”PENINGKATAN NILAI HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DIBANTU MEDIA FILM PADA MATERI MENELADANI PERJUANGAN DAKWAH RASULULLAH SAW DI MADINAH DI KELAS X BUSANA BUTIK 1 SMKN 1 KENDAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016”. (oleh : Drs. Mukhamad Umar, M.S.I. Guru PAI SMKN 1 Kendal Jawa Tengah) A. Latar Belakang Masalah Nabi Muhammad saw. adalah figur dan teladan sempurna bagi seluruh umat manusia. Dengan keteladanannya, ia mampu merubah bangsa Arab yang pada awalnya sebagai bangsa Baduwi yang terbelakang, biadab, tidak bermoral dan tidak mengenal Tuhan (jahiliyyah) menjadi bangsa yang ber-tauhid kepada Allah swt berakhlak, terhormat dan memiliki toleransi tinggi terhadap kelompok agama lain : Yahudi dan Nasrani. Fenomena ini terjadi melalui perjuangan dan pengorbanan panjang dari seorang rasul bernama Muhammad saw. sebagai pemimpin sejati. Dimulai dari periode Mekkah, selama 10 tahun Muhammad saw. berdakwah dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi (sirriyah) hingga setelah banyak para pembesar kafir Quraisy masuk Islam, ia melakukan dakwah secara terang-terangan (jahriyyah), dan akhirnya dalam waktu yang relatif tidak lama pengikutnya bertambah banyak dan semakin kuat. Namun demikian, tantangan dan hambatan yang dialami Muhammad saw. semakin berat terutama dari kelompok Abu Jahal, Abu Lahab, dan Abu Sofyan yang kebenciannya terhadap Muhammad saw. semakin meningkat, hingga pada akhirnya meraka berusaha membunuh Muhammad saw. dan para pengikutnya. Pada saat kondisi seperti ini, akhirnya Muhammad saw. beserta Kaum Muhajirin (orang-orang Mekkah yang ikut berhijrah) memutuskan untuk berhijrah ke Yatsrib (Madinah). Di Yatsrib (Madinah) Muhammad saw. disambut oleh Kaum Anshar dengan suka cita dan penghormatan yang luar biasa, sebagai kebanggaan terhadap orang mulia yang dirindukan yang memiliki akhlak mulia yang digambarkan sebagai cahaya yang menerangi kegelapan. Setelah Muhammad saw. beserta pengikutnya tidak lama tinggal di Madinah, dibangunlah masjid pertama kali yang diberi nama “Masjid Quba” sebagai tempat ibadah dan berkumpulnya umat Islam. Dibangunnya masjid tersebut dengan tujuan utamanya yaitu ingin membangun persatuan dan persaudaran di antara kaum muslimin. 1 Berdasarkan uraian singkat di atas, penulis sebagai Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merasa terpanggil untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada materi: Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah melalui media tayangan film di kelas yang penulis ajar yaitu kelas X Jurusan Busana Butik 1, dengan alasan sebagai berikut : 1. Sejarah perjuangan dakwah Rasululah saw. di Madinah sangat penting diajarkan kepada peserta didik melalui pemahaman yang utuh dan jelas; 2. Pembelajaran materi keteladanan dakwah Rasululah saw. di Madinah akan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta kecintaan peserta didik kepada Rasulullah saw; 3. Melalui media tayangan film diharapkan peserta didik dapat meningkatkan perhatian dalam kegiatan pembelajaran di kelas pada materi: Keteladanan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah, dan sekaligus dapat meningkatkan nilai hasil belajarnya. Pada sisi lain, berdasarkan hasil nilai harian ditemukan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terutama pada materi Keteladanan perjuangan dakwah Rasulullah saw di Madinah di kelas X Busana Butik 1 menunjukkan adanya nilai hasil belajar yang rendah. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan ketika proses belajar mengajar berlangsung masih dijumpai peserta didik yang kurang perhatian, bersenda gurau, mengantuk, berbicara dengan teman sebangku, dan dari hasil ulangan harian yang diperoleh peserta didik belum semuanya tuntas, dan ditemukan dalam ulangan sebanyak 12 peserta didik dari 35 peserta didik (34 %) yang nilainya di bawah KKM (Kriteria ketuntasan Minimal), yaitu peserta didik yang mendapat nilai 65 sebanyak 3 anak, yang mendapat nilai 70 sebanyak 9 anak, sedangkan peserta didik yang mendapat nilai di atas 75 berjumlah 23 anak (66 %). Kenyataan ini belum sesuai dengan kebijakan SMK Negeri 1 Kendal bahwa KKM (Kriteria Kutantasan Minimal) untuk mata pelajaran normatif adalah 75 dan untuk mata pelajaran produktif adalah 78. Faktor penyebab permasalahan tersebut di atas antara lain tidak dipergunakannya media pembelajaran yang efektif, dan pembelajaran yang masih berpusat pada guru dengan hanya menggunakan metode ceramah yang abstrak dan membosankan. Di antara upaya agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terutama yang terkait dengan sejarah perjuangan dakwah Rasulullah saw di Madinah dapat 2 diserap oleh peserta didik dengan jelas dan konkrit, maka untuk meningkatkan nilai hasil belajar berikutnya penulis menggunakan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dengan dibantu media tayangan film. Diharapkan dari penggunaan media tayangan film tersebut nilai hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada kelas X Busana Butik 1 dapat ditingkatkan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat perhatian peserta didik terhadap materi Keteladanan Perjuangan Dakwah Rasululullah saw. melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction ) dibantu dengan media film? 2. Bagaimanakah nilai hasil belajar peserta didik pada materi Keteladanan Perjuangan Dakwah Rasululullah saw. di Madinah melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dibantu dengan media film? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat perhatian peserta didik terhadap materi Keteladanan Perjuangan Dakwah Rasululullah saw melalui model pembelajaran langsung (direct instruction) dibantu dengan media film. 2. Untuk mengetahui nilai hasil belajar peserta didik pada materi Keteladanan Perjuangan Dakwah Rasululullah saw. melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction ) dibantu dengan media film; D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Guru : a. Dengan penelitian ini dapat dijadikan feedback bagi guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk selalu mengadakan improvisasi secara berkesinambungan; b. Dengan Model Pembelajaran Langsung dibantu dengan media film pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti lebih efektif dan efisien; c. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti akan menjadi lebih profesional. 3 2. Peserta didik : a. Melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dibantu dengan media tayangan film tingkat perhatian belajar peserta didik di kelas lebih meningkat, menghilangkan kejenuhan dan rasa bosan, karena materi diajarkan dengan metode yang atraktif; b. Nilai hasil belajar peserta didik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti akan meningkat, sebab dengan media tayangan film bahan ajar akan lebih mudah dipahami; c. Peserta didik lebih termotivasi untuk senantiasa mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan rasa senang hati. E. Pembahasan . 1. Pendidikan Agama Islam, Dakwah Rasulullah saw., Hasil Belajar, Media Film a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Penjelasan tentang pengertian Pendidikan Agama Islam dapat dikemukakan beberapa pendapat, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Syeikh M. Yusuf al-Qardhawi, ”Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya; rohani dan jasmaninya; akhlaq dan keterampilannya” (Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., 2002:5). b. Prof. Dr. Hasan Langgulung, merumuskan pendidikan Islam ”sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindakan pengetahuan dan nilainilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat”. c. Dr. Armai Arief M.A. berpendapat bahwa, ”Pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha melalui proses pendidikan, agar anak didik dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pedoman hidup yang diyakininya, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat. 4 2. Dasar Konstitusional Pendidikan Agama Islam Adapun yang menjadi dasar konstitusional Pendidikan Agama Islam wajib diajarkan di setiap jenjang pendidikan di antaranya tercantum dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bagian ke sembilan tentang Pendidikan Keagamaan pasal 30 ayat 1 dan 2 berbunyi sebagai berikut: ”(1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan kelompok masyarakat dari pemeluk agama sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2). Pendidikan keagamaan berfungsi menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan atau menjadi ahli ilmu agama”. Berdasarkan uraian di atas, bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari UU Sisdiknas RI No. 20 tahun 2003. Ini berarti peranan Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu strategi Pemerintah untuk menjadikan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3. Hakikat dan Karakteristik Pendidikan Agama Islam Pada hakikatnya Pendidikan Agama Islam merupakan nilai-nilai moral yang berasal dari Allah swt. yang disampaikan kepada para rasul untuk diajarkan kepada umat manusia, agar mereka menjadikannya sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Adapun Pendidikan Agama Islam dibagi beberapa bagian, yaitu akidah, ibadah dan akhlak. Akidah merupakan keyakinan yang berhubungan dengan adanya Dzat, Sifat dan Perbuatan Allah, sedangkan ibadah suatu bentuk penyembahan dan pengabdian seseorang sebagai bentuk pengakuan tentang adanya Allah. Adapun akhlak ialah perbuatan mulia yang berupa ucapan, sikap dan perilaku seseorang sebagai manifestasi dari nilai-nilai keyakinan dan ibadah tadi. (Zakiyah Daradjat, 1976: 25). 4. Pengertian Dakwah Dakwah berasal dari kata yang berarti menyeru, memanggil, mengajak berbuat pada sesuatu hal. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan mengajak orang lain, seseorang atau lebih ke jalan Allah Swt. secara lisan atau perbuatan. Di sini 5 dikenal adanya da’wah billisān dan da’wah bilhāl. Kegiatan bukan hanya ceramah, tetapi juga aksi sosial yang nyata. Misalnya, santunan anak yatim, sumbangan untuk membangun fasilitas umum, dan lain sebagainya. (Kemendikbud, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X, 2014, hal. 58). Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Sebagian ulama menyebut berdakwah itu hukumnya fardu kifayah (kewajiban kolektif, sebagian lainnya menyatakan fardu ain. Meski begitu, Rasulullah saw. tetap selalu mengajarkan agar seorang muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan dengan cara-cara yang baik. Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat dan mendapat rida dari Allah swt. Nabi Muhammad saw. mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. 4.1. Dakwah Rasulullah saw. di Madinah Dalam sejarah Islam, dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. di Madinah diawali sejak Rasulullah saw. berhijrah dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah). Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Rasulullah saw. menjadi pemimpin penduduk kota itu. Di Madinah Rasulullah saw. memiliki kedudukan bukan hanya sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedududukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala Negara. (Harun Nasution, 1985, hal. 101). 4.2. Strategi Dakwah Rasulullah saw. di Madinah Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, Rasulullah saw. segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, yaitu : 4.2.1. Membangun masjid Dibangunnya masjid, selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan segala masalah yang dihadapi. Masjid pada masa nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan. 6 4.2.2. Ukhuwwah Islamiyah Persaudaraan sesama muslim, adalah prioritas kedua strategi dakwah Rasulullah saw. di Madinah setelah membangun masjid. Rasulullah saw. mempersaudarakan antara golongan Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah), dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam, dan ikut membantu kaum Muhajirin tersebut. Dengan demikian, diharapkan, setiap muslim merasa terikat dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah saw. ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru yaitu persaudaraan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah. 4.2.3. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di Madinah, di samping orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan Nasrani serta orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Rasululllah saw. mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai komunitas dimaklumatkan. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negara Madinah dari serangan luar. (Muhammad Husein Haekal, 1990, hal.199). Perjanjian tersebut, dalam pandangan ketatanegaraan sekarang disebut dengan “Konstitusi Madinah”. Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam makin bertambah kuat dan semakin diterima oleh masyarakat Madinah. 2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), dan Media Film 2.1. Pengertian Model Pembelajaran Langsung Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar peserta didik menguasai materi pelajaran secara optimal. Peserta didik tidak dituntut untuk menemukan materi, akan tetapi peserta didik berperan aktif, memperhatikan dan konsentrasi terhadap apa yang diterangkan oleh seorang guru. Jadi, materi pelajaran seakan-akan sudah jadi dan siap disajikan. Wina 7 Sanjaya (2008 : 179), menyebut model ini sebagai model Ekspositori, yang sering juga disebut dengan ”chalk and talk”, yaitu sebuah pembelajaran yang bersumber pada materi yang telah ditulis dan siap disajikan (diajarkan) kepada peserta didik secara terbuka. Model pembelajaran langsung ini merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam model ini guru memegang peran penting yang sangat dominan. Melalui model pembelajaran langsung ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi yang disampaikan itu dapat dikuasai peserta didik dengan baik. Fokus utama model pembelajaran ini adalah kemampuan akademik peserta didik. Model pembelajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial, khususnya tentang pemodelan (modelling), yang telah dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Albert Bandura, ″Belajar yang dialami manusia sebagian besar diperoleh dari suatu pemodelan, yaitu meniru perilaku dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan orang lain” (Adi W. Gunawan : 2004 : 32). Aliran psikologi belajar yang sangat mempengaruhi model pembelajaran langsung adalah aliran belajar behavioristik, yaitu aliran belajar yang lebih menekankan pada pemahaman, bahwa perilaku manusia pada dasarnya keterkaitan antara stimulus dan respon, oleh karenanya dalam implementasinya peran guru sebagai stimulus merupakan faktor yang sangat penting dalam pembelajaran. Dari asumsi ini berbagai konsep bagaimana agar guru dapat memfasilitasi