laporan persiapan penelitian

advertisement
frekuensi penerbangan 5 kali dalam seminggu oleh maskapai penerbangan Trans
Nusa dan 10 kali seminggu oleh maskapai Susi Air. Bandara ini menjadi salah satu
alternatif transportasi antara Kabupaten Lembata dengan Kota Kupang (ibu kota
Provinsi NTT) dengan lama waktu tempuh kurang dari 45 menit. Statistik Perhubungan
(2012) mencatat 616 kunjungan dengan jumlah kedatangan mencapai 6.255 orang dan
keberangkatan 6.509 orang pada tahun 2011, dimana saat itu penumpang hanya
terlayani oleh maskapai Susi Air. Sejak awal tahun 2013, maskapai Trans Nusa telah
membuka rute penerbangan Kupang-Lewoleba dengan 5 kali penerbangan setiap
minggu. Pesawat berkapasitas 50 penumpang milik Trans Nusa ini mencatat rata-rata
kursi terisi 87,12% kursi terisi setiap kali penerbangan.
1.4.3. Prasarana air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan utama penduduk untuk keperluan minum dan
kebutuhan sehari-hari. Pada tahun 2011 produksi air minum di Kabupaten Lembata
mencapai 408.051 m3.. Dari jumlah tersebut yang terjual sebanyak 216.695 m3 kepada
1.624 pelanggan dengan banyaknya pemakaian 16.903 sehingga nilai pemakaian
menjadi Rp. 32.389.000,-. Air yang disediakan PDAM Kabupaten Lembata ini baru
menjangkau beberapa kelurahan di Kecamatan Nubatukan dan didomiasi oleh 94,27%
konsumen rumahtangga. Kebutuhan air bersih masyarakat Lembata lainnya yang
tidak menggunakan air PDAM bersumber dari mata air tanah, sumur bor, air hujan (bak
penampung) dan air permukaan (sungai) di sekitar pemukiman.
1.4.4. Prasarana listrik
Sumberdaya listrik di Kabupaten Lembata yang digunakan saat ini adalah
PLTD yang dikelola oleh PT PLN Ranting Lembata yang tersebar pada 4 Sub-ranting
dan 2 Kantor Jaga Ranting yang terdapat di 7 kecamatan. Tenaga listrik yang
dibangkitkan sebesar 12.909.758 Kwh, terjual 12.085.870 Kwh dan terpakai 111.613
Kwh) dengan jumlah pelanggan 3.398. Sebagian kecil keluarga yang belum
menggunakan layanan listrik dari PT. PLN Ranting Lembata memilih menggunakan
alat penangkap tenaga surya dan generator manual. Sementara upaya lain yang
sedang dikembangkan di Kecamatan Atadei adalah pembangkit listrik tenaga surya
yang belum didistribusikan kepada pelanggannya.
Terdapat 31.618 rumahtangga yang telah mendapatkan pelayanan listrik baru
mencapai 10,75%. Jumlah ini menjadi lebih kecil lagi jika dikeluarkan pelanggan yang
bukan rumahtangga, seperti instansi pemerintah dan lembaga sosial keagamaan
lainnya. Kondisi ini tentunya sangat berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian di
Kabupaten Lembata.
1.4.5. Prasarana komunikasi
Pelayanan prasarana telekomunikasi belum tersebar secara merata pada
semua kecamatan yang berada di Kabupaten Lembata kecuali Kecamatan Nubatukan
yang melayani 858 pelanggan (triwulan IV-2011). Kecamatan lainnya terlayani oleh PT.
Telkom sebagai BUMN yang telah membangun jaringan telekomunikasi meskipun
belum merata menjangkau hingga beberapa desa karena faktor topografi. Kantor Pos
masih sangat terbatas dan belum menjangkau sampai di tingkat Kecamatan. Terdapat
pula sejumlah jasa pengiriman swasta seperti JNE dan TIKI yang melayani jasa
pengiriman barang dan dokumen.
257
1.4.6. Prasarana pendidikan
Prasarana pendidikan di Kabupaten Lembata sudah tersedia mulai dari tingkat
TK sampai Perguruan Tinggi. Sampai dengan penelitian ini dilakukan belum tersedia
data mengenai jumlah TK/PAUD, tetapi diduga hampir 90% desa/kelurahan yang
memiliki SD, sudah memiliki juga TK/PAUD. Sementar jumlah sekolah di Kabupaten
Lembata pada tahun 2011 sebanyak 174 unit SD/MI, 47 unit SMP/MTs, 6 unit
SMA/MA, dan SMK sebanyak 8 unit. Terdapat 1 lembaga Perguruan Tinggi berbentuk
Sekolah Tinggi yang sementara dirintis dan Universitas Terbuka sudah 5 tahun berada
Kabupaten Lembata.
Terdapat prasarana SD/Madrasah sebanyak 174 buah dengan jumlah siswa
sebanyak 19.150 orang dan guru sebanyak 1.641 orang (ratio guru-murid 1 : 11,67) ;
(2) jumlah SMP/MTs sebanyak 47 buah dengan jumlah siswa sebanyak 5.667 orang
dan guru sebanyak 575 orang (ratio guru-murid 1 : 9,85) ; (3) jumlah SMA/MA
sebanyak 6 buah dengan jumlah siswa sebanyak 1.940 orang dan guru sebanyak 174
orang (ratio guru-murid 1 : 11,14) dan (4) jumlah SMK sebanyak 8 buah dengan jumlah
siswa sebanyak 916 orang dan guru sebanyak 159 orang (ratio guru-murid 1 : 5,76).
Penduduk yang berusia 14 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan atau ijasah
tertinggi yang dimiliki sebanyak 76.454 orang. Sebanyak 63,18% adalah tidak/belum
tamat SD (27,49%) dan mereka yang memiliki ijasah sederajat SD (41,15%).
Penduduk yang berijasah SMP/MTs sebesar 11,62%; yang berijasah SMA /sederajat
sebesar 14,77% ; Diploma (D1-D3) 2,97%; dan yang berijasah sarjana 2,45%.
Ketersediaan dan penyebaran SD/Madrasah dan SMP/MTs di Kabupaten
Lembata saat ini relatif merata, dimana sebanyak 87% desa telah tersedia prasarana
gedung SD dan rata-rata setiap kecamatan memiliki 3 SLTP/MTs. Untuk jenjang
pendidikan SMA/MA dan SMK, meskipun tingkat penyebarannya tidak merata, dimana
dari 12 buah SMU/SMK yang berada di Kabupaten Lembata, 8 buah SMU/SMK
terdapat di kecamatan Nubatukan (dengan rincian 3 buah SMA, 1 buah MA dan 4 buah
SMK). SMA/MA/SMK lainnya tersebar di Kecamatan Nagawutun (1 SMA), Kecamatan
Buyasuri (1 SMK dan 1 MA), Kecamatan Wulandoni ( SMK) Ile Ape (1 SMK). Hanya
Kecamatan Atadei, Lebatukan dan Kecamatan Omesuri tidak memiliki SLTA (2011)
namun saat ini (2013) data Dinas PPO Lembata telah menyediakan 1 SMA di masingmasing kecamatan tersebut.
1.4.7. Prasarana kesehatan
Data tahun 2011 menunjukan, di Kabupaten Lembata terdapat 3 (tiga) buah
rumah sakit (satu milik pemerintah dan dua buah milik swasta), terdapat di Kecamatan
Nubatukan. Untuk fasilitas Puskesmas, semua kecamatan di Kabupaten Lembata
memiliki satu buah puskesmas dan sekurang-kurangnya memiliki 3 buah Puskesmas
Pembantu (kecuali Kecamatan Lebatukan hanya memiliki satu buah Puskesmas
Pembantu). Tercatata 9 unit Puskesmas, 32 unit Pustu, 9 unit Puskesmas Keliling, dan
314 Posyandu, serta 1 unit Balai Pengobatan. Selain rumah sakit dan balai
pengobatan, semua prasarana kesehatan yang telah disebutkan menyebar secara
merata pada semua kecamatan.
Tenaga medis sebanyak 9 orang dokter umum untuk 9 kecamatan, 6 orang
dokter gigi, 106 perawat, 114 bidan dan paramedis lainnya sebanyak 2 orang. Jumlah
ini terlihat berkurang dari jumlah tenaga medis pada tahun sebelumnya yaitu 21 orang
dokter umum, 14 orang dokter gigi, 198 orang perawat, 122 orang bidan, 124 orang
paramedis non-perawat dan paramedis lainnya sebanyak 2 orang.
258
Tabel 3. Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan Menurut Status Tenaga Kesehatan
per Kecamatan, Tahun 2011
No
Kecamatan
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
1
Nagawutung
1
1
10
2
Wulandoni
1
6
3
Atadei
1
10
4
Ile Ape
1
1
9
5
Ile Ape Timur
1
1
11
6
Lebatukan
1
1
9
7
Nubatukan
1
1
28
8
Omesuri
1
10
9
Buyasuri
1
1
13
Jumlah
9
6
106
Sumber: BPS Kabupaten Lembata Dalam Angka Tahun 2012
1.5.
Bidan
10
9
8
14
7
16
28
12
10
114
paramedis
1
1
2
Ekonomi Wilayah
1.5.1. Struktur Ekonomi Wilayah
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lembata (atas dasar
harga berlaku) selama tiga tahun terakhir (2009 – 2011) terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2009 nilai PDRB Kabupaten Lembata sebesari Rp 356,81 milyar
meningkat menjadi Rp 401,58 milyar pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 14,79
%. Kemudian meningkat lagi menjadi Rp 475,82 milyar pada tahun 2011 atau
meningkat sebesar 16,17 % dibanding tahun 2010. Jika dilihat dari strukturnya, maka
sumbangan terbesar terhadap pembentukan perekonomian Kabupaten Lembata masih
didominasi oleh sektor pertanian, tetapi dengan besaran yang semakin menurun,
dimana pada tahun 2009 sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 48,47 %
kemudian turun menjadi 47,57 % pada tahun 2010, dan turun lagi menjadi 45,08 %
pada tahun 2011.
Sumbangan terbesar kedua disumbang oleh sektor Jasa dengan tingkat
pertumbuhan yang terus meningkat, tetapi lebih dari sebagian disumbang oleh sektor
pemerintahan. Perkembangan PDRB Kabupaten Lembata menurut masing-masing
sektor atas dasar Harga yang Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2009 – 2011 dapat
diikuti pada Tabel 4.
Tabel 4. Pendapatan Daerah Regional Bruto Kabupaten Lembata ADHB dan ADHK
Tahun 2009-2011
No
Sektor
1 Pertanian
1. Tanaman Pangan
2. Tanaman Perkebunan
3. Peternakan dan Hasilnya
4. Kehutanan
5. Perikanan
2 Pertambangan
3 Industri Pengolahan
4 Listrik dan Air Bersih
1. Listrik
2. Air Bersih
5 Bangunan Konstruksi
6 Perdagangan, Hotel & Restoran
2009 (7Rp ribu)
Berlaku
Konstan
172.935,77 76.268,41
78.774,31 33.144,08
24.906,30 12.149,17
36.536,74 18.320,98
14,51
4,89
32.703,91 12.649,24
1.802,62
833,44
1.255,79
484,70
1.669,26
634,18
1.407,71
513,92
261,55
120,26
13.067,13 5.004,77
38.577,24 12.954,45
2010 (Rp ribu) *)
Berlaku Konstan
194.840,83 78.252,74
90.112,08 33.885,17
27.544,15 12.416,55
41.791,98 19.073,11
16,51
4,96
35.376,11 12.872,96
2.084,24
876,77
1.432,17
497,31
1.925,09
680,50
1.647,62
556,75
277,47
123,75
15.008,79 5.166,35
44.655,32 13.756,75
2011 (Rp ribu) **)
Berlaku
Konstan
214.502,40 79.825,64
102.036,58 34.778,83
29.410,78 12.774,59
85.986,66 19.391,65
19,31
5,08
37.049,08 12.875,48
2.410,95
928,78
1.661,46
516,79
2.405,01
756,43
2.089,09
627,21
315,93
129,22
17.421,00
5.383,55
53.873,49 14.718,51
259
No
2009 (7Rp ribu)
2010 (Rp ribu) *)
2011 (Rp ribu) **)
Berlaku
Konstan Berlaku Konstan
Berlaku
Konstan
37.688,79 12.634,70 43.671,20 13.420,10 52.806,10 14.355,29
400,57
251,76
436,65
265,78
487,95
289,32
487,88
67,99
547,46
70,87
579,44
73,90
15.117,16 6.813,91 15.989,08 6.960,58 18.159,92
7.210,35
14.999,07 6.750,26 15.858,98 6.890,87 18.005,17
7.133,63
8.049,00 3.440,64 8.422,55 3.528,47 9.628,35
3.682,05
5.968,55 2.888,04 6.373,22 2.928,02 7.154,21
3.000,15
Sektor
1. Perdagangan
2. Hotel
3. Restoran
7 Pengangkutan dan Komunikasi
a. A n g k u t a n
1. Jalan Raya
2. Angkutan Laut
3. Angkutan Sungai
4. Angkutan Udara
5. Jasa Pengangkutan
981,51
421,58
b. K o m u n i k a s i
118,09
63,65
8 Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan
4.365,33 2.090,19
a.Bank
1.059,75
400,16
b. Lembaga Nir Bank
368,46
38,56
c. Sewa Bangunan
2.771,80 1.566,43
d. Jasa Perusahaan
165,32
85,03
9 Jasa-Jasa
108.021,48 40.517,66
a. Pemerintahan Umum
91.261,78 31.851,07
b. S w a s t a/Private
15.759,71 8.666,59
1. Sosial & Kemasyarakatan
10.634,21 5.339,37
2. Hiburan & Rekreasi
3. Perorangan & RT
5.125,50 3.327,22
PDRB Kabupan Lembata
356.811,79 145.601,7
Sumber: Kabupaten Lembata Dalam Angka, 2012
*)
**)
Angka Sementara ; Angka Sangat Sementara
1.063,21
130,10
434,39
69,72
1.212,61
154,75
451,43
76,72
4.901,78 2.175,44 5.858,41
1.257,19
434,13 1.663,55
417,00
40,29
570,88
3.055,78 1.615,62 3.432,95
175,81
85,41
191,04
128.747,61 44.076,45 159.529,90
110.919,53 34.843,74 139.048,17
17.828,08 9.232,71 20.481,72
12.363,26 5.770,82 14.482,29
2.300,96
484,73
41,74
1.688,94
95,54
48.394,60
38.531,85
9.862,76
6.255,28
5.646,82 3.461,89 5.999,44
3.607,48
409.584,91 152.442,89 475.822,54 160.035,61
Pada tahun 2009 sektor Jasa memberikan sumbangan sebesar 30,27% (subsektor pemerintahan menyumbang sebesar 85,41% atau sebesar 25,86% terhadap
pembentukan PDRB) kemudian meningkat menjadi 31,43% pada tahun 2010 (subsektor pemerintahan menyumbang sebesar 86,15% atau sebesar 27,08% terhadap
pembentukan PDRB), dan meningkat lagi menjadi 33,53% pada tahun 2011.
Sedangkan kontribusi relatif masing-masing sektor terhadap PDRB Kabupaten
Lembata atas dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan dapat diikuti pada Tabel 5 di
bawah ini.
Tabel 5. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Lembata
ADHB dan ADHKTahun 2000 Tahun 2009-2011
No
Sektor
1 Pertanian
1. Tanaman Pangan
2. Tanaman Perkebunan
3. Peternakan dan Hasilnya
4. Kehutanan
5. Perikanan
2 Pertambangan
3 Industri Pengolahan
4 Listrik dan Air Bersih
1. Listrik
2. Air Bersih
5 Bangunan Konstruksi
6 Perdagangan, Hotel&Restoran
1. Perdagangan
Tahun 2009 (%) Tahun 2010 (%) *) Tahun 2011 (%) **)
Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan
48,47 52,38
47,57
51,33
45,08
49,88
22,09 22,76
22,00
22,23
21,44
21,73
6,98
8,34
6,72
8,15
6,18
7,98
10,24 12,56
10,20
12,51
9,66
12,12
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
9,17
8,69
8,64
8,44
7,79
8,05
0,51
0,57
0,51
0,58
0,51
0,58
0,35
0,33
0,35
0,33
0,35
0,32
0,47
0,44
0,47
0,45
0,51
0,47
0,39
0,35
040
0,37
0,44
0,39
0,07
0,08
0,07
0,08
0,07
0,08
3,66
3,44
3,66
3,39
3,66
3,36
10,81
8,90
10,90
9,02
11,32
9,20
10,56
8,68
10,66
8,80
11,10
8,97
260
Tahun 2009 (%) Tahun 2010 (%) *) Tahun 2011 (%) **)
Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan
2. Hotel
0,11
0,17
0,11
0,17
0,10
0,18
3. Restoran
0,14
0,05
0,13
0,05
0,12
0,05
7 Pengangkutan dan Telkom
4,24
4,68
3,90
4,57
3,82
4,51
a. A n g k u t a n
4,20
4,67
3,87
4,52
3,78
4,47
1. Jalan Raya
2,26
2,36
2,06
2,31
2,03
2,30
2. Laut
1,67
1,98
1,56
1,92
1,50
1,87
3. Sungai dan Danau
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4. Udara
0,0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5. Jasa Pengangkutan
0,28
0,29
0,26
0,28
0,25
0,28
b. K o m u n i k a s i
0,03
0,04
0,03
0,05
0,03
0,05
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
1,22
1,44
1,20
1,43
1,23
1,44
a. Bank
0,30
0,27
0,31
0,28
0,35
0,30
b. Lembaga Nir Bank
0,10
0,03
0,10
0,03
0,12
0,03
b. Sewa Bangunan
0,78
1,08
0,75
1,06
0,72
1,06
c. Jasa Perusahaan
0,05
0,06
0,04
0,06
0,04
0,05
9 Jasa-Jasa
30,27 27,83
31,43
28,91
33,53
30,24
a. Pemerintahan Umum
25,86 21,88
27,08
22,86
29,22
24,08
b. S w a s t a / Private
4,42
5,95
4,35
6,06
4,30
6,16
1. Sosial & Kemasyarakatan
2,98
3,67
3,02
3,79
3,04
3,91
2. Hiburan & Rekreasi
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3. Perorangan & Rumahtangga
1,44
2,29
1,33
2,27
1,26
2,25
PDRB Kabupaten Lembata
100,00 100,00 100,00
100,00 100,00 100,00
*)
Sumber: Kabupaten Lembata Dalam Angka, 2007 Angka Sementara ;
**)
Angka Sangat Sementara
No
1.6.
Sektor
Potensi UMKM
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (KUMKM) Provinsi NTT, sampai dengan Desember 2011 jumlah
UMKM di Kabupaten Lembata mencapai 39.641 unit. Hampir sebagian (37,75%)
berada pada sektor pertanian, kemudian diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (31,48%), dan sektor industri pengolahan (7,37%). Kemudian dikuti berturutturut oleh jasa-jasa (6,72%) ; Keuangan/Persewaan (5,85%) ; Pengangkutan dan
telekomunikasi (5,17%) ; Bangunan (3,56%); Pertambangan (1,85%) ; dan sektor
Listrik, Gas dan Air Bersih (0,24%). Gambar 1 menyajikan distribusi jumlah UMKM
menurut masing-masing sektor.
