analisis hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di

advertisement
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI
DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOINTEGRASI
DAN KAUSALITAS GRANGER PADA PERIODE 2000-2012
Dina Acyuninda
Umanto Eko P.
Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan yang terjadi antara inflasi dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini memiliki cakupan data Indeks Harga
Konsumen dan Produk Domestik Bruto periode 2000:2012. Uji stasioneritas data dilakukan
dengan menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) test dan Phillips-Perron (PP) test,
dan ditemukan bahwa data stasioner pada first difference. Bounds test dilakukan untuk
menguji ada atau tidak hubungan kointegrasi diantara variabel, dimana hasil menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan kointegrasi. Pengujian kausalitas Granger antara inflasi dan
pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan menggunakan uji yang dikembangkan oleh TodaYamamoto (1995). Hasilnya adalah tidak ditemukan hubungan kausalitas yang terjadi dari
pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi, melainkan hubungan kausalitas yang ditemukan
terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil pengujian tersebut menunjukkan
bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kata Kunci : inflasi, pertumbuhan ekonomi, kointegrasi, bounds test, kausalitas.
The purpose of this research is to analyze the relationship between inflation and economic
growth in Indonesia. The data covered in this research is Consumer Price Index (CPI) and
Gross Domestic Product (GDP) of 2000-2012 period. Stasionarity test was carried out using
the Augmented Dickey-Fuller (ADF) and Phillip- Perron test (PP), and found that the data is
stasioner at first difference. The bounds test was carried out to find the existance of
cointegration between variables, the result is no cointegration between inflation and
economic growth in Indonesia. Granger causality test employed using Toda-Yamamoto
Approach (1995), where there is no significant result of causality running from economic
growth to inflation, but the significant result was found running from inflation to economic
growth. The test is stated that inflation has impact on economic growth.
Keywords : inflation, economic growth, cointegration, bounds test, causality.
1. Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan perekonomian suatu negara,
dikatakan tumbuh apabila terjadi peningkatan GDP riil negara tersebut. Salah satu indikator
penting untuk menganalisis perekonomian suatu negara adalah inflasi, terutama berkaitan
dengan dampak yang luas terhadap variabel makroekonomi agregat seperti pertumbuhan
ekonomi (Endri, 2008). Inflasi yang stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
yang berkesinambungan dan akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat
(Wahyuni, 2011). Pengendalian inflasi penting dilakukan karena inflasi yang tinggi dan tidak
stabil memberikan dampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
(www.bi.go.id).
GDP merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Peningkatan GDP dapat menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi
yang positif. Dalam penyusunan kebijakan moneter, inflasi dijadikan sebagai landasannya,
sehingga kebijakan moneter yang dihasilkan dapat menciptakan inflasi yang rendah
(www.bi.go.id).
Inflasi dalam jangka panjang merupakan fenomena moneter (Friedman, 1963) yang
ada di setiap negara sebagai indikator penting dalam perekonomian. Beberapa tahun
belakangan ini, inflasi telah menjadi salah satu topik yang banyak digunakan dalam
penelitian makroekonomi, hal ini dikarenakan inflasi memiliki implikasi yang besar terhadap
pertumbuhan dan distribusi pendapatan (Ayyoub, 2011) serta, tingkat inflasi juga dapat
memberikan gambaran mengenai status ekonomi suatu negara (Amir dan Karamat, 2011).
Hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi permasalahan
ekonomi yang penting. Hubungan ini telah diperdebatkan dalam literatur ekonomi dan telah
memperlihatkan hubungan yang berbeda dengan kondisi ekonomi dunia (Erman Erbaykal
dan H. Aydin Okuyan, 2008). Indikator dasar makro ekonomi dapat digunakan sebagai
ilustrasi kondisi ekonomi suatu negara untuk mengukur kestabilan harga dalam negara
tersebut. Secara umum, tingkat inflasi dapat digunakan untuk mengukur kestabilan harga
dalam ekonomi (Achsani, Jayanthy, Fauzi dan Abdullah, 2010).
Untuk mengkaji pertumbuhan ekonomi, diperlukan suatu model yang dapat
mencerminkan keterkaitan peubah satu dengan yang lainnya. Umumnya, peubah-peubah
ekonomi bersifat nonstasioner serta dipengaruhi peristiwa terdahulu, sehingga perlu ada
perhatian terhadap peubah-peubah tersebut sebelum membuat model. Ketidakstasioneran
peubah-peubah
tersebut
mungkin
memiliki
hubungan
kointegrasi
atau
hubungan
keseimbangan jangka panjang antar peubah nonstasioner, sehingga model yang dibentuk
harus dapat mencerminkan sifat tersebut.
Kontroversi hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi ini awalnya berasal
dari Amerika Latin pada tahun 1950an, dengan perdebatan antara struktualis dan monetaris
(Maliik dan Chowdhury, 2001). Struktualis menganggap bahwa inflasi penting bagi
pertumbuhan ekonomi, sebaliknya, monetaris melihat bahwa inflasi merugikan bagi proses
pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 1970an, fakta bahwa tingkat pertumbuhan mulai menurun
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
dengan tingkat inflasi tinggi, khususnya inflasi tinggi dan hyperinflation yang terjadi di
negara amerika latin tahun 1980an, telah menimbulkan pandangan bahwa inflasi memiliki
efek negatif pada pertumbuhan ekonomi (Erbaykal dan Okuyan, 2008).