sehingga hubungan stimulus-respon itu bisa berlangsung secara efektif. Hubungan antara guru (stimulus) dan peserta didik (respon) dalam proses belajar mengajar dikenalkan pertama kali oleh Thorndike yang mengadakan eksperimen melalui percobaan terhadap seekor kucing yang dimasukkan dalam suatu tempat tertutup dan dibiarkan lapar, lalu di luar disajikan sepotong daging untuk diketahui apakah seekor kucing tadi merasa terangsang untuk memakan sepotong daging apa tidak, ternyata melalui pengamatan Thorndike, bahwa seekor kucing tadi ada kemauan keras untuk segera keluar dari tempatnya, dan ingin segera menemukan sepotong daging tadi. (Nana Syaudih Sukmadinata : 2003:19). Dari eksperimen Thorndike ini para ahli pendidikan berpendapat, jika kondisi pembelajaran di sekolah benar-benar disiapkan oleh guru dan peserta didik pun dalam kondisi siap menerima 8 materi pelajaran, serta pembelajaran ditampilkan oleh guru secara atraktif, maka materi pembelajaran dari guru tadi akan dipahami oleh peserta didik secara efektif. Untuk memperkuat argumentasi terhadap aliran behavioristik ini tersebut, Waston pengikut fanatik aliran behaviorisme dari Amerika Serikat mengatakan hal sebagai berikut : ″Berilah aku sejumlah anak yang baik keadaan badannya dan situasi yang saya butuhkan; dan dari setiap anak orang, entah yang mana, dapat saya jadikan dokter, seorang pedagang, seorang ahli hukum, atau jika memang dikehendaki, akan saya jadikan ia seorang pengemis atau pencuri”(Ngalim Purwanto: 2002 : 59). Berdasarkan penjelasan di atas, model pembelajaran langsung dapat membentuk perilaku peserta didik sesuai yang diharapkan oleh guru, sebab dengan model yang ditampilkan oleh guru secara langsung akan berpengaruh pada pengetahuan, perilaku dan kepribadian peserta didik. 2.2. Ciri-ciri dan tujuan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Ada beberapa ciri/karakteristik model pembelajaran langsung (direct instruction) ini, yaitu: a. Pembelajaran langsung dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering diidentikkan dengan ceramah; b. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data, atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut peserta didik berpikir ulang. Ada yang menyebut dengan istilah pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. (Sumber diambil dari : Diklat BDK Kementerian Agama, Peningkatan Guru PAI SMK se-Jawa Tengah, tanggal 22 Nopember s/d 29 Nopember 2010). Adapun tujuan dari model pembelajaran langsung adalah untuk menjadikan peserta didik berbagi pengetahuan secara aktif. Pembelajaran langsung ini di-desain untuk mengenalkan peserta didik terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka untuk untuk berpikir. Peserta didik tidak bisa berbuat apa-apa jika pikiran mereka tidak dikembangkan oleh guru. Banyak guru yang membuat kesalahan dalam mengajar, yakni sebelum peserta didik belum merasa terlibat dan siap secara mental guru langsung memberikan materi pelajaran. 9 2.3. Strategi (Langkah-langkah) Model Pembelajaran Langsung Sebelum diuraikan tahapan model pembelajaran langsung, terlebih dahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan model pembelajaran langsung ini, yaitu: Pertama, rumuskan tujuan yang ingin dicapai. Merumuskan tujuan merupakan langkah awal yang harus dipersiapkan. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Dengan demikian, melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing peserta didik dalam menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan model pembelajaran ini. Kedua, kuasai materi pelajaran dengan baik. Penguasaan materi yang sempurna, akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas, ia akan bebas bergerak; berani menatap peserta didik, tidak takut dengan perilakuperilaku peserta didik yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran. Ketiga, kenali medan dan berbagai hal yang dapat memengaruhi proses penyampaian. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran. (Diklat BDK Kementerian Agama, Peningkatan Mutu Guru PAI SMK se- Jawa Tengah di Bandungan pada tanggal 22 s/d 29 Nopember 2010). 3. Film Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya, dan agar dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera. Film sebagai karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni yang memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual. Dalam hal ini unsur seni yang terdapat dan menunjang sebuah karya film adalah: seni rupa, seni fotografi, seni arsitektur, seni tari, seni puisi sastra, seni teater, seni musik. Kemudian ditambah lagi dengan seni pantomin dan novel. Kesemuannya merupakan pemahaman dari sebuah karya film yang terpadu dan biasa kita lihat. (htp:/www.media.com, 2015). 