INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT DI KECAMATAN MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS Oleh Zulliyati1, Nopa Nopiyanti2, Harmoko3 1 Alumni Program Studi Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau Email:zulyati [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat, bagian-bagian yang dimanfaatkan serta cara pengolahan tumbuhan obat di Kecamatan Megang Sakti. Penelitian ini dilaksanakan di Sebelas desa yang berada di Kecamatan Megang Sakti. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan inventarisasi tumbuhan, serta pembuatan booklet. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat adalah daun, akar, batang, buah, biji, getah, rimpang, bunga, umbi, kulit buah,dan kulit batang. Masyarakat Kecamatan Megang Sakti mengolah tumbuhan obat dengan cara direbus yaitu 42,10 %, diremas 7,89 %, ditumbuk 10,52 %, diperas 2,63 %, dibakar 2,63 %, digigit/dikunyah 5,26 %, direndam/diseduh 1,31 %, serta tanpa diramu 27,63 %. Jenis tumbuhan obat yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Megang Sakti adalah family zingiberaceae, bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun, cara pengolahan tumbuhan paling banyak dengan cara direbus. Kata Kunci: Inventarisasi, Tumbuhan Obat, Megang Sakti. masyarakat Indonesia terdiri dari beberapa ratus PENDAHULUAN suku yang masing-masing mempunyai kebudayaan Pola kehidupan masyarakat dunia saat ini sendiri-sendiri. Setiap suku atau etnis memiliki cenderung kembali ke alam termasuk di bidang pengetahuan obat-obatan . Indonesia memiliki hutan tropis yang memanfaatkan tumbuhan obat yaitu mulai dari jenis kaya akan beraneka ragam tumbuhan yang dapat tumbuhannya, Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang pengobatan memiliki banyak manfaat, termasuk untuk obat disembuhkan (Muktiningsih dkk, 2001:25). Setiap berbagai penyakit. Sementara itu kemampuan budaya di dunia memiliki sistem pengobatan meracik obat dan jamu adalah merupakan warisan tradisional yang khas dan disetiap daerah dijumpai turun temurun yang telah mengakar kuat pada berbagai macam jenis tumbuhan yang dapat masyarakat (Katili dkk, 2015:79). Penggunaan dimanfaatkan sebagai obat (Murni dkk, 2012:225). tumbuh-tumbuhan dalam penyembuhan adalah Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat bentuk obat tradisonal tersebut tersebar hampir di seluruh tradisional, mulai dari akar, batang, daun, sampai wilayah Indonesia. Penggunaan bahan alam sebagai buah semuanya mempunyai nilai yang besar dan obat tradisional cenderung mengalami peningkatan dapat digunakan sebagai obat untuk kesehatan serta dengan adanya istilah “back to nature” yaitu berasal dari berbagai suku yang berada di Indonesia. pengobatan yang kembali pada alam yang alamiah Setiap (Nursiyah, 2013:15). pengobatan suku pengobatan digunakan memiliki tradisional (Apriliana dkk, sebagai pengetahuan yang tentang berbeda-beda 2016:107). Secara etnografis tradisional lokal bagian sampai adalah serta yang tradisional digunakan, penyakit yang dalam cara dapat Tumbuhan obat-obatan tumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai obat, baik yang sengaja SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU ditanam maupun tumbuh secara liar. Tumbuhan tradisional lebih aman. Selain untuk memelihara tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kesehatan dan menggobati penyakit ringan, yang diramu guna mengkhawatirkan ialah obat tradisional juga di penyembuhan penyakit. Pada umumnya yang gunakan masyarakat sebagai obat pilihan untuk dimaksud dengan obat tradisional adalah ramuan menggobati penyakit berat, penyakit yang belum dari dan disajikan tumbuh-tumbuhan sebagai obat yang berkhasiat obat. memiliki obat yang memuaskan seperti kanker dan (2015:33) tumbuhan obat AIDS, serta sebagai penyakit menahun minsalnya merupakan tumbuhan