Model Pengelolaan dan Penyampaian Informasi Melalui Website Pemerintah Daerah sebagai Media Pengembangan Ruang Publik dan Potensi Sosial Ekonomi Daerah Studi Kasus www.surabaya.go.id dan www.lumajang.go.id Oleh : 1. Drs. Sanhari Prawiradireja, MSi Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo 2. Achmad Choiron, S.Kom, M.T. Fakultas Teknik – Universitas Dr. Soetomo Ringkasan Website pemerintah daerah merupakan sarana e-government untuk meningkatkan reformasi birokrasi. Keberadaannya berdasarkan Instruksi Presiden No 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Pada saat ini, dari 471 pemda, ada 226 wilayah yang sudah memiliki website dan tercatat 198 dikelola secara aktif. Www.lumajang.go.id. yang dikelola Kabupaten Lumajang termasuk salah satu yang aktif. Dengan tersedianya website pemda berarti tersedia sarana interaksi langsung antara pemerintah daerah dan masyarakat, baik yang berada dalam wilayah pemerintah daerah maupun di luar pemerintah daerah. Masalah tersebut adalah berkaitan dengan pemanfaatan ruang publik yang menjadi dasar demokrasi partisipatoris. Keberadaan website pemda berkaitan dengan matra pemberdayaan politik warga dalam arti menyediakan ruang publik untuk diskursus sosial yang berkualitas, deliberatif dan mempunyai signifikansi nilai kewargaan. Penelitian ini bertujuan menemukan model pengembangan website pemerintah daerah dalam kerangka pengembangan content yang berkualifikasi dan aspek teknis web yang menyangkut estetika, kecepatan dan keamanan akses. Proses organisasional dalam media website pemda juga akan dikaji mengingat media bagaimanapun juga adalah salah satu bentuk institutionalized communicator. Kata Kunci: ruang publik; informasi, diskursus deliberative, web development, web hosting. Pendahuluan Amanat penerapan e-Government dicanangkan pada saat awal bergulirnya era reformasi. Reformasi di tubuh birokrasi pemerintahan mengharuskan pemerintah daerah Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 1 dan pusat untuk memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dalam menerapkan egovernment sesuai dengan Inpres No.3 tahun 2003 tentang “Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government”. Pemanfaatan e-government ini merupakan bagian dari keterbukaan pemerintah dalam menuju tata kepemerintahan yang baik, dan hal ini sangat bagus untuk membangun good governance (Radot, 2010). Pada saat ini, dari 471 pemda, ada 226 wilayah yang sudah memilikiwebsite dan tercatat 198 dikelola secara aktif. Www.lumajang.go.id. yang dikelola Kabupaten Lumajang termasuk salah satu yang aktif, meskipun belum termasuk 9 terbaik dari website pemda yang ada di Jawa Timur yang terbagi dalam 3 kriteria kategori daerah dengan basis penjenjangan kemampuan sumberdaya (www.jatimprov.go.id). Gejala awal yang terjadi pada tata laksana website pemerintah daerah dan lembaga tinggi lainnya adalah semrawutnya penamaan website (domain name) yang digunakan. Sampai akhirnya Menkominfo menerbitkan Peraturan Menkominfo Nomor: 28 /PER/M.KOMINFO/9/2006 yang pengaturan penamaan domain name bagi setiap pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan lembaga tinggi negara. Masalah yang muncul berikutnya dari pemanfaatan website oleh pemerintah daerah dan lembaga yang berada dibawahnya adalah belum adanya tinjauan standard website pemerintah terkait arsitektur website. Standard yang ada saat baru mengacu pada sistem penilaian website menurut versi Menkoninfo yang meliputi: (i) Kecepatan (Speed), (ii) Homepage, (iii) Isi (Content), (iv) Konteks, (v) Kemudahan Dibaca (Readibility), (vi) Mobilitas Data, (vii) Ketepatan (Accuracy), (viii) Layanan Publik, (ix) Ukuran Kualitas Interaksi (Usability), dan (x) Penggunaan Platform. Sepuluh parameter diatas secara umum dikelompok menjadi 4 bagian yaitu: Fungsi situs web, Kualitas situs web, Tampilan situs web, dan Inovasi. Kesepuluh parameter diatas merupakan acuan yang digunakan selama ini dalam menentukan website terbaik oleh pemerintah pusat. Namun hal yang belum diatur dalam pembuatan website oleh masing-masing lembaga dan pemerintah daerah adalah terkait dengan standard baku terkait dengan content (isi) dan teknologi yang digunakan. Kebutuhan informasi masyarakat yang dinamis seharusnya juga mengubah fitur apasaja yang harus tersedia dalam sebuah website sehingga Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 2 benar-benar berfungsi sebagai media layanan publik yang menjembatani pemerintah dan masyarakat. Belum lagi adanya tumpang tindih isi yang tersebar di berbagai website yang dimiliki oleh dinas atau lembaga dibawah pemerintah daerah. Penelitian ini mencoba untuk menggali lebih baik lagi model web site layanan pemerintah daerah yang mempertimbangkan isi dan arsitektur sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini ditinjau dari bidang ilmu komunikasi dan teknik informatika. Penelitian ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Lumajang yang memiliki kesadaran kuat dalam memperbaiki layanan publik dengan menerapkan e-goverment. Rasional Dan Perumusan Masalah a. Bagaimanakah pengelolaan organisatoris dan manajemen kepemimpinan dalam pengembangan website pemerintah daerah? b. Apa saja inovasi content, forum interaksi dan download resource yang dikembangkan dalam menerapkan e-goverment? c. Bagaimanakah pemanfaatan teknologi informasi komunikasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan promosi potensi ekonomi daerah? d. Bagaimanakah keterhubungan antar unit atau antar instansi dalam pengelolaan data/informasi? Urgensi Penelitian Urgensi penelitian adalah memaparkan secara fungsional matra pemberdayaan publik melalui media website pemerintah daerah. Dengan paparan deskriptif ini maka dapat diproyeksikan suatu model pengelolaan media. Hal ini bersifat mendasar karena keberadaan media dalam pengertian ini adalah ketersediaan informasi yang meliputi jenis informasi sesuai dengan kebutuhan warga sebagai stakeholder politik ataupun ekonomi. Basis partisipasi politik atau ekonomi rasional tentunya adalah tersedianya informasi yang positif dengan kriteria ketepatan dan kelengkapan informasi. Masalah utamanya adalah menyangkut tingkat kepuasan warga sebagai pengguna atau pencari informasi. Pola user friendly dalam penyediaan fasilitas content, kecepatan dan kemudahan akses serta tampilan estetis adalah tuntutan utama pengguna media. Fasilitas isi yang selalu up to date dan selalu Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 3 diperbarui sesuai dengan perkembangan realitas sosial maupun kebutuhan khalayak sebagai pengguna adalah mission sacre suatu media dalam matra pemberdayaan publik. Studi Pustaka Website Sebagai Ruang Publik Ruang publik memiliki pemahaman sebagai bertemunya ide-ide kewargaan berkaitan dengan kepentingan umum berbasis pada kesadaran atau pemahaman individual karena pengaruh perkembangan media (Habermas, 1989). Dengan demikian, keberadaan media sebagai penyedia ruang publik adalah forum bagi wacana atau diskursus yang berkualitas, deliberatif dan memiliki signifikansi nilai kewargaan. Revitalisasi ruang publik terletak pada upaya pembentukan konsensus rasional bersama, daripada memanipulasi opini masyarakat umum demi kepentingan kekuasaan ataupun peraihan keuntungan finansial semata. Pada satu sisi, website pemerintah daerah tentunya berfungsi menyediakan ruang untuk agenda yang berkaitan dengan kepentingan pemerintah daerah sebagai pelaksana mandat kekuasaan rakyat di wilayahnya. Dengan demikian memang pada sisi keberadaan awal web pemda adalah sebagai saluran penyampaian informasi untuk kepentingan pemerintah sesuai dengan peristilahan yang ada yaitu e-government. Meskipun demikian, tuntutannya tentu saja adalah penyediaan saluran tersebut sebagai bagian dari tata kelola pemerintahan yang baik yaitu dengan menunjukkan transparansi proses yang merupakan fokus perbincangan reformasi birokrasi. Pada sisi yang lain, warga memerlukan media yang dapat menangkap aspirasi politik maupun ekonominya. Dengan penyaluran aspirasi tersebut berarti menunjukkan kepentingan politik warga masuk dalam sistem politik dan pada gilirannya akan terkonversikan menjadi kebijakan yang menyangkut kepentingan mereka. Di sini nampak bahwa dalam kondisi terbaiknya proses pengelolaan informasi melalui web pemda ini juga mengikuti proses siklus perputaran informasi. Informasi yang disampaikan oleh pemerintah baik itu berupa informasi berkaitan dengan tugas pokok fungsi kedinasan, kebijakan ataupun adjudikasi akan mendapatkan respons dari warga yang dalam proses politik merupakan proses kontrol politik. Pada saatnya, warga akan Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 4 menyampaikan kepentingan politiknya yang berupa aspirasi berupa permintaan, usulan, bahkan keluhan atau tuntutan. Dengan demikian hak-hak politik dan kekuatan untuk mempengaruhi keputusan/kebijakan telah diperluas oleh media tersebut. Warga dapat menjadi kelompok pengendali ataupun kelompok penekan (pressure group). Jika ini terjadi maka terjadi penyelarasan politik, bentuk elitisme politik terkikis dalam konsensus sosial dalam ruang terbuka yang bebas dan dialogis. Inilah yang menjadi esensi demokrasi partisipatoris (Varma, 2001). Pengelolaan Media Dan Informasi Dengan misi pemberdayaan publik, media dapat menjadi sarana harmonisasi sosial yang menyediakan forum bersama yang fokus pada dialog menangani kepentingan bersama. Hal ini tentu saja bergantung pada cara media itu dikelola. Komunikator pada media termasuk dalam kategori komunikator terlermbaga (institutionalized communicator). Pola organisasional yang ada di dalamnya mempengaruhi bagaimana informasi ditransmisikan pada khalayak. Struktur organisasi yang ada sebagai suatu sistem menjadi dasar operasional sistem pengolahan informasi. Struktur ini tentu saja tidak bersifat statis, karena pola kerjanya ditentukan oleh perilaku manusia yang menjalankan organisai tersebut (organizing behavior) (Pace dan Faules, 2000). Organisasi sebagai sistem pengorganisasian berarti tindakan manusia yang saling bergantung untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah. Pola regularitas yang ada inilah yang menentukan apakah organisasi tersebut tanggap terhadap perubahan lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian. Media sebagai sistem pengelolaan yang dijalankan orang memiliki regularitas atau keajegan tertentu dalam operasionalnya. Bagaimana wewenang dan fungsi tertuang dalam SOP (Standard Operasional Procedure) serta bagaimana implementasi atau pelaksanaan dari manual organisasi tersebut belum tentu berjalan secara selaras. Organisasi bagaimanapun juga adalah sistem orang dalam menangani persoalan-persoalan fungsional organisasi. Persoalan media sebagai organisasi adalah penyerapan, pengolahan dan pentransmisian informasi. Dalam tradisi teori sosiokultural, media dikatakan menjalankan banyak fungsi, “Media fulfill a variety of important functions in society, including framing Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 5 information, influencing opinion, providing entertainment, setting an agenda on issues” (Littlejohn, 2005: 277). Dalam fungsi framing, pengajuan opini, dan agenda setting media memberikan bingkai bagaimana suatu persoalan dapat dilihat. Informasi diolah berdasarkan proses pengolahan unsur-unsur pesan yang ada di dalamnya, nilai apa yang ditonjolkan, kepentingan siapa yang dikedepankan, dengan tujuan apa informasi ditransmisikan, agenda atau issue berasal dari siapa yang diangkat. Persoalan media sebagai organisasi berkaitan dengan bagaimana orang-orang dalam media mengelola informasi. Siapa saja yang berperan atau terlibat dalam mencari dan memilih informasi, siapa yang menyaring dan mengolah informasi, siapa yang memutuskan kelayakan transmisi informasi. Persoalan organisasi juga menyangkut setting dan konteks, bagaimana iklim komunikasinya, apakah ada suasana dialogis dan keterbukaan. Tipologi relasi organisasional dan keragaman informasi fungsional sebagai produk organisasional ini yang akan dilihat dalam penelitian ini. Website Konsep dasar dari web atau world wide web (www) adalah adanya sebuah sistem informasi yang memungkinkan untuk berbagi (sharing) sumber daya secara luas dalam sebuah sistem jaringan komputer yang disebut internet. Oleh karena itu kemudian internet menjadi sarana yang efektif saat ini untuk menyebarkan sumber daya berupa informasi berbagai tujuan (Shklar, 2003). Lembaga Pendidikan dan Laboratorium Riset, merupakan lembaga yang pertama kali menggunakan internet untuk berbagi dokumen dan informasi untuk tujuan publikasi hasil penelitian. Lembaga Pemerintah dan Militer, merupakan bagian yang juga mendorong penelitian besar-besaran akan cara berkomunikasi dengan memanfaatkan internet. Akhir-akhir ini, web tidak hanya digunakan untuk pertukaran informasi antar lembaga pemerintahan, tetapi juga sudah banyak diaplikasikan untuk pelayanan birokrasi seperti lelang, pendaftaran perijinan, dan layanan lainnya. Perusahaan Swasta, kebutuhan pengembangan dan pemanfaatan web sebagai sarana komunikasi juga digunakan oleh berbagai perusahaan di dunia dengan memanfaatkannya untuk transaksi online dan mempromosikan produk yang mereka tawarkan secara luas. Personal, jika pada Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 6 awalnya tidak semua orang bisa memanfaatkan web untuk publikasi dan promosi via internet, sejak revolusi blog, hampir semua pengakses internet memiliki personal blog sebagai sebuah sarana untuk berbagi ide atau gagasan, dan sekaligus bisa sebagai etalase produk yang mereka pasarkan. Saat ini setiap orang bisa mempromosikan apapun via internet dengan membuat web. Istilah web merujuk www (World Wide Web) adalah halaman informasi baik berupa teks, gambar, suara, video, dan animasi yang dapat diakses melalui jaringan komputer skala luas (internet). Dengan kata lain, Web 2.0 merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan berbagai layanan di web yang memungkinkan pemakai untuk berkolaborasi dan berbagi informasi secara online. Web 2.0 juga merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu aplikasi web yang mempunyai interaktivitas dengan pemakainya sama seperti halnya dengan aplikasi desktop. Web Hosting Sebuah sumberdaya seperti informasi dapat diakses dan dipublikasikan dalam sebuah web jika informasi disimpan pada sebuah server yang yang disebut Web Server dan sebuah Database Server yang diformat dalam bentuk dokumen yang mendukung untuk penggunaan protokol http (hyper text tarnsfer protocol). Alamat dimana informasi tersebut diletakkan disebut website atau situs seperti http://www.lumajang.go.id. Alamat tersebut akan diarahkan pada sebuah infrastruktur web server dalam bentuk alamat IP Public. Server web didefiniskan sebagai sebuah perangkat lunak server yang berfungsi menerima permintaan HTTP atau HTTPS dari klien yang dikenal dengan browser web dan mengirimkan kembali hasilnya dalam bentuk halaman-halaman web yang umumnya berbentuk dokumen HTML. Server web yang terkenal diantaranya adalah Apache dan Microsoft Internet Information Service (IIS). Sedangkan pengguna yang akan mengakses informasi pada sebuah website harus menggunakan aplikasi yang disebut browser seperti IE (internet Explorer), Opera, Firefox, dan browser lainnya. Melalui browser tersebut, pengguna dapat mengakses informasi yang ada di web server. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 7 Gambar 2.1. Sistem Komunikasi browser dan web server (Shklar, 2003). Pada skema diatas, sebuah web server harus memiliki arsitektur yang selain menjamin kemampuan akses juga harus memiliki tingkat keamanan yang terjamin dari masalah pelanggaran hak akses. Penggunaan firewall dan perangkat lain sebagai sebuah sistem pengamanan data, sangat penting untuk menjadi pertimbangan utama dalam membangun atau memilih sebuah web hosting. Sehingga sebuah web server yang baik harus dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Update Teknologi, perfomansi sebuah website akan sangat ditentukan oleh komponen sistem yang digunakan pada web hosting. Sistem operasi dan fitur-fitur aplikasi yang disediakan harus menunjang penggunaan teknologi terbaru. 2. Kecepatan Akses, Kecepatan akses oleh pengguna terhadap halaman informasinya ditentukan oleh bandwidth (lebar jalur) yang terpasang pada server. Ukuran bandwidth ini dalam bentuk byte semakin besar semakin cepat yang nilainya bisa hingga 20GB (Giga Byte). 3. Ukuran Space, Perhitungan space atau tempat penyimpanan data disediakan sesuai kebutuhan. Sebuah website statis mungkin cukup tidak lebih dari 50MB. Tetapi sebuah website dinamis yang berisi transaksi atau posting (pengiriman) informasi, maka harus diperhitungkan kebutuhan spacenya sesuai dengan ukuran database awal dan perkiraan pertumbuhan data per tahunnya. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 8 4. Keamanan Data, Seluruh data yang disimpan harus memiliki sistem keamanan yang baik dengan mempertimbangkan penggunaan backup (cadangan) apabila terjadi kerusakan data baik karena faktor eksternal seperti kejahatan internet (cyber crime) maupun karena kegagalan perangkat keras. Metode Penelitian Konseptualisasi Dalam penelitian ini, website pemerintah daerah dilihat sebagai media yang merupakan organisasi yang berperan menyerap, mengolah dan menyampaikan informasi. Sebagai sekumpulan orang yang bekerja bersama, anggota organisasi menangani persoalan fungsional pekerjaan dalam pola-pola regular yang saling bertautan berdasar struktur organisasi yang ada. Komunikasi menjadi proses yang penting dalam perilaku pengorganisasian tersebut. Hal ini menyangkut persoalan tata kelola organisasi, implementasi struktur formal organisasi, kecukupan orang dalam fungsi kerja yang ada, cara memaknai proses kerja yang ada dalam kaitannya dengan produksi informasi. Informasi sebagai produk media termasuk websie pemerintah daerah menyangkut informasi yang fungsional dalam suatu sistem social. Informasi di sini diartikan sebagai suatu produk dari siklus komunikasi yang input, proses dan produknya bergantung dari proses internal dan eksternal media. Proses dialogis dan keterbukaan dalam pelibatan warga dapat terjadi pada proses input dan interaksi dalam klaster informasi publik baik menyangkut wilayah politik, ekonomi atau pelayanan publik yang lain. Keragaman ruang publik yang disediakan oleh media tersebut menunjukkan efektifitas fungsional yang disediakan. Dalam prakteknya, fungsionalisasi ketersediaan ruang ini tentunya ditunjukkan dengan frekuensi dan intensitas penggunaan media website ini oleh warga wilayah lokal pemerintahan atau bahkan wilayah yang lebih luas mengingat konsep sharing media ini bersifat global dan tanpa batas (borderless). Unit Analisis Dan Pengumpulan Data Unit analisis dalam penelitian ini adalah perilaku pengorganisasian yang ada di dalam media sebagai organisasi yang berupa institulionized communicator. Bagaimana struktur organisasi bekerja dan diimplementasikan, bagaimana proses pengambilan Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 9 keputusan, kompetensi seperti apa yang dibutuhkan dalam kelayakan pekerjaan menjadi obyek analisis dalam penelitian. Data dalam aspek ini diperoleh dengan observasi dan indepth interview. Unit analisis berikutnya adalah jenis atau tipologi informasi seperti apa yang disediakan oleh website pemerintah daerah. Ini menunjukkan keragaman isi dan kelengkapan media dalam melayani tugas dan pokok fungsi transmisi informasi dalam rangka tata pemerintahan yang baik yang menunjukkan pelayanan terhadap warga secara komprehensif. Data bidang ini diperoleh dengan analisis isi (content analysis) dengan prinsip kategorikal dan interpretasi. Sebaliknya, dari sisi khalayak atau warga akan dilihat kebutuhan apa sebenarnya yang ada pada mereka. Data ini diperoleh dengan penyebaran questioner dan interview terhadap khalayak yang akrab dan melek media internet. Sistem teknologi iniformasi merupakan unit analisis berhubungan dengan teknik operasional website. Spektrum teknologis seperti apa yang digunakan berkaitan dengan tampilan atau performance teknis media tersebut yang meliputi kecepatan dan mobilitas data (bandwith server dan shareable), design responsive yang merupakan penyesuaian terhadap media yang digunakan, keamanan data dan recovery system. Evaluasi terhadap hal ini menjadi dasar untuk menyusun pemodelan selanjutnya. Data dalam bidang ini diperoleh dengan observasi teknis. Rancangan Analisis Rancangan analisis dalam penelitian ini berbasis interpretasi kualitatif terhadap data yang dikumpulkan. Pada tahap pertama akan dilakukan analisis kebutuhan berdasarkan survey lapangan maupun dari informasi yang dikumpulkan melalui kuesioner. Pada tahap ini, akan diketahui pola kebutuhan informasi khalayak yang mereka harapkan diperoleh dri website pemerintah daerah. Analisis interpretasi kualitatif juga dilakukan terhadap jenisjenis dan kualifikasi informasi yang disampaikan melalui website. Penilaian dilakukan terhadap keragaman dan kelegkapannya berdasarkan tugas pokok fungsi kepemerintahan dalam kerangka demokrasi partisipatoris. Analisis juga dilakukan secara interpretative terhadap proses organisasional organisasi yang ada dalam organisasi media website pemda. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 10 Analisis teknis web juga dilakukan pada tahap ini untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan teknis standar dari website. Pada tahap analisis kedua, pemodelan akan dilakukan berdasarkan analisis pada tahap pertama. Spektrum informasi apa yang diperlukan masyarakat memerlukan karakter transmisis jenis informasi tertentu yang tentunya tidak boleh mengesampingkan fungsi kepemerintahan. Begitu juga, model organisasional dapat disusun berdasarkan kawasan kompetensi, kelayakan dan aspek relasional fungsi kerja untuk melayani kerja operasional fungsi kerja organisasi website pemerintahan daerah. Sementara itu, pemodelan juga dibuat untuk memenuhi kebutuhan teknis standar suatu website pemerintah maupun kemungkinan pengembangannya secara lebih optimal dengan kualifikasi yang lebih advance. Analisis Website www.surabaya.go.id. www.surabaya.go.id menawarkan model paparan yang komprehensif-kompleks sebagai satu media pemerintah daerah. Ada 11 group konten pusparagam yang ditawarkan setelah paparan Visi Surabaya: Kota Jasa dan Perdagangan Berwawasan Lingkungan. Dengan paparan ini website pemda Surabaya tampaknya ingin memaksimalkan ekspose kontennya. Header Surabaya.Go.Id., Pelayanan, Hiburan, Informasi Visi Dynamic News Reel News Kegiatan Kota, Berita Pelayanan Publik, Berita Pemerintahan Sapa Warga Item Opsional Kiriman Warga Artikel Wisata Dan Niaga 6 View Wisata Bisa Diakses Tanpa Tittle, Kolom Pelayanan Surabaya Single Window, Kios Pelayanan Publik, Pelatihan Gratis Tanpa Tittle, Kolom Dinas SKPD 18 Item (Humas, Dispenduk, Satpol PP, BKD, , Dll Instansi 7 Item (Dinas, Kelurahan , Daftar Pejabat) Profil Kota 7 Item Organisasi 2 Item (Dharma Wanita, Korpri) Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 11 Dari tampilan fitur layoutnya berita terbaru yang relevan dengan kepentingan warga berusaha untuk ditampilkan begitu pula dengan produk kerja instansi yang ada. Paparan ini diawali dengan penyampaian visinya sebagai ’Kota Jasa dan Perdagangan Berwawasan Lingkugan’. Dengan peletakan visi sebagai ’center point’ (titik tengah) maka akan dinampakkan bahwa aktifitas pemda Surabaya secara holistik tidak lepas dari ’visi’ tersebut. Tampilan Header menunjukkan fungsi-fungsi utama website ini (surabaya.go.id.) adalah perkenalannya: about us., kemudian (PELAYANAN), (HIBURAN) dan (INFORMASI). Pada dataran ’visi’ itu sendiri terdapat ’newsreel’ yang isinya merupakan beritaberita kontemporer ringan yang dinamis. Seperti misalnya, dalam bulan Agustus ini maka banyak berita tentang peringatan tujuhbelasan di desa ataupun di instansi/institusi yang dimuat. Sifatnya yang dinamik <marquee> membuat tampilannya menarik. Dalam hal ini dapat ditafsirkan sebagai maksud memberikan informasi dan hiburan (infotaiment). Pada sisi kanan kolom ’visi’ newsreel dinamis ini terdapat kolom ’Sapa Warga’ menggunakan twitter yang tujuannya memberi kesempatan warga untuk beropini ataupun menyampaikan apa saja yang diinginkannya. Gambar : website pemda surabaya (scroll smartphone 1) Pada baris kolom di dalamnya terdapat group/cluster news yang di dalamnya terdapat tiga sub group yaitu ’berita kegiatan kota’, ’berita pelayanan publik’ dan ’berita pemerintahan’. Susunan peletakan demikian bisa ditafsirkan bahwa kegiatan kota dan Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 12 pelayanan publik lebih didahulukan daripada ekspose pemerintahan. Hal ini sesuai dengan visi Surabaya sebagai kota pelayanan. Khusus untuk berita pemerintahan tampilan sliding <marquee> sehingga tampak lebih dinamis dan kontennya bisa diakses berdasarkan tampilan yang muncul di layar. Untuk berita kegiatan kota tersedia tiga kolom, sedangkan untuk berita pelayanan publik terdapat tiga item berita. Masing-masing item berita diatas judulnya ditampilkan gambar/foto untuk mendukung berita yang dimuat. Gambar : website www.surabaya.go.id. (scroll smartpkone 2) Untuk tampilan 2 website Surabaya terdapat group/cluster dengan judul ’Artikel Wisata dan Niaga’ yang tampilannya berupa 6 sill picture lokasi wisata dan niaga di Surabaya. Jika masing-masing gambar itu diakses maka akan muncul penjelasannya dalam bahasa Inggris. Dibawah kolom itu maka akan nampak satu group yang tidak diberi nama khusus tetapi kita akan langsung tahu karena tersedia tiga item ’pelayanan’ yang berjudul ’SURABAYA SINGLE WINDOW’, ’KIOS PELAYANAN PUBLIK’ dan ’PELATIHAN GRATIS DISNAKER SURABAYA’. Sedangkan di sampingnya tersedia suatu kolom video (web series) untuk menampilkan aktifitas/event yang dianggap relevan. Di bawah kolom pelayanan dan web series tersebut terdapat satu group institusional yang berisi 18 item kotak institusi yang bisa diakses seperti Humas, Dispenduk, Satpol PP, BKD, BAPPEKO, Dinkominfo dan sebagainya) Website www.lumajang.go.id Website Pemda Lumajang menampilkan model simpel-responsif dengan fitur yang lebih sederhana dibanding dengan website pemda Surabaya. Setelah disampaikan paparan slogan “Ayo Kerja” adalah solusi menghadapi MEA 2015 dan 70 tahun maka kemudian Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 13 urutan selanjutnya ditawarkan 6 kolom/group content dengan subgroupnya yang rinciannya adalah sebagai berikut: KOLOM SUB KOLOM Head 6 Item (Potensi, Fasilitas Umum, E-Map, EDokumentasi, Subdomain, Pengumuman) Kolom Vertikal 4 Item (Pemerintahan, Pelayanan, Data Link Kabupaten, Situs Link) Kolom Agenda Agenda Kegiatan Kolom Salam-Salaman Opsional Kiriman Warga Pojok Banner 16 Item (Skpd, Dinas Dan Insitusi Terkait) Dengan fitur seperti ini maka website Kabupaten Lumajang lebih simple dan ringkas dalam menyusun layout tampilannya. Tetapi karena website ini kurang menampilkan visual dan gerak pada halaman tampilannya maka yang ditangkap adalah kesan ’sederhana’ dan ’statis’. Pengelola selayaknya mengkreasikannya secara lebih maksimal. Berikut adalah tampilannya dalam smartphone yang membutuhkan dua kali scroll. Scroll 1pertama pada smartphone akan menunjukkan tampilan ini: Gmbar : www.lumajang.co.id (scroll 1 smartphone) Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 14 Gambar : www.lumajang.go.id (scroll 2 smartphone) Analisis Perfomansi Website Analisis perfomansi website Kota Surabaya dan Kabupaten Lumajang menggunakan beberapa peralatan analisis, untuk memetakan kondisi website tersebut berdasarkan beberapa indikator, di antaranya adalah peringkat keteraksesan, sebaran pengakses, ada tidaknya bug atau kesalahan program, responsive dan beberapa indikator lainnya. Saat membuka website surabaya.go.id, maka akses akan diarahkan ke alamat http://www.surabaya.go.id/ver5/ dengan tambahan nama folder ‘/ver5’. Namun sebenarnya, isi website tersebut masih merujuk pada website lama. Hanya tampilan awal saja yang diperbaharui dengan slider gambar dan ukuran halaman utama (home page) yang lebih lebar (full screen) daripada website lama yang menggunakan ukuran lebar 800px. Gambar : Tampilan halaman utama website Kota Surabaya, ukuran full screen Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 15 Gambar : Tampilan halaman isi, dengan ukuran lebih kecil Hasil dari analisis peringkat dan keteraksesan website, Alexa.com – sebuah situs web analytic yang diakses pada tanggal 2 September 2015, memberikan hasil laporannya sebagai berikut: a. Peringkat Dunia dan Nasional Website surabaya.go.id berada pada peringkat 89.820 dunia dan mengalami penurunan peringkat sebesar 27.861 pada bulan agustus. Sedangkan peringkat secara nasional, berada pada urutan 1.105. b. Asal negara pengunjung Sekitar 98.3%, pengakses website ini besal dari dalam negeri. Sedangkan sisanya tersebar dari berbagai negara. Hal ini tidak lepas dari tidak ada fitur pilihan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Sedangkan rata-rata lama pengunjung mengakses sebesar 5 menit 40 detik. 36.2%nya pengunjung kembali mengakses laman situs dan 2.59 halaman per hari per pengunjung. c. Informasi yang diakses Informasi penyumbang terbesar yang diakses pengunjung, didapat dari subdomain Dinas Pendidikan Kota Surabaya dispendik.surabaya.go.id. Berbagai pengumuman dan materi seputar sekolah, dana bos dan bopda, try out dan raport online, menjadi materi Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 16 yang diakses pengunjung. 33.1%, pengunjung mendapatkan alamat website dari mesin pencari seperti google.com dan mengalami peningkatan sebesar 13%. d. Responsive Teknologi model tampilan website surabaya.go.id ternyata masih belum mengadopsi model responsive. Saat website dibuka dengan smartphone atau tablet, website masih menampilkan halaman seperti saat diakses pada desktop. Akibatnya, tulisan dan tombol menjadi sulit dibaca dan diakses. Daftar Pustaka Griffin, EM, 2003, “A First Look at Communication Theory”, International Edition, McGraw-Hill Companies Inc. Habermas, Jurgen, 1989, “The Structural Transformation of the Public Sphere, An Inquiry into a Category of Bourgeois Society”, Cambridge, United Kingdom. Lawrence, Dave., Tavakol, Soheyla., 2007, ”Balanced Website Design”, Springer-Verlag London Limited. 2005, “Theories of Human Communication”, Wadsworth Littlejohn, Stephen W., Publishing Company, California. Pace, Wayne dan Don F. Faules, 2000, “Komunikasi Organisasi”, Remaja Rosdakarya, Bandung. Shklar, Leon., Rosen, Richard., 2003, “Web Application Architecture: Principles, Protocols and Practices”, John Wiley & Sons. Varma, SP, 2001, ”Teori Politik Modern”, RajaGrafindo Perkasa, Jakarta Anonim, “Kondisi 2006, Situs Web Pemerintah Daerah” http://blogs.depkominfo.go.id/artikel/2006/01/17/kondisi-situs-web-pemerintahdaerah/ diakses 15 April 2010. Manalu, Radot., 2010, “Pendayagunaan e-Government untuk Mendukung Pemerintah yang baik pada Institusi Pemerintah Daerah”, http://www.pakkatnews.com/pendayagunaan-e-government-untuk-mendukungpemerintahan-yang-baik-good-governance-pada-institusi-pemerintah-daerah.html diakses 15 April 2010. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 17 Kumorotomo, Wahyudi.,2009, “Kegagalan Penerapan e-Government dan Kegiatan tidak Produktif dengan Internet”, http://kumoro.staff.ugm.ac.id/wp- content/uploads/2009/01/kegagalan-penerapan-egov.pdf diakses 15 April 2010. ----------- 2006, Peraturan Menkominfo Nomor: 28 /PER/M.KOMINFO/9/2006 tentang Penggunaan Nama Domain go.id untuk Situs Web Resmi Pemerintahan Pusat dan Daerah. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 18 Strategi Komunikasi Pemasaran Produk Hasil Usaha Mikro Kecil Dan Menengah ( Studi Kasus Sentra Industri Aneka Keripik Di Desa Tuwiri Kulon Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban ) Oleh : Nevrettia Christantyawati, SSos, MSi Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo Siska Armawati Sufa, S.Sos, MSi Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo Dra. R. Ayu Erni Jusnita, MSi Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo Ringkasan Kegiatan ini adalah kegiatan riset studi kasus mengenai strategi komunikasi pemasaran yang efektif dalam rangka mengembangkan Program Pembinaan UMKM yang sasarannya langsung menyentuh peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beberapa kajian kasus meliputi: factor peningkatan daya saing UMKM Sentra Produksi Aneka Keripik dengan terwujudnya penerapan strategi komunikasi pemasaran yang efektif melalui transfer teknologi modern. Sasaran langsung pada peningkatan produktifitas usaha hasil budidaya potensi daerah sektor perkebunan. Adapun basis obyek penelitian difokuskan pada sinergitas komunikasi antar lembaga yang berkaitan dengan pemasaran UMKM, dan penerapan system komunikasi pemasaran yang dilakukan para pelaku bisnis UMKM ini termasuk penjajagan tatacara komunikasi pemasaran dan pola distribusi produk melalui sistem online dan delivery order. Kata kunci : Strategi, Komunikasi Pemasaran, Unit Usaha Kecil Menengah, online system marketing, delivery order Pendahuluan Analisis Situasi Sektor industri dan jasa seringkali dijadikan ‘payung’ dalam proses pembangunan daerah. Pengembangan industri mendapatkan tantangan semakin besar dengan semakin kuatnya gelombang globalisasi dan semenjak kebijakan pemerintah tidak lagi mengandalkan sektor migas, disinilah salah satu peran penting Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam meningkatkan perekonomian nasional karena kemampuannya menciptakan lapangan kerja secara cukup signifikan, sektor ini memang lebih bersifat padat Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 19 karya. Peran ini tentu saja akan sangat bernilai strategis manakala masalah ini dikonfrontir dengan persoalan besar yang tak kunjung dapat diatasi oleh pemerintah, yaitu pengangguran. Dengan kata lain, jika tidak adanya upaya serius untuk mengembangkan sektor UMKM, maka dapat dipastikan pengangguran tetap akan menjadi masalah paling serius yang dihadapi oleh Indonesia di masa yang akan datang (Rifa’i, 2013: 130). Selain itu pula, pertumbuhan jumlah sektor UMKM di Indonesia yang semakin hari kian melonjak pesat, mau tidak mau mendorong para pelakunya untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun strategi pemasaran. Seperti kita ketahui bersama, strategi pemasaran sering kali diibaratkan sebagai ‘jantung’ kehidupan sebuah usaha. Karenanya saat ini para pelaku UMKM harus bisa jeli dan teliti dalam menciptakan strategi pemasaran yang ‘tahan banting’ di tengah ketatnya persaingan pasar. Persaingan pasar ini dapat diatasi apabila masing-masing pelaku UMKM memiliki strategi pemasaran dalam pengembangan usahanya. Pada dasarnya pemasaran adalah strategi untuk meningkatkan nilai tambah untuk suatu produk. Di tengah persaingan usaha yang semakin padat, Usaha Kecil Menengah harus punya kelebihan dibanding pesaing. Dalam pemasaran produk hasil UMKM harus diketahui keinginan konsumen sehingga dapat menghadirkan produk yang diinginkan konsumen. Untuk itu, harus dilakukan evaluasi produk dengan melakukan inovasi untuk mendapatkan produk terbaik. UKM akan sulit berkembang jika tidak mengetahui cara memasarkan suatu produk. Salah satu hal penting yang diaplikasikan melalui strategi pemasaran adalah strategi promosi. Kesuksesan pengembangan suatu UMKM adalah ketika bisa menciptakan produk yang berkualitas serta memasarkannya dengan baik. Dalam pemasaran juga ada strategi menganalisis perilaku konsumen. Pelaku UMKM harus melakukan analisis pesaing (analisa produk, strategi marketing pesaing). Persaingan yang semakin padat menuntut UMKM untuk pintar dalam berpromosi dan mendistribusikan produk. Di era internet saat ini, UMKM harus mulai memperhatikan alternatif strategi dengan menggunakan media sosial untuk mengembangkan ‘sayap’ pemasaran. ( http://www.ciputraentrepreneurship.com/penjualan-dan-pemasaran/pentingnya-strategi- pemasaran-bagi-ukm). Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 20 Media jejaring sosial, seperti Twitter, Facebook, Youtube, dan sejenisnya merupakan media yang dapat dilirik oleh pelaku UMKM untuk berkomunikasi dan menyebarkan informasi dengan konsumen dan calon konsumen mereka. Memasarkan bisnis melalui media sosial dapat membantu pelaku UMKM dalam memperluas merk, memperoleh visibilitas, dan membangun hubungan dengan pelanggan (Arviana, 2013: 1). Kabupaten Tuban merupakan salah satu daerah dengan kawasan industri di yang mempunyai potensi besar untuk berkembang, termasuk juga dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui berbagai potensi yang dimilikinya. Dengan melihat potensi tersebut Kabupaten Tuban menyiapkan Tata Ruang Kawasan Industri untuk mengakomodasi perkembangan industri agar nantinya perkembangan industri menjadi terarah.dengan luas 183.994.562 Ha yang secara administrasi terbagi menjadi 20 kecamatan dan 328 desa/kelurahan, ternyata tidak hanya memiliki potensi alam cukup menawan namun juga menyimpan beragam potensi bisnis daerah yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Sebut saja seperti potensi unggulan di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan, industri kerajinan, pertambangan, perindustrian, dan lain sebagainya. Kawasan industri di Kabupaten Tuban direncanakan seluas 49.210,65 Ha yang tersebar di Kecamatan Kerek, Jenu Tambakboyo, Bancar, Merakurak, Palang, Semanding, Widang, Plumpang dan Rengel. Dari kawasan Industri yang direncanakan tersebut terbagi dalam zona-zona pengembangan industri, yaitu (http://tubankab.go.id/site/potensi/perindustrian/): Zona I Dipusatkan di Kecamatan Bancar dengan luas lahan 5.802,01 Ha. Potensi industri yang dapat dikembangkan meliputi industri keramik, pecah belah, pengolahan hasil perikanan dan pertanian. Zona II Dipusatkan di Kecamatan Jenu, Tambakboyo, Merakurak dan Kerek dengan luas lahan seluas 34.182,67 Ha. Potensi Industri yang dapat dikembangkan yaitu industri berat seperti industri genteng, gypsum dan eternit, semen, industri pecah belah, keramik, pengolahan hasil perikanan dan pertanian. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 21 Zona III Dipusatkan di Kecamatan Palang, Semanding, Widang, Plumpang dan Rengel dengan luas lahan seluas 9.225,27 Ha Potensi Industri yang dapat dikembangkan meliputi industri batu kapur, keramik dan pupuk. Kabupaten Tuban selain memiliki potensi pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, pertambangan, peternakan, pariwisata, dan kerajinan yang beragam, juga memiliki potensi perkebunan yang tidak kalah menghasilkan. Misalnya saja seperti Belimbing Tasikmadu (varietas belimbing lokal asli Tuban) yang saat ini sedang gencar dibudidayakan masyarakat di Kecamatan Palang terutama di Desa Tasikmadu, Kelurahan Panyuran, dan Desa Sumurgung. Disamping itu ada juga buah Duku Prunggahan (buah Duku asli Tuban) yang dikembangkan di Kecamatan Singgahan dan Kecamatan Tuban, Buah Siwalan, Buah Gayam yang diolah menjadi Keripik khas Tuban, potensi agrobisnis Kelapa, Jambu Mete, Mangga, Nangka, Pisang, Tebu, Semangka, serta Terong (http://bisnisukm.com/kabupaten-tuban-simpan-potensi-bisnis-yang-beragam.html). Salah satu kegiatan UMKM sebagai wujud pengembangan potensi dalam bidang perkebunan adalah Sentra Usaha Aneka Keripik “Laa Tansa” yang telah dipelopori oleh Bapak Ahmad Zuhri Hasan dari Dusun Krajan, Desa Tuwiri Kulon, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban yang telah mendirikan usahanya sejak Juli 2004 yang mengawali usaha dengan membuat Keripik Gayam, Singkong, Pisang, Sukun, Bayam dengan produk andalannya adalah Keripik Gayam. Beberapa kendala usaha Sentra Aneka Keripik “Laa Tansa” adalah dalam proses produksi: Buah Gayam didapatkan secara musiman hanya tiga kali dalam setahun sehingga kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. Selain itu, kesulitan lainnya adalah dalam strategi pemasaran produk masih bersifat tradisional, peralatan produksi juga masih terbatas, termasuk juga dalam hal inovasi bisnis, serta kesulitan dalam merekrut karyawan. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 22 Sentra Usaha Aneka Keripik yang dijalankan Pak Zuhri termasuk Kelompok Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Berdasarkan Batasan/Karakteristik UKM menurut beberapa organisasi/Bank Indonesia Usaha Mikro SK Dir. BI No. 31/24/KEP/DIR tanggal 5 Mei 1998), yaitu usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin dan dimiliki oleh keluarga sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Dengan keadaan masyarakat yang memperlihatkan perbandingan antara jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang terserap pada Kelompok Industri Besar dan Sedang, dengan jumlah usaha dan tenaga kerja yang terserap pada Usaha Mikro yang jumlah perusahaannya lebih besar, namun tenaga kerja yang terserap hanya sedikit, sehingga di dalam melaksanakan kegiatan usahanya dimungkinkan ada permasalahan atau kendala yang menghambat perkembangan usahanya yang bisa dicarikan jalan keluarnya. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 23 Menurut tim penulis, ada dua masalah utama yang mendasari lambatnya laju perkembangan Sentra Usaha Aneka Keripik, yaitu kurangnya kemampuan mereka dalam hal: (1) Manajemen dan Strategi Pemasaran, yaitu: Kemampuan Menangkap Peluang Pasar dan Memahami Segmentasi Konsumen, Etika Bisnis, dan Proyeksi Keuangan; (2) Bidang Produksi, meliputi: Inovasi Bisnis (meliputi strategi promosi dan saluran distribusi), Standarisasi Kualitas dan Pelayanan, serta Rencana Pengembangan Usaha; (3) Bidang Komunikasi Sosial, yaitu Pengorganisasian komunitas sebagai program pemberdayaan ditentukan oleh strategi komunikasi yang diterapkan oleh semua lembaga yang terlibat termasuk pula dalam halperekrutan karyawan, meliputi: Pembentukan Karakter Pengusaha Sukses dan Perekrutan Sumber Daya Manusia (SDM) Produktif di Sektor UMKM. Permasalahan Mitra Terdapat tiga permasalahan yang dihadapi oleh Sentra Usaha Aneka Keripik “Laa Tansa”, yaitu: 1) Manajemen dan Strategi Pemasaran a) Kemitraan antara pelaku Sentra Usaha Aneka Keripik dengan berbagai pelaku usaha yang mendukung terhadap keberadaan pemasaran dan sistem distribusi produk Aneka Keripik sebagai salah satu makanan khas hasil budidaya di sektor perkebunan dirasakan belum terjalin dengan baik, hal ini bisa dilihat dari hasil penjualan rata-rata perbulan yang relatif kecil dengan hanya dititipkan di beberapa toko dan warung makan yang alur distribusinya masih sangat sederhana dan tradisional, karena keterbatasan kemampuan SDMnya dalam melakukan Manajemen dan Strategi Pemasaran. b) Kurangnya pemahaman tentang strategi pemasaran dan segmentasi konsumen sehingga produk belum dapat dipasarkan sesuai kebutuhan pasar dan tepat sasaran, termasuk pula tatacara promosi dan distribusi produk kepada konsumen melalui sistem komunikasi pemasaran modern masih sangat kurang. 2) Produksi Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 24 a) Kemitraan antara pelaku Usaha Aneka Keripik dengan pelaku UMKM lain yang mampu memberikan pasokan bahan baku produk masih minim sehingga proses produksi terkendala pada ketersediaan bahan baku. b) Kemitraan dengan beberapa instansi terkait dalam transfer teknologi sangat kurang, hal ini terlihat proses pengelolaannya masih masih sederhana belum menggunakan teknologi modern sehingga bersifat tradisional. c) Proses pembuatan kemasan yang masih sederhana dengan menggunakan alat tradisional, misalnya alat press mika/plastik, proses produksi yang masih tradisional dan belum higienis dengan tenaga manusia. d) Legalitas usaha yang sifatnya masih tradisional hanya dengan ijin domisili usaha dari aparat desa setempat menjadikan kendala dalam hal pengembangan sistem pemasaran produk melalui pasar modern, seperti misalnya: Supermarket dan Hypermarket. 3) Sumber Daya Manusia Permasalahan yang lain terkait dengan perekrutan karyawan dan pengembangan sumber daya manusia yang produktif dan memiliki etos kerja sebagai wirausaha mandiri. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan tentang Konsep Wirausaha Mandiri dan Pentingnya Pengembangan Usaha di Sektor UMKM di masyarakat sekitar Kabupaten Tuban menjadikan permasalahan tersendiri dalam hal perekrutan karyawan yang produktif dan memiliki skill mumpuni dalam mengembangkan potensi daerahnya. Target Dan Luaran Target Adapun target dari kegiatan ini adalah pengabdian masyarakat melalui Kegiatan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi Daerah dengan strategi komunikasi pemasaran yang efektif dalam rangka mengembangkan Program Pembinaan UMKM yang sasarannya langsung menyentuh peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun manfaat kegiatan ini adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait, baik pemerintah maupun swasta dalam mensosialisasikan program pemberdayaan yang efektif, melalui beberapa kegiatan berikut ini: Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 25 Meningkatkan daya saing UMKM Sentra Produksi Keripik, dengan mengedukasi melalui Pelatihan Pengembangan Usaha yang meliputi: Bidang Manajemen dan Bidang Produksi; 1) Mendampingi kelompok UMKM yang sudah ada dan yang akan terbentuk, dengan Pelatihan Pengembangan Usaha sehingga mendapatkan legalitas usaha dari instansi terkait; 2) Peserta tidak hanya diberikan materi, tetapi juga akan diberi pelatihan praktis pembuatan Aneka Keripik dari berbagai jenis hasil potensi perkebunan lainnya, seperti: Salak, Pepaya, Mangga, Pisang, Nangka, Sukun dan lain sebagainya. Luaran 1) Meningkatnya produksi Aneka Keripik melalui rencana pengembangan usaha yang meliputi: Inovasi Bisnis, dan Standarisasi Kualitas & Pelayanan; 2) Mengedukasi pelaku Sentra Usaha Aneka Keripik dengan memberikan materi bidang manajemen dan strategi pemasaran, meliputi: Pembentukan Karakter Sumber Daya Manusia (SDM) Mandiri di Sektor UMKM, dan Kemampuan Menangkap Peluang Pasar & Segmentasi Konsumen. 3) Pelaku Sentra Usaha Aneka Keripik juga harus memahami Etika Bisnis yang masih berlaku serta tetap menjaga nilai-nilai budaya masyarakat sekitar agar nantinya tidak menghambat rencana serta proses pengembangan usaha selanjutnya. 4) Pengetahuan dalam bidang manajemen akan lebih lengkap apabila pelaku UMKM memahami proyeksi keuangan usahanya agar dapat mengetahui perputaran modal serta dapat menghitung rugi-laba dari usahanya agar nantinya dapat memprediksi waktu pengembalian modal usaha. Metode Pelaksanaan Berikut solusi yang akan ditawarkan dalam kegiatan ini, yang meliputi: Manajamen dan Strategi Pemasaran, Produksi, dan Sumber Daya Manusia. Pengembangan materi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Solusi Manajemen dan Komunikasi Pemasaran a. Strategi Membangun Jaringan Kemitraan Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 26 Kesinambungan komunikasi sangat dibutuhkan, agar bisa memperluas jaringan kerja dan pada gilirannya akan mempertahankan serta mengembangkan hubungan yang sudah terjalin sebelumnya. Oleh karena itu, maka Sentra Usaha Aneka Keripik bisa membangun Jaringan Kemitraan dengan Pelaku UMKM lainnya yang mendukung terhadap keberadaan produk keripik sebagai makanan ringan khas hasil budidaya potensi daerah di sector perkebunan dan usaha peningkatan transfer teknologi dalam upaya pelaksanaan hal tersebut, misalnya dengan menggunakan peralatan yang lebih modern dan sebagainya. b. Strategi Pemasaran Memperkuat posisi tawar Sentra Usaha Aneka Keripik dengan cara menangkap peluang pasar yang ada melalui segmentasi konsumen dan pola distribusi produk secara online; membentuk Paguyuban Pengusaha Keripik dan mengintensifkan informasi dan mendapatkan legalitas usaha untuk dapat memasarkan produk ke pasar modern. 2. Proses Produksi Tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu masyarakat pelaku Sentra Usaha Aneka Keripik untuk meningkatkan produktivitas melalui Inovasi Bisnis yang memiliki Standart Operating Procedure dalam proses produksi keripik sehingga layak jual di pasar modern dengan merubah proses pembuatan keripik yang masih sederhana dengan menggunakan alat tradisional, misalnya pisau untuk memotong berbagai macam hasil potensi budidaya perkebunan khas Tuban, proses memperoleh pasokan bahan baku dengan sistem masa panen yang terbatas untuk diganti dengan alat pengolah bahan baku yang lebih modern yaitu dengan mesin khusus pengolah aneka macam keripik yang mampu menghasilkan kualitas makanan yang lebih higienis. Dengan pengadaan alat/mesin hasil bantuan dari kegiatan ini, bisa mengubah proses pengolahan bahan baku keripik yang berasal dari beberapa jenis hasil budidaya perkebunan, ditambah dengan berbagai inovasi di bidang produksi aneka macam keripik yang lebih berkualitas agar lebih layak dipasarkan dengan proses pengemasan yang menarik. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 27 Analisis Dan Temuan Data 1. Terjadi kemunduran atau setback dalam hal produksi dikarenakan Ketidakefisienan dalam penggunaan tekhnologi tepat guna pengolahan keripik. Pada kenyataannya tidak ditemukan secara signifikan penggunaan teknologi tepat guna yang diharapkan dapat membantu peningkatan produktivitas kripik. Tekhnologi tepat guna yang saat ini digunakan justru menjadikan kualitas produk yang bermutu rendah. Ini dikarenakan hasil irisan keping keping keripik tidak memenuhi standar kriteria ketipisan yang diinginkan. Difusi inovasi teknologi sangat dibutuhkan secara krusial disini. Oleh sebab itu, modal menjadi faktor penghambat juga dalam investasi mesin yang mampu menjadi faktor alat produksi terbaik. 2. Mesin ditinggalkan dan kembali pada proses manual yaitu dengan pisau dapur dengan alasan penyesuaian ketebalan irisan. Keping keping hasil irisan manual. Apabila mutu hasil dari mesin slicer yang jauh dari hasil yang sempurna, sedangkan investasi untuk mesin terbaru juga mengalami kesulitan, maka kemunduran lain yang terjadi adalah peralihan dari tekhnologi modern kembali ke tekhnologi tradisional yang manual sekali. Dalam hal perhitungan biaya produksi ini mendorong laju tren faktor ketidakefisienan waktu. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 28 Produktivitas tinggi yang seharusnya diasumsikan dengan hasil berbanding waktu akan terjadi penurunan tren menuju ketidakefisienan dan ketidakefektifan dalam penggunaan faktor produksi. 3. Media promo yang tradisional. Jaringan pasar yang semakin luas juga memerlukan kecanggihan atau alat promosi yang lebih sophisticated. Akan tetapi dari temuan data yang berhasil dihimpun, fakta tentang media promo juga masih sangat tradisional. Tanpa ada unsur kemenarikan secara komunikatif dan seni visualisasi yang baik dalam memrpomosikan produk. Media promo yang masih sederhana ini juga memerlukan perbaikan desain secara tampilan visual agar komunikatif. Dengan demikian keunikan dari brand produk semakin mudah ditonjolkan. 4. Design banner lama yang konvensional dan tidak menarik secara visual perlu diperbaiki. Banner kebanyakan digunakan untuk menandai atau sebagai markah tempat berjualan. Kendati tempat berjualan juga masih sekedar toko kelontong biasa, namun ada baiknya jika mulai membenahi display dari toko yang titik awalnya bisa diinisiasi dari desain banner toko. Alasannya, banner toko merupakan titik awal perhatian calon konsumen untuk tertarik memasuki toko tersebut. Desain dengan warna warna yang serasi dan harmoni diupayakan dapat memperoleh win attention dari konsumen. 5. Branding pada produk yang jauh dari kelayakan kompetisi pasar. Untuk proses branding itu sendiri, menuntut keunikan dari produk untuk bisa menembus pasar dan memiliki daya kompatible dan daya kompetisi yang baik. Salah satunya dari sisi kemasan dan logo yang sangat sederhana sekali, belum mampu menjadikan produk ini memiliki brand yang baik. Diharapkan kedepannya riset mengenai branding dari produk ini agar mampu melaju cepat dalam kompetisi pasar dibutuhkan dalam waktu dekat. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 29 Brand dan logo pada kemasan dan produk yang masih belum bisa bersaing 6. Jangkauan distribusi pasar yang minim dan belum mampu menembus pasar modern Lokalitas dan masih mengandalkan pembeli atau konsumen yang datang dari lokal menjadikan produk UKM ini tidak bisa berkembang dan maju. Diperlukan upaya baik secara ekstensif maupun intensif dalam menembus pasar. Penetrasi pasar harus dilakukan pada pasar yang lebih besar, lebih modern dan lebih luas. Faktanya, UKM ini cenderung bergerak stagnan dalam upaya penetrasi pasar yang lebih ekspansif. Perlu dorongan dan stimuli untuk bisa secara intrusif mempromosikan produk. 7. Inovasi bisnis yang minim dan belum mampu menjadi salah satu bentuk hasil ekonomi kreatif, kendati peluang bisnis terbuka lebar. Ketidaksiapan dan kelambatan dalam mengupayakan berbagai cara inovasi dalam bisnis menjadi vital untuk digarisbawahi. Temuan ini menjadikan dasar kesimpulan bahwa meskipun peluang untuk ekspansi usaha lebih terbuka tetapi disertai kelemahan atau weakness yang besar menjadikan jurang untuk meraih peluang itu juga juga semakin lebar. Karena itu fakta ini menunjukkan bahwa masih terdapat ketimpangan dan perlu pembenahan manajemen strategis dan manajemen produksi yang sinergi agar meraih tujuan. Berbagai inovasi produk dan diversifikasi produk dan usaha juga perlu mendapat stimuli yang lebih. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 30 8. Keunikan dari hasil produksi dengan quality control dan standar mutu seadanya menjadikan kekhasan rasa produk keripik Tuban ini kurang dikenal jika dibandingkan dari daerah lain seperti Sumenep atau Malang. Pasar jauh lebih mengenal produk olahan keripik yang berasal dari Sumenep atau Malang. Karena keunikan cita rasa serta teknik pengolahan yang spesifik. Produk olahan serupa dari berbagai daerah di Jawa Timur juga memiliki kekhasan sendiri dalam hal cita rasa. Akan tetapi hasil produksi dari malang jauh lebih unggul dalam bench marking disusul keripik singkong Sumenep. Tuban merupakan daerah yang dominasi branding kawasannya merupakan daerah tambang, kapur dan hasil olahan laut. Sehingga produk produk pertanian masih menjadi bayang bayang yang perlu dipertegas melalui promosi kuliner daerah ini untuk memperkenalkan cita rasa yang khas pesisir. 9. Masalah perijinan yang masih pada tingkat kelurahan. Masalah yang menjadi pijakan perlindngan hukum juga menjadikan produk UKM ini rawan keraguan dan rentan terhadap jaminan mutu. Fakta yang ditemui dilapangan adalah produk ini hanya memiliki ijin distribusi pada tingkat kelurahan saja. Padahal untuk distribusi sebuah produk saja diperlukan berbagai ijin dari instansi yang berwenang. Semisal, Ijin PIRT dari Kementerian Perdagangan dan Industri, ijin Depkes untuk standar jaminan kesehatan, ijin BPOM untuk eskalasi distribusi yang lebih massive berdasarkan standar keamanan mengkonsumsi, atau mungkin label halal dari MUI. Semua standar sertifikasi produk ini yang menjadikan jaminan hukum yang memperkuat kepercayaan pasar akan mutu atau kualitas sebuah produk. Kendati tidak bisa semua ijin sertifikasi produk tercapai, paling tidak ada jumlah standar ijin dari instansi yang mengeluarkan nomer registrasi tersebut. Level dari instansi yang memberikan sertifikasi tersebut yang memperkuat kredibilitas level jaminan sebuah produk. Kesimpulan 1. Terjadinya disergi antara pasokan bahan baku mentah yang bergantung pada pertanian tradisional dan tekhnologi tepat guna yang digunakan dalam produksi. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 31 Pasokan bahan baku mentah yang digunakan dalam proses pembuatan kripik tergantung pada hasil panen. Dimana sistem pertanian di daerah Tuban masih sangat tradisional dan panen tergantung pada iklim dan cuaca. Akibatnya hasil panen hanya terjadi musiman. Ini bisa dikategorikan tidak begitu menguntungkan jika bergantung pada pasokan bahan baku mentah yang tersedia hanya musiman. Disergi dengan yang kedua adalah, teknologi tepat guna yang tidak banyak menolong dalam menghasilkan kualitas produk yang memuaskan sesuai dengan standar ketipisan keping keripik. Karena itu dari temuan data, kemunduran yang terjadi akibat dari faktor produksi yang bertenaga mesin modern beralih kepada teknologi tradisional yang manual. Disergi dari dua hal inilah yang menjadikan produksi tidak berjalan maksimal. 2. Media komunikasi pemasaran dan platform sistem pemasaran. Dalam menjalankan usaha atau bisnis, usaha untuk menembus pasar memerlukan upaya komunikasi pemasaran. Pendirian dari platform sistem komunikasi pemasaran yang relevan perlu untuk dijalankan dengan optimal. Komposisi dari berbagai media baik yang above the line atau below the line, merupakan strategi komunikasi pemasaran yang perlu dibangun dengan tepat. 3. Kemampuan manajerial bisnis dan inovasi inovasinya. Ketangguhan dari jiwa entrepreneurship memang absolut diperlukan. Tetapi kreatifitas dan kecangguhan dalam memperbaharui bisnis menjadi sangat penting untuk tetap survive dalam kondisi apapun. Perubahan perubahan dan dinamika pasar yang cepat mengharuskan UKM UKM tidak menjadi termarginalkan dengan ekspansi ekspansi bsinis yang lain. Justru peluang untuk memperbesar ekspansi usaha harus diraih sejalan dengan meminimalisir kelemahan kelemahan dan memperkuat daya potensi yang dimiliki. Inovasi bisnis bisa didapatkan melalui diversifikasi produk ataupun intensifikasi atau juga membuat inovasi produk baru. 4. Kesadaran lingkungan sosial dalam melirik peluang bisnis yang masih minim. Lingkungan merupakan salah satu bagian analisis EPISTLE dimana dukungan lingkungan sosial juga berpengaruh. Ini ditandai juga dengan sulitnya merekrut tenaga kerja baru atau kader kader baru untuk dilatih dalam bisnis ini. Secara holistik Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 32 lingkungan geografis dan demografis dari kabupaten Tuban adalah nelayan dan buruh pabrik. Sehingga ketertarikan mereka untuk terjun dalam bisnis ini bisa dikatakan setengah hati atau bahkan tidak berminat sama sekali. Dengan interaksi yang pola polanya sederhana dan kurangnya kompleksitas interaksi antar kultural dan sosial menimbulkan pola pola distribusi informasi dan edukasi yang serba simplisitik. Ini jika tidak diberi stimulan arus informasi, akan menimbulkan stagnan di berbagai bidang. Khususnya pemahaman akan lingkungan eksternal atau supra sistem. Daftar Pustaka Arviana, Nerissa. 2013. Pemasaran Produk UKM melalui Sosial Media. Diakses melalui: http://nerisarvn.blogspot.com/2013/03/pemasaran-produk-ukm-melalui-sosial.html, pada: Sabtu, 26 April 2014. http://luisunafotoaldia.blogspot.com/2013/06/10-strategi-pemasaran-untuk-tingkatkan.html, diakses pada: Senin, 21 April 2014. http://www.ciputraentrepreneurship.com/penjualan-dan-pemasaran/pentingnya-strategipemasaran-bagi-ukm, diakses pada: Selasa, 29 April 2014. Pemerintah Kabupaten Tuban. 2013. Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Tuban. http://tubankab.go.id/site/, diakses pada: Rabu, 23 April 2014. Rifa’i, Bachtiar. 2013. Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM Krupuk Ikan dalam Program Pengembangan Labsite Pemberdayaan Masyarakat Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Surabaya: FISIP Universitas Airlangga. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 33 KONSTRUKSI CALEG PEREMPUAN DALAM PEMULI 2014 DI MEDIA MASSA (Analisis Terhadap Pemberitaan Caleg Perempuan Dalam Pemilu 2014 di Harian Republika, Kompas, dan Jawa Pos Edisi Januari – April 2014) Oleh : 1. Yenny, M.Si, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo 2. Iwan Joko Prasetyo, MSi Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo Ringkasan Penelitian ini dilatar belakangi oleh kompetensi dan kualitas caleg perempuan yang menjadi sorotan publik di berbagai media karena tidak banyak melakukan perubahan di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemberitaan media cetak membentuk pendapat umum dan persepsi publik dalam pemilu 2014. Metode yang dipergunakan berdasarkan studi analisis wacana yang dikembangkan oleh Sara Mills yang lebih menitikberatkan pada feminisme. Sedangkan obyek penelitian adalah konstruksi wacana dari berita seputar caleg perempuan dalam Pemilu 2014 di harian Jawa Pos, Kompas, dan Republika selama kurun waktu 4 bulan ( Januari – April 2014). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa harian Kompas lebih menonjolkan dari sisi legal formal dari setiap partia politik dalam memenuhi keterwakilan kaum perempuan dalam lembaga legislatif sesuai Undang Undang PEMILU NO.8. Tahun 2012 yang menyatakan bahwa daftar bakal calon legislatif dari unsur kaum perempuan paling sedikit 30%. Sedangkan pemberitaan harian Republika lebih seimbang dalam arti bahwa Republika juga menonjolkan wacana kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan dan wacana bias gender yang merendahkan status dan martabat seorang caleg perempuan. Kata Kunci : konstruksi wacana, berita Pendahuluan Pemilihan Umun (Pemilu) merupakan salah satU indikator, cara dan bentuk penerapan demokrasi, yang secara universal dilakukan banyak negara-bangsa karena melibatkan mayoritas rakyat yang berhak memilih untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan secara nasional, termasuk Pemilihan Legislatif (Pileg) yang dilaksanakan secara Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 34 serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 9 April 2014. Jatah khusus minimal 30 persen bagi caleg perempuan pada Pemilu 2014 menjadi sorotan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KKPPA) seperti yang ditulis di harian Jawa Pos, edisi Selasa 26 November 2013. Sri Danti Anwar, Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak mengumpulkan sekitar 50 caleg perempuan dari semua parpol peserta pemilu 2014 untuk mendapatkan pencerahan singkat. Menurut Sri Danti Anwar bahwa untuk meningkatkan peran dan kekuataan caleg perempuan di lembaga legislatif adalah dengan kompetisi dan kualitas. Diharapkan dengan peningkatan kualitas caleg perempuan bisa membawa perubahan yang lebih baik. Selama ini politisi perempuan yang menonjol dapat dihitung dengan jari. Demikian pula halnya dengan politisi perempuan belum banyak yang bisa membuat perubahan dalam masyarakat. Dampak dari aturan tersebut akhirnya untuk memenuhi keterwakilan perempuan sebanyak 30%, hampir semua parpol sering asal comot untuk memenuhi kuota tersebut. Karena parpol merasa kesulitan untuk mendapatkan caleg perempuan yang berkualitas karena politisi masih belum menjadi pilihan utama bagi para perempuan untuk dijadikan sebagai karir. Partai politik sebagai sumber daya manusia yang menyediakan penguasa untuk mengelola kekuasaan Negara, harus menyediakan calon pemegang kekuasaan legislative yang mempunyai cita-cita atau ideologi. Peranan parpol sangat strategis dalam menentukan proses rekrutmen awal sebagai pintu masuk pencalonan termasuk menyiapkan Caleg perempuannya. Kuota perempuan dalam Undang Undang PEMILU NO.8. Tahun 2012 pasal 55 menyatakan bahwa daftar bakal calon sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 53 memuat paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. Peran media massa dalam pemilu Legislatif 2014 dan proses demokratis pada umumnya sangat vital dan strategis sesuai fungsi-fungsi yang diembannya sebagai lembaga informasi, edukasi dan kotrol sosial. Pemberdayaan media massa cetak adalah menjadi salah satu pilihan bagi parpol untuk caleg perempuannya dalam menunjukkan kompetensi dan kualitasnya. Media cetak adalah pembentuk opini dan persepsi publik yang paling Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 35 efektif. Sebarannya luas, pengaruhnya kuat, magnitude nya hebat. Tidak ada lagi lembaga apapun yang boleh mengontrol , apalagi membredel pers. Satu-satunya pihak yang “boleh mengontrolnya” adalah konsumen sebagai kelompok yang menggunakan (dan membayar) produk media. Ada 3 media cetak yang kami pilih dan dijadikan obyek penelitian, yaitu Harian Republika, Kompas, dan Jawa Pos karena harian ini sudah berskala nasional, mempunyai oplah yang cukup besar dan mempunyai ideologi yang berbeda dalam menentukan kebijakan redaksional. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian seperti yang tersebut di latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Peristiwa apa saja yang menjadi sorotan pemberitaan media cetak (Harian republika, Komas, dan Jawa Pos) terhadap caleg perempuan dalam Pemilu 2014 ? 2. Bagaimana wacana pemberitaan caleg perempuan di media cetak (harian Republika, Kompas, dan Jawa Pos) dalam menghadapi Pemilu 2014 ? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memperoleh gambaran peristiwa apa saja yang menjadi sorotan pemberitaan media cetak (Republika, Kompas, dan Jawa Pos) terhadap caleg perempuan dalam Pemilu 2014 2. Untuk mengetahui bagaimana media cetak (Republika, Kompas, dan Jawa Pos) mengkonstruksi pemberitaan caleg perempuan dalam Pemilu 2014. Tinjauan Pustaka Berita Dan Konstruksionis Konsep mengenai konstruksionis pertama kali diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, yaitu Peter L. Berger. Bersama rekannya Thomas Luckmann, ia menulis risalah teoritisnya tentang konstruksionisme dengan judul “Pembentukan Realitas Secara Sosial” atau The Social Construction of Reality pada tahun 1966 (Poloma;2000:300). Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 36 Sebuah realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tetapi dibentuk dan dikonstruksikan. Sehingga realitas berwajah ganda atau plural. Artinya bahwa setiap orang akan mempunyai konstruksi sendiri dalam memahami sebuah realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan suatu realitas berdasarkan konstruksinya masing-masing. Gagasan Berger tentang konstruksi sosial dapat juga dipakai untuk memahami suatu konteks berita dalam media massa terutama surat kabar. Penyampaian dan penulisan sebuah berita ternyata juga menyimpan subjektivitas penulis. Sebuah realitas yang sama mungkin dikonstruksikan secara berbeda oleh wartawan atau media. Wartawan bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu realitas, dan itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkonstruksikan realitas tersebut yang diwujudkan dalam teks berita. Menurut pandangan kaum konstruksionis, berita merupakan hasil konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas dijadikan berita sangat tergantung pada bagiamana fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas. Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain. Perbedaan antara realitas yang sesungguhnya dengan berita tidak dianggap sebagai suatu kesalahan, tetapi memang seperti itulah pemaknaan mereka atas realitas. Ketika ada sumber berita yang ditonjolkan, menempatkan wawancara seorang tokoh lebih besar dari tokoh lain, liputan yang hanya satu sisi dan merugikan pihak lain, tidak berimbang dan secara nyata memihak satu kelompok, semuanya itu tidak dianggap sebagai kekeliruan atau bias tetapi memang itulah praktik yang dijalankan oleh wartawan. Media Surat Kabar Surat kabar merupakan salah satu media massa yang berperan penting dalam pendistribusian informasi kepada khalayak. Selain karena kontennya yang faktual, penerbitan surat kabar juga terjadi secara periodik sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk mengakses dan mnerima informasi. Seiring perkembangan teknologi, surat kabar mulai melakukan berbagai perkembangan baik dari sisi konten maupun teknologi. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 37 Yang dimaksud dengan surat kabar adalah kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran plano, terbit berkala secara teratur, bisa setiap hari atau seminggu sekali. Sebuah surat kabar isinya merupakan catatan peristiwa (berita) atau karangan (artikel, feature, dsb) dan iklan karena biasa memuat hal yang bersifat dagang (promosi) diterbitkan secara berkala (periodik) waktu penerbitannya akan menggolongkan sebagai sebuah surat kabar atas harian, mingguan, bulanan, atau mungkin tahunan. Fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah memberikan informasi kepada khalayak. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Sedangkan karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut : ï‚· Publisitas : adalah penyebaran pada publik atau khalayak ï‚· Periodesitas : menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan ï‚· Universalitas : menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beranieka ragam dan dari seluruh dunia. ï‚· Aktualitas : menunjuk pada keadaan yang ”kini” dan ”sebenarnya” ï‚· Terdokumentasikan : dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan dan dibuat kliping. Wacana Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata wacana berasal dari kata vacana ‘bacaan’ dalam bahasa Sansekerta. Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru wacana atau vacana atau’ bicara, kata, ucapan’. Kata wacana dalam bahasa baru itu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana ‘ucapan, percakapan, kuliah’ (Poerwadarminta 1976: 1144). Menurut Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media, pengertian wacana adaah : Rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 38 disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. (Sobur;2004:11) Sedangkan J.S Badudu dalam bukunya Eriyanto yang berjudul Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wacana adalah : 1. Rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan preposisi yang satu dengan preposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu; 2. Kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis ( Eriyanto, 2001: 2) Teori Ketimpangan Jender Gender merupakan kajian tentang tingkah laku perempuan dan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender merupakan konstruksi realita sosial yang didominasi oleh bias laki-laki dan cenderung menekan atau menindas (opresif) terhadap perempuan. Bias laki-laki yang dimaksud adalah penekanan budaya patriarki dalam ruang lingkup masyarakat secara umum. Ketidakseimbangan berdasarkan gender mengacu pada ketidakseimbangan akses sumber-sumber yang langka dalam masyarakat. Sumber-sumber yang penting itu meliputi akses untuk mendapatkan kesempatan memperoleh kekuasaan, kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan, kesempatan berkarier di dunia usaha, dll. Istilah gender berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya. Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex lebih banyak berkonsentrasi pada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sementara itu, gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non-biologis lainnya. Perbedaan tersebut melahirkan pemisahan fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki bertugas Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 39 mengurusi urusan luar rumah (ruang publik) dan perempuan bertugas mengurusi urusan dalam rumah (ruang privat) Kesimpulan yang dapat diambil dari teori ini adalah bahwa keserasian laki-laki dan perempuan dalam hal kedudukannya dalam masyarakat dapat tercapai jika ada perubahan atau rehabilitasi yang signifikan dalam institusi-institusi yang berekaitan langsung dengan masalah perbedaan jender tersebut seperti lembaga hukum,keluarga dll. Sehingga ada kemungkinan didalam tori ini bahwa bisa saja terjadi kesamaan antara laki-laki dan perempuan dan tidak dikenalnya sistem perbedaan jender. Metode Penelitian Pendekatan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan menganalisis seluruh isi teks berita (judul, isi, foto/grafis) yang kemudian mendiskripsikan, meringkaskan, dan menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang suatu obyek penelitian. Pendekatan ini memusatkan diri pada suatu unit tertentu sehingga memungkinkan studi ini bersifat amat mendalam dan menusuk sasaran penelitian (Bungin;2001:48) Unit Analisis Unit analisis adalah sesuatu atau bagian yang berkaitan dengan fokus penelitian yang akan diteliti. Unit analisis dalam penelitian ini adalah semua unsur berita dari suatu teks berita, yaitu : Judul berita, Lead berita atau teras berita, tubuh berita, Gambar/foto Obyek Penelitian Adapun obyek penelitian ini adalah konstruksi calon legislatif (caleg) perempuan yang ditulis dan dimuat di harian Republika, Kompas, dan Jawa Pos edisi bulan Januari – April 2014. Pemberitaan caleg perempuan menjadi daya tarik tersendiri karena minimnya kaum perempuan yang menjadikan politisi sebagai karier dalam hidupnya. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif interpretatif untuk mengamati dan menganalisis berita seputar caleg perempuan di harian Republika, Kompas, dan Jawa Pos berdasarkan konsepsi-konsepsi analisis wacana yang dikembangkan oleh Sara Mills. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 40 Teknik Analisa Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Sara Mills perempuan karena Sara Mills, yaitu: TINGKAT Posisi Subyek – Obyek Yang ingin dilihat Bagaimana peritiwa dilihat, dari kacamata siapa peristiwa itu dilihat. Siapa yang diposisikan sebagai pencerita (subyek) dan siapa yang menjadi obyek yang diceritakan. Apakah masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri, gagasannya ataukah kehadirannya, gagasannya ditampilkan oleh kelompok/orang lain Posisi Penulis - Pembaca Bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca memposisikan dirinya dalam teks yang ditampilkan. Kepada kelompok manakah pembaca mengidentifikasidirinya. Analisa Data Media Kompas Berita tanggal 21 Maret 2014 dengan judul :” Upaya PAN untuk Tumbuh” TINGKAT Posisi Subyek - Obyek YANG INGIN DILIHAT Posisi subyek adalah penulis teks (wartawan Kompas), sedangkan posisi obyeknya adalah Partai Amanat Nasional (PAN), hal ini digambarkan dari data statistik tentang perbandingan komposisi latar belakang caleg PAN untuk DPR dengan semua partai. Nomor urut satu digambarkan perbandingan komposisi jenis kelamin dalam pemilu 2009 dan 2014. Angka statistik menunjukkan bahwa dalam pemilu 2009, komposisi laki-laki = 69,8 % dan perempuan = 30,2 %. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 41 Sedangkan dalam pemilu 2014, komposisi laki-laki = 62,6 % dan perempuan = 37,4 %. Posisi Penulis - Pembaca Posisi pembaca diposisikan sebagai laki-laki dan perempuan. Dan pada akhirnya antara penulis dan pembaca tidak melestarikan bias gender dalam masyarakat. Berita tanggal 21 Maret 2014 dalam rubrik :” Suara Partai” TINGKAT Posisi Subyek - Obyek YANG INGIN DILIHAT Posisi subyek adalah Para caleg, sedangkan posisi obyeknya adalah aspirasi suara dari partai masing-masing. Para caleg yang menyuarakan aspirasi partainya sejumlah 12 orang dengan perbandingan komposisi laki-laki = 8 orang dan perempuan = 4 orang. Posisi Penulis - Pembaca Teks ini memposisikan pembaca sebagai laki-laki ( 8 orang caleg) dan perempuan (4 orang caleg). Dengan pemosisian jumlah nara sumber yang berbeda seperti ini penulis dan pembaca diperhadapkan pada bias gender didalam masyarakat. Selama periode Januari – April, Kompas lebih menitikberatkan pada legal formal partai politik dalam memenuhi regulasi keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif. Regulasi tersebut seperti yang tertuang dalam Undang Undang PEMILU NO.8. Tahun 2012 pasal 55 menyatakan bahwa daftar bakal calon sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 53 memuat paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. Kuota 30% caleg perempuan Pada Pemilu 2014, merupakan kemenangan aliran feminis liberal. Mereka berpandangan, kesetaraan laki-laki dan perempuan pada tingkat rasionalitas. Dilihat dari komposisi perbandingan status perempuan dan laki-laki yang menjadi obyek pemberitaan, masih ada kecenderungan terjadi ketimpangan. Seperti digambarkan pada data statistik yang ditulis dalam pemberitaan Kompas secara jelas menunjukkan Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 42 perbandingan antara caleg laki-laki (sebesar 62,6%) dan caleg perempuan (sebesar 37,4%). Hal ini mengisyaratkan bahwa masih cukup besar perbedaan jumlah antara caleg laki-laki dan caleg perempuan. Partai politik masih lebih percaya pada kualitas dan kemampuan laki-laki daripada perempuan untuk bersaing memperebutkan kursi lembaga legislatif. Kaum perempuan masih dianggap kaum yang terpinggirkan atau kaum yang masih kurang diperhitungkan dalam kancah perpolitikan nasional. Ketimpangan ini semakin nampak dalam rubrik “Suara Partai”. Diantara 12 suara orang caleg, 8 orang dipilih dari kaum laki-laki sedangkan kaum perempuan cuma 4 orang. Jumlah yang tidak seimbang ini juga menunjukkan keberpihakan penulis kepada kaum lakilaki sehingga akan mempengaruhi pembaca dalam mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam pemberitaan teks tersebut. Media Republika Berita tanggal 15 Maret 2014 dengan judul :” Perempuan Pahami Konstituante” TINGKAT Posisi Subjek-Objek YANG INGIN DILIHAT Berita ini mengenai bagaimana perempuan pahami konstituante (Republika, Sabtu, 15 Maret 2014), yang dikemukakan oleh aktivis Lembaga Pendampingan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan (Nina Musriyati) dan Pengurus Pimpinan daerah Muhammadiyah Kabupaten Bantul, DIY (Saebani). Yang ditempatkan sebagai subjek (pencerita) adalah Nina dan Saebani., sementara sebagai obyek (yang diceritakan) adalah caleg perempuan. Akibatnya ? peristiwa tersebut diceritakan dalam perspektif Nina dan Saebani maka teks berita menceritakan nilai positif terhadap caleg perempuan. Caleg perempuan bisa memberi kontribusi riil terhadap masyarakat dalam menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Selain itu Caleg perempuan akan menghadapi pertarungan yang luar biasa ketika sudah duduk di legislative. Dan harus mempersiapkan diri dengan Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 43 visi serta misi yang jelas, seerta menggali wawasan yang lebih luas. Berita ini dikisahkan dengan alur yang menguntungkan caleg perempuan sebagai bekal untuk duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Perempuan mampu berkiprah dalam dunia politik dan menjadi pemimpin yang terpercaya. Dengan demikian, calon legislative (caleg) perempuan harus memiliki komitmen dan pengabdian mulia dan tegas dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai abdi negara jika ingin menjadi pemimpin. Posisi Penulis Pembaca – Posisi pembaca diposisikan sebagai laki-laki dan perempuan. Dan pada akhirnya antara penulis dan pembaca tidak melestarikan bias gender dalam masyarakat. Dalam teks tersebut jelas disebutkan bahwa posisi subyek adalah Nina Musriyati, seorang aktivis pemberdayaan perempuan. Subyek menyatakan bahwa dalam diri perempuan sebenarnya mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk bertarung dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat apabila perempuan tersebut benar-benar mempersiapkan mental, wawasan serta visi-misinya. Hal tersebut tersirat dalam teks yang menyatakan bahwa ......dengan kesanggupan perempuan maju di kancah politik berarti telah menyatakan diri mampu dan berdaya untuk berpartisipasi dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat. Ini pandangan kaum perempuan dalam melihat kemampuan dan daya kekuatan yang dimiliki dalam diri seorang caleg perempuan. Bahkan pendapat dari kaum laki-laki juga menyatakan bahwa seorang perempuan juga dapat menjadi seorang pemimpin yang terpercaya. Hal ini dikatakan oleh Saebani, tokoh Muhammadiyah dari Yogyakarta. Posisi subyek yang menceritakan bagaimana status dan kedudukan perempuan sebenarnya sama dan seimbang dengan kaum laki-laki. Perempuan juga dapat seorang pemimpin. Pernyataan ini seperti yang ditulis dalan teks berita ........perempuan mampu berkiprah dalam dunia politik dan menjadi pemimpin yang terpercaya. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 44 Wacana yang ingin ditampilkan dalam berita di atas memposisikan caleg perempuan dengan sebagai sosok yang mempunyai kekuatan dan kesanggupan dalam memasuki kancah perpolitikan. Optimisme bahwa caleg perempuan mampu bersaing dengan kaum lelaki ditunjukkan dari posisi subyek yang menceritakan dan dijadikan nara sumber yaitu Nina Musriyati (seorang aktivis perempuan) dan Saebani (tokoh agama). Tidak ada bias gender yang merendahkan martabat caleg perempuan. Berita tanggal 26 Maret 2014 dengan judul :” Pemilu Kaum Hawa” TINGKAT Posisi Subyek – Obyek YANG INGIN DILIHAT Teks berita Pemilu Kaum Hawa (Republika, Rabu, 26 Maret 2014) menceritakan panggung kampanye caleg perempuan. Sebagai Subyek dalam teks ini adalah 5 aktivis perempuan (Sri Nurherwati, Siti Zuhro, Reni Marlinawati, Linda Amalia Sari Gumelar, Camel Panduwinata). Dan yang diposisikan sebagai obyek adalah panggung kampanye dan caleg perempuan. Akibatnya? Peristiwa pemillu kaum hawa menempatkan perempuan hanya sebagai pemanis di panggung kampanye, sehingga tidak terlihat kualitas dan kapabilitasnya. Caleg-cales perempuan cantik kadang hanya digunakan untuk meraih suara tanpa menonjolkan kemampuannya. Berita ini dikisahkan dengan alur caleg caleg perempuan mengakui pernah dilecehkan, namun tidak menggubris, dan tetap berkiprah dipanggung politik.. Caleg perempuan itu mengakui bahwa caleg caleg cantik itu hanya untuk mengumpulkan dan meraih suara oleh partainya. Posisi Penulis – Pembaca Teks ini memposisikan pembaca sebagai perempuan (5 aktivis perempuan). Dengan pemosisian seperti ini penulis dan pembaca tidak melestarikan bias gender didalam masyarakat. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 45 Wacana yang ingin ditonjolkan dalam berita di atas justeru memposisikan caleg perempuan sebagai “pemanis” dalam meraih perolehan suara dalam pemilu. Konstruksi pemberitaan media yang bias gender ini tentu saja tidak terlepas dari perspektif jurnalis dalam melihat bagaimana posisi wanita dalam terjun ke dunia politik. Hal ini terlihat jelas dalam tulisan yang dijadikan sub judul oleh penulis yaitu “Wanita Cantik”. Tulisan dalam berita seperti ini, secara tidak sadar sebenarnya dapat semakin memperkuat gambaran negatif terhadap eksistensi caleg perempuan. Perempuan yang menjadi caleg atau terjun ke politik, dapat dicitrakan sebagai perempuan yang hanya menjual kecantikannya saja untuk mencapai kekuasaan politiknya. Perempuan yang menjadi caleg atau terjun ke politik, dapat dicitrakan sebagai perempuan yang tidak memiliki kapasitas dan kemampuan untuk bersaing dengan dominasi kekuatan laki-laki. Bahkan pengakuan bahwa dirinya bodoh, tidak mempunyai kemampuan seperti politisi lainnya diungkapkan oleh caleg Camel Panduwinata Lubis. Pengakuan ini seperti yang tertulis dalam teks berita ....”Saya memang bodoh, bukan seperti politisi kebanyakan. Ungkapan kata “bodoh” mengisyaratkan kita kepada seseorang yang berpendidikan rendah dan tidak bisa apa-apa. Kalau dalam diri seorang perempuan mengakui hal seperti itu, justeru akan memperkuat anggapan masyarakat terhadap caleg perempuan yang hanya dijadikan peran sebagai pengumpul suara karena kepopuleran dan kecantikannya saja. Hal ini juga semakin memperkuat stereotyping terhadap caleg perempuan dan memberikan gambaran negatif terhadap eksistensi caleg perempuan. Media Jawa Pos Berita tanggal 2 April 2014 dengan judul :”Demokrat Minta Jangan Remehkan Perempuan” TINGKAT YANG INGIN DILIHAT Posisi Subyek-Obyek Berita ini mengisahkan tentang permintaan untuk jangan meremehkan perempuan (Jawa Pos,Rabu, 2 April 2014). Teks ini menempatkan caleg perempuan (Dini Rijanti) sebagai subyek, dan peserta kampanye perempuan sebagai obyek. Akibatnya? Teks ini memberi nilai positif tentang keunggulan Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 46 dan kelebihan yang dimiliki caleg perempuan. Alur teks ini menunjukkan bahwa caleg perempuan jangan diremehkan, karena perempuan adalah inspirator. Caleg perempuan sudah memiliki kemampuan setara. Artinya di dunia politik tidak ada “gender”. Posisi Penulis-Pembaca Posisi pembaca dalam teks ini diposisikan sebagai perempuan. Wacana yang ingin disampaikan dalam berita ini adalah bahwa konstruksi caleg perempuan memiliki kelebihan sebagai inspirator dalam membangun sebuah negara serta memiliki kemampuan yang setara dengan laki-laki. Pernyataan ini didukung sekali dengan judul yang dipilih yaitu :”Demokrat Minta Jangan Remehkan Perempuan” dan gambar/foto seorang caleg perempuan yang sedang berkampanye dengan mengepalkan tangan kanannya. Kepalan tangan kanan menunjukkan sebuah kekuatan yang dimiliki oleh seseorang. Eksistensi calon perempuan ditunjukkan untuk menggambarkan bahwa caleg perempuan juga mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan kamampuan yang selama ini dimiliki oleh caleg laki-laki. Sebagai posisi subyek yang menceritakan kemampuan caleg perempuan, Dini Rijanti mengatakan bahwa ......perempuan itu inspirator dan terbukti sudah memiliki kemampuan setara. Artinya, di politik, gender itu sebenarnya sudah tidak ada lagi. Pernyataan ini jelas mengajak kepada seluruh pembaca untuk memaknai kesetaraan gender di dunia politik. Wacana yang ingin ditampilkan dalam berita ini adalah betapa sulit dan tipisnya caleg perempuan untuk lolos menjadi wakil rakyat melalui sebuah sistem pemilu. Perbandingan antara caleg laki-laki dan caleg perempuan yang lolos menjadi wakil rakyat di tunjukkan dalam grafis yaitu 5:1. Artinya bahwa dalam grafis yang ditampilkan menunjukkan bahwa seorang caleg perempuan secara kuantitas kalah bila bersaing dengan caleg laki-laki. Caleg perempuan selalu kalah bila dibandingkan dengan dominasi dan kekuatan yang dimiliki oleh caleg laki-laki. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 47 Berita tanggal 15 April 2014 dengan judul :”Caleg Termuda Rontokkan Incumbent ” TINGKAT YANG INGIN DILIHAT Posisi Subyek-Obyek Berita ini mengisahkan tentang caleg perempuan termuda rontokkan caleg incumbent (Jawa Pos, Selasa,15 April 2014). Teks berita ini menempatkan caleg perempuan (Ita Primaria Lestari) sebagai subyek sekaligus sebagai obyek (sebagai caleg perempuan). Akibatnya? Teks ini mengangkat derajat caleg perempuan meskipun caleg baru, Ita Primaria Lestari, mampu menyingkirkan sejumlah incumbent yang sudah cukup dikenal masyarakat. Berita ini mengisahkan dengan alur yang menguntungkan caleg perempuan. Menceritakan perjuangannya, sejak mulai dilamar satu partai hingga bertarung di dapil yang 9 diantaranya caleg incumbent. Posisi Penulis - Pembaca Posisi pembaca di dalam teks inidiposisikan sebagai caleg perempuan yang menjadi wakil rakyat.Antara penulis dan pembaca tidak ada bias gender. Wacana yang ingin dikembangkan dalam berita ini adalah bahwa caleg perempuan tidak kalah dengan caleg laki-laki. Konstruksi yang ingin dibangun menunjukkan bahwa sekarang ini tidak ada lagi perbedaan yang mendasar antara perempuan dan laki-laki dalam terjun ke dunia politik. Caleg perempuan dapat mengaktualisasikan dirinya sama dengan laki-laki. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa .....ada potensi cukup besar di kepribadian alumnus jurusan hukum di salah satu universitas di Surabaya itu. Pernyataan ini mengisyarakatkan bahwa kaum perempuan mempunyai kualitas dan potensi yang tidak kalah dengan kaum laki-laki. Potensi dan kepribadian menjadi modal yang kuat untuk dapat mengalahkan para incumbent di dapil neraka. Paragraf terakhir dari teks berita menguatkan posisi caleg perempuan untuk menjadi pemenang dalam suatu pertarungan politik. Tulisan dalam paragraf terakhir tersebut juga dapat dijadikan kesimpulan dari keseluruhan teks berita Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 48 yaitu ..... Ita menjadi satu-satunya wajah baru yang mampu merontokkan incumbent. Berita tanggal 24 April 2014 dengan judul :”Anak Malah Minta Dyah Katarina Jadi Cawali ” TINGKAT YANG INGIN DILIHAT Posisi Subyek –Obyek Berita ini mengisahkan tentang wajah baru caleg perempuan yang lolos sebagai anggota DPRD Periode (2014-2019), (Jawa Pos, Kamis, 24 April 2014). memposisikan 3 caleg perempuan Teks berita ini sebagai subyek (Siti Mariyam, Dini Rijanti, dan Dyah Katarina), dan juga sekaligus memposisikan sebagai obyek. Akibatnya? Teks ini menceritakan proses bagaimana masing-masing ke-3 caleg perempuan ini bisa menjadi anggota DPRD Kota Surabaya, dengan berbekal kiprahnya selama ini. Alur teks ini di mulai dari Dyah Katarina, yang mengisahkan bahwa dirinya pada awalnya tidak begitu terpikir untuk menjadi caleg. Tetapi karena mendapat pinangan salah satu partai dan menerimanya, Dyah langsung menggarap kantong-kantong Bunda Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD). Sehingga denga 863 PAUD di Surabaya yang dibinanya, dia mampu meraih suara yang cukup signifikan. Siti Maryam, menceritakan seringkali mengadvokasi warga yang menolak keberadaan sebuah perusahaan Beton di tengah perkampungan. Dini Rijanti, perempuan ini memilih menjadi caleg DPRD Surabaya setelah lima tahun sebelumnya jadi anggota DPRD Jatim. Posisi Penulis - Pembaca Dalam teks ini pembaca diposisikan sebagai pihak perempuan (Dyah Katarina, Siti Mariyam, dan Dini Rijanti). Dengan pemosisian seperti ini selaras dengan apa yang diinginkan penulis. Tidak ada bias gender dalam masyarakat. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 49 Wacana yang ingin ditampilkan dalam berita tersebut adalah bagaimana kaum perempuan bisa berkarier dan berprestasi di ruang publik, khususnya di lembaga politik. Ruang publik dalam feminisme merepresentasikan sebuah wilayah kekuasaan yang dipagari oleh regulasi sepihak dan tidak setiap orang dapat memasukinya. Gerakan feminis berusaha meraih kekuasaan itu dengan berjuang masuk dalam ruang publik. Prestasi yang diraih oleh kaum perempuan di ruang publik menunjukkan kapasitas dan kemampuan dari seorang perempuan untuk bersaing dengan kaum laki-laki untuk berkarya di ruang publik. Hal ini diperkuat dengan pernyataan ...Aktivitasnya membina pendidikan anak usia dini (PAUD). Bayangkan, ada 863 PAUD di Surabaya. Potensi cukup besar. Jangan diumbar... dan ...Bisa dibilang Mariyam bukan perempuan biasa. Dia adalah sosok ibu-ibu aktivis. Di sisi lain, kaum perempuan juga tidak bisa melepaskan dirinya dari ruang privat. Kehidupan kodrati dari seorang perempuan selalu melekat di dalam dirinya. Meskipun dia sudah berprestasi dan berkarier bagus di ruang publik, ketika dia pulang ke rumah maka kehidupan kodratinya sebagai perempuan akan nampak. Bagaimana kehidupan ruang privatnya tampak dalam pernyataan ...Perasaan Dyah sudah tidak keruan. Dia berpikir anak-anaknya akan protes dengan pilihannya berkarir di bidang politik...Kedekatan seorang ibu dengan anak ditunjukkan dalam pernyataan tersebut. Kesimpulan a. Harian Kompas Wacana harian Kompas selama periode Januari – April 2014 terkait dengan pemberitaan caleg perempuan ternyata lebih menonjolkan kepada wacana legal formal dari suatu partai politik dalam memenuhi kuota perempuan sebesar 30% keterwakilan perempuan dalam kursi Dewan perwakilan Rakyat seperti yang diamanatkan dalam Undang Undang PEMILU NO.8. Tahun 2012 pasal 55. b. Harian Republika Wacana harian Republika selama periode Januari – April 2014 terkait dengan pemberitaan caleg perempuan ternyata lebih seimbang dalam arti bahwa Republika juga menonjolkan wacana kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan dan wacana bias gender yang merendahkan status dan martabat seorang caleg perempuan. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 50 c. Harian Jawa Pos Wacana harian jawa Pos selama periode Januari - April 2014 terkait dengan pemberitaan caleg perempuan ternyata ada wacana kesetaraan gender, wacana bias gender dan wacana sifat kodrati perempuan meskipun sudah mencapai karier yang tinggi di ruang publik atau di lembaga publik sehingga mampu mempengaruhi kebiajakn publik tetapi tidak melupakan tanggung jawabnya di ruang privat atau di lingkungan rumah tangganya. DAFTAR PUSTAKA Alex Sobur.2004. Analisis Teks Media, PT Remaja Rosdakarya, Bandung Agus Sudibyo.2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana, LkiS, Yogyakarta Eriyanto 2005. Analisis Wacana, Pengantar Aanalisis Teks Media, PT LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta George Ritzer, Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern Edisi Ke Enam. Penerbit PT Prenada Media, Jakarta Ibnu Hamad.2004, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, Granit, Jakarta Jalaluddin Rakhmat.1994. Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bndung Ishwari, Luwi. 2005, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, Bukru , Jakarta Haris Sumadiria. 2005, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, Simbiosa Rekatama Media, Bandung Dan Nimmo.2005. Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, Dan Media, PT Remaja Rosdakarya, Bandung Syarifudin Yunus. 2010, Jurnalistik Terapan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta UU Pemilu No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Jawa Pos, Selasa, 26 Nopember 2013 Strategi Manajemen Krisis Dan Opini Public PT.Airasia Qz8501 Pada Tanggal 28 Desember 2014” Oleh : 1. Nur’annafi Farni Syam Maella, M.Ikom Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo 2. Drs. Hartopo Eko Putro, MSi Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 51 Ringkasan Latar belakang dari penelitian adalah krisis perusahaan yang menimpa salah satu maskapai penerbangan asal Malasyia diakibatkan oleh peristiwa jatuhnya pesawat AIRASIA QZ8501 di sekitar perairan Tanjung Pandan. Peristiwa ini membuat perusahaan membuat strategi public relations yang bertugas sebagai penasehat manajemen yang diberi wewenang untuk mengatasi krisis dan bertanggung jawab terhadap program yang dijalankan sesuai dengan keahlian yang dimiliki publc relation. Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang mencoba menjelaskan, menggambarkan dengan jelas sebuah fenomena yang terjadi berdasarkan data dan fakta yang dikumpulkan. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunkan teori, tetapi teori hanya digunakan sebagai kisi-kisi, acuan, bukan sebagai alat untuk mengukur atau menaklukan data. Kerangka teori yang dipakai adalah teori manajemn krisis. Dari hasil kajian peneliti menunjukkan bahwa perusahaan telah berusaha membangun strategi manajemen krisis dalam menangani peristiwa jatuhnya pesawat AIRASIA QZ8501. Strategi manajemen krisis yang digunakan oleh perusahaan adalah strategi merespon dan bertahan. Pendahuluan AIRASIA adalah maskapai penerbangan terdepan yang dibangun berdasar impian untuk memungkinkan semua orang dapat menikmati layanan penerbangan. Sejak tahun 2011, airasia langsung mengubah norma-norma perjalanan didunia, dan muncul menjadi yang terbaik. Dengan jaringan rute yang membentang di lebih dari 20 negara, airasia terus membuka jalan bagi penerbangan berbiaya terjangkau lewat solusi inovatif, proses efisien dan pendekatan yang baru dalam usaha ini. Dengan simbolnya: sekarang, semuanya dapat terbang. Sebagai masakapai penerbangan bertarif murah, airasia sedang menjadi sorotan hangat di Indonesia, bahkan dunia. Musibah yang menima masakapai asal Malaysia ini, terjadi pada tanggal 28 desember 2014, aisrasia menjadi incaran seluruh awak media baik nasional maupun internasional. Persawat airasia QZ8501 yang hilang disekitar tanjung Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 52 pandan dengan penumpang pesawat sebanyak 162 orang hingga saat ini masih belum ditemukan. Krisis perusahaan kerap kali diidentikan sebagai virus atau wabah penyakit yang menggerogoti perusahaan. Penyebab terjadinya krisis adalah karena keterbatasan manusia mengatasi berbagai tuntutan lingkungan atau kegagalan teknologi tinggi. Adanya krisi yang terjadi pada airasia serta pemberitaan yang terus menerus dilakukan oleh media massa berpotensi untuk menghasilkan dampak negative bagi institusi yang menjadi objek pemberitaan. Menurut Rosady Ruslan dalam situasi dan kondisi krisis managemen, perusahaan akan berhadapan dengan sorotan yang bernada negative dari masyarakat, ditambah dengan tekanan liputan dari pihak pers atau wartawan yang menampilkan “pendapat” secara subjectif. Pada kondisi krisis public relation bertugas sebagai penasehat manajemen yang diberi wewenang untuk mengatasi krisis dan bertanggung jawab terhadap program yang dijalankan sesuai dengan keahlian yang dimiliki publc relation (Ruslan, 1995;13) Pihak airasia melalui strategi public relation perlu melakukan kegiatan manajemen krisis untuk dapat mengelola krisis dengan baik, sehingga opini dimasyarkat menjadi tidak negative. Pentingnya strategi humas yang tertuang dalam strategi managemen krisis maskapai airasia, melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian menangani beberapa pihak yang dirugikan atas terjadinya peristiwa hilangnya pesawat aisrasia QZ8501. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan dilatarbelakang masalah, maka munculah suatu pertanyaan yang dapat digunakan sebagai dasar peneliti untuk melakukan penelitian “ bagaimanakah strategi manajemen krisis dan opini public PT.Airasia Qz8501 pada tanggal 28 Desember 2014”? Tinjauan Pustaka Krisis dapat dilihat sebagai persepsi dari suatu peristiwa yang mengancam harapan stakeholders dan dapat berdampak pada kinerja organisasi. Krisis merupakan persepsi. Maka dari itu, dapat dikatakan ketika stakeholders mempercayai bahwa organisasi Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 53 mengalami krisis, maka organisasi berada dalam situasi krisis. Berikut ini adalah definisi krisis menurut Fearn-Bank dalam Coombs dan Holladay (2010): Istilah strategic manajement sering disebut pula rencana strategis atau rencana jangka panjang perusahaan. Dalam suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun waktu tertentu kedepan. Rencana inilah yang menjadi pegangan bagi para praktisi public relations untuk menyusun berbagai rencana teknis, dan langkah komunikasi yang akan diambil sehari-hari. Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan public relations harus menyatu dengan visi atau misi organisasinya, yakni alasan organisasi atau perusahaan untuk tetap hidup, dari sinilah seorang praktisi public relations dapat menetapkan objektifnya dan bekerja berdasarkan objective tersebut (Kasali, 1994: 34). Dari pemaparan diatas, penulis memahami bahwa strategi manajemen sering di sebut juga rencana strategis atau rencana jangka pangka panjang perusahaan, dan biasanya sebagian besar perusahaan menetapkan rencana jangka panjang tersebut dalam lima sampai sepuluh tahun, alasan perusahaan membatasi berapa lamanya sangat masuk akal, karena perubahan yang terjadi belakangan ini sangat sulit di terka arahnya. Definisi lain manajemen strategis menurut Ansoff dan Mc Donnell (1990 : XV) ialah : “Manajemen strategis sebagai pendekatan sistematis terhadap tanggung jawab umum manajemen yang besar dan terus meningkat, arti pentingnya, untuk memposisikan dan mengaitkan perusahaan dengan lingkungannya dengan cara yang akan menjamin keberhasilan perusahaan dan mengamankan perusahaan dari ketidakterdugaan”. Langkah-langkah dalam menghadapi krisis tersebut antara lain : Mengidentifikasi krisis, Fact-finding selama masa tidak krisis, Membentuk tim, Fine-tune jaringan komunikasi. Berikut penjelasan dari kedua pendapat ahli dalam mengelola krisis tersebut : langkahlangkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis, menurut Iriantara (2004: 124) sebagai berikut : 1. Identifikasi krisis Dalam mengidentifikasi krisis, praktisi public relations melakukan penelitian, yang penelitiannya bisa saja bersifat informal dan kilat, bila krisisnya terjadi sedemikian cepat. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 54 Katakanlah di sini praktisi public relations mendiagnosis krisis tersebut. Diagnosis itu merupakan langkah awal yang penting untuk mendapatkan data dan informasi yang akan digunakan untuk melakukan tindakan pada tahap berikutnya. 2. Analisis krisis Data dan informasi yang dikumpulkan tersebut untuk selanjutnya diurai, baik bagian per bagian, artinya melakukan analisis parsial atau analisis menyeluruh. Analisis ini dilakukan sebagai dasar untuk menentukan pengambilan tindakan yang tepat. 3. Isolasi krisis Krisis adalah penyakit. Kadang bisa juga berarti lebih dari sekadar penyakit biasa, ia adalah penyakit menular. Untuk mencegah krisis menyebar luas ia harus diisolasi, dikarantinakan sebelum tindakan serius dilakukan. 4. Pilihan Strategi Sebelum langkah berkomunikasi dilakukan, setelah melakukan analisis dan mengisolasi krisis, penting untuk menentukan strategi mana yang akan dipergunakan. 