lumpur aktif mengungguli effective microorganism

advertisement
LUMPUR AKTIF MENGUNGGULI EFFECTIVE MICROORGANISM-4
SEBAGAI STARTER PENGOMPOSAN SAMPAH DEDAUNAN DI RSUP
DR. SARDJITO YOGYAKARTA
ACTIVATED SLUDGE WASTE SURPASSED EFFECTIVE
MICROORGANISM-4 AS STARTER LEAF LITTERS COMPOSTING IN
DR. SARDJITO GENERAL HOSPITAL OF YOGYAKARTA
Rezania Asyfiradayati, Dwi Linna Suswardany, Dwi Astuti
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT
Waste of activated sludge resulted by Dr. Sardjito Hospital needs to be used as a
stimulator in order to get a lot of compost. Therefore, it needs other materials as a basic
material for composting namely leaf litters taken from the hospital’s park.
The
objective of this research was to know the differences of time, pH, temperature and
Nitrogen, Phosphat and Kalium content of compost with addition of EM-4 and
activated sludge waste. Method of this research was experiment with posttest only
control group design. Population of this research was all leaf litters taken from park of
RSUP Dr. Sardjito weighting of 40 kg. Samples were 27 kg litters; EM-4 and active
sludge waste treatment. Every experiment was repeated 3 times. Statistical test used in
this research was One-way ANOVA. Result of the research indicated that there were
differences of time and temperature but there was no difference pH between compost
added with EM-4 and activated sludge waste, whereas there was a significant
difference of NPK content between compost added with EM-4 and activated sludge
waste. Results of laboratory test on EM-4-added compost indicated average content of
N=1,17%, P=0,127%, and K=0,79%. Whereas on activated sludge waste-added
compost contained average content of NPK as much as 2,28%; 0,217% and 1,993%. As
a suggestion, Dr. Sardjito Hospital needs to use leaf litters as compost and waste of
activated sludge as a stimulator. In addition, the resulted compost could be sold.
Kesmasindo Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153
Key words: activated sludge waste, Composting, EM-4, Leaf Litters, Dr. Sardjito
Hospital
136
137
Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153
Salah satu stimulator yang
PENDAHULUAN
sering
Salah satu upaya penanganan
jumlah
sampah
meningkat
yang
adalah
semakin
dengan
cara
mengolah sampah menjadi kompos
(Djuarnani
dkk,
2008).
Kompos
merupakan pengolahan sampah yang
dapat diuraikan oleh mikroorganisme
sehingga
sampah-sampah
jumlahnya
Sampah
menjadi
yang
tersebut
lebih
sedikit.
digunakan
adalah
pengomposan
dapat
sampah organik.
Proses
tradisional
pemberian
dan
stimulator.
kompos
tradisional
memerlukan waktu yang sangat lama
mencapai 6-12 bulan. Dalam proses
ini
sampah
hanya
ditumpuk dan dibiarkan begitu saja,
sedangkan
pengomposan
dengan
stimulator
adalah
menggunakan
dengan cara menambahkan mikroba
pengurai
pada
proses
adalah
Microorganism-4
Effective
(EM-4).
EM-4
merupakan suatu kultur campuran
berbagai mikroorganisme (terutama
bakteri
fotosintesis,
bakteri
asam
laktat, ragi, Actinomycetes, dan jamur
peragian)
yang
dapat
digunakan
sebagai inokulan untuk meningkatkan
keragaman mikroba tanah dan dapat
memperbaiki kesehatan serta kualitas
sampah
tersebut
sehingga proses pelapukan sampah
semakin cepat. Pengomposan dengan
menambahkan mikroba memerlukan
waktu relatif lebih cepat yakni sekitar
1-2 bulan (Yuwono, 2009).
mudah
didapatkan
di
toko-toko
pertanian dan tanaman.
dengan
Pembuatan
secara
pengomposan
pengomposan
dalam
tanah (Yuwono, 2009). EM-4 juga
dilakukan dengan dua cara yakni
secara
digunakan
Stimulator lain yang dapat
digunakan dalam proses pengomposan
adalah limbah lumpur aktif yang ada
pada Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL) RSUP Dr. Sardjito. RSUP Dr.
Sardjito
setiap
hari menghasilkan
limbah lumpur aktif rata-rata 20 liter
yang berupa lumpur cair. Di samping
itu, sampah dedaunan yang berasal
dari taman RSUP Dr. Sardjito setiap
harinya rata-rata ada 40 kg. Baik
limbah lumpur aktif maupun sampah
dedaunan
selama
ini
belum
dimanfaatkan dengan baik. Limbah
lumpur aktif diletakkan pada bak
penampungan kemudian dipompa ke
bak
pengering
atau
drying
bed
Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 138
kemudian diletakkan pada karung-
tertentu. Secara keseluruhan, proses
karung dan dibiarkan menumpuk.
ini disebut dekomposisi.
