ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOINTEGRASI DAN KAUSALITAS GRANGER PADA PERIODE 2000-2012 Dina Acyuninda Umanto Eko P. Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini memiliki cakupan data Indeks Harga Konsumen dan Produk Domestik Bruto periode 2000:2012. Uji stasioneritas data dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) test dan Phillips-Perron (PP) test, dan ditemukan bahwa data stasioner pada first difference. Bounds test dilakukan untuk menguji ada atau tidak hubungan kointegrasi diantara variabel, dimana hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kointegrasi. Pengujian kausalitas Granger antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan menggunakan uji yang dikembangkan oleh TodaYamamoto (1995). Hasilnya adalah tidak ditemukan hubungan kausalitas yang terjadi dari pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi, melainkan hubungan kausalitas yang ditemukan terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Kata Kunci : inflasi, pertumbuhan ekonomi, kointegrasi, bounds test, kausalitas. The purpose of this research is to analyze the relationship between inflation and economic growth in Indonesia. The data covered in this research is Consumer Price Index (CPI) and Gross Domestic Product (GDP) of 2000-2012 period. Stasionarity test was carried out using the Augmented Dickey-Fuller (ADF) and Phillip- Perron test (PP), and found that the data is stasioner at first difference. The bounds test was carried out to find the existance of cointegration between variables, the result is no cointegration between inflation and economic growth in Indonesia. Granger causality test employed using Toda-Yamamoto Approach (1995), where there is no significant result of causality running from economic growth to inflation, but the significant result was found running from inflation to economic growth. The test is stated that inflation has impact on economic growth. Keywords : inflation, economic growth, cointegration, bounds test, causality. 1. Pendahuluan Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan perekonomian suatu negara, dikatakan tumbuh apabila terjadi peningkatan GDP riil negara tersebut. Salah satu indikator penting untuk menganalisis perekonomian suatu negara adalah inflasi, terutama berkaitan dengan dampak yang luas terhadap variabel makroekonomi agregat seperti pertumbuhan ekonomi (Endri, 2008). Inflasi yang stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 yang berkesinambungan dan akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat (Wahyuni, 2011). Pengendalian inflasi penting dilakukan karena inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat (www.bi.go.id). GDP merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peningkatan GDP dapat menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang positif. Dalam penyusunan kebijakan moneter, inflasi dijadikan sebagai landasannya, sehingga kebijakan moneter yang dihasilkan dapat menciptakan inflasi yang rendah (www.bi.go.id). Inflasi dalam jangka panjang merupakan fenomena moneter (Friedman, 1963) yang ada di setiap negara sebagai indikator penting dalam perekonomian. Beberapa tahun belakangan ini, inflasi telah menjadi salah satu topik yang banyak digunakan dalam penelitian makroekonomi, hal ini dikarenakan inflasi memiliki implikasi yang besar terhadap pertumbuhan dan distribusi pendapatan (Ayyoub, 2011) serta, tingkat inflasi juga dapat memberikan gambaran mengenai status ekonomi suatu negara (Amir dan Karamat, 2011). Hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi permasalahan ekonomi yang penting. Hubungan ini telah diperdebatkan dalam literatur ekonomi dan telah memperlihatkan hubungan yang berbeda dengan kondisi ekonomi dunia (Erman Erbaykal dan H. Aydin Okuyan, 2008). Indikator dasar makro ekonomi dapat digunakan sebagai ilustrasi kondisi ekonomi suatu negara untuk mengukur kestabilan harga dalam negara tersebut. Secara umum, tingkat inflasi dapat digunakan untuk mengukur kestabilan harga dalam ekonomi (Achsani, Jayanthy, Fauzi dan Abdullah, 2010). Untuk mengkaji pertumbuhan ekonomi, diperlukan suatu model yang dapat mencerminkan keterkaitan peubah satu dengan yang lainnya. Umumnya, peubah-peubah ekonomi bersifat nonstasioner serta dipengaruhi peristiwa terdahulu, sehingga perlu ada perhatian terhadap peubah-peubah tersebut sebelum membuat model. Ketidakstasioneran peubah-peubah tersebut mungkin memiliki hubungan kointegrasi atau hubungan keseimbangan jangka panjang antar peubah nonstasioner, sehingga model yang dibentuk harus dapat mencerminkan sifat tersebut. Kontroversi hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi ini awalnya berasal dari Amerika Latin pada tahun 1950an, dengan perdebatan antara struktualis dan monetaris (Maliik dan Chowdhury, 2001). Struktualis menganggap bahwa inflasi penting bagi pertumbuhan