HUBUNGAN ANEMIA GRAVIDARUM PADA KEHAMILAN ATERM

advertisement
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
HUBUNGAN ANEMIA GRAVIDARUM PADA KEHAMILAN ATERM
DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
PURWADHANI SOPHIA NUR HANDINI
G.0006139
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Anemia Gravidarum pada Kehamilan Aterm
dengan Asfiksia Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Purwadhani Sophia Nur Handini, NIM : G0006139, Tahun : 2010
Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Kamis, Tanggal 3 Juni 2010
Pembimbing Utama
Nama
: Supriyadi Hari S., dr., Sp.OG
NIP : 196103091988021001
(..................................)
Pembimbing Pendamping
Nama
: Lilik Wijayanti, dr., M.Kes.
NIP : 196903051998022001
(..................................)
Penguji Utama
Nama
: Abdurahman Laqif, dr., Sp.OG (K)
NIP : 196801211999031004
(..................................)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Anggota Penguji
Nama
: Hari Wujoso, dr., M.M., Sp.F
NIP : 196210221995031001
(..................................)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Sri Wahjono, dr., M.Kes., DAFK
NIP. 194508241973101001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. H.A.A. Subijanto, dr., M.S.
NIP. 194811071973101003
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Surakarta, 3 Juni 2010
Purwadhani Sophia Nur Handini
G0006139
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ABSTRAK
Purwadhani Sophia Nur Handini, G0006139, 2010. Hubungan Anemia Gravidarum
pada Kehamilan Aterm dengan Asfiksia Neonatorum di RSUD dr.Moewardi Surakarta.
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Anemia dalam kehamilan menyebabkan pengangkutan oksigen ibu dan janin terganggu.
Gangguan ini dapat menyebabkan hipoksia pada janin yang berada di dalam kandungan.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan
terjadi asfiksia neonatorum. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh anemia gravidarum pada kehamilan aterm terhadap luaran neonatus
yang berupa asfiksia neonatorum, mengetahui batasan anemia gravidarum dengan
megukur kadar hemoglobinnya, dan mengetahui batasan asfiksia neonatorum pada bayi
dengan melihat skor Apgar.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi Penelitian adalah semua wanita hamil aterm yang melahirkan di
RSUD dr.Moewardi pada bulan Januari sampai Desember 2009. Pengambilan sampel
dilakukan secara purposive sampling sebanyak 60 sampel. Data penelitian dianalisis
dengan menggunakan metode statistik uji Chi-Square dengan taraf signifikansi 0,05
kemudian diolah dengan software SPSS 13 for Windows.
Penelitian dengan 60 sampel ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok wanita
hamil aterm yang anemia (terpapar) sebanyak 30 sampel, dimana 7 diantaranya
melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum sedangkan 23 diantaranya melahirkan bayi
yang tidak asfiksia dan kelompok wanita hamil yang tidak anemia (kontrol) sebanyak 30
sampel dimana 2 diantaranya melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum sedangkan 28
diantaranya melahirkan bayi yang tidak asfiksia.
Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan X2 hitung=3,268 dengan α=0,05 dan dB=1.
Karena terdapat 2 sel yang nilai expectednya kurang dari 5, maka peneliti menggunakan
uji alternatifnya yaitu uji Fisher, didapatkan nilai p untuk 1-sided (one-tail) sebesar 0,073
(p>0,05). Dengan demikian Ho diterima, berarti secara statistik menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara anemia gravidarum pada kehamilan aterm dengan
asfiksia neonatorum di RSUD Dr.Moerwadi Surakarta. Sedangkan secara klinis terdapat
adanya hubungan yang bermakna, hal ini dibuktikan dengan nilai odds ratio (OR) = 4,3.
Kata Kunci : anemia gravidarum, asfiksia neonatorum
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ABSTRACT
Purwadhani Sophia Nur Handini, G0006139, 2010. The Relationship of Gravidarum
Anemic in Aterm Pregnancy with Neonatal Asphyxia in RSUD dr.Moewardi Surakarta.
Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.
Anemia in pregnancy causes maternal and fetal oxygen transport disrupted. These
disorders can lead to hypoxia of the fetus inside the womb. If there is disruption of gas
exchange or transport of oxygen from mother to fetus, it will happen asphyxia
neonatorum. Therefore the aim of this study was to determine the effect of anemia
gravidarum in aterm pregnancy with neonatal outcomes in which asphyxia neonatorum,
know the limits of anemia gravidarum by hemoglobin levels , and know the limitations in
infants with asphyxia neonatorum by Apgar score.
This study is an observational research with cross sectional analytic. The study population
was all aterm pregnant women who gave birth in RSUD Dr.Moewardi in January until
December 2009. Sampling was done by purposive sampling of 60 samples. Data were
analyzed using Chi-Square test with significance level 0.05 and then processed with
software SPSS 13 for Windows.
Samples in research is divided into two groups: 30 samples of aterm pregnant women
who had gravidarum anemic (as exposure group), with seven of them having a baby with
neonatal asphyxia, while 23 of them having a baby without neonatal asphyxia, and 30
samples of aterm pregnant women who had no gravidarum anemic (as contol group) with
two of them having a baby with neonatal asphyxia, while 28 of them having a baby
without asphyxia.
The Results of Chi-Square test showed statistical count X2 = 3.268 with α = 0.05 and
dF=1. Since there are two cells which had expected value of less than 5, the researchers
use Fisher test as alternative test of Chi-Square test, probabilitas value for the 1-sided
(one-tail) is 0.073 (p> 0.05). Thus Ho is accepted, it means statistically there is no
significant relationship between gravidarum anemic in aterm pregnancy with neonatal
asphyxia in RSUD Dr. Moewardi. While, in clinically there is significant relationship,
which showed with the value of odds ratio (OR) = 4,3.
Keywords: gravidarum anemic, neonatal asphyxia
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan
Anemia Gravidarum pada Kehamilan Aterm dengan Asfiksia Neonatorum di RSUD dr.
Moewardi Surakarta”.
Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas bantuan dan
bimbingan selama penulisan skripsi ini kepada:
1. Prof. Dr. H. A. A. Subijanto, dr., M.S. selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah mengijinkan pelaksanaan penelitian ini dalam
rangka penyusunan skripsi.
2. Supriyadi Hari S., dr., Sp.OG sebagai pembimbing utama yang telah
memberikan banyak waktu, pengarahan, bimbingan dan saran dalam penulisan
skripsi ini.
3. Lilik Wijayanti, dr., M.Kes. sebagai pembimbing pendamping yang telah
memberikan banyak waktu, bimbingan dan saran seputar penulisan skripsi.
4. Abdurahman Laqif, dr., Sp.OG(K) sebagai penguji utama yang telah
memberikan kritik, pengarahan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
5. Hari Wujoso, dr., M.M., Sp.F sebagai anggota penguji yang telah memberikan
kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.
6. Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta,
yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penulisan skripsi.
7. Kepala Bagian SMF Obsgyn, Kepala Rekam Medik dan Kepala VK RSUD
dr.Moewardi Surakarta, beserta staf yang telah bersedia membantu
pengambilan data.
8. Kedua orang tua peneliti Agus Budiatmanto, Drs., M.Si., Ak. dan Sri Hulupi,
B.A. atas dukungan, bimbingan, kasih sayang dan doanya selama ini.
9. Saudariku, sahabat, dan teman-teman PBL D1 dan Widoro Asri 2 atas
semangat yang luar biasa dalam berjuang untuk menyelesaikan skripsi
masing-masing.
10. Semua pihak yang telah ikut membantu dan atau terlibat dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari banyak kekurangan, maka
peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2010
Purwadhani Sophia Nur Handini
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .............................................................................................................
vi
DAFTAR ISI .........................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................
xi
BAB I.
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Perumusan Masalah ..............................................................
3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ................................................................
4
LANDASAN TEORI ..........................................................................
5
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................
5
1. Fisiologi Kehamilan ................................................................
5
2. Anemia ...................................................................................
17
3. Hemoglobin ............................................................................
25
4. Asfiksia Neonatorum dan Skor Apgar .....................................
26
B. Kerangka Pemikiran .............................................................
36
BAB II.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
C. Hipotesis ...............................................................................
37
METODE PENELITIAN ....................................................................
38
A. Jenis Penelitian .....................................................................
38
B. Lokasi Penelitian ..................................................................
38
C. Subjek Penelitian ..................................................................
38
D. Teknik Sampling ...................................................................
39
E. Rancangan Penelitian ............................................................
41
F. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................
41
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...............................
41
H. Alat dan Bahan Penelitian .....................................................
45
I. Cara Kerja ...........................................................................
46
J. Teknik Analisis Data .............................................................
46
BAB IV.
HASIL PENELTIAN ..........................................................................
49
BAB V.
PEMBAHASAN .................................................................................
57
BAB VI.
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................
66
A. Simpulan ..............................................................................
66
B. Saran ....................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
68
BAB III.
LAMPIRAN
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Skor Apgar ...........................................................................................
34
Tabel 2.
Distribusi Karakteristik Variabel Data Penelitian....................................
50
Tabel 3.
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov terhadap Distribusi Data
Variabel Penelitian pada Kelompok Penelitian................................
Tabel 4.
Analisis Bivariat Variabel Data Penelitian terhadap
Status Anemia Gravidarum………………………………………...
Tabel 5.
51
52
Distribusi Frekuensi Anemia Gravidatum dengan
Asfiksia Neonatorum………………………………………………
55
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Distribusi Frekuensi Status Anemia Gravidarum ..............................
53
Gambar 2.
Distribusi Frekuensi Status Asfiksia Neonatorum .............................
54
Gambar 3.
Perbandingan Insiden Status Asfiksia Neonatorum terhadap
Status Anemia Gravidarum pada Wanita Hamil Aterm .....................
54
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Data Demografis dan Klinis Sampel Penelitian
Lampiran 2.
Hasil Analisis Data Program Software SPSS 13 for Windows
Lampiran 3.
Jumlah Persalinan per Bulan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta Periode
Januari-Desember 2009
Lampiran 4.
Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 5.
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6.
Tabel Chi-Square
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Angka
Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu
indikator
keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi
karena beberapa sebab, di antaranya karena anemia. Dalam sebuah penelitian
menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang
anemia dan 19,7% untuk mereka yang tidak anemia. Kematian ibu 15-20%
secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia (Chi dkk,
2000).
Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%,
tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia
pada wanita hamil yang lebih besar dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa
prevalensi anemia pada trimester III berkisar 50-79%. Affandi (1999)
menyebutkan bahwa anemia gravidarum di Indonesia berdasarkan data
Departemen Kesehatan tahun 1990 adalah 60%. Prevalensi tersebut meningkat
dengan
bertambahnya
paritas.
Organisasi
Kesehatan
Dunia
(WHO)
melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global 55%
dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan
trimester pertama dan kedua kehamilan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi,
berkisar antara 10% dan 20%. Karena defisiensi makanan memegang peranan
yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa
frekuensi itu lebih tinggi lagi di negera berkembang daripada negera maju
(Prawirohardjo, 2007).
Anemia dalam kehamilan menyebabkan pengangkutan oksigen ibu dan
janin terganggu. Gangguan ini dapat menyebabkan hipoksia pada janin yang
berada di dalam kandungan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia neonatorum.
Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan, atau segera
setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan
kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan
dan persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan
bayi. Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir
selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatorum
(Hasan, 2007).
