BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, semakin banyak orang menjalani perubahan gaya hidup terutama pola makan dan olahraga yang tidak teratur. Ketergantungan akan makanan cepat saji dan konsumsi makanan tinggi lemak menyebabkan peningkatan resiko terjadinya obesitas. Obesitas merupakan faktor pemicu timbulnya penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis. Hal ini dikarenakan pada orang yang obesitas biasanya memilki kadar kolesterol yang tinggi (Azwar, 2004). Kolesterol tinggi merupakan masalah kesehatan yang serius mempengaruhi hampir 50 juta orang Amerika. Kolesterol merupakan dan faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan pembuluh darah. Kolesterol yang berada dalam makanan yang kita makan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Tetapi, sejauh asupan ini seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Kolesterol tidak larut dalam cairan darah, untuk itu agar dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu dikemas bersama protein menjadi partikel yang disebut Lipoprotein (Mason et al, 2008). Kolesterol diperlukan oleh tubuh manusia untuk menjaga fluiditas membran sel, komunikasi antar sel, pembuatan berbagai jenis hormon dan vitamin D (Mayes et al, 2001). Kolesterol yang berlebih dalam darah bisa menyebabkan masalah jangka panjang seperti aterosklerosis hingga penyakit kardiovaskuler (Widowati, 2007). Penyakit jantung aterosklerosis adalah pembunuh nomor satu bangsa Amerika 1 2 setiap tahunnya sejak tahun 1921. Penyakit ini disebabkan penumpukan kolesterol dalam bentuk low density lipoproptein di pembuluh darah sehingga menimbulkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah jantung (Mason et al, 2008). Penelitian Interheart (2004) seperti yang dikutip oleh Bull & Morrel (2007) pada 52 negara yang mencakup 30000 orang menunjukkan bahwa hampir 50% serangan jantung dapat dikaitkan dengan kadar kolesterol darah yang abnormal. Orang dengan kadar kolesterol yang abnormal, tiga kali lebih mudah mendapat serangan jantung dan penyakit kardiovaskuler lain dibandingkan mereka yang memiliki kadar kolesterol normal. Pada tahun 2003 di Inggris lebih dari 114000 orang meninggal akibat penyakit jantung koroner, 233000 orang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler dan 259500 orang mengalami serangan jantung. Hal serupa juga terjadi di Indonesia, menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 1991 angka kematian penduduk Indonesia karena penyakit jantung koroner sebesar 16% dan pada tahun 2001 melonjak menjadi 26,3% (Sunaryo, dkk, 1985). Penyakit jantung koroner dan aterosklerosis dalam pengobatannya membutuhkan jangka waktu yang panjang dan konsumsi obat yang teratur. Pengobatan awal yang biasanya diberikan adalah terapi penurunan kadar kolesterol terutama low density lipoprotein dalam darah. Kadar kolesterol yang tinggi dapat diturunkan dengan levostatin dan simvastatin. Pengobatan dengan menggunakan simvastatin ternyata tidak bisa dilakukan pada penderita yang mengalami diabetes melitus yang tidak terkontrol, hipotiroid, sindrom nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif, terapi dengan obat immunosupresan dan alkoholism. Hal ini menyebabkan obat ini tidak bisa diaplikasikan secara penuh 3 pada semua pasien (Septiriyan, 2012). Disamping itu, levostatin dan simvastatin merupakan obat penurun kolesterol yang mahal dan belum terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Pencarian obat hipolipidemia terutama yang berasal dari alam sangat giat dilakukan. Obat-obatan dari alam ini selain murah dan mudah didapat, juga memiliki efek samping yang kecil sehingga relatif aman jika dibandingkan dengan obat-obatan sintetis. Tumbuhan merupakan sumber senyawa kimia, baik yang sudah diketahui jenisnya maupun yang belum diketahui jenisnya, dimana banyak diantaranya berpotensi sebagai bahan dasar obat-obatan (Dachriyanus et al, 2007). Salah satu tumbuhan yang dapat berpotensi sebagai obat hipolipidemia adalah jamblang (Syzygium cumini). Tumbuhan jamblang di Indonesia saat ini tergolong ke dalam tumbuhan langka. Kurangnya pembudidayaan tumbuhan tersebut, merupakan salah satu faktor utama terkait dengan kelangkaannya. Kulit buah jamblang mengandung antosianin yang mampu berperan sebagai penangkal radikal bebas. Selain antosianin, kulit buah jamblang mengandung zat-zat antara lain Vitamin C, Vitamin A, Riboflavin, kolin, asam folat, asam amino. Menurut penelitian yang sudah dilakukan, pigmen antosianin dan senyawa-senyawa flavonoid lainnya terbukti memiliki efek positif terhadap kesehatan (Bridle dan Timberlake, 1997). Banyak bukti telah menunjukkan bahwa antosianin tidak beracun (non-toxic) serta tidak menimbulkan efek mutagenik (Saija, 1994). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Safitri pada tahun 2012, minuman sari buah jamblang dalam 100 ml memiliki aktivitas antioksidan setara dengan 74 mg vitamin C, dimana antosianin memiliki kontribusi paling besar pada aktivitas 4 antioksidan minuman sari kulit buah jamblang dibandingkan vitamin C dan senyawa fenol. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Leimena, 2008 menyebutkan bahwa kulit buah jamblang mengandung antosianin yang tinggi dan tidak ditemukan adanya senyawa fenol dan vitamin C dalam kulit kuah jamblang. Penelitian tentang antosianin yang dilakukan oleh Herawati (2013) menunjukkan bahwa antosianin dari ubi jalar ternyata mampu meningkatkan kadar antioksidan dalam tubuh tikus serta menurunkan kadar glukosa dalam tubuh tikus. Peningkatan jumlah antioksidan di dalam tubuh akan dapat menurunkan resiko penempelan kolesterol di pembuluh darah jantung. Berdasarkan kemampuan antosianin dari kulit buah jamblang sebagai antioksidan yang sangat baik bagi tubuh manusia dan pemanfaatannya yang kurang di masyarakat maka penulis melakukan penelitian untuk menguji kemampuan antosianin dalam kulit buah jamblang dalam menurunkan low density lipoprotein pada tikus galur wistar yang mengalami hiperkolesterolemia secara invivo. 1.2 Rumusan Masalah 1. Antosianin jenis apa yang terdapat dalam ekstrak kulit buah jamblang ? 2. Berapakah kandungan antosianin total dalam kulit buah jamblang ? 3. Apakah antosianin kulit buah jamblang dapat menurunkan low density lipoprotein (LDL) dan menaikkan high density lipoprotein (HDL) setelah pemberian ekstrak antosianin dari jamblang pada tikus galur wistar yang mengalami hiperkolesterolemia? 5 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui jenis antosianin yang terdapat dalam ekstrak kulit buah jamblang 2. Mengetahui kadar antosianin total dalam ekstrak kulit buah jamblang 3. Mengetahui kemampuan antosianin dalam kulit buah jamblang sebagai penurun Low Density Lipoprotein (LDL) sekaligus peningkat High Density Lipoprotein (HDL) pada tikus galur wistar yang mengalami hiperkolesterolemia 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Menambah khasanah ilmu di bidang pengolahan bahan alam sebagai alternatif obat yang aman dikunsumsi serta tidak menimbulkan adanya efek samping bagi manusia 2. Bagi masyarakat Memberi informasi pada masyarakat tentang manfaat lain dari kulit buah jamblang sebagai antikolesterol terutama low density lipoprotein (LDL) selain hanya sebagai buah untuk dikonsumsi, sehingga masyarakat akan mulai membudidayakan tumbuhan ini