66 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016 PENILAIAN STATUS GIZI SISWI KELAS X DAN XI DI SMAN 1 DEPOK, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA 1 1 Sicilia , Reni Merta Kusuma 1 Program studi D3 Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman, D.I.Yogyakarta ABSTRACT Background: Teenagers, especially femalearesusceptible to problems related to malnutrition such as Chronic Energy Deficiency (CED). Objective: To determine the characteristics of nutritional status based on age, weight, height, arm circumference, and Body Mass index (BMI) in X and XI grade students at SMAN 1 Depok, Sleman District, Yogyakarta. Method: The study was an observational study with cross-sectional approach. Measurement used a digital scale, mikrotoise, and upper arm circumference tape. Subjects in this study were 250 female teenagers. Descriptivequantitative analysis was employed for data with numerical/continuous scale (ratio and interval). Results: The majority of female teenagers aged between 14-18 years (mean= 16yo). The meanweight was 50.58 kg, the meanheightwas 155.65 cm, and the mean size of the upper-arm circumference was 24.9 cm. The measurement showed the mean BMI was 20.9 kg/m2. Ten percent of students were categorized as severeunderweight (severe CED) and 7.2% were in the obesecategory. Measurement of nutritional status with upper-arm circumference showed 33.6% female teenagerswere at risk of CED. Conclusion: There were female teenagerswho had problems with nutritional status (severe underweight and obese). Upper-arm circumference measurement results showed 33.6% of teenagers were at risk of CED. Keyword: Nutritional status, BMI, upper-arm circumference, CED PENDAHULUAN Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi DIY tahun 2010 dari Kesehatan RI menunjukkan prevalensi Wanita Usia Subur Riskesdas (WUS) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan prevalensi KEK lebih tinggi (DIY) terjadi di wilayah perkotaan dengan angka yang masuk dalam kategori Kekurangan Energi Kronis (KEK) cukup tinggi sebesar 21%. (1) Angka tersebut merupakan tertinggi 21,71%. Kementerian lanjutan di Kabupaten Sleman sebesar (2) angka tertinggi ketiga di Indonesia dibanding Zat gizi merupakan unsur yang penting kota lain. Situasi kesehatan lain yang secara dalam kebutuhan nutrisi mengingat zat gizi kualitas seperti tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri kematian ibu, bayi, dan balita, sanitasi pada nutrisi. Kebutuhan nutrisi tidak akan lingkungan, penyakit, dan lain sebagainya, berfungsi maka kondisi DIY tersebut menjadi sebuah mengandung beberapa zat gizi yang sesuai pertanyaan untuk kebutuhan tubuh. Konsumsi gizi sangat melebihi besar provinsi bagi lain para pemangku secara optimal memengaruhi Kesehatan yang seseorang sebagai modal utama bagi tubuh diselenggarakan Dinas Kesehatan (Dinkes) manusia. Asupan gizi yang salah atau tidak (Surkesdas) gizi tidak kepentingan terkait di provinsi lain. Survei Dasar status apabila kesehatan 67 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016 sesuai akan menimbulkan masalah pada dalam tubuh tidak sesuai/kurang. Kelompok kesehatan. (3) rentan gizi ini ialah: bayi, balita, anak Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia, kekurangan gizi akan mengakibatkan sekolah, remaja, menyusui. ibu hamil, dan ibu (6) kegagalan KEK merupakan salah satu permasalahan perkembangan gizi di Indonesia yang banyak dialami oleh kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, WUS termasuk remaja, ibu hamil, dan ibu dan menurunkan daya tahan tubuh yang menyusui.(7) KEK pada WUS merupakan berakibat meningkatnya angka kesakitan dan faktor risiko kematian pada ibu hamil dan kematian. Kecukupan gizi sangat diperlukan janin. Manifestasi dari masalah gizi makro oleh setiap individu, sejak janin yang masih di apabila terjadi pada WUS dan ibu hamil yang dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa mengalami KEK adalah Bayi Berat Lahir remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Ibu atau Rendah (BBLR). Pola makan yang belum calon baik dipengaruhi oleh kebutuhan terkait pertumbuhan ibu karena fisik dan merupakan membutuhkan sehingga harus kelompok gizi dijaga rawan, yang status cukup gizi dan kesehatannya, agar dapat melahirkan bayi yang sehat. (4) ini masih penampilan dalam aspek ekonomi. pada remaja dan WUS dapat disebabkan oleh penyebab langsung seperti penyakit dan pola konsumsi, serta penyebab dominasi oleh masalah Kekurangan Energi tidak langsung seperti umur, pendidikan, dan Protein (KEP), KEK, Anemia Gizi Besi (AGB), pekerjaan. Status gizi dapat diukur dengan Gangguan Yodium menggunakan pita Lingkar Lengan Atas (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan (LiLA).(5) Pengukuran dengan pita LiLA pada masalah obesitas terutama di kota-kota orang dewasa merupakan salah satu pilihan Akibat saat atau di besar. hingga estetik rangka menjaga bentuk tubuh dibandingkan KEK Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang dengan Kekurangan (5) terbaik karena mudah dilaksanakan dan Kelompok yang dapat mengalami kejadian menggunakan alat ukur yang murah serta rentan gizi menurut pendapat Sediaoetama mudah diperoleh. Survei Kesehatan Daerah ialah masyarakat yang menderita kelainan gizi paling mudah DIY (2010) menyatakan bahwa rerata LiLA apabila terkena WUS di DIY (26,28 cm) lebih tinggi dari hasil kekurangan bahan makanan. Kelompok ini Riskesdas 2007 (26,18 cm).(2) umumnya mengalami kondisi rentan gizi WUS juga meliputi masa remaja dilihat berhubungan dengan proses pertumbuhan dari batasan usia seperti definisi remaja yang relatif pesat, yang memerlukan zat gizi menurut Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB) dalam jumlah relatif besar namun asupan ke yang menyebut kaum muda (youth) untuk 68 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016 usia 15 sampai dengan 24 tahun. Remaja berkecukupan, sehingga mayoritas orangtua adalah mengarahkan periode perkembangan selama anaknya untuk memilih individu mengalami perubahan dari masa sekolah negeri dengan biaya yang cukup kanak-kanak menuju masa dewasa. Rentang terjangkau. usia remaja biasanya antara usia 13 dan 20 Perilaku makan pelajar dalam memilih tahun.(8) Remaja sering didefinisikan sebagai jenis makanan dipengaruhi oleh beberapa masa transisi antara masa anak-anak ke faktor seperti budaya, sosial, pribadi, dan masa dewasa atau masa belasan tahun. psikologis. Dari beberapa faktor tersebut Masa remaja merupakan waktu kematangan faktor budaya paling banyak memberikan fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang pengaruh pada pola konsumsi pelajar, hal ini cepat disebabkan pada anak mempersiapkan diri perempuan untuk menjadi wanita dewasa.(9) oleh berkembangnya pengetahuan dan informasi mengenai jenis makanan dan minuman yang disajikan di Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten seluruh penjuru kota melalui media massa.(12) Sleman menyebutkan bahwa jumlah WUS Status gizi wanita sebelum kehamilan tertinggi terdapat di Kecamatan Depok menjadi salah satu penentu indikator dengan usia 13–15 tahun sebanyak 6.253 kesehatan dalam proses kehamilan, dan jiwa dan usia 16–18 tahun sebanyak 2.935 akibat pengaruh tingginya prevalensi penyakit jiwa, hal ini dimaksudkan sebagai salah satu KEK yang dialami wanita baik sebelum alternatif melihat gambaran status gizi WUS kehamilan maupun saat kehamilan sangat dengan populasi terbanyak di Kabupaten berisiko Sleman. (10) bagi pertumbuhan dan perkembangan janin yang akan dilahirkan Kelompok umur 15 tahun sampai dengan seperti terjadinya BBLR. Laporan Dinas 18 tahun lebih spesifik masuk dalam kategori Kesehatan Provinsi DIY juga menyatakan remaja yang banyak didominasi berada di bahwa dari kelima provinsi setempat kasus Sekolah Menengah Atas (SMA), Organisasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sleman, maka Kesehatan Dunia (WHO) juga menyebutkan berdasarkan data kejadian kasus KEK diatas bahwa periode usia remaja berada antara serta akibat dari penyakit KEK yang dapat usia 10–19 tahun.