1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap dan prilaku. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan hasil atau manfaat yang besar, pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia untuk kelangsungan masa depan. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan pada pasal 3, yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangannya potensi peserta didik peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Penjelasan tersebut, memberikan gambaran mengenai tujuan suatu Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangannya potensi peserta didik peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Oleh karena itu karakter suatu bangsa akan ditentukan oleh proses dari pendidikan. Etika dalam diskusi juga termasuk kedalam ranah pendidikan nilai dalam prosesnya peserta didik dituntut untuk dapat bekerja sama, komunikatif, menghargai pendapat peserta didik lain, kolaboartif, dan analitik, hal ini akan 1 2 mendorong peserta didik menjadi orang yang memiliki jiwa kooperatif yang tinggi jika diterapkan dalam proses pembelajaran, maka perlu adanya penerapan model kooperatif untuk menekankan hasilnya. Dari tinjauan beberapa jurnal mengenai hasil penelitian kooperatif terhadap peserta didik, memperlihatkan bahwa semua jurnal yang ditinjau mengarah kepada aspek kognitif atau pengetahuan, seperti pada jurnal The Relative Effectiveness Of Cooperative And Competitive Teaching Methods In The Teaching Of Biology At The Senior Secondary Level atau Effects of cooperative learning approach on biology mean achievement scores of secondary school students’ in Machakos District, Kenya. Kedua jurnal ini hanya menekankan pada efektifitas dari pembelajaran kooperatif terhadap pengetahuan kognitif, padahal ada nilai esensial dari penerapan model ini yaitu pembentukan sikap peserta didik. Untuk mendukung pengaruh penerapan model kooperatif learning terhadap sikap siswa dalam hal ini etika diskusi maka berdasarkan tinjauan jurnal tentang The Effect of Blended Learning Model On High School Students’Biology Achievement And On Their Attitudes Towards The Internet oleh Akbayin, mengungkapkan bahwa blended learning yang merupakan kombinasi dari kegiatan tatap muka dan E-Learning dapat secara efektif membentuk sikap siswa terhadap penggunaan internet dalam pembelajaran. Merujuk dari hasil yang diungkapkan oleh jurnal ini, maka diharapkan pembelajaran kooperatif learning dikombinasikan dengan E-Learning dapat memberikan berpengaruh terhadap sikap peserta didik dalam etika berdiskusi karena perpaduan dari pembelajaran kooperatif sebagai dasar untuk menumbuhkan etika diskusi siswa kemudian dikombinasikan dengan E-Learning sebagai pembalajaran tambahan untuk peserta 2 3 didik dalam pembelajaran yang dilakukan secara online namun tetap mementingkan etika diskusi, seperti menjawab pertanyaan, menyampaikan pernyataan, menanggapi pernyataan, dan saling bertukan informasi antar peserta didik melalui portal diskusi online yang disediakan oleh pendidik. Dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Pengaruh Penerapan Blended Learning Terhadap Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon.” 3 4 B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut perumusan dalam penelitian ini dikelompokan dalam tiga tahapan sebagai berikut : 1. Identifikasi Masalah a. Wilayah Penelitian Wilayah penelitian ini adalah Pendidikan Nilai yaitu Keterampilan Berdiskusi . b. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian kuantitatif. c. Jenis Masalah Jenis masalah dalam penelitian ini adalah Pengaruh Penerapan Blended Learning Meningkatkan Hasil Terhadap Belajar Keterampilan Siswa Pada Berdiskusi Konsep Untuk Pencemaran Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon Pembatasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, batasan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut : a. Pendekatan Pembelajaran yang digunakan adalah Pengaruh Penerapan Blended Learning Meningkatkan Hasil Terhadap Belajar Keterampilan Siswa Pada Berdiskusi Konsep Untuk Pencemaran Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon. b. Penerapan E-learning dengan menggunakan grup diskusi dikembangkan oleh peneliti. 