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir disertai dengan
hipoksemia (tekanan O2 rendah), hiperkapnea (tekanan CO2 meningkat), dan
berakhir dengan asidosis. Asfiksia neonatorum merupakan salah satu
penyebab kematian bayi baru lahir. WHO melaporkan kematian bayi yang
disebabkan oleh asfiksia sekitar 28% (WHO, 2002).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Keadaan asfiksia neonatorum dapat diketahui dengan skor Apgar. Skor
Apgar adalah tes yang digunakan untuk menilai keadaan asfiksia bayi.
Penilaian Apgar menggunakan lima indikator yang terdiri dari tingkat denyut
jantung, upaya pernafasan, tonus otot, kepekaan refleks, dan warna kulit bayi
(Ural, 2004).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti terdorong untuk
melakukan suatu penelitian yang dapat mengetahui hubungan anemia
gravidarum pada kehamilan aterm dengan luaran neonatus berupa asfiksia
neonatorum. Dengan cara mengukur dan membandingkan kadar hemoglobin
pada wanita hamil aterm dengan nilai Apgar bayi yang baru dilahirkannya.
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara anemia gravidarum pada kehamilan aterm
dengan asfiksia neonatorum?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh anemia gravidarum pada kehamilan aterm
terhadap luaran neonatus yang berupa asfiksia neonatorum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui batasan anemia pada wanita hamil dengan mengukur
kadar hemoglobin dalam darahnya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
b. Mengetahui batasan asfiksia neonatorum pada bayi yang baru lahir
dengan melihat nilai Apgar.
c. Mengetahui patofisiologi anemia pada wanita hamil dan asfiksia
neonatorum.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan bagi
klinisi dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mengenai hubungan antara
anemia gravidarum pada kehamilan aterm dengan luaran neonatus sehubungan
dengan terjadinya asfiksia neonatorum. Sehingga dengan pengetahuan ini
diharapkan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Fisiologi Kehamilan
a. Perubahan Hemologis sebagai Bentuk Adaptasi Ibu Terhadap
Kehamilan
Adaptasi
anatomis,
fisiologis,
dan
biokimiawi
terhadap
kehamilan sangat besar. Banyak dari perubahan-perubahan tersebut
segera terjadi setelah fertilisasi dan berlanjut sepanjang kehamilan,
sebagaian besar adaptasi yang luar biasa ini terjadi sebagai respons
terhadap rangsang fisiologis yang ditimbulkan oleh janin. Pemahaman
tentang adaptasi terhadap kehamilan ini tetap merupakan tujuan utama
obstetri, dan tanpa pengetahuan semacam itu, hampir tidak mungkin
dipahami proses-proses penyakit yang dapat membahayakan wanita
pada masa kehamilan dan nifas (Cunningham et al., 2005).
Karena adanya adaptasi fisiologis ini, pada beberapa kasus
terdapat kelainan nyata yang akan dianggap sebagai sebuah kelainan
bila terjadi dalam keadaan tidak hamil. Adaptasi fisiologis kehamilan
normal dapat disalahartikan sebagai suatu penyakit, tetapi adaptasi
fisiologis ini dapat juga menutupi atau memperburuk penyakit yang
telah ada sebelumnya. Sebagai contohnya, sejumlah nilai labolatorium
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dapat terlihat abnormal pada keadaan hipervolemia gravidarum yaitu
penambahan volume plasma tanpa disertai peningkatan massa sel
darah merah. Hasilnya adalah apa yang disebut sebagai “Anemia
fisiologis”, yang merupakan penamaan yang salah (Cunningham et al.,
2005).
1) Volume Darah
Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan.
Dalam penelitian pada wanita normal, volume darah saat aterm dan
saat mendekati aterm rata-rata berkisar antara 40 sampai 45 persen
di atas volume pada saat tidak hamil. Tingkat ekspansinya sangat
bervariasi, dan pada beberapa wanita hanya terdapat peningkatan
sedang, sementara pada yang lain volume darahnya hampir berlipat
ganda. Janin tidak berperan penting dalam timbulnya hipervolemia
selama kehamilan, karena meningkatnya volume darah dapat
terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa (Whittaker dkk, 1996).
Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai
beberapa fungsi penting:
a) Untuk memenuhi kebutuhan uterus yang membesar dengan
vaskulernya yang sangat mengalami hipertrofi.
b) Untuk melindungi ibu dan juga janinnya terhadap efek merusak
dari terganggunya aliran balik vena pada posisi telentang dan
berdiri tegak.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
c) Untuk menjaga ibu dari efek samping kehilangan darah yang
dikaitkan
dengan
persalinan.
Pada
perdarahan
waktu
persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang, lebih sedikit
dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.
Volume darah ibu mulai meningkat pada trimester pertama,
bertambah paling cepat pada trimester kedua, dan kemudian naik
dengan kecepatan yang lebih pelan pada trimester ketiga untuk
mencapai kondisi plateau pada beberapa minggu terakhir
kehamilan.
Peningkatan
volume
darah
disebabkan
karena
meningkatnya volume plasma dan eritrosit. Walaupun biasanya
lebih banyak plasma daripada eritrosit yang ditambahkann ke
sirkulasi ibu, peningkatan volume eritrosit sirkulasi tidak begitu
banyak, rata-rata bertambah sekitar 450ml atau bertambah sekitar
33% (Cunningham et al., 2005).
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluhpembuluh darah yang membesar pula, mammae, dan alat-alat yang
memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Seperti telah
dikemukakan, volume darah ibu dalam kehamilan bertambah
secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut
hidremia atau hipervolemia gravidarum. Akan tetapi bertambahnya
sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma,
sehingga
terjadi
pengenceran
darah.
Pertambahan
tersebut
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Kenaikan volume plasma yang lebih besar dari
volume
sel darah
merah
menyebabkan
hemodilusi.
Pada
hemodilusi terjadi penurunan kadar hemoglobin, walaupun
sebenarnya
terjadi
peningkatan
pembentukan
hemoglobin
(Mochtar, 1998; Prawirohardjo, 2007).
Terjadi hyperplasia eritroid sedang dalam sumsum tulang,
dan hitung retikulosit sedikit meningkat pada kehamilan normal.
Hal ini hampir pasti disebabkan oleh meningkatnya kadar
eritropoetin plasma ibu. Kadar ini meningkat setelah usia gestasi
20 minggu, sesuai dengan pada saat produksi eritrosit tertinggi
(Harstad dkk, 1992).
2) Hematokrit dan Konsentrasi Hemoglobin
Meskipun eritropoesis meningkat, konsentrasi hematokrit dan
hemoglobin sedikit menurun selama kehamilan normal. Akibatnya
viskositas darah
secara keseluruhan
menurun.
Konsentrasi
hemoglobin rata-rata saat hamil adalah 12,5 gr/dl dan pada 6%
wanita kadarnya di bawah 11,0 gr/dl. Jadi pada sebagian besar
wanita bila konsentrasi hemoglobin di bawah 11,0 gr/dl, terutama
pada akhir kehamilan, hendaknya dianggap abnormal dan biasanya
disebabkan oleh defisiensi besi dan bukan karena hipervolemia
gravidarum (Cunningham et al., 2005).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3) Metabolisme Besi
a) Cadangan Besi
Meskipun total kandungan besi tubuh rata-rata sekitar 4 g
pada pria, pada wanita muda sehat dengan ukuran rata-rata,
kandungan besi tubuh mungkin separuh dari jumlah itu.
Umumnya cadangan besi wanita muda normal hanya sekitar
300 mg. Kandungan besi total wanita dewasa normal mungkin
berkisar dari 2,0-2,5 g.
b) Kebutuhan Zat Besi
Kebutuhan besi pada kehamilan normal sekitar 1000mg.
Sekitar 300 mg secara aktif ditransfer ke janin dan plasenta dan
sekitar 200 mg hilang sepanjang jalur ekskresi normal. Ini
adalah kehilangan mutlak dan tetap terjadi meskipun ibunya
kekurangan zat besi. Penambahan rata-rata volume total
eritrosit dalam sirkulasi yang berjumlah sekitar 450 ml selama
kehamilan, bila zat besi tersedia maka menggunakan 500 mg
zat besi lainnya, karena 1 ml eritrosit normal mengandung 1,1
mg besi. Praktis semua zat besi untuk maksud ini terpakai
selama paruh terakhir kehamilan. Oleh karena itu kebutuhan zat
besi menjadi cukup besar selama paruh kedua kehamilan, ratarata 6-7 mg/hari. Karena jumlah zat besi ini tidak tersedia dari
cadangan tubuh pada sebagian besar wanita, peningkatan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
volume eritrosit dan massa hemoglobin yang diharapkan pada
ibu tidak akan terjadi jika tidak tersedia zat besi eksogen dalam
jumlah yang adekuat. Dalam keadaan tidak adanya zat besi
suplemental, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit turun
cukup besar saat volume darah ibu bertambah.
Namun
produksi hemoglobin dalam janin tidak akan terganggu, karena
plasenta memperoleh besi dari ibu dalam jumlah yang cukup
bagi janin untuk menghasilkan kadar hemoglobin normal
meskipun ibunya menderita anemia defisiensi besi berat.
Jumlah zat besi yang diabsorpsi dari diet, bersama yang
dimobilisasi dari cadangan, biasanya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan yang disebabkan oleh kehamilan. Hal ini
tetap terjadi sekalipun absorpsi zat besi dari traktus
gastrointestinal tampaknya meningkat selama kehamilan. Jika
wanita hamil yang tidak anemik tidak diberikan suplemen zat
besi, konsentrasi besi dan feritin serum akan menurun selama
paruh kedua kehamilan. Peningkatan kadar zat besi dan feritin
serum pada awal kehamilan yang agak tidak terduga
diperkirakan terjadi akibat kebutuhan zat besi yang minimal
selama trimester pertama dan akibat keseimbangan positif zat
besi karena amenore.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
c) Kehilangan Darah
Tidak semua zat besi yang ditambahkan ke sirkulasi ibu
dalam bentuk hemoglobin akan hilang dari ibu. Selama
kelahiran pervaginam normal dan sampai beberapa hari
setelahnya, hanya separuh dari eritrosit yang ditambahkan ke
sirkulasi ibu selama masa kehamilan yang akan hilang pada
mayoritas wanita. Kehilangan ini terjadi melalui tempat
implantasi plasenta, plasenta itu sendiri, episiotomi atau
laserasi, dan dari lokia. Rata-rata, jumlah eritrosit ibu yang
setara dengan 500 sampai 600 ml dara prakelahiran akan hilang
selama dan setelah kelahiran pervaginam bayi tunggal. Ratarata kehilangan darah yang dikaitkan dengan seksio sesarea
atau pada kelahiran pervaginam bayi kembar adalah sekitar
1000 ml, atau hampir dua kali lipat dari kehilangan pada
kelahiran bayi tunggal (Cunningham et al., 2005).
b. Sistem Komunikasi Feto-Maternal Sisi Plasenta
1) Sisi Plasenta
Sistem komunikasi fetomaternal merupakan suatu sistem
komunikasi biomolekuler antara zigot-blastokista-mudigah-janin
dan ibu yang berlangsung sejak sebelum nidasi dan berlanjut
hingga masa persalinan dan sesudahnya (Cunningham et al., 2005).
Sisi plasental pada sistem komunikasi fetomaternal dibentuk
oleh dua faktor. Faktor pertama adalah pasokan darah ibu ke ruang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
antarvilus plasenta melalui arteri spiralis endometrium/desidua.
Darah ibu meninggalkan pembuluh-pembuluh ini dan secara
langsung membasahi sinsitiotrofoblas vilus. Faktor kedua adalah
darah janin, yang berada di dalam kapiler yang berjalan di dalam
ruang antarvilus pada vili plasenta (Cunningham et al., 2005).