ekonomi, sebaliknya, monetaris melihat bahwa inflasi merugikan bagi proses pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 1970an, fakta bahwa tingkat pertumbuhan mulai menurun Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 dengan tingkat inflasi tinggi, khususnya inflasi tinggi dan hyperinflation yang terjadi di negara amerika latin tahun 1980an, telah menimbulkan pandangan bahwa inflasi memiliki efek negatif pada pertumbuhan ekonomi (Erbaykal dan Okuyan, 2008). Erbaykal dan Okuyan, (2008) menggunakan pendekatan uji kointegrasi dan uji analisis kausalitas, Hasil penelitiannya menunjukkan hubungan kointegrasi diantara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, menggunakan model ARDL, tidak ditemukan hubungan jangka panjang dan juga ditemukan sebuah hubungan negatif jangka pendek antar variabel. Chimobi (2010) menggunakan pendekatan kointegrasi dan uji kausalitas Granger, serta CPI sebagai proxy untuk inflasi dan GDP sebagai proxy pertumbuhan ekonomi, ditemukan bahwa tidak ada hubungan kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ditemukan hubungan kausalitas tidak berarah diantara dua variabel tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang diangkat di dalam penelitian ini yaitu: Apakah terdapat hubungan kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 2000-2012? dan bagaimana hubungan kausalitas yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 2000-2012? Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk untuk menganalisis hubungan kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 2000-2012 dan untuk menganalisis hubungan kausalitas yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 2000-2012. 2. Tinjauan Teoritis Ekonomi merupakan studi mengenai bagaimana masyarakat menggunakan sumber daya langka untuk memproduksi komoditas bernilai dan mendistribusikannya kepada kelompok yang berbeda (Samuelson dan Nordhaus, 1989). Ekonomi dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu mikroekonomi dan makroekonomi. Mikroekonomi merupakan studi mengenai bagaimana rumah tangga dan perusahaan membuat keputusan dan bagaimana mereka berinteraksi dalam pasar tertentu. Makroekonomi adalah studi tentang perekonomian secara menyeluruh, termasuk pertumbuhan pendapatan, perubahan harga dan tingkat pengangguran, serta makroekonomi berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan ekonomi (Mankiw, 2002). Greenwald (1998) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan tingkat harga secara umum dari barang komoditas dan jasa selama satu periode waktu tertentu. Inflasi dianggap Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Inflasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, Mankiw menyebutkan tiga penyebab inflasi (Mankiw, 2002). Pertama, demand pull inflation yaitu kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh adanya gangguan (shock) pada sisi permintaan barang dan jasa. Kedua, cost push inflation yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Mixed inflation yaitu gejala kombinasi antara unsur inflasi yang disebabkan karena kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indeks yang memperhatikan harga-harga yang harus dibayar konsumen baik di perkotaan maupun pedesaan (Purwanto, 2003). Indeks Harga Konsumen dapat digunakan sebagai barometer nilai tukar rupiah atau sebagai indikator inflasi, sebagai landasan untuk memperbaiki atau menyesuaikan gaji dan upah karyawan, sebagai pengukur perubahan harga konsumen dan sebagai indikator perubahan pengeluaran rumah tangga (Rasyad, 2003). Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2004). Definisi lain diberikan oleh Boediono yang mendartikan pertumbuhan ekonomi sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang (Boediono, 1988). Definisi ini menekankan pada tiga aspek, yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. GDP sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Pertumbuhan GDP merupakan dasar dari pengukuran pertumbuhan ekonomi, karena GDP pada harga konstan dapat diestimasikan dengan mengukur total kuantitas barang dan jasa yang diproduksi pada suatu periode, menilai mereka pada harga tahun dasar dan mengurangi biaya input menengah, juga dalam harga yang konstan (The World Bank, 2003). 3. Metode Penelitian 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pendekatanpendekatan yang dikembangkan dalam ilmu pengetahuan alam dan sosial. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel inflasi dan variabel Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini didasarkan pada informasi numerik atau kuantitaskuantitas dan biasanya diasosiasikan dengan analisis-analisis statistik (Stokes, 2003). 3.3 Jenis Penelitian Jenis penelitian dapat dibagi menjadi empat, yaitu berdasarkan tujuan, manfaat, dimensi waktu, dan teknik pengumpulan data (Newman, 1997). Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatiftif merupakan penelitian yng menjelaskan hubungan perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan variabel lain. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini merupakan penelitian murni (basic research) karena penelitian ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan peneliti sendiri dan dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan (Prasetyo dan Jannah, 2008). Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk penelitian cross sectional karena hanya dilakukan pada satu kurun waktu tertentu, yaitu pada Januari 2013. Berdasarkan teknik pengumpulan data, dibagi menjadi studi lapangan dan studi pustaka dan literatur. Dalam studi lapangan, peneliti menggunakan data sekunder yang berupa data Consumer Price Index atau Indeks Harga Konsumen (IHK) dan data Gross Domestic Product (GDP) Indonesia. Dalam studi pustaka dan literatur, dilakukan untuk mendapatkan literatur mengenai inflasi dan pertumbuhan ekonomi dan alam penelitian ini, studi pustaka menggunakan jurnal, buku dan artikel ekonomi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data triwulan dari Indeks Harga Konsumen (IHK) sebagai proksi inflasi, dan Gross Domestic Product (GDP) sebagai proksi pertumbuhan ekonomi. data-data tersebut mencakup periode dari tahun 2000 sampai 2012 (13 tahun). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Melihat fluktuasi perekonomian akibat krisis tahun 1998 dan 2008, menjadikan pemilihan periode penelitian dari tahun 2000-2012 untuk menganalisis hubungan antar variabel pada masa krisis dan juga setelah krisis. 3.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Girijasankar Mallik dan Anis Chowdhurry, meneliti mengenai hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada empat negara Asia Selatan, Bangladesh, India, Pakistan dan Sri Lanka, dengan menggunakan pendekatan Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 kointegrasi. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa adanya hubungan kointegrasi diantara kedua variabel pada masing-masing negara. Penelitian lainnya dilakukan oleh Erman Erbaykal dan H. Aydin Okuyan pada tahun 2008 mengenai inflasi dan pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan kointegrasi pada Negara Turki. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Turki. Hubungan kausalitas yang terjadi menunjukkan hubungan searah yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hipotesis 1: Ada hubungan kointegrasi antara inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hipotesis 2: Terjadi hubungan kausalitas antara inflasi dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 3.4 Model Analisis Uji Unit Root Sebelum menguji kointegrasi dan kausalitas, awalnya dilakukan uji unit root untuk menemukan stasioneran dari data. Banyak ahli menyatakan bahwa untuk menguji unit root penelitian ini, semua variabel tidak stasioner pada tingkat level dan sebaiknya menjadi stasioner saat difference yang sama dihilangkan. Jika satu variabel atau lebih merupakan stasioner pada tingkat level maka disebut I(0), kointegrasi tidak dapat diuji dengan menggunakan uji ini. Namun, pendekatan bounds test yang dikembangkan oleh Pesaran, kehadiran hubungan kointegrasi dapat dilihat diantara variabel terlepas dari apakah variabel tersebut I(0) atau I(1) (dibawah kondisi bahwa variael dependen adalah I(1) dan variabel independen adalah I(0) ataupun I(1)) (Erbaykal dan Okuyan, 2008). Uji unit root yang digunakan dalam penelitian ini adalah Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP). Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik yang diperoleh dengan nilai kritis McKinnon. Jika lebih kecil dari nilai kritis, maka data tidak stasioner, begitu pula sebaliknya. Uji Kointegrasi Saat pengujian stasioneritas telah dilakukan dan hasilnya menyatakan bahwa variabel dependen merupakan I(1) dan variabel independen I(0) atau I(1), maka tahap selanjutnya adalah uji kointegrasi. Untuk melakukan uji kointegrasi ini, dilakukan menggunakan bounds test ARDL dengan persamaaan sebagai berikut: Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 ∆!!! = !! + ! !!! !!! ∆!!!!! + ! !!! !!! ∆!"#$!!! + !! !"!!! + !! !"#$!!! + !! ..... (3.1) Sumber: Erbaykal dan Okuyan (2008). Dimana: LY! = log dari GDP pada periode t LINF! = log dari IHK pada periode t M = jumlah lag ! = konstanta ! = random error Hipotesis dasar untuk uji ini adalah H! : !! = !! = 0 dan hasil statistik F akan dibandingkan dengan tabel nilai kritis Pesaran. Jika hasil statistik F lebih rendah dari nilai kritis bawah Pesaran, maka tidak ada hubungan kointegrasi antar variabel. sebaliknya jika hasil statistik F lebih tinggi dari nilai kritis atas, maka ada hubungan kointegrasi antar variabel. Apabila terdapat hubungan kointegrasi, maka dapat dilakukan tahap berikutnya yaitu menentukan hubungan yang terjadi antar variabel apakah jangka panjang atau jangka pendek (Erbaykal dan Okuyan, 2008). Model Autoregressive Distribution Lag (ARDL) Model ARDL digunakan untuk menentukan hubungan yang terjadi antar variabel. Akaike information criterion digunakan untuk menentukan banyaknya jumlah lag optimal yang dapat dimasukkan kedalam model. Persamaan dari model ARDL untuk koefisien jangka panjang adalah !"