1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu formula

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Susu formula merupakan susu sapi yang susunan nutrisinya diubah
sedemikian rupa hingga dapat diberikan kepada bayi tanpa memberikan efek
samping. Susu formula dapat menimbulkan gangguan saluran cerna seperti diare,
muntah, atau kesulitan buang air kecil. Di negara berkembang, lebih dari 10 juta bayi
meninggal dunia per tahun, 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi
yang sebenarnya dapat dihindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang
menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan merupakan
intervensi kesehatan masyarakat yang mempunyai dampak positif terbesar untuk
menurunkan angka kematian balita, yaitu sekitar 13% (Sentra Laktasi Indonesia,
2007).
Kurangnya informasi yang ibu dapat setelah melahirkan dan pengaruh
kemajuan teknologi dalam perubahan sosial budaya juga menyebabkan ibu di
perkotaan pada umumnya memberikan susu formula hal ini disebabkan karena susu
formula merupakan alternatif tercepat yang mereka pilih untuk mengatasi kebutuhan
bayi selama mereka bekerja, hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan
pemberian ASI eksklusif (Depkes RI, 2002).
1
2
Angka cakupan ASI eksklusif di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007
sebesar 33% dan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka cakupan
tahun 2006 sebesar 36% (Dinkes Pro Sumut, 2007).
Kota Medan dengan wilayah kerja 39 puskesmas dan 40 pustu yang tersebar
di 21 kecamatan mempunyai angka cakupan ASI eksklusif pada tahun 2006 sebesar
4,8%, tahun 2007 sebesar 1,8% dan pada tahun 2008 cakupan ASI eksklusif sebesar
3,04%.
Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian
ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui
dapat terlaksana dengan benar (Afifah, 2007).
Pemberian ASI dapat menurunkan resiko kematian bayi. Kita ketahui bahwa
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator kesehatan di suatu
negara. Data SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2007
menunjukkan AKB di Indonesia cukup tinggi yaitu 34/1000.
Pemberian makanan pendamping ASI yang benar dapat menurunkan angka
kematian balita sebesar 6%. Perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi
sejak lahir hingga usia 6 bulan dapat menurunkan angka kematian 30.000 bayi di
Indonesia tiap tahunnya (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Penelitian Ariefudin, dkk (2010) menunjukkan bayi yang tidak diberi ASI
eksklusif lebih banyak yang mengalami ISPA dibandingkan bayi yang diberikan ASI
eksklusif.
3
Beberapa faktor ibu tidak menyusui bayinya dengan alasan yang paling sering
dikemukakan sebagai berikut : ASI tidak cukup, ibu bekerja dengan cuti hamil tiga
bulan, takut ditinggal suami, tidak diberi ASI tetap berhasil jadi orang, bayi akan
tumbuh menjadi anak yang tidak mendiri dan manja, susu formula lebih praktis, takut
badan menjadi gemuk (Roesli, 2005).
Alasan utama Ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif yaitu faktor umur,
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan. Rendahnya keinginan dan pemahaman ibu
tentang pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran hidup kelahiran
bayinya, hal ini dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh
para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI
(Prasetyono, 2009).
Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan akan mempengaruhi
perilaku masyarakat dibidang kesehatan. Tidak hanya perilaku saja, masih ada faktorfaktor lain. Pengetahuan juga akan turut menentukan baik buruknya kondisi
lingkungan dan pelayanan kesehatan di suatu masyarakat.
Masyarakat dengan tingkat pengetahuan memadai, lebih mudah dibawa dalam
perilaku sehat, lebih mampu menciptakan kondisi lingkungan sehat, serta mampu
menjangkau pelayanan kesehatan. Pengetahuan seseorang diperoleh melalui berbagai
pendidikan baik formal maupun informal. Pengetahuan juga didapatkan dari
pengalaman selama hidup seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Dari hasil penelitian, akhir-akhir ini didapat kesan bahwa penggunaan susu
botol/susu formula sebagai pengganti Air Susu Ibu semakin meluas dikalangan ibu-
4
ibu tidak hanya di kota tetapi sudah menjalar ke desa. Hasil menunjukkan bahwa
cakupan ASI eksklusif di perkotaan mempunyai range antara 4-12%, di pedesaan 425%. Sedangkan cakupan ASI eksklusif yang ditargetkan dalam Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS) dan Strategi Nasional Program Peningkatan
Cakupan Air Susu Ibu (PP-ASI) adalah sebesar 80% (Depkes RI, 2005).
Hasil penelitian Erfiana (2012), tentang faktor yang mempengaruhi ibu
memberikan susu formula yaitu pengetahuan, menunjukkan bahwa ibu yang memiliki
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 8 responden (34,8%), sedangkan pada ibu yang
tidak memberikan susu formula sebagian besar pengetahuan baik yaitu sebanyak 30
responden (90,9%) sehingga pengetahuan ibu mempengaruhi pemberian susu formula
pada bayi. UNICEF menyebutkan bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh Journal
Pediatric tahun 2006, terungkap data bahwa bayi yang diberi susu formula memiliki
kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya dan peluang itu 25
kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui ibunya secara eksklusif.
Menurut UNICEF faktor penghambat terbentuknya kesadaran orang tua dalam
pemberian ASI ekslusif adalah ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara/teknik
menyusui yang benar, serta pemasaran yang di gencarkan secara agresif oleh
produsen susu (UNICEF, 2008).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Kelurahan Kemenangan Tani dari
bulan Januari-April 2014 didapatkan 15 ibu yang memberikan asi eksklusif dan 30
ibu memberikan susu formula pada bayi. Faktor yang mempengaruhi ibu memberikan
susu formula adalah ketidaktahuan ibu tentang pentingnya asi eksklusif untuk bayi
5
dibawah umur 6 bulan (Soetjiningsih, 1997). Berdasarkan status pendidikan,
kebanyakan ibu hanya sampai tingkat sekolah dasar. Rendahnya pendidikan ibu yang
berpengaruh pada keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan faktor
pekerjaan ibu juga berpengaruh dalam pemberian asi esklusif karena waktu yang
mereka miliki lebih mendominasi ke pekerjaan mereka sehingga ibu yang bekerja
lebih memilih untuk memberikan susu formula (Suharjo, 1992).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ” faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula
pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Medan Tuntungan.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu
formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan.
6
1.3.2. Tujuan Khusus
1.
Apakah pengetahuan ibu berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi
usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani.
2.
Apakah pendidikan ibu berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi
usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani
3.
Apakah umur ibu berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 06 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani.
4.
Apakah pekerjaan ibu berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi
usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Untuk Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan bahan tambahan
perpustakaan.
1.4.2. Untuk Dinas Kesehatan Kota Medan
Sebagai informasi terbaru bagi Dinas Kesehatan Kota Medan untuk
penyusunan program kesehatan berikutnya.
