peraturan presiden republik indonesia nomor 29

advertisement
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2015
TENTANG
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
bahwa
dengan
telah
ditetapkannya
pembentukan
Kementerian Kabinet Kerja periode tahun 2014-2019 dan
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, perlu
menetapkan
Peraturan
Presiden
tentang
Kementerian
Perindustrian;
Mengingat
:
1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang
Kementerian
Nomor
Negara
39
Tahun
(Lembaran
2008
Negara
tentang
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);
4. Peraturan
Organisasi
Presiden
Nomor
Kementerian
7
Tahun
Negara
2015
tentang
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
MEMUTUSKAN: ...
-
2
-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
PERATURAN
PRESIDEN
TENTANG
KEMENTERIAN
PERINDUSTRIAN.
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
(1) Kementerian
Perindustrian
berada
di
bawah
dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
(2) Kementerian Perindustrian dipimpin oleh Menteri.
Pasal 2
Kementerian
Perindustrian
menyelenggarakan
perindustrian
urusan
untuk
mempunyai
pemerintahan
membantu
tugas
di
bidang
Presiden
dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
2,
Kementerian
Perindustrian
menyelenggarakan
fungsi:
a. perumusan
dan
pendalaman
dan
penetapan
kebijakan
penguatan
di
struktur
bidang
industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,
promosi
industri
industri,
teknologi
strategis
dan
dan
jasa
industri,
industri
industri,
standardisasi
pengembangan
hijau,
industri
pembangunan
dan
pemberdayaan industri kecil dan industri menengah,
penyebaran dan pemerataan pembangunan industri,
ketahanan industri dan kerja sama, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri;
b. pelaksanaan ...
b. pelaksanaan
3
-
kebijakan
di
bidang
pendalaman
dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri,
standardisasi
industri,
teknologi
industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau,
pembangunan dan pemberdayaan industri kecil dan
industri
menengah,
penyebaran
dan
pemerataan
pembangunan industri, ketahanan industri dan kerja
sama, serta peningkatan penggunaan produk dalam
negeri;
c. pelaksanaan
pelaksanaan
bimbingan
kebijakan
teknis
di
dan
bidang
supervisi
atas
pendalaman
dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri,
standardisasi
industri,
teknologi
industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau,
pembangunan dan pemberdayaan industri kecil dan
industri
menengah,
penyebaran
dan
pemerataan
pembangunan industri, ketahanan industri dan kerja
sama, serta peningkatan penggunaan produk dalam
negeri;
d. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang
perindustrian;
e. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Perindustrian;
f.
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di
lingkungan Kementerian Perindustrian;
g. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Perindustrian; dan
h. pengawasan ...
-
4
-
h. pengawasan atas pelaksanaan tugas di Kementerian
Perindustrian.
BAB II
ORGANISASI
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi
Pasal 4
Kementerian Perindustrian terdiri atas:
a. Sekretariat Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Industri Agro;
c. Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka;
d. Direktorat
Jenderal
Industri
Logam,
Mesin,
Alat
Transportasi, dan Elektronika;
e. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah;
f.
Direktorat
Jenderal
Pengembangan
Perwilayahan
Industri;
g. Direktorat
Jenderal
Ketahanan
dan
Pengembangan
Akses Industri Internasional;
h. Inspektorat Jenderal;
i.
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri;
j.
Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri;
k. Staf Ahli Bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri; dan
l.
Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri.
Bagian ...
-
5
-
Bagian Kedua
Sekretariat Jenderal
Pasal 5
(1) Sekretariat Jenderal berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.
(2) Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Pasal 6
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan Kementerian Perindustrian.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi kegiatan Kementerian Perindustrian;
b. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan
anggaran Kementerian Perindustrian;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang
meliputi
ketatausahaan,
kepegawaian,
keuangan,
kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat,
arsip, dan dokumentasi Kementerian Perindustrian;
d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e. koordinasi
dan
penyusunan
peraturan
perundang-
undangan serta pelaksanaan advokasi hukum;
f.
pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan
pengadaan barang/jasa; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian ...
-
6
-
Bagian Ketiga
Direktorat Jenderal Industri Agro
Pasal 8
(1) Direktorat Jenderal Industri Agro berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri.
(2) Direktorat Jenderal Industri Agro dipimpin oleh Direktur
Jenderal.
Pasal 9
Direktorat
Jenderal
Industri
Agro
mempunyai
tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang
pendalaman
peningkatan
daya
dan
saing,
penguatan
struktur
pengembangan
iklim
industri,
usaha,
promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,
teknologi industri, pengembangan industri strategis dan
industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam
negeri pada industri hasil hutan dan perkebunan, industri
makanan, hasil laut dan perikanan, dan industri minuman
dan tembakau.
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9, Direktorat Jenderal Industri Agro menyelenggarakan
fungsi:
a. perumusan
kebijakan
di
bidang
pendalaman
dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri,
standardisasi
industri,
teknologi
industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta ...
-
7
-
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri
pada industri hasil hutan dan perkebunan, industri
makanan, hasil laut dan perikanan, serta industri
minuman dan tembakau;
b. pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
pendalaman
dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri,
standardisasi
industri,
teknologi
industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri
pada industri hasil hutan dan perkebunan, industri
makanan, hasil laut dan perikanan, serta industri
minuman dan tembakau;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,
promosi
industri
industri,
teknologi
strategis
dan
dan
jasa
industri,
industri
industri,
standardisasi
pengembangan
hijau,
serta
industri
peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil
hutan dan perkebunan, industri makanan, hasil laut
dan perikanan, serta industri minuman dan tembakau;
d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,
promosi
industri
industri,
teknologi
strategis
dan
dan
jasa
industri,
industri
industri,
standardisasi
pengembangan
hijau,
serta
industri
peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil
hutan dan perkebunan, industri makanan, hasil laut
dan perikanan, serta industri minuman dan tembakau;
e. pelaksanaan ...
e. pelaksanaan
8
-
evaluasi
pendalaman
dan
dan
pelaporan
penguatan
di
struktur
bidang
industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,
promosi
industri
industri,
teknologi
strategis
dan
dan
jasa
industri,
industri
industri,
standardisasi
pengembangan
hijau,
serta
industri
peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil
hutan dan perkebunan, industri makanan, hasil laut
dan perikanan, serta industri minuman dan tembakau;
f.
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri
Agro; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Keempat
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Pasal 11
(1) Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2) Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 12
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
mempunyai
tugas
menyelenggarakan
perumusan
dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan
struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan
iklim
usaha,
promosi
industri
dan
jasa
industri,
standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan
industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan ...
-
9
-
penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu,
industri kimia hilir, industri barang galian non logam, serta
industri tekstil dan industri aneka.
Pasal 13
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan
Aneka menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan
kebijakan
di
bidang
pendalaman
dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri,
standardisasi
industri,
teknologi
industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri
pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri
barang galian non logam, serta industri tekstil dan
industri aneka;
b. pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
pendalaman
dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri,
standardisasi
industri,
teknologi
industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri
pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri
barang galian non logam, serta industri tekstil dan
industri aneka;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,
promosi industri dan
jasa
industri,
standardisasi
industri, ...
industri,
strategis
10
teknologi
dan
industri,
industri
pengembangan
hijau,
serta
industri
peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia
hulu, industri kimia hilir, industri barang galian non
logam, serta industri tekstil dan industri aneka;
d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
atas pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri,
standardisasi
industri,
teknologi
industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri
pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri
barang galian non logam, serta industri tekstil dan
industri aneka;
e. pelaksanaan
pendalaman
evaluasi
dan
dan
pelaporan
penguatan
di
struktur
bidang
industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,
promosi
industri
industri,
teknologi
strategis
dan
dan
jasa
industri,
industri
industri,
standardisasi
pengembangan
hijau,
serta
industri
peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia
hulu, industri kimia hilir, industri barang galian non
logam, serta industri tekstil dan industri aneka;
f.
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri
Kimia, Tekstil, dan Aneka; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian ...
-
11
-
Bagian Kelima
Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin,
Alat Transportasi, dan Elektronika
Pasal 14
(1) Direktorat
Jenderal
Industri
Logam,
Mesin,
Alat
Transportasi, dan Elektronika berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri.
(2) Direktorat
Jenderal
Industri
Logam,
Mesin,
Alat
Transportasi, dan Elektronika dipimpin oleh Direktur
Jenderal.
Pasal 15
Direktorat
Transportasi,
Jenderal
dan
Industri
Logam,
Elektronika
Mesin,
mempunyai
Alat
tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang
pendalaman
peningkatan
daya
dan
saing,
penguatan
struktur
pengembangan
iklim
industri,
usaha,
promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,
teknologi industri, pengembangan industri strategis dan
industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam
negeri pada industri logam, industri mesin, industri alat
transportasi dan maritim, serta industri elektronika dan
telematika.
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15, Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi, dan Elektronika menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan ...
a. perumusan
12
-
kebijakan
di
bidang
pendalaman
dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri,
standardisasi
industri,
teknologi
industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri
pada industri logam, industri mesin, industri alat
transportasi dan maritim, dan industri elektronika dan
telematika;
b. pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
pendalaman
dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri,
standardisasi
industri,
teknologi
industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri
pada industri logam, industri mesin, industri alat
transportasi dan maritim, dan industri elektronika dan
telematika;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,
promosi
industri
industri,
teknologi
strategis
dan
dan
jasa
industri,
industri
industri,
standardisasi
pengembangan
hijau,
serta
industri
peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri logam,
industri mesin, industri alat transportasi dan maritim,
dan industri elektronika dan telematika;
d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
atas pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan ...
-
13
-
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri,
standardisasi
industri,
teknologi
industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri
pada industri logam, industri mesin, industri alat
transportasi dan maritim, dan industri elektronika dan
telematika;
e. pelaksanaan
evaluasi
pendalaman
dan
dan
pelaporan
penguatan
di
struktur
bidang
industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,
promosi
industri
industri,
teknologi
strategis
dan
dan
jasa
industri,
industri
industri,
standardisasi
pengembangan
hijau,
serta
industri
peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri logam,
industri mesin, industri alat transportasi dan maritim,
dan industri elektronika dan telematika;
f.
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri
Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Keenam
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Pasal 17
(1) Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2) Direktorat
Jenderal
Industri
Kecil
dan
Menengah
dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal ...
-
14
-
Pasal 18
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai
tugas
menyelenggarakan
perumusan
dan
pelaksanaan
kebijakan di bidang pembangunan dan pemberdayaan,
standardisasi industri dan teknologi industri, peningkatan
daya saing, penumbuhan wirausaha, penguatan kapasitas
kelembagaan, pemberian fasilitas, serta promosi industri dan
jasa industri pada industri kecil dan industri menengah agro,
kimia, barang galian non logam, tekstil dan aneka, logam,
mesin, alat transportasi, maritim, serta elektronika dan
telematika.
Pasal 19
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18, Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pembangunan dan
pemberdayaan
menengah,
potensi
industri
kecil
daya
saing,
peningkatan
dan
industri
standardisasi
industri dan teknologi industri, penumbuhan wirausaha,
pembinaan
dan
pengembangan
tenaga
penyuluh
lapangan, konsultan, sentra dan unit pelayanan teknis,
bantuan
teknis
dan
pembiayaan,
keterkaitan
dan
hubungan kemitraan, serta promosi industri dan jasa
industri pada industri kecil dan industri menengah agro,
kimia, barang galian non logam, tekstil dan aneka,
logam,
mesin,
alat
transportasi,
maritim,
serta
elektronika dan telematika;
b. pelaksanaan ...
-
15
-
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan dan
pemberdayaan
menengah,
potensi
industri
kecil
daya
saing,
peningkatan
dan
industri
standardisasi
industri dan teknologi industri, penumbuhan wirausaha,
pembinaan
dan
pengembangan
tenaga
penyuluh
lapangan, konsultan, sentra dan unit pelayanan teknis,
bantuan
teknis
dan
pembiayaan,
keterkaitan
dan
hubungan kemitraan, serta promosi industri dan jasa
industri pada industri kecil dan industri menengah agro,
kimia, barang galian non logam, tekstil dan aneka,
logam,
mesin,
alat
transportasi,
maritim,
serta
elektronika dan telematika;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang
pembangunan
dan
pemberdayaan
potensi
industri kecil dan industri menengah, peningkatan daya
saing, standardisasi industri dan teknologi industri,
penumbuhan wirausaha, pembinaan dan pengembangan
tenaga penyuluh lapangan, konsultan, sentra dan unit
pelayanan teknis, bantuan teknis dan pembiayaan,
keterkaitan dan hubungan kemitraan, serta promosi
industri dan jasa industri pada industri kecil dan
industri menengah agro, kimia, barang galian non logam,
tekstil dan aneka, logam, mesin, alat transportasi,
maritim, serta elektronika dan telematika;
d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
atas pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan dan
pemberdayaan
menengah,
potensi
peningkatan
industri
kecil
daya
saing,
dan
industri
standardisasi
industri dan teknologi industri, penumbuhan wirausaha,
pembinaan
dan
pengembangan
tenaga
penyuluh
lapangan, ...
-
16
-
lapangan, konsultan, sentra dan unit pelayanan teknis,
bantuan
teknis
dan
pembiayaan,
keterkaitan
dan
hubungan kemitraan, serta promosi industri dan jasa
industri pada industri kecil dan industri menengah agro,
kimia, barang galian non logam, tekstil dan aneka,
logam,
mesin,
alat
transportasi,
maritim,
serta
elektronika dan telematika;
e. pelaksanaan
evaluasi
dan
pelaporan
di
bidang
pembangunan dan pemberdayaan potensi industri kecil
dan
industri
standardisasi
menengah,
industri
peningkatan
dan
daya
teknologi
saing,
industri,
penumbuhan wirausaha, pembinaan dan pengembangan
tenaga penyuluh lapangan, konsultan, sentra dan unit
pelayanan teknis, bantuan teknis dan pembiayaan,
keterkaitan dan hubungan kemitraan, serta promosi
industri dan jasa industri pada industri kecil dan
industri menengah agro, kimia, barang galian non logam,
tekstil dan aneka, logam, mesin, alat transportasi,
maritim, serta elektronika dan telematika;
f.
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri
Kecil dan Menengah; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Ketujuh
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
Pasal 20
(1) Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2) Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal ...
-
17
-
Pasal 21
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
mempunyai
tugas
pelaksanaan
menyelenggarakan
kebijakan
di
bidang
perumusan
dan
penyebaran
dan
pemerataan industri, pembangunan kawasan industri dan
sentra industri kecil dan industri menengah, penyediaan
infrastruktur industri, pengembangan kerja sama teknis,
serta promosi wilayah pusat pertumbuhan industri, kawasan
industri, dan sentra industri kecil dan industri menengah di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan
Industri menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan
kebijakan
di
bidang
penyebaran
dan
pemerataan industri, pembangunan kawasan industri
dan sentra industri kecil dan industri menengah,
penyediaan infrastruktur industri, pengembangan kerja
sama teknis, serta promosi wilayah pusat pertumbuhan
industri, kawasan industri, dan sentra industri kecil dan
industri menengah di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
penyebaran
dan
pemerataan industri, pembangunan kawasan industri
dan sentra industri kecil dan industri menengah,
penyediaan infrastruktur industri, pengembangan kerja
sama teknis, serta promosi wilayah pusat pertumbuhan
industri, kawasan industri, dan sentra industri kecil dan
industri menengah di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c. penyusunan ...
-
18
-
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang
penyebaran
dan
pemerataan
industri,
pembangunan kawasan industri dan sentra industri
kecil dan industri menengah, penyediaan infrastruktur
industri,
pengembangan
kerja
sama
teknis,
serta
promosi wilayah pusat pertumbuhan industri, kawasan
industri,
dan
sentra
industri
kecil
dan
industri
menengah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
atas pelaksanaan kebijakan di bidang penyebaran dan
pemerataan industri, pembangunan kawasan industri
dan sentra industri kecil dan industri menengah,
penyediaan infrastruktur industri, pengembangan kerja
sama teknis, serta promosi wilayah pusat pertumbuhan
industri, kawasan industri, dan sentra industri kecil dan
industri menengah di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
e. pelaksanaan
evaluasi
dan
pelaporan
di
bidang
penyebaran dan pemerataan industri, pembangunan
kawasan industri dan sentra industri kecil dan industri
menengah,
penyediaan
infrastruktur
industri,
pengembangan kerja sama teknis, serta promosi wilayah
pusat pertumbuhan industri, kawasan industri, dan
sentra industri kecil dan industri menengah di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
f.
pelaksanaan
administrasi
Direktorat
Jenderal
Pengembangan Perwilayahan Industri; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian ...
