MANUSKRIP LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA Tn. J DI RUANG FLAMBOYAN II RSUD KOTA SALATIGA Oleh : FABIA DANILA VICENTE 0141950 PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2017 Universitas Ngudi Waluyo Karya Tulis Ilmiah,2017 Fabia Danila Vicente*,Gipta Galih Widodo**,Priyanto*** Asuhan Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Pada Tn.J Dengan Stroke Hemoragik Di Flamboyan RSUD Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah Xi 57 +4Tabel +2Lampiran ABSTRAK Stroke hemoragik adalah gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan atau sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena sempurna ,sembuh dengan cacat, atau kematian.pasien stroke yang mengalami hemiparese yang tidak mendapatkan penaganan yang tepat dapat menimbulkan komplikasi gangguan fungsional,gangguan mobilisasi,gangguan aktivitas sehari hari dan cacat yang tidak dapat disembuhkan . Metode yang penulis digunakan dalam teknik pemgumpulan data adalah wawancara,observasi,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Hasil dari pengelolaan hambatan mobilitas fisik selama 3 hari didapatkan masalah teratasi sebagian ,lanjutkan intervensi yaitu memberikan ROM atau atau memantau aktivitas pasien ,dan ahli baring. Penilaian kekuatan otot yang meliputi kekuatan otot yang meliputi kekuatan bahu, siku, pergelangan tangan, paha, lutut dan pergelangan kaki dapat menunjukan peningkatan setelah diberi latihan mobilisasi dini. Penilaian pada kemampuan fungsional motorik pasien pasca stroke iskemik yang mengalami hemiparese meliputi kemampuan pasien miring kesisi yang sehat, perubahan posisi terlentang ke duduk, menjaga keseimbangan duduk dan kemampuan duduk ke berdiri pada kedua kekompakan menunjukan ada peningkatan merata kemampuan. Saran bagi perawat di Rumah Sakit agar tetap memberikan pendidikan kesehatan tentang pasein stroke hambatan pada mobilitas fisik. Kata Kunci : Stroke Hemoragik Hambatan Pada Mobilitas Fisik Kepustakan : 57 (2007-2017 ) PENDAHULUAN Stroke adalah gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembh egan cacat, atau kematian. (Junaidi,2009) Di Indonesia usia penderita stroke umumnya berkisar pada usia 45 tahun ke atas. Gaya hidup yang modern dan serba instanisasi seperti sekarang ini berpeluang besar bagi seseorang yang terserang stroke di usia muda, baik wanita maupun pria produktif.Stroke berkaitan erat dengan tekanan darah tinggi yang mempengaruhi munculnya kerusakan dinding pembuluh sehingga dinding pembuluh darah tidak merata.Akibatnya , zat-zat yang terlarut seperti kolesterol , kalsium dan lain sebagainya akan mengendap pada dinding pembuluh darah. Bila penyempitan pembuluh darah terjadi dalam waktu lama,akan mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang, bahkan terhenti yang selanjutnya menimbulkan stroke. (Pudiastuti,2011) Menurut Fadluloh,Upoyo,dan Hartanto (2014) Di Indonesia mengalami stroke secara biologis, lakilaki lebih beresiko terkena stroke dibangdinkan perempuan. Usia yang paling banyak berada pada kelompok 60-65 tahun sebanyak 12 orang (38,8%).Usia responden paling banyak berada pada kelompok usia 60-65 tahun telah berada pada kategori lanjut usia (elderly). Peningkatan kejadian stroke pada lansia akibat proses degenerative seperti penurunan elastisitas pembuluh darah dan fungsi endotel menyebabkan peningkatan resistansi perifer sehingga meningkatkan elevasi tekanan darah yang dapat menimbulkan gangguan aliran darah dan beresiko terhadap kejadian stroke . sebagian besar jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang (80,6%). Penderita jenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Peneliti beramsumsi bahwa laki-laki memiliki lebih banyak faktor resiko stroke dibandingkan perempuan. Faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke meliputi kurangnya aktivitas dan kebiasaan merokok. Masalah yang sering dialami oleh pasien stroke dan yang paling ditakuti adalah gangguan gerak. Pasien mengalami kesulitan saat berjalan karena mengalami kesulitan saat berjalan karena mengalami gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak. (Victoria,Kristiawati dan Arif 2014). Secara klinis gejala yang sering muncul adalah hemiparese atau hemiplegi. Penderita stroke yang mengalami hemiparese dan tidak segera mendapatkan penaganan yang tepat dapat menimulkan komplikasi,salah satunya adalah kontraktur. Kontraktur dapat menyebabkan terjadinya penuruan rentang gerak sendi, gangguan fungsional, gangguan mobilisasi, gangguan aktivitas sehari hari dan cacat yang tidak dapat disembuhkan. Mobilisasi atau rehabilitasi dini di tempat tidur merupakan suatu program rehabilitasi stroke. Tujuanya adalah untuk mencegah terjadinya kekautan otot (kontraktur), mengoptimalkan pengobatan serta menyediakan bantuan psikologis pasien dan keluarga. Pasien pasca stroke akan mengalami perbaikan struktur otak sehingga pengetahuan dan analisa tentang gerak meningkat. Dengan latihan yang teratur dapat mengajarkan kembali gerakan yang disadari kepada pasien lebih cepat.Penilaian kekuatan otot yang meliputi kekuatan otot yang meliputi kekuatan bahu, siku, pergelangan tangan ,paha, lutut dan pergelangan kaki dapat menunjukan peningkatan setelah diberi latihan mobilisasi dini. Penilaian pada kemampuan fungsional motorik pasien pasca stroke iskemik yang mengalami hemiparese meliputi kemampuan pasien miring kesisi yang sehat, perubahan posisi terlentang ke duduk, menjaga keseimbangan duduk dan kemampuan duduk ke berdiri pada kedua kekompakan menunjukan ada peningkatan merata kemampuan. (Gusty , 2012) Dari uraian diatas dapat, disimpulkan bahwa masalah stroke menjadi masalah yang serius. Salah satu bentuk masalah hambatan pada mobilitas fisik yang berakibat cacat pada seumur hidup. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat Karya Tulis Ilmiah dengan judul asuhan keperawatan hambatan mobilitas fisik pada Tn J dengan stroke hemoragik di ruang Falmaboyan II RSUD Kota Salatiga. METODE Metode yang digunakan adalah memberikan asuhan keperawatan berupa perawatan kepada pasien untuk menjaga terjadinya kontraktur pada otot dan memberikan teknik relaksasi dan Rom. Pengelolaan asuhan keperawatan hambatan mobilitas fisik pada Tn J ini dilakukan pada selama 3 hari dan 6 kali pertemuan. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara teknik wawancara dan observasi , setelah penulis mendapatkan data dari hasil pengkajian , penulis mengangkat diagnosa hambatan mobilitas fisik sebagai masalah utama. HASIL Hasil asuhan keperawatan hambatan mobilitas fisik tidak memyebabkan masalah lain akibat hamabatan mobilitas fisik, dan pasien akan dapat mengontrol dan akan terus terapi agar pasien dapat mengulang teknik yang diajarkan kepada pasien dan mampu melakuan dengan aktivitas dengan secara mandiri. PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan kasus yang dilakukan , penulis akan membahas suatu proses dari pengumpulan data dan komunikasi data tentang pasien yang mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien ) dan sumber sekunder (keluarga dan tenaga kesehatan )serta analisis pengkajian pada Tn.J dilakukan pada tanggal 10 mei 2017 di Ruang Flamboyan