frekuensi penerbangan 5 kali dalam seminggu oleh maskapai penerbangan Trans Nusa dan 10 kali seminggu oleh maskapai Susi Air. Bandara ini menjadi salah satu alternatif transportasi antara Kabupaten Lembata dengan Kota Kupang (ibu kota Provinsi NTT) dengan lama waktu tempuh kurang dari 45 menit. Statistik Perhubungan (2012) mencatat 616 kunjungan dengan jumlah kedatangan mencapai 6.255 orang dan keberangkatan 6.509 orang pada tahun 2011, dimana saat itu penumpang hanya terlayani oleh maskapai Susi Air. Sejak awal tahun 2013, maskapai Trans Nusa telah membuka rute penerbangan Kupang-Lewoleba dengan 5 kali penerbangan setiap minggu. Pesawat berkapasitas 50 penumpang milik Trans Nusa ini mencatat rata-rata kursi terisi 87,12% kursi terisi setiap kali penerbangan. 1.4.3. Prasarana air bersih Air bersih merupakan kebutuhan utama penduduk untuk keperluan minum dan kebutuhan sehari-hari. Pada tahun 2011 produksi air minum di Kabupaten Lembata mencapai 408.051 m3.. Dari jumlah tersebut yang terjual sebanyak 216.695 m3 kepada 1.624 pelanggan dengan banyaknya pemakaian 16.903 sehingga nilai pemakaian menjadi Rp. 32.389.000,-. Air yang disediakan PDAM Kabupaten Lembata ini baru menjangkau beberapa kelurahan di Kecamatan Nubatukan dan didomiasi oleh 94,27% konsumen rumahtangga. Kebutuhan air bersih masyarakat Lembata lainnya yang tidak menggunakan air PDAM bersumber dari mata air tanah, sumur bor, air hujan (bak penampung) dan air permukaan (sungai) di sekitar pemukiman. 1.4.4. Prasarana listrik Sumberdaya listrik di Kabupaten Lembata yang digunakan saat ini adalah PLTD yang dikelola oleh PT PLN Ranting Lembata yang tersebar pada 4 Sub-ranting dan 2 Kantor Jaga Ranting yang terdapat di 7 kecamatan. Tenaga listrik yang dibangkitkan sebesar 12.909.758 Kwh, terjual 12.085.870 Kwh dan terpakai 111.613 Kwh) dengan jumlah pelanggan 3.398. Sebagian kecil keluarga yang belum menggunakan layanan listrik dari PT. PLN Ranting Lembata memilih menggunakan alat penangkap tenaga surya dan generator manual. Sementara upaya lain yang sedang dikembangkan di Kecamatan Atadei adalah pembangkit listrik tenaga surya yang belum didistribusikan kepada pelanggannya. Terdapat 31.618 rumahtangga yang telah mendapatkan pelayanan listrik baru mencapai 10,75%. Jumlah ini menjadi lebih kecil lagi jika dikeluarkan pelanggan yang bukan rumahtangga, seperti instansi pemerintah dan lembaga sosial keagamaan lainnya. Kondisi ini tentunya sangat berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian di Kabupaten Lembata. 1.4.5. Prasarana komunikasi Pelayanan prasarana telekomunikasi belum tersebar secara merata pada semua kecamatan yang berada di Kabupaten Lembata kecuali Kecamatan Nubatukan yang melayani 858 pelanggan (triwulan IV-2011). Kecamatan lainnya terlayani oleh PT. Telkom sebagai BUMN yang telah membangun jaringan telekomunikasi meskipun belum merata menjangkau hingga beberapa desa karena faktor topografi. Kantor Pos masih sangat terbatas dan belum menjangkau sampai di tingkat Kecamatan. Terdapat pula sejumlah jasa pengiriman swasta seperti JNE dan TIKI yang melayani jasa pengiriman barang dan dokumen. 257 1.4.6. Prasarana pendidikan Prasarana pendidikan di Kabupaten Lembata sudah tersedia mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi. Sampai dengan penelitian ini dilakukan belum tersedia data mengenai jumlah TK/PAUD, tetapi diduga hampir 90% desa/kelurahan yang memiliki SD, sudah memiliki juga TK/PAUD. Sementar jumlah sekolah di Kabupaten Lembata pada tahun 2011 sebanyak 174 unit SD/MI, 47 unit SMP/MTs, 6 unit SMA/MA, dan SMK sebanyak 8 unit. Terdapat 1 lembaga Perguruan Tinggi berbentuk Sekolah Tinggi yang sementara dirintis dan Universitas Terbuka sudah 5 tahun berada Kabupaten Lembata. Terdapat prasarana SD/Madrasah sebanyak 174 buah dengan jumlah siswa sebanyak 19.150 orang dan guru sebanyak 1.641 orang (ratio guru-murid 1 : 11,67) ; (2) jumlah SMP/MTs sebanyak 47 buah dengan jumlah siswa sebanyak 5.667 orang dan guru sebanyak 575 orang (ratio guru-murid 1 : 9,85) ; (3) jumlah SMA/MA sebanyak 6 buah dengan jumlah siswa sebanyak 1.940 orang dan guru sebanyak 174 orang (ratio guru-murid 1 : 11,14) dan (4) jumlah SMK sebanyak 8 buah dengan jumlah siswa sebanyak 916 orang dan guru sebanyak 159 orang (ratio guru-murid 1 : 5,76). Penduduk yang berusia 14 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan atau ijasah tertinggi yang dimiliki sebanyak 76.454 orang. Sebanyak 63,18% adalah tidak/belum tamat SD (27,49%) dan mereka yang memiliki ijasah sederajat SD (41,15%). Penduduk yang berijasah SMP/MTs sebesar 11,62%; yang berijasah SMA /sederajat sebesar 14,77% ; Diploma (D1-D3) 2,97%; dan yang berijasah sarjana 2,45%. Ketersediaan dan penyebaran SD/Madrasah dan SMP/MTs di Kabupaten Lembata saat ini relatif merata, dimana sebanyak 87% desa telah tersedia prasarana gedung SD dan rata-rata setiap kecamatan memiliki 3 SLTP/MTs. Untuk jenjang pendidikan SMA/MA dan SMK, meskipun tingkat penyebarannya tidak merata, dimana dari 12 buah SMU/SMK yang berada di Kabupaten Lembata, 8 buah SMU/SMK terdapat di kecamatan Nubatukan (dengan rincian 3 buah SMA, 1 buah MA dan 4 buah SMK). SMA/MA/SMK lainnya tersebar di Kecamatan Nagawutun (1 SMA), Kecamatan Buyasuri (1 SMK dan 1 MA), Kecamatan Wulandoni ( SMK) Ile Ape (1 SMK). Hanya Kecamatan Atadei, Lebatukan dan Kecamatan Omesuri tidak memiliki SLTA (2011) namun saat ini (2013) data Dinas PPO Lembata telah menyediakan 1 SMA di masingmasing kecamatan tersebut. 1.4.7. Prasarana kesehatan Data tahun 2011 menunjukan, di Kabupaten Lembata terdapat 3 (tiga) buah rumah sakit (satu milik pemerintah dan dua buah milik swasta), terdapat di Kecamatan Nubatukan. Untuk fasilitas Puskesmas, semua kecamatan di Kabupaten Lembata memiliki satu buah puskesmas dan sekurang-kurangnya memiliki 3 buah Puskesmas Pembantu (kecuali Kecamatan Lebatukan hanya memiliki satu buah Puskesmas Pembantu). Tercatata 9 unit Puskesmas, 32 unit Pustu, 9 unit Puskesmas Keliling, dan 314 Posyandu, serta 1 unit Balai Pengobatan. Selain rumah sakit dan balai pengobatan, semua prasarana kesehatan yang telah disebutkan menyebar secara merata pada semua kecamatan. Tenaga medis sebanyak 9 orang dokter umum untuk 9 kecamatan, 6 orang dokter gigi, 106 perawat, 114 bidan dan paramedis lainnya sebanyak 2 orang. Jumlah ini terlihat berkurang dari jumlah tenaga medis pada tahun sebelumnya yaitu 21 orang dokter umum, 14 orang dokter gigi, 198 orang perawat, 122 orang bidan, 124 orang paramedis non-perawat dan paramedis lainnya sebanyak 2 orang. 258 Tabel 3. Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan Menurut Status Tenaga Kesehatan per Kecamatan, Tahun 2011 No Kecamatan Dokter Umum Dokter Gigi Perawat 1 Nagawutung 1 1 10 2 Wulandoni 1 6 3 Atadei 1 10 4 Ile Ape 1 1 9 5 Ile Ape Timur 1 1 11 6 Lebatukan 1 1 9 7 Nubatukan 1 1 28 8 Omesuri 1 10 9 Buyasuri 1 1 13 Jumlah 9 6 106 Sumber: BPS Kabupaten Lembata Dalam Angka Tahun 2012 1.5. Bidan 10 9 8 14 7 16 28 12 10 114 paramedis 1 1 2 Ekonomi Wilayah 1.5.1. Struktur Ekonomi Wilayah Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lembata (atas dasar harga berlaku) selama tiga tahun terakhir (2009 – 2011) terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 nilai PDRB Kabupaten Lembata sebesari Rp 356,81 milyar meningkat menjadi Rp 401,58 milyar pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 14,79 %. Kemudian meningkat lagi menjadi Rp 475,82 milyar pada tahun 2011 atau meningkat sebesar 16,17 % dibanding tahun 2010. Jika dilihat dari strukturnya, maka sumbangan terbesar terhadap pembentukan perekonomian Kabupaten Lembata masih didominasi oleh sektor pertanian, tetapi dengan besaran yang semakin menurun, dimana pada tahun 2009 sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 48,47 % kemudian turun menjadi 47,57 % pada tahun 2010, dan turun lagi menjadi 45,08 % pada tahun 2011. Sumbangan terbesar kedua disumbang oleh sektor Jasa dengan tingkat pertumbuhan yang terus meningkat, tetapi lebih dari sebagian disumbang oleh sektor pemerintahan. Perkembangan PDRB Kabupaten Lembata menurut masing-masing sektor atas dasar Harga yang Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2009 – 2011 dapat diikuti pada Tabel 4. Tabel 4. Pendapatan Daerah Regional Bruto Kabupaten Lembata ADHB dan ADHK Tahun 2009-2011 No Sektor 1 Pertanian 1. Tanaman Pangan 2. Tanaman Perkebunan 3. Peternakan dan Hasilnya 4. Kehutanan 5. Perikanan 2 Pertambangan 3 Industri Pengolahan 4 Listrik dan Air Bersih 1. Listrik 2. Air Bersih 5 Bangunan Konstruksi 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 2009 (7Rp ribu) Berlaku Konstan 172.935,77 76.268,41 78.774,31 33.144,08 24.906,30 12.149,17 36.536,74 18.320,98 14,51 4,89 32.703,91 12.649,24 1.802,62 833,44 1.255,79 484,70 1.669,26 634,18 1.407,71 513,92 261,55 120,26 13.067,13 5.004,77 38.577,24 12.954,45 2010 (Rp ribu) *) Berlaku Konstan 194.840,83 78.252,74 90.112,08 33.885,17 27.544,15 12.416,55 41.791,98 19.073,11 16,51 4,96 35.376,11 12.872,96 2.084,24 876,77 1.432,17 497,31 1.925,09 680,50 1.647,62 556,75 277,47 123,75 15.008,79 5.166,35 44.655,32 13.756,75 2011 (Rp ribu) **) Berlaku Konstan 214.502,40 79.825,64 102.036,58 34.778,83 29.410,78 12.774,59 85.986,66 19.391,65 19,31 5,08 37.049,08 12.875,48 2.410,95 928,78 1.661,46 516,79 2.405,01 756,43 2.089,09 627,21 315,93 129,22 17.421,00 5.383,55 53.873,49 14.718,51 259 No 2009 (7Rp ribu) 2010 (Rp ribu) *) 2011 (Rp ribu) **) Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan 37.688,79 12.634,70 43.671,20 13.420,10 52.806,10 14.355,29 400,57 251,76 436,65 265,78 487,95 289,32 487,88 67,99 547,46 70,87 579,44 73,90 15.117,16 6.813,91 15.989,08 6.960,58 18.159,92 7.210,35 14.999,07 6.750,26 15.858,98 6.890,87 18.005,17 7.133,63 8.049,00 3.440,64 8.422,55 3.528,47 9.628,35 3.682,05 5.968,55 2.888,04 6.373,22 2.928,02 7.154,21 3.000,15 Sektor 1. Perdagangan 2. Hotel 3. Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi a. A n g k u t a n 1. Jalan Raya 2. Angkutan Laut 3. Angkutan Sungai 4. Angkutan Udara 5. Jasa Pengangkutan 981,51 421,58 b. K o m u n i k a s i 118,09 63,65 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4.365,33 2.090,19 a.Bank 1.059,75 400,16 b. Lembaga Nir Bank 368,46 38,56 c. Sewa Bangunan 2.771,80 1.566,43 d. Jasa Perusahaan 165,32 85,03 9 Jasa-Jasa 108.021,48 40.517,66 a. Pemerintahan Umum 91.261,78 31.851,07 b. S w a s t a/Private 15.759,71 8.666,59 1. Sosial & Kemasyarakatan 10.634,21 5.339,37 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & RT 5.125,50 3.327,22 PDRB Kabupan Lembata 356.811,79 145.601,7 Sumber: Kabupaten Lembata Dalam Angka, 2012 *) **) Angka Sementara ; Angka Sangat Sementara 1.063,21 130,10 434,39 69,72 1.212,61 154,75 451,43 76,72 4.901,78 2.175,44 5.858,41 1.257,19 434,13 1.663,55 417,00 40,29 570,88 3.055,78 1.615,62 3.432,95 175,81 85,41 191,04 128.747,61 44.076,45 159.529,90 110.919,53 34.843,74 139.048,17 17.828,08 9.232,71 20.481,72 12.363,26 5.770,82 14.482,29 2.300,96 484,73 41,74 1.688,94 95,54 48.394,60 38.531,85 9.862,76 6.255,28 5.646,82 3.461,89 5.999,44 3.607,48 409.584,91 152.442,89 475.822,54 160.035,61 Pada tahun 2009 sektor Jasa memberikan sumbangan sebesar 30,27% (subsektor pemerintahan menyumbang sebesar 85,41% atau sebesar 25,86% terhadap pembentukan PDRB) kemudian meningkat menjadi 31,43% pada tahun 2010 (subsektor pemerintahan menyumbang sebesar 86,15% atau sebesar 27,08% terhadap pembentukan PDRB), dan meningkat lagi menjadi 33,53% pada tahun 2011. Sedangkan kontribusi relatif masing-masing sektor terhadap PDRB Kabupaten Lembata atas dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan dapat diikuti pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Lembata ADHB dan ADHKTahun 2000 Tahun 2009-2011 No Sektor 1 Pertanian 1. Tanaman Pangan 2. Tanaman Perkebunan 3. Peternakan dan Hasilnya 4. Kehutanan 5. Perikanan 2 Pertambangan 3 Industri Pengolahan 4 Listrik dan Air Bersih 1. Listrik 2. Air Bersih 5 Bangunan Konstruksi 6 Perdagangan, Hotel&Restoran 1. Perdagangan Tahun 2009 (%) Tahun 2010 (%) *) Tahun 2011 (%) **) Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan 48,47 52,38 47,57 51,33 45,08 49,88 22,09 22,76 22,00 22,23 21,44 21,73 6,98 8,34 6,72 8,15 6,18 7,98 10,24 12,56 10,20 12,51 9,66 12,12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 9,17 8,69 8,64 8,44 7,79 8,05 0,51 0,57 0,51 0,58 0,51 0,58 0,35 0,33 0,35 0,33 0,35 0,32 0,47 0,44 0,47 0,45 0,51 0,47 0,39 0,35 040 0,37 0,44 0,39 0,07 0,08 0,07 0,08 0,07 0,08 3,66 3,44 3,66 3,39 3,66 3,36 10,81 8,90 10,90 9,02 11,32 9,20 10,56 8,68 10,66 8,80 11,10 8,97 260 Tahun 2009 (%) Tahun 2010 (%) *) Tahun 2011 (%) **) Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan 2. Hotel 0,11 0,17 0,11 0,17 0,10 0,18 3. Restoran 0,14 0,05 0,13 0,05 0,12 0,05 7 Pengangkutan dan Telkom 4,24 4,68 3,90 4,57 3,82 4,51 a. A n g k u t a n 4,20 4,67 3,87 4,52 3,78 4,47 1. Jalan Raya 2,26 2,36 2,06 2,31 2,03 2,30 2. Laut 1,67 1,98 1,56 1,92 1,50 1,87 3. Sungai dan Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Udara 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Jasa Pengangkutan 0,28 0,29 0,26 0,28 0,25 0,28 b. K o m u n i k a s i 0,03 0,04 0,03 0,05 0,03 0,05 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,22 1,44 1,20 1,43 1,23 1,44 a. Bank 0,30 0,27 0,31 0,28 0,35 0,30 b. Lembaga Nir Bank 0,10 0,03 0,10 0,03 0,12 0,03 b. Sewa Bangunan 0,78 1,08 0,75 1,06 0,72 1,06 c. Jasa Perusahaan 0,05 0,06 0,04 0,06 0,04 0,05 9 Jasa-Jasa 30,27 27,83 31,43 28,91 33,53 30,24 a. Pemerintahan Umum 25,86 21,88 27,08 22,86 29,22 24,08 b. S w a s t a / Private 4,42 5,95 4,35 6,06 4,30 6,16 1. Sosial & Kemasyarakatan 2,98 3,67 3,02 3,79 3,04 3,91 2. Hiburan & Rekreasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3. Perorangan & Rumahtangga 1,44 2,29 1,33 2,27 1,26 2,25 PDRB Kabupaten Lembata 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 *) Sumber: Kabupaten Lembata Dalam Angka, 2007 Angka Sementara ; **) Angka Sangat Sementara No 1.6. Sektor Potensi UMKM Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) Provinsi NTT, sampai dengan Desember 2011 jumlah UMKM di Kabupaten Lembata mencapai 39.641 unit. Hampir sebagian (37,75%) berada pada sektor pertanian, kemudian diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (31,48%), dan sektor industri pengolahan (7,37%). Kemudian dikuti berturutturut oleh jasa-jasa (6,72%) ; Keuangan/Persewaan (5,85%) ; Pengangkutan dan telekomunikasi (5,17%) ; Bangunan (3,56%); Pertambangan (1,85%) ; dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (0,24%). Gambar 1 menyajikan distribusi jumlah UMKM menurut masing-masing sektor. Gambar 1. Sumber : Data UKM Kabupaten Lembata Menurut Sektor Per Desember 2011 Dinkop dan UMKM Prov. NTT) diolah Berdasarkan jumlah dan penyebaran UMKM pada berbagai sektor atau lapangan usaha, serta mempertimbangkan kondisi obyektif yang dihadapi dan peluang pengembangan ke depan, maka strategi pengembangan Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi UMKM di Kabupaten Lembata ditetapkan sebagai berikut : 261 a. b. c. Mengembangkan SDM pelaku koperasi, UMKM dan IDKM; Mengembangkan Lembaga koperasi dan UMKM; Memprioritaskan penguatan usaha untuk mengembangkan komoditi yang memiliki potensi penggerak ekonomi daerah dan ekspor; d. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana aparatur; e. Mendorong tumbuhnya iklim usaha yg sehat melalui penyiapan dan usulan berbagai kebijakan pengaturan, pengembangan dan pengawasan IKM; f. Pelayanan perizinan dan akses permodalan; g. peningkatan Infrastruktur pendukung bagi koperasi, UMKM dan IDKM; h. Meningkatkan perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan; i. Fasilitasi bantuan teknis dan sarana usaha untuk meningkatkan mutu, produktivitas, diversifikasi produk, kemasan, HKI; j. Peningkatan daya saing gerakan koperasi, UMKM dan IDKM. Untuk mengimplementasikan kebijakan di atas, maka dirumuskan 15 program pokok yang membidangi koperasi, UMKM, perindustrian dan perdagangan dalam RPJMD Kabupaten Lembata Periode 2012 - 2016, yaitu : Penciptaan iklim UKM yang kondusif, Pengembangan Kewirausahaan dan keunggulan Kompetitif UKM, Pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM, Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, Peningkatan kapasitas iptek sistem produksi, Pengembangan IKM, Peningkatan kemampuan teknologi industri, Penataan struktur industri, Pengembangan sentra-sentra industri potensial, Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, Perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan, Peningkatan kerjasama perdagangan internasional, Peningkatan dan pengembangan ekspor, Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri, Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan. Pertumbuhan investasi dan meningkatnya nilai produksi yang semakin signifikan di Kabupaten Lembata memberikan harapan akan tumbuh dan berkembangnya sektor industri sebagai penggerak perekonomian daerah sebagaimana ditunjukan tabel 6. Tabel 6. Penyebaran Kelompok IKM di Kabupaten Lembata Tahun 2011 No Jenis Usaha 1 Indsutri Pangan 2 Kategori IKM Formal Non Formal Formal Non Formal Formal Non Formal Unit Jumlah Nilai Nilai Usaha TK Investasi Produksi 10 21 869,750,000 407,280,000 107 426 1,459,876,500 2,387,943,000 5 14 37,800,000 371.440.000 114 924 990,980,000 1,519,842,000 23 107 528,800,000 10,399,819,000 106 400 1,183,120,000 6,173,561,200 Industri Sandang 3 Industri Kimia dan bahan Bangunan 4 Industri Logam Formal 3 10 dan Elektronik Non Formal 2 3 5 Industri Formal Kerajinan Non Formal 10 85 Sumber : Dinkoperindag Kabupaten Lembata, 2012 40,700,000 23,000,000 15,827,500 368,320,000 149,216,000 161,604,800 Nilai Bahan Baku 325,824,000 1,881,298,900 297,152,000 1,216,208,600 8,114,658,000 5,023,056,160 187,571,200 119,372,800 129,283,840 Subsektor perdagangan menunjukan peningkatan sirkulasi barang masuk ke Kabupaten Lembata yang didominasi barang kebutuhan primer dan sekunder (65 jenis) diantaranya volume terbesar adalah minuman ringan sebanyak 623.729 botol dan volume terkecil adalah gips sebanyak 1 ton. Sedangkan barang yang keluar seluruhnya adalah komoditi pertanian (beserta sub-sektornya) dengan volume terbesar adalah kopra sebanyak 2.304 ton dan rumput laut sebanyak 552 ton. Aktifitas 262 perdagangan di Kabupaten Lembata tergolong tinggi melalui kegiatan pasar tradisional sejumlah 27 titik yang tersebar di 9 kecamatan dengan intensitas mingguan dan diperkirakan sirkulasi uang yang beredar pada setiap hari pasar adalah Rp. 50.000.000 - Rp. 100.000.000/pasar. Penyelenggaraan urusan koperasi dan UKM, telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan dengan mengkondisikan iklim usaha koperasi dan UKM sebagai soko guru perekonomian rakyat sebagaimana tergambar dalam tabel 7 berikut. Koperasi Primer Berbadan Hukum, Bidang Usaha dan Keaktifan Koperasi Di Kabupaten Lembata - 2011 aktif tidak aktif aktif tidak aktif tidak aktif pertokoan aktif simpan pinjam 1 lainnya 2011 jasa 2010 Presentase 1 1 8 1 7 1 1 1 19 1 9 5 12 4 1 1 1 34 8 2 1 7 1 1 1 1 22 1 8 5 12 4 1 1 32 8 3 1 7 2 1 1 1 24 42,86 1,79% Jumlah 1 1 11 4 9 2 1 28 57,14 1 4 3 1 9 39,29 9 11 6 19 4 1 2 1 1 1 55 60,7 9 11 6 19 4 1 2 1 1 1 1 56 98,21 % KUD KSP KPRI KSU Koperasi Wanita Koperasi Pemuda Koperasi Desa Koperasi Pertanian Koperasi Nelayan Koperasi Pasar Koperasi Distribusi 40,43 9 11 6 19 4 1 2 1 1 1 1 56 JENIS KOPERASI 59,57 9 11 5 16 3 0 1 0 1 0 1 47 - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 16% No KEAKTIFAN KOPERASI 2009 2010 2011 BIDANG USAHA 2009 BERBADAN HUKUM distribusi dan perdagangan Tabel. 7. Sumber : Dinas Koperidag Kabupaten Lembata, 2012 Peningkatan koperasi baik dari kelembagaan yang ditandai dengan pertumbuhan jumlah Koperasi dimana pada tahun 2009 berjumlah 47 Koperasi yang berbadan Hukum dan pada tahun 2011 berjumlah 56 Koperasi atau naik sebesar 16%. Data peningkatan jumlah koperasi dimaksud terdapat 55 Koperasi atau 98,21% yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang Simpan Pinjam sedangkan 1,79% bergerak di Usaha Konsumsi. Belum ada Koperasi yang bergerak disektor riil. Seiring dengan bertambahnya jumlah Koperasi tidak didukung dengan Keaktifan Koperasi. Hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah Koperasi Tidak Aktif pada tahun 2009 hanya terdapat 19 Koperasi yang Tidak Aktif naik menjadi 24 Koperasi Tidak Aktif, atau pada Tahun 2009 40,43% Koperasi Tidak aktif naik menjadi 42,86%. 1.7. Perbankan dan UMKM Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi NTT, peranan perbankan terhadap pengembangan UMKM di Kabupaten Lembata mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kantor bank yang beroperasi di Kabupaten Lembata, maupun jumlah pinjaman yang disalurkan pihak perbankan kepada pihak UMKM. Kantor bank yang beroperasi di Kabupaten Lembata sebanyak 3 bank umum yaitu BRI, BNI, dan Bank NTT. Kebijakan perbankan dalam memberikan pinjaman berdasarkan lapangan usaha menunjukan pertumbuhan yang cukup berarti, tetapi jika dibandingkan dengan 263 pinjaman yang diberikan bukan untuk lapangan usaha, maka proporsinya masih lebih kecil, tetapi menunjukan peningkatan yang berarti. Pada tahun 2010 misalnya, total pinjaman yang diberikan mencapai Rp 174.074 juta, tetapi yang diberikan kepada lapangan usaha hanya mencapai 27,81%. Pada tahun 2012, jumlah pinjaman yang diberikan mencapai Rp 384.982 juta, yang diperuntukan buat lapangan usaha mengalami penurunan, yaitu sebesar 22,44%. Tabel 8 berikut menyajikan posisi pinjaman yang diberikan perbankkan menurut sektor atau lapangan usaha. Tabel 8. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank di Kabupaten Lembata Menurut Lapangan Usaha, 2010 – 2012 No A 1 Jenis Pinjaman 2010 (Rp juta) 2011 (Rp juta) 2012 (Rp juta) Berdasarkan Lapangan Usaha 48.418 47.042 86.362 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan 748 97 13.643 Perikanan 2 Petambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 101 317 199 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Konstruksi 3.319 1.858 5.244 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.936 25.394 37.961 7 Pengangkutan dan Komunikasi 117 151 2.269 8 Kuangan, Real Estate, Jasa Perus 1.711 1.180 1.009 9 Jasa-jasa 11.486 18.044 25.808 B Pinjaman bukan Lapangan Usaha 126.379 210.246 298.580 Jumlah 174.074 257.288 384.942 Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT Jenis pinjaman yang diberikan kepada lapangan usaha pada tahun 2010-2012, sebagian besar diserap oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan namun mengalami penurunan pada tahun 2011. Sektor usaha yang mengalami kenaikan pinjaman dari bank adalah jasa dan industri pengolahan sedangkan lainnya mengalami penurunan. Pemberian pinjaman kepada bukan lapangan usaha terus mengalami kenaikan sejak 2010 sebesar 72,19% menjadi 81,72% pada tahun 2011 kemudian menurun menjadi 77,56% pada tahun 2012 namun tetap saja lebih besar disbanding sector lapangan usaha. Pinjaman kepada UMKM dikaitkan dengan jenis penggunaan terlihat dari total penjaman yang diserap oleh 9 sektor/lapangan usaha, sebagian besarnya digunakan untuk modal kerja, sedangkan untuk investasi relatif kecil. Total pinjaman yang diberikan setiap tahun oleh bank umum, lebih dari 70%-nya adalah pinjaman konsumtif (Tabel 8). Tabel 9 berikut menyajikan pinjaman yang diberikan oleh bank umum berdasarkan jenis penggunaan dan Tabel 10 menyajikan persentase menurut masingmasing jenis penggunaan. Tabel 9. No 1 2 3 Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Lembata Menurut Jenis Penggunaan, 2010 – 2012 Jenis Penggunaan 2010 (Rp juta) 2011 (Rp juta) Modal Kerja 43.769 43.631 Investasi 4.649 3.411 Konsumtif 126.379 210.246 Jumlah 174.797 257.287 Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT 2012 (Rp juta) 79.223 7.139 298.580 384.942 264 Tabel 10. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Lembata Menurut Jenis Penggunaan, 2010 – 2012 No 1 2 3 Jenis Penggunaan 2010 (%) 2011 (%) Modal Kerja 25,04 16,96 Investasi 2,66 1,33 Konsumtif 72,30 81,72 Total 100,00 100,00 Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT 2012 (%) 20,58 1,85 77,56 100,00 Persentase pinjaman yang digunakan untuk modal kerja dan investasi relatif lebih kecil dibandingkan untuk kunsumsi, tetapi selama tiga tahun terakhir proporsi pinjaman untuk pengembangan usaha (baik untuk modal kerja maunpun untuk investasi) menunjukan peningkatan. Pinjaman untuk modal kerja mengalami penurunan -8,08% pada tahun 2011 kemudian naik 3,62% pada tahun 2012. Demikian pula dengan pinjaman investasi mengalami penurunan -1,33% pada tahun 2011 kemudian naik 0,53% pada tahun 2012. Sedangkan pinjaman konsumtif naik cukup signifikan sebesar 9,42% pada tahun 2011 namun mengalami penurunan sebesar 4,14% pada tahun 2012. Meningkatnya nilai investasi oleh kelompok Industri Kecil dan Menengah khususnya industri pangan dan sandang baik kategori formal maupun non-formal pada tahun 2011 diharapkan sinergi dengan besarnya pinjaman yang diberikan bank untuk investasi. Demikian halnya meningkatnya nilai produksi khususnya industri bahan bangunan, sandang dan pangan pada tahun 2011 juga sinergi dengan naiknya pemberian pinjaman untuk modal usaha. Sementara meningkatnya nilai konsumtif masyarakat dari tahun 2011 mencapai 9,42% kemudian menurun hingga -4,14% diharapkan akan terus menurun hingga keputusan membuka pinjaman ke bank lebih diperuntukkan untuk kegiatan usaha (investasi dan modal kerja). Hal ini tentunya tergantung kebijakan pihak bank yang membatasi peminjaman (kredit) masyarakat yang diperuntukkan bagi aktifitas konsumtif dan lebih memprioritaskan bagi kegiatan usaha khususnya Usaha Kecil dan Menengah. 265 BAB II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN LEMBATA 2.1. Bobot S ektor-Sub S ektor dalam pe ngembangan U MKM K abupaten Lembata Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan. Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Lembata. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Lembata yang mempunyai nilai skor tertinggi. Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 11. Bobot kebutuhan atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Lembata adalah sektor Peternakan, sedangkan sektor usaha Tanaman Pangan memiliki skor terbobot tertinggi untuk tujuan penciptaan lapangan kerja, sedangkan sektor Pertambangan untuk tujuan peningkatan daya saing produk. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah sektor tanaman pangan, perkebunan, pariwisata, perdagangan, peternakan, perindustrian, angkutan, pertambangan dan kehutanan. Tabel 11. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Lembata Pertumbuhan Sektor Usaha Ekonomi (0.2692) Perikanan 0,1100 Tanaman Pangan 0,1200 Perkebunan 0,1150 Pariwisata 0,1639 Perdagangan 0,0745 Peternakan 0,1126 Perindustrian 0,0505 Angkutan 0,0708 Kehutanan 0,0703 Pertambangan 0,0418 Sumber : Data Primer (diolah) 2.2 Tujuan (Skor Terbobot) Skor Penciptaan Peningkatan Daya Terbobot Rangking Lapangan Kerja Saing Produk Gabungan (0.3615) (0.3694) 0,1444 0,1658 0,1431 1 0,1574 0,0948 0,1242 2 0,1167 0,1366 0,1236 3 0,0749 0,1125 0,1127 4 0,1223 0,0971 0,1001 5 0,0712 0,0830 0,0867 6 0,0628 0,0822 0,0667 7 0,0691 0,0537 0,0639 8 0,0570 0,0648 0,0635 9 0,0716 0,0619 0,0600 10 KPJu Unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Lembata Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan (Tabel 12), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 12. 266 Tabel 12. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Lembata No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Sektor Usaha/ KPJu Unggulan Padi dan Palawija Jagung Ubi Jalar Kacang Tanah Ubi Kayu Padi Sawah Buah-Buahan Pisang Nangka Industri tahu Rambutan Pepaya Peternakan Babi Ayam Kampung Kerbau Itik Ayam Ras Pedaging Pariwisata Pertunjukkan seni/budaya hotel melati Kedai minum (contoh: warung kopi) Kedai makanan Penyediaan makanan keliling Perdagangan Ikan dan hasilnya Hasil pertanian/Hortikultura Saprodi pertanian /sapronak Bahan bakar Karya seni dan kerajinan Angkutan Angkutan barang umum Angkutan ojek motor Angkutan bus antar kota Angkutan penyeberangan umum (antar kabupaten) Angkutan sewa Pertambangan Tanah urukan Batu bangunan pasir besi Pasir panas bumi SkorTerbobot No 0,2680 0,1969 0,1621 0,0794 0,0669 1 2 3 4 5 0,1928 0,1703 0,1322 0,1176 0,1048 1 2 3 4 5 0,2271 0,1661 0,1422 0,1323 0,1238 1 2 3 4 5 0,1436 0,1316 0,1252 1 2 3 0,1117 0,1111 4 5 0,1821 0,1400 0,1100 0,1052 0,1049 1 2 3 4 5 0,2394 0,1843 0,1472 0,1006 0,0965 0,2622 0,2237 0,1790 0,1364 0,0850 Sektor Usaha/ KPJu Unggulan Sayuran SkorTerbobot 0,1314 0,1184 0,1178 0,1133 0,1038 1 2 3 4 Cabai Bawang Merah Bayam Kacang Panjang Tomat Perkebunan Coklat Jambu Mete Kopi Pinang Kapuk Perikanan Usaha budidaya rumput laut Usaha Penangkapan ikan di laut Budidaya Mutiara Usaha Budidaya ikan di laut Usaha budidaya tambak Industri Industri kopra Industri minyak kelapa Pengolahan dan pengawetan ikan dan produk ikan Industri meubel Industri kain tenun ikat Jasa-jasa Jasa penyewaan mobil Keuangan Kursus ketrampilan dan pengetahuan Servis perbaikan elektronik Tenda/Musik/Alat masak, dll Kehutanan Asam Kemiri Gaharu Budidaya madu 5 Pemungutan Madu 0,1163 0,2101 0,1712 0,1244 0,1201 0,1174 0,3364 0,1599 0,1031 0,1361 0,0990 0,1641 0,1275 0,1226 0,1128 0,1037 0,1494 0,1483 0,1345 0,1277 0,1205 0,1937 0,1598 0,1217 0,1198 Sumber : Data Primer (diolah) 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Lembata Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 11) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 12) dilakukan analisa dengan menggunakan Metoda Bayes. Berdasarkan hasil analisis, 267 diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 13. Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Lembata adalah Usaha budidaya rumput laut, usaha ternak babi, usaha tani jagung, usaha ternak ayam kampung, dan perdagangan ikan dan hasil-hasilnya. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada berikut. Tabel 13. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lembata No KPJu Skor Terbobot Sektor Usaha 1 Usaha budidaya rumput laut 0,0422 Perikanan 2 Babi 0,0346 Peternakan 3 Jagung 0,0296 Tanaman pangan 4 Ayam Kampung 0,0254 Peternakan 5 Ikan dan hasilnya 0,0250 Perdagangan 6 Ubi Jalar 0,0218 Padi Palawija 7 Kerbau 0,0217 Peternakan 8 Coklat 0,0207 Perkebunan 9 Itik 0,0202 Peternakan 10 Usaha Penangkapan ikan di laut 0,0201 Perikanan Sumber : Data Primer (diolah) Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor adalah usaha tani ubi jalar, usaha ternak kerbau, perkebunan coklat (kakao), usaha ternaik itik, dan usaha penangkapan ikan di laut. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, maka 5 KPJu utama adalah: sektor perikanan menempati posisi teratas. 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Lembata Kedudukan KPJu Unggulan di Kabupaten Lembata berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut: Tabel 14. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lembata No KPJu Unggulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Usaha budidaya rumput laut Babi Jagung Ayam Kampung Ikan dan hasilnya Ubi Jalar Kerbau Coklat Itik Usaha Penangkapan ikan di laut 10 Skor Potensi Prospek 4,60 3,0 3,20 2,20 4,00 3,00 2,60 3,60 2,60 4,40 3,40 2,80 3,00 3,80 2,80 2,60 2,80 2,00 Kriteria Potensi Prospek Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Cukup Sesuai 4,80 4,00 Sangat Sesuai Sangat Sesuai Kuadran I II II III I I III IV III IV Sumber : Data Primer (diolah) Terdapat 3 KPJu Unggulan lintas Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik atau baik, yaitu: usaha budidaya rumput laut, perdagangan ikan dan hasilhasilnya, dan usaha penangkapan ikan di laut. 268 BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1. Kesimpulan 3.1.1. Tujuan terpenting dalam pengembangan UMKM adalah untuk “peningkatan daya saing produk”, kemudian “penyerapan tenaga kerja” dan “pertumbuhan ekonomi”. Menyiapkan kualitas dan mutu output produksi agar dapat bersaing di pasar serta mampu mempertahankan keberlanjutan produktifitas UMKM menjadi kesadaran kalangan pemikir, pengambil kebijakan serta praktisi di Kabupaten Lembata. 3.1.2. Kriteria penentuan KPJu Unggulan terpenting (ranking kepentingan) berturutturut adalah 1) ketersediaan teknologi, 2) ketersediaan pasar, 3) manegemen usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, 6) ketersediaan sarana produksi, 7) aksesibilitas terhadap/ kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9) harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan baku dan yang terakhir adalah 11) aspek sosial budaya. 3.1.3. Untuk pengembangan UMKM, sektor utama di Kabupaten Lembata adalah di sektor usaha perikanan merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah sektor tanaman pangan, perkebunan, pariwisata, perdagangan, peternakan, perindustrian, angkutan, pertambangan dan kehutanan. 3.1.4. Sepuluh KPJU Unggulan lintas sektor untuk penegmbangan UMKM di Kabupaten Lembata berturut-turut adalah: 1) Usaha budidaya rumput laut, 2) babi, 3) jagung, 4) ayam kampung, 5) ikan dan hasilnya, 6) ubi jalar, 7) kerbau, 8) coklat, 9) itik, dan Usaha Penangkapan ikan di laut. 3.1.5. Jenis usaha dan komoditi yang potensi dan prospek dengan kategori baik sampai sangat baik adalah : 1) Usaha budidaya rumput laut, 2) Perdagangan ikan dan hasil-hasilnya, dan 3) Usaha Penangkapan ikan di laut. 3.2. Rekomendasi 3.2.1. Upaya berbagai pihak dalam pengembangan UMKM di NTT termasuk Kabupaten Lembata mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5 (lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat keharusan) yaitu: peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar, pembinaan menegemen usaha, penyerapan tenaga kerja (padat karya), dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah tidak penting, tetapi lebih merupakan suffisien condition (syarat kecukupan) dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT. 3.2.2. Dalam ruang lingkup rekomendasi (1), diharapkan berbagai pihak yang berperan dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Lembata disarankan untuk mengembangkan UKM di bidang KPJU Unggulan yang secara potensi dan prospek tergolong baik dan sangat baik, yaitu: usaha budidaya rumput laut, perdagangan ikan dan hasil-hasilnya, dan usaha penangkapan ikan di laut. 269 3.2.3. Upaya untuk mengembangan dan memberdayakan ke-10 KPJu Unggulan UMKM dapat dilaksanakan secara efektif dan berkelanjutan, sebaiknya diawali dengan identifikasi dan pemetaan masing-masing KPJu Unggulan oleh masing sektor (SKPD) yang implementasinya dilaksanakan secara terkoordinasi. Untuk menghindari terjadinya ketimpangan program, disarankan agar dibentuk sebuah forum atau kelompok kerja pengembangan dan pemberdayaan UMKM di bawah koordinasi langsung oleh Sekretaris Daerah. 3.2.4. Lembaga perbankan – terutama BUMN – diharapkan partisipasi aktifnya untuk turut serta membantu membina dan mengembangkan KPJu dari aspek teknis perbankan sehingga memungkinkan para pelaku UMKM lebih mudah mengakses pembiayaan yang berasal dari perbankan. Perlu dipertimbangkan untuk membentuk sebuah badan koordinasi perbankan di tingkat lokal yang secara reguler dapat berkoordinasi langsung dengan para pelaku UMKM, yang berfungsi sebabagi forum komunikasi dan konsultasi antara pihak perbankan dengan para pelaku UMKM. Untuk itu Bupati Lembata dapat berkoordinasi dengan perbankan setempat, terutama Bank NTT dan pihak Perwakilan BI NTT untuk membentuk wadah tersebut. Agar lebih efektif, wadah tersebut dibentuk melalui peraturan daerah. 270 BAB I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN FLORES TIMUR 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 1.1.1. Kondisi Geografis Kabupaten Flores Timur terletak di ujung bagian timur Pulau Flores, tepatnya berada di antara 8o 04’ – 8o 40’ LS dan 122o 38’ – 123o 20’ BT. Luas wilayahnya 5.983,38 Km², terdiri dari daratan 1.812,85 Km² (31% luas wilayah) yang tersebar pada 3 pulau besar dan 14 pulau kecil serta luas lautan 4.170,53 Km² (69% luas wilayah). Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Flores Timur terdiri dari 19 kecamatan, 229 desa dan 21 kelurahan. Wilayah Kabupaten Flores Timur terdiri dari 17 pulau dimana hanya tiga (3) pulau saja yang dihuni, yaitu Pulau Flores bagian Timur, Pulau Adonara, dan Pulau Solor serta 14 pulau lainnya merupakan pulau yang tidak dihuni, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : • Utara berbatasan dengan Laut Flores • Selatan berbatasan dengan Laut Sawu • Barat berbatasan dengan Kabupaten Sikka • Timur berbatasan dengan Selat Boleng Kabupaten Flores Timur beriklim tropis, dengn musim kemarau yang lebih panjang yakni berkisar antara 8 sampai 9 bulan dan musim hujan yang relatif singkat yaitu berkisar antara 2 sampai 4 bulan. Curah hujan tidak merata di seluruh wilayah dengan rata-rata curah hujan per tahun 1.263,4 mm/tahun. Jumlah hari hujan berkisar antara 60 – 120 hari/tahun dengan kedalaman 500-2.000 mm. Intensitas penyinaran matahari berkisar antara 53% pada bulan februari hingga 95% pada bulan september. Suhu udara maksimum antara 30 – 33 oC dan minimum antara 20 – 24 oC. Kecepatan angin rata-rata 8,41 knot, menjadikan wilayah Kabupaten Flores Timur rawan kekeringan. 1.1.2. Topografi, Iklim dan Curah Hujan Kabupaten Flores Timur merupakan kabupaten kepulauan dengan topografi bergunung dan berbukit dan kemiringan di atas 40o mencapai 33,97% (615,79 Km2. Tingkat kemiringan antara 0 – 12o mencapai 23% (417,20 Km2) dari luas wilayah daratan, dan tingkat kemiringan antara 12o – 40o mencapai 43% (779,86 Km2). 1.2. Demografi Beribukota di Larantuka, Kabupaten Flores Timur terdiri dari 19 kecamatan, 299 desa dan 21 delurahan menurut Perda Nomor 2 tahun 2010 dan Nomor 3 tahun 2010. Jumlah penduduknya sebanyak 229.536 jiwa (109.605 laki-laki dan 119.931 perempuan ; 2007), dan meningkat menjadi 232.605 jiwa (111.494 laki-laki dan 121.111 perempuan ; 2011). Tingkat kepadatan penduduknya mencapai 128,31 jiwa per Km2. Penduduk terpadat ada di Kecamatan Larantuka (492 jiwa/Km2), kemudian diikuti Kecamatan Ile Boleng (271,41 jiwa/Km2) dan Kecamatan Adonara Timur (240,14 jiwa/Km2). Sementara tingkat kepadatan terendah di Kecamatan Tanjung Bunga (50,65 jiwa/Km2). Untuk jumlah rumahtangga pada tahun 2011 sebanyak 51.159 dengan ratarata 4,55 ART (anggota rumahtangga) di setiap rumahtangganya. Jumlah penduduk Kabupaten Flores Timur, luas wilayah dan tingkat kepadatan penduduk menurut kecamatan tahun 2011 dapat diikuti pada Tabel 1 berikut. 271 Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Flores Timur dan Tingkat kepadatan per Kecamatan, Tahun 2011 No Kecamatan 1 Wulang Gitang 2 Titehena 3 Ilebura 4 Tanjung Bunga 5 Lewolema 6 Larantuka 7 Ile Mandiri 8 Demon Pagong 9 Solor Barat 10 Solor Selatan 11 Solor Timur 12 Adonara Barat 13 Wotanulumando 14 Adonara Tengah 15 Adonara Timur 16 Ile Boleng 17 Witihama 18 Kelubagolit 19 Adonara Flores Timur Luas Areal 255,96 211,70 48,53 234,55 108,61 75,91 74,24 57,37 128,20 31,58 66,56 55,97 75,81 57,99 108,94 51,39 77,97 45,12 46,45 1 812,85 Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 6 491 5 478 2 970 5 916 3 890 18 555 4 513 2 049 4 298 2 126 5 995 5 810 3 819 5 193 12 382 6 316 6 464 4 704 4 525 111 494 6 652 5 667 3 195 5 964 4 061 18 793 4 632 2 234 5 023 2 715 6 884 5 933 4 052 5 493 13 779 7 632 7 676 5 506 5 220 121 111 255,96 11 145 6 165 11 880 7 951 37 348 9 145 4 283 9 321 4 841 12 879 11 743 7 871 10 686 26 161 13 948 14 140 10 210 9 745 232 605 Kepadatan (Km2) 51,35 52,65 127,03 50,65 73,21 492,00 123,18 74,66 72,71 153,29 193,49 209,81 103,83 184,27 240,14 271,41 181,35 226,29 209,80 128,31 Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim Kelompok umur penduduk yang berusia antara 0–14 tahun (usia belum produktif) sebesar 35,54% dan kelompok umur yang berusia 65 tahun ke atas (sudah tidak produktif lagi) sebesar 7,52%, sedangkan kelompok umur yang masih produktif (15 - 64 tahun) sebesar 56,94%. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (2011) menunjukan, penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja di Kabupaten Flores Timur mencapai 71,17%. Sebanyak 69,33% sudah/sedang bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan sebanyak 1,79. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja sebanyak 28,88%, diantaranya adalah mereka yang sedang sekolah, mengurus rumahtangga, dan lainnya. Sebagian besar penduduk (82,49%) berpendidikan tertinggi SD/sederajat, berpendidikan SMA dan SMK/sederajat sebanyak 11,38%, dan yang berpendidikan Diplom ke atas hanya 3,31%. Tabel 2 di bawah ini menyajikan persentase penduduk Kabupaten Flores Timur berumur 10 tahun ke atas menurut jenis kelamin dan ijazah tertinggi yang dimiliki. Tabel 2. No 1 2 3 4 5 6 7 8 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, 2011 Tingkat Pendidikan Laki-laki Tidak/Belum Tamat SD 31,63 SD/Sederajat 38,45 SMP/Sederajat 13,22 SMA/Sederjata 8,87 SMK/Sederajat 4,21 Diploma I – II 0,36 Diploma III 1,21 Diploma IV/Universitas 2,06 Jumlah 100,00 Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim Perempuan 32,62 41,50 13,04 7,06 2,74 0,47 0,44 2,13 100,00 Jumlah 32,15 40,04 13,22 7,93 3,45 0,41 0,81 2,09 100,00 272 1.3. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia 1.3.1. Sumber Daya Alam Sumber daya alam yang dimiliki kabupaten Flores Timur cukup potensial, dengan topografi wilayah umumnya daerah pegunungan (terdapat empat buah gunung api yang masih aktif) dan berbukit yang sebagian besar wilayahnya dengan tingkat kemiringan 12%. Daerah perbukitan dengan ketinggian rata-rata di atas 100 m, dan memiliki tekstur tanah antara kasar dan sedang. Kondisi wilayah geografis Flores Timur yang demikian dibarengi dengan keadaan iklim yang kering mengakibatkan wilayah Flores Timur rawan bencana longsor dan banjir. Tetapi disisi lain, karena keberadaan keempat gunung berapi tersebut, berdampak pada tingkat kesuburan tanah di daerah sekitarnya. Berdasarkan potensi yang ada maka wilayah Flores Timur merupakan daerah potensial untuk pengembangan bidang pertanian dan pariwisata. Pengembangan pertanian diutamakan pertanian hortikultura dan perkebunan, karena umumnya daerah-daerah dengan ketinggian beragam tersebut mempunyai iklim (suhu) yang cocok untuk berbagai jenis tanaman. Kawasan pertanian di Kabupaten Flores Timur secara keseluruhan seluas 52.735,7 ha dengan rincian pertanian sawah seluas 992 ha, tegal seluas 35.162,6 ha, perkarangan seluas 3.308,40 ha dan padang rumput seluas 14.192,7 ha. Selain itu, luas wilayah perairan laut mencapai 5.633,56 Km² atau 67,43 % dari luas wilayah, menjadikan Flores Timur sebagai salah satu kabupaten di provinsi NTT yang mempunyai potensi perikanan dan kelautan yang paling besar. Dengan luas wilayah perairan laut seperti itu, dari total desa/kelurahan yang berada di Kabupaten Flores Timur (229 desa dan 21 kelurahan), 125 diantaranya terletak di daerah pesisir (desa pesisir) dengan jumlah kelompok nelayan/pembudidaya sebanyak 500 kelompok. Secara geografis Kabupaten Flores Timur diuntungkan karena memiliki posisi strategis sebagai lokasi perikanan tangkap. Demikian juga prasarana dan sarana perikanan tangkap yang memadai untuk menunjang potensi yang menjadi andalan Kabupaten Flores Timur seperti Pangkalan Pendaratan Ikan terbesar di wilayah Indonesia tengah yang merupakan bantuan dari Negara Jepang (JICA), ditunjang dengan armada perikanan tangkap sebanyak 1.597 kapal penangkap ikan. 1.3.2. Sumber Daya Manusia Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik merupakan syarat mutlak bagi penyelenggaraan pembangunan. Bersama-sama dengan sektor kesehatan, pendidikan menjadi penting dalam rangka peinngkatan kualitas SDM. Karena itu dalam rangka pembangunan suatu daerah, pendidikan, dan juga kesehatan harus dilihat sebagai investasi yang membantu meningkatkan pengetahuan, ketrampailan dan keahlian tenaga kerja sebagai modal utama dalam penyelenggaraan pembangunan. Ada tiga indikator utama untuk memeriksa kualitas SDM suatu daerah, yaitu : angka melek huruf, parisipasi sekolah, dan pendidikan yang ditamatkan. Angka melek huruf di Kabupaten Flres Timur mengalami peningkatan yaitu berumur 10 tahun ke atas sebanyak 88,12% (2010), kemudian meningkat menjadi 91,42% (2011). Berdasarkan jenis kelamin, angka melek huruf laki-laki sedikit lebih baik dari perempuan. Pada tahun 2010, angka melek huruf penduduk laki-laki sebesar 91,12% kemudian meningkat menjadi 96,02% pada tahun 2011. Sedangkan penduduk perempuan sebesar 85,55% kemudian naik menjadi 87,51%. 273 Jika dilihat dari tingkat partisipasi sekolah penduduk berusia 10 tahun ke atas, maka persentase penduduk yang masih sekolah pada tahun 2010 baru mencapai 27,59%, tetapi, satu tahun kemudian (2011) turun menjadi 22,45%. Tetapi penduduk yang tidak/belum pernah sekolah pada tahun 2010 mencapai 9,08%, turun menjadi 3,87% pada tahun 2011. Sedangkan penduduk yang tidak bersekolah lagi pada tahun 2010 adalah 63,33%, meningkat menjadi 73,68% pada tahun 2011. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS), pada tingkat SD relatif cukup baik, yaitu mencapai 92,13% pada tahun 2011. Tetapi pada tingkat penddikan SLTP baru mencapai 67,16%, dan SLTA 47,13%. Sedangkan pada jenjang perguruan tinggi hanya 1,89%. Selanjutnya jika dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan/ijazah yang dimiliki, maka persentase yang tidak memiliki ijazah dan yang berijazah SD mencapai 70,69%. Sedangkan yang berijazah perguruan tinggi hanya mencapai 4,60%. Jika menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan gabungan dari tiga indikator utama, yaitu Indikator kesehatan (indeks harapan hidup), indikator pendidikan (indeks melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan indikator ekonomi (tingkat daya beli penduduk/purchasing power parity/PPP), maka berdasarkan data Indeks pembangunan manusia (IPM) provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011, nilai IPM Kabupaten Flores Timur adalah 68,71 atau berada pada urutan ke-4 dari 21 kabupaten/kota (setelah Kota Kupang, kabupaten Ngada, dan Alor dengan nilai masing-masing sebesar 77,71; 70,13 dan 68,92). Sementara IPM provinsi NTT pada tahun yang sama adalah 67,75. 1.4. Infrastruktur Wilayah 1.4.1. Prasarana jalan Salah satu faktor penentu yang mendorong percepatan kemajuan pembangunan dan pengembangan bisnis di suatu wilayah adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang berada di wilayah tersebut. Data terakhir (2011) menunjukan panjang jalan di kabupaten Flores mencapai 572,13 Km. Berdasarkan jenis permukaan jalan, maka jalan yang diaspal mencapai 356,56 Km (62,32%). Jalan dengan jenis permukaan kerikil 115,27 Km (20,15%). Sedangkan sisanya dengan permukaan tanah sepanjang 100,30 Km (17,53%). Jika dilihat dari kondisi jalan, maka untuk jalan dengan permukaan diaspal (356,56 Km) dalam keadaan baik hanya mencapai 286,88 Km (80,46%). Sisanya dalam keadaan rusak sampai sedang. Dengan kondisi jalan seperti ini menyebabkan biaya transportasi manusia, barang dan jasa menjadi tinggi, termasuk waktu tempuh menjadi lebih lama. 1.4.2. Pelabuhan Laut dan Udara Kabupaten Flores Timur memiliki prasarana perhubungan laut berupa Pelabuhan Ferry, Pelabuhan PELNI, Pelabuhan Barang dan Pelabuhan PELRA. Keempat pelabuhan ini terdapat di Larantuka (ibukota kabupaten). Selain itu terdapat 3 pelabuhan laut dan satu pelabuhan Ferry terdapat di Pulau Adonara, dan satu pelabuhan terdapat di Menanga, Pulau Solor yang melayani mobilisasi masyarakat dan barang yang datang dari luar atau sebaliknya dari Kabupaten Flores Timur. Prasarana tersebut dalam kondisi baik dan telah dimanfaatkan untuk menggerakan roda perekonomian di daerah ini, tetapi masih dibutuhkan beberapa titik pelabuhan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. 274 Trayek Kapal penumpang/barang yang terlayani selama ini adalah Larantuka – Kupang, Makasar, Lewoleba, Kalabahi, Maumere, Surabaya, dan Ambon, dilayani oleh armada perkapalan yang dimiliki PELNI, Perintis maupun ASDP. Sementara trayek yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan kecamatan dan antar kabupaten (terutama Lewoleba di Flores Timur), menggunakan perahu motor yang diusahakan oleh masyarakat setempat dengan frekwensi pelayaran 4 – 5 kali perjalanan pulang pergi, terutama untuk melayani mobilitas masyarakat. Jumlah penumpang yang turun di dua pelabuhan utama, yaitu Larantuka dan Terong/Waiwerang, pada tahun 2011 sebanyak 153.750 orang (rata-rata perbulan 12.813 orang) dan penumpang yang naik sebanyak 139.562 orang (rata-rata perbulan 11.630 orang). Sementara kunjungan kapal laut di pelabuhan Larantuka dan Terong/Waiwerang 9.988 kunjungan (rata-rata kunjungan perbulan sebanyak 832 kali. Jika dilihat dari volume bungkat muat barang, maka pada tahun 2011 volume bongkar barang mencapai 69.900 ton (rata-rata perbulan sebanyak 5.825 ton barang), sedangkan volume muat sebanyak 44.499 ton (rata-rata perbulan sebanyak 3.708 ton). Kabupaten Flores Timur juga memiliki satu buah pelabuhan udara, yaitu Bandara Gewayan Tanah (kurang lebih 10 Km dari Larantuka) yang terletak di Kecamatan Larantuka. Bandara Gewayan Tanah menjadi salah satu alternatif transportasi antara Kabupaten Flores Timur dengan Kota Kupang (ibu kota Provinsi NTT) dengan lama waktu tempuh kurang dari 40 menit. Jenis penerbangan yang melayaninya adalah Trans Nusa (dengan type pesawat Fokker 50) yang melayani penerbangan Larantuka - Kupang setiap hari satu kali penerbangan PP dan Susi Air dengan kapasitas 12 orang. Jumlah penumpang yang datang dan berangkat pada tahun 2011 mencapai 6.690, dengan rincian, penumpang yang datang sebanyak 3.210 (rata-rata 268 penumpang per bulan), dan penumpang yang berangkat sebanyak 3.480 orang (rata-rata 290 penumpang per bulan). Volume bongkar-muat bagasi pada tahun 2011 masing-masing 31.161 kg dan 30.489 kg, atau rata-rata sebulan masingmasing 2.596,75 kg dan 2.540,75 kg. Sedangkan volume bongkar-muat barang masing-masing 1.791 kg dan 1.134 kg, atau rata-rata dalam sebulan masing-masing 149,25 kg dan 94,5 kg. 1.4.3. Prasarana air bersih Air bersih merupakan kebutuhan utama penduduk untuk keperluan minum dan kebutuhan sehari-hari, dan juga untuk memenuhi kebutuhan industri pariwisata, manufaktur, serta investasi. Pada tahun 2007 produksi air minum pada perusahaan air minum di Kabupaten Flores Timur sebesar 1.285.094 m3, yang disalurkan melalui pelanggan meteran sebesar 885.683 m3 dan yang disalurkan melalui mobil tangki sebesar 680 m3. Pada lima tahun kemudian (2011), terjadi sedikit penurunan produksi air minum yaitu turun menjadi 1.269.462 m3, dengan jumlah pelaanggan sebanyak 5.660. Hampir sebagian besar pelanggan berada di kecamatan Larantuka (daratan Flores bagian Timur), dan sedikit pelanggan di Waiwerang kecamatan Adonara Timur. Sampai dengan survei ini dilaksanakan, penduduk Flores Timur yang mendapat pelayanan PDAM baru hanya pada kedua kecamatan tersebut. Penduduk yang berada di pulau Solor dan kecamatan lainnya belum dijangkau PDAM, dan pada umumnya menggunakan air minum dari sumur. Jika dilihat dari distribusi pelanggan, maka sebagian besar pelangggan adalah pelanggan rumahtangga (93,14%). Sementara pelanggan UMKM hanya sebanyak 131 unit usaha (2,31%). Meskipun diantara pelanggan rumahtangga termasuk juga didalamnya adalah usaha mikro, tetapi jumlahnya relatif kecil. 275 Kondisi di atas menunjukan bahwa ketersediaan air bersih di kabupaten Flores Timur belum menyebar secara merata, dan masih didominasi penggunaannya untuk kebutuhan konsumtif. Kondisi seperti ini jika tidak diupayakan pembangunannya secara maksimal, dengan menyediakan sumber atau mata air yang cukup merata, terutama pada wilayah atau daerah dimana terdapat cukup banyak sentra-sentra UMKM serta wilayah-wilayah potensial lainnya, akan berdampak pada kinerja dan pengembangan UMKM. 1.4.4. Prasarana Komunikasi Peranan jasa pos dan telekomunikasi dalam menunjang pembangunan dan perekonomian di Kabupaten Flores Timur. Jumlah kantor Pos yang ada di Kabupaten Flores Timur satu unit dengan jumlah kantor pos pembantu sebanyak tiga unit. Selain itu, terdapat kantor telkom sebanyak satu unit, serta beberapa operator jasa telepon selular. Jumlah pelanggan telepon kabel pada tahun 2007 sebanyak 2,263 unit terdiri dari 47 unit pelanggan pemerintah dan 2.216 unit pelanggan swasta dan rumahtangga. Pada lima tahun kemudian jumlah pelanggan Telkom meningkat menjadi 3.145, terdiri dari 2.843 pelanggan swasta dan rumahtangga, dan 302 pelanggan pemerintah. Selain itu TELKOMSEL juga telah membangun jaringannya pada hampir semua titik, sehingga dapat diakses oleh semua penduduk di kabupaten Flores Timur. 1.4.5. Prasarana listrik Produksi pembangkit listrik di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2007 adalah mencapai 17.780.711 Kwh, dengan jumlah pelanggan sebanyak 17.441 rumahtangga dengan jumlah pemakaian (Kwh terjual) sebesar 15.880.750 Kwh. Pada lima tahun kemudian (2011) jumlah produksi pembangkit listrik meningkat menjadi 28.673.014 Kwh, dan jumlah pelanggan meningkat menjadi 20.927 unit. Jangkauan pelayanan yang disediakan oleh PLN hampir semua wilayah Kabupaten Flores Timur kecuali di Pulau Adonara dan Solor. Tabel 3 di bawah ini menyajikan jumlah pelanggan yang dilayani PLN menurut Ranting dan Pulau di kabupaten Flores Timur. Tabel 3 Jumlah Pelanggan dan Produksi Menurut Ranting dan Pulau Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 Ranting/Sub Ranting Boru Lewolaga Waiklibang Larantuka Ritaebang Menanga Adonara Barat Adonara Timur Jumlah Pulau/Daerah Flores bag Timur Flores bag Timur Flores bag Timur Flores bag Timur Flores bag Timur Solor Adonara Adonara Jmlh Pelanggan 1.352 224 829 10.691 675 2.580 1.849 2.727 20.927 Produksi (KWH) 801.985 98.642 383.312 16.559.341 172.044 1.390.540 1.041.071 8.226.070 28.673.014 Sumber : Flotim Dalam Angka 2012, BPS Flores Timur 1.4.6. Prasarana komunikasi Peranan jasa pos dan telekomunikasi dalam menunjang pembangunan dan perekonomian di Kabupaten Flores Timur. Jumlah kantor Pos yang ada di Kabupaten Flores Timur satu unit dengan jumlah kantor pos pembantu sebanyak tiga unit. Selain itu, terdapat kantor telkom sebanyak satu unit, serta beberapa operator jasa telepon selular. Jumlah pelanggan telepon sebanyak 2.263 unit terdiri dari 47 unit pelanggan pemerintah dan 2.216 unit pelanggan swasta dan rumahtangga. 276 1.4.7. Prasarana Pendidikan Prasarana pendidikan di Kabupaten Flores sudah cukup tersedia dan menyebar secara merata pada semua kecamatan (terutama untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah pertama. Seperti telah diuraikan di atas, sampai dengan tahun 2011 jumlah TK di kabupaten Flores Timur sebanyak 182 dengan jumlah guru sebanyak 552 orang. Jumlah SD sebanyak 292 buah dengan jumlah guru 3.090 orang, dan jumlah SMP sebanyak 69 buah dengan jumlah guru sebanyak 964 orang. Pada jenjang pendidikan menengah atas, sebanyak 28 sekolah dengan rincian, SMA/MA sebanyak 18 buah dan SMK sebanyak 10 buah, dengan jumlah guru masingmasing sebanyak 430 orang dan 206 orang. Informasi ini menunjukan bahwa, pendidikan menengah atas di wilayah ini sudah diarahkan pada penciptaan kompetensi dan atau keahlian sesuai dengan bidang minat dan kecendrungan permintaan lapangan kerja yang mengarah pada spesialisasi atau keahlian tertentu. Banyaknya sekolah, guru dan murid menurut tingkat pendidikan, serta rata-rata guru per sekolah dan rata-rata murid per sekolah dapat diikuti pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid serta Rata-rata Guru Per Sekolah Dan Rata-rata Murid Per Sekolah di Kabupaten Flores Timur, 2011 Jumlah Jumlah Jumlah Sekolah Guru Murid 1 Sekolah Dasar 292 3.090 39.483 2 SLTP 69 954 11.603 3 SLTA/MA 18 430 5.488 4 SMK 10 206 2.092 Jumlah 389 5.680 56.666 Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim No Tingkat Sekolah Rata-2 Guru/Sklh 11 14 24 21 - Rata-2 Murid/Sklh 135 168 305 209 - Data di atas menunjukan bahwa rata-rata guru per sekolah pada masingmasing jenjang sekolah termasuk cukup baik. Tetapi yang menjadi masalah adalah tingkat pendidikan atau ijazah yang dimiliki para guru pada masing-masing jenjang pendidikan, terutama pendidikan menengah ke atas, serta ketersediaan guru menurut bidang studi yang dibutuhkan. Selain itu kesersediaan ruangan serta kelengkapan perangkat yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar, terutama pada SMK serta fasilitas laboratorium yang dibutuhkan pada jenjang SMP maupun SMA. 1.4.8. Prasarana kesehatan Prasarana kesehatan di kabupaten Flores Timur relatif masih terbatas, terutama ketersediaan rumah sakit serta tenaga medis yang mendukungnya. Sampai dengan saat ini, hanya ada satu Rumah Sakit Umum (RSU) milik pemerintah daerah yang berada di ibukota kabupaten. Selain itu terdapat 20 Puskesmas yang menyebar pada 19 kecamatan (kecuali kecamatan Titehena memiliki 2 Puskesmas), 42 Puskesmas Pembantu, 10 BKIA, 93 Polindes, dan 24 Poskedes. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Flores Timur juga sangat terbatas. Jika pada tahun 2007 terdapat 17 orang dokter umum, 3 orang dokter gigi, maka data terakhir (2011) menunjukan jumlah dokter umum meningkat menjadi 28 orang, tetapi tidak ada lagi dokter giri. Sementara jumlah perawat pada tahun 2001 sebanyak 197 orang, kemudian meningkat menjadi 218 orang pada tahun 2011. Sedangkan jumlah bidan pada tahun 2007 tercatat sebanyak 166 orang, pada tahun 2011 jumlah tenaga bidan turun menjadi 157 orang. 277 1.5. Ekonomi Wilayah 1.5.1. Konsumsi Domestik Ciri negara berkembang tergambar jelas dari hasil SUSENAS 2011 yang menunjukkan porsi pengeluaran untuk makanan di Flores Timur yang lebih besar dari pada pengeluaran untuk bukan makanan. Pengeluaran untuk makanan mencapai 63,18% sedangkan untuk bukan makanan hanya sebesar 36,82%. Hasil SUSENAS 2011 menunjukkan bahwa sekitar 89,24% penduduk tergolong sebagai penduduk dengan rata-rata pengeluaran konsumsi sebesar Rp. 100.000 – Rp. 499.999.- per kapita per bulan. Tidak ada rumah tangga dengan pengeluaran di bawah Rp. 100.000,sedangkan sisanya di atas Rp. 499.999.Tabel 5. Rata-rata Pengeluaran Per kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran Kabupaten Flores Timur, Tahun 2011 No Jenis Pengeluaran Rata-rata % 1) Makanan 1 padi-padian 87,866 25.29 2 Ubi-Ubian 2,367 0.68 3 Ikan 30,834 8.87 4 Daging 3,219 0.93 5 Telur dan susu 5,211 1.5 6 sayur-sayuran 22,210 6.39 7 kacang-kacangan 1,174 0.34 8 buah-buahan 5,364 1.54 9 minyak dan lemak 10,994 3.16 10 bahan minuman 14,622 4.21 11 bumbu-bumbuan 3,608 1.04 12 konsumsi lainnya 2,947 0.85 13 makanan dan minuman jadi 9,199 2.65 14 Minuman beralkohol 544 0.16 15 tembakau dan sirih 19,357 5.57 2) Bukan Makanan 1 Perumahan 69,203 7.39 2 aneka barang dan jasa 25,691 2.96 3 pakaian dan alas kaki 10,267 0.96 4 barang tahan lama 3,341 2.84 5 pajak dan asuransi 9,371 2.7 6 keperluan pesta 6,787 1.95 7 biaya kesehatan 2,401 0.69 8 biaya pendidikan 850 0.24 Jumlah 347.428 100,00 Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim Tabel 6 Golongan Pengeluaran per Kapita dalam Sebulan Kabupaten FloresTimur, Tahun 2011 Golongan < 100.000 100.000-149.999 150.000-199.999 200.000-299.999 300.000-499.999 500.000-744.999 750.000-999.999 > 1.000.000 Pengeluaran 3.58 6.55 38.84 40.27 7.62 2.23 0.91 1.5.2. Struktur Ekonomi Wilayah PDRB Kabupaten Flores Timur selama tiga tahuan terakhir terus mengalami peningkatan, yaitu mencapai Rp 1.247,55 milyar (2009) kemudian meningkat 13,13% menjadi Rp 1.411,34 milyar (2010), dan meningkat 30,15% menjadi Rp 1.836.819.508 (2011). Sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB didominasi oleh sektor pertanian, dan Jasa-jasa, tetapi dengan besar sumbangan yang cendrung berfluktuasi. Pada tahun 2009, sektor pertanian menyumbang sebesar 35,81% (ADHB), kemudian turun menjadi 34,92% (2010), tetapi pada tahun (2011) meningkat menjadi 41,43%. Sementara pada sektor Jasa-jasa, pada tahun 2009 menyumbang sebesar 32,38%, 278 kemudian meningkat sebesar 32,83% (2010), tetapi menurun menjadi 27,29% (2011). Pada sektor Pertanian, sub-sektor Pertanian Tanaman Pangan memberkan sumbangan terbesar. Sedangkan pada sektor Jasa-jasa, sebagian besar (lebih dari 70%) disumbang oleh belanja pemerintah. Selain sektor Pertanian dan Jasa, sektor Perdagangan, Restoran dan Perhotelan serta sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi memberikan sumbangan yang cukup besar. Pada tahun 2009 sektor Perdagangan, Restoran dan Perhotelan memberikan sumbangan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Flores Timur sebesar 11,31%, kemudian meningkat menjadi 11,92% (2010), dan meningkat lagi menjadi 13,43% (2011). Sementara pada sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi, secara absolut besaran sumbangan juga mengalami peningkatan, tetapi secara relatif cendrung menurun, dimana pada tahun 2009 memberikan sumbangan sebesar 9,26%, kemudian sedikit mengalami penurunan pada tahun 2010, yaitu menjadi 8,76%, dan pada tahun 2011 juga sedikit mengalami penurunan, yaitu menjadi 8,19%. Selain ke empat sektor tersebut, kelima sektor lainnya memberikan sumbangan relatif kecil, yaitu berkisar antara 0,32% sampai dengan 5%. Tabel 7 dan Tabel8 menyajikan perkembangan PDRB Kabupaten Flores Timur tahun 2009 – 2011, baik berdasarkan besarnya sumbangan masing-masing sektor dan sub-sektor, maupun sumbangan relatifnya terhadap pembentukan PDRB. Tabel 7. PDRB Kabupaten Flores Timur ADHB dan ADHK Tahun 2000, Tahun 20092011 No Sektor 1 Pertanian 1. Tanaman Pangan 2. Tanaman Perkebunan 3. Peternakan & Hasilnya 4. Kehutanan 5. Perikanan 2 Pertambangan 3 Industri Pengolahan 4 Listrik dan Air Bersih 1. Listrik 2. Air Bersih 5 Bangunan Konstruksi 6 Perdagangan, Resto dan Hotel 1. Perdagangan 2. Hotel 3. Restoran 7 Angkutan dan Telekomunikasi a. A n g k u t a n 1. Jalan Raya 2. Laut 3. Sungai dan Danau 4. Udara 5. Jasa Penunjang Angkutn b. K o m u n i k a s i 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan a.Bank b. Lembaga Keuangan 2009 (Rp jutaan) Berlaku Konstan 446.723.429 202.441.745 47.950.661 19.518.162 2010 (Rp jutaan) *) Berlaku Konstan 492 884,784 207 690,790 199 021,991 92 922,065 112 321,124 44 779,827 61 324,360 28 594,935 296,548 198,192 119 920,7 41 195,772 11 524,417 4 695,809 15 114,588 6 800,822 4 909,957 2 250,136 4 274,826 1 968,670 635,131 281,466 54 642,580 21 298,268 2011 (Rp jutaan) **) Berlaku Konstan 760 958,647 214 456,496 228 215,045 95 100,640 135 987,428 47 138,211 263 156,604 29 457,571 372,720 206,500 133 226,851 42 553,574 12 029,995 4 894,423 17 194,672 7 024,874 5 849,877 2 555,493 5 143,211 2 250,155 706,666 305,339 56 601,229 21 555,913 141.053.861 69.505.716 168 202,647 74 067,206 246 671,979 79 024,170 166 749,469 73 491,317 244,368 132,091 1 208,810 443,799 240 636,281 312,344 5 723,354 78 423,472 138,820 461,878 123 955,688 64 918,736 150 447,470 69 312,549 110 800,160 56 534,396 35 009,351 18 991,983 2 859,146 1 099,969 60 775,531 30 713,867 41,683 13,186 12 114,449 5 715,391 13 155,528 8 384,340 135 636,677 52 038,304 4 721,898 65 699,434 103,384 13 073,657 14 810,793 60 190,628 20 105,893 1 169,111 32 893,865 14,391 6 007,367 9 121,922 76 315,060 29 362,545 85 725,593 30 885,778 44 280,614 15 458,129 12 350,307 7 556,123 46 728,636 16 328,087 15 850,161 425,621 8.595.406 13.288.166 4.290.821 3.701.091 6.057.280 2.013.168 115.475.557 61.082.159 66.186.012 27.506.477 279 2010 (Rp jutaan) *) 2011 (Rp jutaan) **) Berlaku Konstan Berlaku Konstan c. Sewa Bangunan 18 846,458 5 951,258 21 659,122 6 180,247 d. Jasa Perusahaan 837,680 397,036 1 009,749 429,749 9 Jasa-Jasa 403.988.228 195.461.248 463 788,686 211 524,888 501 340,045 224 357,418 a. Pemerintahan Umum 344 422,762 154 979,342 365 196,036 164 326,658 b. S w a s t a/Private 119 365,924 56 545,546 136 144,009 60 030,760 1. Sosial & Kemasyarakatn 56 045,124 40 232,897 63 191,491 42 506,602 2. Hiburan & Rekreasi 59,285 29,119 67,946 31,860 3. Perorangan & RT 63 261,515 16 283,530 72 884,573 17 492,298 PDRB Kabupan Flores Timur 1.247.552.141 587.287.248 1 411 338,407 622 609,201 1 836 819,508 654 067,114 Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim *) angka sementara ; **) angka sangat sementara No 2009 (Rp jutaan) Berlaku Konstan Sektor Tabel 8 No Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Flores Timur ADHB dan ADHKTahun 2000 Tahun 2009-2011 Sektor *) **) Tahun 2009 (%) Tahun 2010 (%) Tahun 2011 (%) Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan 35,81 34,92 33,36 41,43 32,79 1 Pertanian 1. Tanaman Pangan 2. Tanaman Perkebunan 3. Peternakan dan Hasilnya 4. Kehutanan 5. Perikanan 2 Pertambangan 0.69 3 Industri Pengolahan 1,07 4 Listrik dan Air Bersih 0,34 1. Listrik 2. Air Bersih 5 Bangunan Konstruksi 3,84 6 Perdagangan 11,31 1. Perdagangan besar & eceran 2. Hotel 3. Restoran 7 Pengangkutan & Telekomunikasi 9,26 a. A n g k u t a n 1. Jalan Raya 2. Laut 3. Sungai dan Danau 4. Udara 5. Jasa Penunjang Angkutan b. K o m u n i k a s i 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5,31 a.Bank b. Lembaga Keuangan c. Sewa Bangunan d. Jasa Perusahaan 9 Jasa-Jasa 32,38 a. Pemerintahan Umum b. S w a s t a/Private 1. Sosial & Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga PDRB Kabupaten Flores Timur 100,00 14,10 7,96 4,35 0,02 8,50 0,82 1,07 0,35 0,30 0,05 3,87 11,92 14,92 7,19 4,59 0,03 6,62 0,75 1,09 0,36 0,32 0,05 3,42 11,90 12,42 7,40 14,33 0,02 7,25 0,65 0,94 0,32 0,28 0,04 3,08 13,43 14,54 7,21 4,50 0,03 6,51 0,75 1,07 0,39 0,34 0,05 3,30 12,08 11,81 0,02 0,09 8,78 7,85 2,48 0,20 4,31 0,00 0,86 0,93 5,41 3,14 0,88 1,34 0,06 32,86 24,40 8,46 3,97 0,00 4,48 100,00 11,80 0,02 0,07 10,43 9,08 3,05 0,18 4,93 0,00 0,92 1,35 4,72 2,48 1,21 0,96 0,06 33,97 24,89 9,08 6,46 0,00 2,62 100,00 13,10 0,02 0,31 8,19 7,38 2,83 0,26 3,58 0,01 0,71 0,81 4,67 2,54 0,89 1,18 0,05 27,29 19,88 7,41 3,44 0,00 3,97 100,00 1,99 0,02 0,07 10,60 9,20 3,07 0,18 5,03 0,00 0,92 1,39 4,72 2,42 1,29 0,94 0,07 34,30 25,12 9,18 6,50 0,00 2,67 100,00 Sumber : Flores Timur Dalam Angka 2012, BPS Flotim *) angka sementara ; **) angka sangat sementara 280 Pertumbuhan ekonomi kabupaten Flores Timur selama tiga tahun terakhir (2009 – 2011) termasuk cukup baik, meskipun pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi kabupaten Flores Timur (atas dasar harga konstan) hanya mencapai 2,84%, atau di bawah pertumbuhan ekonomi provinsi NTT (4,24%). Tetapi pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi meningkat hampir tiga kali dari pertumbuhan tahun sebelumnya, yaitu mencapai 6,01%, atau melewati pertumbuhan ekonomi provinsi NTT pada tahun yang sama yaitu 5,13%. Selanjutnya pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi kabupaten Flores Timur sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelum yaitu 5,06%, sementara pertumbuhan ekonomi provinsi NTT pada tahun yang sama mencapai 5,63%. Gambar 1 menyajikan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Flores Timur dan Provinsi NTT. Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Flores Timur dan Provinsi NTT Tahun 2009 – 2011 Sumber : Indikator Ekonomi Kabupaten Flotim 2012, BPS Flotim Sama seperti tingkat pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita di kabupaten Flores Timur selama tiga tahun terakhir juga menunjukan pertumbuhan tetapi relatif kecil. Tetapi jika dibandingkan dengan pendapatan per kapita provinsi NTT, maka pendapatan per kapita Kabupaten Flores Timur sedikit lebih baik. Pada tahun 2009, pendapatan per kapita kabupaten Flores Timur mencapai Rp Rp 5.192.676,- kemudian meningkat menjadi Rp 5.752.883,- pada tahun 2010 (atau meningkat sebesar 10,79%). Selanjutnya pada tahun 2011 tingkat pendapatan per kapita kabupaten Flores Timur meningkat cukup besar yaitu mencapai Rp 7.395.514,- (mengalami peningkatan sebesar 28,55%). Sementara pada kurun waktu yang sama, pendapatan per kapita provinsi NTT pada tahun 2009 sebesar Rp 4.914.835,- kemudian meningkat menjadi Rp 5.521.419,- pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 6.073.767,Gambar 2 Sumber : 1.6. Pendapatan per Kapita Kabupaten Flores Timur dan Provinsi NTT Tahun 2009 – 2011 Indikator Ekonomi Kabupaten Flotim 2012, BPS Flotim BPS Flotim Potensi UMKM Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) Provinsi NTT, sampai dengan Desember 2011 jumlah UMKM di kabupaten Flores Timur mencapai 45.420 unit. Hampir sebagian (47,88 %) berada pada sektor pertanian, kemudian diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (31,09 %), dan sektor Jasa-jasa (7,58 %). Kemudian dikuti berturut-turut oleh Industri Pengolahan (5,36 %) ; Bangunan (2,73 %) ; Keuangan/Persewaan (1,89 %) ; 281 Pertambangan dan Penggalian (1,84 %); Pengangkutan dan Komunikasi (1,15 %) ; dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (0,46 %). Gambar 1.3 di bawah ini menyajikan distribusi jumlah UMKM menurut masing-masing sektor. Gambar 1.3 Data UKM Menurut Sektor Per Desember 2011 Sumber : Dinkop dan UMKM Prov. NTT) diolah Berdasarkan jumlah dan penyebaran UMKM pada berbagai sektor, kondisi obyektif yang dihadapi dan peluang pengembangan ke depan, maka kebijakan pembangunan UMKM dan Koperasi di Kabupaten Flores Timur adalah: a. Mengembangkan UKM diarahkan untuk memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya saing dan penciptaan lapangan kerja. Pengembangan usaha mikro lebih diarahkan memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. b. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip Manajemen usaha KUKM yang baik terutama untuk : (i) memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan ; (ii) memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perijinan ; (iii) memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang menjalankan fungsi intermediasi. c. Mengembangkan Koperasi dan UKM untuk semakin berperan sebagai penyedia barang dan jasa, maju, berdaya saing khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. d. Membangun koperasi yang diarahkan pada upaya-upaya (i) membenahi dan memperkuat tata kelembagaan dan organisasi koperasi (ii) meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan (stakeholder) kepada koperasi. (iii) meningkatkan kemandirian koperasi. Untuk mengimplementasikan kebijakan di atas, maka Dinas Koperasi dan UKM Flores Timur merumuskan empat program pokok yang merupakan Program Prioritas dalam RPJMD Kabupaten Flores Timur Periode 2012 - 2016, yaitu : a. Program penciptaan Iklim UKM yang kondusif b. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif Usaha Kecil Menengah c. Program pengembangan Sistim Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil menengah, dan d. Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi 1.7. Perbankan dan UMKM Peranan perbankan terhadap pengembangan UMKM di Kabupaten Flores Timur mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah kantor bank yang beroperasi dan penyaluran jumlah pinjaman. Kantor bank yang beroperasi sebanyak 4 unit, yaitu BRI, BNI, Bank NTT dan BPR (milik Pemkab Fores Timur). BRI Cabang Larantuka memiliki 6 kantor unit (yang tersebar merata pada tiga pulau), Bank BNI memiliki dua Kantor Cabang Pembantu; dan Bank NTT memiliki 3 Kantor Cabang 282 Pembantu dan 3 USPD. Sementara BPR Mina Usaha Dana memiliki dua Kantor Cabang. Selain kantor Bank terdapat 155 buah koperasi, sebagian diantaranya juga memberikan pinjaman kepada UMKM. Besarnya simpanan masyarakat di bank selama tahun 2008–2012 menunjukan perkembangan yang cukup signifikan. Tahun 2008 jumlah simpanan mencapai Rp 510.527 juta, meningkat menjadi Rp 742.903 juta (2010), tetapi pada tahun berikutnya (2011) turun menjadi Rp 611.063 juta dan Rp 663.514 juta (2012). Tabel 9 berikut menyajikan perkembangan jumlah simpanan menurut masing-masing jenis simpanan. Tabel 9. Perkembangan Simpanan Masyarakat di Kabupaten Flores Timur Menurut Jenis Simpanan, 2008 – 2012 No Jenis Simpanan 1 2008 Rp (Juta) 64.917 746 2009 Rp (Juta) 49.613 752 2010 Rp (Juta) 62.666 1.090 Giro : Nominal Rekening (satuan) 2 Simpanan Berjangka Nominal 84.010 94.304 135.319 Jumlah bilyet (satuan) 1.040 1.086 1.344 3 Tabungan : Nominal 361.600 417.554 544.918 Rekening (satuan) 99.145 99.094 134.544 Jumlah 510.527 561.472 742.903 Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT 2011 Rp (Juta) 67.533 998 2012 Rp (Juta) 99.170 944 100.860 979 442.670 97.154 611.063 101.442 976 462.902 104.337 663.514 Kebijakan perbankan dalam pemberian pinjaman berdasarkan lapangan usaha menunjukan pertumbuhan yang cukup berarti, tetapi pinjaman yang diberikan untuk lapangan usaha lebih kecil proporsinya. Tabel 10 berikut ini menyajikan posisi pinjaman yang diberikan perbankkan menurut sektor atau lapangan usaha. Tabel 10. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Flores Timur Menurut Lapangan Usaha, 2008 – 2012 No A 1 Jenis Pinjaman 2008 67.650 1.893 Tahun (Rp juta) 2009 2010 2011 84.700 101.716 219.048 1.470 582 192 2012 345.698 4.828 11 1.021 84.023 2.865 63.165 656 5.162 61.953 426.907 645.954 1.392 176.614 8.270 121.305 2.809 5.497 24.983 371.480 796.756 Berdasarkan Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2 Petambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 503 264 62 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 16.850 5 Konstruksi 1.791 1.700 2.284 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 58.376 75.839 62.253 7 Pengangkutan dan Komunikasi 589 522 522 8 Kuangan, Real Estate, Jasa Perus 2.211 2.415 5.294 9 Jasa-jasa 2.286 2.489 13.870 B Pinjaman bukan Lapangan Usaha 229.589 255.090 232.343 Jumlah 297.239 339.789 342.193 Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT Tabel di atas menunjukan, bahwa jenis pinjaman yang diberikan kepada lapangan usaha pada tiga tahun berturut-turut, sebagian besar diserap oleh sektor perdagangan, hotel dan pariwisata. Selanjutnya pada dua tahun terakhir (2011 – 2012) proporsi terbesar diberikan kepada sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Sektor jasa juga menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Sementara sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebagai sektor yang paling banyak diusahakan oleh UMKM di Kabupaten Flores Timur, mendapatkan pinjaman cendrung berfluktuasi. Curahan pinjaman dari perbankan kepada semua sektor menunjukan peningkatan 283 meskipun beberapa sektor cenderung berfluktuasi. Kecuali sektor pertambangan dan penggalian, hanya mendapatkan pinjaman pada tahun 2011, dengan jumlah sangat kecil, yaitu hanya sebesar Rp 11 juta. Apabila posisi pinjaman kepada UMKM dikaitkan dengan jenis penggunaan, maka dari total penjaman yang diserap oleh 9 sektor/lapangan usaha, sebagian besarnya digunakan untuk modal kerja. Sedangkan untuk investasi relatif kecil. Seperti telah dijelaskan di atas (lihat juga Tabel 1.13), total pinjaman yang diberikan setiap tahun oleh bank umum dan BPR, lebih dari 70%-nya adalah pinjaman konsumtif. Tabel 11 berikut menyajikan pinjaman yang diberikan oleh Bank Umum dan BPR berdasarkan jenis penggunaan dan Tabel 12 menyajikan persentase menurut masingmasing jenis penggunaan. Tabel 11. Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Flores Timur Menurut Jenis Penggunaan, 2008 – 2012 No Jenis Penggunaan 2008 2009 2010 (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) 1 Modal Kerja 63.908 80.537 77.182 2 Investasi 4.075 4.439 24.533 3 Konsumtif 229.589 255.090 232.343 Jumlah 297.239 339.789 342.193 Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, KPw BI NTT 2011 (Rp juta) 115.296 103.752 426.907 645.954 2012 (Rp juta) 140.154 205.544 371.480 796.756 Tabel 12. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Flores Timur Menurut Jenis Penggunaan, 2008 – 2012 No 1 2 3 Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumtif Total 2008 (%) 21,50 1,37 77,13 100,00 2009 (%) 23,70 1,31 74,99 100,00 2010 (%) 22,56 7,17 70,27 100,00 2011 (%) 17,85 16,06 64,09 100,00 2012 (%) 17,59 25,80 56,61 100,00 Sumber : Data Primer (Diolah) Tabel di atas menunjukan, bahwa persentase pinjaman yang digunakan untuk modal kerja dan investasi relatif lebih kecil dibandingkan untuk kunsumsi. Tetapi selama lima tahun terakhir proporsi pinjaman untuk pengembangan usaha (baik untuk modal kerja maunpun untuk investasi) menunjukan peningkatan yang cukup berarti. Pinjaman untuk modal kerja, secara relatif mengalami penurunan, sementara pinjaman untuk investasi menunjukan peningkatan yang sangat signifikan, terutama pada tiga tahun terakhir (2009 – 2012). Secara keseluruhan, pinjaman yang diberikan oleh perbankan selama lima tahun terakhir di Kabupaten Flores Timur menunjukan peranan yang berarti dalam rangka pembiayaan dan pengembangan UMKM. Meskipun masih menunjukan ketimpangan pembiayaan, jika dilihat dari jumlah UMKM menurut sektor, dimana sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan merupakan sektor yang paling banyak dimasuki oleh UMKM. 284 BAB II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN FLORES TIMUR 2.1. Bobot S ektor-Sub S ektordalam p engembangan U MKM K abupaten Flores Timur Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan (16). Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Flores Timur. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Flores Timur yang mempunyai nilai skor tertinggi. Berdasarkan temuan FGD yang dilakukan terhadap sejumlah SKPD di tingkat Kabupaten, maka dengan pendekatan analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 13. Bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Flores Timur adalah sektor perikanan. Memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan sektor usaha Perikanan merupakan sektor yang perlu mendapatkan prioritas pertama karena perikanan mendapat prioritas tertinggi pada ketiga tujuan. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah Perkebunan, Pariwisata, Peternakan, Jasa, Tanaman Pangan, Perdagangan, Angkutan, Kehutanan dan Perindustrian. Tabel 13. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Flores Timur Pertumbuhan Sektor Usaha Ekonomi (0.2692) Perikanan 0,1590 Perkebunan 0,1390 Pariwisata 0,0803 Peternakan 0,1239 Jasa-Jasa 0,1000 Tanaman Pangan 0,0882 Perdagangan 0,0996 Angkutan 0,0544 Kehutanan 0,0756 Perindustrian 0,0460 Sumber : Data Primer (diolah) 2.2 Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan Peningkatan Lapangan Kerja Daya Saing (0.3615) Produk (0.3694) 0,1582 0,2169 0,1463 0,1308 0,1031 0,1161 0,1010 0,0734 0,0836 0,0810 0,0968 0,0732 0,0799 0,0791 0,0737 0,0722 0,0668 0,0611 0,0550 0,0667 Skor Terbobot Rangking Gabungan 0,1801 0,1386 0,1018 0,0970 0,0870 0,0858 0,0849 0,0680 0,0670 0,0569 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KPJu Unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Flores Timur Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan (Tabel 16), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 14. 285 Tabel 14. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Timur Sektor Usaha/ SkorSektor Usaha/ No No KPJu Unggulan Terbobot KPJu Unggulan Padi dan Palawija Sayuran 1 Ubi Kayu 0,3010 1 Terong 2 Jagung 0,1776 2 Kangkung 3 Padi Ladang 0,1405 3 Kacang Panjang 4 Kacang Tanah 0,1131 4 Sawi 5 Padi Sawah 0,1052 5 Bayam Buah-Buahan Perkebunan 1 Pisang 0,2488 1 Jambu Mete 2 Jeruk 0,1615 2 Kelapa 3 Pepaya 0,1601 3 Jarak Pagar 4 Nenas 0,1469 4 Coklat 5 Alpukat 0,1287 5 Kemiri Peternakan Perikanan 1 Babi 0,3337 1 Usaha Penangkapan ikan di laut 2 Ayam Ras Pedaging 0,1879 2 mutiara 3 Kambing 0,1572 3 Usaha Penangkapan nener 4 Ayam Ras petelur 0,1185 4 Usaha budidaya rumput laut 5 Itik 0,0891 5 Usaha Budidaya ikan di laut Pariwisata Industri 1 Kedai makanan 0,2826 1 Industri kopra 2 Warung makan 0,2449 2 Industri penjahitan dan pembuatan pakaian 3 Kedai minum (contoh: 0,1287 3 Pengolahan dan pengawetan warung kopi) ikan dan produk ikan 4 hotel melati 0,1149 4 Industri tempe 5 Jasa boga 0,0830 5 Industri kain tenun ikat Perdagangan Jasa-jasa 1 Sembako 0,2201 1 Keuangan 2 Saprodi pertanian /sapronak 0,2020 2 Jasa pengiriman barang 3 Hasil pertanian/Hortikultura 0,1355 3 Servis perbaikan elektronik 4 Bahan bangunan 0,1085 4 Jasa sewa kendaraan penumpang 5 Ternak dan hasil-hasilnya 0,1002 5 Perbengkelan Angkutan Kehutanan 1 Angkutan barang umum 0,1891 1 Kemiri 2 Angkutan ojek motor 0,1574 2 Cendana (Pohon) 3 Angkutan laut domestik 0,1483 3 Budidaya Kutu lak penumpang 4 Angkutan sewa 0,1325 4 Bambu 5 Taxi 0,1064 5 Asam Pertambangan 1 Pasir 0,5900 2 Tanah urukan 0,1689 3 Batu bangunan 0,1275 Sumber : Data Primer (diolah) Flores SkorTerbobot 0,2750 0,2072 0,2044 0,0959 0,0958 0,3889 0,1544 0,1086 0,1026 0,0906 0,4464 0,1685 0,1527 0,1091 0,0799 0,1989 0,1425 0,1194 0,1120 0,1034 0,1835 0,1280 0,1255 0,1208 0,1010 0,1992 0,1936 0,1527 0,1379 0,0942 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Flores Timur Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Dengan mempertimbangkan bobot prioritas setiap sektor usaha (Tabel 13) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 14) dilakukan analisa dengan menggunakan Metoda Bayes. Hasil analisis diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, 286 seperti disajikan pada Tabel 15 yang memperlihatkan 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Flores Timur yaitu usaha penangkapan ikan di laut, perkebunan jambu mete, perkebunan kemiri, penambangan pasir, dan usaha ternak babi. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Flores Timur No KPJu 1 Usaha Penangkapan ikan di laut 2 Jambu Mete 3 Kemiri 4 Pasir 5 Babi 6 Sembako 7 Saprodi pertanian /sapronak 8 Ubi Kayu 9 Keuangan 10 Kedai makanan Sumber : Data Primer (diolah) Skor Terbobot 0,0530 0,0478 0,0388 0,0378 0,0270 0,0258 0,0237 0,0225 0,0224 0,0221 Sektor Usaha Perikanan Perkebunan Kehutanan Tambang Peternakan Perdagangan Perdagangan Padi Palawija Jasa-Jasa Pariwisata Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor adalah usaha perdagangan sembako, perdagangan saprodi pertanian/peternakan, usaha tani ubu kayu, jasa keuangan, dan usaha usaha kedai makanan. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, maka 5 KPJu utama adalah: sektor perikanan menempati posisi teratas. 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Flores Timur Kedudukan KPJu Unggulan di Kabupaten Flores Timur berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut: Tabel 16 Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Flores Timur No KPJu Unggulan Usaha Penangkapan ikan di laut 2 Jambu Mete 3 Kemiri 4 Pasir 5 Babi 6 Sembako Saprodi 7 pertanian/sapronak 8 Ubi Kayu 9 Keuangan 10 Kedai makanan Sumber : Data Primer (diolah) 1 Skor Potensi Prospek Potensi Kriteria Prospek Kuadran 4,60 4,40 Sangat Sesuai Sangat Sesuai I 4,80 3,20 2,20 4,00 3,00 4,00 2,80 3,00 3,80 2,80 Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sesuai Sesuai II III I 2,60 2,60 Cukup Sesuai 3,60 2,60 4,80 2,80 2,00 4,00 Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Cukup Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sesuai I III IV III IV I Seperti dapat dilihat pada Tabel 2.4 di atas, terdapat 3 KPJu Unggulan lintas Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik atau baik, yaitu: usaha penangkapan ikan di laut t, perkebunan jambu mete, usaha ternak babi, dan usaha kedai makanan. 287 BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1. Kesimpulan 3.1.1. Tujuan terpenting dalam pengembangan UMKM adalah untuk “peningkatan daya saing produk”, kemudian “penyerapan tenaga kerja” dan “pertumbuhan ekonomi. Peningkatan daya saing menjadi tujuan utama agar output UMKM mampu bertahan dan bersaing di pasar demi keberlanjutan UMKM. 3.1.2. Kriteria penentuan KPJU Unggulan terpenting (ranking kepentingan) berturutturut adalah 1) ketersediaan teknologi, 2) ketersediaan pasar, 3) manegemen usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, 6) ketersediaan sarana produksi, 7) aksesibilitas terhadap/kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9) harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan baku dan yang terakhir adalah 11) aspek sosial budaya. 3.1.3. Sektor perikanan mendapatkan prioritas tertinggi pada ketiga tujuan sehingga menjadi sektor utama yang harus mendapatkan prioritas pertama di Kabupaten Flores TImur. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturutturut adalah Perkebunan, Pariwisata, Peternakan, Jasa, Tanaman Pangan, Perdagangan, Angkutan, Kehutanan dan Perindustrian. 3.1.4. Sepuluh KPJU Unggulan lintas sektor untuk pengembangan UMKM di Kabupaten Flores Timur berturut-turut adalah : 1) Usaha Penangkapan ikan di laut, 2) jambu mete, 3) kemiri, 4) pasir, 5) babi, 6) sembako, 7) Saprodi pertanian /sapronak, 8) Ubi Kayu, 9) keuangan dan 10) kedai makanan. 3.1.5. Jenis komoditi dan usaha yang potensi dan prospek dengan kategori baik sampai sangat baik adalah : 1) Usaha Penangkapan ikan di laut, 2) Perkebunan jambu mete, 3) Usaha ternak babi, dan 4) Usaha kedai makanan. 3.2. Rekomendasi 3.2.1. Upaya berbagai pihak dalam pengembangan UMKM di NTT termasuk Kabupaten Flores Timur mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5 (lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat keharusan) yaitu: peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar, pembinaan menegemen usaha, penyerapan tenaga kerja (padat karya), dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah tidak penting, tetapi lebih merupakan suffisien condition (syarat kecukupan) dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT. 3.2.2. Dalam ruang lingkup rekomendasi (1), diharapkan berbagai pihak yang berperan dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Flores Timur disarankan untuk mengembangkan UKM di bidang KPJU Unggulan yang secara potensi dan prospek tergolong baik dan sangat baik, yaitu: usaha penangkapan ikan di laut, perkebunan jambu mete, usaha ternak babi, dan usaha kedai makanan. 3.2.3. Upaya untuk mengembangan dan memberdayakan ke-10 KPJu Unggulan UMKM dapat dilaksanakan secara efektif dan berkelanjutan, sebaiknya diawali dengan identifikasi dan pemetaan masing-masing KPJu Unggulan oleh masing sektor (SKPD) yang implementasinya dilaksanakan secara terkoordinasi. Untuk 288 menghindari terjadinya ketimpangan program, disarankan agar dibentuk sebuah forum atau kelompok kerja pengembangan dan pemberdayaan UMKM di bawah koordinasi langsung oleh Sekretaris Daerah. 3.2.4. Lembaga perbankan – terutama BUMN – diharapkan partisipasi aktifnya untuk turut serta membantu membina dan mengembangkan KPJu dari aspek teknis perbankan sehingga memungkinkan para pelaku UMKM lebih mudah mengakses pembiayaan yang berasal dari perbankan. Perlu dipertimbangkan untuk membentuk sebuah badan koordinasi perbankan di tingkat lokal yang secara reguler dapat berkoordinasi langsung dengan para pelaku UMKM, yang berfungsi sebabagi forum komunikasi dan konsultasi antara pihak perbankan dengan para pelaku UMKM. Untuk itu Bupati Flores Timur dapat berkoordinasi dengan perbankan setempat, terutama Bank NTT dan pihak Perwakilan BI NTT untuk membentuk wadah tersebut. Agar lebih efektif, wadah tersebut dibentuk melalui peraturan daerah. 289 BAB I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SIKKA 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 1.1.1. Kondisi Geografis Kabupaten Sikka terletak diantara 8022 sampai 8050 derajat LS dan 121º55'40" sampai 122º41'30" BT. Kabupaten Sikka merupakan bagian dari wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT yang terletak di daratan Flores. Sebelum tahun 2007 Sikka terdiri dari 12 Kecamatan, seiring dengan diberlakukan UU Otonomi daerah terjadi pemekaran wilayah kecamatan menjadi 21 kecamatan, yaitu Paga, Tanawawo, Mego, Lela, Bola, Doreng, Mapitara, Talibura, Waiblama, Waigete, Kewapante, Hewokloang, Kangae, Nelle, Koting, Palue, Nita, Magepanda, Alok, Alok barat, dan Alok Timur. Kabupaten Sikka merupakan daerah kepulauan dengan total luas daratan 1.731,91 Km2. Terdapat 18 pulau, 9 diantaranya berpenghuni dan 9 sisanya belum berpenghuni diantaranya pulau terbesar yaitu Pulau Besar (3,07 %) dan pulau terkecil adalah Pulau Kambing (Pulau Pemana Kecil) yang luasnya tidak sampai 1 Km2. Batas wilayah Kabupaten Sikka sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Sawu, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Flores Timur dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ende. Rincian luas daratan Kabupaten Sikka adalah sebagai pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Luas Daerah Kabupaten Sikka Menurut Pulau 2011 No Pulau 1 Kabupaten Sikka (daratan ; Pulau Flores) 2 Babi/Bater 3 Pangabatang 4 Kambing (Pemana Kecil) 5 Damhila 6 Permaan 7 Besar 8 Palue 9 Sukun 10 Pemana Besar 11 Lain-lain Jumlah Sumber : Profil Kabupaten Sikka, 2012 Luas 2 Km Persentase 1.613,18 93,14 5,63 0,33 0,40 0,04 0,00 0,00 6,25 0,36 0,35 0,02 53,13 3,07 41,00 2,37 5,00 0,29 6,60 0,38 0,37 0,02 1.731,91 100,00 Selanjutnya seiring dengan diberlakukan UU Otonomi Daerah, 12 kecamatan di Kabupaten Sikka dimekarkan menjadi 21 Kecamatan yaitu Paga, Tanawawo, Mego, Lela, Bola, Doreng, Mapitara, Talibura, Waiblama, Waigete, Kewapante, Hewokloang, Kangae, Nelle, Koting, Palue, Nita, Magepanda, Alok, Alok Barat, dan Alok Timur. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa Kecamatan terluas adalah Talibura 260,11 Km² (15,02%) dan terkecil adalah Nelle dan Alok masing-masing 14,65 Km² (0,85%) dan 14,64 Km² (0,85%) dari luas wilayah Kabupaten Sikka sebesar 1.731,91. 1.1.2. Iklim dan Curah Hujan Kabupaten Sikka beriklim Tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,5ºC – 25,9ºC dan maksimum berkisar antara 30,3ºC – 33,9ºC, suhu rata-rata 24,5ºC. Kelembaban udara rata-rata 77% per tahun dengan tekanan terendah 1.007,7 pada 290 Desember dan tertinggi 1.013,0 pada Agustus, kelembaban nisbi 74 - 86%. Kecepatan angin 2 – 26 knots dan rata-ratanya adalah 20 knots. Musim panas berlangsung 7 – 8 bulan (April/Mei – Oktober/Nopember), dan musin hujan kurang lebih 4 bulan (November – April). Curah hujan per tahun berkisar 1000 mm – 1500 mm, dengan jumlah hari hujan selama 60 – 120 hari per tahun. 1.2. Demografi Jumlah penduduk di Kabupaten Tanah Kabupaten berdasarkan hasil registrasi akhir tahun 2012 sebesar 315.686 orang, dibanding tahun 2010 sebanyak 292.462 orang maka terjadi penambahan sebanyak 23.224 orang, (7,94%). Rincian jumlah penduduk dan luas wilayah kepadan menurut Kecamatan Tahun 2011 tersaji dalam tabel 2. Tabel 2. No Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Kepadatan Menurut Kecamatan Tahun 2010 dan Kecamatan Pemekaran Tahun 2011 Kecamatan Penduduk Luas Wilayah Pemekaran 2010 2011 Paga 15,722 18,698 Tanawawo 11,816 12,894 Mego 871 12,157 Lela 11,642 12,083 Bola 10,722 11,254 Mapitara 11,236 12,574 Doreng 6,302 7,215 Talibura 20,481 20,784 Waiblama 22,182 23,506 Waigete 6,944 7,691 Kewapante 13,438 14,246 Kangae 8,248 9,671 Hewokloang 16,447 17,304 Nelle 9,559 10,252 Koting 6,361 5,898 Palue 5,798 6,749 Nita 21,203 23,180 Magepanda 11,446 12,172 Alok 33,009 29,738 Alok Timur 16,852 17,284 Alok Barat 32,183 30,336 Kabupaten Sikka 292,462 315,686 Sumber: Indikator Ekonomi Kabupaten Sikka, BPS, 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 82,85 111,26 79,78 31,33 56,83 30,41 81,02 260,11 217,65 144,36 24,14 17,58 38,43 14,65 23,56 41,00 141,07 166,15 14,64 62,75 92,34 1,732 Kepadatan Penduduk (per Km²) 2010 2011 189,76 225,68 148,11 115,89 78,29 152,38 371,59 385,67 188,67 198,03 369,48 413,48 77,78 89,05 78,74 79,90 153,66 108,00 31,90 35,34 556,67 590,14 469,17 550,11 427,97 450,27 652,49 699,80 269,99 250,34 141,41 164,61 150,30 164,32 68,89 73,26 2254,71 2031,28 268,56 275,44 348,53 328,53 173,39 7,382 Rata-rata kepadatan penduduknya sekitar 163 jiwa per Km², tersebar tidak merata disetiap kecamatan. Kepadatan penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Alok sebanyak 2.031 orang per kilometer per segi, dan terendah Kecamatan Waigete sebesar 35 orang per kilometer per segi. Tingginya kepadatan penduduk di Kecamatan Alok sebernanya bias dimaklumi karena Alok merupakan ibukota Kabupaten Sikka dimana hampir seluruh kegiatan ekonomi dan pemerintahan terpusat disini. 291 Struktur penduduk menurut jenis kelamin lebih didominasi perempuan yaitu 164.187 jiwa dari jenis laki-laki 151.499 jiwa, dengan rasio 92,27 dimana kecamatan terpadat adalah Kecamatan Alok dengan komposisi laki-laki sebanyak 14.698 dan perempuan 15.040 dan rasio jenis kelamin 97,73. Selanjutnya, Rincian persentase jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2000, 2010, dan 2011 tersaji dalam gambar berikut. Gambar 1 Sumber : Persentase Penduduk Kabupaten Sikka Menurut Kelompok Umur, Tahun 2000, 2010, dan 2011 Indikator Ekonomi Kabupaten Sikka, 2012 Salah satu cara untuk melihat pola distribusi penduduk di Kabupaten Sikka menurut kategori produktif (secara ekonomi) atau bukan adalah dengan mencermati komposisi umur dari penduduk di wilayah ini. Pengelompokan ini penting terutama untuk mengetahui secara kasar pola potensi penduduk dari sudut pandang ekonomi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa usia produktif (15 – 64) di Kabupaten Sikka pada tahun 2011 sebesar 60,01% tidak mengalami perubahan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2000 atau tahun 2010. Hal ini berarti bahwa kelompok usia produktif yang siap melakukan kegiatan ekonomi tidak mengalami peningkatan yang berarti. Sebaliknya, untuk kelompok umur 10 – 14 terjadi penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2000. Sementara pada kelompok usia kurang dari lima tahun (balita) dari 11,82% menjadi 11,56%, dan 65 tahun ke atas (lansia) dari 5,75% tahun 2000 menjadi 6,36% tahun 2011. Menurunnya jumlah penduduk kelompok balita bisa dikarenakan menurunnya jumlah kelahiran atau masih tingginya angka kematian bayi, sedangkan untuk kelompok usia lansia menunjukkan meningkatnya tingkat kesehatan masyarakat. 1.3. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia 1.3.1. Sumber Daya Alam Dari segi sumber daya alam, Kabupaten Sikka memiliki potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya laut, sehingga dapat dinyatakan Kabupaten Sikka memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya laut. Mencermati kondisi tersebut maka dapat dipastikan 80% adalah petani dan nelayan. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Sikka melalui Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) menetapkan agenda pembangunan sumber daya alam dalam kerangka peningkatan pertumbuhan ekonomi rakyat yang berbasis sektor unggulan. Agenda ini bertumpu pada bidang pertanian dan perkebunan, peternakan, kehutanan, kelautan dan perikanan, industri dan perdagangan, koperasi, usaha kecil dan menengah. Kebijakan yang ditempuh adalah konsep pertanian yang berwawasan lingkungan dengan pendekatan konservasi air, tanah dan hutan, bercocok tanam selaras dengan alam. Dalam hal pengelolaan sumber daya kelautan memperhatikan konservasi terumbu karang, ekosistem laut dan pesisir. 292 1.3.2. Sumber Daya Manusia Kriteria umum yang digunakan dalam mengukur keberhasilan pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM ini adalah formula yang digunakan oleh UNDP (United Nation Development Program) sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu wilayah/negara. IPM adalah indikator gabungan dari beberapa indikator, yaitu indikator pendidikan (indeks melek huruf dan rata-rata lama sekolah), Indikator kesehatan (indeks harapan hidup), dan indikator ekonomi (tingkat daya beli penduduk/purchasing power parity/PPP). Ketiga indikator dasar tersebut dianggap dapat mengukur tingkat kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah termasuk di Kabupaten Sikka. Ukuran utama dari tingkat pendidikan adalah kemampuan membaca dan menulis atau lebih dikenal dengan angka melek huruf. Berdasarkan data Susenas tahun 2011, terdapat sebanyak (10,48%) penduduk diatas 10 tahun yang buta huruf, sedangkan (85,95%) bisa membaca huruf latin dan huruf lain (0,03%). Untuk penduduk yang bisa membaca huruf latin dan lainnya sebanyak (3,54%). Penduduk usia 10 tahun ke atas yang pernah sekolah 216.339 orang, sebagian besarnya tidak atau belum tamat SD. Penduduk yang pernah sekolah tetapi tidak atau belum tamat SD mencapai 44.984 orang atau sekitar 49,37% dan paling sedikit adalah Diploma IV/S1/S2/S3 sebanyak 1,27%. Tabel 3. Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Ijasah Tertinggi Yang Dimiliki Di Kabupaten Sikka, 2010 - 2011 2010 2011 Jumlah Persentasi Jumlah Persentasi Tidak/Belum Tamat SD 115.917 51,59 105.847 49,37 Tamat SD/MI Sederajat 55.060 25,45 54.110 25,24 Tamat SMTP/Sederajat 23.012 10,64 25.622 11,95 Tamat SMTA Sederajat 18.838 8,71 22.624 10,55 Diploma I/II 487 0,23 1.556 0,73 Diploma III/Sarjana Muda 1.061 0,49 1.940 0,90 Diploma IV/S1/S2/S3 1.944 0,90 2.716 1,27 Jumlah 216.339 100 214.415 100 Sumber: Survey Sosial Ekonomi Nasional 2010 – 2011 dalam Sikka Dalam Angka, 2012 Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan Selanjutnya, untuk mencermati keberhasilan pendidikan adalah dengan menggunakan Angka Partisipasi Murni (APM). APM menunjukkan kemampuan tiaptiap lapisan masyarakat dapat bersekolah sesuai dengan umur. Masing-masing jenjang pendidikan APM-nya adalah sebagai berikut. Berdasarkan data di atas dapat dinyatakan bahwa untuk SD APM-nya 91,67 persen yang berarti hampir seluruh anak usia SD yaitu 7–12 tahun telah terserap di SD. Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA APM-nya di bawah 100% (52,55% dan 42,90%), mengindikasikan bahwa belum semua anak usia pendidikan SMP (13–16 tahun) terserap di SMP, dan belum semua usia pendidikan SMA (17 – 19 tahun) terserap di SMA. Gambar 2. Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Sikka 2011 Sumber : Sikka Dalam Angka, 2012 293 Aspek kesehatan, di Kabupaten Sikka terdapat 3 Rumah Sakit, salah satunya adalah Rumah Sakit Umum, tersedia pula 3 Klinik swasta sedangkan jumlah Puskesmas 22 unit dengan 62 Puskesmas pembantu, dimana hampir semua kecamatan telah menyediakan pelayanan kesehatan kecuali kecamatan Kewapante yang belum memiliki Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Oleh karena itu, perlu perhatian pemerintah daerah dalam pembangunan sarana kesehatan di Kewapante guna pelayanan kesehatan yang lebih optimal pada seluruh wilayah kabupaten. Pada aspek ekonomi, distribusi penduduk menurut lapangan pekerjaan/usaha memberikan gambaran tentang penyerapan tenaga kerja oleh sektor-sektor ekonomi suatu wilayah. Dengan mencermati perkembangan jenis data ini dapat diketahui bahwa sektor pekerjaan utama masih didominasi oleh sektor pertanian yaitu sebesar 48,81 persen. Sementara untuk sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 0,60 persen. Rincian distribusi penduduk menurut lapangan pekerjaan/usaha dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4. Penduduk 15 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sikka, 2011 No 1 Lapangan Usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2 Pertambangan & Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas & Air Minum 5 Bangunan 6 Perdagangan, Rumah Makan & Hotel 7 Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan Jumlah Sumber : Sikka Dalam Angka, 2012 1.4. Laki-laki 36,133 Perempuan 32,779 510 5,538 6,930 7,323 7,608 1,959 343 10,666 584 9,399 343 806 8,358 74,369 11,901 66,821 Infrastruktur Wilayah 1.4.1. Prasarana Jalan Panjang jalan adalah salah satu prasarana yang sangat penting peranannya dalam memudahkan mobilitas penduduk. Pada tahun 2011, panjang jalan di Sikka mencapai 1.023,48 Km, dirinci untuk jalan diaspal sepanjang 661,88 Km, jalan kerikil 111,96 Km, jalan tanah 202,39 Km. Menurut status jalan diperinci menjadi jalan Negara sepanjang 183,62 KM, jalan propinsi 28,57 Km dan jalan kabupaten sepanjang 811,29 Km. Jika melihat data panjang jalan menurut jenis permukaannya jenis jalan aspal adalah yang terpanjang, kebanyakan dari jalan tersebut adalah merupakan jalan penghubung antar kecamatan yang untuk mempermudah transportasi dan hubungan masyarakat antar kecamatan di Kabupaten Sikka. 1.4.2. Pelabuhan dan Bandar Udara Kabupaten Sikka mempunyai Bandar Udara Frans Seda sebagai gerbang masuk melalui udara, beberapa maskapai penerbangan nasional seperti Merpati Nusantara, Lion Air, Sky Aviation dan Trans Nusa melayani penerbangan ke berbagai tujuan domestik seperti Kupang, Denpasar, Surabaya, Makassar dan Jakarta. 294 Pada tahun 2011 banyaknya penerbangan yang datang dan berangkat melalui bandara Frans Seda adalah 1.569 kali, jumlah penumpang yang datang mencapai 69.638 orang, dan yang berangkat sebesar 5.764 orang. Terjadi kenaikan jumlah kunjungan dan volume penerbangan karena harga tiket pesawat terbang yang semakin murah, beragamnya pilihan penerbangan, dan volume penerbangan tinggi sebab Bandara Frans Seda merupakan bandara teramai di Pulau Flores. Meningkatnya jumlah penerbangan dan penumpang mempengaruhi jumlah bongkar muat barang yang melonjak drastis pada tahun 2011 yakni 262.012 Kg untuk pembongkaran barang dan 196.375 Kg untuk barang yang diangkut menggunakan jasa penerbangan. Sebagai daerah kepulauan pelabuhan menjadi salah satu sarana transportasi yang sangat penting utamanya dalam aktivitas ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Pada tahun 2011 arus kunjungan kapal di Pelabuhan Maumere mencapai 1.332 kali. Sedangkan untuk jumlah penumpang yang menggunakan jasa kapal laut pada tahun 2011 sebanyak 50.047 orang untuk arus penumpang datang dan 40.544 orang untuk arus penumpang keluar. 1.4.3. Pos Dan Telekomunikasi Pengiriman benda pos dari Kantor Pos Cabang Sikka menunjukkan trend penurunan, seperti disajikan pada tabel 9 jumlah surat biasa maupun surat kilat mengalami penurunan. Hal ini bisa jadi disebabkan karena sudah mulai dikenalnya teknologi komunikasi lainnya pada sebagian masyarakat di Kabupaten Sikka dan dengan semakin berkembangnya teknologi informasi menyebabkan adanya transformasi dari sisi kebutuhan akan alat komunikasi. Jumlah pelanggan telepon yang sedikit menurun tetapi telempon genggam meningkat di Kabupaten Sikka. Hal tersebut menjadi salah satu bukti bahwa kebutuhan akan alat komunikasi sudah menjadi kebutuhan masal. Tabel 5. Jumlah Surat Yang Dikirim Lewat Kantor Pos Maumere menurut Jenis Surat di Kabupaten Sikka 2001 - 2011 Tahun Surat Biasa Surat Kilat 2001 158.657 228.212 2002 151.475 151.285 2003 147.339 113.948 2004 13.489 118.183 2005 27.840 62.520 2006 21.595 22.796 2007 27.840 62.520 2008 18.977 190.389 2009 29.837 56.108 2010 17.060 56.695 2011 15.080 36.481 Sumber : Sikka Dalam Angka, 2012 1.5. Surat Tercatat 8.434 1.334 3.382 3.198 1.992 1.976 1.992 2.304 2.892 - Jumlah 395.303 304.094 264.669 134.870 92.352 46.367 92.352 211.670 88.837 73.755 51.561 Ekonomi Wilayah 1.5.1. Konsumsi Domestik Berdasarkan data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2011 yang merupakan survey tahunan diperoleh rata-rata golongan pengeluaran perkapita di Kabupaten Sikka terbanyak adalah pada golongan pengeluaran Rp. 200.000,sampai dengan Rp. 299.999,- (34,21 persen dari seluruh penduduk). 295 Walaupun demikian hal ini sebenarnya tidak bisa diartikan secara kasar bahwa perkiraan pendapatan perkapita penduduk ada pada kisaran tersebut karena data diatas hanya melihat kepada kelompok penduduk dengan golongan pengeluaran terbesar saja. Pengeluaran mempunyai keterkaitan dengan kemiskinan, penduduk yang miskin cenderung membelanjakan pendapatannya untuk pemenuhan kebutuhan pokok semata, sementara untuk kebutuhan lainnya seperti kesehatan dan pendidikan bukanlah prioritas penting. Tabel 6. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan Untuk Makanan dan Non Makanan di Kabupaten Sikka, 2011 Golongan Pengeluaran Pengeluaran Makanan Jumlah % 100.000-149.999 98,007 73.22 150.000-199.999 130,087 72.75 200.000-299.999 173,474 70.32 300.000-499.999 230,620 60.88 500.000-744.999 289,613 50.21 750.000-999.999 408,233 49.38 > 1.000.000 299,318 22.46 Sumber : Sikka Dalam Angka 2012, BPS Sikka Pengeluaran Bukan Makanan Jumlah % 35,838 26.78 48,727 27.25 73,222 29.68 148,194 39.12 287,164 49.79 418,540 50.62 1,033,505 77.54 Pengeluaran Bulanan 4.07 18.23 34.21 30.58 8.89 2.12 1.89 1.5.2. Struktur Ekonomi Wilayah Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sikka (atas dasar harga berlaku) selama tiga tahun terakhir (2009 – 2011) terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 nilai PDRB Kabupaten Sikka sebesar Rp 1,477 milyar meningkat menjadi Rp 1,664 milyar pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 12,6%. Kemudian meningkat lagi menjadi Rp 1,872 milyar pada tahun 2011 atau meningkat sebesar 12,5% dibanding tahun 2010. Jika dilihat dari strukturnya, maka sumbangan terbesar terhadap pembentukan perekonomian Kabupaten Sikka masih didominasi oleh sektor pertanian, dengan besaran yang semakin meningkat, dimana pada tahun 2009 sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 55,09% kemudian naik menjadi 55,97% pada tahun 2010, dan naik lagi menjadi 56,92% pada tahun 2011. Sumbangan terbesar kedua disumbang oleh sektor Jasa dengan tingkat pertumbuhan yang terus meningkat, tetapi lebih dari sebagian disumbang oleh sektor pemerintahan. Perkembangan PDRB Kabupaten Lembata menurut masing-masing sektor atas dasar Harga yang Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2009 – 2011 dapat diikuti pada Tabel 7. 296 Tabel 7. PDRB Kabupaten Sikka Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2011 LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Bukan Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Bukan Migas 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7. Logam Dasar Besi & Baja 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9. Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Gas Kota c. Air Bersih 5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Jalan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan & Rekreasi 3. Jasa Perorangan & Rumahtangga PDRB PDRB TANPA MIGAS 2009 663,536.38 282,907.99 132,421.11 124,807.66 5,719.42 117,680.20 16,933.23 0.00 0.00 16,933.23 23,145.79 0.00 0.00 0.00 23,145.79 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7,862.49 5,764.73 0.00 2,097.76 85,409.45 183,095.18 173,986.07 1,617.86 7,491.25 96,247.01 76,690.92 0.00 55,790.32 9,039.93 0.00 6,163.06 5,697.61 19,556.09 19,556.09 0.00 37,121.92 16,624.49 6,817.18 0.00 11,818.04 1,862.21 364,164.88 235,348.32 235,348.32 0.00 128,816.56 91,395.20 921.37 36,499.99 1,477,516.33 1,477,516.33 2010 732,708.02 314,009.48 145,903.28 136,503.08 6,490.99 129,801.19 18,222.47 0.00 0.00 18,222.47 25,631.68 0.00 0.00 0.00 25,631.68 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8,685.81 6,456.85 0.00 2,228.96 96,226.70 215,217.35 205,111.57 1,763.30 8,342.48 103,341.19 81,716.70 0.00 58,334.65 9,739.41 0.00 7,470.62 6,172.02 21,624.49 21,624.49 0.00 42,411.85 19,602.26 7,884.48 0.00 12,954.71 1,970.40 421,857.53 279,699.17 279,699.17 0.00 142,158.36 102,398.74 1,034.54 38,725.08 1,664,302.60 1,664,302.60 2011 806,283.65 347,141.42 158,110.15 142,757.65 7,018.08 151,256.35 20,423.24 0.00 0.00 20,423.24 29,210.56 0.00 0.00 0.00 29,210.56 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9,600.94 7,093.78 0.00 2,507.16 102,919.62 243,658.65 232,586.72 1,866.89 9,205.04 110,311.71 86,409.45 0.00 60,424.50 11,064.40 0.00 8,305.65 6,614.90 23,902.26 23,902.26 0.00 49,864.36 24,805.20 9,040.76 0.00 13,941.85 2,076.55 499,438.96 343,117.30 343,117.30 0.00 156,321.66 114,727.05 1,161.61 40,433.00 1,871,711.69 1,871,711.69 Sumber: Kabupaten Sikka Dalam Angka, 2012 297 1.6. Potensi UMKM Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) Provinsi NTT, sampai dengan Desember 2011 jumlah UMKM di kabupaten Sikka mencapai 72.780 unit. Sebagian besar (65,22 %) berada pada sektor pertanian, kemudian diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (14,37 %), dan sektor Jasa-jasa (8,52 %). Industri Pengolahan (4,47%) Kemudian dikuti berturut-turut oleh Pengangkutan dan Komunikasi (3,61 %); Bangunan (1,80 %), Keuangan/ Persewaan (1,73 %) ; Pertambangan dan Penggalian (1,24 %) ; dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (0,62 %). Gambar di bawah ini menyajikan distribusi jumlah UMKM menurut masing-masing sektor. Gambar 3. Data UKM Kabupaten Sikka Menurut Sektor Tahun 2011 (Sumber Dinkop dan UMKM Prov. NTT, 2012) Untuk mewujudkan visi Pemerintah Kabupaten Sikka, yaitu “terwujudnya masyarakat Sikka yang bersatu, berkeadilan, sehat, cerdas, dan bermartabat dengan berbasis pada latar belakang sejarah dan budaya melalui sistim pemerintahan yang baik dan bersih”, dilaksanakan melalui delapan misi. Salah satu misi, dari delapan misi tersebut adalah meningkatkan perekonomian rakyat. Upaya untuk mewujudkan misi tersebut, pada dasarnya menjadi tangggung jawab hampir semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), akan tetapi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka di kabupaten Sikka yang menjadi penanggung jawab utama adalah Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Koperasi dan UMKM). Salah satu misi yang diemban Dinas Koperasi dan UMKM kabupaten Sikka, adalah membina dan mengembangkan UMKM yang berkeunggulan kompetitif, dengan sasaran pengembangan adalah : (a) meningkatkan jumlah UMKM yang dibina, dan (b) meningkatnya jumlah UMKM mandiri. Sesuai dengan Rencana Strategis Dinas Koperasi UMKM kabupaten Sikka, untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, dilakukan melalui dua strategi, yaitu : (a) pengembangan lingkungan usaha yang kondusfi bagi Koperasi dan UMKM, dan (b) peningkatan akuntabilitas kinerja koperasi dan UMKM menuju terwujudnya koperasi yang berkualitas, kemandirian UMKM, swasembada pangan dan kabupaten koperasi. 298 Sesuai dengan tujuan, sasaran, dan strategi tersebut, selanjutnya ditetapkan beberapa program atau kegiatan yang dilaksanakan. Dalam rangka penciptaan iklim usaha UMKM yang kondusif, maka Dinas Koperasi dan UMKM kabupaten Sikka melaksanakan beberapa program, diantaranya adalah kegiatan magang ke beberapa daerah di luar provinsi NTT (terutama di Jawa Timur), promosi hasil produk UMKM (ke Jakarta dan Bandung), identifikasi calon Wirausaha Baru dan pelatihan kewirausahaan. Selain itu, dalam rangka pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM, dilaksanakan melalui program (1) peningkatan jaringan kerjasama antar lembaga, diantaranya melalui koordinasi program kemitraan dengan BUMN ; (2) sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan ; (3) koordinasi penggunan dana pemerintah bagi UMKM yang dilaksanakan melalui rapat evaluasi pengelolaan dana bergulir ; (4) pemantauan pengelolaan penggunaan dana pemerintah ; dan (5) bantuan perkuatan modal usaha bagi koperasi dan UMKM. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka semua program tersebut mencakup semua UMKM – dan juga koperasi – yang tersebar pada berbagai sektor. UMKM yang bergerak pada berbagai sektor juga mendapat pembinaan dan pengembangan sesuai tugas pokok dan fungsi dari masing-masing SKPD, diantaranya yang paling utama adalah ; (1) Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan; (2) Dinas Perikanan dan Kelautan; (3) Dinas Perhubungan dan Komunikasi; serta (4) Dinas Peindustrian dan Perdagangan. Masing-masing SKPD mempunyai program yang relatif sama, dan dilakukan secara berkelanjutan serta didukung oleh dana yang terus meningkat setiap tahun. 1.7. Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi NTT, peranan perbankan terhadap pengembangan UMKM di kabupaten Sikka mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kantor bank yang beroperasi di kabupaten Sikka, maupun jumlah pinjaman yang disalurkan pihak perbankan kepada pihak UMKM. Sampai dengan survei ini dilaksanakan, kantor bank yang beroperasi di kabupaten Ende sebanyak 6 buah bank, yaitu BRI, BNI, BTPN, Bank Mandiri, Bank Danamon, dan Bank NTT. Data terakhir menunjukan, BRI Cabang Sikka memiliki 7 kantor unit, dua (2) unit diantaranya terdapat di kecamatan Alok, dan kecamatan Talibura, Kecamatan Paga, Kecamatan Talibura, Kecamatan Kewapante, Kecamatan Nita, dan Kecamatan Alok Barat. Selain itu Bank NTT juga memiliki empat (4) Cabang Pembantu. Sementara Bank BNI, BTPN, dan hanya memiliki satu kantor dengan status Cabang. Sedangkan Bank Danamon memiliki satu (1) kantor cabang dan 1 unit mikro. Selain kantor Bank terdapat 126 buah koperasi yang beberapa diantaranya juga memberikan pinjaman kepada UMKM. Jika dilihat dari besarnya simpanan masyarakat di bank selama lima tahun terakhir (2008 – 2012) menunjukan perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2008, jumlah simpanan mencapai Rp 448.484 juta. Pada lima tahun kemudian (2012) jumlah simpanan meningkat menjadi Rp 747.388 juta. Selama lima tahun terakhir ratarata terjadi peningkatan sekitar 20 %, dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2012. Dimana pada tahun 2010 jumlah simpanan mencapai Rp 330.863 juta, kemudian meningkat menjadi Rp 637.688 juta pada tahun 2011, atau mengalami 299 peningkatan sekitar 11,43 %. Jika dilihat berdasarkan jenis simpanan, sebagian besar berbentuk tabungan, kemudian diikuti giro. Simpanan berjangka relatif kecil. Tabel --di bawah ini menyajikan perkembangan jumlah simpanan menurut masing-masing jenis simpanan. Tabel 8. Perkembangan Simpanan Masyarakat di Kabupaten Sikka Menurut Jenis Simpanan, 2008 – 2012 No 1 Jenis Simpanan Giro : Nominal Rekening (satuan) Simpanan Berjangka Nominal Jmlh (satuan) Tabungan Nominal Rekening (satuan) 2008 Rp (Juta) 2009 Rp (Juta) 2010 Rp (Juta) 2011 Rp (Juta) 2012 Rp (Juta) 111.591 901 121.981 919 71.516 757 103.923 954 186.074 927 81.343 609 91.701 622 67.899 388 124.258 683 131.034 682 255.550 49.036 306.309 51.971 191.449 28.033 409.507 66.111 430.280 71.985 448.484 519.991 330.863 637.688 Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, BI Perwakilan NTT 747.388 2 3 bilyet Dari sisi pemberian pinjaman, kebijakan perbankan dalam memberikan pinjaman berdasarkan lapangan usaha menunjukan pertumbuhan yang cukup berarti, tetapi jika dibandingkan dengan pinjaman yang diberikan bukan untuk lapangan usaha, maka proporsinya relatif kecil. Pada tahun 2008 misalnya, total pinjaman yang diberikan oleh perbankan di kabupaten Sikka mencapai Rp 421.877 juta, tetapi yang diberikan kepada lapangan usaha hanya mencapai 38,86 %. Pada lima tahun kemudian (2012), jumlah pinjaman yang diberikan mencapai Rp 879.867 juta, tetapi yang diperuntukan buat lapangan usaha hanya mencapai 35,60 %. Tabel --- berikut ini menyajikan posisi pinjaman yang diberikan perbankkan menurut sektor atau lapangan usaha. Tabel 9. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Sikka Menurut Lapangan Usaha, 2008 – 2012 No Jenis Pinjaman A 1 Berdasarkan Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Petambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Kuangan, Real Estate, Jasa Perus 2 3 4 5 6 7 8 9 B Jasa-jasa Pinjaman Usaha Jumlah bukan Lapangan 2008 (Rp juta) 163.944 5.408 2009 (Rp juta) 212.163 3.64 2010 (Rp juta) 213.95 717 2011 (Rp juta) 278.885 1.096 2012 (Rp juta) 313.258 28.211 225 5.663 144.212 1.009 539 14.504 184.145 818 172 3.133 181.491 656 820 4.929 186.542 681 2.758 4.108 230.868 623 5.281 937 5.424 521 1.574 512 1.08 2.409 5.144 2.532 1.965 25.525 83.25 39.078 257.933 315.828 424.832 559.891 566.609 421.877 527.991 638.782 838.776 879.867 300 Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, BI Perwakilan NTT Tabel di atas menunjukan, bahwa jenis pinjaman yang diberikan kepada lapangan usaha, sebagian besar diserap oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebagai sektor yang paling banyak diusahakan oleh UMKM yang berada di kabupaten Sikka, mendapatkan pinjaman yang sangat kecil dan cendrung berfluktuatif. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya layaknya usaha yang ditekuni serta terbatasnya bank garansi yang dimiliki. Meskipun kondisi ini sudah berlangsung lama, dan sudah dilakukan berbagai intervensi, baik oleh instansi pemerintah maupun oleh Bank Indonesia, diantaranya melalui program sertifikasi tanah dan pelatihan terhadap lembaga pendamping, tetapi belum memberikan dampak nyata terhadap pihak perbankan mupun pelaku UMKM itu sendiri. Apabila posisi pinjaman kepada UMKM dikaitkan dengan jenis penggunaan, maka dari total penjaman yang diserap oleh 9 sektor/lapangan usaha, sebagian besarnya digunakan untuk model kerja. Sedangkan untuk investasi relatif kecil. Seperti telah dijelaskan di atas (lihat juga Tabel 10), total pinjaman yang diberikan setiap tahun oleh bank umum dan BPR, lebih dari 60%-nya adalah pinjaman konsumtif. Tabel 11 berikut ini menyajikan pinjaman yang diberikan oleh Bank Umum dan BPR berdasarkan jenis penggunaan. Dan Tabel --- menyajikan persentase menurut masingmasing jenis penggunaan. Tabel 10. Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Sikka Menurut Jenis Penggunaan, 2008 – 2012 No Jenis Penggunaan 1 Modal Kerja 2 Investasi 3 Konsumtif Jumlah 2008 (Rp juta) 150.877 13.067 257.933 421.877 2009 (Rp juta) 191.082 21.081 315.828 527.991 2010 (Rp juta) 195.745 18.206 424.832 638.782 2011 (Rp juta) 253.673 25.212 559.891 838.776 2012 (Rp juta) 278.484 34.774 566.609 879.867 Sumber : Survei Ekonomi dan Keuangan Daerah 2013, BI Perwakilan NTT Tabel 11. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Sikka Menurut Jenis Penggunaan, 2008 – 2012 No 1 2 3 Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumtif Total 2008 (%) 35.76 3.10 61.14 100,00 2009 (%) 36.19 3.99 59.82 100,00 2010 (%) 30.64 2.85 66.51 100,00 2011 (%) 30.24 3.01 66.75 100,00 2012 (%) 31.65 3.95 64.40 100,00 Sumber : Diolah Tabel di atas menunjukan, bahwa persentase pinjaman yang digunakan untuk modal kerja dan investasi cendrung berfluktuatif. Pinjaman untuk investasi misalnya, pada tahun 2008 hanya 3,10%, kemudian meningkat menjadi 3,99 % (2009), tetapi pada tahun berikutnya (2010) turun menjadi 2,85, dan naik lagi menjadi 3,01% pada tahun 2011 dan 3,95% pada tahun 2012. Sementara pinjaman untuk konsumsi, pada tahun 2008 sebesar 61,14 % kemudian turun menjadi 59,82 % pada tahun 2009, tetapi pada tahun berikutnya (2010) meningkat cukup tajam, yaitu mencapai 66,51 % dan 66,75 % pada tahun 2011. Namun pada tahun 2012, turun menjadi 64,40 %. Kondisi ini menunjukan bahwa, selama lima tahun terakhir perbankan di Kabupaten Sikka telah menunjukan peranan yang cukup berarti dalam rangka pembiayaan dan pengembangan UMKM. 301 BAB II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN SIKKA 2.1. Bobot S ektor-Sub S ektor dalam pe ngembangan U MKM K abupaten Sikka Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan. Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Sikka. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Sikka yang mempunyai nilai skor tertinggi. Analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masingmasing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 12. Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai ketiga tujuan dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Sikka, yakni untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk adalah sektor Perikanan. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor usaha Perikanan dapat dipertimbangkan untuk menjadi prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan gabungan tujuan dan tingkat kepentingannya berturutturut adalah sektor Tanaman Pangan, Perkebunan, Perdagangan, Pariwisata, JasaJasa, Peternakan, Perindustrian, Angkutan, Kehutanan, dan Pertambangan. Tabel 12. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sikka Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan Peningkatan Pertumbuhan Sektor Usaha Lapangan Daya Saing Ekonomi Kerja Produk (0.2692) (0.3615) (0.3694) Perikanan 0,1271 0,1652 0,1325 Tanaman Pangan 0,1251 0,1252 0,1135 Perkebunan 0,1183 0,1228 0,1127 Perdagangan 0,0889 0,0936 0,1368 Pariwisata 0,0848 0,0915 0,0901 Jasa-Jasa 0,1017 0,0779 0,0876 Peternakan 0,0958 0,0785 0,0766 Perindustrian 0,0758 0,0884 0,0763 Angkutan 0,0789 0,0616 0,0766 Kehutanan 0,0564 0,0504 0,0517 Sumber : Data Primer (diolah) 2.2 Skor Terbobot Gabungan Rangking 0,1429 0,1209 0,1178 0,1083 0,0892 0,0879 0,0825 0,0806 0,0718 0,0525 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KPJu Unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sikka Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan di tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria, analisis AHP 302 menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Sikka No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Sektor Usaha/ SkorKPJu Unggulan Terbobot Padi dan Palawija Kacang Hijau 0,1893 Padi Sawah 0,1792 Jagung 0,1444 Ubi Palue 0,1172 Ubi Jalar 0,1095 Buah-Buahan Alpukat 0,2188 Sirsak 0,1549 Durian 0,1054 Mangga 0,0844 Nangka 0,0844 Peternakan Ayam Petelur 0,2631 Ayam Pedaging 0,1619 Babi 0,1209 Kuda 0,1143 Sapi 0,0847 Pariwisata hotel melati 0,1903 Pondok wisata (home stay) 0,1512 PUB Pertunjukkan seni/budaya Warung makan Perdagangan Sembako Hasil pertanian/hortikultura karya seni dan kerajinan Ternak dan hasilnya Bahan bangunan Angkutan Angkutan penyeberangan umum (antar kabupaten) Angkutan bus antar kota Angkutan barang umum Angkutan ojek motor Angkutan sewa Pertambangan Pasir Tanah urukan Kerikil Batu bangunan No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 0,1298 0,1140 0,1061 3 4 5 0,1615 0,1250 0,1188 0,1092 0,0989 1 2 3 4 5 0,1999 1 0,1784 0,1372 0,1337 0,1236 2 3 4 5 0,1179 0,0876 0,0842 0,0726 Sektor Usaha/ SkorKPJu Unggulan Terbobot Sayuran Kangkung 0,0842 Sawi 0,1114 Kacang Panjang 0,1311 Terong 0,0873 Tomat 0,0977 Perkebunan Coklat 0,2028 Cengkeh 0,1535 Panili 0,1313 Kelapa 0,1283 Jambu Mete 0,1073 Perikanan Usaha Penangkapan ikan di laut 0,3429 Usaha budidaya rumput laut 0,3429 Usaha budidaya perairan umum 0,0511 Usaha budidaya tambak 0,0506 Usaha budidaya kerang 0,0502 Industri Industri kain tenun ikat 0,2549 pengolahan dan pengawetan 0,1257 biota air lainnya Pengergajian kayu 0,1148 Industri kopra 0,0941 Batu Merah 0,0767 Jasa-jasa Keuangan 0,1829 Salon 0,1410 Perbengkelan 0,1268 Sewa kos-kosan 0,1131 Servis perbaikan elektronik 0,0930 Kehutanan Penyadapan aren dan nira 0,3375 lontar Asam 0,0787 Bambu 0,2007 Kemiri 0,0787 Pemungutan madu 0,0346 Sumber : Data Primer (diolah) 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sikka Penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor yang merujuk bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 12) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha (Tabel 13) dilakukan analisa 303 dengan menggunakan Metoda Bayes. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 14. KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Sikka adalah Usaha penangkapan ikan di laut, usaha budidaya rumput laut, industri kain tenun ikat, perkebunan coklat (kakao), dan perdagangan sembako. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot tersaji dalam Tabel 14 berikut. Tabel 14. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sikka No KPJu 1 Usaha Penangkapan ikan di laut 2 Usaha budidaya rumput laut 3 Industri kain tenun ikat 4 Coklat 5 Sembako 6 Ayam Petelur 7 Cengkeh 8 Hasil pertanian/hortikultura 9 karya seni dan kerajinan 10 Ternak dan hasilnya Sumber : Data Primer (diolah) Skor Terbobot 0,0351 0,0351 0,0308 0,0297 0,0285 0,0262 0,0225 0,0221 0,0210 0,0193 Sektor Usaha Perikanan Perikanan Industri Perkebunan Perdagangan Peternakan Perkebunan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor adalah usaha peternakan ayam petelur, perkebunan cengkeh, perdagangan hasil pertanian/hortikultura, perdagangan karya seni dan kerajinan, serta perdagangan ternak dan hasil-hasilnya.. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, maka 5 KPJu teratas adalah dari sektor perikanan. 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka Kedudukan KPJu Unggulan di Kabupaten Sikka berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut: Tabel 15. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sikka No 1 KPJu Unggulan Usaha Penangkapan ikan laut 2 Usaha budidaya rumput laut 3 Industri kain tenun ikat 4 Coklat 5 Sembako 6 Ayam Petelur 7 Cengkeh 8 Hasil pertanian/hortikultura 9 karya seni dan kerajinan 10 Ternak dan hasilnya Sumber : Data Primer (diolah) Skor 4,40 Prospek Kategori Sangat Baik Skor 4,60 Potensi Kategori Sangat Baik Kuadran I 3,40 Sangat Baik 4,40 Sangat Baik I 2,80 3,80 3,80 2,80 2,60 2,80 2,00 2,00 Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik 3,20 3,20 3,00 3,00 2,60 3,60 2,60 2,80 Baik Sangat Baik Baik Baik Cukup Baik Sangat Baik Baik Baik II I I III IV III IV IV Seperti dapat dilihat pada Tabel 15 di atas, terdapat 5 KPJu Unggulan lintas Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik atau baik, yaitu Usaha Penangkapan ikan di laut, Usaha budidaya rumput laut, perkebunan coklat (kakao), dan perdagangan sembako. 304