Sampah dedaunan biasanya dibuang
Kompos
memiliki
peranan
bersama dengan sampah nonmedis
sangat penting bagi tanah karena dapat
lain ke tempat pembuangan akhir
mempertahankan dan meningkatkan
sampah (TPA) dengan mobil container
kesuburan tanah melalui perbaikan
setiap hari. Limbah lumpur aktif
sifat kimia, fisik, dan biologinya
RSUP Dr. Sardjito yang dihasilkan
(Djuarnani
tersebut
langsung
Azkha (2007) kompos aman bagi
dimanfaatkan menjadi kompos maka
tanaman dan tanah tanpa memberikan
kompos yang dihasilkan hanya sedikit
dampak
jika
limbah
tanaman. Selain itu, petani kembali ke
lumpur aktif sebagai stimulator. Oleh
pola pertanian organik yang tidak
karena itu, diperlukan bahan lain
menggunakan bahan kimia dalam
sebagai bahan dasar kompos yakni
melakukan
sampah dedaunan yang berasal dari
pertaniannya.
apabila
dibandingkan
dengan
taman RSUP Dr. Sardjito.
Wied
dkk,
negatif
2008).
pada
Menurut
tanah
proses
Menurut
dan
kegiatan
Ginting
(2007),
Menurut Yuwono (2009) dan
lumpur aktif merupakan suatu padatan
(2004),
organik
pengertian
kompos
yang
telah
hampir sama yaitu kompos merupakan
peruraian
istilah untuk pupuk organik yang
terbentuk biomassa yang aktif dan
dibuat dari proses penguraian sisa-sisa
mampu
buangan makhluk hidup (tanaman
merombaknya
maupun hewan) dan bahan organik
membentuk
massa
lain yang sengaja ditambahkan untuk
mengendap
dan
mempercepat
penguraian,
sebagai gas. Dalam lumpur aktif
misalnya kotoran ternak atau bila
terkandung bakteri-bakteri yang dapat
dipandang perlu, bisa ditambahkan
mencapai 1000 juta per mili liter. Jika
pupuk buatan pabrik, seperti urea.
lumpur sudah tidak terpakai maka
Proses pengomposan berjalan secara
ditempatkan pada drying bed (bak
aerobik dan anaerobik yang saling
pengering
menunjang pada kondisi lingkungan
Wahyuniati
proses
secara
mengalami
hayati
menyerap
partikel
dan
serta
kemudian
yang
atau
lumpur).
(2002),
sehingga
mudah
menyerap
Menurut
lumpur
aktif
139
Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153
adalah endapan lumpur yang berasal
pengomposan, suhu, pH dan kadar
dari air buangan yang telah mengalami
NPK
pemberian
dengan limbah lumpur aktif sebagai
teratur.
udara
Proses
(aerasi)
secara
lumpur
aktif
antara
penambahan
EM-4
stimulator di RSUP Dr. Sardjito.
merupakan proses pengolahan air
buangan secara biokimia atau proses
oksidasi
biologis
dimana
METODE PENELITIAN
Jenis
bahan
penelitian ini
adalah
organik diubah menjadi anorganik.
eksperimen, rancangan penelitian yang
Sludge drying bed adalah saringan
digunakan adalah posttest dengan
berisi pasir dan kerikil serta subdrain
kelompok kontrol (posttest only with
untuk mengeringkan digester sludge
control group depn) dimana rancangan
baik
ini
digester
dari
kondisi
aerob
tidak
kelompok
maupun
anaerob.
Setelah
kering
lumpur
ditumbuk
menjadi
halus
randomisasi
seperti
pasir
yang
dapat
eksperimen
halus
diadakan
ini
pretest,
sampel
baik
pada
dilakukan
pada
kelompok
maupun
kelompok
dimanfaatkan sebagai pupuk yang
kontrol. Kelompok-kelompok tersebut
dimasukkan
dianggap sama sebelum dilakukan
ke
dalam
kantung-
kantung plastik atau sebagai soil
perlakuan.
conditioner.
memungkinkan
Menurut
Yuwono
(2009),
Rancangan
ini
peneliti
tidak
untuk
menentukan sejauh mana perubahan
Effective Microorganism-4 (EM-4)
itu
terjadi,
sebab
pretest
tidak
berupa larutan cair berwarna kuning
dilakukan untuk menentukan data
kecokelatan, ditemukan pertama kali
awal (Notoatmodjo, 2010).
oleh Teruo Higa dari Universitas
Populasi penelitian ini adalah
Ryukyus Jepang. Cairan ini berbau
semua sampah dedaunan yang berasal
sedap dengan rasa asam manis dan
dari taman RSUP Dr. Sardjito setiap
tingkat keasaman (pH) kurang dari
hari sebanyak 40 kg. Sampel yang
3,5.
keasaman
digunakan sebanyak 27 kg dengan
melebihi 4,0 maka cairan ini tidak
rincian 3 kg untuk setiap kontrol,
dapat digunakan lagi.
perlakuan EM-4 dan perlakuan limbah
Apabila
tingkat
Penelitian ini bertujuan untuk
lumpur aktif dengan pengulangan
mengetahui perbedaan lamanya waktu
masing-masing 3 kali. Pembuatan
Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 140
kompos dedaunan dilaksanakan di
HASIL DAN PEMBAHASAN
IPAL RSUP Dr. Sardjito.
