1 pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)

advertisement
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
DENGAN METODE PROYEK DAN RESITASI DITINJAU DARI
KREATIVITAS DAN KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) SISWA
(Studi Kasus Materi Biologi ” Plantae ” Di kelas X Semester dua
SMA Negeri 3 Klaten Th.2008/2009 )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Oleh:
Oleh :
DWI ASTUTI PRATIWI
NIM. S830908116
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 merupakan
hasil penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK ) tahun 2004
telah dilaksanakan pada setiap sekolah. Namun pelaksanaan pembelajaran Sains
termasuk biologi di SMA masih kurang memperhatikan pencapaian kompetensi
siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada rencana pelaksanaan pembelajaran biologi
di SMA Negeri 3 Klaten, belum disiapkan dengan baik misalnya dalam memilih
strategi pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat guru dan masih sering
menggunakan metode ceramah sehingga tidak memberikan ruang kreativitas pada
siswa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 merupakan pencerminan
dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. diatur dalam standar nasional ,
salah satunya mencakup standar proses oleh Peraturan Menteri No.4 Tahun 2007,
menyatakan tentang pembelajaran sebagai berikut:“Proses pembelajaran yang
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas
dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik “ (Anonimous, 2008: 14).
bahwa seorang guru
Pernyataan tersebut memiliki makna
sebagai pelaksana kurikulum perlu menyesuaikan diri,
misalnya dalam hal menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Seorang guru
3
sebaiknya merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang memberikan ruang
serta gerak para siswa untuk melakukan aktivitas dan kreativitas.
Pada pembelajaran sains termasuk pembelajaran biologi di SMA pada
saat sekarang, guru masih sering menggunakan metode konvensional , misalnya
ceramah. Penggunaan metode ceramah boleh dilakukan, karena ada beberapa
keuntungannya yakni , metode ini mudah dilaksanakan , guru mudah menguasai
kelas, dapat diikuti siswa dalam jumlah besar, dapat menerangkan bahan pelajaran
berjumlah besar. Penggunaan metode ceramah sebaiknya dikurangi dan
dilakukan variasi dengan metode pembelajaran lain, karena metode ceramah
memiliki kekurangan, yakni, kegiatan pengajaran menjadi pengertian kata-kata
(verbalisme) . Hal ini sesuai pendapat Djamarah, S. B. (2005: 244), bahwa
“metode ceramah memiliki kekurangan, yakni, kegiatan pengajaran menjadi
pengertian kata-kata (verbalisme) .bahwa anak didik yang lebih tanggap dari sisi
visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap dari sisi auditifnya
akan lebih besar menerimanya bila terlalu lama membosankan.sukar mengontrol
sejauh mana perolehan belajar anak didik menjadikan anak didik pasif “. Bila
sering diterapkan metode ceramah , hanya akan menghasilkan anak yang pandai
menghafal sehingga bila dihadapkan situasi nyata mereka tidak dapat
menerapkan pengetahuannya tersebut. Karena siswa menjadi verbalisme,
sehingga ketika diberikaan masalah yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi ,
maka siswa akan merasa sulit melakukan tugasnya.
4
Suatu pembelajaran akan lebih baik bila siswa belajar dengan
mengalami langsung, sebab pengetahuan yang diperoleh akan bermakna, seperti
pendapat William Burton dalam Hamalik, O (2001:29), menyatakan bahwa
"Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat
pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid,
pengalaman pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi
pribadi murid" Pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah pembelajaran berbasis masalah. Dengan pembelajaran ini siswa akan
mengalami pengetahuan langsung, yakni ketika mereka mengerjakan suatu
proyek ataupun resitasi tugas biologi di lingkungan, mereka langsung
berhadapan
dengan
identifikasi
ciri
obyek,
makhluk
mereka
hidup,
harus
melakukan
melakukan
pengamatan,
penelompokan
dan
mengorganisasi data pengamatan sehingga pengetahuan yang diperoleh akan
bermakna
Hasil penelitian para ahli pendidikan dan penemuan di bidang psikologi
memberikan informasi pengertian bahwa, di dalam diri siswa beraneka ragam
kemungkinan potensi yang hidup sedang berkembang. Pengertian tersebut
seperti pendapat Djamarah, S. B ( 2005 :170), bahwa "Di dalam diri siswa
terdapat beraneka ragam kemungkinan potensi yang hidup sedang berkembang,
terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif
inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa". Dengan memperhatikan potensi
hidup yang ada dalam diri siswa, pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku
dan perbuatan itu menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi
5
yang hidup itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang. Bila
tidak adanya pengarahan
dikhawatirkan dapat terjadi penyimpangan
perkembangan dari tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Pembelajaran bukan sekedar proses penuangan ilmu pengetahuan, tetapi
siswa harus berperan aktif membangun pengetahuan dengan cara memberi
makna pada pengetahuaannya Pendapat ini sesuai dengan pandangan
konstruktivisme, yang dinyatakan oleh. Senduk, A. G. (2003 : 33), "Dalam
proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar, Siswa menjadi pusat kegiatan,
bukan guru "Pendidikan biologi memiliki peluang yang luas untuk
mengembangkan potensi siswa, terutama bila guru menerapkan strategi
maupun metode pembelajaran
secara tepat. Melihat alasan tersebut sudah
selayaknya seorang guru profesional mampu menyelenggarakan pembelajaran
yang bersifat interaksi edukatif . Para siswa mencari pengalaman sendiri dan
langsung mengalaminya, berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek
pribadi siswa secara integral serta memupuk kerja sama yang harmonis di
kalangan siswa..
Untuk menciptakan proses pembelajaran yang mendorong siswa dapat
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
belajar mengajar, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi tersebut
sebaiknya dapat mendorong siswa mampu membangun sendiri pengetahuannya
dan pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah. Pembelajaran
yang terjadi dalam berbagai konteks seperti di rumah, masyarakat yang akan
6
mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri
sehingga mereka menjadi pembelajar mandiri. Guru dalam mengajar mengaitkan
pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda mendorong siswa
untuk belajar dari sesama teman, belajar bersama, menerapkan penilaian autentik,
dan menyenangkan sesuai dengan kreativitas dan kemampuan siswa.
Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah
strategi pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata ke suatu konteks
bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis, keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan konsep yang esensial dari
materi pelajaran. Dalam Arends (1997 : 155) "pengajaran berbasis masalah
dikenal dengan nama lain seperti Problem–Based Instruction (Pengajaran
berbasis masalah), Project-Based Teaching (pengajaran berdasar proyek) dan
Experience-Based Education (Pendidikan berdasar pengalaman)".Penelitian
yang kami lakukan ini, menerapkan pembelajaran berbasis masalah dengan
materi biologi plantae. Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah
adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog. Pengajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan
apabila guru memberikan keleluasaan berpikir kepada para siswa untuk
memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka, misalnya dengan
mengembangkan
lingkungan
belajar
yang
tersedia
di
kelas
dan
memanfaatkan lingkungan sesuai kebutuhan keaktifan dan kreativitas siswa.
Secara garis besar pengajaran berbasis masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
7
dapat
memberikan
kemudahan
kepada
mereka
untuk
melakukan
penyelidikan dan inkuiri. Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa
bekerja sama satu sama lain dalam kelompok kecil. Siswa bekerja sama
memberikan motivasi secara berkelanjutan, terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan memperbanyak peluang berbagi inkuiri dan dialog untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Pencapaian prestasi biologi di kelas X SMA negeri 3 Klaten belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Berdasarkan data dari tabel
leger nilai SMA Negeri 3 Klaten dalam dua tahun terakhir tahun ajaran 2007/2008
dan 2008/2009 semester 1 dan 2 pada tiga kelas siswa, diketahui bahwa
persentase jumlah siswa yang tidak mencapai nilai KKM berturut-turut 42,74;
22,13; 51,15, dan 27,56 % ( ditunjukkan dalam lampiran18). Hal ini menunjukan
rendahnya prestasi siswakelas X dalam mata pelajaran biologi.
Untuk lebih meningkatkan keberhasilan pembelajaran,diperlukan
strategi pembelajaran yang tepat. Dengan kelebihan yang ada dalam strategi
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) maka perlu
diterapkan strategi pembelajaran ini, sebagai solusi
agar siswa lebih
diberdayakan. seperti pendapat Ibrahim dan Nur( 2000: 2) dalam Nurhadi
(2004:77) bahwa "Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang
berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di
dalamnya bagaimana belajar". Strategi
ini perlu dilaksanakan, di dalam
pembelajaran biologi di SMA Negeri 3 Klaten, karena dengan pembelajaran
berbasis masalah siswa akan dibawa untuk berlatih berpikir tingkat tinggi,
8
misalnya dalam menyelesaikan tugas biologi siswa akan menjumpai berbagai
masalah, maka secara mandiri atau berkelompok mereka
akan mampu
menyusun rencana untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut, kemudian
melakukan pengamatan atau bahkan
penelitian yang diperlukan dan mulai
bersama-sama dan merangkum pengetahuan baru mereka dalam kelompok.
Selanjutnya siswa dapat mempresentasikan kesimpulan,
dan mungkin
menghasilkan suatu karya atau produk. Jadi penerapan pembelajaran berbasis
masalah ini merupakan inovasi dalam pembelajaran biologi. Dengan
penerapan pembelajaran ini diharapkan siswa akan lebih mendapat
pengalaman bermakna dan akhirnya akan mendorong siswa untuk lebih
berprestasi, khususnya pada mata pelajaran biologi.
Ada berbagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
biologi, antara lain adalah metode proyek dan metode penugasan ( resitasi).
Kedua metode ini memiliki ciri pengajaran berbasis masalah.Penerapan
pembelajaran biologi dengan metode proyek perlu dilakukan, karena metode ini
bersifat konstruktivisme, seperti pernyataan Nurhadi (2004:77) bahwa :
"Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan suatu pendekatan pengajaran
komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat
melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk
pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas
bermakna lainnya". Penelitian ini akan mencoba mengetahui pengaruh
pendekatan
proyek
pada
pembelajaran
biologi
di
SMA,
dalam
pembelajaran ini guru memberi peluang siswa untuk bekerja secara mandiri
9
(tanpa campur tangan guru) dalam membentuk pembelajarannya, dan
menghasilkan produk nyata . Sebagai contoh pada saat pembelajaran biologi
Plantae, siswa akan mendapatkan informasi tentang berbagai tumbuhan.
Cara menggali informasi dapat dilakukan dengan melakukan perencanaan
terlebih dahulu misalnya memilih topik permasalahan dan membagi tugas
dengan
teman
dalam
kelompok
Selanjutnya
mereka
melakukan
pengamatan,mengumpulkan berbagai fakta, mendiskusikan dan membuat
kesimpulan dari hasil pengamatannya tersebut.
Selain metode proyek pada pembelajaran kali ini akan diterapkan pula
metode penugasan ( resitasi ), karena melalui metode resitasi siswa akan berlatih
memecahkan masalah, yaitu selain aktif siswa akan banyak mengalami langkah –
langkah pembentukan konsep secara ilmiah, misalnya seperti pemberian sejumlah
pertanyaan atau perintah yang perlu dibahas atau dicari uraiannya pada buku
pelajaran. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan lainnya, misalnya
ditugaskan membuat sesuatu karya nyata, mengadakan observasi terhadap sesuatu
obyek biologi dan bisa juga melakukan eksperimen. Penerapan metode proyek
dan resitasi telah sesuai bila dilaksanakan dalam pembelajaran biologi, karena
kedua metode ini memuat pendekatan ketrampilan proses yang lazim
dilaksanakan dalam sains termasuk biologi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Djamarah, S. B ( 2005 : 226 ) bahwa :" Dari empat metode, yaitu pemberian
tugas, eksperimen, proyek dan diskusi dapat dikembangkan seluruh
ketrampilan
proses,
yaitu
kemampuan
mengamati,
menggolongkan,
menafsirkan, menerapkan da mengkomunikasikan". Konsep ilmu pada
10
pelajaran biologi, akan sangat baik bila
dapat diperoleh melalui
pengamatan langsung, karena obyek yang dipelajari adalah nyata dan
terdapat di sekitar siswa. Untuk memperoleh data pengamatan yang akurat
maka siswa sangat perlu berlatih mengamati, menggolongkan, menafsirkan,
membuat kesimpulan dan akhirnya mampu mengkomunikasikan kepada
orang lain baik secara lisan ataupun tertulis misalnya membuat suatu
laporan tugas biologi.
Dengan penerapan metode proyek dan resitasi tersebut, tentu akan
memenuhi harapan kurikulum sebab di dalam bab dua kurikulum tahun
2006
disebutkan
kompetensi
dasar
siswa
SMA
adalah
mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah. Metode ilmiah yang
dimaksud
menemukan
oleh
Kurikulum
Depdiknas
(2003)
meliputi
kemampuan
masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, membuat
hipotesis, merencanakan penelitian atau percobaan, mengontrol variabel,
melakukan pengukuran, mengorganisasi dan memaknakan data, membuat
kesimpulan, mengkomunikasikan hasil penelitian atau percobaan baik
secara lisan maupun tertulis, membuat hipotesis baru dan melakukan proses
selanjutnya. Pada kegiatan proyek dan resitasi dapat dilakukan dalam
pelajaran biologi plantae, siswa akan melakukan tahap-tahap metode ilmiah
seperti yang dimaksud oleh kurikulum misalnya, memilih masalah proyek
atau tugas, mengamati berbagai tanaman di lingkungan sekolah, melakukan
identifikasi ciri-ciri tanaman, mengorganisasi hasil pengamatan (data)
dalam bentuk tabel, membuat uraian atau memaknakan data, menyusun
11
kesimpulan dan mengkomunikasikannya di dalaam diskusi kelas.membuat
hipotesa baru dari hasil temuan-temuan selama pengamatan dan diskusi dan
merencanakan penyelidikan selanjutnya. Sebagai contoh pernah dilakukan
pembelajaran biologi kelas XII IPA, di SMA Negeri 3 Klaten dengan
menerapkan
pembelajaran
metode
biologi
proyek
dengan
maupun
metode
penugasan.
tersebut
Sesudah
ternyata
proses
mampu
membangkitkan keaktifan siswa serta pencapaian hasil tes biologi yang
baik. Kebaikan metode ini pernah terbukti, sesudah proses pembelajaran
siswa mampu menghasilkan produk dari proyek mereka. Selain itu dari
sebagian siswa mampu berprestasi di kejuaraan Karya Ilmiah Remaja
tingkat kabupaten dengan mengajukan produk proyek mereka.
Metode proyek dan resitasi akan sangat mendukung siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya, jadi kedua metode
ini sesuai dengan
pembelajaran berbasis masalah. Pemberian materi lewat metode proyek dan
resitasi diharapkan siswa memiliki perilaku belajar yang inovatif, kreatif
dan mandiri serta mampu menyerap lebih banyak informasi sehingga
memiliki wawasan keilmuan yang luas serta lebih terbuka terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan pembelajaran biologi, selain dipengaruhi oleh metode
yang digunakan oleh guru juga dipengaruhi faktor dalam diri siswa
diantaranya
kreativitas
siswa.
Tentang
kreativitas,
Maslow
dalam
Munandar, U.( 2004 :27), menyatakan: "Kreativitas di samping bermakna
baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat,
12
juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yakni kebutuhan akan
perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia"
Dalam pembelajaran biologi yang dilakukan dengan metode proyek ataupun
dengan resitasi diharapkan akan terjadi pengembangan diri siswa maupun
untuk pengembangan masyarakat, Sebagai contoh, pada saat siswa
melakukan suatu proyek ataupun resitasi pada materi tumbuh-tumbuhan
tentu akan menjumpai berbagai masalah. Untuk mendapatkan jawaban atas
masalah ersebut siswa perlu mengadakan penelitian ataupun pengamatan
agar memperoleh fakta.Siswa dapat mengembangkan dirinya dalam memilih
tanaman yang mereka anggap memiliki kepentingan bagi kehidupan atau
bahkan yang bisa menolong banyak orang dalam kehidupan, misalnya
tanaman obat. Maka dengan segenap pengetahuannya siswa akan menggali
informasi tentang tanaman tersebut, mulai dari mengidentifikasi ciri-ciri
tanaman, menggolongkan dan mencari dari berbagai sumber tentang
manfaat tanaman tersebut. Aktivitas dalam penelitian dan pengamatan itu
tentu akan mendorong siswa menyalurkan aktivitasnya yang berarti hal ini
adalah pengembangan diri.
Selanjutnya
tentang aspek yang terkait dalam kreativitas, i
Munandar, U (2004:27) menyatakan:"Kreativitas dalam perkembangannya
sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek pribadi, pendorong, proses
dan produk" Jadi bila metode proyek ataupun resitasi dilaksanakan dalam
pembelajaran biologi, maka akan terjadi proses merasakan dan mengamati
adanya masalah, membuat dugaan tentang masalah ini, menilai dan menguji
13
dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi dan
akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Siswa dapat mendapatkan informasi
tentang berbagai tanaman dengan ciri-cirinya serta manfaatnya bagi
kehidupan dan menginformasikan dalam bentuk laporan tertulis.
Definisi mengenai produk dalam kaitannya
dengan kreativitas
Munandar, U menjelaskan "Produk kreativitas ialah sesuatu yang baru,
orisinal, dan bermakna". Dalam penelitian ini diharapkan sesudah
mengalami proyek dan reitasi tugas-tugas biologi, siswa akhirnya mampu
menghasilkan sesuatu yang baru sebagai hasil penelitian mereka, Produk
dapat berupa hasil pengamatan atau yang lebih tinggi tingkatannya berupa
karya ilmiah yang dapat dipublikasikan, Produk didalam pebelajaran ini
relatif baru, karena diukur dari pengalaman siswa yang memang baru saja
melakukan suatu kreasi dengan kemampuan mereka sendiri dan bukan hasil
dari orang lain,
Selanjutnya
bila
Munandar, U (2004 :27).
perwujudannya
ditinjau
dari
Munandar, U
kreativitas
memerlukan
aspek
pendorong
kreativitas
menegaskan: "Bahwa dalam
dorongan internal
maupun
dorongan eksternal dari lingkungan" Dalam pembelajaran biologi di SMA,
misalnya dalam pembahasan plantae akan banyak dijumpai masalah, dari
soal beranekaragamnya obyek, kesulitan dalam nama ilmiah (bahasa latin)
hingga minimnya pengetahuan awal siswa dalam proses kerja ilmiah. Dalam
hal ini seorang guru biologi dituntut untuk mampu mengarahkan agar
tumbuh motivasi siswa dari dalam dirinya, misalnya mengingatkan akan
14
kelebihan kemampuan mereka dan memastikan bahwa mereka mampu
melakukan tugas dengan baik serta mengingatkan bahwa keberhasilan
mereka akan berguna untuk masa-masa selanjutnya. Dorongan secara
eksternal dapat pula dilakukan, misalnya dengan melakukan suatu kontrak
kerja, bila siswa mampu melakukan tugas dengan baik dan benar, akan
memperoleh nilai tugas yang cukup tinggi atau akan dipublikasikan di
lingkungan sekolah. Dari uraian ini berarti guru
telah memberikan
motivasi internal dan eksternal kepada siswa agar terdorong kreativitasnya.
Uraian di atas, dapat memberikan kesimpulan, bahwa penerapan
pembelajaran berbasis masalah dapat ditinjau dari kreativitas siswa, karena
model pembelajaran ini memiliki karakteristik dalam hal menekankan pada
pemecahan masalah, menyadari kebutuhan akan pembelajaran terjadi di rumah
dan
masyarakat Bila siswa yang mendapatkan masalah akan berusaha
mengubah dan mengujinya, artinya siswa yang kreatif tersebut selanjutnya
akan belajar, siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri
sehingga mereka menjadi pebelajar mandiri ini merupakan cerminan dari
pembelajaran berbasis masalah.
Kreativitas memerlukan dorongan internal maupun dorongan
eksternal dari lingkungan, seperti yang akan dilakukan pada pembelajaran
berbasis masalah yakni mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan
belajar bersama, menerapkan penilaian autentik, dan menyenangkan yang
mendorong tumbuhnya kreativitas. Dalam penelitian Munandar, U (2004 :27)
di atas dinyatakan "ada kombinasi antara intelegensi dan kreativitas lebih
15
efektif sebagai prediktor prestasi sekolah daripada masing-masing ukuran
sendiri" Hal itu sesuai dengan kenyataan yang terjadi dlam pembelajaran
biologi dengan metode proyek ataupun dengan resitasi. Siswa dalam
penyelidikannya akan menampakkan kemampuan intelegensi dan kreativitas
pada saat melakukan baik itu pengamatan, identifikasi ciri tanaman,
pengorganisasian
data
hingga
menyusun
kesimpulan.
Siswa
yang
berintelegensia tinggi akan nampak lebih tepat meyatakan uraian
hasil
kerjanya dan biasanya lebih bervariasi dalam penyajian produk laporannya.
Penelitian ini
lebih menitik beratkan pada penelitian penerapan
metode pembelajaran dan faktor kreativitas siswa khususnya pada
pembelajaran biologi. Mengingat bahwa kreativitas merupakan
hasil
interaksi antara individu dan lingkungan, sehingga dapat dimengerti bila
seseorang akan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh lingkungan dimana
individu tersebut berada. Harapannya melalui metode proyek dan resitasi,
kreativitas siswa akan tumbuh dan berakibat baik bagi prestasi dalam
belajar biologi.
Selain faktor kreativitas, ada faktor internal lain yakni, konsep diri siswa
dalam hubungannya membangun prestasi biologi yang lebih baik. Perkembangan
konsep diri juga dipengaruhi oleh pengalaman belajar di sekolah. Pentingnya
pengaruh sekolah ditunjukkan dalam penelitian Louis Cohen, (1978 : 96) bahwa
"Penelitian bertujuan mengelompokkan dan mengukur kualitas interaksi guru –
murid dan murid – murid dalam susunan ruang kelas dan penelitian terfokus pada
ruang-ruang kelas sebagai sistem sosial. Bagi guru yang moderen, gambaran jelas
16
tentang konsep diri anak
menjadi bagian penting untuk pengetahuan
profesionalnya dan juga penilaiannya". Pendapat ini sesuai dengan yang
sebaiknya dilakukan oleh seorang guru sains termasuk biologi, Siswa akan
menampakkan tingkatan konsep dirinya pada saat pembelajaran biologi. Hal ini
sangat penting karena guru dapat mengukur dan menyesuaikan tingkatan proyek
ataupun tugas resitasi antara siswa dengan konsep diri kuat dengan siswa yang
berkonsep diri lemah. Pada saat proses belajar diutamakan, siswa berkonsep diri
rendah sangat perlu dorongan dan arahan sehingga akan memperoleh hasil yang
sama baiknya dengan siswa berkonsep diri kuat. Misalnya guru menunjukkan
bagian diri siswa yang berkonsep diri lemah, bawa mereka sebenarnya memiliki
kemampuan yang baik untuk dikembangkan. Di dalam proses pembelajaran ini
akan terjadi interaksi antara guru dan siswa ataupun antara para siswa.Guru dapat
mengevalusi dirinya sebagai pribadi yang profesional, apakah interaksi dalam
kelas telah memenuhi yang sebaiknya selanjutnya penilaian ini penting bagi
proses pembelajaran selanjutnya,
Untuk potensi intelektual dan kemajuan akademis anak , konsep diri
yang berhubungan dengan prestasi di sekolah sudah pernah diteliti oleh Coombs
dan Davies (1966) dalam Louis Cohen (1978 : 114). berkesimpulan sebagai
berikut " Pengelompokkan konsep diri tentang kemampuan pelajaran berdasarkan
pada satu respon yang dilakukan, dalam sebuah penelitian pencapaian akademis
siswa senior
hasilnya menunjukkan bahwa konsep diri tentang kemampuan
pelajaran terkait dengan pencapaian akademis baik di SMA maupun Universitas"
Kemajuan akademis dalam penelitian di SMA Negeri 3 Klaten ini akan diukur
17
melalui indikator prestasi biologi. Dengan mengetahui tingkatan atau katagori
konsep diri siswa sebelum pembelajaran biologi, dapat diketahui tingkatan
prestasi akademis biologi bagi siswa yang memiliki perbedaan konsep diri,
selajutnya hasil tersebut dapat digunakan guru sebagai acuan dalam perencanaan
pembelajaran berikutnya dan usaha peningkatan
prestasi bagi yang prestasi
akademisnya kurang.
Penelitian ini bermaksud mengetahui pengaruh konsep diri terhadap
prestasi biologi di kelas X SMA Negeri 3 Klaten dengan asumsi bahwa kegiatankegiatan yang termuat dalam resitasi dan proyek akan lebih meningkatkan konsep
diri siswa dan akhirnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pelajaran
sekolah khususnya biologi.
Pembelajaran biologi SMA di kelas X semester dua diantaranya
menyajikan materi Plantae, yaitu makhluk hidup yang biasa disebut
tumbuhan. Materi Plantae meliputi tanaman lumut ( Briophyta), Pakupakuan (Pteridophyta) dan Tanaman berbiji atau berbunga (Anthophyta )
Dari indikator yang termuat di dalam kompetensi dasar tersebut
banyak materi berisi konsep yang harus diberikan kepada siswa melalui
kerja ilmiah, misalnya pengamatan ciri morfologi tanaman Lumut, Pakupakuan dan tanaman berbiji. Selain itu siswa harus mengorganisasi data
pengamatan dalam tabel-tabel, selanjutnya menulis narasinya dan menarik
kesimpulan. Ciri spesifik materi plantae adalah selain jumlah materi yang
banyak juga dipergunakan bahasa latin.Pengetahuan tentang plantae penting
diketahui oleh siswa, karena dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan
18
sandang, pangan, papan dan lainya berasal dari plantae. Bahkan dewasa ini
pengobatan modern mulai memperhatikan dan mencoba bahan alternatif
dari
plantae.
Dengan mempelajari
plantae diharapkan siswa akan
memanfaatkan dengan benar serta melestarikan keberadaan plantae. Penulis
berharap
dengan metode proyek dan resitasi, konsep-konsep biologi
tersebut akan lebih mudah diterima siswa. Selanjutnya dapat meningkatkan
kreativitas dan konsep diri
serta mendorong pencapaian prestasi peserta
didik di SMA Negeri 3 Klaten.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka masalah yang timbul
dapat diidentifikasi sebagai berikut
1. Pelaksanaan pembelajaran biologi di SMA Negeri 3 Klaten masih sering
menggunakan metode ceramah yang umumnya kurang memperhatikan
proses berpikir siswa dan belum
memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa serta kreativitas siswa.
2. Prestasi biologi di SMA negeri 3 Klaten, kelas X belum
mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM).
3. Ilmu pengetahuan dan fakta-fakta baru hasil penelitian pendidikan
semakin berkembang, namun kenyataannya belum dilakukan perbaikan
strategi pembelajaran termasuk variasi metode yang meningkatkan mutu
pelajaran biologi.
19
4. Perlu pemikiran baru dalam proses belajar mengajar di kelas yang
menekankan proses pemecahan masalah, karena sampai saat ini proses
belajar mengajar di SMA hanya berorientasi pada materi pengetahuan
dan tidak berfokus pada bagaimana memperoleh pengetahuan.
5. Belum diterapkan inovasi yang menerapkan pembelajaran berbasis
masalah dengan metode proyek dan resitasi khususnya pada materi
Plantae.
6. Belum ada perhatian terhadap kreativitas dan konsep diri (self conscept)
siswa yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi secara positip hasil
belajar biologi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka terdapat berbagai
masalah dan luasnya bidang penelitian, oleh karena itu perlu dibatasi agar
penelitian mempunyai arah yang jelas dan pasti. Adapun batasan masalah
pada penelitian ini meliputi:
1. Pembelajaran biologi dibatasi pada Pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based
Learning) dengan penerapan metode proyek dan
metode resitasi.
2. Prestasi Belajar Biologi dibatasi pada hasil belajar siswa memahami
materi Plantae, meliputi hasil belajar ranah kognitif
3. Kreativitas siswa meliputi tingkatan tinggi dan rendah.
4. Konsep diri (self concept ) siswa meliputi tingkatan kuat dan lemah
20
D. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan pembelajaran berbasis masalah
menggunakan metode proyek dan menggunakan metode resitasi terhadap
prestasi belajar biologi ?
2. Apakah terdapat pengaruh
antara kreativitas tinggi dan kreativitas
rendah terhadap prestasi belajar biologi ?
3. Apakah terdapat pengaruh
antara konsep diri
kuat dan konsep diri
lemah terhadap prestasi belajar biologi ?
4. Apakah
terdapat
interaksi
antara
pembelajaran
berbasis
masalah
menggunakan metode proyek dan menggunakan metode resitasi dengan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi
5. Apakah
terdapat
interaksi
antara
pembelajaran
berbasis
masalah
menggunakan metode proyek dan menggunakan metode resitasi dengan
konsep diri siswa terhadap prestasi belajar biologi ?
6. Apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan konsep diri siswa
terhadap prestasi belajar biologi ?
7. Apakah
terdapat
interaksi
antara
pembelajaran
berbasis
masalah
menggunakan metode proyek, menggunakan metode resitasi ,kreativitas
dan konsep diri siswa terhadap prestasi belajar biologi ?
21
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah menggunakan
metode proyek dan metode resitasi terhadap prestasi belajar biologi
2. Mengetahui pengaruh kreativitas tinggi dan kreativitas rendah
terhadap prestasi belajar biologi.
3. Mengetahui pengaruh
konsep diri
kuat dan konsep diri lemah
terhadap prestasi belajar biologi.
4. Mengetahui adanya interaksi antara pembelajaran berbasis masalah
menggunakan metode proyek dan metode resitasi dengan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar biologi.
5. Mengetahui adanya interaksi antara pembelajaran berbasis masalah
menggunakan metode dan metode resitasi dengan konsep diri siswa
terhadap prestasi belajar biologi.
6. Mengetahui adanya interaksi antara kreativitas dengan konsep diri
siswa terhadap prestasi belajar biologi
7. Mengetahui adanya interaksi antara pembelajaran berbasis masalah
menggunakan metode proyek dan metode resitasi dengan kreativitas
dan konsep diri siswa terhadap prestasi belajar biologi.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Mengetahui adanya pengaruh pembelajaran berbasis masalah
dengan metode proyek dan metode resitasi
belajar biologi siswa kelas X
terhadap prestasi
semester dua di SMA Negeri 3
22
Klaten bila ditinjau dari kreativitas dan konsep diri (self concept)
siswa.
b. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan
serta mendukung teori-teori yang telah ada
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan suatu inovasi dalam
dunia pendidikan khususnya dalam strategi dan metode pembelajaran
untuk meningkatkan prestasi belajar biologi .
b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada guru mata pelajaran biologi
untuk mengembangkan pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning ) yang meningkatkan kreativitas, konsep diri
siswa, dan mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi
dengan suasana pembelajaran menyenangkan.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian belajar dan teori belajar
a. Pengertian belajar
Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar
ajar yang artinya petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya diketahui
(diturut). Belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman (Moeliono,A , 1991: 14). Dari pengertian tersebut siswa yang
belajar artinya siswa akan mengalami suatu usaha memperoleh kepandaian atau
ilmu. Siswa yang telah melalui proses belajar akan menghasilkan perubahan
tingkah laku dari tidak tahu menjadi mengetahui tentang suatu hal (petunjuk)
karena siswa mengalami berbagai pengalaman
ketika berada dalam
lingkungannya.
Tentang batasan belajar, Gagne (1977) dalam Bell Gredler (1994 :
186), menyatakan bahwa “Kapasitas orang untuk belajar memungkinkan
diperolehnya berbagai pola tingkah laku yang hampir-hampir tidak ada
batasnya” Belajar merupakan proses yang kompleks menyangkut banyak segi,
dan penting dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan.
Tentang pentingnya belajar Gagne (1997) dalam Bell Gredler, (1994 :187)
198
199
menyatakan “Pentingnya belajar ialah menentukan semua keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai yang diperoleh orang. Karena itu belajar
menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan" Berbagai macam
tingkah laku yang berlainan dari hasil belajar tersebut oleh Gagne selanjutnya
disebut kapabilitas, yaitu hasil belajar seseorang yang diperoleh dari stimulasi
yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar.
Dalam pembelajaran biologi dengan pendekatan berbasis masalah diharapkan
dapat dihasilkan
siswa yang memiliki kapabilitas, sebagai contoh ; siswa
memiliki tingkah laku yang lebih baik antara lain, jujur, obyektif, memiliki
tenggang rasa terhadap orang lain, mampu berfikir tingkat tinggi dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapi dalam menyelesaikan tugasnya sebagai
pelajar.
Untuk terjadinya perubahan tingkah laku atau kapabilitas baru juga
dinyatakan oleh Gagne dan Briggs (1979 :43) dalam. Bell Gredler (1994 : 187)
sebagai berikut "belajar ialah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi dari lingkungan menjadi beberapa tahapan pengolahan informasi yang
diperlukan untuk memperoleh
kapabilitas baru" Hal ini berarti, belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dari individu pebelajar karena
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan yakni proses pengolahan
informasi, proses kognitif yang merubah stimulasi dari lingkungan sehingga
diperoleh pengetahuan, keterampilan dan kecakapan. Jadi pebelajar yang telah
mengalami
belajar
diharapkan
bersifat
kapabel
memiliki
keterampilan
intelektual maupun motorik, strategi kognitif, informasi verbal serta sikap baik.
200
a. Teori Belajar
Pembahasan tentang proses belajar terus berkembang, dari pandangan
yang menganggap siswa merupakan penerima dan bersikap pasif dalam proses
belajar sampai pandangan bahwa siswa dapat membangun pengetahuannya
dengan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pandangan-pandangan
tentang belajar memunculkan berbagai teori belajar. Salah satu teori belajar
yang berhubungan dengan belajar pemecahan masalah, yakni
teori belajar
konstruktivisme. Tentang konstruktivisme, di dalam makalahnya Haryono
(2007:3)
menyatakan,
"Perspektif
konstruktivis
beranggapan
bahwa
pembentukan pengetahuan oleh pebelajar dilakukan secara aktif dan akan
dihasilkan struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan" Ini berarti
dapat diartikan bahwa pembelajaran konstruktivisme memiliki ciri-ciri antara
lain belajar berarti membentuk makna dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan
dan dialami, konstruksi berarti proses pembentukan yang terus menerus, belajar
bukan hanya mengumpulkan fakta, namun merupakan pengembangan pikiran
dengan membuat pengertian baru dan hasil belajar tergantung pada apa yang
diketahui, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi .
Pendapat tentang belajar bukan hanya mengumpulkan fakta, namun
merupakan pengembangan pikiran dengan membuat (mengkonstruk) pengertian
baru ini sesuai dengan pernyataan Slavin dalam Nur (2002 : 8) dalam Trianto,
( 2007 : 13 ):teori konstruktivis menyatakan bahwa "siswa harus menemukan
sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi
201
sesuai " Teori ini berkembang dari teori Piaget dan Vigotsky tentang teori-teori
pemrosesan informasi dan teori Bruner yang maknanya ,bagi siswa agar benarbenar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan. Siswa harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha
dengan susah payah dengan ide-ide. Jadi menurut teori konstruktivis
satu
prinsip penting dalam psikologi pendidikan adalah, guru tidak hanya memberi
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di
dalam pikirannya. Guru bertindak sebagai fasilitator yang memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
1). Teori Piaget
Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima
dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan
terbentuk di dalam pikiran. seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman
sebelumnya.
Pendapat Piaget tentang perkembangan kognitif dinyatakan dalam Bell
Gredler, (1994 : 311). sebagai berikut : "Perkembangan kognitif dipengaruhi
oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Secara
singkat, asimilasi ialah pemaduan data baru dengan struktur kognitif yang ada,
akomodasi ialah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi haru dan
202
ekulibrasi adalah penyesuaian kembali yang terus-menerus dilakukan antara
asimilasi dan akomodasi"
Piaget dalam Dahar, R.W. (1989:152). membagi proses perkembangan
kognitif menjadi beberapa tahapan, dimana pada setiap tahapnya memiliki ciri
dan
disesuaikan
dengan
umurnya.
Pada
setiap
individu
ada tingkat
perkembangan intelektual, sebagai berikut :a) Sensori motor (0-2 tahun ), b) paraoperasional (2-7tahun), c) operasional konkret (7-11 tahun ), d) operasi formal (11
tahun ke atas )" Dengan memahami analisa perkembangan kognitif yang
dikemukakan oleh Piaget dapat diketahui bahwa siswa SMA kelas X adalah
individu yang berusia sekitar 16 tahun yang berarti termasuk dalam tingkat
perkembangan intelektual operasi formal. Siswa tersebut memiliki ciri anak
operasional formal yakni berpikir hipotesis deduktif, mereka merumuskan
banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah dan mencetak data
terhadap setiap hipotesis untuk membuat keputusan yang tepat. Selain itu anak
remaja berpikir kombinatorial, meliputi semua kombinasi benda-benda,
gagasan-gagasan atau preposisi yang mungkin.dan berpikir refleksif, yakni
berpikir sebagai orang dewasa. Ia dapat berpikir kembali pada suatu seri operasi
mental. Dalam pembelajaran berbasis masalah
yang menggunakan metode
proyek maupun resitasi, siswa SMA akan melakukan serangkaian kegiatan
pengamatan untuk memperoleh data. Selanjutnya siswa akan mampu
mengorganisir data dalam bentuk tabel dan mampu membuat kesimpulan
dengan mengkaitkan serangkaian pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki
serta mengkomunikasikan hasil pengamatan mereka kepada orang lain
203
2).Teori Vygotsky
Teori Vygotsky sekarang ini disadari sebagai salah satu teori penting
dalam psikologi perkembangan. Sumbangan penting dari teori Vigotsky
adalah
penekanan
pada
hakikat
sosio-kultural
dari
pembelajaran.
Pernyataan Vygotsky dalam Arends, (2007 : 47) Konsep tentang Zone of
proximal development (ZPD) adalah :
"pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda, yakni
a)tingkat perkembangan aktual, menentukan fungsi intelektual
individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri
hal-hal tertentu dan b) tingkat perkembangan potensial, yaitu
tingkat yang dapat difungsikan oleh individu dengan bantuan
orang lain, misalnya guru, orang tua, teman-teman sebaya yang
lebih maju. Zona yang terletak di antara tingkat perkembangan
aktual dan tingkat perkembangan aktual disebutnya Zone of
proximal development (ZPD) Vygotsky yakin bahwa fungsi mental
yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau
kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi
itu terserap ke dalam individu tersebut”
Vygotsky lebih jauh meyakini bahwa pembelajaran terjadi apabila
anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
namun tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugastugas tersebut berada daiam Zone of proximal development (ZPD)
Perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini yakni
antara lain adalah tingkat pengetahuan awal atau pengetahuan prasarat itu telah
dikuasai. Berdasarkan teori itu dikembangkanlah pembelajaran interaktif, yaitu
siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit bila
mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
204
3). Teori Bruner
Teori tentang belajar dinyatakan oleh Bruner dalam Arends, (2007 : 46).
"Belajar adalah menyangkut tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan.
yakni :
a) memperoleh informasi baru, b) tranformasi pengetahuan, c) menguji
relevansi dan ketepatan pengetahuan,
pembelajaran ini disebut penemuan
(discovery learning) " Jadi siswa akan memperoleh pengetahuannya sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif, dengan sendirinya memberikan hasil
yang paling baik . Pendapat Bruner tentang belajar sangat sesuai dengan salah
satu keunggulan pembelajaran berbasis masalah yaitu siswa akan memperoleh
pengetahuan yang bermakna. Dalam belajar siswa berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, bila masalah itu telah
dipisahkan, menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna. Dalam
pembelajaran berbasis masalah ini siswa melakukan tugas berupa proyek-proyek
biologi ataupun berupa resitasi masalah biologi maka siswa akan melakukan
pembelajaran secara penemuan . Siswa mengolah apa yang diketahuinya itu
kepada satu corak dalam keadaan baru. Sesuai dengan teori Bruner, bahwa belajar
merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan
hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Maka dalam
pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini, siswa SMA akan mengalami
mencari masalah melalui penyelidikan dan penemuan serta cara pemecahannya
dibutuhkan adanya aktivitas, pemeliharaan dan pengarahan. Artinya bahwa
kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan
sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dengan perkataan lain, anak
205
dibimbing dalam memahami sesuatu dari yang paling khusus (deduktif) menuju
yang paling kompleks (induktif), bukannya konsep yang lebih dahulu diajarkan,
akan tetapi contoh-contoh kongkrit dari kejujuran itu sendiri.
Dengan pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan pengetahuan yang
diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer
yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan
berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk
menemukan dan memecahkan masalah. Dengan mempertimbangkan kelebihan
pembelajaran berbasis masalah maka perlu menerapkan pembelajaran ini untuk
mengatasi masalah kelemahan pembelajaran biologi di SMA Negeri 3 Klaten
4).Teori John Dewey
Pembelajaran berbasis masalah memiliki akar intelektual dalam hasil
karya John Dewey. Beliau menghasilkan karya
Democracy and Education
( 1916) yang didalamnya mendeskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan
sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas yang menjadi
laboratorium untuk penyelidikan dan mengatasi masalah kehidupan nyata.
Paedagogi John Dewey mendorong guru untuk melibatkan siswa di berbagai
proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah
sosial dan intelektual penting . John Dewey dalam Arends, (2007 : 46)
mengatakan "bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya memiliki maksud yang
jelas ( Purposeful) yang mendorong siswa untuk mengadakan penyelidikan
dengan kelompok-kelompok kecil sesuai minat mereka." Dalam penelitian ini
pembelajaran dilakukan dengan metode proyek, siswa melaksanakan proyek
206
secara berkelompok ( tiga orang) dan melakukan penyelidikan sesuai minat
mereka. Misalnya pada pembelajaran materi biologi plantae, akan dipelajari
tentang tanaman paku-pakuan (Pterydophyta), maka guru memulai pelajaran
dengan memberikan beberapa masalah yang berhubungan dengan tanaman pakupakuan, misalnya apakah tanaman paku-pakuan dapat hidup di sembarang
tempat ?. Siswa dapat memilih salah satu atau lebih masalah, kemudian bersama
kelompoknya mulai mengadakan penyelidikan di tempat-tempat yang sesuai
minat mereka. Penyelidikan tanaman paku-pakuan dapat dilakukan di kebun
sekolah, sawah, halaman rumah siswa, perpustakaan, laboratorium biologi yang
disesuaikan dengan masalah yang telah di pilih.
2. Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning)
Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) memiliki ciri:
menekankan pada pemecahan masalah, menyadari kebutuhan akan pengajaran
dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks seperti di rumah,
masyarakat, dan pekerjaan, mengajar siswa memonitor dan mengarahkan
pembelajaran mereka sendiri sehingga mereka menjadi pembelajar mandiri,
mengkaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda,
mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama,
menerapkan penilaian autentik dan menyenangkan. Dalam pembelajaran sains
khususnya biologi sangatlah penting menerapkan pembelajaran berbasis
masalah, karena strategi ini selain inovatif juga mendorong siswa bersikap
memproyeksikan diri sendiri ke masa depan Hal ini sesuai pendapat
Kusnandar (2007:323), bahwa "di dalam suatu pembelajaran, pemecahan
207
masalah dipandang oleh beberapa ahli sebagai tipe yang tertinggi dari
belajar, karena respons tidak bergantung hanya pada asosiasi masa lalu dan
pengkondisian, tetapi bergantung pada kemampuan manipulasi ide-ide yang
abstrak " Dengan demikian, siswa dapat menggunakan aspek-aspek dan
perubahan dari belajar terdahulu dengan cara melihat perbedaan-perbedaan
yang kecil, dan memproyeksikan diri sendiri ke masa yang akan datang. Di
dalam memecahkan masalah membutuhkan kreasi, dan bukan pengulangan
a.
Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
Banyak variasi pengembangan pembelajaran berbasis masalah, tetapi
pada umumnya memiliki kesamaan ciri seperti dijelaskan oleh Krajcik, dan
kawan-kawan dengan Cognition dan Technology Group at Vanderbilt, 1990
dalam Arends (1997 : 157 ) sebagai berikut :
1) Pembelajaran
berdasarkan
pertanyaan
atau
masalah.bukan
hanya
mengorganisasi prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu tetapi
mengorganisasi pelajaran di sekitar pertanyaan atau masalah kedua-duanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka
memberikan situasi kehidupan yang asli (autentik), menghindari jawaban yang
sederhana dan memungkinkan berbagai solusi pemecahan masalah
2) Fokus interdisiplin ilmu (berfokus kepada interdisiplin ilmu yang
berkaitan): meskipun pembelajaran berbasis masalah berpusat pada mata
pelajaran tertentu tetapi pemecahan masalah dapat ditinjau dari berbagai ilmu
pengetahuan, sebagai contoh, masalah polusi di suatu daerah dapat dicari solusi
208
dari mata pelajaran lain seperti biologi, ekonomi, sosiologi, kepariwisataan,
dan pemerintahan.
3) Penyelidikan autentik, pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa
melakukan
masalah
pemeriksaan / penyelidikan autentik yang mencari pemecahan
nyata
terhadap
masalah.
Mereka
harus
menganalisis
dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi,
mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan percobaan dan menarik
kesimpulan. investigasi memakai metode tergantung pada masalah sedang
dipelajari.
4) Produk/ artefak dan pameran pembelajaran berbasis masalah mengharuskan
siswa membangun produk dalam karya nyata misalnya berwujud karya seni hal
itu menggambarkan/menjelaskan atau mempresentasikan pemecahan masalah
mereka. Produk dapat tiruan bisa jadi laporan, contoh fisik misalnya video,
atau program komputer.
5) Kerja sama ( kolaborasi ). Pembelajaran berbasis masalah ditandai adanya
kerjasama siswa satu sama lain biasanya berdua-dua atau kelompok kecil.
bekerja bersama saling memberi motivasi untuk melakukan tugas gabungan
dan memperbesar kesempatan untuk berbagi keterangan , pengembangan
berpikir dan keahlian sosial (Arends, 1997 :157-158).
b.
Sintaks pembelajaran berbasis masalah
Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa mengalami suatu proses
belajar dengan memecahkan masalah secara aktif melalui tahap-tahap yang
tersruktur, dan pada akhir pelajaran siswa diharapkan menghasilkan suatu
209
produk tertentu. Hal ini dinyatakan oleh Arends (1997 : 161) dalam bentuk
sintaks. pembelajaran berbasis masalah. pembelajaran berbasis masalah tercantum
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Sintaks pembelajaran berbasis masalah :
Tahap-tahap
Kegiatan guru
Tahap 1. Orientasi siswa
1.Menjelaskan.tujuan pembelajaran dalam bentuk
kepada masalah.
masalah, menjelaskan perangkat yang diperlukan,
memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas untuk
mendapatkan masalah.
Tahap 2. Mengorganisasi
2. Membantu siswa mengorganisasikan tugas yang
siswa untuk belajar
berhubungan
dengan
masalah
,
misalnya,
membentuk kelompok, mendesain penelitiannya,
merancang percobaan, mengumpulkan alat dan
bahan.
Tahap 3. Membimbing
3.Mendorong
penyelidikan individual
sesuai
siswa
masalah
eksperimen
mengumpulkan
yang
untuk
dipilih,
mendapatkan
informasi
melaksanakan
penjelasan,
pemecahan masalah dan melakukan pengamatan
agar memperoleh data
Tahap 4. Membimbing
4. Membantu siswa mengorganisasikan data dalam
analisis data
tabel, menganalisis data dan meyusun kesimpulan
Tahap 5. Membimbing
5. Membimbing siswa dalam merencanakan dan
Membangun dan
mempersiapkan hasil karya seperti laporan, video
menyajikan hasil karya
dan model-model dan membantu para siswa berbagi
tugas dengan temannya.
Tahap 6 Menganalisis
6. Membantu siswa melakukan refleksi dan evaluasi
dan mengevaluasi proses
terhadap penyelidikan mereka
pemecahan masalah
210
Dari tabel di atas tampak bahwa para siswa pada fase ke lima menghasilkan
suatu produk, yang pada akhir proses akan di evaluasi dan direfleksi.
Melalui pembelajaran ini akan dihasilkan generasi yang berbudi
luhur bukan generasi individualis, karena siswa akan melakukan interaksi
dengan siswa lain, guru dan lingkungan di sekitar siswa belajar. Dengan
pembelajaran berbasis masalah siswa akan berbagi dengan siswa lain, selain
berlatih keterampilan berpikir juga akan berlatih keterampilan sosial .
Sesuai dengan pendapat
Ibrahim dan Nur (2004)"Pengajaran berbasis
masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama lain Bekerja sama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan
untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir"
Pembelajaran
berbasis masalah dalam penelitian ini, siswa mengerjakan
tugas dalam proyek maupun resitasi secara kelompok. Mereka bekerja
melakukan perencanaan, percobaan-percobaan dan diskusi kelompok dan
bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri
hingga menghasilkan suatu produk
3. Metode proyek
Metode proyek merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan
penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perorangan atau
kelompok kecil siswa, untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan
211
perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi.(Dahar, R.W, 1986: 16 ).Dalam
pelaksanaan proyek biologi plantae, para siswa secara berkelompok merencanakan
dan
melakukan penelitian di lapangan dan laboratorium yang melibatkan
penggunaan alat dan bahan untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah. Selain
itu mereka melakukan kajian teori melalui beberapa buku biologi, melakukan
diskusi dan menyusun laporan.
Metode proyek juga memiliki ciri pengajaran berbasis masalah,
salah satu diantaranya
adalah didahului dengan menentukan masalah
seperti pendapat Rooijakkers (1991: 90) "bahwa pengajar terlebih dahulu
menentukan suatu pokok masalah kemudian murid mengerjakannya. Disitu
pengajar bertindak sebagai pengawas, sedangkan murid harus mencari hal
yang dapat mereka ketahui dari pokok masalah itu. Secara bersama- sama
murid menyusun tata kerja yang diperlukan, mencari sumber-sumber
keterangan, membagi tugas dan mengerjakannya" Jadi suatu proyek dapat
dilakukan dengan urutan langkah sebagai berikut: diawali dengan pengajar
mengajukan sejumlah masalah yang harus dipecahkan melalui kerja proyek,
sebelum pembentukan kelompok setiap siswa dapat mententukan pokok
masalah, misalnya dengan dasar minat siswa. Selanjutnya siswa membentuk
kelompok kecil, berdiskusi menentukan langkah penyelesaian masalah.
Bersama
dengan
kelompoknya,
siswa menyusun cara kerja
dalam
proyeknya. Selain hal itu siswa mencari sumber berupa buku-buku tertentu
yang diperlukan. atau menggunakan teknologi komunikasi (misalnya :
internet). Setelah menyiapkan alat, mereka mengadakan penyelidikan dan
212
mengumpulkan segala hal yang dipandang penting bagi masalah tersebut.
Setelah proyek dilaksanakan siswa menyusun laporan tertulis dan melakukan
publikasi dari hasil penyelesaian masalah, misalnya disampaikan dalam suatu
wawancara atau mengadakan pameran., majalah dinding
ataupun acara tanya
jawab di kelas mereka.
Untuk menimbulkan minat siswa dalam mengerjakan proyek dapat
dilakukan usaha antara lain mengundang sukarelawan di antara siswa untuk
mengerjakan suatu proyek, dengan harapan siswa lain akan tertarik untuk
melakukan hal-hal yang sama, memperlihatkan kepada siswa contoh-contoh
hasil proyek dari siswa angkatan sebelumnya pada awal tahun ajaran serta
membentuk kelompok karya ilmiah remaja di sekolah.
Penyelesaian suatu proyek memerlukan waktu cukup banyak, oleh
karena itu untuk menerapkan metode proyek ini guru perlu mencari cara untuk
memanfaatkan waktu luang siswa secara bijaksana, misalnya pada saat menjelang
libur antar semester. Bentuk dan garis besar laporan suatu proyek dapat
ditentukan sendiri oleh siswa misalnya berdasarkan modifikasi dari kerangka
laporan berikut yang tata penulisannya mencakup antara lain: judul,
pendahuluan, materi, metode dan hasil penelitian, hasil diskusi atau
pembahasan dan kesimpulan. Laporan akan lebih baik bila disertakan lampiran
berupa bukti pendukung dan alasan yang mendasari kesimpulan serta saran untuk
penelitian lebih lanjut
Guna mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa, maka hasil dari
proyek ini perlu dikemukakan dengan berbagai cara, antara lain dengan
213
menyelenggarakan pameran biologi., mempresentasikan di depan teman-teman
sekelas. Atau dapat pula mendemontrasikan hasil proyek di depan teman-teman bila
ada kesempatan dapat pula mempublikasikan dalam majalah ilmiah. atau
mengikutsertakan hasil proyek pada lomba karya ilmiah. Untuk memperoleh
penghargaan setempat dan secara langsung, maka hasil proyek siswa perlu
dievaluasi guru
Penerapan metode proyek dapat mendorong tumbuhnya kreativitas bagi
sebagian besar siswa sehingga mampu meraih suatu prestasi pada perlombaan
ataupun pameran. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahar, R.W. (1986 ), sebagai
berikut "Pada siswa yang kreatif biasanya dihasilkan karya yang baru dan asli,
bahkan mungkin saja memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Keberhasilan karya siswa dalam suatu proyek yang dibuatnya
sendiri, memberikan kepada siswa suatu kebanggaan tersendiri dan
menaikkan rasa percaya diri" Ini berarti kebanggaan akibat prestasi yang
baik ini akan mendorong siswa untuk melangkah lebih maju dalam proyek
berikutnya, sehingga secara tak langsung ia telah berhasil mengembangkan
konsep-konsep yang dimilikinya dari berbagai bidang studi yang telah
dipelajarinya. Rasa bangga ini akan lebih dikukuhkan apabila hasil karya
siswa dalam proyek ini dipublikasikan. Melalui metode proyek siswa dapat
bertindak lebih leluasa dan dapat menyalurkan bakatnya masing-masing secara
mandiri, tanpa mendapat rintangan untuk melakukan hal yang sama dengan temantemannya se kelas.
214
Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru sebaiknya telah
menyusun persiapan mengajar yang dituangkan dalam bentuk skenario
pembelajaran. hal itu berarti guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam
mengembangkan kompetensinya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
metode proyek memiliki keunggulan, .dapat memotivasi minat siswa dalam
bidang IPA, mengembangkan keingintahuan ilmiah siswa , mengembangkan
teknik pamecahan masalah, memajukan pemikiran mandiri siswa dan pola
berpikir kritis, mengembangkan apresiasi siswa imtuk kerja ilmiah
sehingga prinsip ilmiah lebih berarti, menolong pengembangan setiap
individu semaksimal mungkin dan menumbuhkan rasa percaya diri. Selain
melatih siswa mengembangkan teknik pamecahan masalah, melalui metode
proyek, guru memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan pola
berpikir kritis oleh karena itu sebaiknya dalam melaksanakan proyek guru
tidak terlalu dominan, pemberian bimbingan perlu dibatasi, sehingg
kreativitas siswa lebih berkembang Metode pemecahan masalah haruslah
ditentukan oleh siswa sendiri tanpa rintangan dari guru.