berkhasiat obat yang dapat hipertensi dan diabetes melitus tanpa pengawasan menghilangkan rasa sakit, atau sepengetahuan dokter (Dewoto, 2007:206). Menurut Kartika meningkatkan daya tahan tubuh, bibit penyakit dan memperbaiki organ Kabupaten Musi Rawas adalah salah satu yang rusak. Tumbuhan obat juga dapat menghambat kabupaten yang kaya akan berbagai jenis tumbuhan pertumbuhan sel-sel yang tidak normal seperti obat. Jadi sangat memungkinkan banyak tumbuhan tumor atau kanker. Sedangkan menurut Santoso obat yang tersebar di wilayah kabupaten Musi (2016:6), tumbuhan obat adalah seluruh spesies Rawas, salah satunya adalah Megang Sakti yang yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat merupakan sebuah Kecamatan di Kabupaten Musi obat. Seluruh bagian dari tumbuhan obat (daun, Rawas, Sumatera Selatan, terletak di sebelah utara batang atau akar) mempunyai khasiat sebagai obat. Kota Lubuklinggau. Dalam usaha menjaga Upaya pengobatan tradisional dengan obat-obat kesehatanya sebagian masarakat Megang Sakti tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masih ada yang menggunakan tumbuhan sebagai masyarakat dan sekaligus merupakan teknologi obat tradisional. Tumbuhan obat tradisional yang tepat guna yang potensial untuk menunjang ada di Megang Sakti dapat tumbuh secara liar dan pembangunan kesehatan. Hal ini disebabkan antara ada juga lain karena pengobatan tradisional telah sejak oleh masarakat setempat. Karena kurangnya ilmu dahulu kala dimanfaatkan oleh masyarakat serta penggetahuan tentang jenis tumbuhan masyarakat bahan-bahannya banyak terdapat di seluruh pelosok Megang Sakti masih banyak yang belum tahu tanah dan tentang jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat, obat mereka. Sebagian masarakat Megang Sakti masih tradisional perlu dimanfaatkan dengan sebaik- banyak yang belum tahu tentang manfaat dari baiknya (Tukiman, 2004:1). tumbuhan obat tradisional yang ada di sekitar air. Dalam rangka peningkatan Penggunaan obat tradisional di Indonesia tidak saja berlangsung di desa yang tidak memiliki atau jauh dari fasilitas kesehatan dan obat modern sulit di dapat, tetapi juga berlangsung di kota besar meskipun banyak tersedia fasilitas kesehatan dan obat modern mudah diperoleh. Obat tradisional mungkin di gunakan sebagai obat alternatif karena mahalnya atau tidak tersedianya obat modern atau sintetis dan adanya kepercayaan bahwa obat yang sengaja ditanam atau dibudidaya mereka. Mereka hanya menganggap tumbuhan itu hanya tumbuhan liar atau tumbuhan hiasan saja. Berdasarkan hasil sampel observasi dan wawancara dengan warga dari sebelas desa yang mewakili tujuh desa yaitu, desa Mekar Sari, desa Wonosari, desa Sumber Rejo, desa Mulyo Sari, Jajaran Baru, desa Trisakti, dan desa Rejo Sari, pada tanggal 24-31 Maret 2017 bahwa tumbuhan obat di Kecamatan Megang Sakti cukup melimpah. Pengetahuan mengenai tumbuhan yang SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat belum BAHAN DAN METODE PENELITIAN tercatat dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian di suatu upaya untuk pelestarian tumbuhan berkhasiat lapangan antara lain Peralatan tulis, seperti pena, obat buku tulis, dan stempel, kamera digital, lembar untuk pengetahuan, konservasi dan kesejahteraan masyarakat. Maka perlu diciptakanya wawancara, sumber informasi untuk menyalurkan wawasan menggenai tumbuhan obat dan peta lokasi wilayah pemanfaatan tumbuhan tersebut kecamatan Megang Sakti yang menjadi tempat kepada masyarakat, yaitu booklet. Oleh sebab itu, penelitian inventarisasi tumbuhan obat. Sedangkan informasi dari hasil penelitian akan dituangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk booklet dengan tambahan pustaka jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh lainya yang relevan. masyarakat Megang Sakti, yang ditemukan di sebagai obat Menurut Septiwiharti (2015:28), booklet sebagai alat bantu, sarana, dan sumber daya pendukungnya untuk menyampaikan pesan harus menyesuaikan lembar inventarisasi, buku referensi wilayah Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas. 1. Teknik Pengumpulan Data dengan isi materi yang akan disampaikan. Booklet berisikan informasi-informasi Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penting, suatu booklet isinya harus jelas, tegas, melalui beberapa tahap diantaranya sebagai berikut: mudah dimengerti dan akan lebih menarik jika booklet tersebut disertai dengan gambar. Booklet dipilih sebagai sarana untuk menyalurkan informasi kepada masyarakat, khususnya bagi masyarakat umum yang tertarik dengan tumbuhan obat ataupun pengobatan herba dari bahan alami. Penyusunan booklet ini melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan dekduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dalam sains, lingkungan, dan teknologi masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai tumbuhan obat yang berkhasiat obat di Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas sebagai bahan informasi ilmiah untuk inventarisasi tumbuhan obat serta pembuatan booklet. a. Observasi Observasi mengenai berbagai macam jenis tumbuhan obat dari sebelas desa yang mewakili tujuh desa di Kecamatan Megang Sakti yaitu, desa Mekar Sari , desa Wonosari, desa Sumber Rejo, desa Mulyo Sari, Jajaran Baru, desa Tri Sakti, dan desa Rejo Sari. Observasi bertujuan untuk menggali informasi dari masyarakat mengenai tumbuhan obat yang terdiri atas: 1) masyarakat yang mengetahui tentang pengobatan (dukun bayi, dukun pijat, dan penjual jamu); 2) sesepuh desa; 3) masyarakat umum yang sering memanfaatkan tumbuhan obat. b. Wawancara Proses wawancara dilakukan dengan teknik wawancara semi struktur dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi data lisan dari responden yaitu data mengenai jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di wilayah tersebut, bagian-bagian tumbuhan yang dimanfaatkan serta SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU d. Pembuatan Booklet cara pengolahan yang dilakukan oleh masyarakat dari setiap wilayah. Responden dalam penelitian ini terdiri dari responden kunci dan responden umum. Responden kunci ditentukan secara purposive sampling sedangkan responden umum di tentukan secara snowball sampling. Menurut Sugiyono (2004:96) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Minsalnya, orang tersebut yang di anggap paling tahu tentang apa yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini Purposive Sampling dilakukan untuk menentukan informan yang dianggap ahli dalam pengetahuan tumbuhan obat seperti dukun pijat, penjual jamu, dan pengobat tradisional. Sedangkan snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, dan semakin lama Pembuatan booklet diawali dengan menentukan spesifikasi produk yang akan dibuat. Spesifikasi tersebut antara lain substansi pembahasannya difokuskan tentang inventarisasi tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kecamatan Megang Sakti. Peneliti merencanakan pembuatan isi dari booklet, seperti pemilihan cakupan materi, keakuratan materi, kemutakhiran materi, penyajian, kebahasaan, desain grafis, wawasan, kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, penggunaan istilah. dilanjutkan dengan Selanjutnya menentukan perencanaan kualifikasi validator ahli yang digunakan dalam uji validasi. Validator tersebut meliputi validator ahli materi, ahli media dan ahli bahasa. Instrumen validasi yang digunakan diadaptasi dari Januawati (2014). menjadi besar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang semakin lama menjadi besar. Dalam 2. penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang di berikan, maka peneliti mencari orang lain yang di pandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang di berikan oleh dua orang sebelunya (Sugiyono, 2004:97). Jadi, informan dari masyarakat biasa yang sering memanfaatkan tumbuhan obat di tentukan dengan Snowball Sampling. c. Inventarisasi dan Dokumentasi Informasi dari masyarakat yang diwawancarai dicatat menggunakan lembar inventarisasi. Setelah penggambilan data dengan wawancara dilakukan, maka selanjutnya data tumbuhan yang telah terkumpul di buktikan dengan fakta keberadaan tumbuhan di lapangan, dilakukan dengan memotret obat yang dimaksud dan disajikan dalam bentuk foto. Hal ini dilakukan untuk mengetahui morfologi tumbuhan obat yang akan diinventarisasi. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan ciri-ciri marfologi dan jenis tumbuhan yang diperoleh di Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas. Setiap jenis tumbuhan obat yang ditemukan diuraikan berdasarkan taksonominya dengan berpedoman pada buku Morfologi Tumbuhan oleh Gembong Tjitrosoepomo (2010). Selanjutnya tumbuhan obat diidentifikasi sesuai nama lokal di lapangan dengan memanfaatkan Identifikasi pengetahuan nama ilmiah masyarakat dilakukan lokal. dengan berpedoman pada buku Flora oleh Van Steenis (2013). Untuk mengetahui nama spesiesnya Selain itu pula mendeskripsikan tentang kegunaan tumbuhan obat yang berpedoman pada buku Tumbuhan Obat dan Khasiatnya oleh Arief Hariana (2007) dan Sehat dengan Tanaman Obat oleh Padmiarso M. Wijoyo (2008) yakni: SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU a. Jenis-jenis tumbuhan sebagai obat. b. Bagian-bagian tumbuhan yang dimanfaatkan Jenis-jenis Famili sebagai obat. c. Cara pengolahan tumbuhan obat tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Rusaceae Moraceae Bromeliaceae Crassulaceae Campanulaceae Caricaceae Lauraceae Mimisaceae Malvaceae Myrtaceae Euphorbiaceae Poaceae Zingiberacea tangal 12 Mei sampai 12 Juni disebelas desa yang 0 berada di Kecamatan Megang Sakti yaitu desa 2 4 6 8 Jumlah Jenis Famili Wonosari, desa Sumber Rejo, desa Sungai Dangku, desa Pagar Ayu, desa Jajaran Baru, desa Campur Sari, Desa Mulyo Sari, desa Tri Sakti, desa Rejo Bagian-bagian Tumbuhan yang Digunakan Sari, desa Mekar Sari dan desa Marga Puspita. Tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh Sebagai Obat masyarakat berjumlah 73 jenis dari 39 famili. Jenis-jenis famili dari tumbuhan obat ditemukan di Kecamatan Megang Sakti yang yaitu Zingiberaceae, Fabaceae, Solanaceae, Poaceae, Asteraceae, Curcubitaceae, Euphorbiaceae, Convolvulaceae, Lamiaceae, Myrtaceae, Liliaceae, Acanthaceae, Amaranthaceae, Malvaceae, Mimosaceae, Anonaceae, Apiaceae, Anacardiaceae, Lauraceae, Rutaceae, Sapotaceae, Caricaceae, Piperaceae, Rubiaceae, Campanulaceae, Arecaceae, Genetaceae, Crassulaceae, Moraceae, Clusiaceae, Bromeliaceae, Musaceae, Gramineae, Moraceae, Apolynaceae, Balsaminaceae, Rosaceae, Palmaceae, dan Oxalidaceae. Adapun jenis-jenis tumbuhan obat menurut familinya dapat dilihat pada Berdasarkan hasil wawancara disebelas desa yang berda di Kecamatan Megang Sakti yaitu, Desa Wonosari, Desa Sumber Rejo, Desa Sungai Dangku, Desa Pagar Ayu, Desa Jajaran Baru, Desa Campur Sari, Desa Mulyo Sari, Desa Tri Sakti, Desa Rejo Sari, Desa Mekar Sari,dan Desa Marga Puspita, bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat Kecamatan Megang Sakti berjumlah 11 bagian diantaranya adalah daun, umbi, buah, rimpang, batang, getah, biji, bunga, akar, kulit buah, dan kulit batang. Adapun jumlah bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat di Kecamatan Megang Sakti tertera dalam gambar 4.2, berikut ini: gambar 4.1 berikut ini: SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 40 Tabel 4.1 Cara Pengolahan Tumbuhan Obat 38 Oleh Masyarakatdi Kecamatan Megang Sakti Jumlah Jenis Tumbuhan 35 No Cara 30 25 Pengolahan 25 20 15 12 10 5 7 4 Jumlah Persentae 4 3 4 5 2 2 0 Bagian Tumbuhan yang Digunakan Gambar 4.2Bagian Tumbuhan yang Digunakan Sebagai Obat Berdasarkan gambar 4.2 1 Direbus 32 42,10% 2 Diremas 6 7,89 % 3 Ditumbuk 8 10,52% 4 Diperas 2 2,63% 5 Dibakar 2 2,63% 6 Digigit/dikunyah 4 5,26% 7 Direndam/diseduh 1 1,31% 8 Tanpa diramu 21 27,63% 76 100% Jumlah Berdasarkan tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Megang Sakti di atas, bagian mengolah tumbuhan obat paling banyak dengan tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah cara direbus 42,10%, dan tanpa diramu 27, 63%. daun dengan jumlah 38 jenis, umbi 4 jenis, buah Sedangkan yang paling sedikit dilakukan dengan 25 jenis, rimpang 7 jenis, batang 12 jenis, getah cara direndam atau diseduh 1,31%. 4 jenis, biji 3 jenis, bunga 4 jenis, akar 5 jenis, kulit buah 2 jenis, dan kulit batang 2 jenis. Sedangkan bagian tumbuhan yang paling sedikit digunakan adalah bagian kulit buah dan bagian kulit batang dengan jumlah 2 jenis. Hasil dari penelitian inventarisasi tumbuhan obat di Kecamatan Megang Sakti, dituangkan dalam booklet. Booklet di validasi oleh 3 ahli meliputi ahli bahasa, ahli materi dan ahli media. B. Pembahasan Cara Pengolahan Tumbuhan Obat Berdasarkan hasil penelitian, tumbuhan obat Berdsarkan hasil wawancara yang dilakukan di yang ditemukan disebelas desa yang berada di sebelas desa yang berada di Kecamatan Megang Kecamatan Megang Sakti berjumlah 73 jenis dari Sakti, cara pengolahan tumbuhan obat yang 39 famili diantaranya di Desa Wonosari 18 jenis dilakukan oleh masyarakat terdiri atas direbus, dari 13 famili, di Desa Sumberrejo 17 jenis dari 12 diremas, ditumbuk, diperas, dibakar, digigit atau famili, di Desa Sungai Dangku 15 jenis dari 13 dikunyah, direndam atau diseduh dan tanpa diramu. famili, di Desa Pagar Ayu 20 jenis dari 18 famili, di Adapun persentase cara-cara pengolahan tumbuhan Desa Jajaran Baru 15 jenis dari 12 famili, di Desa obat dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut Campur Sari 17 jenis dari 13 famili, di Desa Mulyo Sari 12 jenis dari 7 famili, di Desa Tri Sakti 16 jenis dari 13 famili, di Desa Rejo Sari 13 jenis dari 9 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU famili, di Desa Mekar Sari 13 jenis dari 10 famili, tumbuhan tersebut, serta tumbuhan tersebut mudah dan di Desa Marga Puspita 13 Jenis dari 11 famili. dibudidayakan dan dapat tumbuh di berbagai jenis Pemanfaatan tumbuhan obat paling banyak terdapat pada famili Zingiberaceae diantaranya tumbuhan (Zingiber kunyit (Curcuma officinale), domestica), kencur jahe (Kaempeferia galanga), lengkuas (Alpina galanga), Temulawak (Curcuma zonthhorhiza), bangle (Zingiber montanum), lempuyang (Zingiber zerumbet), dan famili Fabaceae yaitu tumbuhan kacang panjang (Vigna sinensis), ketepeng (Cassia alata), lamtoro (Leucaena leucocephala), lithorsperma), dadap kecipir (Erythrina (Psophocarpus tetragonolobus), putri malu (Mimosa pudica), serta terdapat empat jenis tumbuhan obat yang berasal dari famili yang sama yaitu Asteraceae, Solanaceae, Poaceae, serta tiga jenis tumbuhan obat yang berasal dari famili yang sama Euphorbiaceae, Curcubitaceae, serta yaitu dua jenis tumbuhan obat yang berasal dari famili yang sama yaitu Convolvulaceae, lamiaceae, Myrtaceae, Liliaceae, Acanthaceae, Malvaceae, Anonaceae, Amaranthaceae, Mimosaciae, Apiaceae, Anacardiaceae. Sedangkan pada jenis tumbuhan obat yang lain ditemukan satu jenis tumbuhan obat yang berasal dari masing-masing famili diantaranya Lauraceae, Rutaceae, Sapotaceae, Caricaceae, Piperaceae, Rubiaceae, Campanulaceae, Arecaceae, Genetaceae, Crassulaceae, Moraceae, Clusiaceae, Bromeliaceae, Musaceae, Gramineae, Moraceae, Apolynaceae, Balsaminaceae, Rosaceae, Palmaceae, dan Oxalidaceae. Berdasarkan hasil wawancara, tanah. Menurut Yatias (2015: 28), menyatakan bahwa Famili Zingiberaceae banyak ditanam oleh masyarakat di pekarangan rumah karena memiliki banyak manfaat. tumbuhan Selain obat, digunakan Zingiberaceae juga sebagai banyak dijadikan sebagai bumbu dapur. Jenis tumbuhan dari famili Zingiberaceae juga dapat menggobati penyakit yang sering didapat masyarakat seperti demam, sakit perut, maag dan penambah nafsu makan. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat Megang Sakti berjumlah 11 bagian diantaranya adalah akar, batang, kulit batang, daun, bunga, buah, rimpang, getah, umbi, biji, dan kulit buah. Pengambilan bagian tumbuhan biasanya hanya salah satu bagian tumbuhan saja. Seperti kitolod diambil bagian dari getahnya untuk menggobati katarak, rimpang jahe diambil rimpangnya untuk menggobati batuk, gambas diambil bijinya untuk mengobati malaraia dan beberapa jenis tumbuhan lainya. Sedangkan tumbuhan obat diambil beberapa bagian atau bahkan seluruh bagian tumbuhan untuk digunakan sebagai obat seperti mengkudu, buah untuk mengobati sariawan dan daun untuk menggobati perut kembung. Selain itu, tumbuhan jeruk nipis buahnya digunakan sebagai obat sariawan sedangkan akarnya digunakan sebagai obat batuk. Berdasarkan wawancara, masyarakat menggunakan bagian daun, karena informasi yang mereka terima secara turun temurun dari mulut dengan kemulut untuk membuat obat sesuai dengan jenis masyarakat di Kecamatan Megang Sakti diketahui penyakit serta daun bagian yang paling mudah jenis tumbuhan yang didapat sering digunakan adalah pada setiap tumbuhan. Selain itu family Zingiberaceae. Famili dari Zingiberaceae berdasarkan hasil penelitian Husain (2015:50) sering digunakan oleh mayarakat hal ini disebabkan menyatakan bahwa penggunaan daun sebagai obat karena hampir setiap pekarangan rumah memiliki tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU tumbuhan. Sedangkan dkk, Pengolahan tumbuhan obat dengan cara diperas 2015:90), menyatakan bahwa pada dasarnya daun biasanya berupa daun dan buah. Bagian tumbuhan marupakan dibersihkan bagian menurut tumbuhan (Dianto yang banyak dahulu kemudian diperas untuk digunakan sebagai obat tradisional. Selain itu, daun mendapatkan cairan dari dalam bagian tumbuhan merupakan tempat akumulasi hasil fotosintesis yang tersebut (Bonay, 2013:28). diduga mengandung unsur-unsur zat organic yang memiliki sifat menyembuhkan penyakit. Zat yang banyak terdapat pada daun adalah minyak atsiri, fenol, senyawa kalium dan klorofil. Pengolahan tumbuhan obat dengan cara dibakar bahan obat akan menghasilkan kandungan bahan obat terfermentasi yang tidak tajam dan sudah dengan khasiat bahan obat yang Cara-cara pengolahan tumbuhan obat yang menjadi setengah matang. Sedangkan pengolahan dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Megang tumbuhan dengan cara digigit atau dikunyah Sakti masih sederhana. Beberapa jenis tumbuhan kandungan yang terdapat didalam tumbuhan terasa obat dapat langsung dikonsumsi atau digunakan langsung khasiatnya. Apabila bahan obat langsung pada tempat dimana tumbuhan tersebut berada. Hal ditelan maka kandunganya akan langsung masuk ini dapat dilakukan kedalam tubuh. Sedangkan pengolahan tumbuhan dalam mengobati penyakit seperti luka, bisul dan sariawan. Berdasarkan hasil obat wawancara, masyarakat di Kecamatan Megang dimaksudkan agar bahan obat lebih lunak sehingga Sakti menggunakan tumbuhan obat ada delapan lebih mudah untuk pengolahanya, dengan cara macam diantaranya tanpa diramu, direbus, diremas, diseduh atau direndam ini diharapkan kandunganya ditumbuk, diperas, dibakar, digigit atau dikunyah, tetap utuh (Mulyani dkk, 2016:88). direndam atau diseduh. tanpa diramu biasanya bagian tumbuhan dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan langsung antara lain buah, daun, getah dan batang. Bagian tumbuhan ini dapat langsung dimanfaatkan karena dapat bereaksi secara langsung. Pengolahan tumbuhan dengan cara direbus biasanya dilakukan untuk bagian akar, daun, batang, dan kulit