LUMPUR AKTIF MENGUNGGULI EFFECTIVE MICROORGANISM-4 SEBAGAI STARTER PENGOMPOSAN SAMPAH DEDAUNAN DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA ACTIVATED SLUDGE WASTE SURPASSED EFFECTIVE MICROORGANISM-4 AS STARTER LEAF LITTERS COMPOSTING IN DR. SARDJITO GENERAL HOSPITAL OF YOGYAKARTA Rezania Asyfiradayati, Dwi Linna Suswardany, Dwi Astuti Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRACT Waste of activated sludge resulted by Dr. Sardjito Hospital needs to be used as a stimulator in order to get a lot of compost. Therefore, it needs other materials as a basic material for composting namely leaf litters taken from the hospital’s park. The objective of this research was to know the differences of time, pH, temperature and Nitrogen, Phosphat and Kalium content of compost with addition of EM-4 and activated sludge waste. Method of this research was experiment with posttest only control group design. Population of this research was all leaf litters taken from park of RSUP Dr. Sardjito weighting of 40 kg. Samples were 27 kg litters; EM-4 and active sludge waste treatment. Every experiment was repeated 3 times. Statistical test used in this research was One-way ANOVA. Result of the research indicated that there were differences of time and temperature but there was no difference pH between compost added with EM-4 and activated sludge waste, whereas there was a significant difference of NPK content between compost added with EM-4 and activated sludge waste. Results of laboratory test on EM-4-added compost indicated average content of N=1,17%, P=0,127%, and K=0,79%. Whereas on activated sludge waste-added compost contained average content of NPK as much as 2,28%; 0,217% and 1,993%. As a suggestion, Dr. Sardjito Hospital needs to use leaf litters as compost and waste of activated sludge as a stimulator. In addition, the resulted compost could be sold. Kesmasindo Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153 Key words: activated sludge waste, Composting, EM-4, Leaf Litters, Dr. Sardjito Hospital 136 137 Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153 Salah satu stimulator yang PENDAHULUAN sering Salah satu upaya penanganan jumlah sampah meningkat yang adalah semakin dengan cara mengolah sampah menjadi kompos (Djuarnani dkk, 2008). Kompos merupakan pengolahan sampah yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme sehingga sampah-sampah jumlahnya Sampah menjadi yang tersebut lebih sedikit. digunakan adalah pengomposan dapat sampah organik. Proses tradisional pemberian dan stimulator. kompos tradisional memerlukan waktu yang sangat lama mencapai 6-12 bulan. Dalam proses ini sampah hanya ditumpuk dan dibiarkan begitu saja, sedangkan pengomposan dengan stimulator adalah menggunakan dengan cara menambahkan mikroba pengurai pada proses adalah Microorganism-4 Effective (EM-4). EM-4 merupakan suatu kultur campuran berbagai mikroorganisme (terutama bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat, ragi, Actinomycetes, dan jamur peragian) yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah dan dapat memperbaiki kesehatan serta kualitas sampah tersebut sehingga proses pelapukan sampah semakin cepat. Pengomposan dengan menambahkan mikroba memerlukan waktu relatif lebih cepat yakni sekitar 1-2 bulan (Yuwono, 2009). mudah didapatkan di toko-toko pertanian dan tanaman. dengan Pembuatan secara pengomposan pengomposan dalam tanah (Yuwono, 2009). EM-4 juga dilakukan dengan dua cara yakni secara digunakan Stimulator lain yang dapat digunakan dalam proses pengomposan adalah limbah lumpur aktif yang ada pada Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) RSUP Dr. Sardjito. RSUP Dr. Sardjito setiap hari menghasilkan limbah lumpur aktif rata-rata 20 liter yang berupa lumpur cair. Di samping itu, sampah dedaunan yang berasal dari taman RSUP Dr. Sardjito setiap harinya rata-rata ada 40 kg. Baik limbah lumpur aktif maupun sampah dedaunan selama ini belum dimanfaatkan dengan baik. Limbah lumpur aktif diletakkan pada bak penampungan kemudian dipompa ke bak