1.4.3. Untuk Peneliti Selanjutnya
Sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya tentang pemakaian susu
formula pada bayi dengan disain penelitian yang berbeda dan variabel-variabel
penelitian yang lebih lengkap.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Susu Formula
2.1.1. Definisi Susu Formula
Susu formula adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjer (mammae) baik
binatang maupun seorang ibu. Susu formula adalah cairan yang berisi zat-zat
didalamnya tidak mengandung antibody, sel darah putih, zat pembunuh bakteri,
enzim, hormone dan faktor pertumbuhan (Roesli, 2000).
Susu formula adalah susu cair atau bubuk dengan komposisi tertentu untuk
bayi atau anak yang berfungsi sebagai pengganti air susu ibu. Susu formula biasanya
diberikan jika karena alasan tertentu kondisi ibu tidak bisa memenuhi kebutuhan susu
si bayi, misalnya karena bekerja, karena air susu ibu yang keluar sedikit dan lain-lain.
Tidak semua anak atau bayi mau minum susu formula, oleh sebab itu susu tersebut
diberikan dengan memperhatikan aspek dan kondisi bayi atau anak yang
bersangkutan. Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan
yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan
dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat
dihasilkan oleh peternak (Pudjiadi, 2002).
2.1.2. Jenis Susu Formula
Susu formula terbuat dari susu sapi, susu kedelai, protein hidrolisa yang
susunan gizinya diubah sedemikian rupa sehingga mendekati susunan zat gizi dalam
7
8
ASI. Di Indonesia telah beredar berbagai merek dagang, akan tetapi susu formula
dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut:
1.
Susu formula adapted
Adapted berarti disesuaikan dengan fisiologis bayi, susu formula ini
komposisinya sangat mendekati ASI, sehingga cocok untuk digunakan bagi bayi
baru lahir sampai umur 4 bulan. Formula adapted yang beredar di Indonesia
antara lain: Vitalac, Nutrilion, Bebelac, Dumex dan Enfamil.
2.
Susu formula complete starting
Susunan zat gizi dalam susu formula ini sudah lengkap sehingga dapat diberikan
sebagai susu awal (permulaan). Berbeda dengan susu formula adapted, kadar
protein dan mineralnya lebih tinggi dibandingkan susu formula adapted, karena
sscara pembuatan susu formula complete starting lebih mudah dibandingkan
dengan susu formula adapted maka harga susu formula complete starting lebih
murah. Susu formula complete starting yang beredar di Indonesia antara lain:
SGM-1, Lactogen-1, dan New camelpi.
3.
Susu formula follow-up
Pengertian follow-up dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu mengganti
susu formula yang sedang digunakan dengan susu formula follow-up. Susu
formula ini digunakan pada bayi yang berumur 6 bulan keatas. Pada umumnya
susu formula ini mengandung protein dan mineral. Contoh susu formula followup yaitu antar lain: lactogen-2, SGM-2, Chilmil, Promil dan Nutrima (Muchadi,
1996).
9
2.1.3. Komposisi Susu Formula
Susu sapi (susu formula) dan ASI mengandung dua macam protein utama,
yaitu whey dan kasein (casein). Whey adalah protein halus, lembut, dan mudah
dicerna. Kasein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal, dan sukar dicerna
oleh usus bayi. Protein susu yang utama adalah whey, sedangkan susu sapi yang
utama adalah casein, ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi
mengandung lactoglubin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi.
Susu sapi tidak mengandung taurin, taurin adalah protein otak, susunan saraf juga
penting untuk pertumbuhan retina, mengandung kalsium, sedikit mengandung zat
besi, mengandung natrium, kalium, fosfor, dan chlor dan susu formula tidak terdapat
sel darah putih, zat pembuluh bakteri anti bodi, mengandung enzim,hormon dan juga
tidak mengandung faktor pertumbuhan (Afifah, 2007).
2.1.4. Bahaya Pemberian Susu Formula
Berbagi dampak negatif yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu
formula, antara lain:
1.
Pencemaran
Susu buatan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu menggunakan botol dan
tidak merebusnya setiap selesai memberi minum. Bakteri tumbuh sangat cepat
pada minuman buatan.
10
2.
Infeksi
Susu formula tidak mengandung antibody untuk melindungi tubuh bayi terhadap
infeksi. Bayi yang diberi susu formula lebih sering sakit diare dan infeksi saluran
nafas
3.
Pemborosan
Ibu dari kelompok ekonomi rendah mungkin tidak mampu membeli cukup susu
formula untuk bayinya. Mereka mungkin member dalam jumlah lebih sedikit dan
mungkin
menaruh sedikit susu atau bubuk susu kedalam botol, sebagai
akibatnya bayi yang diberi susu formula sering kelaparan dan akhirnya dapat
menyebabkan kurang nya gizi pada bayi.
4.
Kekurangan vitamin
Susu formula tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Menurut
Richard dan Victor, (1992). ASI mengandung lebih banyak vitamin C dan
vitamin D.
5.
Kekurangan zat besi
Zat besi dari susu formula tidak diserap sempurna seperti zat besi dan ASL bayi
yang diberi minuman buatan seperi susu formula dapat terkena anemia karena
kekurangan zat besi.
6.
Lemak yang tidak cocok
Susu formula yang terbuat dari susu sapi mengandung banyak asam lemak jauh
dibandingkan ASI. Untuk pertumbuhan bayi yang sehat di perlukan asam lemak
esensial dan asam linoleat yang cukup dan mungkin juga tidak mengandung
11
kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak dan sebagai penyebab kegemukan
(obesitas) pada bayi dan sebagian susu formula tidak mengandung energi yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan bayi.
7.
Protein yang tidak cocok
Susu formula mengandung terlalu banyak kasein, kasein mengandung campuran
asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan atau dicerna oleh ginjal bayi
yang belum sempurna. Petugas kesehatan sering menganjurkan kepada ibu-ibu
untuk mengencerkan susu formula dengan air untuk mengurangi protein total.
Tetapi susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial yang cukup
yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
8.
Tidak bisa dicerna
Susu formula lebih sulit dicerna karena tidak mengandung enzim lipase untuk
mencerna lemak. Karena susu formula lambat dicerna maka lebih lama untuk
mengisi lambung bayi dari pada ASI, akibatnya bayi tidak cepat lapar. Bayi yang
diberi susu formula bisa dapat menderita sembelit, yaitu tinja menjadi lebih keras
dan tebal (Nelson, 2000).
9.
Elergi
Bayi yang diberi susu formula terlalu dini kemungkinan menderita lebih banyak
masalah alergi, misalnya: asma. Pengguna susu formula yang tidak tepat dapat
menimbulkan bahaya.
Menurut Nursalam (2005), ada tiga macam bahaya yang ditimbulkan akibat
pemberian susu formula pada bayi:
12
1.