5. Program Pengendalian Program pengendalian adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju strategi generic yang dirumuskan. Umumnya strategi generic dapat dirumuskan jauh-jauh hari sebelum krisis timbul, yakni sebagai guidance agar para eksekutif bisa mengambil langkah yang pasti. Berbeda dari strategi generic, program pengendalian biasanya disusun di lapangan ketika krisis muncul. Implementasi pengendalian diterapkan pada : ï‚· Perusahaan (beserta cabang) ï‚· Industri (gabungan usaha sejenis) ï‚· Komunitas ï‚· Divisi-divisi perusahaan (Iriantara, 2004: 124) Metode Penelitian Pendekatan penelitian Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 55 Metode penelitian yang digunakan pada penelitian mengenai manajemen krisis PT.AIRASIA QZ8501 adalah penelitian kualitatif. Instrument pokok penelitian kualitatif adalah pengumpulan dan analisis data yang lebih menekankan pada suatu proses, bukannya hasil dari penelitiannya. Peneliti kualitatif bersifat deskriptif dalam arti peneliti tertarik pada proses, makna, dan pemahaman yang didapat melalui kata atau gambar yang ditemuinya ketika penelitian berlangsung. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dimana peneliti mulai dari suatu realita yang ada, setelah itu baru menentukan konsep akan suatu fenomena yang akan kita teliti, menentukan rumusan masalah, mencari data dengan langsung terjun kelapangan, mengumpulkan dan mengolah data dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, setelah itu baru menguji keabsahan data tersebut, dan ahirnya akan mampu menghasilkan sesuatu yang baru bagi pentingnya ilmu pengetahuan. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunkan teori, tetapi teori hanya digunakan sebagai kisi-kisi, acuan, bukan sebagai alat untuk mengukur atau menaklukan data. Karena itu penelitian kualitatif lebih menekankan proses dan makna ketimbang kuantitas, frekuensi atau intensitas (yang secara matematis dapat diukur). Penelitian kualitatif kesimpulannya bersifat tentative, kesimpulan tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan bertambahnya data yang diperoleh. Ada tiga cara yang akan dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini: 1. Wawancara Salah satu bentuk wawancara yang paling umum dilakukan dalam studi kasus adalah wawancara studi kasus bertipe open ended, di mana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa di samping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. Pada beberapa situasi, peneliti bahkan bisa meminta responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan bisa menggunakan proposisi tersebut sebagai dasar penelitian selanjutnya (Yin, 2006: 108-109). 2. Studi Pustaka Selain dengan observasi dan wawancara untuk memperoleh informasi yang mendukung penelitain ini adalah dengan studi pustaka. Studi pustaka ialah pendayagunaan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dan jasa informasi yang tersedia. Studi Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 56 kepustakaan dilakukan untuk memperoleh rujukan teoritis yang menjelaskan gejala-gejala empiris yang didapat dari lapangan berkaitan dengan penelitian. 3. Studi dokumentasi Merupakan tinjauan terhadap dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian yang dapat memberi masukan untuk menggambarkan proses komunikasi politik yang berlangsung. Penggunaan dokumen ini berguna untuk mendukung dan menambah bukti sumber lain. Tehnik analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam kebijakan penyusunan anggaran adalah dimulai dari sejak pengumpulan data pertama dilapangan. Mengumpulkan semua data-data yang didapatkan dari hasil penelitian, baik secara observasi, wawancara ataupun daftar pustaka. Setelah semua data terkumpul maka mulailah melakukan analisi data seperti langkah-langkah dibawah ini: a. Deskripsi; peneliti akan mendeskripsikan atau memaparkan fakta-fakta terlebih dahulu mengenai kasus tersebut, berdasarkan hasil observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi, sebagaimana yang terekam atau tercatat oleh peneliti. b. Analisis tema atau isu; setelah data itu dideskripsikan, maka data itu dicoba untuk dianalisis, yang merujuk kepada tema atau isu yang spesifik, dilakukan dengan mengumpulkan informasi dan mengelompokannya menjadi beberapa kategori. c. Penonjolan, setelah data itu dianalisis maka dilakukan penonjolan yang meliputi pemahaman peneliti terhadap data dan bagaimana peneliti menginterpretasikannya Bagan 1.Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman Pengumpulan data Reduksi data . Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 Penyajian Data 57 Penarikan Kesimpulan Sumber: Miles dan Huberman Analisis Dan Pembahasan Pandangan airasia mengenai krisis (hilangnya pesawat QZ8501) Menurut audrey head of corporate communication PT.AirAsia , humas sangat aktif dalam menanggapi isu, yaitu pada saat ada krisis saat itu pula berkoordinasi dengan Top Managemen dan berbagai bagian yang terkait. Koordinasi pada saat krisis tidak hanya dipusat tapi di semua cabang pembantu PT.AIRASIA. Manajemen krisis merupakan upaya atau cara mengelola krisis dari saat mulai kejadian, penanganan, hingga proses Recovery dalam upaya mempertahankan image perusahaan. Public relation dalam menangani krisis harus sangat aktif mencari berbagai data, informasi, opini pubik masyarakat mengenai hilangnya pesawat tersebut, dari berbagai bagian yang terkait, baik internal maupun eksternal. Data-data menangani hilangnya pesawat tersebut akan sangat menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh Public relation. Pada saat peristiwa hilangnya pesawat QZ8501 banyak sekali pemberitaan-pemberitaan dari bebagai media, hampir semua media live memberitakan krisis yang terjadi pada PT.Airasia. semua pemberitaan dari media kami kumpulka dan kami sesuaikan dengan fakta, sehingga dapat disampaikan kembali fakta-fakta yang sesuai dengan yang terjadi ke masyarakat. Penyampaian informasi kemasyarakat harus masuk akal sesuai dengan fakta yang ada. Pekerjaan public relation menjadi lebih banyak daripada biasanya dan harus bergerak sangat cepat dalam menanganinya. Hilangnya pesawat QZ8501 seperti halnya yang dikatakan Audrey bahwa itu merupakan suatu krisis. Krisis menciptakan perusahaan dalam posisi menjadi perhatian masyarakat sehingga mempertanyakan kompetensi manajemen perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus berkomunikasi dengan cepat, akurat dan terampil dengan beberapa Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 58 kelompok penting seperti karyawan, media dan pemegang saham. Definisi krisis menurut Linke (1999: 84) adalah : Merupakan suatu ketidak normalan dari konsekuensi negative yang mengganggu operasi sehari-hari sebuah organisasi yang mungkin berakibat adanya kematian, menurunnya kualitas kehidupan, berkurangnya tingkat kesejahteraan dan menurunnya reputasi perusahaan. Dari definisi tersebut peneliti juga memahami bahwa krisis itu juga bisa dikatakan sebagai suatu keadaan yang genting, yang datangnya secara tiba-tiba atau tidak pernah diduga sama sekali. Krisis bisa juga dikatakan sebagai penyakit menular, yang kalau tidak segera diatasi bisa fatal akibatnya. Untuk itu, krisis perlu dikarantina sebelum tindakan serius diambil. Ketika krisis muncul, tindakan yang harus dilakukan praktisi PR adalah harus cepat memberi respon dalam memberikan konfirmasi yang akurat pada media, serta dalam mengambil keputusan praktisi PR harus bekerja dengan cepat dalam menanggulangi krisis tersebut. Ada tiga tipe krisis dikemukakan Claudia Reinhardt, (Morissan, 2006: 154), berdasarkan kategori waktu, yaitu : 1. Krisis bersifat segera (immediate crises) Tipe krisis yang paling ditakuti karena terjadi begitu tiba-tiba, tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak ada waktu untuk melakukan riset dan perencanaan. Contoh : pesawat jatuh, eksekutif penting meninggal, kebakaran, gempa bumi, serangan bom, produk yang tercemar, penembakan di tempat kerja oleh karyawan yang baru di phk dan sebagainya. Krisis jenis ini membutuhkan consensus terlebih dahulu pada level manajemen puncak untuk mempersiapkan rencana umum (general plan) mengenai bagaimana bereaksi jika terjadi krisis yang bersifat segera agar tidak menimbulkan kebingungan, konflik dan penundaan dalam menangani krisis yang muncul. 2. Krisis baru muncul (emerging crises) Tipe krisis ini masih memungkinkan praktisi humas untuk melakukan penelitian dan perencanaan terlebih dahulu, namun krisis dapat meledak jika terlalu lama ditangani. Contoh : munculnya ketidakpuasaan di kalangan karyawan, semangat karyawan yang Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 59 rendah, pelecehan seksual di tempat kerja, penyalahgunaan jabatan dan sebagainya Tantangan bagi praktisi humas jika terjadi krisis jenis ini adalah meyakinkan manajemen puncak untuk mengambil tindakan perbaikan sebelum krisis mencapai tahapan kritis. 3. Krisis bertahan (sustained crises) Krisis bertahan adalah krisis yang tetap muncul selama berbulan-bulan bahkan bertahuntahun walaupun telah dilakukan upaya terbaik oleh pihak manajemen perusahaan atau organisasi untuk mengatasinya. Contoh : rumor atau spekulasi mengenai perusahaan yang menyebar dari mulut ke mulut dan disebarluaskan oleh media massa yang kesemuanya di luar kontrol praktisi humas. Berdasarkan tipe krisis diatas, maka krisis yang dialami oleh AIRASIA juga merupakan tiba-tiba, tidak terduga dan tidak pernah diharapkan sama sekali, yaitu termasuk pada krisis akut (immediate crisis). Apabila perusahaan mengalami tipe krisis ini setiap perusahaan harus dalam keadaan siap, dengan datangnya krisis secara mendadak. Dalam penanganan krisis sendiri PT.AIRASIA sudah memiliki SOP mengenai penanganan krisis dan memiliki tim krisis yang disebut emergency renspon plan. Tim emergency respon plan ini, sudah sering melakukan simulai ketika bencana terjadi menimpa perusaah, karena sifat perusahaan merupakan jasa penerbangan sehingga krisi ini walaupun sifatnya tiba-tiba namun sudah disiapkan proses penanganya secara menyeluruh. Emergency Respon Plan terdiri dari: 1. Media Information Center (MIC) 2. Operation Control Center (OCC) 3. Emergency Control Center (ECC) 4. Site Control Center (SCC) 5. Family Assistance Center (FAC) 6. Passengenger Inquiry Center (PIC) 7. Emergency Support Management Team (EMST) 8. Aircraft Recovery Team (ART) Strategi Humas Dalam Menghadapi Krisis a. Mengetahui permasalah (fact finding) Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 60 Tindakan humas untuk mengetahui permasalahan adalah mengumpulkan dulu semua informasi yang terkait dengan hilangnya pesawat Qz8501. Informasi kami cari dari bebrbagai bagian yang terkait, bagian penerbangan, bagaian manajemen, bagian lapangan. Pendekatan yang diterapkan Humas AIRASIA dalam menangani krisis. Pada saat terjadi krisi tim PR dihubungi bagian Penerbangan yang menyatakan bahwa pesawat Qz8501 hilang, sehingga tim PR langsung berkomunikasi dengan TOP untuk mengkomunikasi langkah pertama yang dilakukan ketika krisis berlangsung.kami terus mengupdate informasi tersebut sampai ada keputusan bahwa pesawat tersebut statusnya hilang. b. Perencanaan Perusahaan melakukan perencanaan untuk mengelola krisis tersebut. Dalam membuat perencanaan tim PR harus memerhatikan sasaran-sasaran apa yanga kan dicapai oleh PT.AIRASIA pasca kris tersebut. Sasaran yang ingin dicapai oleh AIRASIA antara lain : - Secara bertahap AIRASIA mampu menciptakan (merubah) situasi “ketidakpastian” menjadi kondisi yang “pasti”. - Membantu media massa untuk senantiasa focus terhadap data dan fakta yang ada, sesuai perkembangan penanganan accident. - Menjaga kepercayaan publik bahwa penerbangan merupakan modal transportasi yang aman dan mengutamakan aspek “safety” - Menciptakan kondisi /gambaran bahwa AIRASIA merupakan penerbangan yang “safe” dan perusahaan menunjukkan sikap yang “caring” terhadap para korban dan anggota keluarganya. Strategi Managemen Krisis Airasia Dalam kondisi kirisi yang dialami PT.AIRASIA public relation berada pada posisi liaison/mediator/boundary role antara organisasi dengan publiknya dimana humas AIRASIA berperan, membantu manajemen untuk peka (memonitor), memenage dan mengcounter issue-issue yang berkembang. Selain itu PR juga berperan membantu manajemen dalam membangun opini publik, serta membantu manajemen dalam memanfaatkan teknik-teknik komunikasi dalam upaya membangun citra perusahaan Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 61 a. Memberitahu kepada masyarakat melalui akun media resmi AIRASIA mengenai hilang kontak pesawat. PT. Airasia dalam menyikapi krisis termasuk AKTIF, yaitu menyadari adanya krisis, dan tanggap dalam bertindak. Pada saat krisi terjadi public relation langsng memberikan informasi terkini melalui website AirAsia, www.airasia.com. Logo maskapai di semua media sosial juga berubah menjadi abu-abu yang lebih muram dan hanya putih. Semua tampilan media digitalnya juga berubah menjadi lebih gelap. Mulai dari website, Facebook, sampai Twitter, semuanya diisi dengan warna abu-abu. Pihak AIRASIA sengaja menggunakan warna abu-abu (simbol duka), warna gelap di media sosial juga dinilai ampuh untuk memperkuat pesan-pesan pada konten yang disebarkan. Salah satu contoh pemberitahuan di media sosial: b. Mengirimkan Tony Fernandes CEO airasia sebagai icon dalam mengelola krisis. Krisis yang menimpa AIRASIA langsung direspon begitu aktif oleh CEO dari AIRASIA. Beliau langsung datang ke tempat kejadian yaitu bandara juanda Surabaya. Selain itu, beliau langsung melakukan press conference keberbaai media, beliau juga langsung bertemu dan meminta maaf keseluruh rakyat Indonesia khusunya keluarga korban. Tidak hanya itu saja, CEO AIRASIA ini langsung berhadapan dengan presiden Indonesia dan menteri perhubungan Indonesia. CEO AIRASIA ini juga langsung menemui keluarga korban yang berada di juanda, bahkan korban yang sudah ketemu jenazaahnya diantarkan oleh beliau langsung kerumahnya. Adanya Tony fernandes sebagai icon airasia membuat opini masyarakat menjadi baik terhadap AIRASIA. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 62 Masyarakat tidak ragu dan percaya bahwa AIRASIA akan menangani krisis ini dengan baik dan cepat. c. Menggunakan beberapa buzzer yang menjadi teman dekat CEO airasia yaitu Richard Branson pemilik maskapai Virgin. Pada timeline twitter Richard branson, beliau menjelaskan mengena kiprah dn peran sertanya tony fernandes dalam perekonomian Indonesia. Hal ini menggiring opini masyarakat terhadap AIRASIA semakin baik. d. Membuka Emergency Operation Centre AirAsia untuk mempermudah komunikasi keluarga dan kerabat paska kecelakaan AirAsia e. Mengirimkan caregiver untuk mendampingi keluarga korban (setiap keluarga satu caregiver) f. Melakukan media relation g. Memebrikan bantuan dan asuransi kepada korban bencana. Peran PR dalam manajemen krisis sangat berpengaruh sekali, karena PR dapat membantu perusahaan untuk menciptakan kondisi yang dapat membawa perusahaan yang sedang menurun kembali seperti semula. Hal yang terpenting pada saat menghadapi krisis adalah budaya “sense of belonging” dari karyawan AirAsia yang memiliki sebutan “All Star” dan memiliki filosofi “All for One, One for All. Manajemen AirAsia berhasil menciptakan suasana kerja yang nyaman, atasan dekat dengan karyawan, menjadikan kantor sebagai rumah kedua bagi karyawan dan kental dengan rasa kekeluargaan, karena di saat krisis loyalitas karyawan teruji. Dalam menangani krisis, humas AIRSIA menggunakan strategi merespon dan bertahan, antara lain : a. Mengaktifkan “communications team” sesuai perincian tugas dan tanggungjawabnya. b. Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait dalam penanganan accident, antara lain; ECC (Emergency Control Center), OCC (Operation Control Center), FAC (Family Assistance Center), PIC (Passenger Inquiry Center), SCC (Site Control Center), ESMT (Emergency Support Management Team), Go Team, ART (Aircraft Recovery Team), Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 63 c. Menjadi sumber informasi yang cepat, akurat serta menyampaikan informasi yang penting dan mengurangi situasi”ketidakpastian”. d. Bersikap penuh perhatian, jujur, terbuka serta tidak berspekulatif. e. Memahami data/informasi tentang aspek “safety” dan prosedur dalam penanganan Accident Opini Publik Adapun penilaian publik terhadap managemen krisis Airasia: 1. Respon cepat Beberapa jam setelah AirAsia QZ8051 dinyatakan hilang, CEO Tony Fernandes menyatakan empatinya melalui akun Twitter pribadinya, “This is my worst nightmare”. AirAsia juga mengubah latar belakang foto profil akun Twitter-nya menjadi berwarna abu-abu sebagai simbol duka. 2. Meminta maaf dan bersikap profesional Brand yang menyalahkan pihak lain hanya akan menodai kepercayaan dan membuat konsumen mencemoohnya. Legowo meminta maaf adalah hal yang ingin didengar oleh konsumen manakala brand berbuat salah meskipun meminta maaf tak serta merta dapat menyelesaikan masalah. Melalui media konvensional dan media sosial, Tony dan AirAsia meminta maaf dan menyatakan belasungkawa sedalam-dalamnya. 3. Sikap profesional juga ditunjukan oleh Tony dan AirAsia dengan fokus bekerjasama dengan pihak terkait untuk mencari korban dan pesawat, alih-alih berspekulasi tentang penyebab kecelakaan yang belum dapat dipastikan. 4. Pembaruan informasi yang kontinyu Melalui akun media sosialnya dan konferensi pers yang digelar di posko crisis center, AirAsia terus memberikan informasi tentang pencarian korban dan pesawat yang hilang. Call center juga siap melayani para keluarga korban. 5. Bertanggungjawab AirAsia memberikan beberapa fasilitas bagi keluarga korban yang berasal dari luar Surabaya, seperti fasilitas penerbangan, hotel, dan antar jemput ke posko crisis center. Memberikan fasilitas sepenuhnya adalah salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 64 6. Terjun langsung hadapi keluarga korban Tidak menunda-nunda, setelah mendengar kabar hilangnya pesawat, Tony Fernandes langsung terbang menuju posko crisis center di Surabaya untuk menghimpun informasi dan menemui keluarga korban. Kesimpulan a. Berdasarkan hasil penelitian Tipe krisis yang dihadapi airasia adalah jenis tipe krisis yang bersifat segera, karena menyangkut kecelakaan pesawat. b. Tahapan dari jenis krisis tersebut termasuk kedalam tahap akut, karena krisis yang dialami ini sudah termasuk besar, karena memakan banyak korban. c. Penanganaan yang dilakukan Humas airasia itu, ternyata berdampak baik bagi perusahaan. Itu terbukti, opini publik dari masyarakat terhadap penanganan krisis airasia sangat baik, dan masyarakat masih tetap percaya untuk menggunakan airasia. Dapat terlihat dalam penanganan krisis ini humas Airasia melakukan perannya dengan sangat baik dan maksimal Daftar Pustaka Arifin, Anwar.2008. Opini Publik. Jakarta. Pustaka Indonesia Cutlip, Scoot M. Allen H. Center, Glen. M Broom. 2007. Effective Public Relations. Edisi Kesembilan. Jakarta : Kencana. Frank, Jefkins. 2002. Public Relations. Edisi kelima. Erlangga : Jakarta. Lattimore, Otis Baskin, Suzette T. Heiman, Elizabeth L. Toth. 2010. Public Relations: Profesi dan Praktik. Ed 3. Jakarta: Salemba Humanika. Ruslan, Rosady.1999. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ruslan, Rosady. 1995. Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra. Jakarta: Galia Indoneia. Pola Komunikasi Terapeutik Pecandu Narkoba : Rehabilitasi di Rumah Terapi Berbasis LSM di Surabaya Oleh : 1. Drs. Sudono Syueb, M.Si., M.H Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 65 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo 2. Drs. Sanhari Prawiradiredja, M.Si. Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo Ringkasan Propinsi Jawa Timur dapat dikatakan sebagai daerah yang rawan dalam masalah narkoba. Sejak BNN (Badan Narkotika Nasional) dibentuk tahun 2009, lembaga ini telah menangani 7 ribu kasus lebih di Jawa Timur (Antara News.com, 4 Maret 2014). Di Kota Surabaya, dari beberapa SD yang dikunjungi BNN Kota Surabaya selalu saja ada 2 hingga 3 siswa yang membawa pil di tas. BNN kota Malang juga mencatat pada akhir 2014 ada sekitar 700 pelajar yang terindikasi akrab dengan narkoba hal ini diketahui dari azia urin yang rutin dilakukan (Suryaonline, 1 April 2015). Secara nasional, dari 4,9 juta pengguna narkoba di Indonesia, 400 ribu diantaranya berada di Jawa Timur (suarasurabaya.net, 17 Maret 2015). Masalah penanggulangan penggunaan narkoba tersebut tentunya berkaitan dengan poses rehabilitasi bagi pecandu yang ingin terbebas dari kecanduan narkoba. Masalah ini bersifat kompleks karena menyangkut karakter individual pemakai narkoba. Karakter individu ini bagaimanapun juga dipengaruhi oleh keluarga darimana dia berasal, afiliasi kelompok, karakter kepribadian dan sebagainya. Pendekatan yang dibutuhkan dalam dalam terapi dan rehabilitasi terhadap pecandu harus bersifat personal dan memanfaatkan kapasitas mental yang dimiliki oleh pecandu. Persoalan yang diangkat adalah bagaimana pola komunikasi terapeutik terhadap pecandu narkoba? Proses komunikasi terapeutik dilihat dalam skope komunikasi interpersonal antara councellor/terapist dengan pecandu/klien. Secara komprehensif akan dilihat bagaimana unsur/komponen komunikasi berperan dalam proses komunikasi itu, antara lain partisipan komunikasi (communicator/communicate), pesan terutama motivasional, persuasi, begitu juga dalam hal alur feedback (umpan balik), noise (hambatan) ataupun unsur konteks komunikasi. Dngan Tulsan ini dapat digagas pola komunikasi terapeutik yang bisa diadaptasi secara generik dalam rehabilitasi pecandu narkoba. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 66 Kata Kunci: komunikasi terapeutik,komunikasi interpersonal, unsur komunikasi, motivasi, rehabilitasi Pendahuluan Propinsi Jawa Timur dapat dikatakan sebagai daerah yang rawan dalam masalah narkoba. Sejak BNN (Badan Narkotika Nasional) dibentuk tahun 2009, lembaga ini telah menangani 7 ribu kasus lebih di Jawa Timur (Antara News.com, 4 Maret 2014). Di Kota Surabaya, dari beberapa SD yang dikunjungi BNN Kota Surabaya selalu saja ada 2 hingga 3 siswa yang membawa pil di tas. BNN kota Malang juga mencatat pada akhir 2014 ada sekitar 700 pelajar yang terindikasi akrab dengan narkoba hal ini diketahui dari azia urin yang rutin dilakukan (www.Suryaonline, 1 April 2015). Secara nasional, dari 4,9 juta pengguna narkoba di Indonesia, 400 ribu diantaranya berada di Jawa Timur (www.suarasurabaya.net, 17 Maret 2015). Irektur Program Yayasan Orbit, Rudhy Wedhaswara mengatakan bahwa dalam satu tahun ada 50 pengguna napza suntik yang meninggal. Mayoritas dibarengi dengan menderita penyakit HIV/AIDS. Ada 12 kantong pengguna napza suntik di kecamatan di Surabaya yang menjadi wilayah kerja Yayasan Orbit yaitu Krembangan, Semampir, Sukolilo, Rungkut, Tenggilis, Tambaksari, Gubeng, Gayungan, Wonokromo, Sawahan, Tandes dan Tegalsari (www.beritajatim.net, 27 Pebruari 2011). Dari data yang dipaparkan nampak bahwa penanganan penanggulangan penggunaan narkoba/napza Jawa Timur sudah bersifat urgen. Penanganan narkoba tersebut tentunya bisa bersifat preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dengan dasar ini, peneliti mencoba melihat proses rehabilitasi pecandu narkoba dari sisi komunikasi terapeutiknya. Pecandu yang secara ”sadar” ingin keluar dari proses adiktif narkoba sangat memerlukan proses terapi ini. Hal ini dikarenakan efek ”kecanduan” dari jenis napza yang mereka gunakan mempunyai konsekuensi tersendiri dalam proses rehabilitasinya. Pengguna napza suntik, misalnya, dengan gaya komunalny yang khas sering dikaitkan dengan penularan AIDS dan penularan pasangannya. Untuk Jawa Timur, data pengguna napza suntik ini cukup mencengangkan. Total pengguna napza suntik Jatim sebanyak 27 ribu orang, terbesar ada di Surabaya (4.359 Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 67 orang), Malang (3.249 orang), Sidoarjo (2.006 orang), Kediri (1.326 orang) dan Banyuwangi (1.009 orang) data ini tahun 2011 (www.beritajatim.net, 27 Pebruari 2011). Ketika kita berbicara masalah komunikasi terapeutik maka proses ada pada pada proses tiga tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba yaitu (1) Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik secara fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokter ini yang menentukan apakah pecandu perlu diberi tertentu untuk mengurangi gejala putus zat (sakau), (2) Tahap rehabilitasi non medis, pada tahap ini pecandu diikutsertakan dalam program rehabilitasi diantaranya program TC (Therapeutic Communities) dan sebagainya, (3) Tahap bina lanjut (after care), pecandu diberi kegiatan sesuai minat bakat, sekolah atau pekerjaan tetapi tetap dalam pengawasan (www.beritajatim.net, 27 Pebruari 2011). Dalam tahap rehabilitasi tersebut, komunikasi terapeutik memegang peranan penting karena kesungguhan motivasional pecandu narkoba selain berdasar niat dan inisiatif pribadi yang tinggi, juga bergantung pada dukungan motivasional dan persuasi berdasar relasi councellor/terapis dengan klien/pecandu narkobanya. Hal ini terutama pada tahap rehabilitasi non medis dan after care. Setelah pecandu terlepas dari dari efek toksik narkoba -yang menurut Syamsul Arifin (Direktur Program Orbit) dalam wawancara pribadi dengan peneliti tahun 2013- tidak mungkin 100% sembuh, mungkin dia mengalami problema individu ataupun sosial yang memungkinkan dia terseret menjadi pecandu kembali. Jika pecandu tersebut memiliki relasi positif dengan terapis maka akan lancarlah proses terapi karena self disclosure (pengungkapan diri) si pecandu berlangsung secara lancar sehingga alternatif-alternatif penangan atau tindakan preventif bisa dilakukan. Bahkan, terapi bisa dilakukan dalam konteks komunitas (therapeutic community) jika problema pecandu narkoba sudah terbaca. Dalam konteks inilah peneliti berusaha menggali pola-pola komunikasi terapeutik untuk pecandu narkoba. Tentunya dengan harapan bahwa paparan ini bisa bermanfaat dalam penanggulangan penggunaan narkoba khususnya di Jawa Timur. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 68 Urgensi penulisan artikel ini adalah memaparkan secara deskriptif kualitatif proses komunikasi terapeutik bagi pecandu narkoba. Pola komunikasi terapeutik penanganan rehabilitasi pecandu narkoba dapat dipaparkan untuk menjadi salah satu bantuan panduan dari langkah/tahap proses komunikasi yang sudah ada. Dengan paparan deskriptif ini maka sesungguhnya diharapkan dapat diproyeksikan suatu pola penyembuhan/rehabilitasi pada ketergantungan (addictive) dengan obyek apa pun. Hal ini bersifat mendasar karena keberadaan terapis/councellor pada dasarnya dapat dilakukan oleh siapa saja. Setiap relasi interpersonal yang baik yang ada pada keluarga, pertemanan, kelompok atau afiliasi sosial apa pun dapat menerapkan komunikasi terapeutik ini dengan syarat partisipan komunikasi memiliki tahap hubungan personal yang memenuhi kualifikasi keintiman dan kedekatan. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antar partisipan yang bersifat dyadic (dua orang). Tahap komunikasi interpersonal –dari sisi intensitasnya- tentunya mengikuti kualitas intimitas hubungan antar partisipan komunikasinya. Sebelum menjadi intens, proses komunikasinya tentu mengikuti prinsip umum efektifitas komunikasi. Komunikasi akan disebut efektif apabila memunculkan pemahaman (understanding), memunculkan emosional positif (kesenangan), mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan dan memunculkan tindakan (Tubbs dan Moss, 2000: 23 – 26). Pola komunikasi interspersonal juga akan berlangsung dengan baik manakala partisipan komunikasi merasa dalam proses tersenbut terdapat ganjaran (reward). Kelancaran prosesnya juga bergantung pada perasaan kenal baik (familiarity) antar partisipan komunikasi. Begitu juga dengan kedekatan (proximity) (Rakhmat, 2004: 115) antara terapis dan klien kalau kita lihat dalam komunikasi terapeutik. Komunikasi interpersonal yang efektif berlangsung sesuai dengan harapan partisipan komunikasinya memerlukan suatu bentuk respon peneguhan (reinforcement). Apalagi jika yang terjadi adalah bentuk komunikasi terapeutik yang diharapkan tingkat persuasinya tinggi sehingga menghasilkan motivasi kuat dari partisipan komunikasinya (communicant). Respon penguatan tersebut disebut respons konfirmasi yang karakteristiknya antara lain (Rakhmat, 2004: 127-128): (1) Pengakuan langsung (direct Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 69 acknowledgement), partisipan memberikan respon segera tanpa menunda, (2) Perasaan positif (positive feeling), mengungkapkan perasaan positif terhad apa yang diungkapkan lawan bicara, (3) Respon meminta keterangan (clarifying response), permintaan menerangkan atau mendeskripsikan yang menunjukkan atensi, (4) Respons setuju (agreeing respons) yang menunjukkan persetujuan pengungkapan lawan bicara, (5) Respons dukungan (supportive respons), menunjukkan dukungan, pengertian pada lawan bicara. Salah satu unsure yang menunjukkan keberhasilan komunikasi interpersonal adalah adanya pengungkapan diri (self disclosure) yang terjadi secara dua arah (two way traffic) dan seimbang. Dua hal yang berkaitan dengan pengungkapan diri ini adalah soal kuantitas jumlah penungkapan dan valensi (positif dan negative ungkapan). Semakin intim hubungan interpersonal orang semakin berani mengunkapkan meskipun bersifat content negative karena menyadari bahwa rekan komunikasinya tidak akan mengevaluasi secara negative atau menghujat (Fisher, 1990: 261). Oleh karenanya, partisipan komunikasi harus merawat komunikasi interpersonal karena proses komunikasi interpersonal di dalamnya terdapat unsur perubahan maupun stabilitas yang oleh Julia T. Wood disebut keseimbangan dinamik (Dynamic Equilibrium) (Wood: 2004: 166). Komunikasi Terapeutik Pecandu Narkoba Komunikasi terapeutik merupakan upaya rehabilitasi pecandu narkoba sehingga mereka bisa ke masyarakat dan menjalankan fungsi sosialnya. Proses ini tentunya tidak mudah karena pengalaman individu menggunakan narkoba bersifat variatif dan individual. Untuk mencapai komunikasi yang efektif, terapis harus memahami bidang pengalaman (field of experience) dan kerangka acuan (frame of reference) klien pecandu narkoba. Kecanduan narkoba merupakan suatu bentuk patologi masyarakat modern penyebabnya bersifat kompleks. Salah satu kausalitas yang kadang dikaitkan dengan adiksi narkoba adalah konteks masyarakat yang melahirkan bentuk budaya massa. “Budaya massa” (Strinati, 2003) dikaitkan dengan munculnya ‘atomisasi’ individu. Diferensiasi fungsional masyarakat yang berjalan dengan cepat seiring pudarnya masyarakat berbasis pertanian menuju masyarakat dengan basis industrialisasi menyebabkan fungsi komunitas berbasis Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 70 kewargaan, institusional ataupun yang berbasis relijius menjadi melemah. Hal ini menyebabkan individu terlepas dari ikatan kelompoknya dan mengalami masalah berkaitan dengan proses ‘surviving’nya di masyarakat. Gejala inilah yang disebut ‘atomisasi’, individu yang tercerabut dari akar komunalnya akan kehilangan home base yang kokoh ketika berhadapan dengan problema social keseharian. Apalagi ditambah dengan fenomena media yang menyebarkan informasi yang bersifat massif dan mengedepankan keseragaman. Individu yang menghadapi tekanan persoalan sehari-hari dan dia dalam posisi yang sulit mungkin akan menggunakan narkoba sebagai jalan keluar. Karena ikatan komunal melemah dan diikuti dengan pudarnya internalisasi nilai dan moralitas basis komunitas maka dapat kita prediksikan eskalasi penggunaan narkoba akan semakain meluas. Fenomena ini sudah terjadi di Indonesia, data tahun 2015 menunjukkan bahwa pengguna narkoba di Indonesia adalah 4,9 juta orang dan 400 ribu pengguna ada di Jawa Timur (www.suarasurabaya.net, 2015). Persoalan komunikasi terapeutik muncu ketika pecandu narkoba memperoleh kesadaran bahwa apa yang mereka lakukan salah dan mereka ingin menghilangkan adiksi tersebut. Bisa juga terjadi keinginan menghilangkan kecanduan itu karena keterpaksaan karena mereka tertangkap aparat yang berwajib ketika menggunakan narkoba sehingga harus direhabilitasi. Dalam komunikasi terapeutik yang secara umum dalam tahap non medis dan after care aspek yang penting adalah proses sharing antara terapis dengan kliennya. Ada beberapa aspek yang bersifat mendasar yang disampaikan Karen Kearsley (www.studentnurseresource.net) dalam komunikasi terapeutik antara lain: (a) Active listening (mendengarkan secara aktif) (b) Sharing observation (memaparkan/berbagi pengamatan) (c) Sharing empathy (berbagi perasaan positif dari perspektif klien) (d) Sharing hope (berbagi harapan, memandang realitas secara optimis) (e) Sharing humor (berbagi keceriaan dengan humor) (f) Sharing feelings (berbagi perasaan) (g) Using touch (mengguinakan sentuhan terutama untuk klien yang menderita sakit) (h) Silence (hening sesaat untuk mengobservasi langkah komunikasi selanjutnya) Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 71 (i) Providing information (memberikan informasi yang relevan sehingga tidak memunculkan rasa khawatir) (j) Clarifying (mengklarifikasi, apakah informasi yang diterima akurat dan untuk memahami situasional pengalaman klien) (k) Focusing (mengutamakan pada aspek yang utama dan relevan dengan komunikasi terapeutik) (l) Paraphrasing (paraphrase menyatakan kalimat klien dengan ungkapan sendiri yang sepadan sehingga mendapat perhatian klien) (m) Asking relevant question (menanyakan informasi yang relevan dalam proses komunikasi) (n) Summarizing (mengumpulkan semua informasi penting untuk pengambilan keputusan nantinya) (o) Self Disclosure (pengungkapan diri, menyampaikan pengalaman personal subyektif berkaitan dengan proses rehabilitasi) (p) Confrontation (mengkonfrontir, menyebabkan klien menyadari perasaan, sikap, kepercayaan dan perilakunya yang tidak konsisten) Kearsly memang tidak secara khusus menyampaikan formula terapeutiknya ini untuk pecandu narkoba tetapi setiap bentuk rehabilitasi ataupun penyembuhan aspek yang dilakukannya tampak cukup komprehensif. Hal ini dengan dasar pemikiran bahwa terapi rehabilitasi personal berbasis motivasi diri untuk sembuh atau keluar dari pengalaman negative adiksi atau ketergantungan pada obyek tertentu. Dalam perkembangan personal hal ini berkaitan dengan konsep diri (self concept), konsistensi diri (self consistency) dan afirmasi diri (self-affirmation) (Griffin, 2003). Jika peningkatan tiga aspek ini berhasil atau efektif berdasarkan adanya hasrat personal pecandu untuk lepas dari narkoba, maka komunikasi terapeutik bisa dikatakan berhasil. Dalam kondisi natural alamiahnya, keberhasilan personal ini harus mendapatkan dukungan kelompok intim ataupun komunitas terdekat. Tanpa dukungan orang lain yang berarti secara personal (significant others) dari anggota keluarga, pasangan, sahabat dan kelompok pertemanan sukses personal bisa menjadi sia-sia karena pecandu kembali ke Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 72 dunia lama napzanya. Begitu juga dukungan komunitas relijius atau pertetanggaan, kewargaan dapat memperkuat dukungan personal bagi pecandu untuk lepas dari ketergantungan napzanya. Tentu saja, asumsinya jika kelompok komunitas ini bisa menerima (acceptance) tanpa kecurigaan berlebihan terlalu banyak tindakan evaluative. Yang dibutuhkan adalah respon kofirmatif. Posisi komunitas ini penting bagi perkembangan dan pengembangan individu (Harndt, 2005). Komunikasi terapeutik merupakan jenis komunikasi interpersonal yang konteks utamanya bersifat rehabilitative dan bersifat langsung. Terapis dank klien bertemu langsung secara tatap muka (face to face). Meskipun bisa terjadi dalam kasus khusus, komunikasi jarang berlangsung dengan media antara (mediated communication). Penggunaan media perantara seperti smartphone misalnya, bisa saja terjadi dalam relasi komunikasi normal untuk memperteguh/memperkuat hubungan tetapi bukan dalam proses rehabilitasi an sich. Bentuk komunikasi yang terjadi bersifat transaksional karena bersifat deliberative karena posisi salah satu partisipan komunikasi ditentukan oleh partisipan yang lain. Kesungguhan klien untuk terus mengikuti terus secara kontinyu proses komunikasi terapeutik rehabilitasi bergantung pada persepsi klien akan kegunaan dan kualitas proses yang berlangsung. Jika respons afeksi ini tidak terjadi maka bisa saja terjadi pemutusan kontak oleh klien. Sementara itu, dari perspektif councellor/terapis proses tersebut tentu saja merupakan bentuk obligasi atau ‘tugas’ yang merupakan bagian dari kewajiban. Meskipun demikian, tanpa kesadaran dan keseriusan dalam partisipasinya maka prosesnya juga akan berlangsung secara tidak sempurna. Dengan dasar proses transaksional itu, maka salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan komunikasi terapeutik adalah proses berbagi makna antar partisipan komunikasi. Dengan munculnya saling pemahaman diantara partisipan komunikasi, komunikasi akan berlangsung secara efektif. Kesadaran peran fungsional masing-masing pihak akan tumbuh seiring berlangsungnya tahap-tahap komunikasi. Dalam hal ini, faktor linguistik dalam proses transaksional ini mempunyai peran yang penting. Relasi antara terapis dan klien dipengaruhi bagaimana bahasa digunakan oleh dua pihak tersebut dalam kaitannya dengan unsur-unsur komunikasi yang lain. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 73 Dari sisi partisipan komunikasi akan dilihat bagaimana kredibilitas komunikasi dibangun oleh partisipan komunikasi. Hal ini penting mengingat terapis dapat person yang merupakan psikolog atau councellor (mantan pecandu yang sudah mendapatkan edukasi dan memiliki kualifikasi tertentu). Aspek kredibilitas dapat dilihat dari aspek performatif maupun persiapan proses komunikasinya. Aspek pesan dilihat dari content komunikasi selama proses komunikasi berlangsung dapat berupa pesan verbal berupa kata-kata atau non verbal (artefaktual, paralinguistik, proksemik, kinesik, facial expression dan sebagainya). Kendala komunikasi dilihat ketika komunikasi berlangsung sehingga dapat divaluasi apakah kendala berupa aspek bahasa, kultural atau pengetahuan ataupun berkaitan dengan aspek demografis. Konteks komunikasi dilihat pada beberapa dimensi. Pertama, dimensi waktu pilihan waktu komunikasi terapeutik apakah berelasi dengan proses komunikasinya. Efektifitas komunikasi berdasar pilihan waktu konsultasi apakah mempunyai makna tertentu berdasarkan pilihan waktunya. Proses pilihannya apakah deliberative atau berdasarkan schedule yang ketat. Efek komunikasi dilihat secara perceptual partisipan komunikasi baik dari sisi terapis/konselor ataupun klien/mantan pecandu narkoba. Aspek efek komunikasi dari sisi perceptual tersebut dilihat dari sisi kognitif, afektif ataupun behavioral (perilaku). Daftar Pustaka Fiske, John, 2004, “Cultural Communication Studies”, Jalasutra, Yogyakarta Fisher, Aubrey, 1990, “Teori-Teori Komunikasi” Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Remaja Rosdakarya, Bandung Griffin, EM, 2003, “A First Look at Communication Theory”, International Edition, McGraw-Hill Companies Inc., Boston Harndt, Hanno, 2005, “Critical Communication Studies”, Jalasutra, Yogyakarta Hartley, John, 2010, “Communication, Cultural and Media Studies”, Jalasutra, Yogyakarta Littlejohn, Stephen W., 2005, “Theories of Human Communication”, Wadsworth Publishing Company, California. Rakhmat, Jalaluddin, 2004, “Psikologi Komunikasi”, Remaja Rosdakarya, Bandung Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 74 Strinati, Dominic, 2003, “Popular Culture, Pengantar Menuju Teori Budaya Populer”, Bentang Budaya, Yogyakarta Tubbs, Stewart L. & Moss, Sylvia, 2000, “Human Communication, Prinsip-Prinsip Dasar”, Remaja Rosdakarya, Bandung Wood, Julia T., 2004, “Communication Theories in Action”, Thomson and Wadsworth, Belmont Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 75 KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK DI LOKALISASI DOLLY SURABAYA ( Study Kasus Dalam Keluarga Tentang Orang Tua Yang Sering Meninggalkan Anaknya Di lingkungan Lokalisasi Dolly ) Oleh : 1. Nanik Darmayanti Agus Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo 2. Drs. R. Hartopo Eko Putro, MSi Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetom Ringkasan Dolly merupakan sebuah kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur. Keberdaan lokalisasi ini dikwatirkan bagi para anak-anak yang masih sekolah akan sangat rentan terpengaruh, karena mereka belum mempunyai mental yang siap untuk membentengi pribadinya. Keluarga merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi anak serta menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Hasil analisis terhadap komunikasi interpersonal orang tua dengan anak di limgkungan lokalisasi dolly menunjukkan bahwa terdapat tipologi yang berbeda antara keluarga yang satu dengan yang lainnya dalam mendidik dan mengarahkan kepribadian putra-putrinya. Beberapa tipe komunikasi yang diterapkan di antaranya komunikasi persuasif, komunikasi yang serius dan tegang, dan komunikasi yang efektif. Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, Kepribadian Pendahuluan Dolly merupakan salah satu lokalisasi yang terletak di jalan Jarak Surabaya, dan terbesar se Asia Tenggara (Abdi,2007: 23), siapapun pasti tidak akan asing dengan nama lokalisasi tersebut. Dilokalisasi tersebut masyarakat tinggal selayaknya seperti masyarakat pada umumnya. Namun, yang sangat membedakan dari masyarakat Surabaya yang lain, Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 76 tempat ini dihuni oleh sebagian orang-orang yang mempunyai bisnis esek-esek melalui pelayanan wisma. Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan lokalisasi, banyak warga yang memanfaatkan keberadaan lokalisasi Dolly untuk mencari nafkah kehidupan bagi keluarganya. Mereka memanfaatkan halaman rumahnya sebagai akses lahan parkir untuk para pengunjung lokalisasi Dolly, karena hanya dengan menyewakan lahan, dia bisa menghidupi keluarganya. Ada juga warga yang memanfaatkan halaman rumahnya sebagai tempat warung kopi, untuk persinggahan para pengunjung lokalisasi sebelum mereka melakukan transaksi kepada para mucikari. Tetapi yang lebih mengkawatirkan adalah menyangkut kehidupan anak-anak di lingkungan tersebut. Seorang anak sering menemukan hal-hal yang berbau bisnis porstitusi, mulai dari bagaimana orang-orang bernegosiasi dengan mucikari bahkan berapa tarif mereka, dan tidak jarang juga diantara mereka mencoba mengajak si gadis untuk ikut bersamanya, dengan alasan ekonomi, dan tuntutan hidup dikota. Dari kenyataan tersebut, hal ini merupakan permasalahan yang sangat serius dan sebuah tugas besar bagi orang tua yang tinggal disekitar lokalisasi untuk terus membina, mengontrol, menasehati anak-anaknya agar tidak mengikuti aktifitas negatif tersebut. Melalui komunikasi interpersonal diharapkan interaksi antara orang tua dan anak akan membawa kebaikan pada keluarga, karena dengan komunikasi interpersonal kedekatan antara orang tua dan anak akan terasa lebih intim. Dan pesan-pesan yang akan disampaikan lebih mudah untuk diterima, dan dipahami oleh seorang anak. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil obyek perkembangan kepribadian anak di sekitar lokalisasi Dolly Surabaya, karena hal tersebut sampai sekarang ini masih meresahkan masyarakat sekitar yang tinggal di dekat lokalisasi tersebut. Jarak lokalisasi dengan rumah warga disitu sangat dekat dan masyarakat mengkawatirkan anak-anak mereka ikut terjerumus didalam dunia seks bebas. Rumusan Masalah Yaitu bagaimana komunikasi interpersonal orang tua dalam keluarga untuk membentuk kepribadian anak yang berada di lingkungan lokalisasi dan Dolly Surabaya? Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 77 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal orang tua keluarga untuk membentuk kepribadian anak yang berada di lingkungan lokalisasi dan Dolly Surabaya. b. Untuk mengetahui bagaimana interaksi diantara mereka dalam pergaulan sehari-hari yang tinggal dilokalisasi Dolly Surabaya. Landasan Teori Komunikasi Interpersonal Teori Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). (Devito, 1997: 259-264). 1. Keterbukaan (Openness) Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal). 2. Empati (Empathy) Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 78 Empati merupakan kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan; - Keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai. - Konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik, serta. - Sentuhan atau belaian yang sepantasnya. 3. Sikap mendukung (Supportiveness) Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap, diantaranya: - Deskriptif, bukan evaluatif, - Spontan, bukan strategis, dan - Provisional, bukan sangat yakin. 4. Sikap positif (positiveness) Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: - Menyatakan sikap positif dan - Secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. 5. Kesetaraan (Equality) Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 79 pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada dari pada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain. Teori Pembelajaran Dan Perkembangan Anak Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss di tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. (http//www.id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif) Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia: (Wahlross, 2005: 32) a. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun) yaitu suatu perkembangan dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 80 b. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun), Tahapan ini merupakan tahapan dengan mengamati urutan permainan, bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. c. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun), Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. d. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa), Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Pengertian Kepribadian Anak Pengertian Kepribadian menurut M.A.W. Brower berpendapat, bahwa kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang. Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecendrungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi telah dilaluinya. Sedangkan Cuber mengatakan bahwa kepribadian adalah gabungan keseluruhan sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat dari seseorang. (http//.www.Pengertian Kepribadian.com) Jadi kepribadian merupakan integrasi dari keseluruhan kecenderungan seseorang untuk berperasaan, berkehendak, berpikir, bersikap, dan berbuat sesuai dengan pola perilaku tertentu. Kalau kita perhatikan, kepribadian individu sangat beragam. Hal ini terjadi karena selain pengaruh sosialisasi ada hal lain yang mempengaruhi pembentukan tersebut yaitu : (http//.www.Pengertian Kepribadian.com) Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 81 1. Keadaan Fisik, Setiap manusia mempunyai keadaan fisik yang berbeda dari orang lain. Perbedaan fisik anak menimbulkan perbedaan perlakuan dari orang sekitarnya. Anak yang fisiknya lemah cenderung dilindungi secara berlebihan sehingga tumbuh menjadi pribadi yang tidak berani mencoba hal-hal baru. Hal tersebut mempengaruhi anak dalam membentuk konsep diri dan akhirnya mempengaruhi model kepribadiannya. 2. Lingkungan fisik (geografis), Lingkungan fisik seperti perbedaan kesuburan tanah dan kekayaan alam akan mempengaruhi kepribadian penduduknya. Menurut penelitian mengenai mereka yang tinggal didaerah tandus, panas dan miskin cenderung lebih keras menghadapi hidup dan tega menghadapi orang lain. Sedangkan lingkungan fisik yang subur menghasilkan kepribadian yang ramah, lebih santai dan terbuka pada orang lain. 3. Kebudayaan, Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat norma sosial budaya yang berbeda dari masyarakat lain. Norma sosial budaya ini mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Perbedaan nilai dan norma kebudayaan signifikan terhadap perbedaan kepribadian. 4. Pengalaman Kelompok, Melalui pergaulan kelompok seseorang akan menilai dirinya sesuai dengan nilai kelompoknya. Pembentukan kepribadian dipengaruhi nilai kelompok masyarakatnya. Contohnya individu mendapatkan pengalaman dari temanteman sebaya atau teman sepermainan. 5. Pengalaman Unik, Perbedaan kepribadian terjadi karena pengalaman yang dialami seseorang itu unik dan tidak ada yang menyamai. Misalnya seorang anak di waktu kecil belajar naik sepeda dan jatuh. Sejak itu ibu selalu melarang jika anak ingin mencoba naik sepeda lagi karena takut anak jatuh. Larangan tersebut mempengaruhi pembentukan kepribadian, menyebabkan anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak berani mencoba hal-hal baru karena takut gagal. Komunikasi Keluarga Keluarga didefinisikan sebagai: “jaringan orang-orang yang berbagi kehidupan mereka dalam jangka waktu yang lama yang terikat oleh perkawinan, darah, atau komitmen, legal atau tidak; yang menganggap diri mereka sebagai keluarga; dan yang Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 82 berbagi pengharapan-pengharapan masa depan mengenai hubungan yang berkaitan (Mulyana, 2005:215). Keluarga sebagai suatu sistem menekankan hubungan-hubungan keluarga ketimbang anggota-anggota perseorangan. Pemahaman atas keluarga seperti ini,sebagai suatu keseluruhan ketimbang sebagai sejumlah anggota perseorangan, mengalihkan perhatian ke pola-pola hubungan dan siklus-siklus perilaku alih-alih sebab dan akibat. Setiap anggota mempengaruhi orang-orang lainnya tapi pada gilirannya dipengaruhi oleh mereka” (Mulyana, 2005:215). Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada dua fungsi komunikasi dalam keluarga, yaitu fungsi komunikasi sosial dan fungsi komunikasi kultural. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, untuk menghindarkan diri dari tekanan dan ketegangan. Selain itu, melalui komunikasi seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat-terlebih dalam keluarga-untuk mencapai tujuan bersama (Mulyana dalam Djamarah, 2004:37). Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Anak-anak mengkomunikasikan segala pesan penting kepada orang tuanya, sebagian besar melalui perilakunya. (Wahlross, 2002: 14). METODOLOGI PENELITIAN Konseptualisasi - Komunikasi Interpersonal Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 83 Yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal dalam keluarga yaitu hubungan timbal balik antara anggota keluarga untuk berbagi berbagai hal dan makna dalam keluarga. Tujuan dari komunikasi interpersonal dalam keluarga yaitu untuk mengetahui dunia luar, untuk mengubah sikap dan prilaku. Oleh karena itu dengan melakukan komunikasi interpersonal yang baik diharapkan perkembangan pemahaman moral akan berjalan baik pada seorang remaja. - Komunikasi Keluarga Komunikasi keluarga merupakan jalinan relasi yang terjadi karena proses komuikasi yang menghubungkan antara anggota keluarga yang terdiri atas ibu dengan anak, ayah dengan anak, ayah dengan ibu, anak dengan anak. Jalinan relasi ini akan tetap bertaha selama komunikasi antar anggota berjalan efektif dengan terciptanya keterpaduan dan adaptasi. - Kepribadian Anak Kepribadian merupakan integrasi dari keseluruhan kecenderungan seseorang untuk berperasaan, berkehendak, berpikir, bersikap, dan berbuat sesuai dengan pola perilaku tertentu. Unit Analisis Analisis berdasarkan faktor-faktor komunikasi Interpersonal “Devito” melalui: 1. Keterbukaan, adalah menaruh kepercayaan kepada anak, agar orang tua bisa percaya terhadap anaknya, begitu pula sebaliknya. 2. Empati, adalah mencetak mental anak dengan cara memberikan perhatian dan memposisikan orang tua bagaimana semestinya, sehingga anak merasa bahwa orang tuanya memahami perasaannya sebagai anak, yang sangat butuh perhatian orang tua. 3. Dukungan, adalah dorongan moril dalam hal mewujudkan kepribadian anak, seperti diarahkan untuk belajar dan mengenal lebih dalam tentang agama, untuk membentengi pribadinya. 4. Rasa positif, adalah sebagai orang tua harus menunjukkan sikap positif pada anak, sehingga anak juga bersikap positif pada orangtua, contoh biarkan anak tetap bergaul dengan lingkungannya, tetapi juga harus ada control yang wajar dari orang tua. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 84 Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya, dan melalui pengumpulan data yang sedalamnya pula. (Kriyantono, 2009: 56) Teknik Pengumpulan Data - Observasi Observasi adalah Penelitian ke lapangan untuk pengumpulan data yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian. Pengumpulan data dan informasi dilakukan observasi didukung oleh wawancara. - Wawancara Wawancara merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Key Informan Adapun yang menjadi subyeknya adalah nama-nama dalam keluarga tersebut, yaitu: 1. Bunda (nama samaran), sebagai ibu rumah tangga 2. Dinda (nama samaran), sebagai anak/mahasiswa 3. Yanda (nama samaran), sebagai bapak 4. Parno Dan Parni (nama samaran) sebagai tetangga dari Yanda Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang diperoleh dari lapangan dan wawancara diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang umum, kemudian disajikan dalam bentuk narasi. (Kriyantono, 2008: 165). ANALISIS DATA Hasil Wawancara Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan bahwa anak-anak usia sekolah yang tinggal di lingkungan lokalisasi banyak yang putus sekolah dan rata-rata lulusan sekolah menengah pertama. Hal tersebut disebabkan kurangnya dorongan untuk menempuh pendidikan dari orang tua, dan faktor lingkungan. Anak-anak yang tinggal di Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 85 lingkungan lokalisasi memiliki prestasi yang rendah di kelas. Banyak orangtua yang kurang peduli dengan prestasi anak-anaknya, orangtua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anakanak mereka pada sekolah. Mereka merasa karena sudah membayar, kemudian menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya pada sekolah. Kehidupan di lingkungan lokalisasi yang tak pernah sepi membuat anak-anak tak memiliki banyak waktu untuk belajar. Kegiatan belajar anak tersebut lebih banyak di sekolah karena dirumah tidak bisa konsentrasi ketika belajar. Berbeda dengan anak-anak yang tinggal di lingkungan yang jauh dari lokalisasi, anak-anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan yang jauh dari lingkungan lokalisasi memiliki lebih banyak waktu dan lingkungan yang nyaman untuk belajar pada malam hari. Suasana di malam hari ketika anak-anak harus belajar dan tidur justru kehidupan dilokalisasi semakin ramai, dan orangtua yang seharusnya menemani anak saat belajar justru sibuk bekerja saat malam hari. Kondisi di rumah mereka, yang seharusnya memerlukan bimbingan orang tua untuk belajar, sangat terganggu oleh bising dan hiruk pikuk perilaku pekerja seks yang sangat destruktif. Keadaan ini akan menyebabkan anak-anak merasa malas untuk belajar, anak-anak yang seharusnya belajar dan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah tidak dapat berkonsentrasi karena lingkungan yang ramai dan berisik. Kondisi ini berpengaruh pada perkembangan biologis, psikologi, dan prestasi belajar di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dengan ketiga keluarga tersebut, diperoleh hasil bahwa: a. Dalam keluarga Yanda, komunikasi interpersonal dalam keluarga tersebut berjalan secara efektif, karena antara kedua orangtua dan anak dalam keluarga selalu melakukan intensitas komunikasi yang bersifat edukatif, dan sangat tertata dengan baik, sehingga dalam keluarga tersebut, menghasilkan pembentukan pribadi anak sesuai dengan yang diinginkan. b. Sedangkan dalam keluarga Parno, proses komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak lebih bersifat persuasif, tapi masih memberi sedikit kebebasan didalam pergaulan dilingkungannya, sehingga dalam ruang-ruang tertentu seorang anak bisa Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 86 lepas dari pengawasan, maka dari proses komunikasi dalam keluarga tersebut akan menghasilkan pembentukan pribadi anak yang kurang baik, karena masih ada cela-cela negatif dalam lingkungan pergaulan. c. Kemudian dalam keluarga Parni, proses komunikasi interpersonal dalam keluarga terkesan lebih serius dan tegang karena, cara orang tua berkomunikasi dengan anaknya lebih bersifat protektif, sehingga seorang anak merasa tertekan didalam berkomunikasi dengan orang lain. Maka hasil yang diperoleh dari proses komunikasi interpersonal darlam keluarga sangat tidak baik, karena akan membatasi kualitas berpikir anak. Dari hasil analisis tiga keluarga tersebut, ketiganya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun yang terpenting dan yang perlu diperhatikan oleh orangtua, bahwa dalam berkomunikasi untuk membentuk kepribadian anak harus memahami konteksnya yaitu dengan memperhatikan dan menyesuaikan kondisi anak dan lingkungan. KESIMPULAN Kawasan Pelacuran Prostitusi terbesar se-Asia tenggara yang terletak di Surabaya ini menawarkan wisata malam kehadapan kita semua. Lokalisasi Dolly telah menjelma menjadi kekuatan dan sandaran hidup bagi penduduk disana. Disana menyediakan wisma esek-esek, cafe Dangdut dan panti pijat pelacuran plus-plus yang berjejer rapi dikawasan jarak tersebut. Pelacur Remaja dibawah umur, Germo, ahli pijat aurat yang selalu siap menawarkan alat kelaminnya kepada semua pengunjung. Dan terdapat ribuan pedagang kaki lima, tukang parkir, calo Prostitusi, dll yang menggantungkan hidup di Lokalisasi Pelacuran jarak Dolly tersebut. Semua saling berkait menjalin sebuah simbiosis mutualisme. Kenyataan tersebut memberikan suatu pesan yang mendalam pada orang tua untuk benar-benar memahami perkembangan anak melalui proses komunikasi interpersonal yang baik. Konsep perkembangan anak meliputi aspek fisik, emosi, kognitif dan psikososial yang dialami seorang anak. Hal ini perlu dijaga oleh orangtua untuk mencapai keseimbangan bagi kepribadian seorang anak. Interaksi antara orangtua dan anak terkadang mengalami hambatan. Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 87 Dalam membentuk kepribadian anak, orang tua harus bisa melakukan komunikasi secara verbal yang baik seperti cara menasehati (verbal) anak dengan cara komunikasi yang mudah diterima dan mudah dipahami oleh anak. Dan bisa melakukan komunikasi secara nonverbal seperti memberikan contoh perilaku (nonverbal) yang mencerminkan pribadi orang tua yang bisa ditiru oleh anak secara langsung.dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga. Melalui komunikasi interpersonal dalam keluarga yang dilakukan secara terus-menerus ternyata sangat berpengaruh nyata pada kepribadian anak. Semakin tinggi komunikasi keluarga yang dilakukan maka pembentukan pribadi anak semakin baik. Artinya peran komunikasi dalam keluarga sangat membantu mengarahkan anak terutama anak remaja, agar terhindar dari hal-hal bersifat negatif. DAFTAR PUSTAKA Arifin, 2005, Ilmu Komunikasi, P.T Radjagrafinda Persada, Jakarta Abdi, 2005, Potret Lokalisasi, Jawa Pos, Surabaya Bungin, 2008, Sosiologi Komunikasi, Kencana, Jakarta Djamarah, 2004, Kamus besar bahasa Indonesia Devito, 1997: Kom unikasi antar pribadi, Bandung Effendi, 1990, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Karimah & Wahyudin, 2010: 27) 1988, Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kriyantono, 2006, Teknik Riset Praktis Komunikasi, Kencana, Jakarta. Mulyana, 2003, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Rahmat, 2005, Psikologi Komunikasi, P.T Rosdja karya, Bandung Santoso & Setiansyah, 2010, Teori Komunikasi, Graha Ilmu, Jogjakarta Wahlross, 2005, Komunikasi Keluarga, Gunung Mulia, Jakarta NONBOOK: (Depdikbud,1993: 12//. wordpress.com/.../peran-dan-fungsi-orang-tua) (http//wordpress.com/.../hak-dan-kedudukan-anak) (http//www.id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif) Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 88 Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015 89