pengering atau drying bed Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 138 kemudian diletakkan pada karung- tertentu. Secara keseluruhan, proses karung dan dibiarkan menumpuk. ini disebut dekomposisi. Sampah dedaunan biasanya dibuang Kompos memiliki peranan bersama dengan sampah nonmedis sangat penting bagi tanah karena dapat lain ke tempat pembuangan akhir mempertahankan dan meningkatkan sampah (TPA) dengan mobil container kesuburan tanah melalui perbaikan setiap hari. Limbah lumpur aktif sifat kimia, fisik, dan biologinya RSUP Dr. Sardjito yang dihasilkan (Djuarnani tersebut langsung Azkha (2007) kompos aman bagi dimanfaatkan menjadi kompos maka tanaman dan tanah tanpa memberikan kompos yang dihasilkan hanya sedikit dampak jika limbah tanaman. Selain itu, petani kembali ke lumpur aktif sebagai stimulator. Oleh pola pertanian organik yang tidak karena itu, diperlukan bahan lain menggunakan bahan kimia dalam sebagai bahan dasar kompos yakni melakukan sampah dedaunan yang berasal dari pertaniannya. apabila dibandingkan dengan taman RSUP Dr. Sardjito. Wied dkk, negatif 2008). pada Menurut tanah proses Menurut dan kegiatan Ginting (2007), Menurut Yuwono (2009) dan lumpur aktif merupakan suatu padatan (2004), organik pengertian kompos yang telah hampir sama yaitu kompos merupakan peruraian istilah untuk pupuk organik yang terbentuk biomassa yang aktif dan dibuat dari proses penguraian sisa-sisa mampu buangan makhluk hidup (tanaman merombaknya maupun hewan) dan bahan organik membentuk massa lain yang sengaja ditambahkan untuk mengendap dan mempercepat penguraian, sebagai gas. Dalam lumpur aktif misalnya kotoran ternak atau bila terkandung bakteri-bakteri yang dapat dipandang perlu, bisa ditambahkan mencapai 1000 juta per mili liter. Jika pupuk buatan pabrik, seperti urea. lumpur sudah tidak terpakai maka Proses pengomposan berjalan secara ditempatkan pada drying bed (bak aerobik dan anaerobik yang saling pengering menunjang pada kondisi lingkungan Wahyuniati proses secara mengalami hayati menyerap partikel dan serta kemudian yang atau lumpur). (2002), sehingga mudah menyerap Menurut lumpur aktif 139 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153 adalah endapan lumpur yang berasal pengomposan, suhu, pH dan kadar dari air buangan yang telah mengalami NPK pemberian dengan limbah lumpur aktif sebagai teratur. udara Proses (aerasi) secara lumpur aktif antara penambahan EM-4 stimulator di RSUP Dr. Sardjito. merupakan proses pengolahan air buangan secara biokimia atau proses oksidasi biologis dimana METODE PENELITIAN Jenis bahan penelitian ini adalah organik diubah menjadi anorganik. eksperimen, rancangan penelitian yang Sludge drying bed adalah saringan digunakan adalah posttest dengan berisi pasir dan kerikil serta subdrain kelompok kontrol (posttest only with untuk mengeringkan digester sludge control group depn) dimana rancangan baik ini digester dari kondisi aerob tidak kelompok maupun anaerob. Setelah kering lumpur ditumbuk menjadi halus randomisasi seperti pasir yang dapat eksperimen halus diadakan ini pretest, sampel baik pada dilakukan pada kelompok maupun kelompok dimanfaatkan sebagai pupuk yang kontrol. Kelompok-kelompok tersebut dimasukkan dianggap sama sebelum dilakukan ke dalam kantung- kantung plastik atau sebagai soil perlakuan. conditioner. memungkinkan Menurut Yuwono (2009), Rancangan ini peneliti tidak untuk menentukan sejauh mana perubahan Effective Microorganism-4 (EM-4) itu terjadi, sebab pretest tidak berupa larutan cair berwarna kuning dilakukan untuk menentukan data kecokelatan, ditemukan pertama kali awal (Notoatmodjo, 2010). oleh Teruo Higa dari Universitas Populasi penelitian ini adalah Ryukyus Jepang. Cairan ini berbau semua sampah dedaunan yang berasal sedap dengan rasa asam manis dan dari taman RSUP Dr. Sardjito setiap tingkat keasaman (pH) kurang dari hari sebanyak 40 kg. Sampel yang 3,5. keasaman digunakan sebanyak 27 kg dengan melebihi 4,0 maka cairan ini tidak rincian 3 kg untuk setiap kontrol, dapat digunakan lagi. perlakuan EM-4 dan perlakuan limbah Apabila tingkat Penelitian ini bertujuan untuk lumpur aktif dengan pengulangan mengetahui perbedaan lamanya waktu masing-masing 3 kali. Pembuatan Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 140 kompos dedaunan dilaksanakan di HASIL DAN PEMBAHASAN IPAL RSUP Dr. Sardjito. 