1. Gambaran Umum
Penelitian
dilaksanakan
pada
Instalasi Pengelolaan Air Limbah
bulan Juni-Agustus 2011, dimulai
(IPAL)
dengan memilih jenis sampah organik
merupakan
yang
sampah
semua limbah cair yang ada di
dedauanan yang berasal dari taman
RSUP Dr. Sarjito, IPAL termasuk
RSUP
dalam
digunakan
Dr.
yaitu
Sardjito
kemudian
RSUP
Dr.
tempat
Sardjito
pengolahan
Instalasi
Sanitasi
dipotong-potong
1-2
cm
serta
Lingkungan Rumah Sakit (ISLRS).
dikelompokkan
menjadi
9
bagian
Pengelolaan limbah rumah sakit
dengan berat masing-masing 3 kg dan
merupakan bagian dari penyehatan
dimasukkan ke dalam komposter. 3
lingkungan di rumah sakit, selain
bagian untuk kontrol tanpa diberi
itu pengelolaan limbah mempunyai
perlakuan langsung ditutup, 3 bagian
tujuan
untuk perlakuan EM-4 masing-masing
masyarakat
ditambahkan 5 ml EM-4 lalu ditutup
pencemaran
dan 3 bagian untuk perlakuan limbah
bersumber dari limbah rumah sakit
lumpur
serta mencegah infeksi nosokomial
aktif
masing-masing
ditambahkan 5 ml limbah lumpur aktif
untuk
melindungi
dari
bahaya
lingkungan
yang
di lingkungan rumah sakit.
lalu ditutup. Setiap hari dilakukan
pengukuran pH dan suhu serta diamati
IPAL menghasilkan limbah lumpur
perubahan fisik sampai terjadinya
aktif setiap hari rata-rata 20 liter
kompos,
dilakukan
yang berasal dari sisa pengolahan
pengadukan setiap 2 hari sekali.
limbah cair. Sisa lumpur aktif
Setelah
limbah cair diletakkan pada drying
selain
kompos
itu
jadi
dilakukan
pengujian kadar N, P serta K yang
bed
dilaksanakan
Laboratorium
ditaruh pada karung-karung. Selain
Fakultas Pertanian Universitas Gajah
itu, IPAL juga tempat pembuangan
Mada Yogyakarta. Hasil laboratorium
sementara limbah padat baik medis
kadar NPK dianalisis menggunakan
maupun
uji statistik anova satu jalur dengan
dedaunan merupakan salah satu
SPSS 17.
sampah non medis yang diletakkan
di
sampai
non
kering
medis.
kemudian
Sampah
141
Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153
di
IPAL sebelum dibuang ke
kompos
terhadap
kelompok
tempat pembuangan akhir (TPA).
kontrol,
kelompok
perlakuan
Rata-rata 40 kg sampah dedaunan
dengan penambahan EM-4 maupun
setiap harinya dihasilkan dari taman
kelompok
RSUP Dr. Sardjito.
penambahan lumpur aktif dapat
2. Waktu Pengomposan
perlakuan
dengan
dilihat pada Tabel 1.
Hasil pengamatan lamanya waktu
pengomposan dan perubahan fisik
Tabel 1. Lamanya Waktu Pengomposan dan Perubahan Fisik Kompos pada
Kontrol dan Perlakuan
Minggu
I
II
III
Kontrol
Warna
Perlakuan Limbah
Perlakuan EM-4
kekuningan,
Lumpur Aktif
Warna kekuningan, masih
Warna kekuningan, masih
masih berbentuk daun
berbentuk daun
berbentuk daun
Warna
Warna kekuningan, terjadi
Warna kekuningan, terjadi
masih berbentuk daun
penyusutan volume daun
penyusutan volume daun
Warna
kekuningan,
Warna kuning kecoklatan,
Warna kuning kecoklatan,
terjadi
penyusutan
lembek dan berserat
lembek dan berserat
kekuningan,
volume daun
IV
Warna
kuning
kecoklatan, lembek
Warna
coklat
bentuk
hancur belum sempurna
Warna
coklat
bentuk
kehitaman
hancur
belum
sempurna
V
Warna
coklat
bentuk
hancur belum sempurna
VI
Menyerupai
hancur
tanah,
sempurna
dan
Warna coklat kehitaman,
Warna
coklat
kehitaman,
terurai menyerupai tanah
terurai
menyerupai
secara sempurna
secara sempurna
Menyerupai tanah, hancur
Menyerupai tanah, hancur
sempurna dan terurai
sempurna dan terurai
tanah
terurai
Dari Tabel I terlihat bahwa proses
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
pengomposan yang tercepat terjadi
terdapat perbedaan perubahan fisik
pada kompos dengan penambahan
pada sampel kontrol dan sampel
limbah
perlakuan baik perlakuan dengan EM-
lumpur
minggu keempat.
aktif
yaitu
pada
4 dan limbah lumpur aktif dengan
waktu
yang
berbeda-beda.
