ABSTRAK POTENSI RUMPUT LAUT SEBAGAI BAHAN DASAR

advertisement
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
ABSTRAK
POTENSI RUMPUT LAUT SEBAGAI BAHAN DASAR
PEMBUATAN MAKANAN
1
Surati, 2Nur Ida Marabote, 3Siti Hawa Kilbaren
1
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, IAIN Ambon
2,3
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, IAIN Ambon
E-mail: [email protected]
Abstarak: Rumput laut merupakan salah satu produk kelautan yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi karena merupakan bahan pembuatan berbagai jenis obat-obatan,
kosmetik, dan produk makanan. Rumput laut mengandung karbohidrat ytang sangat
tinggi golongan laminarin ataupun senyawa alginat. Rumput laut dapat diolah menjadi
aneka produk makanan dengan nilai gizi yang cukup tingg serta aman untuk
dikonsumsi. Dodol, selai, dan sirup merupakan salah satu produk olahan rumput laut
dengan kadungan protein yang cukup tinggi dan memiliki cemaran mikroba yang masih
aman untuk konsumen.
Kata Kunci: Rumput Laut, Dodol, Selai, Sirup.
Alga laut (Eucheuma spp) merupakan salah satu sumberdaya alam hayati Indonesia.
Tumbuhan ini mempunyai nilai ekonomis yang penting dalam industri kosmetik,
pangan dan lain-lain. Rumput laut banyak diolah dalam bentuk kering setelah melalui
proses penjemuran atau diolah menjadi makanan siap konsumsi, seperti: dodol, manisan
dan minuman. Saat ini kebanyakan makanan siap konsumsi yang dijual masyarakat
adalah minuman sari buah, tetapi untuk minuman dari rumput laut jarang ditemui
dilingkungan masyarakat (Nursanto Iman, 2004). Rumput laut bermanfaat untuk
kesehatan karena kandungan zat gizinya antara lain: karbohidrat, protein, mineral,
vitamin dan sedikit lemak, lebih banyak vitamin A (beta karoten), B1, B2, B6, B12, C
dan niacin, serta mineral yang penting, seperti kalsium dan zat besi. Untuk itu perlu
adanya inovasi teknologi yang akan memberikan nilai tambah pada rumput laut salah
adalah dengan pembuatan serbuk minuman instan. Minuman serbuk instan dari berbagi
produk seperti jahe, kunyit, kopi, dan sebagainya, sudah banyak ditemukan. Dengan
model dibuat serbuk instan manis, maka 1) mutu produk dapat terjaga, 2) tidak mudah
terkotori, 3) tidak mudah terjangkiti penyakit, dan 4) produk tanpa pengawet. Dari sisi
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 93
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
pemakaian, serbuk instan sangat mudah dibuat minuman hanya cukup menambahkan
dengan air panas atau dingin, hal ini merupakan daya tarik masyarakat untuk
mengkonsumsinya (Anggadiradja dan Kusmiyati, 1996).
Melalui proses pengolahan tertentu, minuman serbuk instan tidak akan
mempengaruhi khasiat yang terkandung dalam bahan tersebut, sehingga baik untuk
kesehatan badan (Rengga Pita dan Handayani, 2004). Mengingat pentingnya peranan
serat untuk membantu menjalankan diet tubuh bagi penderita obesitas dan
memperlancar pencernaan, maka penggunaan rumput laut sebagai sumber serat dalam
minuman pelangsing merupakan salah satu alternatif yang dilakukan dalam upaya
memenuhi kebutuhan tubuh akan serat. Diversifikasi produk rumput laut berupa
minuman berserat dalam bentuk bubuk yang sebelumnya telah mengalami proses
pengeringan dan penepungan menjadi serbuk instan rumput laut. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk menghasilkan proses pengolahan serbuk minuman rumput
laut dengan menguji nilai kandungan kadar air, kadar abu, kadar serat dan karbohidrat
dari minuman serbuk rumput laut (Oktaviani, 2002). Aspek ekonomis, rumput laut
merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan mengingat nilai gizi yang
dikandungnya. Selain itu, rumput laut dapat dijadikan sebagai bahan makanan seperti
agar-agar, sayuran, kue dan menghasilkan bahan algin, karaginan dan fluseran yang
digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, tekstil, dan lain sebagainya. Dari sudut
pandang lain budidaya rumput laut sangat menguntungkan karena dalam proses
budidayanya tidak banyak menuntut tingkat keterampilan tinggi dan modal yang besar,
sehingga dapat dilakukan oleh semua anggota keluarga nelayan termasuk ibu rumah
tangga dan anak-anak. Selain itu masa panen atau produksinya relatif singkat jika
dibandingkan dengan budidaya laut yang lain misalnya bandeng, udang dan kerang.