Gambar 1.
Sumber :
Data UKM Kabupaten Lembata Menurut
Sektor Per Desember 2011
Dinkop dan UMKM Prov. NTT) diolah
Berdasarkan jumlah dan penyebaran UMKM
pada berbagai sektor atau lapangan usaha, serta
mempertimbangkan kondisi obyektif yang dihadapi dan
peluang pengembangan ke depan, maka strategi
pengembangan Perindustrian, Perdagangan
dan Koperasi UMKM di Kabupaten
Lembata ditetapkan sebagai berikut :
261
a.
b.
c.
Mengembangkan SDM pelaku koperasi, UMKM dan IDKM;
Mengembangkan Lembaga koperasi dan UMKM;
Memprioritaskan penguatan usaha untuk mengembangkan komoditi yang
memiliki potensi penggerak ekonomi daerah dan ekspor;
d. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana aparatur;
e. Mendorong tumbuhnya iklim usaha yg sehat melalui penyiapan dan usulan
berbagai kebijakan pengaturan, pengembangan dan pengawasan IKM;
f. Pelayanan perizinan dan akses permodalan;
g. peningkatan Infrastruktur pendukung bagi koperasi, UMKM dan IDKM;
h. Meningkatkan perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan;
i. Fasilitasi bantuan teknis dan sarana usaha untuk meningkatkan mutu,
produktivitas, diversifikasi produk, kemasan, HKI;
j. Peningkatan daya saing gerakan koperasi, UMKM dan IDKM.
Untuk mengimplementasikan kebijakan di atas, maka dirumuskan 15 program
pokok yang membidangi koperasi, UMKM, perindustrian dan perdagangan dalam
RPJMD Kabupaten Lembata Periode 2012 - 2016, yaitu : Penciptaan iklim UKM yang
kondusif, Pengembangan Kewirausahaan dan keunggulan Kompetitif UKM,
Pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM, Peningkatan kualitas
kelembagaan koperasi, Peningkatan kapasitas iptek sistem produksi, Pengembangan
IKM, Peningkatan kemampuan teknologi industri, Penataan struktur industri,
Pengembangan sentra-sentra industri potensial, Pengendalian pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup, Perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan,
Peningkatan kerjasama perdagangan internasional, Peningkatan dan pengembangan
ekspor, Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri, Pembinaan pedagang kaki
lima dan asongan.
Pertumbuhan investasi dan meningkatnya nilai produksi yang semakin
signifikan di Kabupaten Lembata memberikan harapan akan tumbuh dan
berkembangnya sektor industri sebagai penggerak perekonomian daerah
sebagaimana ditunjukan tabel 6.
Tabel 6.
Penyebaran Kelompok IKM di Kabupaten Lembata Tahun 2011
No
Jenis Usaha
1
Indsutri Pangan
2
Kategori IKM
Formal
Non Formal
Formal
Non Formal
Formal
Non Formal
Unit
Jumlah
Nilai
Nilai
Usaha
TK
Investasi
Produksi
10
21
869,750,000
407,280,000
107
426 1,459,876,500 2,387,943,000
5
14
37,800,000
371.440.000
114
924
990,980,000 1,519,842,000
23
107
528,800,000 10,399,819,000
106
400 1,183,120,000 6,173,561,200
Industri
Sandang
3 Industri Kimia
dan bahan
Bangunan
4 Industri Logam
Formal
3
10
dan Elektronik
Non Formal
2
3
5 Industri
Formal
Kerajinan
Non Formal
10
85
Sumber : Dinkoperindag Kabupaten Lembata, 2012
40,700,000
23,000,000
15,827,500
368,320,000
149,216,000
161,604,800
Nilai Bahan
Baku
325,824,000
1,881,298,900
297,152,000
1,216,208,600
8,114,658,000
5,023,056,160
187,571,200
119,372,800
129,283,840
Subsektor perdagangan menunjukan peningkatan sirkulasi barang masuk ke
Kabupaten Lembata yang didominasi barang kebutuhan primer dan sekunder (65
jenis) diantaranya volume terbesar adalah minuman ringan sebanyak 623.729 botol
dan volume terkecil adalah gips sebanyak 1 ton. Sedangkan barang yang keluar
seluruhnya adalah komoditi pertanian (beserta sub-sektornya) dengan volume terbesar
adalah kopra sebanyak 2.304 ton dan rumput laut sebanyak 552 ton. Aktifitas
262
perdagangan di Kabupaten Lembata tergolong tinggi melalui kegiatan pasar tradisional
sejumlah 27 titik yang tersebar di 9 kecamatan dengan intensitas mingguan dan
diperkirakan sirkulasi uang yang beredar pada setiap hari pasar adalah Rp. 50.000.000
- Rp. 100.000.000/pasar. Penyelenggaraan urusan koperasi dan UKM, telah
melaksanakan berbagai program dan kegiatan dengan mengkondisikan iklim usaha
koperasi dan UKM sebagai soko guru perekonomian rakyat sebagaimana tergambar
dalam tabel 7 berikut.
Koperasi Primer Berbadan Hukum, Bidang Usaha dan Keaktifan Koperasi
Di Kabupaten Lembata - 2011
aktif
tidak aktif
aktif
tidak aktif
tidak aktif
pertokoan
aktif
simpan pinjam
1
lainnya
2011
jasa
2010
Presentase
1
1
8
1
7
1
1
1
19
1
9
5
12
4
1
1
1
34
8
2
1
7
1
1
1
1
22
1
8
5
12
4
1
1
32
8
3
1
7
2
1
1
1
24
42,86
1,79%
Jumlah
1
1
11
4
9
2
1
28
57,14
1
4
3
1
9
39,29
9
11
6
19
4
1
2
1
1
1
55
60,7
9
11
6
19
4
1
2
1
1
1
1
56
98,21 %
KUD
KSP
KPRI
KSU
Koperasi Wanita
Koperasi Pemuda
Koperasi Desa
Koperasi Pertanian
Koperasi Nelayan
Koperasi Pasar
Koperasi Distribusi
40,43
9
11
6
19
4
1
2
1
1
1
1
56
JENIS KOPERASI
59,57
9
11
5
16
3
0
1
0
1
0
1
47
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
16%
No
KEAKTIFAN KOPERASI
2009
2010
2011
BIDANG USAHA
2009
BERBADAN
HUKUM
distribusi dan
perdagangan
Tabel. 7.
Sumber : Dinas Koperidag Kabupaten Lembata, 2012
Peningkatan koperasi baik dari kelembagaan yang ditandai dengan
pertumbuhan jumlah Koperasi dimana pada tahun 2009 berjumlah 47 Koperasi yang
berbadan Hukum dan pada tahun 2011 berjumlah 56 Koperasi atau naik sebesar
16%. Data peningkatan jumlah koperasi dimaksud terdapat 55 Koperasi atau 98,21%
yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang Simpan Pinjam sedangkan 1,79%
bergerak di Usaha Konsumsi. Belum ada Koperasi yang bergerak disektor riil. Seiring
dengan bertambahnya jumlah Koperasi tidak didukung dengan Keaktifan Koperasi. Hal
ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah Koperasi Tidak Aktif pada tahun
2009 hanya terdapat 19 Koperasi yang Tidak Aktif naik menjadi 24 Koperasi Tidak
Aktif, atau pada Tahun 2009 40,43% Koperasi Tidak aktif naik menjadi 42,86%.
1.7.
Perbankan dan UMKM
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan
Provinsi NTT, peranan perbankan terhadap pengembangan UMKM di Kabupaten
Lembata mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
kantor bank yang beroperasi di Kabupaten Lembata, maupun jumlah pinjaman yang
disalurkan pihak perbankan kepada pihak UMKM. Kantor bank yang beroperasi di
Kabupaten Lembata sebanyak 3 bank umum yaitu BRI, BNI, dan Bank NTT.
Kebijakan perbankan dalam memberikan pinjaman berdasarkan lapangan
usaha menunjukan pertumbuhan yang cukup berarti, tetapi jika dibandingkan dengan
263
pinjaman yang diberikan bukan untuk lapangan usaha, maka proporsinya masih lebih
kecil, tetapi menunjukan peningkatan yang berarti. Pada tahun 2010 misalnya, total
pinjaman yang diberikan mencapai Rp 174.074 juta, tetapi yang diberikan kepada
lapangan usaha hanya mencapai 27,81%. Pada tahun 2012, jumlah pinjaman yang
diberikan mencapai Rp 384.982 juta, yang diperuntukan buat lapangan usaha
mengalami penurunan, yaitu sebesar 22,44%. Tabel 8 berikut menyajikan posisi
pinjaman yang diberikan perbankkan menurut sektor atau lapangan usaha.
Tabel 8. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank di Kabupaten Lembata Menurut
Lapangan Usaha, 2010 – 2012
No
A
1
Jenis Pinjaman
2010 (Rp juta) 2011 (Rp juta) 2012 (Rp juta)
Berdasarkan Lapangan Usaha
48.418
47.042
86.362
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
748
97
13.643
Perikanan
2 Petambangan dan Penggalian
3 Industri Pengolahan
101
317
199
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
5 Konstruksi
3.319
1.858
5.244
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
30.936
25.394
37.961
7 Pengangkutan dan Komunikasi
117
151
2.269
8 Kuangan, Real Estate, Jasa Perus
1.711
1.180
1.009
9 Jasa-jasa
11.486
18.044
25.808
B Pinjaman bukan Lapangan Usaha
126.379
210.246
298.580
Jumlah
174.074
257.288
384.942
Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT
Jenis pinjaman yang diberikan kepada lapangan usaha pada tahun 2010-2012,
sebagian besar diserap oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
namun mengalami penurunan pada tahun 2011. Sektor usaha yang mengalami
kenaikan pinjaman dari bank adalah jasa dan industri pengolahan sedangkan lainnya
mengalami penurunan. Pemberian pinjaman kepada bukan lapangan usaha terus
mengalami kenaikan sejak 2010 sebesar 72,19% menjadi 81,72% pada tahun 2011
kemudian menurun menjadi 77,56% pada tahun 2012 namun tetap saja lebih besar
disbanding sector lapangan usaha.
Pinjaman kepada UMKM dikaitkan dengan jenis penggunaan terlihat dari total
penjaman yang diserap oleh 9 sektor/lapangan usaha, sebagian besarnya digunakan
untuk modal kerja, sedangkan untuk investasi relatif kecil. Total pinjaman yang
diberikan setiap tahun oleh bank umum, lebih dari 70%-nya adalah pinjaman konsumtif
(Tabel 8). Tabel 9 berikut menyajikan pinjaman yang diberikan oleh bank umum
berdasarkan jenis penggunaan dan Tabel 10 menyajikan persentase menurut masingmasing jenis penggunaan.
Tabel 9.
No
1
2
3
Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Lembata
Menurut Jenis Penggunaan, 2010 – 2012
Jenis Penggunaan
2010 (Rp juta)
2011 (Rp juta)
Modal Kerja
43.769
43.631
Investasi
4.649
3.411
Konsumtif
126.379
210.246
Jumlah
174.797
257.287
Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT
2012 (Rp juta)
79.223
7.139
298.580
384.942
264
Tabel 10. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Lembata
Menurut Jenis Penggunaan, 2010 – 2012
No
1
2
3
Jenis Penggunaan
2010 (%)
2011 (%)
Modal Kerja
25,04
16,96
Investasi
2,66
1,33
Konsumtif
72,30
81,72
Total
100,00
100,00
Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT
2012 (%)
20,58
1,85
77,56
100,00
Persentase pinjaman yang digunakan untuk modal kerja dan investasi relatif
lebih kecil dibandingkan untuk kunsumsi, tetapi selama tiga tahun terakhir proporsi
pinjaman untuk pengembangan usaha (baik untuk modal kerja maunpun untuk
investasi) menunjukan peningkatan. Pinjaman untuk modal kerja mengalami
penurunan -8,08% pada tahun 2011 kemudian naik 3,62% pada tahun 2012. Demikian
pula dengan pinjaman investasi mengalami penurunan -1,33% pada tahun 2011
kemudian naik 0,53% pada tahun 2012. Sedangkan pinjaman konsumtif naik cukup
signifikan sebesar 9,42% pada tahun 2011 namun mengalami penurunan sebesar 4,14% pada tahun 2012.
Meningkatnya nilai investasi oleh kelompok Industri Kecil dan Menengah
khususnya industri pangan dan sandang baik kategori formal maupun non-formal pada
tahun 2011 diharapkan sinergi dengan besarnya pinjaman yang diberikan bank untuk
investasi. Demikian halnya meningkatnya nilai produksi khususnya industri bahan
bangunan, sandang dan pangan pada tahun 2011 juga sinergi dengan naiknya
pemberian pinjaman untuk modal usaha. Sementara meningkatnya nilai konsumtif
masyarakat dari tahun 2011 mencapai 9,42% kemudian menurun hingga -4,14%
diharapkan akan terus menurun hingga keputusan membuka pinjaman ke bank lebih
diperuntukkan untuk kegiatan usaha (investasi dan modal kerja). Hal ini tentunya
tergantung kebijakan pihak bank yang membatasi peminjaman (kredit) masyarakat
yang diperuntukkan bagi aktifitas konsumtif dan lebih memprioritaskan bagi kegiatan
usaha khususnya Usaha Kecil dan Menengah.
265
BAB II
HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM
KABUPATEN LEMBATA
2.1. Bobot S ektor-Sub S ektor dalam pe ngembangan U MKM K abupaten
Lembata
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial
(MPE) berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu
unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan. Berdasarkan KPJu
unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi
untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten
Lembata. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan
maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Lembata yang mempunyai nilai
skor tertinggi.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 11.
Bobot kebutuhan atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi
dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Lembata adalah sektor
Peternakan, sedangkan sektor usaha Tanaman Pangan memiliki skor terbobot tertinggi
untuk tujuan penciptaan lapangan kerja, sedangkan sektor Pertambangan untuk tujuan
peningkatan daya saing produk. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya
berturut-turut adalah sektor tanaman pangan, perkebunan, pariwisata, perdagangan,
peternakan, perindustrian, angkutan, pertambangan dan kehutanan.
Tabel 11. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Lembata
Pertumbuhan
Sektor Usaha
Ekonomi
(0.2692)
Perikanan
0,1100
Tanaman Pangan
0,1200
Perkebunan
0,1150
Pariwisata
0,1639
Perdagangan
0,0745
Peternakan
0,1126
Perindustrian
0,0505
Angkutan
0,0708
Kehutanan
0,0703
Pertambangan
0,0418
Sumber : Data Primer (diolah)
2.2
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Penciptaan
Peningkatan Daya
Terbobot Rangking
Lapangan Kerja
Saing Produk
Gabungan
(0.3615)
(0.3694)
0,1444
0,1658
0,1431
1
0,1574
0,0948
0,1242
2
0,1167
0,1366
0,1236
3
0,0749
0,1125
0,1127
4
0,1223
0,0971
0,1001
5
0,0712
0,0830
0,0867
6
0,0628
0,0822
0,0667
7
0,0691
0,0537
0,0639
8
0,0570
0,0648
0,0635
9
0,0716
0,0619
0,0600
10
KPJu Unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Lembata
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan
FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan (Tabel
12), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 12.
266
Tabel 12. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten
Lembata
No
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Sektor Usaha/
KPJu Unggulan
Padi dan Palawija
Jagung
Ubi Jalar
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Padi Sawah
Buah-Buahan
Pisang
Nangka
Industri tahu
Rambutan
Pepaya
Peternakan
Babi
Ayam Kampung
Kerbau
Itik
Ayam Ras Pedaging
Pariwisata
Pertunjukkan seni/budaya
hotel melati
Kedai minum (contoh: warung
kopi)
Kedai makanan
Penyediaan makanan keliling
Perdagangan
Ikan dan hasilnya
Hasil pertanian/Hortikultura
Saprodi pertanian /sapronak
Bahan bakar
Karya seni dan kerajinan
Angkutan
Angkutan barang umum
Angkutan ojek motor
Angkutan bus antar kota
Angkutan penyeberangan umum
(antar kabupaten)
Angkutan sewa
Pertambangan
Tanah urukan
Batu bangunan
pasir besi
Pasir
panas bumi
SkorTerbobot
No
0,2680
0,1969
0,1621
0,0794
0,0669
1
2
3
4
5
0,1928
0,1703
0,1322
0,1176
0,1048
1
2
3
4
5
0,2271
0,1661
0,1422
0,1323
0,1238
1
2
3
4
5
0,1436
0,1316
0,1252
1
2
3
0,1117
0,1111
4
5
0,1821
0,1400
0,1100
0,1052
0,1049
1
2
3
4
5
0,2394
0,1843
0,1472
0,1006
0,0965
0,2622
0,2237
0,1790
0,1364
0,0850
Sektor Usaha/
KPJu Unggulan
Sayuran
SkorTerbobot
0,1314
0,1184
0,1178
0,1133
0,1038
1
2
3
4
Cabai
Bawang Merah
Bayam
Kacang Panjang
Tomat
Perkebunan
Coklat
Jambu Mete
Kopi
Pinang
Kapuk
Perikanan
Usaha budidaya rumput laut
Usaha Penangkapan ikan di laut
Budidaya Mutiara
Usaha Budidaya ikan di laut
Usaha budidaya tambak
Industri
Industri kopra
Industri minyak kelapa
Pengolahan dan pengawetan ikan
dan produk ikan
Industri meubel
Industri kain tenun ikat
Jasa-jasa
Jasa penyewaan mobil
Keuangan
Kursus ketrampilan dan pengetahuan
Servis perbaikan elektronik
Tenda/Musik/Alat masak, dll
Kehutanan
Asam
Kemiri
Gaharu
Budidaya madu
5
Pemungutan Madu
0,1163
0,2101
0,1712
0,1244
0,1201
0,1174
0,3364
0,1599
0,1031
0,1361
0,0990
0,1641
0,1275
0,1226
0,1128
0,1037
0,1494
0,1483
0,1345
0,1277
0,1205
0,1937
0,1598
0,1217
0,1198
Sumber : Data Primer (diolah)
2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Lembata
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi
inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Dengan
mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 11)
serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 12)
dilakukan analisa dengan menggunakan Metoda Bayes. Berdasarkan hasil analisis,
267
diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor
terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 13.
Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor di
Kabupaten Lembata adalah Usaha budidaya rumput laut, usaha ternak babi, usaha
tani jagung, usaha ternak ayam kampung, dan perdagangan ikan dan hasil-hasilnya.
Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha
berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada berikut.