Pada
Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 142
kelompok kontrol proses penguraian
Djuarnani dkk (2008) pengomposan
berlangsung lama
42 hari,
akan berlangsung lama jika jumlah
sedangkan pada sampel perlakuan
mikroorganisme pada awalnya sedikit.
dengan penambahan limbah lumpur
Mikroorganisme ini dapat diperbanyak
aktif proses penguraian terlihat lebih
dengan menambahkan starter atau
cepat yaitu pada minggu ke-4 sampah
activator. Dengan demikian dapat
organik dalam proses pengomposan
dikatakan bahwa limbah lumpur aktif
struktur bahan sudah terurai. Sampel
dapat
perlakuan dengan penambahan EM-4
sebagai
pada minggu ke-4 sudah terurai tetapi
mempercepat
warna kompos masih seperti warna
sampah organik.
daun kering yaitu coklat tetapi belum
3. pH Pengomposan
coklat kehitaman. Hal ini terjadi
Pada semua sampel baik kontrol
karena penambahan mikroorganisme
maupun perlakuan hampir tidak ada
dapat
yaitu
digunakan
atau
pengganti
proses
berfungsi
EM-4
dalam
pengomposan
mempercepat
proses
perbedaan kadar pH. Rata-rata pH dari
kompos
sehingga
masing-masing sampel dapat dilihat
pematangan
mencapai warna kematangan kompos
pada Gambar 5.
yang lebih cepat pula dibandingkan
dengan warna kematangan kompos
kelompok
kontrol.
Menurut
pH
pada
Waktu Pengomposan (minggu)
Gambar 5. Grafik pH Rata-Rata pada Kontrol dan Perlakuan selama Proses
Pengomposan
143
Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153
Dari Gambar 5 dapat diketahui
lumpur aktif, pH rata-rata terendah
bahwa rata-rata pH kesembilan sampel
sebesar
hampir sama. pH selama proses
perlakuan dengan penambahan limbah
pengomposan telah sesuai. pH rata-
lumpur aktif, sementara itu pH rata-
rata kompos tertinggi sama antara
rata tertinggi adalah 7 pada ketiga
kontrol dan kompos dengan perlakuan
kelompok sampel, sehingga dapat
penambahan limbah lumpur aktif yaitu
dikatakan bahwa tidak ada perbedaan
7 pada minggu keenam, sedangkan pH
antara ketiganya. Hal ini menujukkan
rata-rata
kompos
bahwa pH yang terbentuk sudah
dengan perlakuan penambahan limbah
sesuai, menurut Djuarnani dkk (2008)
lumpur aktif pada minggu kelima
kisaran pH kompos yang optimal
yaitu 6,88.
adalah 6-8. Seperti faktor lainnya, pH
terendah
Pengukuran
pada
pH
dilakukan
perlu
6,88
yaitu
dikontrol
pada
sampel
selama
proses
dengan pH meter setiap hari antara
pengomposan berlangsung. Jika pH
pukul 08.00-13.00 setelah pengukuran
terlalu
suhu. Selain itu, dilakukan pembalikan
konsumsi okpen akan naik dan akan
pada kompos setiap dua hari sekali.
memberikan hasil yang buruk bagi
Menurut Isroi dan Yuliarti (2009), pH
lingkungan. pH yang terlalu tinggi
yang
akan menyebabkan unsur nitrogen
optimum
untuk
proses
tinggi
terlalu
dalam
netral yang berkisar pada 6,5-7,5.
amonia. Sebaliknya, dalam keadaan
Pemantauan
asam akan menyebabkan sebagian
membolak-balikkan
dan
bahan
perlakuan
kompos
berubah
basa,
pengomposan adalah pada kondisi pH
suhu
kompos
atau
menjadi
mikroorganisme mati.
secara tepat dan benar sudah dapat
mempertahankan kondisi pH tetap
pada titik netral.
4. Suhu Pengomposan
Suhu kompos dipantau selama 42
Dari hasil penelitian dapat
hari, yaitu sampai suhu kompos
diketahui bahwa rata-rata pH dari
turun dan stabil. Rata-rata suhu dari
sampel kontrol dan sampel perlakuan
sembilan sampel dapat dilihat pada
dengan penambahan EM-4 dan limbah
Gambar 4.
0
Suhu ( C)
Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 144
Waktu Pengomposan (minggu)
Gambar 4. Grafik Suhu Rata-Rata pada Kontrol dan Perlakuan selama Proses
Pengomposan
Dari Gambar 4 dapat diketahui kondisi
pnifikan
suhu selama proses pengomposan.
dilakukan pada pagi hari maupun
Suhu cenderung naik lebih cepat pada
siang hari. Alat yang digunakan untuk
pengomposan
mengukur suhu adalah thermometer
dengan
perlakuan
penambahan limbah lumpur aktif.
limbah
lumpur
pengukuran
yang
alkohol.
Suhu rata-rata tertinggi pada perlakuan
penambahan
baik
Dari hasil pengukuran suhu
aktif
terhadap 3 kelompok sampel, rata-rata
adalah 28,714 C pada minggu ketiga,
suhu tertinggi terdapat pada sampel
pada perlakuan penambahan EM-4
perlakuan dengan penambahan limbah
27,476 0C pada minggu keempat, dan
lumpur aktif yaitu 28,714
0
kontrol
27,476
0
C
pada
minggu
kelima.
satu
cara
untuk
C pada
minggu ketiga. Pada sampel perlakuan
dengan
Salah
0
penambahan
EM-4
suhu
puncak hanya mencapai 27,476 0C di
menentukan waktu terjadinya kompos
minggu
keempat
sedangkan
adalah dengan melakukan pengukuran
sampel kontrol rata-rata suhu tertinggi
suhu. Pengukuran dilakukan setiap
27,476 0C di minggu kelima. Suhu
hari pada waktu yang berbeda-beda
pengomposan
antara pukul 08.00-13.00 WIB. Dari
dari suhu puncaknya dan stabil dalam
hasil pengukuran diketahui bahwa
beberapa hari. Pada sampel perlakuan
tidak terjadi perubahan suhu secara
penambahan limbah lumpur aktif dan
perlahan-lahan
pada
turun
145
Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153
EM-4 suhu rata-rata terendah sama
EM-4 dan limbah lumpur aktif yaitu
yaitu 24 0C sedangkan pada sampel
pada hari ke-32. Sedangkan pada
kontrol rata-rata suhu terendahnya
sampel kontrol suhu stabil pada hari
25,142 0C.
ke-41.
Berdasarkan hasil pengukuran
tersebut
maka
dalam
proses
5. Kadar N, P dan K
penguraian sampah organik dengan
Pemeriksaan kadar N, P dan K
volume 3 kg suhunya masih terlalu
dilakukan pada kelompok kontrol,
rendah. Menurut Yuwono (2009),
kelompok perlakuan dengan EM-4
suhu ideal untuk pengomposan adalah
dan kelompok perlakuan dengan
0
45-65 C. Suhu yang terlalu rendah
limbah lumpur aktif. Pemeriksaan
mungkin juga karena bahan kurang
dilakukan di Fakultas Pertanian
lembab
Universitas
sehingga
mikroorganisme
aktivitas
menurun.
Hasil
standar
stabil saat kompos sudah jadi adalah
berdasarkan
24
Mada
Yogyakarta dibandingkan dengan
pengukuran menunjukkan bahwa suhu
0
Gajah
C yang tercepat terdapat pada
kualitas
SNI
kompos
:19-7030-2004
(Tabel 2).
sampel perlakuan dengan penambahan
Tabel 2. Perbandingan Kadar N,P dan K Kompos pada Kontrol dan Perlakuan
dengan Standar Minimal Kualitas Kompos (SNI :19-7030-2004)
Komposter
Kontrol
ke
Kompos+EM-4
Kompos+limbah
SNI:19-7030-
lumpur aktif
2004
N
P
K
N
P
K
N
P
K
N
P
K
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
%)
(%)
1
1,13
0,16
0,64
1,30
0,13
0,83
2,18
0,22
2,1
0,40
0,10
0,20
2
1,21
0,15
0,58
1,08
0,12
0,77
2,00
0,23
1,72
3
1,33
0,17
0,64
1,13
0,13
0,77
2,66
0,20
2,16
Rata-rata
1,223
0.16
0,62
1,17
0,127
0,79
2,28
0,217
1,993
Dari hasil tersebut dilakukan uji
jalur.
Untuk
mengetahui
varian
statistik menggunakan uji anova satu
homogeny atau tidak sebelum uji
Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 146
anova
dilakukan
terlebih
tes
dahulu.
homogenitas
dapat
homogenitas
Dari hasil diketahui bahwa nilai
Hasil
test
pnifikansi kadar N = 0,089, nilai
dilihat
pada
pnifikansi kadar P = 0,360 dan nilai
Tabel 3.
pnifikansi kadar K = 0,018 maka p >
0,01 sehingga H0 diterima artinya
Tabel 3. Test Homogenitas
varian dalam kelompok homogen.
Test of Homogeneity of Variances
Levene
df1
df2
P.
Setelah
Statistic
diketahui
varian
adalah
N
3.716
2
6
.089
kelompok
P
1.217
2
6
.360
dilanjutkan dengan uji anova. Hasil
K
8.551
2
6
.018
homogen,
maka
dapat
uji anova dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji ANOVA
ANOVA
Sum of
df
Squares
N
P
K
Mean Square
Between Groups
2.351
2
1.176
Within Groups
.280
6
.047
Total
2.631
8
Between Groups
.012
2
.006
Within Groups
.001
6
.000
Total
.013
8
Between Groups
3.404
2
1.702
Within Groups
.123
6
.020
Total
3.527
8
F
p.
25.225
.001
50.818
.000
83.081
.000
147
Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153
Multiple Comparisons
Tukey HSD
p.
Dependent
Variable
N
(I) metode
(J) metode
Control
99% Confidence
Interval
Lower
Upper
Bound
Bound
-.7357
.8424
kompos dengan EM-4
.951
kompos dengan limbah
.002
-1.8457
-.2676
lumpur aktif
kompos dengan
Control
.951
-.8424
.7357
EM-4
kompos dengan limbah
.002
-1.8991
-.3209
lumpur aktif
kompos dengan
Control
.002
.2676
1.8457
limbah lumpur
kompos dengan EM-4
.002
.3209
1.8991
kompos dengan EM-4
.024
-.0071
.0737
kompos dengan limbah
.002
-.0971
-.0163
aktif
P
Control
lumpur aktif
kompos dengan
Control
.024
-.0737
.0071
EM-4
kompos dengan limbah
.000
-.1304
-.0496
lumpur aktif
kompos dengan
Control
.002
.0163
.0971
limbah lumpur
kompos dengan EM-4
.000
.0496
.1304
kompos dengan EM-4
.328
-.7065
.3398
kompos dengan limbah
.000
-1.9098
-.8635
aktif
K
Control
lumpur aktif
kompos dengan
Control
.328
-.3398
.7065
EM-4
kompos dengan limbah
.000
-1.7265
-.6802
lumpur aktif
kompos dengan
Control
.000
.8635
1.9098
limbah lumpur
kompos dengn EM-4
.000
.6802
1.7265
aktif
*. The mean difference is pnificant at the 0.01 level.