II RSUD Kota Salatiga, data diperoleh dari klien dan keluarga yang mendampingi klien selama di rawat. Dari hasil pengkajian didapatkan data antara lain yaitu: Tn J umur 60 tahun, alamat Kalijat Rejosari Bencak, agama Islam dengan diagnosa medis Stroke Hemoragik. Pada riwayat penyakit, keluhan utama saat di kaji, anak klien mengatakan klien tidak bisa menggerakan kedua extremitas atas dan bawah. Pada pengkajian kesehatan masa lalu, didapatkan bahwa pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Menurut penulis hipertensi merupakan faktor resiko yang sering mengakibatkan stroke. Data ini didukung oleh penulis, tekanan darah tinggi/ hipertensi merupakan salah satu faktor yang paling besar dalam penyakit stroke sekitar 50-70% kasus stroke disebabkan hipertensi. Penurunan diastole 5-6 mmhg dan systole 10-12 mmhg selama 2 sampai 3 tahun akan menurunkan resiko stroke antar 4-7%. Pasien dengan hipertensi yang lama akan berpengaruh pada kerusakan arteri, penebalan arterosklerosis atau arteri dapat pecah ruftur. Pada pola fungsional yang Tn. J didapatkan data pola mobilisasi bahwa anak klien mengatakan sebelum sakit pasien beraktivitas secara normal, bisa pergi ke sawah dan mengarap ladangya. Saat sakit pasien tidak bisa beraktivitas dengan normal. Pasien mengalami keterbatasan pada extremitas atas dab bawah. Hal ini dibuktikan dengan saat pengkajian pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur. Diagnosa keperawatan adalah merupakan suatu pernyataan yang mampu mengguraikan respon aktual atau potensial terhadap masalah kesehatan dan perawat yang mempunyai izin yang berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari data pengkajian tinjauan literature yang berkaitan, catatan medis masa lalu, konsultasi dengan professional yang lain, yang semuanya dikumpulkan selama pengkajian. Hal yang terakhir adalah respon aktual dan potensial klien yang membutuhkan intervensi dari domain praktik keperawatan. Menurut potter&perry Dari hasil pengkajian yang didapatkan oleh penulis, penulis akan membahas lebih dalam tentang masalah keperawatan yang dialami oleh Tn J dengan stroke hemoragik. Gangguan mobilitas fisik yang dialami klien membuat klien tidak bisa beraktivitas secara normal. Adanya perubahan mobilisasi sangat tergantung dari faktor umum klien, kondisi kesehatan secara menyeluruh, serta tingkat imobilisasi yang dialami. Terjadinya gangguan mobilitas fisik merupakan salah satu masalah utama didalam individu yang mengalami stroke hemoragik. Dimulai dari vassopasme arteri serebral atau pelebaran saraf serebral akan berdampak pada terjadinya iskemik/infark pada sistem sirkulasi yang memberikan dampak secara general pada seluruh sistem tubuh. Baik sistem neurologi, pernafasan, sirkulasi, dan sistem tubuh vital yang lain. Defisit neurologi mempunyai dampak pada tingkat kesadaran individu akibat beberapa faktor yaitu : pada tingkat sistem iskemik, dengan atau tanpa perdarahan araknoid, ventrikel sampai hematoma serebral hingga hemiasis serebral yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan tekanan intracranial. Terjadinya gangguan pada hemiparese kanan/ kiri terjadinya gangguan pada hemiparese akan berpengaruh pada aktivitas motorik dan simpatis bagian tubuh kiri, dengan gangguan bagian tubuh kiri menyebabkan individu mengalami hemiparese. Sedangkan gangguan pada hemiparese kanan/kiri berakibat hemiparese/plegi anggota tubuh. Dengan terjadinya hemiparese kanan/kiri akan mempengaruhi aktivitas mobilitas fisik pada individu. Kehilangan kendali motorik pada bagian tubuh,akan memberikan keterbatasan mobilitas