Pangsa pasar rumput laut juga sangat luas baik dalam ataupun luar negeri. Bahkan untuk
tingkat konsumsi (pasar) taraf lokal pun para pembudidaya masih kualahan untuk
mencukupinya, belum lagi ditambah permintaan luar negeri yang kian hari semakin
meningkat, bahkan bisa dikatakan tidak terbatas (Chaidir Azrina, 2006).
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 94
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang bertujuan untuk
mengetahui cara pengolahan rumput laut menjadi produk makanan seperti selai, sirup,
dan dodol; menganalisis kandungan protein selai, sirup, dan dodol berbahan dasar
rumput laut yang diproduksi dengan menggunakan teknologi sederhana, menganalisis
kandungan angka lempeng total (ALT) bakteri dan jamur serta menganalisis kandungan
MPN koliform total sebagai dasar pengujian keamanan pangan ditinjau dari segi
mikrobiologi.
Obyek dalam penelitian ini adalah kadar protein selai, sirup, dan dodol berbahan
dasar rumput laut. Selain kadar protein, obyek yang teramati dalam penelitian ini adalah
angka lempeng total bakteri dan jamur serta MPN total pada selai, sirup, dan dodol
sebagai syarat kelayakan konsumsi produk olahan rumput laut dengan membandingkan
Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2332.3-2006). Instrumen yang digunakan dalam
membuat produk olahan rumput laut adalah blender dan kompor, sedangkan alat yang
digunakan untuk mengetahui kadar protein fish nugget adalah spektrofotometri, alat
yang digunakan untuk mengetahui total koliform fish nugget adalah tabung rekasi +
durham, dan alat yang digunakan untuk mengetahui ALT bakteri dan jamur adalah
cawan petri dan colony counter.
Rumput laut yang telah kering direndam kembali dengan air tawar yang
bertujuan untuk melunakkan kembali struktur thallusnya. Perendaman dilakukan selama
1 jam dan selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran kecil. Menimbang rumput
laut yang telah lunak sebanyak 1 kg kemudian diblender dengan menambahkan 100 ml
air sampai semua rumput laut menjadi halus. Membagi adonan rumput laut yang telah
halus menjad 3 bagian untuk selanjutnya diolah menjadi dodol, selai, dan sirup. Untuk
bagian dodol, ditambahkan dengan 100 g gula pasir, 100 g gula merah, santan 100 ml,
dan perisa buah sesuai dengan selera sebanyak ¼ sendok makan. Dilakukan pemasakan
sampai adonan menjadi kental dan siap dipacking. Untuk pembuatan sirup dilakukan
penambahan air sebanyak 1 liter, citrum acid 14 sendok makan, gula pasir 1 kg, perisa
buah, dan kayu manis. Lakukan pemanasan selama 1 jam dan sirup siap untuk di
packing. Untuk pembuatan selai dilakukan penambahan cirum acid ¼ sendok makan,
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 95
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
gula pasir 200 g, ¼ sendok makan vanili, dan 100 g nanas halus. Lakukan pengadukan
sampai adonan menjadi kental dan siap unrtuk dipacking
Jika di laboratorium terdapat larutan biuret, maka bisa langsung digunakan
dalam pengujian kandungan rotein pada sampel uji secara kualitatif. Jika tidak tersedia
biuret, maka dapat dibuat dengan menggunakan larutan NaOH 10% sebanyak 100 ml
ditambah dengan 10 tetes CuSO45H2O 1 %. Timbang 10 g NaOH lalu larutkan dengan
aquadest samai volumenya 100 ml (karena NaOH bersifat panas jika larut dalam air,
maka harus menggunakan gelas kimia yang tahan dengan panas atau boleh merendam
gelas kimia dengan air dingin saat melarutkan NaOH). Timbang 1 g CuSO45H2O lalu
tambahkan dengan aquadest sampai volumenya 100 ml. Kedua larutan yang telah dibuat
dapat digunakan sebagai bahan dalam membuat biuret.
