peluang besar untuk mempelajari hubungan genetik antar individu dari setiap populasi penduduk di dunia bahkan untuk mengetahui asal usul dan nenek moyang manusia. Bagian mtDNA yang diteliti pada umumnya dilakukan pada daerah D-loop mitokondria yang memiliki tingkat mutasi yang tinggi. Daerah D-loop ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu daerah hipervariabel I (HVI) dan hipervariabel II (HVII). Penelitian daerah HVI telah banyak dilakukan karena daerah ini diketahui memiliki laju mutasi yang tinggi dibandingkan dengan daerah HVII, sehingga penelitian terhadap daerah HVII tidak banyak dilakukan. Namun beberapa penelitian menunjukan pola mutasi yang sama pada dua individu sehingga diperlukan data daerah lain yang juga memiliki tingkat mutasi yang tinggi untuk menunjang data genetik daerah HVI sehingga dapat memberikan data yang lebih jelas untuk memperkuat daya pisah antar individu. Ditinjau dari hal tersebut, penelitian terhadap daerah HVII mtDNA manusia sangat penting dilakukan terutama pada populasi khas Indonesia. Penelitian mtDNA di Indonesia telah banyak dikerjakan sejak tahun 1993 pada berbagai etnik dan populasi. Pada tahun 2001, Marzuki (Mer, 2001) telah melakukan pemetaan populasi yang dibuat berdasarkan keanekaragaman mtDNA dari berbagai populasi Indonesia. Pemetaan tersebut membagi populasi Indonesia menjadi beberapa kelompok yaitu populasi berbahasa papua dari Alor dan Papua Barat membentuk satu kelompok, sedangkan populasi berbahasa Austronesia membentuk kelompok lain dan terlihat adanya pengelompokan tambahan. Indonesia barat seperti populasi Batak, Jawa, Minang dan Melayu membentuk 2 satu kelompok, sedangkan populasi Indonesia timur seperti Sasak, Makasar, Bugis, Waingapu dan Sumbawa membentuk kelompok lain lagi. Selain itu, ternyata populasi Nias membentuk cabang sendiri pada pengelompokan tersebut (Mer, 2001). Namun, pemetaan populasi ini masih memiliki kekurangan karena belum memberikan pola genetik yang spesifik pada populasi Indonesia. Padahal, jika pola genetik spesifik tersebut diketahui, maka kekerabatan dari tiap populasi di Indonesia akan terlihat lebih jelas. Penelitian terhadap populasi wilayah Indonesia timur masih sedikit dilakukan. Marzuki (Mer, 2001) melakukan penelitian hanya pada populasi Sasak, Makasar, Bugis, Waingapu dan Sumbawa. Begitupun penelitian pada populasi Nusa Tenggara Timur masih belum banyak dilakukan, sehingga perlu dilakukan adanya penelitian pada populasi ini untuk melengkapi data genetik yang spesifik dari populasi Indonesia. 1.2. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, masalah umum yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana keragaman genetik daerah HVII DNA mitokondria manusia populasi Nusa Tenggara Timur yang secara rinci dijabarkan menjadi sub-sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana variasi mutasi nukleotida daerah HVII DNA mitokondria manusia Indonesia populasi Nusa Tenggara Timur? 2. Adakah mutasi yang spesifik pada urutan nukleotida daerah HVII DNA mitokondria manusia Indonesia populasi Nusa Tenggara Timur? 3 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi urutan nukleotida dan keberadaan mutasi spesifik pada mtDNA daerah HVII populasi Nusa Tenggara Timur sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam pengumpulan database daerah HVII yang mampu memperkuat daya pisah antar individu. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari analisis yang dilakukan dapat dimanfaatkan pada bidang kedokteran untuk analisis beberapa kasus penyakit, bidang forensik untuk menelusuri riwayat mahluk hidup dan juga ikut berkontribusi dalam penyusunan database mtDNA populasi manusia di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya. 4