BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Strategi Strategi, menurut Chandler dalam Rangkuti (2005: 4), adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan menurut Reksohadiprodjo (2003: 1) strategi adalah pola tindak manajemen untuk mencapai tujuan badan usaha. Dari pengertian diatas maka strategi dapat diartikan sebagai hal-hal yang dilakukan suatu perusahaan atau lembaga untuk mencapai tujuan dari perusahaan atau lembaga tersebut. Menurut Rangkuti (2005: 5) suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Strategi dapat berjalan apabila terdapat sesuatu yang mengatur strategi tersebut, yang biasanya disebut dengan manajemen strategi. Menurut Nawawi (2005: 148) manajemen strategik adalah usaha manajerial menumbuhkembangkan 10 kekuatan organisasi untuk 11 mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan. Sedangkan Hunger dan Wheelen (2004: 4) menjelaskan pengertian Manajemen Strategis sebagai berikut. Manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengalaman lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan. Reksohadiprodjo (2003: 1) mengatakan manajemen strategi merupakan upaya untuk mengelola strategi suatu bisnis agar tercapai tujuan bisnis. Pengelolaan strategi mencakup formulasi, implementasi serta evaluasi dan pengendalian strategi. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi adalah usaha suatu perusahaan atau lembaga untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara menganalisis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (formulasi), implementasi strategi, dan evaluasi serta pengendalian strategi. Dalam Hunger dan Wheelen (2004: 9-11) proses manajemen strategis meliputi empat elemen dasar : (1) pengamatan lingkungan, (2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi, dan (4) evaluasi dan pengendalian. 12 Pengamatan lingkungan Perumusan Strategi Implementasi strategi Evaluasi dan pengendalian Gambar. 1 Elemen-elemen Dasar dari Proses Manajemen Strategis Menurut Yoeti (2005: 27) dalam melakukan penyusunan strategi komponen pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan analisis situasi (situation anaysis) yang dalam hal ini dapat dibagi atas dua bagian penting, masing-masing yaitu analisis lingkungan (environtment analysis) dan analisis sumber daya (resource analysis). Analisis lingkungan biasanya dapat diikuti dengan suatu analisis yang dilakukan terhadap sumber daya organisasi pariwisata yang terdapat dalan suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) tertentu. Analisis sumber daya bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi sumber daya utama, terutama mengenai kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) organisasi atau lembaga tersebut. Dalam menganalisis manajemen strategi terlebih dahulu diperlukan adanya analisis faktor lingkungan, yang terdiri dari analisis faktor lingkungan internal dan analisis faktor lingkungan eksternal. Dimensi internal dalam manajemen strategi adalah kondisi organisasi pada saat sekarang berupa kekuatan dan kelemahan yang harus diketahui secara tepat untuk merumuskan rencana strategi yang berjangka panjang. Kondisi internal tersebut perlu dianalisis untuk diketahui keadaannya 13 secara tepat. Faktor lingkungan internal antara lain tentang Sumber Daya Manusia (SDM) dari segi kuantitatif dan kualitatif, teknologi termasuk sarana dan prasarana, sistem penganggaran dan prediksi anggaran yang tersedia, sikap dan komitmen manajemen puncak dan lain-lain. Sedangkan dimensi lingkungan eksternal pada dasarnya merupakan analisis terhadap lingkungan sekitar organisasi yang mencakup lingkungan operasional, lingkungan nasional dan lingkungan global (internasional), yang mencakup berbagai aspek atau kondisi seperti kondisi sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, kependukukan, kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi, adat istiadat, agama dan lain-lain (Nawawi, 2005: 157-158). Dalam bukunya Reksohadiprodjo (2003: 9-10) mengatakan bahwa manajemen strategi diakui merupakan sarana keberhasilan suatu badan usaha. Manfaat manajemen strategi cukup banyak seperti berikut: 1. Mencegah timbulnya masalah karena segala sesuatu direncana dan dilaksanakan secara sistematis dan konsisten serta runtut; 2. Merupakan hasil kerja; 3. Melibatkan berbagai pihak terkait sehingga ada partisipasi sesama anggota dan ini menimbulkan; 4. Pengertian bersama dan bila terjadi perubahan; 5. Para anggota akan dapat dengan segera menyesuaikan diri karena memang masing-masing telah menghayati segala yang dibicarakan bersama. Bagaimanapun juga manajemen strategi mempunyai resiko, seperti: (1) pembentukannya memerlukan waktu dan dana yang cukup besar; (2) kemungkinan timbul ketidakpedulian dari pihak yang tidak dilibatkan; 14 dan (3) memerlukan pelatihan agar pihak-pihak dapat mengantisipasi masalah yang akan muncul dan ini mahal (Reksohadiprodjo, 2003: 10). Umar (2010: 17-18) mengemukakan dalam manajemen strategi, sebuah organisasi pada umumnya mempunyai tiga level atau tingkatan, yaitu: 1. 2. 