1. Gambaran Umum Penelitian dilaksanakan pada Instalasi Pengelolaan Air Limbah bulan Juni-Agustus 2011, dimulai (IPAL) dengan memilih jenis sampah organik merupakan yang sampah semua limbah cair yang ada di dedauanan yang berasal dari taman RSUP Dr. Sarjito, IPAL termasuk RSUP dalam digunakan Dr. yaitu Sardjito kemudian RSUP Dr. tempat Sardjito pengolahan Instalasi Sanitasi dipotong-potong 1-2 cm serta Lingkungan Rumah Sakit (ISLRS). dikelompokkan menjadi 9 bagian Pengelolaan limbah rumah sakit dengan berat masing-masing 3 kg dan merupakan bagian dari penyehatan dimasukkan ke dalam komposter. 3 lingkungan di rumah sakit, selain bagian untuk kontrol tanpa diberi itu pengelolaan limbah mempunyai perlakuan langsung ditutup, 3 bagian tujuan untuk perlakuan EM-4 masing-masing masyarakat ditambahkan 5 ml EM-4 lalu ditutup pencemaran dan 3 bagian untuk perlakuan limbah bersumber dari limbah rumah sakit lumpur serta mencegah infeksi nosokomial aktif masing-masing ditambahkan 5 ml limbah lumpur aktif untuk melindungi dari bahaya lingkungan yang di lingkungan rumah sakit. lalu ditutup. Setiap hari dilakukan pengukuran pH dan suhu serta diamati IPAL menghasilkan limbah lumpur perubahan fisik sampai terjadinya aktif setiap hari rata-rata 20 liter kompos, dilakukan yang berasal dari sisa pengolahan pengadukan setiap 2 hari sekali. limbah cair. Sisa lumpur aktif Setelah limbah cair diletakkan pada drying selain kompos itu jadi dilakukan pengujian kadar N, P serta K yang bed dilaksanakan Laboratorium ditaruh pada karung-karung. Selain Fakultas Pertanian Universitas Gajah itu, IPAL juga tempat pembuangan Mada Yogyakarta. Hasil laboratorium sementara limbah padat baik medis kadar NPK dianalisis menggunakan maupun uji statistik anova satu jalur dengan dedaunan merupakan salah satu SPSS 17. sampah non medis yang diletakkan di sampai non kering medis. kemudian Sampah 141 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153 di IPAL sebelum dibuang ke kompos terhadap kelompok tempat pembuangan akhir (TPA). kontrol, kelompok perlakuan Rata-rata 40 kg sampah dedaunan dengan penambahan EM-4 maupun setiap harinya dihasilkan dari taman kelompok RSUP Dr. Sardjito. penambahan lumpur aktif dapat 2. Waktu Pengomposan perlakuan dengan dilihat pada Tabel 1. Hasil pengamatan lamanya waktu pengomposan dan perubahan fisik Tabel 1. Lamanya Waktu Pengomposan dan Perubahan Fisik Kompos pada Kontrol dan Perlakuan Minggu I II III Kontrol Warna Perlakuan Limbah Perlakuan EM-4 kekuningan, Lumpur Aktif Warna kekuningan, masih Warna kekuningan, masih masih berbentuk daun berbentuk daun berbentuk daun Warna Warna kekuningan, terjadi Warna kekuningan, terjadi masih berbentuk daun penyusutan volume daun penyusutan volume daun Warna kekuningan, Warna kuning kecoklatan, Warna kuning kecoklatan, terjadi penyusutan lembek dan berserat lembek dan berserat kekuningan, volume daun IV Warna kuning kecoklatan, lembek Warna coklat bentuk hancur belum sempurna Warna coklat bentuk kehitaman hancur belum sempurna V Warna coklat bentuk hancur belum sempurna VI Menyerupai hancur tanah, sempurna dan Warna coklat kehitaman, Warna coklat kehitaman, terurai menyerupai tanah terurai menyerupai secara sempurna secara sempurna Menyerupai tanah, hancur Menyerupai tanah, hancur sempurna dan terurai sempurna dan terurai tanah terurai Dari Tabel I terlihat bahwa proses Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengomposan yang tercepat terjadi terdapat perbedaan perubahan fisik pada kompos dengan penambahan pada sampel kontrol dan sampel limbah perlakuan baik perlakuan dengan EM- lumpur minggu keempat. aktif yaitu pada 4 dan limbah lumpur aktif dengan waktu yang berbeda-beda. Pada Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 142 kelompok