penilaian status gizi siswi kelas x dan xi di sman 1 depok

advertisement
66
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016
PENILAIAN STATUS GIZI SISWI KELAS X DAN XI
DI SMAN 1 DEPOK, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA
1
1
Sicilia , Reni Merta Kusuma
1
Program studi D3 Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman, D.I.Yogyakarta
ABSTRACT
Background: Teenagers, especially femalearesusceptible to problems related to malnutrition such as
Chronic Energy Deficiency (CED).
Objective: To determine the characteristics of nutritional status based on age, weight, height, arm
circumference, and Body Mass index (BMI) in X and XI grade students at SMAN 1 Depok, Sleman District,
Yogyakarta.
Method: The study was an observational study with cross-sectional approach. Measurement used a digital
scale, mikrotoise, and upper arm circumference tape. Subjects in this study were 250 female teenagers.
Descriptivequantitative analysis was employed for data with numerical/continuous scale (ratio and interval).
Results: The majority of female teenagers aged between 14-18 years (mean= 16yo). The meanweight was
50.58 kg, the meanheightwas 155.65 cm, and the mean size of the upper-arm circumference was 24.9 cm.
The measurement showed the mean BMI was 20.9 kg/m2. Ten percent of students were categorized as
severeunderweight (severe CED) and 7.2% were in the obesecategory. Measurement of nutritional status
with upper-arm circumference showed 33.6% female teenagerswere at risk of CED.
Conclusion: There were female teenagerswho had problems with nutritional status (severe underweight and
obese). Upper-arm circumference measurement results showed 33.6% of teenagers were at risk of CED.
Keyword: Nutritional status, BMI, upper-arm circumference, CED
PENDAHULUAN
Hasil
Riset
Kesehatan
Dasar
Provinsi
DIY
tahun
2010
dari
Kesehatan
RI
menunjukkan prevalensi Wanita Usia Subur
Riskesdas
(WUS) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
menunjukkan prevalensi KEK lebih tinggi
(DIY)
terjadi di wilayah perkotaan dengan angka
yang
masuk
dalam
kategori
Kekurangan Energi Kronis (KEK) cukup tinggi
sebesar 21%.
(1)
Angka tersebut merupakan
tertinggi
21,71%.
Kementerian
lanjutan
di
Kabupaten
Sleman
sebesar
(2)
angka tertinggi ketiga di Indonesia dibanding
Zat gizi merupakan unsur yang penting
kota lain. Situasi kesehatan lain yang secara
dalam kebutuhan nutrisi mengingat zat gizi
kualitas
seperti
tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri
kematian ibu, bayi, dan balita, sanitasi
pada nutrisi. Kebutuhan nutrisi tidak akan
lingkungan, penyakit, dan lain sebagainya,
berfungsi
maka kondisi DIY tersebut menjadi sebuah
mengandung beberapa zat gizi yang sesuai
pertanyaan
untuk kebutuhan tubuh. Konsumsi gizi sangat
melebihi
besar
provinsi
bagi
lain
para
pemangku
secara
optimal
memengaruhi
Kesehatan
yang
seseorang sebagai modal utama bagi tubuh
diselenggarakan Dinas Kesehatan (Dinkes)
manusia. Asupan gizi yang salah atau tidak
(Surkesdas)
gizi
tidak
kepentingan terkait di provinsi lain. Survei
Dasar
status
apabila
kesehatan
67
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016
sesuai akan menimbulkan masalah pada
dalam tubuh tidak sesuai/kurang. Kelompok
kesehatan. (3)
rentan gizi ini ialah: bayi, balita, anak
Gizi
merupakan
salah
satu
penentu
kualitas sumber daya manusia, kekurangan
gizi
akan
mengakibatkan
sekolah,
remaja,
menyusui.