Erbaykal dan Okuyan, (2008) menggunakan pendekatan uji kointegrasi dan uji
analisis kausalitas, Hasil penelitiannya menunjukkan hubungan kointegrasi diantara inflasi
dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, menggunakan model ARDL,
tidak ditemukan
hubungan jangka panjang dan juga ditemukan sebuah hubungan negatif jangka pendek antar
variabel. Chimobi (2010) menggunakan pendekatan kointegrasi dan uji kausalitas Granger,
serta CPI sebagai proxy untuk inflasi dan GDP sebagai proxy pertumbuhan ekonomi,
ditemukan bahwa tidak ada hubungan kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di
Nigeria. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ditemukan hubungan kausalitas tidak
berarah diantara dua variabel tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang diangkat
di dalam penelitian ini yaitu: Apakah terdapat hubungan kointegrasi antara inflasi dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 2000-2012? dan bagaimana hubungan
kausalitas yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode
2000-2012?
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk untuk menganalisis hubungan
kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 2000-2012
dan untuk menganalisis hubungan kausalitas yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia pada periode 2000-2012.
2. Tinjauan Teoritis
Ekonomi merupakan studi mengenai bagaimana masyarakat menggunakan sumber
daya langka untuk memproduksi komoditas bernilai dan mendistribusikannya kepada
kelompok yang berbeda (Samuelson dan Nordhaus, 1989). Ekonomi dibagi menjadi dua
bagian utama, yaitu mikroekonomi dan makroekonomi. Mikroekonomi merupakan studi
mengenai bagaimana rumah tangga dan perusahaan membuat keputusan dan bagaimana
mereka berinteraksi dalam pasar tertentu. Makroekonomi adalah studi tentang perekonomian
secara menyeluruh, termasuk pertumbuhan pendapatan, perubahan harga dan tingkat
pengangguran, serta makroekonomi berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan ekonomi
(Mankiw, 2002).
Greenwald (1998) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan tingkat harga secara
umum dari barang komoditas dan jasa selama satu periode waktu tertentu. Inflasi dianggap
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter
terhadap suatu komoditas. Inflasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, Mankiw
menyebutkan tiga penyebab inflasi (Mankiw, 2002). Pertama, demand pull inflation yaitu
kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh adanya gangguan (shock) pada sisi permintaan
barang dan jasa. Kedua, cost push inflation yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan biaya
produksi. Mixed inflation yaitu gejala kombinasi antara unsur inflasi yang disebabkan karena
kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indeks yang memperhatikan
harga-harga yang harus dibayar konsumen baik di perkotaan maupun pedesaan (Purwanto,
2003). Indeks Harga Konsumen dapat digunakan sebagai barometer nilai tukar rupiah atau
sebagai indikator inflasi, sebagai landasan untuk memperbaiki atau menyesuaikan gaji dan
upah karyawan, sebagai
pengukur perubahan harga konsumen dan sebagai indikator
perubahan pengeluaran rumah tangga (Rasyad, 2003).
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2004). Definisi lain diberikan oleh Boediono
yang mendartikan pertumbuhan ekonomi sebagai proses kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang (Boediono, 1988). Definisi ini menekankan pada tiga aspek, yaitu proses,
output per kapita dan jangka panjang.
Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto merupakan pendapatan
total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. GDP sering dianggap
sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Pertumbuhan GDP merupakan dasar dari
pengukuran pertumbuhan ekonomi, karena GDP pada harga konstan dapat diestimasikan
dengan mengukur total kuantitas barang dan jasa yang diproduksi pada suatu periode, menilai
mereka pada harga tahun dasar dan mengurangi biaya input menengah, juga dalam harga
yang konstan (The World Bank, 2003).
3. Metode Penelitian
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pendekatanpendekatan yang dikembangkan dalam ilmu pengetahuan alam dan sosial. Pendekatan
kuantitatif digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel inflasi dan variabel
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini didasarkan pada informasi numerik atau kuantitaskuantitas dan biasanya diasosiasikan dengan analisis-analisis statistik (Stokes, 2003).
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dapat dibagi menjadi empat, yaitu berdasarkan tujuan, manfaat,
dimensi waktu, dan teknik pengumpulan data (Newman, 1997). Berdasarkan tujuannya,
penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatiftif merupakan
penelitian yng menjelaskan hubungan perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan variabel
lain. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini merupakan penelitian murni (basic research)
karena penelitian ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan peneliti sendiri dan dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan (Prasetyo dan Jannah, 2008). Berdasarkan dimensi
waktu, penelitian ini termasuk penelitian cross sectional karena hanya dilakukan pada satu
kurun waktu tertentu, yaitu pada Januari 2013. Berdasarkan teknik pengumpulan data, dibagi
menjadi studi lapangan dan studi pustaka dan literatur. Dalam studi lapangan, peneliti
menggunakan data sekunder yang berupa data Consumer Price Index atau Indeks Harga
Konsumen (IHK) dan data Gross Domestic Product (GDP) Indonesia. Dalam studi pustaka
dan literatur, dilakukan untuk mendapatkan literatur mengenai inflasi dan pertumbuhan
ekonomi dan alam penelitian ini, studi pustaka menggunakan jurnal, buku dan artikel
ekonomi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data triwulan dari Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebagai proksi inflasi, dan Gross Domestic Product (GDP) sebagai proksi
pertumbuhan ekonomi. data-data tersebut mencakup periode dari tahun 2000 sampai 2012
(13 tahun). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Melihat fluktuasi
perekonomian akibat krisis tahun 1998 dan 2008, menjadikan pemilihan periode penelitian
dari tahun 2000-2012 untuk menganalisis hubungan antar variabel pada masa krisis dan juga
setelah krisis.
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Girijasankar Mallik dan Anis Chowdhurry,
meneliti mengenai hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada empat negara
Asia Selatan, Bangladesh, India, Pakistan dan Sri Lanka, dengan menggunakan pendekatan
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
kointegrasi. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa adanya hubungan
kointegrasi diantara kedua variabel pada masing-masing negara.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Erman Erbaykal dan H. Aydin Okuyan pada tahun
2008 mengenai inflasi dan pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan kointegrasi pada
Negara Turki. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara
inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Turki. Hubungan kausalitas yang terjadi menunjukkan
hubungan searah yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis 1:
Ada hubungan kointegrasi antara inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Hipotesis 2:
Terjadi hubungan kausalitas antara inflasi dengan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
3.4 Model Analisis
Uji Unit Root
Sebelum menguji kointegrasi dan kausalitas, awalnya dilakukan uji unit root untuk
menemukan stasioneran dari data. Banyak ahli menyatakan bahwa untuk menguji unit root
penelitian ini, semua variabel tidak stasioner pada tingkat level dan sebaiknya menjadi
stasioner saat difference yang sama dihilangkan. Jika satu variabel atau lebih merupakan
stasioner pada tingkat level maka disebut I(0), kointegrasi tidak dapat diuji dengan
menggunakan uji ini. Namun, pendekatan bounds test yang dikembangkan oleh Pesaran,
kehadiran hubungan kointegrasi dapat dilihat diantara variabel terlepas dari apakah variabel
tersebut I(0) atau I(1) (dibawah kondisi bahwa variael dependen adalah I(1) dan variabel
independen adalah I(0) ataupun I(1)) (Erbaykal dan Okuyan, 2008).
Uji unit root yang digunakan dalam penelitian ini adalah Augmented Dickey-Fuller
(ADF) dan Phillips-Perron (PP). Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai
statistik yang diperoleh dengan nilai kritis McKinnon. Jika lebih kecil dari nilai kritis, maka
data tidak stasioner, begitu pula sebaliknya.
Uji Kointegrasi
Saat pengujian stasioneritas telah dilakukan dan hasilnya menyatakan bahwa variabel
dependen merupakan I(1) dan variabel independen I(0) atau I(1), maka tahap selanjutnya
adalah uji kointegrasi. Untuk melakukan uji kointegrasi ini, dilakukan menggunakan bounds
test ARDL dengan persamaaan sebagai berikut:
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
∆!!! = !! +
!
!!! !!!
∆!!!!! +
!
!!! !!!
∆!"#$!!! + !! !"!!! + !! !"#$!!! + !! ..... (3.1)
Sumber: Erbaykal dan Okuyan (2008).
Dimana:
LY! = log dari GDP pada periode t
LINF! = log dari IHK pada periode t
M = jumlah lag
! = konstanta
! = random error
Hipotesis dasar untuk uji ini adalah H! : !! = !! = 0 dan hasil statistik F akan
dibandingkan dengan tabel nilai kritis Pesaran. Jika hasil statistik F lebih rendah dari nilai
kritis bawah Pesaran, maka tidak ada hubungan kointegrasi antar variabel. sebaliknya jika
hasil statistik F lebih tinggi dari nilai kritis atas, maka ada hubungan kointegrasi antar
variabel. Apabila terdapat hubungan kointegrasi, maka dapat dilakukan tahap berikutnya
yaitu menentukan hubungan yang terjadi antar variabel apakah jangka panjang atau jangka
pendek (Erbaykal dan Okuyan, 2008).
Model Autoregressive Distribution Lag (ARDL)
Model ARDL digunakan untuk menentukan hubungan yang terjadi antar variabel.
Akaike information criterion digunakan untuk menentukan banyaknya jumlah lag optimal
yang dapat dimasukkan kedalam model. Persamaan dari model ARDL untuk koefisien jangka
panjang adalah
!"! = !! +
!
!!! !!!
!!!!! +
!
!!! !!!
!"#$!!! + !! .................................... (3.2)
Sumber: Erbaykal dan Okuyan (2008)
Sedangkan persamaan untuk koefisien jangka pendek adalah:
∆!!! = !! + !! !"!!! +
!
!!! !!!
∆!!!!! +
!
!!! !!!
∆!"#$!!! + !! .......................(3.3)
Sumber: Erbaykal dan Okuyan (2008)
Pada persamaan koefisien jangka pendek, !"!!! merupakan nilai lag error yang
diperoleh dari hubungan jangka panjang. Koefisien !"!!! diharapkan negatif dan
memperlihatkan kecepatan eleminasi disekuilibrium (Erbaykal dan Okuyan, 2008).
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
Uji Kausalitas dengan Pendekatan Toda-Yamamoto
Pendekatan Yoda-Yamamoto sesuai untuk standar model VAR dalam tingkat variabel
dan meminimalisasi resiko yang disebabkan dari kemungkinan kesalahan deteksi tingkat
kointegrasi dari variable. Persamaan untuk uji kausalitas dalam penelitian ini adalah
!"! = !! +
!"#$! = !! +
!
!!! !!!
!
!!! !!!
!!!!! +
!!"#
!!!!! !!!
!"#$!!! +
!"!!! +
!"#$
!!!!! !!!
!
!!! ∅!!
!"#$!!! +
!"#$!!! +
!
!!! !!!
!"#$
!!!!! ∅!!
!"!!! +
!"#$!!! + !!!
!"#$
!!!!! !!!
.......(3.4)
!"!!! + !!! .......
(3.5)
(Erbaykal dan Okuyan, 2008).
Dimana:
LY
: Gross Domestic Product
LINF
: Indeks harga konsumen
∅!! dan !!! : kecepatan penyesuaian (speed of adjustment)
k
: jumlah lag
dmax
: level kointegrasi maksimal dari variabel yang masuk dalam model
Dalam model VAR, k merepresentasikan jumlah lag dan !max merepresentasikan
level kointegrasi maksimum dari variabel yang masuk dalam model. Ide dasar dari
pendekatan ini adalah untuk meningkatkan jumlah lag dalam model VAR sehingga mencapai
jumlah maksimum dari level kointegrasi dari variabel dalam model. Hipotesis untuk
persamaan !"! jika ∅!! ≠ 0 inflasi merupakan alasan untuk pertumbuhan ekonomi. Hipotesis
untuk persamaan !"#$! jika !!! ≠ 0 pertumbuhan ekonomi adalah alasan untuk inflasi
(Erbaykal dan Okuyan, 2008).
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil Uji Unit Root
Tahap pertama dalam menguji kointegrasi adalah melakukan uji untuk mengetahui
ada atau tidaknya kestasioneran pada data. Sebagian besar dari data time series merupakan
data yang tidak stasioner, sehingga jika diregresikan, maka akan menyebabkan regresi
lancung (spurious regression), yaitu keadaan dimana hasil regresi menunjukkan koefisien
regresi yang signifikan dan nilai koefisien determinasi yang tinggi, namun hubungan antara
variabel di dalam model tidak saling berhubungan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, namun dalam penelitian ini, uji yang
digunakan adalah uji unit root. Uji unit root mempunyai beberapa jenis, seperti uji DickeyFuller, Augmented Dickey-Fuller, Phillips and Perron, Kwiatkowski-Phillips-Schmidt-Shin
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
(KPSS), dll. Dalam penelitian ini, uji unit root yang dilakukan adalah uji ADF dan uji PP,
serta menggunakan Akaike Information Criterion (AIC) untuk menentukan durasi lag.
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah Ho: variabel (IHK/GDP)
memiliki unit root. Untuk menentukan menolak atau tidak menolak hipotesis adalah dengan
cara membandingkan nilai hasil uji statistik dengan nilai kritis MacKinnon. Nilai hasil uji
statistik merupakan nilai absolut, sehingga tanda (-) tidak mempengaruhi besarnya nilai. Jika
nilai absolut uji statistik lebih kecil dari nilai kritis, maka hipotesis diterima, artinya variabel
tersebut memiliki unit root atau dianggap tidak stasioner. Begitu pula sebaliknya, jika nilai
absolut uji statistik lebih besar dari nilai kritis, maka variabel atau data tersebut dianggap
stasioner. Variabel atau data yang tidak stasioner pada level ini kemudian diuji kembali pada
first difference dengan cara yang sama, yaitu membandingkan nilai statistik dan nilai kritis.
Tabel 4.1
Hasil Uji ADF dan PP pada Tingkat Level
Test
Variable
Statistic
Probability
Value
IHK !"#
-1.653
0.4486
GDP!"#
-1.649
0.4505
IHK !!
-1.680
0.4350
GDP!!
-1.643
0.4539
*Nilai kritis MacKinnon (1996) adalah -3.566. -2.920 dan -2.598 untuk level 1%, 5% dan 10%.
Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti. 2013.
Dari tabel hasil uji statistik ADF dan PP pada tingkat level, terlihat bahwa nilai
absolut uji statistik lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon pada semua level (1%, 5% dan
10%). Dengan hasil ini, maka hipotesis diterima, artinya variabel atau data tersebut memiliki
unit root atau disebut tidak stasioner. Untuk menguji kointegrasi pada data time series, maka
data tersebut harus stasioner pada tingkat level atau pada first difference. Uji yang harus
dilakukan selanjutnya adalah uji unit root pada tingkat first difference.
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
Tabel 4.2
Hasil Uji ADF dan PP pada First Difference
Test
Variable
Statistic
Probability
Value
IHK !"#
-6.960
0.000
GDP!"#
-7.315
0.000
IHK !!
-6.960
0.000
GDP!!
-7.316
0.000
*Nilai kritis MacKinnon (1996) adalah -3.568, -2.921 dan -2.599 untuk level 1%, 5% dan 10%.
Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti. 2013.
Setelah dilakukan uji unit root ADF dan PP pada tingkat first difference, terlihat nilai
absolut lebih besar dari nilai kritis, sehingga hipotesis ditolak. Ini berarti data tersebut pada
tingkat first difference adalah stasioner.
Penentuan Jumlah Lag Optimal
Dalam melakukan uji kointegrasi, perlu untuk menentukan jumlah lag yang optimal.
Jumlah lag optimal ini didapatkan melalui beberapa kriteria, yaitu Likehood Ratio (LR),
Final Prediction Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information
Criterion (SC) dan Hannan-Quinn Information Criterion (HQ). Harris menjelaskan bahwa
jika lag yang digunakan terlalu sedikit, maka residual dari regresi tidak akan menampilkan
proses white noise sehingga model tidak akan mengestimasi actual error secara tepat. Namun,
jika memasukkan terlalu banyak lag, maka dapat mengurangi kemampuan untuk menolak Ho
karena tambahan parameter yang terlalu banyak akan mengurangi derajat bebas. Panjangnya
kelambanan variabel yang optimal diperlukan untuk menangkap pengaruh dari setiap variabel
terhadap variabel lain di dalam sistem VAR.
Penentuan jumlah lag ini sangat penting karena jika terlalu banyak lag yang
dimasukkan, maka semakin banyak jumlah observasi penting yang hilang. Sebaliknya, jika
terlalu sedikit jumlah lag yang dimasukkan, maka ukuran sampel menjadi tidak sempurna dan
tidak mampu menggambarkan dinamika model secara sempurna (Wooldridge, 1999)
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
Untuk mengetahui jumlah lag optimal yang akan digunakan, menurut Enders, berikut
adalah kriteria yang digunakan (Enders, 1995):
Akaike Information Criterion (AIC)
: T log ∑ + 2 N
Schwarz Bayesian Criterion (SBC)
: T log ∑ + N log (T)
Dengan kriteria informasi AIC dan SBC, kriteria ynag dipilih adalah kriteria yang
mempunyai jumlah paling kecil. Sedangkan panjang kelambanan optimal terjadi jika nilai
adjuster R! adalah yang paling tinggi (Widarjono, 2010).
Tabel 4.2
Hasil Uji Lag Optimal
Lag
LogL
LR
FPE
AIC
SC
HQ
0
1
2
3
4
5
6
7
45.77881
116.2128
118.4397
122.0348
135.5777
170.6859
174.3088
174.9352
NA
131.4767
3.958949
6.071757
21.66874
53.05229*
5.152642
0.835153
0.000490
2.56e-05
2.77e-05
2.83e-05
1.86e-05
4.72e-06*
4.87e-06
5.76e-06
-1.945725
-4.898344
-4.819540
-4.801546
-5.225677
-6.608261*
-6.591503
-6.441564
-1.865429
-4.657456
-4.418060
-4.239473
-4.503012
-5.725004*
-5.547654
-5.237122
-1.915791
-4.808544
-4.669873
-4.592011
-4.956275
-6.278992*
-6.202367
-5.992560
Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti.
Berdasarkan tabel diatas, keseluruhan kriteia informasi menunjukkan panjang lag
yang sama, yaitu 5. Sehingga lag optimal untuk variabel penelitian ini adalah 5.
Uji Kointegrasi (Bounds Test ARDL)
Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara variabel-variabel yang
meskipun secara individual tidak stasioner, namun kombinasi linier antara variabel tersebut
dapat menjadi stasioner (Thomas, 1997). Dua variabel yang tidak stasioner sebelum
dideferensikan namun stasioner pada tingkat diferensi pertama, besar kemungkinan akan
terjadi kointegrasi, ini berarti terdapat hubungan jangka panjang diantara kedua variabel
tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan uji kointegrasi,
seperti Eagle-Granger Cointegration Test, Johansen Cointegration Test, Bounds Test to
Cointegration, dan Cointegration Regression Durbin-Watson Test. Dalam penelitian ini, uji
kointegrasi yang dilakukan adalah bounds test approach to cointegration.
Hasil dari uji ini akan dibandingkan dengan nilai atas dan nilai bawah dari tabel
pesaran (2001). Jika nilai statistik F lebih rendah dibandingkan nilai kritis bawah Pesaran,
maka tidak ada hubungan kointegrasi diantara variabel. Jika nilai statistik F lebih tinggi dari
nilai kritis atas Pesaran, maka ada hubungan kointegrasi diantara variabel. Namun, jika nilai
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
statistik F berada diantara nilai kritis atas dan bawah, maka dapat melakukan uji kointegrasi
lain.
Tabel 4.3
Uji Bounds Test
Test Statistic
F-statistic
Chi-square
Value
df
Probability
1.162860
4.651439
(4, 47)
4
0.3392
0.3250
Jika hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi, maka tahap selanjutnya
yang akan dilakukan adalah uji ARDL (Autoregressive Distribution Lag). Uji ARDL
dilakukan untuk mengetahui hubungan jangka panjang dan jangka pendek yang terjadi antara
variabel.
Tabel 4.4
Hasil Bounds Test
k
Statistik F
1
1.162860
Nilai Kritis (signifikansi 5%)
Bawah
Atas
6.30
5.65
Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti.
Dari tabel bounds test diatas, nilai statistik F lebih kecil dari nilai kritis bawah tabel
Pesaran. Hal ini berarti tidak ada hubungan kointegrasi yang terjadi antara inflasi dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Omoke Philip Chimobi (2010).
Uji Kausalitas Granger Menggunakan Pendekatan Toda-Yamamoto
Uji kausalitas digunakan untuk menentukan arah kausalitas (sebeb-akibat) antara dua
variabel dengan meregresikan nilai saat ini dari salah satu variabel pada nilai lag dari variabel
lainnya (Berg dan Lewer, 2007). Jika kausalitass hanya terjadi satu arah, maka disebut
kausalitas searah (unidirectional causality), sedangkan koefisien yang signifikan untuk
keduanya disebut kausalitas dua arah (bi-directional causality).
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
Tabel 4.5
Uji Kausalitas Granger
Dependent variable: LY
Excluded
Chi-sq
df
Prob.
LINF
1.500024
5
0.9131
All
1.500024
5
0.9131
Dependent variable: LINF
Excluded
Chi-sq
df
Prob.
LY
392.5432
5
0.0000
All
392.5432
5
0.0000
Terdapat dua hipotesis yang digunakan dalam uji kausalitas Granger ini yaitu untuk
bagian pertama tabel diatas adalah Ho: LY (pertumbuhan ekonomi) mempengaruhi LINF
(inflasi) dan hipotesis untuk bagian kedua adalah Ho: LINF (inflasi) mempengaruhi LY
(pertumbuhan ekonomi). Untuk mengetahui makna hasil uji kausalitas ini, maka akan melihat
nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 5%, maka Ho ditolak, begitu pula
sebaliknya.
Tabel 4.6
Hasil Uji Kausalitas Granger
!!
Arah Kausalitas
Prob
LINF
ð
LY
392.5432
0.0000
LY
ð
LINF
1.500024
0.9131
Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti.
Pada tabel 4.8, terlihat bahwa nilai p adalah 0.9131 lebih besar dari 5%, sehingga Ho
pertama ditolak. Jadi dapat disimpulkan untuk tabel bagian pertama bahwa tidak ada
hubungan kausalitas dari pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi.
Pada tabel 4.8 juga terlihat bahwa nilai p adalah 0.000 lebih kecil dari 5%, sehingga
Ho kedua tidak ditolak. Jadi dapat disimpulkan untuk bagian kedua tabel bahwa terjadi
hubungan kausalitas searah dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Walaupun dalam
jangka pendek terjadi hubungan kausalitas (sebab-akibat), namun dalam jangka panjang,
tidak terdapat kointegrasi. Hal ini dikarenakan terdapat komponen lain yang membentuk
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
pertumbuhan ekonomi, seperti konsumsi masyarakat Indonesia yang tetap tinggi meskipun
dalam masa inflasi tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan kointegrasi yang terjadi.
Penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erman
Erbaykal dan Aydin Okuyan pada tahun 2008. Berdasarkan analisis hubungan kointegrasi,
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara inflasi dan
pertumbuhan ekonomi di Turki, serta hubungan jangka panjang yang tidak signifikan dan
hubungan yang negatif pada jangka pendek. Sedangkan, berdasarkan analisis kausalitas,
didapatkan hasil yang sama, yaitu hubungan kausalitas searah (unidirectional) dari inflasi
terhadap pertumbuhan ekonomi.
18 16 14 12 10 Inflasi 8 GDP 6 4 2 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: www.bps.go.id dan Laporan Tahunan BI.
Grafik 4.1 PDB dan Inflasi di Indonesia
Dalam analisis kausalitas yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi,
dapat dilihat pada grafik diatas. Pada tahun 2001, inflasi Indonesia mencapai 12,55 yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun pada tingkat terendah yaitu 3,3. Begitu pua pada
tahun 2002, dengan tingkat inflasi sebesar 10,03, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap
rendah, yaitu berada pada 3,7. Tingkat inflasi yang rendah terjadi pada tahun 2011, yaitu 3,79
menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebesar 6,5. Pada tahun 2012 pula
memperlihatkan hal serupa, yaitu dengan inflasi yang rendah (4,3), pertumbuhan ekonomi
Indonesia menjadi 6,2.