! = !! + ! !!! !!! !!!!! + ! !!! !!! !"#$!!! + !! .................................... (3.2) Sumber: Erbaykal dan Okuyan (2008) Sedangkan persamaan untuk koefisien jangka pendek adalah: ∆!!! = !! + !! !"!!! + ! !!! !!! ∆!!!!! + ! !!! !!! ∆!"#$!!! + !! .......................(3.3) Sumber: Erbaykal dan Okuyan (2008) Pada persamaan koefisien jangka pendek, !"!!! merupakan nilai lag error yang diperoleh dari hubungan jangka panjang. Koefisien !"!!! diharapkan negatif dan memperlihatkan kecepatan eleminasi disekuilibrium (Erbaykal dan Okuyan, 2008). Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 Uji Kausalitas dengan Pendekatan Toda-Yamamoto Pendekatan Yoda-Yamamoto sesuai untuk standar model VAR dalam tingkat variabel dan meminimalisasi resiko yang disebabkan dari kemungkinan kesalahan deteksi tingkat kointegrasi dari variable. Persamaan untuk uji kausalitas dalam penelitian ini adalah !"! = !! + !"#$! = !! + ! !!! !!! ! !!! !!! !!!!! + !!"# !!!!! !!! !"#$!!! + !"!!! + !"#$ !!!!! !!! ! !!! ∅!! !"#$!!! + !"#$!!! + ! !!! !!! !"#$ !!!!! ∅!! !"!!! + !"#$!!! + !!! !"#$ !!!!! !!! .......(3.4) !"!!! + !!! ....... (3.5) (Erbaykal dan Okuyan, 2008). Dimana: LY : Gross Domestic Product LINF : Indeks harga konsumen ∅!! dan !!! : kecepatan penyesuaian (speed of adjustment) k : jumlah lag dmax : level kointegrasi maksimal dari variabel yang masuk dalam model Dalam model VAR, k merepresentasikan jumlah lag dan !max merepresentasikan level kointegrasi maksimum dari variabel yang masuk dalam model. Ide dasar dari pendekatan ini adalah untuk meningkatkan jumlah lag dalam model VAR sehingga mencapai jumlah maksimum dari level kointegrasi dari variabel dalam model. Hipotesis untuk persamaan !"! jika ∅!! ≠ 0 inflasi merupakan alasan untuk pertumbuhan ekonomi. Hipotesis untuk persamaan !"#$! jika !!! ≠ 0 pertumbuhan ekonomi adalah alasan untuk inflasi (Erbaykal dan Okuyan, 2008). 4. Hasil dan Pembahasan Hasil Uji Unit Root Tahap pertama dalam menguji kointegrasi adalah melakukan uji untuk mengetahui ada atau tidaknya kestasioneran pada data. Sebagian besar dari data time series merupakan data yang tidak stasioner, sehingga jika diregresikan, maka akan menyebabkan regresi lancung (spurious regression), yaitu keadaan dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan dan nilai koefisien determinasi yang tinggi, namun hubungan antara variabel di dalam model tidak saling berhubungan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, namun dalam penelitian ini, uji yang digunakan adalah uji unit root. Uji unit root mempunyai beberapa jenis, seperti uji DickeyFuller, Augmented Dickey-Fuller, Phillips and Perron, Kwiatkowski-Phillips-Schmidt-Shin Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 (KPSS), dll. Dalam penelitian ini, uji unit root yang dilakukan adalah uji ADF dan uji PP, serta menggunakan Akaike Information Criterion (AIC) untuk menentukan durasi lag. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah Ho: variabel (IHK/GDP) memiliki unit root. Untuk menentukan menolak atau tidak menolak hipotesis adalah dengan cara membandingkan nilai hasil uji statistik dengan nilai kritis MacKinnon. Nilai hasil uji statistik merupakan nilai absolut, sehingga tanda (-) tidak mempengaruhi besarnya nilai. Jika nilai absolut uji statistik lebih kecil dari nilai kritis, maka hipotesis diterima, artinya variabel tersebut memiliki unit root atau dianggap tidak stasioner. Begitu pula sebaliknya, jika nilai absolut uji statistik lebih besar dari nilai kritis, maka variabel atau data tersebut dianggap stasioner. Variabel atau data yang tidak stasioner pada level ini kemudian diuji kembali pada first difference dengan cara yang sama, yaitu membandingkan nilai statistik dan nilai kritis. Tabel 4.1 Hasil Uji ADF dan PP pada Tingkat Level Test Variable Statistic Probability Value IHK !"# -1.653 0.4486 GDP!"# -1.649 0.4505 IHK !! -1.680 0.4350 GDP!! -1.643 0.4539 *Nilai kritis MacKinnon (1996) adalah -3.566. -2.920 dan -2.598 untuk level 1%, 5% dan 10%. Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti. 2013. Dari tabel hasil uji statistik ADF dan PP pada tingkat level, terlihat bahwa nilai absolut uji statistik lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon pada semua level (1%, 5% dan 10%). Dengan hasil ini, maka hipotesis diterima, artinya variabel atau data tersebut memiliki unit root atau disebut tidak stasioner. Untuk menguji kointegrasi pada data time series, maka data tersebut harus stasioner pada tingkat level atau pada first difference. Uji yang harus dilakukan selanjutnya adalah uji unit root pada tingkat first difference. Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 Tabel 4.2 Hasil Uji ADF dan PP pada First Difference Test Variable Statistic Probability Value IHK !"# -6.960 0.000 GDP!"# -7.315 0.000 IHK !! -6.960 0.000 GDP!! -7.316 0.000 *Nilai kritis MacKinnon (1996) adalah -3.568, -2.921 dan -2.599 untuk level 1%, 5% dan 10%. Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti. 2013. Setelah dilakukan uji unit root ADF dan PP pada tingkat first difference, terlihat nilai absolut lebih besar dari nilai kritis, sehingga hipotesis ditolak. Ini berarti data tersebut pada tingkat first difference adalah stasioner. Penentuan Jumlah Lag Optimal Dalam melakukan uji kointegrasi, perlu untuk menentukan jumlah lag yang optimal. Jumlah lag optimal ini didapatkan melalui beberapa kriteria, yaitu Likehood Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SC) dan Hannan-Quinn Information Criterion (HQ). Harris menjelaskan bahwa jika lag yang digunakan terlalu sedikit, maka residual dari regresi tidak akan menampilkan proses white noise sehingga model tidak akan mengestimasi actual error secara tepat. Namun, jika memasukkan terlalu banyak lag, maka dapat mengurangi kemampuan untuk menolak Ho karena tambahan parameter yang terlalu banyak akan mengurangi derajat bebas. Panjangnya kelambanan variabel yang optimal diperlukan untuk menangkap pengaruh dari setiap variabel terhadap variabel lain di dalam sistem VAR. Penentuan jumlah lag ini sangat penting karena jika terlalu banyak lag yang dimasukkan, maka semakin banyak jumlah observasi penting yang hilang. Sebaliknya, jika terlalu sedikit jumlah lag yang dimasukkan, maka ukuran sampel menjadi tidak sempurna dan tidak mampu menggambarkan dinamika model secara sempurna (Wooldridge, 1999) Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 Untuk mengetahui jumlah lag optimal yang akan digunakan, menurut Enders, berikut adalah kriteria yang digunakan (Enders, 1995): Akaike Information Criterion (AIC) : T log ∑ + 2 N Schwarz Bayesian Criterion (SBC) : T log ∑ + N log (T) Dengan kriteria informasi AIC dan SBC, kriteria ynag dipilih adalah kriteria yang mempunyai jumlah paling kecil. Sedangkan panjang kelambanan optimal terjadi jika nilai adjuster R! adalah yang paling tinggi (Widarjono, 2010). Tabel 4.2 Hasil Uji Lag Optimal Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 3 4 5 6 7 45.77881 116.2128 118.4397 122.0348 135.5777 170.6859 174.3088 174.9352 NA 131.4767 3.958949 6.071757 21.66874 53.05229* 5.152642 0.835153 0.000490 2.56e-05 2.77e-05 2.83e-05 1.86e-05 4.72e-06* 4.87e-06 5.76e-06 -1.945725 -4.898344 -4.819540 -4.801546 -5.225677 -6.608261* -6.591503 -6.441564 -1.865429 -4.657456 -4.418060 -4.239473 -4.503012 -5.725004* -5.547654 -5.237122 -1.915791 -4.808544 -4.669873 -4.592011 -4.956275 -6.278992* -6.202367 -5.992560 Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti. Berdasarkan tabel diatas, keseluruhan kriteia informasi menunjukkan panjang lag yang sama, yaitu 5. Sehingga lag optimal untuk variabel penelitian ini adalah 5. Uji Kointegrasi (Bounds Test ARDL) Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara variabel-variabel yang meskipun secara individual tidak stasioner, namun kombinasi linier antara variabel tersebut dapat menjadi stasioner (Thomas, 1997). Dua variabel yang tidak stasioner sebelum dideferensikan namun stasioner pada tingkat diferensi pertama, besar kemungkinan akan terjadi kointegrasi, ini berarti terdapat hubungan jangka panjang diantara kedua variabel tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan uji kointegrasi, seperti Eagle-Granger Cointegration Test, Johansen Cointegration Test, Bounds Test to Cointegration, dan Cointegration Regression Durbin-Watson Test. Dalam penelitian ini, uji kointegrasi yang dilakukan adalah bounds test approach to cointegration. Hasil dari uji ini akan dibandingkan dengan nilai atas dan nilai bawah dari tabel pesaran (2001). Jika nilai statistik F lebih rendah dibandingkan nilai kritis bawah Pesaran, maka tidak ada hubungan kointegrasi diantara variabel. Jika nilai statistik F lebih tinggi dari nilai kritis atas Pesaran, maka ada hubungan kointegrasi diantara variabel. Namun, jika nilai Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 statistik F berada diantara nilai kritis atas dan bawah, maka dapat melakukan uji kointegrasi lain. Tabel 4.3 Uji Bounds Test Test Statistic F-statistic Chi-square Value df Probability 1.162860 4.651439 (4, 47) 4 0.3392 0.3250 Jika hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi, maka tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah uji ARDL (Autoregressive Distribution Lag). Uji ARDL dilakukan untuk mengetahui hubungan jangka panjang dan jangka pendek yang terjadi antara variabel. Tabel 4.4 Hasil Bounds Test k Statistik F 1 1.162860 