Dari hasil uji anova tersebut dapat
keputusan kadar N berdasarkan nilai
diketahui
pnifikansi p < 0,01 (p=0,001) sehingga
bahwa
pengambilan
Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 148
H0 ditolak yang artinya antara ketiga
a. Kadar N (Nitrogen)
sampel tersebut terdapat perbedaan
Nitrogen merupakan salah satu elemen
yang pnifikan pada kadar nitrogen.
penting bagi tanah dan pertumbuhan
Kadar P dari hasil uji anova juga
tanaman. Menurut Rosmarkam (2002)
menujukkan bahwa p < 0,01 (p=0,000)
nitrogen (N) merupakan hara makro
maka H0 ditolak sehingga terdapat
utama yang sangat penting untuk
perbedaan
pertumbuhan tanaman. Dalam tanah,
yang
pnifikan
antara
kontrol, kompos yang ditambah EM-4
kadar
dan kompos yang ditambah limbah
tergantung
lumpur aktif. Kadar K nilai p=0,000
penggunaan
maka p < 0,01 sehingga terdapat
Pembentukan senyawa N organik
perbedaan
antara
tergantung pada imbangan ion-ion
kontrol, kompos yang ditambah EM-4
lain, termasuk Mg untuk pembentukan
dan kompos yang ditambah limbah
klorofil dan ion fosfat untuk sintesis
lumpur aktif.
asam nukleat. Menurut Hendayanto
yang
pnifikan
dan
nitrogen
sangat
bervariasi,
pengelolaan
tanah
Hairiah
(2009),
dan
tersebut.
nitrogen
Kompos sangat berperan dalam proses
merupakan penyusun utama asam
pertumbuhan tanaman. Kompos tidak
amino yang digunakan untuk sintesis
hanya menambah unsur hara, tetapi
peptida dan protein, serta berbagai
juga menjaga fungsi tanaman sehinga
komponen biologi seperti kitin dan
tanaman dapat tumbuh dengan baik.
nukleopeptida. Nitrogen merupakan
Setiap tanaman membutuhkan nutrisi
unsur esensial bagi semua bentuk
untuk
kehidupan.
kelangsungan
hidupnya.
Pertumbuhan
tanaman
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan
seringkali dihambat oleh ketersediaan
tanaman, unsur hara dibagi menjadi
nitrogen
tiga golongan yaitu unsur hara makro
keterbatasan
primer, unsur hara makro sekunder
seringkali melebihi dampak negatif
dan unsur hara mikro. Unsur hara
ketersediaan unsur hara lainnya.
dan
dampak
tersedianya
negatif
nitrogen
makro primer meliputi nitrogen (N),
fosfor (P) dan kalium (K) (Yuwono,
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
2009).
kadar N rata-rata tertinggi ada pada
kompos perlakuan yang ditambah
149
Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153
dengan limbah lumpur aktif yaitu
antara ketiga sampel tersebut terdapat
sebesar 2,66% dan kadar N rata-rata
perbedaan yang pnifikan. Dari hasil
terendah
tersebut diketahui bahwa kadar N
pada
dengan
sampel
penambahan
perlakuan
yaitu
antara kontrol dengan kompos dengan
sebesar 1,17%. Menurut penelitian
EM-4 tidak ada beda secara pnifikan
Siburian
pada
(p = 0,951) karena p < 0,01 dengan
rendah
mean difference sebesar 0,0533 ini
metabolisme
menunjukkan bahwa kadar N kontrol
nitrogen
lebih banyak dari pada kadar N
melalui
kompos dengan EM-4. Sementara itu,
(2008)
perlakuan
yang
kadar
dengan
disebabkan
EM-4
N
EM-4
pengaruh
mengakibatkan
terasimilasi
dan
hilang
volatilisasi
sebagai
atau
kadar N antara kontrol dengan kompos
hilang karena proses denitrifikasi.
dengan limbah lumpur aktif terdapat
Berdasarkan standar kualitas kompos
perbedaan yang pnifikan (p = 0,002)
SNI: 19-7030-2004 diketahui bahwa
karena
nilai minimal kadar N pada kompos
difference
adalah 0,40% dengan demikian baik
menunjukkan bahwa kadar N kompos
kontrol
dengan
dengan limbah lumpur aktif lebih
penambahan EM-4 dan limbah lumpur
banyak dari pada kadar N pada
aktif memenuhi persyaratan tersebut,
kontrol. Sedangkan kadar N antara
namun yang lebih baik adalah kompos
kompos dengan EM-4 dengan kompos
dengan
yaitu
dengan limbah lumpur ada beda secara
kompos dengan penambahan limbah
pnifikan (p = 0,002) karena p < 0,01
lumpur aktif karena dalam standar
dengan mean difference sebesar -
tersebut
1,110 yang artinya kadar N pada
maupun
kadar
amoniak
kompos
N
tidak
tertinggi
disebutkan
batas
maksimalnya.