ibu
hamil,
dan
ibu
(6)
kegagalan
KEK merupakan salah satu permasalahan
perkembangan
gizi di Indonesia yang banyak dialami oleh
kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja,
WUS termasuk remaja, ibu hamil, dan ibu
dan menurunkan daya tahan tubuh yang
menyusui.(7) KEK pada WUS merupakan
berakibat meningkatnya angka kesakitan dan
faktor risiko kematian pada ibu hamil dan
kematian. Kecukupan gizi sangat diperlukan
janin. Manifestasi dari masalah gizi makro
oleh setiap individu, sejak janin yang masih di
apabila terjadi pada WUS dan ibu hamil yang
dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa
mengalami KEK adalah Bayi Berat Lahir
remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Ibu atau
Rendah (BBLR). Pola makan yang belum
calon
baik dipengaruhi oleh kebutuhan terkait
pertumbuhan
ibu
karena
fisik
dan
merupakan
membutuhkan
sehingga
harus
kelompok
gizi
dijaga
rawan,
yang
status
cukup
gizi
dan
kesehatannya, agar dapat melahirkan bayi
yang sehat.
(4)
ini
masih
penampilan
dalam
aspek ekonomi.
pada
remaja
dan
WUS
dapat
disebabkan oleh penyebab langsung seperti
penyakit dan pola konsumsi, serta penyebab
dominasi oleh masalah Kekurangan Energi
tidak langsung seperti umur, pendidikan, dan
Protein (KEP), KEK, Anemia Gizi Besi (AGB),
pekerjaan. Status gizi dapat diukur dengan
Gangguan
Yodium
menggunakan pita Lingkar Lengan Atas
(GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan
(LiLA).(5) Pengukuran dengan pita LiLA pada
masalah obesitas terutama di kota-kota
orang dewasa merupakan salah satu pilihan
Akibat
saat
atau
di
besar.
hingga
estetik
rangka menjaga bentuk tubuh dibandingkan
KEK
Masalah gizi di Indonesia dan di negara
berkembang
dengan
Kekurangan
(5)
terbaik karena mudah dilaksanakan dan
Kelompok yang dapat mengalami kejadian
menggunakan alat ukur yang murah serta
rentan gizi menurut pendapat Sediaoetama
mudah diperoleh. Survei Kesehatan Daerah
ialah
masyarakat
yang
menderita kelainan gizi
paling
mudah
DIY (2010) menyatakan bahwa rerata LiLA
apabila
terkena
WUS di DIY (26,28 cm) lebih tinggi dari hasil
kekurangan bahan makanan. Kelompok ini
Riskesdas 2007 (26,18 cm).(2)
umumnya mengalami kondisi rentan gizi
WUS juga meliputi masa remaja dilihat
berhubungan dengan proses pertumbuhan
dari batasan usia seperti definisi remaja
yang relatif pesat, yang memerlukan zat gizi
menurut Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB)
dalam jumlah relatif besar namun asupan ke
yang menyebut kaum muda (youth) untuk
68
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016
usia 15 sampai dengan 24 tahun. Remaja
berkecukupan, sehingga mayoritas orangtua
adalah
mengarahkan
periode
perkembangan
selama
anaknya
untuk
memilih
individu mengalami perubahan dari masa
sekolah negeri dengan biaya yang cukup
kanak-kanak menuju masa dewasa. Rentang
terjangkau.
usia remaja biasanya antara usia 13 dan 20
Perilaku makan pelajar dalam memilih
tahun.(8) Remaja sering didefinisikan sebagai
jenis makanan dipengaruhi oleh beberapa
masa transisi antara masa anak-anak ke
faktor seperti budaya, sosial, pribadi, dan
masa dewasa atau masa belasan tahun.