4 yang 5 c. Kajian mata pelajaran yang diamati terbatas pada konsep pencemaran lingkungan kelas VII SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon. 2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Seberapa Besar Peningkatan Hasil Belajar siswa terhadap keterampilan berdiskusi Pada Konsep Pencemaran Lingkungan yang Dikaitkan dengan Blended Learning di SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon? b. Bagaimana Sikap Siswa terhadap Penerapan Blended Learning Terhadap Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon? c. Bagaimana pengaruh Penerapan Blended Learning Terhadap Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon? C. Tujuan Adapun tujuan dalam penelitian ini meliputi : 1. Untuk Mengetahui Seberapa Besar Peningkatan Hasil Belajar siswa terhadap keterampilan berdiskusi Pada Konsep Pencemaran Lingkungan yang Dikaitkan dengan Blended Learning di SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon 5 6 2. Untuk Mengetahui Sikap Siswa terhadap Penerapan Blended Learning Terhadap Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon. 3. Untuk mengetahui pengaruh Penerapan Blended Learning Terhadap Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon. 4. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah : 1. Guru, penelitian ini akan menambah pengetahuan mengenai pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru mengenai keterampilan berdiskusi siswa dalam meningkatkan hasil belajar yang dikaitkan dengan Blended Learning. 2. Siswa, penelitian ini akan membantu siswa dalam Keterampilan berdiskusi dalam proses pembelajaran. 3. Sekolah, diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam pendidikan IPA. 5. Kerangka Pemikiran Pendidikan merupakan suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainya dalm masyarakat dimana ia 6 7 hidup. Pendidikan juga merupakan proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga mereka dapat memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum, hal ini merupakan pembentukan karakter siswa. Dalam upaya meningkatkan etika diskusi siswa diperlukan proses pembelajaran yang efektif dan terarah. Untuk mencapai hal itu dalam proses pembelajaran juga dituntut untuk menerapkan model, strategi ataupun metode pembelajaran sesuai dengan tujuannya. Maka dari tinjauan beberapa jurnal dan buku blended learning yang didalamnya menggabungkan antara tatap muka dengan E-learning diharapkan mampu menjadi solusi dalam peningkatan etika diskusi. Proses tatap muka tentunya juga digunakan model pembelajaran untuk lebih mengarah pada tujuannya, maka berkenaan dengan untuk menumbuhkan etika berdiskusi pembelajaran kooperatif dipilih sebagai gabungan dengan ELearning. Model kooperatif yang dipilih type STAD karena dinilai merupakan salah satu model dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas. 7 8 Proses Belajar Mengajar Siswa Guru Tujuan Pembelajaran Materi Pencemaran Lingkungan Penerapan Blended Learning Kelebihan Kelemahan 1. Siswa dapat diskusi kapan saja 1. Kurang kerja sama 2. Dapat mengakses materi sebanyak mungkin 2. Sulit mengarahkan 3. Suasana kelas menjadi gaduh. 3. Mengembangkan bakat IT 4. Efektifitas belajar lebih banyak 4. Sulit untuk mengkondisikan suasana. 5. Meningkatkan Keterampilan bertanya 5. Kurang interaksi dengan siswa 6. Memecahkan suatu permasalahan 6. Sulit mengkondisikan siswa 7. Mengembangkan Keterampilan Berdiskusi. 7. Tidak mendukung komunikasi dengan cepat. 8. Tidak ada jadwal khusus. Keterampilan Berdiskusi Meningkatkan Hasil Belajar Gambar 1. Kerangka Pemikiran 8 9 6. HIPOTESIS menurut Sugiyono (2012) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Berdasarkan pengertian hipotesis di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha : Terdapat pengaruh Penerapan Blended Learning Terhadap Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon. Ho : Tidak Terdapat pengaruh Penerapan Blended Learning Terhadap Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon. 9 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Blended Learning Secara etimologis, berasal dari kata blend yang berarti mix together. Blended Learning secata terminologis relative masih baru dalam pendidikan ataupun dalam koorporasi . Menurut Graham (2006) menyebutkan tiga definisi yang paling sering dikemukakan, diantranya : 1. Definisi yang mengkombinasi berbagai modalitas media pembalajaran seperti dikemukakan oleh Bersin dan Associates, Orey, Singh dan Reed, serta Thomson. 