Tabel 13. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lembata
No
KPJu
Skor Terbobot
Sektor Usaha
1 Usaha budidaya rumput laut
0,0422
Perikanan
2 Babi
0,0346
Peternakan
3 Jagung
0,0296
Tanaman pangan
4 Ayam Kampung
0,0254
Peternakan
5 Ikan dan hasilnya
0,0250
Perdagangan
6 Ubi Jalar
0,0218
Padi Palawija
7 Kerbau
0,0217
Peternakan
8 Coklat
0,0207
Perkebunan
9 Itik
0,0202
Peternakan
10 Usaha Penangkapan ikan di laut
0,0201
Perikanan
Sumber : Data Primer (diolah)
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor
adalah usaha tani ubi jalar, usaha ternak kerbau, perkebunan coklat (kakao), usaha
ternaik itik, dan usaha penangkapan ikan di laut. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10
KPJu unggulan lintas sektor, maka 5 KPJu utama adalah: sektor perikanan menempati
posisi teratas.
2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Lembata
Kedudukan KPJu Unggulan di Kabupaten Lembata berdasarkan hasil penilaian
terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lembata
No
KPJu Unggulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Usaha budidaya rumput laut
Babi
Jagung
Ayam Kampung
Ikan dan hasilnya
Ubi Jalar
Kerbau
Coklat
Itik
Usaha Penangkapan ikan di
laut
10
Skor
Potensi Prospek
4,60
3,0
3,20
2,20
4,00
3,00
2,60
3,60
2,60
4,40
3,40
2,80
3,00
3,80
2,80
2,60
2,80
2,00
Kriteria
Potensi
Prospek
Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai Cukup Sesuai
4,80
4,00
Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Kuadran
I
II
II
III
I
I
III
IV
III
IV
Sumber : Data Primer (diolah)
Terdapat 3 KPJu Unggulan lintas Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut
berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang sangat
baik atau baik, yaitu: usaha budidaya rumput laut, perdagangan ikan dan hasilhasilnya, dan usaha penangkapan ikan di laut.
268
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1.
Kesimpulan
3.1.1. Tujuan terpenting dalam pengembangan UMKM adalah untuk “peningkatan
daya saing produk”, kemudian “penyerapan tenaga kerja” dan “pertumbuhan
ekonomi”. Menyiapkan kualitas dan mutu output produksi agar dapat bersaing
di pasar serta mampu mempertahankan keberlanjutan produktifitas UMKM
menjadi kesadaran kalangan pemikir, pengambil kebijakan serta praktisi di
Kabupaten Lembata.
3.1.2. Kriteria penentuan KPJu Unggulan terpenting (ranking kepentingan) berturutturut adalah 1) ketersediaan teknologi, 2) ketersediaan pasar, 3) manegemen
usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang
dibutuhkan, 6) ketersediaan sarana produksi, 7) aksesibilitas terhadap/
kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9) harga/nilai
tambah, 10) ketersediaan bahan baku dan yang terakhir adalah 11) aspek
sosial budaya.
3.1.3. Untuk pengembangan UMKM, sektor utama di Kabupaten Lembata adalah di
sektor usaha perikanan merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain
berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah sektor tanaman
pangan, perkebunan, pariwisata, perdagangan, peternakan, perindustrian,
angkutan, pertambangan dan kehutanan.
3.1.4. Sepuluh KPJU Unggulan lintas sektor untuk penegmbangan UMKM di
Kabupaten Lembata berturut-turut adalah: 1) Usaha budidaya rumput laut, 2)
babi, 3) jagung, 4) ayam kampung, 5) ikan dan hasilnya, 6) ubi jalar, 7) kerbau,
8) coklat, 9) itik, dan Usaha Penangkapan ikan di laut.
3.1.5. Jenis usaha dan komoditi yang potensi dan prospek dengan kategori baik
sampai sangat baik adalah : 1) Usaha budidaya rumput laut, 2) Perdagangan
ikan dan hasil-hasilnya, dan 3) Usaha Penangkapan ikan di laut.
3.2. Rekomendasi
3.2.1. Upaya berbagai pihak dalam pengembangan UMKM di NTT termasuk
Kabupaten Lembata mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5
(lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat keharusan) yaitu:
peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar,
pembinaan menegemen usaha, penyerapan tenaga kerja (padat karya), dan
peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah
tidak penting, tetapi lebih merupakan suffisien condition (syarat kecukupan)
dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT.
3.2.2. Dalam ruang lingkup rekomendasi (1), diharapkan berbagai pihak yang
berperan dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Lembata disarankan
untuk mengembangkan UKM di bidang KPJU Unggulan yang secara potensi
dan prospek tergolong baik dan sangat baik, yaitu: usaha budidaya rumput laut,
perdagangan ikan dan hasil-hasilnya, dan usaha penangkapan ikan di laut.
269
3.2.3. Upaya untuk mengembangan dan memberdayakan ke-10 KPJu Unggulan
UMKM dapat dilaksanakan secara efektif dan berkelanjutan, sebaiknya diawali
dengan identifikasi dan pemetaan masing-masing KPJu Unggulan oleh masing
sektor (SKPD) yang implementasinya dilaksanakan secara terkoordinasi. Untuk
menghindari terjadinya ketimpangan program, disarankan agar dibentuk
sebuah forum atau kelompok kerja pengembangan dan pemberdayaan UMKM
di bawah koordinasi langsung oleh Sekretaris Daerah.
3.2.4. Lembaga perbankan – terutama BUMN – diharapkan partisipasi aktifnya untuk
turut serta membantu membina dan mengembangkan KPJu dari aspek teknis
perbankan sehingga memungkinkan para pelaku UMKM lebih mudah
mengakses pembiayaan yang berasal dari perbankan. Perlu dipertimbangkan
untuk membentuk sebuah badan koordinasi perbankan di tingkat lokal yang
secara reguler dapat berkoordinasi langsung dengan para pelaku UMKM, yang
berfungsi sebabagi forum komunikasi dan konsultasi antara pihak perbankan
dengan para pelaku UMKM. Untuk itu Bupati Lembata dapat berkoordinasi
dengan perbankan setempat, terutama Bank NTT dan pihak Perwakilan BI NTT
untuk membentuk wadah tersebut. Agar lebih efektif, wadah tersebut dibentuk
melalui peraturan daerah.
270
BAB I
KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN FLORES TIMUR
1.1.
Kondisi Fisik Wilayah
1.1.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Flores Timur terletak di ujung bagian timur Pulau Flores, tepatnya
berada di antara 8o 04’ – 8o 40’ LS dan 122o 38’ – 123o 20’ BT. Luas wilayahnya
5.983,38 Km², terdiri dari daratan 1.812,85 Km² (31% luas wilayah) yang tersebar pada
3 pulau besar dan 14 pulau kecil serta luas lautan 4.170,53 Km² (69% luas wilayah).
Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Flores Timur terdiri dari 19 kecamatan,
229 desa dan 21 kelurahan. Wilayah Kabupaten Flores Timur terdiri dari 17 pulau
dimana hanya tiga (3) pulau saja yang dihuni, yaitu Pulau Flores bagian Timur, Pulau
Adonara, dan Pulau Solor serta 14 pulau lainnya merupakan pulau yang tidak dihuni,
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
• Utara berbatasan dengan Laut Flores
• Selatan berbatasan dengan Laut Sawu
• Barat berbatasan dengan Kabupaten Sikka
• Timur berbatasan dengan Selat Boleng
Kabupaten Flores Timur beriklim tropis, dengn musim kemarau yang lebih
panjang yakni berkisar antara 8 sampai 9 bulan dan musim hujan yang relatif singkat
yaitu berkisar antara 2 sampai 4 bulan. Curah hujan tidak merata di seluruh wilayah
dengan rata-rata curah hujan per tahun 1.263,4 mm/tahun. Jumlah hari hujan berkisar
antara 60 – 120 hari/tahun dengan kedalaman 500-2.000 mm. Intensitas penyinaran
matahari berkisar antara 53% pada bulan februari hingga 95% pada bulan september.
Suhu udara maksimum antara 30 – 33 oC dan minimum antara
20 – 24 oC.
Kecepatan angin rata-rata 8,41 knot, menjadikan wilayah Kabupaten Flores Timur
rawan kekeringan.
1.1.2. Topografi, Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Flores Timur merupakan kabupaten kepulauan dengan topografi
bergunung dan berbukit dan kemiringan di atas 40o mencapai 33,97% (615,79 Km2.
Tingkat kemiringan antara 0 – 12o mencapai 23% (417,20 Km2) dari luas wilayah
daratan, dan tingkat kemiringan antara 12o – 40o mencapai 43% (779,86 Km2).
1.2.
Demografi
Beribukota di Larantuka, Kabupaten Flores Timur terdiri dari 19 kecamatan, 299
desa dan 21 delurahan menurut Perda Nomor 2 tahun 2010 dan Nomor 3 tahun 2010.
Jumlah penduduknya sebanyak 229.536 jiwa (109.605 laki-laki dan 119.931
perempuan ; 2007), dan meningkat menjadi 232.605 jiwa (111.494 laki-laki dan
121.111 perempuan ; 2011). Tingkat kepadatan penduduknya mencapai 128,31 jiwa
per Km2. Penduduk terpadat ada di Kecamatan Larantuka (492 jiwa/Km2), kemudian
diikuti Kecamatan Ile Boleng (271,41 jiwa/Km2) dan Kecamatan Adonara Timur (240,14
jiwa/Km2). Sementara tingkat kepadatan terendah di Kecamatan Tanjung Bunga (50,65
jiwa/Km2). Untuk jumlah rumahtangga pada tahun 2011 sebanyak 51.159 dengan ratarata 4,55 ART (anggota rumahtangga) di setiap rumahtangganya. Jumlah penduduk
Kabupaten Flores Timur, luas wilayah dan tingkat kepadatan penduduk menurut
kecamatan tahun 2011 dapat diikuti pada Tabel 1 berikut.
271
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Flores Timur dan Tingkat kepadatan per
Kecamatan, Tahun 2011
No
Kecamatan
1 Wulang Gitang
2 Titehena
3 Ilebura
4 Tanjung Bunga
5 Lewolema
6 Larantuka
7 Ile Mandiri
8 Demon Pagong
9 Solor Barat
10 Solor Selatan
11 Solor Timur
12 Adonara Barat
13 Wotanulumando
14 Adonara Tengah
15 Adonara Timur
16 Ile Boleng
17 Witihama
18 Kelubagolit
19 Adonara
Flores Timur
Luas Areal
255,96
211,70
48,53
234,55
108,61
75,91
74,24
57,37
128,20
31,58
66,56
55,97
75,81
57,99
108,94
51,39
77,97
45,12
46,45
1 812,85
Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
6 491
5 478
2 970
5 916
3 890
18 555
4 513
2 049
4 298
2 126
5 995
5 810
3 819
5 193
12 382
6 316
6 464
4 704
4 525
111 494
6 652
5 667
3 195
5 964
4 061
18 793
4 632
2 234
5 023
2 715
6 884
5 933
4 052
5 493
13 779
7 632
7 676
5 506
5 220
121 111
255,96
11 145
6 165
11 880
7 951
37 348
9 145
4 283
9 321
4 841
12 879
11 743
7 871
10 686
26 161
13 948
14 140
10 210
9 745
232 605
Kepadatan
(Km2)
51,35
52,65
127,03
50,65
73,21
492,00
123,18
74,66
72,71
153,29
193,49
209,81
103,83
184,27
240,14
271,41
181,35
226,29
209,80
128,31
Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim
Kelompok umur penduduk yang berusia antara 0–14 tahun (usia belum
produktif) sebesar 35,54% dan kelompok umur yang berusia 65 tahun ke atas (sudah
tidak produktif lagi) sebesar 7,52%, sedangkan kelompok umur yang masih produktif
(15 - 64 tahun) sebesar 56,94%. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (2011)
menunjukan, penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja di Kabupaten Flores
Timur mencapai 71,17%. Sebanyak 69,33% sudah/sedang bekerja, dan yang sedang
mencari pekerjaan sebanyak 1,79. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja
sebanyak 28,88%, diantaranya adalah mereka yang sedang sekolah, mengurus
rumahtangga, dan lainnya.
Sebagian besar penduduk (82,49%) berpendidikan tertinggi SD/sederajat,
berpendidikan SMA dan SMK/sederajat sebanyak 11,38%, dan yang berpendidikan
Diplom ke atas hanya 3,31%. Tabel 2 di bawah ini menyajikan persentase penduduk
Kabupaten Flores Timur berumur 10 tahun ke atas menurut jenis kelamin dan ijazah
tertinggi yang dimiliki.
Tabel 2.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin
dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, 2011
Tingkat Pendidikan
Laki-laki
Tidak/Belum Tamat SD
31,63
SD/Sederajat
38,45
SMP/Sederajat
13,22
SMA/Sederjata
8,87
SMK/Sederajat
4,21
Diploma I – II
0,36
Diploma III
1,21
Diploma IV/Universitas
2,06
Jumlah
100,00
Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim
Perempuan
32,62
41,50
13,04
7,06
2,74
0,47
0,44
2,13
100,00
Jumlah
32,15
40,04
13,22
7,93
3,45
0,41
0,81
2,09
100,00
272
1.3.
Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
1.3.1. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang dimiliki kabupaten Flores Timur cukup potensial,
dengan topografi wilayah umumnya daerah pegunungan (terdapat empat buah gunung
api yang masih aktif) dan berbukit yang sebagian besar wilayahnya dengan tingkat
kemiringan 12%. Daerah perbukitan dengan ketinggian rata-rata di atas 100 m, dan
memiliki tekstur tanah antara kasar dan sedang. Kondisi wilayah geografis Flores
Timur yang demikian dibarengi dengan keadaan iklim yang kering mengakibatkan
wilayah Flores Timur rawan bencana longsor dan banjir. Tetapi disisi lain, karena
keberadaan keempat gunung berapi tersebut, berdampak pada tingkat kesuburan
tanah di daerah sekitarnya.
Berdasarkan potensi yang ada maka wilayah Flores Timur merupakan daerah
potensial untuk pengembangan bidang pertanian dan pariwisata. Pengembangan
pertanian diutamakan pertanian hortikultura dan perkebunan, karena umumnya
daerah-daerah dengan ketinggian beragam tersebut mempunyai iklim (suhu) yang
cocok untuk berbagai jenis tanaman. Kawasan pertanian di Kabupaten Flores Timur
secara keseluruhan seluas 52.735,7 ha dengan rincian pertanian sawah seluas 992
ha, tegal seluas 35.162,6 ha, perkarangan seluas 3.308,40 ha dan padang rumput
seluas 14.192,7 ha. Selain itu, luas wilayah perairan laut mencapai 5.633,56 Km² atau
67,43 % dari luas wilayah, menjadikan Flores Timur sebagai salah satu kabupaten di
provinsi NTT yang mempunyai potensi perikanan dan kelautan yang paling besar.
Dengan luas wilayah perairan laut seperti itu, dari total desa/kelurahan yang
berada di Kabupaten Flores Timur (229 desa dan 21 kelurahan), 125 diantaranya
terletak di daerah pesisir (desa pesisir) dengan jumlah kelompok nelayan/pembudidaya
sebanyak 500 kelompok. Secara geografis Kabupaten Flores Timur diuntungkan
karena memiliki posisi strategis sebagai lokasi perikanan tangkap. Demikian juga
prasarana dan sarana perikanan tangkap yang memadai untuk menunjang potensi
yang menjadi andalan Kabupaten Flores Timur seperti Pangkalan Pendaratan Ikan
terbesar di wilayah Indonesia tengah yang merupakan bantuan dari Negara Jepang
(JICA), ditunjang dengan armada perikanan tangkap sebanyak 1.597 kapal penangkap
ikan.
1.3.2. Sumber Daya Manusia
Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik merupakan syarat mutlak bagi
penyelenggaraan pembangunan. Bersama-sama dengan sektor kesehatan, pendidikan
menjadi penting dalam rangka peinngkatan kualitas SDM. Karena itu dalam rangka
pembangunan suatu daerah, pendidikan, dan juga kesehatan harus dilihat sebagai
investasi yang membantu meningkatkan pengetahuan, ketrampailan dan keahlian
tenaga kerja sebagai modal utama dalam penyelenggaraan pembangunan.
Ada tiga indikator utama untuk memeriksa kualitas SDM suatu daerah, yaitu :
angka melek huruf, parisipasi sekolah, dan pendidikan yang ditamatkan. Angka melek
huruf di Kabupaten Flres Timur mengalami peningkatan yaitu berumur 10 tahun ke
atas sebanyak 88,12% (2010), kemudian meningkat menjadi 91,42% (2011).
Berdasarkan jenis kelamin, angka melek huruf laki-laki sedikit lebih baik dari
perempuan. Pada tahun 2010, angka melek huruf penduduk laki-laki sebesar 91,12%
kemudian meningkat menjadi 96,02% pada tahun 2011. Sedangkan penduduk
perempuan sebesar 85,55% kemudian naik menjadi 87,51%.
273
Jika dilihat dari tingkat partisipasi sekolah penduduk berusia 10 tahun ke atas,
maka persentase penduduk yang masih sekolah pada tahun 2010 baru mencapai
27,59%, tetapi, satu tahun kemudian (2011) turun menjadi 22,45%. Tetapi penduduk
yang tidak/belum pernah sekolah pada tahun 2010 mencapai 9,08%, turun menjadi
3,87% pada tahun 2011. Sedangkan penduduk yang tidak bersekolah lagi pada tahun
2010 adalah 63,33%, meningkat menjadi 73,68% pada tahun 2011.
Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS), pada
tingkat SD relatif cukup baik, yaitu mencapai 92,13% pada tahun 2011. Tetapi pada
tingkat penddikan SLTP baru mencapai 67,16%, dan SLTA 47,13%. Sedangkan pada
jenjang perguruan tinggi hanya 1,89%. Selanjutnya jika dilihat dari tingkat pendidikan
yang ditamatkan/ijazah yang dimiliki, maka persentase yang tidak memiliki ijazah dan
yang berijazah SD mencapai 70,69%. Sedangkan yang berijazah perguruan tinggi
hanya mencapai 4,60%.
Jika menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
merupakan gabungan dari tiga indikator utama, yaitu Indikator kesehatan (indeks
harapan hidup), indikator pendidikan (indeks melek huruf dan rata-rata lama sekolah)
dan indikator ekonomi (tingkat daya beli penduduk/purchasing power parity/PPP),
maka berdasarkan data Indeks pembangunan manusia (IPM) provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2011, nilai IPM Kabupaten Flores Timur adalah 68,71 atau berada pada
urutan ke-4 dari 21 kabupaten/kota (setelah Kota Kupang, kabupaten Ngada, dan Alor
dengan nilai masing-masing sebesar 77,71; 70,13 dan 68,92). Sementara IPM
provinsi NTT pada tahun yang sama adalah 67,75.
1.4.
Infrastruktur Wilayah
1.4.1. Prasarana jalan
Salah satu faktor penentu yang mendorong percepatan kemajuan
pembangunan dan pengembangan bisnis di suatu wilayah adalah ketersediaan sarana
dan prasarana yang berada di wilayah tersebut. Data terakhir (2011) menunjukan
panjang jalan di kabupaten Flores mencapai 572,13 Km. Berdasarkan jenis permukaan
jalan, maka jalan yang diaspal mencapai 356,56 Km (62,32%). Jalan dengan jenis
permukaan kerikil 115,27 Km (20,15%). Sedangkan sisanya dengan permukaan tanah
sepanjang 100,30 Km (17,53%).
Jika dilihat dari kondisi jalan, maka untuk jalan dengan permukaan diaspal
(356,56 Km) dalam keadaan baik hanya mencapai 286,88 Km (80,46%). Sisanya
dalam keadaan rusak sampai sedang. Dengan kondisi jalan seperti ini menyebabkan
biaya transportasi manusia, barang dan jasa menjadi tinggi, termasuk waktu tempuh
menjadi lebih lama.
1.4.2. Pelabuhan Laut dan Udara
Kabupaten Flores Timur memiliki prasarana perhubungan laut berupa
Pelabuhan Ferry, Pelabuhan PELNI, Pelabuhan Barang dan Pelabuhan PELRA.
Keempat pelabuhan ini terdapat di Larantuka (ibukota kabupaten). Selain itu terdapat 3
pelabuhan laut dan satu pelabuhan Ferry terdapat di Pulau Adonara, dan satu
pelabuhan terdapat di Menanga, Pulau Solor yang melayani mobilisasi masyarakat dan
barang yang datang dari luar atau sebaliknya dari Kabupaten Flores Timur. Prasarana
tersebut dalam kondisi baik dan telah dimanfaatkan untuk menggerakan roda
perekonomian di daerah ini, tetapi masih dibutuhkan beberapa titik pelabuhan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
274
Trayek Kapal penumpang/barang yang terlayani selama ini adalah Larantuka –
Kupang, Makasar, Lewoleba, Kalabahi, Maumere, Surabaya, dan Ambon, dilayani
oleh armada perkapalan yang dimiliki PELNI, Perintis maupun ASDP. Sementara
trayek yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan kecamatan dan antar
kabupaten (terutama Lewoleba di Flores Timur), menggunakan perahu motor yang
diusahakan oleh masyarakat setempat dengan frekwensi pelayaran 4 – 5 kali
perjalanan pulang pergi, terutama untuk melayani mobilitas masyarakat.
Jumlah penumpang yang turun di dua pelabuhan utama, yaitu Larantuka dan
Terong/Waiwerang, pada tahun 2011 sebanyak 153.750 orang (rata-rata perbulan
12.813 orang) dan penumpang yang naik sebanyak 139.562 orang (rata-rata perbulan
11.630 orang). Sementara kunjungan kapal laut di pelabuhan Larantuka dan
Terong/Waiwerang 9.988 kunjungan (rata-rata kunjungan perbulan sebanyak 832 kali.
Jika dilihat dari volume bungkat muat barang, maka pada tahun 2011 volume bongkar
barang mencapai 69.900 ton (rata-rata perbulan sebanyak 5.825 ton barang),
sedangkan volume muat sebanyak 44.499 ton (rata-rata perbulan sebanyak 3.708 ton).
Kabupaten Flores Timur juga memiliki satu buah pelabuhan udara, yaitu
Bandara Gewayan Tanah (kurang lebih 10 Km dari Larantuka) yang terletak di
Kecamatan Larantuka. Bandara Gewayan Tanah menjadi salah satu alternatif
transportasi antara Kabupaten Flores Timur dengan Kota Kupang (ibu kota Provinsi
NTT) dengan lama waktu tempuh kurang dari 40 menit. Jenis penerbangan yang
melayaninya adalah Trans Nusa (dengan type pesawat Fokker 50) yang melayani
penerbangan Larantuka - Kupang setiap hari satu kali penerbangan PP dan Susi Air
dengan kapasitas 12 orang. Jumlah penumpang yang datang dan berangkat pada
tahun 2011 mencapai 6.690, dengan rincian, penumpang yang datang sebanyak 3.210
(rata-rata 268 penumpang per bulan), dan penumpang yang berangkat sebanyak
3.480 orang (rata-rata 290 penumpang per bulan). Volume bongkar-muat bagasi pada
tahun 2011 masing-masing 31.161 kg dan 30.489 kg, atau rata-rata sebulan masingmasing 2.596,75 kg dan 2.540,75 kg. Sedangkan volume bongkar-muat barang
masing-masing 1.791 kg dan 1.134 kg, atau rata-rata dalam sebulan masing-masing
149,25 kg dan 94,5 kg.
1.4.3. Prasarana air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan utama penduduk untuk keperluan minum dan
kebutuhan sehari-hari, dan juga untuk memenuhi kebutuhan industri pariwisata,
manufaktur, serta investasi. Pada tahun 2007 produksi air minum pada perusahaan air
minum di Kabupaten Flores Timur sebesar 1.285.094 m3, yang disalurkan melalui
pelanggan meteran sebesar 885.683 m3 dan yang disalurkan melalui mobil tangki
sebesar 680 m3. Pada lima tahun kemudian (2011), terjadi sedikit penurunan produksi
air minum yaitu turun menjadi 1.269.462 m3, dengan jumlah pelaanggan sebanyak
5.660. Hampir sebagian besar pelanggan berada di kecamatan Larantuka (daratan
Flores bagian Timur), dan sedikit pelanggan di Waiwerang kecamatan Adonara Timur.
Sampai dengan survei ini dilaksanakan, penduduk Flores Timur yang mendapat
pelayanan PDAM baru hanya pada kedua kecamatan tersebut. Penduduk yang berada
di pulau Solor dan kecamatan lainnya belum dijangkau PDAM, dan pada umumnya
menggunakan air minum dari sumur. Jika dilihat dari distribusi pelanggan, maka
sebagian besar pelangggan adalah pelanggan rumahtangga (93,14%). Sementara
pelanggan UMKM hanya sebanyak 131 unit usaha (2,31%). Meskipun diantara
pelanggan rumahtangga termasuk juga didalamnya adalah usaha mikro, tetapi
jumlahnya relatif kecil.
275
Kondisi di atas menunjukan bahwa ketersediaan air bersih di kabupaten Flores
Timur belum menyebar secara merata, dan masih didominasi penggunaannya untuk
kebutuhan konsumtif. Kondisi seperti ini jika tidak diupayakan pembangunannya
secara maksimal, dengan menyediakan sumber atau mata air yang cukup merata,
terutama pada wilayah atau daerah dimana terdapat cukup banyak sentra-sentra
UMKM serta wilayah-wilayah potensial lainnya, akan berdampak pada kinerja dan
pengembangan UMKM.
1.4.4. Prasarana Komunikasi
Peranan jasa pos dan telekomunikasi dalam menunjang pembangunan dan
perekonomian di Kabupaten Flores Timur. Jumlah kantor Pos yang ada di Kabupaten
Flores Timur satu unit dengan jumlah kantor pos pembantu sebanyak tiga unit. Selain
itu, terdapat kantor telkom sebanyak satu unit, serta beberapa operator jasa telepon
selular. Jumlah pelanggan telepon kabel pada tahun 2007 sebanyak 2,263 unit terdiri
dari 47 unit pelanggan pemerintah dan 2.216 unit pelanggan swasta dan rumahtangga.
Pada lima tahun kemudian jumlah pelanggan Telkom meningkat menjadi 3.145, terdiri
dari 2.843 pelanggan swasta dan rumahtangga, dan 302 pelanggan pemerintah. Selain
itu TELKOMSEL juga telah membangun jaringannya pada hampir semua titik,
sehingga dapat diakses oleh semua penduduk di kabupaten Flores Timur.
1.4.5. Prasarana listrik
Produksi pembangkit listrik di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2007 adalah
mencapai 17.780.711 Kwh, dengan jumlah pelanggan sebanyak 17.441 rumahtangga
dengan jumlah pemakaian (Kwh terjual) sebesar 15.880.750 Kwh. Pada lima tahun
kemudian (2011) jumlah produksi pembangkit listrik meningkat menjadi 28.673.014
Kwh, dan jumlah pelanggan meningkat menjadi 20.927 unit.
Jangkauan pelayanan yang disediakan oleh PLN hampir semua wilayah
Kabupaten Flores Timur kecuali di Pulau Adonara dan Solor. Tabel 3 di bawah ini
menyajikan jumlah pelanggan yang dilayani PLN menurut Ranting dan Pulau di
kabupaten Flores Timur.
Tabel 3 Jumlah Pelanggan dan Produksi Menurut Ranting dan Pulau Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Ranting/Sub Ranting
Boru
Lewolaga
Waiklibang
Larantuka
Ritaebang
Menanga
Adonara Barat
Adonara Timur
Jumlah
Pulau/Daerah
Flores bag Timur
Flores bag Timur
Flores bag Timur
Flores bag Timur
Flores bag Timur
Solor
Adonara
Adonara
Jmlh Pelanggan
1.352
224
829
10.691
675
2.580
1.849
2.727
20.927
Produksi (KWH)
801.985
98.642
383.312
16.559.341
172.044
1.390.540
1.041.071
8.226.070
28.673.014
Sumber : Flotim Dalam Angka 2012, BPS Flores Timur
1.4.6. Prasarana komunikasi
Peranan jasa pos dan telekomunikasi dalam menunjang pembangunan dan
perekonomian di Kabupaten Flores Timur. Jumlah kantor Pos yang ada di Kabupaten
Flores Timur satu unit dengan jumlah kantor pos pembantu sebanyak tiga unit. Selain
itu, terdapat kantor telkom sebanyak satu unit, serta beberapa operator jasa telepon
selular. Jumlah pelanggan telepon sebanyak 2.263 unit terdiri dari 47 unit pelanggan
pemerintah dan 2.216 unit pelanggan swasta dan rumahtangga.
276
1.4.7. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan di Kabupaten Flores sudah cukup tersedia dan menyebar
secara merata pada semua kecamatan (terutama untuk tingkat pendidikan dasar dan
menengah pertama. Seperti telah diuraikan di atas, sampai dengan tahun 2011 jumlah
TK di kabupaten Flores Timur sebanyak 182 dengan jumlah guru sebanyak 552 orang.
Jumlah SD sebanyak 292 buah dengan jumlah guru 3.090 orang, dan jumlah SMP
sebanyak 69 buah dengan jumlah guru sebanyak 964 orang.
Pada jenjang pendidikan menengah atas, sebanyak 28 sekolah dengan rincian,
SMA/MA sebanyak 18 buah dan SMK sebanyak 10 buah, dengan jumlah guru masingmasing sebanyak 430 orang dan 206 orang. Informasi ini menunjukan bahwa,
pendidikan menengah atas di wilayah ini sudah diarahkan pada penciptaan
kompetensi dan atau keahlian sesuai dengan bidang minat dan kecendrungan
permintaan lapangan kerja yang mengarah pada spesialisasi atau keahlian tertentu.
Banyaknya sekolah, guru dan murid menurut tingkat pendidikan, serta rata-rata guru
per sekolah dan rata-rata murid per sekolah dapat diikuti pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4.
Jumlah Sekolah, Guru dan Murid serta Rata-rata Guru Per Sekolah Dan
Rata-rata Murid Per Sekolah di Kabupaten Flores Timur, 2011
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Sekolah
Guru
Murid
1 Sekolah Dasar
292
3.090
39.483
2 SLTP
69
954
11.603
3 SLTA/MA
18
430
5.488
4 SMK
10
206
2.092
Jumlah
389
5.680
56.666
Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim
No
Tingkat Sekolah
Rata-2
Guru/Sklh
11
14
24
21
-
Rata-2
Murid/Sklh
135
168
305
209
-
Data di atas menunjukan bahwa rata-rata guru per sekolah pada masingmasing jenjang sekolah termasuk cukup baik. Tetapi yang menjadi masalah adalah
tingkat pendidikan atau ijazah yang dimiliki para guru pada masing-masing jenjang
pendidikan, terutama pendidikan menengah ke atas, serta ketersediaan guru menurut
bidang studi yang dibutuhkan. Selain itu kesersediaan ruangan serta kelengkapan
perangkat yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar, terutama pada
SMK serta fasilitas laboratorium yang dibutuhkan pada jenjang SMP maupun SMA.
1.4.8. Prasarana kesehatan
Prasarana kesehatan di kabupaten Flores Timur relatif masih terbatas,
terutama ketersediaan rumah sakit serta tenaga medis yang mendukungnya. Sampai
dengan saat ini, hanya ada satu Rumah Sakit Umum (RSU) milik pemerintah daerah
yang berada di ibukota kabupaten. Selain itu terdapat 20 Puskesmas yang menyebar
pada 19 kecamatan (kecuali kecamatan Titehena memiliki 2 Puskesmas), 42
Puskesmas Pembantu, 10 BKIA, 93 Polindes, dan 24 Poskedes.
Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Flores Timur juga sangat terbatas. Jika
pada tahun 2007 terdapat 17 orang dokter umum, 3 orang dokter gigi, maka data
terakhir (2011) menunjukan jumlah dokter umum meningkat menjadi 28 orang, tetapi
tidak ada lagi dokter giri. Sementara jumlah perawat pada tahun 2001 sebanyak 197
orang, kemudian meningkat menjadi 218 orang pada tahun 2011. Sedangkan jumlah
bidan pada tahun 2007 tercatat sebanyak 166 orang, pada tahun 2011 jumlah tenaga
bidan turun menjadi 157 orang.
277
1.5.
Ekonomi Wilayah
1.5.1. Konsumsi Domestik
Ciri negara berkembang tergambar jelas dari hasil SUSENAS 2011 yang
menunjukkan porsi pengeluaran untuk makanan di Flores Timur yang lebih besar dari
pada pengeluaran untuk bukan makanan. Pengeluaran untuk makanan mencapai
63,18% sedangkan untuk bukan makanan hanya sebesar 36,82%. Hasil SUSENAS
2011 menunjukkan bahwa sekitar 89,24% penduduk tergolong sebagai penduduk
dengan rata-rata pengeluaran konsumsi sebesar Rp. 100.000 – Rp. 499.999.- per
kapita per bulan. Tidak ada rumah tangga dengan pengeluaran di bawah Rp. 100.000,sedangkan sisanya di atas Rp. 499.999.Tabel 5.
Rata-rata Pengeluaran Per kapita Sebulan
menurut Jenis Pengeluaran Kabupaten
Flores Timur, Tahun 2011
No
Jenis Pengeluaran
Rata-rata
%
1) Makanan
1 padi-padian
87,866
25.29
2 Ubi-Ubian
2,367
0.68
3 Ikan
30,834
8.87
4 Daging
3,219
0.93
5 Telur dan susu
5,211
1.5
6 sayur-sayuran
22,210
6.39
7 kacang-kacangan
1,174
0.34
8 buah-buahan
5,364
1.54
9 minyak dan lemak
10,994
3.16
10 bahan minuman
14,622
4.21
11 bumbu-bumbuan
3,608
1.04
12 konsumsi lainnya
2,947
0.85
13 makanan dan minuman jadi
9,199
2.65
14 Minuman beralkohol
544
0.16
15 tembakau dan sirih
19,357
5.57
2) Bukan Makanan
1 Perumahan
69,203
7.39
2 aneka barang dan jasa
25,691
2.96
3 pakaian dan alas kaki
10,267
0.96
4 barang tahan lama
3,341
2.84
5 pajak dan asuransi
9,371
2.7
6 keperluan pesta
6,787
1.95
7 biaya kesehatan
2,401
0.69
8 biaya pendidikan
850
0.24
Jumlah
347.428 100,00
Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim
Tabel 6 Golongan Pengeluaran per
Kapita dalam Sebulan
Kabupaten FloresTimur,
Tahun 2011
Golongan
< 100.000
100.000-149.999
150.000-199.999
200.000-299.999
300.000-499.999
500.000-744.999
750.000-999.999
> 1.000.000
Pengeluaran
3.58
6.55
38.84
40.27
7.62
2.23
0.91
1.5.2. Struktur Ekonomi Wilayah
PDRB Kabupaten Flores Timur selama tiga tahuan terakhir terus mengalami
peningkatan, yaitu mencapai Rp 1.247,55 milyar (2009) kemudian meningkat 13,13%
menjadi Rp 1.411,34 milyar (2010), dan meningkat 30,15% menjadi Rp 1.836.819.508
(2011). Sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB didominasi oleh sektor
pertanian, dan Jasa-jasa, tetapi dengan besar sumbangan yang cendrung berfluktuasi.
Pada tahun 2009, sektor pertanian menyumbang sebesar 35,81% (ADHB), kemudian
turun menjadi 34,92% (2010), tetapi pada tahun (2011) meningkat menjadi 41,43%.
Sementara pada sektor Jasa-jasa, pada tahun 2009 menyumbang sebesar 32,38%,
278
kemudian meningkat sebesar 32,83% (2010), tetapi menurun menjadi 27,29% (2011).
Pada sektor Pertanian, sub-sektor Pertanian Tanaman Pangan memberkan
sumbangan terbesar. Sedangkan pada sektor Jasa-jasa, sebagian besar (lebih dari
70%) disumbang oleh belanja pemerintah.
Selain sektor Pertanian dan Jasa, sektor Perdagangan, Restoran dan
Perhotelan serta sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi memberikan sumbangan
yang cukup besar. Pada tahun 2009 sektor Perdagangan, Restoran dan Perhotelan
memberikan sumbangan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Flores Timur
sebesar 11,31%, kemudian meningkat menjadi 11,92% (2010), dan meningkat lagi
menjadi 13,43% (2011). Sementara pada sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi,
secara absolut besaran sumbangan juga mengalami peningkatan, tetapi secara relatif
cendrung menurun, dimana pada tahun 2009 memberikan sumbangan sebesar 9,26%,
kemudian sedikit mengalami penurunan pada tahun 2010, yaitu menjadi 8,76%, dan
pada tahun 2011 juga sedikit mengalami penurunan, yaitu menjadi 8,19%.
Selain ke empat sektor tersebut, kelima sektor lainnya memberikan sumbangan
relatif kecil, yaitu berkisar antara 0,32% sampai dengan 5%. Tabel 7 dan Tabel8
menyajikan perkembangan PDRB Kabupaten Flores Timur tahun 2009 – 2011, baik
berdasarkan besarnya sumbangan masing-masing sektor dan sub-sektor, maupun
sumbangan relatifnya terhadap pembentukan PDRB.
Tabel 7. PDRB Kabupaten Flores Timur ADHB dan ADHK Tahun 2000, Tahun 20092011
No
Sektor
1 Pertanian
1. Tanaman Pangan
2. Tanaman Perkebunan
3. Peternakan & Hasilnya
4. Kehutanan
5. Perikanan
2 Pertambangan
3 Industri Pengolahan
4 Listrik dan Air Bersih
1. Listrik
2. Air Bersih
5 Bangunan Konstruksi
6 Perdagangan, Resto dan
Hotel
1. Perdagangan
2. Hotel
3. Restoran
7 Angkutan dan
Telekomunikasi
a. A n g k u t a n
1. Jalan Raya
2. Laut
3. Sungai dan Danau
4. Udara
5. Jasa Penunjang Angkutn
b. K o m u n i k a s i
8 Keuangan, Persewaan &
Jasa Perusahaan
a.Bank
b. Lembaga Keuangan
2009 (Rp jutaan)
Berlaku
Konstan
446.723.429 202.441.745
47.950.661 19.518.162
2010 (Rp jutaan) *)
Berlaku
Konstan
492 884,784 207 690,790
199 021,991 92 922,065
112 321,124 44 779,827
61 324,360 28 594,935
296,548
198,192
119 920,7 41 195,772
11 524,417 4 695,809
15 114,588 6 800,822
4 909,957 2 250,136
4 274,826 1 968,670
635,131
281,466
54 642,580 21 298,268
2011 (Rp jutaan) **)
Berlaku
Konstan
760 958,647 214 456,496
228 215,045 95 100,640
135 987,428 47 138,211
263 156,604 29 457,571
372,720
206,500
133 226,851 42 553,574
12 029,995 4 894,423
17 194,672 7 024,874
5 849,877 2 555,493
5 143,211 2 250,155
706,666
305,339
56 601,229 21 555,913
141.053.861 69.505.716
168 202,647 74 067,206
246 671,979
79 024,170
166 749,469 73 491,317
244,368
132,091
1 208,810
443,799
240 636,281
312,344
5 723,354
78 423,472
138,820
461,878
123 955,688 64 918,736
150 447,470
69 312,549
110 800,160 56 534,396
35 009,351 18 991,983
2 859,146 1 099,969
60 775,531 30 713,867
41,683
13,186
12 114,449 5 715,391
13 155,528 8 384,340
135 636,677
52 038,304
4 721,898
65 699,434
103,384
13 073,657
14 810,793
60 190,628
20 105,893
1 169,111
32 893,865
14,391
6 007,367
9 121,922
76 315,060 29 362,545
85 725,593
30 885,778
44 280,614 15 458,129
12 350,307 7 556,123
46 728,636
16 328,087
15 850,161
425,621
8.595.406
13.288.166
4.290.821
3.701.091
6.057.280
2.013.168
115.475.557 61.082.159
66.186.012 27.506.477
279
2010 (Rp jutaan) *)
2011 (Rp jutaan) **)
Berlaku
Konstan
Berlaku
Konstan
c. Sewa Bangunan
18 846,458 5 951,258
21 659,122 6 180,247
d. Jasa Perusahaan
837,680
397,036
1 009,749
429,749
9 Jasa-Jasa
403.988.228 195.461.248 463 788,686 211 524,888 501 340,045 224 357,418
a. Pemerintahan Umum
344 422,762 154 979,342 365 196,036 164 326,658
b. S w a s t a/Private
119 365,924 56 545,546 136 144,009 60 030,760
1. Sosial & Kemasyarakatn
56 045,124 40 232,897
63 191,491 42 506,602
2. Hiburan & Rekreasi
59,285
29,119
67,946
31,860
3. Perorangan & RT
63 261,515 16 283,530
72 884,573 17 492,298
PDRB Kabupan Flores Timur 1.247.552.141 587.287.248 1 411 338,407 622 609,201 1 836 819,508 654 067,114
Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim
*) angka sementara ; **) angka sangat sementara
No
2009 (Rp jutaan)
Berlaku
Konstan
Sektor
Tabel 8
No
Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Flores Timur
ADHB dan ADHKTahun 2000 Tahun 2009-2011
Sektor
*)
**)
Tahun 2009 (%) Tahun 2010 (%) Tahun 2011 (%)
Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan
35,81
34,92
33,36
41,43
32,79
1 Pertanian
1. Tanaman Pangan
2. Tanaman Perkebunan
3. Peternakan dan Hasilnya
4. Kehutanan
5. Perikanan
2 Pertambangan
0.69
3 Industri Pengolahan
1,07
4 Listrik dan Air Bersih
0,34
1. Listrik
2. Air Bersih
5 Bangunan Konstruksi
3,84
6 Perdagangan
11,31
1. Perdagangan besar & eceran
2. Hotel
3. Restoran
7 Pengangkutan & Telekomunikasi
9,26
a. A n g k u t a n
1. Jalan Raya
2. Laut
3. Sungai dan Danau
4. Udara
5. Jasa Penunjang Angkutan
b. K o m u n i k a s i
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5,31
a.Bank
b. Lembaga Keuangan
c. Sewa Bangunan
d. Jasa Perusahaan
9 Jasa-Jasa
32,38
a. Pemerintahan Umum
b. S w a s t a/Private
1. Sosial & Kemasyarakatan
2. Hiburan & Rekreasi
3. Perorangan & Rumahtangga
PDRB Kabupaten Flores Timur
100,00
14,10
7,96
4,35
0,02
8,50
0,82
1,07
0,35
0,30
0,05
3,87
11,92
14,92
7,19
4,59
0,03
6,62
0,75
1,09
0,36
0,32
0,05
3,42
11,90
12,42
7,40
14,33
0,02
7,25
0,65
0,94
0,32
0,28
0,04
3,08
13,43
14,54
7,21
4,50
0,03
6,51
0,75
1,07
0,39
0,34
0,05
3,30
12,08
11,81
0,02
0,09
8,78
7,85
2,48
0,20
4,31
0,00
0,86
0,93
5,41
3,14
0,88
1,34
0,06
32,86
24,40
8,46
3,97
0,00
4,48
100,00
11,80
0,02
0,07
10,43
9,08
3,05
0,18
4,93
0,00
0,92
1,35
4,72
2,48
1,21
0,96
0,06
33,97
24,89
9,08
6,46
0,00
2,62
100,00
13,10
0,02
0,31
8,19
7,38
2,83
0,26
3,58
0,01
0,71
0,81
4,67
2,54
0,89
1,18
0,05
27,29
19,88
7,41
3,44
0,00
3,97
100,00
1,99
0,02
0,07
10,60
9,20
3,07
0,18
5,03
0,00
0,92
1,39
4,72
2,42
1,29
0,94
0,07
34,30
25,12
9,18
6,50
0,00
2,67
100,00
Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim
*) angka sementara ; **) angka sangat sementara
280
Pertumbuhan ekonomi kabupaten Flores Timur selama tiga tahun terakhir
(2009 – 2011) termasuk cukup baik, meskipun pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi
kabupaten Flores Timur (atas dasar harga konstan) hanya mencapai 2,84%, atau di
bawah pertumbuhan ekonomi provinsi NTT (4,24%). Tetapi pada tahun 2010
pertumbuhan ekonomi meningkat hampir tiga kali dari pertumbuhan tahun
sebelumnya, yaitu mencapai 6,01%, atau melewati pertumbuhan ekonomi provinsi
NTT pada tahun yang sama yaitu 5,13%. Selanjutnya pada tahun 2011, pertumbuhan
ekonomi kabupaten Flores Timur sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan
tahun sebelum yaitu 5,06%, sementara pertumbuhan ekonomi provinsi NTT pada
tahun yang sama mencapai 5,63%. Gambar 1 menyajikan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Flores Timur dan Provinsi NTT.
Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Flores Timur
dan Provinsi NTT Tahun 2009 – 2011
Sumber : Indikator Ekonomi Kabupaten Flotim 2012, BPS
Flotim
Sama seperti tingkat
pertumbuhan ekonomi, pendapatan
per kapita di kabupaten Flores Timur
selama tiga tahun terakhir juga
menunjukan pertumbuhan tetapi
relatif kecil. Tetapi jika dibandingkan
dengan pendapatan per kapita
provinsi NTT, maka pendapatan per
kapita Kabupaten Flores Timur
sedikit lebih baik. Pada tahun 2009,
pendapatan per kapita kabupaten
Flores Timur mencapai Rp Rp
5.192.676,- kemudian meningkat
menjadi Rp 5.752.883,- pada tahun
2010 (atau meningkat sebesar 10,79%).
Selanjutnya pada tahun 2011 tingkat
pendapatan per kapita kabupaten Flores Timur
meningkat cukup besar yaitu mencapai Rp
7.395.514,- (mengalami peningkatan sebesar
28,55%). Sementara pada kurun waktu yang sama,
pendapatan per kapita provinsi NTT pada tahun
2009 sebesar Rp 4.914.835,- kemudian meningkat
menjadi Rp 5.521.419,- pada tahun 2010, dan pada
tahun 2011 meningkat menjadi Rp 6.073.767,Gambar 2
Sumber :
1.6.
Pendapatan per Kapita Kabupaten Flores
Timur dan Provinsi NTT Tahun 2009 – 2011
Indikator Ekonomi Kabupaten Flotim 2012,
BPS Flotim BPS Flotim
Potensi UMKM
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (KUMKM) Provinsi NTT, sampai dengan Desember 2011 jumlah
UMKM di kabupaten Flores Timur mencapai 45.420 unit. Hampir sebagian (47,88 %)
berada pada sektor pertanian, kemudian diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (31,09 %), dan sektor Jasa-jasa (7,58 %). Kemudian dikuti berturut-turut oleh
Industri Pengolahan (5,36 %) ; Bangunan (2,73 %) ; Keuangan/Persewaan (1,89 %) ;
281
Pertambangan dan Penggalian (1,84 %); Pengangkutan dan Komunikasi (1,15 %) ;
dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (0,46 %). Gambar 1.3 di bawah ini menyajikan
distribusi jumlah UMKM menurut masing-masing sektor.
Gambar 1.3 Data UKM Menurut Sektor Per Desember 2011
Sumber :
Dinkop dan UMKM Prov. NTT) diolah
Berdasarkan jumlah dan penyebaran
UMKM pada berbagai sektor, kondisi
obyektif yang dihadapi dan peluang
pengembangan ke depan, maka kebijakan
pembangunan UMKM dan Koperasi di
Kabupaten Flores Timur adalah:
a. Mengembangkan UKM diarahkan
untuk memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya
saing dan penciptaan lapangan kerja.
Pengembangan
usaha
mikro
lebih
diarahkan memberikan kontribusi dalam
peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.
b. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip Manajemen
usaha KUKM yang baik terutama untuk : (i) memperluas akses kepada sumber
permodalan khususnya perbankan ; (ii) memperbaiki lingkungan usaha dan
menyederhanakan prosedur perijinan ; (iii) memperluas dan meningkatkan
kualitas institusi pendukung yang menjalankan fungsi intermediasi.
c. Mengembangkan Koperasi dan UKM untuk semakin berperan sebagai
penyedia barang dan jasa, maju, berdaya saing khususnya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat banyak.
d. Membangun koperasi yang diarahkan pada upaya-upaya (i) membenahi dan
memperkuat tata kelembagaan dan organisasi koperasi (ii) meningkatkan
pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan (stakeholder)
kepada koperasi. (iii) meningkatkan kemandirian koperasi.
Untuk mengimplementasikan kebijakan di atas, maka Dinas Koperasi dan UKM
Flores Timur merumuskan empat program pokok yang merupakan Program Prioritas
dalam RPJMD Kabupaten Flores Timur Periode 2012 - 2016, yaitu :
a. Program penciptaan Iklim UKM yang kondusif
b. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif Usaha
Kecil Menengah
c. Program pengembangan Sistim Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil
menengah, dan
d. Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi
1.7.
Perbankan dan UMKM
Peranan perbankan terhadap pengembangan UMKM di Kabupaten Flores
Timur mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah kantor
bank yang beroperasi dan penyaluran jumlah pinjaman. Kantor bank yang beroperasi
sebanyak 4 unit, yaitu BRI, BNI, Bank NTT dan BPR (milik Pemkab Fores Timur). BRI
Cabang Larantuka memiliki 6 kantor unit (yang tersebar merata pada tiga pulau), Bank
BNI memiliki dua Kantor Cabang Pembantu; dan Bank NTT memiliki 3 Kantor Cabang
282
Pembantu dan 3 USPD. Sementara BPR Mina Usaha Dana memiliki dua Kantor
Cabang. Selain kantor Bank terdapat 155 buah koperasi, sebagian diantaranya juga
memberikan pinjaman kepada UMKM.
Besarnya simpanan masyarakat di bank selama tahun 2008–2012 menunjukan
perkembangan yang cukup signifikan. Tahun 2008 jumlah simpanan mencapai Rp
510.527 juta, meningkat menjadi Rp 742.903 juta (2010), tetapi pada tahun berikutnya
(2011) turun menjadi Rp 611.063 juta dan Rp 663.514 juta (2012). Tabel 9 berikut
menyajikan perkembangan jumlah simpanan menurut masing-masing jenis simpanan.
Tabel 9. Perkembangan Simpanan Masyarakat di Kabupaten Flores Timur Menurut
Jenis Simpanan, 2008 – 2012
No
Jenis Simpanan
1
2008
Rp (Juta)
64.917
746
2009
Rp (Juta)
49.613
752
2010
Rp (Juta)
62.666
1.090
Giro : Nominal
Rekening (satuan)
2 Simpanan Berjangka
Nominal
84.010
94.304
135.319
Jumlah bilyet (satuan)
1.040
1.086
1.344
3 Tabungan : Nominal
361.600
417.554
544.918
Rekening (satuan)
99.145
99.094
134.544
Jumlah
510.527
561.472
742.903
Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT
2011
Rp (Juta)
67.533
998
2012
Rp (Juta)
99.170
944
100.860
979
442.670
97.154
611.063
101.442
976
462.902
104.337
663.514
Kebijakan perbankan dalam pemberian pinjaman berdasarkan lapangan usaha
menunjukan pertumbuhan yang cukup berarti, tetapi pinjaman yang diberikan untuk
lapangan usaha lebih kecil proporsinya. Tabel 10 berikut ini menyajikan posisi
pinjaman yang diberikan perbankkan menurut sektor atau lapangan usaha.
Tabel 10. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Flores Timur
Menurut Lapangan Usaha, 2008 – 2012
No
A
1
Jenis Pinjaman
2008
67.650
1.893
Tahun (Rp juta)
2009
2010
2011
84.700 101.716 219.048
1.470
582
192
2012
345.698
4.828
11
1.021
84.023
2.865
63.165
656
5.162
61.953
426.907
645.954
1.392
176.614
8.270
121.305
2.809
5.497
24.983
371.480
796.756
Berdasarkan Lapangan Usaha
Pertanian, Peternakan, Kehutanan
dan Perikanan
2 Petambangan dan Penggalian
3 Industri Pengolahan
503
264
62
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
16.850
5 Konstruksi
1.791
1.700
2.284
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
58.376
75.839
62.253
7 Pengangkutan dan Komunikasi
589
522
522
8 Kuangan, Real Estate, Jasa Perus
2.211
2.415
5.294
9 Jasa-jasa
2.286
2.489
13.870
B Pinjaman bukan Lapangan Usaha
229.589 255.090 232.343
Jumlah
297.239 339.789 342.193
Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT
Tabel di atas menunjukan, bahwa jenis pinjaman yang diberikan kepada
lapangan usaha pada tiga tahun berturut-turut, sebagian besar diserap oleh sektor
perdagangan, hotel dan pariwisata. Selanjutnya pada dua tahun terakhir (2011 – 2012)
proporsi terbesar diberikan kepada sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Sektor jasa juga
menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Sementara sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan sebagai sektor yang paling banyak diusahakan
oleh UMKM di Kabupaten Flores Timur, mendapatkan pinjaman cendrung berfluktuasi.
Curahan pinjaman dari perbankan kepada semua sektor menunjukan peningkatan
283
meskipun beberapa sektor cenderung berfluktuasi. Kecuali sektor pertambangan dan
penggalian, hanya mendapatkan pinjaman pada tahun 2011, dengan jumlah sangat
kecil, yaitu hanya sebesar Rp 11 juta.
Apabila posisi pinjaman kepada UMKM dikaitkan dengan jenis penggunaan,
maka dari total penjaman yang diserap oleh 9 sektor/lapangan usaha, sebagian
besarnya digunakan untuk modal kerja. Sedangkan untuk investasi relatif kecil. Seperti
telah dijelaskan di atas (lihat juga Tabel 1.13), total pinjaman yang diberikan setiap
tahun oleh bank umum dan BPR, lebih dari 70%-nya adalah pinjaman konsumtif. Tabel
11 berikut menyajikan pinjaman yang diberikan oleh Bank Umum dan BPR
berdasarkan jenis penggunaan dan Tabel 12 menyajikan persentase menurut masingmasing jenis penggunaan.
Tabel 11. Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Flores
Timur Menurut Jenis Penggunaan, 2008 – 2012
No
Jenis Penggunaan
2008
2009
2010
(Rp juta)
(Rp juta)
(Rp juta)
1 Modal Kerja
63.908
80.537
77.182
2 Investasi
4.075
4.439
24.533
3 Konsumtif
229.589
255.090
232.343
Jumlah
297.239
339.789
342.193
Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT
2011
(Rp juta)
115.296
103.752
426.907
645.954
2012
(Rp juta)
140.154
205.544
371.480
796.756
Tabel 12. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Flores Timur
Menurut Jenis Penggunaan, 2008 – 2012
No
1
2
3
Jenis Penggunaan
Modal Kerja
Investasi
Konsumtif
Total
2008 (%)
21,50
1,37
77,13
100,00
2009 (%)
23,70
1,31
74,99
100,00
2010 (%)
22,56
7,17
70,27
100,00
2011 (%)
17,85
16,06
64,09
100,00
2012 (%)
17,59
25,80
56,61
100,00
Sumber : Data Primer (Diolah)
Tabel di atas menunjukan, bahwa persentase pinjaman yang digunakan untuk
modal kerja dan investasi relatif lebih kecil dibandingkan untuk kunsumsi. Tetapi
selama lima tahun terakhir proporsi pinjaman untuk pengembangan usaha (baik untuk
modal kerja maunpun untuk investasi) menunjukan peningkatan yang cukup berarti.
Pinjaman untuk modal kerja, secara relatif mengalami penurunan, sementara pinjaman
untuk investasi menunjukan peningkatan yang sangat signifikan, terutama pada tiga
tahun terakhir (2009 – 2012). Secara keseluruhan, pinjaman yang diberikan oleh
perbankan selama lima tahun terakhir di Kabupaten Flores Timur menunjukan peranan
yang berarti dalam rangka pembiayaan dan pengembangan UMKM. Meskipun masih
menunjukan ketimpangan pembiayaan, jika dilihat dari jumlah UMKM menurut sektor,
dimana sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan merupakan sektor
yang paling banyak dimasuki oleh UMKM.
284
BAB II
HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM
KABUPATEN FLORES TIMUR
2.1. Bobot S ektor-Sub S ektordalam p engembangan U MKM K abupaten
Flores Timur
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial
(MPE) berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu
unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan (16). Berdasarkan
KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses
agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat
Kabupaten Flores Timur. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda,
ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Flores Timur yang
mempunyai nilai skor tertinggi.
Berdasarkan temuan FGD yang dilakukan terhadap sejumlah SKPD di tingkat
Kabupaten, maka dengan pendekatan analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap
sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 13.
Bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi, penciptaan
lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk dalam rangka penetapan KPJu
unggulan di Kabupaten Flores Timur adalah sektor perikanan. Memperhatikan bobot
kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan sektor usaha Perikanan
merupakan sektor yang perlu mendapatkan prioritas pertama karena perikanan
mendapat prioritas tertinggi pada ketiga tujuan. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat
kepentingannya berturut-turut adalah Perkebunan, Pariwisata, Peternakan, Jasa,
Tanaman Pangan, Perdagangan, Angkutan, Kehutanan dan Perindustrian.
Tabel 13. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Flores Timur
Pertumbuhan
Sektor Usaha
Ekonomi
(0.2692)
Perikanan
0,1590
Perkebunan
0,1390
Pariwisata
0,0803
Peternakan
0,1239
Jasa-Jasa
0,1000
Tanaman Pangan
0,0882
Perdagangan
0,0996
Angkutan
0,0544
Kehutanan
0,0756
Perindustrian
0,0460
Sumber : Data Primer (diolah)
2.2
Tujuan (Skor Terbobot)
Penciptaan
Peningkatan
Lapangan Kerja
Daya Saing
(0.3615)
Produk (0.3694)
0,1582
0,2169
0,1463
0,1308
0,1031
0,1161
0,1010
0,0734
0,0836
0,0810
0,0968
0,0732
0,0799
0,0791
0,0737
0,0722
0,0668
0,0611
0,0550
0,0667
Skor
Terbobot Rangking
Gabungan
0,1801
0,1386
0,1018
0,0970
0,0870
0,0858
0,0849
0,0680
0,0670
0,0569
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
KPJu Unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Flores Timur
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan
FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan (Tabel
16), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 14.
285
Tabel 14. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten
Timur
Sektor Usaha/
SkorSektor Usaha/
No
No
KPJu Unggulan
Terbobot
KPJu Unggulan
Padi dan Palawija
Sayuran
1
Ubi Kayu
0,3010
1
Terong
2
Jagung
0,1776
2
Kangkung
3
Padi Ladang
0,1405
3
Kacang Panjang
4
Kacang Tanah
0,1131
4
Sawi
5
Padi Sawah
0,1052
5
Bayam
Buah-Buahan
Perkebunan
1
Pisang
0,2488
1
Jambu Mete
2
Jeruk
0,1615
2
Kelapa
3
Pepaya
0,1601
3
Jarak Pagar
4
Nenas
0,1469
4
Coklat
5
Alpukat
0,1287
5
Kemiri
Peternakan
Perikanan
1
Babi
0,3337
1
Usaha Penangkapan ikan di laut
2
Ayam Ras Pedaging
0,1879
2
mutiara
3
Kambing
0,1572
3
Usaha Penangkapan nener
4
Ayam Ras petelur
0,1185
4
Usaha budidaya rumput laut
5
Itik
0,0891
5
Usaha Budidaya ikan di laut
Pariwisata
Industri
1
Kedai makanan
0,2826
1
Industri kopra
2
Warung makan
0,2449
2
Industri penjahitan dan
pembuatan pakaian
3
Kedai minum (contoh:
0,1287
3
Pengolahan dan pengawetan
warung kopi)
ikan dan produk ikan
4
hotel melati
0,1149
4
Industri tempe
5
Jasa boga
0,0830
5
Industri kain tenun ikat
Perdagangan
Jasa-jasa
1
Sembako
0,2201
1
Keuangan
2
Saprodi pertanian /sapronak 0,2020
2
Jasa pengiriman barang
3
Hasil pertanian/Hortikultura
0,1355
3
Servis perbaikan elektronik
4
Bahan bangunan
0,1085
4
Jasa sewa kendaraan
penumpang
5
Ternak dan hasil-hasilnya
0,1002
5
Perbengkelan
Angkutan
Kehutanan
1
Angkutan barang umum
0,1891
1
Kemiri
2
Angkutan ojek motor
0,1574
2
Cendana (Pohon)
3
Angkutan laut domestik
0,1483
3
Budidaya Kutu lak
penumpang
4
Angkutan sewa
0,1325
4
Bambu
5
Taxi
0,1064
5
Asam
Pertambangan
1
Pasir
0,5900
2
Tanah urukan
0,1689
3
Batu bangunan
0,1275
Sumber : Data Primer (diolah)
Flores
SkorTerbobot
0,2750
0,2072
0,2044
0,0959
0,0958
0,3889
0,1544
0,1086
0,1026
0,0906
0,4464
0,1685
0,1527
0,1091
0,0799
0,1989
0,1425
0,1194
0,1120
0,1034
0,1835
0,1280
0,1255
0,1208
0,1010
0,1992
0,1936
0,1527
0,1379
0,0942
2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Flores Timur
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi
inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Dengan
mempertimbangkan bobot prioritas setiap sektor usaha (Tabel 13) serta hasil skor
KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 14) dilakukan analisa
dengan menggunakan Metoda Bayes. Hasil analisis diperoleh 10 (sepuluh) KPJu
unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan,
286
seperti disajikan pada Tabel 15 yang memperlihatkan 5 (lima) KPJu unggulan lintas
sektor di Kabupaten Flores Timur yaitu usaha penangkapan ikan di laut, perkebunan
jambu mete, perkebunan kemiri, penambangan pasir, dan usaha ternak babi. Hasil
lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan
nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Flores Timur
No
KPJu
1
Usaha Penangkapan ikan di laut
2
Jambu Mete
3
Kemiri
4
Pasir
5
Babi
6
Sembako
7
Saprodi pertanian /sapronak
8
Ubi Kayu
9
Keuangan
10 Kedai makanan
Sumber : Data Primer (diolah)
Skor Terbobot
0,0530
0,0478
0,0388
0,0378
0,0270
0,0258
0,0237
0,0225
0,0224
0,0221
Sektor Usaha
Perikanan
Perkebunan
Kehutanan
Tambang
Peternakan
Perdagangan
Perdagangan
Padi Palawija
Jasa-Jasa
Pariwisata
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor
adalah usaha perdagangan sembako, perdagangan saprodi pertanian/peternakan,
usaha tani ubu kayu, jasa keuangan, dan usaha usaha kedai makanan. Apabila
ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, maka 5 KPJu utama adalah:
sektor perikanan menempati posisi teratas.
2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Flores Timur
Kedudukan KPJu Unggulan di Kabupaten Flores Timur berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 16 Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Flores Timur
No
KPJu Unggulan
Usaha Penangkapan ikan
di laut
2
Jambu Mete
3
Kemiri
4
Pasir
5
Babi
6
Sembako
Saprodi
7
pertanian/sapronak
8
Ubi Kayu
9
Keuangan
10 Kedai makanan
Sumber : Data Primer (diolah)
1
Skor
Potensi Prospek
Potensi
Kriteria
Prospek
Kuadran
4,60
4,40
Sangat Sesuai Sangat Sesuai
I
4,80
3,20
2,20
4,00
3,00
4,00
2,80
3,00
3,80
2,80
Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Sesuai
Sesuai
II
III
I
2,60
2,60
Cukup Sesuai
3,60
2,60
4,80
2,80
2,00
4,00
Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai Cukup Sesuai
Sangat Sesuai Sangat Sesuai
Sesuai
I
III
IV
III
IV
I
Seperti dapat dilihat pada Tabel 2.4 di atas, terdapat 3 KPJu Unggulan lintas
Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai
Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik atau baik, yaitu: usaha penangkapan
ikan di laut t, perkebunan jambu mete, usaha ternak babi, dan usaha kedai makanan.
287
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Tujuan terpenting dalam pengembangan UMKM adalah untuk “peningkatan
daya saing produk”, kemudian “penyerapan tenaga kerja” dan “pertumbuhan
ekonomi. Peningkatan daya saing menjadi tujuan utama agar output UMKM
mampu bertahan dan bersaing di pasar demi keberlanjutan UMKM.
3.1.2. Kriteria penentuan KPJU Unggulan terpenting (ranking kepentingan) berturutturut adalah 1) ketersediaan teknologi, 2) ketersediaan pasar, 3) manegemen
usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang
dibutuhkan,
6)
ketersediaan
sarana
produksi,
7)
aksesibilitas
terhadap/kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9)
harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan baku dan yang terakhir adalah 11)
aspek sosial budaya.
3.1.3. Sektor perikanan mendapatkan prioritas tertinggi pada ketiga tujuan sehingga
menjadi sektor utama yang harus mendapatkan prioritas pertama di Kabupaten
Flores TImur. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturutturut adalah Perkebunan, Pariwisata, Peternakan, Jasa, Tanaman Pangan,
Perdagangan, Angkutan, Kehutanan dan Perindustrian.
3.1.4. Sepuluh KPJU Unggulan lintas sektor untuk pengembangan UMKM di
Kabupaten Flores Timur berturut-turut adalah : 1) Usaha Penangkapan ikan di
laut, 2) jambu mete, 3) kemiri, 4) pasir, 5) babi, 6) sembako, 7) Saprodi
pertanian /sapronak, 8) Ubi Kayu, 9) keuangan dan 10) kedai makanan.
3.1.5. Jenis komoditi dan usaha yang potensi dan prospek dengan kategori baik
sampai sangat baik adalah : 1) Usaha Penangkapan ikan di laut, 2) Perkebunan
jambu mete, 3) Usaha ternak babi, dan 4) Usaha kedai makanan.
3.2. Rekomendasi
3.2.1. Upaya berbagai pihak dalam pengembangan UMKM di NTT termasuk
Kabupaten Flores Timur mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal
5 (lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat keharusan) yaitu:
peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar,
pembinaan menegemen usaha, penyerapan tenaga kerja (padat karya), dan
peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah
tidak penting, tetapi lebih merupakan suffisien condition (syarat kecukupan)
dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT.
3.2.2. Dalam ruang lingkup rekomendasi (1), diharapkan berbagai pihak yang
berperan dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Flores Timur disarankan
untuk mengembangkan UKM di bidang KPJU Unggulan yang secara potensi
dan prospek tergolong baik dan sangat baik, yaitu: usaha penangkapan ikan di
laut, perkebunan jambu mete, usaha ternak babi, dan usaha kedai makanan.
3.2.3. Upaya untuk mengembangan dan memberdayakan ke-10 KPJu Unggulan
UMKM dapat dilaksanakan secara efektif dan berkelanjutan, sebaiknya diawali
dengan identifikasi dan pemetaan masing-masing KPJu Unggulan oleh masing
sektor (SKPD) yang implementasinya dilaksanakan secara terkoordinasi. Untuk
288
menghindari terjadinya ketimpangan program, disarankan agar dibentuk
sebuah forum atau kelompok kerja pengembangan dan pemberdayaan UMKM
di bawah koordinasi langsung oleh Sekretaris Daerah.
3.2.4. Lembaga perbankan – terutama BUMN – diharapkan partisipasi aktifnya untuk
turut serta membantu membina dan mengembangkan KPJu dari aspek teknis
perbankan sehingga memungkinkan para pelaku UMKM lebih mudah
mengakses pembiayaan yang berasal dari perbankan. Perlu dipertimbangkan
untuk membentuk sebuah badan koordinasi perbankan di tingkat lokal yang
secara reguler dapat berkoordinasi langsung dengan para pelaku UMKM, yang
berfungsi sebabagi forum komunikasi dan konsultasi antara pihak perbankan
dengan para pelaku UMKM. Untuk itu Bupati Flores Timur dapat berkoordinasi
dengan perbankan setempat, terutama Bank NTT dan pihak Perwakilan BI NTT
untuk membentuk wadah tersebut. Agar lebih efektif, wadah tersebut dibentuk
melalui peraturan daerah.
289
BAB I
KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SIKKA
1.1.
Kondisi Fisik Wilayah
1.1.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Sikka terletak diantara 8022 sampai 8050 derajat LS dan 121º55'40"
sampai 122º41'30" BT. Kabupaten Sikka merupakan bagian dari wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur NTT yang terletak di daratan Flores. Sebelum tahun 2007 Sikka terdiri
dari 12 Kecamatan, seiring dengan diberlakukan UU Otonomi daerah terjadi
pemekaran wilayah kecamatan menjadi 21 kecamatan, yaitu Paga, Tanawawo, Mego,
Lela, Bola, Doreng, Mapitara, Talibura, Waiblama, Waigete, Kewapante, Hewokloang,
Kangae, Nelle, Koting, Palue, Nita, Magepanda, Alok, Alok barat, dan Alok Timur.
Kabupaten Sikka merupakan daerah kepulauan dengan total luas daratan
1.731,91 Km2. Terdapat 18 pulau, 9 diantaranya berpenghuni dan 9 sisanya belum
berpenghuni diantaranya pulau terbesar yaitu Pulau Besar (3,07 %) dan pulau terkecil
adalah Pulau Kambing (Pulau Pemana Kecil) yang luasnya tidak sampai 1 Km2. Batas
wilayah Kabupaten Sikka sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores, sebelah
selatan berbatasan dengan Laut Sawu, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Flores Timur dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ende. Rincian luas
daratan Kabupaten Sikka adalah sebagai pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Luas Daerah Kabupaten Sikka Menurut Pulau 2011
No
Pulau
1 Kabupaten Sikka (daratan ; Pulau Flores)
2 Babi/Bater
3 Pangabatang
4 Kambing (Pemana Kecil)
5 Damhila
6 Permaan
7 Besar
8 Palue
9 Sukun
10 Pemana Besar
11 Lain-lain
Jumlah
Sumber : Profil Kabupaten Sikka, 2012
Luas
2
Km
Persentase
1.613,18
93,14
5,63
0,33
0,40
0,04
0,00
0,00
6,25
0,36
0,35
0,02
53,13
3,07
41,00
2,37
5,00
0,29
6,60
0,38
0,37
0,02
1.731,91
100,00
Selanjutnya seiring dengan diberlakukan UU Otonomi Daerah, 12 kecamatan di
Kabupaten Sikka dimekarkan menjadi 21 Kecamatan yaitu Paga, Tanawawo, Mego,
Lela, Bola, Doreng, Mapitara, Talibura, Waiblama, Waigete, Kewapante, Hewokloang,
Kangae, Nelle, Koting, Palue, Nita, Magepanda, Alok, Alok Barat, dan Alok Timur.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa Kecamatan terluas adalah Talibura 260,11
Km² (15,02%) dan terkecil adalah Nelle dan Alok masing-masing 14,65 Km² (0,85%)
dan 14,64 Km² (0,85%) dari luas wilayah Kabupaten Sikka sebesar 1.731,91.
1.1.2. Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Sikka beriklim Tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,5ºC
– 25,9ºC dan maksimum berkisar antara 30,3ºC – 33,9ºC, suhu rata-rata 24,5ºC.
Kelembaban udara rata-rata 77% per tahun dengan tekanan terendah 1.007,7 pada
290
Desember dan tertinggi 1.013,0 pada Agustus, kelembaban nisbi 74 - 86%. Kecepatan
angin 2 – 26 knots dan rata-ratanya adalah 20 knots. Musim panas berlangsung 7 – 8
bulan (April/Mei – Oktober/Nopember), dan musin hujan kurang lebih 4 bulan
(November – April). Curah hujan per tahun berkisar 1000 mm – 1500 mm, dengan
jumlah hari hujan selama 60 – 120 hari per tahun.
1.2.
Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Tanah Kabupaten berdasarkan hasil registrasi
akhir tahun 2012 sebesar 315.686 orang, dibanding tahun 2010 sebanyak 292.462
orang maka terjadi penambahan sebanyak 23.224 orang, (7,94%). Rincian jumlah
penduduk dan luas wilayah kepadan menurut Kecamatan Tahun 2011 tersaji dalam
tabel 2.
Tabel 2.
No
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Kepadatan Menurut Kecamatan Tahun
2010 dan Kecamatan Pemekaran Tahun 2011
Kecamatan
Penduduk
Luas Wilayah
Pemekaran
2010
2011
Paga
15,722
18,698
Tanawawo
11,816
12,894
Mego
871
12,157
Lela
11,642
12,083
Bola
10,722
11,254
Mapitara
11,236
12,574
Doreng
6,302
7,215
Talibura
20,481
20,784
Waiblama
22,182
23,506
Waigete
6,944
7,691
Kewapante
13,438
14,246
Kangae
8,248
9,671
Hewokloang
16,447
17,304
Nelle
9,559
10,252
Koting
6,361
5,898
Palue
5,798
6,749
Nita
21,203
23,180
Magepanda
11,446
12,172
Alok
33,009
29,738
Alok Timur
16,852
17,284
Alok Barat
32,183
30,336
Kabupaten Sikka
292,462
315,686
Sumber: Indikator Ekonomi Kabupaten Sikka, BPS, 2012
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
82,85
111,26
79,78
31,33
56,83
30,41
81,02
260,11
217,65
144,36
24,14
17,58
38,43
14,65
23,56
41,00
141,07
166,15
14,64
62,75
92,34
1,732
Kepadatan Penduduk
(per Km²)
2010
2011
189,76
225,68
148,11
115,89
78,29
152,38
371,59
385,67
188,67
198,03
369,48
413,48
77,78
89,05
78,74
79,90
153,66
108,00
31,90
35,34
556,67
590,14
469,17
550,11
427,97
450,27
652,49
699,80
269,99
250,34
141,41
164,61
150,30
164,32
68,89
73,26
2254,71
2031,28
268,56
275,44
348,53
328,53
173,39
7,382
Rata-rata kepadatan penduduknya sekitar 163 jiwa per Km², tersebar tidak
merata disetiap kecamatan. Kepadatan penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Alok
sebanyak 2.031 orang per kilometer per segi, dan terendah Kecamatan Waigete
sebesar 35 orang per kilometer per segi. Tingginya kepadatan penduduk di Kecamatan
Alok sebernanya bias dimaklumi karena Alok merupakan ibukota Kabupaten Sikka
dimana hampir seluruh kegiatan ekonomi dan pemerintahan terpusat disini.
291
Struktur penduduk menurut jenis kelamin lebih didominasi perempuan yaitu
164.187 jiwa dari jenis laki-laki 151.499 jiwa, dengan rasio 92,27 dimana kecamatan
terpadat adalah Kecamatan Alok dengan komposisi laki-laki sebanyak 14.698 dan
perempuan 15.040 dan rasio jenis kelamin 97,73. Selanjutnya, Rincian persentase
jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2000, 2010, dan 2011 tersaji dalam
gambar berikut.
Gambar 1
Sumber :
Persentase Penduduk
Kabupaten Sikka Menurut
Kelompok Umur, Tahun
2000, 2010, dan 2011
Indikator Ekonomi Kabupaten
Sikka, 2012
Salah satu cara untuk melihat
pola distribusi penduduk di Kabupaten
Sikka menurut kategori produktif
(secara ekonomi) atau bukan adalah
dengan mencermati komposisi umur dari penduduk di wilayah ini. Pengelompokan ini
penting terutama untuk mengetahui secara kasar pola potensi penduduk dari sudut
pandang ekonomi.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa usia produktif (15 – 64) di
Kabupaten Sikka pada tahun 2011 sebesar 60,01% tidak mengalami perubahan yang
signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2000 atau tahun 2010. Hal ini berarti bahwa
kelompok usia produktif yang siap melakukan kegiatan ekonomi tidak mengalami
peningkatan yang berarti. Sebaliknya, untuk kelompok umur 10 – 14 terjadi penurunan
bila dibandingkan dengan tahun 2000. Sementara pada kelompok usia kurang dari
lima tahun (balita) dari 11,82% menjadi 11,56%, dan 65 tahun ke atas (lansia) dari
5,75% tahun 2000 menjadi 6,36% tahun 2011. Menurunnya jumlah penduduk
kelompok balita bisa dikarenakan menurunnya jumlah kelahiran atau masih tingginya
angka kematian bayi, sedangkan untuk kelompok usia lansia menunjukkan
meningkatnya tingkat kesehatan masyarakat.