kontrol proses penguraian Djuarnani dkk (2008) pengomposan berlangsung lama 42 hari, akan berlangsung lama jika jumlah sedangkan pada sampel perlakuan mikroorganisme pada awalnya sedikit. dengan penambahan limbah lumpur Mikroorganisme ini dapat diperbanyak aktif proses penguraian terlihat lebih dengan menambahkan starter atau cepat yaitu pada minggu ke-4 sampah activator. Dengan demikian dapat organik dalam proses pengomposan dikatakan bahwa limbah lumpur aktif struktur bahan sudah terurai. Sampel dapat perlakuan dengan penambahan EM-4 sebagai pada minggu ke-4 sudah terurai tetapi mempercepat warna kompos masih seperti warna sampah organik. daun kering yaitu coklat tetapi belum 3. pH Pengomposan coklat kehitaman. Hal ini terjadi Pada semua sampel baik kontrol karena penambahan mikroorganisme maupun perlakuan hampir tidak ada dapat yaitu digunakan atau pengganti proses berfungsi EM-4 dalam pengomposan mempercepat proses perbedaan kadar pH. Rata-rata pH dari kompos sehingga masing-masing sampel dapat dilihat pematangan mencapai warna kematangan kompos pada Gambar 5. yang lebih cepat pula dibandingkan dengan warna kematangan kompos kelompok kontrol. Menurut pH pada Waktu Pengomposan (minggu) Gambar 5. Grafik pH Rata-Rata pada Kontrol dan Perlakuan selama Proses Pengomposan 143 Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153 Dari Gambar 5 dapat diketahui lumpur aktif, pH rata-rata terendah bahwa rata-rata pH kesembilan sampel sebesar hampir sama. pH selama proses perlakuan dengan penambahan limbah pengomposan telah sesuai. pH rata- lumpur aktif, sementara itu pH rata- rata kompos tertinggi sama antara rata tertinggi adalah 7 pada ketiga kontrol dan kompos dengan perlakuan kelompok sampel, sehingga dapat penambahan limbah lumpur aktif yaitu dikatakan bahwa tidak ada perbedaan 7 pada minggu keenam, sedangkan pH antara ketiganya. Hal ini menujukkan rata-rata kompos bahwa pH yang terbentuk sudah dengan perlakuan penambahan limbah sesuai, menurut Djuarnani dkk (2008) lumpur aktif pada minggu kelima kisaran pH kompos yang optimal yaitu 6,88. adalah 6-8. Seperti faktor lainnya, pH terendah Pengukuran pada pH dilakukan perlu 6,88 yaitu dikontrol pada sampel selama proses dengan pH meter setiap hari antara pengomposan berlangsung. Jika pH pukul 08.00-13.00 setelah pengukuran terlalu suhu. Selain itu, dilakukan pembalikan konsumsi okpen akan naik dan akan pada kompos setiap dua hari sekali. memberikan hasil yang buruk bagi Menurut Isroi dan Yuliarti (2009), pH lingkungan. pH yang terlalu tinggi yang akan menyebabkan unsur nitrogen optimum untuk proses tinggi terlalu dalam netral yang berkisar pada 6,5-7,5. amonia. Sebaliknya, dalam keadaan Pemantauan asam akan menyebabkan sebagian membolak-balikkan dan bahan perlakuan kompos berubah basa, pengomposan adalah pada kondisi pH suhu kompos atau menjadi mikroorganisme mati. secara tepat dan benar sudah dapat mempertahankan kondisi pH tetap pada titik netral. 4. Suhu Pengomposan Suhu kompos dipantau selama 42 Dari hasil penelitian dapat hari, yaitu sampai suhu kompos diketahui bahwa rata-rata pH dari turun dan stabil. Rata-rata suhu dari sampel kontrol dan sampel perlakuan sembilan sampel dapat dilihat pada dengan penambahan EM-4 dan limbah Gambar 4. 0 Suhu ( C) Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 144 Waktu Pengomposan (minggu) Gambar 4. Grafik Suhu Rata-Rata pada Kontrol dan Perlakuan selama Proses Pengomposan Dari Gambar 4 dapat diketahui kondisi pnifikan suhu selama proses pengomposan. dilakukan pada pagi hari maupun Suhu cenderung naik lebih cepat pada siang hari. Alat yang digunakan untuk pengomposan mengukur suhu adalah thermometer dengan perlakuan penambahan limbah lumpur aktif. limbah lumpur pengukuran yang alkohol. Suhu rata-rata tertinggi pada perlakuan penambahan baik Dari hasil pengukuran suhu aktif terhadap 3 kelompok sampel, rata-rata adalah 28,714 C pada minggu ketiga, suhu tertinggi terdapat pada sampel pada perlakuan penambahan EM-4 perlakuan dengan penambahan limbah 27,476 0C pada minggu keempat, dan