Infeksi: dapat menyebabkan bayi menderita diare. Bayi dengan susu formula 4
kali lebih banyak terkena diare dibandingkan dengan yang diberi ASI. Infeksi
umumnya disebabkan karena bakteri.
2.
Oral moniliasis: infeksi yang disebabkan amur pada susu yang juga
menimbulkan diare, pada bayi yang mengkonsumsi susu formula 6 kali lebih
banyak terkena moniliasis pada mulut bayi.
3.
Marasmus gizi: suatu keadaan gizi buruk yang disebabkan kekurangan kalori dan
protein. Pengenceran susu dengan air yang melebihi ketentuan bukan saja
menurunkan kadar kalori tetapi juga kadar protein, sehingga kebutuhan bayi akan
kedua zat gizi utama tersebut tidak terpenuhi.
2.2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Susu Formula
1.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan pada satu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, indra pendengaran, penciuman, penglihatan, rasa, raba dan sebagian
besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Sunaryo, 2004).
Pengetahuan yang kurang juga dapat dilihat dalam pemberian makanan terhadap
bayinya berdasarkan hasil wawancara mendalam antara lain: menyusui bayinya
sekaligus diberi susu formula, subjek memberikan makanan pendamping ASI
sebelum bayi berumur 6 bulan.
13
Hasil penelitian Nurhudah (2012), menunjukkan bahwa pengetahuan ibu
berHubungan dengan pemberian susu formula. Pengetahuan ibu yang baik akan
menganggap ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi berencana untuk
memberikan ASI selama 6 bulan. Pengetahuan ibu terhadap pemberian makanan
bayi menjadi prediktor kuat dalam pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gibney (2005), menyatakan bahwa
pengetahuan ibu adalah hal yang mendasar terhadap pemberian susu formula
yang membuat para ibu tidak melakukan ASI eksklusif selama 6 bulan. Menurut
penelitian yang dilakukuan Ida (2012), menunjukkan bahwa ada hubungan
penegetahuan dengan pemberian susu formula terhadap bayi 0-6 bulan.
Pengetahuan yang baik cenderung membrikan ASI eksklusif dibandingkan
dengan pemeberian suus formula.
2.
Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih, matang dalam berfikir dan bekerja. Umur merupakan
periode terhadap pola pola kehidupan baru dan harapan harapan baru. Semakin
bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan
yang dimiliki.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari kepercayaan masyarakat seseorang lebih
14
dewasa akan lebih dipercaya dari yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal
ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa.
Umur berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan
yang dilakukan. macam-macam usia menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) diklasifikasi sebagai berikut:
1.
Usia menikah adalah usia yang dianggap cocok secara fisik dan mental
untuk menikah (kira-kira diatas 20 tahun).
2.
Usia produktif adalah usia ketika seorang atau masih mampu bekerja
menghasilkan sesuatu.
3.
Usia reproduktif adalah masa diantara pubertas dan menopause yang
pembuahannya sering kali jadi positif.
a.
Usia sekolah adalah usia dianggap cocok bagi anak secara fisik dan
mental untuk masuk sekolah.
b.
Usia lanjut adalah tahap masa tua (usia 60 tahun ke atas).
c.
Usia senja adalah usia 50 tahun ke atas.
Umur ibu merupakan faktor lingkungan biologis yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak setelah lahir (factor Postnatal). Bayi baru lahir harus berhasil
melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar
tergantung pada organ organ ibunya, sesuatu sistem yang tergantung pada
kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri (Marimbi,
2010).
15
Usia menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah lama waktu hidup atau ada
(sejak dilahirkan atau diadakan). Berdasarkan pengertian di atas usia ibu dalam
penelitian ini adalah lama seorang ibu hidup sampai melahirkan. Jika dilihat dari
sisi biologis manusia 25-35 merupakan tahun yang terbaik wanita untuk
menyusui karena selain diusia ini kematangan organ reproduksi dan hormone
telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit.
Usia aman untuk ibu dalam menyusui anak adalah 25-35 tahun. Ibu menyusui
dibawah umur 20 tahun akan mengalami berbagai masalah dalam pemberian ASI
eksklusif dan juga usi ibu diatas 35 tahun juga mengalami masalah dalam
pemberian ASI eksklusif.
Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab alat reproduksi maupun
fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu umur dibawah 20 tahun
masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial (Arini H, 2012).
Faktor usia sangat berhubungan dengan pemberian susu formula. Hal ini
didukung oleh para peneliti yang tertera diatas.
3.
Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan
perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan itu perlu
dipertimbangkan umur (proses perkembangan seseorang) dan hubungan dengan
proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi
baru (Notoadmojo, 2003).
16
Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu
dalam menghadapi pemberian susu formula. Pendidikan diperoleh baik secara
formal maupun informal. Sedangkan ibu yang mempunyai tingkat pendidikan
yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal yang
berguna dalam pemeliharaan kesehatannya begitu juga dalam hal pemberian susu
formula. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu
mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan
menjadi
pengetahuan (Arini H, 2012).
Pendidikan paradigma itu dipicu oleh tingginya tingkat kebutuhan hidup dan
meningkatnya pemahaman kaum wanita tentang aktualisasi diri. Pendidikan dan
kebebasan informasi membuat para wanita masa kini lebih mengetahui tentang
hal kesehatan maupun dalam hal menyusui.
Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui
dalam memberikan susu formula. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sangat
mempengaruhi ibu dalam pemberian susu formula terhadap bayi usi 0-6 bulan
(Airi H, 2012).
4.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan ibu untuk memenuhi
kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas dari ibu karena
kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerja yang berpenghasilan cukup
sehingga kebanyakan ibu menganggap sosial ekonomi keluarga akan
mengganggu dalam pemenuhan nutrisi anaknya dikarenakan oleh pengaruh
17
persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru
(Notoadmojo, 2003).
Sebagian ibu lebih mementingkan diri sendiri dan pekerjaannya sehingga
memberikan susu formula dan meninggalkan ASI eksklusif dengan alasan
bekerja ditempat yang jauh, sibuk dengan aktifitas sehari-hari. Ditempat kerja,
banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI.
Tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus untuk tempat menyusui sehingga hal
ini lah yang membuat ibu memberikan susu formula kepada bayi usia 0-6 bulan.
Bagi ibu pekerja sangat sulit dalam pemberian ASI eksklusif sehingga bayi tidak
mendapatkan haknya, yakni makanan alami terbaik yang melekat terhadap
tubuhnya. Sebagai gantinya bayi terpaksa mengkonsumsi susu formula yang
harganya mahal dan kadang-kadang tidak terjangkau oleh daya beli rumah
tangga. Memberi susu formula pada bayi usia 0-6 bulan sebagai gnati ASI selama
ibu bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa status sangat berhubungan dengan
pemeberian susu formula terhadap bayi usi 0-6 bulan (Yamina, 2005).