1.3.
Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
1.3.1. Sumber Daya Alam
Dari segi sumber daya alam, Kabupaten Sikka memiliki potensi baik sumber
daya alam maupun sumber daya laut, sehingga dapat dinyatakan Kabupaten Sikka
memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya laut. Mencermati kondisi tersebut
maka dapat dipastikan 80% adalah petani dan nelayan. Oleh karena itu Pemerintah
Kabupaten Sikka melalui Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD)
menetapkan agenda pembangunan sumber daya alam dalam kerangka peningkatan
pertumbuhan ekonomi rakyat yang berbasis sektor unggulan. Agenda ini bertumpu
pada bidang pertanian dan perkebunan, peternakan, kehutanan, kelautan dan
perikanan, industri dan perdagangan, koperasi, usaha kecil dan menengah. Kebijakan
yang ditempuh adalah konsep pertanian yang berwawasan lingkungan dengan
pendekatan konservasi air, tanah dan hutan, bercocok tanam selaras dengan alam.
Dalam hal pengelolaan sumber daya kelautan memperhatikan konservasi terumbu
karang, ekosistem laut dan pesisir.
292
1.3.2. Sumber Daya Manusia
Kriteria umum yang digunakan dalam mengukur keberhasilan pembangunan
manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM ini adalah formula yang
digunakan oleh UNDP (United Nation Development Program) sejak tahun 1990 untuk
mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu wilayah/negara. IPM
adalah indikator gabungan dari beberapa indikator, yaitu indikator pendidikan (indeks
melek huruf dan rata-rata lama sekolah), Indikator kesehatan (indeks harapan hidup),
dan indikator ekonomi (tingkat daya beli penduduk/purchasing power parity/PPP).
Ketiga indikator dasar tersebut dianggap dapat mengukur tingkat kesejahteraan dan
keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah termasuk di Kabupaten Sikka.
Ukuran utama dari tingkat pendidikan adalah kemampuan membaca dan
menulis atau lebih dikenal dengan angka melek huruf. Berdasarkan data Susenas
tahun 2011, terdapat sebanyak (10,48%) penduduk diatas 10 tahun yang buta huruf,
sedangkan (85,95%) bisa membaca huruf latin dan huruf lain (0,03%). Untuk penduduk
yang bisa membaca huruf latin dan lainnya sebanyak (3,54%). Penduduk usia 10
tahun ke atas yang pernah sekolah 216.339 orang, sebagian besarnya tidak atau
belum tamat SD. Penduduk yang pernah sekolah tetapi tidak atau belum tamat SD
mencapai 44.984 orang atau sekitar 49,37% dan paling sedikit adalah Diploma
IV/S1/S2/S3 sebanyak 1,27%.
Tabel 3. Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Ijasah Tertinggi Yang Dimiliki
Di Kabupaten Sikka, 2010 - 2011
2010
2011
Jumlah Persentasi
Jumlah
Persentasi
Tidak/Belum Tamat SD
115.917
51,59
105.847
49,37
Tamat SD/MI Sederajat
55.060
25,45
54.110
25,24
Tamat SMTP/Sederajat
23.012
10,64
25.622
11,95
Tamat SMTA Sederajat
18.838
8,71
22.624
10,55
Diploma I/II
487
0,23
1.556
0,73
Diploma III/Sarjana Muda
1.061
0,49
1.940
0,90
Diploma IV/S1/S2/S3
1.944
0,90
2.716
1,27
Jumlah
216.339
100
214.415
100
Sumber: Survey Sosial Ekonomi Nasional 2010 – 2011 dalam Sikka Dalam Angka, 2012
Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan
Selanjutnya, untuk mencermati keberhasilan pendidikan adalah dengan
menggunakan Angka Partisipasi Murni (APM). APM menunjukkan kemampuan tiaptiap lapisan masyarakat dapat bersekolah sesuai dengan umur. Masing-masing jenjang
pendidikan APM-nya adalah sebagai berikut.
Berdasarkan data di atas dapat
dinyatakan bahwa untuk SD APM-nya 91,67
persen yang berarti hampir seluruh anak usia
SD yaitu 7–12 tahun telah terserap di SD.
Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP
dan SMA APM-nya di bawah 100% (52,55%
dan 42,90%), mengindikasikan bahwa belum
semua anak usia pendidikan SMP (13–16
tahun) terserap di SMP, dan belum semua
usia pendidikan SMA (17 – 19 tahun)
terserap di SMA.
Gambar 2. Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Sikka 2011
Sumber :
Sikka Dalam Angka, 2012
293
Aspek kesehatan, di Kabupaten Sikka terdapat 3 Rumah Sakit, salah satunya
adalah Rumah Sakit Umum, tersedia pula 3 Klinik swasta sedangkan jumlah
Puskesmas 22 unit dengan 62 Puskesmas pembantu, dimana hampir semua
kecamatan telah menyediakan pelayanan kesehatan kecuali kecamatan Kewapante
yang belum memiliki Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Oleh karena itu, perlu
perhatian pemerintah daerah dalam pembangunan sarana kesehatan di Kewapante
guna pelayanan kesehatan yang lebih optimal pada seluruh wilayah kabupaten.
Pada aspek ekonomi, distribusi penduduk menurut lapangan pekerjaan/usaha
memberikan gambaran tentang penyerapan tenaga kerja oleh sektor-sektor ekonomi
suatu wilayah. Dengan mencermati perkembangan jenis data ini dapat diketahui
bahwa sektor pekerjaan utama masih didominasi oleh sektor pertanian yaitu sebesar
48,81 persen. Sementara untuk sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar
0,60 persen. Rincian distribusi penduduk menurut lapangan pekerjaan/usaha dapat
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4. Penduduk 15 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di
Kabupaten Sikka, 2011
No
1
Lapangan Usaha
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan &
Perikanan
2
Pertambangan & Penggalian
3
Industri
4
Listrik, Gas & Air Minum
5
Bangunan
6
Perdagangan, Rumah Makan & Hotel
7
Transportasi, Pergudangan & Komunikasi
8
Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan &
Jasa Perusahaan
9
Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan
Jumlah
Sumber : Sikka Dalam Angka, 2012
1.4.
Laki-laki
36,133
Perempuan
32,779
510
5,538
6,930
7,323
7,608
1,959
343
10,666
584
9,399
343
806
8,358
74,369
11,901
66,821
Infrastruktur Wilayah
1.4.1. Prasarana Jalan
Panjang jalan adalah salah satu prasarana yang sangat penting peranannya
dalam memudahkan mobilitas penduduk. Pada tahun 2011, panjang jalan di Sikka
mencapai 1.023,48 Km, dirinci untuk jalan diaspal sepanjang 661,88 Km, jalan kerikil
111,96 Km, jalan tanah 202,39 Km. Menurut status jalan diperinci menjadi jalan
Negara sepanjang 183,62 KM, jalan propinsi 28,57 Km dan jalan kabupaten sepanjang
811,29 Km. Jika melihat data panjang jalan menurut jenis permukaannya jenis jalan
aspal adalah yang terpanjang, kebanyakan dari jalan tersebut adalah merupakan jalan
penghubung antar kecamatan yang untuk mempermudah transportasi dan hubungan
masyarakat antar kecamatan di Kabupaten Sikka.
1.4.2. Pelabuhan dan Bandar Udara
Kabupaten Sikka mempunyai Bandar Udara Frans Seda sebagai gerbang
masuk melalui udara, beberapa maskapai penerbangan nasional seperti Merpati
Nusantara, Lion Air, Sky Aviation dan Trans Nusa melayani penerbangan ke berbagai
tujuan domestik seperti Kupang, Denpasar, Surabaya, Makassar dan Jakarta.
294
Pada tahun 2011 banyaknya penerbangan yang datang dan berangkat melalui
bandara Frans Seda adalah 1.569 kali, jumlah penumpang yang datang mencapai
69.638 orang, dan yang berangkat sebesar 5.764 orang. Terjadi kenaikan jumlah
kunjungan dan volume penerbangan karena harga tiket pesawat terbang yang semakin
murah, beragamnya pilihan penerbangan, dan volume penerbangan tinggi sebab
Bandara Frans Seda merupakan bandara teramai di Pulau Flores. Meningkatnya
jumlah penerbangan dan penumpang mempengaruhi jumlah bongkar muat barang
yang melonjak drastis pada tahun 2011 yakni 262.012 Kg untuk pembongkaran barang
dan 196.375 Kg untuk barang yang diangkut menggunakan jasa penerbangan.
Sebagai daerah kepulauan pelabuhan menjadi salah satu sarana transportasi
yang sangat penting utamanya dalam aktivitas ekonomi masyarakat, khususnya
masyarakat menengah ke bawah. Pada tahun 2011 arus kunjungan kapal di
Pelabuhan Maumere mencapai 1.332 kali. Sedangkan untuk jumlah penumpang yang
menggunakan jasa kapal laut pada tahun 2011 sebanyak 50.047 orang untuk arus
penumpang datang dan 40.544 orang untuk arus penumpang keluar.
1.4.3. Pos Dan Telekomunikasi
Pengiriman benda pos dari Kantor Pos Cabang Sikka menunjukkan trend
penurunan, seperti disajikan pada tabel 9 jumlah surat biasa maupun surat kilat
mengalami penurunan. Hal ini bisa jadi disebabkan karena sudah mulai dikenalnya
teknologi komunikasi lainnya pada sebagian masyarakat di Kabupaten Sikka dan
dengan semakin berkembangnya teknologi informasi menyebabkan adanya
transformasi dari sisi kebutuhan akan alat komunikasi. Jumlah pelanggan telepon yang
sedikit menurun tetapi telempon genggam meningkat di Kabupaten Sikka. Hal tersebut
menjadi salah satu bukti bahwa kebutuhan akan alat komunikasi sudah menjadi
kebutuhan masal.
Tabel 5. Jumlah Surat Yang Dikirim Lewat Kantor Pos Maumere menurut Jenis Surat
di Kabupaten Sikka 2001 - 2011
Tahun
Surat Biasa
Surat Kilat
2001
158.657
228.212
2002
151.475
151.285
2003
147.339
113.948
2004
13.489
118.183
2005
27.840
62.520
2006
21.595
22.796
2007
27.840
62.520
2008
18.977
190.389
2009
29.837
56.108
2010
17.060
56.695
2011
15.080
36.481
Sumber : Sikka Dalam Angka, 2012
1.5.
Surat Tercatat
8.434
1.334
3.382
3.198
1.992
1.976
1.992
2.304
2.892
-
Jumlah
395.303
304.094
264.669
134.870
92.352
46.367
92.352
211.670
88.837
73.755
51.561
Ekonomi Wilayah
1.5.1. Konsumsi Domestik
Berdasarkan data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2011
yang merupakan survey tahunan diperoleh rata-rata golongan pengeluaran perkapita
di Kabupaten Sikka terbanyak adalah pada golongan pengeluaran Rp. 200.000,sampai dengan Rp. 299.999,- (34,21 persen dari seluruh penduduk).
295
Walaupun demikian hal ini sebenarnya tidak bisa diartikan secara kasar bahwa
perkiraan pendapatan perkapita penduduk ada pada kisaran tersebut karena data
diatas hanya melihat kepada kelompok penduduk dengan golongan pengeluaran
terbesar saja. Pengeluaran mempunyai keterkaitan dengan kemiskinan, penduduk
yang miskin cenderung membelanjakan pendapatannya untuk pemenuhan kebutuhan
pokok semata, sementara untuk kebutuhan lainnya seperti kesehatan dan pendidikan
bukanlah prioritas penting.
Tabel 6. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Menurut Golongan Pengeluaran
Perkapita Sebulan Untuk Makanan dan Non Makanan di Kabupaten Sikka,
2011
Golongan
Pengeluaran
Pengeluaran Makanan
Jumlah
%
100.000-149.999
98,007
73.22
150.000-199.999
130,087
72.75
200.000-299.999
173,474
70.32
300.000-499.999
230,620
60.88
500.000-744.999
289,613
50.21
750.000-999.999
408,233
49.38
> 1.000.000
299,318
22.46
Sumber : Sikka Dalam Angka 2012, BPS Sikka
Pengeluaran Bukan
Makanan
Jumlah
%
35,838
26.78
48,727
27.25
73,222
29.68
148,194
39.12
287,164
49.79
418,540
50.62
1,033,505
77.54
Pengeluaran
Bulanan
4.07
18.23
34.21
30.58
8.89
2.12
1.89
1.5.2. Struktur Ekonomi Wilayah
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sikka (atas dasar
harga berlaku) selama tiga tahun terakhir (2009 – 2011) terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2009 nilai PDRB Kabupaten Sikka sebesar Rp 1,477 milyar meningkat
menjadi Rp 1,664 milyar pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 12,6%. Kemudian
meningkat lagi menjadi Rp 1,872 milyar pada tahun 2011 atau meningkat sebesar
12,5% dibanding tahun 2010. Jika dilihat dari strukturnya, maka sumbangan terbesar
terhadap pembentukan perekonomian Kabupaten Sikka masih didominasi oleh sektor
pertanian, dengan besaran yang semakin meningkat, dimana pada tahun 2009 sektor
pertanian memberikan sumbangan sebesar 55,09% kemudian naik menjadi 55,97%
pada tahun 2010, dan naik lagi menjadi 56,92% pada tahun 2011.
Sumbangan terbesar kedua disumbang oleh sektor Jasa dengan tingkat
pertumbuhan yang terus meningkat, tetapi lebih dari sebagian disumbang oleh sektor
pemerintahan. Perkembangan PDRB Kabupaten Lembata menurut masing-masing
sektor atas dasar Harga yang Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2009 – 2011 dapat
diikuti pada Tabel 7.
296
Tabel 7. PDRB Kabupaten Sikka Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2011
LAPANGAN USAHA
1. PERTANIAN
a. Tanaman Bahan Makanan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
d. Kehutanan
e. Perikanan
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
a. Minyak dan Gas Bumi
b. Pertambangan Bukan Migas
c. Penggalian
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
2. Gas Alam Cair
b. Industri Bukan Migas
1. Makanan, Minuman dan Tembakau
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya
4. Kertas dan Barang Cetakan
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet
6. Semen & Brg. Galian bukan logam
7. Logam Dasar Besi & Baja
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya
9. Barang lainnya
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
a. Listrik
b. Gas Kota
c. Air Bersih
5. KONSTRUKSI
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN
a. Perdagangan Besar & Eceran
b. Hotel
c. Restoran
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
a. Pengangkutan
1. Angkutan Jalan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
3. Angkutan Laut
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr.
5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan
b. Komunikasi
1. Pos dan Telekomunikasi
2. Jasa Penunjang Komunikasi
8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN
a. Bank
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Real Estat
e. Jasa Perusahaan
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan
2. Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta
1. Jasa Sosial Kemasyarakatan
2. Jasa Hiburan & Rekreasi
3. Jasa Perorangan & Rumahtangga
PDRB
PDRB TANPA MIGAS
2009
663,536.38
282,907.99
132,421.11
124,807.66
5,719.42
117,680.20
16,933.23
0.00
0.00
16,933.23
23,145.79
0.00
0.00
0.00
23,145.79
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
7,862.49
5,764.73
0.00
2,097.76
85,409.45
183,095.18
173,986.07
1,617.86
7,491.25
96,247.01
76,690.92
0.00
55,790.32
9,039.93
0.00
6,163.06
5,697.61
19,556.09
19,556.09
0.00
37,121.92
16,624.49
6,817.18
0.00
11,818.04
1,862.21
364,164.88
235,348.32
235,348.32
0.00
128,816.56
91,395.20
921.37
36,499.99
1,477,516.33
1,477,516.33
2010
732,708.02
314,009.48
145,903.28
136,503.08
6,490.99
129,801.19
18,222.47
0.00
0.00
18,222.47
25,631.68
0.00
0.00
0.00
25,631.68
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8,685.81
6,456.85
0.00
2,228.96
96,226.70
215,217.35
205,111.57
1,763.30
8,342.48
103,341.19
81,716.70
0.00
58,334.65
9,739.41
0.00
7,470.62
6,172.02
21,624.49
21,624.49
0.00
42,411.85
19,602.26
7,884.48
0.00
12,954.71
1,970.40
421,857.53
279,699.17
279,699.17
0.00
142,158.36
102,398.74
1,034.54
38,725.08
1,664,302.60
1,664,302.60
2011
806,283.65
347,141.42
158,110.15
142,757.65
7,018.08
151,256.35
20,423.24
0.00
0.00
20,423.24
29,210.56
0.00
0.00
0.00
29,210.56
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
9,600.94
7,093.78
0.00
2,507.16
102,919.62
243,658.65
232,586.72
1,866.89
9,205.04
110,311.71
86,409.45
0.00
60,424.50
11,064.40
0.00
8,305.65
6,614.90
23,902.26
23,902.26
0.00
49,864.36
24,805.20
9,040.76
0.00
13,941.85
2,076.55
499,438.96
343,117.30
343,117.30
0.00
156,321.66
114,727.05
1,161.61
40,433.00
1,871,711.69
1,871,711.69
Sumber: Kabupaten Sikka Dalam Angka, 2012
297
1.6.
Potensi UMKM
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (KUMKM) Provinsi NTT, sampai dengan Desember 2011 jumlah
UMKM di kabupaten Sikka mencapai 72.780 unit. Sebagian besar (65,22 %) berada
pada sektor pertanian, kemudian diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
(14,37 %), dan sektor Jasa-jasa (8,52 %). Industri Pengolahan (4,47%) Kemudian
dikuti berturut-turut oleh Pengangkutan dan Komunikasi (3,61 %); Bangunan (1,80 %),
Keuangan/ Persewaan (1,73 %) ; Pertambangan dan Penggalian (1,24 %) ; dan sektor
Listrik, Gas dan Air Bersih (0,62 %). Gambar di bawah ini menyajikan distribusi jumlah
UMKM menurut masing-masing sektor.
Gambar 3.
Data
UKM
Kabupaten Sikka
Menurut
Sektor
Tahun 2011
(Sumber Dinkop
dan UMKM Prov.
NTT, 2012)
Untuk mewujudkan visi Pemerintah Kabupaten Sikka, yaitu “terwujudnya
masyarakat Sikka yang bersatu, berkeadilan, sehat, cerdas, dan bermartabat dengan
berbasis pada latar belakang sejarah dan budaya melalui sistim pemerintahan yang
baik dan bersih”, dilaksanakan melalui delapan misi. Salah satu misi, dari delapan misi
tersebut adalah meningkatkan perekonomian rakyat. Upaya untuk mewujudkan misi
tersebut, pada dasarnya menjadi tangggung jawab hampir semua Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD), akan tetapi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya,
maka di kabupaten Sikka yang menjadi penanggung jawab utama adalah Dinas
Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Koperasi dan UMKM).
