1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dunia pendidikan pada saat ini tengah mendapat perhatian yang lebih dari
pemerintah berkaitan dengan tuntutan untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang mampu bersaing menghadapi
era globalisasi. Pendidikan membuat manusia berusaha menggali potensi yang
ada dalam diri untuk mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi dalam
kehidupan. Oleh sebab itu,peningkatan dalam bidang pendidikan perlu dilakukan
secara terus menerus termasuk dalam pendidikan matematika.
Berdasarkan permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses, sasaran
pembelajaran kurikulum 2013 mencakup pengembangan kompetensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan. Ranah kompetensi sikap yaitu menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan. Ranah kompetensi
keterampilan adalah mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan
mencipta. Ranah kompetensi pengetahuan meliputi mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisa dan mengevaluasi.
Penjelasan lebih lanjut kemendikbud (2013) tentang konsep kurikulum 2013
untuk pembelajaran matematika yaitu dimulai dengan permasalahan konkret
berangsur ke bentuk abstrak, menekankan pentingnya prosedur dalam pemecahan
masalah, menekankan penguasaan pola yang dirancang agar siswa berpikir kritis
1
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan..., Arif Febri Himawan, FKIP UMP, 2015
2
untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan. Artinya siswa diharapkan
dapat berpikir secara kritis, analitis dalam mengidentifikasi, memahami dan
memecahkan masalah.
Berdasarkan penjelasan di atas, siswa harus memiliki kemampuan pemecahan
masalah. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang
diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Belajar
memecahkan masalah adalah alasan utama dalam belajar matematika. Penting
bagi siswa untuk memiliki untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah
matematika. Apabila siswa tidak memiliki kemampuan pemecahan masalah
matematika, siswa akan kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru matematika kelas
VIII SMP Negeri 2 Kembaran, diperoleh beberapa informasi bahwa nilai standar
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 67. Guru matematika kelas VIII juga
memperlihatkan daftar nilai rata-rata hasil UTS semester ganjil tahun pelajaran
2013/2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Matematika UTS Kelas VIII semester ganjil tahun
pelajaran 2013/2014 (observasi)
No
Kelas
Nilai rata-rata kelas
1
VIII.A
58,65
2
VIII.B
59,75
3
VIII.C
61,35
4
VIII.D
60,47
5
VIII.E
60,54
(Sumber: Guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP N 2 Kembaran)
2
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan..., Arif Febri Himawan, FKIP UMP, 2015
3
Kelas VIII A merupakan kelas yang mempunyai nilai rata-rata UTS yang
paling rendah yaitu 58,65. Untuk itu berdasarkan nilai rata-rata UTS dan
wawancara dengan guru matematika kelas VIII maka diputuskan untuk
melakukan penelitian terhadap kelas VIII A. Adapun beberapa faktor yang
diperoleh dari hasil observasi mengenai kegiatan belajar mengajar di kelas VIII
A, yaitu : 1) Masih banyak siswa yang belum bisa memahami masalah, sehingga
siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (soal cerita). Hal ini terlihat pada saat
guru memberikan soal cerita, hanya 25% siswa yang mampu menyelesaikan soal
tersebut dengan benar. 2) Masih ada 62,5% siswa yang merasa kesulitan jika
menghadapi variasi soal yang berbeda dari contoh soal yang diberikan guru dan
tidak mau berusaha menyelesaikan soal yang diberikan guru. 3) Ada sekitar
56,25% siswa yang masih bingung menentukan prosedur dalam menyelesaikan
soal matematika. 4) Masih terdapat 68,75% siswa terlihat enggan menyelesaikan
masalah yang dianggap sulit dan hanya mengandalkan jawaban dari teman lain
atau menunggu penjelasan dari guru tanpa berusaha untuk menemukan sendiri
solusi dari permasalahan yang tersebut. Hal ini menunjukan bahwa rendahnya
kemampuan pemecahan masalah siswa, terutama dalam soal cerita. Sedangkan
pada kurikulum 2013, menuntut siswa untuk aktif dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Selain itu kondisi guru pada saat
pembelajaran di kelas, guru lebih mendominasi proses pembelajaran yaitu guru
memberikan materi dengan metode ceramah, sedangkan siswa hanya mendengar,
3
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan..., Arif Febri Himawan, FKIP UMP, 2015
4
mencatat dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Hal tersebut juga
merupakan suatu masalah yang harus diperbaiki dalam proses pembelajaran
matematika.
Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan adanya variasi dalam proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Kembaran. Salah satu model
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika adalah model Problem-Based Learning (PBL) dengan
strategi Metakognitif. Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu model
pembelajaran matematika yang berdasarkan pada suatu masalah. Problem BasedLearning (PBL) merupakan model pembelajaran dengan pembelajaran siswa pada
masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri serta
memandirikan siswa dalam belajar matematika. Strategi Metakognitif adalah
proses sekuensial untuk mengontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa
tujuan kognitif telah dipenuhi. Model Problem-Based Learning (PBL) dengan
strategi Metakognitif adalah model pembelajaran yang didasarkan pada suatu
masalah autentik yang nantinya akan diproses secara sekuensial untuk mengontrol
aktivitas kognitif siswa dan memastikan bahwa tujuan kognitif siswa telah
dipenuhi.
Model Problem-Based Learning (PBL) dengan menggunakan strategi
Metakognitif mampu mengontrol kelemahan diri siswa dalam belajar dan
kemudian memperbaiki kelemahan tersebut. Model Problem-Based Learning
4
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan..., Arif Febri Himawan, FKIP UMP, 2015
5
(PBL) dengan strategi Metakognitif membuat siswa dapat menentukan cara
belajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya sendiri. Model Problem-Based
Learning
(PBL)
dengan
strategi
Metakognitif
membuat
siswa
dapat
menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar baik yang berkaitan dengan soalsoal yang diberikan oleh guru atau masalah-masalah yang timbul berkaitan
dengan proses pembelajaran dan siswa dapat memahami sejauh mana
keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar matematika. Jadi model
Problem Based-Learning (PBL) dengan strategi Metakognitif dianggap cocok
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa
kelas VIII A SMP Negeri 2 Kembaran.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan yaitu apakah melalui model
Problem
Based-Learning
(PBL)
dengan
strategi
Metakognitif
dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 2
Kembaran?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Kembaran melalui model Problem-Based
Learning (PBL) dengan strategi Metakognitif.
5
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan..., Arif Febri Himawan, FKIP UMP, 2015
6
D. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui model ProblemBased Learning (PBL) dengan strategi Metakognitif.
2. Bagi guru
Sebagai salah satu alternatif dalam menentukan pembelajaran yang tepat
melalui model Problem-Based Learning (PBL) dengan strategi Metakognitif.
3. Bagi sekolah
Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran sebagai bentuk inovasi
pembelajaran yang mendukung sistem pembelajaran yang ada di sekolah.
4. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan tentang model ProblemBased Learning (PBL) dengan strategi Metakognitif serta
sebagai bekal
bagi masa depan sebagai calon pendidik (guru).
6
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan..., Arif Febri Himawan, FKIP UMP, 2015
Download