individu dimana dengan terjadinya gangguan itu segala pergerakan mobilitas otot dan sistem pendukung yang lain berakibat pada kelemahan dan penurunan fungsi setiap sistem dalam tubuh. Munculnya diagnosa keperawatan ini didukung oleh data subyetif: keluarga klien mengatakan pasien mengalami kelumpuhan di extremitas atas dan bawah kiri pasien tidak bisa beraktivitas atas dan bawah kiri pasien tidak bisa beraktivitas dengan normal. Dan data obyektif : klien nampak hanya bisa berbaring di tempat tidur, lemas dan sangat tergantung pada keluarga. Intervensi menentukan masalah keperawatan selanjutnya menyusun intervensi atau rencana keperawatan untuk mengatasi masalah pada Tn.J intervensi adalah berbagai rencana keperawatan yang berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan hasil dari pasien. Dalam menentukan perencanan perlu adanya kriteria hasil yang harus dicapai oleh perawat yang mengacu pada Nursing Outcome Classification (NOC)2013 dan pada perencanan keperawatan ini penulis mengacu pada Nursing Intervention Classification (NIC) 2013 sebuah taksonomi tindakan keperawatan yang berbasis bukti untuk di berbagai perawatan (Herdman,2015). Penulis mencantumkan tujuan atau kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan hambatan mobilitas fisik dan kriteria hasil tekakan darah systole dapat ditinkatkan dan latih gerak dapat ditingkatkan dengan baik dan kesadaran juga membaik. Rencana keperawatan pada Tn.J pada hari selasa 9 Mei 2017 pukul : 10:00 wib di Ruang Flamboyan di Rumah Sakit Kota Salatiga. Yang pertama ukur tanda –tanda vital yang berupa tekana darah, pernapasan dengan satu menit, nadi dalam satu menit serta suhu. Dalam pengukuran tanda-tanda vital ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan penulis dalam pemberian perawatan pada pasien. Dengan pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh dan sirkulasi darah pada arteri serebri yang dikaitkan pada nadi, pengukuran pernafasan dapat menunjukan fungsi pernapasan (Bakara dan Warsito). Intervensi kedua yaitu memonitor aktivitas pasien pada extremitas bawah dan atas karna adanya hambatan pada aktivitasnya dan yang berkaitan pada anggota gerak tidak bisa digerakan dan pemantaunya lebih dalam lagi. Pemberian posisi ahli baring untuk peningkatkan rentang gerak sendi dapat mengaktifkan gerak volunter, dan memperbaiki tonus otot maupun reflex tendon kearah normal yaitu dengan cara memberikan stimulus terhadap otot-otot maupun pada persendian. Intervensi selanjutnya memberikan carah latih gerak sesuai dengan kebutuhan pasien. Tujuan dalam memberikan cara latihan gerak atau (ROM) ini digunakan untuk mengatasi atau melancarkan kekuatan otot dan hal terutama dalam kemampuan mobilisasi. Untuk memberikan ROM berperan penting sebagai proses untuk mengembalikan kekuatan otot yang kaku yang tidak bisa digerak dan yang harus terpenuhi untuk menghindari kerusakan jaringan yang berakibat pada kekuatan otot apabila berlangsung lama dapat mengakibatkan kematian jaringan.(Potter&Perry). Dari hasil pengkajian penulis merumuskan intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas yang dialami Tn.J dengan intervensi yang pertama yaitu kaji kemampuan motorik pasien yang bertujuan untuk mengindentifikasi kekuatan /kelemahan dan memberikan informasi mengenai pemulihan (Doenges,2000) intervensi yang kedua yaitu ajarkan ROM yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur pada exrtremitas yang mengalami kelemahan. Implementasi setelah menentukan intervensi keperawatan penulis sudah melakukan implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan, implementasi