Salah satu misi yang diemban Dinas Koperasi dan UMKM kabupaten Sikka,
adalah membina dan mengembangkan UMKM yang berkeunggulan kompetitif, dengan
sasaran pengembangan adalah : (a) meningkatkan jumlah UMKM yang dibina, dan (b)
meningkatnya jumlah UMKM mandiri.
Sesuai dengan Rencana Strategis Dinas Koperasi UMKM kabupaten Sikka,
untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, dilakukan melalui dua strategi, yaitu : (a)
pengembangan lingkungan usaha yang kondusfi bagi Koperasi dan UMKM, dan (b)
peningkatan akuntabilitas kinerja koperasi dan UMKM menuju terwujudnya koperasi
yang berkualitas, kemandirian UMKM, swasembada pangan dan kabupaten koperasi.
298
Sesuai dengan tujuan, sasaran, dan strategi tersebut, selanjutnya ditetapkan
beberapa program atau kegiatan yang dilaksanakan. Dalam rangka penciptaan iklim
usaha UMKM yang kondusif, maka Dinas Koperasi dan UMKM kabupaten Sikka
melaksanakan beberapa program, diantaranya adalah kegiatan magang ke beberapa
daerah di luar provinsi NTT (terutama di Jawa Timur), promosi hasil produk UMKM (ke
Jakarta dan Bandung), identifikasi calon Wirausaha Baru dan pelatihan
kewirausahaan.
Selain itu, dalam rangka pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM,
dilaksanakan melalui program (1) peningkatan jaringan kerjasama antar lembaga,
diantaranya melalui koordinasi program kemitraan dengan BUMN ; (2) sosialisasi
dukungan informasi penyediaan permodalan ; (3) koordinasi penggunan dana
pemerintah bagi UMKM yang dilaksanakan melalui rapat evaluasi pengelolaan dana
bergulir ; (4) pemantauan pengelolaan penggunaan dana pemerintah ; dan (5) bantuan
perkuatan modal usaha bagi koperasi dan UMKM.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka semua program tersebut
mencakup semua UMKM – dan juga koperasi – yang tersebar pada berbagai sektor.
UMKM yang bergerak pada berbagai sektor juga mendapat pembinaan dan
pengembangan sesuai tugas pokok dan fungsi dari masing-masing SKPD, diantaranya
yang paling utama adalah ; (1) Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan; (2)
Dinas Perikanan dan Kelautan; (3) Dinas Perhubungan dan Komunikasi; serta (4)
Dinas Peindustrian dan Perdagangan. Masing-masing SKPD mempunyai program
yang relatif sama, dan dilakukan secara berkelanjutan serta didukung oleh dana yang
terus meningkat setiap tahun.
1.7.
Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan
Provinsi NTT, peranan perbankan terhadap pengembangan UMKM di kabupaten Sikka
mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kantor
bank yang beroperasi di kabupaten Sikka, maupun jumlah pinjaman yang disalurkan
pihak perbankan kepada pihak UMKM.
Sampai dengan survei ini dilaksanakan, kantor bank yang beroperasi di
kabupaten Ende sebanyak 6 buah bank, yaitu BRI, BNI, BTPN, Bank Mandiri, Bank
Danamon, dan Bank NTT. Data terakhir menunjukan, BRI Cabang Sikka memiliki 7
kantor unit, dua (2) unit diantaranya terdapat di kecamatan Alok, dan kecamatan
Talibura, Kecamatan Paga, Kecamatan Talibura, Kecamatan Kewapante, Kecamatan
Nita, dan Kecamatan Alok Barat. Selain itu Bank NTT juga memiliki empat (4) Cabang
Pembantu. Sementara Bank BNI, BTPN, dan hanya memiliki satu kantor dengan status
Cabang. Sedangkan Bank Danamon memiliki satu (1) kantor cabang dan 1 unit mikro.
Selain kantor Bank terdapat 126 buah koperasi yang beberapa diantaranya juga
memberikan pinjaman kepada UMKM.
Jika dilihat dari besarnya simpanan masyarakat di bank selama lima tahun
terakhir (2008 – 2012) menunjukan perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun
2008, jumlah simpanan mencapai Rp 448.484 juta. Pada lima tahun kemudian (2012)
jumlah simpanan meningkat menjadi Rp 747.388 juta. Selama lima tahun terakhir ratarata terjadi peningkatan sekitar 20 %, dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun
2012. Dimana pada tahun 2010 jumlah simpanan mencapai Rp 330.863 juta,
kemudian meningkat menjadi Rp 637.688 juta pada tahun 2011, atau mengalami
299
peningkatan sekitar 11,43 %. Jika dilihat berdasarkan jenis simpanan, sebagian besar
berbentuk tabungan, kemudian diikuti giro. Simpanan berjangka relatif kecil. Tabel --di bawah ini menyajikan perkembangan jumlah simpanan menurut masing-masing
jenis simpanan.
Tabel 8. Perkembangan Simpanan Masyarakat di Kabupaten Sikka Menurut Jenis
Simpanan, 2008 – 2012
No
1
Jenis Simpanan
Giro :
Nominal
Rekening
(satuan)
Simpanan
Berjangka
Nominal
Jmlh
(satuan)
Tabungan
Nominal
Rekening
(satuan)
2008
Rp (Juta)
2009
Rp (Juta)
2010
Rp (Juta)
2011
Rp (Juta)
2012
Rp (Juta)
111.591
901
121.981
919
71.516
757
103.923
954
186.074
927
81.343
609
91.701
622
67.899
388
124.258
683
131.034
682
255.550
49.036
306.309
51.971
191.449
28.033
409.507
66.111
430.280
71.985
448.484
519.991
330.863
637.688
Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, BI Perwakilan NTT
747.388
2
3
bilyet
Dari sisi pemberian pinjaman, kebijakan perbankan dalam memberikan
pinjaman berdasarkan lapangan usaha menunjukan pertumbuhan yang cukup berarti,
tetapi jika dibandingkan dengan pinjaman yang diberikan bukan untuk lapangan usaha,
maka proporsinya relatif kecil. Pada tahun 2008 misalnya, total pinjaman yang
diberikan oleh perbankan di kabupaten Sikka mencapai Rp 421.877 juta, tetapi yang
diberikan kepada lapangan usaha hanya mencapai 38,86 %. Pada lima tahun
kemudian (2012), jumlah pinjaman yang diberikan mencapai Rp 879.867 juta, tetapi
yang diperuntukan buat lapangan usaha hanya mencapai 35,60 %. Tabel --- berikut ini
menyajikan posisi pinjaman yang diberikan perbankkan menurut sektor atau lapangan
usaha.
Tabel 9. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Sikka Menurut
Lapangan Usaha, 2008 – 2012
No
Jenis Pinjaman
A
1
Berdasarkan Lapangan Usaha
Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan
Petambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan,
Hotel
dan
Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Kuangan, Real Estate, Jasa
Perus
2
3
4
5
6
7
8
9
B
Jasa-jasa
Pinjaman
Usaha
Jumlah
bukan
Lapangan
2008
(Rp juta)
163.944
5.408
2009
(Rp juta)
212.163
3.64
2010
(Rp juta)
213.95
717
2011
(Rp juta)
278.885
1.096
2012
(Rp juta)
313.258
28.211
225
5.663
144.212
1.009
539
14.504
184.145
818
172
3.133
181.491
656
820
4.929
186.542
681
2.758
4.108
230.868
623
5.281
937
5.424
521
1.574
512
1.08
2.409
5.144
2.532
1.965
25.525
83.25
39.078
257.933
315.828
424.832
559.891
566.609
421.877
527.991
638.782
838.776
879.867
300
Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, BI Perwakilan NTT
Tabel di atas menunjukan, bahwa jenis pinjaman yang diberikan kepada
lapangan usaha, sebagian besar diserap oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Sementara sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebagai sektor
yang paling banyak diusahakan oleh UMKM yang berada di kabupaten Sikka,
mendapatkan pinjaman yang sangat kecil dan cendrung berfluktuatif. Salah satu faktor
penyebabnya adalah kurangnya layaknya usaha yang ditekuni serta terbatasnya bank
garansi yang dimiliki. Meskipun kondisi ini sudah berlangsung lama, dan sudah
dilakukan berbagai intervensi, baik oleh instansi pemerintah maupun oleh Bank
Indonesia, diantaranya melalui program sertifikasi tanah dan pelatihan terhadap
lembaga pendamping, tetapi belum memberikan dampak nyata terhadap pihak
perbankan mupun pelaku UMKM itu sendiri.
Apabila posisi pinjaman kepada UMKM dikaitkan dengan jenis penggunaan,
maka dari total penjaman yang diserap oleh 9 sektor/lapangan usaha, sebagian
besarnya digunakan untuk model kerja. Sedangkan untuk investasi relatif kecil. Seperti
telah dijelaskan di atas (lihat juga Tabel 10), total pinjaman yang diberikan setiap tahun
oleh bank umum dan BPR, lebih dari 60%-nya adalah pinjaman konsumtif. Tabel 11
berikut ini menyajikan pinjaman yang diberikan oleh Bank Umum dan BPR
berdasarkan jenis penggunaan. Dan Tabel --- menyajikan persentase menurut masingmasing jenis penggunaan.
Tabel 10. Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Sikka
Menurut Jenis Penggunaan, 2008 – 2012
No
Jenis Penggunaan
1
Modal Kerja
2
Investasi
3
Konsumtif
Jumlah
2008
(Rp juta)
150.877
13.067
257.933
421.877
2009
(Rp juta)
191.082
21.081
315.828
527.991
2010
(Rp juta)
195.745
18.206
424.832
638.782
2011
(Rp juta)
253.673
25.212
559.891
838.776
2012
(Rp juta)
278.484
34.774
566.609
879.867
Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, BI Perwakilan NTT
Tabel 11. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Sikka Menurut
Jenis Penggunaan, 2008 – 2012
No
1
2
3
Jenis Penggunaan
Modal Kerja
Investasi
Konsumtif
Total
2008
(%)
35.76
3.10
61.14
100,00
2009
(%)
36.19
3.99
59.82
100,00
2010
(%)
30.64
2.85
66.51
100,00
2011
(%)
30.24
3.01
66.75
100,00
2012
(%)
31.65
3.95
64.40
100,00
Sumber : Diolah
Tabel di atas menunjukan, bahwa persentase pinjaman yang digunakan untuk
modal kerja dan investasi cendrung berfluktuatif. Pinjaman untuk investasi misalnya,
pada tahun 2008 hanya 3,10%, kemudian meningkat menjadi 3,99 % (2009), tetapi
pada tahun berikutnya (2010) turun menjadi 2,85, dan naik lagi menjadi 3,01% pada
tahun 2011 dan 3,95% pada tahun 2012. Sementara pinjaman untuk konsumsi, pada
tahun 2008 sebesar 61,14 % kemudian turun menjadi 59,82 % pada tahun 2009, tetapi
pada tahun berikutnya (2010) meningkat cukup tajam, yaitu mencapai 66,51 % dan
66,75 % pada tahun 2011. Namun pada tahun 2012, turun menjadi 64,40 %. Kondisi
ini menunjukan bahwa, selama lima tahun terakhir perbankan di Kabupaten Sikka telah
menunjukan peranan yang cukup berarti dalam rangka pembiayaan dan
pengembangan UMKM.
301
BAB II
HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM
KABUPATEN SIKKA
2.1. Bobot S ektor-Sub S ektor dalam pe ngembangan U MKM K abupaten
Sikka
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial
(MPE) berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu
unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan. Berdasarkan KPJu
unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi
untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten
Sikka. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan
maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Sikka yang mempunyai nilai skor
tertinggi.
Analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap
tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masingmasing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 12. Pada Tabel 12 dapat dilihat
bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai ketiga tujuan dalam rangka
penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Sikka, yakni untuk pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk adalah sektor
Perikanan. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan,
secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM
maka sektor usaha Perikanan dapat dipertimbangkan untuk menjadi prioritas pertama.
Sektor usaha lain berdasarkan gabungan tujuan dan tingkat kepentingannya berturutturut adalah sektor Tanaman Pangan, Perkebunan, Perdagangan, Pariwisata, JasaJasa, Peternakan, Perindustrian, Angkutan, Kehutanan, dan Pertambangan.
Tabel 12. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Sikka
Tujuan (Skor Terbobot)
Penciptaan
Peningkatan
Pertumbuhan
Sektor Usaha
Lapangan
Daya Saing
Ekonomi
Kerja
Produk
(0.2692)
(0.3615)
(0.3694)
Perikanan
0,1271
0,1652
0,1325
Tanaman Pangan
0,1251
0,1252
0,1135
Perkebunan
0,1183
0,1228
0,1127
Perdagangan
0,0889
0,0936
0,1368
Pariwisata
0,0848
0,0915
0,0901
Jasa-Jasa
0,1017
0,0779
0,0876
Peternakan
0,0958
0,0785
0,0766
Perindustrian
0,0758
0,0884
0,0763
Angkutan
0,0789
0,0616
0,0766
Kehutanan
0,0564
0,0504
0,0517
Sumber : Data Primer (diolah)
2.2
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking
0,1429
0,1209
0,1178
0,1083
0,0892
0,0879
0,0825
0,0806
0,0718
0,0525
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
KPJu Unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sikka
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan di tingkat kabupaten dan
pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria, analisis AHP
302
menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai
skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten
Sikka
No
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
Sektor Usaha/
SkorKPJu Unggulan
Terbobot
Padi dan Palawija
Kacang Hijau
0,1893
Padi Sawah
0,1792
Jagung
0,1444
Ubi Palue
0,1172
Ubi Jalar
0,1095
Buah-Buahan
Alpukat
0,2188
Sirsak
0,1549
Durian
0,1054
Mangga
0,0844
Nangka
0,0844
Peternakan
Ayam Petelur
0,2631
Ayam Pedaging
0,1619
Babi
0,1209
Kuda
0,1143
Sapi
0,0847
Pariwisata
hotel melati
0,1903
Pondok wisata (home stay)
0,1512
PUB
Pertunjukkan seni/budaya
Warung makan
Perdagangan
Sembako
Hasil pertanian/hortikultura
karya seni dan kerajinan
Ternak dan hasilnya
Bahan bangunan
Angkutan
Angkutan penyeberangan
umum (antar kabupaten)
Angkutan bus antar kota
Angkutan barang umum
Angkutan ojek motor
Angkutan sewa
Pertambangan
Pasir
Tanah urukan
Kerikil
Batu bangunan
No
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
0,1298
0,1140
0,1061
3
4
5
0,1615
0,1250
0,1188
0,1092
0,0989
1
2
3
4
5
0,1999
1
0,1784
0,1372
0,1337
0,1236
2
3
4
5
0,1179
0,0876
0,0842
0,0726
Sektor Usaha/
SkorKPJu Unggulan
Terbobot
Sayuran
Kangkung
0,0842
Sawi
0,1114
Kacang Panjang
0,1311
Terong
0,0873
Tomat
0,0977
Perkebunan
Coklat
0,2028
Cengkeh
0,1535
Panili
0,1313
Kelapa
0,1283
Jambu Mete
0,1073
Perikanan
Usaha Penangkapan ikan di laut
0,3429
Usaha budidaya rumput laut
0,3429
Usaha budidaya perairan umum
0,0511
Usaha budidaya tambak
0,0506
Usaha budidaya kerang
0,0502
Industri
Industri kain tenun ikat
0,2549
pengolahan dan pengawetan
0,1257
biota air lainnya
Pengergajian kayu
0,1148
Industri kopra
0,0941
Batu Merah
0,0767
Jasa-jasa
Keuangan
0,1829
Salon
0,1410
Perbengkelan
0,1268
Sewa kos-kosan
0,1131
Servis perbaikan elektronik
0,0930
Kehutanan
Penyadapan aren dan nira
0,3375
lontar
Asam
0,0787
Bambu
0,2007
Kemiri
0,0787
Pemungutan madu
0,0346
Sumber : Data Primer (diolah)
2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sikka
Penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas
sektor yang merujuk bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 12)
serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha (Tabel 13) dilakukan analisa
303
dengan menggunakan Metoda Bayes. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10
(sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu
yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 14. KPJu unggulan lintas sektor di
Kabupaten Sikka adalah Usaha penangkapan ikan di laut, usaha budidaya rumput laut,
industri kain tenun ikat, perkebunan coklat (kakao), dan perdagangan sembako. Hasil
lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan
nilai skor terbobot tersaji dalam Tabel 14 berikut.
Tabel 14. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sikka
No
KPJu
1
Usaha Penangkapan ikan di laut
2
Usaha budidaya rumput laut
3
Industri kain tenun ikat
4
Coklat
5
Sembako
6
Ayam Petelur
7
Cengkeh
8
Hasil pertanian/hortikultura
9
karya seni dan kerajinan
10 Ternak dan hasilnya
Sumber : Data Primer (diolah)
Skor Terbobot
0,0351
0,0351
0,0308
0,0297
0,0285
0,0262
0,0225
0,0221
0,0210
0,0193
Sektor Usaha
Perikanan
Perikanan
Industri
Perkebunan
Perdagangan
Peternakan
Perkebunan
Perdagangan
Perdagangan
Perdagangan
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor
adalah usaha peternakan ayam petelur, perkebunan cengkeh, perdagangan hasil
pertanian/hortikultura, perdagangan karya seni dan kerajinan, serta perdagangan
ternak dan hasil-hasilnya.. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas
sektor, maka 5 KPJu teratas adalah dari sektor perikanan.
2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka
Kedudukan KPJu Unggulan di Kabupaten Sikka berdasarkan hasil penilaian
terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sikka
No
1
KPJu Unggulan
Usaha Penangkapan ikan
laut
2 Usaha budidaya rumput
laut
3 Industri kain tenun ikat
4 Coklat
5 Sembako
6 Ayam Petelur
7 Cengkeh
8 Hasil pertanian/hortikultura
9 karya seni dan kerajinan
10 Ternak dan hasilnya
Sumber : Data Primer (diolah)
Skor
4,40
Prospek
Kategori
Sangat Baik
Skor
4,60
Potensi
Kategori
Sangat Baik
Kuadran
I
3,40
Sangat Baik
4,40
Sangat Baik
I
2,80
3,80
3,80
2,80
2,60
2,80
2,00
2,00
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup Baik
Cukup Baik
3,20
3,20
3,00
3,00
2,60
3,60
2,60
2,80
Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
II
I
I
III
IV
III
IV
IV
Seperti dapat dilihat pada Tabel 15 di atas, terdapat 5 KPJu Unggulan lintas
Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai
Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik atau baik, yaitu Usaha Penangkapan
ikan di laut, Usaha budidaya rumput laut, perkebunan coklat (kakao), dan perdagangan
sembako.
304
Download