Plasenta (trofoblas vilus; sinsitium) menjadi tempat utama
transfer zat-zat gizi antara ibu dan janin. Plasenta juga merupakan
jaringan endokrin utama pada kehamilan. Bagian anatomis
proksimal dari sisi plasenta (penyalur nutrien dan fungsi endokrin)
pada sistem komunikasi fetomaternal adalah darah janin, sinsitium,
dan darah ibu. Plasentasi pada manusia bersifat hemokorioendotel.
Permukaan mikrovilus sinsitiofibroblas secara langsung dibasahi
oleh darah ibu, tetapi darah janin berada di dalam kapiler janin
yang terletak di vilus plasenta. Dengan demikian darah janin
dipisahkan dari sinsitiofibroblas oleh dinding kapiler janin,
mesenkim di ruang vilus, dan sitotrofoblas. Yang penting, darah
janin dan ibu tidak mengadakan kontak langsung kecuali pada
keadaan abnormal. Dengan demikian penyaluran zat dari ibu
kepada janin ataupun sebaliknya, terutama bergantung pada prosesproses yang memungkinkan atau mempermudah transpor zat
melalui sinsitiotrofoblas vili korionik yang utuh (Cunningham et
al., 2005).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2) Pengendalian Penyaluran di Plasenta
Sinsitiotrofoblas adalah permukaan jaringan janin pada sisi
plasenta
dari
sistem
transport
(komunikasi)
fetomaternal.
Permukaan ini yang menghadap ke ibu ditandai oleh struktur
mikrovilus kompleks. Membran sel trofoblas yang menghadap ke
janin (basal) adalah lokasi transfer ke ruang intravilus tempat
berjalannya kapiler janin. Kapiler janin merupakan tempat
tambahan untuk transpor dari ruang intravilus ke daerah janin dan
sebaliknya (Cunningham et al., 2005).
Dalam menentukan efektivitas plasenta manusia sebagai
organ penyalur, paling tidak terdapat 10 variabel penting
(Cunningham et al., 2005):
a) Konsentrasi zat yang bersangkutan di plasma ibu dan seberapa
kuat substrat tersebut berikatan dengan senyawa lain, misalnya
protein pembawa.
b) Laju aliran darah ibu melintasi ruang antarvilus.
c) Luas daerah yang tersedia untuk pertukaran melewati epitel
trofoblas vilus.
d) Sifat fisik sawar jaringan yang terletak di antara darah di ruang
antarvilus dan di kapiler janin, apabila zat yang bersangkutan
disalurkan melalui proses difusi.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
e) Kapasitas perangkat biokimiawi di plasenta untuk melakukan
transfer aktif, misalnya reseptor spesifik di membran plasma
trofoblas, untuk setiap zat yang dipindahkan secara aktif.
f) Jumlah zat yang dimetabolisme oleh plasenta sewaktu
penyaluran.
g) Daerah untuk pertukaran melewati kapiler janin di plasenta.
h) Konsentrasi zat dalam darah janin, di luar dari yang terikat.
i) Protein pembawa atau pengikat spesifik di sirkulasi ibu atau
janin.
j) Laju aliran darah janin melalui kapiler vilus.
3) Penyaluran Oksigen dan Karbondioksida
Penyaluran oksigen dan beragam zat gizi dari ibu kepada
janin, dan sebaliknya penyaluran karbondioksida dan zat sisa
metabolik lainnya dari janin kepada ibu, dilaksanakan oleh
komponen nutritif sisi plasenta pada sistem komunikasi fetomaternal. Plasenta adalah organ penyalur antara ibu dan janin
(Cunningham et al., 2005)..
Dalam ulasannya mengenari transpor plasenta Morris dkk
(1994) mengambil kesimpulan bahwa berdasarkan struktur serta
posisinya, plasenta tampaknya merupakan organ respiratorik untuk
memberikan oksigen kepada janin.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Penyaluran karbondioksida melintasi plasenta dibatasi oleh
difusi. Namun, penyaluran oksigen dibatasi oleh aliran darah, dan
terdapat juga pembatsan-pembatasan lain. Plasenta menyalurkan
sekitar 8 ml O2/menit/kg berat janin, dank arena simpanan darah
janin hanya cukup untuk 1 sampai 2 menit, maka penyaluran ini
harus berlangsung terus-menerus (Longo, 1991).
Karena oksigen dari darah ibu terus menerus mengalir di
ruang antar vilus ke janin, saturasi oksigen darah ini hampir sama
dengan saturasi di kapiler darah ibu. Rata-rata saturasi oksigen
darah di ruang antarvilus diperkirakan 65% sampai 75%, dengan
tekanan parsial (PO2) sekitar 30-35 mmHg. Saturasi oksigen darah
vena umbilikalis juga setara, tetapi dengan tekanan parsial oksigen
lebih rendah (Cunningham et al., 2005).
Walaupun PO2 rendah, janin dalam keadaan normal tidak
menderita kekurangan oksigen. Curah jantung yang tinggi,
meningkatnya kapasitas hemoglobin janin mengangkut oksigen,
dan pada akhir kehamilan, konsentrasi hemoglobin yang lebih
tinggi dari orang dewasa, efektif mengkompensasi tekanan oksigen
yang rendah tersebut. Bukti lain bahwa janin normal tidak
kekurangan oksigen adalah dari pengukuran kandungan asam laktat
darah janin, yang ahnya sedikit lebih tinggi dari pada kandungan
dalam darah ibu (Morris dkk, 1994). Darah janin mempunyai
afinitas terhadap karbondioksida yang lebih rendah daripada darah
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ibu, sehingga penyaluran karbondioksida dari janin ke ibu
berlangsung lebih mudah.
4) Pernafasan Janin
Barcroft mempelajari pusat pernafasan janin. Janin dalam
kandungan telah mengadakan gerakan-gerakan pernafasan, yang
dapat dipantau dengan ultrasonografi, akan tetapi liquor amnii
tidak sampai masuk ke dalam alveoli paru-paru. Pernafasan ini
dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan karbondioksida di dalam
tubuh janin itu. Apabila saturasi oksigen meningkat melebihi 50%
maka
terjadi
apneu,
tidak
tergantung
pada
konsentrasi
karbondioksida. Bila saturasi oksigen menurun, maka pusat
pernafasan menjadi sensitif terhadap rangsangan karbondioksida.
Pusat itu menjadi lebih sensitif bila kadar oksigen turun dan
saturasi oksigen mencapai 25% (Cunningham et al., 2005).
Keadaan ini dipengaruhi oleh sirkulasi utero-plasenta
(pengaliran darah antara uterus dan plasenta). Apabila terdapat
gangguan pada sirkulasi utero-plasenta sehingga saturasi oksigen
lebih menurun, maka terdapatlah gangguan-gangguan dalam
keseimbangan asam-basa pada janin tersebut, dengan akibat dapat
melumpuhkan pusat pernafasan janin (Cunningham et al., 2005).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2. Anemia
a. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit di bawah normal
(Riswan, 2003). Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin
menurun sehingga tubuh akan mengalami hipoksia sebagai akibat
kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen berkurang (Supandiman,
1997). Menurut Departemen Kesehatan RI (1996) dan WHO, anemia
adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan
jenis kelamin yaitu untuk ibu hamil <11 gr/dl, ibu menyusui lebih dari
tiga bulan <12 gr/dl, wanita dewasa <12 gr/dl, laki-laki dewasa <13
gr/dl.
Definisi dan penggolongan ini sedikit berbeda dengan Centers
for Disease Control (1990), yang mendefinisikan anemia sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 11 gr/dl pada trimester pertama dan ketiga,
dan kurang dari 10,5 gr/dl pada trimester kedua.
b. Patofisiologi Anemia pada Kehamilan
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah
oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap
plasenta. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II
kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkatnya
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
sekitar 1000mL, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali
normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan
sekresi aldosteron (Riswan, 2003).
Volume sel darah merah total dan massa hemoglobin meningkat
sekitar 20-30%, dimulai pada bulan ke-6 dan mencapai puncak pada
aterm, kembali normal 6 bulan setelah partus. Stimulasi peningkatan
300-350 ml massa sel darah merah ini dapat disebabkan oleh hubungan
antara hormon maternal dan peningkatan eritropoietin selama
kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memacu produksi eritropoetin. Akibatnya volume plasma darah
bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun
peningkatan massa sel darah merah tidak cukup memadai untuk
mengimbangi peningkatan volume plasma yang sangat mencolok.
Peningkatan volume plasma menyebabkan hidremia kehamilan atau
hemodilusi, yang menyebabkan penurunan hematokrit (20-30%),
sehingga hemoglobin dan hematokrit lebih rendah secara nyata dari
pada keadaan tidak hamil. Hemoglobin dan hematokrit mulai menurun
pada bulan ke-3 sampai ke-5 kehamilan, dan mencapai nilai terendah
pada bulan ke-5 sampai ke-8 dan selanjutnya sdikit meningkat pada
aterm serta kembali normal pada 6 minggu setelah partus (Riswan,
2003).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara
fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama
pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih
berat selama masa kehamilan, karena sebagai akibat dari hidremia,
cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan bila viskositas
darahnya lebih rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga
tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan,
banyaknya unsure besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan
apabila darah itu tetap kental (Prawirohardjo,2007).
Anemia dapat terjadi saat: tubuh kehilangan banyak darah, tubuh
memliliki masalah dalam pembentukan sel darah merah, sel darah
merah rusak atau mati lebih cepat dari kemampuan tubuh
memproduksi sel darah merah yang baru, atau kombinasi dari
ketiganya (Asrul, 2008).
c. Gejala Klinis
Gejala klinis yang muncul biasanya perlahan-lahan. Awalnya
ringan bahkan tidak ada sama sekali. Saat gejala bertambah berat dapat
timbul:
lelah,
lemas,
pusing/sakit
kepala/berkunag-kunang,
kebas/dingin pada telapak tangan dan kaki, kulit (bibir, kuku) pucat,
denyut jantung yang cepat dan tidak teratur, nafas pendek, nyeri dada,
gangguan sistem neuromuskuler, disphagia, nafsu makan menurun
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
atau hilang (anoreksia), pembesaran kelenjar limpa, dan daya
konsentrasi menurun (Asrul, 2008)
d. Pengaruh Anemia
Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif
berupa gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh
maupun sel otak dan kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan
kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke
otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu
sendiri dan bayi yang dilahirkannya (Asrul, 2008).
1) Pengaruh Anemia Terhadap Ibu Hamil
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik
bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan
masa selanjutnya. Anemia dalam kehamilan merupakan sebab
potensial morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayinya. Anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan
(Prawirohardjo, 2007).
Pengaruh anemia pada saat kehamilan dapat menyebabkan
abortus, partus prematurus, ketuban pecah dini (KPD). Pada saat
persalinan dapat menyebabkan partus lama karena inersia uteri,
syok, infeksi intrapartum, gangguan his dan kekuatan mengedan
serta kala uri memanjang sehingga dapat terjadi retensio plasenta.
Pada saat masa nifas dapat menyebabkan subinvolusi uteri,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perdarahan post partum karena atonia uteri, infeksi nifas,
penyembuhan luka perineum lama, dan produksi ASI rendah
(Asrul, 2008).