10 F. Kerangka Berpikir Berdasarkan permasalahan dan kajian teori di atas, diharapkan nilai hasil belajar peserta didik kelas X Busana Butik 1 SMKN 1 Kendal tentang materi Meneladani dakwah Rasulullah saw. di Madinah melalui model pembelajaran langsung (direct instruction) dibantu media tayangan film dapat lebih meningkat, sebab dengan meningkatnya nilai hasil belajar kelas X Busana Butik 1 di atas dapat terpenuhinya standar KKM yang ditentukan. Penelitian ini akan membuktikan, bahwa telah terjadi peningkatan nilai hasil belajar yang signifikan tentang materi Meneladani dakwah Rasulullah saw. di Madinah pada kelas X Kompetensi Keahlian : Busana Butik 1 SMKN 1 Kendal pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016, setelah penulis memodernisasikan pembelajarannya melalui model pembelajaran langsung, dan dibantu dengan media film. Berdasarkan penjelasan teori-teori di atas, maka diduga adanya peningkatan nilai hasil belajar dan perhatian peserta didik kelas X Busana Butik 1 tentang materi Meneladani Dakwah Rasulullah saw. di Madinah melalui Model Pembelajaran Langsung dibantu dengan media tayangan film pada tahun pelajaran 2015/ 2016. G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan pada kerangka berpikir di atas, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada peningkatan perhatian peserta didik kelas X Busana Butik 1 terhadap pembelajaran materi meneladani dakwah Rasulullah saw. di Madinah melalui Model Pembelajaran Langsung dibantu dengan media tayangan film. 2. Ada peningkatan nilai hasil belajar peserta didik kelas X Busana Butik1 pada materi meneladani dakwah Rasulullah saw. di Madinah melalui Model Pembelajaran Langsung dibantu dengan media tayangan film. F. Metode Penelitian 1. Setting Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang berbasis kelas dengan lokasi kelas X Kompetensi Keahlian : Busana Butik 1 SMKN 1 Kendal Propinsi Jawa Tengah, sebuah lokasi di mana penulis mengajar. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan sejak minggu ke-2 bulan Januari s/d minggu ke- 2 bulan April 2016 sebanyak 3 kali siklus, 11 pada semester 2 (genap) tahun pelajaran 2015/2016 dengan melibatkan 35 peserta didik yang beragama Islam. 3. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas X Busana Butik 1 semester 2 (genap) SMK Negeri 1 Kendal tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 35 peserta didik. Argumentasi dipilihnya kelas di atas karena ketika proses pembelajaran berlangsung dijumpai sebagian besar peserta didik kurang memperhatikan, tidak konsentrasi, mengantuk, bicara sendiri-sendiri, dan ketika ditanya tentang materi yang diajarkan sebagian besar tidak paham dan tidak bisa menjawab, dan ketika dilaksanakan ulangan, nilainya kurang memuaskan (tidak tuntas). 4. Jenis Penelitian Penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan ini adalah penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. (Moeleong, 1989: 3). Penelitian ini diarahkan pada dua variabel. Variabel pertama, yaitu Model Pembelajaran langsung dibantu tayangan film dengan indikator : tingkat perhatian peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. dan Variabel kedua, nilai hasil belajar dengan indikator : hasil ulangan harian. 5. Sumber Data Sumber data yang dijadikan referensi oleh penulis adalah sebagai berikut: a. Lembar pengamatan yang digunakan oleh penulis untuk mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung; b. Lembar nilai ulangan harian ; dan c. Angket/ lembar tanggapan siswa. 6. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Teknik Teknik pengumpulan data dalam PTK ini ada 2 (dua), yaitu : instrumen tes dan non tes. 1) Tes Tes yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik yang diperoleh adalah dengan melaksanakan ulangan harian, yaitu suatu gambaran secara riil seberapa 12 nilai yang diperoleh setiap peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar pada suatu standar kompetensi/kompetensi dasar dari suatu bahan ajar. 2) Non Tes Teknik non tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu melalui pengamatan, digunakan untuk mengetahui secara langsung mengenai aktivitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran pada materi Meneladani Dakwah Rasulullah saw. di Madinah dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, apakah ada perubahan yang signifikan pada diri peserta didik terutama tingkat perhatian terhadap materi yang diajarkan. b. Alat Pengumpulan Data 1) Daftar Nilai Daftar nilai digunakan untuk mengetahui hasil nilai siswa yang dilaksanakan melalui ulangan harian. 2) Lembar Tanggapan/ Angket Digunakan untuk mengetahui feedback (umpan balik) terhadap materi yang telah diajarkan. Dengan lembar tanggapan/angket ini akan diketahui seberapa jauh tingkat perhatian peserta didik, apakah pada tingkatan rendah, sedang, atau tinggi. Lembar tanggapan ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan metode pembelajaran, minat belajar, perhatian dan kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran. Setelah peserta didik mengikuti pembelajaran pada setiap siklus, peserta didik diberikan lembar tanggapan ini, dan selanjutnya diberikan penilaian. 