-
19
-
Bagian Kedelapan
Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan
Akses Industri Internasional
Pasal 23
(1) Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses
Industri Internasional berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.
(2) Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses
Industri Internasional dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 24
Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses
Industri Internasional mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang ketahanan
industri dan kerja sama internasional di bidang industri.
Pasal 25
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24, Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan
Akses Industri Internasional menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan
kebijakan
penyelamatan
industri
di
bidang
dalam
pengamanan
negeri,
kerja
dan
sama
internasional dalam rangka pembukaan akses dan
pengembangan pasar internasional, pembukaan akses
pada sumber daya industri, pemanfaatan jaringan rantai
suplai global, serta promosi industri, jasa industri, dan
investasi industri;
b. pelaksanaan ...
-
20
-
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengamanan dan
penyelamatan
industri
dalam
negeri,
kerja
sama
internasional dalam rangka pembukaan akses dan
pengembangan pasar internasional, pembukaan akses
pada sumber daya industri, pemanfaatan jaringan rantai
suplai global, serta promosi industri, jasa industri, dan
investasi industri;
c. pelaksanaan
evaluasi
dan
pelaporan
di
bidang
pengamanan dan penyelamatan industri dalam negeri,
kerja sama internasional dalam rangka pembukaan
akses
dan
pembukaan
pengembangan
akses
pada
pasar
sumber
internasional,
daya
industri,
pemanfaatan jaringan rantai suplai global, serta promosi
industri, jasa industri, dan investasi industri;
d. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Ketahanan
dan Pengembangan Akses Industri Internasional; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Kesembilan
Inspektorat Jenderal
Pasal 26
(1) Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.
(2) Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal.
Pasal 27
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan
pengawasan
internal
di
lingkungan
Kementerian
Perindustrian.
Pasal ...
-
21
-
Pasal 28
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan internal di
lingkungan Kementerian Perindustrian;
b. pelaksanaan
Kementerian
pengawasan
Perindustrian
internal
di
terhadap
lingkungan
kinerja
dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan,
dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas
penugasan Menteri;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan
Kementerian Perindustrian;
e. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
f.
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Kesepuluh
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Pasal 29
(1) Badan Penelitian dan Pengembangan Industri berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2) Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dipimpin
oleh Kepala Badan.
Pasal 30
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri mempunyai
tugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di
bidang perindustrian.
Pasal ...
-
22
-
Pasal 31
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program
penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri,
konservasi, diversifikasi energi, industri hijau, iklim
usaha dan kebijakan makro industri jangka menengah
dan jangka panjang, serta promosi dan perlindungan
hak kekayaan intelektual di bidang industri;
b. pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan
di bidang teknologi industri, jasa industri, standardisasi
industri, konservasi, diversifikasi energi, industri hijau,
iklim usaha dan kebijakan makro industri jangka
menengah dan jangka panjang, serta promosi dan
perlindungan
hak
kekayaan
intelektual
di
bidang
industri;
c. pemantauan,
evaluasi,
dan
pelaporan
pelaksanaan
penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri,
konservasi, diversifikasi energi, industri hijau, iklim
usaha dan kebijakan makro industri jangka menengah
dan jangka panjang, serta promosi dan perlindungan
hak kekayaan intelektual di bidang industri;
d. pelaksanaan
administrasi
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Industri; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian ...
-
23
-
Bagian Kesebelas
Staf Ahli
Pasal 32
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri
dan
secara
administratif
dikoordinasikan
oleh
Sekretaris Jenderal.
Pasal 33
(1) Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri mempunyai
tugas
memberikan
strategis
kepada
rekomendasi
Menteri
terkait
terhadap
isu-isu
dengan
bidang
penguatan struktur industri.
(2) Staf Ahli Bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri
mempunyai
tugas
memberikan
rekomendasi
terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait dengan
bidang peningkatan penggunaan produk dalam negeri.
(3) Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri mempunyai tugas
memberikan
rekomendasi
terhadap
isu-isu
strategis
kepada Menteri terkait dengan bidang sumber daya
industri.
Bagian Kedua belas
Jabatan Fungsional
Pasal 34
Di lingkungan Kementerian Perindustrian dapat ditetapkan
jabatan
fungsional
pelaksanaannya
sesuai
dilakukan
dengan
sesuai
kebutuhan
dengan
yang
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB ...
-
24
-
BAB III
UNIT PELAKSANA TEKNIS
Pasal 35
(1) Untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau
tugas teknis penunjang di lingkungan Kementerian
Perindustrian dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis.
(2) Unit Pelaksana Teknis dipimpin oleh Kepala.
Pasal 36
Unit Pelaksana Teknis Kementerian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (1) ditetapkan oleh Menteri setelah
mendapat
persetujuan
tertulis
dari
menteri
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur
negara.
BAB IV
TATA KERJA
Pasal 37
Dalam hal perumusan dan pelaksanaan kebijakan yang
bersifat teknis yang terkait dengan bidang industri tertentu
yang
dilaksanakan
oleh
kementerian/lembaga
non
kementerian lain, menteri/kepala lembaga pemerintah non
kementerian lain harus berkoordinasi dengan Menteri.
Pasal ...
-
25
-
Pasal 38
Dalam
melaksanakan
tugas
dan
fungsi,
Kementerian
Perindustrian harus menyusun peta bisnis proses yang
menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan efisien
antar
unit
organisasi
di
lingkungan
Kementerian
Perindustrian.
Pasal 39
Menteri menyampaikan laporan kepada Presiden mengenai
hasil
pelaksanaan
urusan
pemerintahan
di
bidang
perindustrian secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai
kebutuhan.
Pasal 40
Kementerian
Perindustrian
harus
menyusun
analisis
jabatan, peta jabatan, analisis beban kerja, dan uraian tugas
terhadap
seluruh
jabatan
di
lingkungan
Kementerian
Perindustrian.
Pasal 41
Setiap unsur di lingkungan Kementerian Perindustrian
dalam melaksanakan tugasnya harus
koordinasi,
integrasi,
lingkungan
Kementerian
dan
menerapkan prinsip
sinkronisasi
Perindustrian
baik
dalam
maupun
dalam
hubungan antar instansi pemerintah baik pusat maupun
daerah.
Pasal ...
-
26
-
Pasal 42
Setiap pimpinan unit organisasi harus menerapkan sistem
pengendalian intern pemerintah di lingkungan masingmasing
untuk
akuntabilitas
mewujudkan
publik
melalui
terlaksananya
penyusunan
mekanisme
perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang terintegrasi.
Pasal 43
Setiap
pimpinan
unit
organisasi
bertanggung
jawab
memimpin dan mengoordinasikan bawahan dan memberikan
pengarahan serta petunjuk pelaksanaan tugas bawahan.
Pasal 44
Setiap
pimpinan
unit
organisasi
wajib
mengawasi
pelaksanaan tugas bawahan masing-masing dan apabila
terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah
yang diperlukan dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 45
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengikuti dan
mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab pada atasan
masing-masing dan menyampaikan laporan kinerja secara
berkala tepat pada waktunya.
Pasal 46
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi
harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit
organisasi di bawahnya.
BAB ...
-
27
-
BAB V
PENDANAAN
Pasal 47
Segala pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas
dan fungsi Kementerian Perindustrian dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 48
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan
organisasi,
dan
tata
kerja
Kementerian
Perindustrian
ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan
tertulis
dari
menteri
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 49
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua
ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun
2010
tentang
Kedudukan,
Tugas,
dan
Fungsi
Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 135 Tahun 2014 yang berkaitan dengan Kementerian
Perindustrian,
masih
tetap
berlaku
sepanjang
tidak
bertentangan dan belum diubah dan/atau diganti dengan
peraturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.
Pasal ...
-
28
-
Pasal 50
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh
jabatan yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di
lingkungan Kementerian Perindustrian, tetap melaksanakan
tugas dan fungsinya sampai dengan dibentuknya jabatan
baru dan diangkat pejabat baru berdasarkan Peraturan
Presiden ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 51
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku:
a. Semua ketentuan mengenai Kementerian Perindustrian
dalam Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135
Tahun 2014; dan
b. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja sepanjang
mengatur mengenai Kementerian Perindustrian;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 52
Peraturan
Presiden
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar ...
-
Agar
setiap
29
orang
pengundangan
-
mengetahuinya,
Peraturan
memerintahkan
Presiden
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Maret 2015
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 Maret 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 54
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Deputi Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan,
ttd.
Bistok Simbolon
Download