18
2.3. Kerangka Konsep
Variabel Independent
Variabel Dependent
Faktor-faktor yang berhubungan :
1. Pengetahuan
2. Umur
Pemberian Susu Formula
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
2.4. Hipotesis Penelitian
1.
Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi
usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
2.
Ada hubungan umur bayi dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6
bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
3.
Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi
usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
4.
Ada hubungan pekerjaan orang tua dengan pemberian susu formula pada bayi
usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematis sehingga dapat
lebih mudah dan dipahami dan disimpulkan yaitu untuk menganalisis faktor yang
bethubungan dengan pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan
Kemenangan Tani Medan Tuntungan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kemenangan Tani Medan Tuntungan.
Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian karena belum pernah dilakukan
penelitian yang sama ditempat tersebut dan masih tinggi pemberian susu formula
pada bayi umur 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2014, adapun kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pengajuan judul, penyiapan ijin lokasi,
penyusunan proposal, persiapan ujian, ujian proposal, pengumpulan data, analisa
data, konsultasi laporan penelitian, seminar hasil penelitian dan penggandaan hasil
penelitian.
19
20
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai
Bayi 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani sebanyak 45 orang.
3.3.2. Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 orang. Dengan menggunakan
metode total sampling mengambil keseluruhan populasi untuk dijadikan sebagai
sampel.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer dikumpulkan dengan instrument penelitian yaitu, kuesioner
digunakan untuk mendapatkan data tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian susu fomula pada bayi usia 0-6 bulan.
3.4.2. Data Sekunder
Data yang didapatkan dari Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1.Variabel Independen
1.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang susu
formula pada bayi yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.
21
Kategori pengetahuan : 0. Buruk
1. Baik
Untuk mengukur pengetahuan maka disusun 10 pertanyaan dengan pilihan
jawaban “benar dan salah”. Jika responden menjawab “benar” maka diberi skor
1, jika responden menjawab “salah” maka diberi skor 0. Maka nilai tertinggi
adalah 10 dan nilai terendah adalah 0.
0. Buruk, jika jawaban responden memiliki total skor < 76 % dari 10 = 0-5
1. Baik, jika jawaban responden memiliki total skor ≥ 76 % dari 10 = 6-10
(Nursalam, 2003).
2.
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
tidak ada lagi.
Kategori umur : 0. <20 dan > 35 Tahun : resiko tinggi
1. 20-35 Tahun
: resiko rendah
3. Pendidikan adalah proses belajar yang pernah ditempuh secara formal didalam
lembaga pendidikan terakhir yang diikuti responden:
0.
Pendidikan rendah bila SD-SLTP/sederajat
1.
Pendidikan menengah apabila SLTA/SMA
2.
Pendidikan tinggi apabila AKADEMI/Sarjana
4. Pekerjaan adalah Aktifitas yang dilakukan oleh responden untuk memenuhi
kehidupanya dengan kategori:
0. Rendah, jika tidak bekerja
1. Tinggi, jika bekerja.
22
3.5.2 Variabel Dependen
Pemilihan pendamping ASI yang diberikan oleh ibu adalah susu formula
dengan Kategori : 0. Susu formula 0-6 bulan
1. ASI eksklusif 0-6 bulan
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur
Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur
No
1
Variabel
Pengetahuan
2
Umur
3
Pendidikan
4
Pekerjaan
Cara dan Alat Ukur
Kuesioner
(Quesioner)
Kuesioner
(Quesioner)
Skala Ukur
Ordinal
Kuesioner
(Quesioner)
Kuesioner
(Quesioner)
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Hasil Ukur
0. Buruk
1. Baik
0. <20 dan >35
Tahun
1. 20-35 Tahun
0. Rendah
1. Tinggi
0. Bekerja
1. Tidak bekerja
3.7. Pengolahan Data dan Analisa
3.7.1. Pengolahan Data
1.
Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
23
2.
Coding
Coding yaitu kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan
dan analisa data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat
juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan
kembali melihat lokasi dan arti suatu variabel.
3.
Data Entry
Data entry yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau dengan membuat kontigensi.
4.
Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analisi, khususnya terhadap data penelitan akan menggunakan
statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Alimul,
2008).
3.8. Analisis Data
3.8.1. Analisis Univariat
Analisa data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran
pada masing masing variabel independen.
24
3.8.2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya faktor-faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan, umur, pendidikan, pekerjaan dengan pemberian
susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Medan
Tuntungan lalu dilakukan uji statistic Chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
25
BAB IV
HASILPENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1.Letak dan Luas Wilayah
Kelurahan Kemenangan Tani merupakan salah satu Kelurahan dari 9 (sembilan)
Kelurahan yang terdapat di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan dengan luas ± 150
hektar dan terdiri dari 5 lingkungan yang memiliki batas batas wilayah sebagai
berikut:
1. Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Simp. Selayang Kec. Medan
Tuntungan.
2. Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Lau Cih Kec. Medan Tuntungan.
3. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Lau Cih Kec. Medan Tuntungan.
4. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Namo Gajah Kec. Medan Tuntungan.
Kelurahan Kemenangan Tani memiliki data monografi sebagai berikut:
1.
Jarak dari Titik Nol Kota Medan
: 18 KM
2.
Jarak dari Kantor Camat Medan Tuntungan
: 400 Meter
3.
Jarak dengan Kabupaten lain terdekat
: 3 KM
4.2. Analisa Univariat
Analisa Univariat dalam penelitian ini meliputi frekuensi dari karakteristik
responden variabel dependen baik variabel independent yang meliputi tingkat
pengetahuan, umur, pendidikan, pekerjaan.
25
26
4.2.1.Pemberian Susu Formula
Untuk mengetahui
pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di
Kelurahan Kemenangan Tani dapat dilihat pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pemberian Susu Formula di Kelurahan
Kemenangan Tani Medan Tuntungan
No
1
2
Pemberian Susu Formula
Memberikan Susu formula
Memberikan Asi Eksklusif
Total
f
25
20
45
%
55,6
44,4
100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pemberian susu formula
mayoritas dengan memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 25
responden (55,6%) dan minoritas dengan memberikan ASI eksklusif sebanyak 20
responden (44,4%).