Untuk menguji kandungan protein pada setiap produk dilakukan dengan
menggunakan spektrofotmetri pada panjang gelombang 260 nm. Sampel sebayak 10 g
dihaluskan dan ditambahkan dengan aquadest sebanyak 100 ml lalu disaring dengan
menggunakan kertas saring. Filtrat yang tertampung pada labu takar dicukupkan
volumenya sampai 100 ml. menambahkan biuret 5 ml pada 5 ml sampel uji (diambil
dari hasil filtrate). Jika hasil pemberian biuret menunjukan warna ungu, maka sampel
yang akan diuji positif mengandung protein. Untuk pengujian kadar protein, maka
dibuat larutan standar berupa bovin serum albumin (0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4
ppm, dan 5 ppm) dan ditambah dengan biuret dan dibuat kurva standar untuk protein
sebagai dasar dalam penentuan kadar protein sampel. Blanko dalam pengukuran kadar
protein adalah biuret.
Pengujian total koliform yaitu dengan cara membuat laktosa broth dan mengisi
tiap tabung reaksi + durham dengan 9 ml LB. jumlah tabung reaksi yang berisi LB
adalah 9 tabung untuk tiap pengujian. Tiga tabung pertama adalah tabung 10-1, tiga
tabung kedua adalah 10-2, dan tiga tabung ke tiga adalah tabung 10-3. Mengisi masingmasing tabung reaksi dengan sampel sesuai dengan pengencerannya dan diinkubasi
pada suhu 300C selama 1 x 24 jam. Mengamati parameter pengujian berupa gelembung
gas pada tabung durham, endapan, atau perubahan warna. Jika salah satu indikator
terdapat pada tabung pengujian maka tabung tersebut dikatakan positif (+), dan jika
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 96
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
tidak ada perubahan maka tabung dikatakan negatif (-). Membandingkan hasil
pembacaan visual dengan tabel MPN seri 9 dan menghitung jumlah koliform total
berdasarkan hasil pengamatan.
Selain pengujian peningkatan kadar protein, dilakukan juga pengujian angka
lempeng total bakteri dan jamur sebagai dasar keamanan pangan dengan pembanding
SNI olahan rumput laut (SNI 01-2332.3-2006). 10 g produk dimasukkan secara steril ke
dalam 90 ml aquadest lalu dihomogenkan. Dipipet sebanyak 1 ml lalu dimasukkan ke
dalam 9 ml aquadest (tabung 1), lalu memipet 1 ml lagi pada tabung pertama dan
memasukkan ke dalam tabung ke dua yang berisi 9 ml aquadest steril. Dilakukan proses
pengenceran sampai tabung ke tiga. Mempersiapkan NA dan PDA plate dan menyebar
3 pengenceran terakhir ke dalam cawan petri yang berisi NA atau PDA sebanyak 1 ml.
menyebar sampel dengan menggunakan batang penyebar dan menginkubasi selama 1 x
24 jam untuk bakteri dan 4 x 24 jam untuk jamur. Melakukan perhitungan koloni
dengan menggunakan colony counter dan mencatat hasil pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Uji Organoleptik
Tujuan diadakannya uji organoleptik terkait langsung dengan selera. Setiap
orang di setiap daerah memiliki kecenderungan selera tertentu sehingga produk yang
akan dipasarkan harus disesuaikan dengan selera masyarakat setempat.Uji organoleptik
dilakukan untuk mengetahuai rasa dan tektur yang dihasilkan dari produk pengolahan
rumput laut. Uji organoleptik ini melibatkan 6 panelis yang meliputi warna, aroma, rasa
dan tektur yang dihasilkan.
Tabel 1 Hasil Uji Organoleptik
No
Produk
Warna
Aroma
1
Selai
Kuning
Durian
2
Sirup
Ungu
Anggur
3
Dodol
Coklat
Kelapa
Rasa
Manis, rasa rumput
laut
Manis, rasa rumput,
ada rasa mint
Tidak terlalu manis,
gurih
Tekstur
Lembek
Cair
Kenyal
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa warna produk yang dihasilkan
berbeda, pada saat pembuatan selai dengan menambahkan aroma durian. Warna ungu
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 97
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
pada sirup dengan menambahkan aroma anggur, sedangkan warna coklat pada dodol
dengan menambahkan gula merah. Aroma pada masing-masing produk tergantung dari
penambahan perisa buah. Rasa manis pada produk yang dihasilkan adanya
penambanhan gula pasir, sedangkan tekstur lembek pada selai karena adanya
penambahan tepung tapioca, sirup cair karena konsentrasi air lebih banyak daripada
gula, dan pada dodol tekturnya kenyal karena adanya penambahan tepung beras ketan
putih.
2. Hasil Uji Kandungan Protein
Uji protein dimaksudkan untuk mengetahui kandungan protein yang terdapat
pada produk dodol, selai, dan sirup rumput laut dalam setiap gramnya. Pengujian kadar
protein menggunakan pereaksi biuret dan angkanya dibaca melalui spektrofotometri.
Data kandungan protein ada produk dapat dilihat pada Tabel 2 berikut
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kandungan Protein dalam setiap 1 gr
No
Nama Produk
1
2
3
Rata-Rata
1
Selai
0,180 ppm
0,158 ppm
0,184 ppm
0,194 ppm
2
Sirup
0,077 ppm
0,082 ppm
0,083 ppm
0,081 ppm
3
Dodol
0,026 ppm
0,080 ppm
0,080 ppm
0,062 ppm
Tabel 2 menunjukkan bahwa selai mempunyai kandungan protein tertinggi yaitu
0,194 ppm dalam setiap gramnya. Sirup mempunyai kandungan protein 0,081 ppm, dan
dodol kandungan proteinya 0,062 ppm. Tinggi rendahnya kandungan protein pada
produk rumput laut dipengaruhi oleh banyak sedikitnya campuran yang digunakan
dalam pembuatan produk.
3. Hasil Uji Koliform Total
Uji bakteri untuk mengetahui bakteri dan jamur yang ada pada produk dodol,
selai, dan sirup pada rumput laut.
Tabel 3 Hasil Uji Koliform Total dengan Menggunakan Media LB
Sampel Rumput laut Kode Tabung10-1 Kode Tabung 10-2
(Eucheuma Cottoni)
1
2
3
1
2
3
Selai
+
+
+
Dodol
+
+
+
Sirup
+
+
+
+
+
+
Keterangan:
+ = mengandung mikroba/bakteri
- = tidak mengandung mikroba/ bakteri
Kode Tabung10-3
1
2
3
+
+
+
+
+
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 98
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
Pengamatan terhadap mikroba dengan menggunakan media Laktosa Broth (LB),
dilakukan tiga kali ulangan untuk melihat keamanan pangan atau produk. Berdasarkan
tabel 3 menununjukkan bahwa pada produk selai kode tabung 10-1 ketiga tabung positif
mengandung mikroba, kode tabung 10-2 dan kode tabung 10-3 ketiga tabung negatif atau
tidak mengandung mikroba. Pada dodol kode tabung 10-1 negatif atau tidak
mengandung mikroba, kode tabung 10-2 ketiganya positif mengandung mikroba, kode
tabung 10-3 tabung 1 dan 2 positif mengandung mikroba, sedangkan tabung nomor tiga
tidak mengandung mikroba.