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
Karakteristik ekonomi negara Turki yang telah berhasil pulih dari krisis pada tahun
2001 dan dianggap sebagai negara yang stabil untuk investasi (www.cnbc.com). Hal ini
memiliki perbedaan dengan kondisi ekonomi Indonesia yang kurang stabil dalam pemulihan
setelah krisis. Perekonomian Indonesia yang dualistis dianggap rentan terhadap gejolak
ekonomi dan krisis ekonomi yang terjadi (www.republika.co.id)
Kesamaan hasil penelitian didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Phillips
Omoke Chimobi pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan kointegrasi
antara inflasi dan petumbuhan ekonomi di Nigeria. Chimobi menyatakan bahwa dalam
studinya tidak mempertimbangkan hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang
negatif ataau positif, namun, beberapa studi yang dijadikan acuan menyatakan bahwa inflasi
yang tinggi tidak pernah dan tidak akan menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi. Melalui
analisis kausalitas, Chimobi menjelaskan bahwa adanya hubungan searah (unidirectional)
yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Chimobi menyatakan bahwa penting
untuk mengetahui fakta bahwa terjadi hubungaan kausalitas dari inflasi terhadap
pertumbuhan ekonomi sebagai indikasi bahwa inflasi memang memiliki daampak pada
pertumbuhan (Chimobi, 2010).
Pada penelitian mengenai hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan
oleh J.R. Faria dan F. G. Carneiro pada tahun 2001, menemukan bahwa pada negara dengan
tingkat inflasi yang tinggi, tidak ditemukan respon jangka panjang pertumbuhan ekonomi
terhadap gejolak inflasi yang permanen. Namun, Faria dan Carneiro berpendapaat bahwa
pada jangka pendek, terdapat dampak negatif inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi (Faria
dan Carneiro, 2001).
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Pradana M. Bandula Jayathileke dan
Rathnayaka M. Kapila Tharanga Rathnayake pada tahun 2013, meneliti mengenai hubungan
antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada beberapa negara Asia, seperti Cina, India dan
Sri Lanka. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa pada negara India tidak
ditemukan adanya hubungan kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Penemuan
selanjutnya adalah ditemukan hubungan kointegrasi antara dua variabel tersebut pada negara
Sri Lanka. Namun pada negara Cina, tidak dapat ditentukan apakah terdapat hubungan
kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi karena niali statistik F berada diantara
nilai atas dan nilai bawah. Dalam analisis kausalitas, penemuan yang berbeda terjadi, yaitu
adanya hubungan kausalitas pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi di negara Cina.
Sedangkan pada negara India dan Sri Lanka, tidak ditemukan adanya hubungan kausalitas
yang signifikan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Jayathileke dan Rathnayake
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
menyatakan bahwa hasil yang mereka temukan menegaskan bahwa faktor spesifik negara dan
kondisi ekonomi makro memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan inflasi (Jayathileke dan Rathnayake, 2013).
Pernyataan Jayathileke dan Rathnayake diatas apabila dikaji dengan data yang berada
di Indonesia ditemukan suatu kecocokan. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2005 dengan
adanya kenaikan harga minyak dunia, pemerintah melakukan kebijakan perubahan harga
administered berupa kenaikan harga bahan bakar minyak. Hal ini menyebabkan kenaikan
inflasi yang sangat tinggi, sehingga dilakukan kebijakan moneter ketat. Pada bulan Agustus
tahun 2005, pemerintah menaikkan tingkat SBI menjadi 9,5%, lalu dinaikkan kembali pada
bulan Oktober sampai akhirnya pada bulan Desember menjadi 12,5%. Terjadi penurunan
perkembangan nilai surplus neraca berjalan pada tahun yang sama. Namun pertumbuhan
ekonomi Indonesia tercatat masih lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Serta konsumsi
masyarakat di Indonesia yang merupakan bagian terbesar sebagai komponen pembentuk
GDP, menyebabkan pertumbuhan Indonesia cenderung stabil walaupun disaat inflasi tinggi
ataupun disaat krisis. Dengan inflasi sebagai taget akhir kebijakan moneter Indonesia, inflasi
masih tercatat berfluktuasi.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan keadaan ekonomi dan kebijakan moneter di
negara lain seperti Turki yang juga menjalankan sistem inflation targeting framework, inflasi
yang tinggi di negara tersebut dapat dikurangi dari 35% sampai menjadi 8%, serta tingkat
bunga nominal dan riil turun dari tahun 2001 sampai 2005. Walaupun Indonesia dan Turki
pernah menganut sistem inflation targeting framework, namun hasil dari kebijakan tersebut
tidak lah sama. Indonesia tetap memiliki tingkat inflasi yang berfluktuasi jika dibandingkan
Turki (tahun 2001-2005) yang telah berhasil menurunkan tingkat inflasinya. Dengan kata
lain, walaupun kebijakan moneter maupun fiskal yang dianut hampir sama, namun pada
akhirnya keadaan ekonomi antar negara tersebut tetap berbeda. Kondisi ekonomi makro
inilah yang menyebabkan perbedaan hubungan yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan
ekonomi.
Hubungan kausalitas yang terjadi di Indonesia yaitu dari inflasi terhadap pertumbuhan
ekonomi, mengandung arti bahwa pada jangka pendek inflasi memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dalam jangka panjang, inflasi tidak memiliki hubungan
dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dijelaskan Bruno dan Easterly bahwa pada jangka
panjang, dilakukan penyesuaian terhadap inflasi yang tinggi dengan dilakukan stabilisasi
inflasi (Bruno dan Easterly, 1998). Bruno dan Easterly juga menambahkan bahwa pada
hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dimungkinkan terjadi perbedaan karna
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
dipengaruhi oleh negara dengan nilai inflasi yang ekstrim, baik terlalu tinggi atau terlalu
rendah (Bruno dan Easterly, 1998).