psikologis. Dari beberapa faktor tersebut
Masa remaja merupakan waktu kematangan
faktor budaya paling banyak memberikan
fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang
pengaruh pada pola konsumsi pelajar, hal ini
cepat
disebabkan
pada
anak
mempersiapkan
diri
perempuan
untuk
menjadi
wanita
dewasa.(9)
oleh
berkembangnya
pengetahuan dan informasi mengenai jenis
makanan dan minuman yang disajikan di
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
seluruh penjuru kota melalui media massa.(12)
Sleman menyebutkan bahwa jumlah WUS
Status gizi wanita sebelum kehamilan
tertinggi
terdapat
di
Kecamatan
Depok
menjadi
salah
satu
penentu
indikator
dengan usia 13–15 tahun sebanyak 6.253
kesehatan dalam proses kehamilan, dan
jiwa dan usia 16–18 tahun sebanyak 2.935
akibat pengaruh tingginya prevalensi penyakit
jiwa, hal ini dimaksudkan sebagai salah satu
KEK yang dialami wanita baik sebelum
alternatif melihat gambaran status gizi WUS
kehamilan maupun saat kehamilan sangat
dengan populasi terbanyak di Kabupaten
berisiko
Sleman.
(10)
bagi
pertumbuhan
dan
perkembangan janin yang akan dilahirkan
Kelompok umur 15 tahun sampai dengan
seperti terjadinya BBLR. Laporan Dinas
18 tahun lebih spesifik masuk dalam kategori
Kesehatan Provinsi DIY juga menyatakan
remaja yang banyak didominasi berada di
bahwa dari kelima provinsi setempat kasus
Sekolah Menengah Atas (SMA), Organisasi
tertinggi terjadi di Kabupaten Sleman, maka
Kesehatan Dunia (WHO) juga menyebutkan
berdasarkan data kejadian kasus KEK diatas
bahwa periode usia remaja berada antara
serta akibat dari penyakit KEK yang dapat
usia 10–19 tahun.(11) Kecamatan Depok
terjadi,
memiliki satu-satunya SMA Negeri yang
meneliti gambaran status gizi remaja SMA
berada di kecamatan ini yaitu SMAN 1
terkait permasalahan KEK pada kelas X dan
Depok. Sekolah Menengah Atas (SMA)
XI kecuali kelas XII, dengan menggunakan
negeri lebih banyak diminati oleh remaja
penilaian IMT dan LiLA di SMAN 1 Depok,
dengan tingkat penghasilan orangtua yang
Kabupaten Sleman tahun 2014.
tidak
dibatasi,
baik
kurang
maupun
sehingga
peneliti
tertarik
untuk
69
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016
Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui
3.
Pita
gambaran status gizi siswa kelas X dan XI
dengan mengidentifikasi umur responden,
untuk
mengukur
Lingkar
menghitung
Indeks
Lengan Atas,
4.
Kalkulator
ukuran berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan, dan indeks massa tubuh.
LiLA
untuk
Massa Tubuh (IMT).
Teknik
pengumpulan
data
dilakukan
dengan pengukuran secara langsung untuk
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
mendapatkan data primer. Data karakteristik
Penelitian ini menggunakan penelitian
responden yang meliputi umur, agama, dan
deskripsi kuantitatif dengan jenis penelitian
riwayat penyakit 6 bulan lalu diperoleh dari
adalah
menanyakan
observasional
dengan
rancangan
secara
biasa/umum.
penelitian cross sectional (potong lintang).
Pengukuran antropometri dilakukan untuk
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Depok,
mendapatkan data tentang status gizi.
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Populasi
Pengukuran status gizi dalam penelitian ini
penelitian adalah siswi SMAN 1 Depok kelas
dilakukan dengan dua metode yaitu lingkar
X dan XI yang berjumlah 268 siswi, namun
lengan atas (LiLA) dan status IMT. Status
ada
IMT
18
siswi
pengambilan
yang
data.
tidak
Teknik
hadir
saat
sampling
dilakukan
dengan
melakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan.
menggunakan total sampling atau pemilihan
Berat
badan
diukur
keseluruhan populasi untuk mendapatkan
dewasa digital, sedangkan untuk tinggi badan
data yang lebih menyeluruh. Kriteria inklusi
dengan
dalam penelitian ini adalah (1) tidak sedang
didapatkan,
menderita penyakit seperti jantung (misalnya
menggunakan formulir khusus.
microtoise.