lumpur aktif yaitu 28,714 0 kontrol 27,476 0 C pada minggu kelima. satu cara untuk C pada minggu ketiga. Pada sampel perlakuan dengan Salah 0 penambahan EM-4 suhu puncak hanya mencapai 27,476 0C di menentukan waktu terjadinya kompos minggu keempat sedangkan adalah dengan melakukan pengukuran sampel kontrol rata-rata suhu tertinggi suhu. Pengukuran dilakukan setiap 27,476 0C di minggu kelima. Suhu hari pada waktu yang berbeda-beda pengomposan antara pukul 08.00-13.00 WIB. Dari dari suhu puncaknya dan stabil dalam hasil pengukuran diketahui bahwa beberapa hari. Pada sampel perlakuan tidak terjadi perubahan suhu secara penambahan limbah lumpur aktif dan perlahan-lahan pada turun 145 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153 EM-4 suhu rata-rata terendah sama EM-4 dan limbah lumpur aktif yaitu yaitu 24 0C sedangkan pada sampel pada hari ke-32. Sedangkan pada kontrol rata-rata suhu terendahnya sampel kontrol suhu stabil pada hari 25,142 0C. ke-41. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut maka dalam proses 5. Kadar N, P dan K penguraian sampah organik dengan Pemeriksaan kadar N, P dan K volume 3 kg suhunya masih terlalu dilakukan pada kelompok kontrol, rendah. Menurut Yuwono (2009), kelompok perlakuan dengan EM-4 suhu ideal untuk pengomposan adalah dan kelompok perlakuan dengan 0 45-65 C. Suhu yang terlalu rendah limbah lumpur aktif. Pemeriksaan mungkin juga karena bahan kurang dilakukan di Fakultas Pertanian lembab Universitas sehingga mikroorganisme aktivitas menurun. Hasil standar stabil saat kompos sudah jadi adalah berdasarkan 24 Mada Yogyakarta dibandingkan dengan pengukuran menunjukkan bahwa suhu 0 Gajah C yang tercepat terdapat pada kualitas SNI kompos :19-7030-2004 (Tabel 2). sampel perlakuan dengan penambahan Tabel 2. Perbandingan Kadar N,P dan K Kompos pada Kontrol dan Perlakuan dengan Standar Minimal Kualitas Kompos (SNI :19-7030-2004) Komposter Kontrol ke Kompos+EM-4 Kompos+limbah SNI:19-7030- lumpur aktif 2004 N P K N P K N P K N P K (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) %) (%) 1 1,13 0,16 0,64 1,30 0,13 0,83 2,18 0,22 2,1 0,40 0,10 0,20 2 1,21 0,15 0,58 1,08 0,12 0,77 2,00 0,23 1,72 3 1,33 0,17 0,64 1,13 0,13 0,77 2,66 0,20 2,16 Rata-rata 1,223 0.16 0,62 1,17 0,127 0,79 2,28 0,217 1,993 Dari hasil tersebut dilakukan uji jalur. Untuk mengetahui varian statistik menggunakan uji anova satu homogeny atau tidak sebelum uji Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 146 anova dilakukan terlebih tes dahulu. homogenitas dapat homogenitas Dari hasil diketahui bahwa nilai Hasil test pnifikansi kadar N = 0,089, nilai dilihat pada pnifikansi kadar P = 0,360 dan nilai Tabel 3. pnifikansi kadar K = 0,018 maka p > 0,01 sehingga H0 diterima artinya Tabel 3. Test Homogenitas varian dalam kelompok homogen. Test of Homogeneity of Variances Levene df1 df2 P. Setelah Statistic diketahui varian adalah N 3.716 2 6 .089 kelompok P 1.217 2 6 .360 dilanjutkan dengan uji anova. Hasil K 8.551 2 6 .018 homogen, maka dapat uji anova dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji ANOVA ANOVA Sum of df Squares N P K Mean Square Between Groups 2.351 2 1.176 Within Groups .280 6 .047 Total 2.631 8 Between Groups .012 2 .006 Within Groups .001 6 .000 Total .013 8 Between Groups 3.404 2 1.702 Within Groups .123 6 .020 Total 3.527 8 F p. 25.225 .001 50.818 .000 83.081 .000 147 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153 Multiple Comparisons Tukey HSD p. Dependent Variable N (I) metode (J) metode Control 99% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound -.7357 .8424 kompos dengan EM-4 .951 kompos dengan limbah .002 -1.8457 -.2676 lumpur aktif kompos dengan Control .951 -.8424 .7357 EM-4 kompos dengan limbah .002 -1.8991 -.3209 lumpur aktif kompos dengan Control .002 .2676 1.8457 limbah lumpur kompos dengan EM-4 .002 .3209 1.8991 kompos dengan EM-4 .024 -.0071 .0737 kompos dengan limbah .002 -.0971 -.0163 aktif P Control lumpur aktif kompos dengan Control .024 -.0737 .0071 EM-4 kompos dengan limbah .000 -.1304 -.0496 