BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan Ekonomi merupakan proses perubahan kondisi suatu Negara secara kesinambungan menuju perekonomian yang baik selama priode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian, yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Eva, 2003). Defenisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi mengambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang (Boediono, 1981:2). Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator meningkatkan kesejahteraan penduduk suatu daerah atau negara. Sejalan dengan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berbagai kegiatan nasional diarahkan untuk pembagunan yang merata kepada setiap daerah dan meningkatkan kapasitas pertumbuhan ekonomi daerah. Pembagunan merupakan suatu proses menuju kearah yang lebih baik dan terus-menerus untuk mencapai tujuan, yakni mewujudkan masyarakat berkeadilan, berdaya saing maju dalam wadah Negara Kesatuan republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut diperluh sebuah proses kegiatan pembagunan, baik pembagunan dalam konteks nasional maupun Daerah. Kegiatan peran pembagunan nasional tidak terlepas dari peran pemerintah daerah dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di daerah sebagai upayah memperbesar kemapuan daerah dalam rangka pelaksanaan pembagunan daerah. Pembagunan diarahkan sedemikian rupa sehingga setiap tahap makin mendekati tujuan dan peningkatannya haru didukung dengan pembagunan daerah yang dilakukan secara serasi dan terpadu dalam meningkatkan pembagunan nasional. Pembagunan ekonomi dalam konteks regional, pada dasarnya pembagunan nasional secara keseluruhan, oleh karena yang menjadi pokok permasalahanya yang sama yaitu mengatasi kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan permasalahan yang lainnya. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menentukan kebijakan dalam program pembaguan tertentu seperti peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengangguran angka kemiskinan dan pengangguran serta program pembaguan lainnya yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat. Pentuan kebijakan rencana pembagunan daerah ditetap dalam peraturan PP NO 8 TAHUN 2008 tentang tahapan penyusunan rencana pembagunan Daerah. Pemerintah Daerah dalam hal ini harus manfaatan Sumberdaya yang dimiliki agar dapat meningkatkan kesejahteran masyarakat yang nyata, proses perancanaan pembaguan Daerah dalam pelaksanaannya ditetapkan dalam peraturan daerah (PERDA). (Arsyad. 1997) pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptaka suatu lapangan perkerjaan yang baru dan merangsang perkembangan suatu kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut, Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka daerah akan berusaha mengembangkan sektor - sektor keunggulan daerah yang menjadi prioritas untuk dikembangkan, dikarenakan mempunyai permintaan nasional atau ekspor yang tinggi yang berdampak bagi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah keinginan masing–masing daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi seperti sumber daya alam, akumulasi modal, organisasi kemajuan teknologi, pembagian tenaga dan skala produksi, Sedangkan faktor non ekonomi seperti sosial, manusia, politik dan administratif. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diketahui dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto, untuk mengukur total nilai barang dan jasa yang dihasilkan dari kegiatan atau lapangan usaha sektor ekonomi yang dikelompokan menjadi sembilan sektor ekonomi daerah dalam satu priode. Berikut ini gambar grafik pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur . Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Nusa Tenggara Timur 2013 7 6 5 4 3 2 1 0 6.23 5.23 5.41 Tahun 2009- 5.75 4.29 Pertumbuhan Ekonomi 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber data : Badan Pusat statistik, NTT Tahun 2015 Berdasarkan data BPS pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2013 mengalami penurunan dari 6,23% turun menjadi 5,75%, sedangkan pada tahun 20092012 mengalami peningkatan,walaupun peningkatan dari tahun 2010 dan 2012 tidak begitu signifikan. Ini menujukan suatu pencapaian rencanana pembagunan jangka menengah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009-2013 yang ditetapkan dalam PERDA NO 17 TAHUN 2008 . Menurut keynes (Deliarnov, 2003) pemerintah perlu berperan dalam perekonomian. Dari berbagai kebijakan yang dapat diambil keynes lebih mengandalkan kebijakan fiskal, dengan kebijakan fiskal pemerintah bisa mempengaruhi jalannya perekonomian. Pengeluaran pemerintah daerah merupakan salah satu faktor yang lain meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang boros akan menghambat pertumbuhan pertumbuhan ekonomi, tetapi pengeluaran pemerintah yang proposional akan menigkatkan pertumbuhan ekonomi. Provinsi Nusa Tengara Timur menghadapi serangkain tantangan masalah ekonomi. Selain tingkat kemiskinan yang tinggi dan sekala perekonomian yang kecil, Provinsi Nusa Tengara juga memiliki masalah tingkat pengangguran dan inflasi. Meskipun pertumbuhan ekonomi dinyatakan tinggi namun masi banyak masalah yang dihadapi Provinsi Nusa Tenggara Timur salah satunya pembagunan. Pembagunan tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor tidak hanya perumbuhan ekonomi yang tinggi. Salah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pengangguran. Provinsi Nusa Tengara Timur tergolong wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk relatif tinggi dengan jumlah penduduk tiap tahunnya selalu meningkat. seiring meningkatnya jumlah penduduk peningkatan jumlah pengangguran juga ikut meningkat. sekian banyak masalah yang dihadapi secara serius oleh pemerintah dan masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur salah satu adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah yang sangat sulit dihindari oleh suatu negara maupun daerah, karena pengangguran dapat menimbulkan masalah sosial seperti tindakan kriminalitas dan masalah ekonomi. Kondisi ini dapat menyebabkan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat menurun, semakin rendah angka pengangguran maka akan semakin makmur kehidupan masyarakat suatu negara, begitu pula sebaliknya. Untuk menghindari efek buruk tesebut pemerintah perluh secara terus-menerus berusaha untuk mengatasi masalah pengangguran dengan kebijakan pemerintah, baik kebijakan fiskal dan kebijakan monoter didasarkan dengan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomi. Kebijakan fiskal dan kebijakan Monoter pada dasarnya mempengaruhi atau mendorong permintaan agregat melalui penawaran uang. Karena kedua kebijakan ini tidak bisa langsung mempengaruhi permintaan agregat, tanpa melalui jumlah uang yang bereda. Dengan kebijakan Fiskal dapat meningkatkan permintaan agregat dengan menambah pengeluaran pemerintah. Untuk dapat meningkatnya permintaan agregat maka pemerintah perlu menjalankan kebijakan monoter agar dapat mempengaruhi permintaan agregat dengan menaikan dan menurukan suku bunga. Bila terjadi penurunan suku bunga akan menambah jumlah uang yang beredar terutama untuk uang spekulasi. Penurunan suku bunga juga akan merangsang investasi, sehingga investasi akan meningkat. Langkah ini akan berdampak pada tersedianya lapangan perkerjaan dan meningkatnya kesempatan kerja, dan pengurangan tingkat pengangguran, ini sangat berhubungan dengan pendapatan nasional dan kemakmuran masyarakat, dengan meningkatnya kesempatan kerja dan pengangguran semakin berkurang bukan saja menambah pendapatan nasional tetapi juga meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua kebijakan ini diambil pemerintah untuk meningkatkan daya serap sektor perekonomian terhadapa tenaga kerja. (Ade, 2007:2) mengatakan bahwa masalah ketenagakerjaan memang sangat luas dan kompleks. Sebelum krisis ekonomi, Indonesia sudah tergolong sebagai negara yang bermasalah dengan ketenagakerjaan karena tingginya pertumbuhan penduduk. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia tidak seimbang dengan pertambahan jumlah angkatan kerja sehingga berdampak pada tingginya jumlah pengangguran. Masalah lainnya yang terus menerus mendapat perhatian pemerintah adalah inflasi. Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan berlangsung secara terus-menerus. Tujuan pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Bilamana suatu pertumbuhan berusaha mencapai tingkat perkembagan yang lebih cepat atau lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan yang dibutuhkan, maka perekonomian tersebut akan mengalami inflasi. Inflasi merupakan gejala ekonomi yang sulit dihindari dalam suatu perekonomian, yang dapat menimbulkan efek baik maupun buruk. Inflasi dapat terjadi apabila ada permintaan yang sangat besar terhadap barang-barang dan jasa yang naik lebih besar dari pertambahan output yang mungkin dicapai perekonomian tersebut , sehingga harga-harga secara umum mengalami kenaikan. Ada berbagai jenis inflasi, yaitu : 1. Inflasi Desakan Biaya : kesempatan kerja yang tinggi menciptakan pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomomimengeluarkan barang dan jasa 2. Inflasi Desakan Biaya : inflasi ini berlaku pada perekonomian yang sedang berkembang pesat. 3. Inflasi Impor : inflasi ini terjadi akibat kenaikan barang impor Inflasi impor : inflasi ini terjadi akibat kenaikan barang impor akibat penurunan nilai mata uang. Dalam mengatasi inflasi, pemerintah cendrung lebih cepat mengambil kebijakan monoter. Kebijakan ini dijalankan pemerintah untuk menguranggi volume uang yang beredar dalam masyarakat, sehingga akan terjadi kesimbangan jumlah uang beredar dengan output secara nasional. Sedangkan kebijakan fiskal dalam mengatasi inflasi, pemerintah coba mengatasi arah aliran uang dengan cara mengurangi pertambahan pengeluaran agregat, karena pengeluaran agregat yang besar akan menyebabkan inflasi bertambah besar. (Sukirno: 2008 ) salah satu dampak dari terjadinya inflasi yang diakibatkan adanya kebijakan monoter, dalam hal ini untuk mengatasi pengangguran. Dengan kebijakan monoter Bank sentral menambah penawaran uang dengan menurunkan suku bunga untuk melangkahkan para pengusaha menambah investasi dan menambah pengeluaran agregat yang dapat meningkatkan pendapatan nasional dan menambah kesempatan kerja. Dengan meningkatnya kesempatan kerja , maka inflasi dapat menurunkan tingkat pengangguran. Tingkat inflasi yang terjadi di Nusa Tenggara Timur terjadi karena adanya kenaikan indeks harga pada empat kelompok pengeluaran yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan. Tingkat inflasi di provinsi Nusa Tenggara Timur tergolong ringan. Inflasi terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu 4,68%, dan inflasi mengalami peningkatan pada tahun 2010 yaitu 9,7%. Berikut total pengangguran dan inflasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada gambar berikut ini. Grafik 1.2 Total Pengangguran Dan Inflasi Yang Ada Pada Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009-2013 9.73 100,000 Jumlah Jiwa 80,000 8.41 8.00 6.49 60,000 40,000 10.00 4.68 5.33 6.00 89,395 71,152 20,000 57,999 62,356 70,664 4.00 2.00 - 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Pengangguran( jiwa ) Inflasi (% ) Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur jumlah penduduk tiap tahun mengalami peningkatan. Sedangkan jumlah pengangguran mengalami flukulatif dari tahun 2009-2013, dapat dilihat pada grafik 1.2, pada tahun 2009 pengangguran dengan jumlah tertinggi yaitu 89.395 jiwa, pada tahun 2010 menurun menjadi 71.152 jiwa, dan pada tahun 2011 pengangguran menurun drastis menjadi 57.999 jiwa. Sedangkan pada tahun 2012-2013 pengangguran mengalami peningkatan menjadi 62.356 jiwa dan 70.664 jiwa. Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan yang erat karena penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa sedangkan pengangguran tidak memberikan kontribusi. Studi yang dilakukan oleh ekonom Arthur Okun mengindikasikan hubungan negatif antara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh terciptanya lapangan pekerjaan yang baru. Ketika perekonomian tumbuh, berarti terdapat pertumbuhan produksi barang dan jasa. Ketika hal ini terjadi maka kebutuhan akan tenaga kerja untuk memproduksi barang dan jasa pun akan tumbuh 3%. Inflasi dan pengangguran memiliki hubungan. (A W Philip) masalah terkait antara inflasi dan pengangguran dapat diterangkan dalam kurva Philip. Teori pilihan inflasi ( Trade Theory Of Inflation ) suatu negara akan dapat mencapai angka pengangguran yang lebih rendah, apa bila mau berkorban berupa laju inflasi yang lebih tinggi. Dimana hubungan kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran , bahwa jika terjadi inflasi yang dicerminkan dari kenaikan tingkat upah yang tinggi akan menyebabkan turunnya tingkat pengangguran. Sebaliknya, tingkat pengangguran yang tinggi akan disertai dengan menurunya tingkat upah. Berdasarakn uraian uraian yang dikemukan sebelumnya, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pengangguran Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009-2013 “ 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan urai latar belakang diatas, maka penulis merumuskan beberapa hal yang menjadi masalah dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: a. Bagaiman pengaruh pengangguran secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur ? b. Bagaimana pengaruh inflasi secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur ? c. Bagaiman pengaruh pengangguran dan inflasi secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur ? 1.3 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh pengangguran secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggar Timur ? b. Untuk mengetahui pengaruh inflasi secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggar Timur ? c. Untuk mengetahui pengaruh pengangguran dan inflasi secara silmutan tehadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggar Timur ? 1.4 Manfaat Penelitian a. Secara akademis, dapat diharapkan sebagai bahan informasi dan dapat dijadika revrensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya tentang pengaruh pengangguran dan inflasi tehadap pertumbuhan ekonomi di Nusa Tenggara Timur b. Secar praktis, dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan khususnya kabupaten/Kota di Nusa Tenggara Timur dalam menentukan arah strategi pembagunan dimasa yang mendatang serta sebagai bahan evaluasi bagi perencanaan dalam mengantisipasi pelaksanaan Otonomi Daerah.