3. Strategi koorporasi Strategi ini menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis dan lini produk untuk mencapai keseimbangan portofolio produk dan jasa. Strategi bisnis Strategi ini biasanya dikembangkan pada level divisi dan menekankan pada perbaikan posisi persaingan produk barang atau jasa perusahaan dalam industrinya atau segmen pasar yang dilayani oleh divisi tersebut. Strategi bisnis umumnya menekankan pada peningkatan laba produksi dan penjualan. Strtategi fungsional Strategi ini menekankan terutama pada pemaksimalan sumber daya produktivitas. Dalam batasan oleh perusahaan dan strategi bisnis yang berada di sekitar mereka, departemen fungsional seperti fungsi-fungsi pemasaran, Sumber daya Manusia, keuangan, produksi-operasi mengembangkan strategi untuk mengumpulkan bersama-sama berbagai aktivitas dan kompetensi mereka guna meningkatkan kinerja perusahaan. Strategi pada tingkat korporasi dirumuskan dan ditetapkan oleh kelompok orang yang menduduki jabatan manajemen puncak. Strategi yang dirumuskan mencakup semua kegiatan organisasi. Strategi bisnis dirumuskan dan ditetapkan para manajer yang diberi tugas dan tanggung jawab oleh manajer puncak untuk mengelola bisnis yang bersangkutan. Cakupan strategi pada tingkat bisnis hanya menyangkut bisnis yang 15 bersangkutan tetapi dengan segala aspeknya. Sedangkan strategi pada tingkat fungsional hanya bertanggung jawab untuk merumuskan dan menetapkan strategi yang menyangkut bidang fungsional tertentu dari satu bidang. Menurut Siagian (2005: 207) strategi bidang fungsional contohnya adalah memberikan perhatian utama pada bidang-bidang fungsional yang penting, seperti pemasaran, keuangan, produksi, penelitian dan pengembangan serta sumber daya manusia. Strategi pada bidang meningkatkan minat pengunjung termasuk dalam strategi fungsional. Hal ini dikarenakan strategi tersebut hanya menyangkut satu bidang dan menekankan terutama pada pemaksimalan sumber daya produktivitas. Pegembangan sumber daya manusia menjadi salah satu aspek utama dalam strategi meningkatkan pengunjung karena strategi tersebut dimulai pada pihak intern terlebih dahulu. Agar strategi perusahaan atau organisasi disusun secara efektif, maka diperlukan adanya informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berkaitan dengan kondisi dan situasi perusahaan atau organisasi tersebut. Salah satu metode untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan atau organisasi adalah analisis SWOT. Rangkuti (2005: 18-19) berpendapat definisi Analisis SWOT adalah sebagai berikut. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk memutuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan 16 dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pegambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Matrik SWOT menggambarkan bagaimana manajemen dapat mencocokan peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi dalam suatu perusahaan tertentu dengan kekuatan dan kelemahan internalnya, untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif strategi (Hunger dan Wheelen, 2004: 232). FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5-10 faktor peluang internal TREATHS (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal STRENGTHS (S) Tentukan 5-10 faktorfaktor kekuatan internal WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktorfaktor kelemahan internal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan an menghindari ancaman Gambar. 2 Matriks Analisis SWOT (Rangkuti, 2005: 31-32) 1. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. 17 3. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT Strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Menurut Hunger dan Wheelen (2004: 113), terdapat beberapa variabel lingkungan yang mempengaruhi bagaimana manajemen strategi dilakukan, yaitu: a. b. c. d. Kekuatan ekonomi. Mengatur pertukaran material, uang, energi, dan informasi; Kekuatan tekonologi. Menghasilkan penemuan pemecahan masalah; Kekuatan hukum politik. Mengalokasikan kekuasaan dan menyediakan pemaksaan dan perlindungan hukum dan aturanaturan; dan Kekuatan sosiokuktural. Mengatur nilai-nilai, adat istiadat dan kebiasaan lingkungan. Dalam menganalisis sebuah manajemen strategi, diperlukan adanya empat elemen dasar proses manajemen strategi yang meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi dan pengendalian strategi (Hunger dan Wheelen, 2004: 9-11). Untuk menganalisis strategi Museum Perjuangan dalam menarik pengunjung museum akan dijabarkan terlebih dahulu mengenai pengamatan lingkungan. Lingkungan tersebut terdiri dari dimensi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Menurut Nawawi (2005: 18 157-158) faktor lingkungan internal antara lain SDM, teknologi, sarana dan prasarana, sistem penganggaran (Sumber Daya Keuangan), sikap dan komitmen manajemen puncak dan lain-lain (budaya organisasi). Sedangkan dimensi lingkungan eksternal mencakup berbagai aspek atau kondisi seperti kondisi sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, kependukukan, kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi, adat istiadat, agama dan lain-lain. Hal tersebut menjadi acuan untuk mencari tahu tentang faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh Museum Perjuangan. Perumusan strategi akan dibahas sesuai yang dijelaskan oleh Rangkuti (2005: 31-32) yaitu dengan menggunakan matriks analisis SWOT. Akan dicari apa saja kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh Museum Perjuangan. Setelah itu akan tersusun suatu strategi yang bisa digunakan Museum Perjuangan dalam menarik minat pengunjung museum. 