dilakukan pada tanggal 11 Mei 2017 yaitu implementasi yang pertama mengkaji kemampuan motorik pada pasien yang bertujuan untuk mengedalikan kekuatan/kelemahan dan memberikan informasi mengenai pemulihan. Implementasi kedua yaitu melakukan pemeriksaan tanda vital karena dapat membantu menentukan implementasi keperawatan selanjutnya. Respon yang didapat adalah tekanan darah 190/100mmgh Nadi 84x/menit Respiration rate 20x/menit dan suhu 36 celcius. Implementasi yang dilakukan selanjutnya adalah mengajarkan Range of Motion (ROM), pada pasien dengan tujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah terjadinya kontraktur pada extremitas yang mengalami kelemahan. Menurut penulis mengajarkan ROM minimal 3x/hari akan memaksimalkan proses penyembuhan. Hal ini didukung oleh Teori Bakara (2016), yang mengatakan bawah melakukan ROM dapat memaksimalkan proses penyembuhan mengembalikan fungsi fisik, mencegah terjadinya komplikasi, seperti kelumpuhan, kontraktur,atropi, serta kehilangan tonus otot. Respon yang didapatkan yaitu pasien nampak menganjurkan untuk meluruskan badan di tempat yang bertujuan mencegah terjadinya edema dan kontraktur fleksi pada pergelangan serta mencegah footdrop dan kontraktur fleksi bahu. Implementasi selanjutnya anjurkan keluarga klien untuk membantu aktivitas dari klien bertujuan untuk membantu memenuhi klien selama sakit. Pada hari kedua 11 Mei 2017 implementasi yang dilakukan penulis yaitu memberikan manitol 125 ml.pemberian diuretic osmotic (Manitol) merupakan jenis diuretic yang paling banyak digunakan, manitol adalah suatu hiperosmotik agent yang digunakan dengan segera meningkatkan volume plasma untuk meningkatkan aliran darah otak dan mengantar oksigen.(Tarwoto 2013). Respon yang dapat dari pasien yaitu pasien koperatif namun belum ada tanda-tanda kemajuan dari pasien. Pasien masih memerlukan bantuan untuk semua kebutuhanya, hanya bisa berbaring di tempat tidur. Implementasi selanjutnya yaitu melanjutkan latih gerak ROM untuk membantu extremitas yang mengalami kelemahan. Respon yang didapat dari pasien yaitu pasien koperatif, pasien nampak baik dan terlihat senang ketika penulis melakukan latih gerak ROM. Dari beberapa implementasi diatas terdapat satu intervensi keperawatan yang tidak dilakukan penulis yaitu kolaborasi dengan ahli terapi dalam terapi gerak dikarenakan waktu yang kurang untuk berkolaborasi dengan ahli terapi. Dalam mengatasi masalah gannguan mobilitas fisik penulis menemukan beberapa masalah antara lainya yaitu : faktor usia yang sudah lanjut menghambat dalam latih gerak ROM karena mengalami perubahan status fungional sekunder (Potter&Perry, 2010). Alternatif dari pemecahan masalah penulis memberikan kompres hangat di setiap persendian sebelum melakukan latih gerak menganjurkan keluarga untuk selalu melakukan latih gerak ROM pada pasien, member motivasi pada pasien dan keluarga dalam proses keperawatan khususnya latih gerak ROM. Faktor pendukung yaitu keluarga nampak koperatif dalam setiap tinadakan keperawatan yang dapat mengurangi kelemahan pada pasien. Penulis memperkirakan dari hasil intervensi dan implementasi gangguan mobilitas fisik pasien dapat berkurang sejumlah 30% dan dibantu dengan pemberian terapi obat sebesar 25% sehingga gangguan mobilitas fisik belum teratasi. Hal ini didukung dengan data setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Simpulan Dalam bab ini penulis akan membuat kesimpulan dan juga saran tentang pengelolaan pada Tn.J dengan masalah keperawatan dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang Flamboyan II Kota Salatiga. Dalam pengelolaan pada Tn.J penulis melakukan selama tiga hari dimulai hari rabu 10 Mei 2017 sampai jumat 13 Mei 2017 melalui lima proses keperawatan yang terjadi dari pengkajian cara autoanamnesa dan alloanamnesa, perumusan masalah keperawatan, perencanan keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi pasien,implementasi keperawatan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dan terakhir melakukan evaluasi. Bagi penulis dari penyususn karya tulis ilmiah ini, diharapkan agar penulis dapat memberikan hasil yang optimal pada penyusun karya tulis ilmiah selajutnya yang tetap berpedoman pada kaidah penulisan serta teori yang ada. Bagi masyarakat individu, keluarga atau masyarakat dapat mengenali manifestasi klinis dari Hambatan Mobilitas Fisik dan tentunya setelah mengenal dapat memanfaatkan fasilitas pelayan kesehatan. Sehingga dapat menekan prevalensi stroke hemoragik di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Bakara dan Warsito (2016). Latihan range of motion (ROM) pasif terhadap rentang sendi pasien pasca stroke Cavalcante et al (2011). Nursing intervations for stroke patients : an intergrative literature review. http://www.ee.usp.br/reeup.com Fadlulloh, Upoyo, dan Hartanto, ( 2014 )Hubungan tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dengan harga diri penderita Stroke di poliklinik syaraf RSUD PROF.DR.MARGONO SOEKARJO PURWAKERTO http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index. php/jks/article/view/579(diakses tgl 6 maret 2017 jam 19:00pm) Fadlulloh, Upoyo, dan Hartanto, ( 2014 )Hubungan tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dengan harga diri penderita Stroke di poliklinik syaraf RSUD PROF.DR.MARGONO SOEKARJO PURWAKERTO http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index. php/jks/article/view/579(diakses tgl 6 maret 2017 jam 19:00pm) Gusty, ( 2012) Efektivitas pemberian mobilisasi dini terhadap tonus otot, kekuatan otot,dan kemampuan motorik fungsional pasien hemiparese paska stroke iskemik http://www.ejurnal.com/2015/12/efektivitaspemberian-mobilisasidini.html(diakses tgl 4 maret 2017 jam: 21:00 pm) Herdman et.all (2015) . nursing outcomes classifications. Yogyakarta : mocomedia Junaidi, (2011). Stroke Waspadai Ancamanya, Ed.I.Yogyakarta : ANDI Kristiyawati, dan Arif, ( 2014) Pengaruh latihan lateral prehension grip terhadap peningkatan luas gerak sendi (LGS) Jari tangan pada pasien Stroke di RSUD Dr. SOEWONDO KENDAL http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e journal/index.php/ilmukeperawata n/article/view/208(diakses tgl 6 maret 2017 jam 20:00pm) Middleton et al (2014). Triage, Treatment, And Transfer EvidenceBased Clinical Practice Recommendation And Models Of Nursing Care For The First 72 Hours Of Admission To Hospital For Acute Stroke. http://stroke.ahajournals.org Moorhead et.all (2013). Nursing Interfantion Classification. Yogyakarta : mocomedia NandaI 2015-2017 Keperawatan Diagnosis Pinzon,R , Assanti, L, Sugianto, Kriswanto. 2010. Stroke : Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan & Pencegahan. Yogyakarta : Penerbit ANDI Potter & Perry, (2009). Fundamental keperawatan edisi 7 buku 1. Jakarta : Salemba Medika Potter & Perry, (2010). Fundamental Keperawatan edisi 7 buku 2. Jakarta : Salemba Medika Pudiastuti, (2011). Penyakit Pemicu Stroke, Dilengkapi Posyandu Lansia dan Posbindu PTM, Nuha Medika Yogyakarta Utami (2009). Pengaruh Latihan Rom Aktif Terhadap Kemampuan Mobilisasi Pada Lansia Dengan Gangguan Musculoskeletal Dip Anti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur.