PERBEDILA.}- KREATIVITAS SETELAH DIBERI TERA.PI ]\IUSIK KI-ASIK (MOZART) DAN MODERN JAZZ PADA ANAK PRASEKOLAH USIA,I.5 TAHUN DI TK NEGERI PEMI]INA MOJOANYAR MOJOKfRTO Yudha Laga Hrdikusumal Eka Diah Kartiningrum? 1,2 Prodi D3 Keperawaran Poltekkes Majapahit Mojokeno Email; lagal,,udha(algm o il. com \RSTRAK Pendahululn. (rcalivitas nerupakan kcrnarupual clar'i scsco ng uoruk lDclghesilkaD komposisi, produk atau gagxsan yang ada dasarnya baru, dan sebelumnya lidak dikcnal pembuataDnya- Terapi rnusik klasik rrrozdl darl lnodem (7azz) nrerupakan salah salu rnetode untuk meningkalkan kreativitas pada anak. Meski demikian, belum diketahui musik mana yang lcbih baik dalam mcnslimulasi kreativitas anak, Tujuirn penelitian ini adalah untuk '' menganalisis perbedaan kreativitas anak prasekolah yang mendengarkan mLrsik klasik ( ozartl dan anak pru sekolah yang mendengarkan musik modern (/dr. Mettode. Penelitian ini menggunakan rancangan quitsy eksperimental dengan melibalkan 30 anak pra sekolah usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembinan Mojoanyar Mojokerlo yang diambil dengan purposive sampling. Responden dibagi mel.jadi 2 kelompok, masing-masing 15 responden. Kelompok 1 mendengarkan mozart dan kelompok 2 mendengarkan jazz selama l5 menit setiap hari selama 2 minggu efektif menggunakan headset secara individu setiap kali datang pagi. Data keativitas anak dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi keativitas dnn dan kemudian data dianalisis menggunakan Mann Whitney. rlasil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok responden yang sudah mendengarkan rnusik klasik (mozarr) memiliki tingkat kreativitas renllah berjun ah 2 (13.3%) responden dan tinggi sebanyak 8 (53.4%) responden dan pada kelornpok tempi musik Jazz memiliki tingkat kreativitas rendah sebanyak 9 responden (60%) dan ringgi sebanyak I (6.7%) respoden. Analisis data dengan menggunakan Mann Whitney diperoleh hasil bahwa kreativitas anak setelah rnendengar mo7aft berbeda secara siel1ifikan daripada anrk yang mendengarkan musikjazz (p=0,01,1). Simpulin. Dengan demikian disimpulkan bahwa tingkat krexdvites anak yang mendengarkan musik Mozad secara signifikan lebih baik dari anak yang me dcngarkan musik modem (azz). Oleh sebab itu, musik klasik bisa menjadi salah satu pilihan untuk menstimulisi pergembangan kreativitns anak. Kata kunci: anak. jar7. kreativitas. musik. rnoza( 1.13 Eex( PERBEDAAN KREATIVITAS SETELAH DIBERI TERAPI MUSIK KLASIK (MOZART) DAN MODERN JAZZ PADA ANAK PRASEKOLAH (Studi Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto) Yudha Laga Hadikusuma1, Eka Diah Kartiningrum2 Prodi D3 Keperawatan Poltekkes Majapahit Mojokerto Dusun Glonggongan RT 17 RW 5 Desa Sumber tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto [email protected] ABSTRAK Kreativitas merupakan kemampuan dari seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan yang ada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya. Terapi musik klasik mozart dan modern (jazz) merupakan salah satu metode untuk meningkatkan kreativitas pada anak. Meski demikian, belum diketahui musik mana yang lebih baik dalam menstimulasi kreativitas anak, Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kreativitas anak prasekolah yang mendengarkan musik klasik (mozart) dan anak pra sekolah yang mendengarkan musik modern (jazz). Penelitian ini menggunakan rancangan quasy eksperimental dengan melibatkan 30 anak pra sekolah usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembinan Mojoanyar Mojokerto yang diambil dengan purposive sampling. Responden dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing 15 responden. Kelompok 1 mendengarkan mozart dan kelompok 2 mendengarkan jazz selama 15 menit setiap hari selama 2 minggu efektif menggunakan headset secara individu setiap kali datang pagi. Data kreativitas anak dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi kreativitas dan dan kemudian data dianalisis menggunakan Mann Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok responden yang sudah mendengarkan musik klasik (mozart) memiliki tingkat kreativitas rendah berjumlah 2 (13.3%) responden dan tinggi sebanyak 8 (53.4%) responden dan pada kelompok terapi musik Jazz memiliki tingkat kreativitas rendah sebanyak 9 responden (60%) dan tinggi sebanyak 1 (6.7%) respoden. Analisis data dengan menggunakan Mann Whitney diperoleh hasil bahwa kreativitas anak setelah mendengar mozart berbeda secara signifikan daripada anak yang mendengarka n musik jazz (p=0,014). Dengan demikian disimpulkan bahwa tingkat kreativitas anak yang mendengarkan musik Mozart secara signifikan lebih baik dari anak yang mendengarkan musik modern (jazz). Oleh sebab itu, musik klasik bisa menjadi salah satu pilihan untuk menstimulisi pengembangan kreativitas anak. Kata Kunci : Musik, Mozart, Jazz,Kreativitas A. Pendahuluan Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang belum pernah ada sebelumnya dengan menekankan kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari banyak kita dapati perlakuan dan tindakan anak dengan berbagai polah dan tingkah laku, sehingga ekspresi kreativitas anak kurang berkenan pada orangtua. Padahal tiap anak memiliki ekspresi kreativitas yang berbeda, ada yang terlihat suka mencoret-coret, beraktivitas gerak, berceloteh, melakukan eksperimen, dan sebagainya. Penyikapan seperti itu berarti merupakan salah satu contoh dari sekian banyak faktor yang mengha mbat kreativitas seoran anak,sehingga anak akan cenderung berdiam dan tidak mau melakukan apa-apa (pasif) (Ramli, 2004). Hasil penelitian di Indonesia mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan maupun orang tua cenderung untuk mendidik siswa berfikir secara linier (searah) atau konvergen (terpusat). Subjek didik kurang didorong untuk berfikir divergen (menyebar, tidak searah),yang merupakan ciri kreativitas (Nasori dan Diana, 2002). Kreativitas anak dapat ditingkatkan melalui terapi musik. Terapi musik dapat digunakan untuk mempertajam pikiran dan menyehatkan tubuh, karena musik terbukti dapat meningkatkan fungsi otak dan intelektual manusia secara optimal (Cambell, 2002). Akan tetapi kebanyakan pendidikan di sekolahan jarang sekali menggunakan musik sebagai suatu bahan untuk meningkatkan daya kreativitas maupun intelegensi anak. Lembaga pendidikan lebih sering menggunakan terapi bermain padahal musik juga mempunyai efek yang sama baiknya dengan bermain, dan musik dapat diberikan padawaktu kegiatan belajar mengajar dimulai dan juga anak menjelang mau tidur. Menurut Harlock, (2005) kondisi sekolah juga mempengaruhi perkembangan kreativitas, apabila tidak menguntungkan kondisi ini dapat menghambat rangsangan kreativitas yang disediakan dalam lingkingan rumah yang baik. Inilah salah satu 1 alasan mengapa usia masuk sekolah merupakan “periode kritis” bagi perkembangan kreativitas. Bagi negara berkembang diperkirakan angka kreativitas anak usia prasekolah sekitar 0,3% dari seluruh populasi dunia dan hampir 3% mempunyai kreativitas yang rendah. Angka ini diperkirakan akan semakin bertambah pada setiap tahunnya (Wahyuni, 2004). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di TK Negeri Pembina Desa Jabon Mojoanyar Mojokerto tanggal 21 April 2016 didapatkan data dari 9 anak yang diuji tingkat kreativitasnya dengan cara menggambar bentuk orang didapatkan hasil sebagai berikut: 2 anak (0,18%) dengan nilai 13 dan 16 termasuk kategori tinggi, 5 anak (0,45%) dengan nilai 6, 7, 7, 8, 9 kategori kreativitas sedang, 2 anak (0,18%) dengan nilai 3 dan 4 termasuk kategori dengan kreativitas rendah. Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangka n aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Begitupun dengan musik, musik sangat identik dengan proses pembelajaran di TK. Mulai dari proses kegiatan awal sampai kegiatan akhir, hampir memakai musik. Kegiatan belajar hendaknya diselingi dengan kegiatan terapi yang berfungsi untuk meningkatkan kreativitas suatu anak salah satunya adalah menggunakan terapi musik klasik maupun musik modern jazz. Musik klasik terutama mozart dapat merangsang dan mencas wilayah-wilayah kreatif dan motivasi di otak. Namun, mungkin kunci keluarbiasaannya adalah bahwa semuanya terdengar murni dan sederhana (Campbell, 2002). Musik klasik juga ditandai oleh aksen dan dinamika yang bisa berubah secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga iramanya tidak monoton. Oleh karena itu, musik zaman klasik sangat efektif untuk merangsang keterkaitannya didalam otak, memicu ingatan dan kreativitas (Musbikin, 2009). Namun untuk memperkenalkan musik, untuk membentuk karakter, jiwa dan kreativitas pada anak bisa dilakukan dengan jenis musik lain seperti pop, jazz, atau yang lebih easy listening, dan usahakan yang alunannya cenderung tenang (Riki, 2011). Anak TK dapat lebih cerdas 34% bila diajarkan piano daripada ketika diajarkan komputer.Berdasarkan hasil penelitian dari institusi hukum di florida serta ahli dari prancis Dr. Alfred Tomatis mendengarkan musik klasik 15-20 2 menit sehari dapat meningkatkan kemampuan motorik dan kreativitas bervikir. Dengan mendengarkan musik yang tenang dan teratur, otak kita akan merangsang sebuah hormon yang membuat daya kreatif kita berkembang. Oleh karena itu, jika kita menerapkan terapi musik secara rutin paling tidak selama 15 menit setiap hari maka kita dapat memaksimalkan potensi kreatif yang kita milki (Aizid, 2011). Jadi terapi musik mozart atau jazz dapat diberikan salama 15-20 menit setiap hari selama 2 minggu untuk meningkatkan kemampuan motorik dan kreativitas bervikir.Terapi musik mozart maupun modern jazz merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi anak-anak dan dapat dilaksanakan sebelum memulai suatu pelajaran. Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan terapi musik klasik (mozart) dan modern jazz tarhadap kreativitas anak pra sekolah usia 4-5 tahun. B. Metode Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimental design dengan pendekatan static group comparison merupakan rancangan pre ekspeimental dengan mnambah kelompok kontrol, dengan cara setelah perlakuan dilakukan pengamatan pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol dilakukan pengamatan saja. Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina Desa Jabon Mojoanyar Mojokerto pada tanggal 1 sampai dengan 30 Juni 2016. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi musik klasik (mozart) dan modern jazz, sedangkan variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kreativitas anak prasekolah usia 4-5 tahun. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak prasekolah usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina Desa Jabon Mojoanyar Mojokerto dengan jumlah populasi 56 anak. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelunnya (Nursalam, 2008). Jumlah 3 sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 anak yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 mendengarkan mozart dan kelompok 2 mendengarkan jazz selama 15 menit setiap hari selama 2 minggu efektif menggunakan headset secara individu setiap kali datang pagi. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi subjek penelitian dengan kriteria sebagai berikut: Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: a. Anak prasekolah dengan usia 4-5 tahun. b. Responden yang kooperatif (mau diajak kerjasama). Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: a. Anak prasekolah yang sakit/tidak hadir saat penelitian dilakukan. b. Anak prasekolah yang mengalami gangguan pendengaran. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tehnik observasi. Alat yang digunakan antara lain: a. Kertas kosong, media yang digunakan anak untuk menggambar atau menilai kreativitas pada anak usia 4-5 tahun. b. Alat tulis atau pensil warna, media yang digunakan anak untuk menggambar dikertas kosong tersebut. c. Alat untuk melakukan terapi musik seperti, lagu-lagu klasik (mozart) dan lagu jazz. Data yang diperoleh akan diolah dengan melakukan analisis menggunakan uji statistik Mann witney, dengan signifikasi α (0,05) yaitu uji untuk membandingkan nilai variabel dependen setelah perlakuan yang bersekala data ordinal, dengan derajat kemaknaan p < 0,05. 4 C. Hasil Penelitian 1. Data Umum a. Kelompok Anak yang Mendengarkan Musik Klasik (mozart). 1) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto Juni 2016 Jenis Kelamin Jumlah Persentase % Laki-laki 8 anak 62 Perempuan 7 anak 38 Total 15 anak 100 Tabel 1 diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 8 responden (62%). 2) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Anak di TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto Juni 2016 Umur Jumlah Persentase % 4 Tahun 7 anak 46 5 Tahun 8 anak 54 Total 15 anak 100 Tabel 2 diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden berumur 5 tahun yaitu sebanyak 7 responden (54%). 3) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua Anak TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto Juni 2016 Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase % Karyawan Swasta 6 orang 31 Pegawai Negeri 3 orang 23 Wiraswasta 3 orang 23 Petani 3 orang 23 Total 15 orang 100 Tabel 3 diatas menggambarkan bahwa hampir setengah pekerjaan orang tua responen bekerja sebagai karyawan swasta yaitu 4 orang sebesar (31%). 5 4) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Anak di TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto Juni 2016 Pendidikan Jumlah Persentase % SD 0 0 SLTP 5 orang 31 SLTA 6 arang 46 PT 4 orang 23 Total 15 orang 100 Tabel 4 diatas menggambarkan bahwa hampir setengah pendidikan orang tua responden adalah SLTA sebanyak 6 orang (46%). b. Kelompok Anak Yang Mendengarkan Musik Modern Jazz. 1) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto Juni 2016 Jenis Kelamin Jumlah Persentase % Laki-laki 9 anak 69 Perempuan 6 anak 31 Total 15 anak 100 Tabel 5 diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 9 responden (69%). 2) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Anak di TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto Juni 2016 Umur Jumlah Persentase % 4 Tahun 7 anak 38 5 Tahun 8 anak 62 Total 15 anak 100 Tabel 6 diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden berumur 5 tahun yaitu sebanyak 8 (62%). 6 3) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua Anak TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto Juni 2016 Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase % Karyawan Swasta 3 orang 15 Pegawai Negeri 2 orang 8 Wiraswasta 4 orang 31 Petani 6 orang 46 Total 15 orang 100 Tabel 7 diatas menggambarkan bahwa hampir setengah orang tua responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 6 orang (46%). 4) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua. Tabel 8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Anak di TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto Juni 2016 Pendidikan Jumlah Persentase % SD 3 orang 23 SLTP 6 orang 38 SLTA 4 orang 31 PT 2 orang 8 Total 15 orang 100 Tabel 8 diatas menggambarkan bahwa hampir setengah pendidikan orang tua responden adalah SLTP yaitu 5 orang (38%). 2. Data Khusus a. Kreativitas Anak Usia Prasekolah Sesudah Mendengarkan Musik Klasik (Mozart). 1) Karakteristik Responden Berdasarkan Kreativitas Anak Usia Prasekolah Sesudah Mendengarkan Musik Klasik (Mozart). Tabel 9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kreativitas Anak Prasekolah Sesudah Mendengarkan Musik Klasik (Mozart) di TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto Juni 2016 Kreativitas Jumlah Persentase % Rendah 2 anak 13 Sedang 5 anak 33 Tinggi 8 anak 54 Total 15 anak 100 7 Tabel 9 diatas menggambarkan bahwa lebih dari setengah responden mempunyai kreativitas yang tinggi yaitu sebanyak 8 responden (54%). b. Kreativitas Anak Usia Prasekolah Sesudah Mendengarkan Musik Jazz. 1) Karakteristik Responden Berdasarkan Kreativitas Anak Usia Prasekolah Sesudah Mendengarkan Musik Jazz. Tabel 10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kreativitas Anak Prasekolah Sesudah Mendengarkan Musik Modern/ Jazz di TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto Juni 2016 Kreativitas Jumlah Persentase % Rendah 9 60.00 Sedang 5 33.33 Tinggi 1 0.07 Total 15 100 Tabel 10 diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kreativitas yang rendah yaitu 9 responden (60%). c. Perbedaan Kreativitas Anak Prasekolah Sesudah Mendengarkan Musik Mozart Dan Jazz Tabel 11 Kreativitas Anak Usia Prasekolah Sesudah Medengarkan Musik Mozart dan Jazz Juni 2016 No Terapi Kreativitas anak prasekolah Jumlah musik Rendah Sedang Tinggi F % F % F % F % 1 Mozart 2 13 5 33 8 54 15 100 2 Jazz 9 60 5 33 1 7 15 100 p=0,014 dan α=0,05, p<α Tabel 11 diatas menggambarkan bahwa pada kelompok Terapi musik Mozart memiliki tingkat kreativitas rendah berjumlah 2 responden sedang 5 responden dan tinggi sebanyak 8 responden dan pada kelompok terapi musik Jazz memiliki tingkat kreativitas rendah sebanyak 9 responden sedang 5 responden dan tinggi sebanyak 1 respoden Berdasarkan uji Mann Witney dengan menggunakan software pengolahan data statistik SPSS diperoleh hasil tingkat kreativitas pada anak prasekolah antara kelompok mendengarkan musik Mozart dan Jazz di TK negeri pembina Mojoanyar Mojokerto dengan nilai p = 0,014 dan α=0,05, 8 jadi p<α maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada perbedaan terapi musik klasik (mozart) dan modern Jazz terhadap kreativitas anak prasekolah usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina Mojokerto. D. Pembahasan Setelah dilakukan analisis data dan melihat hasil penelitian yang telah diperoleh maka sesuai dengan tujuan penelitian maka pada bab ini akan diuraikan pembahasan tentang perbedaan terapi musik klasik (mozart) dan modern jazz terhadap kreativitas anak prasekolah usia 4-5 tahun di TK Negeri pembina Mojoanyar Mojokerto. 1. Tingkat kreativitas anak prasekolah sesudah diberikan terapi musik mozart. Hasil penelitian diatas menggambarkan bahwa pada kelompok yang diberikan musik mozart terdapat 8 responden (54%) yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, 5 responden (33%) memiliki kreativitas sedang dan 2 responden (13%) yang memilki tingkat kreativitas yang rendah. Getaran musik klasik, seperti karya Mozart dan Bethoven, memiliki nada yang sama dengan getaran otak. Karena getarannya sama, maka musik dapat merangsang saraf otak untuk berosilasi (berayun atau bergetar). Osilasi saraf otak seorang tidak pernah berhenti meskipun dalam keadaan tidur (Aizid, 2011). Dengan getaran nada yang dimiliki oleh musik klasik mozart maka daya kreativitas dan imajinasi anak dalam berfikir semakin meningkat dan anak akan dapat mengembangkan kreativitasnya dengan mudah, sehingga daya kreativitas yang dimiliki oleh anak yang mendengarkan musik klasik (mozart) dapat meningkat sesuai dengan yang diinginkan oleh sang anak. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki. Menurut Masoffa (2011), anak laki-laki cenderung lebih besar kreativitasnya daripada anak perempuan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dituntut lebih mandiri, sehingga anak laki-laki biasanya lebih berani mengambil resiko dibandingkan anak perempuan. Pada hasil penelitian diatas terdapat perbedaan kreativitas mungkin bisa 9 dikarenakan oleh perbedaan jenis kelamin, biasanya anak laki-laki cenderung lebih suka melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik dari pada anak perempuan. Jadi anak laki-laki cenderung lebih dapat berfikir dengan kreativ karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan sangat memerlukan gerakan fisik yang hasilnya akan menimbulkan suatu kreativitas. Hasil riset menggambarkan bahwa sebagian besar responden berumur 5 tahun. Sedangkan menurut Ummutia (2011), Pertumbuhan otak anak ini berlangsung pada usia 5 tahun pertama atau biasa disebut periode emas pertumbuhan. Usia juga bisa mempengaruhi tingkat kreativitas seorang anak karena pada umur 5 tahun tingkat berfikir suatu anak lebih berkembang daripada usia 4 tahun, anak yang berumur lima tahun jauh akan lebih dapat meneima rangsangan dari luar sehingga anak akan jauh lebih krativ dalam brfikir. Hasil penelitian menjelaskan bahwa hampir setengah pendidikan orang tua adalah SLTA. Faktor yang ke dua yang mempengaruhi munculnya kreativitas menurut Masoffa (2011), adalah pendidikan orang tua, dari segi pendidikan orang tua anak yang orang tuanya berpendidikan tinggi cenderung lebih kreativ dibandingkan pendidikannya rendah. Hal ini disebabkan karena banyaknya prasarana serta tingginya dorongan dari orang tua sehingga memupuk anak untuk menampilkan daya inisiatif dan kreativitasnya. Perbedaan kreativitas juga bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan orang tua karena orang tua dengan pendidikan tinggi akan mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, orang tua yang tingkat pendidikannya lebih tinggi akan lebih tahu stimulasi yang sesuai umur, yang akan diberikan kepada anakanaknya, sedangkan orang tua yang tingkat pendidikannya lebih rendah belum tentu tahu stimulasi untuk anak-anaknya. 10 2. Tingkat kreativitas anak prasekolah setelah diberikan terapi musik modern jazz. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pada kelompok kontrol, responden yang mendengarkan musik modern jazz terdapat hanya 1 responden (7%) yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan 9 responden memiliki tingkat kreativitas yang rendah (60%). Selama periode usia prasekolah, usahakan anak mendapatkan terapi bernuansakan musikal. Karena warna musik mendorong anak melakukan gerakan yang akan mempengaruhi perkembangan motoriknya secara menyeluruh. Oleh karena musik jazz mempunyai irama yang sangat lembut maka musik jazz juga dapat digunakan dalam melakukan terapi (Djohan, 2006). Perbedaan kreativitas pada tabel diatas mukin disebabkan oleh karena kelembutan musik jazz tidak dapat digunakan secara maksimal karena kurang merasuk dalam jiwa anak-anak sehingga daya kreativitas yang dimiliki oleh anak-anak akan kurang tepacu oleh rangsangan dari luar seperti mendengarkan musik yang tidak seirama dengan getaran pada otak. Hasil riset menggambarkan bahwa sebagian besar responden berumur 5 tahun. Menurut Ummutia (2011), Pertumbuhan otak anak ini berlangsung pada usia 5 tahun pertama atau biasa disebut periode emas pertumbuhan. Usia juga bisa mempengaruhi tingkat kreativitas seorang anak karena pada umur 5 tahun tingkat berfikir suatu anak lebih berkembang daripada usia 4 tahun. Biasanya anak yang berumur lima tahun jauh akan lebih dapat meneima rangsangan dari luar sehingga anak akan jauh lebih krativ dalam brfikir. Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki. Patmonodewo (2003), juga berpendapat, anak laki-laki biasanya lebih besar dan anak perempuan lebih kecil dalam bidang kreativitas, tapi anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis.Hal ini mungkin disebabkan oleh anak laki-laki sering sekali bermain diluar yang melibatkan fisik daripada anak perempuan sehingga anak laki-laki lebih berimajinatif daripada anak perempuan, anak perempuan biasanya lebih telaten ketimbang anak laki-laki dalam hal 11 keterampilan tangan, sedangkan anak laki-laki lebih cenderung dengan permainan yang sifatnya bermain fisik atau motorik kasar. Hasil riset menggambarkan bahwa hampir setengah pendidikan orang tua responden adalah SLTP. Menurut Kuntjoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001: 133), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap kreativitas responden karena semakin tinggi tingkat pendidikan rang tua akan semakin mudah memberikan stimulus yang diperlukan untuk meningkatkan kreativitas anaknya. 3. Perbedaan kreativitas anak prasekolah setelah diberikan musik mozart dan jazz. Hasil penelitian diatas menggambarkan bahwa pada kelompok perlakuan (mendengarkan musik mozart) memiliki kreativitas tinggi sedangkan pada kelompok kontrol (mendengarkan musik jazz) responden yang memiliki tingkat kreativitas tinggi. Dalam musik klasik itu sendiri dasar-dasarnya sendiri menyerupai ritme denyut nadi manusia. Jenis ini lebih dimungkinkan untuk bisa masuk dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga. Berdasarkan penelitian, musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuandaran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80% dengan musik (Sudrajat, 2011). Jenis musik yang bermanfaat bagi anak TK bukan hanya musik klasik (mozart), jenis musik yang ritmenya seperti detakan jantung ini memang lebih memungkinkan untuk mengembangkan otak, jiwa, karakter serta kreativitas pada anak. Namun untuk memperkenalkan musik, untuk membentuk karakter, jiwa dan kreativitas pada anak bisa dilakukan dengan jenis musik lain seperti pop, jazz, atau yang lebih easy listening, dan usahakan yang alunannya cenderung tenang (Riki, 2011). Menurut Safaria (2005), hal yang dapat menghambat kreativitas anak antara lain ketakutan akan perubahan dan ketidakpastian, kemalasan, 12 kurang percaya diri, dan sifat ingin mendapat segala sesuatu dengan mudah.Sehingga tingginya kreativitas anak pada kelompok yang mendengarkan musik klasik (mozart) disebabkan oleh adanya fasilitas yang mendukung atau mendengarkan musik yang sesuai dengan irama denyut nadi manusia sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi lebih berimajinasi dan juga daya kreativitas anak terpacu. Rendahnya daya kreativitas anak pada kelompok mendengarka n musik modern (jazz) mungkin disebabkan oleh faktor penghambat kreativitas seperti kemalasan dan rasa kurang percaya diri pada anak, sifat ingin mendapat segala sesuatu dengan mudah dan juga mungkin bisa disebabkan oleh irama musik yang tidak sesuai dengan irama jantung dan nadi anak sehingga kurang bisa masuk dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga sehingga daya kreativitas anak kurang terpacuseperti halnya mendengarkan musik klasik mozart. Jadi dapat disimpulkan bahwa musik klasik mozart dapat memacu suatu keinginan anak, dengan merangsang daya kreativitas anak dibandingkan mendengarkan musik modern (jazz). Terapi musik yang baik diharapkan mampu menjadi sarana yang dapat mendorong anak untuk mengembangkan daya fantasi, kreativitas dalam bervikir, sehingga kreativitas anak akan berkembang dengan sendirinya. Berdasarkan uji Mann Witney dengan menggunakan software pengolahan data statistik SPSS diperoleh hasil tingkat kreativitas pada anak prasekolah antara kelompok mendengarkan musik Mozart dan Jazz di Tk negeri pembina Mojoanyar Mojokerto dengan nilai p=0,014 dan α=0,05, jadi p<α maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada perbedaan terapi musik klasik (mozart) dan Jazz terhadap kreativitas anak prasekolah usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina Mojokerto. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Dr. Alfred Tomatis bahwa mendengarkan musik klasik (mozart) selama 5-20 menit setiap hari dapat meningkatkan kemampuan motorik dan kreativitas bervikir pada anak. Musik klasik mozart pada dasarnya sendiri menyerupai ritme denyut nadi manusia. Sedangkan pada musik jazz iramanya yang tidak sesuai dengan irama jantung dan nadi anak sehingga kurang bisa masuk 13 dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga sehingga daya kreativitas anak kurang terpacu seperti halnya mendengarkan musik klasik mozart. E. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Ada perbedaan tingkat kreativitas anak yang mendapatkan terapi musik klasik (mozart) dan Jazz pada anak prasekolah usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina Mojoanyar Mojokerto. Kreativitas anak yang mendapatkan musik klasik mozart lebih tinggi dibandingkan modern (jazz). Oleh sebab itu mendengarkan musik klasik Mozart dapat dijadikan alternatif tindakan dalam membentuk dan meningkatkan kreativitas pada anak prasekolah usia 4-5 tahun. F. Daftar Pustaka Aizid, Rizem (2011). Sehat dan Cerdas Dengan Terapi Musik. Jakarta: Laksana Al-Hajjaj, Yusuf Abu (2010). 30 Kiat Meledakkan Kreativitas Anda Kreatif Atau Mati. Surakarta: Al-Jadid Campbell, D (2002). Efek Mozart, (http://EfekMozart.blogspot.com). Diakses pada tanggal 2 April 2012 Djohan (2009). Psikologi Musik. Yogyakarta: Galangpress Djohan (2006). Terapi Musik. Yogyakarta: Galangpress Dahlan, Djawad (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya Gandasetiawan, Ratih Zimmer (2009). Mengoptimalkan IQ & EQ Anak Melalui Metode Sensomotorik. Jakarta: Libri Gay & Diehl (2009). Metodologi penelitian komunikasi, (http://metodologi penelitiankomunikasi.html+rumus+gay+diehl.blogspot.com). diakses pada tanggal 27 April 2012. Hidayat, A.Aziz Alimul (2003). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika Hurlock, Elizabeth B (2002). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Kasdu, Dini (2003). Anak Cerdas. Jakarta: Niaga Swadaya. 14 Kurniati, Euis & Rahmawati, Yeni (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta: Prenada Media Group Musbikin, Imam (2009). Kehebatan Musik Untuk Mengasah Kecerdasan Anak. Jakarta: Power Books Massofa (2011). Mengenal Kreativitas Anak Sejak Dini, (http://massofa.Wordpress.com/2011/09/23/mengenal-kreativitas-anaksejak-dini/) Nashori & Fuad Diana Muchram (2002). Mengembangkan Kreativitas Dalam Prespektif Psikologi Islam. Jogjakarta: Menera Kudus Nirwana, Ade Benih (2011). Psikologi Ibu, Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika Notoatmojo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Olivia, Femi & Ariani Lita (2012). Menstimulasi Otak Anak Dengan Stimulasi Auditori. Jakarta: Kompas Gramedia Potter (2005). Definisi terapi musik, (http://definisi terapi musik.blogspot.com) Ramli (2002). Kreativitas Pada Anak Prasekolah, (http://Kreativitas-PadaAnak.wordpress.com). diakses pada tanggal 10 April 2012 Rasyid, Fathur (2010). Cerdaskan Anakmu Dengan Musik. Jogjakarta: Diva Pres Riyanto, Agos (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuba Medika Syafiq, Muhammad (2003). Ensiklopedia Musik Klasik. Jakarta: Adicita Santrok, John W (2007). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga Ummutia (2011). Ragam Stimulasi Kecerdasan Anak Berdasarkan Usia, (http://ummutia.wordpress.com/2011/04/13/ragam-stimulasi-kecerdasananak-berdasar-usia/ ). Diakses pada tanggal 19 juli 2012 Wahyuni (2004). Prevalensi Kreativitas Anak Prasekolah, (http://prevalensikreativitas-anak-prasekolah.Wahyuni.blogspot.com). Diakses pada tanggal 30 Maret 2012 15