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian yang menggunakan Autoregressive Distribution Lag (ARDL) untuk
pendekatan kointegrasi ini, ditemukan bahwa hasil menunjukkan tidak ada hubungan
kointegrasi diantara kedua variabel inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada
periode 2000 sampai 2012.
Dengan menggunakan uji Kausalitas Granger dengan pendekatan Toda-Yamamoto,
didapatkan hasil bahwa di Indonesia pada periode 2000 sampai 2012 terjadi hubungan
kausalitas (sebab-akibat) searah yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi,
sedangkan tidak ditemukan hubungan kausalitas yang berasal dari pertumbuhan ekonomi
terhadap inflasi.
5.2 Saran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan kointegrasi pada
variabel inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, serta adanya hubungan kausalitas
yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, hasil ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pentingnya hubungan variabel makro ekonomi
serta pembuatan kebijakan ekonomi yang relevan dengan variabel tersebut.
1. Karena pada jangka pendek terjadi hubungan kausalitas, yaitu inflasi mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, penting untuk pembuat kebijakan ekonomi
(pemerintah) untuk konsisten terhadap proses stabilisasi inflasi agar tingkat inflasi
yang dicapai sesuai dengan target atau lebih rendah dari target inflasi sehingga tingkat
pertumbuhan ekonomi dapat dijaga dan mengalami kenaikan secara terus menerus.
2. Model yang digunakan untuk menguji kointegrasi adalah Bounds Test menggunakan
Autoregressive Distribution Lag (ARDL). Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan
dapat menggunakan model pengujian lain seperti Johansen’s test of cointegration,
sehingga akan didapatkan hasil yang lebih konsisten dalam menjelaskan hubungan
kointegrasi inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
Daftar Pustaka
Aamir, Muhammad., Karamat, Monazza,, Rehan, Muhammad Farooq, dkk. 2011. Inflation in
Pakistan: Antecendents and Consequences. International Research Journal of Finance
and Economics.Boediono. 1988. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta. BPFE
Yogyakarta.
Achsani, Noer Azam., Fauzi, Arie Jayanthy F A, dan Abdullah, Piter. 2010. The Relationship
between Inflation and Real Exchange Rate: Comparative study between ASEAN+3, the
EU and North America. International Research Journal of Finance and Economics.
Berg, Hendrik Van Den, dan Lewer, Joshua J. International Trade and Economic Growth.
2007. New York: M.E. Sharpe, Inc.
Bruno, Michael dan Easterly, William. 1998. Inflation Crises and Long Run Growth.
Elsevier, Journal of Monetary Economics 41 Pg. 3-26.
Chimobi, Omoke Philip. 2010. Inflation and Economic Growth in Nigeria. Journal of
Sustainable Development Vol. 3 No. 2 Pg. 159-166.
Endri. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia. Jakarta. ABFI
Institute PERBANAS Jakarta.
Erbaykal, Erman dan Okuyan, H. Aydin. Does inflation Depress Economic Growth?
Evidence from Turkey. 2008. International Research Journal of Finance and
Economics.
Faria, Joao Ricardo, dan Carneiro, Francisco Galrao. 2001. Does High Inflation Affect
Growth in The Long and Short Run?. Journal of Applied Economics Vol. IV No. 1
Pg. 89-105.
Friedman, M. 1963. Inflation: Causes and Consequences. New York: Asia Publishing House.
Greenwald, Douglass. 1998. Encyclopedia of Economic. London: The MIT Press Cambridge.
Jayathileke, Pradana M. Bandula, dan Rathnayake, Rathnayaka M. Kapila Tharanga. 2013.
Testing the Link Between Inflation and Economic Growth: Evidence from Asia.
Modern Economy Vol. 4 Pg. 87-92.
Maliik, Girijasankar dan Chowdhury, Anis. 2001. Inflation and Economis Growth: Evidence
from Four South Asian Countries. Asia-Pacific Development Journal Vol. 8, No. 1,
June 2001.
Mankiw, N. Gregory. 2002. Makroekonomi, edisi keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Newman, William Lawrence. 1997. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches. Boston: Allyn and Bacon.
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
Rasyad, Rasdihan. 2003. Metode Statistik Deskriptif untuk Umum. Jakarta: PT. Grasindo.
Samuelson, Paul A dam Nordhaus, William D. 1989. Macroeconomics. United States:
McGraw-Hill, Inc.
Sukirno, Sadono. 1998. Pengantar Teori Makro Ekonomi, edisi kedua. Yogyakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Stokes, Jane. 2003. How to Do Media and Cultural Studies (diterjemahkan oleh Santi Indira
Astuti). SAGE Publication.
Wooldridge, Jeffrey M. 1999. Introductory Econometrics: A Modern Approach. Amerika
Serikat: Thomson Learning.
Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013
Download