Pengujian kandungan bakteri pada selai, dodol, dan sirup dengan menggunakan
media nutrient agar (NA), sedangkan untuk melihat banyaknya kandungan jamur
digunakan media Potato Dextrose Agar (PDA).
Tabel 4 Hasil Uji Media NA(1 gr) dan Media PDA (1 gr)
Produk
Selai
Dodol
Sirup
Media
Jumlah Koloni
NA
PDA
NA
PDA
NA
PDA
37 CFU
176 CFU
59 CFU
86 CFU
37 CFU
200 CFU
Keterangan:
NA = Melihat banyaknya bakteri
PDA = Melihat banyaknya jamur
Pengamatan kandungan bakteri pada produk hasil olahan berbahan dasar rumput
laut menggunakan media Nutrient Agar (NA). Jumlah koloni yang paling tinggi
terdapat dapat dodol yaitu 59 CFU, jumlah koloni pada selai dan sirup sama yaitu 37
CFU. Sedangkan pengamatan terhadap jamur menggunakan media Potato Dextrose
Agar (PDA). Produk sirup mengandung jamur tertinggi dengan jumlah koloni 200 CFU,
selai jumlah koloni jamur 176 CFU, dan dodol mepunyai jumlah koloni jamur 86 CFU.
Orang-orang di negara Jepang banyak yang memakan ganggang, karena
tumbuhan itu selain lezat juga merupakan sumber vitamin C dan mineral. Selain
ganggang, di dalam laut juga ada bunga laut. Ada lagi yang disebut dengan rumput laut.
Rumput laut banyak sekali ditemukan di Laut daerah Mediterania. Sebagian tumbuhan
laut dapat ditemukan dekat dengan tepi laut, sebagian lagi dapat ditemukan tumbuh di
laut bebas. Tiap tumbuhan memerlukan sinar matahari untuk berfotosintesis maka
tumbuhan laut tumbuh dekat dengan permukaan laut. Banyak ilmuwan yang
mengemukakan bahwa Alga (Ganggang) sebenarnya bukanlah tumbuhan. Mereka
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 99
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
memiliki jenis yang terpisah disebut Protist. Sebagian besar Protist tidak dapat
berfotosintesis (membuat makanannya sendiri).
Uji organolpetik adalah pengujian dengan menggunakan alat indra yang
bertujuan untuk menentukan kualitas konsumsi dari suatu produk. Selain melakukan
pengamatan fisik pada produk yang telah dibuat, pengujian rasa dan aroma sangat
menentukan kualitas suatu makanan karena berkenaan dengan kontak indra berupa lidah
dan hidung. Makanan yang secara fisik menarik, belum tentu enak untuk dikonsumsi,
sehingga perlu ada pengujian fisik dan organoleptik. Berdasarkan pengujian fisik
dengan menggunakan kasat mata, produk yang dihasilkan dari pengolahan rumput laut
yaitu: selai, dodol, dan sirup cukup menarik baik dari segi tekstur maupun warnanya.
Karena adanya penambahan perisa pada setiap produk olahan, maka terjad perubahan
warna dan menghilangkan aroma anyir pada rumput laut. Perisa yang ditambahkan
dalam produk makanan adalah aman karena telah melalui pengujian BPOM dan
memiliki kode ijin DEPKES. Besarnya perisa yang dtambahkan pada produk makanan
hasil olahan rumput laut sangat rendah, tujuannya hanya untuk menyamarkan aroma dan
rasa anyir pada alga.
