bab ii. landasan teori

advertisement
 BAB II.
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi CMMI for Development
CMMI for Development dirancang untuk bisnis yang fokus
pada pengembangan produk. Standar ini mempelajari tentang
mengubah kebutuhan pelanggan sesuai dengan
digunakan
oleh
pengembang.
Standar
persyaratan yang
ini
juga
efektif
mengintegrasikan komoditas dari komponen produk ke produk akhir.
Melakukan analisis dan pengembangan teknis untuk merancang
produk
atau
layanan
dan
memastikan
bahwa
pekerjaan
pengembangan memenuhi kebutuhan pengguna akhir dan spesifikasi
selama perancangan.
Pembangunan CMMI for development menjelaskan praktik
terbaik untuk pengembangan dan pemeliharaan produk dan layanan
di seluruh siklus hidup organisasi. Dengan mengintegrasikan
pengetahuan. CMMI for development juga menyediakan kerangka
kerja yang komprehensif untuk menilai proses pengembangan dan
pemeliharaan dan peningkatan kinerja organisasi. (Chrissis, Konrad,
Shrum, 2011)
Proses area yang unik untuk CMMI
meliputi
Produk
Integrasi,
Pengembangan
for Development
Persyaratan,
Solusi
Teknikal, Validasi dan Verifikasi. Model ini mungkin yang terbaik
untuk organisasi jika organisasi fokus untuk mengeliminasi cacat
dalam produk dan jasa atau organisasi ditantang untuk merancang
7 8 produk dan jasa yang unggul dalam persaingan (Phillips & Shrum,
2010).
CMMI dapat digunakan untuk mengembangkan kerangka
kerja dan penerapan CMMI
dapat mengatasi beberapa masalah
perusahaan menurut (Niazi & Babar, 2009), dalam penelitiannya dan
penilaian proses area CMMI level 2 terhadap perusahaan vietnam
dan malaysia.
Menurut (Dadhich & Chauhan, 2013) dalam analisisnya
mengenai pengaruh integrasi CMMI maturity level 3, CMMI
merupakan upaya untuk mengatur sumber risiko pengembangan
perangkat lunak disekitar aspek pokok dari perangkat lunak siklus
pengembangan.
2.2. Latar Belakang CMMI (Capability Maturity Model
Integration)
CMMI (Capability Maturity Model Integration) adalah suatu
pendekatan yang berfungsi untuk meningkatkan proses perangkat lunak
(Software Process) didalam organisasi agar menjadi lebih efisien dan
efektif. CMMI merupakan salah satu model kematangan ( Maturity Model
) yang digunakan untuk meningkatkan proses (Process Improvement)
dalam organisasi. Tujuan dari penerapan CMMI didalam organisasi adalah
untuk meningkatkan proses pengembangan dan perawatan produk –
produk perangkat lunak organisasi tersebut (Ahern, Clouse, & Turner,
2008). 9
Integrasi CMM dibentuk untuk memilih masalah menggunakan
beberapa CMMs. Kombinasi dari beberapa model tertentu menjadi satu
CMMI untuk Pengembangan. Pengembangan kerangka bertujuan agar
dapat digunakan untuk meningkatkan perbaikan proses dalam organisasi.
Model CMMI pertama yang diciptakan adalah CMMI for Development
dan model yang terakhir diciptakan saat thesis ini disusun adalah CMMI
for Development v 1.3.
Berikut secara jelas digambarkan sejarah perkembangan dari CMMI
Gambar 2. 1. Sejarah CMMI
( CMMI Product Team, 2010)
Pada awalnya CMMI adalah sebuah model yang bersumber dari
kombinasi tiga model dibawah ini :
10 1. Capability Maturity Model for Software (SW-CMM)
2. System Engineering Capability Model (SECM)
3. Integrated Product Development Capability Maturity Model ( IPD-CMM)
Tiga model ini dipilih karena suksesnya penerapan atau pendekatan yang
menjanjikan untuk meningkatkan proses dalam sebuah organisasi. Model CMMI
yang pertama kali muncul adalah (V1.02) pada tahun 2000 di rancang untuk
digunakan oleh pengembang organisasi dalam mengejar perbaikan proses
perusahaan secara luas. Dua tahun kemudian (V1.1) dirilis dan empat tahun
setelah itu, (V1.2) dirilis. Pada saat (V1.2) dirilis, dua model CMMI lainnya
sedang direncanakan. Karena rencana ekspansi ini, nama CMMI model pertama
harus berubah menjadi CMMI for Development.
Sedangkan CMMI for Acquisition dirilis pada tahun 2007. Sejak itu dibuat
juga CMMI for Development Versi 1.2. Dua tahun kemudian CMMI for Services
juga dirilis yang dibangun diatas dua model lainnya dan juga diberi versi 1.2.
Pada tahun 2008 dikembangkan versi 1.3,
yang akan memastikan
konsistensi antara ketiga model dan meningkatkan tingkat kematangan yang
tinggi di semua model. Versi 1.3 dari CMMI for Acquisition [Gallagher 2011, SEI
2010b], CMMI for Development [Chrissis 2011], dan CMMI for Services
[Forrester 2011, SEI 2010a] yang dirilis pada bulan November 2010 (CMMI
Product Team ,2010).
Keuntungan utama menggunakan CMMI oleh sebuah organisasi adalah
untuk mengurangi biaya, memanfaatkan sumber daya secara efektif, dan
mengelola sumber daya organisasi sehingga bisa menghasilkan produk yang
11
berkualitas tinggi dan biaya rendah. Fokus CMMI adalah pada peningkatan
kualitas proses . ()
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Satrio & Lumban, 2014) pada
suatu organisasi yang telah mencapai maturity level 3. Penerapan CMMI
meningkatkan proses pengembangan aplikasi pada organisasi karena organisasi
tersebut telah menerapkan tindak lanjut yang diperlukan seperti: identifikasi
traceability dua arah antara kebutuhan, perencanaan proyek untuk kegiatan audit,
identifikasi keterlibatan pemangku kepentingan terkait, review dari perencanaan
proyek, estimasi usaha , waktu dan biaya yang diperlukan, anggaran, risiko
proyek
identifikasi,
rencana
pengelolaan
data,
identifikasi
kompetensi,
manajemen konfigurasi (konfigurasi manajemen), pelaksanaan proses rencana
aksi, dan adanya prosedur evaluasi formal serta beberapa proses pengembangan
aplikasi telah dilakukan dengan benar dan konsisten terkait dengan pengawasan
proyek, pelaporan kepada manajemen senior pada kinerja proyek, desain produk
dan komponen produk, serta validasi produk dan komponen produk .
2.3. Penyajian CMMI
Berdasarkan panduan CMMI
for Development versi 1.3 oleh
CMMI Product Team. Tingkatan dalam CMMI-DEV digunakan untuk
menggambarkan jalur evolusi yang direkomendasikan untuk organisasi
yang ingin meningkatkan proses pengembangan produk dan jasa.
Tingkatan juga bisa menjadi hasil dari aktivitas penilaian. Penilaian dapat
berlaku untuk organisasi atau divisi. CMMI mendukung dua jalur
perbaikan menggunakan tingkatan. Satu Jalur memungkinkan organisasi
12 untuk secara bertahap meningkatkan proses sesuai dengan area masingmasing proses atau kelompok proses area dalam organisasi.
Untuk mencapai tingkat tertentu, sebuah organisasi harus
memenuhi semua tujuan proses area atau set proses area yang ditargetkan
untuk perbaikan, terlepas dari apakah itu adalah capabilty level atau
maturity level. Kedua representasi tersebut menyediakan cara untuk
meningkatkan proses untuk mencapai tujuan bisnis, dan keduanya
menyediakan kontent penting yang sama dan penggunaan komponen
model yang sama .
Gambar 2. 2 Struktur Representasi Continuous
( CMMI Product Team, 2010)
Gambar 2. 3 Struktur Representasi Staged
( CMMI Product Team, 2010)
13
Setiap tujuan (Specific Goals & Generic Goals) dari proses area
yang dijadikan sasaran pengembangan dengan menggunakan Capability
levels ataupun Maturity Levels harus dapat dipenuhi oleh organisasi
yang ingin mencapai level tertentu. Representasi Continous dan
Representasi Staged memberikan panduan meningkatkan proses
organisasi dan mengukur seberapa baik organisasi dapat meningkatkan
proses mereka.