2. Definisi yang mengkombinasi berbagai metode-metode pembelajaran seperti dikemukakan oleh Driscoll. 3. Definisi yang mengkombinasi antara pembelajaran online dengan face to face yang dikemukakan oleh Reay, Rooney, Sands, Ward, dan LaBranche, dan Young. Ditinjau dari definisi diatas yang dikemukakan para ahli mengenai definisi Blended Learning mengkombinasi yaitu suatu pembelajaran yang memadukan atau pembelajaran secara tatap muka dan materi secara online. Perpaduan antara pembelajran konvensional dimana guru dan siswa bertemu secara langsung dan pembelajaran online yamg mana dapat di akses kapan saja. Menurut Cobin (1997) dalam Rusman (2010), mengatakan bahwa Ini merupakan cara baru dalam pembelajaran yang belum banyak digunakan dalam proses pembelajaran mwnggunakan mesia elektronik dengan menggunakan akses 10 11 internet sebagai system pembelajaran Pemanfaatan internet ini sebagai media pembelajaran, mampu mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Pembelajaran kolaborasi merupakan salah satu ciri penting pembelajaran masa depan yang lebih banyak mengedepankan kemampuan individual, namun kemampuan ini kemudian disinergikan untuk menghasilkan produk, karena produk masa depan, sehingga diperlukan pendekatan interdisipliner. Oleh karena itu produk masa depan adalah produk yang dihasilkan dari kegiatan kolaborasi. Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting dalam pembelajaran berbasis Blended Learning. Hal ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka konvensional yang semua pebelajar belajar di dalam kelas yang sama di bawah kontrol pengajar, dalam pembelajaran berbasis Blended, maka pebelajar bekerja secara mandiri dan berkolaborasi. Oleh karena itu, tagihan dalam pembelajaran ini akan berbeda dengan pembelajaran tatap muka. B. Metode Diskusi C. Keterampilan Berdiskusi Menurut Atar (2008) Menjelaskan bahwa Diskusi adalah suatu percakapan yang terarah yang berbentuk dengan pertukaran pikiran antara dua orang atau lebih secara lisan untuk mendapatkan kesepakatan atau kecocokan dala usaha memecahkan masalah yang dihadapi. Didalam diskusi tidak boleh ada siswa yang mendominasi dalam pembicaraan, setiap siswa dalam diskusi mempunyai kesempatan yang sama dan seimbang dalam berbicara dan memberikan pendapat. Hakikat diskusi 11 12 itu akan terpenuhi apabila tercipta suasana pertukaran pikiran yang terarah dan bermanfaat. Suasana tersebut akan tercipta apabila setiap siswa yang terlibat didalamnya menyadari akan tugas dan fungsinya masing-masing. Setiap peserta D. Pengertian E-Learning Menurut Jaya Kumar C.Koran (2002) dalam Rusman (2010), Menjelaskan e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik ( LAN, WAN, atau Internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi atau bimbingan. Adapun yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jaraj jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong mendefinisikan elearning sebagai kegiatan belajar asynchronous meleui perangkat elektronik computer yang memperoleh bahan ajar yang sesuai kebutuhan. Dari beberapa definisi diatas mengenai e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan jaringan sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitas serta didukung dengan berbagai bentuk layanan belajar lainnya dalam memenuhi kebutuhan akan proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001) dalam Rusman (2010), mengatakan bahwa elearning merujik pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. 12 13 Sedangkan menurut Cisco (2001) dalam Rusman (2010), menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama e-lerning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan dan pelatihan secara online. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional, sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-lerning tidak berarti menggantika model belajar konvensional didalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaian. Makin baik keselarasan konten dan alat penyampaian dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapsitas siswa yang pada gilirannya akanmemberikan hasil yang lebih baik. Dari penjelasan para ahli diatas mengenai e-learning yaitu pembelajaran yang dilakukan di media elektronik khususnya internet sebagai system pembelajaran. E-lerning merupakan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang semakin pesat. Menurut Rusman (2010), mengungkapkan bahwa pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif model pemrosesan informasi (information processing model). Berdasarkan model ini, data masuk ke sistem memori melalui pencatat sensor (sensory register), kemudian dikirim ke penyimpanan jangka pendek (short-term store) selama sekitar 0,5 sampai 2 menit untuk analisis pendahuluan. Dari penyimpanan ini selanjutnya dikirim ke memori jangka pendek. Data yang sudah dianalisis disimpan selama sekitar 20 menit. Kemudian data itu, setelah ditransformasi dan dikode menjadi bagian dari sistem pengetahuan yang disimpan pada memori jangka panjang (long-term memory). 13 14 E. Peningkatan Hasil Belajar F. Pencemaran Lingkungan Berdasarkan lingkungan yang mengalami pencemaran, secara garis besar pencemaran lingkungan dapat dikelompokkan menjadi pencemaran air, tanah, dan udara. 1. Pencemaran Air Di dalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan penting antara lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi. Di samping itu air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan masih banyak lagi. Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambahjumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air. Misalnya, pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat buruk terhadap organisme yang ada di perairan. Pemupukan tanah persawahan atau ladang dengan pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali yang disebut eutrofikasi atau blooming. Beberapa jenis tumbuhan seperti alga, paku air, dan eceng gondok akan tumbuh subur dan menutupi permukaan perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai dasar perairan. Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat berfotosintesis sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang. Bahan-bahan kimia lain, seperti pestisida atau DDT (Dikloro Difenil Trikloroetana) yang sering digunakan oleh petani untuk memberantas hama tanaman juga dapat berakibat buruk terhadap tanaman dan organisme lainnya. 14 15 Apabila di dalam ekosistem perairan terjadi pencemaran DDT atau pestisida, akan terjadi aliran DDT. 2. Pencemaran Tanah Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang karena proses erosi oleh air yang mengalir sehinggakesuburannya akan berkurang. Selain itu, menurunnya kualitas tanah juaga dapat disebabkan limbah padat yang mencemari tanah. Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng. Gambar 2. 1 Pencemaran Tanah Sampah organik pada umumnya mudah dihancurkan dan dibusukkan oleh mikroorganisme di dalam tanah. Adapun sampah anorganik tidak mudah hancur sehingga dapat menurunkan kualitas tanah. 3. Pencemaran Udara 15 16 Udara dikatakan tercemar jika udara tersebut mengandung unsur-unsur yang mengotori udara. Bentuk pencemar udara bermacam-macam, ada yang berbentuk gas dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat. a. Pencemar Udara Berbentuk Gas Beberapa gas dengan jumlah melebihi batas toleransi lingkungan, dan masuk ke lingkungan udara, dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup. Pencemar udara yang berbentuk gas adalah karbon monoksida, senyawa belerang (SO2 dan H2S), seyawa nitrogen (NO2), dan chloroflourocarbon (CFC). Gambar 2.2 Pencemaran Udara Kadar CO2 yang terlampau tinggi di udara dapat menyebabkan suhu udara di permukaan bumi meningkat dan dapat mengganggu sistem pernapasan. Kadar gas CO lebih dari 100 ppm di dalam darah dapat merusak sistem saraf dan dapat menimbulkan kematian. Gas SO2 dan H2S dapat bergabung dengan partikel air dan menyebabkan hujan asam. Keracunan NO2 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, 16 17 kelumpuhan, dan kematian. Sementara itu, CFC dapat menyebabkan rusaknya lapian ozon di atmosfer. b. Pencemar Udara Berbentuk Partikel Cair atau Padat Partikel yang mencemari udara terdapat dalam bentuk cair atau padat. Partikel dalam bentuk cair berupa titik-titik air atau kabut. Kabut dapat menyebabkan sesak napas jika terhiap ke dalam paru-paru. Partikel dalam bentuk padat dapat berupa debu atau abu vulkanik. Selain itu, dapat juga berasal dari makhluk hidup, misalnya bakteri, spora, virus, serbuk sari, atau serangga-serangga yang telah mati. Partikel-partikel tersebut merupakan sumber penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Yang mencemari udara dapat berasal dari pembakaran bensin. Bensin yang digunakan dalam kendaraan bermotor biasanya dicampur dengan senyawa timbal agar pembakarannya cepat mesin berjalan lebih sempurna. Timbal akan bereaki dengan klor dan brom membentuk partikel PbClBr. Partikel tersebut akan dihamburkan oleh kendaraan melalui knalpot ke udara sehingga akan mencemari udara. 4. Dampak Pencemaran Bagi Manusia Secara Global Pembakaran bahan bakar minyak dan batubara pada kendaraan bermotor dan industri menyebabkan naiknya kadar CO2 di udara. Gas ini juga dihasilkan dari kebakaran hutan. gas CO2 ini akan berkumpul di atmosfer Bumi. Jika jumlahnya sangat banyak, gas CO2 ini akan menghalangi pantulan panas dari Bumi ke atmosfer sehingga panas akan diserap dan dipantulkan kembali ke Bumi. Akibatnya, suhu di Bumimenjadi lebih panas. Keadaan ini disebut efek 17 18 rumah kaca (green house effect). Selain gas CO2, gas lain yang menimbulkan efek rumah kaca adalah CFC yang berasal dari aerosol, juga gas metan yang berasal dari pembusukan kotoran hewan. Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu lingkungan menjadi naik secara global, atau lebih dikenal dengan pemanasan global. Akibat pemanasan global ini, pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut menjadi naik,sebagai akibat mencairnya es di kutub sehingga pulau-pulau kecil menjadi tenggelam. Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia. Akibat lain yang ditimbulkan pencemaran udara adalah terjadinya hujan asam. Jika hujan asam terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanah, danau, atau air sungai menjadi asam. Keadaan itu akan mengakibatkan tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya terganggu dan mati. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia. 5. Upaya Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, antara lain melalui penyuluhan dan penataan lingkungan. Namun, usaha tersebut tidak akan berhasil jika tidak ada dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Untuk membuktikan kepedulian kita terhadap lingkungan, kita perlu bertindak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, diantaranya sebagai berikut: 18 19 a. Membuang sampah pada tempatnya Membuang sampah ke sungai atau selokan akan meyebabkan aliran airnya terhambat. Akibatnya, samapah akan menumpuk dan membusuk. Sampah yang membusuk selain menimbulkan bau tidak sedap juga akan menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit. Selain itu, bisa meyebabkan banjir pada musim hujan. Salah satu cara untuk menanggulangi sampah terutama sampah rumah tangga adalah dengan memanfaatkannya menjadi pupuk kompos. Sampahsampah tersebut dipisahkan antara sampah organik dan anorganik. Selanjutnya, sampah organik ditimbun di dalam tanah sehingga menjadi kompos. Adapun sampah anorganik seperti plastik dan kaleng bekas dapat di daur ulang menjadi alat rumah tangga dan barang-barang lainnya. b. Penanggulangan limbah industri Limbah dari industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia, sebelum dibuang harus diolah terlebih dahulu. Hal tersebut akan mengurangi bahan pencemar di perairan. Denan demikian, bahan dari limbah pencemar yang mengandung bahan-bahan yang bersifat racun dapat dihilangkan sehingga tidak mengganggu ekosistem. Menempatkan pabrik atau kawasan industri di daerah yang jauh dari keramaian penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk dari limbah pabrik dan asap pabrik terhadap kehidupan masyarakat. c. Penanggulangan pencemaran udara 19 20 Pencemaran udara akibat sisa dari