lumpur aktif kompos dengan Control .002 .0163 .0971 limbah lumpur kompos dengan EM-4 .000 .0496 .1304 kompos dengan EM-4 .328 -.7065 .3398 kompos dengan limbah .000 -1.9098 -.8635 aktif K Control lumpur aktif kompos dengan Control .328 -.3398 .7065 EM-4 kompos dengan limbah .000 -1.7265 -.6802 lumpur aktif kompos dengan Control .000 .8635 1.9098 limbah lumpur kompos dengn EM-4 .000 .6802 1.7265 aktif *. The mean difference is pnificant at the 0.01 level. Dari hasil uji anova tersebut dapat keputusan kadar N berdasarkan nilai diketahui pnifikansi p < 0,01 (p=0,001) sehingga bahwa pengambilan Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 148 H0 ditolak yang artinya antara ketiga a. Kadar N (Nitrogen) sampel tersebut terdapat perbedaan Nitrogen merupakan salah satu elemen yang pnifikan pada kadar nitrogen. penting bagi tanah dan pertumbuhan Kadar P dari hasil uji anova juga tanaman. Menurut Rosmarkam (2002) menujukkan bahwa p < 0,01 (p=0,000) nitrogen (N) merupakan hara makro maka H0 ditolak sehingga terdapat utama yang sangat penting untuk perbedaan pertumbuhan tanaman. Dalam tanah, yang pnifikan antara kontrol, kompos yang ditambah EM-4 kadar dan kompos yang ditambah limbah tergantung lumpur aktif. Kadar K nilai p=0,000 penggunaan maka p < 0,01 sehingga terdapat Pembentukan senyawa N organik perbedaan antara tergantung pada imbangan ion-ion kontrol, kompos yang ditambah EM-4 lain, termasuk Mg untuk pembentukan dan kompos yang ditambah limbah klorofil dan ion fosfat untuk sintesis lumpur aktif. asam nukleat. Menurut Hendayanto yang pnifikan dan nitrogen sangat bervariasi, pengelolaan tanah Hairiah (2009), dan tersebut. nitrogen Kompos sangat berperan dalam proses merupakan penyusun utama asam pertumbuhan tanaman. Kompos tidak amino yang digunakan untuk sintesis hanya menambah unsur hara, tetapi peptida dan protein, serta berbagai juga menjaga fungsi tanaman sehinga komponen biologi seperti kitin dan tanaman dapat tumbuh dengan baik. nukleopeptida. Nitrogen merupakan Setiap tanaman membutuhkan nutrisi unsur esensial bagi semua bentuk untuk kehidupan. kelangsungan hidupnya. Pertumbuhan tanaman Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan seringkali dihambat oleh ketersediaan tanaman, unsur hara dibagi menjadi nitrogen tiga golongan yaitu unsur hara makro keterbatasan primer, unsur hara makro sekunder seringkali melebihi dampak negatif dan unsur hara mikro. Unsur hara ketersediaan unsur hara lainnya. dan dampak tersedianya negatif nitrogen makro primer meliputi nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) (Yuwono, Dari hasil penelitian diketahui bahwa 2009). kadar N rata-rata tertinggi ada pada kompos perlakuan yang ditambah 149 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153 dengan limbah lumpur aktif yaitu antara ketiga sampel tersebut terdapat sebesar 2,66% dan kadar N rata-rata perbedaan yang pnifikan. Dari hasil terendah tersebut diketahui bahwa kadar N pada dengan sampel penambahan perlakuan yaitu antara kontrol dengan kompos dengan sebesar 1,17%. Menurut penelitian EM-4 tidak ada beda secara pnifikan Siburian pada (p = 0,951) karena p < 0,01 dengan rendah mean difference sebesar 0,0533 ini metabolisme menunjukkan bahwa kadar N kontrol nitrogen lebih banyak dari pada kadar N melalui kompos dengan EM-4. Sementara itu, (2008) perlakuan yang kadar dengan disebabkan EM-4 N EM-4 pengaruh mengakibatkan terasimilasi dan hilang volatilisasi sebagai atau kadar N antara kontrol dengan kompos hilang karena proses denitrifikasi. dengan limbah lumpur aktif terdapat Berdasarkan standar kualitas kompos perbedaan yang pnifikan (p = 0,002) SNI: 19-7030-2004 diketahui bahwa karena nilai minimal kadar N pada kompos difference adalah 0,40% dengan demikian baik menunjukkan bahwa kadar N kompos kontrol dengan dengan limbah lumpur aktif lebih penambahan EM-4 dan limbah lumpur banyak dari pada kadar N pada aktif memenuhi persyaratan tersebut, kontrol. Sedangkan kadar N antara namun yang lebih baik adalah kompos kompos dengan EM-4 dengan kompos dengan yaitu