215
4. Metode penugasan (resitasi )
Salah satu kendala dalam melaksanakan kurikulum KTSP adalah
banyaknya materi pelajaran, tetapi waktu yang tersedia kurang. Untuk mengatasi
masalah ini selain menggunakan metode proyek dapat dilaksanakan metode resitasi
Dengan ini siswa
secara aktif belajar dan merasa terdorong untuk
meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung
jawab sendiri, hal itu diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu
memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajarnya;
dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang berguna dan konstruktif.
Pengertian tugas dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah:"sesuatu
yang wajib dikerjakan atau dilakukan, pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
seseorang. Sedang penugasan berarti pemberian tugas (kepada); roses, perbuatan,
cara menugasi atau menugaskan." Moeliono, ( 2004 ) Jadi penugasan berarti suatu
proses atau cara yang dilakukan guru pada saat proses pembelajaran kepada siswa
sehingga siswa memiliki sesuatu yang wajib yang harus dilakukan, baik secara
individual maupun secara kelompok
Agar metode penugasan dapat berlangsung secara efektif, Mulyasa,
E. (2008: 113) berpendapat: "Para guru perlu memperhatikan langkahlangkah sebagai berikut.:tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis,
terutama tujuan penugasan dan cara pengerjaannya. Sebaiknya tujuan
penugasan dikomunikasikan kepada peserta didik agar tahu arah tugas yang
dikerjakan., tugas yang diberikan harus dapat dipahami peserta didik "Tugastugas dalam pembelajaran resitasi dapat dikerjakan secara kelompok, tiga
216
hingga lima orang. Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu
diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam
proses penyelesaian tugas tersebut oleh karena itu perlu memperhatikan halhal antara lain : perlu diupayakan guru memantau penyelesaian tugas yang
dikerjakan oleh peserta didik. sambil memberikan motivasi dan bimbingan
terutama bagi peserta didik yang mendapat kesulitan dalam penyelesaian
tugas tersebut. Memberikan
penilaian secara proporsional terhadap yang
dikerjakan peserta didik. Penilaian sebaiknya tidak hanya menitikberatkan
pada perlu dipertimbangkan pula bagaimana proses penyelesaian tugas
tersebut. Mulyasa, E. ( 2008: 114)
Pada pembelajaran biologi perlu diterapkan metode resitasi, karena selain
mendorong keaktifan, kerja sama dan banyak melalui langkah pembentukan
konsep secara ilmiah. Melalui metode ini siswa akan mengalami proses
″menkonstruksi″ bukan ″menerima″ pengetahuan. Karena siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar
mengajar, Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penugasan juga
memiliki esensi pembelajaran berbasis masalah. Karena dalam penugasan ini
siswa akan melakukan berbagai aktivitas baik sendiri maupun dengan
kelompoknya
yang
menghasilkan
suatu
produk
dipertanggungjawabkan. Dengan metode resitasi siswa
yang
harus
melaksanakan tugas
secara belajar aktif; merasa terdorong untuk meningkatkan belajar lebih baik,
memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab secara mandiri. Resitasi
diterapkan dalam pembelajaran biologi, karena diharapkan mampu menyadarkan
217
siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang
menunjang belajarnya; dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang berguna dan
konstruktif. Dengan melaksanakan metode ini, berarti guru menerapkan
pembelajaran dengan penilaian autentik. Bila telah selesai melaksanakan atau
mempelajari tugas, maka siswa harus membuat laporan (fase resitasi). Alat
evaluasi harus sudah disiapkan oleh guru, agar dapat menilai hasil kerja siswa
dan dapat memberi gambaran yang obyektif mengenai usaha siswa dalam
melaksanakan tugas. Evaluasi ini penting untuk siswa karena dapat
menumbuhkan semangat kerja yang lebih baik dan meningkatkan hasrat
belajar. Dengan metode resitasi ini siswa mempunyai kesempatan untuk saling
membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain, dapat mempelajari dan
mendalami hasil uraian orang lain. Dengan demikian akan memperluas;
memperkaya dan memperdalam pengetahuan, serta pengalaman siswa.
Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas;
halaman sekolah; di laboratorium perpustakaan, di rumah siswa, atau dimana
saja. Dari kajian teori di atas dapat disarikan bahwa metode resitasi memiliki
kebaikan antara lain siswa mendalami dan mengalami sendiri pengetahuan
yang dicarinya, sehingga pengetahuan itu akan tinggal lama di dalam jiwanya.
Apalagi dalam melaksanakan tugas ditunjang dengan minat dan perhatian
siswa, serta kejelasan tujuan mereka bekerja. Pada kesempatan ini siswa juga
dapat mengembangkan daya berpikirnya, daya inisiatif, daya kreatif, tanggung
jawab dan melatih berdiri sendiri.
218
Pemberian tugas kepada siswa biasanya digunakan dengan tujuan agar
siswa memiliki hasil belajar yang lebih baik, karena siswa melaksanakan latihanlatihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari
sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal itu terjadi disebabkan siswa mendalami
situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru.
Di samping itu untuk memperoleh pengetahuan dengan melaksanakan tugas akan
memperluas dan memperkaya pengetahuan serta ketrampilan siswa di sekolah,
melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah itu. Untuk hal itu guru perlu
memikirkan langkah-langkah yang tepat seperti: 1) Merumuskan tujuan khusus
dari tugas yang diberikan. 2). Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan
metode resitasi itu sudah tepat dan dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
3) Perlu dirumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti
Penggunaan metode proyek dan penugasan sesuai untuk pembelajaran
biologi,
berguna
mengkedepankan
untuk
aktivitas
siswa
berlatih
siswa, sesuai
memecahkan
dengan
masalah
pendapat
dan
Hamalik,O
(2008:172)."Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih
ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa
menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai"
Pembelajaran dengan metode proyek maupun resitasi dalam mata pelajaran
biologi juga mengutamakan program unit activity, karena segala sesuatu proses
merupakan aktivitas kelompok.
219
5. Kreativitas
a. Arti Kreativitas
Definisi tentang kreativitas begitu banyak namun tidak ada satu
definisipun yang diterima secara universal. Salah satu definisi yang disajikan
berikut ini adalah kreativitas
menurut Munandar, U. (2004: 45):
"Kreativitas adalah ungkapan yang disampaikan (ekspresi) dari keunikan
individu dalam interaksi
dengan lingkungannya" Demikian pula pada
pembelajaran biologi dengan metode proyek, bahwa individu pebelajar akan
melakukan aktivitas di lingkungan sekolah dan juga di laboratorium dengan
cara berbeda satu dengan llainnya. Pada proses penyelesaian masalah
mereka secara individu sebelumnya memiliki pengalaman yang berbeda
,sehingga ketika menjumpai obyek penelitian yang merupakan hal yang
baru maka mereka akan berinteraksi dengan cara berbeda . Perbedaan
individu akan terlihat dalam cara mengorganisir data, menulis laporan juga
cara mengkomunikasikan hasil bekerja mereka
Penelitian Munandar, U (2004) menunjukkan: "kreativitas sama
absahnya seperti intelegensi sebagai prediktor dari prestasi sekolah. Apabila
efek intelegensi dieleminasi maka hubungan antara kreativitas dengan
prestasi sekolah tetap substansial yang terpusat pada ide-ide, menguji
hipotesis, memodifikasi dan menguji kembali serta mengkomunikasikan
hasilnya" Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan
kemampuan manusia untuk menghasilkan atau menciptakan gagasan dan yang
tercermin dalam orisinilitas yang khas bagi setiap individu dalam berpikir serta
220
kemampuan untuk mengembangkan, memperkaya suatu gagasan atau dapat
digunakan untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan. Dalam
pembelajaran biologi plantae, siswa secara berkelompok mempelajari
tumbuhan berbiji. Berdasarkan pengalaman mengajar peneliti sebagai guru
biologi, pada saat menyusun laporan tentang tumbuhan berbiji akan tampak
berbagai variasi laporan, baik dalam mengorganisir data, narasi, maupun dalam
penarikan kesimpulan. Bahkan ada yang mampu mencoba menulis suatu jenis
tanaman secara lebih mendalam , tentang salah satu jenis tanaman serta
manfaatnya bagi masyarakat. Dengan melihat gejala tersebut tampak bahwa
sesudah mengalami belajar secara langsung, siswa mampu menyerap fakta
yang
ada,
memproses,
memodifikasi
dan
menguji
kembali
serta
mengkomunikasikan hasilnya dalam bentuk gagasan baru. Hal tersebut tentu
memerlukan intelegensia ataupun kreativitas siswa.
b. Sikap Kreatif
Sehubungan dengan pengembangan kreativitas siswa, Munandar, U
(
2004:
11),
menyatakan:
"sebaiknya
tidak
hanya
memperhatikan
pengembangan berpikir kreatif tetapi juga pemupukan sikap dan ciri-ciri
kepribadian kreatif" Penyusunan skala sikap kreatif telah dilakukan oleh
Munandar, U (1977). Skala tersebut terdiri dari 32 butir
dan delapan
diantaranya diadaptasi dari “Creative Attitude Survey“ yang disusun oleh
Schaefer dalam Munandar, U (2004: 70 ).dan dioperasionalisasi sebagai
berikut "keterbukaan terhadap pengalaman baru, kelenturan dalam berpikir,
kebebasan dalam ungkapan diri, menghargai fantasi, minat terhadap
221
kegiatan kreatif, kepercayaan terhadap
gagasan sendiri dan kemandirian
dalam memberi pertimbangan."
Skala sikap kreatif dapat disusun menjadi suatu daftar pertanyaan
dan dapat digunakan sebagai alat ukur dalam bentuk angket berdasarkan
indikator-indikator pada skala sikap kreatif tersebut, misalnya antara lain
tentang kemandirian, tidak takut pada suatu resiko, rasa ingin tahu.
c. Ciri-ciri Kreativitas
Masing-masing individu memiliki tingkat kreativitas yang berbeda.
Adapun ciri-ciri kreativitas menurut Munandar, U ( 2004 : 71) adalah sebagai
berikut:
"Terdapat rasa ingin tahu yang luas dan mendalam, sering
mengajukan pertanyaan yang baik , memberi masukan banyak
gagasan terhadap suatu masalah , bebas dalam menyatakan pendapat,
mempunyai rasa keindahan dalam, menonjol dalam salah satu bidang
seni, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang ,
mempunyai rasa humor yang luas mempunyai daya imajinasi,
orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah"
Siswa yang memiliki ciri-ciri kreativitas, akan sangat baik bila
mengalami pembelajaran biologi dengan metode proyek maupun resitasi.
Karena dalam resitasi maupun proyek, siswa akan melakukan berbagai aktivitas
baik sendiri maupun dengan kelompoknya yang menghasilkan suatu produk
yang harus dipertanggungjawabkan. Agar dapat menyelesaikan tugas-tugas
biologi dengan baik diperlukan daya imajinasi, rasa humor yang luas, mampu
memberi masukan dalam diskusi kelompok dan juga diperlukan rasa seni yang
baik. Dari beberapa pendapat di atas dapat kami simpulkan bahwa kreativitas
dapat dipandang dari segi : produk, yakni kemampuan untuk menghasilkan
sesuatu yang baru. Dilihat dari segi proses kreativitas adalah aktivitas yang
222
dilakukan seseorang karena adanya kegiatan mental intelektual dalam kognitif
seseorang. Dari kondisi lingkungan kreativitas terbentuk, karena dorongan
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan budaya.
d. Ciri-ciri Siswa Kreatif
Biasanya orang yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang
luas, memiliki kegembiraan dan menyukai aktivitas yang kreatif. Dengan
memiliki kemampuan kreatif, siswa tidak hanya menerima informasi dari guru,
namun siswa akan berusaha mencari dan memberikan informasi dalam proses
pembelajaran. Siswa yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin
mencoba-coba, berpetualang, suka bermain dan intuitif. Kemampuan kreatif
akan akan mendorong siswa merasa memiliki harga diri, kebanggaan dan
kehidupan yang lebih sehat.
e. Alat Ukur Kreativitas
Untuk mengetahui tingkat kreativitas siswa dilakukan dengan
menggunakan tes kreativitas verbal. Tes ini bcrlandaskan pada struktur intelek
dari Guliford terdiri dari enam sub tes yang semuanya mengukur operasi
berpikir divergen, dengan dimensi konten verbal. berpikir. Tentang tes
kreativitas Guliford dalam Munandar, U (1997), menyatakan kreativitas atau
berpikir kreatif secara operasional tercermin dari kelancaran, fleksibilitas dan
orisinalitas dalam ke enam sub tes kreativitas verbal ialah : permulaan kata,
menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifat yang sama, macammacam penggunaan dan apa akibatnya " Karena dalam penelitian ini ingin
mengetahui hubungan antara kreativitas dengan prestasi belajar biologi, maka
223
sebelum penelitian perlu disusun suatu alat ukur yang mengacu pada tes
kreativitas dari Guliford. Untuk menyusun alat ukur kreativitas dapat digunakan
angket yang tetap menggunakan indikator-indikator yang mencerminkan tes dari
Guliford, misalnya tentang permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat
tiga kata, sifat-sifat yang sama, macam-macam penggunaan dan apa akibatnya.
f. Pengaruh Kreativitas
Kreativitas memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang
ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.
Torrance dan Yamamoto (1964) dalam Munandar, U (1995) berdasar
studinya masing-masing sampai pada kesimpulan yang sama, yaitu : “
kelompok siswa yang kreativitasnya tinggi tidak berbeda dengan prestasi
sekolah dari kelompok siswa yang intelegensinya relatif lebih tinggi".