tumbuhan. Sebelum bagian tersebut direbus terlebih dahulu dibersihkan dengan air, setelah itu direbus dengan air hingga mendidih. Pengolahan tumbuhan obat dengan cara diremas biasanya dilakukan pada bagian daun untuk melumatkan daun. Dengan cara ditumbuk biasanya dipakai pada bagian daun, kemudian daun cara direndam atau diseduh Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan Pengolahan tumbuhan obat dengan cara tumbuhan dengan diambil secukupnya tumbuhan obat yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Megang sakti adalah dengan cara direbus. Menurut Mahendra (2006:58), merebus tumbuhan obat merupakan cara yang sangat mudah dan sudah lazim dilakukan di masyarakat. Tujuan merebus tumbuhan obat adalah untuk memindahkan zat-zat berkhasiat yang ada pada tumbuhan kedalam larutan air, kemudian diminum untuk kebutuhan pengobatan. Sedangkan menurut (Indrawati dkk, 2015:209), menyatakan bahwa pengolahan dengan direbus merupakan cara yang paling banyak dilakukan karena umumnya masyarakat meramunya dalam bentuk ramuan. Hasil penelitian inventarisasi tumbuhan obat dan di Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi ditambahkan air atau minyak setelah itu hasil Rawas dalam bentuk booklet. Selanjutnya booklet tumbukan dapat langsung dipakai atau dikonsumsi. divalidasi untuk menilai draftbooklet yang SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU dikembangkan. Harapan dari validasi adalah direvisi. Validasi ahli Bahasa dilakukan oleh Ibu menghasilkan booklet yang baik dan layak. Menurut Dr. Yohana Satinem, M.Pd. Validasi terdiri dari 10 Septiwiharti (2015:28), booklet sebagai alat bantu, indikator yang termasuk kedalam tiga aspek. sarana, dan sumber daya pendukungnya untuk Angket skor yang didapat dari penilaian validasi menyampaikan pesan harus menyesuaikan dengan ahli bahasa dapat dilihat pada (Lampiran C). Hasil isi materi yang akan disampaikan. Booklet berisikan validasi dari ahlimateri pada setiap aspek telah informasi-informasi penting, suatu booklet isinya menunjukkan hasil yang baik, yaitu dengan harus jelas, tegas, mudah dimengerti dan akan lebih persentase 75%.Validasi bahasa tidak hanya dalam menarik jika booklet tersebut disertai dengan bentuk penilaian kuantitatif berupa skor penilaian gambar. Booklet divalidasi oleh dosen ahli materi, tetapi juga komentar dan saran terhadap booklet. dosen ahli media, dan dosen ahli bahasa dengan Kualifikasi dari ketiga aspek dan 10 indikator menggunakan angket penelitian (Lampiran B). tersebut Validasi ahli materi dilakukan oleh ibu Fitria sehingga booklet dari segi bahasa Lestari, M.Pd. Validasi terdiri dari 13 indikator direvisi. yang termasuk kedalam tujuh aspek. Angket skor yang didapat dari penilaian validasi ahli materi menunjukkan booklet sudah layak, tidak perlu KESIMPULAN dapat dilihat pada (Lampiran C). Hasil validasi dari Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ahli materi pada setiap aspek telah menunjukkan terhadap inventarisasi tumbuhan obat di Kecamatan hasil yang baik, yaitu dengan persentase 79,92%. Megang Sakti, maka dapat diambil kesimpulan Validasi materi tidak hanya dalam bentuk penilaian sebagai berikut: kuantitatif berupa skor penilaian tetapi juga 1. Jenis-jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan komentar dan saran terhadap booklet. Kualifikasi oleh mayarakat di Kecamatan Megang Sakti dari ketujuh aspek dan 13 indikator tersebut berjumlah 74 jenis dan terdiri dari 39 famili yaitu menunjukkan booklet sudah layak, sehingga booklet di Desa Wonosari 18 jenis dari 13 famili, di Desa dari segi materi tidak perlu direvisi. Sumberrejo 17 jenis dari 12 famili, di Desa Validasi ahli media dilakukan oleh bapak Dodik Mulyono, M.Pd., validasi terdiri dari 10 indikator yang termasuk kedalam dua aspek. Angket skor yang didapat dari penilaian validasi ahli media dapat dilihat pada (Lampiran C). Hasil validasi dari ahlimateri pada setiap aspek telah menunjukkan hasil yang baik, yaitu dengan persentase 75%. Validasi media tidak hanya dalam bentuk penilaian kuantitatif berupa skor penilaian tetapi juga komentar dan saran terhadap booklet. Kualifikasi dari kedua aspek dan 10 indikator tersebut menunjukkan booklet sehingga booklet dari segi media sudah layak, Sungai Dangku 15 jenis dari 13 famili, di Desa Pagar Ayu 20 jenis dari 18 famili, di Desa Jajaran Baru 15 jenis dari 12 famili, di Desa Campur Sari 17 jenis dari 13 famili, di Desa Mulyo Sari 12 jenis dari 7 famili, di Desa Tri Sakti 16 jenis dari 13 famili, di Desa Rejo Sari 13 jenis dari 9 famili, di Desa Mekar Sari 13 jenis dari 10 famili, dan di Desa Marga Puspita 13 Jenis dari 11 famili. Tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan berasal dari desa Pagar Ayu. Sedangkan yang paling sedikit ditemukan berasal dari desa Mulyo Sari. tidak perlu SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat daun 38 jenis, umbi 4 jenis, buah 25 jenis, rimpang 7 jenis, batang 12 jenis, getah 4 jenis, biji 3 jenis, bunga 4 jenis, akar 5 jenis, kulit buah 2 jenis dan kulit batang 2 jenis. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah bagian daun dan yang paling sedikit digunakan adalah kulit batang dan kulit buah. 3. Masyarakat Kecamatan Megang Sakti mengolah tumbuhan obat paling banyak dengan cara direbus 42,10%. Sedangkan yang paling sedikit dilakukan dengan cara diseduh atau direndam 1,31%. Fitriastutik, D. R. 2010. Efektivitas Booklet dan Permainan Tebak Gambar Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Siswa Kelas Iv Terhadap Karies Gigi Di Sd Negeri 01, 02, Dan 03 Bandengan Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.(Skripsi). Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan. Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khassiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya. Husain, N. S. 2015. Studi Etnobotani dan Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Berbasis Pengetahuan Local di Kabupaten Enrekang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar: Program Studi Agroteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Vakultas Pertanian Universitas Hasanudin. Mahendra, B. 2006. Panduan Meracik Herbal. Jakarta: Penebar Swadaya. DAFTAR PUSTAKA Abdiyani, S. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat di Dataran Tinggi Dieng. Jurnal Penelitian Hutan dan Konsernasi Alam, 5 (1): 7992. Adfa, M. 2005. Survey Etnobotani, Studi Senyawa Flavanoid Uji Brine Shrimp Beberapa Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu. Jurnal Gradien, 1 (1): 43-50. Bonay. 2013. Pemanfaatan Jenis-jenis Tumbuhan Obat Tradisional oleh Masyarakat Suku Klabra di Kampung Buk Distrik Klabot Kabupaten Sorong. Skripsi tidak diterbitkan. Manokwari: Jurusan Kehutanan, Fakultas KehutananUniversitas Negeri Papua. Dianto, I., Anam, S., dan Khumaidi, A. 2015. Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Pada Suku Kaili Ledo di Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Galenika, 1 (2):85-91 Septiwiharti, L. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Booklet Sejarah Indonesia Pada Materi Pertempuran Lima Hari Di Semarang Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Semarang. (Skripsi). Semarang: Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Steenis. V. C. G. G. J., Hoe, G. D., Bloembergen, S., Eyme, P. J. 2013. Flora. Jakarta: PT Balai Pustaka. Tjitrosoepomo, G. 2010. Marfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Tukiman. 2004. Pemanfaatan Tanaman Keluarga (TOGA) untuk Kesehatan Keluarga. Skripsi tidak diterbitkan. Sumatra Utara: Jurusan: Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Fakultas Kesehatan Masarakat-Universitas Sumatra Utara SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU