BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian proyek akhir ini disusun untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian yang berisi tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan. Teori-teori yang ada dijadikan sebagai dasar setiap langkah di dalam proses penelitian yang dilakukan. Proses ini terangkai melalui interaksi di dalam tahapan-tahapan penelitian seperti terlihat pada berikut. 45 Gambar 4.1 Tahapan Metodologi Penelitian 46 Penjelasan lebih lanjut untuk beberapa tahapan yang membutuhkan penjelasan detil akan diuraikan pada sub-sub bab berikutnya. Meskipun begitu, untuk memberi gambaran umum tentang proses pemecahan masalah, berikut ini akan diberikan penjelasan ringkas mengenai tiap-tiap tahapan di atas: 1. Pendahuluan 2. Pengumpulan dan Pengolahan data 3. Analisa 4. Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini disimpulkan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh perusahaan berdasarkan hasil pembahasan proyek akhir ini, berikut saran-saran untuk perbaikan. 4.2 Kajian Literatur Dengan kajian literatur akan didapatkan informasi tentang hasil-hasil penelitian dan pembahasan teori-teori dan framework yang sudah dikembangkan mengenai masalah ini. 4.2.1 Konsep Manajemen Resiko22 Resiko bagi seseorang atau suatu perusahaan merupakan hal yang menyatu dalam kehidupan. Setiap langkah yang dilakukan pasti mengandung resiko. Bahkan diam atau tidak melakukan apapun juga mengandung resiko. Pada dasarnya, resiko muncul karena adanya uncertain, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, esok, dan akan datang. Jadi, resiko pasti ada, dan pasti terjadi untuk menghilangkan resiko, jelas tidak mungkin. Yang bisa dilakukan adalah mengurangi atau memperkecil dampak dari terjadinya resiko tersebut. Dan untuk itu orang mulai berpikir bagaimana mengurangi terjadinya resiko atau memperkecil dampak resiko yang terjadi, dengan cara menangani atau mengelola resiko itu sebaik-baiknya. 22 Risk Management Team, Risk Management Handout, MBA ITB, Bandung, 2007 47 Inilah esensi dari manajemen resiko, bagaimana melakukan strategi retention, risk management/risk control, risk avoidance, dan risk transfer. Tapi tidak mungkin kita mengeliminir atau menghilangkan resiko, karena resiko selalu berubah bentuk. Dalam suatu perusahaan atau bisnis, resiko muncul mulai dari saat perusahaan akan memulai bisnis atau usaha tersebut. Kemudian resiko tersebut akan selalu muncul dan terus ada sepanjang kehidupan perusahaan, mulai dari saat perusahaan melakukan investasi, memilih alat produksi yang dipakai, pemilihan mesin-mesin, dan resiko juga muncul saat pemilihan sumber pendanaan untuk investasi, apakah berasal dari dana equitas sendiri, pinjaman atau dari sumber dana yang lain. Pengelolaan resiko yang baik di suatu perusahaan, akan menghasilkan biaya yang rendah, disamping akan meningkatkan nilai perusahaan. Oleh karenanya berbagai teknik atau metode untuk mereduksi resiko tersebut menjadi hal sangat penting untuk diketahui. Manajemen resiko harus dilihat sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi dengan konsep EWRM (Enterprise Wide Risk Management) yang melibatkan keseluruhan fungsi-fungsi bisnis yang ada di dalam perusahaan. 4.2.1.1 Risk Identification Proses pengidentifikasian resiko merupakan bagian pertama dan utama dari keseluruhan proses manajemen resiko. Identifikasi rsiko dilakukan secara integral dan efektif sehingga tidak ada resiko yang luput dari proses identifikasi tersebut. Bila resiko yang tidak teridentifikasi terjadi. Dimana tidak terdapat rencana penanganan (contingency plan) sebelumnya maka hal tersebut dapat menimbulkan kepanikan dan proses pengambilan keputusan yang lemah. Identifikasi resiko merupakan bagian dari manajemen resiko proaktif, yang lebih baik dibandingkan dengan manajemen resiko reaktif dimana perusahaan hanya bertindak terhadap resiko-resiko yang telah terjadi. 48 Identifikasi resiko-resiko yang ada ketika PT Telkom melakukan spin off harus didasari oleh data-data yang akurat dipadu dengan studi literatur hal-hal yang terkait Berikut ini langkah-langkah bagaimana kita mengidentifikasi resiko menurut Carl Olsson; 1. Menahami kerangka kerja (framework) bisnis perusahaan yang terkait dengan berbagai resiko. 2. Menyusun daftar resiko-resiko yang akan muncul, berdasarkan kerangka kerja (framework) bisnis tersebut. 3. Melakukan kategorisasi resiko. 4. Mengetahui keterkaitan antara satu resiko dengan resiko lainnya. Proses identifikasi resiko dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, yaitu: 1. Pelibatan para ahli (in-depth interview) Para ahli adalah orang yang memiliki pengetahuan baik secara praktis maupun teoritis mengenai bidang bisnis dan jenis-jenis resiko yang terkait dengan bidang bisnis tersebut. 2. Bekerja secara pararel (pararel working) Berkerja secara pararel artinya beberapa bagian yang terkait dengan suatu bidang bisnis yang akan diidentifikasi resikonya, masing-masing mengidentifikasi resiko terhadap suatu bidang bisnis dari persepsi bagian-bagian yang ada. 3. Diskusi kelompok (focus group dicussion) Diskusi kelompok merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam proses identifikasi resiko. Dengan diskusi kelompok dapat diidentifikasi dengan lebih dalam keterkaitan satu resiko dengan resiko lainnya. Dalam diskusi kelompok sebaiknya anggota diskusi berasal dari berbagai bagian yang terkait dengan bidang bisnis yang akan di identifikasi resikonya. 49 4.2.1.2 Risk Measurement & Risk Treatment23 Risk measurement dan risk treatment harus bisa mengidentifikasi, mengkuantifikasi, dan memprioritaskan resiko-resiko sesuai apa adanya yang dihadapi suatu organisasi, dan memastikan bagaimana memitigasinya sesuai kriteria yang ada. Risk measurement harus dihadirkan dalam bentuk yang paling update dan punya legitimasi yang kuat untuk semua bentuk informasi. Hal ini bisa juga termasuk: o Metode yang sistemik dalam mengenali resiko (ancaman, potensi ancaman, dan fasilitas yang mampu memperlihatkan potensi ancaman yang ada). o Metode yang sistemik yang mampu membandingkan resiko yang dikenali dengan kriteria resiko yang ada. o Pengukuran resiko secara periodik untuk mengenali perubahan apa saja yang terjadi dan bagaimana mengamankannya. o Adanya definisi yang jelas dan batasan minimum dari analisis, termasuk spesifikasi dari sistem yang di fungsikan untuk mengenali resiko agar hubungan resiko satu dengan yang lainnya dapat dikenali. Menurut definisinya risk treatment adalah proses untuk menseleksi dan mengimplementasikan resiko agar dapat dimodifikasi. Risk treatment bisa dalam bentuk; transfer, avoid, retain, control dari resiko-resiko yang ada. Risk treatment digunakan untuk memitigasi resiko yang telah teridentifikasi dan terukur menggunakan sumber daya yang ada (technical/physical security controls). Hal ini juga termasuk: o Membiarkan, mengeliminasi, atau mengurangi resiko yang telah dianalisis. o Mentransfer resiko kepada pihak ketiga (asuransi). o Mengenali dan secara objektif menerima beberapa resiko yang ada. 23 Chapman, Robert J., 2006, Simple Tools and Techniques of Enterprise Risk Management, England: John Wiley & Sons. 50 Risk treatments juga harus memperhitungkan: o Aspek legal formal dan sertifikasi yang dibutuhkan. o Tujuan organisasi, kebutuhan operasional dan hambatannya, dan o Biaya implementasi dan biaya operasi yang terkait agar resiko dapat dikurangi. Gambar 4.2 Risk Reduction24 24 Sumirat, Erman, 2007, Risk Management in Corporate Strategy, MM70E7 Risk Management Slide. MBA ITB, Bandung. 51 Gambar 4.3 Risk Avoidance25 Gambar 4.4 Risk Transfer26 25 Sumirat, Erman, 2007, Risk Management in Corporate Strategy, MM70E7 Risk Management Slide. MBA ITB, Bandung 26 ibid 52