Torrance dalam Munandar, U, (2004:9) mengajukan hipotesis bahwa "daya
imajinasi, rasa ingin tahu dan orisinalitas dari subyek yang kreativitasnya
tinggi dapat mengimbangi kekurangannya daya ingat dan faktor-faktor lain
yang biasanya diukur dalam tes intelegensi tradisional" Jadi siswa yang bila
diukur dengan tes intelegensi tradisional ternyata tergolong berintelegensia
rendah, tetapi kreativitasnya tinggi maka kekurangannya tersebut akan
diimbangi sehingga siswa tersebut tetap dapat berprestasi tinggi
Kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang perlu ditumbuhkan
di dalam kelas dan perlu dikembangkan kreativitas dalam semua segi. Untuk
menumbuhkan iklim atau suasana kreatif didalam pelajaran biologi yang
memungkinkan siswa untuk membuka dirinya, merasa bebas dan aman untuk
224
mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Guru perlu melakukan pemanasan
seperti dilakukan seseorang sebelum berenang. Pemanasan dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan terbuka mengajukan suatu masalah biologi yang
dapat diambil dari kehidupan di sekitar siswa, yang mendorong ungkapan
pikiran dan perasaan. Dengan demikian pelajaran biologi akan memberikan
suatu tantangan, pengalaman baru yang dapat mendorong kreativitas siswa
6. Konsep diri (Self Concept )
Tulisan tentang konsep diri (Self Concept ) diungkapkan William James
(1890), dalam Louis Cohen (1978 : 96) tentang "bagaimana seseorang melihat
dirinya sendiri dan nilai apa yang dipilih untuknya (harga diri) menjadi hal yang
penting dalam menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh seseorang , sikap
yang dipilih, tingkah laku yang ditunjukkan, dan respon yang dibuat untuk orang
lain"
Perkembangan konsep diri juga dipengaruhi oleh pengalamanpengalaman sekolah. Pentingnya pengaruh sekolah ditunjukkan dalam penelitian
yang telah dilakukan, penelitian terfokus pada ruang-ruang kelas sebagai sistem
sosial. Penelitian ini telah dicari untuk mengelompokkan dan mengukur tipe dan
kualitas interaksi guru – murid dan murid – murid dalam susunan ruang kelas.
Menurut pendapat Louis Cohen (1978 : 96) "Bagi guru yang moderen, gambaran
jelas tentang konsep diri anak menjadi bagian penting untuk pengetahuan
profesionalnya dan juga penilaiannya untuk potesi intelektual dan kemajuan
akademis anak". Pada pembelajaran berbasis masalah, guru perlu mengetahui
tingkatan konsep diri siswa, karena guru dapat membuat perencanaan yang
225
menyesuaikan tentang materi, metode, media serta alat penilaiannya, sehingga
siswa yang memiliki konsep diri berbeda akan mendapatkan pengetahuan sama
baiknya.
a. Hakikat Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran diri yang dimiliki seseorang tentang dirinya,
yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi
dengan lingkungan ( Hendriati Agustiani, 2006: 138 ).
Dalam bukunya Communicate, Rudolph (1984:25) dalam Sobur
( 2003:506 ) mendefinisikan "konsep diri sebagai kumpulan persepsi dari
setiap aspek yang dimiliki, meliputi penampilan, fisik, kemampuan mental,
kemampuan vokasional ukuran, kekuatan" Jadi seseorang yang sadar tentang
konsep dirinya dapat mengetahui ataupun mengukur dirinya secara fisik,
mental , dan keberaniannya. Sehingga dalam suatu pembelajaran biologi, siswa
dapat mengukur dirinya, kemampuannya maaupun kesanggupannya atas suatu
masalah kemudian dapat mengambil keputusan, misalnya dalam memilih
masalah, cara belajar, waktu belajar, atau bertanya kepada guru tentang hal-hal
yang belum mereka mengerti.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud konsep diri siswa adalah semua persepsi siswa terhadap gambaran
dirinya yang berupa kumpulan aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek
sosial, dan aspek psikologis, dan juga tentang penampilan, kemampuan
mental kemampuan vokasional, kekuatan yang didasarkan. pada pengalaman
226
dan interaksi siswa dengan lingkungannya. Karena diri tidaklah diam
melainkan aktif, mengati, berfikir dan berkehendak.
b. Dimensi – dimensi dalam konsep diri
Fitts (1971) dalam Hendriati Agustiani ( 2006 ) membagi konsep diri
dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut :
1). Dimensi Internal
Dimensi Internal atau disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of
reference) adalah penilaian yang lakukan individu yakni penilaian yang
dilakukan oleh dirinya sendiri berdasarkan dunia didalam dirinya. Dimensi ini
terdiri dari tiga bentuk :
a) Diri identitas (identity self )
Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep
diri dan mengacu pada pertanyaan , “Siapakah saya ?“. Dalam pertanyaan
tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self)
oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan
membangun identitasnya, misalnya “Saya Ita“ saya seorang pelajar; saya
seorang kakak, saya seorang pemain bulutangkis, saya seorang pesilat, saya
seorang petinju, tinggi badan saya 170 cm.Dalam pelajaran biologi
diharapkan siswa mengenal diri identitas, misalnya saya pelajar, saya
seseorang yang menjadi anggota suatu kelompok proyek biologi, saya adalah
seseorang yang harus bertanggung jawab pada suatu tugas biologi, dan
seterusnya. Dengan siswa mengenal dirinya, tentu penyelesaian masalah
dalam tugas-tugas pelajaran akan lebih baik hasilnya.
227
b). Diri pelaku (behavioral self)
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya,
yang berisi segala kesadaran mengenai
"apa
yang dilakukan
oleh diri".
Karena berkaitan erat dengan diri identitas.maka akan menunjukkan adanya
keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat
mengenali dan menerima baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai
pelaku. Bila seorang siswa telah mengenal diri identitas, misalnya ”saya
bagian dari kelompok proyek biologi” maka ia akan menunjukkan keserasian
dengan diri pelakunya yakni siswa akan bertanggung jawab ikut berusaha
menyelesaikan tugas-tugas yang sedang atau akan dikerjakan kelompoknya
c). Diri penerimaan/ Penilai (judging self )
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar dan
evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri
identitas dan diri pelaku Selanjutnya penilaian ini lebih berperan dalam
menentukan tindakan yang akan ditampilkannya. Menurut Sobur (2003:507),
tentang penghargaan-diri (self-esteem), bagian ini meliputi suatu penilaian,
suatu perkiraan mengenai dirinya. Seseorang (misalnya : siswa) dapat
mengetahui dirinya sebagai penilai menentukan seberapa jauh seseorang
menerima dirinya. Seseorang yang yang memiliki kepuasan yang rendah akan
menimbulkan harga diri (self esteem) yang rendah pula dan akan
mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada dirinya. Sebaliknya
bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi , kesadaran dirinya
228
lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan individu yang bersangkutan
untuk melupakan kadaan dirinya dan memfokuskan energi serta perhatiannya
ke luar diri dan akhirnya dapat berfungsi lebih konstruktif. Ketiga bagian
internal ini mempunyai peranan yang berbeda-beda, namun saling melengkapi
dan berinteraksi membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh.
2). Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan
dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar
dirinya. dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang
berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama, dan sebagainya. Namun, dimensi
yang dikemukakan oleh Fitts (1971) dalam Hendriati Agustiani (2006) adalah
dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas
lima bentuk, yaitu: a). Diri Fisik (physical self) yang menyangkut persepsi
seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. b). Diri etik-moral (moralethical self); merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari
standar pertimbangan nilai moral dengan etika. nilai ini menyangkut persepsi
seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, c). Diri Pribadi (personal self),
yang merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan
pribadinya.d). Diri Keluarga (family self), menunjukkan perasaan diri harga
diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. e). Diri
Sosial (social self), merupakan penilaian individu terhadap interaksi diri
dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.
229
Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dan
dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksi dengan
orang lain. Seseorang tidak dapat begitu saja menilai bahwa memiliki fisik
yang baik tanpa adanya reaksi dari orang lain yang memperlihatkan bahwa
secara fisik ia memang menarik. Demikian
seseorang tidak dapat
mengatakan bahwa ia memiliki diri pribadi yang tanpa adanya tanggapan
atau reaksi orang lain di sekitarnya yang menunjukkan bahwa ia memang
memiliki pribadi yang baik. Pada konsep diri yang menyangkut diri sosial
(Sobur, 2003:507
) menyebutnya "sebagai kepantasan-diri (self Worth),
misalnya, saya peramah, saya sangat pandai, dan sebagainya."
Jadi penghargaan diri lebih merupakan suatu persepsi evaluasi publik
daripada konsep diri. Pesan-pesan intern mengenai diri (dalam hal ini siswa),
konsep diri dan penghargaan diri, dalam kadar yang besar mengarahkan siswa
untuk merasakan diri dalam berhubungan dengan orang lain.
Seluruh bagian diri ini, baik internal maupun eksternal, saling
berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan yang utuh untuk menjelaskan
hubungan
antara
mengemukakan
dimensi
suatu
internal
analogi
dengan
dan
dimensi
eksternal,
mengumpamakan
diri
Fitts
secara
keseluruhan sebagai sebuah jeruk, yang dapat dipotong secara horizontal
maupun vertikal. Potongan
tampak berbeda daripada
yang diperoleh dengan cara horisontal akan
dipotong secara vertikal, walaupun keduanya
merupakan bagian dari sebuah jeruk.
230
c. Hubungan antara konsep diri dan pengalaman diri
Pembahasan
tentang
hubungan
antara
konsep
diri
dengan
pengalaman, Fitts (1971) dalam Hendriati, (2006:139).menyatakan : "Konsep
diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
pengalaman , terutama pengalaman interpersonal yang memunculkan
perasaan positip dan perasaan berharga.. Kompetensi dalam area yang
dihargai oleh individu dan orang lain; Aktualisasi diri dan implementasi dari
potensi pribadi yang sebenarnya . Selain hal itu konsep diri berpengaruh kuat
terhadap tingkah laku seseorang". Dari pendapat Fitts di atas, dapat
disimpulkan bahwa bila guru mengajarkan sesuatu materi kepada siswa,
sebaiknya guru mengenali konsep diri siswa tersebut. Dengan mengetahui
konsep diri seseorang siswa guru dapat meramalkan dan memahami tingkah
laku individu siswa berkaitan dengan gagasan-gagasan tentang dirinya. Bila
seorang siswa mempersepsikan dirinya sebagai orang yang inferior (memiliki
suatu kekurangan) dibandingkan orang lain, walaupun hal itu belum tentu
benar biasanya tingkah laku yang ditampilkan akan berhubungan dengan
kekurangan yang menjadi persepsinya secara subyektif tersebut. Oleh karena
hal tersebut dapat dipersiapkan tindakan
(skenario ) pembelajaran yang
sesuai dengan siswa tersebut.
d. Proses Terbentuk Konsep Diri
Konsep diri terbentuk dalam. waktu yang relatif lama, dari
pembentukan ini tidak bisa diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari
seorang dapat mengubah konsep diri. Menurut Sobur (2003 : 510), "apabila
231
tipe reaksi seperti ini sangat penting terjadi, atau jika reaksi ini muncul
karena orang lain yang memiliki arti yaitu orang-orang yang kita nilai
umpamanya orang tua, teman, dan lain-lain- reaksi ini mungkin berpengaruh
terhadap konsep diri"
Sebetulnya, konsep diri itu terbentuk berdasarkan persepsi seseorang
tentang sikap orang lain terhadap dirinya. Pada seorang anak, ia mulai belajar
berpikir dan merasakan,dirinya seperti apa yang telah ditentukan oleh orang
lain dalam lingkungannya; misalnya, orang tuanya, gurunya, atau teman
temannya, sehingga apabila seorang guru, mengatakan secara terus menerus
pada seorang muridnya bahwa ia kurang mampu, lama kelamaan anak akan
mempunyai konsep diri semacam itu. Pada dasarnya, pengembangan konsep
diri merupakan proses yang relatif pasif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa karena pengembangan
konsep diri merupakan proses yang relatif pasif dan konsep diri bukan
merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus
menerus dan merupakan cerminan dari cara yang dilakukan oleh orang lain
( orang tuanya, guru, teman-teman dan lingkungannya dimana siswa tumbuh),
maka dasar konsep diri individu harus ditanamkan sejak dini masa kehidupan
anak dan masa berikutnya misalnya pada saat pembelajaran di sekolah dengan
memberi contoh yang disajikan adalah hal yang baik karena akan menjadi
dasar akan memepengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari.
232
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
William Brooks (1971), dalam Sobur (2003) menyebutkan ada empat
faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri seseorang, yaitu
1). Diri sendiri sebagai obyek (Self Appraisal - Viewing Self as an Object)
Istilah ini menunjukkan suatu pandangan, yang menjadikan diri sendiri
sebagai objek dalam komunikasi,.Apabila merasakan apa yang kita tidak
sukai tentang diri kita, di sini kita berusaha untuk mengubahnya. Dan jika
kita tidak mau mengubahnya, inilah awal dari konsep diri yang negatif
terhadap diri kita sendiri
2). Reaksi dan respon orang lain (Reaction and Response of Others);
konsep diri itu tidak saja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri
sendiri, namun juga berkembang dalam rangka interaksi kita dengan
masyarakat. misalnya saja dalam berbagai perbincangan masalah sosial.
3). Peran ( Roles You Play - Role Taking) adalah bahwa peran merupakan
seperangkat patokan, yang membatasi perilaku yang mesti dilakukan oleh
seseorang, yang menduduki suatu posisi
4). Kelompok rujukan (Reference Groups), adalah kelompok yang kita
menjadi anggota di dalamnya. Jika kelompok ini kita anggap penting,
dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini akan
menjadi
kekuatan
untuk
menentukan
konsep
diri
kita.
Dengan
pengalaman-pengalaman yang tersaji melalui kerja ilmiah pada tugas
maupun proyek diharapkan konsep diri negatif tidak terjadi pada siswa.