Nilai Kritis (signifikansi 5%) Bawah Atas 6.30 5.65 Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti. Dari tabel bounds test diatas, nilai statistik F lebih kecil dari nilai kritis bawah tabel Pesaran. Hal ini berarti tidak ada hubungan kointegrasi yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Omoke Philip Chimobi (2010). Uji Kausalitas Granger Menggunakan Pendekatan Toda-Yamamoto Uji kausalitas digunakan untuk menentukan arah kausalitas (sebeb-akibat) antara dua variabel dengan meregresikan nilai saat ini dari salah satu variabel pada nilai lag dari variabel lainnya (Berg dan Lewer, 2007). Jika kausalitass hanya terjadi satu arah, maka disebut kausalitas searah (unidirectional causality), sedangkan koefisien yang signifikan untuk keduanya disebut kausalitas dua arah (bi-directional causality). Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 Tabel 4.5 Uji Kausalitas Granger Dependent variable: LY Excluded Chi-sq df Prob. LINF 1.500024 5 0.9131 All 1.500024 5 0.9131 Dependent variable: LINF Excluded Chi-sq df Prob. LY 392.5432 5 0.0000 All 392.5432 5 0.0000 Terdapat dua hipotesis yang digunakan dalam uji kausalitas Granger ini yaitu untuk bagian pertama tabel diatas adalah Ho: LY (pertumbuhan ekonomi) mempengaruhi LINF (inflasi) dan hipotesis untuk bagian kedua adalah Ho: LINF (inflasi) mempengaruhi LY (pertumbuhan ekonomi). Untuk mengetahui makna hasil uji kausalitas ini, maka akan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 5%, maka Ho ditolak, begitu pula sebaliknya. Tabel 4.6 Hasil Uji Kausalitas Granger !! Arah Kausalitas Prob LINF ð LY 392.5432 0.0000 LY ð LINF 1.500024 0.9131 Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti. Pada tabel 4.8, terlihat bahwa nilai p adalah 0.9131 lebih besar dari 5%, sehingga Ho pertama ditolak. Jadi dapat disimpulkan untuk tabel bagian pertama bahwa tidak ada hubungan kausalitas dari pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi. Pada tabel 4.8 juga terlihat bahwa nilai p adalah 0.000 lebih kecil dari 5%, sehingga Ho kedua tidak ditolak. Jadi dapat disimpulkan untuk bagian kedua tabel bahwa terjadi hubungan kausalitas searah dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Walaupun dalam jangka pendek terjadi hubungan kausalitas (sebab-akibat), namun dalam jangka panjang, tidak terdapat kointegrasi. Hal ini dikarenakan terdapat komponen lain yang membentuk Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 pertumbuhan ekonomi, seperti konsumsi masyarakat Indonesia yang tetap tinggi meskipun dalam masa inflasi tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan kointegrasi yang terjadi. Penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erman Erbaykal dan Aydin Okuyan pada tahun 2008. Berdasarkan analisis hubungan kointegrasi, penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Turki, serta hubungan jangka panjang yang tidak signifikan dan hubungan yang negatif pada jangka pendek. Sedangkan, berdasarkan analisis kausalitas, didapatkan hasil yang sama, yaitu hubungan kausalitas searah (unidirectional) dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. 18 16 14 12 10 Inflasi 8 GDP 6 4 2 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: www.bps.go.id dan Laporan Tahunan BI. Grafik 4.1 PDB dan Inflasi di Indonesia Dalam analisis kausalitas yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi, dapat dilihat pada grafik diatas. Pada tahun 2001, inflasi Indonesia mencapai 12,55 yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun pada tingkat terendah yaitu 3,3. Begitu pua pada tahun 2002, dengan tingkat inflasi sebesar 10,03, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap rendah, yaitu berada pada 3,7. Tingkat inflasi yang rendah terjadi pada tahun 2011, yaitu 3,79 menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebesar 6,5. Pada tahun 2012 pula memperlihatkan hal serupa, yaitu dengan inflasi yang rendah (4,3), pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 6,2. Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 Karakteristik ekonomi negara Turki yang telah berhasil pulih dari krisis pada tahun 2001 dan dianggap sebagai negara yang stabil untuk investasi (www.cnbc.com). Hal ini memiliki perbedaan dengan kondisi ekonomi Indonesia yang kurang stabil dalam pemulihan setelah krisis. Perekonomian Indonesia yang dualistis dianggap rentan terhadap gejolak ekonomi dan krisis ekonomi yang terjadi (www.republika.co.id) Kesamaan hasil penelitian didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Phillips Omoke Chimobi pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan kointegrasi antara inflasi dan petumbuhan ekonomi di Nigeria. Chimobi menyatakan bahwa dalam studinya tidak mempertimbangkan hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang negatif ataau positif, namun, beberapa studi yang dijadikan acuan menyatakan bahwa inflasi yang