dengan
Data
selanjutnya
timbangan
yang
dicatat
sudah
dengan
stroke, jantung koroner, dan sebagainya),
diabetes, tuberculosis (TBC), penyakit paru,
HASIL DAN PEMBAHASAN
(2) bersedia mengikuti penelitian dengan
Lingkar Lengan Atas (LiLA)
menandatangani lembar persetujuan. Kriteria
Data hasil analisis LiLA responden kelas X
eksklusi dalam penelitian ini adalah tidak
dan XI dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Rata-Rata LiLA Siswi Kelas
X dan XI di SMAN 1 Depok
Tahun 2014
hadir saat pengambilan data penelitian.
Alat atau instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini di antaranya :
1.
Timbangan
badan
untuk
dewasa,
menimbang
jenis
digital
Mean
Median
SD
MinimalMaksimal
LiLA
24.9
cm
24.5
cm
3.10
17–39
cm
berat
merek
Camry.
2.
Variabel
Microtoise untuk mengukur tinggi badan,
95
% CI
24.58–
25.35
cm
Tabel 1 menunjukkan hasil analisis data
LiLA responden kelas X dan XI di SMAN 1
70
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016
Depok. Rerata LiLA siswi adalah 24.9
cm
dan ukuran LiLA terkecil yaitu 17 cm. Hasil
Status Gizi Berdasarkan IMT
estimasi interval dapat disimpulkan 95%
Status gizi ditinjau berdasarkan ukuran BB
diyakini bahwa rata-rata LiLA siswi di SMAN
dan TB yang dihitung dengan rumus IMT
1 Depok tahun 2014 adalah antara 24.58 cm
untuk melihat gambaran nilai IMT responden
sampai 25.35 cm.
di SMAN 1 Depok dapat dilihat pada tabel 4.8
Data hasil pengukuran LiLA responden
kelas X dan XI dapat dilihat pada tabel 2 di
bawah ini.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi LiLA Siswi
Kelas X dan XI di SMAN 1 Depok Tahun
2014
No.
Kategori LiLA
Jumlah (n)
Persentase
(%)
1
KEK (<23.5 cm)
Tidak KEK (≥23.5
cm)
Total
84
33.6
166
66.4
250
100
2
Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran
berikut ini.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Status Gizi
Siswi Kelas X dan XI Berdasarkan Nilai
IMT di SMAN 1 Depok Tahun 2014
No.
Klasifikasi IMT
1
Kurus Tingkat Berat
Kurus Tingkat
Ringan
Normal
Gemuk Tingkat
Ringan
Gemuk Tingkat
Berat
Total
2
3
4
5
LiLA responden kelas X dan XIdi SMAN 1
Depok. Siswi yang masuk kategori KEK
cukup tinggi sekitar 84 orang siswi (33.6%).
25
Perse
ntase
(%)
10
43
17.2
153
61.2
11
4.4
18
7.2
250
100
Jumlah
(n)
Hasil perhitungan IMT dari BB dan TB
responden kelas X dan XI pada tabel 4
menunjukkan sebanyak 25 orang responden
(10%) masuk dalam kategori kurus tingkat
Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT)
Data nilai IMT siswi kelas X dan XI dapat
(7.2%) yang masuk dalam kategori gemuk
dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Distribusi Nilai IMT Siswi Kelas X
dan XI di SMAN 1 Depok Tahun 2014
Variabel
Mean
Median
SD
Nilai
IMT
20.9
2
Kg/m
20.13
2
Kg/m
3.7
berat, dan juga terdapat 18 orang responden
MinimalMaksimal
12.83–
38.23
2
Kg/m
95
% CI
20.43–
21.35
2
Kg/m
tingkat berat.
PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
remaja putri kelas X dan XI di SMAN 1 Depok
Tabel 3 menunjukkan hasil analisis data
berumur antara 14–18 tahun. Hal ini sesuai
nilai IMT responden. Nilai IMT responden
dengan definisi remaja adalah kaum muda
2
tertinggi adalah 38.23 Kg/m . Hasil estimasi
(young people) yang mencakup usia 10–24
interval dapat disimpulkan 95% diyakini rata-
tahun. (11)
rata nilai IMT siswi di SMAN 1 Depok tahun
2014 adalah antara 20.43 Kg/m
2
dengan 21.35 Kg/m .