Karena dengan berbagai pengalaman kerja ilmiah termasuk adanya kerja
233
sama, tenggang rasa, berlaku jujur dan obyektif dan lainnya, maka
pengalaman positip dijumpai siswa. Seperti pendapat Verdeber dalam
Sobur (2003 :521), menyatakan tentang pentingnya pengalaman positip:
"semakin besar pengalaman positif yang kita peroleh atau kita miliki,
semakin positif konsep diri kita. Sebaliknya, semakin besar pengalaman
negatif yang kita peroleh atau yang kita miliki, semakin negatif konsep diri
kita". Metode proyek maupun resitasi dalam pelajaran biologi memberikan
kesempatan
kepada
siswa
memperoleh
pengalam
mengkonstruk pengetahuannya. Dengan bekerja
langsung
dalam
dalam kelompok kecil
siswa akan memupuk tenggang rasa, kerja sama, tanggung jawab, dan rasa
kebersamaan dalam menyelesaikan tugas. Dengan demikian akan tumbuh
konsep diri positip.
f. Alat ukur konsep diri
Ada
beberapa
instrumen
yang
dipergunakan
dalam
rangka
mengukur konsep diri seseorang, diantaranya adalah : Skala konsep diri
Lipsitt’s dan Harga diri (Self Esteem ), menurut Rosenberg.
1). Skala konsep diri Lipsitt’s (1958) dalam Cohen (1978 ).
Skala konsep diri Lipsitt’s terdiri dari 22 jenis penjelasan sifat. Setiap
sifat didahului oleh sebuah frasa dan setiap frasa diikuti oleh lima poin skala
rating. Skala Lipsitt ini sesuai digunakan untuk anak-anak sekolah umum, dengan
indikator- indikator seperti sebagai berikut : ramah gembira, menyenangkan,
berani, jujur, dipercaya, bangga, Penilaian Skala Lipsitt meliputi kategori seperti
234
berikut: tidak sama sekali, tidak sering, kadang-kadang, sering, sering sekali
Penilaian kebalikan untuk tiga sifat negatif : malas, cemburu, malu-malu.
2). Harga diri (Self Esteem ), menurut Rosenberg (1964)
Pada nilai diri digunakan untuk siswa di sekolah-sekolah dengan
pendidikan yang lebih tinggi. Pengukuran harga diri (Self Esteem), misalnya
tentang: aku merasa aku adalah orang bernilai, paling tidak pada level yang sama
dengan orang lain, aku condong merasa gagal, aku merasa tidak mempunyai
banyak hal untuk dibanggakan.
Dalam penelitian ini, akan diukur tingkatan konsep diri siswa yang
meliputi sifat-sifat diri siswa seperti ramah gembira, menyenangkan, berani, jujur,
dipercaya, bangga, dan juga tentang harga diri (Self Esteem) seperti skala konsep
diri Lipsitt’s dan juga skala harga diri (Self Esteem ), menurut Rosenberg dalam
hal pemilihan indikator-indikator. Kemudian disusun dalam bentuk angket yang
dimodifikasi. Peneliti menggunakan alat ukur berupa angket karena variabel yang
tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi yang
diamati atau sering disebut konstruk( un-observed). Hal ini sesuai pendapat
Ghazali,. (2006), bahwa pada penelitian di bidang ilmu sosial misalnya, psikologi,
variabel-variabel penelitiannya dirumuskan sebagai sebuah variabel latent atau
un-observed (sering juga disebut konstruk) yaitu variabel yang tidak dapat diukur
secara langsung, tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi yang diamati.”
7. Prestasi Belajar
Prestasi menurut Moeliono (1991 : 787 ). adalah: "Hasil yang telah
dicapai ( dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) Sedang prestasi
akademis berarti hasil pelajaran yang telah diperoleh dari kegiatan belajar di
235
sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya di tentukan
melalui pengukuran dan penilaian". Prestasi belajar yang berarti penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran ,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar biologi dalam
penelitian ini yang penulis maksudkan adalah penguasaan pengetahuan atau
ketrampilan sebagai hasil belajar biologi
yang dikembangkan oleh mata
pelajaran biologi sesudah mengalami pembelajaran , ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka nilai .
Menurut Bloom dalam Arikunto,S. (2008: 17 ).bahwa "hasil belajar
dibedakan menjadi tiga aspek yaitu ; kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penguasaan
dalam
aspek
kognitif
meliputi:
kemampuan,
mengetahui,
menerapkan, menganalisa, mensintesis, menanggapi, meyakini, menyatukan.
Aspek psikomotorik meliputi : kemampuan melakukan perbuatan yang cermat,
akurat, teliti, benar dan baik " Atas dasar pendapat tersebut, prestasi dalam
penelitian ini adalah hasil yang interaktif dalam pembelajaran biologi antara
peserta didik dengan lingkungannya. Prestasi tersebut dapat diukur hasilnya,
dengan menggunakan tes, yang sering disebut dangan tes prestasi meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengertian prestasi menurut kamus besar
Bahasa Indonesia dikatakan bahwa "prestasi belajar lazimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru" Hal ini berarti,
prestasi belajar dapat diukur ataupun diketahui bila guru sudah mengadakan
penilaian atau dengan kata lain penilaian berfungsi sebagai pengukur
236
keberhasilan. Seperti pernyataan Arikunto, S. (2008: 11)bahwa "salah satu
fungsi dari penilaian adalah dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan"
Menurut Sudjana, N (2008:3), inti penilaian adalah "proses memberikan
atau menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasar suatu kriteria tertentu
proses pemberian nilai tersebut dalam bentuk interpretasi yang diakhiri
judgement." Interpretasi dan judgement merupakan tema penilaian yang
mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan
dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar penjelasan di atas, maka dalam
kegiatan penilaian selalu ada objek / program, ada kriteria, dan ada interpretasi /
judgement dan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil – hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.
Sejalan dengan pengertian–pengertian di atas Nana Sudjana (2008 : 4)
berpendapat maka penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran, umpan balik bagi proses belajar mengajar
sehingga dapat diadakan perbaikan
dalam hal tujuan pembelajaran, strategi
mengajar guru, kegiatan siswa dan faktor-faktor lainnya. Selain itu penilaian
dapat dipakai sebagai dasar untuk menyusun laporan kemajuan belajar, kepada
orang tua dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapai siswa.
8. Materi Pembelajaran Biologi.
Materi Biologi SMA Kelas X Semester dua tentang manfaat
keanekaragaman hayati khususnya materi Plantae yang diharapkan tuntas
menurut silabus biologi kabupaten Klaten adalah Standar Kompetensi
237
mencakup memahami manfaat keanekaragaman hayati dan kompetensi
dasar adalah mendeskripsikan ciri-ciri divisio dalam dunia tumbuhan dan
peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi .Materi yang termuat dalam
kompetensi dasar adalah : Lumut (Briophyta), Paku-pakuan (Pteridophyta )
dan Tumbuhan berbiji (Spermatophyta)
a. Briofita (Bryophyta)
Hingga saat ini, tumbuhan nonvaskuler seperti, lumut daun, lumut hati
dan lumut tanduk telah dikelompokkan bersama dalam satu divisi tunggal,
Briofita (Bahasa Yunani bryon, “lumut”). Penggunaan nama ini secara informal
masih tepat, karena ketiga kelompok tumbuhan ini memiliki banyak kesamaan
karakteristik.Gametangium jantan, dikenal sebagai anteridium, menghasilkan
sperma berflagela. Setiap gametangium betina atau arkegonium, menghasilkan
satu telur (ovum). Sel telur tersebut dibuahi di dalam arkegonium dan zigot
berkembang menjadi satu embrio di dalam selubung pelindung organ betina.
Bahkan dengan embrio yang terlindungi, briofita tidak sepenuhnya
terbebaskan dari habitat perairan nenek moyangnya. Pertama, tumbuhan briofita
memerlukan air untuk berproduksi, spermanya, seperti sperma alga hijau memiliki
flagela dan harus berenang dari anteredium ke arkegonium untuk membuahi sel
telur.. Cara hidrasi tersebar membantu menjelaskan mengapa tempat lembab dan
teduh merupakan habitat briofita yang paling umum.Briofita tidak memiliki
jaringan yang diperkuat oleh lignin, yang diperlukan untuk menyokong tumbuhan
tinggi di daratan. Meskipun briofita dapat merentang secara horisontal sebagai
hamparan lumut diatas permukaan yang luas, briofita selalu memiliki profil yang
238
rendah,
sebagai
contoh
perhatikan
gambar
lumut
gambut.
(Sphagnum
squarrosum) yang dapat ditunjukkan dalam gambar 1, Sebagian besar tingginya
hanya (1-2) cm, dan bahkan yang paling besarpun umumnya tingginya kurang
dari 20 cm. Lumut gambut dapat kita jumpai di berbagai tempat di darat , seperti
di hamparan tanah, di atas batu-batuan, di tembok bangunan rumah.
lumut gambut
Gambar 1. Hamparan lumut gambut (Sphagnum squarrosum) yang hidup di atas
bebatuan ( Sumber :www.thebeautifulbritishcolumbia.com/.../Moss.htm )
Dalam siklus hidup suatu briofita misalnya lumut daun, kita melihat
suatu contoh spesifik suatu pergiliran generasi haploid dan diploid. Agar lebih
jelasnya kita bisa melihat sklus hidup lumut daun atau Moss yang tercantum pada
gambar 2 .
239
Gambar 2. Siklus hidup lumut daun yang memperlihatkan suatu pergiliran
generasi haploid dan diploid Moss ( Sumber : Campbell, 2003 : 161)
Gametofit haploid merupakan generasi dominan pada lumut dan briofita lainnya.
Sporofita umumnya lebih kecil dan hidupnya lebih pendek, ia bergantung pada
gametofit untuk memiliki kebutuhan air dan zat hara Sporofit diploid
menghasilkan spora haploid melalui pembelahan meiosis dalam suatu struktur
240
yang disebut sporangium. Spora yang sangat kecil yang terlindungi oleh
sporopollenin, menyebar dan berkembang menjadi gametofit baru. Siklus hidup
briofita berbeda dengan siklus hidup yang didominasi gametofit pada tumbuhan
vaskuler, dimana sporofit diploid merupakan generasi yang dominan. Tiga divisi
briofita adalah lumut daun (moss), lumut hati (liverwort) dan lumut tanduk
(hornwort)
1) Lumut Daun atau Moss (Divisi Briofita)
Briofita yang paling terkenal adalah lumut daun (Moss). Hamparan
lumut memiliki sifat seperti karet busa yang memungkinkannya untuk menyerap
dan menahan air. Masing-masing tumbuhan yang ada dalam hamparan tersebut
melekat pada substrat dengan sel yang memanjang atau filamen seluler yang
disebut rhizoid. Sebagian besar fotosintesis terjadi pada bagian atas tumbuhan,
yang memiliki banyak tambahan seperti batang dan seperti daun. Akan tetapi
batang, daun dan akar (rhizoid) lumut daun tidak homolog dengan struktur yang
sama pada tumbuhan vaskuler. Akan tetapi bila tidak terlalu teliti kita melihat
daun dari lumut daun
( Moss ) sangat mirip daun pada tanaman tingkat
tinggi. Untuk lebih jelasnya morfologi lumut daun ( Moss ) diperlihatkan dalam
gambar 3.
241
Gambar 3. lumut daun ( Moss) , merupakan contoh lumut yang termasuk Divisi
Briofita (Sumber :www.thebeautifulbritishcolumbia.com/.../Moss.htm)
2). Lumut Hati atau liverwort (Divisi Hepatofita)
Lumut hati (liverwort) merupakan tumbuhan yang kurang menyolok
mata dibandingkan dengan lumut daun. Tubuh lumut hati dibagi menjadi
242
beberapa lobus, yang bentuknya pasti mengingatkan seseorang akan lobus hati
pada hewan (wort artinya herba). Hutan tropis merupakan rumah bagi spesies
lumut hati dengan keanekaragaman yang paling besar. Sebagai contoh adalah
Marchantia termasuk lumut hati. yang ditunjukkan gambar 4.
Gambar 4. Marchantia polymorpha. termasuk lumut hati
Sumber :http://www.chilebosque.cl/moss/marchantia_polymorpha.html
Siklus hidup lumut hati sangat mirip dengan siklus hidup lumut daun. Di
dalam sporangia beberapa lumut hati sel-selnya berbentuk kumparan yang muncul
dari kapsul ketika kapsul tersebut membuka, yang membantu menyebarkan spora.
243
Lumut hati juga dapat bereproduksi secara aseksual dari berkas sel-sel
kecil yang disebut gemmae, terpelanting keluar dari mangkuk yang ada pada
permukaan gametofit oleh tetesan hujan. Alat reproduksi aseksual tersebut
berbentuk mangkuk, seperti tampak pada gambar 5 .
gemmae
Gambar 5, Mangkuk gemmae berfungsi dalam reproduksi aseksual lumut
hati(Marchantia polymorpha)
(Sumber :www.thebeautifulbritishcolumbia.com/.../Moss.htm)
3). Lumut Tanduk dan Hornwort (Divisi Anthoserofita)
Lumut tanduk (hornwort) mirip dengan lumut hati, tetapi dibedakan
melalui sporofitnya, yang membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti
244
tanduk di hamparan gametofit yang menyerupai keset yang ditunjukkan dalam
gambar 6.
Sporofit
Gambar 6. Anthoceros laevis merupakan contoh Lumut tanduk (hornwort)
Sumber : Cindyharyono wordpres,comp/2009/januari [email protected]
Bukti terbaru yang didasarkan pada urutan asam nukleat menunjukkan
bahwa lumut tanduk, diantara semua briofita, adalah yang paling dekat hubungan
kekerabatannya dengan tumbuhan vaskuler. Ketiga divisi briofita-lumut daun,
lumut hati dan lumut tanduk-terus berhasil hidup di darat, bertahan hidup dan
beradaptasi selama lebih dari 450 juta tahun. Bahkan sampai saat ini, lumut
gambut ( Sphagnum), mungkin merupakan tumbuhan paling berlimpah di bumi.