pembakaran kendaraan bermotor dan asap pabrik, dapat dicegah dan ditanggulangi dengan mengurangi pemakaian bahan bakar minyak. Perlu dipikirkan sumber pengganti alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti kendaraan berenergi listrik. Selain itu, dilakukan usaha untuk mendata dan membatasi jumlah kendaraan bermotor yang layak beroperasi. Terutama pengontrolan dan pemeriksaan terhadap asap buangan dan knalpot kendaraan bermotor. d. Diadakan penghijauan di kota-kota besar Tumbuhan mampu menyerap CO2 di udara untuk fotosintesis. Adanya jalur hijau akan mengurangi kadar CO2 di udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor atau asap pabrik. Dengan demikian, tumbuhan hijau bisa mengurangi pencemaran udara. Selain itu, tumbuhan hijau melepaskan O2 ke atmosfer. e. Penggunaan pupuk dan obat pembasmi hama tanaman yang sesuai Pemberian pupuk pada tanaman dapat meningkatkan hasil pertanian. Namun, di sisi lain dapat menimbulkan pencemaran jika pupuk tersebut masuk ke perairan. Eutrofikai merupakan salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh pupuk buatan yang masuk ke perairan. Begitu juga dengan penggunaan obat anti hama tanaman. Jika penggunaannya melebihi dosis yang ditetapkan akan menimbulkan pencemaran. Selain dapat mencemari lingkungan juga dapat meyebabkan musnahnya organisme tertentu yang dibutuhkan, seperti bakteri pengurai atau serangga yang membantu penyerbukan tanaman. 20 21 Pemberantasan hama secara biologis merupakan salah satu alternatif yang dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan ekosistem pertanian. f. Pengurangan pemakaian CFC Untuk menghilangkan kadar CFC di atmosfer diperlukan waktu sekitar seratus tahun salah satu cara penanggulangannya yaitu dengan mengurangi penggunaan CFC yang tidak perlu oleh manusia. Mengurangi penggunaan penggunaan CFC dapat mencegah rusaknya lapisan ozon di atmosfer sehingga dapat mengurangi pemanasan global. Dewasa ini, tingkah laku manusia dengan sikap semena-mena terhadap lingkungan sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Selain mengeksploitasi alam secara serakah, manusia juga telah meracuni alam ini dengan berbagai jenis sampahnya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian 21 22 Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon. 2. Waktu Penelitian Penelitian yang penulis lakukan dilaksanakan dalam waktu tiga bulan yaitu mulai Maret 2013 sampai dengan Mei 2013. B. Kondisi Objektif Wilayah Penelitian SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon adalah lokasinya cukup strategis. karena tempatnya yang strategis maka peneliti memilih untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Adapun kondisi objektif sekolah dalam keadaan baik, fasilitas yang tersedia cukup memadai untuk melaksanakan proses belajar mengajar seperti tersedianya laboratorium IPA untuk pembelajaran biologinya dan ruang kelas yang cukup banyak serta tersedianya sarana dan prasarana untuk belajar lainnya seperti perpustakaan, dan lab komputer. C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Sumber Data a. Sumber data teoritik yaitu penulis peroleh dari buku literatur yang berkaitan dengan Penerapan Blended Learning Terhadap Peningkatan Etika Diskusi Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. b. Sumber data empirik, yakni diperoleh melalui terjun langsung dilokasi penelitian yaitu SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon diantaranya adalah siswa kelas VII dan guru Biologi kelas VII. 2. Populasi dan Sampel 22 23 a. Populasi Menurut Sugiono dalam (2012), menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadikan kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon. b. Sampel Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sample random sapling. sample random sapling merupakan teknik pengambilan sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012). Dalam teknik sampling ini, sampel diambil dua kelas dari 8 kelas yang ada dengan cara diundi dan didapat kelas VII A dan VII E. c. Instrumen Penelitian 1) Menentukan Validitas Instrumen Menurut Sudijono (2011) bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam tes benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti. Untuk menghitung validitas digunakan rumus koefisien korelasi Prodect Moment dengan angka kasar, yaitu: ryx xy ( x ) ( y 2 2 ) Keterangan : 23 24 ryx = Korelasi antara Variabel x dan y x = Adalah menyatakan nilai variabel x y = Adalah menyatakan nilai variabel y ∑ = Adalah menyatakan jumlah Untuk memberi interprestasi seberapa kuat pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat, maka peneliti menggunakan pedoman sebagai berikut : Tabel 3.1. Klasifikasi Koefisien Validitas Interval Tingkat Koefisien Hubungan 0,00-0,199 Sangat rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat Kuat Untuk menguji signifikan hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi, maka perlu diuji signifikansinya. Adapun rumus uji signifikansi korelasi product moment (dalam Sugiyono 2007:214) adalah : t r n2 1 r2 24 25 Keterangan : t = Tes signifikan r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah sempel 3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Teknik Observasi Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2012), mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Teknik observasi dilakukan dengan mengamati peningkatan etika diskusi siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan dengan penerapan Blended Lerarning. b. Kuesioner (Angket) Menurut Sugiyono (2012), Menjelaskan bahwa Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu 25 26 dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan responden. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengukur respon siswa setelah pembelajaran dilakukan terhadap penerapan Blended Learning terhadap peningkatan etika diskusi siswa pada pada konsep pencemaran lingkungan. c. Tes Teknik ini digunakan untuk mengukur sejauh mana peningkatan etika diskusi siswa melalui penerapan Blended Learning tentang pembelajaran biologi pada konsep pencemaran Lingkungan. D. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah termasuk kedalam kuasi eksperimen jenis penelitian ex post facto atau penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui akibat dari suatu tindakan atau bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Penelitian korelasional mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasivariasi pada satu atau lebih faktor yang lain berdasarkan pada koefisien korelasi. E. Teknik Analisis Data Adapun dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis statistic denggan menggunakan rumusan sebagai berikut: 1. Uji Validitas Menrurut Arikunto (1995) dalam Riduwan (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti 26 27 menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data iti valid sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment. rXY = N . xy (x) (y ) {( N . x 2 (x) 2 }.{( N . y 2 (xy) 2 } Keterangan : rxy = koefisien korelasi skor item dengan skor total N = jumlah peserta ∑x = jumlah skor item ∑y = jumlah skor total ∑xy = jumlah perkalian skor item dengan skor total ∑x² = jumlah kuadrat skor item ∑y² = jumlah kuadrat skor total Untuk menentukan valid tidaknya instrument suatu aitem adalah dengan mengkorelasikan hasil koefisien korelasi r dengan taraf signifikasi 5 % atau taraf kepercayaan 95%. Pada penelitian ini untuk mengetahui valid tidaknya soal dilakukan pengukuran validitas empiris. a. Validitas empiris Pengukuran validitas empiris soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi biserial (Sudijono, 2002) 27 28 Keterangan : Rbis : Koefisien korelasi tiap-tiap item Mp : Rata-rata skor siswa yang menjawab soal benar Mt : Rata-rata skor seluruh siswa St : Simpangan baku skor total P : Proporsi siswa q : 1-p p = Banyaknya siswa yang menjawab benar Mencari simpangan baku Keterangan: ∑y2 : Jumlah siswa yang menjawab benar Y : Skor total siswa yang menjawab benar N : Jumlah siswa Sebuah soal dinyatakan valid apabila mempunyai harga korelasi rhitung> rtabel. Tingkatan validitas soal ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: 28 29 Sedangkan untuk mengukur tingkat reliabilitas, digunak rumus sebagai berikut : Reliabilitas soal diukur dengan menggunakan rumus Kudder Richardson (KR-21) yaitu, Rumus : Apabila r11 > rtabel maka tes