2) Pengaruh Anemia Terhadap Hasil Konsepsi atau Janin
Terhadap hasil konsepsi atau janin dapat menyebabkan:
kematian
mudigah,
kematian
perinatal,
prematuritas
dan
dismaturitas, terjadi cacat bawaan (kongenital), cadangan besi
berkurang, mikrosomi, dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
(Mochtar 1998a; Prawirohardjo, 2007).
e. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan patogenesisnya, anemia digolongkan dalam tiga
kelompok yaitu: Anemia karena kehilangan darah, anemia karena
kerusakan sel-sel darah merah, anemia karena gangguan pada produksi
sel-sel darah merah.
Menurut berat ringannya Anemia (Departemen Kesehatan RI,
2000), mengklasifikasikan sebagai berikut:
1) Anemia Berat, bila kadar Hb< 8 g/dL
2) Anemia Sedang, bila kadar Hb 8-10 g/dL
3) Anemia Ringan, bila kadar Hb 10-11 g/dL
Sedangkan menurut FK UI (1998), anemia di dibagi menjadi
empat macam:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
1) Anemia pasca perdarahan (post haemorhagic), ini terjadi akibat
perdarahan seperti kecelakaan, luka operasi, persalinan, atau
karena menahun.
2) Anemia hemolitik, ini terjadi akibat penghancuran (hemolisis) sel
darah merah yang berlebihan. Disebabkan oleh dua hal:
Faktor intrasel, misalnya: talasemia, hemoglobinopati (talasemia
Hb E, sickle cell anemia).
Faktor
ekstrasel,
misalnya:
intoksikasi,
infeksi
(malaria),
imunologis (inkompatibilitas golongan darah, reaksi hemolitik
pada transfusi darah).
3) Anemia defisiensi, anemia yang disebabkan kekurangan faktor
pematangan eritrosit (besi, asam folat, vitamin B12, protein,
piridoksin, eritropoetin, dan sebagainya).
4) Anemia aplastik, anemia ini terjadi karena penurunan pembuatan
sel darah merah oleh sumsum tulang.
f. Diagnosis Anemia
Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dapat
dilakukan dengan:
1) Anamnesis
Pada anamnesis ditanya mengenai riwayat penyakit sekarang
dan riwayat penyakit dahulu, riwayat gizi, anamnesis mengenai
lingkungan fisik sekitar, apakah ada paparan terhadap bahan kilia
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
atau fisik serta riwayat pemakaian obat. Riwayat penyakit keluarga
juga ditanya untuk mengetahui apakah ada faktor keturunan.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan secara sistematik dan menyeluruh,
antara lain: Warna kulit : pucat, sianosis, ikterus, kulit telapak
tangan kuning seperti jerami ; Kuku : koilonychias (kuku sendok);
Mata : ikterus, konjugtiva pucat, perubahan pada fundus; Mulut :
ulserasi, hipertrofi gusi, atrofi papil lidah; Limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali.
3) Pemeriksaan Labolatorium Hematologi
a) Tes
penyaring:
Kadar
hemoglobin,
Indeks
eritrosit
(MCV,MCH, dan MCHC), hapusan darah tepi.
b) Pemeriksaan rutin: Laju endap darah, hitung deferensial, hitung
retikulosit.
c) Pemeriksaan sumsum tulang.
d) Pemeriksaan atas indikasi khusus: Anemia defesiensi besi
(serum iron, TIBC, saturasi transferin), Anemia megaloblastik
(asam folat darah/eritrosit, vitamin B12), Anemia hemolitik
(tes Coomb, elektroforesis Hb), Leukemia akut (pemeriksaan
sitokimia), Diatesa hemoragik ( tes faal hemostasis).
4) Pemeriksaan Labolatorium Non Hematologi
Pemeriksaan faal ginjal, hati, endokrin, asam urat, kultur
bakteri
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5) Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Biopsi kelenjar dan PA, Radiologi : Foto Thoraks, bone
survey, USG, CT-Scan.
g. Pengukuran Anemia
Diantara sekian banyak cara pengukuran anemia secara
labolatorium, cara yang paling umum digunakan adalah pengukuran
kadar hemoglobin pada sirkulasi darah. Penentuan hemoglobin sangat
penting
untuk
monitoring
prevalensi
anemia
atau
mengukur
keberhasilan intervensi atau mengidentifikasikan keparahan anemia
karena biaya yang relative murah dan reabilitasnya yang cukup tinggi
(Gillespie, 1991). Tetapi pada anemia yang berat beberapa tes
labolatorium
sangat
dibutuhkan
untuk
mengetahui
penyebab
kekurangan besi terutama pada daerah geografis yang penyebabnya
selain kekurangan besi, misalnya: infeksi, malaria, kekurangan folat
dan sebagainya.
Ada beberapa tehnik labolatorium untuk mengukur kadar
hemoglobin, diantaranya dengan menggunakan metode Sahli, Tall
Kuist, dan Cyianmethemoglobin. Dari ketiga metode tersebut, metode
Cyianmethemoglobin sangat popular dan dianjurkan oleh WHO untuk
digunakan disamping lebih teliti, metode ini juga stabil untuk waktu
yang lama.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3.
Hemoglobin
Hemoglobin adalah pigmen pengangkut oksigen utama yang
terdapat dalam eritrosit. Merupakan suatu molekul yang berbentuk bulat
yang terdiri dari 4 subunit.
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4
subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan
beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara
struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat
molekul kurang lebih 16,000 Dalton sehingga berat molekul total
tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin
mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin
memiliki kapasitas empat molekul oksigen.
Reaksi bertahap:
Hb + O2
HbO2
HbO2 + O2
Hb(O2)2
Hb(O2)2 + O2
Hb(O2)3
Hb(O2)3 + O2
Hb(O2)4
Reaksi keseluruhan:
Hb + 4O2
Hb(O2)4
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Kombinasi Hemoglobin dengan Oksigen.
Gambaran paling penting dari molekul hemoglobin adalah
kemampuannya untuk dapat berikatan secara longgar dan reversible
dengan oksigen. Karena fungsi utama hemoglobin dalam tubuh
bergantung pada kemampuannya untuk bergabung dengan oksigen dalam
paru dan kemudian melepaskan oksigen ini dalam kapiler jaringan di
mana tekanan gas oksigen jauh lebih rendah daripada di paru-paru
(Guyton, 1997).
4. Asfiksia Neonatorum dan Skor Apgar
a. Definisi dan Batasan
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. (Prawirohardjo, 2007)
Fetus atau neonatus mengalami kekurangan oksigen (hipoksia)
dan atau penurunan perfusi (iskemia) ke berbagai macam organ.
Keadaan ini menyebabkan gangguan fungsi dan perubahan biokimia
sehingga dalam jaringan timbul laktik asidosis. Pengaruh hipoksia dan
iskemia tidak sama, tetapi keduanya berhubungan erat saling tumpang
tindih. Asfiksia dapat terjadi prenatal, perinatal, dan postnatal.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
American Academy of Pediatrics (AAP) dan The American
College of Obstetricians and Gynecologys (ACOG) pada tahun 2004
membuat definisi asfiksia perinatal sebagai berikut: Adanya asidosis
metabolik atau mixed acidemia (pH < 7.00) pada darah umbilikus atau
analisa gas darah arteri apabila fasilitas tersedia, adanya persisten nilai
APGAR 0-3 selama lebih dari 5 menit, manifestasi neurologis segera
pada waktu perinatal dengan gejala kejang, hipotonia, koma,
esefalopati hipoksik iskemik, adanya gangguan fungsi multiorgan
segera pada waktu perinatal (Utomo dkk, 2006).
b. Etiologi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi
karena gangguan pertukaran gas serta transpor O2 dari ibu ke janin
sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam
mengeliminasi CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun
akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara
mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun atau kronis dalam kehamilan dapat berupa
gizi yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit
jantung, dan sebagainya. Pada penyakit menahun ini pengaruh
terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan
pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan fungsi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
plasenta. Hal ini dapat dicegah dengan pemeriksaan antenatal yang
sempurna, sehingga perbaikan sedini-dininya dapat diusahakan.
Faktor-faktor yang timbul selama persalinan bersifat lebih
mendadak dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia dan
berakhir dengan asfiksia neonatus. Faktor-faktor mendadak ini terdiri
atas:
1) Faktor dari pihak janin
Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali
pusat, depresi pernafasan karena obat-obatan anestesi atau
analgetik yang diberikan kepada ibu, perdarahan intrakranial, dan
kelaiann bawaan (hernia difragmatika, atresia saluran pernafasan,
hipoplasia paru-paru, dan sebagainya).
2) Faktor dari pihak ibu
Gangguan
his
(misalnya:
hipertoni,
tetani),
hipotensi
mendadak pada ibu karena perdarahan (misalnya: plasenta previa),
hipertensi pada eklamsia, gangguan mendadak pada plasenta
(misalnya: solusio plasenta) (Prawirohardjo, 2007).
Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan
kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa
kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk
keselamatan bayi. Penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada
bayi terdiri atas (Hasan, 2007):
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
1) Faktor ibu
Gangguan oksigenasi pada ibu hamil akan menyebabkan
hipoksia ibu. Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin
dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena
hipoventilasi akibat pemberian obat anelgetik atau anestesi.
Gangguan aliran darah uterus berupa berkurangnya pengaliran
oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering terjadi pada:
gangguan kontraksi uterus (misalnya: hipertoni, hipotoni, atau
tetani uterus akibat penyakit atau obat), hipotensi mendadak pada
ibu karena perdarahan, hipertensi dan anemia pada ibunya.
2) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya: solusio plasenta, perdarahan
plasenta, dan sebagainya.
3) Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya
aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
4) Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi
karena beberapa hal, yaitu: pemakaian obat anestesia/analgetika
yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan
depresi pusat pernafasan janin, trauma yang terjadi pada persalinan
(misalnya: perdarahan intrakranial), kelainan kongenital pada bayi
(misalnya:
hernia
diafragmatika,
atresia/stenosis
saluran
pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain).
Faktor resiko yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum yaitu
maternal, plasenta-tali pusat dan fetus/neonatus (Utomo dkk, 2006):
1) Kelainan maternal: hipertensi, penyakit vaskuler, diabetis, drug
abuse, penyakit jantung, paru, dan susunan syaraf pusat, hipotensi,
infeksi, ruptur uteri, tetani uteri, panggul sempit.
2) Kelaianan plasenta dan tali pusat: infark dan fibrosis plasenta,
solusio plasenta, prolaps atau kompresi tali pusat, kelainan
pembuluh darah umbilikus.
3) Kelainan fetus atau neonatus: anemia, perdarahan, hidrops, infeksi,
pertumbuhan janin terhambat (Intra Uterine Growth Retardation),
serotinus.
c. Patofisiologi dan Gambaran Klinis
Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung kepada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transient). Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi primary gasping yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini
tidak memepunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat
mengatasinya (Hasan, 2007).
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan
oksigen selama kehamilan atau persalinan, akan terjadi asfiksia yang
lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Asfiksia yang terjadi
dimulai dengan suatu periode apneu (primary apneu) disertai dengan
penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan
usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan
teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak
dan bayi selanjutnya berada dalam periode apneu kedua (secondary
apneu). Pada tingkat ini disamping bradikardi ditemukan pula
penurunan tekanan darah (Hasan, 2007).
d. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan
dari anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat
dibuat dalam persalian dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin.
Tiga hal yang perlu mendapat perhatian adalah (Kosim dkk, 2008):
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
1) Denyut jantung janin
Frekuensi normal ialah antara 120-160/menit. Selama his
frekuensi ini dapat menurun, tetapi di luar his kembali lagi sperti
semula. Apabila frekuensi turun sampai di bawah 100/menit di luar
his dan denyutan tidak teratur, hal ini merupakan tanda bahaya.
2) Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, tetapi
pada presentasi kepala menunjukkan gangguan oksigenasi dan
menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban
pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri
persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3) Pemeriksaan pH darah janin
Menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh
darah janin, kemudian darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah
7,2 dianggap sebagai tanda bahaya.
Anamnesis
Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Pemeriksaan fisik
Jika terjadi asfiksia tingkatannya perlu diketahui untuk dapat
melakukan resusitasi yang sempurna. Untuk itu diperlukan cara
penilaian menurut Apgar. Skor Apgar mempunyai hubungan erat
dengan beratnya asfiksia dan biasanya dinilai satu menit dan lima
menit setelah bayi lahir. Skor Apgar ini biasanya dinilai satu menit
setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan
yang baik serta dilakukan pengisapan lendir dengan sempurna. Skor
Apgar satu menit ini menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan
baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Skor
Apgar perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena mempunyai
korelasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatal. Setiap
penilaian diberi skor 0, 1, dan 2. Patokan klinis yang dinilai adalah:
1) Memperhatikan warna kulit (Appearance)
2) Menghitung frekuensi denyut jantung (Pulse)
3) Menilai refleks rangsangan (Grimace)
4) Menilai tonus otot (Activity)
5) Melihat usaha bernafas (Respiration)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 1. Skor Apgar
Tanda
0
1
Appearance
Biru/pucat
Tubuh
(Warna kulit)
Pulse
(Frekuensi
2
kemerahan,
Tubuh,ekstremitas
ekstremitas biru
kemerahan
Tidak ada
<100 kali/menit
>100 kali/menit
Tidak ada
Sedikit gerakan mimik
Menangis
denyut
Jantung)
Grimace
Ekstremitas fleksi
(Refleks)
Lumpuh
Activity
Lambat, tidak teratur
Gerakan aktif
(Tonus otot)
Tidak ada
Respiration
Menangis kuat
(Usaha bernafas)
(Mochtar, 1998)
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan
tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk
menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan
prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis (bukan 1 menit seperti
penilaian skor Apgar).
Dari hasil penilaian tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
1) Bayi normal (Vigorous Baby)
Skor Apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2) Asfiksia sedang-ringan (Mild Moderate Asphyxia)
Skor Apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau
baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
3) Asfiksia berat
Skor Apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan
kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
Asfiksia berat dengan henti jantung. Henti jantung di sini
adalah keadaan bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10
menit sebelum lahir lengkap, atau bunyi jantung menghilang post
partum. Pemeriksaan fisik sesuai dengan yang ditemukan pada
penderita asfiksia berat.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
B. Kerangka Pemikiran
Perdarahan pada
hanil muda:
Abortus
Mola hidatidosa
KET
Anemia gravidarum pada
kehamilan aterm
Perdarahan
sewaktu
persalinan:
Ruptura uteri
Retensio plasenta
Penurunan kadar Hemoglobin darah
Perdarahan pada
hamil tua:
Plasenta previa
Solusio placenta
Insersio
velamentosa
Plasenta
sirkumvalata
•
•
Penurunan pengikatan oksigen
(Oksihemoglobin)
Gangguan
tranportasi
dan
distribusi oksigen uteroplasenta
Faktor Ibu:
Hipoksia ibu
Gangguan aliran darah
uterus(preeklamsi/
eklamsi,tetanus uteri)
Infeksi ibu
Hipotensi dan syok
Perdarahan post
partum:
Atonia uteri
Sisa-sisa plasenta
Laserasi jalan lahir
Kelainan darah
Inversio uteri
Suplai oksigen ke janin
menurun
Hipoksia janin
Faktor Neonatus:
Depresi pusat
pernafasan
Trauma persalinan
Kelainan kongenital
Asfiksia Neonatorum
Faktor Plasenta:
Plasenta previa
Solutio plasenta
Nilai Apgar rendah
Keterangan
:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Mempengaruhi
Faktor Fetus:
Tali pusat melilit leher
Kompresi tali pusat
Tali pusat menumbung
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
C. Hipotesis
Ada hubungan antara anemia gravidarum pada kehamilan aterm dengan
asfiksia neonatorum di RSUD dr. Moewardi Surakarta
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional, yaitu variabel bebas (faktor risiko) dan variabel
tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama. Sehingga
penelitian ini sering juga disebut penelitian transversal (Taufiqurrahman,
2004).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Moewardi
Surakarta pada bulan Januari sampai Desember 2009.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Semua wanita hamil aterm yang melahirkan di RSUD dr.Moewardi pada
bulan Januari sampai Desember 2009.
2. Sampel Penelitian
Setiap wanita hamil aterm yang melahirkan di RSUD dr.Moewardi pada
bulan Januari sampai Desember 2009 yang masuk dalam kriteria inklusi.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3. Kriteria Subyek Penelitian
a. Kriteria Inklusi:
1) Wanita hamil dengan anemia gravidarum
2) Usia kehamilan aterm
3) Partus spontan
b. Kriteria Eksklusi:
1) Wanita hamil dengan riwayat preeklamsia/eklamsia
2) Persalinan dengan riwayat ketuban pecah dini (premature rupture
of the membrane/PROM)
3) Partus lama (prolonged labor)
4) Persalinan dengan distosia karena kelainan his
5) Kelainan plasenta berupa solusio plasenta
6) Prolapsus tali pusat
7) Janin dengan kelainan congenital
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling yakni
purposive sampling dimana setiap yang memenuhi kriteria di atas dimasukkan
dalam penelitian sampai kurun waktu yang ditetapkan (Murti, 2006)
Purposive sampling merupakan pendekatan pencuplikan yang memilih
kasus-kasus dengan maksud untuk mendapatkan sebuah sampel yang
mewakili berbagai ragam proses yang terlibat dalam penelitian (Murti, 2006).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dari pengambilan sampel didapatkan dua kelompok yaitu kelompok
terpapar (wanita hamil aterm yang anemia) dan kelompok kontrol (wanita
hamil aterm yang tidak anemia). Besarnya sampel ditetapkan menurut patokan
umum (Rule of Thumb) yaitu sebanyak 30 sampel untuk tiap kelompok
tersebut. Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel
dependen dan sebuah variabel independen . Menurut patokan umum, dalam
bahasa Inggris disebut “Rule of Thumb” setiap yang datanya akan dianalisis
secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal sebesar
30 subjek penelitian (Thabane, 2005). Jadi jika peneliti memilih analisis
bivariat untuk analisis data penelitiannya, karena faktor-faktor perancu dalam
suatu penelitian telah dikendalikan dengan cara yang bukan multivariat,
misalnya randomisasi (pada studi eksperimental), restriksi (dengan kriteria
inklusi), pencocokan (matching), atau analisis berstarta (stratified analysis),
maka sebagai “Rule of Thumb”, peneliti silakan menggunakan ukuran sampel
sebesar 30 subjek penelitian, tidak perlu rumus (Murti, 2006).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
E. Rancangan Penelitian
Wanita hamil aterm yang melahirkan di RSUD dr.Moewardi
pada bulan Januari sampai Desember 2009
Kriteria Eksklusi
Kriteria Inklusi
Anemia
Asfiksia
Tidak Anemia
Tidak Asfiksia
Asfiksia
Tidak Asfiksia
Tabel 2x2
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
: Anemia gravidarum pada kehamilan aterm.
2. Variabel tergantung
: Asfiksia neonatorum.
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Anemia gravidarum adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit di bawah normal pada wanita
hamil (Riswan, 2003).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Untuk mengetahuinya digunakan pengukuran kadar hemoglobin dalam
darah. Dimana wanita hamil yang kadar hemoglobinnya kurang dari 10
gr/dl dinyatakan menderita anemia (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Skala pengukuran : Nominal
dikotomik,
mengkategorikan
menjadi
anemia dan tidak anemia.
2. Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini disertai
hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin
dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang
timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir
(Prawirohardjo, 2007).
Untuk mengetahuinya digunakan nilai Apgar, dimana bayi yang
mempunyai nilai Apgar kurang dari atau sama dengan 6 dinyatakan
menderita asfiksia neonatorum (Mochtar, 1998).
Skala pengukuran : Nominal
dikotomik,
mengkategorikan
menjadi
asfiksia dan tidak asfiksia.
3. Kehamilan aterm adalah kehamilan cukup bulan dengan usia kandungan
37-42 minggu, janin matur, berat badan di atas 2500 g sampai dengan
4000 g (Mochtar, 1998).
4. Partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada Letak Belakang Kepala
(LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
(Mochtar, 1998).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5. Preeklamsia adalah sindrom spesifik pada kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel (Cunningham et al.,
2005). Definisi lain preeklamsia adalah sindroma spesifik pada kehamilan
ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan adanya proteinuria setelah
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Many, 2000).
Preeklamsia ditandai dengan:
a. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau diastolik >110 mmHg dalam
dua kali pengukuran dengan selang 6 jam.
b. Proteinuria >2 gram dalam 24 jam atau 2-4 (+) papa tes dipstik.
c. Peningkatan serum kreatinin ( >1,2 mg/dL).
d. Oligouri ≤500 ml/24 jam
e. Peningkatan enzim hati (SGPT >40 IU/L; SGOT >37 IU/L).
f. Trombositopenia (platelet count <100.000/mm3).
(Reynolds, 2003)
Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai kejang dan atau koma yang
timbul bukan akibat kelainan neurologi (Cunningham et al., 2005).
6. Ketuban pecah dini (premature rupture of the membrane/PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum in partu; yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Mochtar, 1998).
Konfirmasi diagnosis :
a. Bau cairan ketuban yang khas.
b. Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang
keluar dan nilai 1 jam kemudian.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
c. Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaann inspekulo. Nilai
apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks
posterior.
d. Jangan lakukan pemeriksaan dalam dengan jari-jari karena tidak
membantu diagnosis dan dapat mengundang infeksi.
Jika memungkinkan lakukan :
a. Tes lakmus (tes nitrazin). Jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis). Darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes positif palsu.
b. Tes pakis dengan meneteskan cairan ketubban pada gelas objek dan
dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan kristal cairan
amnion dan gambaran daun pakis.
7. Partus lama (prolonged labor) adalah persalinan yang berlangsung lebih
dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi (Mochtar, 1998).
8. Persalinan dengan distosia karena kelainan his adalah kesulitan dalam
jalannya kelahiran karena his yang tidak normal, baik kekuatan maupun
sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan (Mochtar, 1998).
9. Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana terlepasnya plasenta yang
letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya dihitung
sejak kehamilan 28 minggu (Prawirohardjo, 2007).
10. Prolapsus tali pusat terdiri dari tali pusat menumbung dan tali pusat
terkemuka. Tali pusat menumbung adalah suatu keadaan dimana tali pusat
teraba keluar dan biasanya ketuban sudah pecah. Tali pusat terkemuka
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
adalah keadaan dimana tali pusat yang berada di samping bagian besar
janin dapat teraba pada kanalis servikalis dan ketuban masih intak
(Mochtar, 1998).
11. Kelainan kongenital pada janin adalah kelainan dalam pertumbuhan janin
yang terjadi sejak konsepsi dan selama dalam kandungan. Misalnya:
hernia diafragmatika, atresia choana, sindroma Piere-Robin, kelainan
jantung kongenital (Mochtar, 1998).