2
sampai
Umur setingkat remaja atau kaum muda
banyak yang memiliki gizi tidak seimbang.
Hal ini dipengaruhi oleh pola perilaku makan
71
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016
dan pemilihan jenis makanan dipengaruhi
dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu
oleh beberapa faktor terutama dari faktor
hamil, dan olahragawan.5,13 Direktorat Gizi
budaya
oleh
Masyarakat dalam Surveilans Gizi yang
perkembangan pengetahuan dan informasi
menyatakan bahwa IMT dapat digunakan
mengenai jenis makanan dan minuman yang
untuk melihat gambaran status gizi WUS usia
disajikan melalui media massa.12 Remaja
15–45 tahun.14 Hal ini juga didukung dari
saat ini juga cenderung lebih banyak makan
pendapat
di luar rumah dan banyak dipengaruhi oleh
(rasio) berat badan/tinggi badan banyak
teman, media informasi terutama di daerah
digunakan untuk menilai keseimbangan BB
perkotaan yang banyak meniru gaya hidup
dan
modern. (3) Kondisi remaja saat ini lebih suka
Penelitian ini menggunakan parameter IMT
mengonsumsi
termasuk
secara umum untuk menggambarkan status
dalam tipe cepat saji (junk food) dan instan
gizi remaja putri dengan dasar dari sumber-
yang
sumber yang ada.
yang
disebabkan
makanan
komposisi
gizinya
yang
tidak
seimbang
TB
Almatsier
orang
yaitu
dewasa
perbandingan
dan
remaja.15
bahkan cenderung kurang.Hasil penelitian ini
Hasil pengukuran dan perhitungan IMT
dapat menggambarkan ketidakseimbangan
siswi kelas X dan XI menunjukkan rerata nilai
gizi para remaja di SMAN 1 Depok dapat
IMT siswi adalah 20,9 Kg/m2 yang masuk
dilihat pada nilai BB siswi yang 47,2%
dalam kategori BB ideal (normal), namun
berumur 16 tahun memiliki range antara 30,2
terdapat 10% siswi masuk dalam kategori
Kg hingga 88,1 Kg dengan 95% CI antara
kurus dengan kekurangan BB tingkat berat
49,41 Kg hingga 51,75 Kg. Pola makan yang
(KEK berat), dan 17,2% dalam kategori kurus
tidak seimbang pada remaja menyebabkan
dengan kekurangan BB tingkat ringan (KEK
rentan
ringan) yaitu BB responden kurang ideal dan
terjadinya
masalah
BB
seperti
obesitas dan berat badan kurang atau kurus.
disarankan
Berat badan(BB) dan TB adalah salah satu
makanan berkalori. KEK merupakan suatu
parameter penting untuk menentukan status
keadaan kekurangan makanan yang terjadi
kesehatan manusia khususnya gizi.