Representasi Continuous berkaitan dengan memilih kedua
proses area tertentu untuk meningkatkan Capability Level
yang
diinginkan untuk proses area. Dalam representasi ini kelengkapan
adalah hal penting. Proses area dalam setiap Capability Level harus
terpenuhi, sehingga pengukuran terhadap proses area selanjutnya dapat
(CMMI Product Team, 2010).
Representasi Staged berkaitan dengan memilih beberapa
proses area untuk meningkatkan Maturity Level , tidak selengkap
representasi continuous, tapi memberikan pandangan pada tingkat
organisasi,yang menyediakan satu set standar pengukuran dari proses
area yang meningkatkan kinerja keseluruhan organisasi (CMMI
Product Team, 2010).
Maturity Level menyediakan cara untuk menggambarkan
kinerjanya. Pengalaman menunjukkan bahwa organisasi melakukan
yang terbaik ketika mereka memfokuskan upaya perbaikan proses pada
sejumlah proses area yang dikelola pada satu waktu dan area-area yang
14 memerlukan peningkatkan dalam organisasi menjadi lebih baik. Sebuah
Maturity Level adalah evolusi yang ditetapkan utntuk perbaikan
terhadap proses dalam organiasi. Pencapaian atas Maturity Level sangat
penting bagi organisasi dan Representasi Staged menyediakan roadmap
yang secara efisien fokus terhadap peningkatan proses dalam organisasi
dan proses area dengan jelas dari tingkat Initial sampai ke tingkat
Optimizing.
2.4. Model Bertingkat
Berdasarkan panduan CMMI for Development versi 1.3,
model bertingkat menyediakan suatu peta jalan (roadmap) yang telah
terdefinisi sebelumnya untuk peningkatan organisasi berdasarkan
pengelompokan dan pengurutan yang teruji untuk proses dan
hubungan- hubungan organisasi yang terkait. Istilah “bertingkat”
(staged) berasal dari cara model untuk menjelaskan peta jalan ini
sebagai rentetan tingkat dari daerah proses yang mengindikasikan
dimana
sebuah
meningkatkan
dideskripsikan
organisasi
proses
seharusnya berkonsentrasi
organisasinya.
sebagai praktek-praktek
untuk
daerah proses
Tiap
yang memegang peran
dalam mencapai tujuannya. Kemajuan didapatkan dengan mencapai
tujuan dari semua daerah proses di dalam tingkat kematangan yang
diinginkan.
Daerah
proses
kunci
pada
tingkat
2
dari
CMMI
berkonsentrasi pada masalah-masalah proyek piranti lunak yang
15
berguna
untuk membangun kendali pengelolaan proyek dasar.
Tingkat 3 mengacu kepada baik
organisasi,
infrastruktur
sebagaimana
yang
masalah
proyek
maupun
organisasi membangun
menggabungkan
sebuah
proses pengelolaan
dan
perekayasaan piranti lunak yang efektif. Daerah proses kunci pada
tingkat 4, berkonsentrasi kepada membangun sebuah pengertian
yang kuantitatif akan proses piranti lunak dan produk piranti lunak
yang dikerjakan. Tingkat 5 melingkupi masalah-masalah yang
dialami oleh organisasi dan proyek dalam menerapkan peningkatan
proses piranti lunak yang dapat diukur dan berkesinambungan.
Penyajian
bertingkat
menawarkan
sebuah
cara
yang
sistematis dan terstruktur dalam menerapkan peningkatan proses
langkah demi langkah. Mencapai tiap tingkat memastikan bahwa
peningkatan yang cukup telah dilakukan dan dapat dijadikan sebagai
dasar untuk tingkat selanjutnya.
16 Focus on Continuous Process Improvement
Process Quantitatively measured and controlled
LEVEL 4
QUANTITATIVELY MANAGED
LEVEL 3
DEFINED
Level 2
MANAGED
Level 1
INITIAL
LEVEL 5
OPTIMIZING
Process Characterized for the organization and is Pro‐Active
Process characterized for Projects and is Managed
Proces unpredictable,
poorly controlled and Re ‐ Active
Gambar 2. 4 Lima Tingkat Kematangan CMMI
(Sumber CMMI Product Team, 2010)
2.5. Lima Tingkat Kematangan
2.5.1. Tahap Initial (Level 1)
Pada
tingkat
kematangan
1, proses-proses
yang
ada
biasanya berantakan dan sifatnya ad hoc. Organisasi biasanya tidak
menyediakan lingkungan yang stabil untuk mendukung berjalannya
proses.
Kesuksesan
pada
organisasi-organisasi semacam ini
bergantung pada kompetensi dan pengorbanan dari orang-orang di
dalam organisasi dan bukan mengandalkan proses- proses yang telah
terbukti kehandalannya.
Dalam tahap ini biasanya Organisasi menghasilkan produk dan jasa
yang bekerja, tapi sering melebihi anggaran dan jadwal yang telah
didokumentasikan dalam rencana. Pada tingkat kematangan 1, ditandai
dengan kecenderungan organisasi untuk overcommit , meninggalkan
17
proses mereka dalam waktu krisis, dan tidak dapat mengulangi
keberhasilan yang pernah dicapai.
2.5.2. Tahap Managed (Level 2)
Pada tingkat kematangan 2, proyek-proyek organisasi telah
memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan dikelola dengan baik dan
proses-proses yang ada telah terencana, terukur, dan terkendali.
Disiplin dari proses pada tahap ini membantu memastikan bahwa
praktek-praktek yang dijalankan tetap
dipertahankan
walaupun
dalam waktu tekanan yang tinggi-tingginya (peak time). Ketika
praktek-praktek ini dilakukan, proyek-proyek dilaksanakan dan
dikelola
menurut
rencana-rencana
yang
didokumentasi.
Pada
tingkat 2, status dari produk dan pelepasan layanan dapat terlihat
oleh pihak manajemen pada titik-titik yang telah didefinisikan.
Komitmen dibangun di antara stakeholder yang berwenang dan
diperbaiki apabila diperlukan. Produk-produk dikendalikan secara
tepat. Produk dan layanan memenuhi deskripsi proses, standar proses,
dan prosedur proses mereka.
2.5.3. Tahap Defined (Level 3)
Pada tahap ini, proses-proses telah dikarakterisasi dan dimengerti
dengan baik, dan dijelaskan melalui standar, prosedur, tool, dan metode
yang
ada.
Kumpulan
proses
standar
dari organisasi, yang
merupakan dasar dari tingkat kematangan 3, didirikan dan ditingkatkan
18 seiring
berjalannya
untuk
membangun
waktu.
Proses- proses standar ini digunakan
konsistensi
di dalam
organisasi.
Proyek
membangun proses terdefinisi mereka dengan mengacu kepada proses
standar yang dimiliki oleh organisasi tersebut.
2.5.4. Tahap Quantatively Managed (Level 4)
Pada tingkat kematangan 4, organisasi dan proyek membangun
tujuan kuantitatif untuk kualitas dan kinerja proses, dan menggunakan
mereka sebagai kriteria dalam
pengelolaan proyek. Tujuan kuantitatif
didasarkan pada kebutuhan pelanggan, pengguna akhir, organisasi, dan pihak
yang mengimplementasi proses. Kualitas dan kinerja proses dimengerti
dalam istilah-istilah statistik dan dikelola sepanjang waktu proyek. Untuk
subproses yang terpilih, pengukuran detil akan kinerja proses dikumpulkan
dan dianalisa secara statistik. Ketika memilih subproses untuk di analisis,
sangat penting untuk memahami hubungan antara subproses yang berbeda
dan dampaknya terhadap pencapaian tujuan kualitas dan kinerja proses.
Pengukuran kualitas dan kinerja proses dimasukkan ke dalam penyimpanan
pengukuran organisasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan
yang berdasarkan
fakta.
Penyebab
khusus
dari
variasi
proses
diidentifikasi dan, apabila tepat, sumbernya dikoreksi untuk mencegah
kejadian lagi di lain waktu.
2.5.5. Tahap Optimizing (Level 5)
Pada tahap ini, sebuah organisasi secara berkesinambungan
meningkatkan proses-prosesnya berdasarkan pengertian kuantitatif akan
19
penyebab-penyebab umum dari variasi proses. Tingkat kematangan
mengkonsentrasikan
kepada peningkatan
5
secara berkesinambungan
akan kinerja proses melalui proses inkremental dan inovatif, dan juga
peningkatan secara teknologi. Tujuan peningkatan proses secara
kuantitatif
untuk
berkesinambungan
dan
digunakan
dibangun,
organisasi
untuk menangani
sebagai
kriteria
diperbaiki
secara
tujuan bisnis yang dinamis,
dalam mengelola
peningkatan
proses. Akibat-akibat dari peningkatan proses yang diterapkan diukur
dan dievaluasi secara berlawanan terhadap tujuan peningkatan proses
kuantitatif. Baik proses terdefinisi maupun kumpulan proses standar
organisasi merupakan tujuan dari aktivitas peningkatan yang dapat
diukur.
Di antara lima tingkat kematangan CMMI, tingkat satu
sebenarnya bukan level untuk sertifikasi oleh Software Engineering
Institute. Model CMMI tidak mencegah organisasi dari melompati
tingkatan ketika mengajukan permohonan sertifikasi. Namun, sebagian
besar organisasi mulai dari tingkat dua dan jika organisasi bersedia
untuk memperbaiki tingkat kematangan, kemungkinan besar akan mulai
dari tingkat yang lebih tinggi dalam urutan selanjutnya (Rastogi &
Jatain, 2015).
Menurut penelitian (Garzaz & Paulk, 2013), Penggunaan
SCRUM dan CMMI DEV dapat saling melengkapi dengan hasil yang
menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah proses CMMI DEV tingkat
2 telah ditingkatkan menggunakan SCRUM.
20 Menurut peneliti terdahulu (Wallshein & Loerch, 2015) analisis
dari CMMI tingkat tinggi pada parameter dan metrik perangkat lunak
dampaknya akan memperluas pengetahuan pada produksi perangkat
lunak dan dampaknya pada lingkungan perangkat lunak. Kumpulan
data ini berkembang dan berubah, beberapa parameter perlu untuk tetap
konstan untuk perbandingan masa depan. Membuat dan menggunakan
standar pengukuran parameter dari perangkat lunak dapat mengurangi
ancaman untuk membangun validitas di masa depan. Karakteristik dari
kumpulan data masa depan akan perlu dibandingkan dengan penjelasan
karakteristik.
2.6. Process Area CMMI
Sebuah proses area adalah sekelompok praktek terkait di area yang
ketika diimplementasikan secara kolektif, memenuhi serangkaian tujuan
dianggap penting untuk membuat perbaikan di area itu. 22 proses area
disajikan dengan singkatan dan dapat dikategorikan menjadi empat jenis:
1. Process Management
•
Organizational Process Definition (OPD)
•
Organizational Process Focus (OPF)
•
Organizational Performance Management (OPM)
•
Organizational Process Performance (OPP)
•
Organizational Training (OT)
2. Project Management
•
Integrated Project Management (IPM)
•
Project Monitoring and Control (PMC)
21
•
Project Planning (PP)
•
Quantitative Project Management (QPM)
•
Requirements Management (REQM)
•
Risk Management (RSKM)
•
Supplier Agreement Management (SAM)
3. Engineering
•
Product Integration (PI)
•
Requirements Development (RD)
•
Technical Solution (TS)
•
Validation (VAL)
•
Verification (VER)
4. Support
• Causal Analysis and Resolution (CAR)
• Configuration Management (CM)
• Decision Analysis and Resolution (DAR)
• Measurement and Analysis (MA)
• Process and Product Quality Assurance (PPQA)
Tabel 2. 1 Tingkat Kematangan dan Proses Area
Maturity Level 5 Optimizing Process Areas Organizational Performance Management Causal Analysis and Resolution 4 Quantitatively Managed Organizational Process Performance 22 Quantitative Project Management 3 Defined Requirement Development
Technical Solution Project Integration Verification Validation Organizational Process Focus Organizational Process Definition Organizational Training Integrated Project Management Risk Management Decision Analysis and Resolution 2 Managed Requirements Management Project Planning Project Monitoring and Control Measurement and Analysis Process and Product Quality Assurance Configuration Management Supplier Agreement Management 1 Initial Adhoc Tabel
diatas
berisi
pengelompokkan
proses
area
yang
dikelompokkan berdasarkan Maturity Level, dapat digunakan oleh
organisasi yang ingin menggunakan representasi Staged sehingga dapat
23
mengindentifikasikan proses area yang harus diimplementasikan untuk
mencapai tiap Maturity Level.
Menurut (ISLAM & ZHOU, 2011) Jika kegiatan utama yang
terkait dengan area proses ini menjelaskan dengan kriteria yang tepat itu
bisa memimpin organisasi dan memberikan produk berkualitas tinggi
dalam waktu tertentu dengan kualitas tinggi. Untuk lebih jelasnya, berikut
dibahas 22 proses area yang mendefinisikan dimensi proses dari standar
CMMI :
2.6.1 Requirement Management (REQM)
Tujuan
Requirement
Management
(REQM)
adalah
untuk
mengelola persyaratan- persyaratan dari produk proyek dan komponen dari
produk, selain itu untuk memastikan keselarasan antara kebutuhan,
rencana proyek dan produk kerja (CMMI Product Team, 2010).
Requirement Management mengelola semua persyaratan yang diterima
atau umumnya dihasilkan oleh proyek. Termasuk diantaranya persyaratan
teknikal dan nonteknikal serta persyaratan yang diterapkan pada proyek
oleh organisasi. Terdapat tujuan dan praktik spesifik dari proses area ini
yaitu :
Tujuan Spesifik 1: Mengelola Persyaratan
Praktek spesifik : 1.1 Memahami persyaratan – persyaratan
1.2 Mendapatkan komitmen untuk persyaratan
1.3
Mengelola
persyaratan
perubahan
–
perubahan
24 1.4 Mengelola Bidirectional traceability dari
persyaratan
1.5Memastikan keselarasan diantara projek
yang dikerjakan dan Persyaratan
2.6.2 Project Planning (PP)
Tujuan
Project
Planning
adalah
untuk
menyusun
dan
mempertahankan rencana yang mendefinisikan kegiatan proyek (CMMI
Product Team, 2010)Proses area Project Planning melibatkan aktivitas
Mengembangkan rencana proyek, interaksi dengan stakeholders yang
berkepentingan,
berkomitmen
terhadap
rencana,
Mempertahankan
rencana. Perencanaan termasuk didalamnya memperkirakan atribut produk
kerja dan tugas, menentukan sumber daya yang dibutuhkan, negosiasi
komitmen, menghasilkan jadwal, mengidentifikasi dan menganalisis risiko
proyek. Itreasi melalui kegiatan ini mungkin dibutuhkan untuk menetapka
rencana proyek. Rencana proyek memberikan dasar untuk melakukan dan
mengendalikan aktifitas proyek yang memberikan komitmen terhadap
pelanggan dari proyek. Terdapat tujuan dan praktik spesifik di area ini
yaitu :
Tujuan Spesifik 1 : Menetapkan Estimasi
Praktek Spesifik 1: 1. 1 Mengestimasi lingkup proyek
1.2 Menetapkan estimasi dari produk kerja dan
atribut tugas
1.3 Mendefinisikan siklus hidup proyek
1.4. Mengestimasi Usaha dan Biaya
25
Tujuan Spesifik 2 : Mengembangkan Sebuah Rencana Proyek
Praktek Spesifik 2 : 2.1 Menetapkan Biaya dan Penjadwalan
2.2 Mengidentifikasi Risiko proyek
2.3 Merencanakan Pengelolaan data
2.4 Merencanakan sumber daya proyek
2.5
Merencanakan
pengetahuan
dan
kompetensi yang dibutuhkan
2.6Merencanakan
keterlibatan
stakehoder
yang teridentifikasi
2.7 Menentukan rencana proyek
Tujuan Spesifik 3 : Menghasilkan Komitmen terhadap Rencana
Praktek Spesifik 3 : 3.1 Meninjau rencana yang berpengaruh terhadap
proyek
3.2 Merekonsiliasi dan mengestimasi sumber daya
yang tersedia
3.3
Mendapatkan komitmen dari stakeholder
terkait
2.6.3 Project Monitoring and Control (PMC)
Tujuan Project Monitoring and Control adalah untuk memberikan
pemahaman mengenai kemajuan proyek sehingga tindakan koreksi dapat
diambil ketika kinerja proyek menyimpang secara signifikan dari rencana
(CMMI Product Team, 2010).
