Pembangkit Listrik Tenaga Arus Sungai

advertisement
~ Pembangkit Listrik Tenaga Arus Sungai
Mampukah kita membuat sendiri PLTAS (Pembangkit Listrik Tenaga Arus Sungai) terapung
tetap yang port
Terpikir oleh saya, berdasarkan inspirasi dari PLTMH (Micro Hidro), maka :
1.Sebagai pengganti konstruksi sipil yang relatif memakan waktu dan biaya lebih mahal serta
memerlukan design per lokasi lebih spesifik, padahal hasilnya tidak begitu besar
menghasilkan tenaga listrik, maka kita buat generator set yang penggerak mulanya adalah ar
us sungai
yang menggerakkan
sudu sudu dengan RPM rendah,
lalu
poros/shaft putaran rendah tersebut dikonversi dengan gear menjadi putaran
medium/tinggi
sedemi
kian rupa sehingga terdapat
generator kecil 3 phasa
yang bisa
menghasilkan listrik dengan voltase 380/220 Volt dan frekwensi 50 Hz, misalnya pada putaran
600 rpm atau 1000 rpm atau 1500 rpm.
2. Rangkaian penggerak mula, gear konversi yang bisa diset agar frekwensi listrik yang
dihasilkan selalu bisa mencapai 50 Hz dan generator listrik serta rangkaian control
tegangan, frekwensi dan sebagainya ditempatkan dalam suatu console/tempat yang selalu
terapung (sebut saja box terapung), dimana box terapung tersebut diikatkan
dengan tali ke pinggir sungai dengan pohon atau tiang yang sengaja ditanam kuat sebagai
penahan agar box terapung tidak bergerak untuk suatu sungai yang tidak ada kapal
yang melalui sungai tersebut atau box terapung diikatkan kedasar sungai untuk sungai yang
dilalui kapal.
3. Box terapung yang berisi rangkaian penggerak mula, generator listrik dan rangkaian
controlnya tersebut kita sebut sebagai PLTAS (Pembangkit Listrik Tenaga Arus Sungai)
yang nantinya kita produksi secara massal dan jual langsung ke masyarakat luas dengan
membuat petunjuk pemasangan dan pengoperasian yang mudah sehingga banyak
masyarakat yang secara mandiri bisa membeli dan memasang sendiri tanpa tergantung mau
dibeli tenaganya oleh PLN atau tidak untuk digunakan bagi listrik perdesaan yang
sungainya mempunyai karakteristik arus sungai minimal X meter per detik dan kedalaman
1/3
~ Pembangkit Listrik Tenaga Arus Sungai
sungai Y meter.
Ayo, teman teman, tolong dipikirkan dengan serius, karena jika berhasil maka PLTAS tersebut
akan sangat laku keras untuk pemenuhan listrik perdesaan dimana sungai berada di sangat
banyak tempat bisa dipasang.
Yang jelas akan mempercepat ratio elektrifikasi per kapita penduduk pedesaan/pelosok tanah
air.
Salam,
AZA
At 13:50 19/12/2007, [email protected] wrote:
Temans alumni ITB,
Pendapat saya energi laut itu masih potensi, biarlah waktu yang akan
menjawab kapan potensi itu dapat kita manfaatkan. Tapi dibarengi ikhtiar,
lewat penelitian tadi.