Dan paling tidak selama 50 juta tahun pertama sejak komunitas darat ada,
kemungkinan briofitalah satu-satunya tumbuhan yang ada. Kemudian bentang
245
alam nulai berubah sekali lagi,dengan vegetasi yang profilnya lebih tinggi seiring
berevolusinya tumbuhan vaskuler ( berpembuluh ).
b. Asal mula tumbuhan vaskuler
Seperti yang telah kita lihat, adaptasi briofita terhadap kehidupan darat
meliputi gametangia, embrio, dan spora berdinding sporopollenin. Stomata juga
dievolusikan pada briofita, dan beberapa briofita, termasuk sporofita lumut
tanduk, memiliki kutikula yang komposisinya mirip dengan kutikula tumbuhan
vaskular. Tumbuhan vaskuler menambahkan adaptasi baru terhadap kehidupan
darat pada adaptasi yang telah berkembang sebelumnya pada briofita.Tubuh
sebagian besar tumbuhan vaskuler berdiferensiasi menjadi sistem akar di bawah
permukaan tanah, yang menyerap air dan mineral, dan sistem tunas batang dan
daun di atas permukaan tanah, tempat fotosintesis berlangsung. Jaringan vaskuler,
yang terdiri dari rantaian sel-sel tubuler (seperti tabung), mengangkut bahanbahan antar organ yang saling berjauhan pada tumbuhan. Kedua jaringan
penghantar sistem pembuluh adalah xilem atau pembuluh kayu dan floem atau
pembuluh tapis. Sel-sel berbentuk tabung pada pembuluh kayu membawa air dan
mineral ke atas dari akar. Sel-sel pengangkut air ini sesungguhnya mati, hanya
dindingnya yang masih tetap menyediakan suatu sistem pipa air mikroskopis.
Pembuluh tapis adalah suatu jaringan hidup dengan sel-sel penghantar makanan
yang tersusun menjadi saluran yang mendistribusikqan gula, asam amino, dan zatzat hara organik lainnya ke seluruh bagian tumbuhan tersebut.
Adaptasi darat yang penting lainnya, yang dimiliki oleh tumbuhan
vaskuler, adalah lignin, suatu bahan keras yang tertanam dalam matriks selulosa
246
dinding sel, yang berfungsi memberikan sokongan mekanis. Kebalikannya, di
habitat akuatik, tempat organisme yang besar sekalipun seperti rumput laut
diapungkan oleh air disekitarnya, lingkungan darat tidak memberikan dukungan
eksternal yang sangat berarti bagi organisme tersebut. Beberapa di antara sel-sel
tersebut, yang disebut serat, dikhususkan untuk menyokong tumbuhan, selain itu,
sel-sel pembuluh kayu memiliki dua tugas, yaitu sebagai jaringan vaskuler dan
penyokong. Tekanan turgor memang membantu menyokong tumbuhan kecil, akan
tetapi kerangka dinding berlignin itulah yang menahan pohon dan tumbuhan
berpembuluh besar lainnya, sehingga dapat berdiri tegak.Tumbuhan vaskuler awal
tidak membentuk biji, dan tumbuhan vaskuler tidak berbiji yang beraneka ragam
masih menempati Bumi hingga saat ini.
c. Tumbuhan vaskuler tak berbiji
Tumbuhan
vaskuler
(berpembuluh)
tak
berbiji
mendominasi
pemandangan hutan selama masa Karboniferus, yang dimulai sekitar 360 juta
tahun silam. Diantara turunan organisme tersebut terdapat tiga divisi tumbuhan
vaskuler tak berbiji yang masih hidup saat ini: likofita, ekor kuda (horsetail), dan
pakis (fern). Kita dapat memeriksa siklus hidup suatu pakis untuk memperkuat
kembali suatu perbedaan penting antara tumbuhan vaskuler dan briofita.
Dari tumbuhan vaskuler awal sampai ke semua tumbuhan vaskuler yang
hidup sampai saat ini, generasi sporofit (diploid) adalah tumbuhan yang lebih
besar dan lebih kompleks dalam pergiliran generasi tersebut. Sebagai contoh,
tumbuhan pakis berdaun yang sangat kita kenal adalah sporofit. Untuk
menemukan gametofit pakis, yaitu tumbuhan kecil yang tumbuh persis di bawah
247
permukaan tanahcukup sulit karena ukurannya yang kecil. Siklus hidup tumbuhan
vaskuler tak berbiji yang didominasi oleh sporofit, yang menggunakan pakis
sebagai contoh. Kita juga dapat menggunakan pakis untuk menggambarkan suatu
variasi penting di antara siklus hidup tumbuhan vaskuler. Perbedaan di antara
tumbuhan
homospora
dan
heterospora.
Sporofit
tumbuhan
homospora
menghasilkan satu jenis spora saja. Kebalikannya, sporofit tumbuhan heterospora
menghasilkan dua jenis spora, megaspora yang berkembang menjadi gametofit
betina dengan arkegonium. Mikrospora yang berkembang menjadi gametofit
jantan dengan anteridium. Di antara pakis, pakis yang kembali ke habitat air
selama evolusinya – pakis air – adalah satu-satunya spesies heterospora.
Sel sperma pakis dan semua tumbuhan vaskuler tak berbiji lainnya
(bahkan beberapa tumbuhan berbiji) memiliki flagela dan harus berenang melalui
suatu lapisan tipis berair untuk mencapai sel telur, suatu karakteristik yang
dimiliki juga oleh briofita. Dengan sperma yang berenang dan gametofitnya yang
rapuh, tumbuhan vaskuler tak berbiji lebih umum ditemukan pada habitat yang
relatif lembab.Tiga divisi tumbuhan vaskuler tak berbiji adalah likofita, ekor kuda
dan pakis
1). Likofita (Divisi Lycophyta)
Likofita (Licophyta) yang masih hidup saat ini, merupakan peninggalan
dari suatu bentuk masa lalu yang jauh lebih berlimpah jumlahnya.. Pada saat itu,
divisi likofita terbagi menjadi dua garis keturunan evolusi. Satu kelompok
berevolusi menjadi pohon berkayu yang memiliki diameter sebesar 2 m dan
248
tingginya lebih dari 40 m. Garis keturunan likofita yang kedua masih tetap kecil
dan berbentuk herba (tidak berkayu).
Gambar 7. Paku rane (Selaginella selaginoides) berbentuk herba (tidak
berkayu). (Sumber :http://www.picsearch.com/info.cgi?q=Selaginella)
Nama umum untuk tumbuhan ini adalah club moss (lumut gada)
contohnya Selaginella dapat ditunjukkan dalam gambar 7 Contoh lain
dari Likofita adalah pinus tanah (ground pine) misalnya, Lycopodium
dapat ditunjukkan dalam gambar 8.
Banyak spesies likofita adalah
tumbuhan tropis yang tumbuh pada pohon sebagai epifit (tumbuhan yang
menggunakan organisme lain sebagai substrat, akan tetapi bukan
parasit.).Sporangia terletak pada sporofil, daun yang dikhususkan untuk
reproduksi.
249
Gambar 8: Paku kawat ( Lycopodium annotinum) tergolong Likofita
(Sumber :www.atlas-roslin.pl/.../Lycopodium_annotinum.htm)
Setelah dilepaskan, spora tersebut berkembang menjadi gametofit yang
tidak mudah terlihat, yang dapat hidup di bawah tanah, Tumbuhan vaskuler
haploid kecil itu tidak berfotosintesis dan diberi makan oleh fungsi simbiotik.
Pada spesies homospora, setiap gametofit membentuk arkegonia dengan sel telur
dan anteridia yang membuat sperma berflagela. Setelah sperma yang berenang
tersebut membuahi sel telur, zigot diploid tersebut juga menjadi suatu sporofit
baru. Likofita yang heterospora ada juga yang membentuk gametofit jantan dan
betina yang terpisah.
250
2). Ekor Kuda (Divisi Stenofita)
Stenofita, anggotanya disebut ekor kuda (horsetail), kelompok tersebut
mencapai masa kejayaannya selama masa Karboniferus, Yang bertahan hidup dari
divisi tumbuhan ini hanyalah sekitar 15 spesies dari genus tunggal yang tersebar
sangat luas adalah Equisetum. Tumbuhan ekor kuda yang mudah terlihat adalah
generasi sporofit. Pembelahan meiosis terjadi di sporangia, dan spora haploid
dilepaskan. Ekor kuda adalah homospora. Gametofit biseksual yang berkembang
dari spora hanya memiliki panjang beberapa milimeter, tetapi tumbuhan ekor
kuda berfotosistesis dan hidup bebas Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 9
adalah Paku ekor kuda (Equisetum ) dari Divisi Stenofita
Gambar 9, Generasi sporofit Paku ekor kuda (Equisetum avarense L)
(Sumber : http://www.picsearch.com/info.cgi?q= Equisetum)
251
3). Pakis (Divisi Pterofita )
Dari semua tumbuhan vaskuler tak berbiji, pakis sejauh ini adalah yang
paling banyak ada pada flora modern..Daun pakis umumnya jauh lebih besar
dibandingkan dengan daun likofita Daun dengan asal-usul seperti ini disebut
mikrofil, memiliki sistem vena yang bercabang.. Sebagian besar pakis memiliki
daun, yang umum disebut frod, yang majemuk, yang berarti masing-masing daun
terbagi menjadi beberapa lembaran. Daun kemungkinan akan berkecambah
langsung dari batang yang dekat dengan tanah. Beberapa daun adalah sporofil
yang mengalami spesialisasi dengan sporangia pada permukaan bawahnya.
Sporangia pada banyak pakis tersusun dalam kelompok yang disebut sori dan
dilengkapi dengan alat yang menyerupai pegas yang melemparkan spora beberapa
meter jauhnya. Spora, yang terlindungi oleh sporopollenin, adalah cara
penyebaran tumbuhan tak berbiji.Untuk memahami daur hidup Pakis dapat
ditunjukkan dalam gambar 10, tampak adanya pergiliran antara fase sporofit dan
gametofit
252
Anteridium
Meiosis
Spora
Gametofit
Muda (n)
Sporangium
Arkegonium
Sporofit baru 2 n
Zigot 2n
OVUM
SPERMA
Fertilisasi
Spora dewasa
Gametofit ( n )
Gambar 10. Daur hidup Pakis dari Divisi Pterofita
(Sumber : Campbell, 2003:164 )
253
Beberapa tumbuhan paku yang bermanfaat bagi manusia diantaranya sebagai
tanaman hias, contohya tanaman paku tanduk rusa (Platycerium superbum) yang
ditunjukkan dalam gambar 11 .
Gambar 11. Tumbuhan paku tanduk rusa(Platycerium superbum)
( Sumber :www.anbg.gov.au/.../platycerium-superbum.html)
d.Reproduksi Tumbuhan Berbiji
Pada tumbuhan berbiji, biji menggantikan spora sebagai cara utama
penyebaran keturunan. Biji menunjukkan penyelesaian masalah dengan cara yang
berbeda untuk dapat bertahan dalam lingkungan yang tidak menguntungkan dan
untuk menyebarkan keturunan.
254
Kebalikan dengan spora, yang merupakan sel tunggal, biji adalah struktur
resisten yang multiseluler dan jauh lebih kompleks. Biji (seed) terdiri dari embrio
sporofit yang terbungkus bersama dengan cadangan makanan di dalam lapisan
pelindung. Semua tumbuhan berbiji adalah heterospora, yang berarti memiliki dua
jenis sporangia yang berbeda yang menghasilkan dua jenis spora : megasporangia
yang menghasilkan mega spora, yang akan menjadi gametofit betina
(mengandung sel telur) dan mikrosporangia yang menghasilkan mikrospora, yang
akan menjadi gametofit jantan (mengandung sperma). Pada tumbuhan berbiji,
megasporangium bukanlah suatu ruangan, akan tetapi sebaliknya merupakan
struktur berdaging padat yang disebut nusellus. Perbedaan lain dengan tumbuhan
tak berbiji adalah bahwa lapisan jaringan sporofit yang disebut integument,
membungkus megasporangium tumbuhan berbiji. Dengan demikian, megaspora
yang terbentuk dalam megasporangium terlindungi dengan sangat baik
Keseluruhan struktur tersebut integumen, megasporangium (nusellus) dan
megaspora disebut ovul atau bakal biji. Di dalam bakal biji itu, gametofit betina
berkembang di dalam dinding megaspora dan diberi makan oleh nusellus.
Gametofit bertina mengandung sebuah sel telur dan jika sel telur tersebut dibuahi
oleh sebuah sel sperma, zigot akan berkembang menjadi embrio sporofit.
Keseluruhan bakal biji itu berkembang menjadi sebuah biji. Lapisan pelindung
biji berasal dari integument bakal biji. Begitu dibebaskan dari tumbuhan induk,
biji yang resisten tersebut dapat tetap dorman selama beberapa hari, bulan atau
bahkan tahunan. Pada kondisi yang memungkinkan, biji tersebut kemudian dapat
berkecambah, embrio sporofitnya muncul dari lapisan biji sebagai benih atau
255
kecambah. Beberapa biji jatuh dekat dengan induknya ; yang lain terbawa jauh
oleh angin atau hewan. Dengan demikian bijilah, bukan spora yang merupakan
tahapan resisten dan dapat disebarluaskan dalam siklus hidup tumbuhan berbiji.
Mikrospora berkembang menjadi butiran serbuk sari, yang jika matang
menjadi gametofit jantan tumbuhan berbiji. Butiran serbuk sari yang dilindungi
oleh lapisan keras yang mengandung sporopollenin, dapat dibawa oleh angin atau
hewan setelah dilepaskan dari mikrosporangium. Jika suatu butiran serbuk sari
atau gametofit jantan jatuh disekitar bakal biji, serbuk sari akan memanjangkan
pipanya yang akan melepaskan satu atau lebih sperma ke dalam gametofit betina
di dalam bakal biji tersebut. Pada beberapa gimnospermae, sel-sel sperma itu
mempertahankan flagella seperti yang dimiliki nenek moyangnya. Akan tetapi
pada gimnospermae yang paling umum (conifer) dan pada semua angiospermae
(tumbuhan berbunga), sel-sel sperma tidak memiliki flagella.
. Peranan biji dan serbuk sari sebagai adaptasi reproduktif sekarang tidak
lagi abstrak seiring kita menerapkan gambaran umum ini kepada pengamatan
yang lebih dekat pada gimnospermae dan angiospermae
Download