Rencana proyek di dokumentasikan
sebagai dasar untuk memonitoring, mengkomunikasikan status, dan
26 mengambil tindakan korektif. Terdapat tujuan dan praktik spesifik di
proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1 : Memantau yang melanggar rencana
Praktek Spesifik 1: 1.1 Memantau parameter dari perencanaan
proyek
1.2. Memantau komitmen
1.3 Memantau risiko proyek
1.4 Memantau manajemen data
1.5 Memantau keterlibatan stakeholder
1.6 Mengkaji secara periodik kemajuan proyek
1.7 Mengkaji pencapaian proyek dan hasil
Tujuan Spesifik 2 : Mengelola tindakan korektif untuk penutupan
Praktek Spesifik 2 : 2.1 Menganalisa isu
2.2 Melakukan tindakan koreksi
2.3 Mengelola tindakan koreksi
2.6.4 Measurement and Analysis (M&A)
Tujuan Measurement and Analysis (M&A) adalah untuk
mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pengukuran yang
digunakan untuk mendukung kebutuhan informasi manajemen (CMMI
Product Team, 2010). Daerah Pengukuran dan Analisis proses melibatkan
kegiatan sebagai berikut:
27
• Menentukan tujuan pengukuran dan analisis sehingga mereka selaras
dengan informasi kebutuhan dan proyek yang diidentifikasi, organisasi,
atau tujuan bisnis
• Menentukan langkah-langkah, teknik analisis, dan mekanisme untuk
pengumpulan data, penyimpanan data, pelaporan, dan umpan balik
• Pelaksana teknik analisis dan mekanisme untuk pengumpulan data,
pelaporan data, dan umpan balik
• Memberikan hasil yang objektif yang dapat digunakan dalam membuat
informasi keputusan dan mengambil tindakan korektif yang tepat
Integrasi pengukuran dan kegiatan analisis ke dalam proses proyek
mendukung hal berikut:
• Perencanaan tujuan dan perkiraan
• Pelacakan kemajuan aktual dan kinerja terhadap rencana dan tujuan
yang ditetapkan
• Mengidentifikasi
dan
menyelesaikan
masalah
proses
terkait.
Memberikan dasar untuk menggabungkan pengukuran ke tambahan
proses di masa depan
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1 : Menyelaraskan pengukuran dan aktivitas analisis
Praktek Spesifik 1: 1.1 Membangun Tujuan Pengukuran
1.2 Menentukan Tindakan
1.3 Tentukan Pengumpulan Data dan Prosedur
penyimpanan
1.4 Menentukan Prosedur Analisis
28 Tujuan Spesifik 2: Menyediakan Hasil Pengukuran
Praktek Spesifik 2: 2.1 Mendapatkan Pengukuran data
2.2 Menganalisis Pengukuran data
2.3 Menyimpan Data dan Hasil
2.4 Mengkomunikasikan Hasil
2.6.5 Process and Product Quality Assurance (PPQA)
Tujuan Processs and Product Quality Assurance (PPQA) adalah
untuk menyediakan staf dan manajemen dengan wawasan obyektif dalam
proses dan produk kerja terkait (CMMI Product Team, 2010). Proses area
dari proses dan jaminan kualitas produk melibatkan kegiatan sebagai
berikut:
•
Secara obyektif mengevaluasi proses yang dilakukan produk kerja
terhadap deskripsi proses, standar, dan prosedur
•
Mengidentifikasi dan mendokumentasikan masalah ketidakpatuhan
•
Memberikan umpan balik kepada staf proyek dan manajer
mengenai hasil kegiatan jaminan kualitas
•
Memastikan bahwa isu-isu pelanggaran ditangani
Proses area dari proses dan jaminan kualitas produk mendukung
pengiriman produk-produk berkualitas tinggi dengan menyediakan staf
proyek dan manajer disemua tingkatan dengan visibilitas yang tepat ke
dalam, umpan balik, proses dan terkait produk kerja sepanjang hidup
proyek. Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1 : Evaluasi Proses dan Kerja Produk secara objektif
Praktek Spesifik 1: 1.1 Evaluasi proses secara objektif
29
1.2 Evaluasi produk kerja secara objektif
Tujuan Spesifik 2 : Memberikan Pengertian yang objektif secara
mendalam
Praktek Spesifik 2 : 2.1 Mengkomunikasikan isu dan memastikan
penyelesaian atas isu ketidakpatuhan
2.2 Membuat catatan
2.6.6 Configuration Management (CM)
Tujuan dari Configuration Management (CM) adalah untuk
membangun
dan
menjaga
integritas
produk
kerja
menggunakan
identifikasi konfigurasi, kontrol konfigurasi, konfigurasi akuntansi status,
dan konfigurasi audit (CMMI Product Team, 2010). Proses area
Manajemen Konfigurasi melibatkan kegiatan sebagai berikut:
•
Mengidentifikasi konfigurasi produk kerja dipilih yang membentuk
baseline di titik tertentu pada waktunya
•
Mengontrol dan mengkonfigurasi perubahan item
•
Membangun atau menyediakan spesifikasi untuk membangun produk
kerja dari sistem manajemen konfigurasi
•
Menjaga integritas baseline
•
Memberikan Status akurat dan data konfigurasi saat ini untuk
pengembang, pengguna akhir, dan pelanggan
Produk kerja ditempatkan di bawah manajemen konfigurasi termasuk
produk yang dikirim ke pelanggan, ditunjuk kerja internal produk, produk yang
diperoleh, alat-alat, dan barang-barang lain yang digunakan dalam menciptakan
30 dan menggambarkan produk ini bekerja. Terdapat tujuan dan praktik spesifik di
proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: 1. Membangun Baseline
Praktek Spesifik 1: 1.1 Mengidentifikasi Konfigurasi Produk
1.2 Membangun Sistem Manajemen Konfigurasi
1.3 Membuat atau Merilis Baseline
Tujuan Spesifik 2: Melacak dan Mengendalikan Perubahan
Praktek Spesifik 2: 2.1 Lacak Perubahan Permintaan
2.2 Konfigurasi Pengendalian Produk
Tujuan Spesifik 3: Membangun Integritas
Praktek Spesifik 3: 3.1 Membangun Rekaman Manajemen Konfigurasi
3.2 Melakukan Audit Konfigurasi
2.6.7 Supplier Agreement Management (SAM)
Tujuan dari Supplier Agreement Management (SAM) adalah untuk
mengelola akuisisi produk dan jasa dari pemasok (CMMI Product Team, 2010).
Ruang lingkup proses area ini membahas akuisisi produk, layanan, dan
komponen produk dan layanan yang dapat disampaikan kepada pelanggan proyek
atau termasuk dalam sistem produk atau jasa. Proses area pengelolaan perjanjian
pemasok melibatkan kegiatan berikut:
•
Menentukan jenis akuisisi
•
Memilih pemasok
•
Membangun dan memelihara perjanjian dengan pemasok
•
Pelaksana perjanjian pemasok
31
•
Menerima pengiriman produk yang diperoleh
•
Memastikan keberhasilan transisi dari produk yang diakuisisi
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu
Tujuan Spesifik 1: Membuat Perjanjian Pemasok
Praktek Spesifik 1: 1.1 Menentukan Jenis Akuisisi
1.2 Memilih Pemasok
1.3 Membuat perjanjian pemasok
Tujuan Spesifik 2: Memuaskan Pemasok Perjanjian
Praktek Spesifik 2: 2.1 Jalankan Perjanjian Pemasok
2.2. Menerima Produk Acquired
2.3. Memastikan Transisi dari Produk
2.6.8 Requirements Development (RD)
Tujuan Requirements Development (RD) adalah untuk memperoleh,
menganalisis, dan membangun pelanggan, produk, dan persyaratan komponen
produk (CMMI Product Team, 2010). Proses area ini menjelaskan tiga jenis
persyaratan: persyaratan pelanggan, persyaratan produk, dan persyaratan
komponen produk. Secara bersama-sama, persyaratan ini menjawab kebutuhan
pemangku kepentingan yang relevan, termasuk kebutuhan yang berkaitan dengan
berbagai tahapan siklus hidup produk. Semua proyek pembangunan memiliki
persyaratan. Persyaratan dasar untuk desain. Pengembangan persyaratan meliputi
kegiatan sebagai berikut:
32 •
Elisitasi, analisis, validasi, dan komunikasi kebutuhan pelanggan, harapan,
dan kendala untuk memperoleh prioritas kebutuhan pelanggan yang
merupakan pemahaman tentang apa yang akan memuaskan stakeholders
•
Koleksi dan koordinasi stakeholders
•
Pengembangan persyaratan siklus hidup
•
Pembentukan produk dari pelanggan fungsional dan atribut persyaratan
kualitas
•
Pembentukan produk dan persyaratan komponen produk konsisten dengan
kebutuhan pelanggan
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu
Tujuan Spesifik 1: Mengembangkan Persyaratan Pelanggan
Praktik Spesifik 1: 1.1 Memperoleh Kebutuhan
1.2 Transform kebutuhan Stakeholder dalam
Persyaratan Pelanggan
Tujuan Spesifik 2: Mengembangkan Persyaratan Produk
Praktik Spesifik 2: 2.1 Membangun Produk dan Persyaratan Komponen
Produk
2.2 Mengalokasikan Persyaratan Komponen Produk
2.3 Mengidentifikasi Persyaratan Antarmuka
Tujuan Spesifik 3: Menganalisis dan Memvalidasi Persyaratan
Praktek Spesifik 3: 3.1 Membangun Konsep Operasional dan Skenario
3.2 Membangun definisi fungsi persyaratan dan Atribut
kualitas
3.3 Menganalisis Persyaratan
33
3.4 Menganalisis Persyaratan untuk Mencapai Keseimbangan
3.5 Validasi Persyaratan
2.6.9 Technical Solution (TS)
Tujuan Technical Solution (TS) adalah untuk memilih, merancang, dan
mengimplementasikan solusi untuk kebutuhan (CMMI Product Team, 2010).
Solusi, desain, dan implementasi meliputi produk, komponen produk, dan produk
terkait siklus hidup proses baik secara tunggal atau dalam kombinasi yang sesuai.
Proses area Solusi Teknis berlaku pada setiap tingkat arsitektur produk dan setiap
produk, komponen produk, dan proses siklus hidup produk terkait. Sepanjang
proses area, di mana istilah "produk" dan "komponen produk" yang digunakan,
artinya dimaksudkan juga meliputi layanan, sistem pelayanan, dan komponen
mereka. Proses area ini berfokus pada berikut:
•
Mengevaluasi dan memilih solusi (kadang-kadang disebut sebagai "desain
pendekatan, " konsep desain”, "atau" desain awal ") yang berpotensi
memenuhi set tepat dialokasikan fungsional dan kualitas atribut
persyaratan
•
Mengembangkan desain rinci untuk solusi yang dipilih
•
Menerapkan desain sebagai produk atau produk komponen
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Pilih Komponen Produk Solusi
Praktek Spesifik 1: 1.1 Mengembangkan Solusi Alternatif dan Kriteria
Seleksi
1.2. Pilih Produk Komponen Solusi
34 Tujuan Spesifik 2: Mengembangkan Desain
Praktek Spesifik 2: 2.1 Desain Produk atau Produk Komponen
2.2 Membangun Paket Data Teknis
2.3 Antarmuka Desain Menggunakan Kriteria
2.4 Evaluasi komponen produk yang harus di
kembangkan,
dibeli,
atau
digunakan
lagi
berdasarkan kriteria
Tujuan Spesifik 3: Menerapkan Perancangan Produk
Praktek Spesifik 3: 3.1 Melaksanakan Perancangan
3.2 Mengembangkan dukungan produk Dokumentasi
2.6.10 Product Integration (PI)
Tujuan dari Produk Integration (PI) adalah untuk merakit produk dari komponen
produk, memastikan bahwa produk terintegrasi, berperilaku baik (yaitu, memiliki
fungsi yang diperlukan dan atribut kualitas), dan mengirimkan produk (CMMI
Product Team, 2010). Proses area ini membahas integrasi komponen produk ke
lebih komponen produk yang kompleks atau menjadi produk yang lengkap.
Sebuah aspek penting dari integrasi produk adalah manajemen interface internal
dan eksternal dari produk dan komponen produk untuk memastikan kompatibilitas
antara interface. Interface ini tidak terbatas pada user interface, tetapi juga
berlaku untuk interface antara komponen produk, termasuk sumber internal dan
eksternal data, middleware, dan komponen lain yang mungkin atau mungkin tidak
berada dalam kendali organisasi pengembangan tetapi dibutuhkan produk.
35
Perhatian harus dibayar untuk manajemen interface seluruh proyek. Terdapat 3
tujuan dan 9 praktik spesifik dalam proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Siapkan Integrasi Produk
Praktek Spesifik 1: 1.1 Membangun Strategi Integrasi
1.2 Membangun Integrasi Produk Lingkungan
1.3 Membangun Prosedur Integrasi Produk dan
Kriteria
Tujuan Spesifik 2: Pastikan Kompatibilitas Antarmuka
Praktek Spesifik 2: 2.1 Ulasan Antarmuka Deskripsi untuk Kelengkapan
2.2. Mengelola Antarmuka
Tujuan Spesifik 3: Merakit Komponen Produk dan Memberikan Produk
Praktik Spesifik 3: 3.1 Konfirmasi Kesiapan Komponen Produk untuk
Integrasi
3.2 Merakit Komponen Produk
3.3 Mengevaluasi Rakitan Komponen Produk
3.4 Paket dan Memberikan Produk atau Produk
Komponen
2.6.11 Verification (VER)
Tujuan Verifikasi (VER) adalah untuk memastikan bahwa produk kerja
yang dipilih dan ditentukan memenuhi kebutuhan (CMMI Product Team, 2010).
Proses area verifikasi melibatkan berikut: verifikasi persiapan, kinerja verifikasi,
dan identifikasi tindakan perbaikan. Praktik spesifik proses area ini membangun
satu sama lain dengan cara sebagai berikut:
36 •
Memilih Produk Kerja untuk Verifikasi praktek tertentu dan
memungkinkan
identifikasi
produk
pekerjaan
yang
harus
diverifikasi, metode yang akan digunakan untuk melakukan
verifikasi, dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masingmasing produk kerja yang dipilih.
•
Membangun praktek tertentu Verifikasi Lingkungan yang
memungkinkan penentuan lingkungan yang akan digunakan untuk
melaksanakan verifikasi.
•
Menetapkan Prosedur Verifikasi dan Kriteria praktek tertentu
yang memungkinkan pengembangan prosedur verifikasi dan
kriteria yang sesuai dengan produk kerja yang dipilih, persyaratan,
metode, dan karakteristik lingkungan verifikasi.
•
Melakukan Verifikasi praktek tertentu menurut metode yang
tersedia, prosedur, dan kriteria.
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Siapkan untuk Verifikasi
Praktek Spesifik 1: 1.1 Pilih Produk Kerja untuk Verifikasi
1.2 Membangun Lingkungan Verifikasi
1.3 Membangun Prosedur Verifikasi dan Kriteria
Tujuan Spesifik 2: Melaksanakan Peer Reviews
Praktek Spesifik 2: 2.1 Mempersiapkan Peer Reviews
2.2 Melaksanakan Peer Reviews
2.3 Menganalisis Peer Reviews data
Tujuan Spesifik 3: Verifikasi produk kerja yang dipilih
37
Praktek Spesifik 3: 3.1 Melakukan Verifikasi
3.2 Menganalisis Hasil Verifikasi
2.6.12 Validation (VAL)
Tujuan validation (VAL) adalah untuk menunjukkan bahwa produk atau
komponen produk memenuhi tujuan penggunaannya ketika ditempatkan di
lingkungan yang dimaksudkan (CMMI Product Team, 2010). Kegiatan validasi
dapat diterapkan untuk semua aspek produk dalam lingkungan yang dimaksudkan,
seperti operasi, pelatihan, manufaktur, pemeliharaan, dan layanan dukungan.