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
a. Spektrofotometer
b. Pipet hemoglobin
c. Tabung kalorimeter
d. Kurve tera
2. Bahan
a. Darah kapiler ditambah ethylene diamine tetra acetate (EDTA) atau
Oksalat.
b. Larutan Drabkin :
1) Natrium Bikarbonat 1 g
2) Kalium sianida
50 mg
3) Kalium ferrisianida
200 mg
4) Aquadest
1000 ml
3. Data rekam medis pasien yang masuk ke bagian Obsterik dan Ginekologi
RSUD dr.Moewardi pada bulan Januari sampai Desember 2009.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
I. Cara Kerja
1. Langkah I
: Pengambilan darah sampel wanita hamil yang akan
melahirkan.
2. Langkah II
: Pemeriksaan
kadar
hemoglobin
dengan
metode
Cyanmethemoglobin.
3. Langkah III
: Pengambilan data kadar hemoglobin dan nilai Apgar bayi
pada data rekam medis Obstetrik dan Ginekologi RSUD
dr.Moewardi.
4. Langkah IV
: Membuat hubungan antara wanita hamil aterm yang
mempunyai riwayat anemia dan tidak anemia (dilihat dari
kadar hemoglobin) dengan keadaan neonatus asfiksia dan
tidak asfiksia (dilihat dari nilai Apgar bayi baru lahir).
J. Teknik Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan metode statistik uji Chi-Square
dengan taraf signifikansi 0,05 kemudian diolah dengan software SPSS 13. Bila
syarat uji Chi-Square tidak memenuhi maka dilakukan uji alternatifnya yaitu
uji Fisher (Dahlan, 2008). Karena pada penelitian ini analisia data
menunjukkan tidak terpenuhinya syarat untuk uji Chi-Square, maka dilakukan
uji alternatifnya yaitu uji Fisher. Dari data yang diperoleh dimasukkan dalam
tabel 2x2 sebagai berikut:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Asfiksia
Tidak Asfiksia
Total
Anemia
A
b
a+b
Tidak Anemia
C
d
c+d
Total
a+c
b+d
N
Untuk mengetahui peluang terjadinya asfiksia neonatorum pada wanita
hamil aterm yang mempunyai riwayat anemia gravidarum dengan yang tidak
anemia gravidarum (kontrol):
a.d
OR =
b.c
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan, maka digunakan rumus:
N(ad-bc)2
X2 =
(a+b)(c+d)(a+c)(b+d)
Keterangan:
OR
: Odss Ratio
X2
: Chi-Square
N
: jumlah sampel
a,b,c,d
: frekuensi dari masing-masing variabel
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Setelah X2 diketahui, kemudian dibandingkan dengan X2 tabel sehingga:
1. X2 hitung > X2 tabel (p < 0,05) terdapat hubungan yang sangat bermakna.
2. X2 hitung = X2 tabel (p < 0,05) terdapat hubungan yang bermakna.
3. X2 hitung < X2 tabel (p > 0,05) tidak ada hubungan yang bermakna.
Cara pengambilan kesimpulan analisis data:
H0 diterima dan Ha ditolak bila X2 hitung < X2 tabel (p > 0,05)
Ha diterima dan H0 ditolak X2 hitung > X2 tabel (p < 0,05)
Dimana;
H0 : Tidak ada hubungan antara anemia gravidarum pada kehamilan aterm
dengan asfiksia neonatorum.
Ha : Ada hubungan antara anemia gravidarum pada kehamilan aterm dengan
asfiksia neonatorum.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan di bagian Obsterik dan Ginekologi RSUD
dr.Moewardi Surakarta selama bulan Januari sampai Desember 2009, didapatkan
variabel bebas yaitu anemia gravidarum dan variabel terikat yaitu asfiksia neonatorum.
Data diperoleh dari pengamatan rekam medis kadar hemoglobin wanita hamil
yang akan melahirkan di RSUD dr.Moewardi Surakarta untuk mengetahui status anemia
gravidarum dan skor Apgar bayi yang dilahirkannya untuk mengetahui status asfiksia
neonatorum.
Selama bulan Januari sampai Desember 2009 tercatat 1529 persalinan. Sampel
yang ditetapkan pada penelitian ini adalah 60 wanita hamil yang akan melahirkan, yang
terdistribusi menjadi 30 wanita hamil yang akan melahirkan dengan status menderita
anemia gravidarum dan 30 wanita hamil yang akan melahirkan dengan status tidak
menderita anemia gravidarum sebagai kontrolnya.
Hasil penelitian meliputi umur ibu hamil, umur kehamilan, kadar hemoglobin,
kadar hematokrit, kadar eritrosit, kadar leukosit dan kadar trombosit ibu hamil yang
akan melahirkan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Variabel Data Penelian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Variabel Penelitian
Umur Ibu Hamil
(Tahun)
Umur Kehamilan
(Minggu)
Hemoglobin
(gr%)
Hematokrit
(Vol%)
Eritrosit (x106sel/µL)
Leukosit
(x103 sel/µL)
Trombosit (x103
sel/µL)
N
Min.
Max.
Mean
SD (±)
60
19
40
27,72
4,551
60
37
41
38,53
1,033
60
4,60
14,00
9,79
1,951
60
16,80
41,50
30,48
5,251
60
2,53
5,53
3,84
0,484
60
6,00
22,60
11,23
3,183
60
127
487
278,33
1,951
Dari tabel 2 di atas dapat dilihat karakteristik variabel data dari 60 sampel yang
diteliti. Dengan menggunakan analisis data deksripsi dapat diamati karakteristik dari tiap
variabel. Variabel umur ibu hamil rentang nilai berkisar 19-40 tahun, mean 27,72 dan SD
±4,551. Variabel umur kehamilan rentang nilai berkisar 37-41 minggu, mean 38,53 dan
SD ±1,033. Variabel kadar hemoglobin rentang nilai berkisar 4,60-14,00 gr%, mean 9,79
dan SD ±1,951. Variabel kadar hematokrit rentang nilai berkisar 16,80-41,50 vol %,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
mean 30,48 dan SD ±5,251. Variabel kadar eritrosit rentang nilai berkisar 2,53x1065,53x106 sel/µL, mean 3,84 dan SD ±0,484. Variabel kadar leukosit rentang nilai berkisar
6,00 x103-22,60 x103 sel/µL, mean 11,23 dan SD ±3,183. Variabel kadar trombosit
rentang nilai berkisar 127 x103-487 x103 sel/µL, mean 278,33 dan SD ±1,951. Hasil uji
statistik secara terperinci dapat dilihat pada lampiran.
Uji Normalitas Variabel Penelitian
Tabel 3. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov terhadap Distribusi Data Variabel
Penelitian pada Kelompok Penelitian
Variabel Penelitian
Kelompok
N
Mean
Sig.
Keterangan
Umur Ibu Hamil
Anemia
30
28,17
0,200
Normal
(Tahun)
Tidak Anemia
30
27,27
0,200
Normal
Umur Kehamilan
Anemia
30
38,87
0,020
Tidak Normal
(Minggu)
Tidak Anemia
30
38,20
0,000
Tidak Normal
Kadar Hemoglobin
Anemia
30
8,17
0,200
Normal
(gr%)
Tidak Anemia
30
11,41
0,021
Normal
Kadar Hematokrit
Anemia
30
26,18
0,200
Normal
(Vol%)
Tidak Anemia
30
34,78
0,199
Normal
Kadar Eritrosit
Anemia
30
3,65
0,200
Normal
(x106sel/µL)
Tidak Anemia
30
4,04
0,155
Normal
Kadar Leukosit
Anemia
30
11,11
0,035
Tidak Normal
(x103sel/µL)
Tidak Anemia
30
11,34
0,001
Tidak Normal
Trombosit
Anemia
30
298,60 0,020
Tidak Normal
(x103sel/µL)
Tidak Anemia
30
258,07 0,006
Tidak Normal
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 3 di atas menunjukkan uji normalitas metode analitis dengan KolmogorovSmirnov untuk mengetahui distribusi data penelitian normal atau tidak di kedua
kelompok penelitian yaitu anemia dan tidak anemia sebagai syarat untuk uji parametrik.
Dikatakan distribusi data normal bila signifikansi (p) > 0,05. Distribusi data untuk umur
ibu hamil, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, dan kadar eritrosit adalah normal yang
berarti memenuhi syarat untuk uji parametrik, sehingga untuk analisis data selanjutnya
dapat dilakukan uji parametrik dengan uji-t tidak berpasangan. Sedangkan distribusi
data untuk umur kehamilan, kadar leukosit, dan kadar trombosit adalah tidak normal
yang berarti tidak memenuhi syarat untuk uji parametrik, sehingga untuk analisis data
selanjutnya digunakan uji non-parametrik alternatif dari uji-t yaitu uji Mann-Whitney.
Analisis Bivariat Variabel Penelitian
Tabel 4. Analisis Bivariat Variabel Data Penelitian terhadap
Status Anemia Gravidarum
No.
1.
2.
3.
4.
Variabel Penelitian
Kelompok
N
Mean
SD (±)
Umur Ibu Hamil
Anemia
30
28,17
4,864
(Tahun)
Tidak Anemia
30
27,27
4,250
Umur Kehamilan
Anemia
30
38,87
1,137
(Minggu)
Tidak Anemia
30
38,20
0,805
Kadar Hemoglobin
Anemia
30
8,17
1,032
(gr%)
Tidak Anemia
30
11,41
1,107
Kadar Hematokrit
Anemia
30
26,18
2,931
P
0,448
0,019*
0,000*
0,000*
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5.
6.
7.
(Vol%)
Tidak Anemia
30
34,78
3,040
Kadar Eritrosit
Anemia
30
3,65
0,477
(x106sel/µL)
Tidak Anemia
30
4,04
0,411
Kadar Leukosit
Anemia
30
11,11
3,747
(x103sel/µL)
Tidak Anemia
30
11,34
2,558
Trombosit
Anemia
30
298,60
91,518
(x103sel/µL)
Tidak Anemia
30
258,07
68,783
0,001*
0,492
0,055
*Terdapat hubungan yang bermakna (p< 0,05)
Dari hasil uji parametrik dengan uji-t tidak berpasangan untuk variabel yang
distribusi datanya normal dan uji non parametrik alternatifnya yaitu uji Mann-Whitney
untuk variabel yang distribusi datanya tidak normal didapatkan hasil pada tabel 4.
Dikatakan secara statistik terdapat hubungan yang bermakna bila p< 0,05. Dari tabel 4 di
atas, secara statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia ibu
hamil, kadar leukosit, dan kadar trombosit dengan status anemia gravidarum (p> 0,05).
Sedangkan secara statistik menunjukkan hubungan yang bermakna antara umur
kehamilan, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, dan kadar eritrosit dengan status
anemia gravidarum (p< 0,05).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
50
50
50
40
Persen (%)
30
20
10
0
Anemia
Tidak Anemia
Status Anemia gravidarum (n=60)
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Status Anemia Gravidarum
Dari gambar 1 di atas didapatkan keterangan karaktersistik variabel anemia
gravidarum, bahwa dari 60 sampel ibu hamil yang akan melahirkan (100%), terdapat 30
ibu hamil dengan status anemia (50%) dan 30 ibu hamil dengan status tidak anemia
(50%).
85
100
80
Persen (%)
60
40
15
20
0
Asfiksia
Tidak Asfiksia
Status Asfiksia Neonatorum (n=60)
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Status Asfiksia Neonatorum
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dari gambar 2 di atas didapatkan keterangan karakteristik variabel asfiksia
neonatorum, bahwa dari 60 sampel neonatus (100%) yang dinilai skor Apgarnya pada
menit ke-1, ke-5, dan ke-10 terdapat 9 bayi yang mengalami asfiksia (15%) dan 51 bayi
yang tidak asfiksia (85%).