3) Lembar Pengamatan Digunakan untuk mengamati segala sikap dan perilaku peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas. Dalam hal ini penulis berkolaborasi dengan teman guru sejawat untuk mengamati perilaku siswa selama KBM berjalan. 4) Dokumen berupa foto kegiatan belajar mengajar di kelas. G. Validasi Data Untuk kepentingan keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi, yaitu pengujian validitas data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan metode kualitatif. (Lexy J. Moleong, 2002 :178). 13 Trianggulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk ulangan harian, hasil observasi, pengamatan di tempat penelitian dan umpan balik tanggapan dari peserta didik kelas X Busana Butik 1 SMK Negeri 1 Kendal terhadap kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terutama pada materi Keteladanan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah yang berlangsung di kelas. F. Analisis Data Data dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran dianalisis, selanjutnya diinterpretasikan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Untuk analisis nilai hasil belajar berupa hasil ulangan harian diukur berdasarkan pedoman penilaian yang dibuat oleh guru. Rumus yang dipakai adalah : NH = Σ N Keterangan : NH = Nilai Ulangan Harian Σ N = Jumlah Nilai yang diperoleh Sedangkan lembar tanggapan/angket yang merupakan usaha untuk mengetahui seberapa jauh tingkat perhatian peserta didik terhadap pembelajaran Keteladanan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah melalui model pembelajaran langsung dengan dibantu tayangan film, dianalisis berdasarkan kriteria validasi instrumen dengan menggunakan analisis diskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan rumus : NK NT = -------R Keterangan : NT = Nilai Tanggapan NK = Nilai Komulatif R = Responden Dengan kriteria sebagai berikut : 32 – 40 = Sangat Tinggi (Sangat Baik) 24 – 31 = Tinggi (Baik) 16 – 23 = Sedang 8 – 15 = Rendah 14 G. Indikator Kinerja Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas. Dengan penelitian ini diperoleh manfaat berupa perbaikan praksis yang berupa penanggulangan berbagai masalah belajar peserta didik dan kesulitan mengajar yang dialami oleh guru. Untuk mengevaluasi ada tidaknya dampak positif terhadap tindakan, diperlukan kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebelum tindakan dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh ketetapan tentang hal-hal yang telah dicapai menjadi bahan dalam merencanakan kegiatan siklus berikutnya. Indikator kenerja dari data kuantitatif ditetapkan kriteria sebagai berikut: 1. 70 % peserta didik mencapai ketuntasan dalam belajar; 2. Semakin meningkat perolehan hasil tes pada kategori di atasnya menunjukkan kriteria peningkatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini. Jadi seumpama pada siklus II terdapat peningkatan tingkat perhatian peserta didik terhadap materi yang diajarkan dibandingkan pada siklus I, maka berarti telah terjadi peningkatan yang positip seperti yang terlihat dari tabel 1 berikut ini: Tabel 1: Tabel Tingkat Perhatian dari Hasil Proses Tiga Siklus Kategori SangatTinggi/Sangat Interval Nilai Frekuensi Nilai Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 32 – 40 Baik Tinggi/Baik 24 – 31 Sedang 16 – 23 Rendah 8 – 15 Adapun kinerja dari data kualitatif ditetapkan sebagai berikut: 1. Peserta didik tidak ada yang berbicara sendiri, bersenda gurau, mengantuk dan sebagainya, selama kegiatan pembelajaran berlangsung peserta didik memperhatikan dengan sungguh-sungguh; 2. Dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 terjadi adanya peningkatan perhatian belajar dari peserta didik; 15 3. Dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 terjadi adanya peningkatan nilai hasil belajar peserta didik secara signifikan. F. Prosedur Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur 4 tahap, yaitu (1) merencanakan, (2) melakukan tindakan, (3) mengamati (observasi), dan (4) merefleksi. Penelitian ini adalah hasil observasi secara langsung pada saat pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kurikulum 2013 yang terdapat pada Kompetensi Dasar 3.1.1. yaitu Memahami Substasi dan Strategi Dakwah Rasulllah saw. di Madinah, dengan materi Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw di Madinah. Siklus ke-1 bertujuan untuk mengetahui tingkat perhatian peserta didik dalam pembelajaran materi meneladani perjuangan dakwah Rasulullah saw. di Madinah melalui Model Pembelajaran Langsung dibantu media tayangan film. Dari Siklus ke-1 tersebut akan dapat diketahui sejauhmana tingkat perhatian peserta didik terhadap materi yang diajarkan, dan berapa peserta didik yang telah mencapai ketuntasan belajar dalam bentuk pemberian ulangan harian. Apabila dalam siklus ke-1 peserta didik belum bisa mencapai tingkat perhatian yang diharapkan, dan belum mampu mencapai nilai ketuntasan (KKM), maka dapat dijadikan refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus ke-2. Pada siklus ke-2. yang dilakukan guru adalah melakukan penajaman terhadap materi meneladani perjuangan dakwah Rasulullah saw. di Madinah, melalui Model Pembelajaran Langsung dibantu media tayangan film pada Kompetensi Dasar 3.1.1. yaitu memahami substasi dan strategi dakwah Rasulllah saw. di Madinah. Dari siklus ke-2 tersebut akan dapat diketahui sejauhmana tingkat perhatian peserta didik terhadap materi yang diajarkan, berapa peserta didik yang telah mencapai ketuntasan belajar dalam bentuk pemberian ulangan harian. Apabila dalam siklus ke-2 peserta didik belum bisa mencapai tingkat perhatian yang diharapkan, dan belum mampu mencapai nilai KKM, maka dapat dijadikan refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus ke-3. Pada siklus ke-3, Langkah-langkah yang dilakukan guru adalah melakukan hasil refleksi dari siklus ke-2, terutama pembelajaran Kompetensi Dasar 3.1.1. yaitu memahami substasi dan strategi dakwah Rasulllah saw. di Madinah, dengan materi meneladani perjuangan dakwah Rasulullah saw. di Madinah, melalui Model Pembelajaran Langsung 16 dengan media film dengan memperbaiki strategi, metode dan penajaman terhadap materi yang diajarkan. Kesimpulan yang diambil adalah didasarkan pada perubahan dari hasil tes dan non tes dari siklus ke-1 ke siklus berikutnya. Dari perubahan hasil tes, jika menunjukkan kenaikan positif secara signifikan berarti terjadi peningkatan hasil pembelajaran, tetapi jika sebaliknya, maka perlu perbaikan pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan dari siklus ke-1 dan seterusnya, sedangkan perubahan hasil non tes yang dihasilkan dari wawancara, angket, maupun jurnal, diungkap apa adanya sesuai hasil yang telah terkumpul sebagai perbandingan antara siklus ke-1 dengan siklus berikutnya. G. Hasil Penelitian Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis paparkan pada siklus ke-1 sampai dengan siklus ke-3 adalah berupa hasil angket/tanggapan dan hasil nilai ulangan harian peserta didik kelas X Busana Butik 1 yang berjumlah 35 peserta didik (yang beragama Islam). Pada siklus ke-1 tersebut materi yang diajarkan adalah Kompetensi Dasar 3.1.1. : Memahami substansi dan strategi dakwah Rasulullah saw. di Madinah. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai hasil penelitian tersebut di atas, dapat dilihat dari Tabel berikut ini : Tabel: 2.Tingkat Perhatian Kelas X Busana Butik 1 dalam Pembelajaran materi Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah pada Siklus ke-1 No Kegiatan Perhatian dalam KBM pembelajaran materi Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dibantu media Tayangan Film pada Kompetensi Dasar 3.1.1. Memahami sbstansi dan strategi dakwah Rasulullah saw. di Madinah. 17 Rerata Nilai 26,89 Keterangan Perhatian Tinggi/ Baik Tabel: 3. Tingkat Perhatian Kelas X Busana Butik 1 dalam Pembelajaran materi Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah pada Siklus ke-2 NO Kegiatan 1. Perhatian dalam KBM pembelajaran materi Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dibantu media tayangan film pada Kompetensi Dasar 3.1.1. : Memahami substansi dan strategi dakwah Rasulullah saw. di Madinah. Rerata Nilai 28,71 Keterangan Perhatian Tinggi/ Baik Tabel: 4.Tingkat Perhatian Kelas X Busana Butik 1 dalam Pembelajaran Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah pada Siklus ke-3 NO 1. Kegiatan Rerata Nilai Keterangan Perhatian dalam KBM pembelajaran Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dibantu media tayangan film pada Kompetensi Dasar : Memahami substansi dan strategi dakwah Rasulullah saw. di Madinah 29,43 Perhatian Tinggi/ Baik Adapun hasil nilai harian dari siklus ke-1 sampai dengan siklus ke-3 adalah sebagai berikut : Tabel: 5. Pencapaian Nilai Hasil Belajar Kelas X Busana Butik 1 dalam Pembelajaran materi Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah pada Siklus ke-1 No 1. 2. 3. 4. Interval Nilai Frekuensi Prosentase 90 – 100 75 – 89 60 – 74 0 – 59 Jumlah Rerata Ketuntasan 7 28 35 83,71 20 % 80 % 100 % KKM= 75 Tuntas Tidak Tuntas 7 28 39 0 100 % 18 Ket. Tabel: 6. Pencapaian Nilai Hasil Belajar Kelas X Busana Butik 1 dalam Pembelajaran materi Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah pada Siklus II No 1. 2. 3. 4. Interval Nilai Frekuensi Prosentase 90 – 100 75 – 89 60 – 74 0 – 59 Jumlah Rerata Ketuntasan 7 28 35 85,71 20 % 80 % 100 % KKM= 75 Tuntas Tidak Tuntas 7 28 35 0 Ket. 100 % Tabel: 7. Pencapaian Nilai Hasil Belajar Kelas X Busana Butik 1 dalam Pembelajaran materi Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Madinah pada Siklus III No 1. 2. 3. 