Metode yang digunakan untuk mencapai validasi dapat diterapkan untuk produk
kerja serta produk komponen. Ketika masalah validasi diidentifikasi, mereka
disebut proses terkait dengan Pembangunan Persyaratan, Solusi Teknis, atau
Pemantauan proyek dan daerah proses kontrol untuk resolusi. Praktik spesifik
daerah proses ini membangun satu sama lain dengan cara sebagai berikut:
•
Pilih Produk untuk Validasi praktek tertentu yang memungkinkan
identifikasi produk atau komponen produk yang akan divalidasi dan
metode yang akan digunakan untuk melakukan validasi.
•
Membangun praktek tertentu Lingkungan Validasi memungkinkan
penentuan lingkungan yang akan digunakan untuk melaksanakan validasi.
•
Menetapkan
Prosedur
Validasi
dan
Kriteria
praktek
tertentu
memungkinkan pengembangan prosedur validasi dan kriteria yang sesuai
dengan karakteristik produk yang dipilih, kendala pelanggan pada validasi,
metode, dan lingkungan validasi.
38 •
Melakukan Validasi praktek tertentu memungkinkan kinerja validasi
sesuai dengan metode, prosedur, dan kriteria.
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu
Tujuan Spesifik 1: Siapkan untuk Validasi
Praktek Spesifik 1: 1.1 Pilih Produk untuk Validasi
1.2 Membangun Lingkungan Validasi
1.3 Membangun Prosedur Validasi dan Kriteria
Tujuan Spesifik 2: Validasi Produk atau Komponen Produk
Praktek Spesifik 2: 2.1 Lakukan Validasi
2.2 Menganalisis Hasil Validasi
2.6.13 Organizational Process Focus (OPF)
Tujuan Organizational Process Focus (OPF) adalah merencanakan,
melaksanakan, dan menyebarkan perbaikan proses organisasi berdasarkan
pemahaman kekuatan dan kelemahan dari proses organisasi dan aset proses saat
ini (CMMI Product Team, 2010). Proses organisasi mencakup semua proses yang
digunakan oleh organisasi dan proyek-proyeknya. Perbaikan proses organisasi dan
aset proses diperoleh dari berbagai sumber, termasuk pengukuran proses,
pelajaran dalam melaksanakan proses, hasil penilaian proses, hasil kegiatan
produk dan evaluasi pelayanan, hasil evaluasi kepuasan pelanggan, hasil
benchmarking terhadap proses organisasi lain, dan rekomendasi dari inisiatif
perbaikan lainnya dalam organisasi. Perbaikan proses terjadi dalam konteks
kebutuhan organisasi dan digunakan untuk mengatasi tujuan organisasi.
Organisasi mendorong partisipasi dalam kegiatan perbaikan proses oleh mereka
39
yang melakukan proses. Tanggung jawab untuk memfasilitasi dan mengelola
kegiatan perbaikan proses organisasi, termasuk koordinasi partisipasi orang lain,
biasanya ditugaskan untuk kelompok proses. Organisasi memberikan komitmen
jangka panjang dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mensponsori kelompok
ini dan untuk memastikan penyebaran yang efektif dan perbaikan tepat waktu.
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Tentukan Peluang Perbaikan Proses
Praktek Spesifik 1: 1.1 Membangun kebutuhan Proses Organisasi
1.2 Menilai Proses Organisasi
1.3 Mengidentifikasi Perbaikan Proses Organisasi
Tujuan Spesifik 2: Merencanakan dan Melaksanakan Proses Tindakan
Praktek Spesifik 2: 2.1 Membangun proses rencana tindakan
2.2 Menerapkan Proses rencana tindakan
Tujuan Spesifik 3: Deploy aset proses organisasi dan Memasukkan
Pengalaman
Praktek Spesifik 3: 3.1 Deploy aset proses organisai
3.2 Deploy proses standar
3.3 Memantau Implementasi
3.4 Memasukkan Pengalaman menjadi Aset Proses
Organisasi
2.6.14 Organizational Process Definition (OPD)
Tujuan
Organizational
Process
Definition
(OPD)
adalah
untuk
membangun dan memelihara satu set proses aset organisasi, standar lingkungan
40 kerja, aturan dan pedoman bagi tim (CMMI Product Team, 2010). Aset proses
organisasi memungkinkan eksekusi proses yang konsisten di seluruh organisasi
dan menyediakan dasar untuk kumulatif, manfaat jangka panjang bagi organisasi.
Perpustakaan aset proses organisasi mendukung pembelajaran organisasi dan
perbaikan proses dengan memungkinkan berbagi praktik terbaik dan pelajaran di
seluruh organisasi. Set organisasi proses standar juga menjelaskan interaksi
standar dengan pemasok. Pemasok interaksi ditandai dengan item khas berikut:
kiriman diharapkan dari pemasok, kriteria penerimaan berlaku untuk orang-orang
kiriman, standar (misalnya, arsitektur dan teknologi standar), dan tonggak standar
dan ulasan kemajuan. Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Membangun Aset Proses Organisasi
Praktek Spesifik 1:1.1 Membangun Proses Standar
1.2 Membangun Deskripsi Siklus Hidup Model
1.3 Membangun Kriteria dan Pedoman
1.4 Membangun Organisasi Pengukuran Repository
1.5 Membangun Proses Organisasi Aset Perpustakaan
1.6 Membangun Standar Lingkungan Kerja
1.7 Membangun Aturan dan Pedoman Tim
2.6.15 Organizational Training (OT)
Tujuan dari Organizational Training (OT) adalah untuk mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan orang sehingga mereka dapat melakukan peran
mereka secara efektif dan efisien (CMMI Product Team, 2010). Pelatihan
Organisasi disediakan untuk mendukung tujuan bisnis strategis organisasi dan
41
untuk memenuhi pelatihan taktis kebutuhan yang umum di seluruh proyek dan
kelompok pendukung. Kebutuhan pelatihan diidentifikasi oleh proyek-proyek
individu dan kelompok dukungan untuk memenuhi spesifik kebutuhan mereka
kebutuhan ditangani di tingkat proyek, kelompok pendukung dan luar lingkup
proses area Pelatihan Organisasi. Mengacu pada proses area Perencanaan Proyek
untuk informasi lebih lanjut tentang perencanaan diperlukan pengetahuan dan
keterampilan. Sebuah program pelatihan organisasi melibatkan kegiatan berikut:
•
Mengidentifikasi pelatihan yang dibutuhkan oleh organisasi
•
Mendapatkan dan memberikan pelatihan untuk memenuhi
kebutuhan mereka
•
Membangun dan memelihara kemampuan
•
Pelatihan dan Pemeliharaan rekaman pelatihan
•
Menilai efektivitas pelatihan
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Membangun Kapabilitas Pelatihan Organisasi
Praktek Spesifik 1: 1.1 Membangun Kebutuhan Pelatihan Strategis
1.2
Menentukan
Kebutuhan
Pelatihan
Apakah
Tanggung Jawab Organisasi
1.3 Membangun Pelatihan Organisasi Rencana Taktis
1.4 Membangun Kapabilitas Pelatihan
Tujuan Spesifik 2: Menyediakan Pelatihan
Praktek Spesifik 2: 2.1 Memberikan Pelatihan
2.2 Membangun Pelatihan Rekaman
2.3 Menilai Efektivitas Pelatihan
42 2.6.16 Integrated Project Management (IPM)
Tujuan dari Integrated Project Management (IPM) adalah untuk
membangun dan mengelola proyek dan keterlibatan pemangku kepentingan yang
relevan sesuai dengan proses yang terintegrasi dan didefinisikan yang disesuaikan
dengan pengaturan proses standar dari organisasi (CMMI Product Team, 2010).