2. Museum Pengertian Museum menurut Direktorat Museum (2007: 1) adalah sebagai berikut. Museum merupakan suatu badan tetap, tidak tergantung kepada siapa pemiliknya melainkan harus tetap ada. Museum bukan hanya merupakan tempat kesenangan, tetapi juga untuk kepentingan studi dan penelitian. Museum terbuka untuk umum dan kehadiran serta fungsi-fungsi museum adalah untuk kepentingan dan kemajuan masyarakat. Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, 19 melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefakartefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. Sedangkan Museum menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa (Rahardjo, 2011: 161). Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa museum adalah badan atau lembaga untuk mengumpulkan, menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan benda-benda hasil budaya manusia serta melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. Museum mempunyai beberapa fungsi. Bila mengacu kepada hasil musyawarah umum ke-11 (11th General Assembley) International Council of Museum (ICOM) pada tanggal 14 Juni 1974 di Denmark dalam Direktorat Museum (2007: 1) dapat dikemukakan sembilan fungsi museum sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya. Dokumentasi dan penelitian ilmiah. Konservasi dan preservasi. Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum. Pengenalan dan penghayatan kesenian. Pengenalan kebudayaan antar-daerah dan antar-bangsa. Visualisai warisan alam dan budaya. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia. 20 9. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembangunan Museum mempunyai beberapa tujuan. Tujuan museum menurut Kotler & Kotler dalam Rahardjo (2011: 161) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Meningkatkan jumlah pengunjung Membangun keanggotaan Memperbanyak koleksi yang relevan Merancang pameran dan program yang dapat menarik pengunjung dari berbagai kelompok masyarakat. Memperluas jangkauan fungsi pendidikan Mengembangkan fasilitas Meningkatkan pelayanan kepada pengunjung Menignkatkan bantuan dana Menghilangkan defisit operasional Museum mempunyai jenis yang berbeda-beda. Terdapat beberapa jenis museum yang dapat diketahui. Jenis museum diklasifikasikan menurut: 1. 2. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua jenis : a. Museum Umum, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. b. Museum Khusus, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Jenis museum berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis : a. Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional. b. Museum Propinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada. 21 c. Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada. (Mohammad Zakaria. (2011). Pengertian, Fungsi dan Jenis-Jenis Museum. http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2011/08/museum-diindonesia.html diakses pada tanggal 28 oktober pukul 23.50) Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Museum Perjuangan jika dilihat dari koleksi yang dimiliki merupakan Museum khusus, karena Museum Perjuangan koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi, yaitu perjuangan Indonesia. Dan Museum tersebut juga merupakan Museum Nasional karena koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional yaitu mewakili bukti perjuangan bangsa Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 museum memiliki tugas menyimpan, merawat, mengamankan dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya. Dengan demikian museum memiliki dua fungsi besar yaitu : 1. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan kegiatan sebagai berikut : a. Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi. 22 b. Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi. c. Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia. 2. Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian. a. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya. Dewasa ini terjadi permasalahan-permasalahan dalam dunia permuseuman. Beberapa permasalahan museum menurut Rahardjo (2011: 159-160) antara lain: 1. Museum terancam ditinggalkan oleh pengunjungnya karena pusat-pusat kegiatan untuk mengisi waktu luang semakin bervariasi, sementara itu museum yang ada tidak dapat mengikuti perkembangan tuntutan komsumen. 2. Apresiasi pengunjung terhadap koleksi museum yag dipamerkan tidak menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Penataan koleksi dianggap membosankan karena bersifat statis. 3. Pengelola museum terkesan kurang antusias dalam menjalankan profesinya sehingga pengunjung tidak dapat memperoleh kesan yang mendalam atau mendapat pengetahuan baru ketika mengunjungi museum. 4. Bangunan untuk museum kurang terawat, fasilitas umum kurang diperhatikan dan koleksi kurang ditampilkan dengan menarik sehingga museum terkesan seperti gudang yang justru membuat calon pengunjung enggan untuk mendatangi museum. 23 3. Pariwisata Pengertian Pariwisata menurut Profesor K Krapt dalam Yoeti (1996: 112) adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan dari perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan orang asing itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara. Sedangkan Suwantoro (2004: 3) mendefinisikan pariwisata sebagai berikut. Pariwisata yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dapat diartikan juga sebagai suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan anatara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui seuatu. Menurut UU No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan Pemerintah daerah. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pariwisata adalah suatu proses kepergian seseorang atau lebih menuju tempat lain yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan Pemerintah daerah serta tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara. Orang yang melakukan kegiatan pariwisata disebut dengan wisatawan. 24 Menurut The International Union of Official Travel Organization ( IUOTO ) dalam Suwantoro (2004: 4) wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata dengan waktu tinggalnya sekurang kurangnya 24 jam di daerah atau negara lain, jika waktu wisata kurang dari 24 jam maka dapat disebut dengan Pelancong. Dalam Inpres No. 9 Tahun 1969 dijelaskan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungan itu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata yang bersifat sementara dan menikmati perjalanan dari kunjungan itu. Dalam buku Pengantar Ilmu Pariwisata karya Oka A. Yoeti (1985: 164) menjelaskan bahwa aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata, yaitu: 1. Wisatawan (tourist) Harus terlebih dahulu melalui penelitian, karakteristik wisatawan yang diharapkan datang, dari negara mana saja mereka datang, musim kunjungan, pola perjalanan, keadaan sosioal ekonomi, motivasi dan lamanya pengunjung tinggal. 2. Pengangkutan (transportation) Melakukan penelitian terlebih dahulu tentang bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia atau yang dapat digunakan untuk membawa wisatawan ke daerah wisata yang dituju. Selain itu, bagaimana transportasi lokal yang digunakan untuk menuju daya tarik wisata yan dikunjungi. 3. Daya tarik wisata yang akan dijual harus memenuhi tiga syarat agar memberikan kepuasan kepada wisatawan antara lain: apa yang dilihat (something to see), apa yang dapat dilakukan (something to do), dan apa yang dapat dibeli (something to buy). 4. Fasilitas pelayanan (service facilities) Fasilitas apa saja yang tersedia di daerah tujuan wisata tersebut, seperti bagaimana akomodasi yang ada, restoran, dan pelayanan. 25 5. Informasi dan promosi Calon wisatawan perlu memperoleh informasi tentang daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, untuk itu perlu dipikirkan cara-cara publikasi atau promosi akan dilakukan. Spillane (1987: 29-31) membedakan jenis pariwisata menjadi sebagai berikut : 1. Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, atau bahkan untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota. 2. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya. 3. Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat daerah lain, selain itu untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusatpusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain. 4. Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism) Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori : a. Big Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, World Cup, dan lain-lain. b. Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, dan lain-lain. 5. Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism) Perjalanan usaha ini adalah bentuk professional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan. 6. Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism) 26 Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara. Berdasarkan jenis pariwisata menurut Spillane, Museum Perjuangan termasuk pariwisata untuk Kebudayaan. Kegiatan pariwisata tersebut dilakukan karena untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik dan sebagainya. B. Penelitian Yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Wiwin (2011) berjudul “Strategi Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli”. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang strategi untuk meningkatkan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi optimal. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara mendalam (indepth interview), penyebaran angket (questioner) dan studi kepustakaan. Hasil penelitian tersebut adalah dalam operasional pengelolaannya, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah melaksanakan berbagai program kerja sesuai dengan fungsi dan wewenang yang diamanatkan dalam Pasal 5 Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun 2007. Program kerja yang telah dirumuskan dan 27 dilaksanakan oleh pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur selama ini sesuai dengan fungsi dan wewenangnya dalam operasional pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai tempat reservasi, konservasi, koleksi dan edukasi tentang kegunungapian, serta sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Bangli. Penelitian tersebut dapat menjadi acuan peneliti terkait dengan strategi Museum Perjuangan dalam menarik minat pengunjung Museum. Dari penelitian tersebut bisa diketahui bagaimana cara pengelolaan Museum, faktor-faktor pendorong dan penghambat upaya meningkatkan pengelolaan Museum Perjuangan sebagai daya tarik wisata dan strategi apa yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan Museum melalui analisis SWOT. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Fickyana Setyaratih (2013) berjudul “Peran Pemerintah Yogyakarta dalam Mengembangkan Potensi Wisata Museum (Studi kasus Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta)” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam peran pemerintah dalam mengembangkan potensi wisata museum di Yogyakarta sehinggap dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian tersebut adalah peran pemeritah dalam mengembangkan potensi wisata museum adalah dengan cara penyediaan 28 fasilitas dan kerja sama dengan tahap-tahan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian dan evaluasi. Hambatan-hambatan dalam pengembangan wisata museum di Yogyakarta diatasi melalui pelatihan dan workshop, promosi dan menyusun buku standarisasi. Relevansi dalam penelitian ini adalah bagaimana cara mengelola potensi wisata museum agar menarik pengunjung. C. Kerangka Pikir Kerangka berpikir dari penelitian ini dimulai dari pengkajian tentang permasalahan yang terjadi pada permuseuman di Indonesia pada umumnya dan di Museum Perjuangan pada khususnya. Permasalahan dalam dunia permuseuman tersebut antara lain rendahnya minat pengunjung museum, tampilan museum yang kurang menarik dan sering dipandang sebagai tempat yang membosankan, anggapan masyarakat bahwa museum bukan sebagai tempat wisata yang menyenangkan, peran museum yang belum bisa dioptimalkan secara baik dan minimnya fasilitas yang diberikan dari museum dan kesadaran masyarakat terhadap makna museum masih rendah. Menghadapi permasalahan tersebut, akan dicari tahu melalui pengunjung museum tentang apa yang sebenarnya diinginkan oleh para pengunjung museum dan harapan dari pengunjung agar pengunjung tersebut untuk mengunjungi Museum Perjuangan. Kemudian dari pihak Museum, peneliti akan mencari tahu tentang usaha-usaha yang telah dilakukan dalam upayanya menarik pengunjung. Melalui kedua tahap tersebut akan didapatkan usaha 29 yang telah dilakukan Museum Perjuangan dalam menarik minat pengunjung agar berkunjung ke Museum Perjuangan. Dalam menganalisis sebuah manajemen strategi, diperlukan adanya empat elemen dasar proses manajemen strategi yang meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi dan pengendalian strategi (Hunger dan Wheelen, 2004: 9-11). Untuk menganalisis strategi Museum Perjuangan dalam menarik pengunjung Museum akan dijabarkan terlebih dahulu mengenai pengamatan lingkungan. Lingkungan tersebut terdiri dari dimensi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Nawawi (2005: 157-158) menyebutkan faktor lingkungan internal antara lain SDM, teknologi, sarana dan prasarana, sistem penganggaran (Sumber Daya Keuangan), sikap dan komitmen manajemen puncak dan lain-lain (budaya organisasi). Sedangkan dimensi lingkungan eksternal mencakup berbagai aspek atau kondisi seperti kondisi sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, kependudukan, kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi, adat istiadat, agama dan lain-lain. Setelah itu akan dilakukan analisis SWOT yang meliputi kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang yang dimiliki oleh Museum Perjuangan untuk merumuskan sebuah strategi. Dari analisis SWOT tersebut bisa dihasilkan suatu strategi yang bisa diterapkan oleh Museum Perjuangan dalam menarik minat pengunjung museum. Setelah itu akan dibahas bagaimana evaluasi yang selama ini telah dilakukan oleh Museum Perjuangan agar bisa terjadi perubahan yang lebih baik dalam usaha menarik pengunjung untuk berkunjung ke Museum Perjuangan. 30 Dari kerangka pikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Permasalahan Museum Perjuangan Pengunjung (masyarakat) Pengelola Museum Usaha peningkatan minat pengunjung Pengamatan Lingkungan Analisis SWOT Strategi peningkatan minat pengunjung Meningkatnya Pengunjung Museum Gambar 3. Kerangka Pikir D. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki Museum Perjuangan? 31 2. Apa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Museum Perjuangan? 3. Bagaimana perumusan strategi yang dilakukan Museum Perjuangan dalam menarik minat pengunjung? 4. Bagaimana strategi yang dilakukan Museum Perjuangan dalam menarik minat pengunjung? 5. Bagaimana evaluasi strategi yang dilaksanakan?