4.2.2.Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Susu Formula
Untuk melihat tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula pada
bayi usia 0-6 bulan disusun sebanyak 10 pertanyaan dan dapat dilihat pada tabel 4.2 :
Tabel 4.2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Susu Formula
No
Pernyataan Pengetahuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Susu Formula Baik dari Pada ASI
Usia 0-6 Bulan diberi Susu Formula
Susu Formula itu Penting Bagi Bayi
Pengertian Susu Formula
Bahan Pembuatan Susu Formula
Usia Pemberian Susu Formula
Dampak dari Susu Formula
Kandungan ASI
ASI Mengandung Imun yang Akan Melekat
Pada Bayi
Kekurangan Bayi yang Mengkonsumsi Susu
Formula
10
Ya
n
20
15
20
15
5
10
5
10
15
%
44,4
33,3
44,4
33,3
11,1
22,2
11,1
22,2
33,3
n
25
30
25
30
40
35
40
35
30
20
44,4
25
Tidak
%
55,5
66,6
55,5
66,6
88,8
77,7
88,8
77,7
66,6
55,5
27
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab Ya
pada pernyataan no 1 sebanyak 20 orang (44,4%), yang menjawab Tidak sebanyak 25
orang (55,5%), yang menjawab Ya pada peryataan no 2 sebanyak 15 (33,3%), yang
menjawab Tidak sebanyak 30 orang (66,6%), yang menjawab Ya pada pernyataan no
3 sebanyak 20 (44,4%), yang menjawab Tidak sebanyak 25 orang (55,5%), yang
menjawab Ya pada pernyataan no 4 sebanyak 15 orang (33,3%), yang menjawab
Tidak sebanyak 30 orang (66,6%), yang menjawab Ya pada pernyataan no 5
sebanyak 5 orang (11,1%), yang menjawab Tidak sebanyak 40 orang (88,8%), yang
menjawab Ya pada pernyataan no 6 sebanyak 10 orang (22,2%), yang menjawab
Tidak sebanyak 35 orang (77,7%), yang menjawab Ya pada pernyataan no 7
sebanyak 5 orang sebanyak (11,1%), yang menjawab Tidak 40 orang (88,8%), yang
menjawab Ya pada pernyataan no 8 sebanyak 10 orang (22,2), yang menjawab Tidak
ada sebanyak 35 orang (77,7%), yang menjawab Ya pada pernyataan no 9 sebanyak
15 orang (33,3%), yang menjawab Tidak ada sebanyak 30 orang (66,6%) dan yang
menjawab Ya pada pernyataan no 10 ada sebanyak 20 orang (44,4%) dan menjawab
Tidak sebanyak 25 orang (55,5%).
Berdasarkan pernyataan diatas maka tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian
susu formula dapat dikategorikan pada tabel 4.3:
28
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian
Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan
Tani Kec. Medan Tuntungan
No
1
2
Tingkat Pengetahuan
f
26
19
45
Buruk
Baik
Total
%
57,8
42,2
100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kategori ibu yang
berpengetahuan baik tentang pemberian susu formula pada bayi sebanyak 19
responden (42,2%) dan yang pengetahuannya buruk tentang pemberian susu formula
pada bayi sebanyak 26 responden (57,8%).
4.2.3. Umur
Untuk melihat umur responden di Kelurahan Kemenangan Tani Medan
Tuntungan dapat dilihat pada tabel 4.4:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan
Kemenangan Tani
No
1
2
Umur
<20 dan >35 Tahun
20-35 Tahun
Total
f
24
21
45
%
53,3
46,6
100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ibu yang berumur <20 dan >35
lebih banyak memberikan susu formula pada bayi sebanyak 24 responden (53,3%)
dan ibu yang berumur 20-35 tahun lebih sedikit memberikan susu formula pada bayi
sebanyak 21 responden (46,6%).
29
4.2.4. Tingkat Pendidikan Ibu
Untuk melihat tingkat pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada
bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani dapat dilihat pada tabel 4.5:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu tentang Pemberian Susu
Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani
No
1
2
Pendidikan
Rendah
Tinggi
Total
f
27
18
45
%
60
40
100
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa mayoritas responden dengan
berpendidikan rendah sebanyak 27 responden (60%) dan minoritas dengan
berpendidikan tinggi sebanyak 18 responden (40%).
4.2.5. Tingkat Pekerjaan Ibu
Untuk mengetahui pekerjaan responden tentang pemberian susu formula pada
bayi 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani dapat dilihat pada tabel 4.6:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu tentang Pemberian Susu Formula
pada Bayi Usia 0-6 Bulan
No
1
2
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
Total
f
28
17
45
%
62,2
37,7
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden mayoritas dengan bekerja
sebanyak 28 responden (62,2%) dan minoritas responden yang tidak bekerja
sebanyak 17 responden (37,7%).
30
4.3. Analisa Bivariat
Analisa statistik untuk menguji apakah ada hubungan antara pengetahuan,
umur, pendidikan dan pekerjaan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6
bulan.
4.3.1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi
Usia 0-6 Bulan
Untuk melihat hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula
pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
pada tabel 4.7:
Tabel 4.7. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada
Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani
No
1
2
Pengetahuan
Buruk
Baik
Total
Pemberian Susu Formula
Ya
Tidak
n
%
n
%
20
76,9
6
23,1
5
26,3
14
73,7
25
55,6
20
44,4
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
Total
n
26
19
45
%
100,0
100,0
100,0
Prob
0,002
dari 26 responden yang
berpengetahuan buruk, yang memberikan susu formula sebanyak 20 responden
(76,9%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 6 responden (23,1%).
Kemudian dari 19 responden yang berpengetahuan baik, yang memberikan susu
formula sebanyak 5 responden (26,3%) dan yang tidak memberikan susu formula
sebanyak 14 responden (73,7%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square
diperoleh probabilitas 0,002 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
31
pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di
Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
4.3.2. Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia
0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
Untuk melihat hubungan umur ibu dengan pemberian susu formula pada bayi
usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat
pada tabel 4.8:
Tabel 4.8. Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi
Usia 0-6 Bulan di Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
No
1
2
Umur
<20 dan >35 tahun
20-35 tahun
Total
Pemberian Susu Formula
Ya
Tidak
n
%
n
%
19
79,2
5
20,8
6
28,6
15
71,4
25
55,6
20
44,4
Total
n
24
21
45
%
100,0
100,0
100,0
Prob
0,002
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang
berumur <20 dan >35 tahun, yang memberikan susu formula sebanyak 19 responden
(79,2%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 5 responden (20,8%).
Kemudian dari 21 responden yang berumur 20-35 tahun yang memberikan susu
formula sebanyak 6 responden (28,6%) dan yang tidak memberikan susu formula
sebanyak 15 responden (71,4%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square
diperoleh probabilitas 0,002 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
umur ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
32
4.3.3. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Susu Formula
pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan
Untuk melihat hubungan pendidikan ibu dengan pemberian susu formula
pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
dapat dilihat pada tabel 4.9:
Tabel 4.9. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Susu Formula
pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Medan
Tuntungan
No
1
2
Pendidikan
Rendah
Tinggi
Total
Pemberian Susu Formula
Ya
Tidak
n
%
n
%
22
81,5
5
18,5
3
16,7
15
83,3
25
55,6
20
44,4
n
27
18
45
Total
%
100,0
100,0
100,0
Prob
0,000
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 27 responden yang
berpendidikan rendah, yang memberikan susu formula sebanyak 22 responden
(81,5%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 5 responden (18,5%).