p
<
0,01
sebesar
dengan
mean
-1,05667
yang
kompos dengan limbah lumpur aktif
lebih banyak dari pada kadar N
Setelah melakukan uji anova satu
jalur,
maka
pengambilan
berdasarkan
dapat
keputusan
nilai
kompos dengan EM-4.
dilakukan
kadar
pnifikansi
N
b. Kadar P (Fosfor)
yang
Menurut Hendayanto dan Hairiah
besarnya 0,001 dimana p < 0,01
(2009), tanaman memperoleh unsur P
sehingga H0 ditolak yang artinya
seluruhnya berasal dari tanah atau dari
Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 150
pemupukan serta hasil dekomposisi
sebesar 0,10 tetapi kompos dengan
dan
organik.
kadar P tertinggi merupakan kompos
Menurut Rosmarkam (2009), fosfor
yang paling baik dimana kompos
merupakan unsur yang diperlukan
dengan penambahan limbah lumpur
dalam jumlah besar. Jumlah fosfor
aktif karena pada standar tersebut
dalam
kecil
tidak ditentukan batas maksimal dari
dibandingkan dengan unsur nitrogen
kadar P. Pengambilan keputusan kadar
dan kalium. Fosfor yang diserap
P berdasarkan nilai pnifikansi yang
tanaman dalam bentuk ion anorganik
besarnya 0,000 dimana p < 0,01
cepat berubah menjadi fosfor organik.
sehingga H0 ditolak yang artinya
mineralisasi
bahan
tanaman
lebih
antara ketiga sampel tersebut terdapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perbedaan yang pnifikan. Kadar P
kadar P rata-rata tertinggi terdapat
antara kontroldengan kompos dengan
pada
EM-4 tidak ada beda secara pnifikan
sampel
penambahan
dengan
limbah
perlakuan
lumpur
aktif
(p = 0,024) karena p < 0,01 dengan
sebesar 0,21%. Kadar P rata-rata
mean difference
terendah
sampel
menunjukkan bahwa kadar P kontrol
perlakuan dengan penambahan hanya
lebih banyak dari pada kadar P
0,127%. Hasil penelitian ini tidak
kompos dengan EM-4. Sedangkan
sejalan dengan penelitian Budihardjo
kadar P antara kontrol dengan kompos
(2006)
Effective
dengan limbah lumpur aktif terdapat
Microorganisme (EM-4) berpengaruh
perbedaan secara pnifikan (p = 0,002)
terhadap kualitas kompos matang yang
karena
relatif
difference sebesar
terdapat
pada
penambahan
lebih
baik
dari
pada
p
<
sebesar 0,0333 ini
0,01
dengan
mean
-0,05667 ini
pengkomposan alami, karena kadar P
menunjukkan bahwa kadar P kontrol
pada sampel kontrol lebih tinggi dari
lebih sedikit dari pada kadar P kompos
pada
dengan limbah lumpur aktif. Pada
kompos
dengan
perlakuan
penambahan EM-4.
kadar P kompos dengan EM-4 dengan
kompos dengan limbah lumpur ada
Semua hasil kadar P memenuhi batas
beda secara pnifikan (p = 0,000)
minimal
karena
standar
kualitas
kompos
berdsarkan SNI: 19-7030-2004 yaitu
p
difference
<
0,01
sebesar
dengan
-0,09000
mean
ini
151
Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153
menunjukkan bahwa kadar P pada
antara ketiga sampel tersebut terdapat
kompos dengan limbah lumpur aktif
perbedaan yang pnifikan. Kadar K
lebih banyak dari pada kadar P
antara kontroldengan kompos dengan
kompos dengan EM-4.
EM-4 tidak ada beda secara pnifikan
c. Kadar K (Kalium)
(p = 0,328) karena p < 0,01 dengan
Menurut Rosmarkam (2009), tanaman
mean difference sebesar -0,18333 ini
yang kekurangan K banyak proses
menunjukkan
yang tidak berjalan dengan baik,
kontrollebih sedikit dari pada kadar K
misalnya
komulasi
kompos dengan EM-4. Sementara itu,
karbohidrat. Apabila kegiatan enzim
kadar K antara kompos dengan EM-4
terhambat,
terjadi
dengan kompos dengan limbah lumpur
penimbunan senyawa tertentu karena
ada beda secara pnifikan (p = 0,000)
prosesnya menjadi terhenti. Fungsi
karena
kalium
difference
terjadinya
maka
yang
lain
akan
adalah
untuk
p
<
bahwa
0,01
kadar
dengan
sebesar
K
mean
-1,20333
ini
pengembangan sel dan pengaturan
menunjukkan bahwa kadar K pada
tekanan osmosis.
kompos dengan limbah lumpur aktif
lebih banyak dari pada kadar K
Dari hasil penelitian diketahui kadar K
rata-rata
tertinggi
terdapat
kompos dengan EM-4.
pada
sampel perlakuan dengan penambahan
SIMPULAN DAN SARAN
limbah lumpur aktif sebesar 1,993%
Simpulan
dan kadar K rata-rata terendah pada
Disimpulkan bahwa waktu
sampel kontrol sebesar 0,62%. Semua
dalam
sampel kompos memenuhi kadar K
penambahan EM-4 dan limbah lumpur
sesuai
kualitas
tidak ada perbedaan dimana mulai
kompos berdasarkan SNI: 19-7030-
minggu keempat kompos sudah mulai
2004 kadar K di atas 0,20%. Setelah
hancur. pH pengomposan baik yang
dilakukan uji anova satu jalur maka
ditambah
pengambilan
K
lumpur aktif tidak ada perbedaan, rata-
yang
rata pH kompos yang ditambah EM-4
besarnya 0,000 dimana p < 0,01
6,92-7,00 dan rata-rata pH kompos
standar
berdasarkan
minimal
keputusan
nilai
kadar
pnifikansi
sehingga H0 ditolak yang artinya
pembuatan
EM-4
kompos
maupun
antara
limbah
Rezania Asyfiradayanti, Lumpur Aktif Mengungguli Effective Microorganism-4 152
yang ditambah limbah lumpur aktif
kompos dengan penambahan EM-4
6,88-7,00.
maupun kontrolnya.
Ada
perbedaan
dalam
pencapaian suhu tertinggi rata-rata
Saran
antara kompos perlakuan penambahan
EM-4 dan limbah lumpur aktif, pada
kompos yang ditambah EM-4 suhu
tertinggi rata-rata sebesar 27,476 0C
pada
minggu
keempat
sedangkan
perlakuan penambahan limbah lumpur
aktif 28,718 0C pada minggu ketiga.
Suhu stabil rata-rata pada kompos
yang ditambah EM-4 dan kompos
yang ditambah limbah lumpur aktif
dicapai pada waktu yang sama yaitu
minggu keenam. Perbedaan secara
signifikan terdapat pada kadar N, P
dan
K
antara
penambahan
kompos
EM-4
dengan
dan limbah
lumpur aktif setelah dilakukan uji
statatistik yaitu dengan uji anova satu
jalur,
dimana
penambahan
kompos
limbah
dengan
lumpur
aktif
mempunyai kadar baik N, P maupun
Disarankan Bagi IPAL RSUP
Dr. Sardjito hendaknya memanfaatkan
sampah dedaunan sebagai kompos dan
limbah
lumpur
stimulatornya
aktif
dan
pemasaran
perlu
kompos
sebagai
adanya
yang
menggunakan limbah lumpur aktif
sebagai stimulatornya sehingga bisa
menghasilkan
keuntungan
secara
komersial bagi RSUP Dr. Sardjito.
Sedangkan bagi peneliti lain perlu
diadakannya penelitian lebih lanjut
dengan memanfaatkan limbah lumpur
aktif
sebagai
stimulator
kompos
mengenai zat toksik yang ada di dalam
kompos dan kompos yang ditambah
limbah lumpur aktif jika digunakan
sebagai pupuk pada tanaman buah
perlu diadakan penelitian kandungan
senyawa pada buah yang dihasilkan.
K lebih tinggi dibandingkan dengan
Alternatif Pengelolaan Sampah di
DAFTAR PUSTAKA
TPA dengan Mengunakan Aktivator
Azkha, N. 2007. Pemanfaatan Komposter
Berskala
Rumah
Tangga.
Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol 1, No. 2,
September 2007: 97-99.
Budihardjo, M.A. Studi Potensi Pengomposan
Sampah Kota sebagai Salah Satu
EM-4
(Effective
Microorganism).
Jurnal Presipitasi Vol. 1, No.1,
September 2006, ISSN 1907-187X
Djuarnani, N., Kristian, dan Setiawan, BS.
2008. Cara Cepat Membuat Kompos.
Yogyakarta: Agro Media.
153
Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 136- 153
Ginting,
P.
2007.
Sistem
Pengolahan
Lingkungan dan Limbah Industri.
Bandung: Yrama Widya.
Hendayanto, E dan Hairiah. 2009. Biologi
Tanah Landasan Pengelolaan Tanah
Sehat. Yogyakarta: Pustaka Adipura.
Isroi dan Yuliarti, N. 2009. Kompos Cara
Mudah,
Murah
dan
Cepat
Menghasilkan Kompos. Yogyakarta:
Andi.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rosmarkam, A dan Nasih W. 2009. Ilmu
Kesuburan
Tanah.
Yogyakarta:
Kanisius.
Siburian, R. 2008. Pengaruh Konsentrasi dan
Waktu
Inkubasi
EM4
terhadap
Kualitas Kimia Kompos. Diakses 3
April
2010.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/pen
garuhlkp.pdf
SNI.
2004.
Standar
Kualitas
Kompos.
http://www.pu.go.id/balitbang/sni/AB
STRAKS/Cipta%
20Karya/PERSAMPAHAN/SPESIFI
KASI/SNI%2019-7030-2004.pdf.
Wahyuniati, E. 2002. Pengolahan Lumpur
(disampaikan pada Pelatihan Dasar
Teknologi Tepat Guna Pengolahan
Limbah
Cair).
Yogyakarta:
Pusteklim.
Wied, H A. 2004. Memproses Sampah.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Yuwono, D. 2009. Kompos. Jakarta: Penebar
Swadaya
Download