(11) Kecamatan Depok terjadi, memiliki satu-satunya SMA Negeri yang meneliti gambaran status gizi remaja SMA berada di kecamatan ini yaitu SMAN 1 terkait permasalahan KEK pada kelas X dan Depok. Sekolah Menengah Atas (SMA) XI kecuali kelas XII, dengan menggunakan negeri lebih banyak diminati oleh remaja penilaian IMT dan LiLA di SMAN 1 Depok, dengan tingkat penghasilan orangtua yang Kabupaten Sleman tahun 2014. tidak dibatasi, baik kurang maupun sehingga peneliti tertarik untuk 69 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui 3. Pita gambaran status gizi siswa kelas X dan XI dengan mengidentifikasi umur responden, untuk mengukur Lingkar menghitung Indeks Lengan Atas, 4. Kalkulator ukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, dan indeks massa tubuh. LiLA untuk Massa Tubuh (IMT). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran secara langsung untuk BAHAN DAN CARA PENELITIAN mendapatkan data primer. Data karakteristik Penelitian ini menggunakan penelitian responden yang meliputi umur, agama, dan deskripsi kuantitatif dengan jenis penelitian riwayat penyakit 6 bulan lalu diperoleh dari adalah menanyakan observasional dengan rancangan secara biasa/umum. penelitian cross sectional (potong lintang). Pengukuran antropometri dilakukan untuk Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Depok, mendapatkan data tentang status gizi. Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Populasi Pengukuran status gizi dalam penelitian ini penelitian adalah siswi SMAN 1 Depok kelas dilakukan dengan dua metode yaitu lingkar X dan XI yang berjumlah 268 siswi, namun lengan atas (LiLA) dan status IMT. Status ada IMT 18 siswi pengambilan yang data. tidak Teknik hadir saat sampling dilakukan dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. menggunakan total sampling atau pemilihan Berat badan diukur keseluruhan populasi untuk mendapatkan dewasa digital, sedangkan untuk tinggi badan data yang lebih menyeluruh. Kriteria inklusi dengan dalam penelitian ini adalah (1) tidak sedang didapatkan, menderita penyakit seperti jantung (misalnya menggunakan formulir khusus. microtoise. dengan Data selanjutnya timbangan yang dicatat sudah dengan stroke, jantung koroner, dan sebagainya), diabetes, tuberculosis (TBC), penyakit paru, HASIL DAN PEMBAHASAN (2) bersedia mengikuti penelitian dengan Lingkar Lengan Atas (LiLA) menandatangani lembar persetujuan. Kriteria Data hasil analisis LiLA responden kelas X eksklusi dalam penelitian ini adalah tidak dan XI dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Rata-Rata LiLA Siswi Kelas X dan XI di SMAN 1 Depok Tahun 2014 hadir saat pengambilan data penelitian. Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya : 1. Timbangan badan untuk dewasa, menimbang jenis digital Mean Median SD MinimalMaksimal LiLA 24.9 cm 24.5 cm 3.10 17–39 cm berat merek Camry. 2. Variabel Microtoise untuk mengukur tinggi badan, 95 % CI 24.58– 25.35 cm Tabel 1 menunjukkan hasil analisis data LiLA responden kelas X dan XI di SMAN 1 70 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016 Depok. Rerata LiLA siswi adalah 24.9 cm dan ukuran LiLA terkecil yaitu 17 cm. Hasil Status Gizi Berdasarkan IMT estimasi interval dapat disimpulkan 95% Status gizi ditinjau berdasarkan ukuran BB diyakini bahwa rata-rata LiLA siswi di SMAN dan TB yang dihitung dengan rumus IMT 1 Depok tahun 2014 adalah antara 24.58 cm untuk melihat gambaran nilai IMT responden sampai 25.35 cm. di SMAN 1 Depok dapat dilihat pada tabel 4.8 Data hasil pengukuran LiLA responden kelas X dan XI dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Distribusi Frekuensi LiLA Siswi Kelas X dan XI di SMAN 1 Depok Tahun 2014 No. Kategori LiLA Jumlah (n) Persentase (%) 1 KEK (<23.5 cm) Tidak KEK (≥23.5 cm) Total 84 33.6 166 66.4 250 100 2 Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran berikut ini. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswi Kelas X dan XI Berdasarkan Nilai IMT di SMAN 1 Depok Tahun 2014 No. Klasifikasi IMT 1 Kurus Tingkat Berat Kurus Tingkat Ringan Normal Gemuk Tingkat Ringan Gemuk Tingkat Berat Total 2 3 4 5 LiLA responden kelas X dan XIdi SMAN 1 Depok. Siswi yang masuk kategori KEK cukup tinggi sekitar 84 orang siswi (33.6%). 25 Perse ntase (%) 10 43 17.2 153 61.2 11 4.4 18 7.2 250 100 Jumlah (n) Hasil perhitungan IMT dari BB dan TB responden kelas X dan XI pada tabel 4 menunjukkan sebanyak 25 orang responden (10%) masuk dalam kategori kurus tingkat Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) Data nilai IMT siswi kelas X dan XI dapat (7.2%) yang masuk dalam kategori gemuk dilihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Distribusi Nilai IMT Siswi Kelas X dan XI di SMAN 1 Depok Tahun 2014 Variabel Mean Median SD Nilai IMT 20.9 2 Kg/m 20.13 2 Kg/m 3.7 berat, dan juga terdapat 18 orang responden MinimalMaksimal 12.83– 38.23 2 Kg/m 95 % CI 20.43– 21.35 2 Kg/m tingkat berat. PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri kelas X dan XI di SMAN 1 Depok Tabel 3 menunjukkan hasil analisis data berumur antara 14–18 tahun. Hal ini sesuai nilai IMT responden. Nilai IMT responden dengan definisi remaja adalah kaum muda 2 tertinggi adalah 38.23 Kg/m . Hasil estimasi (young people) yang mencakup usia 10–24 interval dapat disimpulkan 95% diyakini rata- tahun. (11) rata nilai IMT siswi di SMAN 1 Depok tahun 2014 adalah antara 20.43 Kg/m 2 dengan 21.35 Kg/m . 2 sampai Umur setingkat remaja atau kaum muda banyak yang memiliki gizi tidak seimbang. Hal ini dipengaruhi oleh pola perilaku makan 71 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016 dan pemilihan jenis makanan dipengaruhi dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu oleh beberapa faktor terutama dari faktor hamil, dan olahragawan.5,13 Direktorat Gizi budaya oleh Masyarakat dalam Surveilans Gizi yang perkembangan pengetahuan dan informasi menyatakan bahwa IMT dapat digunakan mengenai jenis makanan dan minuman yang untuk melihat gambaran status gizi WUS usia disajikan melalui media massa.12 Remaja 15–45 tahun.14 Hal ini juga didukung dari saat ini juga cenderung lebih banyak makan pendapat di luar rumah dan banyak dipengaruhi oleh (rasio) berat badan/tinggi badan banyak teman, media informasi terutama di daerah digunakan untuk menilai keseimbangan BB perkotaan yang banyak meniru gaya hidup dan modern. (3) Kondisi remaja saat ini lebih suka Penelitian ini menggunakan parameter IMT mengonsumsi termasuk secara umum untuk menggambarkan status dalam tipe cepat saji (junk food) dan instan gizi remaja putri dengan dasar dari sumber- yang sumber yang ada. yang disebabkan makanan komposisi gizinya yang tidak seimbang TB Almatsier orang yaitu dewasa perbandingan dan remaja.15 bahkan cenderung kurang.Hasil penelitian ini Hasil pengukuran dan perhitungan IMT dapat menggambarkan ketidakseimbangan siswi kelas X dan XI menunjukkan rerata nilai gizi para remaja di SMAN 1 Depok dapat IMT siswi adalah 20,9 Kg/m2 yang masuk dilihat pada nilai BB siswi yang 47,2% dalam kategori BB ideal (normal), namun berumur 16 tahun memiliki range antara 30,2 terdapat 10% siswi masuk dalam kategori Kg hingga 88,1 Kg dengan 95% CI antara kurus dengan kekurangan BB tingkat berat 49,41 Kg hingga 51,75 Kg. Pola makan yang (KEK berat), dan 17,2% dalam kategori kurus tidak seimbang pada remaja menyebabkan dengan kekurangan BB tingkat ringan (KEK rentan ringan) yaitu BB responden kurang ideal dan terjadinya masalah BB seperti obesitas dan berat badan kurang atau kurus. disarankan Berat badan(BB) dan TB adalah salah satu makanan berkalori. KEK merupakan suatu parameter penting untuk menentukan status keadaan kekurangan makanan yang terjadi kesehatan manusia khususnya gizi. dalam waktu lama sehingga menyebabkan Berat Badan (BB) dan TB dapat nilai IMT perbanyak di bawah mengonsumsi normal (<18.5 digunakan untuk menilai status gizi dengan Kg/m2).16Hasil IMT. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan berdasarkan IMT berikutnya menunjukkan 11 parameter untuk menilai status gizi secara orang dari 250 orang responden (4.4%) lebih terukur. Dasar penggunaan parameter masuk IMT memiliki klasifikasi status dalam klasifikasi gemuk gizi dengan beberapa versi yaitu kelebihan BB tingkat ringan, artinya BB masih berlaku untuk orang ideal namun hampir mencapai obesitas, dewasa berumur di atas 18 tahun, dan tidak responden disarankan untuk menjaga pola penggunaan IMT 72 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016 makan dan memperbanyak olahraga, dan Persentase remaja putri yang berisiko 7.2% siswi berada dalam kategori IMT >27.0 mengalami KEK cukup tinggi mengisyaratkan Kg/m 2 tingkat yaitu gemuk dengan kelebihan BB berat, BB melebihi ideal, bahwa pencegahan risiko KEK pada remaja dan putri perlu dilakukan sejak sebelum hamil menderita obesitas. Berat normal adalah agar wanita dapat memulai kehamilan dan idaman bagi setiap orang agar mencapai menyusui tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan Pencegahan memiliki BB ideal adalah memiliki penampilan pemberian makanan tambahan tinggi energi, yang baik, lincah, dan risiko untuk terkena dan melakukan promosi kesehatan agar ibu penyakit lebih rendah. Berat badan (BB) yang dapat memulai kehamilan dan menyusui kurang atau berlebihan akan menimbulkan dengan status gizi baik, cukup energi dan zat risiko terhadap berbagai macam penyakit.5 gizi.7 Perbaikan status gizi remaja putri akan Pengukuran pendukung IMT untuk melihat status gizi remaja adalah LiLA. Hasil terhindar dari dapat risiko dilakukan KEK. dengan lebih baik dilakukan sedini mungkin, remaja pun telah memiliki dasar pengetahuan pengukuran menunjukkan rerata ukuran LiLA tentang sumber nutrisi yang baik bagi tubuh. siswi SMAN 1 Depok adalah 24.9 cm yang Promosi kesehatan oleh lembaga kesehatan dalam terkait seperti puskesmas dapat dilakukan klasifikasi masuk dalam kategori normal (≥23.5 cm). Ambang batas LiLA untuk dengan ibu hamil, WUS, dan remaja dengan risiko mengupayakan perbaikan gizi remaja untuk KEK di Indonesia adalah 23.5 cm, apabila lebih baik, namun tentunya perbaikan gizi ukuran LiLA <23.5 cm atau di bagian merah harus didukung oleh tenaga pengajar sebagai pita LiLA artinya wanita tersebut memiliki pembimbing selama di sekolah dan orangtua risiko mengalami KEK. 5 Hasil tema yang bervariasi dalam penelitian sebagai orang yang mampu mengontrol dan menunjukkan bahwa 33.6% dari 250 orang mengarahkan remaja khususnya remaja putri remaja putri di SMAN 1 Depok masuk dalam untuk kategori wanita yang berisiko mengalami berkualitas KEK. Hasil data LiLA ukuran <23.5 cm untuk membiasakan perempuan yang menderita KEK pada usia membantu para siswi memiliki gizi yang lebih 15–49 tahun mencapai 15%, sedangkan baik, sehingga jumlah