Kemudian dari 18 responden yang berpendidikan tinggi, yang memberikan susu
formula sebanyak 3 responden (16,7%) dan yang tidak memberikan susu formula
sebanyak 15 responden (83,3%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square
diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di
Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
33
4.3.4. Hubungan Tingkat Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada
Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan
Untuk melihat hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian susu formula pada
bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat
dilihat pada tabel 4.10 :
Tabel 4.10. Hubungan Tingkat Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Susu Formula
pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemengan Tani Medan
Tuntungan
No
1
2
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Total
Pemberian Susu Formula
Ya
Tidak
n
%
n
%
22
78,6
6
21,4
3
17,6
14
82,4
25
55,6
20
44,4
Total
n
28
17
45
%
100,0
100,0
100,0
Prob
0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 28 responden ibu yang
bekerja, yang memberikan susu formula sebanyak 22 responden (78,6%) dan yang
tidak memberikan susu formula sebanyak 6 responden (21,4%). Kemudian dari 17
responden yang tidak bekerja, yang memberikan susu formula sebanyak 3 responden
(17,6%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 14 responden (82,4%).
Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square diperoleh probabilitas 0,000 < α
0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian
susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan
34
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Faktor Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Susu
Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memberikan susu formula pada
bayi usia 0-6 bulan sebesar 76,9%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chiSquare diperoleh probabilitas 0,002 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat
hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan
di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut
menunjukkan bahwa ibu yang pengetahuan baik akan memberikan ASI eksklusif
sebagai makanan terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan, sedangkan ibu yang
berpengetahuan rendah akan berhubungan dengan pemberian susu formula.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurhada (2012). yang
menyatakan pengetahuan ibu berhubungan dengan praktek pemberian ASI maupun
susu fomula, ibu yang pengetahuan baik akan memberikan ASI eksklusif sebagai
makanan terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan sedangkan pengetahuan yang rendah akan
berhubungan dengan pemberian susu formula.
Menurut asumsi peneliti pengetahuan ibu memang mempengaruhi pemberian
ASI maupun susu formula kepada bayinya. Ibu yang berpengetahuan baik pastilah
akan memberikan ASI ekslusif kepada bayinya, berbeda dengan ibu yang
berpengetahuan rendah. Ibu yang berpengetahuan rendah akan lebih dominan
memberikan bayinya susu formula.
34
35
5.2. Hubungan Faktor Umur dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia
0-6 Bulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berumur <20 dan >35 tahun
yang memberikan susu formula pada bayi sebesar 79,2%. Hasil analisis statistik
menggunakan uji chi-Square diperoleh probabilitas 0,002 < α 0,05 berarti Ho ditolak,
artinya terdapat hubungan umur ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 06 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji
tersebut menunjukkan bahwa ibu yang berumur <20 dan >35 tahun mayoritas
memberikan bayinya susu formula.
Hasil penelitian ini didukung oleh Arini H (2012), menyatakan bahwa umur
yang lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab alat reproduksi maupun fisik ibu
sudah jauh berkurang dan menurun dan usia dibawah 20 tahun akan mengalami
masalah dalam ASI eksklusif.
Hasil pengujian dengan uji chi-square menunjukkan bahwa umur ibu dengan
pemebrian susu formula. Dalam hal ini menyatakan bahwa umur merupakan secara
bermakna ada yang sangat berpengaruh dalam pemberian susu formula. Hasil ini
menyatakan bahwa umur ibu <20->35 berhubungan dengan pemberian dengan
faktor-faktor pemberian susu formula.
Menurut asumsi peneliti umur ibu memang mempengaruhi pemberian susu
formula pada bayi, hal itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, terutama
faktor produksi ASI yang belum ataupun yang tidak sempurnah.
36
5.3. Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Susu
Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu berpendidikan rendah yang
memberikan susu formula pada bayi sebesar 81,5%. Hasil analisis statistik
menggunakan uji chi-Square diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak,
artinya terdapat hubungan pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi
usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu
pada uji tersebut menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah lebih memilih
memberikan susu formula pada bayinya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Airini H (2012), menyatakan
tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu
dalam menghadapi masalah terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Variabel ini
mempengaruhi cara berfikir seseorang, pendidikan seseorang akan menentukan
caranya untuk mengerti masalah kesehatan.
Menurut asumsi peneliti pendidikan ibu mempengaruhi pemberian susu pada
bayi, karena pendidikan yang rendah akan mengakibatkan kurang pengetahuan ibu
dalam menghadapi masalah terutama masaalah dalam pemberian ASI ekslusif pada
bayi.
5.4. Hubungan Faktor Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada
Bayi 0-6 Bulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bekerja yang memberikan susu
formula sebesar 78,6%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square diperoleh
37
probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan pekerjaan
ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. mengacu pada uji tersebut menunjukkan
bahwa ibu yang bekerja cenderung memberikan susu formula pada bayinya. Hal ini
dikarenakan mereka terlalu sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka
dalam waktu yang lama sehingga mereka membiasakan bayi mereka menyusu dari
botol sejak dini. Padahal ibu yang tidak bekerja
bisa meluangkan waktu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena ASI eksklusif mempunyai fungsi
yang sangat penting untuk pertumbuhan bayi.
Sering kali ibu bekerja mengalami dilema dalam memberikan ASI eksklusif
pada bayinya meskipun kelompok ini tahu manfaat dan keunggulan ASI, namun sulit
untuk memperaktekkan nya. Alokasi waktu kerja sehari-hari yang banyak berada
diluar rumah dan tempat kerja, banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung
program pemberian ASI. Tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus untuk tempat
menyusui atau memompa ASI ibu bekerja sehingga tidak bisa merawat bayi
sepenuhnya. Pemberian ASI yang tidak bisa dilakukan secara penuh biasanya akan
didampingi sengan susu formula. Padahal sebenarnya ibu yang bekerja penuh waktu
tetap dapat memberikan ASI eksklusif. Pada prinsipnya, pemberian ASI dapat
diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian sacara langsung sudah
jelas dengan cara menyusui sedangkan pemberian ASI secara tidak langsung
dilakukan dengan cara memerah atau memompa ASI, menyimpannya untuk
kemudian diberikan pada bayi.
38
Fakta membuktikan, banyak ibu-ibu yang bekerja menghentikan pemberian
ASI eksklusif dengan alasan tidak memiliki banyak waktu. Padahal sebenarnya,
bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif selama
6 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, kelengkapan memompa
ASI dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat memberi ASI
secara eksklusif.
Pekerjaan merupakan alasan yang sering digunakan oleh ibu untuk berhenti
menyusui bayinya. Didaerah perkotaan, ibu banyak banyak turut bekerja mencari
nafkah, sehingga tidak dapat menyusui bayinya secara teratur. Sebenarnya walaupun
ibu bekerja, ibu masih bisa untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya (Roesli,
2000). Penelitian ini didukung oleh (Yaminah, 2005) menyatakan bahwa ibu yang
bekerja dikantor atau ibu yang memiliki aktifitas dirumah kebanyakan tidak
memberikan ASI. Hal ini dikarenakan tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus
untuk tempat menyusui bayi saat ibu bekerja.
Menurut asumsi peneliti bahwa salah satu faktor pemberian susu formula pada
bayi 0-6 bulan dikarenakan oleh hubungan status pekerjaan ibu yang berada diluar
rumah.
39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1.
Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia
0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani
2.
Ada hubungan pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6
bulan di Kelurahan Kemenangan Tani
3.
Ada hubungan umur ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6
bulan di Kelurahan Kemenangan Tani
4.
Ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6
bulan di Kelurahan Kemenangan Tani.
6.2. Saran
1.
Diharapkan kepada ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk meningkatkan
pemberian ASI eksklusif dengan meninggalkan susu formula. Karena ASI
ekskusif lebih penting dibandingkan susu formula, karena ASI mengandung zat
yang tidak dimiliki susu formula.
2.
Diharapkan kepada petugas kesehatan supaya lebih memperhatikan tentang
penyuluhan kesehatan manfaat ASI dan efek susu formula.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, 2007, Pentingnya Pemberian ASI, Bandung.
Arini, 2012, Penelitian Tentang Faktor-Faktor Pemberian ASI, Jakarta.
Badriah Laelatul Badriah, 2011, Giji dalam Kesehatan Reproduksi, Refika aditama:
Bandung.
Dinkes Jombang, 2006, Tentang perkembangan dalam praktek kebidanan, Jawa
Timur.
Dinkes NAD, 2003, Tentang perkembangan dalam praktek kebidanan, Banda Aceh.
Dwi sunar raset yono, 2012, Buku pintar ASI eksklusif, Sampangan Gg. Perkutut. No
325 B.
Ksanah,Nur, 2010, Asi atau susu formula Flash Books, Jogjakarta.
Nelson, 2005, Ilmu kesehatan Anak ,Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Notoatmodjo,S, 2003, Pendidikan dan perilaku kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta.
, 2005, Metodelogi penelitian kesehatan, PT Rineka Cipta: Jakarta.
Nursalam, 2003, Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Edisi 1, EGC: Jakarta.
Prasetyono, 2009, Memberi ASI Eksklusif Berbagai Faktor, Bandung.
Roesli, 2005, Penelitian Tentang pemberian ASI, FKM muhammadyah, Makasar.
Ronald.hs, 2011, Pedoman dan Perawatan Balita, CV NUANSA AULIA: Bandung.
Sunaryo, 2004, Defenisi Pengetahuan, Jakarta.
Yaminah, 2005, Penelitiam Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI, Makasar.
.
41
Lampiran : 1 Kuesioner Penelitian
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN SUSU
FORMULA PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KELURAHAN
KEMENANGAN TANI KEC. MEDAN TUNTUNGAN
Identitas Responden
1.
2.
Nama
:
Alamat :
A. PENGETAHUAN
Pilih lah salah satu jawaban yang sesuai menurut saudara yang benar:
1. Menurut ibu apakah susu formula itu lebih baik dari pada asi
a. Ya
b. Tidak
2. Menurut ibu pada usia berapakah bayi diberikan susu formula…...
a. < 0-6 bulan
b. > 0-6 bulan
3. Menurut ibu apakah susu formula itu penting bagi bayi yang berumur 0-6
bulan
a. Ya
b. Tidak
4. Menurut ibu apa yang dimaksud dengan susu formula?
a. Susu yang berasal dari air susu ibu.
b. Air susu ibu yang sudah dip eras dan dimasukan kedalam botol susu.
c. Susu yang berasal dari susu sapi atau susu buatan yang diubah
komposisinya.
5. Menurut ibu yang bukan termasuk bahan dari susu formula adalah…
a. Susu sapi
b. Susu kedelai
c. Susu ibu
6. Susu formula seharusnya diberikan pada anak yang berusia…
a. 0-12 bulan
b. 6 bulan ke atas
c. 0-6 bulan
7. Menurut ibu manakah yang termasuk dampak dari susu formula pada bayi 06 bulan…
a. Diare dan alergi.
b. Batuk berdahak dan mimisan
c. Menangis dan kedinginan
42
8.
Kandungan apa saja yang terdapat di ASI ?
a. Alfa-Laktabumin
b. Promil
c. Chimil
9. Apa saja imun dari ASI yang melekat pada bayi
a. Taurin
b. Casein
10. Apa kekurangan bayi yang mengkonsumsi susu formula
a. Alergi
b. Tidak ada
B. UMUR
1. Pada usia berapakah ibu memberikan susu formula pada bayi….
a. <0-6 bulan
b. > 0-7 bulan atau lebih.
C. PENDIDIKAN
1. Pendidikan terakhir ibu
a. SD
b. SLTP
c. SLTA
d. Akademi/ perguruan tinggi.
D. PEKERJAAN
1. Apakah kegiatan ibu sehari hari…
a. IRT (tidak bekerja)
b. Bekerja.
43
Lampiran 2. Master Data
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
1
B
S
B
B
S
S
B
B
S
B
S
B
S
S
S
S
B
S
S
S
S
S
S
S
S
B
S
B
S
B
B
B
B
B
B
S
B
2
B
S
B
S
S
S
B
B
S
B
S
B
B
S
S
S
B
S
S
S
S
S
S
S
S
B
S
B
S
B
B
B
S
B
B
S
B
3
S
S
B
S
S
S
B
B
B
B
S
B
B
S
B
S
B
S
B
S
B
S
B
S
S
B
S
B
S
S
S
B
S
S
B
S
B
4
S
S
B
S
B
S
B
S
B
B
B
S
B
S
B
S
S
S
B
B
B
S
B
S
S
B
B
B
B
S
S
S
S
S
S
S
S
Pengetahuan
5
6
7
B
B
S
S
B
B
S
S
S
B
B
S
B
B
B
B
B
B
S
S
B
S
S
B
B
B
B
S
S
S
B
B
B
S
S
S
B
B
B
B
B
B
B
B
S
B
B
B
S
S
S
B
B
B
B
S
S
B
B
S
B
B
S
B
B
B
B
B
S
B
B
B
B
B
B
B
S
S
B
B
B
B
B
S
B
B
B
S
B
B
S
B
B
S
S
B
S
B
B
S
B
B
S
S
S
S
S
B
S
S
S
8
S
B
S
S
S
B
B
B
S
B
S
B
S
S
S
S
S
S
S
S
S
B
S
S
S
B
B
S
B
B
B
B
B
B
S
B
S
9
B
B
S
S
S
B
B
B
S
B
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
B
B
B
B
B
B
B
B
B
S
B
S
10
S
S
S
B
S
B
S
B
B
B
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
B
B
S
B
B
B
B
B
B
S
B
S
Kategori
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
44
38
39
40
41
42
43
44
45
S
S
B
B
B
S
S
B
S
B
B
B
B
B
S
B
S
B
B
B
B
B
S
B
S
B
B
B
B
B
B
B
S
B
S
B
B
S
B
B
S
S
S
B
S
S
B
B
S
S
S
B
B
B
B
S
B
S
S
S
S
B
B
S
B
S
B
S
B
S
B
S
B
S
S
S
S
B
B
S
0
0
0
1
1
1
1
1
45
Master Data
No
Umur
Kategori
Pendidikan
Kategori
Pekerjaan
Kategori
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
19 thn
18 thn
17 thn
37 thn
40 thn
23 thn
24 thn
25 thn
27 thn
28 thn
30 thn
33 thn
32 thn
33 thn
35 thn
23 thn
22 thn
24 thn
23 thn
24 thn
22 thn
19 thn
18 thn
18 thn
19 thn
18 thn
19 thn
18 thn
19 thn
17 thn
27 thn
27 thn
28 thn
23 thn
22 thn
18 thn
19 thn
17 thn
18 thn
19 thn
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
SD
SD
SD
SMP
SMP
SMP
SMP
SD
SD
SMP
SMP
SD
SMP
SD
SD
SMA
SMA
D111
SMA
S1
SMA
SD
SD
SD
SD
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
S1
S1
DIII
SMA
SMA
SMP
SMP
SMP
SD
SD
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekarja
Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
Bekerja
Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
T.Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
Pemberian susu
formula
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Kategori
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
46
41
42
43
44
45
18 thn
19 thn
48 thn
44 thn
38 thn
0
0
0
0
0
SD
SD
SMP
SMP
SD
0
0
0
0
0
Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
Bekerja
0
0
0
0
0
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
T.Memberikan
1
1
1
1
1
47
Lampiran 3. Tabel Distribusi Frekuensi
Frequencies
Statistics
pengetahuan
N
Valid
pemberian
pendidikan pekerjaan susu formula
umur
45
45
45
45
45
0
0
0
0
0
Percentiles 25
.00
.00
.00
.00
.00
50
.00
.00
.00
.00
.00
75
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
Missing
Frequency Table
Pengetahuan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Buruk
26
57.8
57.8
57.8
Baik
19
42.2
42.2
100.0
Total
45
100.0
100.0
Umur
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
<20 >35 tahun
24
53.3
53.3
53.3
20-35 tahun
21
46.7
46.7
100.0
Total
45
100.0
100.0
48
Pendidikan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
rendah
27
60.0
60.0
60.0
tinggi
18
40.0
40.0
100.0
Total
45
100.0
100.0
Pekerjaan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
bekerja
28
62.2
62.2
62.2
tidak bekerja
17
37.8
37.8
100.0
Total
45
100.0
100.0
Pemberian Susu Formula
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
0
25
55.6
55.6
55.6
1
20
44.4
44.4
100.0
Total
45
100.0
100.0
49
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Percent
Missing
N
Total
Percent
N
Percent
pengetahuan *
pemberian susu
formula
45
100.0%
0
.0%
45
100.0%
umur * pemberian susu
formula
45
100.0%
0
.0%
45
100.0%
pendidikan *
pemberian susu
formula
45
100.0%
0
.0%
45
100.0%
pekerjaan * pemberian
susu formula
45
100.0%
0
.0%
45
100.0%
Pengetahuan * Pemberian Susu Formula
Crosstab
pemberian susu formula
0
pengetahuan
Buruk
Count
Expected Count
% within pengetahuan
Baiks
Count
Expected Count
% within pengetahuan
Total
Count
Expected Count
% within pengetahuan
1
Total
20
6
26
14.4
11.6
26.0
76.9%
23.1%
100.0%
5
14
19
10.6
8.4
19.0
26.3%
73.7%
100.0%
25
20
45
25.0
20.0
45.0
55.6%
44.4%
100.0%
50
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
Exact Sig.
(2-sided)
11.387a
1
.001
9.429
1
.002
11.835
1
.001
Fisher's Exact Test
Exact Sig.
(1-sided)
.001
Linear-by-Linear
Association
11.134
N of Valid Cases
45
1
.001
.001
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
8.44.
b. Computed only for a 2x2 table
Umur * Pemberian Susu Formula
Crosstab
pemberian susu formula
0
umur
<20/>35 tahun
Count
Expected Count
% within umur
20-35 tahun
Count
Expected Count
% within umur
Total
Count
Expected Count
% within umur
1
Total
19
5
24
13.3
10.7
24.0
79.2%
20.8%
100.0%
6
15
21
11.7
9.3
21.0
28.6%
71.4%
100.0%
25
20
45
25.0
20.0
45.0
55.6%
44.4%
100.0%
51
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
b
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
11.612a
1
.001
9.653
1
.002
12.136
1
.000
Exact Sig.
(2-sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig.
(1-sided)
.001
Linear-by-Linear
Association
11.354
N of Valid Cases
45
1
.001
.001
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
9.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Pendidikan * Pemberian Susu Formula
Crosstab
pemberian susu formula
0
pendidikan
rendah
Count
Expected Count
% within pendidikan
tinggi
Count
Expected Count
% within pendidikan
Total
Count
Expected Count
% within pendidikan
1
Total
22
5
27
15.0
12.0
27.0
81.5%
18.5%
100.0%
3
15
18
10.0
8.0
18.0
16.7%
83.3%
100.0%
25
20
45
25.0
20.0
45.0
55.6%
44.4%
100.0%
52
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
Exact Sig. Exact Sig. (1(2-sided)
sided)
Pearson Chi-Square
18.375a
1
.000
Continuity Correctionb
15.844
1
.000
Likelihood Ratio
19.731
1
.000
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear
Association
17.967
N of Valid Cases
45
1
.000
.000
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Pekerjaan * Pemberian Susu Formula
Crosstab
pemberian susu formula
0
pekerjaan
bekerja
Count
Expected Count
% within pekerjaan
tidak bekerja Count
Expected Count
% within pekerjaan
Total
Count
Expected Count
% within pekerjaan
1
Total
22
6
28
15.6
12.4
28.0
78.6%
21.4%
100.0%
3
14
17
9.4
7.6
17.0
17.6%
82.4%
100.0%
25
20
45
25.0
20.0
45.0
55.6%
44.4%
100.0%
53
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
Pearson Chi-Square
15.901a
1
.000
Continuity
Correctionb
13.530
1
.000
Likelihood Ratio
16.886
1
.000
Fisher's Exact Test
Exact Sig.
(2-sided)
.000
Linear-by-Linear
Association
15.548
N of Valid Cases
45
1
Exact Sig.
(1-sided)
.000
.000
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
7.56.
b. Computed only for a 2x2 table
Download