dalam waktu lama sehingga menyebabkan
Berat
Badan
(BB)
dan
TB
dapat
nilai
IMT
perbanyak
di
bawah
mengonsumsi
normal
(<18.5
digunakan untuk menilai status gizi dengan
Kg/m2).16Hasil
IMT. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan
berdasarkan IMT berikutnya menunjukkan 11
parameter untuk menilai status gizi secara
orang dari 250 orang responden (4.4%)
lebih terukur. Dasar penggunaan parameter
masuk
IMT
memiliki
klasifikasi
status
dalam klasifikasi gemuk
gizi
dengan
beberapa
versi
yaitu
kelebihan BB tingkat ringan, artinya BB masih
berlaku
untuk
orang
ideal namun hampir mencapai obesitas,
dewasa berumur di atas 18 tahun, dan tidak
responden disarankan untuk menjaga pola
penggunaan
IMT
72
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016
makan dan memperbanyak olahraga, dan
Persentase remaja putri yang berisiko
7.2% siswi berada dalam kategori IMT >27.0
mengalami KEK cukup tinggi mengisyaratkan
Kg/m
2
tingkat
yaitu gemuk dengan kelebihan BB
berat,
BB
melebihi
ideal,
bahwa pencegahan risiko KEK pada remaja
dan
putri perlu dilakukan sejak sebelum hamil
menderita obesitas. Berat normal adalah
agar wanita dapat memulai kehamilan dan
idaman bagi setiap orang agar mencapai
menyusui
tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan
Pencegahan
memiliki BB ideal adalah memiliki penampilan
pemberian makanan tambahan tinggi energi,
yang baik, lincah, dan risiko untuk terkena
dan melakukan promosi kesehatan agar ibu
penyakit lebih rendah. Berat badan (BB) yang
dapat memulai kehamilan dan menyusui
kurang atau berlebihan akan menimbulkan
dengan status gizi baik, cukup energi dan zat
risiko terhadap berbagai macam penyakit.5
gizi.7 Perbaikan status gizi remaja putri akan
Pengukuran pendukung IMT untuk melihat
status
gizi
remaja
adalah
LiLA.
Hasil
terhindar
dari
dapat
risiko
dilakukan
KEK.
dengan
lebih baik dilakukan sedini mungkin, remaja
pun
telah
memiliki
dasar
pengetahuan
pengukuran menunjukkan rerata ukuran LiLA
tentang sumber nutrisi yang baik bagi tubuh.
siswi SMAN 1 Depok adalah 24.9 cm yang
Promosi kesehatan oleh lembaga kesehatan
dalam
terkait seperti puskesmas dapat dilakukan
klasifikasi
masuk
dalam
kategori
normal (≥23.5 cm). Ambang batas LiLA untuk
dengan
ibu hamil, WUS, dan remaja dengan risiko
mengupayakan perbaikan gizi remaja untuk
KEK di Indonesia adalah 23.5 cm, apabila
lebih baik, namun tentunya perbaikan gizi
ukuran LiLA <23.5 cm atau di bagian merah
harus didukung oleh tenaga pengajar sebagai
pita LiLA artinya wanita tersebut memiliki
pembimbing selama di sekolah dan orangtua
risiko mengalami KEK.
5
Hasil
tema
yang
bervariasi
dalam
penelitian
sebagai orang yang mampu mengontrol dan
menunjukkan bahwa 33.6% dari 250 orang
mengarahkan remaja khususnya remaja putri
remaja putri di SMAN 1 Depok masuk dalam
untuk
kategori wanita yang berisiko mengalami
berkualitas
KEK. Hasil data LiLA ukuran <23.5 cm untuk
membiasakan
perempuan yang menderita KEK pada usia
membantu para siswi memiliki gizi yang lebih
15–49 tahun mencapai 15%, sedangkan
baik, sehingga jumlah kejadian KEK dan
pada remaja putri mencapai 37% walaupun
obesitas
hasil data ukuran LiLA siswi yang tidak
penelitian ini tidak ada yang memiliki riwayat
mengalami KEK sebesar 66.4 %. Hal ini
penyakit seperti jantung (misalnya stroke,
berbeda dengan hasil yang ditunjukkan dari
jantung koroner, dan sebagainya), diabetes,
ukuran BB yang memiliki range 57.9 Kg yaitu
tuberculosis (TBC), dan penyakit paru dalam
antara 30.2 Kg hingga 88.1 Kg.
17
±
6
memilih
bahan
dan
diri
dapat
bulan
makanan
tentunya
sarapan
berkurang.
sebelum
yang
sehat,
serta
pagi
untuk
Responden
pengambilan
data
73
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016
penelitian sehingga tidak memengaruhi hasil
2. Dinkes DIY. Kurang Energi Kronis dan
akhir dari pengukuran status gizinya.
Permasalahan pada Wanita Usia Subur,
Yogyakarta: Dinkes DIY. 2011
KESIMPULAN
3. Sulistyoningsih,
Hasil penelitian menunjukkan sebagian
Gizi
Untuk
Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta:
besar remaja putri kelas X dan XI di SMAN 1
Depok berumur antara 14 sampai dengan 18
Hariyani.
Graha Ilmu. 2012
4. Direktorat
Gizi
Masyarakat.
tahun dan rata-rata berumur 16 tahun. Rerata
Penanggulangan
BB siswi 50.58 Kg, dan rerata TB siswi
Wanita
155.65 cm, yang termasuk normal. Rerata
Motherhood Project: A Partnership and
ukuran LiLA siswi adalah 24.9 cm yang
Family
termasuk normal. Hasil pengkuran status gizi
Kemitraan dan Pendekatan Keluarga).
dengan LiLA menunjukkan 33.6% dari 250
Jakarta:
orang remaja putri memiliki ukuran LiLA
2008
<23.5 cm.
Usia
Anemia
Program
Subur
Gizi
pada
(WUS)
(Safe
Approach/Kesehatan
Departemen
Ibu:
Kesehatan
RI.
5. Supariasa, I. D. N., Bakri, B. & Fajar, I.
Rerata nilai IMT siswi adalah 20.9 Kg/m2
Penilaian
yang masuk kategori status gizi normal
2
(18.5–25.0 Kg/m ). Hasil pengukuran IMT
Status
Gizi,
Jakarta:
BukuKedokteran EGC. 2012
6. Yuliantini,
Hasri.,
Mifbakhuddin.
menyatakan 10% siswi memiliki nilai <17
Hubungan Antara Konsumsi Energi dan
Kg/m2 yang masuk kategori kurus dengan
Protein dengan Status Gizi pada Ibu
kekurangan BB tingkat berat (KEK berat) dan
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas I
7.2% siswi memiliki nilai >27 Kg/m
2
yang
Sukoharjo.
masuk kategori gemuk dengan kelebihan BB
tingkat berat (menderita obesitas).
2004.
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat Indonesia, Vol I No.2
7. Perry
dan
Potter.
Fundamental
KEPUSTAKAAN
Buku
Keperawatan
Ajar
Konsep,
Proses, Dan Praktik. Volume 1, Edisi 4.
Jakarta: EGC. 2005
1. Riskesdas. Pedoman Pengukuran dan
8. Irawati, Anies. Faktor Determinan Risiko
Pemeriksaan. Jakarta. Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
RI.
Departemen
2007
(http://www.scribd.com/doc/171155528/P
edoman-Pengukuran) Diakses pada 17
Desember 2013.
Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu
74
Menyusui di Indonesia, Puslitbang Gizi
dan Makanan (PGM). 2009: 32(2): 82–
93.
9. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Sleman. Kabupaten Sleman dalamAngka
(Sleman
Regency
in
Figures).
74
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 1, April 2016
Yogyakarta:
Badan
Pusat
Statistik
Kabupaten Sleman. 2013
10. Kusmiran,
E.
Kesehatan
Reproduksi
Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika. 2011
11. Fakhruddin, S. Perilaku Makan Remaja
Terhadap Makanan Cepat Saji di Kota
Makassar.
Makassar:
2009.
Jurusan
Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Hassanuddin.
12. Waryana. Gizi Reproduksi, Yogyakarta:
Pustaka Rihama. 2010
13. Direktorat Gizi Masyarakat. Surveilans
Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI. 2012
14. Almatsier,
Sunita.,
Soetardjo,
S.,
Soekatri, M. Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan,
Jakarta:
PT.Gramedia
Pustaka Utama. 2011
15. Persagi.
Kesehatan
Kamus
Gizi
Keluarga,
Pelengkap
Jakarta:
Buku
Kompas. 2009
16. Sadli, Saparinah. Berbeda Tetapi Setara
(Pemikiran tentang Kajian Perempuan),
Jakarta: Buku Kompas. 2010
Download