kejadian KEK dan pada remaja putri mencapai 37% walaupun obesitas hasil data ukuran LiLA siswi yang tidak penelitian ini tidak ada yang memiliki riwayat mengalami KEK sebesar 66.4 %. Hal ini penyakit seperti jantung (misalnya stroke, berbeda dengan hasil yang ditunjukkan dari jantung koroner, dan sebagainya), diabetes, ukuran BB yang memiliki range 57.9 Kg yaitu tuberculosis (TBC), dan penyakit paru dalam antara 30.2 Kg hingga 88.1 Kg. 17 ± 6 memilih bahan dan diri dapat bulan makanan tentunya sarapan berkurang. sebelum yang sehat, serta pagi untuk Responden pengambilan data 73 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016 penelitian sehingga tidak memengaruhi hasil 2. Dinkes DIY. Kurang Energi Kronis dan akhir dari pengukuran status gizinya. Permasalahan pada Wanita Usia Subur, Yogyakarta: Dinkes DIY. 2011 KESIMPULAN 3. Sulistyoningsih, Hasil penelitian menunjukkan sebagian Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta: besar remaja putri kelas X dan XI di SMAN 1 Depok berumur antara 14 sampai dengan 18 Hariyani. Graha Ilmu. 2012 4. Direktorat Gizi Masyarakat. tahun dan rata-rata berumur 16 tahun. Rerata Penanggulangan BB siswi 50.58 Kg, dan rerata TB siswi Wanita 155.65 cm, yang termasuk normal. Rerata Motherhood Project: A Partnership and ukuran LiLA siswi adalah 24.9 cm yang Family termasuk normal. Hasil pengkuran status gizi Kemitraan dan Pendekatan Keluarga). dengan LiLA menunjukkan 33.6% dari 250 Jakarta: orang remaja putri memiliki ukuran LiLA 2008 <23.5 cm. Usia Anemia Program Subur Gizi pada (WUS) (Safe Approach/Kesehatan Departemen Ibu: Kesehatan RI. 5. Supariasa, I. D. N., Bakri, B. & Fajar, I. Rerata nilai IMT siswi adalah 20.9 Kg/m2 Penilaian yang masuk kategori status gizi normal 2 (18.5–25.0 Kg/m ). Hasil pengukuran IMT Status Gizi, Jakarta: BukuKedokteran EGC. 2012 6. Yuliantini, Hasri., Mifbakhuddin. menyatakan 10% siswi memiliki nilai <17 Hubungan Antara Konsumsi Energi dan Kg/m2 yang masuk kategori kurus dengan Protein dengan Status Gizi pada Ibu kekurangan BB tingkat berat (KEK berat) dan Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas I 7.2% siswi memiliki nilai >27 Kg/m 2 yang Sukoharjo. masuk kategori gemuk dengan kelebihan BB tingkat berat (menderita obesitas). 2004. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol I No.2 7. Perry dan Potter. Fundamental KEPUSTAKAAN Buku Keperawatan Ajar Konsep, Proses, Dan Praktik. Volume 1, Edisi 4. Jakarta: EGC. 2005 1. Riskesdas. Pedoman Pengukuran dan 8. Irawati, Anies. Faktor Determinan Risiko Pemeriksaan. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Departemen 2007 (http://www.scribd.com/doc/171155528/P edoman-Pengukuran) Diakses pada 17 Desember 2013. Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu 74 Menyusui di Indonesia, Puslitbang Gizi dan Makanan (PGM). 2009: 32(2): 82– 93. 9. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman dalamAngka (Sleman Regency in Figures). 74 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016 Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2013 10. Kusmiran, E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. 2011 11. Fakhruddin, S. Perilaku Makan Remaja Terhadap Makanan Cepat Saji di Kota Makassar. Makassar: 2009. Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hassanuddin. 12. Waryana. Gizi Reproduksi, Yogyakarta: Pustaka Rihama. 2010 13. Direktorat Gizi Masyarakat. Surveilans Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2012 14. Almatsier, Sunita., Soetardjo, S., Soekatri, M. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. 2011 15. Persagi. Kesehatan Kamus Gizi Keluarga, Pelengkap Jakarta: Buku Kompas. 2009 16. Sadli, Saparinah. Berbeda Tetapi Setara (Pemikiran tentang Kajian Perempuan), Jakarta: Buku Kompas. 2010