tersebut reliabel (Sudijono, 2009) Untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas (r) dapat ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut, apabila harga r: 2. Uji Reliabilitas Metode mencari reabilitas internal yaitu dengan menganalisis reabilitas alat ukur dari suatu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut k 1- ∑ Si r11 = 29 30 k -1 St Keterangan : r11 k = reliabilitas instrument = jumlah item ∑Si = jumlah varians skor tiap-tiap butir St = varians total (Riduwan,2009) 3. Tingkat Kesukaran Bermutu atau tidaknya butir-butir tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki masingmasing oleh masing-masing butir item tersebut. B JS P Dimana: P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes (Sudijono,2011) 4. Daya Pembeda Daya pembeda item adalah kemampuan suatu tes item hasil belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee kemampuan rendah. (Sudijono,2011) Untuk menentukan daya pembeda, digunakan rumus: D= BA BB = PA - PB JA JB 30 31 Keterangan : JA = Banyaknya peserta tes kelompok atas JB = banyaknya peserta tes kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar 5. Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data tersebut normal atau tidak. Tes normalitas menggunakan rumus kai kuadrat (Chi Square) yaitu: X2 = (oi Ei) 2 Ei 6. Uji Homogenitas Uji homogenitas yang akan penulis kemukakan ini ialah dengan metode barlet dan Varians tersebar dibanding varians terkecil menggunakan tabel F. Mencari varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus: F hitung= Variabel besar Variabel kecil (Riduwan, 2009) 7. Uji T Uji T digunakan untuk mencari standar gabungan (dsg), dengan rumus: dsg = (n 1 1) V1 (n 2 1) V2 n1 n 2 2 n1 = banyaknya data kelompok Satu n2 = banyaknya data kelompok Satu V1 = varian data kelompok 1 31 32 V2 = varian data kelompok 2 F. Prosedur Penelitian Pada langkah awal kita melakukan studi pendahuluan, dimana studi pendahuluan untuk mengetahui dinamika permasalah dalam pendidikan. dalam studi pendahuluan ini meliputi studi teoritik dan studi empirik. Selanjutnya yaitu penyusunan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, sebelum instrument tersebut digunakan dalam penelitian maka dilakukan uji instrument terlebih dahulu untuk mengetahui layak atau tidaknya instrument tersebut untuk digunakan dalam penelitian. Kemudian langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan data, instrument yang digunakan yaitu tes tertulis, lemabar observasi dan quisioner angket. Adapun bentuk tesnya yaitu berupa pretest dan postest dalam bentuk pilihan ganda. Tes tersebut digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan blended learning dan kelas kontrol tidak blended learning. Sebelum melakukan menerapkan model ini dilakukan pretest terlebih dahulu dan setelah akhir pembelajaran dalam proses pembelajarannya dilakukan observasi dari kegiatan diskusi siswa untuk mengetahui kegiatan awal diskusi dalam pembelajaran dan sebelumnya dikasih arahan mengenai bagaimana etika dalam diskusi pada akhir pembelajaran dilakukan posttest dan dibagikan lembar angket untuk mengetahui perkembangan etika diskusi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan keanekaragaman hayati. Sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan yang sama dengan kelas eksperimen, namun pada kelas kontrol digunakan pembelajaran metode STAD saja tanpa menggabungkannya dengan e-learning, 32 33 kegiatan ini terus berlangsung sampai pada akhir bab ekosistem dan menghasilkan data-data. Setelah data terkumpul dilakukan analisis data untuk mengetahui normalitas dan homogenitas, kemudian dilakukan uji t yang akhirnya dihasilkan temuan dan langkah akhir yaitu menyimpulkan dan pembuatan laporan berdasarkan hasil temuan tersebut. Studi Pendahuluan Studi teoritik Studi Empirik Penyusunan Instrumen Uji Coba Instrumen Pengambilan Data Observasi Tes Tertulis Pre Tes 33 Angket 34 Penerapan Blended Learning (Student Teams-Achievement Division & E-Learning) Terhadap Peningkatan Etika Diskusi Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Post Tes Analisis Data Pengambil Keputusan Menyusun Laporan Bagan 3.1. Diagram Prosedur Penelitian 34