28
30
23
25
20
Asfiksia
15
Tidak Asfiksia
10
7
2
5
0
Anemia
Tidak Anemia
Gambar 3. Perbandingan Insiden Status Asfiksia Neonatorum terhadap Status
Anemia Gravidarum pada Wanita Hamil Aterm
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Anemia Gravidarum dengan Asfiksia Neonatorum
Asfiksia
Tidak
Total
Asfiksia
7
23
30
Anemia
(11,7%) (38,3%) (50%)
2
28
30
Tidak Anemia
(3,3%) (46,7%) (50%)
9
51
60
Total
(15%)
(85%) (100%)
X2
p
3,268 0,071
OR
α
IK
dB
(95%)
4,3 0,05 0,81- 1
22,53
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dari gambar 3 dan tabel 5 di atas didapatkan data wanita hamil yang anemia
dengan bayinya yang mengalami asfiksia sebanyak 7 (11,7%) dari total sampel, wanita
hamil yang anemia dengan bayinya yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 23 (38,3%)
dari total sampel, wanita hamil yang tidak anemia dengan bayinya yang mengalami
asfiksia sebanyak 2 (3,3%) dari total sampel, dan wanita hamil yang tidak anemia dengan
bayinya yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 28 (46,7%) dari total sampel.
Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square didapatkan X2 hitung sebesar
3,268 lebih kecil dari X2 tabel sebesar 3,841 dengan α=0,05 IK 95% 0,081-22,53 dan
dB=1. Pada uji statistik Chi-Square didapatkan 2 sel (50%) yang nilai expectednya kurang
dari 5 (Lihat lampiran hasil uji statistik). Hal ini tidak memenuhi syarat untuk uji ChiSquare, maka peneliti menggunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher. Dengan uji Fisher
didapatkan nilai p untuk 1-sided (one-tail) sebesar 0,073 lebih besar dari 0,05 (p>0,05).
Dengan demikian Ho diterima, berarti secara statistik menunjukkan tidak ada hubungan
antara anemia gravidarum pada kehamilan aterm dengan asfiksia neonatorum di RSUD
dr.Moewardi Surakarta. Sedangkan nilai odds ratio (OR=4,3) dengan Interval
Kepercayaan (IK 95% 0,81-22,53) menunjukkan wanita hamil aterm dengan anemia
gravidarum mempunyai resiko bayinya menderita asfiksia neonatorum sebesar 4,3 kali
lebih besar daripada wanita hamil aterm yang tidak menderita anemia gravidarum. Hasil
uji statistik secara terperinci dapat dilihat pada lampiran.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian selama bulan Januari sampai Desember 2009
di bagian Obsterik dan Ginekologi RSUD dr. Moewardi Surakarta, didapatkan 60
sampel wanita hamil aterm yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil
penelitian meliputi umur ibu hamil, umur kehamilan, kadar hemoglobin, kadar
hematokrit, kadar eritrosit, kadar leukosit, dan kadar trombosit wanita hamil aterm
yang akan melahirkan. Beberapa variabel tersebut dianalasis secara statistik
terlebih dahulu untuk mengetahui hubungan ataupun pengaruhnya terhadap status
anemia gravidarum pada wanita hamil aterm yang akan melahirkan di RSUD
dr.Moewardi Surakarta.
Dengan menggunakan analisis data deskripsi dan uji normalitas metode
analitis dengan Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui karakteristik dari tiap
variabel dan distribusi datanya (Tabel 2 dan 4). Variabel umur ibu hamil rentang
nilai berkisar 19-40 tahun, mean 27,72 dan SD ±4,551 menunjukkan distribusi
data yang normal. Variabel umur kehamilan rentang nilai berkisar 37-41 minggu,
mean 38,53 dan SD ±1,033 menunjukkan distribusi data yang tidak normal.
Variabel kadar hemoglobin rentang nilai berkisar 4,60-14,00 gr%, mean 9,79 dan
SD ±1,951 menunjukkan distribusi data yang normal. Variabel kadar hematokrit
rentang nilai berkisar 16,80-41,50 vol%, mean 30,48 dan SD ±5,251 menunjukkan
distribusi data yang normal. Variabel kadar eritrosit rentang nilai berkisar
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2,53x106-5,53x106 sel/µL, mean 3,84 dan SD ±0,484 menunjukkan distribusi data
yang normal. Variabel kadar leukosit rentang nilai berkisar 6,00 x103-22,60 x103
sel/µL, mean 11,23 dan SD ±3,183 menunjukkan distribusi data yang tidak
normal. Variabel kadar trombosit rentang nilai berkisar 127 x103-487 x103 sel/µL,
mean 278,33 dan SD ±1,951 menunjukkan distribusi data yang tidak normal.
Hasil uji statistik secara terperinci dapat dilihat pada lampiran.
Selanjutnya untuk mengetahui hubungan atau pengaruh dari setiap
variabel tersebut terhadap status anemia gravidarum pada wanita hamil yang akan
melahirkan, dilakukan kembali analisis statistik bivariat tiap variabel terhadap
status anemia gravidarum. Prosedur analisis dilakukan dengan cara: melakukan
statistik deskrispsi untuk setiap variabel pada kelompok anemia dan tidak anemia,
menggunakan uji normalitas metode analitis Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui distribusi data normal atau tidak, melakukan uji parametrik dengan
uji-t tidak berpasangan atau uji non-parametrik alternatifnya yaitu uji MannWhitney untuk mengetahui pengaruh tiap variabel terhadap status anemia
gravidarum (Dahlan,2008).
1. Pengaruh Umur Ibu Hamil terhadap Status Anemia Gravidarum
Umur ibu hamil tidak berpengaruh terhadap status anemia gravidarum.
Pada kriteria inklusi tidak membatasi umur ibu hamil yang akan dijadikan
sebagai sampel penelitian. Dari uji uji-t tidak berpasangan didapatkan hasil p
sebesar 0,448 (p> 0,05) yang berarti secara statistik tidak ada pengaruh yang
bermakna antara umur ibu hamil dengan status anemia gravidarum. Sehingga
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
penelitian dapat diteruskan karena umur ibu hamil tidak berpengaruh terhadap
status anemia gravidarum.
2. Pengaruh Umur Kehamilan terhadap Status Anemia Gravidarum
Umur kehamilan berpengaruh terhadap status anemia gravidarum. Pada
kriteria inklusi ditetapkan bahwa umur kehamilan adalah aterm atau cukup
bulan yaitu 37-42 minggu (Mochtar, 1998). Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global
55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga dibandingkan
dengan trimester pertama dan kedua kehamilan. Dari uji alternatif nonparametrik Mann-Whitney didapatkan hasil p sebesar 0,019 (p< 0,05) yang
berarti secara statistik terdapat pengaruh yang bermakna antara umur
kehamilan dengan status anemia gravidarum. Sehingga penelitian dapat
diteruskan karena penetapan kriteria inklusi berupa wanita hamil aterm sesuai
dengan hasil uji statistik yaitu umur kehamilan berpengaruh terhadap status
anemia gravidarum, dimana semakin tua umur kehamilan semakin tinggi
insiden terjadinya anemia gravidarum.
3. Pengaruh Kadar Hemoglobin terhadap Status Anemia Gravidarum
Kadar hemoglobin berpengaruh terhadap status anemia gravidarum.
Anemia gravidarum adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit di bawah normal pada wanita
hamil (Riswan, 2003). Hemoglobin adalah pigmen pengangkut oksigen utama
yang
terdapat
dalam
eritrosit.
Dimana
wanita
hamil
yang
kadar
hemoglobinnya kurang dari 10 gr/dl dinyatakan menderita anemia
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
(Departemen Kesehatan RI, 2000). Dari uji uji-t tidak berpasangan didapatkan
hasil p sebesar 0,000 (p< 0,05) yang berarti secara statistik terdapat pengaruh
yang bermakna antara kadar hemoglobin wanita hamil aterm dengan status
anemia gravidarum. Sehingga penelitian dapat diteruskan karena kriteria
inklusi yang ditetapkan sesuai dengan uji statistik, dimana kadar hemoglobin
berpengaruh terhadap status anemia gravidarum.
4. Pengaruh Kadar Hematokrit terhadap Status Anemia Gravidarum
Kadar hematokrit berpengaruh terhadap status anemia gravidarum.
Anemia gravidarum adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit di bawah normal pada wanita
hamil (Riswan, 2003). Hematokrit merupakan salah satu komponen
pendukung dalam diagnosis anemia gravidarum. Dari hasil uji uji-t tidak
berpasangan didapatkan hasil p sebesar 0,000 (p< 0,005) yang berarti secara
statistik terdapat pengaruh yang bermakna antara kadar hematokrit wanita
hamil aterm yang akan melahirkan dengan status anemia gravidarum.
Penelitian dapat diteruskan karena sesuai dengan definisi operasional variabel
bahwa kriteria diagnosis anemia gravidarum disamping kadar hemogobin juga
kadar hematokrit dan kadar eritrosit.
5. Pengaruh Kadar Eritrosit terhadap Status Anemia Gravidarum
Kadar eritrosit berpengaruh terhadap status anemia gravidarum. Anemia
gravidarum adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit, dan jumlah eritrosit di bawah normal pada wanita hamil (Riswan,
2003). Eritrosit merupakan salah satu komponen pendukung dalam diagnosis
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
anemia gravidarum. Dari hasil uji uji-t tidak berpasangan didapatkan p sebesar
0,001 (p< 0,005) yang secara statistik terdapat hubungan yang bermakna
antara kadar eritrosit dengan status anemia gravidarum. Penelitian dapat
diteruskan karena dari hasil uji statistik sesuai dengan definisi variabel
operasional.
6. Pengaruh Kadar Leukosit terhadap Status Anemia Gravidarum
Kadar leukosit tidak berpengaruh terhadap status anemia gravidarum.
Pada kriteria inklusi maupun definisi operasional tidak ditetapkan adanya
pengaruh kadar leukosit terhadap terjadinya anemia gravidarum. Dari hasil uji
alternatif Mann-Whitney didapatkan p sebesar 0,492 (p> 0,005) yang berarti
tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar leukosit dengan status
anemia gravidarum. Sehingga penelitian dapat diteruskan karena kadar
leukosit tidak berpengaruh terhadap status anemia gravidarum.
7. Pengaruh Kadar Trombosit terhadap Status Anemia Gravidarum
Kadar trombosit tidak berpengaruh terhadap status anemia gravidarum.
Pada kiteria inklusi maupun definisi operasional tidak ditetapkan adanya
pengaruh kadar trombosit terhadap terjadinya anemia gravidarum. Dari hasil
uji alternatif Man-Whitney didapatkan p sebesar 0,055 (p>0,05) yang berarti
secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar trombosit
wanita hamil aterm yang akan melahirkan dengan status anemia gravidarum.