4. Interval Nilai Frekuensi Prosentase 90 – 100 75 – 89 60 – 74 0 – 59 Jumlah 11 24 35 31,42 % 68,58 % Rerata Ketuntasan 86,57 100 % KKM= 75 Tidak Tuntas 11 24 35 0 Tuntas Ket. 100 % Untuk memperjelas peningkatan perhatian belajar peserta didik pada saat KBM maupun hasil nilai harian dari siklus ke-1 sampai dengan ke-3 dapat dilihat dari grafik berikut ini : 19 Grafik Analisa Tingkat Perhatian Belajar dan Nilai Hasil Belajar 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83,71 86,57 85,71 26,89 28,71 29,43 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Perhatian belajar Rata-rata Nilai Hasil Belajar Berdasarkan pada tabel dan grafik di atas, membuktikan bahwa perhatian belajar peserta didik kelas Busana Butik 1 telah terjadi perubahan yang signifikan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Siklus 1 tingkat perhatian belajar dengan nilai 26,89 yang berada pada kriteria tinggi/baik, rerata nilai hasil belajar yang dicapai 83,71 dengan kriteria baik/tuntas; b. Siklus 2 tingkat perhatian belajar dengan nilai 28,71 yang berada pada kriteria tinggi/baik, rerata nilai hasil belajar yang dicapai 85,71 dengan kriteria baik/tuntas; dan c. Siklus 3 tingkat perhatian belajar dengan nilai 29,43 yang berada pada kriteria tinggi/baik, rerata nilai hasil belajar yang dicapai 86,57 dengan kriteria baik/tuntas. H. Kesimpulan Berdasarkan pada tiga siklus yang penulis lakukan dalam pembelajaran materi meneladani perjuangan dakwah Rasulullah saw. di Madinah di kelas X Busana Butik 1 melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dibantu dengan media tayangan film dapat dijelaskan hasil yang dicapai sebagai berikut : 20 1. Kelas X Busana Butik 1 yang berjumlah 35 peserta didik (muslim) setelah mendapatkan tindakan-tindakan dari siklus 1, 2, dan 3 mengalami peningkatan perhatian dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tentang materi meneladani perjuangan dakwah Rasulullah saw. di Madinah dibandingkan sebelumnya, yaitu : siklus 1 (26,89), siklus 2 (28,71), dan siklus 3 (29,43) pada kriteria tinggi/baik. Demikian pula dengan nilai hasil belajar peserta didik juga mengalami peningkatan yaitu : siklus 1 (nilai rata-rata 83,71), siklus 2 (nilai rata-rata 85,71). dan siklus 3 (nilai rata-rata 86,57) pada kriteria baik. 2. Tingkat ketuntasan belajar peserta didik mulai dari siklus 1, 2, dan 3 sebesar 100 %. 3. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis maupun observer lain tidak terdapat siswa yang mengantuk, bersenda gurau, keluar masuk ruangan dan lain-lain, tetapi peserta didik mengikuti KBM dengan rasa senang, antusias dan sungguh-sungguh. 4. Pada guru (penulis) sendiri juga terjadi peningkatan gairah dan motivasi mengajar, sebab mengajar dengan berbagai metode apalagi dibantu dengan penggunaan media tayangan film akan sangat membantu guru dalam menyampaikan materi ajar serta mempermudah peserta didik memahami materi yang diajarkannya. 21 DAFTAR PUSTAKA Al-Qardhawi , Muhammad, Yusuf, 1980, Pendidikan Islam dan Madrasah Al-Banna, terjemahan Prof. H. Bustami A. Gani dan Drs. Zaenal Abidin Ahmad, Jakarta: Bulan Bintang. Andreas Priyono, 2000, Pedoman Praktis Pelaksanaan Tindakan Kelas (Classroom-Based Action Research), Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Kantor Wilayah Depdiknas, Propinsi Jawa Tengah. Aqib Zaenal, dkk., 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SMP, SMA, SMK, Bandung: CV. Yrama Widya. Arief, Armai, Dr., M.A., Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers. Arikunto, Suharsimi, Prof., Dr., dkk., 2010, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. Azra, Azyumardi, Prof.,Dr., 2002, Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. BDK, Kementerian Agama, Jawa Tengah, 2010, Materi : Peningkatan Guru PAI SMK se-Jawa Tengah. Daradjat, Zakiyah, 1986, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Rajawali Press. Depag., RI., 1971, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta : Depag RI. Diklat BDK Kementerian Agama, Peningkatan Guru PAI SMK se-Jawa Tengah, tanggal 22 Nopember s/d 29 Nopember 2010 Haekal, Muhammad Husain, 1990, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antarnusa. Kemendikbud, 2013, Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X, Jakarta: Depag. Komang T., Dewa, dkk., 2004, Pedoman Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Ditjen Pendidikan Tinggi. Langgulung, Hasan, Prof., Dr., 1980, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-Maarif. Lexy J. Moleong, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution, Harun, Prof., Dr., 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta:UI Press. Ngalim Purwanto, Ngalim, 2002, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 22 Saminanto, 2010, Ayo Praktik PTK, Semarang: Media Group Suhandjono, Azis, Hoesein, dkk., 1996, Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan, Depdikbud, Dikdasmen. Sukmadinata, Syaudih, Nana, Prof., Dr., 2003, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sumarno, 1997, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Ditjen Dikti. htp://www.media.com, 2015 Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Usman, Uzer, Moh., 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 23