tinggi tidak pernah dan tidak akan menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi. Melalui analisis kausalitas, Chimobi menjelaskan bahwa adanya hubungan searah (unidirectional) yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Chimobi menyatakan bahwa penting untuk mengetahui fakta bahwa terjadi hubungaan kausalitas dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai indikasi bahwa inflasi memang memiliki daampak pada pertumbuhan (Chimobi, 2010). Pada penelitian mengenai hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh J.R. Faria dan F. G. Carneiro pada tahun 2001, menemukan bahwa pada negara dengan tingkat inflasi yang tinggi, tidak ditemukan respon jangka panjang pertumbuhan ekonomi terhadap gejolak inflasi yang permanen. Namun, Faria dan Carneiro berpendapaat bahwa pada jangka pendek, terdapat dampak negatif inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi (Faria dan Carneiro, 2001). Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Pradana M. Bandula Jayathileke dan Rathnayaka M. Kapila Tharanga Rathnayake pada tahun 2013, meneliti mengenai hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada beberapa negara Asia, seperti Cina, India dan Sri Lanka. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa pada negara India tidak ditemukan adanya hubungan kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Penemuan selanjutnya adalah ditemukan hubungan kointegrasi antara dua variabel tersebut pada negara Sri Lanka. Namun pada negara Cina, tidak dapat ditentukan apakah terdapat hubungan kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi karena niali statistik F berada diantara nilai atas dan nilai bawah. Dalam analisis kausalitas, penemuan yang berbeda terjadi, yaitu adanya hubungan kausalitas pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi di negara Cina. Sedangkan pada negara India dan Sri Lanka, tidak ditemukan adanya hubungan kausalitas yang signifikan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Jayathileke dan Rathnayake Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 menyatakan bahwa hasil yang mereka temukan menegaskan bahwa faktor spesifik negara dan kondisi ekonomi makro memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi (Jayathileke dan Rathnayake, 2013). Pernyataan Jayathileke dan Rathnayake diatas apabila dikaji dengan data yang berada di Indonesia ditemukan suatu kecocokan. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2005 dengan adanya kenaikan harga minyak dunia, pemerintah melakukan kebijakan perubahan harga administered berupa kenaikan harga bahan bakar minyak. Hal ini menyebabkan kenaikan inflasi yang sangat tinggi, sehingga dilakukan kebijakan moneter ketat. Pada bulan Agustus tahun 2005, pemerintah menaikkan tingkat SBI menjadi 9,5%, lalu dinaikkan kembali pada bulan Oktober sampai akhirnya pada bulan Desember menjadi 12,5%. Terjadi penurunan perkembangan nilai surplus neraca berjalan pada tahun yang sama. Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat masih lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Serta konsumsi masyarakat di Indonesia yang merupakan bagian terbesar sebagai komponen pembentuk GDP, menyebabkan pertumbuhan Indonesia cenderung stabil walaupun disaat inflasi tinggi ataupun disaat krisis. Dengan inflasi sebagai taget akhir kebijakan moneter Indonesia, inflasi masih tercatat berfluktuasi. Sementara itu, jika dibandingkan dengan keadaan ekonomi dan kebijakan moneter di negara lain seperti Turki yang juga menjalankan sistem inflation targeting framework, inflasi yang tinggi di negara tersebut dapat dikurangi dari 35% sampai menjadi 8%, serta tingkat bunga nominal dan riil turun dari tahun 2001 sampai 2005. Walaupun Indonesia dan Turki pernah menganut sistem inflation targeting framework, namun hasil dari kebijakan tersebut tidak lah sama. Indonesia tetap memiliki tingkat inflasi yang berfluktuasi jika dibandingkan Turki (tahun 2001-2005) yang telah berhasil menurunkan tingkat inflasinya. Dengan kata lain, walaupun kebijakan moneter maupun fiskal yang dianut hampir sama, namun pada akhirnya keadaan ekonomi antar negara tersebut tetap berbeda. Kondisi ekonomi makro inilah yang menyebabkan perbedaan hubungan yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Hubungan kausalitas yang terjadi di Indonesia yaitu dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi, mengandung arti bahwa pada jangka pendek inflasi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dalam jangka panjang, inflasi tidak memiliki hubungan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dijelaskan Bruno dan Easterly bahwa pada jangka panjang, dilakukan penyesuaian terhadap inflasi yang tinggi dengan dilakukan stabilisasi inflasi (Bruno dan Easterly, 1998). Bruno dan Easterly juga menambahkan bahwa pada hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dimungkinkan terjadi perbedaan karna Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 dipengaruhi oleh negara dengan nilai inflasi yang ekstrim, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah (Bruno dan Easterly, 1998). 