dengan limbah lumpur ada beda secara kompos dengan penambahan limbah pnifikan (p = 0,002) karena p < 0,01 lumpur aktif karena dalam standar dengan mean difference sebesar - tersebut 1,110 yang artinya kadar N pada maupun kadar amoniak kompos N tidak tertinggi disebutkan batas maksimalnya. p < 0,01 sebesar dengan mean -1,05667 yang kompos dengan limbah lumpur aktif lebih banyak dari pada kadar N Setelah melakukan uji anova satu jalur, maka pengambilan berdasarkan dapat keputusan nilai kompos dengan EM-4. dilakukan kadar pnifikansi N b. Kadar P (Fosfor) yang Menurut Hendayanto dan Hairiah besarnya 0,001 dimana p < 0,01 (2009), tanaman memperoleh unsur P sehingga H0 ditolak yang artinya seluruhnya berasal dari tanah atau dari Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 150 pemupukan serta hasil dekomposisi sebesar 0,10 tetapi kompos dengan dan organik. kadar P tertinggi merupakan kompos Menurut Rosmarkam (2009), fosfor yang paling baik dimana kompos merupakan unsur yang diperlukan dengan penambahan limbah lumpur dalam jumlah besar. Jumlah fosfor aktif karena pada standar tersebut dalam kecil tidak ditentukan batas maksimal dari dibandingkan dengan unsur nitrogen kadar P. Pengambilan keputusan kadar dan kalium. Fosfor yang diserap P berdasarkan nilai pnifikansi yang tanaman dalam bentuk ion anorganik besarnya 0,000 dimana p < 0,01 cepat berubah menjadi fosfor organik. sehingga H0 ditolak yang artinya mineralisasi bahan tanaman lebih antara ketiga sampel tersebut terdapat Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan yang pnifikan. Kadar P kadar P rata-rata tertinggi terdapat antara kontroldengan kompos dengan pada EM-4 tidak ada beda secara pnifikan sampel penambahan dengan limbah perlakuan lumpur aktif (p = 0,024) karena p < 0,01 dengan sebesar 0,21%. Kadar P rata-rata mean difference terendah sampel menunjukkan bahwa kadar P kontrol perlakuan dengan penambahan hanya lebih banyak dari pada kadar P 0,127%. Hasil penelitian ini tidak kompos dengan EM-4. Sedangkan sejalan dengan penelitian Budihardjo kadar P antara kontrol dengan kompos (2006) Effective dengan limbah lumpur aktif terdapat Microorganisme (EM-4) berpengaruh perbedaan secara pnifikan (p = 0,002) terhadap kualitas kompos matang yang karena relatif difference sebesar terdapat pada penambahan lebih baik dari pada p < sebesar 0,0333 ini 0,01 dengan mean -0,05667 ini pengkomposan alami, karena kadar P menunjukkan bahwa kadar P kontrol pada sampel kontrol lebih tinggi dari lebih sedikit dari pada kadar P kompos pada dengan limbah lumpur aktif. Pada kompos dengan perlakuan penambahan EM-4. kadar P kompos dengan EM-4 dengan kompos dengan limbah lumpur ada Semua hasil kadar P memenuhi batas beda secara pnifikan (p = 0,000) minimal karena standar kualitas kompos berdsarkan SNI: 19-7030-2004 yaitu p difference < 0,01 sebesar dengan -0,09000 mean ini 151 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153 menunjukkan bahwa kadar P pada antara ketiga sampel tersebut terdapat kompos dengan limbah lumpur aktif perbedaan yang pnifikan. Kadar K lebih banyak dari pada kadar P antara kontroldengan kompos dengan kompos dengan EM-4. EM-4 tidak ada beda secara pnifikan c. Kadar K (Kalium) (p = 0,328) karena p < 0,01 dengan Menurut Rosmarkam (2009), tanaman mean difference sebesar -0,18333 ini yang kekurangan K banyak proses menunjukkan yang tidak berjalan dengan baik, kontrollebih sedikit dari pada kadar K misalnya komulasi kompos dengan EM-4. Sementara itu, karbohidrat. Apabila kegiatan enzim kadar K antara kompos dengan EM-4 terhambat, terjadi dengan kompos dengan limbah lumpur penimbunan senyawa tertentu karena ada beda secara pnifikan (p = 0,000) prosesnya menjadi terhenti. Fungsi karena kalium difference terjadinya maka yang lain akan adalah untuk p < bahwa 0,01 kadar dengan sebesar K mean -1,20333 ini pengembangan sel dan pengaturan menunjukkan bahwa kadar K pada tekanan osmosis. kompos dengan limbah lumpur aktif lebih banyak dari pada kadar K Dari hasil penelitian diketahui kadar K rata-rata tertinggi terdapat kompos dengan EM-4. pada sampel perlakuan dengan penambahan SIMPULAN DAN SARAN limbah lumpur aktif sebesar 1,993% Simpulan dan kadar K rata-rata terendah pada Disimpulkan bahwa waktu sampel kontrol sebesar 0,62%. Semua dalam sampel kompos memenuhi kadar K penambahan EM-4 dan limbah lumpur sesuai kualitas tidak ada perbedaan dimana mulai kompos berdasarkan SNI: 19-7030- minggu keempat kompos sudah mulai 2004 kadar K di atas 0,20%. Setelah hancur. pH pengomposan baik yang dilakukan uji anova satu jalur maka ditambah pengambilan K lumpur aktif tidak ada perbedaan, rata- yang rata pH kompos yang ditambah EM-4 besarnya 0,000 dimana p < 0,01 6,92-7,00 dan rata-rata pH kompos standar berdasarkan minimal keputusan nilai kadar pnifikansi sehingga H0 ditolak yang artinya pembuatan EM-4 kompos maupun antara limbah Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 152 yang ditambah limbah lumpur aktif kompos dengan penambahan EM-4 6,88-7,00. maupun kontrolnya. Ada perbedaan dalam pencapaian suhu tertinggi rata-rata Saran antara kompos perlakuan penambahan EM-4 dan limbah lumpur aktif, pada kompos yang ditambah EM-4 suhu tertinggi rata-rata sebesar 27,476 0C pada minggu keempat sedangkan perlakuan penambahan limbah lumpur aktif 28,718 0C pada minggu ketiga. Suhu stabil rata-rata pada kompos yang ditambah EM-4 dan kompos yang ditambah limbah lumpur aktif dicapai pada waktu yang sama yaitu minggu keenam. Perbedaan secara signifikan terdapat pada kadar N, P dan K antara penambahan kompos EM-4 dengan dan limbah lumpur aktif setelah dilakukan uji statatistik yaitu dengan uji anova satu jalur, dimana penambahan kompos limbah dengan lumpur aktif mempunyai kadar baik N, P maupun Disarankan Bagi IPAL RSUP Dr. Sardjito hendaknya memanfaatkan sampah dedaunan sebagai kompos dan limbah lumpur stimulatornya aktif dan pemasaran perlu kompos sebagai adanya yang menggunakan limbah lumpur aktif sebagai stimulatornya sehingga bisa menghasilkan keuntungan secara komersial bagi RSUP Dr. Sardjito. Sedangkan bagi peneliti lain perlu diadakannya penelitian lebih lanjut dengan memanfaatkan limbah lumpur aktif sebagai stimulator kompos mengenai zat toksik yang ada di dalam kompos dan kompos yang ditambah limbah lumpur aktif jika digunakan sebagai pupuk pada tanaman buah perlu diadakan penelitian kandungan senyawa pada buah yang dihasilkan. K lebih tinggi dibandingkan dengan Alternatif Pengelolaan Sampah di DAFTAR PUSTAKA TPA dengan Mengunakan Aktivator Azkha, N. 2007. Pemanfaatan Komposter Berskala Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 1, No. 2, September 2007: 97-99. Budihardjo, M.A. Studi Potensi Pengomposan Sampah Kota sebagai Salah Satu EM-4 (Effective Microorganism). Jurnal Presipitasi Vol. 1, No.1, September 2006, ISSN 1907-187X Djuarnani, N., Kristian, dan Setiawan, BS. 2008. Cara Cepat Membuat Kompos. Yogyakarta: Agro Media. 153 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153 Ginting, P. 2007. Sistem Pengolahan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung: Yrama Widya. Hendayanto, E dan Hairiah. 2009. Biologi Tanah Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Yogyakarta: Pustaka Adipura. Isroi dan Yuliarti, N. 2009. Kompos Cara Mudah, Murah dan Cepat Menghasilkan Kompos. Yogyakarta: Andi. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rosmarkam, A dan Nasih W. 2009. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisius. Siburian, R. 2008. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Inkubasi EM4 terhadap Kualitas Kimia Kompos. Diakses 3 April 2010. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/pen garuhlkp.pdf SNI. 2004. Standar Kualitas Kompos. http://www.pu.go.id/balitbang/sni/AB STRAKS/Cipta% 20Karya/PERSAMPAHAN/SPESIFI KASI/SNI%2019-7030-2004.pdf. Wahyuniati, E. 2002. Pengolahan Lumpur (disampaikan pada Pelatihan Dasar Teknologi Tepat Guna Pengolahan Limbah Cair). Yogyakarta: Pusteklim. Wied, H A. 2004. Memproses Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya. Yuwono, D. 2009. Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya