TRANSFORMASI TANAMAN PADI DENGAN GEN

advertisement
1
TRANSFORMASI TANAMAN PADI DENGAN GEN
OsDREB1A MELALUI Agrobacterium tumefaciens
MUHAMAD HUSNI MUBAROK
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Transformasi
Tanaman Padi dengan Gen OsDREB1A melalui Agrobacterium tumefaciens
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Penelitian ini
didanai oleh DIPA BB Biogen Tahun 2014. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Muhamad Husni Mubarok
NIM G84110006
4
ABSTRAK
MUHAMAD HUSNI MUBAROK. Transformasi Tanaman Padi dengan
Gen OsDREB1A melalui Agrobacterium tumefaciens. Dibimbing oleh DJAROT
SASONGKO HS. dan ALBERTA DINAR AMBARWATI.
Kekeringan, salinitas tinggi dan suhu rendah merupakan kendala abiotik
yang dapat menurunkan produktivitas padi. Penggunaan varietas toleran
kekeringan, salinitas tinggi dan suhu rendah merupakan alternatif yang tepat.
Perakitan tanaman padi toleran kekeringan, salinitas tinggi dan suhu rendah
dilakukan dengan transformasi gen OsDREB1A melalui Agrobacterium
tumefaciens. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan tanaman putatif transgenik
padi Nipponbare dan IR64 yang mengandung gen OsDREB1A. Dari 410 embrio
muda tanaman padi Nipponbare menghasilkan 40 (9,8%) tanaman putatif
transgenik. Dari 40 tanaman putatif transgenik 28 (70%) tanaman transgenik
positif mengandung gen OsDREB1A melalui analisis molekuler. Transformasi
gen OsDREB1A pada 440 embrio muda tanaman padi IR64 belum berhasil
mendapatkan tanaman putatif transgenik. Karakter agronomi menunjukkan bahwa
13 tanaman galur padi transgenik Nipponbare OsDREB1A generasi To
mempunyai jumlah malai yang lebih banyak dibandingkan Nipponbare yang tidak
mengandung OsDREB1A dan Nipponbare wild type yang ditumbuhkan dari biji.
Sedangkan 6 tanaman galur padi transgenik Nipponbare OsDREB1A (To)
mempunyai kisaran persentase gabah isi yang sama dengan Nipponbare wild type.
Kata kunci: analisis molekuler, gen OsDREB1A, padi, transformasi.
ABSTRACT
MUHAMAD HUSNI MUBAROK. Transformation of rice plants with the
gen OsDREB1A by Agrobacteruim tumefaciens. Supervised by DJAROT
SASONGKO HS. and ALBERTA DINAR AMBARWATI
Drought, high salinity, and low temperature are an abiotic constraints
which can reduce rice productivity. The use of varieties tolerant to drought, high
salinity and low temperature is an appropriate alternative. Development of rice
tolerant to drought, high salinity, and low temperature was conducted by
transforming OsDREB1A gene via Agrobacterium tumefaciens. This research
aimed to obtain transgenic rice of Nipponbare and IR64 which contained
OsDREB1A gene. Out of 410 immature embryos of Nipponbare obtained 40
(9,8%) transgenic putative plants, and 28 (70%) transgenic plants positively
contained OsDREB1A gene through molecular analysis. Transformation of
OsDREB1A gene on 440 immature embryos of IR64 had not obtain putative
transgenic plants. Agronomic characters showed that 13 plants of transgenic rice
Nipponbare OsDREB1A (To) had the number of panicles higher than Nipponbare
without OsDREB1A and Nipponbare wild type which was grew from seed. While
6 plants of transgenic rice Nipponbare OsDREB1A (To) had percentage of filled
grain in similar range to Nipponbare wild type
Key words: molecular analysis, OsDREB1A gene, rice, transformation.
5
TRANSFORMASI TANAMAN PADI DENGAN GEN
OsDREB1A MELALUI Agrobacterium tumefaciens
MUHAMAD HUSNI MUBAROK
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia
DEPERTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
6
8
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Transformasi
Tanaman Padi dengan Gen OsDREB1A melalui Agrobacterium tumefaciens”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Djarot Sasongko HS,
MS dan Ibu Dr A Dinar Ambarwati, MSc atas bimbingan, arahan berikut kritik
dan sarannya dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus juga penulis ucapkan
terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak H. Saparudin dan Ibu Hj. Ikoy
Rokoyah atas doa dan dorongan semangat untuk kesuksesan, kelancaran dan
kemudahan jalan hidup bagi penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr Tri Joko Santoso, Ibu Nur, Pak Heri, Kak Mira, Kak Dina serta
teman-teman dari biokimia 48 dengan kepedulian mereka sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna sehingga saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap
tulisan ini dapat berguna bagi penulis maupun semua pihak demi kemajuan ilmu
pengetahuan.
Bogor, 8 Oktober 2015
Muhamad Husni Mubarok
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR LAMPIRAN
ii
PENDAHULUAN
1
BAHAN DAN METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Metode Penelitian
2
HASIL
6
Transformasi Embrio Muda Padi
6
Amplikon Gen OsDREB1A Tanaman Putatif Transgenik Nipponbare
8
Karakter Agronomi Tanaman Padi Nip.OsDREB1A Generasi T0
9
PEMBAHASAN
12
Transformasi Embrio Muda Padi
12
Amplikon Gen OsDREB1A Tanaman
13
Karakter Agronomi Tanaman Padi Nip.OsDREB1A Generasi T0
14
SIMPULAN
14
SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
17
RIWAYAT HIDUP
20
ii
DAFTAR TABEL
1
Transformasi embrio muda padi varietas Nipponbare dengan
gen OsDREB1A melalui Agrobacteirum tumefaciens
6
2
Transformasi embrio muda padi varietas IR64 dengan gen
OsDREB1A melalui Agrobacteirum tumefaciens
6
3
Karakter agronomi padi transgenik Nipponbare OsDREB1A
dan non transgenik Nipponbare
9
DAFTAR GAMBAR
1
Induksi kalus dan regenerasi padi yang ditransformasi dengan
gen OsDREB1A melalui A. tumefaciens
7
2
Amplikon gen OsDREB1A
8
3
Distribusi jumlah malai tanaman padi transgenik Nipponbare T0
10
4
Distribusi panjang malai tanaman padi transgenik Nipponbare T0
11
5
Distribusi gabah isi tanaman padi transgenik Nipponbare T0
11
6
Distribusi gabah hampa tanaman padi transgenik Nipponbare T0
11
DAFTAR LAMPIRAN
1
Bagan alir penelitian
18
2
Komposisi media
19
1
PENDAHULUAN
Padi merupakan tanaman pangan utama bagi penduduk Indonesia,
sehingga produktivitasnya perlu ditingkatkan. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) diketahui bahwa produksi padi, khususnya di Jawa Barat
diramalkan mengalami penurunan 4.02% dibanding tahun 2014. Penurunan
ramalan produksi padi tahun 2015 lebih disebabkan penurunan ramalan luas
panen sebesar 6.47% (BPS 2015). Usaha untuk meningkatkan produktivitas padi
masih menghadapi banyak kendala, salah satunya adalah perubahan iklim.
Perubahan iklim dapat memberikan dampak yang cukup serius di antaranya
karena menyebabkan peningkatan suhu bumi, meluasnya area atau lahan yang
mengalami kekeringan sedangkan beberapa area lainnya terjadi genangan
(terendam banjir), serta meningkatnya salinitas pada lahan-lahan di sekitar pantai
akibat meluapnya air laut ke daratan dan naiknya permukaan air laut (Gorantla et
al. 2005). Hasil penelitian di rumah kaca menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan dapat menurunkan hasil padi rata-rata 52.3% (Samaullah dan Darajat
2001).
Kendala tersebut dapat diatasi dengan menanam varietas padi yang toleran
terhadap cekaman kekeringan, salinitas tinggi, dan suhu rendah. Perakitan varietas
padi toleran kekeringan dapat dilakukan melalui persilangan konvensional
maupun menggunakan teknologi transformasi genetik (Suardi et al. 2004).
Rekayasa genetik melalui teknik transformasi dapat diterapkan dalam perakitan
tanaman padi dengan sifat-sifat tertentu yang dikehendaki. Teknik transformasi
dapat dilakukan secara langsung misalnya dengan penembakan partikel,
elektroporasi, PEG (polyethylene glycol) maupun secara tidak langsung melalui
vektor Agrobacterium. Transformasi genetik dengan perantara Agrobacterium
tumefaciens merupakan salah satu teknik transformasi yang banyak dilakukan
oleh para peneliti pada tanaman padi dan telah berhasil dengan baik (Rahmawati
2006).
Bakteri A. tumefaciens merupakan mikroorganisme yang berperan untuk
membantu menyisipkan gen ke dalam genom tanaman, misalnya pada
transformasi tanaman padi dengan gen CBF/DREB1A dan ABF3 dari Arabidobsis
untuk toleransi terhadap cekaman abiotik (Oh et al. 2005). Gen Dehydration
Responsive Element Binding (DREB) merupakan faktor transkripsi spesifik
tanaman yang sangat penting peranannya dalam pengaturan respon tanaman dan
menginduksi gen-gen lain yang berhubungan dengan cekaman abiotik (Xiong &
Fei 2006). Hasil penelitian Dubouzet et al. (2003) menunjukkan bahwa over
ekspresi dari gen OsDREB1A yang berasal dari genom padi pada tanaman
Arabidopsis transgenik dapat menginduksi over-ekspresi gen target DREB1A, dan
menghasilkan tanaman Arabidopsis yang lebih toleran terhadap cekaman
kekeringan, salinitas tinggi, dan suhu rendah. Gen-gen berbasis DREB yang telah
diisolasi oleh Dubouzet et al. (2003) dari genom padi adalah OsDREB1A,
OsDREB1B, OsDREB1C, OsDREB1D, dan OsDREB2A. Tanaman padi
subspesies Japonica yang ditransfomasi dengan 35S::OsDREB1A memperlihatkan
lebih toleran terhadap kekeringan (Ito et al. 2006). Sedangkan pada tanaman padi
subspesies Indica belum berhasil ditransformasikan karena kemampuan regenerasi
setelah ditransformasi masih rendah. Dewi (2003) melaporkan bahwa kandungan
poliamin kalus padi subspesies indica lebih rendah dibandingkan dengan
2
subspesies japonica, sebaliknya kandungan ACC (1-aminosiklopropana-1karboksilat) dan aktivitas ACC oksidase padi subspesies indica lebih tinggi.
Diduga hal tersebut yang menyebabkan padi spesies indica lebih sulit
beregenerasi daripada japonica. Beberapa contoh varietas padi yang termasuk
dalam subspesies Japonica adalah Nipponbare, Taipei 309, dan contoh varietas
padi yang termasuk dalam subspesies Indica adalah IR64, IR8.
Diperolehnya tanaman transgenik padi yang mengandung gen OsDREB1A
dapat digunakan sebagai sumber plasma nutfah padi toleran terhadap kekeringan,
salinitas tinggi dan suhu rendah. Secara garis besar penelitian ini terdiri atas 3
tahapan utama, yaitu tahap persiapan eksplan tanaman padi dan biakan bakteri A.
tumefaciens, selanjutnya adalah transformasi, dan diakhiri dengan analisis
molekuler tanaman putatif transgenik hasil transformasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan tanaman transgenik padi Nipponbare atau IR64 yang
mengandung gen OsDREB1A.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
pada bulan Januari 2015 sampai September 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang diguanakan adalah kabinet ESCO laminar air flow model AHC4A1/LA2-4A1, pinset, sudip, kain penyaring, mikroskop, alat gelas, Lab-Line
shaker inkubator 3591-1, sentrifus berpendingin Hitachi Himac CF15R High
Speed Microcentrifuge, Vortex Genie 2, cawan Petri, perangkat spektrofotometer
CO 8000 Biowave Cell Densitymeter, mesin PCR Bio-Rad T100, pipet mikro
Gilson, Eppendorf AG Multipette Plus, perangkat elektroforesis gel agarosa
Mupid-exU, marker 1kb plus, dan ChemiDoc EQ Bio-Rad.
Bahan tanaman yang digunakan ialah padi varietas Nipponbare dan IR64.
Transformasi menggunakan bakteri A. tumefaciens pembawa konstruk gen
OsDREB1A. Bahan-bahan kultur in-vitro seperti media Murashige & Skoog (MS)
meliputi media A201, A202, A203, A204, A205 dan PM140 dengan pemberian
antibiotik kanamisin, rifampisin dan higromisin serta asetosiringon. Bahan-bahan
untuk analisis molekuler tanaman putatif transgenik menggunakan mix PCR
dengan primer 35S F (5’-CGCAAATGGGCGGTAGGCGTG-3’) dan primer
OsDREB1A R (5’-ACAGTCGACACTTGTTCCATCACATTACCGA-3’).
Metode Penelitian
Persiapan Tanaman untuk Sumber Eksplan (Apriana et al. 2013)
Padi dikecambahkan dengan cara disemai pada cawan Petri yang berisi
kertas saring yang sudah diberi air dan didiamkan hingga berkecambah.
3
Kecambah dipindahkan ke dalam pot berisi tanah/lumpur yang mengandung
pupuk di rumah kaca dan dipelihara secara optimal. Biji padi berumur 8-12 hari
setelah antesis digunakan sebagai sumber eksplan. Biji dikupas dan disterilkan
menggunakan alkohol 70% selama 10 detik dan direndam dalam 20% pemutih
komersial selama 5 menit. Setelah itu dicuci dengan akuades steril sebanyak 6
kali.
Persiapan Bakteri Agrobacterium tumefaciens (Apriana et al. 2013)
Vektor A. tumefaciens yang digunakan untuk transformasi berasal dari
koloni tunggal yang ditumbuhkan selama 1-2 hari di media LB cair. Dari suspensi
bakteri tersebut kemudian diambil 5 µL ke media LB cair 5 mL yang mengandung
antibiotik kanamisin 5 mg/L dan rifampisin 20 mg/L. Bakteri kemudian
diinkubasi pada suhu 28 oC dengan shaker selama 1-2 hari. Suspensi bakteri
diambil dengan ose dan dioleskan pada media AB padat yang mengandung
kanamisin 5 mg/L dan rifampisin 20 mg/L kemudian diinkubasi pada suhu 28oC
selama 3 hari. Sebelum digunakan untuk transformasi, bakteri dilarutkan dalam
media A200 cair dengan menambah asetosiringon 1M sebanyak 2 µL, kemudian
diukur OD600 dengan spektrofotometer. Kepadatan sel bakteri yang digunakan
untuk transformasi adalah mencapai OD600= 0.3 (0.9-1.5×109 sel/ml).
Transformasi Embrio Muda Padi (Hiei & Komari 2006)
Biji padi yang sudah disterilkan, diambil embrio mudanya dengan
menggunakan pinset. Eksplan diletakkan pada cawan Petri yang berisi media
A201. Transformasi dilakukan dengan cara eksplan embrio muda ditetesi suspensi
bakteri A. tumefaciens::pCAMBIA1301 yang telah disuspensikan dalam media
A200 cair dengan penambahan asetosiringon 1M sebanyak 2 µL. Kultur
diinkubasi di ruang gelap dengan suhu 25oC selama 7 hari. Plasmid pCAMBIA
1301 mengandung hptII (gen yang menyandi antibiotik higromisin) dan gen gus
(gen yang menyandikan enzim β-glucuronidase). Setelah 7 hari diinkubasi,
embrio muda berkecambah, kemudian kecambah dipotong/dihilangkan. Embrio
muda dikeringkan sebanyak 3 kali menggunakan kertas saring, kemudian
dipindahkan ke media seleksi (A203) dan diinkubasi selama 10 hari di ruang
terang pada suhu 28-30oC. Kalus yang tumbuh dipotong menjadi 4 bagian
kemudian dipindahkan ke media seleksi (A203) dan kultur diinkubasi selama 10
hari di ruang terang pada suhu 28-30oC. Kalus dipindahkan lagi ke media seleksi
(A203) dan diinkubasi selama 10 hari di ruang terang pada suhu 28-30oC. Media
seleksi A203 mengandung higromisin 30 mg/L. Untuk padi subspesies Indica
sebelum dipindahkan ke media seleksi, embrio perlu dipindahkan terlebih dahulu
ke media resting (A202).
Kalus yang berhasil lolos di media seleksi kemudian dipindahkan ke
media pre-regenerasi (A204) yang mengandung higromisin 30 mg/L dan
dikulturkan selama 10 hari. Kalus yang dapat tumbuh dimedia pre-regenerasi
(A204) kemudian dipindah ke media regenerasi (A205) yang mengandung
higromisin 30 mg/L dan dikulturkan hingga muncul tunas hijau. Tunas
dipindahkan ke media perakaran (PM140) yang mengandung higromisin 40 mg/L
selama beberapa hari sampai tanaman berakar. Tunas yang sudah berakar
4
diaklimatisasi dengan media air. Tanaman dengan perakaran yang kuat
dipindahkan ke pot berisi tanah berlumpur dan dipelihara di rumah kaca.
Analisis Molekuler Tanaman Putatif Transgenik
Isolasi DNA Padi (Doyle & Doyle 1990)
Sampel yang digunakan untuk isolasi adalah daun padi. Terlebih dahulu
daun padi dipanen dengan mengambil daun padi yang masih muda. Daun padi
kemudian dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf yang telah diberi label dan
ditempatkan didalam cool box. Daun padi selanjutnya digerus dengan nitrogen
cair supaya daun membeku, kemudian dihaluskan dengan menggerus daun dengan
sumpit didalam tabung tersebut. Daun yang sudah halus kemudian ditambah
dengan buffer CTAB 1000 µL. Buffer CTAB dengan kandungan garam yang
tinggi dapat memisahkan polisakarida dari dinding sel.
Tahap selanjutnya dilakukan proses inkubasi selama 15 menit didalam
penangas air dengan suhu 65oC. Tahapan ini dilakukan untuk mengoptimalkan
kerja buffer ekstrak yang ditambahkan ke dalam sampel. Sebanyak 100 µL Naasetat dan 1000 µL larutan Chisam ditambahkan ke dalam suspensi, selanjutnya
disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 12000 rpm. Na-asetat adalah
senyawa yang berikatan dengan debris sel dan protein sehingga membentuk
senyawa kompleks dengan CTAB-potassium asetat-protein-debris sel. Suspensi
bagian atas kemudian dipisahkan ke dalam tabung Eppendorf baru yang telah
diberi label. Selanjutnya ditambahkan Na-asetat sebanyak 1/10 dan isopropanol
sebanyak 2/3 dari rata-rata suspensi yang diambil dari hasil sentrifugasi.
Penambahan isopropanol berfungsi untuk pengendapan protein dan dilanjutkan
proses presipitasi DNA dengan menggunakan etanol yang berfungsi sebagai
penghilang debris.
Larutan kemudian disentrifus kembali dengan kecepatan 12000 rpm
selama 15 menit untuk mendapatkan DNA. Setelah itu dilakukan dekantasi dan
ditambahkan etanol 70% sebanyak 200 µL ke dalam tube. Suspensi kemudian
disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 12000 rpm. Supernatan hasil
sentrifus dibuang dan tube dikeringkan didalam oven 40oC selama ± 5 menit.
Setelah itu ditambahkan TE-RNAse sebanyak 50 µL ke dalam tube, selanjutnya
diinkubasi dengan suhu 37oC selama 30 menit didalam inkubator.
Amplifikasi DNA menggunakan PCR (Sambrook & Russell 1989)
DNA yang diperoleh selanjutnya diamplifikasi dengan menggunakan teknik PCR.
PCR dilakukan dengan total volume 10 µL yang terdiri atas 1 µL DNA cetakan, 5
µL Mix PCR Kappa 2G, 0,5 µL DMSO (dimethyl sulfoxide), 0,5 µL primer 35S F
(5’-CGCAAATGGGCGGTAGGCGTG-3’) dengan konsentrasi 5 µM, 0,5 µL
primer OsDREB1A R (5’-ACAGTCGACACTTGTTCCATCACATTACCGA-3’)
dengan konsentrasi 5 µM, dan 2,5 µL NF
Setiap reaksi dilakukan dalam tabung mikro 200 µL. Reaksi amplifikasi
dilakukan dengan program sebagai berikut: denaturasi awal pada suhu 95 ºC
selama 3 menit sebanyak 1 siklus, dilanjutkan dengan 35 siklus pada suhu 94 ºC
selama 1 menit, annealing (penempelan primer) pada suhu 55 ºC selama 1 menit,
dan extension (pemanjangan primer) pada suhu 72 oC selama 1 menit 30 detik.
Selanjutnya pemanjangan primer terakhir selama 15 menit pada suhu 72 oC.
5
Produk PCR (amplikon) kemudian dielektroforesis dengan menggunakan gel
agarosa 1%.
Elektroforesis Gel Agarosa (Sambrook & Russell 1989)
Gel agarosa 1% dibuat dengan melarutkan 0.2 g agarosa dengan 20 mL
buffer TAE 1x. Agarosa dipanaskan dengan microwave selama 1-2 menit.
Agarosa yang telah larut didinginkan dengan air mengalir hingga uap yang
dihasilkan hilang dan dituangkan ke cetakan agar. Gel agarosa yang memadat
dimasukkan ke dalam tangki elektroforesis yang telah diisi bufer TAE 1x. Produk
amplifikasi PCR sebanyak 5 µL ditambahkan dengan 1 µL gelRed dan dicampur.
Campuran tersebut dimasukkan ke dalam sumur gel. Marker yang digunakan
untuk melihat ukuran DNA yakni 1 kb plus ladder sebanyak 3 µL dicampur
dengan 1µL loading dye yang dicampur dengan gelRed. Tahap selanjutnya sampel
DNA dialiri arus dengan voltase 100 volt selama 25 menit dan gel agarosa
divisualisasi dengan UV Illuminator ChemiDoc EQ Biorad. Setelah divisualisasi
pita DNA yang dihasilkan dicek ukuran pasang basanya.
Pengamatan Karakter Agronomi Tanaman Padi Nipponbare-OsDREB1A
dan IR64-OsDREB1A generasi T0 (IRRI 1996)
Tanaman padi Nipponbare-OsDREB1A diamati penampilan fenotipiknya.
Parameter yang diamati di antaranya adalah (1) jumlah malai, (2) panjang malai,
(3) jumlah gabah isi, dan (4) jumlah gabah hampa. Hasilnya dibandingkan dengan
tipe Nipponbare wildtype
6
HASIL
Transformasi Embrio Muda Padi
Transformasi merupakan suatu teknik untuk mengintroduksi atau
menyisipkan fragmen DNA ke sel inang yang diinginkan. Gen OsDREB1A
disisipkan ke tanaman padi varietas Nipponbare dan IR64 menggunakan
transformasi melalui A. tumefaciens. Hasil transformasi pada kedua varietas padi
tersebut disajikan pada Tabel 1 dan 2. Transformasi dilakukan sebanyak tiga kali
untuk setiap varietas dengan jumlah eksplan yang berbeda setiap periodenya.
Transformasi padi varietas Nipponbare dilakukan pada 410 eksplan embrio muda
(Tabel 1). Seleksi kalus dilakukan sebanyak 3 kali pada media A203, dan
persentase kalus yang tahan sampai seleksi ketiga semakin berkurang, berturutturut dari 57.8%, 46.3% dan 45.1%. Transformasi menghasilkan 148 (36.1%)
kalus yang membentuk spot hijau dan dapat beregenerasi menghasilkan 40 (9.8%)
planlet/tanaman.
Transformasi padi varietas IR64 dilakukan pada 440 eksplan embrio muda
(Tabel 2). Seperti halnya transformasi pada Nipponbare, jumlah kalus yang tahan
sampai seleksi ketiga juga semakin berkurang, berturut-turut dari 43.2%, 42.7%
dan 40.9%. Transformasi menghasilkan 8 (1.8%) kalus dengan spot hijau, namun
belum dapat beregenerasi membentuk planlet.
Tabel 1 Transformasi embrio muda padi varietas Nipponbare dengan gen
OsDREB1A melalui Agrobacteirum tumefaciens
Jumlah kalus yang tahan
Jumlah
Jumlah kalus
pada media seleksi
kalus
beregenerasi
spot hijau
(bertunas)
1
2
3
1
125
62
60
55
2
170
128
100
100
131
40
3
115
47
30
30
17
237
190
185
148
40
410
Total
(57.8) (46.3) (45.1)
(36.1)
(9.8)
Angka dalam kurung menyatakan persentase terhadap jumlah eksplan
Transformasi
Jumlah
eksplan
Jumlah
planlet
40
40
(9.8)
Tabel 2 Transformasi embrio muda padi varietas IR64 dengan gen OsDREB1A
melalui Agrobacteirum tumefaciens
Transform
asi
1
2
3
Jumlah
eksplan
125
170
145
Jumlah
kalus
media
resting
Jumlah kalus yang
tahan pada media
seleksi
1
2
3
Jumlah
kalus
spot
hijau
80
70
69
69
80
50
50
50
57
70
69
69
8
217
190
188
180
8
Total
440
(49.3) (43.2) (42.7) (40.9)
(1.8)
Angka dalam kurung menyatakan persentase terhadap jumlah eksplan
Jumlah kalus
beregenerasi
(bertumas)
Jumlah
planlet
-
-
-
-
Proses transformasi pada tanaman padi dari berbagai tahapan yang
dilakukan ditunjukkan oleh Gambar 1 dengan waktu kurang lebih 3 bulan untuk
menghasilkan tunas. Gambar 1A menunjukkan eksplan embrio muda yang
tumbuh menghasilkan kecambah, sedangkan pada Gambar 1B kalus-kalus
7
embriogenik yang dapat tumbuh di media seleksi higromisin 30 mg/L. Gambar 1C
menunjukkan adanya spot hijau pada kalus embriogenik yang selanjutnya
menghasilkan tunas (Gambar 1D). Tunas dipindah ke media perakaran (Gambar
1E) dan menghasilkan tunas yang memiliki akar. Gambar 1F merupakan tanaman
padi saat aklimatisasi dalam media air sebelum ditanam dan dipelihara di rumah
kaca (Gambar 1G) hingga menghasilkan benih (Gambar 1H).
A
B
D
E
G
C
F
H
Gambar 1 Induksi kalus dan regenerasi padi yang ditransformasi dengan gen
OsDREB1A melalui A. tumefaciens. (A) Eksplan embrio muda di
media Ko-kultivasi (A201); (B) Kalus embriogenik di media seleksi
higromisin 30 mg/L (A203); (C) Embrio somatik di media Preregenerasi (A204) dengan higromisin 30 mg/L; (D) Regenerasi tunas
di media regenerasi (A205) dengan higromisin 30 mg/L; (E) Planlet
di media perakaran (PM140) dengan higromisin 40 mg/L; (F)
Aklimatisasi tanaman putatif transgenik di media air; (G)
Aklimatisasi tanaman putatif transgenik OsDREB1A di rumah kaca;
(H) Tanaman putatif transgenik yang sudah menghasilkan benih.
8
Amplikon Gen OsDREB1A Tanaman Putatif Transgenik Nipponbare
Semua (40) tanaman putatif transgenik Nipponbare dianalisis secara
molekuler menggunakan PCR dengan primer 35S F dan primer OsDREB1A R.
DNA padi hasil isolasi dilakukan amplifikasi dengan PCR sehingga menghasilkan
amplikon gen OsDREB1A yang selanjutnya dielektroforesis dan divisualisasikan
pada Gambar 2. Hasil menunjukkan bahwa dari 40 tanaman putatif transgenik
dihasilkan 28 (70%) tanaman yang positif mengandung gen OsDREB1A.
Tanaman yang positif mengandung gen OsDREB1A memiliki ukuran pita sebesar
1600 pb.
M P W 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
12000 pb
5000 pb
2000 pb
1650 pb
1600 pb
1000 pb
850 pb
650 pb
500 pb
400 pb
300 pb
200 pb
100 pb
M P W 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
12000 pb
5000 pb
2000 pb
1650 pb
1600 pb
1000 pb
850 pb
650 pb
500 pb
400 pb
300 pb
200 pb
100 pb
M
P
W
35 36
37 38
39
40
1600 pb
Gambar 2 Elektroforegram gen OsDREB1A pada 40 genotipe tanaman padi
sNipponbare putatif transgenik (T0) dengan menggunakan primer
35S F dan OsDREB1A R. M = Marker 1kb plus; P = Kontrol +
(Plasmid OsDREB1A); W = Kontrol – (DNA Nipponbare wild type); 140 = Nip.OsDREB1A
9
Karakter Agronomi Tanaman Padi Nip.OsDREB1A Generasi T0
Tanaman padi Nip.OsDREB1A tidak hanya dianalisis secara molekuler
tetapi juga diamati penampilan fenotipiknya di rumah kaca, yaitu karakter jumlah
malai, panjang malai (cm), serta persentase gabah isi dan gabah hampa per malai.
Selain itu juga dilakukan pengamatan untuk tanaman Nipponbare yang tidak
membawa gen OsDREB1A. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3. Sedangkan
distribusi kisaran jumlah malai, panjang malai, persentase gabah isi dan
persentase gabah hampa disajikan pada Gambar 3, 4, 5, dan 6.
Tabel 3 Karakter agronomi tanaman padi transgenik Nipponbare OsDREB1A dan
non transgenik Nipponbare
Panjang
% Gabah
∑Gabah
∑Gabah
Malai
Isi/
Isi/Malai Hampa/Malai
(cm)
Malai
% Gabah
Hampa/
Malai
Galur/Varietas
Jumlah
Malai
Nip.OsDREB1A 1
54
12.87
16.95
12.33
57.89
42.11
Nip.OsDREB1A 2
12
13.68
7.85
29.85
20.82
79.18
Nip.OsDREB1A 3
38
13.59
22.36
8.44
72.61
27.39
Nip.OsDREB1A 4
49
12.66
15.50
10.78
58.99
41.01
Nip.OsDREB1A 5
21
14.31
9.00
27.82
24.44
75.56
Nip.OsDREB1A 6
20
13.58
21.57
10.19
67.92
32.08
Nip.OsDREB1A 7
17
12.62
17.28
9.94
63.47
36.53
Nip.OsDREB1A 8
5
9.57
12.00
5.33
69.2
30.77
Nip.OsDREB1A 9
6
10.16
13.14
6.71
66.19
33.81
Nip.OsDREB1A 10
3
5.30
6.50
2.75
70.27
29.73
Nip.OsDREB1A 11
6
8.21
9.86
4.00
71.13
28.87
Nip.OsDREB1A 12
14
8.75
9.07
5.33
62.96
37.04
Nip.OsDREB1A 13
12
9.63
14.00
4.54
75.52
24.48
Nip.OsDREB1A 15
4
10.46
7.00
14.20
33.02
66.98
Nip.OsDREB1A 16
5
7.65
7.00
4.33
61.76
38.24
Nip.OsDREB1A 17
8
9.02
10.00
6.11
62.07
37.93
Nip.OsDREB1A 18
29
11.23
11.73
10.43
52.93
47.07
Nip.OsDREB1A 19
24
11.39
15.08
7.36
67.20
32.80
Nip.OsDREB1A 20
13
10.46
13.71
4.29
76.19
23.81
Nip.OsDREB1A 21
4
9.95
13.50
3.75
78.26
21.74
Nip.OsDREB1A 22
3
11.00
8.75
12.25
41.67
58.33
Nip.OsDREB1A 23
10
13.47
10.73
23.18
31.64
68.36
Nip.OsDREB1A 25
10
11.55
8.82
14.45
37.89
62.11
Nip.OsDREB1A 28
4
7.88
8.40
6.40
56.76
43.24
10
Lanjutan Tabel 3...
Jumlah
Malai
Panjang
Malai
(cm)
∑Gabah
Isi/Malai
∑Gabah
Hampa/
Malai
% Gabah
Isi/Malai
%
Gabah
Hampa/
Malai
Nip.OsDREB1A 29
4
8.48
7.40
7.40
50.00
50.00
Nip.OsDREB1A 30
14
11.49
13.07
10.67
55.06
44.94
Nip.OsDREB1A 31
5
8.60
9.33
4.17
69.14
30.86
Nip.OsDREB1A 33
2
7.80
7.67
4.00
65.71
34.29
Nip.(-)OsDREB1A
5
9.66
11.63
8.36
58.18
41.82
Nip.wild type
9
14-21
43.67
15.67
73.59
26.41
Galur/Varietas
Keterangan: Nip. OsDREB1A: Nipponbare positif mengandung gen OsDREB1A,
Nip.(-) OsDREB1A: Nipponbare tidak mengandung gen
OsDREB1A, Nip.wild type: Nipponbare tidak ditransformasi
(ditumbuhkan dari biji).
Secara umum dapat dilihat pada Tabel 3 terdapat 3 galur tanaman
Nipponbare generasi To yang mengandung gen OsDREB1A (Nip.OsDREB1A 1,
4 dan 28) mempunyai persentase gabah isi yang hampir sama (kisaran 56.76 –
58.99%) dengan Nipponbare yang tidak mengandung OsDREB1A (58.18%).
Enam belas (16) galur tanaman Nipponbare yang mengandung gen OsDREB1A
mempunyai persentase gabah isi yang lebih tinggi (kisaran 61.76 – 78.26%)
dibandingkan Nipponbare yang tidak mengandung gen OsDREB1A. Nipponbare
OsDREB1A 13, 20, dan 21 mempunyai persentase gabah isi yang lebih tinggi
dibandingkan Nipponbare wild type yang ditanam dari biji. Padi transgenik
Nipponbare OsDREB1A rata-rata mempunyai panjang malai 9 – 14.31 cm atau
dalam kisaran padi Nipponbare non transgenik.
 Nip.(-)OsDREB1A
 Nip.Wildtype
Gambar 3 Distribusi jumlah malai tanaman padi transgenik Nipponbare T0
11
 Nip.Wildtype
 Nip.(-)OsDREB1A
(cm)
Gambar 4 Distribusi panjang malai tanaman padi transgenik Nipponbare T0
 Nip.Wildtype
 Nip.(-)OsDREB1A
Gambar 5 Distribusi persentase gabah isi tanaman padi transgenik Nipponbare T0
 Nip.Wildtype
 Nip.(-)OsDREB1A
Gambar 6 Distribusi persentase gabah hampa tanaman padi transgenik
Nipponbare T0
12
Berdasarkan hasil distribusi jumlah malai tanaman padi transgenik
Nipponbare T0 diperoleh 17 tanaman yang memiliki jumlah malai berkisar 1-10
malai (Gambar 3), dua di antaranya adalah tanaman Nipponbare yang tidak
mengandung gen OsDREB1A dan Nipponbare wild type yang ditanam dari biji,
sedangkan 15 tanaman lainnya merupakan tanaman transgenik Nipponbare yang
mengandung gen OsDREB1A. Tiga belas tanaman Nip.OsDREB1A lainnya
terdapat pada kisaran jumlah malai yang bervariasi, yaitu pada kisaran 11-20
terdapat 7 tanaman, 21-30 terdapat 3 tanaman, dan 31-40; 41-50; 51-60 masingmasing terdapat 1 tanaman.
Hasil distribusi panjang malai tanaman padi transgenik Nipponbare T0
(Gambar 4) diperoleh 13 tanaman yang memiliki panjang malai pada kisaran 1-10
cm, 1 di antaranya merupakan tanaman Nipponbare yang tidak mengandung gen
OsDREB1A sedangkan tanaman lainnya merupakan tanaman Nip.OsDREB1A.
Tujuh belas tanaman lainnya berada pada kisaran panjang malai 11-20 cm, 1 di
antaranya merupakan tanaman Nipponbare wild type yang ditanam dari biji dan
16 tanaman lainnya merupakan tanaman Nip.OsDREB1A.
Hasil distribusi persen gabah isi tanaman padi Nipponbare T0 (Gambar 5)
diperoleh 6 tanaman Nip.OsDREB1A yang memiliki kisaran persen gabah isi
terbanyak yaitu 71-80%, tanaman Nipponbare wild type juga memiliki kisaran
persen gabah isi pada 71-80%. Sedangkan tanaman padi Nip.(-)OsDREB1A
berada pada kisaran 51-60%. Gambar 5 menunjukkan bahwa terdapat 16 tanaman
Nip.OsDREB1A yang memiliki kisaran persen gabah isi yang lebih besar
dibandingkan dengan kisaran Nip.(-)OsDREB1A.
Hasil distribusi persen gabah hampa tanaman padi Nipponbare T0
(Gambar 6) diperoleh 6 tanaman Nip.OsDREB1A yang memiliki kisaran gabah
hampa terkecil yaitu 21-30%, sama dengan Nipponbare wild type. Kisaran gabah
hampa terbesar 71-80% diperoleh 2 tanaman, yaitu Nip.OsDREB1A 2 dan 5.
Tanaman Nip.(-)OsDREB1A berada pada kisaran 41-50%.
PEMBAHASAN
Transformasi Embrio Muda Padi
Embrio muda padi diinduksi dalam media ko-kultivasi (A201) untuk
menghasilkan kalus sebagai bahan transfromasi (Gambar 1A). Kalus yang telah
ditransformasi dengan gen OsDREB1A dikulturkan di media seleksi (A203) yang
mengandung higromisin 30 mg/L. Kalus yang tidak tahan pada media seleksi
higromisin berubah warnanya menjadi coklat dan bersifat non embriogenik.
Kalus yang berwarna putih kekuningan merupakan kalus yang embriogenik dan
tahan terhadap higromisin (Gambar 1B) sehingga dapat berkembang. Selanjutnya
kalus tersebut dipindahkan ke media pre-regenerasi (A204) dan tumbuh
menghasilkan spot hijau (Gambar 1C). Kalus yang menghasilkan spot hijau
dipindah ke media regenerasi (A205) dan menghasilkan tunas (Gambar 1D).
Tunas hijau selanjutnya ditumbuhkan di media perakaran (PM140)
(Gambar 1E), yang masih mengandung higromisin 40 mg/L, sehingga diharapkan
tunas yang dapat lolos dan membentuk akar adalah planlet (tanaman) yang benarbenar terseleksi. Dalam penelitian ini terdapat dua macam planlet yang
berkembang, yaitu planlet yang berakar putih dan planlet yang berakar coklat.
13
Pada umumnya, planlet yang akarnya berwarna coklat akan mati. Planlet tersebut
kemungkinan berasal dari kalus yang tidak mengalami transformasi dan akhirnya
mati dalam media perakaran atau pada waktu aklimatisasi. Menurut Santosa et al.
(2011) planlet yang akarnya berwarna putih sebagian besar dapat hidup menjadi
tanaman, namun ada juga yang mati. Planlet yang memiliki akar kuat selanjutnya
diaklimatisasi di media air yang bertujuan agar tanaman dapat beradaptasi
sebelum nantinya ditumbuhkan di media tanah.
Transformasi pada varietas Nipponbare menghasilkan 40 (9.8%) tanaman
putatif transgenik dari 410 total eksplan yang ditransformasi, sedangkan pada
varietas IR64 tidak diperoleh tanaman transgenik tetapi hanya diperoleh kalus
spot hijau. Tranfromasi melalui A. tumefaciens pada padi subspesies Japonica
menunjukkan efisiensi transformasi lebih tinggi 10-20% (Saika et al. 2011;
Apriana et al. 2011) jika dibandingkan dengan subspesies Indica 2.5-10% (Hiei &
Komari 2006). Belum berhasilnya kalus spot hijau beregenerasi menjadi tunas
pada kalus IR64 dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Opabode (2006),
keberhasilan transformasi tanaman padi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
genotipe tanaman, komposisi media dan suhu lingkungan. Sedangkan menurut
Purnamaningsih (2006), daya regenerasi kalus membentuk tunas sangat
ditentukan oleh waktu pemindahan kalus ke media regenerasi.
Tanaman padi subspesies Japonica lebih responsif ditransformasi
dibandingkan padi subspesies Indica. Hasil tersebut sesuai dengan data yang
dilaporkan Purnamaningsih (2006) bahwa padi subspesies Japonica memiliki daya
regenerasi lebih tinggi dibandingkan padi subspesies Indica. Hal ini yang diduga
menyebabkan subspesies Japonica lebih responsif ditransformasi dibandingkan
padi subspesies Indica Menurut Apriana et al. (2013) keberhasilan transformasi
pada tanaman padi melalui A. tumefaciens dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
genotipe tanaman, strain Agrobacterium, kondisi infeksi dan ko-kultur, antibiotik
untuk eliminasi Agrobacterium, serta media induksi, ko-kultivasi dan regenerasi.
Amplikon Gen OsDREB1A Tanaman
Hasil amplifikasi PCR untuk semua sampel DNA padi putatif transgenik
Nipponbare menggunakan primer 35S F dan primer OsDREB1A R menunjukkan
bahwa sampel yang positif mengandung gen OsDREB1A menghasilkan fragmen
atau pita DNA berukuran 1600 pb (Gambar 2). Ukuran pita yang dihasilkan ini
sudah tepat, sesuai dengan ukuran pita yang dihasilkan oleh DNA Plasmid
OsDREB1A. Menurut Santosa (2011) gen OsDREB1A beserta promotor 35S
berukuran 1600 pb. Terdapat 28 tanaman padi transgenik yang positif membawa
gen OsDREB1A, hal ini ditunjukkan dengan pita DNA yang terbentuk berukuran
1600 pb, sedangkan 12 tanaman lainnya negatif karena tidak membawa gen
OsDREB1A dengan tidak terbentuknya pita DNA berukuran 1600 pb. Tidak
terbentuknya pita ini disebabkan oleh primer yang digunakan merupakan primer
spesifik gen 35S:OsDREB1A, sehingga jika pada sampel tidak terdapat gen
OsDREB1A maka primer tersebut tidak akan mengamplifikasi sampel dan tidak
akan terbentuk pita yang diinginkan. Penyebab lainnya dapat disebabkan pada
saat proses transformasi kalus tersebut tidak menyentuh media atau hanya
menyentuh media sebagian sehingga diperoleh kalus yang lolos dari tahap seleksi
(escape) padahal kalus tersebut tidak mengandung gen yang diinginkan sehingga
14
ketika dianalisis molekuler tidak didapatkan pita yang diinginkan. Tingginya
jumlah tanaman escape dapat disebabkan oleh sistem seleksi yang digunakan
kurang efektif, penyisipan gen yang tidak sempurna, atau gen yang ditransfer
tidak stabil terintegrasi di dalam genom tanaman dan hilang selama proses
pembelahan sel (Saini et al. 2003).
Karakter Agronomi Tanaman Padi Nip.OsDREB1A Generasi T0
Tanaman Nipponbare generasi T0 yang mengandung gen OsDREB1A
umumnya memiliki persentase gabah isi yang lebih tinggi dibandingkan
Nipponbare yang tidak mengandung gen OsDREB1A dan Nipponbare wild type
yang ditanam dari biji. Padi transgenik Nipponbare OsDREB1A rata-rata memiliki
panjang malai 9-14,21 cm atau dalam kisaran padi Nipponbare non transgenik.
Hal ini menunjukkan bahwa proses transformasi tanaman menyebabkan jaringan
tanaman mengalami cekaman selama periode infeksi Agrobacterium maupun
selama periode seleksi pada media kultur jaringan (Santosa 2011). Namun
demikian tanaman transgenik Nip.OsDREB1A menunjukkan karakter agronomi
yang sama dengan atau lebih baik dibandingkan dengan padi Nip.wild type.
Jumlah malai padi Nip.OsDREB1A memiliki kisaran jumlah malai yang lebih
besar dibandingkan dengan padi Nip.wild type. Panjang malai padi Nip.
OsDREB1A memiliki kisaran panjang malai yang sama dengan padi Nip.wild
type. Persentase gabah isi dan persentase gabah hampa padi Nip.OsDREB1A
memiliki persentase yang sama dengan persentase gabah isi dan hampa padi
Nip.wild type. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi transgenik generasi T0
memiliki karakter agronomi yang hampir sama dengan padi non transgenik.
SIMPULAN
Transformasi gen OsDREB1A melalui A. tumefaciens pada 410 embrio
muda tanaman padi Nipponbare menghasilkan 40 (9,8%) tanaman putatif
transgenik. Dari 40 tanaman putatif transgenik yang dianalisis molekuler
menghasilkan 28 (70%) tanaman transgenik Nipponbare positif mengandung gen
OsDREB1A. Transformasi gen OsDREB1A pada 440 embrio muda tanaman padi
IR64 belum berhasil mendapatkan tanaman putatif transgenik. Tiga belas (13)
tanaman padi transgenik Nipponbare OsDREB1A T0 mempunyai jumlah malai
yang lebih banyak dibandingkan Nipponbare yang tidak mengandung OsDREB1A
dan Nipponbare wild type yang ditumbuhkan dari biji, 16 tanaman berada pada
kisaran panjang malai yang sama dengan Nipponbare wild type dan 6 tanaman
dengan kisaran persentase gabah isi yang sama dengan Nipponbare wild type.
SARAN
Perlu dilakukan analisis ekspresi gen OsDREB1A pada tanaman padi
transgenik Nipponbare terhadap cekaman kekeringan, salinitas tinggi atau suhu
rendah, dan perlu dilakukan analisis stabilitas integrasi gen OsDREB1A.
15
DAFTAR PUSTAKA
Apriana A, Toto H, dan Ahmad D. 2013. Optimasi sistem regenerasi dan
transformasi padi varietas elit Indonesia. J. AgroBiogen. 9(1):1-10.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka
Ramalan II Tahun 2015). Bandung (ID): BPS.
Dewi IS. 2003. Peranan fisiologis poliamin dalam regenerasi tanaman pada kultur
antera padi (Oryza sativa). [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Doyle JJ, Doyle JL. 1990. Isolation of plant DNA from fresh tissue. Focus.
Moscow. 12(1):13-15.
Dubouzet JG, Sakuma YZY, Ito YY, Kasuga M, Dubouzet EG, Miura ZS, Seki
M, Shinozaki K, and Shinozaki KY. 2003. OsDREB genes in rice, Oryza
sativa L., encode transcription activators that function in drought-, high-,
salt- and cold-responsive gene expression. Plant 33:751-763.
Gorantla M et al. 2005. Functional genomics of drought stress response in rice:
Transcript mapping of annoted unigenes of an Indica rice (Oryza sativa L.
cv. Nagina 22). Current Science. 89:469-514.
Hiei Y, T Komari. 2006. Improved protocols for transformation of indica rice
mediated by Agrobacterium tumefaciens. Plant Cell. 85:271-283.
[IRRI] International Rive Research Institute. 1996. Standard Evaluation System of
Rive. 4th ed. Los Banos (PH): IRRI.
Ito Y, Katsura K, Maruyama K, Taiji T, Kobayashi M, Seki M, Shinozaki K, and
Yamaguchi SK. 2006. Fuctional analysis of rice DREB1A/CBF type
transcription factors involved in cold-responsive gene expression in
transgenic rice. Plant Physiology 47(1):141-163.
Oh SJ, Song SI, Kim YS, Jang HJ, Kim SY, Kim M, Kim YK, Nahm BH, and
Kim JK. 2005. Arabidopsis CBF3/DREB1A and ABF3 in transgenic rice
increased tolerance to abiotic stress without stunting growth. Plant
Physiology Preview 11 p.
Opabode JT. 2006. Agrobacterium-mediated transformation rapid growth and bio
assays with tobacco tissues cultures. Physiol plant. 1(1):12-20.
Purnamaningsih R. 2006. Induksi kalus dan optimasi regenerasi empat varietas
padi melalui kultur in vitro. Jurnal AgroBiogen. 2(2):74-80.
Rahmawati S. 2006. Status perkembangan perbaikan sifat genetik padi
menggunakan transformasi Agrobacterium. Jurnal AgroBiogen. 2(1):3644.
Saika H, W Sakamoto, M Maekawa, S Toki. 2011. Highly efficient visual
selection of transgenic rice plants using green flourescent protein or
anthocyanin synthetic genes. Plant Biotechnol. 28:107-110.
Saini R, Jaiwal S, Jaiwal PK. 2003. Stable genetic transformation of Vigna mungo
L. Hepper via Agrobacterium tumefaciens. Plant Cell Rep. 21:851-859.
Samullah, M.Y. dan A.A. Darajat. 2001. Toleransi beberapa genotipe padi gogo
terhadap cekaman kekeringan. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 20
(1):17-23.
Sambrook J, DW Russell. 1989. Molecular Cloning: A Laboratory Manual. Edisi
3. New York (US): Coldspring Harbor Laboratory Press.
16
Santosa B, Sobir, Sriani S, Kurniawan RT. 2011. Penyisipan gen OsDREB1A
pada tanaman padi untuk regenerasi sifat toleran kekeringan. Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan. 30(2):95-100.
Suardi D, Silitonga, N Abdullah, Suhartini. 2004. Evaluasi spesies padi liar
toleran kekeringan. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 23(1):23-27.
Xiong YW, Fei SZ. 2006. Fuctional and phylogenetic analysis of a DREB/CBF
like gene in Perennial ryegrass (Lolium Perenne L.) Planta 224:878-888.
17
LAMPIRAN
18
Lampiran 1 Bagan alir penelitian
TAHAP PERSIAPAN
Persiapan eksplan ( Nipponbare &
IR64 )
Persiapan bakteri A. tumefaciens
TRANSFORMASI
Ko-kultivasi
Resting
Seleksi
Pre-regenerasi
Regenerasi
Aklimatisasi
ANALISIS MOLEKULER TANAMAN PUTATIF TRANSGENIK
Isolasi DNA (Doyle
& Doyle 1990)
Amplifikasi DNA dengan
PCR (Sambrook & Russell
1989)
Elektroforesis gel agarosa
(Sambrook & Russell
1989)
TANAMAN TRANSGENIK
PENGAMATAN KARAKTER AGRONOMI
Jumlah malai
Panjang malai
Gabah isi
Gabah hampa
19
Lampiran 2 Komposisi media
Media
Komposisi
A200
AA salt macro, AA salt micro, AA iron, B5 vitamin
A201
N6 makro 1, N6 makro 2, N6 makro 3, N6 makro 4, B5 minor 1, B5 minor
2, B5 minor 3, B5 minor 4, B5 vitamin
A202
N6 makro 1, N6 makro 2, N6 makro 3, N6 makro 4, B5 minor 1, B5 minor
2, B5 minor 3, B5 minor 4, B5 vitamin
A203
N6 makro 1, N6 makro 2, N6 makro 3, N6 makro 4, B5 minor 1, B5 minor
2, B5 minor 3, B5 minor 4, B5 vitamin
A204
A205
PM140
Makro 1, Makro 2, Makro 3, Makro 4, Vitamin B5, Fe-EDTA
MS1, MS2, MS3, MS4, Vitamin B5, Fe-EDTA
MS1, MS2, MS3, MS4, Vitamin B5, Fe-EDTA
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 Maret 1994 dari ayah H.
Saparudin dan ibu Hj. Ikoy Rokoyah. Penulis merupakan anak kesembilan dari 9
bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Insan Kamil Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Insitut Pertanian Bogor (IPB) dan di
terima di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Beberapa kegiatan nonakademik diikuti penulis selama masa perkuliahan,
diantaranya anggota Divisi Keilmuan Biologi Molekuler di Himpunan Profesi
CREBs periode 2012-2013, ketua Divisi Keilmuan Metabolisme periode 20132014, serta beberapa kegiatan kepanitiaan lainnya. Penulis pernah melaksanakan
kegiatan Praktek Lapang (PL) di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), pada bulan JuliAgustus 2014 dengan Judul Amplifikasi Gen eui (Elongated Uppermost
Internode) dari cDNA Padi dan Kloning ke pGEM-T Easy.
Download