2 hingga Oktober 2010. Pengambilan sampel dilakukan di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor. Analisis sampel feses dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan sampel darah di Laboratorium Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, Institut Pertanian Bogor. BAHAN DAN METODE Probandus Probandus penderita diare yang diperoleh selama proses sampling di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor mulai tanggal 24 Februari 2010 hingga 10 Juni 2010 adalah 100 pasien penderita diare. Seluruh sampel yang diperoleh telah melalui proses perizinan (lampiran 1). Probandus penderita diare yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan tingkatan usia, yaitu usia bayi (0-1 tahun) sebanyak 13 pasien, batita (1-3 tahun) 42 pasien, balita (3-5 tahun) 13 pasien, anak-anak (5-18 tahun) 13 pasien, dan dewasa (>18 tahun) sebanyak 19 pasien (Lampiran 2). Metode Pengambilan sampel Feses Feses diambil dengan cara usap rektum (rectal swab) menggunakan cuttonbud steril secara langsung pada lubang anal lalu diinokulasikan ke dalam tabung berisi larutan PBS (Phosphate Buffered Saline) steril dan ditempatkan pada kondisi dingin (Adkins & Santiago 1987). Darah Jari dibersihkan dengan alkohol kemudian darah diambil pada bagian jari tengah atau manis dengan menggunakan lancet. Darah dimasukkan pada tabung hematokrit berheparin (Marienfeld) dan disumbat dengan lilin pada salah satu bagian. Isolasi bakteri Salmonella Sampel feses dalam larutan PBS dipipet sebanyak 0.1 ml, kemudian disebar pada media SSA (Salmonella Shigella Agar/Criterion) lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Koloni berwarna hitam diambil sebanyak satu lup kemudian digores kuadran pada media SSA dan diinkubasi kembali pada suhu yang sama. Koloni tunggal digoreskan pada media SSA miring untuk disimpan. Pewarnaan Gram Sebanyak satu lup koloni hitam dioleskan pada kaca objek yang telah ditetesi dengan akuades. Olesan bakteri dikeringkan dengan cara dilewatkan di atas bunsen. Olesan bakteri diwarnai dengan pewarna crystal violet selama 1 menit lalu dibilas dengan akuades. Kemudian dilanjutkan dengan tahap pewarnaan dengan iodium gram selama 2 menit lalu dibilas kembali dengan akuades. Olesan bakteri digenangi dengan alkohol 95% kemudian diwarnai kembali dengan safranin selama 30 detik lalu dibilas (Tortora et al. 2007). Setelah kering, olesan bakteri diamati di bawah mikroskop. Identifikasi Identifikasi dilakukan untuk mengetahui keberadaan Salmonella menggunakan uji biokimia mengacu pada Madigan et al. (2009), yaitu uji MR (Methyl Red), VP (Voges Proskauer), urease, H2S (Hidrogen Sulfida), KCN (Kalium Sianida), indol, dan sitrat. Uji MR dan VP Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian diinkubasi dalam media MR/VP (DifcoTM) pada suhu 370C selama 24 jam untuk MR dan 4 hari untuk VP. Setelah diinkubasi, media diberi reagen methyl red untuk MR dan α-napthol serta KOH untuk VP. Uji Urease Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian diinkubasi pada media urease (DifcoTM) selama kurang lebih 4 hari. Uji H2S Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian digoreskan ke media miring TSIA (Triple Sugar Iron Agar/DifcoTM) lalu ditusuk menggunakan lup di bagian bawah media. Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC selama 24 jam. Uji KCN Bakteri yang tumbuh pada media TSIA dari uji H2S ditumbuhkan pada media TB (Terrifict Broth), lalu diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, sebanyak satu lup bakteri dipindahkan ke media KCN lalu diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC. Uji Indol Koloni hitam pada media SSA diinkubasi 3 pada media tripton (BactoTM) pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah diikubasi, media ditetesi dengan reagen Kovac. Uji Sitrat Sebanyak satu lup koloni hitam pada media SSA digores pada media simmon citrate (Acumedia), lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Penghitungan nilai hematokrit Darah dalam tabung hematokrit berheparin disentrifugasi dengan sentrifuse (P Selecta Iso 9001) pada kecepatan 12000 rpm selama 5 menit. Nilai hematokrit dihitung dengan membandingkan tinggi porsi sel darah merah terhadap tinggi keseluruhan darah dalam bentuk persen. Penghitungan Jumlah Leukosit Darah dikeluarkan dari tabung hematokrit berheparin lalu dipipet dengan pipet leukosit hingga batas 0.5. Darah diencerkan dengan larutan Turk sampai batas skala 11 lalu dikocok (Simmons 1976). Larutan diteteskan pada hemasitometer kemudian dihitung butiranbutiran leukositnya. Diferensiasi Leukosit Perhitungan diferensiasi leukosit dilakukan dengan metode apus/smear (Simmons 1976). Apusan darah diwarnai dengan pewarna Giemsa 30% selama 30 menit, kemudian dihitung masing-masing jenis leukosit/100 jenis leukosit yang diamati. HASIL Hasil dari isolasi 100 sampel feses diperoleh 5 isolat membentuk koloni hitam pada media SSA yang diduga sebagai koloni Salmonella (Gambar 1). Pewarnaan gram dari kelima isolat menunjukkan warna merah muda yang menandakan bahwa kelima isolat tersebut adalah bakteri gram negatif (Gambar 2). Gambar 1 Koloni hitam yang diduga Salmonella pada media SSA. Tanda panah: koloni hitam. Gambar 2 Warna merah muda bakteri gram negatif setelah pewarnaan gram pada koloni hitam yang diduga Salmonella. Tanda panah: bakteri gram negatif. Hasil uji biokimia pada kelima isolat koloni hitam diperoleh 3 isolat yang teridentifikasi Salmonella. Berdasarkan uji biokimia, sampel feses yang teridentifikasi terdapat Salmonella berasal pasien nomor 12, 21 dan 85 (Tabel 1). Keberadaan Salmonella ditunjukkan dengan hasil positif untuk uji MR, yaitu terbentuk warna merah pada media setelah diinkubasi selama 24 jam dan diberi indikator methyl red (Gambar 3). Salmonella dapat menghasilkan asam campuran (metilen glikon) yang akan menurunkan pH media hingga 4.4, sehingga warna media akan berubah menjadi merah setelah diberi indikator methyl red (WHO 2003). Uji VP menunjukkan hasil negatif untuk keberadaan Salmonella pada media. Hasil negatif ditunjukkan jika tidak terbentuk warna merah pada media setelah inkubasi dan diberi reagen α-naphtol dan KOH (Gambar 4). Salmonella tidak dapat memproduksi acetilmethyl carbinol (acetoin) dari proses fermentasi glukosa (Garibaldi & Bayne 1970). Keberadaan Salmonella ditunjukkan dengan hasil negatif untuk uji urease. Hasil yang terlihat adalah tidak terjadi perubahan warna menjadi merah keunguan pada semua media yang diujikan (Gambar 5). Salmonella tidak dapat mengubah urea menjadi amonia dan karbondioksida di dalam media sehingga menyebabkan kondisi media tidak berubah menjadi basa dan indikator phenol red tidak bekerja. Oleh karena itu media tidak berubah menjadi merah keunguan (WHO 2003). Berdasarkan uji H2S, diperoleh 2 isolat yang membentuk warna hitam pada bagian dasar media dan warna merah pada bagian lereng media miring (isolat nomor 3 dan 4), sedangkan 3 lainnya membentuk warna kuning (isolat nomor 1, 2, dan 5) (Gambar 6). Keberadaan Salmonella seharusnya ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam pada dasar media, namun Salmonella yang diperoleh tidak