Selai, dodol, dan sirup yang merupakan produk dari hasil pengolahan rumput
laut memberikan warna akhir ungu setelah ditambahkan dengan biuret. Hal ini
menunjukkan bahwa produk makanan tersebut mengandung protein. Untuk menentukan
kadar protein dari setiap produk tersebut, maka dilakukan pengukuran dengan
menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 260 nm -280 nm. Hasil
pengukuran dengan menggunakan spektrometri menunjukkan bahwa selai mengandung
protein lebih tinggi bila dibandingkan dengan dodol dan sirup. Tingginya protein pada
selai dimungkinkan karena adanya penambahan daging nenas dalam pembuatannya,
dimana nenas sendiri merupakan sumber bromelin yang dapat menyederhanakan protein
pada rumput laut. Secara alami, rumput laut mengandung karbohidrat, lemak, dan
protein. Olehnya itu setiap produk makanan berbahan dasar rumput laut mengandung
protein, tetapi kadarnya berbeda seusia dengan penambahan bahan lain dan proses
pengolahannya. Sirup mengandung protein yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
selai dan dodol karena produk ini mengalami pemasana yang lebih lama sehingga bias
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 100
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
saja terjadi proses denaturasi protein sehingga mengakibatkan berkurangnya kadar
protein pada sirup. Protein sangat peka dengan lama pemanasan dan besarnya suhu,
olehnya itu saat membuat produk yang bahan dasarnya mengandung protein tinggi
harus hati-hati dalam proses pemanasan karena dapat merusak struktur protein.
Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran
pada suatu produk adalah dengan menggunakan metode MPN. Metode MPN adalah
metode pendekatan yang bertujuan untuk menggambarkan kualitas suatu produk atau
bahan uji yang tercemar oleh bakteri. MPN total adalah gambungan antara bakteri
pathogen dan non pathogen, sehingga suatu sampel yang positif mengandung bakteri
koliform, maka harus melalu pengujian lanjut untuk mengetahui ada atau tidak adanya
bakteri pathogen dari golongan fecal (tinja). Keberadaan bakteri fecal pada suatu produk
bisa berasal dari bahan baku yang digunakan atau dapat berasal dari alat yang
digunakan atau dar bahan lan yang merupakan campuran dari bahan utama. Bahan baku
yang terkontaminasi oleh bakteri fecal biasanya akan terbawa sampai kepada tingkat
produk, jika teknik pengolahannya kurang higienis. Penggunaan alat yang tidak steril
dan air yang terkontaminasi oleh bakteri dapat mengakibatkan produk akhir
mengandung bakteri pathogen. Olehnya itu perlu adanya pemeriksaan bakteri koliform
total pada setiap produk makan yang dihasilkan dengan tujuan agar makanan tersebut
layak untuk dikonsumsi berdasarkan kandungan bakteri koliformnya.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
ketiga
produk
yang dihasilkan
mengandung bakteri koliform. Media yang digunakan untuk mendeteksi adanya
kandungan bakteri koliform pada produk adalah laktosa brooth yang ditandai dengan
adanya perubahan warna media dan munculnya gas pada tabung durham sebagai
aktivitas fermentasi gula oleh bakteri yang terakndung pada sampel uji. Ditemukannya
bakteri koliform pada sampel uji menunjukkan bahwa prose pengolahan atau terdapat
jenis bahan yang digunakan yang tidak bersih, namun setelah dilakukan pengujian lanjut
menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan pada selai, dodol, dan sirup bukanlah
golongan bakteri fecal (berasal dari tinja) sehingga aman untuk dikonsumsi. Untuk
menghitung jumlah bakteri dan jamur yang terdapat pada selai, dodol, dan sirup maka
dilakukan perhitungan jumlah bakteri dan jamur dengan menggunakan metode SPC.
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 101
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
Keamanan bahan pangan didasarkan atas kajian mikrobiologi tentukan
berdasarkan MPN total, MPN coliform, dan ALT bakteri serta jamur. Angka lempeng
total bakteri dan jamur adalah jumlah koloni bakteri dan jamur yang tumbuh pada
medium nutrient agar dan potato dextrose agar yang merupakan medium umum untuk
menumbuhkan mikroorganisme tersebut. Besarnya ALT bakteri dan jamur pada produk
yang diuji tergantung dari bahan baku dan alat yang digunakan. Jika bahan ataupun alat
yang digunakan tidak higienis, maka nila ALT bakteri dan jamur suatu produk akan
semakin tinggi, dan hal ini akan mengidikasikan bahwa produk tersebut tidak layak
secara mikrobiologi. Secara alamiah, bakteri dan jamur biasanya diperoleh pada setiap
makanan yang diuji, namun kadarnya sangat rendah dan dibawah niklai standar yang
ditentukan. Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas manusia selalu berhubungan dengan
mikroorganisme, sehingga keberadaan bakteri ataupun jamur pada suatu produk
makanan cukup wajar, namun kadar atau jumlahnya tidak boleh terlalu banyak. Olehnya
itu, perlu adanya standar keamanan pangan berdasarkan nilai kandungan bakteri dan
jamur yang merupakan patokan bahwa makanan tersebut layak ataupun tidak layak
untuk dikonsumsi.
Hasil pengujian pada selai, dodol, dan sirup menunjukkan bahwa kandungan
bakteri dan jamur paling sedikit ditemukan pada selai dan paling banyak pada sirup.
Selain dibuat dengan menambahkan nanas dan sedikit gula sehingga kadar carbonnya
lebih rendah bila dibandingkan dengan dodol dan sirup. Selain itu, pada selai memiliki
pH asam sehingga kurang disennagi oleh mikroba untuk tumbuh. Berbeda dengan sirup
yang kandungan gukanya sangat tinggi sehingga cukup disenangi oleh mikroba untuk
tumbuh, kecuali kondisi jenuh glukosa akan dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Meskipun ketiga produk makanan tersebut mengandung bakteri dan jamur, namun
secara mikrobiologi masih wajar karena semua aktivitas manusia tidak terlepas dari
singgungan mikroorganisme, namun kadarnya masih bias ditolerir dan aman untuk
dikonsumsi.
KESIMPULAN
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 102
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
1. Selai, dodol, dan sirup berbahan dasar rumput laut mengandung koliform total yang
cukup rendah sehingga aman untuk dikonsumsi
2. ALT bakteri dan jamur yang paling tinggi ditemukan pada sirup karena
mengandung gula yang sangat tinggi sehingga memudahkan mikroba berkembang,
sedangkan selai mengandung bakteri dan jamur rendah karena kandungan gulanya
sedikit dan adanya penambahan nanas sehingga pH menjadi asam.
SARAN
1. Bagi masyarakat Ambon: direkomendasikan bahwa rumput laut selain dapat dijual
dalam bentuk mentah, juga dapat diolah menjadi sela, dodol, dan sirup
2. Bagi masyarakat umum: direkomendasikan untuk menggunakan menggunakan
rumput laut sebagai sumber pangan karena mengandung serat, protein, karbohidrat,
dan lemak yang tinggi serta mengandung iodium yang tinggi bila dibandingkan
dengan garam, sehingga lebih ampuh dalam mengatasi penyakit gondok
3. Bagi masyarakat umum: direkomendasikan untuk selai, dodol, dan sirup berbahan
dasar alga karena mengandung protein yang cukup tinggi sehingga baik untuk
pertumbuhan
4. Bagi masyarakat umum: direkomendasikan untuk membuat selai, dodol, dan sirup
berbahan dasar rumput laut secara higienis agar tidak mengandung MPN koliform
total dan angka lempeng total (ALT) bakteri serta jamur sebagai dasar kelayaka
konsumsi bila dibandingkan dengan SNI produk makanan rumput laut
5. Bagi peneliti: direkomendasikan untuk melakukan perluasan variable guna mencari
cara yang tepat ntuk lebih meningkatkan kadar protein produk olahan serta
menurunkan nilai cemaran mikroba pada produk olahan rumput laut
6. Bagi mahasiswa: direkomendasikan untuk memasukan pada salah satu bagian dalam
matakuliah biologi terapan sehingga dapat dijadikan sebagai kajian literatur terkait
dengan pengolahan rumput laut.
KEPUSTAKAAN
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 103
Jurnal Biology Science & Education 2016
Surati, dkk
Anonim, 2009 a. Pemanfaatan Rumput Laut Sebagai Bahan Baku Pembuatan Minuman
Berserat Dalam Bentuk Bubuk. http://www.fishblog.com. Diakses tanggal 20
September 2011.
Anonim, 2006. Kebutuhan sehari. http://www. vegeta.co.id. Diakses tanggal 20 Januari
2016.
Anonim, 2010. Seaweed Cocok Bagi Penderita Obesitas. HTTP://www.balipost.com.
Diakses pada Tanggal 22 Februari 2016.
Anonim, 2009. Serat Larut dan Serat Tidak Larut dalam Bahan Makanan.
HTTP://www.olvista.com. Diakses tanggal 21 Maret 2016
Anggadiredja,J,S Irawati dan Kusmiyati. 1996. Potensi dan Manfaat Rumput Laut
Dalam Bidang Farmasi. Seminar Nasional Industri Rumput Laut. Jakarta: BPPT.
Chaidir Azrina. 2006. Kajian Rumput Laut Sebagai Sumber Serat Alternatif untuk
Minuman Berserat. Sekolah Pascasarjana Institut pertanian Bogor. Bogor.
Gardjito. M, Naruki S, Murdiati A, dan Sardjono. 1994. Ilmu Pangan. Terjemahan.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Istiani, S, Zatnika A, Suhaimi, dan Anggadireja J. 1986. Manfaat dan Pengolahan
Rumput Laut. Jurnal Penelitian. Jakarta.
Kumalasari, 2010. Perbedaan Penambahan Rumput Laut Eucheuma cottonii Pada Mie
Basah Terhadap Kekuatan Regangan (Tensile), Kadar Serat kasar (Crude Fiber)
dan Daya Terima. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Nursanto Iman. 2004. Pembuatan Minuman Sebagai Usaha Diversifikasi Rumput Laut
Eucheuma cottoni. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. Bogor: IPB.
Oktaviani, 2002. Pembuatan minuman Cinna-Ale Dari Rempah Asli Indonesia. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanina. Bogor: IPB.
Raharja, 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB. Bogor.
Rengga Pita W.D dan Handayani Astuti P, 2004. Serbuk Instan Manis Daun Pepaya
Sebagai Upaya Mempelancar Air Susu Ibu. Jurnal Fakultas Teknik Kimia.
Semarang: Unversitas Negeri Semarang.
Soekarto, 1981. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara.
Sulistyowaty D. 2009. Efek Diet Rumput Laut Eucheuma sp. Terhadap Glukosa Darah
Tikus Wistar Yang Disuntik Aloksan. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Semarang.
Lukas Wibowo & Evi Fitriyani Vokasi Wahyuni TR, Laili Nur, Pritasari AY. 2010.
Usaha Minumana Sehat Sari Lidah Buaya Serbuk Siap Seduh Sebagai Alternatif
Pengobatan Alami. Jurnal Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Wirakusumah, 1995. Buah dan Sayur untuk Terapi. Penebar Swadaya. Jakarta
Winarno, 1997. Kimia pangan dan Gizi. Sinar Pustaka Harapan. Jakarta.
BIOLOGI SEL (vol 5 no 2 edisi jul-des 2016 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 104
Download