Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh.
Suantika, G., 1999, Pengamatan Visual dan Kegempaan G. Burni Telong Serta
Pemasangan Seismograf dan Deformasi Sistim Telemetri dan Argos di G.
Peut Sague Tahun 1998.
Suparman, M., Farisy, S., 1998, Laporan Peninjauan G. Peut Sague, Kecamatan
Geumpang, Kabupaten Pidie, Departemen Pertambangan dan Energi,
Kantor Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh
G. Peut Sague, Direktorat Vulkanologi.
Download