Memang saya setuju Indonesia masih memiliki banyak potensi, contoh potensi
sungai. Ada 22 000 sungai dan anak sungai di Indonesia, dimana baru
ratusan yang dibuat PLTA dan bendung irigasi. Dan ini jelas sudah terbukti
manfaatnya, semisal ada satu potensi PLTA/PLTM di masing-masing sungai
maka masih ada 22.000 PLTA/PLTM yang belum dibangun. Dan ini tanpa BBM dan
bebas polusi. Seandainya ada modal, manfaatkanlah potensi sungai yang ada
untuk keperluan pabrik/sendiri/dijual ke PLN. Kalau dijual ke PLN hanya
dihargai Rp. 300/kWh, plus ngurus izinnya susah. Teknologi PLTA/M tidak
sulit, kalau boleh dibilang hanya teknologi bengkel kecil. Pengalaman
mengurus PLTA/M gampang-gampang susah, di Padang ada swasta masang PLTM
listriknya dijual kepada masyarakat sekitarnya. Disini tarif dihitung per
jenis beban, dan setelah sama-sama untung selama 7 tahun operasi jaringan
listrik PLN masuk ke desa itu. Jadilah penduduk rame2 ganti pakai
PLN,karena murah terus perusahaan itu tutup. Di Pontak, Sulut PLN pernah
memasang PLTM dimana pada awalnya masih berupa hutan dan listrik dialirkan
lewat kabel panjang. Baru jalan 1 tahun, penduduk rame-rame menggarap
hutan itu jadi sawah dan sebagian untuk rumah. Kemudian air mereka pakai
2/3
~ Pembangkit Listrik Tenaga Arus Sungai
untuk irigasi, PLTM tidak kebagian air. Pengelolaan PLTM erat kaitannya
dengan masalah sampah, karena dari tanaman yang ada dan juga sebab
pembuangan sampah seenaknya.
Potensi lainnya batubara, banyak pulau2 kita punya tambang batubara tapi
kelasnya rendah (lignit/sub bituminous)dalam jumlah besar untuk PLTU,
dalam jumlah kecil untuk PLTD melalui gasifikasi batubara. Teknologinya
sudah dikuasi dgn baik, batubara di negeri kita masih kita hargai murah
banget. Volume 1 truk pasir masih lebih mahal d.p. 1 truk batubara. Jadi
batubara sangat ekonomis untuk dimanfaatkan untuk listrik, aturan
penggaliannya juga tidak begitu sulit.
Untuk panas bumi, kita juga punya sumber dibeberapa pulau yang blm
dimanfaatkan. Eksploitasi panas bumi relatif murah,tapi ijinnya ke
Pertamina suangat suuulit.
Tapi sebenarnya tidak sulit juga, tapi you mesti jadi investor asing dulu,
mereka bisa urus ijin segala macam dalam 1 tahun, kalau kita paling cepat
3 tahun dibidang ini. Demikian juga untuk investasi listrik, seperti
temans lihat sekarang bermunculan pembangkit listrik milik swasta, ada
PLTD, PLTU,PLTGU,PLTG, PLTP bahkan PLTA pun sudah ada yang milik asing.
Harga jualnya ke PLN juga tinggi, lihat saja PLTP Gn Salak $7,5 sen (Rp
690/kWh) pembangkit2 yang lain milik asing juga sekitar itu. Tapi berapa
PLN membayar listrik swadaya masyarakat ? jawabannya Rp. 300/kWh untuk
PLTA/PLTM dan Rp 450/kWh untuk pembangkit yg lain. Sungguh bangsa kita
(baca PLN) lebih menghargai orang asing d.p. bangsa sendiri, saya kira
politik migas Pertamina more or less the same.
Potensi ada, teknologi ada, modal bisa dicari (relatif murah kok) tapi
iklim pemeritah tidak kondusif. Inilah persoalan yang sebenarnya, bukan
yang lain. Jadi mesti bagaimana kita ?
Salam
Simbah MS77
> Rekans,
> Saya berpendapat lain bahwa potensi energi Arus Laut Indonesia amat sangat
> besar . . contoh kasus 9 kabel laut di selat Bali putus karena derasnya
> arus laut dan hanya tinggal 2 kabel saja ,maka supply listrik pulau Bali
> sangat tergantung pada 2 kabel tsb atas supply dari pembangkit listrik di
> Jawa DAPIL II JAWA TIMUR, PASURUAN PROBOLINGGO
3/3
Download