Sehingga penelitian dapat diteruskan karena kadar trombosit tidak
berpengaruh terhadap status anemia gravidarum.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Penelitian ini menggunakan 30 sampel untuk setiap kelompok penelitian
yaitu 30 sampel untuk wanita hamil aterm yang menderita anemia gravidarum
sebagai kelompok terapapar dan 30 sampel untuk wanita hamil aterm yang tidak
menderita anemia gravidarum sebagai kelompok kontrol (Gambar 1). Dasar
pertimbangan peneliti menggunakan jumlah sampel 30 adalah berdasarkan “Rule
of thumb” yaitu patokan umum dimana setiap data penelitian yang akan dianalisis
secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal sebesar 30
subjek penelitian (Thabane, 2005). Sampel dikategorikan ke dalam kelompok
anemia gravidarum jika kadar hemoglobin pada wanita hamil aterm tersebut
kurang dari 10 gr % (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Asfiksia neonatorum sebagai variabel terikat yang diukur berdasarkan skor
Apgar bayi yang baru lahir. Dari penelitian ini didapatkan 9 bayi mengalami
asfiksia neonatorum (15%) dan 51 bayi tidak mengalami asfiksia neonatorum
(85%)
(Gambar 2). Skor Apgar mempunyai hubungan erat dengan asfiksia
neonatorum, yang dapat dinilai pada 1 menit, 5 menit, dan 10 menit setelah bayi
lahir. Skor Apgar satu menit menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan
baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Skor Apgar perlu
pula dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena mempunyai korelasi yang erat
dengan morbiditas dan mortalitas neonatal (Hasan, 2007). Pada penelitian
Kristina Throngren (2001) di Swedia mengatakan bahwa skor Apgar yang rendah
dapat disebabkan oleh hipoksia intrauterine.
Pada gambar 3 dan tabel 5 dapat dilihat distribusi frekuensi anemia
gravidarum terhadap asfiksia neonatorum. Wanita hamil aterm yang anemia
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dengan bayinya asfiksia sebanyak 7 sampel (11,7%) dari total sampel, wanita
hamil aterm yang anemia dengan bayinya tidak asfiksia sebanyak 23 sampel
(38,3%) dari total sampel, wanita hamil aterm yang tidak anemia dengan bayinya
asfiksia sebanyak 2 sampel (3,3%) dari total sampel, dan wanita hamil aterm yang
tidak anemia dengan bayinya tidak asfiksia sebanyak 28 sampel (46,7%) dari total
sampel. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Nugraha, 2006) didapatkan
hubungan korelasi positif yang bermakna dan kuat antara kadar hemoglobin ibu
hamil dengan skor Apgar bayi baru lahir (p= 0,000; koefisien korelasi Pearson =
0,532). Kadar hemoglobin ibu hamil mempunyai pengaruh terhadap skor Apgar
karena hemoglobin merupakan zat yang mengangkut oksigen untuk kebutuhan
ibu dan janin yang dikandungnya. Sehingga apabila terjadi gangguan
pengangkutan oksigen ke janin dapat menyebabkan hipoksia intrauterine.
Sedangkan hipoksia intrauterine dapat menyebabkan penurunan skor Apgar bayi
baru lahir (Prawirohardjo, 2005). Berdasarkan asumsi ini maka pada wanita hamil
yang mengalami anemia gravidarum dimana kadar hemoglobinnya lebih rendah
dibandingkan wanita hamil yang tidak anemia mempunyai resiko lebih besar
melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dengan skor Apgar yang rendah.
Setelah dilakukan uji statistik dengan metode Chi-Square didapatkan X2
hitung sebesar 3,268 lebih kecil dari X2 tabel sebesar 3,841 dengan α=0,05 dan
dB=1 (Tabel 5). Syarat uji Chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected
kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel, jika syarat ini tidak terpenuhi maka
dipakai uji alternatifnya yaitu uji Fisher untuk tabel 2x2 (Dahlan, 2008). Pada uji
statistik Chi-Square terhadap data penelitian, terdapat 2 sel (50%) yang nilai
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
expectednya kurang dari 5. Dengan demikian tidak memenuhi syarat untuk uji
Chi-Square, maka peneliti menggunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher (Dahlan,
2008). Dengan uji Fisher didapatkan nilai p untuk 1-sided (one-tail) sebesar 0,073
lebih besar dari 0,05 (p>0,05) yang berarti Ho diterima, dengan demikian secara
statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara anemia gravidarum pada
kehamilan aterm dengan asfiksia neonatorum di RSUD dr. Moewardi Surakarta.
Meskipun secara statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara anemia
gravidarum pada kehamilan aterm dengan asfiksia neonatorum, tetapi secara
klinis didapatkan hasil yang bermakna dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 4,3
dan Interval Kepercayaan (IK 95% 0,81-22,53). Hal ini berarti bahwa wanita
hamil aterm yang menderita anemia gravidarum mempunyai resiko melahirkan
bayi dengan asfiksia neonatorum sebesar 4,3 kali lebih besar daripada wanita
hamil yang tidak menderita anemia gravidarum.
Tidak terdapatnya hubungan secara statistik ini bisa disebabkan karena
jumlah sampel yang kurang banyak. Sehingga kemungkinan kurang bisa mewakili
jumlah populasi yang ada. Lokasi penelitian yang hanya dilakukan di RSUD
dr.Moewardi juga menyebabkan terbatasnya jumlah sampel, bila dilakukan di
beberapa rumah sakit kemungkinan kasus yang ditemui akan lebih banyak. Dalam
pengambilan sampel peneliti telah menetapakan restriksi sesuai dengan kriteria
inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan, sehingga semakin memperkecil jumlah
sampel yang akan diteliti.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Pada penelitian sejenis sebelumnya didapatkan hubungan antara kadar
hemoglobin ibu hamil dengan skor Apgar bayi yang dilahirkannya, dimana
semakin tinggi kadar hemoglobin ibu hamil maka skor Apgar bayi yang
dilahirkannya juga semakin tinggi (Nugraha, 2006). Sedangkan dalam penelitian
ini wanita hamil aterm dengan anemia gravidarum dimana kadar hemoglobinnya
rendah mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan skor
Apgar yang rendah pula dibandingkan dengan wanita hamil aterm yang tidak
mengalami anemia gravidarum dimana kadar hemoglobinnya normal. Namun
ternyata belum tentu skor Apgar yang lebih rendah tersebut bisa dikategorikan
asfiksia. Meskipun demikian terbukti bahwa bayi yang dilahirkan dari wanita
hamil aterm dengan anemia gravidarum mempunyai skor Apgar yang lebih rendah
dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dari wanita .hamil aterm yang tidak
menderita anemia gravidarum.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak
terdapat hubungan antara anemia gravidarum pada kehamilan aterm dengan
asfiksia neonatorum. Akan tetapi secara klinis didapatkan bahwa wanita hamil
aterm dengan anemia gravidarum mempunyai resiko 4,3 kali lebih besar untuk
melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dibandingkan wanita hamil
aterm yang tidak ada riwayat anemia gravidarum (OR 4,3 dengan IK 95%
0,81-22,53).
B. SARAN
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang
lebih besar sebab pada penelitian ini secara klinis menunjukkan adanya
pengaruh anemia gravidarum pada kehamilan aterm dengan terjadinya
asfiksia neonatorum.
2. Anemia gravidarum dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada
ibu dan bayinya, sehingga perlu adanya pencegahan dan penatalaksanaan
yang baik dan terpadu yang memerlukan kerjasama dan peran aktif antara
ibu hamil dengan dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya. Misalkan,
dengan memberikan pemahaman kepada ibu hamil agar melakukan Ante
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Natal Care (ANC) secara teratur dan pemberian preparat tablet besi (Fe90) sebagai terapi profilaksis kepada ibu hamil.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, R., Wahyudin. 2004. Studi kasus kontrol biomedis terhadap kejadian
anemia ibu hamil di puskesmas bantimurung maros. J Med Nus. 25 :
71-5.
Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC, pp:58- 67.
Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C.,
Wenstrom, K.D. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, pp:
18-20, 91, 146-49, 191-93, 1463-72.
Dahlan, M., Sopiyudin. 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika, pp: 121-26.
Gandasoebrata, A., 2007. Penuntun Labolatorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat,
pp: 11-2.
General Illness Information. 2004. Anemia During Pregnancy.
http: //www.rx-med/anemia-during-pregnancy.html.
(23 Februari 2009).
Guyton, A.C., Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC, pp:534, 645-46
Indarso, F. 2006. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dari Ibu yang Bermasalah.
Surabaya: Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr.
Soetomo.
Kosim, M.S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G.I., Usman, A. 2008. Buku Ajar
Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia,
pp: 103-9.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., Setiowulan, W., 2005. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1: Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Edisi ketiga.
Jakarta: Media Aesculapius, pp: 270, 76, 79, 88, 91, 308,10.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., Setiowulan, W., 2007. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2: Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ketiga. Jakarta:
Media Aesculapius, p: 502.
Mappiwali, A., 2008. Hubungan karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia
di rumah sakit umum sultan daeng raja kabupaten bulukumba periode
januari-desember 2008. Jurnal Medika Unhas. Pp: 1-12.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Edisi 2. Jakarta: EGC, pp: 91, 120, 145, 255, 381, 85, 427.
Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, pp: 67, 111-3.
Riswan, Muhammad. 2003. Anemia defisiensi besi pada wanita hamil di beberapa
praktek bidan swasta dalam kota madya medan. USU Digital Library.
Pp: 1-23.
Roeshadi, R.H. 2004. Gangguan dan Penyulit pada Masa Kehamilan. USU Digital
Library: Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas
Kedokteran USU. Pp: 1-3.
Sacher, R.A., Mc Pherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Labolatorium. Jakarta: EGC, pp: 41-2.
Saharso, D., Sudiatmika, I.N. 2006. Hypoxic Ischaemic Encephalopathy. http:
//www.pediatrik.com/hie.htm. (20 Februari 2009).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto, pp: 112, 279.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta:
Infomedika, pp: 1072-80.
Suheimi, H.K. 2007. Anemia dalam Kehamilan.
http://ksuheimi.blogspot.com/2007/09/anemia-dalam-kehamilan.html.
(1 Maret 2009).
System Informasi Kesehatan Kota Balikpapan. 2008. Dasar Teori Bayi Resiko
Tinggi dengan Asfiksia Neonatorum.
http: //www.dkk-bpp.com. ( 15 Februari 2009).
Taber, B. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC.
Taufiqurrahman, M.A. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu
Kesehatan. Klaten: CSGF, pp: 71-5, 125.
Thorngren, K. 2001. Low-5 minute Apgar Score : A Population-Based Register
Study of 1 Million Term Births.
http://taylorandfrancis.metapress.com/(kp5b3b34k4jpoavcrtnrw25)/a
pp/home/contribution.asp?referrer=parent&backto=issue,7,26;journal
,43,76;lingkingpublicationresults,1:100389,1 (20 Februari 2010)
Ural, S. 2004. What is Apgar Score?
http://kidshealth.org/parent/pregnancynewborn/pregnancy/apgar.html.
(22 Februari 2009).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Utomo, M.T. 2006. Asfiksia Neonatorum.
http: //www.pediatrik.com/asfiksia.htm. (20 Februari 2009).
Utomo, M.T., Etika, R., Harianto, A., Indarso, F., Damanik, S.M., 2006.
Ensefalopati Hipoksik Iskemik Perinatal (Perinatal Hypoxic Ischemic
Encephalopathy). Proseding Continuing Education Ilmu Kesehatan
Anak XXXVI: Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI. Surabaya:
Divisi Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU
Dr.Soetomo. Pp: 1-5.
WHO Regional Office for South-East Asia. 2002. Health Situation in the SouthEast Asia Region.
http://w3.whosea.org/health_situt_94-97/trends1.html.
(7 Februari 2009)
Wikipedia Ensiklopedia Bebas Indonesia. 2009. Hemoglobin.
http://id.wikipedia.org/wiki/hemoglobin. (7 Februari 2009).
Winichagoon, P.2002. Prevention and control of anemia: Thailand experiences. J
Nutr. 132: 862S–866S.
Winkjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. (eds). 2007. Ilmu Kebidanan.
Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp:
77-8, 96, 448-56, 709-14.
Download