Manajemen Proyek Terpadu melibatkan kegiatan sebagai berikut:
•
Membangun
prose
terdefinisi
di
startup
proyek
dengan
menyesuaikan set organisasi proses standar
•
Mengelola proyek dengan menggunakan proses terdefinisi
•
Membangun lingkungan kerja untuk proyek berdasarkan standar
lingkungan kerja organisasi
•
Membangun tim yang bertugas untuk mencapai tujuan proyek
•
Menggunakan dan berkontribusi terhadap aset proses organisasi
•
Mengaktifkan kekhawatiran pemangku kepentingan 'diidentifikasi,
dianggap,dan, bila perlu, dibahas selama proyek
•
Memastikan bahwa para pemangku kepentingan relevan (1)
melakukan tugas-tugas mereka, terkoordinasi dan tepat waktu; (2)
persyaratan alamat proyek, rencana, tujuan, masalah, dan risiko;
(3) memenuhi komitmen mereka; dan (4) mengidentifikasi,
melacak, dan menyelesaikan masalah koordinasi
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Gunakan proses proyek yang ditetapkan
Praktek Spesifik 1: 1.1 Membangun proses proyek yang ditetapkan
43
1.2 Gunakan Proses Organisasi Aset untuk Proyek
Perencanaan Kegiatan
1.3 Membangun Lingkungan Kerja Proyek
1.4 Mengintegrasikan Rencana
1.5 Mengelola Proyek Menggunakan Rencana Terpadu
1.6 Membangun Tim
1.7 Berkontribusi Aset Proses Organisasi
Tujuan Spesifik 2: Mengkoordinasikan dan Berkolaborasi dengan
Stakeholder yang relevan
Praktik Spesifik 2 : 2.1 Mengelola Stakeholder yang terlibat
2.2 Mengelola Dependensi
2.3 Koordinasi Penyelesaian Masalah
2.6.17 Risk Management (RSKM)
Tujuan dari Risk Management (RSKM) adalah untuk mengidentifikasi
potensi masalah sebelum terjadi sehingga kegiatan penanganan risiko dapat
direncanakan dan dilakukan sesuai kebutuhan di kehidupan produk atau proyek
untuk mengurangi dampak negatif pada pencapaian tujuan (CMMI Product Team,
2010). Manajemen risiko dilakukan terus menerus, ke depannya proses ini
merupakan bagian penting dari manajemen proyek. Manajemen risiko harus
mengatasi masalah yang bisa membahayakan pencapaian tujuan penting.
Pendekatan manajemen risiko secara efektif mengantisipasi dan mengurangi
resiko yang memiliki dampak penting pada sebuah proyek. Manajemen risiko
yang efektif meliputi identifikasi risiko awal dan agresif melalui kerja sama dan
44 keterlibatan pemangku kepentingan terkait seperti dijelaskan dalam rencana
keterlibatan stakeholder dibahas dalam Proyek Perencanaan proses area.
Kepemimpinan yang kuat di antara semua pemangku kepentingan yang relevan
diperlukan untuk membangun lingkungan yang bebas dan terbuka dalam
pengungkapan dandiskusi risiko.
Manajemen risiko dapat dibagi menjadi bagian-bagian berikut:
•
Mendefinisikan strategi manajemen risiko
•
Mengidentifikasi dan menganalisa risiko
•
Penanganan risiko yang teridentifikasi, termasuk pelaksanaan
mitigasi risiko yang perlu direncanakan
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Menyiapkan Manajemen Risiko
Praktek Spesifik 1 : 1.1 Menentukan Sumber Risiko dan Kategori
1.2 Menentukan Parameter Risiko
1.3 Membangun Strategi Manajemen Risiko
Tujuan Spesifik 2 : Mengidentifikasi dan Menganalisis Risiko
Praktek Spesifik 2: 2.1 Mengidentifikasi Risiko
2.2 Mengevaluasi, Mengkategorikan, dan
Memprioritaskan Risiko
Tujuan Spesifik 3: Mengurangi Risiko
Praktek Spesifik 3: 3.1 Mengembangkan Rencana Mitigasi Risiko
3.2 Menerapkan Rencana Mitigasi Risiko
45
2.6.18 Decision Analysis and Resolution (DAR)
Tujuan Decision Analysis and Resolution (DAR) adalah untuk
menganalisis keputusan yang mungkin digunakan dalam proses evaluasi formal
yang mengevaluasi alternatif teridentifikasi dari kriteria yang ditetapkan (CMMI
Product Team, 2010). Analisis Keputusan dan proses resolusi area melibatkan
pedoman untuk menentukan masalah yang harus tunduk terhadap proses evaluasi
formal dan menerapkan proses evaluasi formal untuk masalah ini. Sebuah proses
evaluasi formal adalah pendekatan terstruktur untuk mengevaluasi solusi alternatif
terhadap kriteria yang ditetapkan untuk menentukan solusi direkomendasikan.
Sebuah proses evaluasi formal yang melibatkan tindakan berikut:
•
Menetapkan kriteria untuk mengevaluasi alternatif
•
Mengidentifikasi alternatif solusi
•
Memilih metode untuk mengevaluasi alternatif
•
Mengevaluasi solusi alternatif menggunakan kriteria dan metode yang
telah ditetapkan
•
Memilih rekomendasi solusi dari alternatif berdasarkan kriteria evaluasi
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Evaluasi Alternatif
Praktek Spesifik 1: 1.1 Membangun Pedoman Analisis Keputusan
1.2 Membangun Kriteria Evaluasi
1.3 Mengidentifikasi Solusi Alternatif
1.4 Memilih Metode Evaluasi
1.5 Mengevaluasi Alternatif Solusi
1.6 Memilih Solusi
46 2.6.19 Organizational Process Performance (OPP)
Tujuan Organizational Process Performance (OPP) adalah untuk
membangun dan mempertahankan pemahaman kuantitatif kinerja proses yang
dipilih dalam organisasi dan diatur dari proses standar sebagai dukungan
mencapai sasaran mutu dan kinerja proses untuk menyediakan data kinerja proses,
baseline, dan model untuk mengelola kuantitatif proyek organisasi (CMMI
Product Team, 2010). Proses area kinerja organisasi melibatkan kegiatan sebagai
berikut:
•
Membangun kualitas dan kinerja proses tujuan kuantitatif organisasi
berdasarkan tujuan bisnis
•
Proses atau subproses untuk kinerja proses analisis
•
Menetapkan definisi dari langkah-langkah yang akan digunakan dalam
proses analisis kinerja
•
Menetapkan baseline kinerja proses dan model kinerja proses
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Menetapkan Baseline Kinerja dan Model
Praktek Spesifik1: 1.1 Menetapkan kualitas dan tujuan kinerja proses
1.2 Memilih Proses
1.3 Menetapkan pengukuran kinerja proses
1.4 Menganalisa kinerja dari proses dan menetapkan
baseline kinerja proses
1.5 Menetapkan dan mengelola model kinerja proses
47
2.6.20 Quantitative Project Management (QPM)
Tujuan Quantitative Project Management (QPM) adalah mengelola
proyek secara kuantitatif untuk mencapai kualitas dan proses kinerja proyek
(CMMI Product Team, 2010). Proses area Kuantitatif Manajemen Proyek
melibatkan kegiatan sebagai berikut:
•
Membangun dan mempertahankan kualitas dan proses kinerja proyek
•
Menyusun proses yang ditetapkan untuk proyek untuk membantu
mencapai kualitas dan proses kinerja proyek
•
Memilih subproses dan atribut penting untuk pemahaman kinerja dan
membantu untuk mencapai kualitas dan proses kinerja proyek
•
Memilih tindakan dan teknik analisis yang akan digunakan dalam
manajemen kuantitatif Pemantauan kinerja subproses dipilih menggunakan
statistik dan teknik kuantitatif lainnya
•
Mengelola proyek dengan menggunakan teknik kuantitatif statistik dan
lainnya untuk menentukan tujuan proyek untuk kualitas dan proses kinerja
yang memuaskan
•
Menganalisis akar penyebab masalah dalam kinerja dalam mencapai
kualitas dan proses kinerja proyek
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Menyiapkan Manajemen Kuantitatif
Praktek Spesifik 1: 1.1 Membangun Tujuan Proyek
1.2 Menyusun proses yang ditetapkan
1.3 Memilih subproses dan atribut kritis
1.4 Memilih pengukuran dan teknik analisa
48 Tujuan Spesifik 2 : Mengelola Proyek Kuantitatif
Praktek Spesifik 2 : 2.1 Memantau kinerja dari subproses terpilih
2.2 Mengelola kinerja proyek
2.3 Melakukan analisa root cause
2.6.21 Organizational Performance Management (OPM)
Tujuan Organizational Performance Management (OPM) adalah untuk
proaktif mengelola kinerja organisasi untuk memenuhi tujuan bisnisnya (CMMI
Product Team, 2010). Proses area Kinerja Organisasi Manajemen memungkinkan
organisasi untuk mengelola kinerja organisasi dengan menganalisis data proyek
yang dikumpulkan, mengidentifikasi kesenjangan dalam kinerja terhadap tujuan
bisnis, dan memilih perbaikan untuk menutup kesenjangan. Perbaikan mengacu
semua ide-ide yang akan mengubah proses, teknologi organisasi, dan kinerja
untuk lebih memenuhi tujuan bisnis organisasi dan tujuan kinerja kualitas dan
proses terkait. Hal yang diatasi proses area ini untuk mencapai tujuan bisnis
meliputi:
•
Peningkatan kualitas produk (misalnya, fungsi, kualitas atribut)
•
Peningkatan produktivitas
•
Peningkatan efisiensi dan efektivitas proses
•
Peningkatan konsistensi dalam anggaran pertemuan dan jadwal
•
Penurunan pengembangan waktu siklus
•
Pelanggan yang lebih besar dan kepuasan pengguna akhir
•
Pengembangan atau waktu produksi yang lebih singkat untuk mengubah
fungsi, menambahkan fitur baru, atau beradaptasi dengan teknologi baru
•
Peningkatan kinerja rantai pasokan yang melibatkan beberapa pemasok
49
•
Peningkatan penggunaan sumber daya di seluruh organisasi
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik : 1. Mengelola Kinerja Bisnis
Praktek Spesifik 1: 1.1. Mempertahannkan Tujuan Bisnis
1.2. Menganalisis data kinerja proses
1.3.Mengidentifikasi potensi proses area untuk
peningkatan
Tujuan Spesifik 2: Memilih Perbaikan
Praktek Spesifik 2: 2.1 Memperoleh atau mengkategorikan perbaikan yang
disarankan
2.2 Menganalisis perbaikan yang disarankan
2.3 Memvalidasi perbaikan
2.4Memilih
dan
melaksanakan
perbaikan
untuk
penyebaran ke seluruh organisasi
Tujuan Spesifik 3: Tujuan Perbaikan
Praktik Spesifik 3: 3.1 Rencana peningkatan
3.2 Mengelola peningkatan
3.3 Mengevaluasi dampak dari penyebaran peningkatan
2.6.22 Causal Analysis and Resolution (CAR)
Tujuan
Causal
Analysis
and
Resolution
(CAR)
adalah
untuk
mengidentifikasi penyebab hasil yang dipilih dan mengambil tindakan untuk
meningkatkan kinerja proses (CMMI Product Team, 2010). Analisis kausal dan
resolusi proses area mencegah terjadinya cacat produk atau masalah dan
50 mengidentifikasi secara tepat dalam menggabungkan sumber kinerja proses
utama. Analisis kausal dan Resolusi proses area melibatkan kegiatan sebagai
berikut:
•
Mengidentifikasi dan menganalisis penyebab hasil yang dipilih. Hasil
yang dipilih dapat mewakili cacat dan masalah yang dapat dicegah terjadi
di masa depan atau kesuksesan yang dapat diimplementasikan diproyek
atau organisasi.
•
Mengambil tindakan untuk menyelesaikan hal berikut:
o Hapus penyebab dan mencegah terulangnya jenis-jenis cacat dan
masalah di masa depan
o Secara proaktif menganalisis data untuk mengidentifikasi potensi
masalah dan mencegah masalah terjadi
o Memasukkan
penyebab
keberhasilan
dalam
proses
untuk
meningkatkan kinerja proses di masa depan
Terdapat tujuan dan praktik spesifik di proses area ini yaitu:
Tujuan Spesifik 1: Tentukan penyebab hasil yang dipilih
Praktek Spesifik : 1.1 Memilih hasil yang akan di analisa
1.2 Menganalisis Penyebab
Tujuan Spesifik 2: Melihat penyebab dari hasil yang terpilih
Praktek Spesifik: 2.1 Menerapkan usulan tindakan
2.2
Mengevaluasi
pengaruh
dari
tindakan
diterapkan
2.3 Mencatat data analisa kausal dan resolusi
yang
51
2.7.
Penentuan Jumlah Sampel Proyek
Pengerjaan proyek pengembangan aplikasi di dalam sebuah
organisasi mungkin dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung oleh
beberapa karakteristik seperti dibawah ini (O’Toole, Pat., 2012);
1. Proyek kecil mungkin dilakukan secara berbeda dibandingkan dengan
proyek yang besar.
2. Proyek yang dikerjakan oleh tim yang berada dikantor pusat mungkin
dilakukan dengan metodologi yang berbeda dengan yang dikerjakan oleh
tim yang berada di cabang/lokasi lain,dst.
Dalam melakukan pemilihan samperl proyek pengembangan
aplikasi, langkah awal yang perlu dilakukan adalah memetakan proyek
menggunakan sampling factor. Terdapat beberapa sampling factor yang
harus dipertimbangkan yaitu sebagai berikut (SCAMPI Upgrade Team,
2011)
1. Lokasi (misal: kantor pusat, kantor cabang),
2. Pelangan (misal: pemerintah, swasta/komersil),
3. Ukuran (misal: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang),
4. Struktur Organisasi (misal: unit, departemen),
5. Tipe pekerjaan (misal: pengembangan aplikasi, maintenance).
Sampling factor memberikan pandangan mengenai ragam cara
kerja yang dilakukan dalam perusahaan. Untuk setiap sampling factor,
perlu dipastikan apakah pengaturan yang berbeda atas faktor tersebut
mempengaruhi cara kerja perusahaan. Jika ya, maka sampling factor
52 tersebut relevan untuk digunakan. Namun, jika tidak maka sampling
factor tersebut tidak relevan untuk digunakan.
Pemetaan proyek pengembangan aplikasi kepada sampling factor
berguna untuk mendapatkan informasi jumlah subgroup yang ada.
Subgroup adalah sebuah cluster dari proyek yang saling memiliki
kesamaan nilai sampling factor dan menunjukkan penerapan proses yang
sama (O’Toole, Pat.,2012).
Proses selanjutnya setelah mengetahui jumlah subgroup adalah
memasukkan variabel-variabel terkait kedalam formula sampling dibawah
untuk mengetahui berapa jumlah minumum sampel proyek yang
dibutuhkan dalam melakukan pengukuran.
Minimum number of basic units to be selected from a given subgroup
Number of subgroups Number of
basic units in the given subgroup
Total number
Of basic units
Gambar 2.5 Formula Sampling
(Sumber SCAMPI Upgrade Team,2011)
2.8.
Pengukuran Kepatuhan Proses area CMMI
Kriteria pengukuran yang digunakan untuk setiap proses
pengembangan aplikasi dalam penelitian ini menggunakan SCAMPI
(Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement) yang dirancang
untung memberikan ukuran relatif terhadap model CMMI. SCAMPI sebagai
metode
benchmarking
penilaian,
bergantung
pada
informasi
yang
53
dikumpulkan dan dibuktikan dengan bukti objektif (SCAMPI Upgrade Team,
2011). Kajian dilakukan terhadap dokumentasi proses, standar, dan prosedur
yang digunakan oleh organisasi sebagai landasan setiap proses pengembangan
applikasi terhadap spesifik praktik yang ada pada setiap proses area CMMI
untuk mengetahui apakah proses pengembangan aplikasi telah memenuhi
tujuan dari tiap proses area. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2. 2 Kriteria Pengukuran
(Sumber SCAMPI Upgrade Team,2011)
Kriteria Fully Implemented (FI) Pengertian Bukti dan/atau afirmasi yang tersedia dinilai cukup untuk menerapkan praktik ,dan tidak ada kelemahan yang ditemukan Largely Implemented (LI) Bukti dan/atau afirmasi tersedia dinilai cukup untuk menerapkan praktik, dan terdapat satu atau lebih kelemahan yang ditemukan Partially Implemented (PI)
Sebagian atau seluruh data yang dibutuhkan tidak ditemukan atau dinilai tidak mencukupi, sebagian data yang diberikan tidak mendukung kesimpulan bahwa sebagian praktik telah diterapkan, dan satu atau lebih kelemahan ditemukan Not Implemented (NI) Sebagian atau seluruh data yang dibutuhkan tidak ditemukan atau dinilai tidak mencukupi, data yang 54 diberikan tidak mendukung kesimpulan bahwa praktik telah diterapkan, dan satu atau lebih kelemahan ditemukan Not Yet (NY) Unit dasar atau fungsi pendukung belum mencapai tingkat dalam alur kerja, atau dari segi waktu dalam melakukan praktik. 
Download