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Pada penelitian yang menggunakan Autoregressive Distribution Lag (ARDL) untuk pendekatan kointegrasi ini, ditemukan bahwa hasil menunjukkan tidak ada hubungan kointegrasi diantara kedua variabel inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 2000 sampai 2012. Dengan menggunakan uji Kausalitas Granger dengan pendekatan Toda-Yamamoto, didapatkan hasil bahwa di Indonesia pada periode 2000 sampai 2012 terjadi hubungan kausalitas (sebab-akibat) searah yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan tidak ditemukan hubungan kausalitas yang berasal dari pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi. 5.2 Saran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan kointegrasi pada variabel inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, serta adanya hubungan kausalitas yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, hasil ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pentingnya hubungan variabel makro ekonomi serta pembuatan kebijakan ekonomi yang relevan dengan variabel tersebut. 1. Karena pada jangka pendek terjadi hubungan kausalitas, yaitu inflasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, penting untuk pembuat kebijakan ekonomi (pemerintah) untuk konsisten terhadap proses stabilisasi inflasi agar tingkat inflasi yang dicapai sesuai dengan target atau lebih rendah dari target inflasi sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dijaga dan mengalami kenaikan secara terus menerus. 2. Model yang digunakan untuk menguji kointegrasi adalah Bounds Test menggunakan Autoregressive Distribution Lag (ARDL). Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan model pengujian lain seperti Johansen’s test of cointegration, sehingga akan didapatkan hasil yang lebih konsisten dalam menjelaskan hubungan kointegrasi inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 Daftar Pustaka Aamir, Muhammad., Karamat, Monazza,, Rehan, Muhammad Farooq, dkk. 2011. Inflation in Pakistan: Antecendents and Consequences. International Research Journal of Finance and Economics.Boediono. 1988. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta. Achsani, Noer Azam., Fauzi, Arie Jayanthy F A, dan Abdullah, Piter. 2010. The Relationship between Inflation and Real Exchange Rate: Comparative study between ASEAN+3, the EU and North America. International Research Journal of Finance and Economics. Berg, Hendrik Van Den, dan Lewer, Joshua J. International Trade and Economic Growth. 2007. New York: M.E. Sharpe, Inc. Bruno, Michael dan Easterly, William. 1998. Inflation Crises and Long Run Growth. Elsevier, Journal of Monetary Economics 41 Pg. 3-26. Chimobi, Omoke Philip. 2010. Inflation and Economic Growth in Nigeria. Journal of Sustainable Development Vol. 3 No. 2 Pg. 159-166. Endri. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia. Jakarta. ABFI Institute PERBANAS Jakarta. Erbaykal, Erman dan Okuyan, H. Aydin. Does inflation Depress Economic Growth? Evidence from Turkey. 2008. International Research Journal of Finance and Economics. Faria, Joao Ricardo, dan Carneiro, Francisco Galrao. 2001. Does High Inflation Affect Growth in The Long and Short Run?. Journal of Applied Economics Vol. IV No. 1 Pg. 89-105. Friedman, M. 1963. Inflation: Causes and Consequences. New York: Asia Publishing House. Greenwald, Douglass. 1998. Encyclopedia of Economic. London: The MIT Press Cambridge. Jayathileke, Pradana M. Bandula, dan Rathnayake, Rathnayaka M. Kapila Tharanga. 2013. Testing the Link Between Inflation and Economic Growth: Evidence from Asia. Modern Economy Vol. 4 Pg. 87-92. Maliik, Girijasankar dan Chowdhury, Anis. 2001. Inflation and Economis Growth: Evidence from Four South Asian Countries. Asia-Pacific Development Journal Vol. 8, No. 1, June 2001. Mankiw, N. Gregory. 2002. Makroekonomi, edisi keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Newman, William Lawrence. 1997. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Boston: Allyn and Bacon. Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013 Rasyad, Rasdihan. 2003. Metode Statistik Deskriptif untuk Umum. Jakarta: PT. Grasindo. Samuelson, Paul A dam Nordhaus, William D. 1989. Macroeconomics. United States: McGraw-Hill, Inc. Sukirno, Sadono. 1998. Pengantar Teori Makro Ekonomi, edisi kedua. Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Stokes, Jane. 2003. How to Do Media and Cultural Studies (diterjemahkan oleh Santi Indira Astuti). SAGE Publication. Wooldridge, Jeffrey M. 1999. Introductory Econometrics: A Modern Approach. Amerika Serikat: Thomson Learning. Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013